pengaruh persepsi terhadap keputusan konsumen …
Post on 28-Nov-2021
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
28
PENGARUH PERSEPSI TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DI SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN DALAM MEMILIH
JASA EKSPEDISI J&T EXPRESS
Ade Nia Suryani1), Sri Gustini2), Ika Rakhmalina3)
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Rahmaniyah Sekayu
E-Surel: adenia_suryani@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi terhadap keputusan
konsumen dalam memilih jasa ekspedisi J&T Express di Kota Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kausalitas. Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat kota Sekayu yang menggunakan jasa ekspedisi J&T
Express. Jumlah sampel sebanyak 60 responden yang ditentukan dengan menggunakan
rumus Malhotra. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data diolah dan dianalisis
dengan analisis regresi linier sederhana dan analisis korelasi menggunakan Statistical
Package for Social Science (SPSS) 16.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) nilai koefisien korelasi sebesar 0,766 menunjukkan bahwa terjadi hubungan
atau korelasi yang kuat antara persepsi dengan keputusan konsumen di Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin dalam memilih jasa ekspedisi J&T Express, sedangkan nilai
Adjusted R Square sebesar 0,580 menunjukkan bahwa persepsi mempengaruhi
keputusan konsumen sebesar 58%, (2) hasil uji hipotesis t menunjukkan bahwa persepsi
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen di Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin dalam memilih jasa ekspedisi J&T Express dengan nilai thitung > ttabel
(9,073 >1, 672).
Kata kunci: persepsi, keputusan konsumen, jasa ekspedisi
1. PENDAHULUAN
Bisnis jasa ekspedisi ini dapat
dikatakan sebagai primadona bisnis dalam
sektor jasa. Saat ini tercatat puluhan
perusahaan ekspedisi menjadi pilihan
masyarakat untuk pengiriman barangnya,
beberapa diantaranya yakni Wahana
Logistik, Pandu Logistik, Cahaya
Logistik, First Logistik, Indah Logistik,
PT Pos Indonesia, RPX, Tiki, JNE, J&T
Express, SiCepat, Ninja Express.
Fenomena ini terjadi disebabkan
oleh adanya faktor-faktor pendukung
antara lain pertumbuhan ekonomi yang
stabil, pertumbuhan bisnis e-commerce,
perkembangan teknologi serta mobilitas
orang yang semakin tinggi, sehingga
permintaan konsumen terhadap bisnis jasa
ekspedisi ini semakin meningkat. Untuk
tahun 2018 ini, ASPERINDO (Asosiasi
Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres
Indonesia) memprediksi industri logistik
akan meningkat lebih dari 15% dibanding
tahun 2017. Sementara ALI (Asosiasi
Logistik Indonesia) memprediksi, industri
logistik setidaknya akan tumbuh 10% di
tahun 2018. Menurut laporan Ken
Research yang berjudul "Logistik dan
Pergudangan Indonesia Menurut Sektor
(Freight Forwarding, Warehousing, VAS),
oleh Domestic and International Services–
Outlook to 2021", CAGR di pasar
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
29
Logistik Indonesia diperkirakan mencapai
7,9% dalam 5 tahun ke depan hingga
2021. Freight Forwarding menjadi
segmen dengan pertumbuhan tercepat
dengan perkiraan CAGR sebesar 9,2%.
Sementara laporan riset yang dirilis
Savills Plc mengungkap, kebutuhan ruang
gudang logistik akan meningkat sekitar
240.000 meter persegi pada tahun 2021
(Chrisbiyanto, 2018).
Pertumbuhan bisnis jasa ekspedisi di
sisi lain menimbulkan permasalahan
tersendiri yang harus dihadapi oleh
perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bisnis ini. Banyaknya perusahaan jasa
ekspedisi yang berdiri menyebabkan
terjadinya persaingan yang ketat antar
perusahaan. Persaingan yang ketat dapat
mempengaruhi perilaku konsumen. Dalam
kondisi dimana konsumen mempunyai
banyak pilihan, keputusan konsumen
dapat dengan mudah berubah. Pada
umumnya keputusan konsumen dalam
memilih jasa atau produk lebih kepada
tempat, pelayanan, biaya, produk, dan jasa
yang diberikan apakah memenuhi kriteria
yang diinginkan oleh konsumen tersebut.
Keputusan pembelian konsumen adalah
tahap dimana pembeli telah menentukan
pilihannya dan melakukan pembelian
produk atau telah memilih jasa yang akan
digunakannya (Suharno, 2010:96).
Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan konsumen
menurut Pride dan Ferrel adalah persepsi
(Sangadji dan Sopiah, 2013:335). Menurut
Kotler dan Keller (2016:228), persepsi
tidak hanya bergantung pada rangsangan
fisik tapi juga rangsangan yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar
dan keadaan individu yang bersangkutan.
Persepsi adalah sebuah proses dimana
seseorang individu memilih,
mengorganisasi, dan menginterprestasi
informasi yang masuk untuk membuat
gambaran tentang sebuah hal. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa
konsumen selalu mempersepsikan semua
hal yang dilihat dan didengarnya. Oleh
karena itu perusahaan harus selalu
menampilkan citra terbaiknya dan selalu
memberikan pelayanan yang terbaik bagi
konsumennya.
J&T Express merupakan salah satu
perusahaan di Indonesia yang bergerak di
bidang jasa ekspedisi. Hadir sebagai
perusahaan express baru di Indonesia,
J&T Express siap melayani Indonesia
untuk mendapatkan pelayanan kiriman
paket yang cepat, nyaman dan terpercaya.
