pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan sukarela pada bank sumsel babel dengan word...
Post on 17-Jan-2017
633 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
1. Judul Penelitian
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP
PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SUMSEL BABEL
DENGAN WORD OF MOUTH SEBAGAI VARIABEL MODERASI
KOTA PAGARALAM
2. Latar Belakang
Tingkat operasional perbankan pada umumnya bukan merupakan
profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya
struktur aktiva produktif bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin
mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. Faktor lain
dari tidak sustainable-nya profitabilitas dan efisiensi adalah karena sebagian
pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta
rendahnya rasio aset per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan
Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain. Seperti halnya isu
perbankan yang mengonsentrasikan tingkat suku bunga dan pembentukan
lembaga penjamin simpanan sebagai kebijakan-kebijakan yang sementara. Risiko
yang muncul pun menjadi semakin ketat yang menambah persaingan industri
perbankan diharuskan mematuhi undang-undang tindak pidana perbankan dan
kepatuhannya dalam tindak efisiensi keterbukaan informasi perbankan.
Nurhaida dalam event annual report award (ARA) tahun 2015.
Penghargaan yang diberikan sesuai dengan perkembangan praktik good corporate
governance (GCG) menyatakan keikutsertaan berbagai perusahaan seperti Bank
Sumsel Babel dalam acara ini adalah bentuk kesediaan perusahaan untuk
memperoleh masukan atas kinerja perusahaan tersebut, juga sebagai media
komunikasi yang efektif kepada semua pihak terkait, termasuk memperlihatkan
prospek perusahaan ke depan. Dewan juri tidak hanya memberikan penilaian tapi
juga memberikan rekomendasi untuk ke depan yang lebih baik. Bank Sumsel
Babel mendapatkan penghargaan ARA untuk kategori badan usaha milik daerah
(BUMD) Non Listed, yang diterima langsung Direktur Utama Bank Sumsel
Babel, Muhammad Adil di Hotel Ritz Carllton Pacific Place Jakarta, 23
September 2015.
2
Harapannya dengan diadakan acara ini, maka akan dihasilkan perusahaan
yang bersih, menerapkan good corporate governance, dan meningkatkan
akuntabilitas serta transparansi untuk menghadapi masyarakat ekonomi
(association south east Asia of nations) ASEAN (MEA atau ASEAN economic
community (AEC)).
Banyak rekomendasi umum yang mendesain peningkatan akuntabilitas
dan transparansi seperti subsidi yang sangat besar dari negara, melalui bunga
obligasi rekap, sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat utang negara (SUN), dan
kebijakan ekonomi yang pro moneter. Kekeliruan teknis dalam mengatasi krisis
moneter seperti soal independensi dan besarnya kekuasaan Bank Indonesia.
Kebijakan dan panduan dari bank for international settlement (BIS) yang
cenderung diterima secara kurang kritis. Kontribusi perbankan yang belum berarti
bagi perekonomian nasional. Dan adanya kepemilikan asing yang semakin
dominan atas industri perbankan nasional yang membesarkan kesempatan
memperoleh surplus ekonomi.
Harapan yang diterima oleh Direktur Utama Bank Sumsel Babel
Muhammad Adil pada 29 September 2015 dihimbau kepada alasan-alasan yang
memerlukan industri perbankan lebih transparan, karena studi-studi sebelumnya
menyatakan bahwa pasar selalu bereaksi terlebih dahulu sebelum pengawas
bertindak yang mengindikasikan pencantuman bank pada daftar bank bermasalah
tidak menyebabkan timbulnya reaksi pasar signifikan. Harus ada suatu kebijakan
kepatuhan tertulis yang mengidentifikasi masalah utama risiko kepatuhan yang
dihadapi bank dan menjelaskan bagaimana bank bermaksud mengendalikannya.
Kerugian menjadi hal yang menjelaskan kualitas industri perbankan.
