pengaruh pemberian kombinasi pupuk organonitrofos …digilib.unila.ac.id/40322/6/skripsi tanpa bab...
Post on 15-Nov-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOSDAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP RESPIRASI TANAH SELAMA
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)(MUSIM TANAM KEDUA)
( S k r i p s i )
O leh
RENI NOVRIYANTI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
Reni novriyanti
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS
DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP RESPIRASI TANAH SELAMA
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
MUSIM TANAM KEDUA
Oleh
RENI NOVRIYANTI
Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang sangat penting, namun di
Indonesia tingkat produksinya belum masih optimal di Indonesia. Salah satu yang
menyebabkan rendahnya produksi jagung yaitu kesuburan tanah yang rendah,
khususnya di Lampung yang memiliki jenis tanah Ultisol. Pemakaian pupuk
Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia diharapkan dapat
memperbaiki kesuburan tanah Ultisol secara fisik, kimia maupun biologi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk
Organonitrofos dan pupuk anorganik terhadap respirasi tanah selama
pertumbuhan tanaman jagung di tanah Ultisol pada musim tanam kedua.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2016 sampai April 2017 di Kebun
Percobaan Natar Desa Negara Ratu, Lampung Selatan. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan.
Reni novriyanti
Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data
diuji dengan Uji Tukey. Pemisahan nilai tengah dilakukan menggunakan uji
Orthogonal kontras pada taraf 5%. .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Respirasi tanah pada perlakuan P0
berpengaruh nyata paling rendah dibandingkan perlakuan pupuk tunggal dan
kombinasi pupuk Organonitrofos dan anorganik pada pengamatan 50 HST dan
sangat nyata paling rendah pada pengamatan 75 HST dan 110 HST. (2) Respirasi
tanah pada perlakuan P1 (100% anorganik) dan P2 (100% Organonitrofos)
berpengaruh sangat nyata paling rendah dibandingkan dengan perlakuan
kombinasi pupuk Organonitrofos dan anorganik pada pengamatan 50 HST, 75
HST dan 110 HST. (3) Respirasi tanah pada perlakuan P3, P4 , P5 berpengaruh
sangat nyata paling rendah dibandingkan dengan perlakuan P6 (pupuk
Organonitrofos 100% (10.000 kg ha-1
) + pupuk anorganik 100% (Urea 350 kg ha-
1, SP-36 200 kg ha
-1,dan KCl 100 kg ha
-1) pada pengamatan 25 HST, 50 HST, dan
110 HST. (4) Respirasi tanah pada perlakuan P4 (pupuk Organonitrofos 100%
(10.000 kg ha-1
) + pupuk anorganik 50% (Urea 175 kg ha-1
, SP-36 100 kg ha-1
,dan
KCl 50 kg ha-1
) berpengaruh sangat nyata paling rendah dibandingkan dengan
perlakuan P5 (pupuk Organonitrofos 100% (10.000 kg ha-1
) + pupuk anorganik
75% (Urea 262,5 kg ha-1
, SP-36 150 kg ha-1
,dan KCl 75 kg ha-1
) pada pengamatan
25 HST, 50 HST, dan 110 HST. (5) Respirasi tanah pada perlakuan P7, P8, P9, P10
(pupuk Organonitrofos (25%, 50%, dan 75%) + pupuk anorganik (75% dan 50%)
berpengaruh nyata sangat rendah dibandingkan dengan perlakuan P6 (pupuk
Organonitrofos 100% (10.000 kg ha-1
) + pupuk anorganik 100% (Urea 350 kg ha-
1, SP-36 200 kg ha
-1,dan KCl 100 kg ha
-1) pada pengamatan 50 HST, 75 HST
Reni novriyanti
dan110 HST. (6) Respirasi tanah pada perlakuan P7, P8 dan P9 (pupuk
Organonitrofos (25%, 50% dan 75%) + pupuk anorganik (75%) berpengaruh
nyata sangat rendah dibandingkan dengan perlakuan P6 (pupuk Organonitrofos
100% + pupuk anorganik 100%). pada pengamatan 25 HST, 50 HST dan
75HST.(7) Respirasi tanah pada perlakuan P8 dan P9 (pupuk Organonitrofos
(50% dan 75% ) + pupuk anorganik 100%) berpengaruh nyata sangat rendah
dibandingkan dengan perlakuan P7 (pupuk Organonitrofos 25% + pupuk
anorganik 100%). pada pengamatan 50 HST. (8) Respirasi tanah pada perlakuan
P8 (pupuk Organonitrofos (50%) + pupuk anorganik 100%) berpengaruh nyata
sangat rendah dibandingkan dengan perlakuan P9 (pupuk Organonitrofos 75% +
pupuk anorganik 75%), pada pengamatan 75 HST.(9) Terdapat korelasi nyata
positif antara C-organik terhadap respirasi tanah selama pertumbuhan tanaman
jagung.
Kata kunci : jagung, organonitrofos, pupuk, respirasi, tanah, Ultisol, (Zea mays L)
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOSDAN ANORGANIK TERHADAP RESPIRASI TANAH SELAMA
PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)MUSIM TANAM KEDUA
Oleh
RENI NOVRIYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 16
November 1995, sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, dari Bapak Rento
Rega Putra S.ip dan Ibu Niga Wati. S.E. Penulis menyelesaikan pendidikan
Taman Kanak-kanak (TK) Pembina Bandar Lampung padas tahun 2001, Sekolah
Dasar (SD) Negri 2 Rawa Laut Bandar Lampung diselesaikan tahun 2007,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan tahun
2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan
tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis
pernah menjadi asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah 2016―2017. Pada
bulan Juli 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum di PT Kusuma Satria
Agrobio Taniperkasa Kecamatan Batu, Kota Malang, Jawa Timur. Pada bulan
Juli-Agustus, penulis juga melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tematik di Desa Badran Sari, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah.
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT
Ku persembahkan karya tulis ini sebagai ungkapan
Cinta kasih dan baktiku kepada:
Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan motivasi dan dukungan serta
doa yang terus dipanjatkan yang tiada ternilai.
Kaka-kakaku tersayang Toni Adama Putra dan Raymon Dwi Payana atas
kesetiaan berbagi suka maupun duka.
Serta untuk Almamaterku Tercinta
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Pembimbing Utama atas ide
penelitian dan kesediaan memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan kritik
dalam proses penyelesaian skripsiini.
3. Septi Nurul Aini, S.P., M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan
memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan kritik dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M. S., Agr.Sc., selaku Penguji dan selaku Ketua
Bidang Ilmu Tanah atas koreksi dan saran yang diberikan selama penyusunan
skripsi ini.
5. Prof.Dr. Ir Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
6. Ir. Syamsoel Hadi, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan
nasehat yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.
7. Keluargaku tercinta, Bapak Rento Rega Putra S.Ip, Mama tercinta Niga Wati
S.E, Mama endekku tercinta Djuniar adhar, kakaku tersayang Toni Adama
Putra S.E., dan Raymon Dwi Payana S.E, atas dukungan, doa, perhatian dan
kasih sayang yang besar yang telah diberikan kepada penulis serta terkasih
Alisa, Balqis yang selalu setia mendukung dan menemani selama penulisan
skripsi.
8. Rekan penelitianku Cintiodora Fransiska S.P., Ryandi Eka Putra S.,
Wening tyas aprilia. S.P, Rizky noviani S.P., terimakasih telah berjuang
bersama dari awal penelitian sampai wisuda.
9. Sahabat seperjuanganku Miendira Sefriadi, Novita Desri Wanti, Ratna Ayu
Andita, Putu Mega Yanti, yang telah memberikan motivasi dan semangat
kepada penulis.
10. Seluruh rekan-rekan seperjuangan angkatan 2013 atas kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
Bandar Lampung, 14 Agustus 2018
Penulis,
Reni Novriyanti
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK …………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL ……………………………………………………...........
v
vi
DAFTAR GAMBAR ……….………………………………………………. vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………...................………..…….................... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………….……………….. 4
1.3 Tujuan…………….. ...…….......……………………….….................. 4
1.4 Kerangka Pemikiran ...…….......……………………….….................. 4
1.5 Hipotesis...................………………………………….…....................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol ...........................…...………................... 10
2.2 Pengaruh Pupuk Organik dan Kombinasinya dengan Pupuk
Anorganik terhadap Sifat Fisika, Kimia dan Biologi Tanah.................
