pengaruh ukuran perusahaan, perputaran...
Post on 16-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERPUTARAN PERSEDIAAN,
VARIABILITAS HPP DAN RASIO LANCAR TERHADAP PEMILIHAN
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2015
OKY DARMANTO
130462201137
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran perusahaan, perputaran
persediaan, variabilitas HPP dan rasio lancar terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang
terdaftar di BEI tahun 2012-2015. Penelitian ini memiliki jumlah sampel
sebanyak 33 perusahaan. Penelitian ini menggunakan regresi logistik. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Perputaran persediaan,
variabilitas HPP dan rasio lancar secara signifikan tidak berpengaruh terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan.
Kata Kunci: Metode Penilaian Persediaan, Ukuran Perusahaan, Perputaran
Persediaan, Variabilitas HPP dan Rasio Lancar.
2
1. Latar belakang masalah
Suatu perusahaan yang didirikan tentunya mempunyai suatu tujuan
tertentu. Salah satu tujuan berdirinya perusahaan adalah mencari laba ( profit ).
Tujuan tersebut diharapkan agar perusahaan bisa berkembang dan terus
menjalankan operasinya. Namun, terdapat hambatan yang pastinya akan dihadapi
perusahaan dalam upayanya untuk memperoleh laba. Salah satu hambatan yang
akan dihadapi perusahaan adalah persediaan, jika persediaan perusahaan
mengalami kendala maka akan terdapat hambatan dalam proses produksi,
pemasaran, dan juga pada investasi. Tentunya hal ini akan berdampak pada
kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya untuk memperoleh laba.
Berdasarkan PSAK No.14 ( 2008 ) persediaan didefinisikan sebagai
aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal, dalam proses produksi
untuk proses penjualan tersebut, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan
untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Karena begitu
pentingnya persediaan bagi perusahaan maka diperlukan suatu metode penilaian
persediaan. Metode penilaian persediaan yang berlaku di Indonesia berdasarkan
PSAK 14 ( 1994 ) terdapat 3 (Tiga) metode penilaian persediaan yaitu Masuk
Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau yang juga sering disebut First In First Out
( FIFO ), kemudian metode Masuk Terakhir Keluar Pertama ( MTKP ) atau yang
juga sering disebut Last In First Out ( LIFO ), dan metode terkahir adalah metode
rata-rata ( Average ).
Namun sekarang telah dilakukan revisi PSAK 14 ( 2008 ), dimana
sebelum dilakukan revisi terdapat 3 ( Tiga ) metode penilaian persediaan maka
3
setelah dilakukan revisi hanya 2 ( Dua ) metode saja yang berlaku di Indonesia
yaitu FIFO dan Rata-rata. Dengan kata lain, metode LIFO sudah tidak diakui lagi
di Indonesia. Adapun alasan LIFO tidak diakui lagi di Indonesia dikarenakan
sejalan dengan peraturan perpajakan yang tercantum dalam Undang-Undang
No.36 tahun 2008. Dimana penggunaan metode LIFO dinilai merugikan negara,
karena penggunaan metode LIFO menghasilkan laba perusahaan yang kecil
sehingga pajak yang akan dibayarkan kepada negara nantinya juga akan kecil.
Penggunaan metode penilaian persediaan yang berbeda akan
menghasilkan perbedaan juga terhadap laporan neraca dan laporan laba-rugi
perusahaan (Setiyanto, 2012). Sebagai contoh jika terjadi inflasi maka
penggunaan metode FIFO akan menghasilkan persediaan akhir yang tinggi karena
didasarkan pada biaya terkini yang tinggi, namun Harga Pokok Penjualan pada
metode FIFO adalah paling rendah dan dampaknya akan menghasilkan laba kotor
yang tinggi. Akan tetapi, pajak yang akan dibayarkan perusahaan juga akan tinggi.
Sementara pada penggunaan metode rata-rata akan menghasilkan persediaan akhir
yang yang rendah, namun akan menghasilkan Harga Pokok Penjualan yang tinggi
sehingga laba kotor yang dihasilkan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
penggunaan metode FIFO. Dan pajak yang akan dibayarkan nantinya juga akan
rendah ( Saripudin, 2013 ).
