pengaruh produksi terhadap pendapatan usaha …repository.utu.ac.id/679/1/i-v.pdf · pengaruh...
Post on 27-Oct-2020
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN
USAHA ANEKA KERIPIK
DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SKRIPSI
OLEH
EVA ALVIANITA
NIM: 10C20101068
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
PENGARUH PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN
USAHA ANEKA KERIPIK
DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SKRIPSI
OLEH
EVA ALVIANITA
NIM: 10C20101068
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
Meulaboh
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
iii
ABSTRAK
Eva Alvianita. Pengaruh Produksi terhadap Pendapatan Usaha Aneka Keripik di
Kabupaten Aceh Barat Daya. Dibawah bimbingan T.Razali Rasyid dan Romi
Juliansyah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
produksi terhadap pendapatan usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya
pada tahun 2013.
Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan analisis regresi
linier sederhana. Variabel terikat yang digunakan adalah pendapatan usaha aneka
keripik (Y), dan variabel bebas yang digunakan adalah produksi (X) di Kabupaten
Aceh Barat Daya.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh persamaan analisis regresi linier
sederhana yaitu Y = 894,445X persamaan regresi linier sederhana ini dapat
dijelaskan bahwa nilai produksi (X) yaitu sebesar 894,445. Hal ini menyatakan
bahwa setiap kenaikan produksi (X) sebesar 1 unit, maka pendapatan usaha aneka
keripik (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 894,445 rupiah.
Koefesien determinasi menunjukkan bahwa pendapatan usaha aneka
keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya memperoleh nilai 85,2 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas (produksi) memberi sumbangan sebesar 85,2
persen terhadap variabel terikat (pendapatan usaha aneka keripik), sedangkan
sisanya sebesar 14,8 persen ini dipengaruhi oleh variabel yang terdapat diluar
model regresi penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji t menunjukkan
bahwa nilai thitung > ttabel (6,795 > 2,365), yang artinya bahwa secara parsial
variabel produksi berpengaruh secara positif terhadap pendapatan usaha aneka
keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya.
Kata kunci: Produksi, dan Pendapatan Usaha Aneka Keripik
iv
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Judul Skripsi : PENGARUH PRODUKSI TERHADAP
PENDAPATAN USAHA ANEKA KERIPIK DI
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
Nama Mahasiswa : EVA ALVIANITA
NIM : 10C20101068
Program Studi : EKP (Ekonomi Pembangunan)
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Drs. H. T. Razali Rasyid Romi Juliansyah, SE
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan
Zulbaidi, MM Yayuk EW, SE, M.Si
Tanggal Lulus : 21 September 2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri merupakan kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan
barang-barang homogen atau barang-barang yang mampunyai sifat saling
mengganti yang sangat erat. Persoalan utama yang dibahas dalam ilmu ekonomi
adalah berkaitan dengan perilaku perusahaan-perusahaan industri didalam
bersaing. Ilmu ekonomi industri yang bersaing dan industri yang kurang bersaing,
bahkan pada tingkat yang membesar dinyatakan tidak ada perbedaan sama sekali
antara ilmu ekonomi industri dan teori harga (Teguh, 2010 h.4).
Usaha untuk mengembangkan akses masyarakat dan menggalang
partisipasi masyarakat pedesaan terutama desa miskin dalam pembinaan sumber
daya manusia yang ada sangat diperlukan. Usaha tersebut akan berhasil melalui
beberapa program yang dirancang dan diimplementasikan secara bersama.
Program yang diperlukan adalah pelatihan ketrampilan penggunaan teknologi
tepat guna, pengenalan jenis usaha yang mempunyai nilai ekonomis tinggi,
pelatihan ketrampilan dalam pengelolaan dan pengetahuan pemasaran, terutama di
sektor usaha padat karya seperti usaha jasa pelayanan untuk sektor industri
pengolahan hasil pertanian (Kuncarawati dan Mumpuni 2004, h.1).
Dewasa ini kebutuhan akan makanan yang bervariasi dan juga bernilai gizi
tinggi telah mengalami peningkatan, dengan mengetahui pemanfaatan dan
produk-produk apa saja yang dapat dihasilkan dari makanan tertentu akan
mendorong dan memotivasi petani untuk memanfaatkan hasil pertaniannya agar
memperoleh penghasilan yang lebih tinggi. Apabila ditinjau dari aspek ekonomis
2
usaha pembuatan keripik mempunyai prospek yang menggembirakan, karena
dengan harga yang sangat terjangkau konsumen bisa menikmati keripik yang
renyah, gurih, pedas dan nikmat (Hasena 2011, h.1).
Pemanfaatan hasil sumber daya alam seperti umbi-umbian, pisang, dan
sebagainya dapat diproduksi untuk menghasilkan suatu produk dengan
penghasilan yang tinggi dimana sangat banyak digemari oleh masyarakat salah
satunya seperti pembuatan keripik. Konsumen dapat membeli dengan harga yang
terjangkau dan para podusen pun bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari dari
hasil penjualannya.
Kabupaten Aceh barat daya, dengan ibukota Blang Pidie mempunyai luas
1.685 km2 berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Aceh Selatan, sebelah timur Kabupaten Aceh Selatan dan
Samudera Hindia serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya
(www.kemenegpdt.go.id/profildaerah.acehbaratdaya diakses 16 Januari 2014)
Seperti daerah Aceh pada umumnya, sektor industri bukanlah primadona
dalam mendongkrak suatu perekonomian daerah Aceh Barat Daya. Akan tetapi,
bukan berarti sektor tersebut tidak memberi andil dalam kesejahteraan
masyarakat. Industri pengolahan pada umumnya dibagi atas 9 subsektor, yaitu
industri makanan (makanan, minuman, dan tembakau), tekstil (pakaian jadi dan
kulit), industri kayu dan barang-barang dari kayu, industri kertas (kertas,
percetakan dan penerbitan), industri kimia dan hasil-hasilnya, industri mesin dan
peralatan, serta industri pengolahan lainnya.
3
Sebagai penggerek perekonomian daerah ditetapkan bahwa lingkup
komoditas dalam arah pengembangan usaha mikro dan kecil yang menempati
peringkat pertama adalah usaha makanan ringan, melampaui usaha sutera alam,
usaha minyak sawit, usaha garam, dan yang lainnya. Salah satu jenis usaha mikro
dan kecil makanan ringan yang memiliki prospek sangat potensial untuk
dikembangkan adalah usaha pengolahan keripik (Oktavina et al 2008, h.1).