Meskipun merupakan pemain baru di
bidang express, J&T Express optimis
dapat menjadi perusahaan express yang
menjadi pilihan pertama masyarakat
Indonesia dengan mengandalkan inovasi
teknologi pada sistem pengiriman,
pelayanan yang mengutamakan tanggung
jawab sebagai komitmen, serta harga yang
terjangkau tentunya dengan kualitas
premium.
Memasuki tahun ketiga, J&T
Express memiliki lebih dari 2.000 drop
point (kantor cabang) dan 54 gateway
(pusat sortir) yang tersebar di seluruh
Indonesia. Mengusung 'Express Your
Online Business' sebagai slogan, J&T
Express merupakan jasa pengiriman
pertama di Indonesia yang fokus pada
bisnis online dengan sejumlah fasilitas
yang memudahkan para pelaku bisnis e-
commerce yang kini terus bertumbuh
dengan pesat. Bahkan dilansir dari
Majalah Marketing edisi Juli 2018, hasil
Survei Indeks fase 2 yang dilakukan
secara berkala setiap tahunnya
menyatakan bahwa J&T Express sebagai
salah satu merek yang mendapat predikat
Top Brand dengan index 13,9%. Survei
tersebut dilakukan pada periode April
hingga Mei 2018 dengan tiga parameter
yaitu Mind Share, Market Share, dan
Commitment Share (Advertorial -
detikNews, 2018).
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
30
Saat ini J&T Express sudah
memiliki drop point di Kota Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi
Sumatera Selatan. Di kota Sekayu sendiri
selain PT. Pos Indonesia dan J&T
Express, juga terdapat kantor cabang
perusahaan jasa ekspedisi lainnya yaitu
Tiki, JNE Express, Indah Cargo Logistic,
dan SICEPAT Express. Keputusan
konsumen di Kota Sekayu dalam memilih
J&T Express tentunya akan dipengaruhi
juga oleh persepsi konsumen terhadap
J&T Express. Dengan demikian tujuan
dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh persepsi terhadap
keputusan konsumen dalam memilih jasa
ekspedisi J&T Exspress serta seberapa
besar pengaruh persepsi tersebut terhadap
keputusan konsumen.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Keputusan Pembelian
Konsumen
Schiffman dan Kanuk dalam
Sangadji (2013:120), mendefinisikan
keputusan sebagai pemilihan suatu
tindakan dari dua pilihan alternatif atau
lebih. Seorang konsumen yang hendak
memilih harus memiliki pilihan alternatif.
Suatu keputusan tanpa pilihan disebut
“Pilihan Hobson”. Sedangkan Kotler dan
Keller (2016:240) berpendapat bahwa
dalam tahap evaluasi para konsumen
membentuk preferensi atas merek-merek
yang ada di dalam kumpulan pilihan.
Dalam beberapa kasus, konsumen bisa
mengambil keputusan untuk tidak secara
formal mengevaluasi setiap merek.
2.2 Struktur Keputusan Pembelian
Menurut Swastha dan Handoko
(2011:102-104), setiap keputusan
pembelian mempunyai struktur sebanyak
tujuh komponen. Komponen-komponen
tersebut antara lain:
1. Keputusan tentang jenis produk.
Konsumen dapat mengambil
keputusan pembelian suatu produk
atau menggunakan uangnya untuk
tujuan lain. Dalam hal ini, perusahaan
harus memusatkan perhatiannya
kepada orang-orang yang berminat
membeli suatu produk serta
alternatif lain yang mereka
pertimbangkan.
2. Keputusan tentang bentuk produk.
Konsumen dapat mengambil
keputusanpembelian dalam suatu
bentuk produk. Keputusan tersebut
menyangkut pula ukuran, mutu,
corak, dan sebagainya. Dalam hal
ini, perusahaan harus melakukan riset
pemasaran untuk mengetahui
kesukaan konsumen tentang produk
yang bersangkutan agar dapat
memaksimalkan daya tarik mereknya.
3. Keputusan tentang merek.
Konsumen harus mengambil
keputusan tentang merek mana
yang akan dibeli. Setiap merek
memiliki perbedaan-perbedaan
tersendiri. Dalam hal ini, perusahaan
harus mengetahui bagaimana
konsumen harus memilih sebuah
merek dalam melakukan
pembeliannya, merek yang sudah
dikenal memiliki nama akan
memudahkan konsumen dalam
mengambil keputusannya.
4. Keputusan tentang penjual.
Konsumen harus mengambil
keputusan dimana produk tersebut
akan dibeli. Dalam hal ini produsen,
pedagang besar, dan pengecer harus
mengetahui bagaimana konsumen
menyukai barang tersebut.
5. Keputusan tentang jumlah produk.
Konsumen dapat mengambil
keputusan tentang seberapa banyak
produk yang akan dibelinya pada
suatu saat. Dalam hal ini,
perusahaan harus mempersiapkan
banyaknya produk sesuai dengan
keinginan yang berbeda-beda dari
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
31
para pembeli.
6. Keputusan tentang waktu pembelian.
Konsumen dapat mengambil
keputusan tentang kapan ia harus
melakukan pembelian. Masalah ini
menyangkut tersedianya uang untuk
membeli produk. Oleh karena itu
perusahaan harus dapat mengukur
waktu produksi dan kegiatan
pemasaran.
