laporan kerapatan bobot jenis

27
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN I PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS NAMA : AGUSTINA LOPANG NIM : H311 12 272 KELOMPOK : IV (EMPAT) HARI / TANGGAL PERCOBAAN : SELASA / 15 SEPTEMBER 2014 ASISTEN : ERWIN WIYANTO

Upload: aryanugrah-wibawa

Post on 20-Nov-2015

833 views

Category:

Documents


58 download

DESCRIPTION

Laporan Lengkap Kimia Fisika Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis

TRANSCRIPT

LAPORAN LENGKAPPRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PERCOBAAN I

PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

NAMA

: AGUSTINA LOPANGNIM

: H311 12 272KELOMPOK

: IV (EMPAT)HARI / TANGGAL PERCOBAAN: SELASA / 15 SEPTEMBER 2014ASISTEN

: ERWIN WIYANTO

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan di alam ini dipengaruhi oleh banyaknya zat-zat yang secara tidak langsung menjadi sahabat karib yang multi fungsi dalam kehidupan. Menurut sifat fisikanya, zat terbagi tiga yaitu padat, cair, dan gas. Ketiga zat ini mempunyai karakteristiknya masing-masing, yaitu padat yang memiliki sifat dapat mempertahankan bentuknya, cairan ditentukan oleh wadahnya, dan gas yang dapat menempati seluruh ruang tanpa membatasi bentuknya.

Ketiga zat tersebut memiliki perbedaan kerapatan dan bobot jenis. Adakalanya ditemukan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memperlihatkan adanya pengaruh faktor kerapatan dan bobot jenis terhadap tidak bercampurnya satu zat dengan zat lainnya melalui kejadian antara air dan minyak. Kedua zat tersebut tidak dapat menyatu dan membentuk dua fase campuran karena adanya perbedaan nilai bobot jenis yang besar. Namun, adakalanya satu zat dengan zat yang lainnya dapat bercampur walaupun memiliki perbedaan bobot jenis yang besar. Jadi, bercampurnya dua zat atau lebih menjadi satu fase juga dipengaruhi oleh faktor - faktor lain.

Kerapatan adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu dan pada volume tertentu dengan bobot air pada suhu 4 C dengan volume yang sama. Bobot jenis adalah perbandingan antara bobot zat pada volume tertentu dengan bobot air pada suhu tertentu dengan volume yang sama. Bobot jenis dapat juga disebut dengan gravitasi spesifik. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan aerometer, neraca Wesphalt, dan piknometer. Oleh karena itu berdasarkan teori ini, maka dilakukanlah percobaan ini untuk penentuan kerapatan dan bobot jenis beberapa zat.1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud PercobaanMaksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan menggunakan beberapa metode pengukuran.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis dari akuades, metanol, dan gliserol 10 % dengan menggunakan neraca Westphal dan piknometer.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah mengukur dan menghitung kerapatan dan bobot jenis beberapa zat yaitu akuades, gliserol 10 %, dan metanol dengan menggunakan neraca Westphal dan piknometer lalu membandingkannya dengan nilai kerapatan dan bobot jenis secara teori.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik pemadatan (Packing Characteristic). Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama. Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, dan hidrometer (Nugraha dan Priamsari, 2010).Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat yang tergantung yang pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, 1999).

Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur massa jenis zat cair dan tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran yang biasa tersedia dalam laboratorium kimia adalah piknometer dengan kapasitas 10 mL. Piknometer umumnya terbuat dari gelas dengan bentuk badan bulat silinder (Khamidinal, 2009).

Pengukuran massa jenis dilakukan dengan pertama kali menimbang massa piknometer kosong. Massa piknometer dicatat dalam lembar kertas. Kemudian piknometer diisi dengan zat cair yang akan diukur massa jenisnya sampai zat cair memenuhi botol piknometer. Setelah itu piknometer ditutup dengan menggunakan penutup piknometer yang tersedia. Piknometer yang telah berisi cairan penuh dan bertutup kemudian dihitung. Massa botol dan zat cair ditimbang kemudian massa jenis zat cair dihitung. Perlu diperhatikan bahwa di dalam botol piknometer harus dipastikan bahwa tidak ada gelembung udara. Pipa kapiler harus terisi secara penuh oleh zat cair yang akan diukur massa jenisnya (Khamidinal, 2009).

