pengaruh tingkat subtitusi tepung kedelai...
Post on 27-Jul-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH TINGKAT SUBTITUSI TEPUNG KEDELAI DENGAN TEPUNG KACANG MERAH DALAM PAKAN
BUATAN TERHADAP PERTUMBUHANDAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BANDENG (Chanos chanosForsskal)
SKRIPSI
MUH. ANSAR L 221 07 021
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
PENGARUH TINGKAT SUBTITUSI TEPUNG KEDELAI DENGAN TEPUNG KACANG MERAH DALAM PAKAN
BUATAN TERHADAP PERTUMBUHANDAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)
Oleh: MUH. ANSAR
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
ABSTRAK
MUH. ANSAR. Pengaruh Tingkat Subtitusi Tepung Kedelai Dengan Tepung Kacang Merah dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhandan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos chanosForsskal). Di bawah bimbingan Siti Aslamyah, sebagai pembimbing utama dan Muh. Yusri Karim, sebagai pembimbing anggota.
Kacang kedelai merupakan produk impor dan bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah satu alternatif pengganti adalah kacang merah yang lebih toleran terhadap kondisi lingkungan di Sulawesi Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat subtitusi tepung kedelai dengan tepung kacang merah dalam pakan yang dapat menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng yang maksimal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di Unit Hatchery, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Analisis proksimat bahan baku dan pakan uji dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros.
Hewan uji yang digunakan gelondongan ikan bandeng berukuran bobot 0,95±0,11 g/ekor,dengan padat penebaran15 ekor/45 L air media. Penelitian didesain dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan tingkat subtitusi tepung kedelai dengan tepung kacang merah, yaitu 0; 33,33; 66,66 dan 100%, dengan masing-masing 3 ulangan sehingga diperoleh 12 unit percobaan.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah dalam pakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan biomassa dan tingkat kelangsungan hidup (P>0,05) ikan bandeng, akan tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan bobot relatif.Kacang merah dapat mensubtitusi kacang kedelai pada pakan buatan untuk ikan bandeng sampai 66.67-100% dengan kualitas gizi yang dapat menjamin pertumbuhan ikan bandeng. Kata kunci : Ikan Bandeng, Kacang Merah, Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup.
ABSTRACT
MUH. ANSAR. The Influence of Substitution Level of Soy Flour with Red Bean Flour in Artificial Feed of The Growth and Survival of Milkfish (Chanos chanos Forsskal). Under Supervisor Siti Alamsyah, as Main Supervisor and Muh. Yusri Karim as Member Supervisor.
Soybeansare imported product andcompetewithhuman needs. Onealternativeis red beansare moretolerant ofenvironmental conditions in South Sulawesi.
This study aims to determine the level of substitution of soy flour with red bean flour in the feed which can result the growth and survival of milkfish maximally. This study was conducted in July and August 2012 in the Hatchery Unit, Faculty of Marine Science and Fisheries, Hasanuddin University, Makassar. Proximate analysis of raw materials and test feed conducted in Nutrition Laboratory, Research Institute of Brackish Water Aquaculture, Maros.
Test animals used was milkfish weight 0.95 ± 0.11 g/fish, with stocking density 15 fish/45 L of water media. The study is designed to Completely Randomized Design (CRD), with 4 treatments of substitution level of soy flour and red bean flour, namely 0; 33.33; 66.66 and 100%, with each 3 replicates so obtained 12 experimental units.
Results of variance analysis showed that the substitution level of soy flour with red bean flour in the feed did not significantly affect biomass growth and survival rates (P > 0.05) of milk fish, but significantly (P < 0.05) on the growth of the relative weight. Red beans can be substituted for soy beans on artificial feed for milkfish up 66.67-100%, with nutritional quality that can assure the growth of milkfish.
Keywords: Milkfish, Red Beans, Growth, Survival.
J u d u l : Pengaruh Tingkat Subtitusi Tepung Kedelai dengan Tepung Kacang Merah dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhandan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos chanosForsskal)
N a m a : Muh. Ansar
Stambuk : L 221 07 021
Program Studi : Budidaya Perairan
Skripsi ini Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.P. Prof. Dr. Ir. Muh. Yusri Karim, M.Si Nip. 196909011993032003 Nip. 196501081991031002
Mengetahui,
Dekan Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Budidaya Perairan
Prof. Dr. Ir. Hj. A. Niartiningsih, M.P. Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.P. Nip. 196112011987032002 Nip. 196909011993032003 Tanggal Lulus : 04 Maret 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas sinar dan
cahaya-Nya yang selalu menuntun kita untuk berpikir dan bersyukur akan
nikmat-Nya.Tak lupa pula salam dan shalawat atas junjungan kita Nabiullah
Muhammad SAW atas contoh teladannya sehingga menjadikan semangat bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini ada begitu banyak rintangan yang penulis
hadapi, baik yang timbul dari diri pribadi maupun dari lingkungan pergaulan
penulis, sehingga timbul kebosanan dan kejenuhan dalam diri penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Tapi dengan adanya kemauan serta ada perasaan
bersalah yang begitu dalam jika penulis tidak menyelesaikan skripsi terutama
bagi kedua orang tua yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan hingga ke bangku kuliah. Oleh karena, itu skripsi ini
penulis mempersembahkannya kepada Ayahanda dan Ibunda. Apa yang penulis
lakukan selama di bangku kuliah belum dapat membanggakanserta
membahagiakan keduanya, serta saudara–saudaraku. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan penghargaan yang begitu tinggi dan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Kepada kedua orang tua tercinta bapak, ibu atas cinta dan kasih sayang
serta doa yang tak pernah henti-hentinya.
2. Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.Pselaku Pembimbing Utama dan, Prof. Dr. Ir.
Muh.YusriKarim, M.Si. selaku Pembimbing Anggota yang senantiasa
memberikan masukan yang begitu besar dalam penyusunan skripsi ini.
3. Terima kasih pula yang sebesar-besarnyaKepada bapak Ir. Abustang, M.Si.,
bapak Dr. Ir. Zainuddin, M. Si dan bapak Dr. Ir Ridwan Bohari, M.Si.sebagai
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran untuk kesempurnaan
skripsi ini.
4. Teman-teman perikanan angkatan 07 khususnya anak-anak BDP 07 serta
teman-teman yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu.
5. Semua pihak yang telah turut membantu selama ini, namun tidak mungkin
dapat penulis sebutkan namanya satu per satu dalam kesempatan ini.
Penulis menyadaribahwapenyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif.Akhirnya kepada
Allah SWT jualaah penulis menghaturkan sembah sujud sebagai rasa
terimakasih, Wassalam.
Makassar, 04 Maret 2013
Muh. Ansar
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Maret 1989 di Taan,
Sulawesi Barat. Orang tua bernama Abdul Fattah dan
Hadiah, S A.Ma.Pd. Pada tahun 2001 lulus SD Inpres
Tajimane, tahun 2004 lulus Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 3Malunda, dan tahun 2007 lulus Sekolah
Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Tapalang. Pada tahun 2007 penulis berhasil
diterima pada program studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Untuk menyelesaikan studi di Universitas Hasanuddin, penulis melakukan
penelitian denganjudul skripsiPengaruh Tingkat Subtitusi Tepung Kedelai
dengan Tepung Kacang Merah dalam Pakan Buatan Terhadap
Pertumbuhandan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos
chanosForsskal), dibawah bimbingan Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.Si dan Prof. Dr. Ir.
Muh. Yusri Karim, M.Si.
9
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................. 1 Tujuan dan Kegunaan................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sistematika dan Ciri Morfologi Ikan Bandeng ................................................ 4 Budidaya Ikan Bandeng ................................................................................ 6 Kebutuhan Nutrisi Ikan Bandeng .................................................................. 7 Pakan Buatan dan Bahan Baku Pakan ......................................................... 9 Kacang Kedelai............................................................................................. 11 Kacang Merah .............................................................................................. 13 Pertumbuhan ................................................................................................ 15 Tingkat Kelangsungan Hidup ........................................................................ 16 Kualitas Air ................................................................................................... 16
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ....................................................................................... 20 Materi Penelitian ........................................................................................... 20 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 20 Rancangan Percobaan ................................................................................. 23 Parameter yang Diamati ............................................................................... 24 Analisis Data ................................................................................................. 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan ................................................................................................ 26 Tingkat Kelangsungan Hidup ........................................................................ 29 Kualitas Air ................................................................................................... 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................... 32 Saran ............................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
LAMPIRAN ........................................................................................................ 37
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman Teks
1. Kandungan omega-3 dari ikan bandeng ................................................ 7
2. Kebutuhan protein pakan ikan bandeng ................................................ 8
3. Kebutuhan asam amino esensial (% protein) bagi pertumbuhan juvenil bandeng (Chanos chanos Forsskal) ........................................... 9
4. Komposisi zat gizi kacang tiap 100 g bahan .......................................... 14
5. Kisaran nilai kualitas air yang optimum bagi pemeliharaan ikan bandeng ................................................................................................ 16
6. Komposisi bahan baku penyusun pakan pada setiap perlakuan ............ 22
7. Kualitas nutrisi pakan uji ........................................................................ 23
8. Rata-rata pertumbuhan biomassa ikan bandeng pada setiap perlakuan selama penelitian .................................................................. 26
9. Rata-rata laju pertumbuhan relatif ikan bandeng ................................... 27
10. Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng pada setiap perlakuan selama penelitian................................................................................... 29
11. Kisaran nilai pengukuran parameter kualitas air selama penelitian ........ 30
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Teks
1. Ikan bandeng ......................................................................................... 4
2. Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) .................................................. 14
3. Proses pembuatan pakan ...................................................................... 21
4. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan ................................. 24
11
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman Teks
1. Pertumbuhan biomassa (g) ikan uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah selama 60 hari periode pengamatan ....................................................................... 37
2. Hasil analisis ragam (ANOVA) pertumbuhan biomassa (g) ikan uji
pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah ............................................................................ 37
3. Pertumbuhan bobot relatif (%) ikan uji pada berbagai tingkat
subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah selama 60 hari periode pengamatan...................................................... 38
4. Hasil analisis ragam (ANOVA) pertumbuhan bobot relatif (%) ikan
uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah ............................................................................ 38
5. Hasil uji W-Tukey pertumbuhan bobot relatif (%) ikan uji pada
berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah ........................................................................................ 39
6. Tingkat kelangsungan hidup (%) ikan uji pada berbagai tingkat
subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah selama 60 hari periode pengamatan...................................................... 39
7. Hasil analisis ragam (ANOVA) Tingkat kelangsungan hidup (%)
ikan uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah ............................................................... 40
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan bandeng merupakan salah satu biota perairan yang bernilai ekonomis
tinggi. Selain untuk tujuan komsumsi, ikan bandeng juga merupakan jenis ikan
pilihan yang digunakan sebagai umpan dalam penangkapan ikan tuna (Hardanu
dkk., 1995). Peningkatan permintaan terhadap ikan bandeng baik ukuran
konsumsi maupun ukuran umpan menyebabkan meningkatnya permintaan
benih. Disisi lain ada tendensi bahwa dari tahun ketahun jumlah benih dari hasil
tangkapan di alam semakin menurun (Balai Penelitian dan Pengembanagan
Perikanan, 1997). Untuk mengatasi kesenjangan antara ketersedian dan
kebutuhan benih maka usaha pembenihan ikan bandeng merupakan salah satu
alternatifnya.
