pengaruh kepadatan kandang terhadap bobot hidup, …digilib.unila.ac.id/62163/3/skripsi tanpa bab...
Post on 14-Nov-2020
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP BOBOT HIDUP,
KARKAS, DAN GIBLET BROILER UMUR 28 HARI
DI CLOSED HOUSE
(Skripsi)
Oleh
Nurul Barruni
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRAK
PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP BOBOT HIDUP,
KARKAS, DAN GIBLET BROILER UMUR 28 HARI
DI CLOSED HOUSE
oleh
NURUL BARRUNI
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mempelajari pengaruh kepadatan kandang terhadap
bobot hidup, karkas, dan giblet broiler di closed house; 2) mengetahui kepadatan
kandang yang terbaik terhadap bobot hidup, karkas, dan giblet broiler di closed
house. Penelitian ini dilaksanakan pada April--Mei 2019 selama 28 hari dengan 14
hari perlakuan (14--28 hari), di PT. Charoen Pokphand (Kandang Bandara 2) yang
terletak di Dusun Bangun Sari, Desa Way Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
empat perlakuan yaitu P1 : kepadatan kandang 15 ekor/m2, P2 : kepadatan kandang
17 ekor/m2, P3 : kepadatan kandang 19 ekor/m
2 dan P4 : kepadatan kandang 21
ekor/m2, masing-masing perlakuan dengan lima ulangan. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf 5%. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa pada kepadatan kandang yang berbeda tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot hidup, karkas, dan giblet broiler umur 28 hari di closed house.
Kata Kunci: Bobot hidup, closed house, giblet, karkas, kepadatan kandang
ABSTRACT
THE EFFECT OF STOCKING DENSITY ON LIVE WEIGHT, CARCASS, AND
GIBLET BROILER AGE 28 DAYS
IN CLOSED HOUSE
by
NURUL BARRUNI
This study aims to 1) study the effect of stocking density on live weight, carcasses,
and broiler giblets in closed houses; and 2) determine the best stoking density on live
weight, carcass, and giblet broiler in a closed house. This research was conducted in
April--May 2019 for 28 days with 14 days of treatments(14--28 days), at PT. Charoen
Pokphand (Kandang Bandara 2) located in Bangun Sari hamlet, Way Sari Village,
Natar District, South Lampung Regency. This study used a completely randomized
design with four treatments, with five replications of P1 : stocking density 15
heads/m2, P2 : stocking density 17 heads/m
2, P3 : stocking density 19 heads/m
2, and
P4 : stocking density 21 heads/m2. Data obtained were analyzed using analysis of
variance at 5% level. The result showed that the different stocking density had no
significant effect on the live weight, carcass, and giblet broiler of the 28 days in the
closed house.
Keywords: Carcass, closed house, giblet, live weight, stocking density
PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP BOBOT HIDUP,
KARKAS, DAN GIBLET BROILER UMUR 28 HARI
DI CLOSED HOUSE
OLEH
NURUL BARRUNI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Peternakan
pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada 19 November 1996.
Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, anak dari Bapak Amiruddin S.
dan Ibu Sri Handayani.
Pendidikan formal diawali di TK Islam Ibnu Rusyd Kotabumi dan menyelesaikan
pendidikan pada 2003, pendidikan sekolah dasar di SDN 04 Kotabumi pada 2009,
pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 01 Kotabumi pada 2012, pendidikan
sekolah menengah atas di SMA N 04 Kotabumi pada 2015. Pada 2015 terdaftar
sebagai mahasiswi Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan.
Selama menjadi mahasiswi, pernah aktif di organisasi internal kampus seperti
Himapet Universitas Lampung dan di organisasi eksternal kampus yaitu organisasi
kedaerahan Ikam Lampura. Pada Juli 2017 penulis melaksanakan magang di PT.
Ayam Mas selama 14 hari. Penulis melaksanakan Praktik Umum di PT. Central
Avian Pertiwi Farm 4 Lampung Selatan pada Juli 2018. Penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata di Pekon Lengkukai, Kelumbayan Barat, Tanggamus pada
Januari 2019.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbilalaamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan ridho kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW pemberi syafaat di hari akhir.
Teruntuk ebok dan yaik tersayang yang senantiasa mendoakan untuk mengiringi
langkahku dalam mencapai kesuksesan, memberikan kasih sayang, dan
memberikan dukungan serta semangat selama ini
Teruntuk mama, papa, dan saudara-saudariku yang selalu menjadi motivasi dan
alasan terbesar untuk tetap melangkah walau dalam kesulitan
Seluruh dosen atas segala ilmu dan pengalaman yang berharga dan bimbingan
yang diberikan untuk keberhasilanku,
kuucapkan terima kasih
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
MOTO
“Tidakkah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang
dikerjakannya.”
(QS. An-Najm:39)
“karena bagaimanapun di malam yang gelaplah bintang-
bintang tampak bersinar lebih terang”
(Ali bin Abi Thalib)
“Setiap orang berhak untuk berencana
tetapi tidak pernah mempunyai kekuatan
untuk menentukan hasil dari sebuah rencana”
(Merry Riana)
“Disebuah pohon tidak semua bunga mekar bersamaan”
(Anonim)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Bobot Hidup, Karkas, dan
Giblet Broiler Umur 28 Hari di Closed House”. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.--selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung --atas izin yang telah diberikan kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian;
2. Bapak Dr. Ir. Arif Qisthon, M. Si.--selaku Ketua Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung --atas persetujuannya kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian;
3. Bapak Ir. Syahrio Tantalo, M.P.--selaku Pembimbing Utama --atas motivasi,
bantuan, saran dan arahan yang telah diberikan;
4. Ibu Dian Septinova, S. Pt., M.T.A.--selaku Dosen Pembimbing Anggota--atas
bantuan dan saran yang telah diberikan kepada penulis;
5. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.--selaku Dosen Penguji, yang senantiasa memberikan
arahan dan masukan kepada penulis;
6. Bapak Dr. Ir. Ali Husni, M.P.--selaku Dosen Pembimbing Akademik--atas
nasihat dan bimbingannya kepada penulis;
7. Bapak Fladder Pardomuan S. dan Bapak Supri, atas izin dan bantuan yang
diberikan selama pelaksanaan penelitian kepada penulis;
8. Abang Dwi Purwanto dan Mas Ridho--selaku Alumni Peternakan Universitas
Lampung dan Technical Service (TS) PT. Charoen Pokphand--atas izin, bantuan,
dan arahan yang diberikan selama pelaksanaan penelitian;
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat, motivasi, dan pengalaman yang berharga;
10. Ebok, Yaik, Papa, Mama, Susi Etika, Abang Fadli, dan Yunda Tasya terimakasih
atas segala doa, motivasi, semangat, kasih sayang yang telah diberikan;
11. Rekan pelaksanaan penelitian Siti Mariyam dan Siti Ismawati atas kerjasama,
bantuan, serta toleransi yang baik selama penelitian;
12. Sahabat-sahabat tercinta Anggelia, Utami, Asti, Rita, Elisa, Dianty, Roikatul,
Mitha, Indah, Viesta, Laily, Maria, Astralin, dan Peternakan 2015 terimakasih
telah memberikan dukungan dan semangatnya;
13. Keluarga KKN Desa Lengkukai Ramanda, Jefpry, Rechal, Yusuf, Nashikin,
Yogi, Diana, Febria, Anita, Feby, Ganis Cindy, dan Elsi atas doa yang diberikan.