Berangkat dari krisis moneter 1997 dan kronologi kekeliruan-kekeliruan teknis
yang merencanakan kebijakan-kebijakan penyelamatan industri perbankan,
melatarbelakangi poin-poin penting seperti penerapan batas maksimum
kepemilikan saham bagi pemerintah daerah yang akan mendirikan atau
mengakuisisi bank 30% untuk masing-masing pemerintah daerah. Prinsip kehati
hatian dalam melaksanakan kegiatan structured product bagi bank umum.
3
Structured product adalah produk bank yang merupakan penggabungan
antara 2 (dua) atau lebih instrumen keuangan berupa instrumen keuangan non
derivatif atau derivatif dan paling kurang memiliki karakteristik. Berikut
karakteristik instrumen tersebut (a) nilai atau arus kas yang timbul dari produk
tersebut dikaitkan dengan satu atau kombinasi variabel dasar seperti suku bunga,
nilai tukar, komoditi dan ekuitas, dan (b) pola perubahan atas nilai atau arus kas
produk bersifat tidak reguler apabila dibandingkan dengan pola perubahan
variabel dasar sebagaimana dimaksud pada huruf [a] sehingga mengakibatkan
perubahan nilai atau arus kas tersebut tidak mencerminkan keseluruhan perubahan
pada dan dari variabel dasar secara linear (asymmetric payoff), yang antara lain
ditandai dengan keberadaan (a) optionality (caps, floors, callar, step up atau step
down, dan call atau put features), (b) leverage atau barriers (knock in atau knock
out), dan (c) binari (digital ranges). Kegiatan structured product adalah aktivitas
dan proses yang dilakukan sehubungan dengan perencanaan, pengembangan,
penerbitan, pemasaran, penawaran, penjualan, pelaksanan operasional, dan
penghentian aktivitas terkait dengan structured product. Upaya peningkatan
transparansi kondisi keuangan dan kinerja bank melalui publikasi atau pelaku
pasar. Untuk meningkatkan transparansi, bank perlu menyediakan informasi
kuantitatif dan kualitatif yang tepat waktu, akurat, relevan, dan memadai untuk
mempermudah pengguna informasi dalam menilai kondisi keuangan, kinerja,
profil risiko, dan penerapan manajemen risiko bank, serta aktivitas bisnis
termasuk penetapan tingkat suku bunga. Kewajiban menyediakan informasi
tertulis dalam Bahasa Indonesia secara lengkap dan jelas mengenai karakteristik
(termasuk risiko) setiap produk bank. Indikator selanjutnya yang tidak dapat
diabaikan guna mengetahui kondisi perbankan adalah skenario dana pihak ketiga.
Yang terjadi adalah efek domino karena nasib yang sama dalam kesulitan
likuiditas. Adanya indikasi praktik yang menuding pengawas bank.
4
Dalam menjalankan on site supervision memerlukan konfirmasi
kebenaran dan akurasi laporan yang disampaikan bank. Pemeriksaan tersebut
dilakukan berdasarkan identifikasi risiko yang dihasilkan dari proses diagnosis
data dan informasi bank dan difokuskan pada apakah terdapat perbaikan yang
signifikan terhadap kebijakan dan prosedur yang dilakukan dan penilaian
kewajaran penetapan kualitas kredit yang dilakukan oleh bank. Pemeriksaan juga
berguna untuk mendapatkan informasi lain yang susah atau tidak mungkin
diperoleh dari laporan off site. Seperti pengungkapan kepemilikan surat berharga
yang tidak memiliki bond rating dan shareholder agreement yang
memperlihatkan bukti-bukti otentik pemegang saham adalah pemilik misterius
mayoritas saham di bank tersebut pada praktik gelap pemegang saham pengendali
(PSP). Aspek-aspek sumber masalah seperti tidak hati-hatinya manajemen risiko,
campur tangan pemilik dalam operasional bank, kebijakan pemerintah, dan
adanya kesalahan penetapan strategi yang bermuara pada bank mengalami
kerugian. Sebuah bank dikatakan bermasalah atau mengalami kegagalan bila
sudah tidak mampu memenuhi kewajiban deposan dan kreditur. Sekali bank
gagal memenuhi kewajiban kepada deposan, reputasi bank tersebut akan
menerima perlakuan rush oleh nasabah. Muncul maturity gap yakni antara
kewajiban membayar dana nasabah dan hasil penempatan yang jatuh temponya
tidaklah sama. Memburuknya kualitas debitur menghasilkan pendekatan dan
penanganan menjadi berbeda dikarenakan faktor imbuhan yang disebutkan oleh
Bank Indonesia yakni faktor psikologi pasar yang berdampak ikut (:sistemik)
meruntuhkan bank-bank lainnya. Action plan yang secara tertulis memerintahkan
manajemen atau pemegang saham pengendali memenuhi kewajiban tindakan
perbaikan (mandatory supervisory actions), seperti mengganti dewan komisaris
atau dewan direksi bank, menghapus buku kredit yang tergolong macet, dan
memperhitungkan kerugian dengan modal bank, dan memerintahkan pemegang
saham pengendali kepada usaha menjual bank atau sebagian kerugian bank
kepada pihak lain. Kalau itu juga belum memadai, Bank Indonesia akan meminta
bank menjual harta yang dimiliki untuk menutup kerugian.