Mengenai industri makanan, perkembangannya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 1
Jumlah Nilai Produksi Industri Makanan dalam Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2009
No. Nama Kecamatan Nilai Produksi (Kg) Pertahun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Manggeng
Tangan-Tangan
Blang Pidie
Susoh
Kuala Batee
Babahrot
Lembah Sabil
Setia
Jeumpa
844.860
75.300
3.979.750
589.627
889.165
132.100
570.000
130.000
72.000
Total 7.282.802
Sumber: BPS, Aceh Barat Daya dalam Angka (Data Diolah 3 Januari 2014)
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2009
jumlah produksi industri makanan dalam Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar
7.282.802 kg. Terlihat jelas bahwa yang memberikan pengaruh untuk kemajuan
perekonomian Aceh Barat Daya dari Kecamatan Blang Pidie yakni sebesar
3.979.750 kg, disusul Kecamatan Kuala Batee sebesar 889.165 kg, kemudian
diikuti Kecamatan Manggeng sebesar 844.860, dan yang paling rendah
memberikan pengaruhnya yaitu Kecamatan Setia yakni berkisar 72.000 kg.
4
Prospek pengembangan usahan makanan ringan sangat berpeluang besar
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, apalagi peluang bisnis pembuatan
keripik, dimana usaha pembuatan keripik ini sangat membantu pendapatan
masyarakat.
Tabel 2
Jumlah Usaha Aneka Keripik
di Kabupaten Aceh Barat Daya
No Kecamatan Jumlah Usaha Keripik
1
2
3
4
Kecamatan Kuala Batee
Kecamatan Susoh
Kecamatan Blang Pidie
Kecamatan Manggeng
2 3 2 2
Total 9 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Juni 2014)
Berdasarkan tabel 2 di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa di
Kecamatan Kuala Batee terdiri dari 2 usaha keripik, Kecamatan Susoh terdiri dari
2 usaha keripik, Kecamatan Blang Pidie terdiri dari 2 usaha keripik, dan
Kecamatan Manggeng terdiri dari 2 usaha dan di Kecamatan Susoh terdiri dari 3
usaha.
Tabel 3
Tahun Berdirinya Tiap Usaha
No Kecamatan Tahun Berdiri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bungong Jaroe
Usaha Erlina
Kerupuk Begadang
Usaha Rosni
Usaha Nasriah
Kerupuk Singkong 37
Usaha Rusni
Srikandi
Usaha Aton
2007
2005
2007
2005
2005
2006
2005
2008
2006 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Juni 2014)
Berdasarkan tabel 3 di atas usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat
Daya paling lama berdiri selama 10 tahun dan paling lama selama 7 tahun sampai
saat ini. Usaha Bungong Jaroe berdiri pada tahun 2007, Usaha Erlina pada tahun
5
2005, usaha Kerupuk Begadang pada tahun 2007, usaha Rosni pada tahun 2005,
usaha Nasriah pada tahun 2005, usaha Kerupuk Singkong 37 pada tahun 2006,
usaha Rusni pada tahun 2005, usaha Srikandi pada tahun 2008, dan usaha Aton
pada tahun 2006.
Pembuatan keripik di Kabupaten Aceh Barat daya khusunya sudah meluas
memasuki pasar. Banyak aneka keripik yang tersebar diseluruh kecamatan yang
telah dipasarkan, dalam proses pembuatannya pun tidak memerlukan proses
teknologi yang modern sehingga bisa digunakan dengan cara pengolahan manual
atau sederhana saja serta bahan baku yang tersedia sangat mendukung pula,
seperti di Kecamatan Susoh, Kecamatan Sangkalan, Kecamatan Blang Pidie dan
Kecamatan Kuala Batee. Keripik yang dihasilkan berupa keripik ubi, ketela,
sukun dan keripik pisang yang dihasilkan di Kecamatan Susoh, Kecamatan
Sangkalan, Kecamatan Blang Pidie dan Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah
yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Produksi
terhadap Pendapatan Usaha Aneka Keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalahnya adalah
berapa besar pengaruh produksi terhadap pendapatan usaha aneka keripik di
Kabupaten Aceh Barat Daya?
6
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitiannya adalah untuk
menganalisis pengaruh produksi terhadap pendapatan usaha aneka keripik di
Kabupaten Aceh Barat Daya.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis untuk memenuhi syarat tugas perkuliahan dan untuk
menambah wawasan tentang pengaruh produksi terhadap pendapatan usaha aneka
keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya sesuai dengan teori yang telah diberikan.
b. Bagi Lingkungan Akademik
Untuk dapat dijadikan bahan/acuan dalam memberikan pengetahuan dan
pengembangan terhadap mahasiswa(i) di lingkungan kampus dalam proses
perkuliahan.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini bagi pemerintah daerah atau instansi-
instansi terkait adalah dapat mengembangkan potensi ekonomi masyarakat dalam
mengelola sumber daya alam yang ada dalam memenuhi kebutuhan pokok
khususnya di Kabupaten Aceh Barat Daya.
1.5. Sistematika Pembahasan
Berdasarkan penelitian ini bagian pertama merupakan pendahuluan yang
berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta sistematika pembahasan.
7
Bagian kedua merupakan tinjauan pustaka yang berisi tentang produksi,
keripik, pendapatan, penelitian terdahulu, dan perumusan hipotesis.
Bagian ketiga merupakan metode penelitian yang berisi tentang populasi
dan sampel, data penelitian, model analisis data, definisi operasional variabel, dan
pengujian hipotesis.
Bagian keempat merupakan hasil dan pembahasan yang terdiri dari
statistik deskriptif variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis, analisis hasil
akhir dan pembahasan akhir.
Bagian kelima merupakan simpulan dan saran yang terdiri dari simpulan
dan saran-saran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produksi
Menurut Rosyidi (2009, h.56) produksi merupakan setiap proses yang
menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang atau usaha yang
menciptakan dan memperbesar daya guna barang.
2.1.1. Pengertian Produksi
Menurut Primyastanso dan Istikharoh (2006, h.17) produksi adalah
kegiatan untuk mengolah bahan baku atau bahan mentah menjadi bahan jadi atau
setengah jadi yang dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh konsumen dan
mempunyai nilai lebih.
Selanjutnya menurut Soeharno (2007, h.67) produksi adalah suatu kegiatan
untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor
produksi kapital, tenaga kerja, teknologi, managerial skill, dimana produksi
merupakan usaha untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk
(form utility), memidahkan tempat (place utility), dan menyimpan (store utility).
Kemudian menurut Sugiarto (2007, h.202) produksi adalah suatu kegiatan
yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam kegiatan ekonomi
biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah
maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian jumlah output dengan
menggunakan teknologi tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapatan di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa produksi adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan dari bahan tidak jadi
9
menjadi bahan jadi (produk) dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor
produksi yang siap digunakan oleh konsumen.
2.1.2. Fungsi Produksi
Menurut Sukirno (2005, h.195) menyatakan bahwa fungsi faktor produksi
adalah hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
diciptakannya. Faktor-faktor produksi terdari dari tenaga kerja, tanah, modal dan
keahlian kewirausahaan. Sebagaimana didalam teori ekonomi, didalam
menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi
(tanah, modal, dan keahlian kewirausahaan) adalah tetap jumlahnya. Hanya
tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah
jumlahnya. Dengan demikian, dalam menggambarkan hubungan diantara faktor
yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai, yang digambarkan adalah
hubungan diantara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang
dicapai. Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Q = f (K, L, R, T)
Dimana:
K = jumlah stok modal
L = jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan
kemampuan kewirausahaan
R = kekayaan alam
T = tingkat teknologi yang digunakan
Q = jumlah produksi yang dihasilkan
Selanjutnya menurut Primyastanso dan Istikharoh (2006, h.17) fungsi
produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang jelas (Y) dan variabel yang
10
menjelaskan (X), variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel
yang menjelaskan berupa input dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka
yang banyak diminati dan dianggap penting adalah fungsi produksi.