Massa 1000 cm3 air pada 4 oC dan tekanan atmosfer normal adalah hampir tepat (tetapi hanya sedikit sekali kurang dari) 1 kg. Kerapatan dari air di bawah keadaan ini adalah 1000 g / 1000 cm3. Karena volume berubah menurut suhu, sedangkan massa tetap. Kerapatan merupakan fungsi dari suhu. Pada 20 oC, kerapatan dari air adalah 0,998 g/cm3 (Petrucci, 1999).

Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air, maka benda akan tenggelam di dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka benda akan mengapung. Untuk benda-benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda yang tercelup ke dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda terhadap kerapatan cairan. Rasio kerapatan sebuah zat terhadap kerapatan air dinamakan berat jenis zat itu. Berat jenis merupakan bilangan tak berdimensi yang sama dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam gram per centimeter kubik (atau dalam kilometer per liter). Berta jenis suatu zat dapat diperoleh dengan membagi keraptannya dengan 103 kg/m3 (Tipler, 1998).

Walaupun kebanyakan zat padat dan cairan mengembang bila dipanaskan dan menyusut sedikit dipengaruhi oleh pertambahan tekanan eksternal, perubahan dalam volume ini relatif kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan zat padat dan cairan hampir tak bergantung pada temperatur dan tekanan. Sebaliknya, kerapatan gas sangat bergantung pada temperatur dan tekanan, sehingga temperatur dan tekanan harus dinyatakan bila memberikan kerapatan gas (Tipler, 1998).

Tekanan atmosfer (pada ketinggian dan suhu yang berbeda) dapat diukur dengan barometer, yang ditemukan oleh Torricelli, seorang mahasiswa Galileo.Sebuah barometer merkuri terdiri dari tabung terbalik merkuri yang disegel di bagian atasnya dan berdiri dengan ujung bawahnya dalam bak air raksa. Merkuri yang jatuh sampai tekanan itu diberikannya pada dasarnya sama dengan tekanan atmosfer. Dapat dihitung tekanan atmosfer dengan mengukur h tinggi merkurikolom dan menggunakan hubungan p = gh. Dimana (rho) adalah densitas massa (biasanya hanya "kerapatan"), massa sampel dibagi dengan volume yang ada: m/v. Dengan massa diukur dalam kilogram dan volume, kerapatandinyatakan dalam kilogram per meter kubik (kg m-3); Namun, juga sering dinyatakan kerapatan adalah massa dalam gram per sentimeter kubik (g cm-3) atau dapat pula dinyatakan gram per mililiter (g mL-1) (Atkins dan Paula, 2005).

Kerapatan sangatlah penting untuk diketahui karena sangat bayak digunakan untuk mengidentifikasi materi, mengikuti perubahan fisik, menunjukkan keseragaman antara spesies sampling yang berbeda dan menghitung berat kekuatan. Metode pengujian standar untuk grafitasi spesifik dan kerapatan dari material plastik dapat digunakan metode ASTM. Metode ASTM menggunakan teknik ganda blok (Bag dkk., 2003).

Metode uji ASTM menggambarkan kekuatan grafitasi dan kerapatan plastik padat dari spesifik berbagai bentuk seperti lembaran, batang, dan tabung. Massa spesimen dari padatan plastik di udara diukur kemudian direndam dalam cairan dan massa perendaman diukur. Kemudian grafitasi dan kerapatan dihitung (Bag dkk., 2003).

Kerapatan metil ester asam lemak sebagai fungsi temperatur dapat hanya diestimasi dengan hubungan empiris yaitu ( = a, t + b, yang dikembangkan oleh Junarthanan, (1996). Dimana t adalah suhu dalam derajat Celcius dan a dan b adalah konstanta tergantung komponen. Dilaporkan nilai-nilai konstanta untuk komponen murni biodiesel yaitu suhu berkisar antara 26,7 dan 110 oC. kerapatan campuran komponen (biodiesel) dapat diperkirakan dengan menggunakan aturan pencampuran sederhana yang linear yang ditunjukkan dalam persamaan (max = (ai t + bi) dimana xi merupakan fraksi mol komponen murni dalam campuran (Kimilu dkk., 2011).

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama yang dinyatakan dalam desimal. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu milliliter raksa berbobot 13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku, misalkan air, yang merupakan zat baku untuk sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25, artinya bobot gliserin 1,25 kali volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81, artinya bobot alkohol 0,81 kali bobot air yang setara (Ansel dan Prince, 2004).BAB IIIMETODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu akuades, gliserol 10 %, metanol, tissue roll, dan sabun cair.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu neraca Westphal, piknometer 25 mL, gelas ukur, neraca analitik, termometer 110 oC, gelas kimia 100 mL, dan pinset.