11
2.3 Respirasi Tanah ....................................................................................
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian …….………………………………... 20
3.2 Bahan dan Alat …………………….……………………………….. 20
3.3 Metode Penelitian …………………………………………………... 20
3.4 Pelaksanaan Penelitian …………………………………………… 22
3.4.1 Sejarah Lahan………………………………………………….. 22
3.4.2 Pembuatan Petak Percobaan...………......………...................... 23
3.4.3 Aplikasi Pupuk Organonitrofos ……………. …….................... 23
3.4.4 Penanaman Jagung .................................................................... 24
3.4.5 Aplikasi Pupuk Anorganik........................................................... 24
3.4.6 Pengambilan Contoh Tanah .................................................... 24
3.4.7 Analisis tanah………………....................................................... 24
3.4.8 Panen……………………… ....................................................... 25
iv
3.5 Variabel Pengamatan ….…………………………………................. 25
3.5.1 Variabel Utama ..………......……….......................................
3.5.1.1 Cara Pengukuran Respirasi Tanah ………………….
25
25
3.5.2 Variabel Pendukung ................................................................. 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
4.1.1 Pengaruh kombinasi pupuk organonitrofos dan anorganik terhadap
respirasi tanah……………………………………………………...
28
4.1.2 Uji ortogonal kontras pengaruh kombinasi pupuk organonitrofos
dan anorganik terhadap respirasi tanah ……..................................
31
4.1.3 Uji Korelasi C-organik Tanah, N-Total Tanah, pH Tanah, Suhu
Tanah dan kadar air terhadap respirasi tanah (110)HST..................
38
4.1.4 Sifat kimia tanah dan pupuk organonitrofos.....................................
40
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan…………………………………………………………
5.2 Saran ……………………………………………………………
49
50
DAFTAR PUSTAKA....………………………………………………..........
52
LAMPIRAN …………………………………………………….…………. 57
TABEL ……………………………………………………………… 21 - 66
GAMBAR ……………………………………………………………… 24 - 72
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Perlakuan aplikasi pupuk organonitrofos dan anorganik ................. 21
2. Perbandingan ortogonal kontras pengaruh pemberian kombinasipupuk organonitrofos dan anorganik terhadap respirasi tanah(mg C-CO2 jam-1 m-2)……………………………………………………………. 22
3. Ringkasan Hasil uji Orthogonal kontras pengaruh kombinasipupuk organonitrofos dan pupuk anorganik terhadap respirasitanah selama pertumbuhan tanaman jagung……………………….. 32
4. Ringkasan uji korelasi C-organik, N-total, P-tersedia, pH, suhu,dan kadar air terhadap respirasi tanah (110 HST)………………… 38
5. Hasil analisis kimia awal tanah di Kebun Percobaan Natar….......... 40
6. Hasil analisis kimia pupuk organonitrofos formulasi lama danformulasi baru……………………………………………………… 42
7. Hasil analisis kimia pada saat awal akhir musim tanam pertamaatau awal musim tanam kedua dan hasil analisis akhir pada musimtanam kedua untuk N-total, C-organik air tanah di KebunPercobaan Natar, pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik…… 44
8. Hasil analisis kimia tanah pada saat awal akhir musim tanampertama atau awal musim tanam kedua dan hasil analisis akhirpada musim tanam kedua, untuk P-tersedia, pH tanah dan suhutanah di Kebun Percobaan Natar, pupuk organonitrofos dan pupukanorganik………………………………………………………….. 46
9. Data pengamatan pengaruh pemberian kombinasi pupukorganonitrofos dan pupuk anorganik terhadap populasi respirasitanah pada saat tanaman jagung berumur 25 HST………………… 51
v
10. Hasil uji homogenitas pengaruh kombinasi pupuk organonitrofosdan pupuk anorganik terhadap respirasi tanah pada saat tanamanjagung berumur 25 HST…………………………………………… 51
11. Uji ortogonal kontras terhadap pengaruh kombinasi pupukorganonitrofos dan pupuk anorganik pada respirasi tanah padasaat tanaman jagung berumur 25 HST……………………………. 52
12. Data pengamatan pengaruh pemberian kombinasi pupukorganonitrofos dan pupuk anorganik terhadap populasi Respirasitanah pada saat tanaman jagung berumur 50 HST………………… 53
13. Hasil uji homogenitas pengaruh kombinasi pupuk organonitrofosdan pupuk anorganik terhadap respirasi tanah pada saat tanamanjagung berumur 50 HST…………………………………………… 53
14. Uji ortogonal kontras terhadap pengaruh kombinasi pupukorganonitrofos dan pupuk anorganik pada respirasi tanah padasaat tanaman jagung berumur 50 HST……………………………. 54
15. Data pengamatan pengaruh pemberian kombinasi pupukorganonitrofos dan pupuk anorganik terhadap populasi Respirasitanah pada saat tanaman jagung berumur 75 HST……………….. 55
16. Hasil uji homogenitas pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofosdan pupuk anorganik terhadap respirasi tanah pada saat tanamanjagung berumur 75 HST…………………………………………… 55
17. Uji ortogonal kontras terhadap pengaruh kombinasi pupukorganonitrofos dan pupuk anorganik pada respirasi tanah padasaat tanaman jagung berumur 75 HST……………………………. 56
18. Data pengamatan pengaruh pemberian kombinasi pupuk0rganonitrofos dan pupuk anorganik terhadap populasi Respirasitanah pada saat tanaman jagung berumur 110 HST………………. 57
19. Hasil uji homogenitas pengaruh kombinasi pupuk organonitrofosdan pupuk anorganik terhadap respirasi tanah pada saat tanamanjagung berumur 110 HST………………………………………... 57
20. Uji orthogonal kontras terhadap pengaruh kombinasi pupukorganonitrofos dan pupuk anorganik pada respirasi tanah padasaat tanaman jagung berumur 110 HST………………………….. 58
