pengaruh shalat terhadap kecerdasan...
Post on 03-Feb-2018
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH SHALAT TERHADAP KECERDASAN EMOSI SANTRI
PONDOK PESANTREN DAARUL MUSTAQIEM PAMIJAHAN BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ABD. SHOLAHUDIN
NIM: 109052000016
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
iv
ABSTRAK
Abd. Sholahudin, 109052000016, Pengaruh Shalat Terhadap Kecerdasan Emosi
Santri Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem Bogor, Drs. H. Mahmud Jalal, MA
Kecerdasan emosi adalah salah satu jenis kecerdasan yang dianggap sangat
berperan dalam menetukan kesuksesan seseorang. Menurut hasil penelitian,
setidaknya 75% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosinya
(EQ) dan hanya 4% yang ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya. IQ tanpa EQ
dapat membuat anda berhasil meraih nilai A dalam ujian, tetapi tidak akan
membuat anda berhasil dalam kehidupan
Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan untuk menyikapi
pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan
mengelolanya. Dengan kata lain Kecerdasan emosi adalah kompas berprilaku/
beretika
Untuk mencapai keselarasan antara emosi dan logika yang menjadi bagian
dari kecerdasan emosi, salah satu caranya adalah dengan menggunakan pusat
spritual untuk menciptakan kedamaian. Diantara hal yang dapat menciptakan
kedamaian adalah ibadah shalat, karena shalat adalah ibadah yang langsung
menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta, kebahagiaan di dunia dan akhirat
bagi orang yang ta’at menjalankannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh
shalat terhadap kecerdasan emosi
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
jenis metode metode korelasional, karena mencari hubungan diantara variabel-
variabel yang diteliti. Subjek penelitiannya berjumlah 40 orang santri di Pondok
Pesantren Daarul Mustaqiem Bogor.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis memaparkan secara singkat
hasil data kuesioner dengan nilai signifikansi sebesar 0,008 lebih kecil dari pada
nilai probabilitasnya sebesar 0,05. Dengan demikian, dapat diperoleh kesimpulan
bahwasanya ada pengaruh shalat secara signifikan terhadap kecerdasan emosi.
Kata kunci : Shalat, Kecerdasan emosi
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan
skripsi dengan judul Pengaruh Shalat Terhadap Kecerdasan Emosi Santri
Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem Pamijahan Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit halangan dan rintangan yang
penulis hadapi. Namun, berkat saran dan dorongan semangat dari beberapa pihak,
penulis mampu menyelesaikannya. Atas segala bantuan baik moril dan materil
yang besar sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda H. Tajudin (alm.) dan Ibunda Hj.
Alfiah (alm.) semoga Allah merahmati mereka, yang telah mendidik dan
membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang.
2. Istri dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan moril maupun
materil.
3. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Suparto, PhD selaku Pembatu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi
Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
6. Bapak Dr. Suhaemi, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku ketua prodi Bimbingan Penyuluhan
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Ir. Noor Bekti Negoro, SE. M.Si selaku Sekretaris prodi Bimbingan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan motivasi serta saran juga perbaikan
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
10. Drs. KH. Sholahudin Habsya, MA selaku pimpinan pondok pesantren Daarul
Mustaqiem Pamijahan Bogor yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian di lembaga yang beliau pimpin
11. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juli 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
1. Tujuan Penelitian ................................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ................................................................. 8
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ................................................................ 10
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Shalat ......................................................................................... 11
1. Pengertian Shalat .................................................................. 11
2. Dalil Perintah Shalat .............................................................. 13
3. Kedudukan Shalat Dalam Agama .......................................... 16
4. Hikmah Shalat ...................................................................... 17
5. Shalat dan Perumpamaannya ................................................ 20
B. Kecerdasan Emosi ..................................................................... 21
1. Pengertian Kecerdasan Emosi .............................................. 21
2. Dimensi Kecerdasan Emosi ................................................... 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi dan Pendekatan Penelitian ...................................... 33
B. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 34
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 34
1. Data Primer ............................................................................ 34
2. Data Sekunder........................................................................ 35
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 35
E. Variabel Penelitian..................................................................... 36
F. Operasional Variabel Penelitian ................................................ 36
G. Uji Instrument ........................................................................... 37
1. Uji Validitas ........................................................................... 37
viii
2. Uji Reabilitas ......................................................................... 38
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 39
1. Uji Regresi hubungan antar variabel ..................................... 40
2. Uji Koefesien Determinsi (R2) .............................................. 42
3. Uji Koefesien Regresi secara Simultan (Uji F) ..................... 42
4. Uji Koefesien Regresi Parsial (Uji T).................................... 43
5. Uji Beda Rata-rata ................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................... 45
1. Sejarah Singkat Yayasan Ponpes Daarul Mustaqiem ............ 45
2. Visi dan Misi ......................................................................... 45
3. Susunan Pengurus Yayasan Ponpes Daarul Mustaqiem........ 46
4. Data Santri Yayasan Ponpes Daarul Mustaqiem ................... 46
B. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 47
1. Uji Validitas ........................................................................... 47
2. Uji Reliabilitas ....................................................................... 48
C. Hasil dan Analisis Data Penelitian ............................................ 50
1. Klasifikasi Responden ........................................................... 50
2. Gambaran Umum Variabel Penelitian ................................... 50
3. Analisis Data.......................................................................... 50
a. Uji Determinsi (R2) ............................................................ 50
b. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t) .................................. 51
c. Uji Koefesien Regresi secara Simultan (Uji F) ................. 53
d. Pembahasan ....................................................................... 55
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 56
B. Saran .......................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Indikator Variabel ...................................................................... 36
Tabel 3.2 : Skala Likert ................................................................................ 39
Tabel 3.3 : Skor Pengukuran Skala .............................................................. 40
Tabel 4.1 : Daftar Validitas Instrumen ......................................................... 47
Tabel 4.2 : Hasil output uji reliabilitas shalat .............................................. 49
Tabel 4.3 : Hasil output uji reliabilitas Kecerdasan Emosi ........................... 49
Tabel 4.4 : Persebaran Variabel Penelitian Deskriptif Statistik ................... 50
Tabel 4.5 : Hasil Koefesiensi Determinasi ................................................... 51
Tabel 4.6 : Hasil output uji koefesien Parsial .............................................. 52
Tabel 4.7 : Hasil output uji Koefesien Simultan ........................................... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama ini kecerdasan senantiasa dikonotasikan dengan kecerdasan
intelektual atau yang sering dikenal sebagai intelligence Quotient. Namun
saat ini, anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya tertumpu pada dimensi
intelektual saja sudah tidak berlaku lagi. Selain IQ, manusia juga masih
memiliki dimensi kecerdasan lainnya, yaitu kecerdasan emosi (emotional
Intelligence) dan kecerdasan spritual (SQ)
Bahkan, menurut Howard Gardner, sang pencetus teori Multiple
Intelligences (Kecerdasan Majemuk), menyebutkan bahwa ada 9 jenis
kecerdasan pada diri manusia yang bisa dikembangkan, yaitu : kecerdasan
Eksistensial (spritual), Emosional, Sosial, Verbal (bahasa), Matematis
(berhitung), Visual (melihat), Musikal (Mendengar), Kinestetik (bergerak),
dan Naturalis. 1
Diantara beberapa jenis kecerdasan di atas, ada jenis kecerdasan yang
dianggap sangat berperan dalam menetukan kesuksesan seseorang, yaitu
Kecerdasan Emosional. Menurut hasil penelitian, setidaknya 75% kesuksesan
manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosinya (EQ) dan hanya 4% yang
ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya.
IQ tanpa EQ dapat membuat anda berhasil meraih nilai A dalam ujian,
tetapi tidak akan membuat anda berhasil dalam kehidupan. Wilayah EQ
1 M Shodiq Mustika, Pelatihan Shalat Smart Untuk Kecerdasan dan Kesuksesan Hidup
(Jakarta, Hikmah, 2007), hlm. 13
2
adalah hubungan pribadi dan antar pribadi; EQ bertanggung jawab atas harga
diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan kemampuan adaptasi sosial.2
Pada akhir 1960, sekelompok ahli psikologi sepakat dengan pendapat
Gardner tentang pentingnya kemampuan emosi dan kemampuan komunikasi
dalam kehidupan sosial. Steinberg dan Peter Salovey, mereka menemukan
kembali kerangka apa yang dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam
kehidupan dan jalur penelitian ini menuntun pada pemahaman akan
pentingnya kecerdasan emosi (Daniel Goleman, 2007)
Menurut Cooper dan Sawaf sebagaimana yang dikutip dalam buku
Revolusi kecerdasan Abad 21, kecerdasan emosi adalah:
“Emotional Intelligence is the ability to sense, understand, and
effectively apply the power and acumen of emotions as a source of human
energy, information, connection, and influence.” (kecerdasan emosional
adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber
energy manusia, infomasi, hubungan, dan pengaruh)3
Peter salovey dan John Mayer (1990 : 1), mereka adalah orang yang
pertama kali memperkenalkan istilah kecerdasan emosi dalam tulisan yang
mereka terbitkan, mereka mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
berikut:
“form intelligence that involves the ability to monitor one’s own and
other’s feelings and emotions, to discriminate among them and to use this
2Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional. Penerjemah Ary Nilandari (Bandung :
Kaifa, 2000), hlm. 26-27 3Agus Effendi, Revolusi kecerdasan abad 21; kritik MI, EI, SQ, AQ & successful Intelegence
atas IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005), cet. 1, hlm. 172
3
information to guide one’s thinking and actions”4 (kecerdasan emosi
merupakan suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan
orang lain, serta menggunakan perasaaan –perasaan itu untuk memandu
pikiran dan tindakan. Bisa juga dikatakan kecerdasan emosi merupakan
kompas etika dalam bersikap).
Kemudian Peter Salovey merumuskan Kecerdasan emosi menjadi lima
wilayah utama, yaitu :
1. Mengenali emosi diri. Kesadaran diri, mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosi.
2. Mengelola emosi, menangani perasaan agar perasaan terungkap
dengan pas adalah kecakapan yang tergantung pada kesadaran diri
3. Memotivasi diri sendiri, menata emosi sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Kendali diri emosi-menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati adalah landasan dalam berbagai
bidang
4. Mengenali emosi orang lain. Empaty, kemampuan yang bergantung
pada kesadaran diri emosi merupakan keterampilan bergaul
5. Membina hubungan. Merupakan keterampilan mengelola emosi
orang lain atau disebut juga kecerdasan sosial. (Goleman, 2007)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan
Emosional (EQ) adalah kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-
pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan
4 Peter Salovey & John D mayer, Emotional intelegence. Baywood Publishing Co.inc.
1990
4
mengelolanya. Atau dalam kata lain Kecerdasan emosi adalah kompas
berprilaku/ beretika
Salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi adalah
kepribadian. Perkembangan kepribadian seseorang meliputi beberapa aspek
yaitu alami genetis (nature) dan aspek bimbingan lingkungan (nurture).