Sebagai komoditas hasil tambak, ikan bandeng umumnya dibudidayakan
secara tradisional dengan mengandalkan pakan alami sehingga produksi
terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan pengujian di
lapangan yaitu Brebes, Jawa Tengah (Balai Besar pengembangan Budidaya Air
Payau Jepara, 2004) danMaros, Sulawesi Selatan produksi ikan bandeng dapat
ditingkatkan lebih dari lima kali lipat apabila teknik budidayanya diperbaiki dan
dikembangkan secara intensif dengan padat penebaran yang tinggi dan
mengandalkan pakan buatan.
Keberhasilan usaha budidaya ikan secara intensif sangat ditentukan oleh
ketersediaan pakan baik jumlah maupun nutrisinya, namun harga pakan yang
relatif mahal menjadikan kendala besar dalam usaha budidaya ini. Pakan buatan
bagi pembesaran ikan umumnya masih mengandalkan tepung ikan sebagai
protein utama yang ketersediannya dalam negeri masih sangat terbatas,
sehingga sebagian besar tepung ikan masih di impor, hal ini mendorong
tingginya biaya produksi pakan (Sukadi, 2003). Menurut Watanabe (1988)
protein lebih efektif digunakan sebagai sumber energi dari pada karbohidrat, hal
ini berhubungan dengan rendahnya aktivitas enzim amilase dalam saluran
pencernaan ikan.
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa setelah 6 bulan pemeliharaan, ikan
bandeng dipanen dengan ukuran yang masih kecil, yaitu sekitar 200 g per
ekor.Padahal permintaan ikan bandeng untuk restoran dan berbagai daerah,
seperti Jakarta danPapua, serta ekspor umumnya mensyaratkan ukuran minimal
500 g. Oleh sebab itu, produksi tambak bandeng hanya untuk komsumsi lokal.
Untuk mencapai standar tersebut, petambak mulai memberikan pakan
tambahan. Umumnya pakan tambahan yang mereka berikan adalah limbah mie
instan. Petambak jarang menggunakan pakan buatan komersil untuk ikan
karena harga yang cukup mahal, yaitu sekitar Rp 7.000-8.000 per kg, sedangkan
limbah mie instan hanya berkisar dari Rp 3.500-5.000 per kg.Walaupun
demikian, ketersedian limbah mie instan pun sangat terbatas.
Bahan baku dalam penyusunan ransum pakan ikan adalah sebagian besar
tepung kedelai. Namun, saat ini produksi tepung kedelai lokal baru dapat
memenuhi 60-70% dari kebutuhan dengan kualitas dan kuantitas yang
berfluktuatif. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian yang mendalam terhadap
berbagai bahan baku alternatif pengganti tepung kedelai. Menurut
Mudjiman(2004)suatu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan
harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu mempunyai nilai gizi yang tinggi,
tersedia dalam jumlah yang melimpah dan kontinyu dan secara ekonomis tidak
menjadikan harga pakan tinggi.
Tepung kacang merah merupakan salah satu bahan baku alternatif yang
memenuhi persyaratan tersebut, karena dapat diproduksi secara massal,
harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tepung kacang kedelai yaitu,
3
hanya Rp. 7000/kg dibandingkan dengan tepung kacang kedelai impor yang
harganya mencapai Rp. 15000/kg dan tepung ikan lokal (Hadadi dkk., 2007).
Pemanfaatan tepung kacang merah sebagai sumber protein untuk
mensubtitusi tepung kacang kedelai sebagai bahan baku untuk pembuatan
pakan buatan bagi ikan bandeng diharapkan menghasilkan pakan buatan yang
berkualitas tetapi dengan harga yang murah dan ramah lingkungan, tanpa
tergantung pada pruduk ekspor. Pada akhirnya intensifikasi budidaya ikan
bandeng akan semakin efisien dan dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Sehubungan dengan permasalahan diatas, pemanfaatan tepung kacang
merah sebagai sumber proteinuntuk mensubtitusi tepung kedelai dalam pakan
diharapkan menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng
yang maksimal. Guna mengevaluasi tingkat subtitusi tepung kacang kedelai
dengan tepung kacang merah dalam pakan buatan terhadap tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan bandeng, maka perlu dilakukan
penelitian tentang hal tersebut.
Tujuan danKegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat subtitusi tepung kedelai
dengan tepung kacang merah dalam pakanbuatan yang menghasilkan
pertumbuhandan kelangsungan hidup ikan bandeng yang maksimal.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang
penggunaan tepung kacang merah sebagai bahan pakan buatan dalam usaha
budidaya ikan bandeng. Selain itu, sebagai bahan acuan untuk penelitian-
penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sistematika dan Ciri Morfologi Ikan Bandeng
MenurutSudrajat (2008) sistematika ikan bandeng adalah sebagai berikut
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Ordo : Gonorynchiformes
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Nama dagang : Milkfish
Nama lokal : Bolu, muloh, ikan agam (Gambar 1)
Gambar 1. Ikan bandeng(Purnomowati dkk., 2007)
Ikan bandeng dalam bahasa latin adalah Chanos chanos, bahasa Inggris
adalah milkfish, dan dalam bahasa Bugis Makassar bale bolu.Ikan bandeng
pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Dane Forsskal pada
tahun 1925 di laut merah. Ikan bandeng memiliki tubuh yang panjang, ramping,
padat, pipih dan oval, menyerupai terpedo. Perbandingan tinggi dengan panjang
total sekitar 1 : (4,0-5,2). Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan
panjang total adalah 1 : (5,2-5,5) (Sudrajat, 2008). Ukuran kepala seimbang
5
dengan ukuran tubuhnya, berbentuk lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan
kepala (mendekati mulut) semakin runcing (Purnomowatidkk., 2007).
Sirip dada ikan bandeng terbentuk dari lapisan semacam lilin, berbentuk
segitiga, terletak dibelakang insang disamping perut. Sirip punggung pada ikan
bandeng terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh dibelakang
tutup insang dan berbentuk segiempat. Sirip punggung tersusun dari tulang
sebanyak 14 batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan
berfungsi untuk mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada
bagian bawah tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian
paling belakang tubuh ikan bandeng terdapat sirip ekor berukuran paling besar
dibandingkan sirip-sirip lain. Pada bagian ujungnya berbentuk runcing, semakin
ke pangkal ekor semakin lebar dan membentuk sebuah gunting terbuka. Sirip
ekor ini berfungsi sebagai kemudi laju tubuhnya ketika bergerak (Purnomowati
dkk., 2007).
Berdasarkan kebiasaan makannya, ikan bandeng termasuk ikan
herbivora yang bertendensi omnivora, yang mempunyai mulut yang tidak bergigi
dengan usus yang sangat panjang, beberapa kali panjang tubuhnya (Bagarinao,
1995). Ikan bandeng termasuk jenis ikan eurihalin, sehingga ikan bandeng dapat
dijumpai didaerah air tawar,payau, dan air laut.Selama masaperkembangannya,
ikan bandeng menyukai hidup diair payau atau daerah muara sungai. Ketika
mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali kelaut untuk berkembang
biak (Purnomowatidkk., 2007).Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1-
1,7% bobot badan/hari (Sudrajat, 2008) dan bisa mencapai bobot rata-rata 0,06
kg pada usia 5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak (Murtidjo, 2002).
Ikan bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat
aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil pakan dari lapisan atas
dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis, seperti : planton, udang renik, jasad
renik, dan tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan
dengan ukuran mulutnya(Purnomowatidkk., 2007). Pada waktu larva, ikan
bandeng tergolong karnivora, kemudian pada ukuran fry menjadi omnivora. Pada
ukuran juvenil termasuk kedalam golongan herbivora, yang pada fase inisudah
bisa makan pakan buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng kembali
berubah menjadi omnivora lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton,
bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet (Aslamyah, 2008).