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat berbagai hasil menegenai
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Tjahjono ( 2015 ) periode 2010-2013
dengan menggunakan variabel independen besaran perusahaan, intensitas
4
persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan. Hasil penelitian menunjukkan
besaran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan. Sedangkan intensitas persediaan dan variabilitas
harga pokok penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rosna K.Harahap & Dwi
Mradipta Jiwana (2009) dengan periode 2002-2006 menggunakan variabel
independen yaitu variabel persediaan, besaran perusahaan, leverage, margin laba
kotor, rasio lancar, intensitas persediaan dan variabilitas harga pokok penjualan.
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel persediaan, besaran perusahaan,
leverage, rasio lancar, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok
penjualan berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan. Tetapi margin laba kotor tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai pemilihan metode penilaian
persediaan pada perusahaan Industri Dasar dan Kimia, dengan judul :
“ Pengaruh Ukuran perusahaan, Perputaran persediaan, Variabilitas
harga pokok penjualan dan Rasio lancar Terhadap Pemilihan Metode
Penilaian Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Indusri
Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015 ”.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
Pengertian Persediaan
Menurut IAS No.2 Inventory dan PSAK No.14 ( revisi 2008 ) persediaan
adalah asset :
a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau
c) Dalam bentuk bahan dan perlengkapan ( supplies ) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa
Persediaan memiliki peran dan pengaruh yang sangat penting bagi
perusahaan, dikatakan demikian karena persediaan berperan dalam jalannya
operasional perusahaan. Jika persediaan perusahaan di kelola dengan baik maka
dalam proses produksi maupun dalam penjualan dapat terpenuhi. Namun
sebaliknya jika persediaan perusahaan tidak di kelola dengan baik maka akan
berdampak pada tidak berjalan lancarnya proses produksi sehingga tidak
terpenuhi penjualan yang akan dapat merugikan perusahaan dalam memperoleh
laba yang diinginkan ( Syailendra, 2013 ).
Metode Penilaian Persediaan FIFO ( First In First Out )
Menurut Skousen et.al, ( 2007:588 ) Metode masuk pertama, keluar
pertama ( first-in, first-out-FIFO) didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual
adalah unit yang lebih dahulu masuk. Dalam FIFO, unit yang tersisa pada
6
persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang
dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian di akhir periode.
Metode Penilaian Persediaan Rata-rata (Average)
Menurut Kiesso et.al (2007:417) seperti tersirat dalam namanya, metode
biaya rata-rata (average cost method) menghitung harga pos-pos yang terdapat
dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia
selama suatu periode. Harga pokok penjualan dihitung dengan menggunakan
harga rata-rata dari berbagai harga pembelian persediaan dibagi dengan jumlah
unit produk yang dimiliki. Dengan demikian harga pokok barang terjual diperoleh
dengan mengalikan jumlah unit terjual dengan harga rata-rata dan barang yang
masih belum terjual atau persediaan akhir dihitung dari jumlah persediaan
dikalikan terhadap harga rata-rata tersebut ( Setiyanto,2012 ).
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala besar kecilnya perusahaan menurut
berbagai cara antara lain dengan total aktiva, penjualan bersih, nilai pasar saham,
dan lain-lain ( Saripudin, 2010 ).
Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan menunjukkan sejauh mana efisiensi manajemen
dalam mengelola persediaan , semakin rendah persediaan akhir, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen persediaan berjalan dengan baik ( Sangadah dan
Kusmuriyanto, 2014 ). Adapun Menurut Syailendra ( 2013 ) perputaran
persediaan ( inventory turnover atau stock turnover ) adalah ukuran seberapa
7
sering persediaan barang dagang terjual dalam waktu satu periode. Periode dapat
dalam masa tahunan ataupun bulanan.
Variabilitas HPP
Menurut Setiyanto ( 2012 ) harga pokok penjualan merupakan dasar yang
ditentukan perusahaan dalam menjual produknya dan mendapatkan laba yang
diinginkan
Rasio lancar
Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini menunjukkan seberapa besar tuntutan dari kreditor atas
suatu kewajiban jangka pendek yang dimiliki perusahaan yang dapat dipenuhi
oleh aktiva yang diperkirakan dapat menjadi uang tunai dalam periode yang sama
dengan saat jatuh tempo kewajiban tersebut ( Harahap dan Jiwana, 2009 ).
Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pemilihan Metode Penilaian
Persediaan
Ukuran perusahaan memiliki kaitan penting dengan pemilihan
metode penilaian persediaan. Pengawasan dari pemerintah terhadap
kegiatan perusahaan akan membuat perusahaan besar berhati-hati dalam
bertindak. Bagi perusahaan besar lebih cenderung menggunakan metode
rata-rata karena dengan metode tersebut perusahaan akan melakukan
penghematan pajak (tax saving), sebab metode rata-rata akan
menghasilkan nilai laba yang lebih kecil. Hal tersebut dilakukan
8
perusahaan besar agar tidak menjadi sorotan pemerintah atau pembuat
regulasi yang nantinya akan mengakibatkan intervensi pemerintah dan
perusahaan akan mengeluarkan pajak yang besar sehingga perusahaan-
perusahaan besar lebih menyukai metode akuntansi yang dapat
menurunkan nilai laba (Saripudin, 2010).
Sedangkan perusahaan kecil, untuk mendapatkan dana dari bank
atau lembaga keuangan lainnya, membutuhkan laba yang tinggi agar
dianggap mempunyai kinerja yang bagus. Salah satu caranya adalah
menaikkan laba dengan menggunakan metode persediaan FIFO. dimana
metode tersebut akan memberikan laba yang meningkat ( Srimonah,
2009). Oleh karena itu, ukuran perusahaan amat berpengaruh terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan.
Ada beberapa penelitian terdahulu terkait dengan metode penilaian
persediaan yang menggunakan ukuran perusahaan, dalam penelitiannya
yaitu Tjahjono (2015) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap metode penilain persediaan. Hasil yang sama juga
didapatkan oleh Harahap dan Jiwana ( 2009) yaitu ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Dari hasil
penelitian tersebut, maka dapat disusun hipotesisnya adalah sebagai
berikut:
H1 :Diduga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode
penialain persediaan.
9
2. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Pemilihan Metode
Penilaian Persediaan
Perputaran persediaan menunjukkan sejauh mana efisiensi
manajeman dalam mengelola persediaan. Semakin rendah persediaan
akhir, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen persediaan berjalan
dengan baik ( Sangadah dan Kusmuriyanto, 2014 ). Perputaran persediaan
dapat mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan yang
digunakan.
Ketika persediaan tinggi, maka manajer akan memilih metode rata-
rata yang akan menghasilkan nilai persediaan akhir pada neraca lebih
rendah dan harga pokok penjualan yang lebih tinggi, maka metode rata-
rata mengindikasikan adanya inventory turn over yang tinggi. Sedangkan
metode FIFO menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah dan
persediaan akhir yang tinggi sehingga menghasilkan inventory turn over
yang rendah ( Setijaningsih dan Pratiwi, 2011). Jadi, dapat disimpulkan
bahwa dalam memilih metode penilaian persediaan yang akan digunakan,
perusahaan akan mempertimbangkan faktor ini.
Ada beberapa penelitian terdahulu terkait dengan metode penilaian
persediaan yang menggunakan perputaran persediaan, dalam penelitiannya
yaitu Harahap dan Jiwana (2009) mendapatkan hasil bahwa perputaran
persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode penilain persediaan.
Hasil yang sama juga didapat oleh Setiyanto (2012) dimana perputaran
persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
10
Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat disusun hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
H2 :Diduga perputaran persediaan berpengaruh terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan
3. Pengaruh Variabilitas Harga Pokok Penjualan Terhadap Pemilihan
Metode Penilaian Persediaan
Laporan laba rugi, selain melaporkan laba juga melaporkan harga
pokok penjualan. Harga pokok penjualan merupakan konsep yang telah
digunakan secara luas dalam menentukan laba. Kondisi inflasi, selain
berpengaruh terhadap nilai persediaan akhir, juga berpengaruh terhadap
harga pokok penjualan ( Harahap dan Jiwana, 2009 ). Seperti yang kita
tahu, tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba.