5
Bank juga dilarang untuk melakukan transaksi atau memberikan
kompensasi terhadap pihak terkait atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Pertumbuhan aset untuk sementara mesti dihindari dulu. Begitu juga
larangan bank untuk membayar pinjaman subordinasi. Perihal sistemik atau tidak
sebuah bank yang dinyatakan gagal oleh bank sentral memang masih menjadi
bahan yang bisa diperdebatkan dikarenakan tidak ada aturan baku yang mengatur
soal ini. Selama ini untuk mengukur sistemik atau tidaknya sebuah bank hanya
didasarkan pada penguasaan aset. Semakin besar aset sebuah bank akan semakin
tinggi pula potensi sistemik bank itu bila harus ditutup. Bank Indonesia
mengimbuhi satu aspek menganalisis bank gagal yakni faktor psikologis pasar
dikarenakan pengalaman krisis perbankan periode 1997-1998 yang sangat kental
unsur psikologi pasar. Psikologi pasar yang selanjutnya disebut sebagai aspek
kepercayaan publik menjelaskan suatu ukuran yang dipakai pada kemungkinan
terjadinya bank runs, munculnya rumor negatif di pasar, terjadinya pemindahan
dana ke bank atau aset keuangan yang berisiko lebih rendah. Wacana
memperhitungkan bank gagal sistemik semakin menyimpulkan hipotesa-hipotesa
sementara berupa ketidakpastian besarnya dampak. Dan analisa yang dilakukan
adalah membaca tren kondisi makro ekonomi dan kondisi sistem perbankan
dengan analisa yang merujuk memorandum of understanding (MoU) Uni Eropa.
Efek dari standar akuntansi memprediksi posisi lobi perusahaan sebagai
fungsi karakteristik atau ciri khusus perusahaan, seperti efek dari standar
akuntansi yang diajukan terhadap laba, keberadaan rencana kompensasi
manajemen, dan sensitivitas politis perusahaan. Sementara jenis kedua menguji
hubungan antara posisi dari otoritas penetap standar, dan pihak-pihak yang
menjadi objek atau target dari produk akuntansi standar tersebut, seperti
perusahaan, auditor, dan akademisi. Watts and Zimmerman (1978), mungkin
adalah peneliti pertama yang mencoba mencari jawaban terhadap faktor-faktor
yang menyebabkan adanya motivasi terjadinya lobi yang dilakukan oleh
perusahaan, dan menemukan bukti yang signifikan bahwa ukuran perusahaan
merupakan faktor utama yang menyebabkan munculnya upaya lobi terhadap
otoritas akuntansi standar (standard setting bodies) oleh manajer perusahaan.