Semoga segala bantuan dan hal baik yang telah diberikan memperoleh balasan oleh
Allah SWT dan semoga laporan ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, 10 Maret 2020
Nurul Barruni
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ........................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.3 Kegunaan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 3
1.5 Hipotesis .......................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
2.1 Broiler ............................................................................................. 7
2.2 Kepadatan Kandang ........................................................................ 8
2.3 Bobot Hidup .................................................................................... 13
2.4 Bobot Karkas ................................................................................... 14
2.5 Giblet ............................................................................................... 16
2.6 Closed House ................................................................................... 19
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 22
3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................... 22
3.2 Bahan Penelitian ............................................................................. 22
i
3.3 Alat Penelitian ................................................................................ 23
3.4 Rancangan Penelitian dan Analisis Data ......................................... 24
3.5 Tata Letak Penelitian ...................................................................... 25
3.6 Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 25
3.7 Peubah yang diamati ....................................................................... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 29
4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup Broiler ........................ 29
4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Karkas Broiler ...................... 32
4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Giblet Broiler ........................ 34
V. SIMPULAN ........................................................................................ 38
5.1 Simpulan .......................................................................................... 38
5.2 Saran ................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39
LAMPIRAN ............................................................................................... 44
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Standar performa mingguan ayam broiler CP 707.................................... 13
2. Kandungan nutrisi ransum H00 dan H11 .................................................. 23
3. Bobot hidup broiler umur 28 hari.............................................................. 29
4. Bobot karkas broiler umur 28 hari............................................................. 32
5. Bobot giblet broiler umur 28 hari.............................................................. 34
6. Analisis ragam pengaruh kepadatan kandang terhadap nilai bobot
hidup broiler.............................................................................................. 47
7. Analisis ragam pengaruh kepadatan kandang terhadap nilai bobot
karkas broiler............................................................................................ 47
8. Analisis ragam pengaruh kepadatan kandang terhadap nilai bobot
giblet broiler............................................................................................ 47
9. Rata-rata kosumsi ransum broiler umur 14--28 hari di closed
house....................................................................................................... 48
10. Analisis ragam data konsumsi ransum broiler........................................ 48
11. Uji Jarak berganda Duncan data konsumsi ransum broiler.................... 48
12. Hasil uji jarak berganda Duncan data konsumsi ransum broiler............ 49
13. Konsumsi serat kasar broiler umur 14--28 hari di closed house....... ...... 49
14. Analisis ragam data konsumsi serat kasar broiler................................... 49
15. Uji Jarak berganda Duncan data konsumsi serat kasar broiler............... 50
16. Hasil uji jarak berganda Duncan data konsumsi serat kasar broiler....... 50
17. Suhu dan kelembaban kandang penelitian............................................... 51
iii
18. Rata-rata temperatur rektal broiler penelitian ........................................ 51
19. Rata-rata respirasi broiler penelitian....................................................... 52
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Heat stress index........................................................................................ 12
2. Tata letak pemeliharaan broiler.................................................................. 25
v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan
pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan
tubuh, maka permintaan masyarakat akan kebutuhan pangan salah satunya sumber
protein hewani semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya
konsumsi protein per kapita sehari untuk daging pada 2016 sebesar 3,35 g, meningkat
sebesar 7,03% dibandingkan konsumsi pada 2015 sebesar
3,13 g (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2017).
Salah satu pangan sumber protein hewani yang digemari oleh masyarakat adalah
daging ayam. Daging ayam yang dikonsumsi biasanya berasal dari daging broiler.
Broiler mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, kulit putih,
dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005). Namun, keberhasilan usaha
peternakan tidak terlepas dari manajemen pemeliharaan yang baik dengan kepadatan
kandang yang sesuai untuk pertumbuhan broiler dalam rangka peningkatan
produktivitas. Peningkatan produktivitas nyatanya tidak diimbangi dengan luasnya
lahan yang digunakan sebagai peternakan. Peningkatan jumlah ayam tiap meter
persegi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, serta akan berpengaruh pada
kenyamanan ayam karena kandang yang terlalu padat akan mempengaruhi suhu dan
kelembapan. Saat ini, penggunaan closed house telah menarik perhatian peternak
ayam komersial.
Closed house merupakan suatu rancangan kandang ayam yang tidak terpengaruh oleh
lingkungan dari luar kandang. Sistem kandang closed house memiliki keunggulan
yaitu memudahkan pengawasan, suhu dan kelembapannya dapat diatur, memiliki
pengaturan cahaya dan mempunyai ventilasi yang baik sehingga penyebaran penyakit
mudah diatasi. Selain itu, kelebihan penggunaan closed house adalah dapat
menggunakan kepadatan kandang dengan jumlah yang tinggi.
Kepadatan kandang dapat mempengaruhi keseragaman bobot tubuh. Kandang yang
terlalu padat menyebabkan ayam tidak mendapatkan pakan dan minum secara
serentak. Ketidakseragaman ini dapat menimbulkan perilaku dominasi pada
sekelompok ayam. Penggunaan closed house dapat menekan dampak perubahan
suhu sehingga pertumbuhan broiler dapat optimal. Dengan pertumbuhan yang
optimal dari broiler akan berakibat pada produksi bobot hidup, bobot karkas, dan
bobot giblet yang dihasilkan. Laju pertumbuhan pada broiler ditunjang juga oleh
kecukupan nutrisi yang dikonsumsi oleh broiler. Kecukupan nutrisi ini erat
hubungannya dengan kandungan gizi dalam pakan dan kemampuan usus dalam
menyerap nutrisi pada pakan tersebut. Untuk itu dilakukan juga pengukuran bobot
giblet guna melihat metabolisme tubuh dan kerja otot broiler.
Sehubungan dengan hal kepadatan kandang di closed house sampai saat ini belum
banyak diketahui, mengingat bahwa penggunaan closed house dapat menekan kondisi
2
lingkungan kandang sehingga broiler yang dipelihara tetap berada dalam kondisi
nyaman. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh kepadatan kandang terhadap bobot hidup, karkas, dan giblet.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. mempelajari pengaruh kepadatan kandang terhadap bobot hidup, karkas dan giblet
di closed house;
2. mengetahui kepadatan kandang yang terbaik terhadap bobot hidup, karkas dan
giblet di closed house.
1.3 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada
peternak tentang kepadatan kandang yang terbaik untuk menghasilkan produksi
terbaik di closed house.
1.4 Kerangka Pemikiran
Keberhasilan dari usaha suatu peternakan tidak terlepas dari pemilihan bibit yang
baik, pakan yang berkualitas, serta manajemen pemeliharaan baik dan sesuai
kebutuhan. Manajemen pemeliharaan dengan penggunaan closed house baik
diterapkan untuk peternak broiler karna memiliki banyak kelebihan daripada sistem
3
opened house, salah satu kelebihan penggunaan closed house adalah dapat
menggunakan kepadatan kandang dengan jumlah yang tinggi.