Maka ketika terjadi inflasi perusahaan akan memilih metode FIFO
agar laba mereka meningkat. Sebaliknya, untuk beberapa perusahaan yang
ingin mengurangi biaya pajaknya, maka perusahaan dapat menggunakan
metode rata-rata agar harga pokok penjualannya semakin besar sehingga
labanya akan semakin kecil yang nantinya pajak yang dibayarkan juga
akan semakin kecil (Setiyanto, 2012).
Penelitian yang dilakukan Rosna K.Harahap dan Dwi Mradipta
Jiwana (2009) mendapatkan hasil bahwa variabel harga pokok penjualan
berpengaruh terhadap pemilihan metode penilain persediaan. Dari hasil
penelitian tersebut, maka dapat disusun hipotesisnya adalah sebagai
berikut:
11
H3 : Diduga variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh terhadap
pemilihan metode penialain persediaan.
4. Pengaruh Rasio Lancar Terhadap Pemeilihan Metode Penilaian
Persediaan
Rasio lancar dapat mempengaruhi pemilihan metode penilaian
persediaan. Semakin tinggi rasio lancarnya, maka kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya juga akan semakin besar.
Para kreditor yang akan meminjamkan dananya pasti melihat dari laba dan
rasio lancar. Semakin besar laba dan rasio lancarnya, maka kreditor akan
semakin yakin bahwa perusahaan mampu membayar kewajibannya
(Marwah, 2012). Oleh karena itu, ketika rasio lancarnya rendah,
perusahaan akan memilih metode FIFO untuk menaikkan rasio lancarnya
dan menaikkan labanya sehingga akan berdampak pada kepercayaan
kreditor kepada perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan yang memiliki
rasio lancar yang tinggi akan memilih metode rata-rata yang akan
menghasilkan laba yang lebih rendah sehingga bisa memperoleh
penghematan pajak ( Setiyanto, 2012 ).
Hasil yang diperoleh Harahap dan Jiwana (2009) mendapatkan
hasil bahwa rasio lancar berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan. Atas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H4 : Diduga rasio lancar berpengaruh terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan
12
3. METODOLOGI PENELITIAN
Variabel terikat/dependen
Variabel terikat ( dependent variabel ) yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penilaian persediaan. Variabel terikat ini bersifat kuantitatif dan
merupakan variabel dummy. Oleh karena itu, pengukurannya dilakukan dengan
menggunakan skala nominal. Indikator variabel ini memberikan nilai 0 pada
perusahaan yang menggunakan metode FIFO dan memberikan nilai 1 pada
perusahaan yang menggunakan metode Rata-rata ( Syailendra, 2013 ).
Variabel bebas/independen
1) Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan didapat dari total aset tiap perusahaan sampel
dari tahun 2012 sampai dengan 2015.
Ukuran perusahaan
( Sumber : Marwah, 2012 )
2) Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan dapat diukur dengan cara:
( Sumber : Setiyanto, 2012 )
3) Variabilitas HPP
Variabilitas HPP dapat diukur dengan cara:
( Sumber : Setiyanto, 2012 )
13
4) Rasio Lancar
Rasio lancar dapat diukur dengan cara:
Rasio lancar
( Sumber : Jiwana & Harahap , 2009 )
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2015 yaitu sebanyak
63 perusahaan. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah
sebagai berikut:
1) Perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di
BEI tahun 2012-2015.
2) Perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di
BEI dan melaporkan laporan keuangan perusahaan secara berturut-turut
pada tahun 2012-2015.
3) Perusahaan yang menggunakan satu metode akuntansi persediaan saja
untuk semua persediaanya.
4) Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dengan nilai nominal
Rupiah.
14
Metode Analisis
Model yang digunakan adalah sebagai berikut:
α + β1UP + β2PP + β3VH + β4RL + e
Keterangan :
Y = Metode penilaian persediaan
UP = Ukuran perusahaan
PP = Perputaran persediaan
VH = Variabilitas harga pokok penjualan
RL = Rasio lancar
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4 = Nilai koefisien dari setiap variabel bebas
e = Error
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Uji analisis statistik deskriptif diperlukan untuk melihat nilai minimum,
maximum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel ukuran perusahaan, perputaran
persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, dan rasio lancar.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
UkuranPerusahaan 132 ,04 24,68 2,9467 4,63100
PerputaranPersediaan 132 ,01 75,01 6,6893 10,86822
VariabilitasHPP 132 ,00 1,77 ,1201 ,20999
RasioLancar 132 ,57 464,98 8,0299 45,47764
Valid N (listwise) 132
15
Menguji Kelayakan Model Regresi
Pada penelitian dengan menggunakan model regresi logistik, yang
diperlukan adalah melakukan pengujian kelayakan model regresi logistik (overall
fit model). Pengujian kelayakan model regresi logistik akan dilakukan dengan
melakukan bebrapa uji statistik, yaitu likelihood, cox and snell’s square dan
Negalke’s R Square, dan Hosmer and Lemeshow’s of Fit Test.