7. Keputusan tentang cara pembayaran.
Konsumen harus mengambil
keputusan tentang metode atau cara
pembayaran produk yang akan dibeli,
secara tunai atau kredit. Keputusan
tersebut akan mempengaruhi
keputusan tentang penjual dan
jumlah pembelinya. Dalam hal ini,
perusahaan harus mengetahui
keinginan pembeli terhadap cara
pembayarannya.
2.2 Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Armstrong
(2013:179), proses keputusan pembeli
terdiri dari lima tahap: pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan
perilaku pasca pembelian. Proses
pembelian dimulai jauh sebelum
pembelian sesungguhnya dan berlanjut
dalam waktu yang lama setelah pembelian
sehingga bukan hanya pada keputusan
pembelian.
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan
pengenalan kebutuhan (need
recognition), pembeli menyadari
suatu masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan dapat dipicu oleh
rangsangan internal sehingga menjadi
dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu
oleh rangsangan eksternal seperti,
iklan atau diskusi dengan teman.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tertarik mungkin
mencari lebih banyak informasi atau
mungkin tidak. Jika dorongan
konsumen itu kuat dan produk yang
memuaskan ada di dekat konsumen
itu, konsumen mungkin akan
membelinya kemudian. Jika tidak,
konsumen bisa menyimpan kebutuhan
itu dalam ingatannya atau melakukan
pencarian informasi (information
research) yang berhubungan dengan
kebutuhan.
3. Evaluasi alternatif
Konsumen sampai pada sikap
terhadap merek yang berbeda
melalui beberapa prosedur evaluasi.
Bagaimana cara konsumen
mengevaluasi bergantung pada
konsumen pribadi dan situasi
pembelian tertentu. Dalam
beberapa kasus, konsumen
menggunakan kalkulasi yang cermat
dan pemikiran logis. Pada waktu yang
lain, konsumen yang sama hanya
sedikit melakukan evaluasi atau
bakan tidak mengevaluasi.
4. Keputusan pembelian
Pada umumnya, keputusan pembelian
(Purchase Decision) konsumen
adalah membeli merek yang paling
disukai, tetapi dua faktor bisa berada
antara niat pembelian dan keputusan
pembelian. Faktor pertama adalah
sikap orang lain. Jika seseorang
mempunyai arti penting bagi anda
berpikir bahwa anda seharusnya
membeli mobil yang paling murah,
maka peluang anda untuk membeli
mobil yang lebih mahal berkurang.
Faktor kedua adalah faktor situasional
yang tidak diharapkan. Konsumen
mungkin membentuk niat
pembelian berdasarkan faktor-faktor
seperti pendapatan, harga dan manfaat
produk yang diharapkan.
5. Perilaku setelah pembelian
Semakin besar kesenjangan antara
ekspektasi dan kinerja, semakin
besar pula ketidakpuasan konsumen.
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
32
Hal ini menunjukkan bahwa penjual
hanya boleh menjanjikan apa yang
dapat diberikan mereknya sehingga
pembeli terpuaskan.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian Konsumen
Pride dan Ferrel dalam Sangadji
dan Sopiah (2013:335) membagi faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen
ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Faktor pribadi
Faktor pribadi merupakan faktor
yang unik bagi seseorang. Berbagai
faktor pribadi dapat mempengaruhi
keputusan pembelian. Faktor pribadi
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Faktor demografi
Faktor demografi berkaitan dengan
siapa yang terlibat dalam
pengambilan keputusan pembelian.
Faktor ini meliputi ciri-ciri
individual seperti jenis kelamin,
usia, ras, suku bangsa dan
pekerjaan.
2. Faktor Situasional
Faktor situasional merupakan
keadaan atau kondisi eksternal
yang ada ketika konsumen
membuat keputusan pembelian.
3. Faktor tingkat keterlibatan
Faktor tingkat keterlibatan
konsumen ditujukkan dengan
sejauh mana konsumen
mempertimbangkan terlebih
dahulu keputusannya sebelum
membeli suatu produk.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang ada pada diri
seseorang sebagian menetapkan
perilaku orang tersebut sehingga
mempengaruhi perilakunya sebagai
konsumen. Faktor-faktor psikologis
meliputi antara lain:
1. Motif
Motif adalah kekuatan energi
internal yang mengarahkan kegiatan
seseorang kearah pemenuhan
kebutuhan atau pencapaian sasaran.
2. Persepsi
Persepsi adalah proses pemilihan,
pengorganisasian dan
penginterprestasian masukan
informasi untuk menghasilkan
makna.
3. Kemampuan dan Pengetahuan
Kemampuan adalah kesanggupan
dan efisisensi untuk melakukan
tugas-tugas tertentu. Kemampuan
yang diminati oleh para pemasar
adalah kemampuan seorang individu
untuk belajar dimana proses
pembelajaran tersebut merupakan
perubahan perilaku seseorang yang
disebabkan oleh informasi dan
pengalaman.
4. Sikap
Sikap merujuk pada pengetahuan
dan perasaan positif atau negatif
terhadap sebuah objek atau kegiatan
tertentu.