Kepadatan kandang merupakan faktor yang penting dalam produksi broiler karena
pengaruhnya terhadap kesehatan, kesejahteraan, tingkah laku serta performans
(Houshmand et al., 2012). Peningkatan kepadatan kandang beresiko menurunkan
konsumsi ransum dan meningkatkan terjadinya dermatitis, goresan, memar dan
cekaman panas (Estevez, 2007). Kepadatan yang tinggi menyebabkan suhu
lingkungan dan kelembapan tinggi sehingga dapat mengakibatkan heat stress (Lara
dan Rostagno, 2013). Semakin tinggi kepadatan ternak dalam kandang, maka
semakin banyak pula panas dan uap air yang dilepaskan ke lingkungan kandang
(Nuriyasa dan Astiningsih, 2002).
Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan suhu dan kelembaban
yang tinggi, sehingga akan mengganggu fungsi fisiologis tubuh ayam dan
menyebabkan mortalitas pada ternak akibat adanya kompetisi dalam mendapatkan
ransum, air minum, maupun oksigen (Rasyaf, 2011). Kompetisi ini akan
memunculkan ayam yang kalah dan menang sehingga pertumbuhannya menjadi tidak
seragam dan organ reproduksi akan terganggu, sebaliknya apabila kepadatan kandang
terlalu rendah maka akan terjadi pemborosan ruangan, ayam akan banyak bergerak
sehingga energi akan banyak terbuang.
Tingkat kepadatan yang terlalu padat dapat menurunkan konsumsi ransum dan
menghambat pertambahan bobot tubuh yang merupakan indikasi dari pertumbuhan
4
4
dan perkembangan sel-sel pada tubuh broiler. Pertambahan berat tubuh merupakan
salah satu ukuran yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Semakin besar
pertambahan berat tubuh akan semakin besar pula bobot hidup, karkas dan giblet
yang dihasilkan. Kepadatan kandang yang melebihi kebutuhan optimal dapat
menurunkan konsumsi ransum dan nilai konversi ransum yang menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan ternak dan menurunnya bobot akhir (Suprijatna et al.,
2005).
Menurut Alam (2019), tingkat kepadatan kandang closed house bisa mencapai
2--3 kali kandang open house. Jika kandang open house hanya 6--8 ekor/m2 maka
kandang closed house bisa mencapai 14--18 ekor/m2, sedangkan menurut Info
Medion ( 2019) kepadatan kandang open house berkisar 13--15 kg/m2
dan saat
menggunakan closed house kepadatan kandang akan meningkat hampir 2 kali, yaitu
mencapai 23--30 kg/m2
. Kemudian hasil penelitian dari Dewi et al. (2018),
kepadatan kandang sampai dengan 20 ekor/m2
memberikan pengaruh pada produksi
karkas. Kandang yang semakin padat mengakibatkan produksi karkas yang didapat
semakin rendah.
Berdasarkan hasil penelitian Bahtiar et al. (2016), tingkat kepadatan kandang
memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot badan ayam pedaging dan hasil
perhitungan rata-rata menunjukkan pola penurunan bobot badan akhir ayam pedaging
seiring dengan bertambahnya jumlah kepadatan broiler. Hal ini diduga karena
kurangnya sirkulasi udara dan bertambahnya kepadatan kandang, sehingga
menyebabkan terjadinya heat increament yang mempengaruhi kemampuan ayam
5
pedaging untuk melakukan metabolisme zat makanan dari bahan pakan yang telah
dikonsumsi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap bobot badan akhir ayam
pedaging.
Hingga saat ini belum diketahui jumlah kepadatan kandang yang terbaik di closed
house. Penelitian ini meneliti pengaruh kepadatan kandang di closed house dengan
kepadatan kandang yang digunakan adalah 15, 17, 19, dan 21 ekor m2 terhadap bobot
hidup, karkas dan giblet broiler, sehingga diharapkan menjadi salah satu referensi
dalam upaya peningkatan produksi daging ayam.
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. terdapat pengaruh kepadatan kandang terhadap bobot hidup, karkas dan giblet di
closed house;
2. terdapat jumlah kepadatan kandang yang terbaik terhadap bobot hidup, karkas dan
giblet di closed house.
6
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Broiler
Broiler merupakan jenis unggas tipe pedaging yang berkontribusi terhadap total
produksi daging nasional sebesar 62,56%. Broiler sangat potensial untuk
dikembangkan dalam menghasilkan daging dan meningkatkan konsumsi protein
hewani bagi masyarakat. Broiler memiliki kelebihan yaitu tumbuh dengan cepat dan
dapat dipanen dalam waktu yang singkat. Keunggulan genetik yang dimiliki broiler
dan pemberian ransum yang berkualitas baik mampu menghasilkan produktivitas
produksi yang maksimal. Selain faktor genetik dan pakan, lingkungan kandang
mempunyai peran yang besar dalam menghasilkan produktivitas broiler dan
keuntungan yang diperoleh peternak (Suprijatna et al., 2005).
Menurut Suprijatna et al. (2005), broiler mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh
besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur
rendah. Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain; ukuran
badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan
cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi.
Broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakkan secara khusus untuk
pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata
1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Ayam pedaging adalah ayam jantan
dan ayam betina muda yang berumur di bawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot
badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan
timbunan daging yang banyak. Broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang
berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan
produksi daging yang optimal (Rasyaf, 2004),
2.2 Kepadatan Kandang
Tujuan dari mengatur kepadatan ayam dalam kandang adalah untuk menjaga agar
lingkungan dalam kandang tetap nyaman dan ayam mempunyai ruang yang cukup
untuk makan dan minum, sehingga pertumbuhan lebih seragam dan kualitas karkas
baik secara optimal dalam pencapaian indek performance-nya. Tingkat kepadatan
yang cukup tinggi dalam kandang dapat menurunkan daya dukung lingkungan untuk
ayam. Tingkat kepadatan ayam yang cukup tinggi dalam kandang akan
meningkatkan temperatur lingkungan kandang sehingga kualitas udara dalam
kandang pun menjadi menurun. Ruang untuk ayam dapat makan dan minum menjadi
sempit sehingga ayam kesulitan untuk mencapai tempat makan dan minum. Kondisi
ini tentunya menyebabkan ayam jadi mudah mengalami stres dan dapat menurunkan
daya tahan tubuhnya terhadap infeksi penyakit serta pertumbuhan ayam menjadi tidak
merata (PT. Romindo Primavatecom, 2005).
Menurut Murni (2009), populasi yang terlalu padat menyebabkan ayam akan stres
sehingga menurunkan produksi. Selain itu, juga akan berpengaruh pada efisien
8
penggunaan pakan, sedangkan populasi yang terlalu kecil akan menyebabkan
kandang tidak efisien dan akan berpengaruh pada pertumbuhan bobot badannya yang
kurang optimal karena ayam banyak bergerak. Kapasitas kandang ayam pedaging
sesuai dengan tingkat umur ayam pedaging yaitu:
1. umur 1 hr -1 minggu : 40--50 ekor DOC/m2
2. umur > 7 hr- 2 minggu : 20--25 ekor ayam/ m2
3. umur > 2 minggu : 8--12 ekor ayam/ m2
Kepadatan kandang open house berkisar 13--15 kg/m2
atau 8--9 ekor/m2
dan saat
menggunakan closed house kepadatan kandang akan meningkat hampir 2 kali, yaitu
mencapai 25--30 kg/m2 atau 15--19 ekor/m
2. Hal ini tentu saja akan meminimalkan
kebutuhan lahan yang saat ini semakin hari semakin sulit dan mahal untuk
mencarinya. Terlebih lagi sudah banyak kasus penutupan kandang karena berdekatan
dengan pemukiman penduduk. Peningkatan kapasitas ini semakin meningkat saat
kandang dibuat bertingkat, baik dua maupun tiga tingkat (Info Medion, 2019).