Kemudian menurut Sukirno (2008, h.204) konsep yang dapat didefinisikan
dalam dua pengertian, yaitu:
a. Hubungan diantara tingkat produksi yang dapat dicapai dengan faktor-faktor
produksi yang digunakan untuk mewujudkan tingkat produksi tersebut.
b. Suatu kurva yang menunjukkan tingkat produksi yang dicapai dengan berbagai
jumlah tenaga kerja yang digunakan.
2.1.3. Faktor-faktor Produksi
Menurut Sudarman dalam Sari (2011, h.31) faktor-faktor produksi adalah
jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan dalam suatu proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Besar kecilnya barang dan jasa dari
hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor produksi. Faktor
produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)
Yaitu faktor produksi yang kuantitasnya tidak bergantung pada jumlah
yang dihasilkan dan input tetap akan selalu ada meskipun output turun sampai
dengan nol.
b. Faktor Produksi Variabel (Variabel Input)
Yaitu faktor yang jumlahnya dapat berubah dalam waktu yang relatif
singkat dan sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan.
Selanjutnya menurut Sugiarto et al (2007, h.15) faktor-faktor produksi
diantaranya sebagai berikut:
11
a. Tanah dan Sumber Alam
Yaitu meliputi tanah, berbagai jenis barang tambang, hasil hutan, dan
sebagainya. Didalam arti luas istilah tanah juga meliputi sumber-sumber daya
alam lautan dalam batas-batas teritorial air suatu negara termasuk wilayah udara
di atasnya. Berlainan dengan faktor-faktor lainnya, tanah merupakan faktor
produksi yang persediaannya tidak dapat ditambah lagi bila kita kekurangan,
kecuali bila kita membelinya atau menyewanya. Suatu negara memiliki luas tanah
yang terbatas guna maksud-maksud produksinya. Areal tanah yang dimiliki suatu
negara dalam kaitannya dengan keragaman kesuburan dan topografinya sudah
barang tentu akan mempengaruhi manfaat ekonominya.
Tanah beserta kekayaan alam yang dikandungnya seperti halnya mineral,
air, dan sebagainya mempunyai sifat penawaran yang tetap (fixed, tidak dapat
ditambah lagi), sedangkan permintaan akan tanah terus-menerus meningkat dari
waktu ke waktu baik karena alasan kenaikan harga barang-barang pertanian,
kenaikan harga mineral serta barang-barang industri yang memakai bahan mentah
dari tanah maupun karena pertambahan jumlah penduduk. Didalam kaitannya
dengan permintaan akan barang-barang pertanian, perbedaan kesuburan tanah
akan menentukan perbedaan nilai sewanya, sebaliknya dalam kaitannya dengan
lokasi dikenal nilai lokasi sewa tanah. Tanah yang lokasinya lebih strategis akan
memperoleh nilai yang lebih tinggi.
a. Modal (capital)
Menurut Rosyidi (2009, h.55) modal merupakan faktor produksi yang
meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi
barang-barang lain serta jasa-jasa. Pengertian modal semacam ini sebenarnya
12
hanyalah merupakan salah satu saja dari pengertian seluruhnya, sebagaimana yang
sering dipergunakan oleh ahli ekonomi. Sebab, modal juga mencakup arti uang
yang tersedia didalam perusahaan untuk membeli mesin-mesin serta faktor
produksi lainnya.
Seseorang tentu saja tidak akan dapat membuat sebuah jembatan atau
menenun kaos oblong, misalnya dengan menggunakan uang. Orang hanya dapat
menggunakan uang untuk mendapatkan (membeli) faktor-faktor produksi untuk
kemudian dengannya baru bisa dilakukan proses produksi. Oleh karena itu,
pentinglah kiranya untuk membedakan dengan tegas perbedaan antara barang-
barang modal riil dan modal uang yakni dana yang digunakan untuk membeli
barang-barang modal dan faktor produksi lainnya.
Hal yang dimaksudkan dengan modal dalam faktor produksi ini adalah
barang-barang modal itu bukan modal uang. Terkait dengan hal itu, kalau istilah
produksi yang selama ini kita pakai selalu mengesankan kepada produksi barang-
barang konsumsi, maka untuk itu produksi yang dimaksud adalah produksi tidak
langsung.
Produksi tidak langsung adalah pembuatan suatu alat, sebuah mesin
ataupun setiap jenis barang modal, yang akan dipakai untuk membantu dalam
pembuatan barang-barang yang dipakai langsung (barang-barang konsumsi),
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
b. Tenaga Kerja (labor)
Menurut Rosyidi (2009, h.56) istilah tenaga kerja dalam ilmu ekonomi
bukanlah semata-mata kekuatan manusia untuk mencakul, menggergaji,
bertukang, dan segala kegiatan fisik lainnya. Hal yang dimaksudkan disini
13
memang bukanlah sekedar tenaga kerja saja tetapi lebih luas lagi, yaitu sumber
daya manusia (human resources).
Sumber daya manusia tidak saja mencakup tenaga fisik atau jasmani
manusia tetapi juga kemampuan mental atau kemampuan nonfisiknya, tidak saja
tenaga terdidik tetapi juga tenaga yang tidak terdidik, tidak saja tenaga yang
terampil tetapi juga yang tidak terampil. Oleh karena itu, benarlah jika ada orang
yang berkata bahwa kualitas atau mutu sumber daya manusia suatu bangsa itu
tergantung pada kualitas atau mutu ketaqwaan, kesehatan, kekuatan fisik,
pendidikan, serta kecakapan penduduknya.
b. Keahlian Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Menurut Sugiarto et al (2007, h.19) yaitu keahlian dan kemampuan
pengusaha-pengusaha untuk mendirikan dan mengembangkan berbagai kegiatan
usaha. Keahlian kewirausahaan membutuhkan faktor produksi tanah dan sumber
daya alam, tenaga kerja, serta modal. Keahlian kewirausahaan meliputi kemahiran
para pengusaha untuk mengorganisasi berbagai faktor produksi untuk
keberhasilan usahanya. Terlepas dari keanekaragamannya sumber-sumber daya
mempunyai ciri-ciri umum yaitu jumlahnya terbatas, dapat digunakan untuk
membuat berbagai macam barang, dan mampu berkombinasi dengan sumber-
sumber daya lain untuk menghasilkan sesuatu barang tertentu.
2.1.4. Skala Produksi
Menurut Soeharno (2007, h.90-92) skala produksi terdiri dari:
a. Skala Produksi Konstan
Skala produksi konstan (constant return to scale – CRTS) adalah skala
produksi yang apabila penggunaan input ditambah (dinaikkan) sebesar x kali
14
maka output akan meningkat x kali. Misalnya, Q = (3K,3L) = 300 unit.