vi
21. Uji korelasi C-organik tanah dengan respirasi tanah pada saattanaman jagung dipanen…………………………………………. 59
22. Tabel analisis Ragam C-organik tanah dengan respirasi tanahpada saat tanaman jagung dipanen……………………………….. 59
23. Uji korelasi N-total tanah dengan respirasi tanah pada saattanaman jagung dipanen…………………………………………. 60
24. Tabel analisis ragam N-total tanah dengan respirasi tanah padasaat tanaman jagung dipanen…………………………………….. 60
24. Uji korelasi P-tersedia tanah dengan respirasi tanah pada saattanaman jagung dipanen…………………………………………. 60
25. Tabel analisis ragam P-tersedia tanah dengan respirasi tanah padasaat tanaman jagung dipanen………………………………. 61
26. Uji korelasi pH tanah dengan respirasi tanah pada saat tanamanjagung dipanen………………………………………………….
6127. Tabel analisis ragam pH tanah dengan respirasi tanah pada saat
tanaman jagung dipanen…………………………………………. 61
28. Uji korelasi suhu tanah dengan respirasi tanah pada saat tanamanjagung dipanen…………………………………………………… 62
29 Tabel analisis ragam suhu tanah dengan respirasi tanah pada saattanaman jagung dipanen…………………………………….. 62
30. Suhu tanah pada saat pertumbuhan tanaman jagung di tanah ultisolmusim tanam kedua………………………………………………. 63
31. Uji korelasi kadar air tanah dengan respirasi tanah pada saattanaman jagung di panen………………………………………… 63
32. Tabel Analisis ragam kadar air tanah dengan respirasi tanah padasaat tanaman jagung di panen………………………………. 63
33. Data pengambilan suhu tanah pada lahan petanaman jagung……... 65
34. Data curah hujan pada lahan pertanaman jagung di KebunPercobaan Natar…………………………………………………… 65
vii
35. Data suhu udara pada lahan pertanaman jagung di KebunPercoban Natar…………………………………………………….. 65
36. Kriteria Penilaian Parameter Tanah. ……………………………… 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Tata letak percobaan di lapang ........................................................ 23
2. Pengukuran respirasi tanah dengan metode Verstraete (Anas,1989) dan aplikasi di lapang ........................................................... 26
3. Dinamika respirasi tanah selama pertumbuhan tanaman jagung .... 29
4. Benih yang digunakan pada penelitian di Kebun Percobaan Natar 67
5. Benih yang digunakan pada penelitian di Kebun PercobaanNatar………………………............................................................. 67
6. Pemupukan pada lahan percobaan BPTP natar…………………… 68
7. Penanaman jagung pada setiap lubang tugalan. …………………. 68
8. Pengambilan sampel respirasi tanah di Kebun Percobaan Natar….. 69
9. Pengambilan sampel respirasi tanah di Kebun Percobaan Natar… 69
10. Pelaksanaan titrasi dengan HCl 0,1 N yang di tambah indikator(phenoptalein) pada baker KOH………………………………..…
70
11. Indikator phenophtalein yang digunakan………………………… 70
12. Hasil tetes dari penambahan phenophtaelin……………………… 71
13. Proses saat titrasi dengan HCl 0,1 N yang di tambah 2 tetesindikator PP...................................................................................... 71
14. Hasil titrasi dengan HCl 0,1 N yang di tambah 2 tetes MO ( metilorange)……………………............................................................. 72
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah di Indonesia sebagian besar didominasi oleh tanah yang tergolong kedalam
Ordo Ultisol. Ultisol berasal dari kata Ultimate, yang berarti lanjut. Tanah ini
tergolong tanah yang mengalami pelapukan lanjut sehingga tergolong tanah tua.
Menurut Subagyo dkk.(2004) tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas,
meliputi hampir 25% dari total daratan Indonesia. Prasetyo dan Suriadikata (2006)
menyatakan bahwa tanah Ultisol umumnya memiliki pH tanah agak masam
hingga sangat masam, kejenuhan Al tinggi serta memiliki kapasitas tukar kation
yang tergolong rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering
kahat dan kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Ultisol
yang sering menghambat pertumbuhan tanaman (Subagyo dkk., 2004).
Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai
sumber karbohidrat selain beras. Potensi produksi jagung adalah 10 -13 ton per
hektar, produksi jagung rata-rata di Lampung hanya mencapai 4,94 ton ha-1 dalam
lima tahun terakhir (BPS, 2015). Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia
menyebabkan permintaan jagung meningkat, karena selain sebagai sumber
makanan jagung juga digunkan sebagai pakan ternak, bahan industri, bahan
farmasi dan menjadi bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak.
2
Penurunan produksi jagung di Indonesia disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah
yang menurun (Gunawan, 2009). Oleh karena itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan kesuburan tanah dengan cara intensifikasi, salah satunya dengan
pemupukan. Sehingga permintaan pupuk kimia dalam negeri dari setiap tahunnya
terus meningkat, diperkirakan beberapa tahun mendatang Indonesia makin banyak
mengimpor pupuk kimia. Namun, penggunaan pupuk anorganik yang secara terus
menerus akan menimbulkan dampak negatif. Kekurangan yang dimiliki pupuk
anorganik antara lain hanya mengandung unsur hara tertentu, kemampuan
menahan air rendah, pertumbuhan tanaman terlalu cepat maka tanaman menjadi
lemah sehingga sangat mudah terserang hama dan penyakit (Sutanto, 2002).
Dampak negatif penggunaan pupuk anorganik dan sarana pertanian modern
lainnya terhadap lingkungan menyebabkan sebagian kecil petani beralih dari
pertanian konvensional ke pertanian organik. Pertanian jenis ini mengandalkan
kebutuhan hara melalui pupuk organik dan masukan-masukan alami lainnya.
Salah satu pupuk organik yang dibuat oleh Nugroho dkk. (2012) yaitu pupuk
Organonitrofos dengan bahan baku kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang
diperkaya dengan mikroba penambat nitrogen dan pelarut fosfat. Namun
pengembangan – pengembangan telah dilakukan karena rendahnya P pada batuan
fosfat sebagai bahan baku maka pupuk organik yang dipergunakan untuk
penelitian ini adalah formulasi modifikasi yang terbuat dari kotoran sapi, kotoran
ayam, limbah padat dari industri MSG (Monosodium Glutamate) serta dengan
pengkayaan mikroba.
3
Sutedjo dkk. (1991) melaporkan bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah
ultisol akan memperbaiki keadaan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Menurut Utami (2004), pemberian
bahan organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan respirasi tanah dan
biomassa mikroorganisme tanah. Semakin banyak bahan organik yang
ditambahkan semakin tinggi populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah
(Nursyamsi dkk., 1996).
Respirasi tanah merupakan pencerminan aktivitas mikroorganisme tanah.
Pengukuran respirasi (mikroorganisme tanah) merupakan cara yang pertama kali
digunakan untuk menentukan aktivitas mikroorganisme tanah (Hanafiah, 2005).
Salah satu cara untuk mempelajari aktivitas semua mikroorganisme dalam tanah
adalah dengan menghitung jumlah organisme tanah dan karbondioksida yang
dilepaskan oleh organisme tanah selama waktu tertentu (Jackson dan Rao, 1966
dalam Dermiyati, 1997). Sedangkan menurut Anas (1989) salah satu cara
penetapan respirasi tanah adalah berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang
dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh
mikroorganisme tanah.
Pada penelitian sebelumnya atau musim tanam pertama dengan perlakuan
kombinasi pemberian pupuk organonitrofos, pupuk anorganik, biochar serta
dolomit pada musim tanam pertama dapat meningkatkan C-mik pada lahan
tanaman kacang tanah tersebut. Hal ini memberikan korelasi yang positif
terhadap kesuburan tanah dan dapat meningkatkan produktifitas tanaman kacang
tanah. Untuk musim tanam kedua ini ditanam jagung dan menggunakan
4
kombinasi pupuk kimia dan pupuk Organonitrofos. Pada penelitian musim tanam
kedua ini diharapkan dapat memperbaiki tingkat aktivitas mikroorganisme atau
respirasi tanah.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut : Apakah kombinasi
pupuk organonitrofos dan pupuk kimia dapat berpengaruh untuk meningkatkan
respirasi tanah selama pertumbuhan jagung pada musim tanam kedua?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi kombinasi pupuk
organonitrofos dan pupuk anorganik terhadap respirasi tanah selama pertumbuhan
tanaman jagung di tanah Ultisol pada musim tanam kedua.
1.4 Kerangka Pemikiran
Tanah Ultisol merupakan satu lahan kering marjinal yang berpotensi besar
untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian dengan kendala berupa
rendahnya kesuburan tanah yang dicirikan oleh tingginya kemasaman
(pH < 4,5) kejenuhan Al tinggi, serta kandungan bahan organik dan hara makro
terutama P, K, Ca dan Mg rendah. Selain itu tanah Ultisol memiliki sifat fisik
dan biologi tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman (Nyakpa
dkk., 1988).
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tanah Ultisol di atas yaitu
dengan penggunaan pupuk sebagai upaya meningkatkan kesuburan tanah Ultisol.
Murbandono (1990) menyatakan bahwa terdapat 2 jenis pupuk yang sudah
dikenal yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik adalah
5
pupuk sintetis yang dibuat oleh industri atau pabrik, sedangkan pupuk organik
adalah yang berasal dari bahan-bahan alam yaitu sisa-sisa tumbuhan atau sisa-
sisa hewan. Namun , penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus telah
memberikan efek buruk bagi tanah. Kerusakan tanah yang terjadi berupa
rusaknya sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang akan berdampak pada
menurunnya kesuburan tanah. Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan
oleh penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar
(Lestari, 2009).
Arsyad (1989) menyatakan bahwa usaha untuk memperbaiki sifat fisik tanah
dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik berupa pupuk organonitrofos.