6
Perusahaan besar (big company) yang dalam banyak hal mudah menjadi
sorotan publik (politically sensitive corporation) memiliki dorongan yang kuat
untuk melakukan lobi bilamana ada suatu peraturan akuntansi baru yang dapat
memengaruhi kinerja keuangannya dalam jangka panjang. Disamping itu,
perusahaan besar juga memiliki dorongan yang kuat untuk tidak terlalu
menonjolkan keuntungan (reported income) karena kekhawatiran munculnya
tudingan mendapatkan fasilitas khusus atau monopoli. Dalam kondisi anggaran
pemerintah belanja negara (APBN) defisit, pemerintah selaku otoritas badan
usaha milik negara (BUMN) memiliki wewenang untuk menempatkan BUMN
sebagai buffer bila mengalami kesulitan anggaran. Adakah suatu pendekatan
manajemen keuangan yang dapat meningkatkan nilai badan usaha milik daerah
(BUMD) sebagai perusahaan?. Berdasarkan kompleksitas untuk mengetahui
rasio-rasio keuangan yang memengaruhi efisien atau tidaknya sebuah bank dapat
dikemukakan seberapa besar pengaruh pendekatan perbandingan internal yang
kemudian ditranslasikan kepada kompleksitas seberapa besar pengaruh faktor-
faktor tersebut dalam mengantisipasi dampak krisis finansial yang terjadi.
Pendekatan aset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi finansial
sebagai pencipta kredit pinjaman (loans), dekat sekali dengan pendekatan
intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan dalam bentuk aset-aset.
Teori berusaha menjawab pertanyaan mengapa perusahaan ada dan
kenapa perusahaan diperlukan. Teori Ekonomi Neo Klasik (Neoclassical
Economics Theory) memandang perusahaan sebagai suatu 'kotak hitam';
perusahaan beroperasi untuk memenuhi suatu kondisi dimana rencana produksi
bervariasi sesuai dengan input dan harga output. Teori ini tidak menjelaskan lebih
jauh bagaimana mekanisme internal bekerja di dalam suatu perusahaan.
Neoclassical theory mengasumsikan bahwa suatu perusahaan bertindak untuk
memaksimalkan suatu fungsi dengan menggunakan sedikit variabel. Meskipun
hanya sedikit variabel yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan, terdapat
beberapa kelompok dalam perusahaan yang memiliki kepentingan berbeda dan
berbenturan.
7
Teori Ekonomi Neo Klasik tidak memberi penjelasan lebih jauh mengenai
bagaimana perbedaan dan benturan kepentingan di dalam perusahaan diselesaikan
atau dibawa ke tingkat ekuilibrium. Dalam dunia nyata, perusahaan tidak
memiliki informasi yang lengkap dan pasti karena pasar bersifat tidak sempurna.
Lebih jauh, teori Ekonomi Neo Klasik memfokuskan diri pada rancangan yang
optimal dari suatu organisasi pada suatu saat dan tidak memperhatikan aspek
dinamika suatu perusahaan, seperti reorganisasi. Reorganisasi pada umumnya
memiliki karakteristik berupa tawar menawar hubungan diantara pihak pihak yang
terkait dan penggunaan otoritas. Investor dan pemangku kepentingan lainnya
akan mengapresiasi informasi lengkap yang disajikan oleh perusahaan karena
akan menimbulkan perasaan aman pada seluruh pemegang saham ataupun
investor lainnya bahwa hak-hak mereka diperhatikan dan dilindungi. Begitu pula,
struktur modal yang memungkinkan pemegang saham tertentu memperoleh
pengendalian tidak proporsional dengan kepemilikan sahamnya harus
diungkapkan. Diperlukan kehati-hatian dalam menarik kesimpulan dari asosiasi
antara kinerja perusahaan dan mekanisme governance. Mengapa dan untuk apa
penilaian perusahaan? Tujuan dilakukannya penilaian bisnis (valuasi bisnis)
adalah disamping untuk melakukan aktivitas merger dan akuisisi, tetapi juga
untuk (a) divestasi ataupun penambahan ekuitas dari mitra baru dalam perusahaan,
(b) penjualan sebagian saham kepada publik. Dengan valuasi bisnis, pelaku bisnis
dapat mengetahui nilai wajar ekuitas suatu perusahaan untuk perolehan pendanaan
dan investor perlu mengukur berapa capital gain dari saham untuk menilai
perkembangan kekayaannya. Kemungkinan terjadinya pengambilalihan
perusahaan dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut (a) struktur dewan pengurus,
(b) kepemilikan saham, (c) mekanisme bertahan yang ada, (d) adanya anti
takeover charter, dan (e) kemampuan penawar untuk mengambil hak pemegang
saham minoritas.