5. Kepribadian
Kepribadian adalah semua ciri
internal dan perilaku yang membuat
seseorang itu unik. Kepribadian
seseorang berasal dari keturunan
dan pengalaman pribadi.
c. Faktor Sosial
Manusia hidup ditengah-tengah
masyarakat. Sudah tentu akan
dipengaruhi oleh masyarakat dimana
dia hidup. Faktor sosial meliputi:
1. Peran dan pengaruh keluarga
Dalam kaitannya dengan perilaku
konsumen, keluarga mempunyai
pengaruh langsung terhadap
keputusan pembelian konsumen.
Setiap anggota keluarga
mempunyai kebutuhan, keinginan
dan selera yang berbeda.
2. Kelompok referensi
Kelompok referensi dapat
berfungsi sebagai perbandingan
dan sumber informasi bagai
seseorang sehingga perilaku para
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
33
anggota kelompok referensi ketika
membeli suatu produk bermerek
tertentu akan dapat dipengaruhi oleh
kelompok referensi.
3. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah
kelompok terbuka untuk para
individu yang memiliki tingkat
sosial yang serupa. Dalam kelas
sosial terjadi perbedaan
masyarakat ke dalam kelas- kelas
secara bertingkat, ada kelas yang
tinggi dan ada yang rendah.
4. Budaya dan subbudaya
Budaya mempengaruhi bagaimana
seseorang membeli dan mengunakan
produk, serta kepuasan konsumen
terhadap produk tersebut sebab
budaya juga menentukan produk-
produk yang dibeli dan digunakan.
2.4 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses pemilihan,
pengorganisasian dan penginterpretasian
masukan informasi, sensasi yang diterima
melalui penglihatan, perasaan,
pendengaran, penciuman dan sentuhan,
untuk menghasilkan makna, Pride dan
Ferrel dalam Fadila dan Lestari (2013:45).
Persepsi tidak hanya bergantung pada
rangsangan fisik tapi juga rangsangan
yang berhubungan dengan lingkungan
sekitar dan keadaan individu yang
bersangkutan, Kotler dan Keller
(2016:228). Persepsi dapat bernilai negatif
dan positif. Jika konsumen memiliki kesan
positif terhadap produk yang ditawarkan
perusahaan maka hal tersebut akan
menghasilkan persepsi positif, begitu juga
sebaliknya. Persepsi dalam diri seseorang
sangat dipengaruhi oleh pikiran dan
lingkungan sekitarnya. Selain itu, persepsi
secara substansial dapat sangat berbeda
dengan kenyataan atau realitas
sebenarnya.
2.4.1 Pembentukan Persepsi
Ada empat tahap dalam proses
pembentukan persepsi menurut Belch dan
Belch (2007:114) yaitu sejumlah tahapan
ketika seorang individu mengelola
informasi yang masuk dalam dirinya.
Keempat tahap itu antara lain exposure,
attention, comprehension dan retention.
1. Exposure; tahap dimana seseorang
mulai menerima informasi melalui
panca indera yang dimiliki. Informasi
diperoleh dengan cara melihat
ataupun mendengarkan secara
langsung informasi-informasi
mengenai suatu hal tertentu.
2. Attention; seseorang mulai
menempatkan informasi-informasi
yang diterima ke dalam sebuah
stimulus. Informasi-informasi
tersebut mulai dicerna melalui pikiran
seseorang.
3. Comprehension; seseorang mulai
menginterpretasikan informasi yang
masuk tersebut menjadi sebuah arti
yang spesifik. Informasi tersebut
menjadi berkembang dan
menjadikannya persepsi yang berbeda
antara setiap individu-individu yang
menerima informasi tersebut.
4. Retention; tahap dimana seseorang
sudah mulai tidak mengingat lagi
keseluruhan dari apa yang mereka
baca, lihat atau dengar meskipun
mereka sudah tertarik dan dapat
menginterpretasikan informasi
tersebut.
2.4.2 Dimensi Persepsi
Mengacu pada pendapat Assael
(2001:256) dimensi persepsi dibagi
menjadi tujuh yaitu sebagai berikut :
1. Kinerja
Melibatkan berbagai karakteristik
operasional utama, misalnya
karakteristik operasional mobil adalah
kecepatan, akselerasi, sistem kemudi
dan kenyamanan. Pelanggan
mempunyai sikap yang berbeda
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
34
dalam menilai atribut-atribut kinerja
tersebut karena faktor kepentingan
pelanggan berbeda satu sama lain.
2. Pelayanan
Mencerminkan kemampuan toko
dalam memberikan pelayanan kepada
konsumen terkait dengan produk yang
dipasarkan. Semakin baik pelayanan
yang diberikan toko kepada
konsumen, semakin baik pula
penilaian konsumen terhadap image
toko itu.
3. Ketahanan
Mencerminkan daya tahan produk
tersebut, apakah produk tersebut
tahan lama atau tidak. Konsumen
akan merasa nyaman dalam membeli
suatu produk apabila produk tersebut
telah benar-benar teruji dan tahan
lama.
4. Keandalan
Konsisten dari kinerja yang
dihasilkan suatu produk dari suatu
pembelian ke pembelian berikutnya.
Jika konsumen melakukan pembelian
suatu produk, kemudian melakukan
pembelian berulang terhadap produk
tersebut dan merasakan kepuasan
yang sama atas kinerja produk itu,
maka produk itu dikatakan
mempunyai keandalan.
5. Karakteristik produk
Fitur-fitur yang terdapat pada suatu
produk yang dapat membedakannya
dari produk pesaingnya, dan fitur
tersebut bisa menjadi nilai lebih
dimata konsumen.