Budidaya Ikan Bandeng
Ikan bandeng merupakan komoditas andalan pengembangan budidaya
laut yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies lainnya,
antara lain adalah teknik pembenihannya yang telah dikuasai, teknik
budidayanya relatif mudah dan dapat diadopsi oleh petani, tahan terhadap
perubahan lingkungan yang cukup eksterim (salinitas). Selain itu, ikan bandeng
jugamemiliki rasa yang lezat dan harga yang terjangkau, sehingga ikan bandeng
sangat digemari oleh masyarakat terutama di Jawa danSulawesi Selatan. Ikan
bandeng juga dapat dijadikan umpan bagi kebutuhan industri perikanan tuna dan
cakalang (Rachmansyah, 2004).
Keunggulan budidaya ikan bandeng di keramba jaring apung (KJA)
dibandingkan budidaya di tambak salah satunya adalah bandeng KJA tidak
berbau lumpur sehinggamemenuhi kriteria bandeng kualitas ekspor. Bau lumpur
atau off flavor disebabkan oleh adanya senyawa geosmin (C12H22O) yang
dihasilkan oleh beberapa plankton cyanobacteria, terutama dari genus
oscillatoria, symloca, dan lyngbia. Apabila ikan tinggal di tempat yang kaya
geosmin atau memakan plankton ini, dagingnya akan memiliki cita rasa tanah,
selain itu kandungan omega -3 bandeng laut lebih tinggi dibandingkan bandeng
7
tambak yaitu masing-masing 1,44 EPA, dan 0,44 DHA (Tabel 1) (Rachmansyah,
2004).
Tabel 1. Kandungan omega-3 dari ikan bandeng
Jenis Usaha Budidaya Omega-3 (g/100 g edible portion
Bandeng hasil produksi KJA di laut
Bandeng hasil produksi tambak
3.15 (EPA 1.76; DHA 1.39)
1.88 (EPA 1.44; DHA 0.44)
Sumber :Rachmansyahdkk. (2004)
Kebutuhan Nutrisi Ikan Bandeng
Efisiensi penggunaan pakan oleh ikan menunjukkan nilai (persentase)
seberapa besar jumlah pakan yang diberikan dapat disimpan dalam bentuk
daging. Semakin besar nilai efisiensi pakan makasemakin baik pakan dapat
dimanfaatkan. Jumlah dan kualitas pakan yang diberikan kepada ikan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Kualitas pakan buatan tergantung dari
nilai nutrisi dari protein yang terkandung dalam pakan. Kualitas protein suatu
bahan makanan ditentukan oleh kandungan asam amino, khususnya asam
amino esensial. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan, maka kelengkapan
asam-asam amino esensial dan asam amino non-esensial bahan baku pakan
ikan merupakan faktor-faktor yang sangat penting untuk diperhatikan (Buwono,
2000).
Pakan buatan tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan nutrisi. Menurut
Djajasewaka (1985 dalam Afrianto danLiviawaty, 2005) pengetahuan nutrisi ikan
adalah pengetahuan mengenai pemberian pakan kepada ikan berdasarkan zat-
zat gizi yang dikandungnya. Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan,
selain dapat menjamin kehidupan ikan juga akan mempercepat
pertumbuhannya.
Kebutuhan protein merupakan aspek penting dalam nutrisi ikan karena
protein merupakan salah satu nutrien yang diperlukan oleh ikan untuk
pertumbuhan. Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein
yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun
ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh
ikan bagi metabolisme sehari-hari. Cepat tidaknya pertumbuhan ikan, ditentukan
oleh banyaknya protein yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh
sebagai zat pembagun. Menurut Afrianto danLiviawaty (2005) ikan bandeng yang
mengkonsumsi 100 g pakan dengan kadar protein 20% menghasilkan
pertambahan bobot tubuh sebesar 8 g. Boonyaratpalin (1997)menyatakan bahwa
jumlah kebutuhan protein pakan untuk setiap stadia biasanya berbeda, pada
stadia larva dan benih dibutuhkan protein yang tinggi, tetapi sebaliknya rendah
pada stadia pembesaran, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan protein pakan ikan bandeng
Ukuran ikan (g) Kebutuhan protein (%pakan)
0.01-0.035
0.04
0.5-0.8
52-60
40
30-40
Sumber : Boonyaratpalin (1997)
Karbohidrat terdiri atas serat kasar dan bahan ekstra tanpa nitrogen
(BETN). Karbohidrat dalam pakan disebut dengan BETN atau NFE (Nitrogen free
extract). Kebutan karbohidrat pakan untuk ikan bandeng berkisar 30-45%.
Kebutuhan karbohidrat pada ikan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya. Ikan
herbivora membutuhkan pakan buatan dengan kandungan karbohidrat lebih
besar dibandingkan dengan ikan karnivora (Mahyudin, 2008).
Kebutuhan lemak total untuk pertumbuhan juvenil ikan bandeng sebesar
7-10% (Borlongan dan Coloso, 1992). Juvenil ikan bandeng membutuhkan asam
9
lemak esensial omega-3 sebesar 1,0-1,5%.Borlongan dan Coloso (1992) telah
melakukan percobaan tentang kebutuhan asam amino esensial pada juvenil ikan
bandeng seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan asam amino esensial (% protein) bagi pertumbuhan juvenil bandeng
Asam amino essensial %Protein
Arginin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Metionin+kistin
Fenillalanin +tirosin
Threonin
Trytophan
Valin
5,2
2,0
4,0
5,1
4,0
3,2
5,2
4,6
0,6
3,6
Sumber :Borlongan dan Coloso (1992)
Pakan Buatan dan Bahan Baku Pakan
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu
berdasarkan pertimbangan pembuatannya. Perkembangan budidaya secara
intensif menuntut penyediaan pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu,
berkesinambungan, serta memenuhi syarat gizi, percernaan, dan selera ikan.
Oleh sebab itu, perlu penyedian pakan tambahan atau pakan buatan (Jobling,
1983). Secara garis besar, proses pembuatan pakan buatan meliputi tahapan
pengecilan ukuran bahan baku, premixing, pencampuran, pencetakan,
penjemuran, pengemasan, dan penyimpanan. Proses-proses tersebut bertujuan
untuk meningkatkan nilai nutrisional, memperbaiki nilai organoleptik, menekan
biaya produksi, memudahkan konsumen, dan memperpanjang umur simpan
(Afrianto dan Liviawaty, 2005).
Jobling (1983) mengemukakan bahwa pakan bermutu tersusun dari
bahan baku pakan (feedstuffs) yang bermutu. Setidaknya ada enam persyaratan
yang sebaiknya dipenuhi dalam pemilihan bahan baku pakan, yaitu : 1) Nilai gizi
(kandungan protein, kerbohitrat, lemak, vitamin, dan mineral; 2) Digestibility
(kecernaan) danbioavailability(daya serap) ikan; 3) Tidak mengandung zat anti
nutrisi dan zat racun; 4) Tersedia dalam jumlah banyak dan kontinyu; 5)
Sebaiknya bukan merupakan kebutuhan pokok manusia; dan 6) Harga relatif
murah.
Pakan buatan diramu dari beberapa macam bahanyang kemudian diolah
menjadi bentuk khusus sebagaimana dikehendaki. Menurut Mujiman(2004)
bahan pakan meliputi : 1) Sumber bahan pakan dari hewani, seperti tepung ikan,
tepung darah, tepung rebon/udang, tepung kepala udang, tepung kepompong
ulat sutra, tepung cumi-cumi, ragi SCP(single,cell protein), tepung anak/bulu
ayam, tepung bekicot, tepung cacing, tepung cangkang udang, tepung maggot,
silase ikan, tepung cacing tanah; 2) Sumber bahan pakan dari nabati seperti
tepung kedelai, tepung jagung, ampas tahu, bungkil kacang tanah, dedak
bakatul, bungkil kelapa, biji kecipir, tepung gaplek, tepung kopra, tapioka, sagu,
tepung rumput laut, agar-agar, biji kipas, tepung daun lamtoro, umbi-umbian; 3)
Sumber lemak dan titik cairnya, seperti minyak ikan (21,8–38,0oC), minyak
jagung (17,0–20,0oC), minyak kelapa (23,0–28,0oC), minyak kedelai (26,2–27,5
oC), minyak sawit (17,0–20,0oC), minyak biji kapas (34,5oC), minyak kelapa sawit
(24,0–30,0oC), minyak kacang tanah (26,0–36,0oC), gaji/gemuk sapi (40,0–
50,0oC), lemak ayam (33,0–40,0oC), lemak kelinci, (35,0–50,0oC); 4) vitamin dan
mineral, dengankonsentrasi 1-2% dalan formulasi pakan (berbeda antar spesies
seperti pakan udang sampai 10-15%; 5) bahan tambahan seperti atraktan, bahan
perekat/binder, dan antioksidan. Atraktan adalah rangsangan daripakan agar
ikan mendekati dan mengkomsumsinya, baik berupa gerakan pakan, warna,
11
maupun aroma. Aroma pakan sebaiknya kuat dan disukai, dengan jenis dan
jumlah yang tepat, sehingga konsumsi pakan meningkat. Bahan yang dapat
berfungsi dalam memberi aromapada pakan, seperti tepung udang, tepung ikan,
tepung kulit udang, tepung tiram, tepung kulit kerang, tepung kulit
kepiting,terasi,dan silase. Warna berguna untuk meningkatkan daya pikat, serta
mencerahkan warna tubuh. Warna pakan buatan dapat diperoleh dengan
menambahkan karoten baik xantopyl maupun astaxanthin. Bahan baku pakan
yang dapat berfungsi sebagai binder antara lain agar-agar/tepung rumput laut,
lasatin, tepung kanji,tepung terigu, tepung sagu, ubi kayu. Bahan perekat sangat
penting peranannya agar pakan tidak cepat hancur dalam air, terutama pada
pembuatan pakan udang. Binder dapat digunakan sampai mencapai 10%.