(Goleman, 2003)
Selain itu, menurut Patton (1997) mengungkapkan bahwa untuk
mencapai keselarasan antara emosi dan logika yang menjadi bagian dari
kecerdasan emosi, salah satu caranya adalah dengan menggunakan pusat
spritual untuk menciptakan kedamaian. Salah satu prinsip dalam membangun
karakter kecerdasan emosi menurutnya adalah dengan menggunakan pusat
spritual yang dapat mengekang kecendrungan manusiawi serta tetap
mengarahkan untuk tetap punya pijakan dan memusatkan pada ciri-ciri hidup
yang efektif, seperti terus memotivasi diri, menjaga hubungan yang harmonis
dengan orang lain. Pusat spritual ini dibangun dengan melihat hal yang ada di
luar diri, yaitu Tuhan.
Oleh karena itu, Kecerdasan Emosi berkaitan erat dengan hati.
Sebagaimana pendapat Ary Ginanjar dalam bukunya ESQ 165 yang mengutip
pendapat Cooper: ”hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang paling dalam,
mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani.
Hati tahu hal-hal yang tidak, atau tidak dapat diketahui oleh pikiran. Hati
adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati
5
adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar,
menciptakan kerjasama, memimpin dan melayani.”5
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate
Ludeman, pada 800-an manajer perusahaan yang mereka tangani selama 25
tahun, mereka menyimpulkan bahwa para pemimpin yang sukses ternyata
mereka yang lebih mengamalkan nilai-nilai rohaniah atau nilai-nilai sufistik
daripada mengedepankan sisi intelektual semata (Jumadi Asnawi, 2005)
Hubungan antara moral dan agama sangat erat, biasanya orang yang
mengerti agama dan rajin melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya,
moralnya dapat dipertanggung-jawabkan; sebaliknya orang-orang yang
akhlaknya merosot, biasnya keyakinannya terhadap agama kurang atau tidak
ada sama sekali. Karena cara seseorang berfikir, bereaksi, dan bertingkah laku
tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam
konstruksi kepribadiannya. 6
Baik secara langsung maupun tidak, kecerdasan emosi akan terbentuk
dan terus meningkat seiring dengan pengamalan ibadah kepada Allah.
Peningkatan atau pendakian kepribadian dari kepribadian amarah menuju
kepribadian lawwamah (jiwa yang sedang mencari jati diri) dan kepribadian
muthmainah (jiwa yang tenang) diperlukan latihan khusus untuk menekaan
daya nafsu dari hawa dengan berpuasa, shalat, berdoa dan lain sebagainya
(Abdul Mujib, 2002)
5Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ
berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Jakarta: Arga, 2001), Prolog 6 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005) cet ke -17, hlm 4
6
Islam memerintahkan setiap orang berusaha semampunya untuk
melaksanakan segala perintah Agama dan menjauhi larangannya dengan rasa
penuh tanggung jawab. Orang yang memiliki kesadaran beragama secara
matang dan bertanggung jawab dengan keberagamaannya, akan mendapatkan
kebahagiaan dan ketenangan yang bisa mematangkan kepribadian serta
kemampuan untuk menganalisa masalah-masalahnya7.
Salah satu ajaran yang paling penting dalam islam adalah shalat. Shalat
adalah tiangnya agama islam. Sebagaimana dalam hadits nabi saw yang
diriwayatkan oleh Al-Baehaqi dan Umar bahwasanya Nabi saw bersabda:
“shalat itu tiang agama. Barangsiapa mendirikan shalat, sungguhlah ia telah
mendirikan agama; dan barangsiapa meninggalkan shalat, sungguhlah ia
telah meruntuhkan agama” .
Shalat merupakan suatu rangka pokok dari iman. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 1-4
“(I)Alif laam miin; (2) Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa; (3) (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka; (4) dan mereka
yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat.
7 Yusuf Burhanudin, Kesehatan Mental (Bandung : Pustaka Setia, 1999), hlm. 23
7
Prof. Dr. Hasby Ash Shiddieq memahami ayat diatas bahwasanya shalat
adalah hasil dorongan iman kepada Allah yang bersemi dalam jiwa. Iman
yang teguh bersemi di lubuk jiwa menarik kepada shalat. Shalat yang
ditegakkan dengan sempurna dengan khusyu yang menjadi spiritnya
(rohnya), membawa kepada rela mengorbankan sebahagian harta untuk
kepentingan pergaulan hidup manusia8.
Dari penjelasan diatas, mengisyaratkan bahwasanya tingkat pengamalan
dan penghayatan agama memberi dampak kepada kecerdasan emosi sesorang.
Jika demikian, apakah ada pengaruh shalat yang merupakan salah satu bentuk
pengamalan agama terhadap kecerdasan emosi?
Salah satu lembaga pendidikan di Bogor, yaitu Yayasan Ponpes Daarul
Mustaqiem yang berlokasi di Jln K H. Abdul Hamid KM 08 kab Bogor telah
rutin melaksanakan bimbingan shalat bagi para santri. Di Ponpes itu santri
diharuskan untuk mengikuti shalat wajib berjama’ah. Oleh karenanya, penulis
tertarik melakukan penelitian dalam bentuk proposal skripsi dengan judul
“Pengaruh Shalat Terhadap Kecerdasan Emosi Santri Pondok
Pesantren Daarul Mustaqiem Pamijahan Bogor” dengan beberapa alasan
yaitu 1) letaknya yang berdekatan dengan rumah peneliti sehingga bisa
menghemat dari segi waktu dan biaya (efesiensi) (2) berdasarkan pengamatan
peneliti, santri yang mayoritas masih berusia muda merupakan generasi muda
yang diharapkan menjadi penerus estapet kepemimpinan sejarah bangsa.
Bukankah masa depan sebuah bangsa tergantung di tangan para pemuda?
Sebagaimana pepatah Arab mengatakan “Syubban al-yaum, Rijal al-ghad”
8 Hasby Ash Shiddieq, Pedoman Shalat ( Jakarta : Bulan Bintang, 1983) cet ke -11, hlm 40
8
bahwasanya Pemuda hari ini adalah Pemimpin di masa yang akan datang.
Oleh karenanya perlu diperhatikan hal-hal apa saja yang bisa meningkatkan
proses tumbuh kembang agar kelak mereka menjadi pribadi-pribadi hebat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyak kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Daarul
Mustaqiem Pamijahan Bogor, penulis membatasi pada kegiatan shalat dan
pengaruhnya terhadap kecerdasan emosi. Adapun batasan santrinya yaitu
hanya santri yang masih aktif di Yayasan Pondok Pesantern Daarul
Mustaqiem Pamijahan Bogor.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana
pengaruh shalat terhadap kecerdasan emosi santri Pondok Pesantren
Daarul Mustaqiem Pamijahan Bogor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh shalat
terhadap kecerdasan emosi santri Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem
PamijahanBogor?
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat akademis
9
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya
mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tentang
pengaruh shalat terhadap kecerdasan emosi.
b. Manfaat Praktis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai
pengaruh shalat terhadap kecerdasan emosi sesorang yang menurut
kebanyakan orang sebagai penentu untuk mencapai keberhasilan.
Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan pelajaran yang berharga bagi peneliti khususnya untuk
menumbuhkan semangat melaksanakan shalat yang merupakan sendi
dari ajaran agama islam.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan proposal skripsi ini penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka awal
yang penulis teliti adalah menelaah terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi
terdahulu yang mempunyai judul yang hampir sama dan berhubungan dengan
yang akan diteliti. Adapun skripsi yang berhubungan dengan masalah yang
akan penulis teliti adalah : Ita Nurlitasari,Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2009 dengan judul skripsi “ Perbedaan
Kecerdasan Emosi Mahasisiwa Yang Melaksankan Qiyamul Lail dan Yang
Tidak Qiyamul Lail”. Dalam skripsi ini membahas kecerdasan emosi dan
aspek-aspeknya, shalat tahajjud dan manfaatnya serta kesimpulan dari peneliti
10
bahwasanya ada perbedaan yang signifikan kecerdasan emosi antara
mahasiswa yang melaksanakan qiyamul lail dengan yang tidak.
E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan merupakan bab awal yang berisi latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori yang berisikan masalah inti dalam judul skripsi ini,
yaitu memuat tentang (1) shalat yang meliputi : Pengertian Shalat,
Hukum Shalat, Keutamaan shalat dan Hikmah Shalat.
(2)Kecerdasan Emosi yang meliputi: pengertian Kecerdasan Emosi,
aspek-aspek Kecerdasan Emosi, faktor –faktor yang mempengaruhi
Kecerdasan Emosi, alat ukur kecerdasan emosi, kecerdasan emosi
dalm perspektif islam
BAB III Gambaran Umum Lembaga. Dalam bab ini akan dijelaskan sejarah
berdirinya, visi dan misi, dasar hukum, kegiatan- kegiatan yang
dilaksanakan, tujuan dan sasaran, target.
BAB IV Temuan dan analisa data : analisa hasil penelitian, gambaran umum
subjek berdasarakan berbagai karakteristiknya, kategorisasi
subjek, uji persyaratan , pengajuan hipotesis dan hasil penelitian
BAB V Penutup berisi kesimpulan dan saran
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Shalat
1. Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa adalah doa memohon kebajikan dan rahmat. Oleh
karenanya, kata (lafadz) shalat merupakan lafadz musytarak, yaitu lafadz yang
mempunyai lebih dari satu makna. Kata shalat, jika dinisbatkan kepada Allah maka
mempunyai makna Rahmat, sedangkan jika dinisbatkan kepada selain Allah seperti
malaikat, manusia dan mahluk Allah lainnya maka shalat berarti doa1.
Orang Arab memakai kata shalat dengan arti demikian sebelum islam
datang, dan arti itu terdapat juga pada beberapa tempat di dalam Al-Quran, seperti
dalam surat At-Taubah ayat 103.2
“dan bershalatlah atas mereka (berdo‟alah untuk mereka). Karena sesungguhnya
shalatmu (do‟amu) itu, menenangkan dan menentramkan mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Sedangkan definisi shalat menurut istilah syara‟ adalah sebagai berikut:
1. Menurut Para fuqaha (ahli fiqih), shalat adalah :
اقىال وافؼال يفتتحة با نتكبيز يختتًة بانتسهيى يتؼبد بها بشزائط يخصىصة
“beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi
dengan salam, yang dengannya kita beribadat kepada Allah, menurut syarat-
syarat yang ditentukan”
1 Sayyid Abu Bakar, I’anatu At-Thalibin ( Semarang : Karya Putra, 1300 H) hlm 12
2 Hasby Ash Shiddieq, Pedoman Shalat ( Jakarta : Bulan Bintang, 1983) cet ke -11, hlm 62
12
2. Menurut ahlul Haqieqah, shalat adalah :
ه ويبؼث فيه جاللتىجه انقهب انى اهلل ػهى وجه يجهب انخىف انيه سبحان
ػظًته وكًال قدرته
“menghadapkan hati (jiwa) kepada Allah, sehingga timbul rasa takut kepadaNya
dan merasakan akan keagungan dan kesempurnaan kekuasaanNya”
3. Menurut Ahlul Ma‟rifat, yang mendefinisikan ruhnya (jiwanya) shalat sebagi
berikut :
اهلل بانقهب وانخشىع بين يديه واالخالص نه يغ انتىجه انى
خضىر انقهب فى انذكز واندػاء وانثناء
“Ruhnya Shalat adalah: menghadapkan hati kepada Allah dengan penuh
keikhlasan dan kekhusyu‟an dalam berdzikir, berdo‟a dan memuji”
Perbedaan definisi di atas menurut hemat penulis sangatlah wajar, hal ini
disebabkan karena para ahli fiqih(fuqaha) lebih condong memaknai sesuatu dari
segi lahir (dzahir), sedangkan para ahlul ma‟rifat/ ahlul haqiqat lebih condong
memaknai sesuatu dari segi batin (haqiqat)nya. Karena itu, dapat dikatakan bahwa
definisi shalat terdiri dari makna zhahir dan makna batin. Makna zhahir shalat
seperti yang dijelaskan oleh fuqaha, sedangkan makna bathin shalat dijelaskan
oleh ahlul haqiqat dan ahlul ma‟rifat.