Luas kandang dan bobot badan broiler sangat berpengaruh pada sirkulasi atau
peredaran udara di dalam kandang. Jika bobot badan terlalu besar, maka akan timbul
panas berlebih yang bersumber dari tubuh ayam broiler sendiri. Closed house yang
masih memakai tempat pakan (feeder) dan tempat minum (drinker) manual, memiliki
kepadatan 20 ekor/m2, sedangkan bila menggunakan tempat pakan dan minum
otomatik kepadatannya mampu mencapai 24 ekor/m2 (Alam, 2019).
9
Walaupun masih menggunakan tempat pakan dan minum manual, tingkat kepadatan
(density) populasi closed house sudah hampir dua kali lipat bila dibandingkan open
house yang hanya 12 ekor/m2. Oleh karena itu, penggunaan lahan closed house lebih
hemat 30% dibanding lahan open house, dan keunggulan lainnya yaitu closed house
dapat dibuat dua tingkat atau berdempetan (Alam, 2019).
Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan suhu dan kelembaban
yang tinggi, sehingga akan mengganggu fungsi fisiologis tubuh ayam dan
menyebabkan mortalitas pada ternak akibat adanya kompetisi dalam mendapatkan
ransum, air minum, maupun oksigen. Kandang yang terlalu padat akan
meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan ransum, air minum maupun oksigen.
Kompetisi ini akan memunculkan ayam yang kalah dan menang sehingga
pertumbuhannya menjadi tidak seragam dan organ reproduksi akan terganggu.
Sebaliknya apabila kepadatan kandang terlalu rendah maka akan terjadi pemborosan
ruangan dimana ayam akan banyak bergerak sehingga energi akan banyak terbuang
(Rasyaf, 2011).
Suhu yang terdeteksi pada termometer seringkali disamaartikan dengan suhu yang
dirasakan oleh tubuh ayam, padahal tidak demikian. Suhu yang dirasakan oleh tubuh
ayam dinamakan suhu efektif. Suhu efektif dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu suhu
ruangan (suhu yang terdeteksi di termometer), kelembaban, dan kecepatan aliran
udara dalam kandang (yang mengenai tubuh ayam). Meskipun suhu termometer
tinggi, namun jika terdapat aliran udara maka suhu yang dirasakan oleh tubuh ayam
akan lebih rendah. Chilling effect adalah efek penurunan suhu yang dirasakan ayam
10
akibat kecepatan angin yang terhembus. Semakin tinggi kecepatan angin yang
berhembus, maka chilling effect yang dirasakan semakin besar atau suhu efektif
semakin rendah (Info Medion, 2019).
Menurut penjelasan Dewi et al. (2018), peningkatan kepadatan kandang berpengaruh
terhadap bobot badan, konsumsi ransum serta konversi ransum yang rendah. Bobot
karkas selain dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan ayam juga dapat di
pengaruhi dengan bobot hidup ayam sebelum dipotong. Peningkatan kelembaban
dan suhu udara di dalam kandang mengakibatkan broiler menerima cekaman panas
yang mengakibatkan stres. Stres pada broiler akan mengurangi energi yang ada di
dalam tubuh dan menurunkan konsumsi ransum serta terjadi peningkatan konsumsi
air minum (Suprijatna et al., 2005).
Stres akan muncul ketika ayam tidak bisa membuang panas dari dalam tubuhnya
karena tingginya tingkat suhu di dalam kandang. Kondisi ini sering terjadi di
Indonesia yang beriklim tropis, terutama saat musim kemarau. Kondisi panas tubuh
yang semakin meningkat akan menyebabkan kematian pada broiler. Heat stress
muncul karena suhu udara dalam kandang melebihi zona nyaman, yaitu diatas 28oC .
Heat stress juga bisa muncul ketika kondisi kandang tidak terasa nyaman yang
disebabkan oleh manajemen pemeliharaan yang kurang baik, seperti pengaturan
kepadatan kandang dan ventilasi udara yang tidak diatur dengan baik (Waluyo dan
Effendi, 2016).
11
Heat stress index adalah sebuah parameter yang bisa membantu kita untuk melihat
kenyamanan udara dalam kandang. Indeks ini merupakan korelasi antara suhu dan
kelembaban kandang. Batas aman heat stress index untuk broiler adalah 85--95.
Rumus heat stress index adalah penjumlahan antara suhu (oC) dan kelembaban (%)
(Info Medion, 2018). Gambar 1 menunjukkan heat stress index berdasarkan
perhitungan dari rumus heat stress index tersebut.
(0C) Relative Humidity
40% 45% 50% 55% 60% 65% 70% 75% 80% 85% 90% 95% 100%
35
34
33
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
Gambar 1. Heat Stress Index
Keterangan:
No heat stress : tidak menyebabkan permasalah performa;
Alert : merupakan batas atas terjadinya penurunan performa ayam;
Danger : kondisi tekanan panas, penurunan feed intake, peningkatan
water intake, dan penurunan performa;
Emergency : awal terjadinya kematian, kerusakan permanen pada paru-paru,
dan sistem peredaran darah serta dapat menyebabkan tingginya
kematian.
(Sumber : Publication of Cobb Vantress, Inc(2008) dalam Info Medion (2019))
12
2.3 Bobot Hidup
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi bobot
hidup broiler adalah pakan (nutrisi), genetik, jenis kelamin, suhu, dan tata laksana.
Menurut Soeparno (2005), faktor-faktor yang memengaruhi bobot hidup broiler yaitu
konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan, dan aktivitas.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan nutrisi broiler pada umur yang berbeda.
Soeparno (2005) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan juga
memengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang meliputi bobot, komposisi
kimia, dan komponen karkas. Bobot hidup adalah bobot yang didapat dengan cara
menimbang bobot ayam setelah dipuasakan selama 6 jam (Soeparno, 2005).
Hasil penelitian Bastari (2012) menunjukkan bahwa bobot hidup broiler umur
24 hari yang dipelihara pada semi closed house dengan kepadatan kandang
15 ekor/m2 adalah 1.088--1.144 g. Standar performa mingguan ayam broiler CP 707
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar performa mingguan ayam broiler CP 707
Minggu
Bobot
Badan
(g/ekor)
Pertambahan
Bobot Badan
(g/ekor)
Konsumsi Ransum
(g/ekor) FCR
Per Hari Per Minggu
1 175 19,10 22,86 160 0,857
2 486 44,40 50,29 512 1,052
3 932 63,70 93,57 1.167 1,252
4 1.467 76,40 134,56 2.105 1,435
5 2.049 83,10 168,29 3.283 1,602
6 2.643 83,60 188,71 4.604 1,748
Sumber: PT. Charoen Pokphand (2006)
13
Bobot hidup perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas dari ransum yang dikonsumsi,
sehingga didapatkan pertumbuhan yang baik (Blakely dan Bade, 1998). Blakely dan
Bade (1998), juga menambahkan bahwa tingkat konsumsi ransum akan
mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karna pembentukan bobot, bentuk,
dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke
dalam tubuh ternak.