Antioksidan adalah zat antitengik biasanya karena oksidasi lemak. Bahan
antioksidanyang umumnya digunakan adalah fenol, vitamin E, vitamin C,
etoksikuin (1,2 dihydro-6etoxy-2,24 trimethyl-quinoline), BHT (butylated
hydroxytoluena), dan BHA butylated hydroxyanisole). Konsentrasi penggunaan
dalam pakan berkisar antara 150 dan 200 ppm. Penggunaan bahan antioksidan
alami lebih dianjurkan, seperti chitosan, penambahan tepung cangkang kepiting,
udang, dan kerang.
Kacang Kedelai
Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan
oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya
perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan
tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan
tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai
mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan
pembudidayaan kedelai yaitu di pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali,
Nusa Tenggara, dan pulaupulau lainnya (Hidayat, 1985).
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu
Glycine soja danSoja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa
nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycinemax (L.)
Merill. Menurut Hidayat (1985) Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species :Glycine max (L.)
Kacang kedelai mengandung sekitar 8,4% air, 39,6% protein, 14,3%
lemak, 3,5% serat, 7% gula dan sekitar 18% zat lainnya. Minyak kedelai banyak
mengandung asam lemak tidak jenuh sebesar lebih kurang 86% terdiri dari asam
lemak linoleat sekitar 52%, 30% asam oleat, 2% asam linolenat dan 2% asam
lemak jenuh lainnya. Asam lemak jenuh hanya sekitar 14%, yaitu 10% asam
palmitat, 2% asam stearat dan 2% asam arachidat. Dibandingkan dengan
kacang tanah dan kacang hijau, kacang kedelai mengandung asam amino
esensial yang lebih lengkap(Warintek Ristek, 2012).
Kacang kedelai kaya akan lisindan triptophan tetapi kekurangan akan
asam-asam amino metionin dan sistein, sedangkan pada serealia kandungan
lisinenya rendah tetapi mengandung asam-asam amino metionin yang tinggi
sehingga kacang kedelai merupakan pelengkap yang baik untuk serealia. Mutu
protein dapat dinilai dari perbandingan asam aminonya yang terkandung dalam
protein tersebut, dimana asam amino esensial dalam suatu perbandingan yang
13
menyamai atau melebihi kebutuhan manusia (berdasarkan pola FAO)
mempunyai mutu yang tinggi atau lebih rendah (Winarno dan Rahman, 1974).
Cara penyimpanan kacang kedelai agar tidak terjadi reaksi yang
menyebabkan protein tersebut daya larutnya rendah adalah dengan menjaga
kondisi penyimpanan kacang kedelai. Jika kedelai disimpan ditempat lembab dan
suhu yang tidak teratur menyebabkan kacang berbintik-bintik coklat yang
menyebabkan kelarutan protein kedelai dalam air menurun (Deliani, 2008).
Subtitusi tepung kedelai dengan tepung kacang merah diharapkan
mampu mendapatkan pakan buatan dengan kualitas yang tetap baik dan
ekonomis jika dibandingkan dengan pakan buatan dengan sumber bahan tepung
kedelai. Kualitas dan kuantitas pakan merupakan faktor penting dalam budidaya
ikan, dikarenakan hanya dengan pakan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan
nutrisi, ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Kandungan nutrisi
dalam suatu pakan tergantung dari bahan baku serta formulasi pakan itu sendiri.
Usaha untuk memenuhi nilai nutrisi pada pakan diupayakan memperhatikan
biaya dan ketersedian bahan bahan baku. Pakan dengan kualitas yang baik
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh ikan. Kualitas pakan juga dapat sangat
berpengaruh pada konsumsi pakan kemudian berpengaruh pada pemanfaatan
pakan. Protein serta kandungan yang lain dalam pakan secara langsung
berpengaruh pada pertumbuhan. Selain itu, efisiensi pakan dalam pengujian
diharapkan mampu mendapatkan nilai yang baik. Pakan yang baik adalah pakan
yang mempunyai efisiensi pakan yang tinggi, karena akan mengurangi harga
produksi pakan (Rahardjodkk., 2004).
Kacang Merah
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) atau kacang jogo (kacang buncis
tipe tegak) berasal dari Amerika. Penyebarluasan tanaman kacang merah dari
Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran adalah
Inggris dan pengembangan dimulai sejak tahun 1594, ke negara-negara Eropa
dan Afrika hingga ke Indonesia (Sulistyowati, 2008).Kacang merah merupakan
tanaman musiman yang berbentuk perdu tingginya sekitar 30 cm, panjang
polongnya sekitar 12 cm dan dapat berisi 1-12 butir biji(Gambar 2).
Gambar 2.Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.)
Untuk pertumbuhannya, kacang merah memerlukan suhu optimum 16-
24oC, tetapi masih dapat tumbuh dengan baik di daerah tropik. Curah hujan yang
cocok untuk pertumbuhanya adalah 500-1500 mm per tahun dengan pH tanah
5.5-6.0 (Kay, 1979). Komposisi zat gizi kacang tiap 100 g bahan menurut
Direktorat Gizi, Depkes (1992) disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi zat gizi kacang tiap 100 g bahan
Zat Gizi per 100 gram
Kacang Bogor
Kacang Gude
Kacang Hijau
Kacang Merah
Kacang Kedelai
Energi (kkal) 370 336 345 336 331
Protein (g) 16,0 20,7 22,2 23,1 39,6
Lemak (g) 6,0 1,4 1,2 1,7 14,3
Karbohidrat (g) 65,0 62,0 62,9 59,5 29,5
Kalsium (mg) 85 125 125 80 227
Fosfor (mg) 264 275 320 400 585
Besi (mg) 4,2 4,0 6,7 5,0 8,0
Vitamin A (IU) 0 150 157 0 110
VitaminB1 (mg) 0,18 0,48 0,64 0,60 1,07
Vitamin C (mg) 0 5 6 0 0
Air (g) 10,0 12,2 10,0 12,0 7,5
Sumber: Direktorat Gizi, Depkes (1992)
15
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat
halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian,
rumah tangga dan bahan baku industri. Pengolahan biji kacang merah menjadi
tepung telah lama dikenal oleh masyarakat, namun diperlukan sentuhan
teknologi untuk meningkatkan mutu tepung kacang merah yang dihasilkan.
Pembuatan tepung kacang merah dapat dilakukan dengan cara
mengeringkannya di bawah sinar matahari. Kacang merah kering kemudian
dilepas kulitnya, disangrai, digiling, dan diayak menjadi tepung. Penambahan 10
persen tepung kacang merah untuk menggantikan tepung terigu dapat
menghasilkan roti yang bernilai gizi lebih baik, dengan warna, bau, dan cita rasa
yang dapat diterima oleh konsumen (Astawan, 1998).
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau bobot sewaktu-
waktu (Weatherley,1972). Pertumbuhan dibagi dua, yaitu pertumbuhan bobot
biomassa adalah pertambahan bobot atau panjang pada saat umur tertentu
sedangkan pertumbuhan relatif adalah perbandingan antara perbedaan ukuran
akhir internal dengan ukuran awal internal dalam satuan persen (%). Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor keturunan, pakan, ketahanan tubuh,
ukuran, umur dan kondisi lingkungan (Stickney, 1980).
Susanto (2001) mengemukakan bahwa ikan lebih kecil menunjukkan laju
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran yang lebih besar.
Selanjutnya Kamler (1992) mengemukakan bahwa laju pertumbuhan bobot
spesifik berlangsung cepat setelah menetas. Larva akan mencapai ukuran
maksimum dengan memanfaatkan persediaan kuning telur.
Djajasewaka (1985)menyatakan bahwa untuk mengetahui pertumbuhan
ikan merupakan hal yang penting, karena dengan pertumbuhan dapat ditentukan
jumlah pakan dan macam pakan yang diberikan dengan bobotmassa ikan yang
dibudidayakan.
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup adalah persentase jumlah organisme yang
hidup dalam kurung waktu tertentu.Masa kritis dan siklus hidup ikan terdapat
pada tahap larva. Masa kritis tersebut sebelum dan sesudah kuning telur habis
dan mulai mengambil makanan dari luar (Effendie, 1979).
Effendie (1979) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
kelangsungan hidup yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu genetik seperti umur sedangkan faktor eksternal yaitu pakan, lingkungan
dan penyakit. Larva yang baik mempunyai pergerakan lebih aktif dan kadang-
kadang memperlihatkan sifat bergerombol.
Kualitas air
Kualitas air sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup maupun
produksi ikan, karena mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kisaran nilai kualitas air
untuk budidaya ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kisaran nilai kualitas air yang optimumbagi pemeliharaan ikan bandeng
Parameter Kisaran Nilai Sumber pustaka
Suhu (0C)
DO (mg/L O2)
pH (unit)
Amonia (mg/L)
Alkalinitas (mg/CaCO3)
CO2 (ppm)
24,00–28,00
4,00-7,00
6,50–8,50
< 1,00
20-30
< 5,00
Boyd (1988)
Wardoyo (1975)
Wardoyo (1975)
Wardoyo (1975)
Wardoyo (1975)
Boyd (1988)
Dalambudidaya perikanan, air merupakan media utama bagi
kelangsungan hidup ikan. Air berfungsi sebagai pengatur sisa metabolisme.