6. Kesesuaian dangan spesifikasi
Merupakan pandangan mengenai
kualitas proses manufaktur sesuai
dengan spesifikasi yang telah
ditentukan dan teruji. Konsumen akan
merasa dibohongi apabila produk
yang mereka gunakan tidak sesuai
dengan spesifikasi kualitas yang
ditawarkan perusahaan, sehingga
akan memberikan penilaian yang
buruk bagi produk tersebut.
7. Hasil
Mengarah kepada kualitas yang
dirasakan yang melibatkan enam
dimensi sebelumnya. Jika perusahaan
tidak dapat menghasilkan “hasil
akhir” produk yang baik maka
kemungkinan produk tersebut tidak
akan mempunyai atribut kualitas lain
yang penting yang dapat menarik
perhatian konsumen.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi menurut Walgito (2010:54) ada
dua macam yaitu faktor internal dan
faktor eksternal sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi persepsi
berkaitan dengan kebutuhan
psikologis, latar belakang pendidikan,
alat indera, syaraf atau pusat susunan
syaraf, kepribadian dan pengalaman
penerimaan diri serta keadaan individu
pada waktu tertentu.
b. Faktor Eksternal
Faktor ini digunakan untuk obyek yang
dipersepsikan atas orang dan keadaan,
intensitas rangsangan, lingkungan,
kekuatan rangsangan akan turut
menentukan didasari atau tidaknya
rangsangan tersebut. Faktor eksternal
yang mempengaruhi persepsi adalah
sebagai berikut:
1) Ukuran dan penempatan dari
obyek atau stimulus. Faktor ini
menyatakan bahwa semakin
besarnya hubungan suatu obyek,
maka semakin mudah untuk
dipahami. Bentuk ini akan
mempengaruhi persepsi individu
dan dengan melihat bentuk
ukuran suatu obyek individu
akan mudah untuk perhatian pada
gilirannya membentuk persepsi.
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
35
2) Warna dari obyek-obyek. Obyek-
obyek yang mempunyai cahaya
lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be perceived)
dibandingkan dengan yang sedikit.
3) Keunikan dan kekontrasan
stimulus. Stimulus luar yang
penampilannya dengan latar
belakang dan sekelilingnya yang
sama sekali di luar sangkaan
individu yang lain akan banyak
menarik perhatian.
4) Intensitas dan kekuatan dari
stimulus. Stimulus intensitas dan
kekuatan dari stimulus.
Stimulus dari luar akan
memberi makna lebih bila lebih
sering diperhatikan dibandingkan
dengan yang hanya sekali dilihat.
Kekuatan dari stimulus merupakan
daya dari suatu obyek yang bisa
mempengaruhi persepsi.
5) Motion atau gerakan. Individu
akan banyak memberikan
perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam
jangkauan pandangan
dibandingkan obyek yang diam.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Data
Menurut Arikunto (2013:172), data
primer dan data sekunder yaitu:
1. Data primer adalah data yang
dikumpulkan melalui pihak pertama,
biasanya dapat melalui wawancara,
jejak pendapat dan lain-lain.
2. Data sekunder adalah data yang
dikumpulkan melalui pihak kedua,
biasanya diperoleh melalui instansi
yang bergerak dibidang pengumpulan
data seperti Badan Pusat Statistik dan
lain-lain.
Dalam penelitian ini data primer
dikumpulkan melalui kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono, 2013:199).
3.2 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian kuantitatif,
populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karateristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari
populasi itu. Populasi itu misalnya
penduduk di wilayah tertentu, jumlah
pegawai pada organisasi tertentu, jumlah
guru dan murid di sekolah tertentu dan
sebagainya (Sugiyono, 2013:215).
Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat Kota Sekayu yang
menggunakan jasa pengiriman J&T
Express. Adapun besarnya jumlah sampel
yang diambil dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus Malhotra yaitu
dengan mengalikan jumlah indikator
variabel dengan 5, atau 5 kali jumlah
indikator variabel. Indikator variabel
dalam penelitian ini berjumlah 12 dimana
variabel persepsi (X) terdiri dari 7
indikator dan variabel keputusan
konsumen (Y) terdiri dari 5 indikator,
sehingga jumlah sampel adalah 5 x 12 =
60 responden.
Dalam penelitian ini penulis
mengambil sampel dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Menurut
Sugiyono (2013:218-219), purposive
sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini,
misalnya orang tersebut yang dianggap
paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan
peneliti menjelajahi obyek atau situasi
sosial yang diteliti.
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
36
3.3 Variabel Operasional
Menurut Sugiyono (2013:59),
variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel
dependen. Variabel independen (X) dalam
penelitian ini adalah persepsi. Variabel
persepsi diukur dengan menggunakan
indikator kinerja, pelayanan, ketahanan,
keandalan, karakteristik produk,
kesesuaian dengan spesifikasi dan hasil.
Variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel independen.
Variabel dependen (Y) dalam
penelitian ini adalah keputusan konsumen.
Variabel keputusan konsumen diukur
dengan menggunakan tahapan dalam
pengambilan keputusan yaitu pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian.
3.4 Teknik Analisis
Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain,
Bogdan dalam Sugiyono (2013:244). Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis
kuantitatif. Adapun analisis kuantitatif
yang digunakan adalah statistik inferensial
dengan jenis analisis yaitu analisis
korelasional.