2.4 Bobot Karkas
Ada beberapa bentuk ternak unggas yang telah mengalami pengolahan, yaitu: 1) new
york dressed (NYD), 2) ready to cook (RTC), 3) karkas dan potongan-potongan
karkas. New york dressed, adalah ternak unggas yang telah disembelih dengan
kepala, kaki, jeroan (visceral) masih ada, tetapi darah dan bulu sudah dibersihkan.
Penyusutan berat hidup selama pengolahan dari bentuk hidup hingga terwujud NYD
sebesar 10--15%. Ready to cook, adalah ternak unggas yang sudah bersih dari bulu,
darah, dan kosong dari jeroan, serta tanpa kaki dan kepala, tetapi ditambah giblet dan
leher. Penyusutan berat hidup untuk RTC sebesar 25--35%. Karkas adalah bagian
tubuh ternak unggas setelah penyembelihan dikurangi bulu, darah, leher, kepala, kaki,
jeroan. Rata-rata bobot karkas berkisar antara 65% dan 75% dari bobot hidup ayam
pedaging waktu siap potong (Kurtini et al., 2014).
Karkas merupakan hasil utama pemotongan ternak yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Karkas ayam pedaging adalah bagian tubuh broiler hidup setelah dikurangi
14
bulu, dikeluarkan darah, jeroan, dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher
serta kedua kakinya (ceker) (Soeparno, 1994).
Menurut Yao et al. (2006), karkas broiler adalah bagian tubuh ayam yang disembelih
lalu dibuang darah, kaki bagian bawah mulai tarsus metatarsus ke bawah, kepala,
leher, serta dicabut bulu, dan organ dalam kecuali paru-paru, jantung, dan ginjal.
Karkas dihitung setelah dikeluarkan isi perut, kaki, leher, kepala, bulu, darah, dan
kualitas karkas juga ditentukan pada saat pemotongan (Zuidhof et al., 2004).
Rasyaf (2004) menambahkan bahwa selama proses pengolahan akan terjadi
kehilangan bobot hidup kurang lebih 1/3 bagian karena bulu, ceker, kepala, jeroan,
atau isi bagian dalam dipisah dengan bagian daging tubuh dengan demikian
persentase bobot karkas adalah 75% dari bobot hidupnya.
Pertumbuhan komponen karkas diawali dengan pertumbuhan tulang, lalu
pertumbuhan otot yang akan menurun setelah mencapai pubertas selanjutnya diikuti
pertumbuhan lemak yang meningkat (Soeparno, 2005). Pembentukan tubuh yang
terjadi akibat tingkat pertumbuhan jaringan, kemudian akan membentuk karkas yang
terdiri dari 3 jaringan utama yang tumbuh secara teratur dan serasi: jaringan tulang
yang akan membentuk kerangka, selanjutnya pertumbuhan otot atau urat yang akan
membentuk daging yang menyelubungi seluruh kerangka, kemudian sesuai dengan
pertumbuhan jaringan tersebut, lemak (fat) tumbuh dan cenderung meningkat sejalan
dengan meningkatnya bobot badan (Anggorodi, 1990).
15
Broiler yang mengonsumsi protein dan energi metabolis yang sama akan
menghasilkan bobot karkas yang tidak berbeda (Han dan Baker, 1994). Haroen
(2003) menjelaskan bahwa pencapaian bobot karkas sangat berkaitan dengan bobot
hidup dan pertambahan bobot badan, Wilson (1977) menyatakan bahwa karkas yang
baik memiliki banyak jaringan otot dan sedikit mungkin jaringan lemak. Soeparno
(1994) menjelaskan faktor yang memengaruhi bobot karkas broiler adalah genetik,
jenis kelamin, fisiologi, umur, berat tubuh, dan nutrisi ransum.
Hasil penelitian Bastari (2012), menunjukkan bahwa bobot karkas broiler pada umur
24 hari yang dipelihara pada semi closed house adalah 714--756 g. Menurut Dewi et
al. (2018), bobot karkas selain dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan ayam juga
dapat dipengaruhi dengan bobot hidup ayam sebelum dipotong.
2.5 Giblet
Menurut Kurtini et al. (2014), giblet adalah hasil ikutan pada unggas, terdiri dari hati,
jantung, dan gizzard (rempela). Menurut Soeparno (2005), bobot hidup
memengaruhi bobot giblet. Bobot giblet meningkat dengan meningkatnya bobot
karkas, walaupun persentase terhadap bobot hidup ayam akan menurun (Rasyaf,
2004). Pada hasil penelitian Bastari (2012), dilaporkan bahwa pada umur 24 hari
bobot giblet broiler yang di pelihara di semi closed house yaitu sebesar
45,84--47,87g. Faktor-faktor yang memengaruhi bobot giblet diantaranya adalah
bangsa, umur, bobot tubuh, obat-obatan, dan ransum (Ressang, 1984).
16
a. Gizzard
Menurut North dan Bell (1990), gizzard terdiri atas otot merah, tebal, dan kuat serta
berfungsi untuk menghancurkan butir-butir makanan sebelum masuk ke dalam usus
halus. Gizzard merupakan organ yang berperan penting untuk menghancurkan
partikel-partikel makanan menjadi lebih kecil sehingga mudah untuk dicerna oleh
tubuh (Jumiati et al., 2017).
Unggas akan meningkatkan kemampuan metabolismenya untuk mencerna serat kasar
sehingga meningkatkan ukuran gizzard, hati, dan jantung (Hetland et al., 2005).
Ukuran gizzard mudah berubah tergantung pada jenis makanan yang biasa dimakan
oleh unggas tersebut. Berat gizzard dipengaruhi oleh kadar serat kasar ransum,
semakin tinggi kadar serat kasar ransum, maka aktifitas gizzard juga semakin tinggi,
sehingga beratnya juga semakin besar (Amrullah, 2003).
Menurut Akoso (1998), ukuran gizzard dipengaruhi oleh aktivitasnya. Persentase
gizzard akan menurun dengan bertambahnya bobot hidup (Crawley et al., 1980).
Bobot gizzard pada broiler umur 6 minggu sebesar 44,76 g atau 3,12% (Prilyana,
1984). Berdasarkan hasil penelitian Widianingsih (2008), bobot gizzard broiler yang
dipelihara pada kandang terbuka dengan litter sekam padi dan diberi ransum
komersial adalah 23,21±3,07 g, sedangkan persentase bobot gizzard sebesar
1,52±0,12% dari bobot tubuh.
17
b. Jantung
Ressang (1984) menyatakan bahwa jantung berfungsi sebagai pemompa darah dalam
sistem transportasi atau sirkulasi tubuh. Lebih lanjut Ressang (1984), menyatakan
ukuran jantung dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan aktivitas hewan. Brake et al.