17
Chuadan Teng (1981)mengatakan bahwa buruknya kualitas air dapat
menghasilkan kelangsungan hidup yang rendah, pertumbuhan yang lambat dan
akhirnya menurunkan produksi. Suhu air yang optimum bagi ikan bandeng, yaitu
27-29oC. Oksigen terlarut yang baik bagi ikan bandeng 4-7 ppm dan terhindar
dari pengaruh pencemaran. Kisaran pH yang baik bagi pertumbuhan ikan
bandeng adalah 7-8. Ikan berukuran kecil membutuhkan jumlah oksigen dan
pakan jauh lebih banyak dari ikan dewasa, sedangkanikan juvenil
mempergunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan (Susanto, 2001).
Agar pertumbuhan ikan bandeng optimal, diperlukan kondisi lingkungan
yang optimal untuk proses pertumbuhan. Beberapa faktor lingkungan yang
berpengaruh, antara lain: suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), amonia dan
lain-lain.
Pengaruh suhu terhadap aktivitas fisiologi tubuh ikan dapat bersifat
mematikan, mengontrol, melindungi, atau memberi intruksi. Suhu terutama
fluktuasinya sangat berpengaruh terhadap tingkah laku ikan bandeng. Pada suhu
15oC ikan bandeng hanya dapat bergerak lemah, pada suhu 13oC pingsan dan
pada suhu 12oC ikan mati. Suhu air 23oC dapat menurunkan nafsu makan,
aktivitas, pertumbuhandan perkembangan larva. Larva mati pada suhu 43oC dan
gelondongan mati pada suhu 39oC. Suhu tertinggi yang dapat ditolerir oleh ikan
bandeng berkisar 40oC. suhu optimum untuk perkembangan larva 26-30,50C.
induk ikan bandeng aktif memijah pada suhu air antara 24-33oC. Pertumbuhan
dantingkat kelangsungan hidup ikan bandeng sangat dipengaruhi oleh suhu air.
Daya tingkat kelangsungan hidup ikan menurun pada suhu yang lebih tinggi
karena terbatas pada jumlah oksigenya (Cholik dkk., 1990).
Kebutuhan terlarut untuk setiap jenis organisme air berbeda, bergantung
kepada jenis yang mentolerir fluktuasi oksigen. Pada umumnya semua
organisme yang dibudidayakan tidak mampu mentolerir perubahan fluktuasi
oksigen yang ektrim (mendadak). Oleh sebab itu, untuk mempertinggi tingkat
kelangsungan hidupdan pertumbuhan ikan kandungan oksigen dalam media
pemeliharaan larva harus selalu dipertahankan dalam kondisi optimum. Menurut
Sumartono (1995) kadar oksigen terlarut yang optimum untuk ikan bandeng (>3-
4 ppm).
Derajat keasaman (pH) yang baik untuk kehidupan ikan bandeng berkisar
6,5-8,5, pH air yang berkisar antara 1,0 dan6,5 menyebabkan pertumbuhan ikan
menjadi lambat, sedangkan pH dibawah 4 dan di atas 11 merupakan titik asam
dan alkali yang mematikan (Boyd, 1990). Dijelaskan pula oleh Rumawan (1991)
bahwa pH 7-9 sangat menguntungkan organisme yang ada didalamnya. Menurut
Sumartonodkk.(1995) pH optimum untuk pemeliharaan larva ikan bandeng
adalah 6,5-7,5.
Salinitas adalah konsentrasi garam-garam terlarut dalam air. Salinitas air
media dapat berpengaruh terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, tingkat
kelangsungan hidupdan pertumbuhan ikan bandeng. Apabila salinitas tinggi
maka kecepatan pertumbuhan menjadi terhambat karena semakin besar pula
tekanan osmotiknya. Menurut Ahmad dkk.(1993) salinitas media pemeliharaan
larva berkisar 30 ppt. Pada pemeliharaan larva ikan bandeng sebaiknya salinitas
air dipertahankan antara 25-35 ppt, sedangkan untuk ikan bandeng dewasa
salinitas air adalah 30-35 ppt.Ikan bandeng sangat peka terhadap perubahan
salinitas yang mendadak, sehingga tidak boleh dipindahkan secara mendadak
terhadap air yang salinitasnya berbeda. Toleransi ikan bandeng terhadap
perbedaan salinitas cukup besar yaitu 0-40 ppt dan jika terjadi perubahan secara
mendadak melebihi kadar tersebut dapat menyebabkan kematian
(Martosudarmo, 1984).
Amoniak merupakan senyawa produk utama dari limbah nitrogen dalam
perairan yang berasal dari organisme akuatik. Amoniak juga dapat berasal dari
19
buagan bahan organik yang mengandung senyawa nitrogen seperti protein
maupun hasil ekskresi organisme budidaya danmineralisasi detritus organik.
Untuk keperluan kelangsungan hidup dan pertumbuhan kadar amoniak dalam
media pemeliharaan ikan hendaknya tidak melebihi 0,1 ppm dan nitrit tidak lebih
0,5 ppm (Boyd, 1990).
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu danTempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Julisampai Agustus2012 di Unit
Hatchery Mini Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Analisis proksimat bahan baku dan pakan ujidilakukan di
Laboratorium Nutrisi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros.
Materi Penelitian
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelondongan
bandeng berukuran bobot 0,95±0,11 g/ekor yang diperoleh dari petambak di
daerah pangkep.Padat penebaran yang digunakanyaitu 15 ekor/45 L air media.
Wadah percobaan yang digunakan adalah akuarium kaca yang dirancang
dengan sistem resirkulasi berukuran panjang, lebar dan tinggi masing-masing
ukuran 40 x 50 x 35 cm sebanyak 12 buah. Setiap wadah diisi air media
bersalinitas 25 ppt sebanyak 45 L.
Pakan yang digunakan adalah pakan buatan berbentuk pellet dengan
komposisi bahan baku seperti terlihat pada Tabel 6dankualitas nutrisi pakan uji
disajikan pada Tabel 7.
Prosedur Penelitian
1. Persiapan Bahan Baku Pakan
Untuk tahap persiapan pakan uji, diawali dengan menyiapkan bahan baku
pakan uji yang terdiri atas tepung kedelai,tepung kacang merah,tepung ikan,
tepung kepala udang, bungkil kedelai, tepung jagung, bungkil kelapa, pollard,
tepung dedak, lemak, vitamin dan mineral.
21
2. Pembuatan Pakan Uji
Bahan pakan kering diayak terlebih dahulu sehingga diperoleh bahan
pakan yang sangat halus. Semua bahan ditimbang sesuai dengan yang
dibutuhkan dan ditempatkan dalam kantong plastik. Mencampur semua bahan
pakan kering dimulai dari bahan halus dalam jumlah kecil diikuti bahan baku
dalam jumlah besar, kemudian mengaduknya sehingga tercampur rata. Lalu
memasukkan minyak, vitamin, dan mineral ke campuran bahan kering tadi.
Menambahkan air hangat ke campuran bahan baku pakan. Aduk adonan pakan
sampai tidak melengket ditangan. Selanjutnyaadonan tersebut dimasukkan
kedalam alat pencetak pakan, dicetak sampai menjadi pellet.Menyebarkan pakan
yang berbentuk pellet tersebut secara teratur diatas nampan,kemudian
menjemur pakan tersebut sehingga kering. Pakan yang sudah kering disimpan
kedalam plastik yang telah diberi label dan disimpan ditempat yang kering.
Adapun proses pembuatan pakan dapat dilahat pada Gambar 3.
Gambar 3. Proses pembuatan pakan
Pengeringan Bahan Baku Pakan
Penggilingan/penepungan
Pencampuran
Pencetakan
Pembentukan
3. Adaptasi Hewan Uji
Sebelum pakan diberikan secara kontinyu, terlebih dahulu dilakukan
adaptasi ikan terhadap pakan uji selama tujuh hari dengan frekuensi pemberian
pakan dua kali sehari. Adaptasi ini bertujuan untuk menghindari hewan uji agar
tidak stres saat diberikan pakan baru dan untuk membiasakan hewan uji
terhadap pakan buatan baru, agar nantinya hewan uji berada pada kondisi
normal saat penelitian berlangsung. Setelah tahap adaptasi, dilakukan
penimbangan hewan uji untuk mengetahui bobot hewan uji awal pengamatan.
Selama pemeliharaan ikan uji diberikan pakan 5% dari bobot badan ikan perhari,
pemeliharaan dilakukan selama 60 hari.
Tabel 6. Komposisi bahan baku penyusun pakan pada setiap perlakuan.
Bahan baku (%) Perlakuan A (0%) B(33,33%) C(66,66%) D(100%)
Tepung ikan
Tepung kedelai
Tepung kacang merah
Tepung kepala udang
Bungkil kedelai
Tepung jagung
Bungkil kelapa
Pollard
Tepung dedak
Lemak*)
Vitamin & mineral Mix **)
26
21
0
6
6
9
8
9
9
3
3
26
14
7
6
6
9
8
9
9
3
3
26
7
14
6
6
9
8
9
9
3
3
26
0
21
6
6
9
8
9
9
3
3
Keterangan : *) Minyak ikan dan minyak jagung = 2:1 **) Komposisi vitamin & mineral mix.