8
Shivdasani (1993) memberikan bukti bahwa tambahan pengurus dari luar
perusahaan dan kepemilikan saham oleh pemegang saham mayoritas yang
terafiliasi menurunkan kemungkinan terjadinya pengambilalihan, sementara
kepemilikan saham oleh pemegang saham mayoritas yang tidak terafiliasi
meningkatkan kemungkinan terjadinya pengambilalihan secara paksa (hostile
takeover). Lange, Ramsay, and Woo (2000) menemukan bahwa perusahaan yang
memiliki kinerja buruk cenderung untuk menggunakan sarana melawan
pengambilalihan (anti takeover devices). Hal ini karena perusahaan yang
berkinerja baik kemungkinan kecil menjadi sasaran pengambilalihan, oleh karena
itu, dewan pengurusnya kemungkinan kecil akan mengimplementasi anti takeover
charter. Jensen and Ruback (1983) memberikan bukti bahwa pengambilalihan
menciptakan nilai. Pemegang saham perusahaan sasaran menerima hasil yang
positif dari pengambilalihan perusahaan, sementara perusahaan penawar dalam
merger tidak memperoleh hasil, dan penawar dalam penawaran tender
memperoleh hasil positif yang kecil. Stabilitas iklim investasi bergantung pada
penciptaan situasi dan kondisi yang mendukung perusahaan-perusahaan untuk
melakukan usahanya secara optimal. Untuk itu disadari perlunya suatu kesamaan
persepsi mengenai prinsip-prinsip yang penting dalam pengelolaan perusahaan
agar dapat beroperasi secara maksimal. Disamping interpretasi dan analisis yang
diungkap memiliki landasan dan pendekatan normatif yang menjadi kerangka
penerapan tersebut harus dikembangkan dengan mengantisipasi dampaknya
terhadap kinerja ekonomi, integritas pasar, dan insentif yang diberikannya kepada
para pelaku bisnis dan bertujuan melindungi kepentingan publik.
Teori pensinyalan (signaling theory) melandasi pengungkapan sukarela.
Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut
pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham, khususnya
kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Manajemen juga
berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas
kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan.
9
Teori signaling menunjukkan konsistensi yang besar terhadap adanya
pengungkapan yang luas, yaitu bahwasanya perusahaan yang tidak
mengungkapkan informasi dengan baik, berarti mengasingkan diri dari yang
memiliki kesan baik (Kiswara, 1999).
Karena peneliti mengungkapkan pelaporan bersifat sukarela (tidak
merupakan keharusan yang ditentukan oleh otoritas bursa saham), maka
pengungkapan ini dapat juga dilihat sebagai suatu sinyal dari manajemen kepada
para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal
positif).
Jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas yang dapat ditawarkan satu
pihak kepada pihak lain, yang bersifat intangible (tidak berwujud) dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu (Kotler, 2003: 444). Produksi jasa biasa
dihubungkan dengan produk fisik maupun non fisik. Jasa, dengan beberapa
karakteristiknya, yaitu intangibility (tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau
didengar sebelum dibeli), heterogenity (sifat jasa yang heterogen atau variatif
menyebabkan sulit distandarisasi), perishability of output (tidak dapat dibentuk
persediaan), dan simultaneousity of production and consumption or inseparability
(proses operasi bersamaan dengan proses konsumsi), menyebabkan pemasaran
jasa lebih kompleks dan lebih sulit dari pemasaran barang. Perkembangan jumlah
bank saat ini mengindikasikan tingkat persaingan antar merek yang tinggi, yang
didorong pula oleh variasi produk yang ditawarkan, promosi, inovasi, dan
kreativitas yang dikemas dalam strategi layanan kepada nasabah dengan harapan
nasabah akan semakin loyal terhadap merek tertentu. Bank harus secara strategis
menggunakan keberhasilan perbankan dalam merespon kondisi persaingan pada
semua area perusahaan dalam membangun dan menguatkan hubungan jangka
panjang dengan para nasabahnya. Bank harus benar-benar mengidentifikasi
nasabahnya dan menghasilkan produk-produk yang mampu meningkatkan
profitabilitas (eBizz Asia, 2004).