3.4.1 Uji Validitas
Menurut Ghozali (2006:45), uji
validitas data digunakan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan suatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Pengujian
validitas selain untuk mengetahui dan
mengungkapkan data dengan tepat juga
harus memberikan gambaran yang cermat
mengenai data tersebut. Uji validitas
dilakukan dengan membandingkan nilai
rata- rata r hitung dengan r tabel. Jika r
hitung > 0,3 tabel maka alat ukur yang
digunakan dinyatakan valid dan
sebaliknya jika r hitung < 0,3 tabel maka
alat ukur yang digunakan tidak valid.
Pengujian validitas dilakukan dengan
teknik korelasi Pearson Product Moment
yaitu cara melakukan korelasi antar skor
masing-masing variabel dengan skor
totalnya.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2006:41), uji
reliabilitas ditujukan untuk menguji sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten apabila pengukuran diulangi dua
kali atau lebih. Jadi reliabilitas adalah
indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau
dihandalkan bila alat ukur tersebut
digunakan dua kali untuk mengukur gejala
yang sama, maka hasil pengukuran yang
diperoleh relatif konsisten. Suatu variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha (α) > 0,60.
3.4.3 Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana
adalah suatu analisis yang hanya berkaitan
dengan dua variabel saja, yang disebut
variabel independen (variabel bebas) yang
biasanya diberi notasi X dan variabel
dependen (variabel terikat) yang biasanya
diberi notasi Y. Analisis ini digunakan
oleh peneliti untuk mengetahui adakah
pengaruh pada variabel bebas dapat
mempengaruhi variabel terikat,
digambarkan dalam persamaan berikut :
Keterangan :
Y = Keputusan pembelian
X = Persepsi konsumen
Y = a + bX + e
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
37
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
e = Error
3.4.4 Analisis Korelasi
Analisis korelasi yaitu untuk melihat
sejauh mana keterkaitan hubungan antara
variabel bebas (X) yaitu Persepsi
konsumen dengan variabel terikat (Y)
yaitu keputusan konsumen dengan
menggunakan rumus korelasi yang
digunakan sebagai berikut :
𝑟 =𝑛 ∑ 𝑋 𝑌 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
√𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑋)2 √𝑛 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
n = Jumlah subjek/responden
X = Skor butir
Y = Skor jumlah
Untuk dapat menginterpretasikan
tingkat keeratan hubungan antar variabel
berdasarkan nilai koefisien korelasi kita
dapat berpedoman pada ketentuan berikut
ini:
Tabel Pedoman Interpretasi Koefisien
Korelasi Interval
Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2013:250)
3.4.5 Uji Hipotesis (Uji t)
Sugiyono (2013:64) berpendapat
bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Sedangkan uji
statistik t menurut Ghozali (2006:58),
pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level
0,05 (α=5%). Penerimaan dan penolakan
hipotesis dilakukan dengan kriteria:
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka
hipotesis ditolak (koefisien regresi
tidak signifikan). Ini berarti secara
parsial variabel independen tidak
mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka
hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial
variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
Hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Ha : Persepsi berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan
konsumen di Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin dalam memeilih
jasa ekspedisi J&T Express.
Ho : Persepsi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan
konsumen di Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin dalam memeilih
jasa ekspedisi J&T Express.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Olah data
4.1.1 Uji Validitas dan Reability
Berikut ini hasil olah data yang dilakukan
untuk mengetahui apakah pertanyaan-
pertanyaan yang disebarkan melalui
kuesioner dapat digunakan.
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
38
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi (X)
No
Butir
Pearson
Corelation
Sig.
2Tailed
r-
tabel
Ket
X.1 0,606 0,000 0,254 Valid
X.2 0,691 0,000 0,254 Valid
X.3 0,577 0,000 0,254 Valid
X.4 0,458 0,000 0,254 Valid
X.5 0,507 0,000 0,254 Valid
X.6 0,566 0,000 0,254 Valid
X.7 0,536 0,000 0,254 Valid
X.8 0,612 0,000 0,254 Valid
X.9 0,544 0,000 0,254 Valid
X.10 0,501 0,000 0,254 Valid
X.11 0,712 0,000 0,254 Valid
X.12 0,606 0,000 0,254 Valid
X.13 0,778 0,000 0,254 Valid
X.14 0,651 0,000 0,254 Valid
X.15 0,468 0,000 0,254 Valid
X.16 0,612 0,000 0,254 Valid
X.17 0,443 0,000 0,254 Valid
X.18 0,771 0,000 0,254 Valid
Sumber : Output SPSS, 2018
Berdasarkan hasil uji validitas untuk
18 pernyataan yang berhubungan dengan
persepsi (X), semua pernyataan valid
karena memiliki nilai r hitung lebih besar
dari nilai r tabel (0,254). Jadi kedelapan
belas pernyataan dinyatakan valid dan
signifikan untuk penelitian selanjutnya.
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan
Konsumen (Y)
No
Butir
Pearson
Corelation
Sig.