(1993) menyatakan bahwa rata-rata bobot jantung broiler betina adalah 8,5 g atau
0,5% dari bobot hidup dan broiler jantan sebesar 10,6 g atau 0,6% dari bobot hidup
pada umur 42 hari. Menurut Putnam (1991), persentase bobot jantung broiler sekitar
0,42--0,70% dari bobot hidup.
c. Hati
Hati merupakan organ yang terdiri atas gelambir (lobi) yang besar, berwarna cokelat,
terletak pada kelengkungan duodenum dan lambung otot. Hati merupakan organ
yang berperan dalam sekresi empedu, metabolisme lemak, karbohidrat, zat besi,
fungsi detoksifikasi serta berperan dalam metabolisme dan penyerapan vitamin. Hati
terletak di antara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan terdiri atas dua lobus
besar yaitu lobus dexter dan lobus sinister yang terletak pada lengkungan duodenum
dan gizzard. Salah satu fungsi bilik hati adalah untuk mensekresikan cairan empedu
ke dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus
sebelah kanan (North dan Bell, 1990).
Putnam (1991) menyatakan bahwa bobot hati 1,70--2,80% dari bobot hidup dan
hanya dipengaruhi oleh umur. Crawley et al. (1980) menyatakan bahwa rata-rata
bobot hati broiler adalah 26,79 g atau 1,86% dari bobot hidup pada umur
18
6 minggu sedangkan Brake et al. (1993) menyatakan bahwa rata-rata bobot hati
broiler betina adalah 36,2 g atau 1,9% dari bobot hidup dan broiler jantan sebesar
36,9 g atau 1,9% dari bobot hidup pada umur 42 hari. Berdasarkan hasil penelitian
Widianingsih (2008), bobot hati broiler yang dipelihara pada kandang terbuka adalah
38,39±3,41 g, sedangkan persentase bobot hatinya sebesar 2,52±0,19%.
2.6 Closed House
Closed house merupakan kandang sistem tertutup yang dapat menjamin keamanan
biologis pada ayam seperti kontak dengan organisme menggunakan pengaturan
ventilasi yang baik sehingga suhu di dalam kandang menjadi lebih rendah di banding
suhu luar kandang, kelembapan, kecepatan angin dan cahaya yang masuk kedalam
kandang dapat diatur secara optimal sehingga tercipta kondisi yang nyaman bagi
ayam, hal ini akan dapat menghindari stres pada ayam secara berlebihan (Wurlina et
al., 2011). Prinsip closed house yaitu menyediakan udara yang sehat, membangun
kandang ayam dengan menyediakan udara yang sehat dengan sistem ventilasi yang
baik dan pergantian udara yang lancar yaitu menghadirkan udara yang sebanyak-
banyaknya mengandung oksigen dan mengeluarkan sesegera mungkin gas berbahaya
seperti karbondioksida dan amoniak (Wurlina et al., 2011).
Closed house merupakan suatu rancangan kandang ayam yang tidak terpengaruh
lingkungan dari luar kandang atau meminimalisasi gangguan dari luar. Sistem
kandang tertutup memiliki keunggulan yaitu memudahkan pengawasan, dapat diatur
19
suhu dan kelembabannya, memiliki pengaturan cahaya, dan mempunyai ventilasi
yang baik sehingga penyebaran penyakit mudah diatasi (Lacy, 2001).
Kandang tertutup merupakan kandang yang semua dinding kandangnya tertutup.
Sistem ventilasi atau pergerakan udaranya tergantung sepenuhnya oleh kipas yang
dipasang (Santoso dan Sudaryani, 2010). Sebagian besar kandang dibuat tertutup
dengan tembok, seng, atau layar, kecuali bagian ujung kandang untuk udara masuk
(inlet) dan bagian ujung kandang satunya untuk tempat kipas (outlet) (Fadillah,
2006).
Santoso dan Sudaryani (2010) menyatakan bahwa ventilasi merupakan jalan keluar
masuknya udara sehingga udara segar dari luar dapat masuk untuk menggantikan
udara yang kotor di dalam kandang. Menurut Santoso dan Sudaryani (2010), closed
house dengan ventilasi dinding kandang terbuka untuk mengalirkan udara segar dari
luar dan exhaust fan untuk mengeluarkan gas CO2 dan bau ammonia ke luar kandang.
Banyaknya exhaust fan yang digunakan tergantung dari volume bangunan kandang
dan bobot badan ayam dalam kandang tersebut. Sistem ventilasi bertekanan dalam
kandang closed house dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu tunnel ventilation
system dan cooling pad system (Fadillah, 2006).
Menurut North and Bell (1990), exhaust fan berfungsi sebagai pengeluar udara busuk
dari dalam kandang. Kebutuhan exhaust fan yang digunakan tergantung dari
kapasitas broiler, sekat pada bangunan kandang, suhu, umur, dan bobot badan
broiler. In let merupakan faktor yang memengaruhi tekanan negatif dalam kandang.
20
In let yang tidak tepat akan berpengaruh pada titik dimana tidak ada distribusi
pergantian udara. Udara segar dari luar masuk melalui in let, lalu udara panas, debu,
dan gas (CO2, CH4, NH3 dan H2S) dalam kandang ditarik keluar menggunakan
exhaust fan (Ansori, 2010).
Menurut Haris (2010), prinsip kerja exhaust fan yaitu menyedot udara dari dalam
kandang agar keluar. Kemampuan exhaust fan dalam menarik udara di dalam
kandang sangat penting untuk menjaga kandang dari gas-gas berbahaya serta untuk
menyediakan oksigen yang cukup. Lebih lanjut Santoso dan Sudaryani (2010)
menjelaskan bahwa kandang dengan ventilasi yang terkontrol seperti pada sistem
closed house memiliki keuntungan yang tidak dipengaruhi lingkungan luar kandang,
temperatur dan kelembaban kandang dikontrol sesuai dengan kebutuhan, kepadatan
kandang meningkat serta produktivitas dan pertumbuhan ayam meningkat.
21
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada April 2019--Mei 2019 selama 28 hari dengan 14 hari
perlakuan (14--28 hari), di PT. Charoen Pokphand (Kandang Bandara 2) yang terletak
di Dusun Bangun Sari, Desa Way Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung
Selatan.
3.2 Bahan Penelitian
a. Broiler
Broiler yang digunakan adalah DOC broiler strain Cobb dengan merek dagang CP
707 produksi PT. Charoen Pokphand Breeding Division sebanyak 360 ekor. Rata-
rata bobot awal broiler umur 14 hari sebesar 442,13 ±13,46 g/ekor, koefisien
keragaman sebesar 3,04%.
b. Ransum
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum broiler komersil dengan
kode pakan H00 untuk fase starter (1--13 hari) dan H11 untuk fase finisher (14 hari--
panen) oleh PT Chareon Pokphand Feedmill yang akan diberikan sesuai dengan
kebutuhan konsumsi ransum broiler Cobb - vantress selama 14 hari pemeliharaan
(14--28 hari). Kandungan nutrisi ransum H00 dan H11 yang diberikan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan nutrisi ransum H00 dan H11
Kandungan nutrisi H00 H11
Air (%) 6,56 6,24
Protein (%) 18,41 18,39
Lemak (%) 7,66 10,55
Serat kasar (%) 5,24 5,25
Abu (%) 1,68 5,56
EM (kkal/kg)* 3.612 3.613
Sumber: Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2019).
*Hasil perhitungan menggunakan rumus Balton (Siswohardjono, 1982)
EM = 40,81 {0,87[Protein kasar + 2,25 Lemak kasar + BETN] + 4,9}.
c. Air minum
Air minum yang digunakan pada penelitian ini berasal dari air sumur bor yang
diberikan secara adlibitum.