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Likelihood yang memasukkan Konstanta Tanpa
Memasukkan Variabel Independen (Block Number =0)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 126,276 1,273
2 125,177 1,489
3 125,173 1,504
4 125,173 1,504
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 125,173
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less
than ,001.
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Likelihood yang Memasukkan Konstanta dan Variabel
Independen (Block Number =1)
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 107,930a ,122 ,200
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less
than ,001.
16
Berdasarkan tabel pengujian Likelihood, dapat dilihat bahwa penurunan
sebesar 18.346. Saat pengujian Likelihood dilakukan dengan hanya memasukkan
konstanta (block number=0), hasil -2 Log Likelihood yang didapatkan adalah
sebesar 126.276. Pada saat pengujian Likelihood yang memasukkan konstanta dan
variabel independen (block number=1), hasil -2 Log Likelihood yang didapatkan
adalah sebesar 107.930. Penurunan nilai yang terjadi ini mengindikasikan bahwa
model yang digunakan dalam penelitian ini fit dengan data dan pengujian
Likelihood dengan memasukkan variabel independen ke dalam model mampu
memperbaiki model fit.
Setelah pengujian Likelihood, kemudian pengujian Cox and snell’s square
dan nagelkerke’s R Square dilakukan untuk menilai apakah variabel dependen
(metode penilaian persediaan) dapat dijelaskan oleh variabel independen (ukuran
perusahaan, perputaran persediaan, variabilitas HPP dan rasio lancar).
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Cox and Snell’s Square dan Nagelkerke’s R Square
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 107,930a ,122 ,200
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less
than ,001.
Berdasarkan pengujian Cox and Snell’s Square dan Nagelkerke’s R Square
yang telah dilakukan, didapatkan nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0,200. Hal
ini berarti bahwa sebesar 20,0 % variabel dependen (metode penilaian persediaan)
dapat dijelaskan oleh variabel independen (ukuran perusahaan, perputaran
17
persediaan, variabilitas HPP dan rasio lancar). Sedangkan sisanya sbesar 80,0 %
dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Setelah itu, dilakukan pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
Test untuk melihat apakah ada perbedaan antara model dengan data.
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Hosmer and Lemeshow’s
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 14,085 8 ,080
Berdasarkan pengujian tersebut, nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test adalah sebesar 14,085 dengan tingkat signifikan sebesar
0,080. Nilai signifikan tersebut diatas 0,05 dan dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model tersebut diterima, yang artinya tidak ada perbedaan
data sehingga model dapat dikatakan fit.
Pengujian Hipotesis
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Regresi Logistik Secara Parsial
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
UkuranPerusahaan ,414 ,205 4,078 1 ,043 1,513
PerputaranPersediaan ,042 ,043 ,971 1 ,324 1,043
VariabilitasHPP 7,446 4,220 3,113 1 ,078 1713,678
RasioLancar ,004 ,008 ,258 1 ,612 1,004
Constant -,052 ,495 ,011 1 ,916 ,949
a. Variable(s) entered on step 1: UkuranPerusahaan, PerputaranPersediaan, VariabilitasHPP,
RasioLancar.