3.3 Prosedur percobaan

3.3.1 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca Westphal Neraca Westphal dirangkai dan diseimbangkan terlebih dahulu. Gelas ukur diisi dengan akuades sampai batas skala atas kemudian suhu akuades dicatat. Setelah itu, penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi akuades dan lengan neraca diatur sehingga penyelam kurang lebih 2 cm dari permukaan cairan. Anting-anting diletakkan pada skala lengan tunggal sehingga neraca Westphal setimbang, kemudian akuades ditentukan bobot jenisnya dengan melihat angka skala yang ditunjukkan oleh anting dari anting terbesar sampai anting terkecil. Penyelam dan gelas ukur kemudian dibersihkan dan dikeringkan. Prosedur yang sama dilakukan dengan mengganti akuades dengan giserol 10 % dan metanol. Sebelum diisi dengan sampel, gelas ukur dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi dari contoh sebelumnya.

Gambar 1. Neraca Westphal3.3.2 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Piknometer Mula-mula piknometer yang telah bersih dan kering ditimbang. Kemudian piknometer diisi dengan akuades sampai penuh kemudian ditutup dan suhunya dicatat. Dinding luar piknometer dikeringkan dengan menggunakan kertas tissue. Setelah itu, piknometer yang berisi akuades ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dan bobotnya dicatat. Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Prosedur yang sama dilakukan dengan mengganti akuades dengan gliserol 10 % dan metanol.

Gambar 2. PiknometerBAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel PengamatanTabel 1. Pengamatan neraca WestphaltNo.Nama ContohPembacaan SkalaSuhu (oC)Bobot Jenis

Anting IAnting IIAnting IIIAnting IV

1Akuades9753280,9753

2Gliserol 10 %9 dan 106429,91,0064

3Metanol 830028 0,8300

Tabel 2. Pengamatan piknometer

No.Nama ContohBobot (gram)SuhuBobot Jenis

Piknometer KosongPiknometer + ContohContoh(oC)

1Akuades19,125444,101124,9757281

2Gliserol 10 %19,125444,875225,749830,51,0310

3Metanol19,125440,508721,3833280,8562

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan untuk Neraca Westphalta. Akuades

Berat anting I= 9 x 0,1= 0,9Berat anting II = 7 x 0,01= 0,07Berat anting III= 5 x 0,001= 0,005Berat anting IV= 3 x 0,0001= 0,0003

= 0,9753 (28 C)

= 0,996232 g/cm3

= (28 C)

= 0,9753 0,996232 g/

= 0,9716 g/

b. Gliserol 10 %

Berat anting I= 9 x 0,1= 0,9= 1 x 0,1= 0,1

Berat anting II= 0 x 0,01= 0Berat anting III= 6 x 0,001= 0,006Berat anting IV= 4 x 0,0001= 0,0004

= 1,0064 ( 29,9 C)= 0,995676 g/

= ( 29,9 C)

= 1,0064 0,995676 g/

= 1,0020 g/

c. MetanolBerat anting I = 8 x 0,1= 0,8Berat anting II= 3 x 0,01 = 0,03Berat anting III= 0 x 0,001= 0

Berat anting IV= 0 x 0,0001= 0

= 0,8300 (28 C)

= 0,996232 g/

= (28 C)

= 0,8300 0,996232 g/ = 0,8269 g/4.2.2 Perhitungan Bobot Jenis untuk Piknometera. Akuades

Bobot piknometer + akuades= 44,1011 gramBobot piknometer kosong

= 19,1254 gramBobot akuades

= 24,9757 gram

( 28 C)

= 0,996232 g/cm3

= (28 C)

= 1,0000 0,996232 g/cm3= 0,9962 g/cm3b. Gliserol 10 %

Bobot piknometer + gliserol 10 %= 44,8752 gramBobot piknometer kosong

= 19,1254 gramBobot gliserol 10 %

= 25,7498 gram

( 30,5 C)= 0,995494 g/

= (30,5 C)

= 1,0310 0,995494 g/ = 1,0263 g/c. MetanolBobot piknometer + metanol= 40,5087 gramBobot piknometer kosong

= 19,1254 gramBobot metanol

= 21,3833 gram

(28 C)

= 0,996232 g/

= (28 C)

= 0,8562 0,996232 g/

= 0,8530 g/4.3 Pembahasan

Massa jenis adalah perbandingan antara massa suatu zat dengan volume air pada suhu tertentu, sedangkan bobot jenis adalah perbandingan antara bobot zat dengan volume tertentu dengan bobot air dengan volume yang sama pada suhu yang sama. Kerapatan memiliki dimensi yaitu M.L-3, sedangkan bobot jenis tidak. Seperti yang diketahui bahwa air pada suhu 0 oC sampai 4 oC memiliki sifat istimewa yang disebut anomali air. Pada rentang suhu ini, air memiliki densitas 1 g/cm3.