Hal yang sama dikemukakan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa bahan organik
merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara
fisik, kimia maupun biologi. Selanjutnya dinyatakan bahwa pupuk kandang
merupakan salah satu bahan organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Yupitasari (2013) menyatakan bahwa kombinasi pupuk organonitrofos dengan
pupuk kimia mampu memberikan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan
tanaman tomat, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman tomat. Pemberian pupuk Organonitrofos dapat meningkatkan kandungan
N, P, dan C- organik tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah
(Lumbanraja dkk., 2013)
Pemberian pupuk organonitrofos akan meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah. Sutanto (2002) juga menyatakan bahwa pemberian
6
pupuk organik akan menambahkan sumber energi bagi kehidupan fauna tanah
sehingga jumlah mesofauna tanah pada lahan tersebut dapat bertambah. Hasil
penelitian Husen (2007) menghasilkan jumlah fauna tanah di perkebunan apel
organik cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perkebunan apel
anorganik. Semakin tinggi jumlah bahan organik yang ditambahkan maka
semakin meningkat aktivitas dan populasi organisme tanah (Prayitno, 2004).
Penggunaan pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk anorganik dapat
dilakukan karena terdapat interaksi positif antar keduanya. Pupuk anorganik
bersifat lebih cepat menyediakan unsur hara bagi tanaman, sedangkan pupuk
organik bersifat lambat, tetapi dapat memperbaiki kesuburan tanah karena
penguraian bahan organik oleh organisme tanah dan dapat menjerap air yang
sangat penting bagi tanaman.
Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan
mikrobia yang melakukan aktivitas hidup dan berkembang biak dalam suatu
massa tanah. Mikrobia dalam setiap aktivitasnya membutuhkan O2 atau
mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Laju
respirasi tanah maksimum terjadi setelah beberapa hari atau beberapa minggu
populasi maksimum mikrobia dalam tanah, karena banyaknya populasi mikrobia
mempengaruhi keluaran CO2 atau jumlah O2 yang dibutuhkan mikrobia
(Sinukaban,1986).
Menurut Utami (2004), pemberian bahan organik berpengaruh nyata dalam
meningkatkan respirasi tanah dan biomassa mikroorganisme tanah. Semakin
banyak bahan organik yang ditambahkan semakin tinggi populasi dan aktivitas
7
mikroorganisme tanah (Nursyamsi dkk., 1996). Menurut Hakim dkk. (1986),
respirasi dipengaruhi oleh suhu, umumnya laju respirasi akan menjadi rendah pada
suhu yang rendah pula dan meningkat pada suhu yang tinggi. Faktor penting
lainnya yang mempengaruhi adalah kelembaban tanah. Kondisi tanah yang kering
menyebabkan CO2 tanah menjadi rendah , pergerakan akar menjadi rendah.
Sedangkan aktivitas mikroorganisme meningkatkan karena kelembaban tanah
tinggi. (Linn dan Doran, 1984).
Hasil percobaan Antonius dan Agustiyani (2011) menunjukkan bahwa aktivitas
respirasi tanah tertinggi didapatkan pada kombinasi perlakuan pupuk kimia
(anorganik) 140 kg ha-1 Urea + 200 kg ha-1 TSP + 130 kg ha-1 KCl dan pupuk
organik hayati 40 l ha-1 , diikuti oleh perlakuan pupuk organik hayati sedangkan
aktivitas respirasi tanah pada perlakuan pupuk kimia (anorganik) sedikit lebih
rendah dibanding kontrol. Rendahnya aktivitas respirasi tanah ini mencerminkan
bahwa tidak adanya penambahan pupuk organik menyebabkan kurang baiknya
struktur tanah atau terjadinya kompaksi, yang disebabkan oleh penggunaan pupuk
anorganik secara terus menerus.
Dari hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik dan
kombinasinya dengan pupuk kimia dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
menggantikan peran dari pupuk kimia sehingga dapat mengurangi penggunaan
pupuk kimia. Maka, dengan adanya kombinasi pupuk organonitrofos dan pupuk
kimia ini diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah, sehingga secara tidak
langsung juga akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah.
8
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tanah yang diberikan pupuk tunggal organonitrofos dan anorganik, serta
kombinasinya menghasilkan Respirasi tanah lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah tanpa pemberian pupuk.
2. Pupuk tunggal organonitrofos diduga lebih baik daripada pupuk tunggal
anorganik.
3. Perlakuan kombinasi pupuk organonitrofos dan anorganik menghasilkan
Respirasi tanah lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan pupuk
tunggal Organonitrofos dan anorganik
4. Perlakuan kombinasi 100% pupuk organonitrofos + 100% anorganik
menghasilkan respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 100%
pupuk organonitrofos+25-75% dosis anorganik
5. Perlakuan kombinasi pupuk organonitrofos 100% + 25% anorganik
menghasilkan Respirasi tanah lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi
100% pupuk Organonitrofos + 50-75% dosis anorganik.
6. Perlakuan kombinasi pupuk Organonitrofos dosis 100% + 75% anorganik
menghasilkan respirasi tanah lebih tinggi di bandingkan dengan kombinasi
100% pupuk organonitrofos+50% dosis anorganik.
7. Perlakuan kombinasi 100% pupuk organonitrofos + 100% anorganik
menghasilkan respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 25-
75%pupuk Organonitrofos + 50-75% dosis anorganik .
8. Perlakuan kombinasi dosis 50% pupuk Organonitrofos+ 50% anorganik
menghasilkan respirasi tanah lebih tinggi dibandingkan degan kombinasi 25-
9
75% pupuk Organonitrofos +50-75%pupuk organonitrofos + 50-75% dosisi
anorganik.
9. Perlakuan kombinasi dosis 25% pupuk organonitrofos + 75% anorganik
menghasilkan respirasi tanah lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 50-
75% pupuk organonitrofos + 75% dosis anorganik.
10. Perlakuan kombinasi dosis 75% pupuk organonitrofos + 75% anorganik
mengandung respirasi tanah lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 50%
pupuk organonitrofos + 75% dosis anorganik.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol
Di Indonesia tanah jenis Ultisol cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau
sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan
yang menonjol pada Ultisol adalah rendahnya pH rendah, kapasitas tukar kation ,
kejenuhan basa dan kandungan unsur hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg dan
tingginya tingkat Al-dd tanah, mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara yang
cukup untuk pertumbuhan tanaman. Konsepsi pokok dari Ultisol (Ultimus
terakhir) adalah tanah-tanah yang bewarna merah kuning, yang sudah mengalami
proses hancuran iklim lanjut (ultimate), sehingga merupakan tanah yang memiliki
penampang dalam (> 2 m), menunjukkan adanya kenaikan kandungan liat dan
terakumulasi disebut haorizon Argilik (Subagyo dkk., 2004).
Tanah ultisol memiliki ciri adanya horizon argilik atau kandik dengan kejenuhan
basa (dengan menghitung jumlah kation) kurang dari 35 persen. Berdasarkan
Prasetyo dan Suriadikarta sebaran terluas tanah Ultisol terdapat di Kalimantan
(21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua
(8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara
(53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar
hingga bergunung Dari data analisis tanah Ultisol dari berbagai wilayah di
Indonesia, Karakteristik kimia tanah ultisol dari berbagai wilayah menunjukkan
11
bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1 – 4,8).
kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8 – 12 cm) dan rasio C/N
tergolong rendah (5 – 10). Kandungan P-total yang rendah dan K-dd yang rendah,
Jumlah basa-basa yang dapat ditukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0 –
0,1 me 100 g-1 tanah di semua lapisan termasuk rendah, sehingga disimpulkan
potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampai rendah (Subagyo dkk.,
2004).
2.2 Pengaruh Pupuk Organik dan Kombinasinya dengan Pupuk Anorganik
terhadap Sifat Fisika, Kimia dan Biologi Tanah.
Pupuk merupakan unsur-unsur esensial baik makro maupun mikro, baik dalam
bentuk komponen anorganik maupun organik yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk kelangsungan hidupnya. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat
secara komersial dengan kandungan unsur-unsur yang terukur. Pupuk
anorganik ada yang mengandung N, P, dan K. Kelebihan dari pupuk ini adalah
mudah pengangkutannya, penyimpanannya, dan penggunaannya.
Kelemahannya, pupuk anorganik tidak menambah humus tanah (Yulipriyanto,
2010).