Setiap 10 kg mengandung Vitamin A 12.000.000 IU; Vitamin D 2.000.000 IU; Vitamin E 8.000 IU; Vitamin K 2.000 mg; Vitamin B1 2.000 mg; Vitamin B2 5.000; Vitamin B6 500 mg; Vitamin B12 12.000 µg; Asam askorbat 25.000 mg; Calsium-D-Phantothenate 6.000 mg; Niacin 40.000 mg; Cholin Chloride 10.000 mg; Metheonine 30.000 mg; Lisin 30.000 mg; Manganese 120.000 mg; Iron 20.000 mg; Iodine 200 mg; Zinc 100.000 mg; Cobalt 200.000 mg; Copper 4.000 mg; Santoquin (antioksidan) 10.000 mg; Zinc bacitracin 21.000 mg.
23
Tabel 7. Kualitas nutrisi pakan uji
Komposisi Pakan
A (0%) B(33,33%) C(66,66%) D(100%)
Air (%) 9,2 9,1 9,2 8,9
Abu (% bk) 16,03 15,9 15,83 15,55
Protein (% bk) 32,89 32,49 32,08 31,67
Lemak (% bk) 6,54 6,2 5,87 5,54
Serat kasar (% bk) 8,25 8,17 8,04 8,11
BETN (% bk) 36,29 37,24 38,18 39,13
DE (kkal/kg.)*) 2588,14 2570,35 2552,77 2535,44
C/P (DE/g Protein) 7,87 7,91 7,96 8,01
Keterangan : *) Hasil perhitungan berdasarkan persamaan energi (NRC, 1988) : 1 g karbohidrat = 2,5 kkal DE 1 g protein = 3,5 kkal DE 1 g lemak = 8,1 kkal DE
4. Pergantian air
Pergantian air sekitar 10% dengan cara menyipon dilakukan setiap hari
pada pagi hari, sedangkan setiap 10 hari pada saat sampling dilakukan
pergantian air sebanyak 80%.
5. Sampling
Sampling dilakukan setiap 10 hari bertujuan untuk memonitor bobot
badandan kelangsungan hidupikan bandeng yang dipelihara serta untuk
penyesuaian pakan yang akan diberikan.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yangdigunakan adalah acak lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan3 kali ulangan. Perlakuan yang dicobakan, yaitu tingkat
subtitusi tepung kedelai dengan tepung kacang merah, sebanyak 0, 33,33,
66,66dan100%, sehingga diperoleh 12satuan percobaan.
Penempatan masing-masing wadah percobaan dilakukan secara acak
pada wadah penelitian sebagai berikut (Gambar 4).
Gambar 4. Tata letak wadah percobaan setelah pengacakan
Parameteryang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :
Pertumbuhan Biomassa
Pertumbuhan biomassa ikan uji dihitung berdasarkan petunjuk Ricker
(1975 dalamEffendie, 1979) sebagai berikut :
∆W = Wt – W0
Dimana : ∆W : Pertumbuhan biomassa (g) Wt : Bobot populasiikan uji pada akhir pengamatan (g) Wo : Bobot populasiikan uji pada awal pengamatan (g)
Laju Pertumbuhan Relatif
Laju pertumbuhan relatif ikan uji dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Wt- Wo d= x 100
Wo
Dimana : d : Laju pertumbuhan relatif (%) Wt : Bobot tubuh akhirikan uji (g)
Wo : Bobot tubuh awalikan uji (g)
A1 A2 C1 B1
D1 C3 B2 D3
A3 B3 D2 C2
25
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat Kelangsungan Hidup dihitung berdasarkan petunjuk Effendie
(1979) dengan rumus sebagai berikut :
Nt TKH = x 100
No
Dimana : TKH : Tingkat kelangsungan hidup (% ) Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) No : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
Kualitas Air
Kelayakan kualitas air media dievaluasi berdasarkan sifat fisik dan kimia
air media. Sifat fisik air media yang diukur yaitu suhu dan salinitas. Suhu dan
salinitas air diukur setiap hari dua kali perhari yaitu pukul 07.00 dan 14.00 WITA
dengan menggunakan thermometer dan handrefraktometer. Sifat kimia air media
dievaluasi berdasarkan kandungan oksigen terlarut diukur dengan metode
Winkler, dan pHdengan pH meter. Amoniak dengan spektrofotometerdilakukan
pada awal penelitian, selanjutnya setiap sepuluh hari sekali sebelum
penggantian air.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam
(ANOVA). Data yang memperlihatkan pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan
uji lanjut W-Tukey. Data kualitas air dianalisis secara deskriptif berdasarkan
kelayakan hidup ikan bandeng.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan
Hasil perhitungan pertumbuhan biomassa (g) dan laju pertumbuhan relatif
(%) ikan bandeng yang diberi perlakuan tingkat subtitusi tepung kacang kedelai
dengan tepung kacang merah dalam pakan disajikan pada Lampiran 1dan 4,
sedangkan rata-ratanya disajikan pada Tabel8 dan 9.
Tabel 8. Rata-rata pertumbuhan biomassaikan bandeng pada setiap perlakuan selama penelitian
Tingkat subtitusi Rata-rata Pertumbuhan biomassa(g)± SD
A (0%) 146,1 ± 4,05a
B (33,33%) 145,84 ± 29,19a
C (66,66%) 124,5 ± 21,45a
D (100%) 129,97 ± 10,7a
Keterangan :tidak berbeda nyata antar perlakuan(P>0,05)
Hasil analisis ragam pertumbuhan biomassapada Lampiran 2 terlihat
bahwa pemberian pakan dengan berbagai tingkat subtitusi tepung kacang
kedelai dengan tepung kacang merah tidak berpengaruh nyata(P>0,05) terhadap
pertumbuhan biomassa ikan bandeng. Hal ini berarti bahwa tingkat subtitusi
tepung kedelai dengan kacang merah yang digunakan memberi dampak yang
sama terhadap pertumbuhan biomassa ikan bandeng.
Berdasarkan Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan
biomassa (g) ikan bandeng berturut-turut pada perlakuan A dengan tingkat
subtitusi 0% sebesar 146,1 g, di susul perlakuan Bdengan tingkat subtitusi
33,33% sebesar 145,85 g, perlakuan D dengan tingkat subtitusi 100% sebesar
129,97 g, dan nilai terendah pada perlakuan Cdengan tingkat subtitusi 66,66%
dengan nilai sebesar 124,5 g.Menurut Sudarman (1988)kecepatan pertumbuhan
tergantung pada jumlah pakan yang dikonsumsikan, kualitas air dan faktor lain
seperti keturunan, umur, daya tahan serta kemampuan ikan tersebut
27
memenfaatkan pakan, Selanjutnya Boyd and Koppler, (1990)menambahkan
bahwa Jumlah pakan yang diberikan sangat penting karena bila terlalu sedikit
akan mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan akan terjadi persaingan
pakan yang mengakibatkan variasi ukuran ikan yang dihasilkan. Sebaliknya
apabila pakan terlalu banyak akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan
tidak efisien. Rata-rata laju pertumbuhan relatif ikan bandengdisajikan pada
Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata laju pertumbuhan relatif ikan bandeng
Tingkat subtitusi Rata-rata Laju Pertumbuhan Relatif (%) ± SD
A (0%) 1237,67 ± 27,92 a
B (33,33%) 1232,45 ± 35,75 ab
C (66,66%) 1236,71 ± 19,81 ab D (100%) 1169,76 ± 15,05 b
Keterangan :Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan pada taraf 5% (P<0,05)
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan relatif (g) ikan
bandeng nilai tertinggi pada perlakuan A dengan tingkat subtitusi (0%)sebesar
1237,67 g, di susul perlakuan C(66,66%) 1236,71 g, B(33,33%)1232,45 g, dan
terendah pada perlakuan D(100%)sebesar 1169,76 g.
Hasilanalisis ragam (ANOVA) pada Lampiran 5menunjukkan
bahwapemberian pakan dengan berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai
dengan tepung kacang merah yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap laju pertumbuhan relatif ikan bandeng. Berdasarkan uji lanjut W-Tukey
terhadap laju pertumbuhan bobot relatif (%/hari) ikan bandeng,pada Lampiran 6
dan Tabel 9 memperlihatkan bahwa perlakuan A (0%), sama dengan perlakuan
B (33,33%) dan perlakuan C (66,66%) (P>0,05), namun berbeda dengan
perlakuan D (100%), Walaupun demikian perlakuan B (33,33%) dan perlakuan C
(66,66%)samadengan perlakuan D (100%).
Laju pertumbuhan relatifterendah pada perlakuan D (100%) sedangkan
laju pertumbuhan relatif tertinggi pada perlakuan A (0%) disusul pada perlakuan
C (66,66%) dan B (33,33%). Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pertumbuhan
bobot relatif ikan bandeng menurun seiring dengan tingkat subtitusi tepung
kacang kedelai dengan tepung kacang merah.Semakin tinggi tingkat subtitusi
tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah dalam formula pakan
menunjukkan terjadinya penurunan pertumbuhan bobot relatif ikan bandeng.Hal
ini didugakandungan protein semakin menurun dari perlakuan A (0%),
B(33,33%), C(66,66%), sampai dengan perlakuan D (100%) (Tabel 7).Protein
merupakan senyawa kimia yang sangat diperlukan oleh tubuh ikan
sebagaisumber energi dan diperlukan dalam pertumbuhan,pemeliharaan
jaringan tubuh, pembentukan enzim danhormon steroid (Breet dan Grover,
1979dalam Dharma danSuhenda, 1986). Bagi ikan, protein merupakan
sumbertenaga yang paling utama. Pemberian protein dengan kadar yang sesuai
akan meningkatkan pertumbuhan ikan.Menurut Khans dkk,1995 dalam Yanti
dkk.,2003) salah satu nutrien penting yang dibutuhkan ikan adalah protein. Hal
inidisebabkan protein merupakan zat pakan yang sangat diperlukan bagi
pertumbuhan. Pemanfaatan protein bagi pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain ukuran ikan, umur ikan, kualitas protein pakan,
kandungan energi pakan, suhu air dan frekuensi pemberian pakan.