Berapa banyak orang yang secara lahir sedang shalat, tapi batinnya
(hatinya) tidak shalat. Sebaliknya ada segelintir orang yang secara zhahir tidak
sedang melaksanakan shalat, tapi hatinya selalu shalat, dalam arti hati jiwanya
selalu mengingat Allah. Maka dari itu ada istilah “shalat di luar shalat”.
13
Oleh karena itu, alangkah baiknya kita sebagai muslim berusaha sekuat
tenaga untuk shalat secara zhahir dan batin, yaitu zhahir kita melaksanakan seperti
apa yang disyariatkan dan batin (hati) kita hadapkan hanya kepada Allah.
Ia disebut shalat karena ia menghubungkan seorang hamba kepada
Penciptanya, dan shalat merupakan manifestasi penghambaan dan kebutuhan diri
kepada Allah SWT. Dari sini maka, shalat dapat menjadi media permohonan
pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang ditemui manusia
dalam perjalanan hidupnya. Sebagaimana firman Allah SWT
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS. al-Baqarah ayat 153).
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa definisi shalat secara
zhahir dan bathin adalah beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, disertai dengan hati yang ikhlas dan khusyu
dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Dalil Perintah Shalat
Ada banyak sekali dalil tentang perintah shalat baik itu dalam Al-Quran
maupun Hadits Nabi saw. Dalam Al-Quran, biasanya perintah shalat diungkapkan
dengan kata perintah (fi‟il amr) dari kata qama ( قاو ), yang sering diartikan dengan
“mendirikan”. Padahal arti semacam ini kurang tepat sebagaimana pendapat M.
Quraish Shihab bahwa salah satu kesalahan populer menyangkut terjemahan ini
14
dan semacamnya adalah memahaminya dalam arti mendirikan. Hal ini karena para
penerjemah itu menduga bahwa perintah shalat terambil dari kata qaama yang
berarti berdiri, padahal tdak demikian. Ada ulama yang berpendapat bahwa kata
ini terambil dari kata yang menggambarkan tertancapnya tiang sehingga ia tegak
lurus dan mantap, ada juga yang menyatakan bahwa ia terambil dari kata yang
melukiskan sesuatu pekerjaan dengan giat dan benar. Namun beliau tidak
menemukan seorang ulama pun yang memahaminya dalam arti “berdiri atau
mendirikan”. (tafsir al Misbah vol I h 92-93). Beliau sendiri memaknai kata qaama
dengan melaksanakan sesuatu dengan benar/ sempurna dan berkesinambungan.
a) Aqim (اقى). Perintah dalam bentuk ini disebutkan dalam al-Quran sebanyak 5
(lima) kali, yaitu pada surat Hud(11):114; Surat Al-Isra (17) :78; Surat Toha
(20) :14; Surat Al-Ankabut (29) :45; dan surat luqman(31) : 17
“ bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat”. (QS. Al‟ankabut : 45)
b) Aqimna ( اقًن ). Disebutkan hanya 1 (satu) kali, yaitu pada surat Al-ahzab
(33) : 33
“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya”
(QS. Al-Ahzab :33)
c) Aqimu ( اقيًىا). Perintah dalam bentuk ini merupakan yang paling banyak
jumlahnya, sebanyak 12 (dua belas) kali, yaitu Al-Baqarah (2) :2, 43,83,110;
An-nisa (4) :77,103; Al-An‟am (6):72; Yunus (10):87; Al-Hajj (22):78; An-
Nur (24):56; Al-Rum (30):31; Al-Mujadalah (58):13; Al-Muzammil (73): 20
15
“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku' (QS Al-Baqarah : 43)
Sedangkan perintah shalat dengan fi‟il amr dari kata shala ( صم ) itu
jarang digunakan. Hanya terdapat pada 3(tiga) tempat dalam Al-Quran namun
hanya satu yang diartikan shalat, sedangkan yang lainnya diartikan shalawat dan
berdo‟a.
Oleh karena itu, perintah shalat yang mayoritas memakai akar kata qama (
tidaklah tepat rasanya dimaknai dengan arti “mendirikan”. Sebagaimana apa ( قاو
yang disebutkan oleh M. Quraish Shihab bahwa : “salah satu kesalahan populer
menyangkut terjemahan ini dan semacamnya adalah memahaminya dalam arti
mendirikan. Hal ini karena para penerjemah itu menduga bahwa perintah shalat
terambil dari kata qaama yang berarti berdiri, padahal tdak demikian. Ada ulama
yang berpendapat bahwa kata ini terambil dari kata yang menggambarkan
tertancapnya tiang sehingga ia tegak lurus dan mantap, ada juga yang menyatakan
bahwa ia terambil dari kata yang melukiskan sesuatu pekerjaan dengan giat dan
benar. Namun beliau tidak menemukan seorang ulama pun yang memahaminya
dalam arti “berdiri atau mendirikan”3.
Adapun perintah shalat dalam hadits, antara lain sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi :
3 Quraish Syihab, tafsir AlMisbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Quran (Jakarta: Lentera
Hati, 2002). Volume I, hlm 92-93
16
اصهي صهىا كًا رايتًىني
Artinya : “shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat aku
bershalat” (HR. Imam Bukhari Muslim)
Dari sekian banyaknya dalil tentang shalat itu berisi tentang perintah untuk
melaksanakannya, sedangkan Suatu hal yang bersifat perintah itu menunjukan
akan wajibnya hal tersebut, sebagimana disebutkan dalam sebuah kaidah Ushul
Fiqh “Al-Ashlu fi al-amri li al-wujubi” yang artinya bahwa asal dari sesuatu
perintah adalah (menunjukan) kewajiban. Oleh karena itu dilihat dari beberapa
macam redaksi perintah shalat baik dalam Al-Quran maupun hadits nabi, para
ulama menetapkan bahwa hukum melaksanakan shalat 5 waktu adalah wajib.
3. Kedudukan Shalat Dalam Agama
Muhamad Jihad Akbar menyebutkan beberapa kedudukan shalat dalam agama,
yaitu :4
1) Shalat merupakan tiang agama
2) shalat merupakan rukun islam yang kedua setelah bersyahadat
3) Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan Allah SWT
4) Shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab pada hari akhir kelak
5) Shalat merupakan hal terakhir yang diwasiatkan Rasulallah SAW kepada
umatnya
4 M. Jihad Akbar, Meraih Mukjizat Shalat Subuh ( Jakarta : Alifbata, 2006)
17
6) Shalat merupakan kunci pintu masuk surga
7) Sarana penghubung antara hamba dan tuhannya
8) Shalat merupakan cahaya penerang kalbu orang mukmin
9) Shalat merupakan batasan yang memisahkan seseorang dengan kekufuran
4. Hikmah Shalat
Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan
antar sesama manusia dan antar kelompok harus dikuatkan dan ditingkatkan ke
tingkat yang lebih baik dari aspek spritualitas (ruhani) sebagai kendalinya. Karena
tanpa aspek spritualitas, kemanusiaaan manusia akan menjadi lemah dan menurun,
bahkan rasa cinta, kasih sayang, kelembutan dan keadilan menjadi tidak ada. Jika
hubungan antarmanusia hanya ditinjau dari aspek materil saja, maka ia hanya akan
menimbulkan kesewenang-wenangan, melepaskan keinginan hawa nafsu, adan
memunculkan naluri kemanusiaan yang liar tanpa ada ikatan maupun control.
Shalat efektif untuk membina manusia dan menempa nalurinya. Shalat
menjadi fondsasi hubungan antarmanusia yang dibangun di atas dasar- dasar yang
baik dan jauh dari bias tendensi dan keinginan (hawa nafsu), sehingga manusia
dapat menikmati kehidupan bahagia yang bertumpu pada semangat humanism dan
keadilan
Selain itu, salah satu efek dari shalat adalah bisa mendatangkan
kebahagiaan bagi orang yang melaksanakannya. Dijelaskan oleh M. Sanusi dalam
bukunya “kedahsyatan shalat bagi kesehatan Manusia” bahwa shalat sebagai
salah satu bentuk ibadah utama, diperuntukkan untuk kebehagiaan dan
ketentraman batin manusia. Bahagia membuat sehat, bukan hanya karena
18
kebahagiaan itu mampu memperkuat daya imun tubuh terhadap bibit penyakit,
tetapi karena pikiran yang tenang dan bahagia mampu menghemat penggunaan
energy dalam tubuh. Dengan mendirikans sahalat dengan baik maka hati akan
menjadi tentram dan damai. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ra‟d ayat
28
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mc. Lelland pada tahun
1998, disebutkan bahwa ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh
imuniologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung, dan meningkatkan usia
harapan hidup5. Sebaliknya, stres dapat menyebabkan seseorang sedeemikian
rentan terhadap infeksi, mempercepat perkembangan sel kanker, dan
meningkatkan metastasis. Dengan demikian, secara teoritis, para pengamal shalat
pasti terjamin kesehatannya, baik secara fisik maupun mental.
Menurut Dr. Moh. Sholeh , dalam bukunya “Terapi Shalat Tahajjud”
(Hikmah, 2006) yang dikutip oleh M. Sanusi menjelaskan bahwa setidaknya ada
dua syarat yang harus dimiliki agar ibadah shalat yang kita kerjakan bisa
mendatangkan berkahkebahagiaan saat melakukan shalat yaitu ikhlas dan khusyu.
Ikhlas yaitu niat dengan tujuan ibadah hanya untuk Allah semata. Sedangkan
5 Moh Sholeh, Terapi Shalat Tahajud ( Jakarta : Hikmah, 2006)
19
khusyuk dalam shalat yakni konsentrasi saat sedang menjalankan ibadah shalat.
Khusyuk berupa aktivitas fisik (badan) dan aktifitas hati (batin). Khusyuk dalam
hati misalnya, ketika ingatannya hanya kepada Allah dalam shalatnya tidak putus-
putus, berlangsung terus –menerus dan tidak membiarkan hal lain mencampuri
shalatnya. Sementara, khusyuk secara fisik adalah ketika anggota badan dana
mulutnya serasi dalam gerak dan bacaaan, sesuia dengan perintah agama,
tubuhnya tidak gelisah, mantap, diam, tenang dan seolah-olah tidak terpengaruh.