Erianto (2009) menyatakan pupuk anorganik merupakan zat substansi kandungan
hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Akan tetapi, seharusnya unsur hara yang
dibutuhkan tersebut tersedia secara alami di dalam tanah melalui siklus hara
tanah. Siklus hara tersebut seperti tanaman yang telah mati dimakan hewan
herbivora, kotoran atau sisa tumbuhan tersebut diuraikan oleh organisme tanah
seperti bakteri, jamur, mesofauna, cacing, dan lainnya. Penggunaan pupuk
12
anorganik secara berlebihan dapat memutuskan siklus hara tanah tersebut dan
mematikan organisme tanah. Efek lain dari pengunaan pupuk anorganik juga
dapat mengurangi dan menekan populasi organisme tanah yang sangat
bermanfaat bagi tanah dan tanaman.
Penurunan-penurunan akibat penggunaan pupuk anorganik tersebut akan
berdampak buruk terhadap kualitas lahan yang kemudian berdampak buruk
pula pada produktivitas tanaman. Dalam mengatasi dampak negatif dari
penggunaan pupuk anorganik, perlu dilakukan pengaplikasian pupuk organik.
Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap,
tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah namun kandungan bahan
organik di dalamnya tinggi (Sutanto, 2002).
Pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk Organonitrofos. Pupuk ini terbuat
dari 80 % kotoran sapi dan 20 % batuan fosfat, dengan penambahan mikroba
penambat N dan pelarut P. Namun, adanya upaya untuk meningkatkan
kandungan hara N dan P dalam pupuk Organonitrofos, maka dilakukan
perbaikan formulasi pupuk Organonitrofos. Formulasi baru dibuat dari
campuran kotoran ayam, kotoran sapi, limbah padat industri Monosodium
glutamat serta dengan pengkayaan mikroba (Lumbanraja dkk., 2013).
Pengaruh pupuk organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap
peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan
bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air.
Pori pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro, pori meso, dan pori makro.
Pori-pori mikro sering dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal sebagai pori
13
drainase lambat, dan pori makro merupakan pori drainase cepat. Tanah pasir yang
banyak mengandung pori makro sulit menahan air, sedang tanah lempung yang
banyak mengandung pori mikro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan
kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara
dan tata air yang baik. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir),
akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro.
Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson,
1982).
Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan
kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk kation hara
tanaman. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam
tanah sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan
negatif tanah, sehingga humus dianggap mempunyai susunan koloid seperti
lempung, namun humus tidak semantap koloid lempung, dia bersifat dinamik,
mudah dihancurkan dan dibentuk. Sumber utama muatan negatif humus sebagian
besar berasal dari gugus karboksil (- COOH) dan fenolik (-OH) (Brady, 1990).
Pengaruh penambahan pupuk organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau
menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan pupuk organik yang kita
tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan pupuk organik yang belum masak
(misal pupuk hijau) atau pupuk organik yang masih mengalami proses
dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama
proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan
menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan
14
kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena
asam-asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa
komplek (khelat), sehingga Al-tidak terhidrolisis lagi. Dilaporkan bahwa
penambahan pupuk organik pada tanah masam, antara lain Inseptisol, ultisol dan
Andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar
tanah (Suntoro, 2001).
Peran pupuk organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas
dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan
bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara
tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah
tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P, dan S merupakan hara yang relatif lebih
banyak dilepas dan dapat digunakan tanaman. Bahan organik sumber nitrogen
(protein) pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam-asam amino
yang dikenal dengan proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar
mikrobia heterotrofik mengurai menjadi amonium yang dikenal sebagai proses
amonifikasi. Amonifikasi ini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan,
sehingga amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang
utama dalam tanah (Tisdale dan Nelson, 1974).
Selain berperan terhadap peningkatan sifat fisika dan kimia tanah, pupuk organik
juga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Pupuk organik
merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah. Penambahan pupuk
organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikroorganisme
dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi
15
dan mineralisasi bahan organik serta respirasi tanah. Beberapa mikroorganisme
yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri, dan
aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan
dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa,
nematoda, collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses
humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian dkk., 1997).
Mikroflora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan
bahan organik, kerena pupuk organik menyediakan energi untuk tumbuh dan
pupuk organik memberikan karbon sebagai sumber energi. Pengaruh positif yang
lain dari penambahan pupuk organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan
tanaman. Terdapat senyawa yang berpengaruh terhadap aktivitas biologis yang
ditemukan di dalam tanah yaitu senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin
(Stevenson, 1982).
Kombinasi pupuk organik dan anorganik perlu dilakukan guna meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Pemupukan dengan cara kombinasi ini
akan memberikan keuntungan, antara lain ; (1) menambah kandungan hara yang
tersedia dan siap diserap tanaman selama periode pertumbuhan tanaman ; (2)
menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang dan dengan
demikian akan memperbaiki persentase penyerapan hara oleh tanaman yang
ditambahkan dalam bentuk pupuk ; (3) mencegah kehilangan hara karena bahan
organik mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi ; (4) membantu dalam
mempertahakan kandungan bahan organik tanah pada batas tertentu sehingga
16
mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisika tanah dan status kesuburan
tanah ; (5) residu bahan organik akan berpengaruh baik pada pertanaman
berikutnya maupun dalam mempertahankan produktivitas tanah ; (6) lebih
ekonomis apabila diangkut dalam jarak yang jauh karena setiap unit volume
banyak mengandung nitrogen, fosfat, dan kalium serta mengandung hara tanaman
lebih banyak ; dan (7) membantu dalam mempertahankan keseimbangan ekologi
tanah sehingga kesehatan tanah dan tanaman dapat lebih baik (Sutanto, 2002).
Dalam penelitian Anjani (2013), pemberian pupuk Organonitrofos dengan dosis
5000 kg ha-1 menunjukkan pertumbuhan serta produksi tanaman tomat tertinggi.
Selanjutnya diikuti kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia dengan
dosis urea 100 kg ha-1, SP 36 50 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1, Organonitrofos 2000 kg
ha-1 mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat. Anjani (2013),
menambahkan pada dosis 5000 kg ha-1 bobot buah segar dan bobot kering
tanaman juga meningkat bila dibandingkan dengan kontrol maupun pemupukan
rekomendasi.
2.3 Respirasi Tanah
Respirasi tanah adalah proses pembebasan CO2 dari dalam tanah akibat kegiatan
mikrooragnisme tanah atau residu-residu tanaman dan hewan yang membentuk
bahan organik tanah (Soetedjo dkk., 1991). Pengukuran respirasi (mikroba tanah)
merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas
mikroba tanah. Sampai saat ini metode ini masih merupakan yang paling sering
digunakan, karena hasil yang diperoleh cukup peka dan tidak memerlukan
peralatan yang mahal dan canggih (Anas, 1989).
17
Menurut Anas (1989), pengukuran respirasi tanah merupakan cara yang
digunakan untuk menentukan aktivitas mikroorganisme tanah. Penetapan respirasi
tanah dilihat berdasarkan Penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh
mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroorgnisme tanah
Pengukuran respirasi mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang
berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah, yaitu seperti kandungan bahan
organik, transformasi N atau P, hasil antara pH, dan rata-rata jumlah
mikroorganisme.
Proses respirasi merupakan proses pembongkaran (katabolisme), dimana energi
yang tersimpan dari proses fotosintesis dilepaskan untuk menyelenggarakan
proses-proses kehidupan. Respirasi tanah adalah suatu indikator dari aktivitas
mikroorganisme di dalam tanah yang mana sebagian besar terdapat pada bahan
organik. Salah satu cara untuk mempelajari aktivitas mikroba adalah dengan
menghitung jumlah CO2 yang dilepaskan (Foth, 1991).
Menurut Paul dan Clark (1989), jasad yang menggunakan C-organik sebagai
sumber energi dan karbonnya tergolong jasad heterotropik, sedangkan yang dapat
menggunakan O2 untuk aktivitasnya tergolong obligat aerobik, fakultatif aerob
atau fakultatif anaerobik. Atas dasar reaksi di atas, maka pengukuran respirasi
ditujukan terhadap aktivitas jasad mikrobia ini, tidak termasuk jasad ototropik
atau heterotropik anaerobik.
Pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat meningkatnya aktivitas
mikroorganisme. Bahan organik dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai
sumber energi dalam proses dekomposisi, menurut Campbell dkk. (1991), bahwa
18
aktivitas mikroorganisme ditentukan oleh jumlah sumber energi (bahan organik),
keadaan lingkungan seperti curah hujan dan suhu, jumlah dan jenis
mikroorganisme.
Proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme tanah juga dipengaruhi
oleh kadar air tanah. Apabila tanah dalam keadaan tergenang, maka O2 didesak
keluar dari proses dekomposisi berlangsung dalam keadaan anaerob. Beberapa
mikroorganisme seperti Pseudomonas, Micrococcus, Bacillus dan Thiabacillus
thiopharus dalam keadaan demikian dapat mereduksi nitrit dan nitrat dengan
memanfaatkan oksigennya, secara tidak langsung oksigen mempercepat
dekomposisi bahan organik di dalam tanah (Hakim dkk., 1986).
Dekomposisi sisa tanaman oleh serangga dan cacing tanah yang selanjutnya
dirombak oleh bakteri, fungi, dan akttinomicetes merubah hara dari bentuk
organik menjadi bentuk anorganik. Proses dekomposisi menghasilkan unsur hara
dan akanmelepaskan CO2, akibat dari aktivitas mikroorganisme. Aktivitas
mikroorganismedapat dipelajari dengan menghitung jumlah CO2 yang
dilepaskannya dalam proses dekomposisi (Foth, 1991).
Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi
sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
Adapun pengaruh bahan organik pada biologi tanah menurut Hakim dkk (1986),
yaitu jumlah atau aktivitas metabolik organisme tanah meningkat dan kegiatan
jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga meningkat.
19
Seperti yang kita ketahui apabila dekomposisi bahan organik meningkat, maka
akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme serta dapat meningkatkan respirasi
tanah. Semakin banyak CO2 yang dikeluarkan tanah, semakin tinggi aktivitas dan
mikroorganisme, hal ini mengakibatkan semakin tinggi respirasi tanah.
20
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu,
Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Desember 2016 sampai April
2017.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih jagung Pioneer 35, pupuk organonitrofos,
pupuk Urea, SP-36 dan KCl, serta bahan-bahan kimia untuk analisis sifat tanah
dan tanaman. Untuk bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu KOH 0,1 N,
phenophthalien, aquades, HCl, dan metil orange.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, alat tulis,
meteran, ayakan tanah, oven, moisture tester, gelas ukur, sprayer, selang air dan
alat-alat laboratorium lainnya untuk analisis sifat kimia tanah.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 11 perlakuan dengan 3 ulangan, Adapun
kombinasi perlakuan pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik sebagai berikut :
21
Tabel 1. Perlakuan aplikasi pupuk Organonitrofos dan Anorganik
Perlakuan Kombinasi Pupuk Dosis Pupuk (kg petakan)OP(%)
Anorganik(%)
Urea SP-36 KCl OP
P0 - - - - - -P1 0 100 0,70 0,40 0,20 -P2 100 0 - - - 20P3 100 25 0,17 0,10 0,05 20P4 100 50 0,35 0,20 0,10 20P5 100 75 0,53 0,30 0,15 20P6 100 100 0,70 0,40 0,20 20P7 25 75 0,53 0,30 0,15 5P8 50 75 0,53 0,30 0,15 10P9 75 75 0,53 0,30 0,15 15P10 50 50 0,35 0,20 0,10 10
Keterangan : OP = Pupuk Organonitrofos 100 % dosis (10.000 kg ha-1), Pupuk Anorganik 100%dosis (350 kg Urea ha-1, 200 kg SP-36 ha-1, dan 100 kg KCl ha-1)
Homogenitas ragam diuji dengan Uji Barlett dan aditivitas data diuji dengan Uji
Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam, perbedaan nilai
tengah perlakuan diuji dengan uji orthogonal kontras pada taraf 5%.
Perbandingan uji orthogonal kontras terdiri dari 10 perbandingan yaitu P0 vs sisa
(P1,P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10), perbandingan kedua yaitu P1 vs P2,
perbandingan ketiga yaitu P1, P2 vs sisa (P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10),
perbandingan keempat yaitu P6 vs P3, P4,P5, perbandingan kelima yaitu P3 vs
P4,P5, perbandingan keenam yaitu P4 vs P5, perbandingan ketujuh yaitu P6 vs P7,
P8,P9,P10, perbandingan kedelapan yaitu P7 vs P8,P9, perbandingan kesembilan
yaitu P7 vs P8, P9, dan perbandingan kesepuluh yaitu P8 vs P9. Kemudian
dilakukan uji korelasi antara variabel pendukung dan variabel utama.
22
Tabel 2. Perbandingan orthogonal kontras pengaruh pemberian kombinasi pupukOrganonitrofos dan anorganik terhadap respirasi tanah (mg C-CO2 jam-1
m-2 ).
PerbandinganP0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
P0 vs sisa -10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1P1 vs P2 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0P1, P2 vs sisa 0 -4 -4 1 1 1 1 1 1 1 1P3, P4, P5 vs P6 0 0 0 -1 -1 -1 3 0 0 0 0P4, P5 vs P3 0 0 0 2 -1 -1 0 0 0 0 0P4 vs P5 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0P7, P8, P9, P10 vs P6 0 0 0 0 0 0 4 -1 -1 -1 -1P7, P8, P9 vs P10 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 3P8, P9 vs P7 0 0 0 0 0 0 0 2 -1 -1 0P8 vs P9 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Sejarah Lahan
Pada musim tanam pertama lahan digunakan untuk menanam tanaman kacang
tanah yaitu pada bulan Mei - Agustus 2016. Tanaman Kacang Tanah ditanam
dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Penanaman benih Kacang Tanah dilakukan
dengan memasukkan benih kacang tanah ke dalam setiap lubang tanam. Dengan
perlakuan diberikan pupuk organonitrofos, Biochar, pupuk anorganik serta
dolomit. Aplikasi pupuk organonitrofos dan Biochar dilakukan 1 minggu sebelum
tanam, dicampur langsung dengan tanah kemudian diaduk hingga merata. Pupuk
kimia (KCl dan SP-36) diberikan secara bersamaan 1 minggu setelah benih
kacang tanah ditanam, sedangkan untuk pupuk urea dilakukan sebanyak dua kali.
Aplikasi urea pertama dilakukan saat 1 minggu setelah tanam dan aplikasi urea
kedua dilakukan pada masa vegetatif akhir. Aplikasi dilakukan sesuai dosis
23
perlakuan masing – masing. Setelah panen musim tanam pertama, tiga bulan
kemudian lahan ini digunakan untuk penanaman tanaman jagung.
3.4.2 Pembuatan Petak Percobaan
Percobaan musim tanam kedua dilakukan di Kebun Percobaan BPTP Natar Desa
Negara Ratu. Tanah diolah dengan menggunakan cangkul dan tanah dibalik
dengan kedalaman 15 cm - 20 cm agar akar sisa gulma yang berada dipermukaan
tanah terambil utuh. Kemudian digaru untuk menggemburkan struktur tanahnya.
Sedangkan petakan yang digunakan sama dengan petakan sebelumnya pada
musim tanam pertama, sebanyak 33 petak dengan ukuran petakan yaitu 4 m x 5 m
0,5 meter
U1
1 meter
U2
1 meter
U3
Gambar 1. Tata letak percobaan pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dananorganik terhadap C-mik tanah di lapang.
3.4.3 Aplikasi Pupuk Organonitrofos
Aplikasi pupuk organonitrofos dilakukan 1 minggu sebelum tanam, pupuk
Organonitrofos dicampur langsung ke dalam tanah kemudian diaduk hingga
merata. Aplikasi dilakukan sesuai dosis masing – masing perlakuan.
P10P8P3P5P0 P4P6 P9 P7 P1 P2
P9P2P1P10P5 P8P4 P3 P0 P6 P7
P9P7P1P8P2 P10P6 P5 P0 P4 P3
24
3.4.4 Penanaman jagung
Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 80 cm x 20 cm. Penanaman benih
jagung dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam setiap lubang tanam yang
telah dibuat dengan cara ditugal yaitu satu lubang satu benih jagung. Sedangkan
untuk penyulaman dilakukan pada benih tanaman yang tidak tumbuh dan pada
tanaman yang mati.