Semakin tinggi tingkat subtitusi tepung kedelai dengan tepung kacang
merah,maka kandungan lemak pada pakan semakin rendah. Hal ini disebabkan
tepung kacang merah mempunyai kandungan lemak yang rendah yaitu
1,7%.Lemak dalampakan mempunyai peran yang penting sebagai
sumbertenaga, bahkan dibanding dengan protein dan karbohidrat,lemak dapat
menghasilkan tenaga yang besar. Protein dankarbohidrat berisi sekitar 4,6
kkal/g, tetapi ikan hanya dapatmenghasilkan 3,9 kkal/g untuk protein dan 1,6
29
kkal/g untukkarbohidrat. Lipid mengandung 9,6 kkal/g dan mempunyai nilaikalori
efektif sebesar 8 kkal/g untuk ikan (Wedemeyer,1996). Dalam kaitannya dengan
pakan buatan, adanya lemakdalam pakan berpengaruh terhadap rasa dan
tekstur pakanyang dibuat. Menurut Mudjiman (2004) kandungan lemakyang ideal
untuk pakan ikan berkisar 4-18%. Dengan demikian, kadarlemak pada pakan
buatan ini masih dalam batas kisaranyang ideal untuk pakan ikan.
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidupikan bandeng pada setiap perlakuan selama
penelitian terlihat pada Lampiran 4. Adapun rata-ratanya disajikan pada Tabel
10.
Tabel 10. Tingkat kelangsungan hidup ikan bandengpada setiap perlakuan selama penelitian
Tingkat subtitusi Tingkat Kelangsungan Hidup (%) ± SD
A (0%) 84,44 ± 3,85a
B (33,33%) 84,44 ± 13,88a
C (66,66%) 73,33 ± 11,55a
D (100%) 80 ± 6,67a
Keterangan :tidak berbeda nyata antara perlakuan (P>0,05)
Hasil analisiragam menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan tingkat
subtitusi kacang kedelai dengan kacang merah tidak memberikan pengaruh yang
nyata (P>0,05) terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng, tingkat
kelangsungan hidup yang sama pada penelitian ini menunjukkan bahwa semua
perlakuan pakan yang diujikan memiliki kemampuan konstribusi nutrient yang
sama dalam mempertahankan kelangsungan hidup ikan bandeng.
Nilai tingkat kelangsungan hidup yang diperolehpada penelitian ini cukup
tinggi.Hal tersebut diduga disebabkan ketersediaan pakan secara kualitatif dan
kuantitatif yang cukup untuk kebutuhan ikan. Selain itu, kualitas air selama
penelitian berada dalam kondisi yang optimal untuk kehidupan ikan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Boyd (1988) yang menyatakan bahwa dalam suatu
perairan jika ketersedian pakan yang cukup dan didukung oleh kualitas air yang
normal maka ikan/udang dapat hidup dengan baik.
Tingkat kelangsungan hidupikan bandeng yang di hasilkan pada
penelitian ini berkisar 73,33-84,44. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
persentase tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng pada semua perlakuan
selama penelitian tinggi. Nilai ini hampir sama dengan nilai tingkat kelangsungan
hidup yang diperoleh Utoyo dkk. (2005) yang memperoleh tingkat kelangsungan
hidup 83,5-87,7%. Tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng yang
dihasilkan pada penelitian ini diduga disebabkan kandungan nutrisi pakan yang
diberikan berupa, protein, karbohidrat dan energi sesuai dengan kebutuhan ikan
bandeng. Dengan demikian, kebutuhan akan energi dapat terpenuhi sehingga
ikan dapat eksis untuk mempertahankan tingkat kelangsungan hidupnya.
Kualitas Air
Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran beberapa
parameter kualitas air media pemeliharaan ikan bandeng meliputi suhu, salinitas,
oksigen terlarut, pH dan amoniak. Kisaran nilai parameter kualitas air yang
diperoleh selama penelitian disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Kisaran nilai pengukuran parameter kualitas air selama penelitian.
Parameter Kisaran Nilai optimum
Suhu (oC) 24,4–31,0 24,00–28,00
Salinitas (ppt) 25-26 12,00-20,00
DO (ppm) 5,6–5,8 4,00-7,00
pH 7-7,58 6,50-8,50
Amonia (ppm) 0,001-0,002 <1,00
31
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa suhu selama penelitian berkisar
antara 24,4 dan 31,0°C. Kisaran ini layak untuk pemeliharaan dan pertumbuhan
ikan bandeng. Kordi dan Tancung (2005) mengemukakan bahwasuhuyang
optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng berkisar 23-32°C.
Salinitas selama penelitian berkisar 25–26 ppt. Nilai tersebut mendukung
pertumbuhan ikan bandeng, dimana salinitas dapat mempengaruhi
pertumbuhan ikan bandeng yang dibudidayakan. Menurut Kordi (2009) ikan
bandeng mampu menyesuaikan diri terhadap salinitas air, sehingga dapat hidup
di air tawar (salinitas antara 0-5 ppt) maupun air asin (salinitas >30 ppt).
Kandungan oksigen terlarut selama penelitian berkisar 5,6–5,8ppm. Nilai
ini optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng secara berkelanjutan. Hal ini sesuai
dengan Ahmad dkk.(1993) mengemukakan bahwa kisaran oksigen terlarut yang
optimum untuk ikan bandeng berkisar 3,0-8,5 ppm.
Tingkat keasaman (pH) yang diperoleh berkisar antara 7-7,58. Kisaran ini
tergolong layak untuk kehidupan ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kordi (2009) bahwa ikan bandeng masih dapat tumbuh optimal pada 6,5-9.
Kandungan amoniak yang diperoleh berkisar 0,001-0,002ppm. Kiasaran
ini tergolong layak untuk pemeliharaan ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kordi dan Tancung (2005) bahwa dalam pemeliharaan ikan bandeng
kadar amoniak tidak boleh lebih dan 0,1 ppm. Apabila kadar amoniak yang
terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya jaringan insang, dimana lempeng
insang membengkak sehingga fungsinya sebagai alat pernafasan akan
terganggu.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah dalam
pakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan biomassa dan tingkat
kelangsungan hidup (P>0,05) ikan bandeng.
2. Tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah dalam
pakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot relatif (P<0,05) ikan
bandeng.
3. Kacang merah dapat mensubtitusi kacang kedelai pada pakan buatan untuk
ikan bandeng sampai 66.67-100% dengan kualitas gizi yang dapat
menjaminpertumbuhan ikan bandeng.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini kacang merah dapat direkomendasikan
sebagai sumber bahan baku pakan alternatif pengganti kacang kedelai yang
diharapkan bisamenghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
bandeng yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T. A., T. Prijono., T Aslianti., Setiadharma, dan Kasprijo. 1993. Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Bandeng. Seri Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan No. PHP/KAN/24/1993. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.
Affandi R, D.S. Sjafei, M.F. Raharjo dan Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan,
Pencernaan danPenyerapan Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius, Yogyakarta. Aslamyah, S. 2008. Pembelajaran Berbasis SCL pada Mata Kuliah Biokimia
Nutrisi. UNHAS, Makassar. Astawan M. W. dan A Made.1998. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat
Guna. : CV. Akademika Pressindo, Jakarta. Balai Besar pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, 2004. Laporan Tahunan
Kegiatan BBPBAP.Departemen Perikanan dan Kelautan.,Direktorat JenderalPerikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara.
Balai Penelitian dan Pengembanagan Perikanan. 1997. Pedoman Teknis
Pembenihan Ikan Bandeng. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Bagarinao T.U. 1995. Biologi of milkfish. Trading and information division tecno-
tranfer section, aquaculture department southeast Asian,fisheris development center. Philippines tigbauan, illolo
Boonyaratpalin, M, 1997. Nutrient Requiretments of Marine Food Fish Cultured In
South Asia. Borlongan, I. G, and Coloso R, M. 1992. Lipid And Acid Composition Of Milkfish
(Chanos chanos Forsskal) Grown In Freswater And Seawater. Boyd, C.E., 1988, Water Quality Management for Pond Fish Culture, Elsevier
Scientific Publishing Company, New York. Boyd, C.E. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture.
Department Of Fisheries And Aquaculture, Aquaculture Experiment Stasion. Auburn University, Alabama. USA. Elservier Scientific Publ. New York.
Breet, J.R. and D.D. Grovers. 1979. Physiological energetic, p. 279-351. In W.S.
Hoar. D. J. Randall and J. R. Breet (Eds). Fish physiology Vol. VIII. Acad. Press. New York.
Buwono I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Essensial Dalam Ransum Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Cholik F, Z.I Anwar, G. Prijono, Sumiarsa, Badraeni, dan S N. Irianti. 1990. Teknologi Pembenihan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal). Balai Penelitian Budidaya Pantai. Bali.