Hikmah shalat dalam buku karangan Fazlur Rahman yang dikutip oleh
H.M Hembing wijaya Kusuma, disebutkan bahwa ada 8 (delapan) macam dampak
positif dari ibadah shalat untuk meningkatkan kepribadian muslim, yaitu6
1. Menjaga waktu (punctuality)
2. Meningkatkan semangat kewajiban dan komitmen (sense of duty and
rensponsibility)
3. Latihan untuk mengatur diri sendiri (training in self discipline)
4. Menempa dan membina watak (character building)
5. Mengendalikan diri sendiri (self control)
6. Menumbuhkan sifat sabar dan tabah (patience and perseverance)
7. Mendidik kerapian (efficiency)
8. Membentuk sikap rendah hati ( humulity)
Sedangkan dampak shalat terhadap masalah-masalah yang berkaitan
dengan social kemasyarakatan adalah
6 H.M Hembing Wijaya Kusuma, hikmah shalat untuk pengobatan dan kesehatan, h 233-234
20
1. Melatih supaya hidup berorganisasi dan menumbuhkan disiplin social (social
organization and social discipline)
2. Menempatkan mesjid sebagai pusat kemasyarakatan (mosque of community
centres)
3. Meningkatkan semangat tolong menolong dan keja sama (mutual help and
cooperation)
4. Menerapkan persaudaraan (equality and brotherhood)
5. Latihan dalam berjihad (training in jihad)
6. Menaruh perhatian terhadap hak-hak orang lain (respect for the right of others)
7. Berpandangan luas dan luwes (tolerance)
8. Menggalang persatuan dan kesatuan (unity)
5. Shalat dan Perumpamaannya
Sebagian ulama menganalogikan shalat seperti manusia, rukun shalat
adalah kepalanya, syarat shalat adalah jiwanya, sunat ab‟ad adalah anggota
tubuhnya dan sunat haiat adalah rambutnya (syubihat al-shalatu bi al-insan, fa al-
ruknu ka ra‟sihi wa al-syarthu ka hayatihi, wa al-ba‟dhu ka a‟dhaihi, wa al-haiatu
ka sya‟rihi ).7
Imam Abu Hamid Al-Ghazali menyebutkan bahwasanya perumpamaan
shalat seperti manusia. 8
7 Sayyid Abu Bakar, I’anatu At-Thalibin ( Semarang : Karya Putra, 1300 H) jilid I, h 126
8 Abu Hamid Al-Ghazali, ihya ‘ulumuddin (Beirut : Dar-al fikr, 1989) jilid I, h 158-159
21
a. Rukun shalat adalah alat vital manusia seperti kepala, hati, dan
jantung. Manusia tidak bisa hidup tanpa ini semua. Begitu pun dengan
shalat, tidak akan sah shalat tanpa mengerjakan rukun
b. Syarat sah shalat seperti ruh (nyawa) manusia. Shalat tanpa ada syarat
sah shalat itu seperti manusia tanpa adanya ruh. Manusia dikatakan
mati ketika ruh sudah tidak ada.
c. Sunat ab‟ad shalat seperti anggota tubuh manusia, seperti tangan, kaki,
mata. Shalat tanpa sunat ab‟ad seperti Manusia tanpa kaki, mata dan
tangan. Tanpanya bisa hidup, tapi ada kekurangan (cacat)
d. Sunat hayeat shalat seperti bulu (rambut) yang ada di tubuh manusia
yang berfungsi untuk menghiasi dan memperindah diri, seperti bulu
alis, janggut dsb .
B. Kecerdasan Emosi
1. Pengertian Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient)
Kecerdasan Emosi terdiri dari dua akar kata, yaitu kecerdasan dan emosi.
Masing-masing kata mempunyai makna tersendiri.
a. Pengertian Kecerdasan
Menurut Andrew Crider yang dikutip oleh Saefudin Azwar dalam
bukunya yang berjudul “Pengantar Psikologi Intelegensi” bahwa kecerdasan
atau yang lebih dikenal inteligensi itu bagaikan listrik, gampang untuk diukur
22
tapi hampir mustahil untuk didefinisikan ( Crider, dkk, 1983 ).9 Sedangkan
David Wechsler (1958) mendefinisikan kecerdasan (intelegensi) sebagai
“keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah
serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif‟.10
ini menunjukan
bahwa inteligensi mengandung unsur pikiran atau rasio.
Oleh karena itu istilah kecerdasan identik dengan sesuatu yang
berhubungan dengan rasio atau akal pikiran. Padahal kecerdasan yang ada
dalam diri manusia bukan hanya sesuatu yang berhubungan dengan rasio,
Sebagaimana pendapat Spearmen dan Wynn Jones yang mengemukakan
dalam bukunya yang berjudul Human Ability bahwasanya “ada suatu
konsepsi lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal
fikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal, untuk dijadikan
sumber pengetahuan sejati. Kekuatan demikian dalam bahasa yunani disebut
nous, sedangkan penggunanan kekuatan termaksud disebut noesis. Kemudian
kedua istilah tersebut dalam bahasa latin dikenal sebagai intelectus dan
intelligentia. Kemudian dalam bahasa inggris diterjemahkan intellect dan
intelligence. Transisi bahasa tersebut membawa pula perubahan makna yang
semula berarti penggunaan kekuatan intelektual secara nyata, kemudian
diartikan sebagai sesuatu kekuatan lain (Spearman & Wynn Jones, 1951).11
b. Pengertian emosi
9 Saefudin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2004), cet Iv
hlm 3 10
Sarwoto wirawan sarwono, psikologi Remaja (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2007) edisi revisi, hlm 77
11 Saefudin Azwar , op. cit. , hlm 1
23
Term emosi dalam pemakaian kita sehari-hari sangat berbeda dengan
pengertian emosi dalam psikologi. Emosi dalam pemakaian sehari-hari lebih
mengacu kepada ketegangan yang terjadi pada individu akibat dari kemarahan
yang tinggi. Orang yang membanting gelas karena merasa harga dirinya
dilecehkan orang lain, dengan gampang dikategorikan sedang dalam keadaan
emosi. Pendek kata, orang yang berubah nada suara, raut muka atau tingkah
lakunya karena marah, biasanya diperingatkan agar jangan bertindak
emosional. Ungkapan semacam itu jarang muncul pada peristiwa-peristiwa
seperti kaget, ketakutan, senang, atau karena sesuatu yang menjijikan, kendati
semua peristiwa tersebut masuk dalam kategori emosi.
Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa latin yaitu
„movere‟ yang berarti menggerakan, kemudian ditambahkan dengan awalan
„E‟ untuk memberi arti “bergerak menjauh”. Makna ini menyiratkan kesan
bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi12
.
Namun prediposisi bertindak sebagi salah satu cirri pada emosi tidak serta
merta menjadikannya mudah untuk didefinisikan secara termonologis. 13
Para ahli psikologi telah berupaya mendefinisikan emosi dengan
mendasarkan pada pengalaman dan penelitian terhadap manusia dan hewan,
kendati masih menemukan banyak kendala. Akibatnya para ahli pun berbeda
dalam merumuskan pengertian dan pembagian emosi.
12
Daniel Goleman, Emotional intelegence (Jakarta :gramedia Pustaka utama, 2000) cet ke10, hlm 7
13 M Darwis Hude, Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di Dalam
Alquran (Jakarta : Erlangga, 2006) hlm 16
24
Oleh karena itu, para penulis Introduction to Psychology tidak
memberi definisi pada emosi karena khawatir memunculkan perdebatan yang
tak berujung akibat kompleksnya definisi. sebagai gantinya mereka
memberikan semacam tajuk atau panduan yang mengarah pada makna emosi,
yaitu :
1. Emosi adalah sesuatu yang kita rasakan pada saat terjadinya
2. Emosi bersifat fisiologis dan berbasis pada perasaan emosional
3. Timbulnya efek pada persepsi, pemikiran dan perilaku
4. Menimbulkan dorongan atau motivasi
5. Mengacu pada cara pengekspresian yang diejawantahkan dalam bentuk
bahasa, ekspresi wajah, isyarat dan sebagainya. 14
Jadi secara umum, menurut M Darwis Hude emosi adalah suatu gejala
psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah
laku serta mengejawantahkan dalam bentuk ekspresi tertentu.
c. Pengertian kecedasan Emosi
Kecerdasan emosi yang dikenal dengan istilah Emotional quotient
diperkenalkan pertama kali oleh Peter salovey dan John Mayer yang
kemudian hari dipopulerkan oleh Daniel Goleman. Peter salovey dan John
Mayer dalam tulisan yang mereka terbitkan, mereka mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai berikut:
“form intelligence that involves the ability to monitor one‟s own and
other‟s feelings and emotions, to discriminate among them and to use this
14
Ibid, h 17
25
information to guide one‟s thinking and actions” (kecerdasan emosi
merupakan suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan
orang lain, serta menggunakan perasaaan –perasaan itu untuk memandu
pikiran dan tindakan. (1990;1).15
Kemudian mereka Peter Salovey dan John Mayer (1997: 1) merevisi
definisi kecerdasan emosional sebelumnya menjadi: “the ability to perceive
emotions, integrate emotion to facilitate thought, understand emotions, and to
regulate emotions to promote personal growth” (kecerdasan emosi
merupakan kemampuan yang membuat seseorang menjadi pintar mengelola
emosinya
Sedangkan Menurut Cooper dan Sawaf sebagaimana yang dikutip
dalam buku Revolusi kecerdasan Abad 21, kecerdasan emosi adalah:
“Emotional Intelligence is the ability to sense, understand, and
effectively apply the power and acumen of emotions as a source of human
energy, information, connection, and influence.” (kecerdasan emosional
adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber
energy manusia, infomasi, hubungan, dan pengaruh)16
Menurut Bar-On (2006) kecerdasan emosi adalah bagian lintas
kompetensi antara emosi dengan kemampuan social, keterampilan dan
fasilitator yang menentukan seberapa efektif seseorang memahami dan
15
Peter Salovey & John D mayer, Emotional intelegence. Baywood Publishing Co.inc. 1990 16
Agus Effendi, Revolusi kecerdasan abad 21; kritik MI, EI, SQ, AQ & successful Intelegence atas IQ (Bandung: Alfabeta, 2005), cet. 1, hlm 172
26
mengekspresikan diri, memahami orang lain dan berhubungan dengan
mereka, serta menghadapi tuntutan dalam kehidupan sehari-hari.
Goleman (1996) menyatakan bahwa kecerdasan emosi merupakan
kemampuan seseorang dalam mengatur kehidupan emosinya dengan
intelegensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and
its exspression) melalui keterampilan diri, pengendalian diri, motivasi, empati
dan keterampilan social.