Penggunaan K dan L dilipatkan menjadi 2 : 2 Q = f(6K,6L) = 2(300) = 600 unit.
Jadi, kalau penggunaan input ditingkatkan dua kali lipat maka hasil (output) akan
meningkat dua kali lipat. Kalau input ditingkatkan hingga 3 kali lipat maka
hasilnya pun akan 3 kali lipat lebih banyak dari hasil mula-mula. Peningkatan
output adalah konstan sesuai dengan kelipatan penggunaan input. Besar CRTS
adalah n = 1.
b. Skala Produksi dengan Tambahan Hasil Meningkat
Skala produksi dengan hasil meningkat (increasing return to scale–IRTS),
disebut demikian apabila penambahan faktor produksi K dan L dua kali akan
memberikan peningkatan output lebih dari dua kali. Besar IRTS adalah n >1.
c. Skala Produksi dengan Tambahan Hasil Menurun
Peningkatan input K dan L sebanyak 2 kali akan meningkatkan hasil yang
lebih rendah dari dua kali kenaikan input K da L. Hal ini disebut skala produksi
dengan tambahan hasil menurun (decreasing return to scale – DRTS). Besarnya 0
< n < 1.
2.2. Pendapatan
2.2.1. Pengertian Pendapatan
Menurut Arianto (2005, h.74) pendapatan adalah keseluruhan penerimaan
dari satu unit usaha selama satu jasa yang dihasilkan banyak dan mempunyai nilai
jual yang tinggi dan biaya produksi rendah, maka dengan sendirinya tingkat
keuntungan yang diperoleh akan tinggi pada periode tertentu setelah dikurangi
dengan penjualan retur dan potongan-potongan.
15
Selanjutnya menurut Noor (2007, h.189) pendapatan perusahaan berasal
dari penjualan, sementara itu nilai penjualan ditentukan oleh jumlah unit terjual
(quality) dan harga jual (price), atau lebih sederhana dikatakan pendapatan fungsi
(quality, price) sedangkan pendapatan industri kecil diartikan sebagai hasil yang
diperoleh pengusaha dalam mengorganisasikan faktor-faktor produksi yang
dikelolanya.
2.2.2. Pengertian Pendapatan Masyarakat
Menurut Sukirno (2005, h.48) pendapatan masyarakat yang diperoleh
tanpa menghiraukan tersedia atau tidak faktor produksi. Pendapatan merupakan
penerimaan bersih seseorang baik berupa uang kontan maupun tidak. Pendapatan
disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil dari hasil
penjualan, hasil faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi.
2.2.3. Jenis-Jenis Pendapatan
Menurut Sukirno (2008, h.33) pendapatan terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
a. Pendapatan Nasional Net
Pendapatan Nasional Net (Net Nasional Income) adalah pendapatan yang
dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak
tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya
dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dan lain-
lain.
16
b. Pendapatan Perseorangan
Menurut Mankiew (2006, h.9) Pendapatan Perseorangan (Personal
Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan usaha
yang bukan perusahaan. Tidak seperti pendapatan nasional, pendapatan
perorangan tidak mengikut sertakan Pendapatan Tertahan (Etained Earnings),
yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan namun tidak dibagikan kepada para
pemiliknya. Pendapatan perorangan juga mengurangi pajak pendapatan
perusahaan dan kontribusi pada tunjangan sosial
c. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Dipossable Income) adalah
pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa
konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.
Dipossable income ini diperoleh dari Pendapatan Perorangan (Personal Income)
dikurangi dengan pajak langsung. Pajak Langsung (Direct Tax) adalah pajak yang
bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung
ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
d. Pendapatan Nasional Riel
Pendapatan nasional riel adalah pendapatan nasional yang dihitung atau di
tentukan berdasarkan harga-harga yang tidak berubah atau tetap dari tahun
ketahun.
e. Pendapatan Nasional Menurut Harga yang Berlaku
Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku adalah pendapatan
nasional yang dihitung atau ditentukan berdasarkan harga-harga yang berlaku
pada tahun dimana produksi nasional yang sedang dinilai diproduksikan.
17
f. Pendapatan Nasional Menurut Harga Tetap
Pendapatan nasional menurut harga tetap adalah harga yang berlaku pada
suatu tahun tertentu dan seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang
dihasilkan pada tahun-tahun yang lain.
2.3. Usaha
2.3.1. Pengertian Usaha
Menurut Zaharuddin (2010, h.7) usaha atau juga disebut suatu perusahaan
adalah suatu bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-
menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan, baik yang diselenggarakan oleh
perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak
berbentuk badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan disuatu daerah dalam
suatu negara.
Usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan
untuk mencapai suatu maksud. Tentu pengertian usaha ini berbeda jika usaha
yang dimaksud adalah berada dalam ruang lingkup ilmu tertentu (kangmoes.com
diakses 11 Juni 2014).
2.3.2. Penentuan Lokasi Usaha
Menurut Kasmir dan Jakfar (2009, h.147) seperti yang kita ketahui bahwa
prioritas utama aspek tekni/operasi adalah menganalisis masalah penentuan lokasi.
Pemilihan lokasi sangat penting mengingat apabila salah dalam menganalisis akan
berakibat meningkatnya biaya yang akan dikeluarkan nantinya.
Secara umum pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi adalah
sebagai berikut:
18
a. Jenis Usaha yang Dijalankan
b. Apakah Dekat dengan Pasar atau Konsumen
c. Apakah dengan Bahan Baku
d. Apakah Tersedia Tenaga Kerja
e. Tersedia Sarana dan Prasarana (Transportasi, Listrik dan Air)
f. Apakah dengan Pusat Pemerintahan
g. Apakah Dekat dengan Lembaga Keuangan
h. Apakah Berada di Kawasan Industri
i. Kemudahan Melakukan Ekspansi / Perluasan
j. Kondisi Adat Istiadat / Budaya / Sikap Masyarakat Setempat
k. Hukum yang Berlaku di Wilayah Setempat
2.3.3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Usaha
Menurut Kasmir dan Jakfar (2009, h.8-9) secara umum faktor-faktor yang
menyebabkan kegagalan bisnis secara benar dan sempurna seperti yang telah
diuraikan adalah sebagai berikut:
a. Data dan Informasi tidak Lengkap
Sewaktu melakukan penelitian data dan informasi yang disajikan kurang
lengkap, sehingga hal-hal yang seharusnya menjadi penilaian tidak ada.
Kemudian, dapat pula data yang disediakan tidak dapat dipercaya atau palsu.
Karena itu, sebelum melakukan studi sebaiknya kumpulkan data dan informasi
selengkap mungkin, melalui berbagai sumber yang ada yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan kebenaran datanya.