(2 Tailed
r-
tabel
Ket
Y.1 0,589 0,000 0,254 Valid
Y.2 0,575 0,000 0,254 Valid
Y.3 0,472 0,000 0,254 Valid
Y.4 0,486 0,000 0,254 Valid
Y.5 0,533 0,000 0,254 Valid
Y.6 0,621 0,000 0,254 Valid
Y.7 0,461 0,000 0,254 Valid
Y.8 0,568 0,000 0,254 Valid
Y.9 0,618 0,000 0,254 Valid
Y.10 0,558 0,000 0,254 Valid
Y.11 0,461 0,000 0,254 Valid
Y.12 0,599 0,000 0,254 Valid
Y.13 0,473 0,000 0,254 Valid
Y.14 0,507 0,000 0,254 Valid
Sumber :Output SPSS, 2018
Berdasarkan hasil uji validitas untuk
14 pernyataan yang berhubungan dengan
Keputusan Konsumen (Y), semua
pernyataan valid karena memiliki nilai r
hitung lebih besar dari nilai r tabel
(0,254). Jadi kelima pernyataan
dinyatakan valid dan signifikan untuk
penelitian selanjutnya.
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi
dan Keputusan Konsumen
Variabel Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Persepsi (X) 0,889 Reliabel
Keputusan
Konsumen (Y) 0,809 Reliabel
Sumber : Output SPSS, 2018
Berdasarkan hasil uji reliabilitas,
didapat Cronbach’s Alpha masing-masing
0,889 untuk variabel persepsi konsumen
(X) dan 0,809 untuk variabel Keputusan
Konsumen (Y). Hal tersebut menandakan
bahwa semua variabel utama pada
kuesioner adalah reliabel atau dapat
diandalkan karena memiliki nilai koefisien
reliabilitas lebih besar dari 0,60 sehingga
instrumen penelitian ini dapat dikatakan
reliabel.
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
39
4.1.2 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.4
Koefisien Regresi Sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 16,669 4,534 3,676 ,001
persepsi (X) ,548 ,060 ,766 9,073 ,000
a. Dependent Variable: keputusan konsumen (Y) Sumber : Output SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, maka
didapat persamaan regresi sederhana
sebagai berikut:
Interpretasi dari persamaan regresi
sederhana mengenai pengaruh variabel
independen yaitu persepsi terhadap
variabel dependen yaitu keputusan
konsumen dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Nilai konstanta sebesar 16,669
menunjukkan bahwa jika persepsi
dianggap tidak ada (nol) maka
keputusan konsumen sebesar 16,669.
2. Koefisien regresi variabel persepsi
(X) menunjukkan pengaruh positif
sebesar 0,548 terhadap keputusan
konsumen (Y). Koefisien regresi
bernilai positif menunjukkan
pengaruh yang searah, artinya
semakin tinggi nilai variabel persepsi
akan menyebabkan semakin tinggi
keputusan konsumen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
persepsi berpengaruh terhadap keputusan
konsumen. Hal ini dapat dilihat dari
persamaan hasil regresi sebagai berikut :
Y = 16,669 + 0,548X. Artinya, apabila
ada peningkatan variabel persepsi (X)
maka akan meningkatkan variabel
keputusan konsumen (Y).
4.1.3 Hasil Analisis Korelasi
Tabel 4.5
Koefisien Korelasi
Model Summary
Model R R
Square
Adjuste
d R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
1 ,766a ,587 ,580 3,400
a. Predictors: (Constant), persepsi (X)
Sumber : Output SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4.5 di atas
didapat hasil koefisien korelasi (r)
persepsi terhadap keputusan konsumen
sebesar 0,766. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi hubungan atau korelasi
yang kuat antara persepsi dengan
keputusan konsumen. Sedangkan nilai
Adjusted R Square sebesar 0,580
menunjukkan bahwa persepsi
mempengaruhi keputusan konsumen
sebesar 58%, sedangkan sisanya 42%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Y = 16,669 + 0,548X
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
40
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
Tabel 4.6
Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 16,669 4,534 3,676 ,001
persepsi (X) ,548 ,060 ,766 9,073 ,000
a. Dependent Variable: keputusan konsumen (Y)
Sumber : Output SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat
diketahui bahwa nilai thitung adalah 9,073
sedangkan ttabel 1,672 dengan tingkat
signifikansi 0,00 oleh karena nilai thitung >
ttabel yaitu 9,073 > 1,672 dan signifikansi
0,00 < 0,05. Maka hipotesis Ha diterima,
artinya bahwa persepsi berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan
konsumen di Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin dalam memilih jasa ekspedisi
J&T Express.
4.2 Pembahasan
Nilai koefisien regresi sebesar
0,548, artinya persepsi berpengaruh
terhadap keputusan konsumen. Nilai
koefisien regresi yang bersifat positif
berarti terjadi hubungan yang searah
antara persepsi dan keputusan konsumen.
Setiap peningkatan dalam persepsi akan
meningkatkan pula keputusan konsumen.
Dengan demikian, apabila persepsi
konsumen terhadap J&T Express semakin
baik dan positif maka dapat dipastikan
konsumen akan memberikan loyalitasnya
dengan terus menggunakan jasa J&T
Express. Akan tetapi untuk dapat
mempertahankan dan meningkatkan
persepsi positif konsumen J&T Express
juga harus terus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan.
Nilai koefisien korelasi sebesar
0,766, artinya terdapat korelasi yang kuat
antara persepsi dengan keputusan
konsumen. Ini berarti setiap kelalaian
dalam pelayanan dapat menimbulkan
kekecewaan yang sangat nyata pada
konsumen. Oleh karena itu penting bagi
J&T Express untuk senantiasa
mengevaluasi setiap kebijakan yang
dijalankan, juga mengevaluasi setiap fitur-
fitur layanan yang ditawarkan kepada
konsumen. Sedangkan nilai Adjusted R
Square sebesar 0,58, artinya persepsi
mempengaruhi keputusan konsumen
sebesar 58%. Ini berarti konsumen akan
selalu menilai setiap indikator layanan
yang mereka terima, dan menjadikan hasil
penilaian mereka sebagai patokan untuk
tetap menggunakan jasa J&T Express.