Bobot jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin tinggi atau besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda, dan zat berapapun massanya, berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.

Percobaan kali ini yaitu menentukan kerapatan dan bobot jenis dari akuades, gliserol 10 %, dan metanol dengan menggunakan dua alat yang tersedia di laboratorium yaitu neraca Westphal dan piknometer. Bahan yang digunakan adalah akuades, metanol, dan gliserol 10 %. Kedua alat ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada neraca Westphalt, penunjukan skalanya untuk pengukuran bobot jenis relatif lebih mudah namun kekurangannya yaitu pengukuran suhu pada alat dilakukan dengan sistem terbuka sehingga suhu zat jika diukur memungkinkan dapat terkontaminasi dengan suhu udara. Pada piknometer, pengukuran suhu pada alat dilakukan dengan sistem tertutup sehingga mengurangi kontaminasi suhu udara terhadap suhu zat jika diukur, namun penggunaan alat lebih rumit karena kondisi piknometer harus benar-benar kering dan bersih pada saat dilakukan penimbangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan neraca Westphalt adalah sebelum digunakan, neraca harus dikalibrasi terlebih dahulu dan pembacaan skala harus dalam kondisi benar-benar setimbang pada lengan neraca. Pada penggunaan piknometer, alat harus dalam kondisi kering tanpa titik-titik air sebelum ditimbang untuk pengukuran piknometer kosong, karena jika masih terdapat titik-titik air maka akan mempengaruhi bobot piknometer yang kosong. Selain itu, piknometer tidak boleh disentuh langsung dengan tangan karena tangan mengandung minyak. Sama halnya dengan titik air, minyak dari tangan akan mempengaruhi bobot piknometer yang kosong. Pada percobaan pertama, penentuan kerapatan dan bobot jenis zat menggunakan neraca Westphalt. Pada percobaan ini, setelah neraca Westphalt dirangkai, maka sebelum digunakan lengan timbangan harus diatur sedemikian rupa agar seimbang. Penyeimbangan lengan neraca dilakukan saat neraca telah siap digunakan, namun tanpa adanya sampel maupun anting pada lengan neraca. Hal ini dilakukan agar pada saat suatu sampel diukur dengan neraca ini, hasilnya dapat sesuai dengan bobot jenis sampel yang sebenarnya. Kemudian gelas ukur diisi dengan sampel hingga mencapai batas skala atas, diukur suhunya lalu dicatat suhu yang ditunjukkan. Setelah itu penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi sampel dan lengan neraca diatur sedemikian rupa hingga posisi penyelam kurang lebih 2 cm dari permukaan cairan. Anting-anting diletakkan pada skala lengan tunggal sedemikian rupa sehingga neraca Westphalt setimbang. Perlu diketahui bahwa masing masing anting memiliki berat yang berbeda yaitu: Anting I = 0,1 gram, Anting II = 0,01 gram, Anting III = 0,001 gram, dan Anting IV = 0,0001 gram.Setelah setimbang, dibaca skala yang tertera dari anting terbesar hingga anting terkecil. Isi gelas ukur dibuang, lalu dicuci dan diganti dengan sampel yang lain. Penyelam juga dicuci dan dikeringkan denga kertas tissue, hal ini bertujuan agar pada pengukuran dengan sampel lain tidak terkontaminasi dengan sampel sebelumnya.

Pada percobaan kedua, digunakan alat piknometer untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis zat. Hal yang pertama dilakukan adalah piknometer ditimbang dalam keadaan kering dan kosong. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari alat. Jadi, jika masih terdapat titik air di dalamnya, akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Kemudian piknometer diisi dengan sampel sampai tanda garis kemudian ditutup dan ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dan dicatat bobotnya. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan neraca Westphalt diperoleh bobot jenis akuades adalah 0,9753 dan kerapatannya pada suhu 28 oC adalah 0,9716 g/cm3, bobot jenis gliserol 10 % adalah 1,0064 dan kerapatannya pada suhu 29,9 oC adalah 1,0020 g/cm3, bobot jenis metanol adalah 0,8300 dan kerapatannya pada suhu 28 oC adalah 0,8269 g/cm3. Pada pengukuran dengan menggunakan piknometer, diperoleh bobot jenis akuades adalah 1,0000 dan kerapatannya pada suhu 28 oC adalah 0,9962 g/cm3, bobot jenis gliserol 10 % adalah 1,0310 dan kerapatannya pada suhu 30,5 oC adalah 1,0263 g/cm3, bobot jenis metanol adalah 0,8562 dan kerapatannya pada suhu 28 oC adalah 0,8530 g/cm3.