19
b. Tidak Teliti
Kegagalan dapat pula disebabkan si penstudi (orang yang melakukan
studi) kurang teliti dalam meneliti dokumen-dokumen yang ada. Oleh karena itu,
dalam hal ini penstudi perlu melatih atau mencari tenaga yang benar-benar ahli
dibidangnya, sehingga faktor ketelitian ini menjadi jaminan. Kecerobohan sekecil
apapun akan sangat berpengaruh terhadaphasil penelitian.
c. Salah Perhitungan
Kesalahan dapat pula diakibatkan sipenstudi salah dalam melakukan
perhitungan. Misalnya, dalam hal penggunaan rumus atau cara menghitung,
sehingga hasil yang dikeluarkan tidak akurat. Didalam hal ini juga perlu disikapi
untuk menyediakan tenaga ahli yang andal dibidangnya.
d. Pelaksanaan Pekerjaan Salah
Para pelaksana bisnis sangat memegang peranan penting dalam
keberhasilan menjalankan bisnis tersebut. Apabila para pelaksana dilapangan
tidak mengerjakan proyek secara benar atau tidak sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan, maka kemungkinan bisnis tersebut gagal sangat besar.
e. Kondisi Lingkungan
Kegagalan lainya adalah adanya unsur-unsur yang terjadi yang memang
tidak dapat kita kendalikan. Artinya, pada saat melakukan penelitian dan
pengukuran semuanya sudah selesai dengan tepat dan benar, namun dalam
perjalanan akibat terjadinya perubahan lingkungan pada akhirnya berimbas
kepada hasil penelitian dalam studi kelayakan bisnis. Perubahan lingkungan
seperti perubahan ekonomi, politik, hukum, sosial, dan perubahan perilaku
masyarakat atau karena bencana alam
20
f. Unsur Sengaja
Kesalahan yang sangat fatal adalah adanya faktor kesengajaan untuk berbuat
kesalahan. Artinya peneliti sengaja membuat kesalahan yang tidak sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya dengan berbagai sebab. Atau para pelaksana dilapangan
juga melakukan perbuatan yang tercela, sehingga menyebabkan gagalnya suatu
proyek atau usaha.
2.4. Keripik
2.4.1. Pengertian Keripik
Keripik adalah sejenis makanan ringan berupa irisan irisan tipis dari umbi-
umbian, buah-buahan, atau sayuran yang digoreng di dalam minyak nabati, untuk
menghasilkan rasa yang gurih dan renyah biasanya dicampur dengan adonan
tepung yang diberi bumbu rempah tertentu (id.wikipedia.org/wiki/keripik diakses
16 Januari 2014).
2.4.2. Macam-Macam Keripik
Keripik dengan penggorengan manual, yaitu keripik yang digoreng dengan
menggunakan kuali/wajan. Ada beberapa jenis yang diproduksi di Kabupaten
Aceh Barat Daya, diantaranya:
1. Keripik pisang, keripik yang terbuat dari pisang.
2. Keripik singkong, keripik yang terbuat dari singkong.
3. Keripik sukun, keripik yang terbuat dari sukun.
21
2.5. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian telah dilakukan yang berkaitan dengan analisis
elastisitas modal dan tenaga kerja terhadap produksi aneka keripik di Kabupaten
Aceh Barat Daya, diantaranya:
a. Hasil penelitian dari Purnama, Husna (2011) melakukan penelitian dengan
judul “Pengembangan kemitraan dan pembiayaan usaha kecil menengah pada
sentra industri keripik di Bandar Lampung”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengembangan kemitraan dan pembiayaan usaha kecil menengah yang
menggunakan analisis finansial meliputi NPV, IRR, net B/C, gross B/C, dan
payback period terhadap sentra industri keripik ini layak secara finansial untuk
mendapatkan bantuan program pembiayaan, pola kemitraan dan pembiayaan
yang dilakukan oleh para pengusaha keripik yang berasal dari BUMN model
kemitraan yang dilakukan adalah pasif karena tidak terjadi keterkaitan bisnis
antara pihak eksternal dan pengusaha keripik, serta analisis pemasaran dengan
metode S-C-P dinyatakan bahwa SIK ini memiliki pasar bersaing sempurna
dan penjual adalah price taker.
b. Hasil penelitian dari Hasena (2013) melakukan penelitian dengan judul “Usaha
keripik singkong pedas, untungnya mengalir deras”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan mengolah singkong menjadi keripik, akan
diperoleh keuntungan yang lebih besar daripada menjual singkong secara
langsung tanpa proses pengolahan, sehingga dengan usaha keripik singkong ini
penghasilan petani akan meningkat.
22
2.6. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian dari penelitian ini, diduga bahwa jumlah produksi
aneka keripik berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha aneka keripik di
Kabupaten Aceh Barat Daya.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh
Barat Daya. Oleh karena itu, untuk produksi aneka keripik yang terdapat 9 usaha
keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya, maka penulis mengambil sampel yang
terdapat di Kecamatan Susoh, Kecamatan Manggeng, Kecamatan Blang Pidie dan
Kecamatan Kuala Batee.
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampling jenuh/boring
sampling yang keseluruhan anggota populasi dijadikan sampel apabila data yang
diperoleh sangat kecil. Selanjutnya yang akan menjadi sampel pada penelitian ini
adalah keseluruhan dari usaha aneka keripik sebanyak 9 unit usaha pada tahun
2013. Jumlah populasi dan sampel dapat dilihat dapat tabel berikut ini:
Tabel 4
Populasi dan Sampel Aneka Keripik Kabupaten Aceh Barat Daya
No Kecamatan Nama Usaha Populasi Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kecamatan Kuala Batee
Kecamatan Kuala Batee
Kecamatan Susoh
Kecamatan Susoh
Kecamatan Susoh
Kecamatan Blang Pidie
Kecamatan Blang Pidie
Kecamatan Manggeng
Kecamatan Manggeng
Bungong Jaroe
Usaha Erlina
Kerupuk Begadang
Usaha Rosni
Usaha Nasriah
Kerupuk Singkong 37
Usaha Rusni
Srikandi
Usaha Aton
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 Total 9 9
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Juni 2014)
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
24
a. Data Primer.
Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari responden. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data primer diperoleh dengan
melakukan wawancara, dengan memberikan kuisioner kepada pemilik usaha
keripik yang terpilih sebagai sampel.
b. Data Sekunder.
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung pada instansi-instansi terkait dan relavan, seperti Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Aceh Barat Daya.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
antara lain:
a. Studi pustaka;
Yaitu metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dengan cara membaca buku-buku dan literatur lainnya yang diperlukan.
a. Penelitian Lapangan;
Yaitu peneliti mendatangi pemilik usaha aneka keripik. Data lapangan
dikumpulkan secara langsung dengan cara mengisi kuisioner yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengumpulan data diadakan. Data lapangan
tersebut dilakukan dengan teknik pengamatan, penelitian langsung ke lapangan
dan kuisioner.
25
3.3. Model Analisis Data
Untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana, analisis korelasi, dan uji t.
Mempermudah dan mengurangi kesalahan secara manual, pengolahan data dalam
analisis ini menggunakan program SPSS versi 19.0.