Lebih lanjut goleman (1996) mengemukakan bahwa kecerdasan emosi
adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan
Emosional (EQ) adalah kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-
pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan
mengelolanya. Atau dalam kata lain Kecerdasan emosi adalah kompas
berprilaku/ beretika
2. Dimensi kecerdasan emosi
Bar-On (2006) membagi dimensi kecerdasan emosi kedalam lima
kemampuan pokok, yaitu :
1) Kemampuan intrapersonal, meliputi :
a. Kesadaran diri emosi, untuk mengakui atau mengenal perasaan diri,
memhami hal yang sedang dirasakan dan mengetahui penyebabnya
27
b. Asertivitas, yaitu mengekspresikan emosi diri secara efektif dan
konstruktif
c. Harga diri, yaitu kemampuan menghargai dan menerima diri sendiri.
Dalam hal ini mensyukuri aspek positif dalam diri dan menerima aspek
negative atau keterbatasan diri dengan tetap menyukai diri sendiri.
d. Aktualisasi diri, yaitu kemampuan menyadari kapasitas potensi diri yang
dimiliki serta mengembangkannya secara maksimal
e. Kemandirian, yaitu mengatur atau mengarahkan diri dalam berfikir dan
bertindak serta tidak bergantung pada orang lain secara emosional
2) Kemampuan interpersonal
a. Empathy, yaitu kemampuan menyadari, memahami, menghargai
perasaan orang lain dan peka terhadap perasaan dan pikiran orang lain
b. Hubungan interpersonal, yaitu mampu menjalin hubungan dengan
penuh keakraban dan kasih sayang
c. Tanggung jawab social, yaitu kemampuan menunjukan diri sendiri
dengan bekerjasama, serta berpartisipasi dalam kelompok sosialnya
3) Kemampuan penanganan stress
a. Ketahanan menanggung stress, yaitu kemampuan menahan peristiwa
yang tidak menyenangkan dan situasi stress dengan aktif serta sungguh-
sungguh mengatasi stress yang dirasakan
b. Pengendalian impuls, yaitu kemampuan menahan dan menunda gerak
hati, dorongan dan godaan untuk bertindak
4) Kemampuan penyesuaian diri
28
a. Pemecahan masalah, yaitu kemampuan untuk mengenali masalah dan
melakaksanakan solusi yang secara potensial lebih efektif
b. Uji realitas, yaitu kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang
dialami atau dirasakan dengan kenyataan yang ada secara objektif
c. Fleksibilitas, kemampuan mengatur emosi, pikiran dan tingkah laku
untuk mengubah kondisi.
5) Kemampuan mengatur suasana hati
a. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan
b. Optimisme, yaitu kemampuan untuk melihat sisi terang dalam hidup
dan membangun sikap positif sekalipu dihadapakan dengan kesulitan
Sedangkan, Daniel Goleman mengutip pendapat Salovey dalam
membagi kecerdasan emosi menjadi lima wilayah utama, yaitu :
(Goleman, 2000 :57-59)
a) Mengenali emosi diri (knowing one‟s emotions). Kesadaran Diri (self
awareness)-dengan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdaasan emosional. Kemampuan untuk
memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan penting bagi
wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk
mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada
dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih
tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupannnya,
karena mereka mempunyai kepekaan yang lebih tajam akan apa yang
29
sesungguhnya dirasakan untuk mengambil sebuah keputusan, misalnya
dalam hal memilih pekerjaan dan pasangan hidup.
b) Mengelola Emosi (managing emotions). Menangani perasaan agar
perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang
bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang buruk
kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung
melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat
bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan
kejatuhan dalam kehidupan.
c) Memotivasi diri sendiri (motivating oneself). Menata emosi sebagai
alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam
kaitan untuk member perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri, dan untuk bereaksi. Kendali diri emosional-
menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati
adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Artinya adalah
kemampuan untuk memberikan semangat atau dorongan kepada diri
sendiri. Dalam hal ini terkandung adanya unsure harapan, inisiatif dan
optimism yang tinggi. Diantara tanda orang yang mampu memotivasi
dirinya sendiri adalah memiliki rasa tanggung jawab, memusatkan
pada pekerjaan yang sedang dilakukan, puas dengan hasil pekerjaan,
mengendalikan diri dan tidak bersifat impulsif. Keempat hal inilah
yang menjadi indicator untuk menyusun item motivasi diri.
30
d) Mengenali emosi orang lain (recognizing emotions in others). Empati,
kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional
merupakan dasar dalam “keterampilan bergaul”. Orang-orang yang
empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal social yang
tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau
dikehendaki orang lain.
e) Membina hubungan (handling relationships). Seni membina
hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi
orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas,
kepemimpinan dan keberhasilan antarpribadi. Seni membina hubungan
merupakan kemampuan social yang memungkinkan seseorang untuk
membentuk suatu hubungan, menggerakan dan mengilhami orang lain,
membina kedekatan hubungan, meyakinkan dan mempengaruhi serta
membuat orang lain merasa nyaman
Sejalan dengan hal tersebut, Goleman (1999) mengadaptasi
model teory salovey dan mayer kedalam lima dasar kecerdasan
emosional dan membaginya ke dalam dua bagian, yaitu :
1. Kemampuan Personal, yang meliputi kesadaran diri, pengendalian diri
dan memotivasi diri
2. Kemampuan social, yang meliputi empaty dan membina hubungan
3. Factor factor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
Goleman (1996) mengungkapkann ada beberapa factor yang ikut
mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang, yaitu :
31
1. Factor internal, kecerdasan emosi erat kaitannya dengan factor internal
yaitu keadaan otak emosional. Bagian otak yang mengurusi emosi
adalah system limbik. System limbik terletak jauh dalam hemisfer otak
besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan
impuls. Kondisi otak berperan besar sebagai penentu tindakan atau
keputusan apapun yang dilakukan manusia. Selain itu pengalaman
hidup juga dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang.
2. Factor eksternal, yang meliputi interaksi seseorang dengan lingkungan
luarnya. Keluarga merupakan lingkungan luar yang pertama untuk
mempelajari emosi. Hubungan dengan keluarga, pola asuh maupun
kedekatan dengan keluarga dapat memberikan efek terhadap
kecerdasan emosi seseorang. Selain itu, hubungan atau interaksi social
turut serta memberikan pengaruh terhadap bagaimana seorang individu
mampu mengelola dan mengembangkan kecerdasan emosinya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Mubayidh (2010) menjelaskan
bahwa kecerdasan emosi bawaan seseorang itu bisa berkembang dan bisa
rusak. Hal ini tergantung pada pengaruh yang diperoleh oleh seseorang di
masa kecil atau remaja. Pengaruh ini bisa datang dari orang tua, keluarga
atau sekolah.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kuantitatif dan
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan tujuan
menggambarkan permasalahan yang didasari pada data yang berupa angka-
angka, kemudian dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan.
Dari metodologi dan pendekatan ini, penulis akan meneliti populasi atau
sampel tertentu yang pengumpulan datanya menggunakan instrument
penelitian, analisis datanya bersifat kuantitatif atau statistic dengan tujuan
untuk hipotesis yang telah ditetapkan.
Desain yang digunakan adalah desain deskriptif kuantitatif yang
bertujuan menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau
berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian
berdasarkan apa yang terjadi.1
Penulis juga menggunakan metode penelitian survey. Metode survey
adalah metode riset yang menggunakan kuesioner sebagai instrument
pengumpulan datanya, tujuannya untuk memperoleh informasi tentang
sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Penelitian ini
juga menggunakan desain deskriptif analisis, yakni mencari gambaran
1 M. Burhan Bungin, Metodologi penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana, 2008), cet. Ke -3, hlm. 36
34
menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa sebenarnya mengenai objek
penelitian.2
B. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem Pamijahan Bogor
Waktu : Januari sampai dengan juli 2015
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian ini adalah santri Ponpes Daarul Mustaqiem yang
Belajar di Lembaga tersebut
b. Objek Penelitian adalah pengaruh shalat terhadap kecerdasan emosi
santri yang telah menjadi topic pembahasan dalam penelitian ini
C. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini
adalah :
1) Data Primer
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk
mengumpulkan data primer yang sesuai, yaitu sebagai berikut :
a) Angket, yaitu alat penelitian yang dilakukan dengan cara
menyebarkan daftar pertanyaan tertutup memperoleh keterangan dari
santri yang menjadi objek penelitian.
2 J. vrendenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta :PT. Gramedia,
1980), hlm.34
35
b) Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung
kelapangan dengan datang langsung menemui Pimpinan Pondok
Pesantern daarul Mustaqiem
Penyusunan angket atau kuesioner adalah memperoleh informasi
yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi yang
tingkat kebenaran dan kepercayaannya (validitas dan reabilitas)
semaksimal/setinggi mungkin.3
2) Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah :
a) Website resmi atau majalah yang memuat artikel mengenai
kecerdasan emosi
b) Brosur Resmi dari Ponpes Daarul Mustaqiem
c) Studi Pustaka, pada tahap ini penulis melakukan penelitian dengan
cara menelaah buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian
ini.
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek.4Maka populasi yang penulis ambil
adalah seluruh santri yang belajar di Pesantren Daarul Mustaqiem
2. Sampel
3 B A Saebani & Kadar Nurjaman. Manajemen penelitian (Bandung : Pustaka Setia, 2013)
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Penerbit
Rineka Citra.1993), hlm.102.
36
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan
digeneralisasikan. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan penulis
adalah dengan cara teknik unprobability (random sampling) yakni
pengambilan sampel anggota populasi yang akan dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
E. Variable Penelitian
Variable yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1. Variable bebas (X) yakni variable yang mempengaruhi oleh variable lain.
Variable bebas dalam penelitian ini adalah shalat
2. Variable terikat (Y) yakni variable yang dipengaruhi oleh variable lain.
Variable terikat dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi
F. Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu variable.5
Tabel 3.1
Indikator Variabel
variabel Indikator
Shalat (variabel X) Melaksanakan shalat secara rutin
Menyadari kewajiban shalat
Melaksanakan shalat pada waktunya
5 Masri Singarimbun dan Sofean Efendi, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta :
LP3ES,1995), Cet ke-2, h 46
37
Memahami bacaan shalat
Mengetahui tata cara shalat
Mengetahui adab tatakrama shalat
Kecerdasan emosi
(variabel Y):
3. Kesadaran diri
4. Mengelola emosi
5. Motivasi diri
6. Empati
7. Ketermpilan
social
Memahami emosi diri sendiri
mengetahui kekuatan dan batasan diri sendiri
menangani emosi sehingga berdampak positif
peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan
mampu pulih kembali dari tekanan emosi
menggerakan diri menuju sasaran
bertahan menghadapi kegagalan
mampu mengambil inisiatif
kemampuan membaca pesan non verbal
merasakan apa yang dirasakan orang lain
memahami perspektif orang lain
Cermat membaca situasi ketika berhubungan
dengan orang lain
Mampu menyelesaikan perselisihan
G. Uji Instrument
1. Uji Validitas
38
Uji validitas adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun
dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Untuk mencapai tingkat validitas
instrument penelitian, maka alat ukur yang dipakai dalam instrument juga
harus memiliki tingkat validitas yang baik.6
Penulis juga menggunakan jenis validitas pengukuran dalam
penelitian model konstruksi, yaitu lebih terarah pada peretanyaan
mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh pengukuran yang ada.7 Peneliti
menggunakan Software SPSS 20.0 Windows.