Nilai uji t (t hitung) sebesar 9,073
lebih besar dari nilai t tabel (1,672),
membuktikan bahwa hipotesis yang
dirumuskan sebelumnya dapat diterima.
Hipotesis tersebut adalah “Persepsi diduga
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan konsumen di Sekayu kabupaten
Musi Banyuasin dalam memilih J&T
Express”. Hipotesis tersebut bersesuaian
dengan pendapat Kotler dan Keller
(2016:153) yang menyatakan bahwa
keputusan pembelian seseorang
dipengaruhi oleh faktor psikologi utama,
antara lain persepsi serta keyakinan dan
pendirian.
Penelitian yang sama telah
dilakukan sebelumnya oleh Thomas
Djulianto Lie (2017) yang berjudul
“Pengaruh Persepsi Kualitas terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen pada
Keripik Pedas Maicih”. Hasil penelitian
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
41
menunjukkan bahwa korelasi parsial
antara persepsi kualitas dengan keputusan
pembelian memiliki nilai r hitung sebesar
0,773 dan berarti nilai korelasi tersebut
sangat tinggi sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi persepsi kualitas
maka keputusan pembelian akan semakin
tinggi. Hasil Adjusted R Square persepsi
kualitas terhadap keputusan pembelian
sebesar 0,590. Ini menunjukkan bahwa
pengaruh persepsi kualitas (variabel X)
terhadap keputusan pembelian konsumen
(variabel Y) sebesar 59% dan sisanya
dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar
penelitian ini.
5. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,766
menunjukkan bahwa terjadi hubungan
atau korelasi yang kuat antara
persepsi dengan keputusan konsumen
di Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin
dalam memilih jasa ekspedisi J&T
Express, sedangkan Adjusted R
Square sebesar 0,580 menunjukkan
bahwa persepsi mempengaruhi
keputusan konsumen sebesar 58%.
2. Berdasarkan hasil uji hipotesis t dapat
diketahui bahwa nilai thitung adalah
9,073 sedangkan ttabel 1.672 dengan
tingkat signifikansi 0,00. Oleh karena
nilai thitung > ttabel yaitu 9,073 > 1.672
dan signifikansi 0,00 < 0,05, maka
hipotesis Ha diterima, artinya bahwa
persepsi berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan
konsumen di Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin dalam memilih jasa
ekspedisi J&T Express.
DAFTAR PUSTAKA
Advertorial - detikNews. 2018. J&T
Express Raih Penghargaan Top
Brand Award 2018.
https://news.detik.com/adv-nhl-
detikcom/d-4141585/jt-express-raih-
penghargaan-top-brand-award-2018.
Diakses 13 September 2018.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Assael, Henry. 2001. Consumer
Behaviour and Marketing Action.
6th Edition. New York: Thomson-
Learning.
Belch, George E. and Michael A. Belch.
2007. Advertising and Promotion:
An Integrated Marketing
Communication Perspective. 7th
Edition. New York: McGraw Hill.
Chrisbiyanto, Anton. 2018. Perusahaan
Ekspedisi Berperan Penting Dorong
Pertumbuhan UKM.
http://industri.bisnis.com/read/2018
0718/98/818043/e-commerce-
sumbang-60-persen-transaksi-jt-
express. Diakses 13 September
2018.
Fadila, Dewi dan Sari Lestari. 2013.
Perilaku Konsumen. Palembang:
Citrabooks Indonesia.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Kotler, Philip dan Gary Amrstrong. 2013.
Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi
12. Jakarta: Erlangga.
Jurnal Adminika Volume 5. No. 2, Juli - Desember 2019 ISSN : 2442-3343
42
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller.
2016. Marketing Management. 15th
Edition. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Lie, Thomas Djulianto, dkk. 2017.
Pengaruh Persepsi Kualitas
terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen pada Keripik Pedas
Maicih. Cakrawala: Jurnal
Penelitian Sosial, Volume 6, Nomor
1, Juni 2017. Universitas Kristen
Satya Wacana.
http://ejournal.uksw.edu/cakrawala/i
ssue/view/120. Diakses 13
September 2018.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2013.
Perilaku Konsumen: Pendekatan
Praktis. Yogyakarta: Andi Offset.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Bisnis. Cetakan ke-17. Bandung:
Alfabeta.
Suharno. 2010. Marketing in Practice.
Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Swastha, Basu dan Hani Handoko. 2011.
Manajemen Pemasaran-Analisis
Perilaku Konsumen. Yogyakarta:
BPFE.
Tarmedi, Eded dan Penty Nur Asri. 2009.
Pengaruh Perceived Quality dari
Brand Equity terhadap Keputusan
Pembelian Deterjen Bukrim (Survei
pada Konsumen di Giant
Supermarket, Griya Setyabudhi, dan
Isola Swalayan di Bandung).
Strategic: Jurnal Pendidikan
Manajemen Bisnis, Volume 8,
Nomor 15, Februari 2009.
Universitas Pendidikan Indonesia.
http://ejournal.upi.edu/index.php/str
ategic/article/viewFile/1057/756.
Diakses 13 September 2018.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta:
BPFE.
top related