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Menurut Supranto (2004, h.177) analisis regresi linier sederhana ini hanya
mengandalkan satu variabel bebas dan variabel terikat yaitu tanpa konstanta
dengan rumus:
Y = bX ........................................................................................................... (1)
Dimana :
Y = Pendapatan Usaha Aneka Keripik (Variabel terikat)
X = Produksi (Variabel bebas)
a = nilai konstanta
b = koefisien regresi
b. Analisis Korelasi
1. Koefisien Korelasi (r)
Menurut Syakhiruddin (2008, h.263) Koefisien korelasi merupakan suatu
koefisien yang menjelaskan keeratan hubungan keterkaitan antara variabel bebas
(X) dengan variabel tak bebas (Y).
2. Koefisien Determinasi (
Koefisien determinasi atau koefisien penentu yang menjelaskan besarnya
pengaruh nilai suatu variabel (variabel X) terdapat naik atau turunnya (variasi)
nilai variabel lainnya (variabel Y).
26
3. Uji t
Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat
signifikansi dari pengaruh variabel bebas (produksi) terhadap variabel terikat
(pendapatan usaha aneka keripik) secara individual, dengan rumus sebagai berikut
(Syakhiruddin 2008, h. 267):
thitung =
................................................................................................ (2)
Dimana:
n = Jumlah tahun
r = Koefisien korelasi
3.4. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama
pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi masing-masing variabel sebagai
berikut :
a. Pendapatan usaha aneka keripik (Y) adalah jumlah penghasilan rata-rata
masyarakat yang didapat dalam suatu kegiatan usahanya di Kabupaten Aceh
Barat Daya yang diukur dalam satuan rupiah.
b. Produksi (X) adalah jumlah produksi aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat
Daya yang diukur dalam satuan kilogram (kg).
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian
sisi kiri yaitu:
a. H0 ; β = 0, bahwa variabel produksi yang diteliti tidak berpengaruh secara
nyata terhadap pendapatan usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya.
27
b. H1; β > 0, bahwa variabel produksi yang diteliti berpengaruh secara nyata
terhadap pendapatan usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya.
Kriteria uji-t, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila thitung>ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh
yang nyata antara produksi terhadap pendapatan usaha aneka keripik di
Kabupaten Aceh Barat Daya.
b. Apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat
pengaruh yang nyata antara produksi terhadap pendapatan usaha aneka keripik
di Kabupaten Aceh Barat Daya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya
Industri pengolahan pada umumnya terbagi atas 9 (sembilan) sektor, yaitu
industri makanan (makanan, minuman, dan tembakau), tekstil (pakaian jadi dan
kulit), industri kayu dan barang-barang dari kayu, industri kertas (kertas,
percetakan, dan penerbitan), industri kimia dan hasil-hasilnya, industri barang
galian bukan lpgam, industri logam dasar, industri mesin dan peralatannya dan
industri pengolahan lainnya (BPS 2013, h.312).
Seperti halnya subsektor industri makanan, sektor industri ini telah mampu
mendongkrak perekonomian Kabupaten Aceh Barat Daya, karena dapat
memberikan andil untuk kesejahteraan masyarakat salah satunya pengolahan
usaha aneka keripik yang tidak asing lagi dijadikan sebagai jajanan masyarakat.
Berikut ini merupakan karakteristik responden pada usaha aneka keripik
berdasarkan umur di Kabupaten Aceh Barat Daya:
Tabel 5
Jumlah Responden Berdasarkan Umur
pada Usaha Aneka Keripik
di Kabupaten Aceh Barat Daya
No Umur Responden
1
2
3
4
15-30
31-40
41-50
≥60
1
4
4
0
Total 9 Sumber: Data Primer (Juni 2014)
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah responden
berdasarkan umur di lokasi penelitian terlihat bahwa responden yang berusia 26
sampai 30 tahun sebanyak 1 orang, pada usia 31 sampai 35 tahun sebanyak 1
29
orang. Selanjutnya pada usia 36 sampai 40 tahun dan 41 sampai 45 tahun
sebanyak 3 orang. Kemudian pada usia 46 sampai 50 tahun sebanyak 1 orang. Hal
ini menunjukkan bahwa responden yang diteliti dari usia 26 sampai 50 tahun
masih berproduktif dalam mengelola usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh
Barat Daya.
Tabel 6
Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan
pada Usaha Aneka Keripik
di Kabupaten Aceh Barat Daya
No Pendidikan Jumlah Responden
1
2
3
4
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
2
3
4
-
Total 9 Sumber: Data Primer (Juni 2014)
Berdasarkan tabel 6 di atas penulis dapat menjelaskan bahwa jumlah
responden yang usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya ini dengan
tingkat pendidikan tertinggi sebanyak 4 orang dengan pendidikan SMA.
Selanjutnya disusul oleh tingkat pendidikan SMP dan SD sebanyak 3 orang dan 2
orang. Terlihat jelas bahwa dengan tingkat pendidikan rendah telah mampu
memiliki kemampuan untuk berwirausahaan untuk menciptakan lapangan
pekerjaan.
Setiap usaha yang telah dijalankan ini tidak terlepas dari modal yang
diperoleh untuk membangun dan mengembangkan usahanya, seperti yang terlihat
pada tabel sebagai berikut:
30
Tabel 7
Sumber Modal yang Diperoleh oleh Usaha Aneka Keripik
Di Kabupaten Aceh Barat Daya
No Sumber Modal Unit Usaha
1
2
3
4
Modal Sendiri
Pinjaman
Koperasi
Lain-Lain
7
-
2
-
Total 9 Sumber : Data Primer (Mei 2014)
Berdasarkan tabel 7 di atas penulis dapat menjelaskan bahwa usaha aneka
keripik yang dikelola secara umum berasal dari modal sendiri dan koperasi.
Modal sendiri terdiri dari 7 unit usaha dan koperasi terdiri dari 2 unit usaha di
Kabupaten Aceh Barat Daya.
Usaha aneka keripik ini dengan tingkat pemasaran yang dilakukan tidak
terlepas dari hasil yang diperoleh dari penjualan hasil produksi yang ditargetkan,
karena hasil penjualan yang diperoleh akan digunakan untuk keperluan biaya
ongkos angkut dan keperluan membeli bahan baku, sehingga dapat dipasarkan
keberbagai tempat, seperti pasar buah, kios, bahkan swalayan. Jumlah produksi
dan pendapatan usaha aneka keripik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8
Jumlah Produksi Usaha Aneka Keripik Pertahun
di Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2013
No Nama Usaha Nama Responden Jumlah Produksi (Kg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bungong Jaroe
Usaha Erlina
Kerupuk Begadang
Usaha Rosni
Usaha Nasriah
Kerupuk Singkong 37
Usaha Rusni
Srikandi
Usaha Aton
Nasruddin
Erlina
Salmawati
Rosni
Nasriani
Rosmiati Sarbinik
Rusni
Zulbaidah
Aton
4.680
7.200
93.600
15.600
9.600
156.000
2.880
2.000
15.000 Sumber: Data Primer (Data Diolah Juni 2014)
31
Berdasarkan tabel 8 tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa jumlah
produksi yang dihasilkan oleh usaha aneka keripik pada tahun 2013 dengan
tingkat produksi yang cukup signifikan. Produksi tertinggi dihasilkan oleh
kerupuk singkong 37 sebesar 156.000 kg, kemudian diikuti oleh kerupuk
begadang sebesar 93.600 kg, dan dengan tingkat produksi terendah dihasilkan
oleh Srikandi sebesar 2.000 kg serta oleh usaha rusni menghasilkan sebesar 2.880
kg.