Strategi berorientasi membangun loyalitas, antara lain dilakukan dengan
membangun loyalitas, membangun hubungan (relationship) dengan pelanggan,
dan membangun kekuatan merek korporatnya.
10
Ada beragam alasan mengapa pelanggan, meskipun sangat puas tetap
berpindah merek lain, yaitu kualitas produk perusahaan, adanya kebutuhan baru
yang tidak atau belum dapat dipenuhi perusahaan, atau tersedianya daya tarik baru
yang ditawarkan oleh pesaing perusahaan. Untuk nasabah tabungan, mengajukan
indikator loyalitas perilaku nasabah meliputi jangka waktu keterikatan nasabah
dengan bank, besarnya dana terakumulasi bagi nasabah, penggunaan jasa lainnya
dari perbankan yang sama, dan rekomendasi pada kelompok lain (key
performance indicators bank swasta—Bank Indonesia, 2005). Yang menjadi
masalah adalah, walaupun pelayanan bank sudah dianggap berkualitas, namun
nasabah belum tentu loyal pada suatu bank. Kualitas layanan bank terkadang
tidak sejalan dengan tingkat loyalitas nasabah suatu bank. Dan loyalitas nasabah
bank hanya sebatas menyenangi merek (favourable) tanpa menghitung eksesif
yang melakukan kecurangan dan kejahatan bank. Oleh sebab itu benarkah
pendekatan customer focus dengan translasi customer lifecycle menyelesaikan
kinerja manajemen yang memerlukan pengetahuan profil nasabahnya, terutama
nasabah yang loyal, nasabah yang sering melakukan migrasi dari satu bank ke
bank lain, dan nasabah yang berhasil diambil alih atau takeover, agar perusahaan
mampu menetapkan strategi baru dalam mempertahankan maupun mengakuisisi
nasabah bank lain.
3. Rumusan Masalah
3.1. Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan kondisi dimana suatu pihak memiliki
informasi yang tidak diketahui pihak lain sehingga beberapa konsekuensi tertentu
hanya akan diketahui oleh suatu pihak tanpa diketahui pihak lain yang juga
memerlukan informasi tersebut. Ketika timbul asimetri informasi, keputusan
pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat memengaruhi harga saham sebab
asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang
kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang
diharapkan dalam pasar untuk saham-saham perusahaan (Komalasari, 2000).
11
3.2. Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan diklasifikasi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu
(a) struktur perusahaan yang terdiri dari variabel ukuran perusahaan dan leverage,
(b) kinerja perusahaan yang tercermin dalam profitabilitas dan likuiditas, dan (c)
pasar perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik (KAP) dan umur
listing.
3.3. Opini Audit Going Concern
Definisi opini audit going concern yang dipakai menurut pernyataan
standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 8 dan 30, adalah opini modifikasi
yang dalam pertimbangan auditor terdapat kesangsian terhadap kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Kriteria opini audit going concern terdapat pada qualified with explanatory
language, qualified opinion, adverse opinion, dan disclaimer opinion. Sedangkan
non opini audit going concern terdapat pada unqualified opinion. Going concern
merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi
secara material skala usahanya (standar akuntansi keuangan (SAK) nomor 29).
Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi
dalam jangka waktu pendek.