Chua, T.E. and S.K Teng. 1981. Effect Of Stocking Density On Growth of
Estuaria Grouper Epinephelus Salmoides Maxwell .In Floating Net-Cage Singapura Journal of Primary Industries.
Deliani. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Protein, Lemak,
Komposisi Asam Lemak dan Asam Fitat pada Pembuatan Tempe.Tesis PascaSarjana, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Dharma, L. dan N. Suhenda. 1986. Pengaruh Pemberian Pakan Dengan Tangan
Dan Alat Self Feeder Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Ikan Mas Di Kolam Air Deras. Bulletin Penelitian Perikanan Darat.
Direktorat Gizi, Depkes RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata :
Jakarta Djajasewaka, H. 1985. Makanan Ikan . CV Yasaguna, Bandung. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sari, Bogor. Hadadi, A., Herry, Setyorini, A. Surahman,dan E.Ridwan, 2007.Pemanfaatan Limbah Sawit untuk Pakan Ikan. J. Budidaya Air Tawar. Hardanu , W., Anindiastusi, dan B. Sumartono. 1995. Pemeliharaan Larva Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsskal). Balai Budidaya Air Payau. Jepara Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S.
Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan, Bogor. Jobling, M. 1983. Effect of Feeding Frequency on Food Intake and Growth of
ArticSalmon(Salvelinusalpinus). J. Fish. Biol. Kamler, E. 1992.Early Life History of Fish :An Anergety Approach, New York. Kay, D.E. 1979. Food Legumes. Tropical Product.Institute, London. Kordi. G. 2009. Budidaya Perairan. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Kordi. G dan Tancung, A. B. 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka Cipta,
Jakarta. Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Lele. Penebar swadaya,
Jakarta. Martosudarmo, B. 1984. Biologi Bandeng (Chanos chanos forsskal). Dirjen
Perikanan Depertemen Pertanian, Jakarta. Mudjiman, A. 2004. Makanan ikan. Penebar Swadaya. Jakarta
35
Murtidjo, B. A,. 2002. Bandeng, Kanisius, Yogyakarta.
Purnomowati, I., Hidayati, danC. Saparinto, 2007. Ragam Olahan Bandeng. Kanisius, Yogyakarta.
Rachmansyah, 2004. Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk
Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan Bagi Pengembangan Budidaya Bandeng Dalam Keramba Jaring Apung. IPB, Bogor.
Rahardjo, Y.C., T. Murtisari, Sajimin, B.Wibowo, Nurhayati, D,
Purwantari,Lugiyo dan Hartati. 2004. Pemanfaatan Aneka Ternak sebagai sumber pangan hewani dan produk lain bermutu tinggi. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 2003. Buku II. Ternak Non Ruminansia. Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian
Rumawan. 1991. Pengaruh Berbagai Tingkat Salinitas Terhadap Pertumbuhan
Larva Bandeng (Chanos chanos forsskal). Universitas warmadewa, Denpasar.
Sudarman, 1988. Budidaya Udang Windu. Pembesaran di Tambak, Agricultural
Tehnical Boston W.D.C, Surabaya. Sudradjat, A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Penebar
Swadaya, jakarta. Sukadi, M. F. 2003. Strategi Dan Pengembangan Pakan Dalam Budidaya
Perikanan. Prosiding Semi Lokal “Aplikasi Teknologi Pakan Dan Peranannya Bagi Perkembangan Usaha Perikanan Budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta.
Sulistyowati, E. 2008. Pertumbuhan Kacang Merah pada Medium yang Berbeda.
Dalam http://kacangmerah-mitra.blokspot.com/. Diakses Tanggal 6 Mei 2012.
Sumartono, B.Utaminingsih, dan S. Raharjo. 1995. Pemilihan Lokasi
Pembenihan Bandeng (Eds). Teknologi Pembenihan Bandeng Secara Terkendali. Balai Budidaya Air Payau, Jepara.
Stickney, R. 1980. Breeding And Selection of Cultivated Warnwaterl Fisheries In
Asia And The For East. Susanto dan Rochdianto, 2001. Budidaya Ikan Mas Di Lahan Kritis. Swadaya,
Jakarta. Utoyo, A. Mansyur, Tarunamulia, B. Pantjara, dan Hasnawi. 2005. Identifikasi
Kelayakan Lokasi Lahan Budidaya di Perairan Teluk Kupang Nusa Tenggara Timu, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
Wardoyo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Marine Culture. JICA Text Book The General Aquaculture Course.Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University Of Fisheries,Jepan.
Weatherley,A.H. 1972. Growth And Ecologi of Fish Population. Academic Press,
New York, London. Winarno, F.G. dan A. Rahman, 1974. Protein Sumber dan Peranannya.
Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
warintek.ristek.go.id,2009. Kedelai,http:/www.warintek.ristek.go.idpertanian/ Kedelai pdf. Diakses tanggal 7 Juli 2012 Yanti, S., A. Priyadi, dan H. Mundriyanto. 2003. Rasio Energi dan Protein Yang
Berbeda Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Protein Pada Benih Ikan Baung (Mystus nemurus),Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
37
Lampiran 1. Pertumbuhan biomassa (g) ikan uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah selama 60 hari periode pengamatan
Perlakuan tingkat subsitusi tepung kacang kedelai dengan tepung
kacang merah (%)
Ulangan Bobot
populasi awal (g)
Bobot populasi akhir
(g)
Pertumbuhan bobot mutlak
(g)
0
1 14,10 163,28 149,18 2 14,25 161,85 147,60 3 14,25 155,76 141,51
Rata-Rata 14,20 160,30 146,10
33,33
1 14,25 193,50 179,25 2 14,10 139,37 125,27 3 14,25 147,24 132,99
Rata-rata 14,20 160,04 145,84
66,66
1 14,10 114,03 99,93 2 14,25 153,72 139,47 3 14,10 148,20 134,10
Rata-rata 14,15 138,65 124,50
100
1 14,25 133,32 119,07 2 14,10 144,48 130,38 3 14,25 154,70 140,45
Rata-rata 14,20 144,17 129,97
Lampiran 2. Hasil analisis ragam (ANOVA) pertumbuhan biomassa (g) ikan uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah
SK JK db KT F-Hitung Sig
Perlakuan 1097,741 3 365,914 1,014ns 0,436
Galat 2886,034 8 360,754
Total 3983,776 11 Keteranganns : Tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
Lampiran 3. Pertumbuhan bobot relatif (%) ikan uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah selama 60 hari periode pengamatan
Perlakuan tingkat subsitusi tepung kacang kedelai dengan tepung
kacang merah (%)
Ulangan Bobot rata-rata awal (g)
Bobot rata-rata akhir (g)
Pertumbuhan bobot relatif
(%)
0
1 0,94 12,56 1236,17 2 0,95 12,45 1210,53 3 0,95 12,98 1266,32
Rata-Rata 0,95 12,66 1237,67
33,33
1 0,95 12,90 1257,89 2 0,94 12,67 1247,87 3 0,95 12,27 1191,58
Rata-rata 0,95 12,61 1232,45
66,66
1 0,94 12,67 1247,87 2 0,95 12,81 1248,42 3 0,94 12,35 1213,83
Rata-rata 0,94 12,61 1236,71
100
1 0,95 12,12 1175,79 2 0,94 12,04 1180,85 3 0,95 11,90 1152,63
Rata-rata 0,95 12,02 1169,76
Lampiran 4. Hasil analisis ragam (ANOVA) pertumbuhan bobot relatif (%) ikan uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah
SK JK db KT F,Hitung Sig
Perlakuan 9803,559 3 3267,853 4,884* 0,032 Galat 5352,929 8 669,116 Total 15156,488 11 Keterangan* : Berpengaruh nyata (P<0,05)
39
Lampiran 5. Hasil uji W-Tukey pertumbuhan bobot relatif (%) ikan uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Selisih (I-J) Std. Kesalahan Sig
1 2 5,22667 21,12054 0,994 3 0,96667 21,12054 1,000 4 67,91667 21,12054 0,049 2 1 -5,22667 21,12054 0,994 3 -4,26000 21,12054 0,997 4 62,69000 21,12054 0,070 3 1 -0,96667 21,12054 1,000 2 4,26000 21,12054 0,997 4 66,95000 21,12054 0,052 4 1 -67,91667 21,12054 0,049 2 -62,69000 21,12054 0,070 3 -66,95000 21,12054 0,052
Lampiran 6. Tingkat kelangsungan hidup (%) ikan uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah selama 60 hari periode pengamatan
Perlakuan tingkat subsitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang
merah (%)
Ulangan Jumlah populasi
awal (ekor)
Jumlah populasi
akhir (ekor) TKH (%)
0
1 15,00 13,00 86,67 2 15,00 13,00 86,67 3 15,00 12,00 80,00
Rata-Rata 15,00 12,67 84,44
33,33
1 15,00 15,00 100,00 2 15,00 11,00 73,33 3 15,00 12,00 80,00
Rata-rata 15,00 12,67 84,44
66,66
1 15,00 9,00 60,00 2 15,00 12,00 80,00 3 15,00 12,00 80,00
Rata-rata 15,00 11,00 73,33
100
1 15,00 11,00 73,33 2 15,00 12,00 80,00 3 15,00 13,00 86,67
Rata-rata 15,00 12,00 80,00
Lampiran 7. Hasil analisis ragam (ANOVA) Tingkat kelangsungan hidup (%) ikan uji pada berbagai tingkat subtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah
SK JK db KT F-Hitung Sig
Perlakuan 248,174 3 82,725 0,859ns 0,501
Galat 770,563 8 96,320
Total 1018,737 11 Keteranganns : Tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
top related