Kuisioner dapat dinyatakan valid jika item-itemnya telah mewakili
cirri-ciri yang hendak dikenai suatu pengukuran.
2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah pengujian yang dapat menunjukan sejauh mana
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pada uji instrument ini
peneliti menggunakan realibility analysis dengan metode Cronbach’s alpa
dengan bantuan software SPSS 20.0 for Windows. Sedangkan koefesien
keandalan alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :8
a =
( )
Dimana :
A = koefisien keandalan alat ukur
6 Burhin Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana Prenada, 2009)
Cet. Ke-4 hlm 120 7 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta : Salemba
Empat, 2006), hlm 241 8 M. Iqbal Hasan, pokok-pokok Materi Statistik (statistic Deskriptif) (Jakarta : Bumi
Aksara, 2003) edisi ke-2, hlm 241
39
R = Koefisien rata-rata korelasi antar variabel
K = Jumlah Variabel
H. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh shalat terhadap kecerdasan
emosi santri, maka langkah yang akan dilakukan dengan skala likert
mengembangkan prosedur pengukuran dengan skala.
Table 3.2
Skala Likert
Sangat tidak
setuju (STS)
Tidak
Setuju (ST)
Setuju
(S)
Sangat Setuju
(SS)
1 2 3 4
Skala likert adalah untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok tentang fenomena social yang mana Subjek
menanggapi setiap item instrument mempunyai gradasi dari sangat positif dan
sangat negative itu dengan mengungkapkan taraf setuju (favorable) atau tidak
setuju (unfavorable) terhadapnya. Skor untuk item item yang terdapat dalam
skala semacam itu dijumlahkan, atau dijumlah dan dirata-rata, untuk
mendapatkan skor sikap seseorang individu (Sugiyono 2009)
Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan
pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat penggunaan skala 1-
5, dengan dimensi yang tercermin dalam daftar pertanyaan memungkinkan
santri ( responden) mengekspresikan tingkat pendapat mereka terhadap
keefektifan shalat dalam meningkatkan kecerdasan emosi mereka. Dari segi
40
statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi keandalannya
dibandingkan dua tingkatan “ya” atau “tidak”.
Pada skala likert aspek variabel dijadikan sebagai tolak ukur penyusunan
item instrument
Setiap individu memiliki jawaban yang berbeda-beda, tidak ada jawaban
yang dianggap benar atau salah. Cara menjawabnya adalah dengan
memberikan tanda checklist (√) pada salah salah satu alternative jawaban
yang sudah disediakan
Pada skala penelitian ini digunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Tidak
dimasukannya pilihan tidak tahu dan ragu-ragu karena dikhawatirkan ada
kecendrungan responden akan memilih jawaban tidak tahu atau ragu-ragu,
sehingga tidak ada perbedaan variabel jawaban dari setiap item. Nilai untuk
keempat pilihan jawaban sebagai berikut :
Tabel 3.3
Skor pengukuran skala
Pilihan
Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
1. Uji Regresi hubungan antar variabel
41
Data yang diperoleh dari kusioner akan dianalisis dan kemudian
hasilnya dideskripsikan. Dalam menganalisis data ini, peneliti
menggunakan “Analisis Regresi Linear Berganda”.
Analisis regresi linear ganda adalah alat untuk meramalkan nilai
pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat
Adapun rumus regresi linear berganda atau persamaan adalah
sebagai berikut :9
Y= a+b1X1+ b2X2
Dimana :
Y: Variabel Terikat (tingkat pendapatan mitra)
b: Koefesien arah regresi linier dan menyatakan perubahan rata-
rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel X
a: konstanta Y ketika efek shalat X=0
X: Variabel Kecerdasan Emosi (mengenali emosi, mengelola
emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain
dan membina hubungan )
Analaisis regresi
Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Variabel
yang mempengaruhi disebut independent varaiable (variabel bebas),
sedangkan variabel yang dipengaruhi disebut dependent variable
(variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat satu
variabel bebas dan satu variabel terikat, disebut sebagai persamaan
9 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung :Alfabeta, 2011), cet ke-18, hlm 261
42
regresi sederhana, sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu
disebut sebagai persamaan regresi berganda.10
2. Uji Koefesien Determinasi ( R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Dalam output SPSS, koefisien determinasi determinasi terletak pada
tabel Model Summary dan tertulis r square. Namun untuk regresi
berganda sebaiknya menggunakan R square yang telah disesuaikan
(Adjusted R Squared), karena disesuaikan dengan jumlah variabel
independen yang digunakan dalam penelitian.11
3. Uji Koefesien Regresi secara Simultan ( Uji F)
Uji F adalah uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan atau bersama-
sama. Adapun nilai signifikansinya sebesar a= 1% sampai dengan 10%
Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a. Ho : Bo= tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara shalat
terhadap kecerdasan emosi
b. Ha : Bo= 0 terdapat pengaruh yang signifikan antara shalat
terhadap kecerdasan emosi
Jika F>0, maka artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika F<0 maka
10
B A Saebani & Kadar Nurjaman. Manajemen penelitian (Bandung : Pustaka Setia, 2013) hlm 121
11 Singgih Santoso, SPSS : Mengolah Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta : PT. Elek
Mota Komputindo, 1999) hlm 50-51
43
terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen.12
4. Uji Koefesien Regresi Parsial ( uji T )
Uji koefesien regresi secara parsial ( uji T) ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh shalat terhadap kecerdasan emosi
santri secara individual (parsial). Untuk melakukan uji hipotesis, ada
beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu merumuskan
hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula H alternative (Ha), seperti
berikut :
Ho : p = 0 Tidak ada pengaruh antara shalat terhadap kecerdasan
emosi santri
Ha : p ≠ 0 Ada pengaruh yang signifikan antara variabel shalat dan
Variabel kecerdasan emosi
Adapun rumus T hitung pada analisis regresi adalah :
T hitung =
Keterangan :
bi = koefesien regresi variabel i
sbi = standar error variabel i
Kriteria pengujian uji T yaitu dengan membandingkan hasil t
hitung tersebut dengan distribusi t tabel . adapun untuk menghitung
nilai t tabel dapat dicari dengan dk= n-1.13
Maka apabila :
12
Ibid hlm 50-51 13
Sugiyono, op. Cit , hlm 230
44
T hitung > t tabel atau probabilitas T kurang dari a = 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel independen memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen
T hitung < t tabel atau probabilitas T lebih dari a = 0, 05 maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel independen tidak memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen
Hasil uji t dapat dilihat pada output coefficient dari hasil analisis
regresi linear berganda
5. Uji Beda Rata-rata
Uji kesamaan atau beda rata-rata digunakan untuk mengetahui ada
atau tidak adanya perbedaan (kesamaan) antara dua buah data. Salah
satu teknik analisis statistic untuk menguji kesamaan dua rata-rata ini
adalah Uji T karena rumus yang digunakan adalah uji T.14
Teknik pelaksanaan anlisis adalah dengan membanding
pengukuran pertama sebelum perlakuan (pre-test) dan setelah perlakuan
(post-test) terhadap penelitian.
14
Husani Usman, Pengantar Statistik Edisi Kedua, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), hlm 14
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Yayasan Ponpes Daarul Mustaqiem
Yayasan Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem dipimpin oleh
KH.S.Shalahuddin Habsya M.Ag, dan wakilnya KH.U.Djunaedi Habsya,
BA.
Yayasan Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem didirikan pada tahun
1993 di Jl. KH. Abdul Hamid km 8 Nangkasari Rt.02/02. Desa Pamijahan,
Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat.
Yayasan Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem memiliki : luas tanah
7 x 30.850 M², luas bangunan 560 M², status tanah adalah wakaf, santri yang
masih aktif berjumlah 234 orang. Model pesantren adalah Salafi Modern
2. Visi dan Misi
a. Visi Yayasan Ponpes Daarul Mustaqiem adalah:“Istiqamah dalam
Mardhatillah”
b. Misi Yayasan Ponpes Daarul Mustaqiem adalah:
1) Melaksanakan pendidikan yang efektif dan berkarakter
2) Mengantarkan santri menguasai IPTEK dan IMTAQ
3) Mengantarkan santri menjadi manusia-manusia yang mampu
berintegrasi dengan semua lapisan masyarakat dan dunia pada
umumnya
46
3. Susunan Pengurus Yayasan Ponpes Daarul Mustaqiem
Pembina : Drs. H. Syahril Abdul Riza, SE. MM
Ir. H. Supardi
H. Maesari Fatchudin
Ketua Yayasan : KH. Drs. S. Shalahudin Hasya, MA
Pengurus Pondok : KH. U. Djunaedi Habsya, BA
Sekretaris : Budiman Efendi, SE
Bendahara : Siti Ruqayah Habsya, S. Ag
Pengasuh dan Pendidik : Miftahul Umam S.pd.I
4. Data Santri Yayasan Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem
a. Data santri yang Mukim
Kelas Perempuan Laki-laki Jumlah
Mts 68 45 113
MA 25 30 55
SMK 26 16 42
Ma’had Aly - 15 15
Total 119 106 225
b. Data Santri Yang tidak Mukim
Kelas Perempuan Laki-laki Jumlah
Mts 357 225 582
MA 160 72 232
SMK 16 11 27
Total 533 308 841
47
B. Uji validitas dan reliabilitas
1. Uji validitas
Sebelum peneliti memulai penelitian yang sebenarnya, terlebih dahulu
peneliti melakukan uji validitas (try out). Uji validitas ini untuk mengetahui
apakah tiap-tiap butir pernyataan valid/invalid dan layak digunakan atau tidak
terhadap kuesioner yang telah diisi oleh 40 responden inti dalam penelitian
ini.
Dari hasil korelasi antara skor item dengan skor total kemudian
dibandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikan 0,05 dengan
jumlah data (n) = 40, maka didapat r tabel sebesar 0, 312 (lihat pada tabel
r). bila korelasi < 0, 312= tidak valid (invalid), jika hasil korelasi > 0, 312 =
valid. Hasilnya dari 38 butir pernyataan diperoleh 27 butir item pernyataan
dinyatakan valid dan 11 butir item pernyataan dinyatakan invalid. Penulis
menggunakan tanda (*) pada item yang dinyatakan valid.