3.4. Pendekatan Aset
Deposito sebagai input, variabel harga input, adalah sebagai berikut (a) P1
(price of labour), yaitu beban personalia dibagi total aktiva, (b) P2 (biaya bunga—
price of funds), yaitu beban bunga dibagi dengan total aktiva, dan (c) P3 (biaya
modal fisik—price of physical capital), yaitu beban lainnya dibagi dengan aktiva
tetap. Variabel kuantitas output meliputi:
1) Q1 (batas maksimum pemberian kredit), yaitu kredit yang diberikan pihak
terkait dengan bank,
12
2) Q2 (pembiayaan publik—public loans), yaitu kredit yang diberikan pihak
lainnya, dan
3) Q3 (sekuritas—securities), yaitu surat-surat berharga yang dimiliki
perusahaan. Sumber data dari variabel input dan output tersebut berasal
dari laporan laba rugi dan neraca keuangan publikasi.
Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 26, biaya
pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung oleh suatu
perusahaan sehubungan dengan peminjaman dana.
Aktiva tertentu yang memenuhi syarat (qualifying assets), adalah suatu
aktiva yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap untuk dipergunakan
atau dijual sesuai dengan tujuannya. Biaya pinjaman meliputi (a) bunga atas
penggunaan dana pinjaman baik pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang,
(b) amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman (borrowings),
(c) amortisasi atas biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya
konsultan, ahli hukum, commitment fee dan sebagainya, dan (d) selisih kurs atas
pinjaman dalam valuta asing (sepanjang bunga) atau amortisasi premi kontrak
valuta berjangka dalam rangka hedging dana yang dipinjam dalam valuta asing.
Tingkat efisiensi dianalisis dari output yang diproksi dari tingkat
perolehan laba setelah pajak, pinjaman subordinasi, dan tingkat suku bunga Bank
Indonesia, sedangkan input diproksi dari aktiva, modal, hutang jangka pendek,
hutang jangka panjang, beban pajak penghasilan, dan modal intelektual serta
jumlah sumber daya manusia.
3.5. Pendekatan Normatif
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan asumsi untuk
memproyeksi pengalaman historis. Asumsi dan estimasi yang digunakan dalam
penyusunan harus disetujui oleh pihak yang memiliki kewenangan, didokumentasi
dengan baik, dan dievaluasi secara berkala atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Evaluasi dilakukan dengan peraturan Bapepam-LK nomor X.K.6:
kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik.
13
3.6. Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan yang melebihi pengungkapan wajib (mandatory
disclosure) yang diatur oleh pemerintah dan menggambarkan keputusan
pengungkapan informasi tambahan secara bebas oleh manajer (voluntary
disclosure). Pengungkapan sukarela yang dilakukan suatu perusahaan berbeda
dengan pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan lain. Salah satu
penyebab perbedaan ini adalah perbedaan karakteristik setiap perusahaan.
3.7. Probity and Legality Accountability
Hal ini menyangkut pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai dengan
anggaran yang telah disetujui dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (compliance).
Pelaporan keuangan pemerintah pada umumnya hanya menekankan pada
pertanggungjawaban apakah sumber daya yang diperoleh sudah digunakan sesuai
dengan anggaran atau perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian
pelaporan keuangan yang ada hanya memaparkan informasi yang berkaitan
dengan sumber pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi
keuangan pemerintah saat itu. Jika hal ini dikaitkan dengan perspektif fungsional
akuntabilitas, maka baru tahap probity and legality accountability (compliance)
yang dipenuhi. Hal ini disebabkan karena sebenarnya dalam kinerja pemerintah
tidak pernah ada net profit. Kewajiban pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan
menyampaikan informasi yang relevan sehubungan dengan hasil dari program
yang dilaksanakan kepada wakil rakyat dan juga kelompok-kelompok masyarakat
yang memang ingin menilai kinerja pemerintah.
14
3.8. Rasio Keuangan
3.8.1. Rasio Likuiditas
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank memiliki aset lancar (cash
assets) sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya, bank
memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya tetapi
mempunyai aset atau aktiva lain yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa
mengalami penurunan nilai pasarnya, dan bank mempunyai kemampuan untuk
menciptakan cash assets baru melalui berbagai bentuk hutang. Rasio-rasio yang
dapat diukur, yaitu quick ratio, banking ratio, dan assets to loan ratio.