Kemudian hasil produksi yang diperoleh akan menghasilkan jumlah
pendapatan usaha aneka keripik yang dipasarkan kesetiap lokasi yang ditargetkan
atau telah menjadi tempat langganan para pemilik usaha. Berikut hasil pendapatan
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 9:
Tabel 9
Jumlah Pendapatan Usaha Aneka Keripik Pertahun
di Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2013
No Nama Usaha Nama
Responden
Jumlah Rata-Rata
Pendapatan (Rp)
Perbulan
Jumlah
Pendapatan
(Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bungong Jaroe
Usaha Erlina
Kerupuk
Begadang
Usaha Rosni
Usaha Nasriah
Kerupuk
Singkong 37
Usaha Rusni
Srikandi
Usaha Aton
Nasruddin
Erlina
Salmawati
Rosni
Nasriani
Rosmiati
Sarbinik
Rusni
Zulbaidah
Aton
2.131.750
892.167
6.183.083
2.416.667
1.375.000
2.691.667
782.667
493.000
1.872.083
25.581.000
10.706.000
74.197.000
29.600.000
16.500.000
86.000.000
9.280.000
5.000.000
22.465.000 Sumber: Data Primer (Mei 2014)
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah pendapatan
usaha aneka keripik pada tahun 2013 yang diperoleh pada setiap unit usaha
berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada tabel, pendapatan tertinggi dihasilkan
32
oleh usaha kerupuk singkong 37 sebesar Rp.86.000.000, usaha kerupuk begadang
sebesar Rp.74.197.000, selanjutnya usaha bungong jaroe sebesar Rp.25.581.000,
dan usaha aton sebesar Rp.22.465,000. Tingkat produksi terendah dihasilkan oleh
usaha srikandi sebesar Rp.5.000.000 dan usaha rusni sebesar Rp.9.280.000.
Setiap usaha yang terjadi terlihat berfluktuasi dimana dengan produksi
rendah dapat menghasilkan pendapatan usaha yang tinggi, dengan tingkat
produksi tinggi menghasilkan pendapatan usaha yang rendah, dan dengan
produksi tinggi tetap menghasilkan tingkat penghasilan usaha yang tinggi.
Perbedaan yang terjadi disebabkan oleh mutu atau kualitas produk yang
dihasilkan kurang diminati masyarakat bahkan dari segi rasanya, dan juga dari
segi kemasan terlihat kurang menarik.
Selanjutnya penulis melakukan analisis statistik yang digunakan untuk
membuktikan hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan analisa regresi linier
sederhana, analisa korelasi dan uji t yang diolah melalui program SPSS versi 19,0,
dengan variabel dependent (Y) dan variabel independent (X) adalah sebagai
berikut:
X = Produksi
Y = Pendapatan Usaha Aneka Keripik
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis
Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan
oleh produksi terhadap pendapatan usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat
Daya yang akan dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi linier
sederhana yang akan diolah melalui Program Statistik SPSS versi 19.0. Hasil
akhir yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
33
Tabel 10
Standar Deviasi Rata-Rata dan Observasi
No Variabel Rata-Rata Root Mean
Square Observasi
1.
2.
Pendapatan_Usaha_An
eka_Keripik
Produksi
25117444.44
18462.22
31725604.36
32746.292
9
9 Sumber: Hasil Regresi (Data Diolah Juni 2014)
Berdasarkan tabel 10 di atas penulis dapat menjelaskan bahwa rata-rata
pendapatan usaha aneka keripik (Y) di Kabupaten Aceh Barat Daya selama kurun
waktu 2013 adalah 25117444,44 dengan root mean square 31725604,36
sedangkan rata-rata produksi (X) adalah 18462,22 dengan root mean square
32746,292 serta N menyatakan jumlah observasi yang diteliti sebanyak 9 unit
usaha.
4.3. Hasil Akhir
4.3.1. Uji Regresi Linier Sederhana
Tabel 11
Regresi Linier Sederhana
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar
dized
Coeffic
ients t
Sig
.
95,0 % Confidence
Interval
B Std.Error Beta Lowe
Bound
Upper
Bound
Produksi 894.445 131.625 .923 6.795 .000 590.918 1197.972
Sumber: Hasil Regresi (Data Diolah Juni 2014)
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 11 di atas maka diperoleh
persamaan regresi linier sederhana akhir estimasi sebagai berikut:
Y = bX
Y = 894,445X
Persamaan regresi linier sederhana tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
34
Berdasarkan hasil regresi sederhana tersebut diperoleh bahwa nilai
produksi (X) yaitu sebesar 894,445. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan
produksi (X) sebesar 1 unit, maka pendapatan usaha aneka keripik (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar 894,445 rupiah.
4.3.2. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Hal ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan keeratan
serta arah hubungan antara produksi terhadap pendapatan usaha aneka keripik di
Kabupaten Aceh Barat Daya.
Tabel 12
Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
No Variabel Pendapatan_Usaha_Aneka_
Keripik Produksi
1. Std. Cross-Product
a. Pendapatan_Usaha_Aneka
_Keripik
b. Produksi
1.000
.923
.923
1.000
2. Model
a. Koefesien Korelasi (R)
b. Koefesien Determinasi
Adjusted
c. Koefesien Determinasi (R2)
.923
.834
.852 Sumber: Hasil Regresi (Data Diolah Juni 2014)
Berdasarkan tabel 12 tersebut penulis dapat menjelaskan bahwa Koefesien
korelasi variabel bebas (produksi) diperoleh R = 0,923 secara positif menjelaskan
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara produksi (X) terhadap pendapatan
usaha aneka keripik (Y) dengan keeratan hubungan 92,3 persen.
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh antara
produksi (X) terhadap pendapatan usaha aneka keripik (Y) di Kabupaten Aceh
Barat Daya. Adapun koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui
dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
35
Koefisien determinasi = r2
x 100%
Koefisien determinasi = (0,923)2 x 100%
Koefisien determinasi = 85,2 %
Berdasarkan perhitungan tersebut penulis dapat menjelaskan bahwa nilai
koefesien determinasi bernilai 85,2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
bebas (produksi) memberi sumbangan sebesar 85,2 persen terhadap variabel
terikat (pendapatan usaha aneka keripik), sedangkan sisanya sebesar 14,8 persen
ini dipengaruhi oleh variabel yang terdapat diluar model regresi penelitian ini.
4.3.3. Uji t (Uji Parsial/individual)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar
variabel bebas produksi (X) terhadap variabel terikat pendapatan usaha aneka
keripik (Y) secara individual dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95
persen) pada taraf nyata (α) = 0,025 yaitu:
Berdasarkan tabel 10 nilai thitung dapat dijelaskan bahwa untuk variabel
produksi dengan nilai thitung > ttabel (6,795 > 2,365), yang artinya bahwa secara
parsial variabel produksi berpengaruh secara positif terhadap pendapatan usaha
aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya.