Adapun hasil korelasi shalat dan kecerdasan emosi setelah dilakukan
uji coba validitas instrument terlihat sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Validitas Instrumen
variabel Indikator Item
Favorable Unfavorable
Shalat (variabel
X)
Melaksanakan shalat secara
rutin
Mengerjakan kewajiban shalat
tanpa dipaksa
Melaksanakan shalat pada
waktunya
Memahami bacaan shalat
Mengetahui tata cara shalat
1*
14*
5*
10,
2*, 13*
6, 9*,
3*, 17*
7*,
12
4*, 16*
8*, 11*,
48
Mengetahui adab tatakrama
shalat
15* 35
Kecerdasan
emosi (variabel
Y):
Kesadaran
diri
Mengelola
emosi
Motivasi diri
Empati
Ketermpilan
social
Memahami emosi diri sendiri
mengetahui kekuatan dan
batasan diri sendiri
menangani emosi sehingga
berdampak positif
peka terhadap kata hati dan
sanggup menunda kenikmatan
mampu pulih kembali dari
tekanan emosi
menggerakan diri menuju
sasaran
bertahan menghadapi
kegagalan
mampu mengambil inisiatif
kemampuan membaca pesan
non verbal
merasakan apa yang dirasakan
orang lain
memahami perspektif orang
lain
Cermat membaca situasi ketika
berhubungan dengan orang
lain
Mampu menyelesaikan
perselisihan
18*, 19*
24*
25*
32*
23*
34*
29
21*, 26
22*
27
28, 31*, 33
30*, 36*
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi hasil
pengukran suatu instrument penelitian apabila instrument tersebut digunakan
49
lagi alat ukur suatu responden . Reliabilitas dengan menggunakan cronbach
alpa, dapat diketahui reliable/ireliabel.
Output ini sebagai hasil dari analisis reliabilitas dengan teknik
cronbach alpha. Untuk menentukan suatu instrument reliabel atau tidak
maka bisa menggunakan batas nilai alpha 0,6. Reliabilitas instrument adalah
0,7. Artinya suatu instrument dikatakan reliabel jika mempunyai nilai
koefesien alpha sekurang-kurangnya 0,7.1
Tabel 4.2 Hasil output uji reliabilitas shalat
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.698 18
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS for windows version
20.0 diperoleh hasil output uji reliabilitas pada variable shalat sebesar 0,698
dan dikatakan kurang baik atau tidak reliabel.
Tabel 4.3 Hasil output uji reliabilitas kecerdasan emosi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.659 18
Jadi, berdasarkan bantuan perhitungan program SPSS for windows
version 20,0 dapat disimpulkan bahwa variabel shalat dengan hasil cronbach
1S. Eko putro widoyoko, Teknik Penyusunan Intrumen Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2012), h. 165
50
alpha sebesar 0,698 dan varaiabel kecerdasan emosi sebesar 0,659
dinyatakan tidak reliabel.
C. Hasil dan Analisis Data Penelitian
1. Klasifikasi Responden
Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan angket kepada 40
responden yang merupakan santri di Ponpes Daarul Mustaqiem Bogor.
Angket tersebut berisikan butir-butir pernyataan mengenai pengaruh shalat
terhadap kecerdasan emosi. Pernyataan terebut berjumlah 27 butir, setelah
dilakukan uji validitas instrument. Butir pernyataan tersebut terdiri dari 15
butir pernyataan berkaitan dengan shalat yang merupakan faktor
independent, 12 butir pernyataan berkaitan dengan kecerdasan emosi yang
merupakan faktor dependent.
Dalam penelitian ini klasifikasi responden secara detail tidak di
jabarkan hanya jenis kelamin dengan jumlah responden 40 orang, 20 orang
santri laki-laki dan 20 orang santri perempuan.
2. Gambaran Umum Variabel Penelitian
Tabel 4.4 Pesebaran Variabel Penelitian Deskriptif Statistik
Variabel N Min Max Mean Standar
Deviasi
Shalat 40 53 69 62,78 3.924
Kecerdasan
Emosi 40 51 67 59,20 4.102
3. Analisis Data
51
a. Uji Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan
bantuan software SPSS 20.0 for windows release, maka di dapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Koefesiensi Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .417a .174 .152 3.778
a. Predictors: (Constant), x1
Berdasarkan tabel diatas hasil output uji determinasi didapat nilai
R=0,417 dan nilai R2 (R Square) = 0,174. Sumbangan pengaruh variabel
independen (shalat) sebesar 17,4% terhadap variabel dependen
(kecerdasan emosi) angka 0,417 tersebut mempunyai arti bahwa
hubungan antara shalat terhadap kecerdasan emosi menunjukan hubungan
yang rendah 17,4% sedangkan sisanya 82,6% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti.
b. Uji Koefisien Regresi Parsial ( Uji t)
Adapun hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol ( Ho) dan hipotesis
alternative ( Ha). Hipotesis nol menyatakan tidak ada pengaruh signifikan
shalat terhadap kecerdasan emosi santri Ponpes Daarul Mustaqiem Bogor.
Sedangkan hipotesis alternative ( Ha) menyatakan ada pengaruh yang
signifikan shalat terhadap kecerdasan emosi santri Ponpes Daarul
Mustaqiem Bogor.
52
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS 20,0
for windows, maka uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan
signifikansi yang diperoleh dengan taraf probabilitas 0,05 dengan cara
pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
2. Jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima
Pengujian koefesien regresi parsial ( Uji t) digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh shalat terhadap kecerdasan emosi santri Ponpes
Daarul Mustaqiem Bogor secara parsial, Uji t dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu shalat terhadap variabel terikat
yaitu kecerdasan emosi apakah signifikan atau yidak, dalam penelitian ini
menggunakan t hitung dan t tabel dengan taraf signifikan 5% dan N=40,
sedangkan tabel distribusi t dicapai pada a = 5% ( uji satu sisi) dengan
derajat kebebasan (df) n-k-1 = 40-1-1 = 38 ( n= jumlah responden dan k=
jumlah variabel independen). Hasil diperoleh dari t tabel adalah 2,024
dalam pengujian ini menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for
windows release. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Hasil Output Uji Koefien Parsial
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 31.816 9.687 3.285 .002
x1 .436 .154 .417 2.825 .008
a. Dependent Variable: y1
53
Berdasarkan tabel koefisien diatas, untuk pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji t. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan
antara hasil thitung dengan ttabel. Dari tabel koefisien diatas diperoleh nilai
thitung 2,825 sementara ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai
2,024. Perbandingan antara keduanya menghasilkan: thitung > ttabel (2,825
> 2,024). Nilai signifikansi t untuk variabel shalat adalah 0,008 dan nilai
tersebut lebih kecil daripada probabilitas 0,05 (0,008 < 0,05). Dengan
demikian, pengujian menunjukan Ha diterima dan Ho ditolak. Oleh
karena itu dapat disimpulkn dari hasil tersebut yang memperlihatkan
variabel shalat berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosi
di ponpes Daarul Mustaqiem Bogor.
c. Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh yang signifikan antara shalat terhadap kecerdasan emosi santri
di Ponpes Daarul Mustaqiem Bogor, secara simultan dengan
menggunakan uji F. Dalam pengujian ini menggunakan bantuan software
SPSS 20.0 for windows release. Untuk pengujian F dilakukan secara
bersama-sama (simultan) antara pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Dalam hal ini adalah pengaruh yang signifikan antara
shalat terhadap kecerdasan emosi santri di Ponpes Daarul Mustaqiem
Bogor, dengan menggunakan perbandingan Fhitung dan F tabel dengan taraf
signifikansi 5% dan N= 40, diperoleh F tabel adalah 1,717 dengan
menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df2 ( jumlah variabel-1) =
54
atau 2-1=1, dan df2 (n-k-1 ) atau 40-1-1=38 (n adalah jumlah responden
dan k adalah jumlah variabel independen). Hasil diperoleh dari Ftabel
adalah 1,717 berdasarkan perhitungan dengan bantuan program SPSS for
Windows version 20,0 diperoleh hasil tabel ANOVA sebagai berikut :
Tabel 4. 7 hasil output uji koefesien simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 113.894 1 113.894 7.978 .008b
Residual 542.481 38 14.276
Total 656.375 39
a. Dependent Variable: y1
b. Predictors: (Constant), x1
Dari hasil tabel di atas dengan analisis data menggunakan perhitungan
SPSS diperoleh F hitung sebesar 7, 978. Hal ini menunjukan F hitung (7,978)
> F tabel (1, 717) dan tingkat signifikansi 0, 008 < 0,05. Hasil pengujian
menunjukan bahwa nilai signifikansi uji serempak ( uji F) diperoleh nilai
0,008. Dengan demikian, nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari
pada probabilitas α yang ditetapkan ( 0,008< 0,05). Jadi Ho ditolak dan
Ha diterima. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan antara shalat terhadap kecerdasan emosi santri
di Ponpes Daarul Mustaqiem Bogor. Artinya, shalat memberikan
pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kecerdasan emosi santri di
Ponpes Daarul Mustaqiem.
55
d. Pembahasan
1) Berdasarkan analisis uji parsial ( Uji T ) untuk t tabel taraf signifikansi
0,05 diperoleh nilai t tabel = 2,024. Perbandingan keduanya
menghasilkan t hitung > ttabel (2,825 > 2,024). Nilai signifikansi untuk
variabel shalat adalah 0,008 dan nilai tersebut lebih kecil dari pada
probabilitasnya 0,05 ( 0,008 < 0,05 ). Artinya variabel shalat
berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosi
2) Berdasarkan analisis uji serempak (uji F ) untuk F tabel dengan taraf
signifikansi 0,05 diperoleh nilai F hitung (7,978) > F tabel (1, 717). Hasil
pengujian menunjukan bahwa nilai signifikansi uji serempak ( uji F)
diperoleh nilai 0,008. Dengan demikian, nilai signifikansi yang
diperoleh lebih kecil dari pada probabilitas α yang ditetapkan ( 0,008<
0,05). Jadi Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu, dapat ditarik
kesimpulan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara shalat
terhadap kecerdasan emosi
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bentuk kegiatan shalat di Ponpes Daarul Mustaqiem dinilai sudah efektif,
karena selain shalat yang memang merupakan sebuah kewajiban kepada
sang Khaliq, shalat juga bisa meningkatkan kecerdasan emosi bagi yang
melaksanakannya. Hal ini bisa dilihat dari adanya pengaruh shalat
terhadap kecerdasan emosi santri di Pondok Pesantren Daarul Mustaqiem
Pamijahan Bogor
2. Hasil uji T ( parsial) variabel shalat berpengaruh secara signifikan,
dengan perolehan thitung > ttabel (2,825 > 2,024) dan taraf signifikansi
(0,008 < 0,05), dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara shalat terhadap kecerdasan emosi santri di Ponpes
Daarul Mustaqiem. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu :
a. Shalat meningkatkan kecerdasan emosi dengan syarat shalat
dilakukan dengan ikhlas, khusyu dan dilaksanakan setiap waktu
b. Shalat selain sebuah kewajiban dari yang maha kuasa, shalat
seharusnya dijadikan sebuah kebutuhan karena dampak positif yang
ditimbulkannya terhadap kecerdasan emosi
57
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis mengenai pengaruh shalat terhadap
kecerdasan emosi santri di Ponpes Daarul Mustaqiem. Penulis memberikan
saran sebagai berikut :
1. Untuk Ponpes Daarul Mustaqiem, diharapkan lebih mengoptimalkan
kegiatan shalat dengan cara mewajibkan santrinya shalat berjamaah dan
mengajarkan arti bacaan shalat agar shalat mereka lebih khusyu, dalam
upaya meningkatkan kecerdasan emosi mereka (santri)
2. Untuk santri, diharapkan lebih lagi memahami substansi shalat, dimana
shalat bukan hanya sebagai kewajiban tapi harus dijadikan sebuah
kebutuhan yang berdampak positif bagi kecerdasan emosi mereka
3. Penulis berharap bahwa penelitian selanjutnya agar dilakukan lebih
mendalam (komprehensif) tentang faktor- faktor lain yang dapat
meningkatkan kecerdasan emosi
4. Bagi penelitian selanjutnya agar menyempurnakan pengumpulan data,
melalui wawancara lebih mendalam kepada santri (responden), terkait
dengan kondisi psikologis, dan hal-hal yang belum terungkap melalui
metode skla. Serta menggunakan alat ukur yang lebih tepat.