3.3 Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang closed house beserta
peralatan yang ada di dalamnya, antara lain:
1. babychick feeder untuk tempat ransum ayam umur 1--13 hari sebanyak 20 buah;
2. pan feeder untuk tempat ransum ayam umur 11--panen, sebanyak 20 buah;
3. nipple drinker untuk supply air minum ke ayam;
23
4. heater untuk pemanas ayam umur 1--13 hari;
5. timbangan kapasitas 5 kg ketelitian 1 g sebanyak 2 buah yang digunakan untuk
menimbang ransum dan broiler selama penelitian;
6. sekat dari kayu dan jaring untuk penyekat antar perlakuan;
7. thermohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan dalam kandang;
8. stetoskop untuk mengukur denyut jantung ;
9. thermometer rektal untuk mengukur suhu rektal;
10. alat kebersihan;
11. alat tulis untuk pengambilan data.
3.4 Rancangan Penelitian dan Analisis Data
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan, yaitu:
P1 : kepadatan kandang 15 ekor/m2
P2 : kepadatan kandang 17 ekor/m2
P3 : kepadatan kandang 19 ekor/m2
P4 : kepadatan kandang 21 ekor/m2
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima kali, sehingga total ayam yang
digunakan adalah 360 ekor. Data yang dihasilkan dianalisis dengan analisis ragam
(ANOVA). Apabila analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan terhadap
kepadatan kandang berpengaruh nyata pada taraf 5%, maka analisis dilanjutkan
dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1995).
24
3.5 Tata Letak Penelitian
Tata letak pada penelitian ini terdiri dari 20 petak dengan masing-masing perlakuan
terdiri atas 15, 17, 19, dan 21 ekor/m2
yang pada perlakuannya diulang sebanyak
lima kali. Pemisah antarpetak yaitu berupa bambu yang sudah dirangkai menjadi
sekat pembatas. Tata letak penelitian pemeliharaan broiler yang akan digunakan
dapat dilihat pada Gambar 2.
P4U3 P2U2 P1U2
P1U5 P4U4 P3U3
P3U4 P3U2 P2U1
P4U1 P1U1 P1U4
P3U5 P4U5 P4U2
P1U3 P2U3 P2U5
P2U4 P3U1
Gambar 2. Tata letak pemeliharaan broiler
3.6 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian diawali dengan pengambilan broiler umur 13 hari secara acak sebanyak
360 ekor, broiler ditimbang menggunakan timbangan digital kapasitas 5 kg untuk
mendapatkan bobot awal. Broiler diletakkan di 20 petak penelitian dengan masing-
masing kepadatan kandang 15, 17, 19, dan 21 ekor/m2.
25
Pemberian ransum diberikan secara ad libitum dengan menggunakan pan feeder yang
diberikan di sore hari pukul 16.00 WIB dan air minum yang digunakan dalam
penelitian ini berupa air sumur bor yang diberikan secara ad libitum dengan
menggunakan nipple drinker.
Setelah ayam berumur 28 hari broiler dipuasakan selama 6 jam lalu ditimbang bobot
hidupnya, tujuan dari pemuasaan selama 6 jam itu sendiri adalah untuk
mengosongkan saluran pencernaan agar karkas dan giblet tidak tercemar oleh feses
dan bakteri Salmonella serta mempermudah pengolahan karkas. Setiap petak diambil
sampel sebanyak 1 ekor dengan jumlah total sampel yang digunakan adalah 20 ekor.
Pemotongan dilakukan dengan metode Kosher yaitu dengan memotong vena
jugularis, arteri karotis, esofagus dan trachea.
Proses pemotongan dimulai setelah ayam ditimbang dan digantung pada alat
penyangga. Proses pengeluaran darah dilakukan selama 2 menit, kemudian ayam
dicelupkan ke dalam air hangat, antara suhu 50--80oC selama 45--90 detik (Kurtini et
al., 2014). Kemudian dilanjutkan dengan pembersihan bulu dan ayam sudah dalam
bentuk New York Dressed. New York Dressed yaitu ayam yang telah disembelih dan
telah dikeluarkan darah dan bersih dari bulu.
Proses selanjutnya adalah pengeluaran organ dalam dengan cara: 1) pemisahan
tembolok dan trakhea; 2) pembukaan rongga badan dengan membuat irisan dari
kloaka ke arah tulang dada, kloaka dan organ dikeluarkan; 3) pemisahan organ-organ
yaitu hati dan empedu, gizzard dan jantung, isi gizzard dan empedu dibuang; 4) paru-
26
paru, ginjal, testes atau ovarium dipisahkan; dan 5) kepala dan kaki dipisahkan.
Sampai pada tahap ini, ayam sudah dalam bentuk Ready to Cook. Ready to Cook
adalah ayam yang telah bersih dari bulu, darah, dan kosong dari jeroan serta tanpa
kaki dan kepala (Kurtini et al., 2014).
Proses terakhir adalah pemotongan bagian leher dan pemisahan giblet untuk
mendapatkan karkas ayam. Karkas adalah bagian tubuh ayam yang telah bersih dari
darah dan bulu, serta telah dipisahkan dari kepala, leher, kaki, dan jeroan.
Selanjutnya penimbangan bobot karkas dan giblet yang terdiri atas jantung, hati, dan
gizzard.
3.7 Peubah yang Diamati
a. Bobot hidup
Bobot hidup yang diamati merupakan bobot pada umur 28 hari. Bobot hidup (g/ekor)
adalah hasil penimbangan ayam setelah dipuasakan selama kurang lebih 6 jam
(Soeparno, 1994).
b. Bobot karkas
Bobot karkas yang diamati merupakan bobot pada umur 28 hari. Bobot karkas
(g/ekor) ditimbang berdasarkan ayam tanpa darah, bulu, kepala sampai batas pangkal
leher, kaki sampai batas lutut, dan organ dalam (Soeparno, 1994).
27
c. Bobot giblet
Bobot giblet yang diamati merupakan bobot pada umur 28 hari. Bobot giblet (g/ekor)
ditimbang berdasarkan bobot jantung, hati, dan gizzard yang telah bersih (Soeparno,
1994).
28
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa kepadatan
kandang broiler 15 ekor/m2, 17 ekor/m
2, 19 ekor/m
2, dan 21 ekor/m
2 di closed house
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan bobot giblet broiler.
5.2 Saran
Saran yang dianjurkan penulis berdasarkan penelitian ini adalah peternak dapat
menggunakan kepadatan kandang hingga kepadatan kandang 21 ekor/m2 di closed
house.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B.T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Alam, S. 2019. Broiler Closed House. Majalah Infovet.
http://www.majalahinfovet.com/2016/04/teampil-mengoperasikan-broiler-
closed.html?m=1 . Diakses pada 9 Juni 2019.
Amrullah, I.K. 2003. Beternak Ayam Broiler. Cetakan Pertama. Lembaga Satu
Gunung Budi. Bogor.
Anggorodi, R. 1990. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.
Penerbit UI Press. Jakarta.
Ansori. 2010. Kandang Closed House. Majalah Trobos. Edisi 121 Desember 2010.