18
Pengujian hipotesis regresi logistik dalam penelitian ini dengan menggunkan
bantuan program komputer SPSS Versi 20. Hasil yang diperoleh dari perhitungan
regresi logistik yang telah dilakukan menghasilkan persamaan regresi logistik
sebagai berikut:
Hasil pengujian hipotesis dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pemilihan Metode Penilaian
Persediaan
Diketahui bahwa nilai signifikansi ukuran perusahaan 0,043 lebih kecil
dari tingkat signifikansi 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
pertama diterima. Yang berarti ukuran perusahaan pada penelitian ini
berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Hal ini membuktikan bahwa adanya kesesuaian antara teori dengan hasil
penelitian. Dimana perusahaan besar cenderung memilih metode Rata-rata yang
dapat menurunkan nilai laba sehingga dapat melakukan penghematan pajak, dan
sebaliknya perusahaan kecil akan memilih metode FIFO yang dapat menaikkan
nilai laba agar dianggap memiliki kinerja yang bagus sehingga memperoleh dana
pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tjahjono (2015), Sangeroki (2013), dan Marwah (2012) yang menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan. Akan tetapi penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Setijaningsih & Pratiwi (2009) yang menunjukkan
Y= -0,052+0,414UP+0,042PP+7,446VH+0,004RL+e
19
hasil bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan.
2. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Pemilihan Metode
Penilaian Persediaan
Nilai signifikansi perputaran persediaan 0,324 lebih besar dari tingkat
signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak.
Yang berarti perputaran persediaan dalam penelitian ini tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Dari hasil penelitian
ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan yang menggunakan metode
penilaian persediaan rata-rata, adakalanya memiliki persediaan akhir yang tinggi
sehingga memiliki perputaran persediaan yang rendah dan adakalanya memiliki
persediaan akhir yang rendah sebagaimana jika perusahaan menggunakan metode
persediaan FIFO. Namun tidak semua perusahaan yang memiliki tingkat
perputaran persediaan yang tinggi menghasilkan efisiensi manajemen dalam
kegiatan operasionalnya. Sebab lain yang dapat memungkinkan tingkat perputaran
persediaan yang tinggi dapat terjadi yaitu pada perusahaan yang mengalami
kadaluarsa pada produknya. Hal ini cenderung menimbulkan kerugian terhadap
perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Syailendra (2013), Tjahjono (2015), dan Saripudin (2010) yang mana
menunjukkan perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Sebaliknya penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Harahap & Jiwana (2009) dan
20
Setiyanto (2012) yang mana menunjukkan perputaran persediaan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
3. Pengaruh Variabilitas HPP Terhadap Pemilihan Metode Penilaian
Persediaan
Nilai signifikansi variabilitas harga pokok penjualan 0,078 lebih besar dari
tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga
ditolak. Yang berarti variabilitas harga pokok penjualan dalam penelitian ini tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Hal ini mungkin dikarenakan terjadinya inflasi pada periode tahun penelitian yaitu
antara tahun 2012-2015. Kondisi inflasi (perubahan harga), selain berpengaruh
terhadap persediaan akhir juga dapat berpengaruh terhadap harga pokok
penjualan. Dimana dengan adanya kenaikan tingkat inflasi, harga pokok penjualan
akan mengalami kenaikan sehingga dapat mempengaruhi nilai pada harga pokok
penjualan di laporan keuangan, yang juga akan mempengaruhi laba yang akan
diperoleh perusahaan. Secara umum, perusahaan ternyata mengharapkan laba
yang rendah karena pajak yang akan dibayarkan juga akan rendah, sehingga
ketika inflasi perusahaan akan tetap menggunakan metode Rata-rata yang
menunjukkan harga pokok penjualan yang tinggi dengan laba yang rendah,
dibandingkan jika menggunakan metode FIFO.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Setijaningsih & Pratiwi (2009), Saripuddin (2010), dan Tjahjono (2015), yang
mana menunjukkan bahwa variabilitas harga pokok penjualan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Akan tetapi,
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap &
21
Jiwana (2009), yang membuktikan variabilitas harga pokok penjualan
berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
4. Pengaruh Rasio Lancar Terhadap Pemilihan Metode Penilaian
Persediaan
Nilai signifikansi rasio lancar 0,612 lebih besar dari tingkat signifikansi
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat ditolak. Yang berarti
rasio lancar dalam penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan. Peneliti menduga hal ini disebabkan
perusahaan selalu berusaha meningkatkan kesejahteraannya dengan memilih
metode yang dapat meminimalkan pembayaran pajak. Dengan demikian,
perusahaan akan memilih metode persediaan tanpa memperhatikan besarnya
hutang lancar pada perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Marwah (2012), Setiyanto (2012) dan Saripuddin (2010), yang membuktikan
bahwa rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan. Akan tetapi, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Harahap dan Jiwana (2009), yang menyatakan bahwa rasio
lancar berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan..