58
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Sayyid. I’anatu At-Thalibin, (Semarang : Karya Putra, 1300 H)
Agustian, Ary G. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual
Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta : Arga, 2001)
Akbar, M Jihad. Meraih Mukjizat Shalat Subuh. (Jakarta : Alifbata, 2006)
Al-Ghazali, Abu Hamid. ihya ‘ulumuddin. (Beirut : Dar-al fikr, 1989)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta :
Penerbit Rineka Citra, 1993)
Ash Shiddieq, Hasby. Pedoman Shalat. (Jakarta : Bulan Bintang, 1983)
Azwar, Saefudin. Pengantar Psikologi Inteligensi. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2004)
Bungin, M. Burhan. Metodologi penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi
dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta :
Kencana, 2008)
Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta : Kencana
Prenada, 2009)
Burhanudin, Yusuf. Kesehatan Mental. ( Bandung : Pustaka Setia, 1999 )
Daradjat, Zakiah . Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: PT Bulan Bintang. 2005)
Effendi, Agus. Revolusi Kecerdasan Abad 21 ; Kritik MI, EI, SQ,AQ & Succesfull
Intelegence atas IQ. ( Bandung : Alfabeta, 2005 )
Goleman, Daniel. Emotional intelegence (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2000)
Hasan, Iqbal M. Pokok-Pokok Materi Statistik (statistic Deskriptif). (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003)
Hude, M Darwis. Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia
di Dalam Alquran. (Jakarta : Erlangga, 2006)
Kusuma, H.M Hembing Wijaya. hikmah shalat untuk pengobatan dan kesehatan
Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani. Manajemen Pemasaran Jasa. (Jakarta :
Salemba Empat, 2006)
Mustika, M Shodiq. Pelatihan Shalat Smart Untuk Kecerdasan dan Kesuksesan
Hidup. (Jakarta: Hikmah, 2007)
59
Saebani B A, & Kadar Nurjaman. Manajemen penelitian. (Bandung : Pustaka
Setia, 2013)
Salovey, Peter & John D mayer. Emotional intelegence. (Baywood Publishing
Co.inc. 1990)
Santoso, Singgih. SPSS : Mengolah Data Statistik Secara Profesional. (Jakarta :
PT. Elek Mota Komputindo, 1999)
Sarwono, Sarwoto wirawan. Psikologi Remaja. (Jakarta : PT Grafindo Persada,
2007)
Segal, Jeanne. Melejitkan Kepekaan Emosional. Penerjemah Ary Nilandari
(Bandung : Kaifa, 2000)
Sholeh, Moh. Terapi Shalat Tahajud. (Jakarta : Hikmah, 2006)
Singarimbun, Masri dan Sofean Efendi. Metodologi Penelitian Survey. (Jakarta :
LP3ES, 1995)
Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. (Bandung : Alfabeta, 2011)
Sumadi, Suryabrata. Metodologi Penelitian. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
1998)
Syihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran.
(Jakarta : Lentera Hati. 2002)
Usman, Husani. Pengantar Statistik Edisi Kedua. (Jakarta : Bumi Aksara. 2006)
Vrendenbergt, J. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. (Jakarta: PT.
Gramedia. 1980)
LAMPIRAN
Angket
Daftar angket yang saya sampaikan pada anda, saya harap diisi dengan jujur dan apa adanya. Karena
jawaban anda akan saya pakai untuk penelitian skripsi dengan judul ´”PENGARUH SHALAT TERHADAP
KECERDASAN EMOSI” dan jawaban anda sama sekali tidak berpengaruh terhadap keberadaan anda di
pesantren, jadi saya harap anda memberikan informasi yang sesuai. Atas kesedian dan partisipasinya
saya ucapakan terima kasih.
Identitas responden
Nama : ………………………………………………..
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Usia : ……… tahun
Petunjuk pengisian angket:
1. Setiap pernyataan di mohon memilih jawaban yang sesuai dengan apa yang anda rasakan
dengan memberikan tanda ceklis (√) pada salah satu kolom SS, S, TS, atau STS
2. Bertanyalah jika ada soal yang tidak dimengerti
Keterangan:
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju
S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu kolom SS, S, TS, atau STS!
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya shalat lima waktu setiap hari
2. Saya melaksanakan shalat dengan bacaan yang lengkap
3. Saya merasa malas untuk shalat
4. Saya belum hafal bacaan shalat
5. Saya Shalat diawal waktu
6. Saya berzikir setelah selesai shalat
7. Saya shalat di akhir waktu
8. Saya tidak berdoa setelah selesai shalat
NO PERNYATAAN SS S TS STS
9. Saya shalat memakai pakaian rapih dan sopan
10. Saya mengerti makna bacaan shalat
11. Saya shalat memakai pakaian compang-camping
12. Saya tidak mengerti makna bacaan shalat
13. Saya mengetahui tata cara shalat
14. Saya melaksanakan shalat karena keinginan diri sendiri
15. Saya shalat lima waktu berjamaah
16. Saya tidak tau tata cara shalat
17. Saya shalat setelah disuruh
18. Saya sadar ketika marah
19. Saya sadar ketika sedih
20. Ketika saya marah, saya melampiaskannya kepada orang lain
21. Saya minder bergaul dengan orang lain
22. Saya merasa malas mengikuti kegiatan di pesantern
23. Saya merasa bahagia ketika teman bahagia
24. Saya mudah bergaul dengan orang lain
25. Saya suka kegiatan dI pesantren
26. Saya malas beraktivitas ketika saya sedih
27. Saya malas membantu urusan orang lain
28. Saya merasa bosan mendengarkan keluh kesah orang lain
29. Saya berusaha memisahkan teman yang bertengkar
30. Saya tidak mau mendengarkan nasihat orang lain
31. Saya tidak suka dibantu orang lain saat saya susah
32. Saya peduli kepada teman yang bersedih
33. Saya tidak peduli jika dimarahi orang tua
34. Saya suka memberikan semangat kepada orang lain
35. Saya shalat lima waktu sering sendiri
36. Saya malas memberikan semangat kepada teman
Hasil Angket Kecerdasan Emosi
No Res 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 36 Total
1 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 56
2 1 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 60
3 1 4 2 3 4 4 2 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 55
4 2 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 58
5 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 4 61
6 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 58
7 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 61
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 55
9 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 2 55
10 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 65
11 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 62
12 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 67
13 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 56
14 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 51
15 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 1 4 3 3 3 4 3 4 55
16 4 3 3 3 4 4 3 3 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 60
17 4 4 2 4 4 4 4 4 1 3 4 3 4 3 4 4 4 4 64
18 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 64
19 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 66
20 2 2 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 55
21 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 65
No Res 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 36 Total
22 2 3 2 4 4 4 3 4 2 4 2 4 4 3 4 3 4 4 60
23 3 4 3 4 4 4 3 4 1 3 3 3 4 4 4 4 3 4 62
24 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 66
25 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 60
26 2 3 2 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 54
27 2 3 4 3 4 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 56
28 2 3 3 2 4 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 55
29 2 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 57
30 4 4 2 4 3 3 3 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 61
31 3 3 3 4 4 4 4 3 2 2 3 3 4 4 3 4 3 3 59
32 2 1 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 2 3 3 1 52
33 2 3 3 3 4 4 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 60
34 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 63
35 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 57
36 3 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 59
37 3 3 4 1 4 4 3 4 1 3 2 4 4 4 4 4 4 3 59
38 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 58
39 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54
40 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 64
Total 113 130 120 129 150 145 129 148 97 121 119 133 143 139 132 144 137 136 r tabel 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312
t tabel 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024
Hasil Angket Shalat
No. Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 35 Total
1 3 3 3 3 2 4 3 4 4 4 4 3 3 2 2 4 3 2 56
2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 61
3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 64
4 4 4 4 2 3 3 3 1 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 60
5 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 64
6 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 62
7 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 1 4 3 3 3 60
8 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 59
9 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 58
10 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 67
11 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 59
12 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 67
13 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 65
14 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 3 64
15 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 61
16 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 2 3 62
17 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 65
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 68
19 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 66
20 4 3 3 3 2 2 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 61
21 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 66
No. Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 35 Total
22 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 68
23 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 68
24 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 69
25 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 64
26 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 56
27 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 63
28 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 66
29 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 62
30 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 66
31 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 61
32 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 63
33 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 64
34 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 2 64
35 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 59
36 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 58
37 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 68
38 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 65
39 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 56
40 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 53
total 156 142 137 136 134 147 149 147 163 134 165 139 156 154 155 163 153 166
r tabel 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312
t tabel 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024 2,024
Tabel Uji Validitas Variabel Shalat
No R. Hitung R. Tabel Validitas
B1 0,615 0,312 Valid
B2 0,459
0,312 Valid
B3 0,590
0,312 Valid
B4 0,526
0,312 Valid
B5 0,477
0,312 Valid
B6 0,310
0,312 Tidak Valid
B7 0,397
0,312 Valid
B8 0,334
0,312 Valid
B9 0,401
0,312 Valid
B10 0,003
0,312 Tidak Valid
B11 0,473
0,312 Valid
B12 0,298
0,312 Tidak Valid
B13 0,560
0,312 Valid
B14 0,388
0,312 Valid
B15 0,365
0,312 Valid
B16 0,608
0,312 Valid
B17 0,453
0,312 Valid
B18 0,254
0,312 Tidak Valid
Tabel Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosi
No R. Hitung R. Tabel Validitas
B1 0,495 0,312 Valid
B2 0,424
0,312 Valid
B3 0,137
0,312 Tidak Valid
B4 0,543
0,312 Valid
B5 0,303
0,312 Tidak Valid
B6 0,432
0,312 Valid
B7 0,465
0,312 Valid
B8 0,357
0,312 Valid
B9 0,104
0,312 Tidak Valid
B10 0,140
0,312 Tidak Valid
B11 0,278
0,312 Tidak Valid
B12 0,229
0,312 Tidak Valid
B13 0,588
0,312 Valid
B14 0,435
0,312 Valid
B15 0,551
0,312 Valid
B16 0,264
0,312 Tidak Valid
B17 0,623
0,312 Valid
B18 0,670
0,312 Valid
Photo Kegiatan
Photo Kegiatan
Photo Kegiatan
top related