Menurut Snelling, kerapatan akuades adalah 0,996232 g/cm3 pada suhu 28 oC, dan menurut Bosart dan Snoddy (1927), kerapatan gliserol 10 % pada suhu 30 oC adalah 1,01905 g/cm3 dan kerapatan metanol pada suhu 28 oC adalah 0,8064 g/cm3. Perbedaan hasil percobaan dengan teori mungkin disebabkan oleh terjadinya kesalahan-kesalahan di dalam pengukuran, yaitu penggunaan neraca yang belum tepat seimbang sebelum digunakan, pembacaan skala yang kurang teliti, terkontaminasinya alat pengukuran dengan zat lain yang disebabkan oleh alat pengukur yang kurang bersih atau menguapnya sampel pada percobaan piknometer sebelum sampel itu ditimbang bersama piknometer. Selain itu faktor eksternal juga berpengaruh besar, dalam hal ini yang menjadi faktor eksternal yang lain yaitu suhu. BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengukuran menggunakan neraca Westphalt diperoleh hasil yaitu pada akuades memiliki kerapatan 0,9716 g/cm3 dan bobot jenis 0,9753 pada suhu 28 oC, gliserol 10 % memiliki kerapatan 1,0020 g/cm3 dan bobot jenis 1,0064 pada suhu 29,9 oC dan metanol memiliki kerapatan 0,8269 g/cm3 dan bobot jenis 0,8300 pada suhu 28 oC. Sedangkan dengan metode piknometer diperoleh hasil sebagai berikut: akuades memiliki kerapatan 0,9962 g/cm3 dan bobot jenis 1,0000 pada suhu 28 oC, gliserol 10 % memiliki kerapatan 1,0263 g/cm3 dan bobot jenis 1,0310 pada suhu 30,5 oC dan metanol memiliki kerapatan 0,8530 g/cm3 dan bobot jenis 0,8562 pada suhu 28 oC.

5.2 Saran

Laboratorium diharapkan menyediakan alat dan bahan dengan lengkap agar praktikum berjalan dengan baik. Laboratorium diharapkan memperbaiki sarana dan prasarana laboratorium, misalnya, saluran air yang rusak agar praktikum lebih berjalan lancar.

Saran untuk percobaan yaitu sebaiknya alat untuk mengukur kerapatan dan bobot jenis ditambah seperti penambahan aerometer, agar praktikum lebih banyak lagi mengetahui penggunaan bahan untuk mengukur kerapatan dan bobot jenis.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., dan Prince S. J., 2004, Kalkulasi Farmasetik, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Atkins, P., dan Paula, J. D., 2005, Physical Chemistry for The Life Science, Freeman, Oxford.

Bag, D. S., Nanda, B., Alam, S., Kandpat, L. D., dan Mathur G. N., 2003, Density Measurements of Plastics A Simple Standard Test Method, Indian Journal of Chemistry Technology, (online), 10; 561-563, (http://nopr.niscair.res.in, Diakses pada Tanggal 18 September 2014, Pukul 20.39 WITA)Khamidinal, 2009, Teknik Laboratorium Kimia, Pustaka Pelajar, Jogja.

Kemilu, R. K., Nyangaya, J. A., dan Onyari J. M., 2011, The Temperature and Blending on The Specific Grafity and Viscosity of JAtropha Methyl Esther, ARPN Journal Of Engineering and Applied Sciences, (online), 16; 97-81, (https://www.uonbi.ac, Diakses pada Tanggal 18 September 2014, Pukul 21.03 WITA).Nugraha, L. S. A., dan Priamsari, M. R., 2010, Fisika Farmasi, Akademi Farmasi Theresiana, Semarang.

Pettrucci, R. H., 1999, Kimia Dasar Prinsip Dasar dan Terapan Modern, Edisi Keenam, Jilid Pertama, diterjemahkan oleh Suminar Achmadi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tipler, P.A., 1998, Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi Ketiga, Jilid Pertama, diterjemahkan oleh Lea Prasetio dan Rahmad W. Adi, Erlangga, Jakarta.

+

+

+

_1476550397.unknown

_1476550526.unknown

_1476550363.unknown