3.4.5 Aplikasi Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik (KCl dan SP-36) diberikan secara bersamaan 1 minggu setelah
benih jagung ditanam, sedangkan untuk pupuk urea dilakukan sebanyak dua kali.
Aplikasi Urea pertama dilakukan saat 1 minggu setelah tanam (MST) dan aplikasi
kedua dilakukan 6 MST yaitu pada masa vegetatif.
3.4.6 Pengambilan Contoh Tanah
Sampel tanah diambil dengan menggunakan bor tanah. Contoh tanah diambil
sebanyak 5 titik dalam satu petak, sampai kedalaman 20 cm dan dikompositkan.
Pengambilan sampel tanah awal dilakukan pada 25 HST, 50 HST (fase vegetatif
awal), 75 HST (vegetatif akhir), dan 110 HST (panen).
3.4.7 Analisis Tanah
Analisis contoh tanah yang dilakukan yaitu N-total, C-Organik, P-tersedia, pH
tanah, suhu dan kadar air tanah dilaksanakan pada saat sebelum olah tanah musim
tanam kedua dan pada saat pengambilan sampel tanah 110 HST (panen),
25
sedangkan pengukuran suhu tanah dilakukan secara langsung di lokasi percobaan
dengan menggunakan soil temperature tester.
3.4.8 Panen
Pemanenan dilaksanakan pada 110 HST yaitu saat jagung sudah kering.
Pemanenan dilakukan dengan memisahkan tanaman jagung yang merupakan
sampel dan tanaman jagung yang bukan sampel, setelah itu jagung dan
brangkasan dari sampel tanaman jagung ditimbang, dipipil, dan dioven untuk
mengetahui bobot kering tanaman jagung.
3.5 Pengamatan
3.5.1 Variabel Utama
Variabel Utama yang diamati pada penelitian ini adalah respirasi tanah (produksi
CO2).
3.5.1.1 Cara Pengukuran Respirasi Tanah
Respirasi tanah diukur pada saat awal (sebelum aplikasi perlakuan), vegetatif
maksimum dan panen. Respirasi tanah diukur dengan menggunakan Metode
Verstraete (Anas, 1989) yaitu dengan menutup permukaan tanah menggunakan
toples yang didalamnya telah diberikan botol film yang berisi 10 ml KOH 0,1 N
dan aquades 10 ml. Untuk kontrol dilakukan hal yang sama, tetapi permukaan
tanah ditutup dengan plastik sehingga KOH tidak dapat menangkap CO2 yang
keluar dari tanah. Pengukuran ini dilakukan selama 2 jam.
26
Gambar 2. Pengukuran respirasi tanah dengan metode Verstraete(Anas, 1989).
Setelah pengukuran di lapangan selesai, kuantitas C-CO2 yang dihasilkan
ditentukan dengan cara di titrasi, yaitu 2 tetes fenoptalin ditambahkan ke dalam
gelas beaker yang berisi KOH, kemudian dititrasi dengan HCl sampai warna
merah menjadi hilang (volume HCl yang digunakan dicatat). Kemudian
ditambahkan 2 tetes metil orange dan dititrasi kembali dengan HCl sampai warna
orange berubah menjadi warna merah muda (pink). Jumlah HCl yang digunakan
pada tahap kedua titrasi berhubungan langsung dengan jumlah CO2 yang difiksasi.
Cara yang sama juga dilakukan dengan toples tanpa tanah sebagai control CO2.
Reaksi yang terjadi :
1. Reaksi pengikatan CO2
2KOH + CO2 K2CO3 + H2O
2. Perubahan warna menjadi tidak bewarna (fenolftalein)
K2CO3 + HCl KCl + KHCO3
3. Perubahan warna kuning menjadi merah muda (metil orange)
KHCO3 + HCl KCl + H2O + CO2
TOPLES
KOH 0.1mol, 10 ml
AQUADES, 10 ml
27
Jumlah CO2 dihitung dengan menggunakan formula
Keterangan ; a = ml HCl untuk contoh tanah (setelah ditambahkan metil
orange)
b = ml HCl untuk kontrol (setelah ditambahkan metil orange)
t = normalitas HCl
T = waktu pengukuran (jam)
r = jari-jari tabung toples (cm)
3.5.2 Variabel pendukung
Variabel pendukung yang diamati pada awal dan akhir penelitian adalah
1. C-organik tanah (metode Walkley and Black)
2. N-total tanah (metode Kjeldahl)
3. pH tanah (metode Elektrode)
4. Suhu tanah (0C)
5. Kelembaban tanah (%)
22
12
rT
tbaCOC
49
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Respirasi tanah pada perlakuan pupuk tunggal dan pupuk anorganik, serta
kombinasi pupuk organonitrofos dan anorganik sangat nyata lebih tinggi
dibandingkan tanpa pupuk pada pengamatan 50 HST, 75 HST dan 110 HST.
2. Respirasi tanah pada perlakuan kombinasi pupuk organonitrofos dan anorganik
sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk tunggal P1
(anorganik100%) dan P2 (organonitrofos100%) pada pengamatan 50 HST, 75
HST dan 110 HST.
3. Respirasi tanah pada perlakuan P6 (pupuk organonitrofos 100% (10.000 kg ha-
1) + pupuk anorganik 100% (Urea 350 kg ha-1, SP-36 200 kg ha-1,dan KCl 100
kg ha-1) berpengaruh yata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P3, P4 ,
P5 pada pengamatan 25 HST, 50 HST, dan 110 HST.
4. Respirasi tanah pada perlakuanP5 (pupuk organonitrofos 100% + anorganik
75%) sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P4 (pupuk
organonitrofos 100% + anorganik 50%) pada pengamatan 25 HST, 50 HST,
dan 110 HST.
5. Respirasi tanah pada perlakuan sangat P6 (pupuk organonitrofos 100%+
anorganik 100%) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P7(pupuk
50
organonitrofos 25%+ anorganik 100%), P8 (pupuk 0rganonitrofos 50% +
anorganik 100%), P9(pupuk organonitrofos 75% + anorganik 100%),
P10(pupuk Organonitrofos 50% + anorganik 50%)pada pengamatan 50 HST, 75
HST dan110 HST..
6. Respirasi tanah pada perlakuan sangat P6 (pupuk organonitrofos 100%+
anorganik 100%)nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P7 (pupuk
Organonitrofos 25%+ anorganik 100%), P8 (pupuk organonitrofos 50% +
anorganik 100%), P9 (pupuk organonitrofos 75% + anorganik 100%) pada
pengamatan 25 HST, 50 HST dan 75 HST .
7. Respirasi tanah pada perlakuan P7 (pupuk organonitrofos 25%+ anorganik
100%) sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P8 (pupuk
organonitrofos 50% + anorganik 100%) dan P9 (pupuk organonitrofos75% +
anorganik 100%) pada pengamatan 50 HST dan 75 HST.
8. Respirasi tanah pada perlakuan P9 (pupuk organonitrofos 75% + pupuk
anorganik 75%) berpengaruh nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan P8 (pupuk organonitrofos (50%) + pupuk anorganik (100%) pada
pengamatan 75 HST.
9. Terdapat korelasi nyata positif antara C-organik terhadap Respirasi tanah
selama pertumbuhan tanaman jagung.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan untuk kembali
melakukan penelitian lanjutan untuk dapat mengetahui pengaruh pemberian
kombinasi pupuk organonitrofos dan pupuk anorganik dalam jangka panjang
untuk memperbaiki kesuburan tanah serta meningkatkan respirasi tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M., 1977. Introduction to Soil Mikrobiology. John Willey & Sons, Inc.New York, 467 hal.
Anas, Iswandi. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. IPB, Bogor hal 18-22.
Andhimaryno, L., A. 2015. Pengeruh pemberian pupuk organonitrofos dananorganik terhadap respirasi tanah pada tanaman jagung (Zea mays L.).(Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 56hlm.
Anisa. 2006. Pengaruh jarak dari pusat perakaran jagung (Zea mays L.) padabeberapa umur tanaman terhadap respirasi dan biomassa mikroorganismetanah pada pertanaman kedua (Skripsi). Fakultas Pertanian UniversitasLampung. Bandar Lampung 152 hlm.