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Regresi Logistik Secara Simultan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1
Step 17,243 4 ,002
Block 17,243 4 ,002
Model 17,243 4 ,002
22
Untuk pengujian secara simultan pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai
signifikansi yang didapat sebesar 0,002. Nilai signifikasi 0,002 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis kelima diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa
keempat variabel yaitu ukuran perusahaan, perputaran persediaan, variabilitas
HPP dan rasio lancar secara simultan (bersama-sama) berpengaruh secara
signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, beberapa kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini yaitu:
1) Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015.
2) Perputaran persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur
sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015.
3) Variabilitas HPP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur
sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015.
4) Rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015.
5) Ukuran perusahaan, perputaran persediaan, variabilitas HPP dan rasio
lancar secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan
23
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan
manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun
2012-2015.
Saran
Bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemilihan metode
penilaian persediaan sebaiknya mempertimbangkan beberapa saran dibawah ini
demi hasil penelitian yang lebih baik, yaitu:
1) Periode penelitian sebaiknya lebih dari 4 (empat) tahun agar hasil
penelitian lebih baik.
2) Menambah variabel penelitian seperti struktur kepemilikan.
3) Menggunakan responden selain perusahaan manufaktur sektor industri
dasar dan kimia agar mendapat sampel penelitian yang berbeda.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, I. (2013). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Badan penerbit universitas diponegoro.
Harahap, K. R., & Jiwana, D. M. (2009). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan
manufaktur di BEJ. Media riset akuntansi, auditing & informasi.
Harrison Jr, W. T., Horngren, C. T., Thomas, C. W., & Suwardy, T. (2010).
Akuntansi Keuangan IFRS Jilid 1, penerjemah Gina gania. Edisi
kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Hery. (2013). 240 Konsep Penting Akuntansi dan Auditing. Yogyakarta: Penerbit
Gava Media.
Kieso, D. E., Weygand, J. J., & Warfield, T. D. (2007). Akuntansi Intermediate
Jilid 1, penerjemah Emil salim. Edisi keduabelas. Jakarta: Erlangga.
Marwah, S. (2012). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2007-2010.
Riswan, & Fasa, R. (2016). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode penilaian persediaan pada perusahaan dagang yang terdaftar di
bursa efek Indonesia periode 2010-2014. Akuntansi dan keuangan Vol.7,
No.2.
Sangadah, S., & Kusmuriyanto. (2014). Analisis pemilihan metode akuntansi
persediaan pada perusahaan manufaktur. Accounting analysis journal Vol
3, No. 3.
Sangeroki , S. (2013). Pengaruh ukuran perusahaan dan margin laba kotor
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan di perusahaan
manufaktur. Jurnal EMBA Vol.1, No.3.
Saripudin, C. (2010). Analisis pengaruh variabilitas hpp, rasio lancar, financial
leverage, variabilitas persediaan, ukuran perusahaan dan intensitas
persediaan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan ( studi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ). Jurnal UIN.
Setijaningsih, H. T., & Pratiwi, C. D. (2009). Pengaruh beberapa variabel
terhadap pemilihan metode penilain persediaan pada perusahaan
manufaktur. Journal the winners Vol.10, No.1.
Setiyanto, K. B. (2012). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pemilihan metode akuntansi persediaan (studi kasus pada perusahaan
25
dagang dan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010.
Diponegoro Journal of Accounting.
Skousen, Stice, & Stice. (2007). Akuntansi Keuangan Buku 1, penerjemah Ali
akbar. Edisi 16. Jakarta: Salemba empat.
Srimonah. (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
penilaian persediaan ( studi empiris pada perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia ). Jurnal Universitas Semarang.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Syailendra, B. (2013). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan (studi kasus pada perusahaan
dagang dan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012).
Diponegoro Journal of Accounting.
Tjahjono, A. (2015). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan
metode akuntansi persediaan pad perusahaan sub sektor perdagangan besar
barang produksi dan sub sektor perdagangan eceran yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Jurnal Kajian Bisnis
Vol.23, No.2.
www.idx.co.id
top related