Tahun ke-11. Jakarta.
Bahtiar, J. D., H. Sunaryo, dan M. F. Wadjdi,. 2016. Evaluasi penampilan produksi
ayam pedaging dengan kepadatan kandang yang berbeda di daerah Malang
Raya. Dinamika Rekasatwa 1(2): 1--5.
Bastari, N. A. 2012. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Bobot Hidup, Bobot
Karkas, Giblet, Lemak Abdominal Broiler di Semi Closed House. Skripsi.
Jurusan Peternakan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Brake, J., G. B. Havenstein, S. E. Scheideler, P. R. Ferket, and D. V. Rives. 1993.
Relationship of sex, age, and body weight to broiler carcass yield and offal
production. Poultry Sci. 72:1137--1145.
Cobb-vantress. 2018. Cobb500 Panduan Performan Broiler dan Nutrisi. Cobb.
Indonesia.
Crawley, S.W., P. R. Sloan, and K. K. Halei Jr. 1980. Yield and composition of
edible and inedible by product of broiler processed at 6, 7, and 8 weeks of age.
Poultry Sci. 59:2243.
Dewi. R.K., U. Atmomarsono, dan R. Muryani. 2018. Pengaruh pemeliharaan pada
kepadatan kandang yang berbeda terhadap produksi karkas pada ayam broiler.
Agromedia 36(2):31--38.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. 2017.
Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. http://ditjenpkh. pertanian.go.id.
Diakses pada senin 24 Juni 2019.
Estevez, I. 2007. Density allowances for broiler:where to set the limits?. Poult. Sci.
86:1265--1272.
Fadillah, R. 2006. Panduan Lengkap Sukses Beternak Ayam Broiler. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Han Y. and D. H, Baker. 1994. Digestible lysine requirement of male and female
broiler chicks during the period three to six weeks posthatching. Poultry Sci.
73:1739--1745.
Haris, S. 2010. Pentingnya Ventilasi pada Kandang Closed House. http:// www.
facebook. com/groups/13115467801/ doc / 10150635494586802/. Diakses pada
30 Maret 2019.
Haroen, U. 2003. Respon ayam broiler yang diberi tepung daun sengon (albizzia
falcataria) dalam ransum terhadap pertumbuhan dan hasil karkas. JIIP 6(1):34-
-41.
Hetland, H., B. Svihus, and M. Choctt. 2005. Role of insoluble fiber on gizzard
activity in layers. Poultry Res. 14: 38--46.
Houshmand, M., K. Azhar, I. Zulkifli, M. H. Bejo, dan A. Kamyab. 2012. Effects of
nonantibiotic feed additives on performance, immunity and intestinal
morphology of broilers fed different levels of protein. Afr. J. Anim. Sci. 42: 22-
-32.
Info Medion. 2019. Closed House, solusi peningkatan performa ayam.
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/39-tata-laksana/2305-closed-house-
solusi-peningkatan-performa-ayam. Diakses pada 9 Juni 2019.
Jumiati, S., Nuraini, dan R. Aka. 2017. Bobot potong, karkas, giblet, lemak
abdominal ayam broiler yang diberikan temulawak dalam pakan. JITRO 4(3):
11--19.
Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2014. Produksi Ternak Unggas. Buku Ajar.
Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung.
40
Lacy, P. M. 2001. Broiler Managemen: B. D. Donald, J.R. Weaver, dan D. William,
(Eds). Commercial Chicken Meat and Egg Production. Printed in the United
States of America.
Lara, L.J. and M.H. Rostagno. 2013. Impact of heat stress on poultry production. J.
Anim. 3:356--369.
Murni, M. C. 2009. Mengelola Kandang dan Peralatan Ayam Pedaging. Departemen
Peternakan. VEDCA. Cianjur.
North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th
Edition. Van Nostrand Rainhold. New York.
Nuriyasa, I. M. dan N. K. Astiningsih. 2002. Pengaruh Tingkat Kepadatan Ternak
dan Kecepatan Angin dalam Kandang terhadap Tabiat Makan Ayam Pedaging.
Majalah Ilmiah Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana. 3:99--
103.
Putnam, P. A. 1991. Handbook of Animal Science. Academic Press. San Diego.
PT. Chareon Pokphand Indonesia. 2006. Managemen broiler modern. Kiat-kiat
memperbaiki FCR. Technical Service dan Develpoment Departement, Jakarta.
PT. Romindo Primavetcom. 2005. Manajemen Pemeliharaan Layer. Technical
Department PT. Romindo Primavetcom. Jakarta.
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-25. Penebar Swadaya.
Jakarta.
2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, H. dan T. Sudaryani. 2010. Pembesaran Ayam Pedaging Hari Per Hari di
Kandang Panggung Terbuka. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiadi, D., K. Nova, dan S. Tantalo. 2013. Perbandingan bobot hidup, karkas, giblet,
dan lemak abdominal ayam jantan tipe medium dengan strain berbeda yang
diberi ransum komersial broiler. JIPT 1(2):1--7.
Siswohardjono, W. 1982. Beberapa Metoda Pengukuran Energi Metabolis Bahan
Makanan Ternak pada Itik. Makalah. Seminar Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
41
Smith, B.J. dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaam, Pembiakan, dan
Penggunaan Hewan Cobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
SNI. 2018. Pakan Ayam Ras Pedaging (Broiler Finisher). Nomor SNI 8173.3.
Soeparno. 1994. Pilihan Produksi Daging Sapi dan Teknologi Prosessing Daging
Unggas. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sulistyoningsih, M. 2005. Respon fisiologis ayam broiler periode starter akibat
cekaman temperatur dan awal pemberian pakan yang berbeda. Majalah Ilmiah
Lontar 19(3): 74--87.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan P. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tamalludin, F. 2014. Ayam Broiler, 22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Ke-4. Universitas Gadjah Mada Press.
Yogyakarta.
Waluyo, S dan M. Effendi. 2016. Beternak Ayam Broiler Tanpa Bau, Tanpa Vaksin
Hemat Biaya dengan Pakan Fermentasi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Widianingsih, M. N. 2008. Persentase Organ dalam Broiler yang Diberi Ransum
Crumble Berperekat Onggok, Bentonit dan Tapioka. Skripsi. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wilson, B. J. 1977. Growth curves: their analysis and use. In: K. N. Boorman and B.
J. Wilson (Eds). Growth and Poultry Meat Production. (Eds). British Poultry
Sci. Ltd. Scotland.
Wurlina, D.K. Meles, dan E. Paramyta. 2011. Peningkatan Usaha Peternakan Ayam
Potong dengan Teknologi Kandang Tertutup (Closed House Methode) di
Kabupaten Jombang Melalui Kegiatan Iptekda-LIPI.
Yao, J., X. Tian, H. Xi, J. Han, M. Xu and X. Wu. 2006. Effect of choice feeding on
performance, gastrointestinal development and feed utilization of broilers. J.
Anim. Sci. 19 : 91--96.
42
Zuidhof, M. J. R., H. McGovern, B. L. Schneider, J. J. R. Feddes, F. E. Robinson,
and D. R. Korver. 2004. Implications of preslaughter feeding cues for broiler
behavior and carcass quality livestock development division, pork, poultry and
dairy branch, alberta agriculture, food and rural development. Poultry Res.
13:335--341.
43
top related