4.4. Pembahasan Hasil
Berdasarkan hasil output dari penelitian yang telah dilakukan variabel
produksi mempunyai hubungan yang positif terhadap pendapatan usaha aneka
keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu nilai thitung > ttabel (6,795 > 2,365),
terbukti dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari α 0,025 yaitu sebesar 0,000.
36
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh bahwa rata-rata
pendapatan aneka usaha keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya adalah
Rp.2.093.120,- dalam satu tahun. Pendapatan aneka usaha keripik sangat
dipengaruhi oleh tingkat produksi itu sendiri. Semakin tinggi produksi yang
dihasilkan maka semakin tinggi pula tingkat pendapatan yang diperoleh oleh
usaha aneka keripik. Tingkat rata-rata produksi dapat menghasilkan Rp.1.539,-
dalam satu tahun.
Maka dalam hal ini penulis dapat menjelaskan bahwa berdirinya usaha
aneka keripik telah mampu membantu perekonomian masyarakat khususnya para
pemilik usaha aneka keripik, selanjutnya dengan pengembangan usaha tersebut
para pemilik usaha aneka keripik telah mampu merekrut tenaga kerja baik
berpendidikan rendah namun memiliki kualitas yang cukup optimal, serta dengan
demikian telah mengurangi tingkat pengangguran dan mendongkrak pertumbuhan
perekonomian wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang dilakukan dalam penelitian
ini, yaitu di Kabupaten Aceh Barat Daya dapat disimpulkan bahwa produksi
berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan usaha aneka keripik di Kabupaten
Aceh Barat Daya. Hal ini berdasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval
95%) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tingkat rata-rata pendapatan usaha aneka keripik di tahun 2013 di Kabupaten
Aceh Barat Daya sebesar 25117444,44 dengan root mean square 31725604,36
sedangkan rata-rata produksi (X) adalah 18462,22 dengan root mean square
32746,292 serta N menyatakan jumlah observasi yang diteliti sebanyak 9 unit
usaha.
b. Koefesien korelasi variabel bebas diperoleh R = 0,923 persen secara
signifikan menjelaskan terdapat hubungan antara produksi (X) terhadap
pendapatan usaha aneka keripik (Y) dengan keeratan hubungan 92,3 persen.
Selanjutnya Koefesien determinasi bernilai 85,2 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel bebas (produksi) memberi sumbangan sebesar 85,2 persen
terhadap variabel terikat (pendapatan usaha aneka keripik), sedangkan sisanya
sebesar 14,8 persen ini dipengaruhi oleh variabel yang terdapat diluar model
regresi penelitian ini.
c. Persamaan akhir diperoleh Y = 894,445X persamaan regresi linier sederhana
ini dapat dijelaskan bahwa nilai produksi (X) yaitu sebesar 894,445. Hal ini
menyatakan bahwa setiap kenaikan produksi (X) sebesar 1 unit, maka
38
pendapatan usaha aneka keripik (Y) akan mengalami kenaikan sebesar
894,445 rupiah.
d. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji t, untuk variabel
produksi dengan nilai thitung > ttabel (6,795 > 2,365), yang artinya bahwa secara
parsial variabel produksi berpengaruh secara positif terhadap pendapatan usaha
aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya.
5.2. Saran-Saran
Berdasarkan hasil analisis data, adapun beberapa saran untuk pihak-pihak
terkait yang dapat disampaikan antara lain:
a. Bagi Pemerintah
Kepada Pemerintah Daerah atau Pusat agar dapat lebih meningkatkan dan
mengembangkan industri pemilik usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat
Daya, khususnya pada pengembangan usaha aneka keripik, yang telah mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat demi memenuhi kebutuhan sehari-hari,
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi akan semakin membaik.
b. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat agar lebih memanfaatkan hasil pertaniannya dimana
dapat dijadikan nilai ekonomis seperti umbi-umbian, pisang, dan lainnya. Dengan
demikian, masyarakat telah mandiri untuk membantu keuangannya sehari-hari
untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan yang berkelanjutan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penulis menyadari atas berbagai kekurangan dan keterbatasan dalam
penelitian ini, oleh karena itu beberapa saran yang dapat dipertimbangkan
mengenai dengan judul dalam penelitian ini, diantaranya:
39
1. Diharapkan agar dapat menambah jumlah penelitian yang akan dijadikan
sampel penelitian, agar hasil yang diharapkan lebih terlihat signifikan.
2. Diharapkan agar dapat menambah beberapa variabel yang lebih berpengaruh
terhadap pendapatan usaha aneka keripik.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arianto. 2005. Akutansi Manajemen. Erlangga. Jakarta
BPS.2010. Aceh Barat Daya dalam Angka. Badan Pusat Statistik Aceh Barat
Daya. Blang Pidie
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Aceh Barat Daya. 2014
Haseena, Anisa. 2013. Usaha Keripik Singkong Pedas Untungnya Mengalir
Deras. Jurnal
Kasmir dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Kencana. Jakarta
Kuncarawati, Ikip Laily dan Mumpuni N, Gumoyo. 2004. Peningkatan
Pendapatan Petani dengan Pengolahan Pisang Menjadi Keripik dan Cuka
Pisang pada Petani di Kecamatan Tumpangi. Jurnal Dedikasi
Mankiew, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi Ketiga. Selemba
Empat. Jakarta
Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomi Managerial. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Oktavina, Rakhma., Ma’arif, M.Syamsul., Eriyatno dan Hambali, Erliza. 2008.
Sistem Evaluasi Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (Studi Kasus: Usaha
Pengolahan Keripik Pisang di Provinsi Lampung). Jurnal Ilmiah. Bogor
Primyastanso, Mimit dan Iatikharoh, Nunik. 2006. Potensi dan peluang bisnis.
Bahter Press. Malang
Rosyidi, Suherman. 2009. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Sari, Panca Kurnia. 2011. Analisis Efisien dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Kabupaten Kendal. Skripsi
UNDIP
Soeharno. 2007. Teori Mikro Ekonomi. ANDI. Yogyakarta
Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. PT Grafindo Persada.
Jakarta
Sugiarto et al. 2007. Manajemen Produksi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Supranto, J. 2004. Statistik. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta
41
Syakhiruddin. 2008. Statistika Ekonomi. CV Perdana Mulya Sarana. Medan
Teguh, Muhammad. 2010. Ekonomi Industri. Rajawali Pers. Jakarta
Zaharuddin, Harmaisar. 2010. Menangkap Peluang Usaha. Edisi Kedua. CV Dian
Anugerah Prakarsa. Yogyakarta
Id.wikipedia.org/wiki/keripik diakses 16 Januari 2014
Kangmoes.com diakses 11 Juni 2014
www.kemenegpdt.go.id/profildaerah.acehbaratdaya diakses 16 Januari 2014
top related