Anjani, D. J. 2013. Uji efektifitas pupuk organonitrofos dan kombinasinya denganpupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat(Lycopersicume sculantumnill.) di Tanah Ultisol Gedung Meneng..(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.80 hlm.
Antonius, S dan Agustiyani, D. 2011. Pengaruh pupuk organik hayati yangmengandung mikroba bermanfaat terhadap pertumbuhan dan hasil panentanaman semangka serta sifat biokimia tanahnya pada Percobaan Lapangandi Malinau-Kalimantan Timur. Panel, Hayati.16: (203–206).
Balai Penelitian Tanah. 2012 Analisis kimia tanah,tanaman, air, dan pupuk(petunjuk teknis) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.Departemen Pertanian.
Bertham, Y.H.R., 2002. Respon tanaman kedelai (Glycine max (L) Merill)terhadap pemupukan fosfor dan kompos jerami pada tanah Ultisol. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 4 (2): 78-83.
BPS.2014. LuasPanen-Produktivitas-Produksi Tanaman Jagung ProvinsiLampung. .
Brady, N.C. and R.R. Weil, 2002.The Nature and Properties of Soils.31th ed.Prentice-Hall, Upper Saddle River, New York.511 p.
Dana priatna, N. 2012 Pemulihan kesehatan tanah sawah melalui aplikasi pupukhayati penambat N dan kompos jerami padi. J.Agribisnis danPengembangan Wilayah 3: 1-8
Dermiyati.1997. Pengaruh mulsa terhadap aktivitas mikroorganisme tanah danproduksi jagung hibrida C-1. J. Tanah Trop. 5 : 63-68.
Dewi. W. S. 2002. Pengaruh cacing tanah dan bahan organik terhadap dinamikapoputalasi mikrobia beberapa jenis tanah. Sains Tanah, 1 : 43-51.
Foth, H.D., 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta. 374 hlm.
Foth, D.H. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerjemah: Adisoemarto, S.Penerbit Erlangga. Jakarta. 374 hlm.
Gunawan, A. 2009. Budidaya Tanaman Jagung Lokal (Zea mays L). Jakarta. Hlm12-15.
Hakim.N, Nyakpa. M. Y, Lubis A.M., Nugroho S.G., Saul. R.M, Diha A.M,Hong G.B, dan Bailey H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UniversitasLampung. 488 hlm.
Hasibuan, B.E. 2006.Pupuk dan Pemupukan. Medan: Universitas Sumatera UtaraPres. 74 hlm.
Hu C and Cao Z. 2007.Size and activity of the soil microbial biomassand soilenzyme activity in long-term field Experiments Word. Journal ofAgricultural Sciences 3: 63–70.
Husen, A. 2007. Studi keanekaragaman fauna tanah di perkebunan apel organikdan anorganik Desa Bumiaji Kota Batu. (Skripsi). Universitas Islam Negeri.Malang. 93 hlm.
Lestari, T.,2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi taraf Hidup Petani.(Skripsi bogor). Institut Pertaninan Bogor.
Lumbanraja, J., Dermiyati, S. Triyono, dan H. Ismono. 2013. Pemasyaraklatanaplikasi pupuk organik rakitan baru organonitrofos di kelompok tani danpemberdayaan kewirausahaan kelompok tani di Kabupaten LampungSelatan. Proposal Hi-Link. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Moenandir. 1988. Fisiologi Herbisida. Rajawali Pers. Jakarta. 195 hlm.
Murbondo. 1990. Membuat kompos. Penebar Swadaya. Jakarta 203 hlm.
Nazari, A.Y., Somarno, A. Lily . 2007. Pengaruh pemberian jenis dan dosis pupukorganik serta pupuk anorganik terhadap kesuburan tanah tanaman kentang.Universitas Brawijaya. Hal 53-60.
Nugroho, S. G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono,Y.T. Sari, andE. Ayuandari. 2012. Optimun Ratio of fresh manure and grain size ofphosphate rock mixture in a formulated compost for organomineral NPFertilizer. J. Tropical Soils. 17(2) : 121-128.
Nursyamsi, D., Adiningsih., Soleh dan Adi, A. 1996. Penggunaan bahan organikuntuk meningkatkan efisiensi pupuk N dan produktivitas tanah ultisol diSitiung, Sumbar. J. Tanah Trop. 2(1) : 26-33.
Nyakpa, M Yusuf, A.M Lubis, A.G. Amrah, M, A. Pulung, A. Munawar, G.B.Hong, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan tanah. Penerbit UniversitasLampung. 258 hlm.
Prayitno, J. 2004. Pengaruh perubahan penggunaa lahan dan musim terhadapjumlah dan keragaman mesofauna pada tanah dan serasah di Sumber JayaLampung Barat. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.45 hlm.
Prasetyo, B. H. dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologiPengelolaan tanah ultisol untuk pengembanga pertanian lahan kering diIndonesia. J.Litbang Pertanian 25(2) : 39-47.
Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik. Jakarta: PT. Penebar Swadaya
Rodriguez-Lionaz,G., M. Onaindia, I.Amezaga, I.Mijangos and C. Garbisu. 2008.Realitionship between vegetation diversity and soil functional diversity innative mixed-oak forests. J. Soil Biol Biochem Vol 40 issue 1(2008) 49-60.Olicy makers.
Roostika, I., H.A.,Widiati, dan Novianti, S. 2005. Pengaruh tiga jenis Pupuknitrogen terhadap tanaman sayuran. J. Biodiversitas 7(1) : 77-80.
Sakdiah, V. 2009. Pengeruh pemberian lumpur lapindo brantas dan bahanorganik terhadap respirasi tanah pada pertanaman jagung (Zea mays L.).Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung. 67 hlm.
Soplanit, M. C dan R. Soplanit. 2012. Pengaruh bokashi sagu pada Berbagaitingkat kematangan dan Pupuk SP 36 terhadap serapan P danpertumbuhan jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol. J. Agrologia.1(1): 60-68.
Stevenson, F.J. 1982. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reaction. JohnWiley and Sons. New York.pp 512.
Subagyo, H., P. Sudewo, dan Prasetyo, B.H. 1986. Pedogenesis beberapa profilmediteran merah dari batu kapur di sekitar Tuban, Jawa Timur. hlm.103−122. Dalam U. Kurnia, J.Dai, N. Suharta, I.P.G. Widjaya-Adhi, J.SriAdiningsih, S. Sukmana, J. Prawirasumantri(Ed.). Prosiding PertemuanTeknis PenelitianTanah, Cipayung, 10−13 November.1981. PusatPenelitian Tanah, Bogor.
Subagyo, H. N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2004. Tanah-tanah pertanian diIndonesia. Hlm. 21-66. Dalam A. Adimihardja, L.I. Amien, F. Agus, danD. Djaenudin (Ed.). Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Suntoro, 2001.Pengaruh residu penggunaan bahan organik, dolomit dan KCl padatanaman kacang tanah (Arachishypogeae. L.) pada Oxic Dystrudept diJumapolo, Karanganyar. Habitat.12 (3): 170-177.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan danPengembangannya. Yogyakarta: Kanisius. 219 hlm.
Syafruddin, S. Saenong, dan Subandi.2008. Pengaruh bagan warna daun untukefisiensi pemupukan N pada tanaman jagung. J. Penelitian PertanianTanaman Pangan 27(1): 24-31.
Tian, G., L. Brussard, B.T., Kang and M.J. Swift, 1997. Soil fauna-mediateddecomposition of plant residues under contreined environmental andresidue quality condition. In Driven by Nature Plant Litter Quality andDecomposition, Department of Biological Sciences. (EdsCadisch, G. andK.E. Giller.125-134. Wey College, University of London, UK.
Utami, M.P. 2004. Biomassa mikroorganisme tanah ultisol taman bogo padaberbagai macam perlakuan pemberian pupuk organik dan anorganik sertakombinasinya pada pertanaman padi gogo (Oryza sativa L.) musim tanamkelima. (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar lampung. 67 hlm.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.Yogyakarta. 258 hlm.
Yupitasari, M. 2013. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya denganpupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan produksi tanamantomat (Lycopersicum esculentum) pada musim tanam kedua. (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung. 94 hlm.
top related