3.8.2. Rasio Rentabilitas Bank
Rasio rentabilitas bank digunakan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan untuk mengukur tingkat
efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan.
Rasio-rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat rentabilitas bank
adalah (a) net profit margin dan (b) return on equity capital.
3.8.3. Rasio Solvabilitas atau Permodalan
Rasio solvabilitas digunakan untuk ukuran kemampuan bank tersebut
menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, sumber dana yang
diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu karena
sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang, penjualan aset yang tidak
dipakai dan lain-lain. Rasio-rasio untuk mengukur tingkat solvabilitas atau
permodalan adalah (a) primary ratio dan (b) capital adequacy ratio.
3.8.4. Rasio Risiko Usaha Bank
Rasio untuk mengukur risiko usaha bank adalah (a) credit risk ratio dan
(b) deposit risk ratio.
15
3.9. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam
menggunakan harta yang dimilikinya. Efektivitas dinilai dengan menghubungkan
laba bersih yang didefinisikan dalam berbagai rasio terhadap aktiva.
Analisis profitabilitas menekankan pada kemampuan perusahaan dalam
mendayagunakan kekayaan yang ada untuk menghasilkan laba selang periode
tertentu yang diukur melalui rasio-rasio profitabilitas. Proksi lain yang digunakan
adalah gross profit margin, net profit margin, return on investment (ROI), return
on equity, dan earning power. Rasio profitabilitas terdiri atas profit margin, basic
earning power, return on assets (ROA), dan return on equity (ROE).
3.10. Service Recovery
Service recovery atau pemulihan jasa sebagai istilah dari usaha-usaha
sistematis yang dilakukan perusahaan untuk mengoreksi permasalahan yang
disebabkan service failure atau kegagalan jasa dan untuk mempertahankan
pelanggan.
Service recovery sebagai tindakan, pemikiran, rencana, dan proses untuk
memperbaiki pelayanan bila terjadi kesalahan atau kekecewaan sehingga
pelanggan menjadi puas (Cunha, Rego, and Kamoche, 2009). Terdapat 3 (tiga)
dimensi keadilan yang diharapkan oleh pelanggan dalam proses service recovery,
yaitu (a) distributive justice, (b) procedural justice, dan (c) interactional justice.
3.11. Word of Mouth
Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth (WOM)
communication), pada dasarnya adalah pesan tentang produk atau jasa suatu
perusahaan, ataupun tentang perusahaan itu sendiri, dalam bentuk komentar
tentang kinerja produk, keramahan, kejujuran, kecepatan pelayanan dan hal
lainnya yang dirasakan dan dialami oleh seseorang yang disampaikan kepada
orang lain.
.
16
Diversifikasi dan diferensiasi produk serta jasa bank merupakan ciri yang
umum. Artinya adalah, bank cenderung memilih untuk melakukan diversifikasi
dan diferensiasi produk dan jasa (arm’s length basis) yang begitu tinggi. Strategi
tersebut cenderung mempercepat evolusi perbankan menjadi financial
supermarket, dimana sebuah institusi keuangan menyediakan berbagai macam
produk dan jasa yang sifatnya spesifik dan tailored made (serba memaksa).
Praktek diversifikasi dan diferensiasi tersebut cenderung mengarah kepada
peningkatan switching cost yang dibebankan kepada konsumen. Intinya adalah
dengan menawarkan variasi produk dan jasa, diharapkan permintaan menjadi
kurang elastis sekaligus meningkatkan biaya bagi konsumen untuk beralih ke
bank lain (switching cost).
Behavioral intentions adalah hasil dari proses kepuasan (Anderson and
Mittal, 2000). Hal ini berarti bahwa 7 (tujuh) tindakan recovery merupakan
penentu terjadinya behavioral intentions yang berupa word of mouth, niat beli
(purchase intentions), dan perilaku komplain (complaining behavior). Service
failure terdiri atas dimensi-dimensi berikut ini (a) prosedur perbankan, (b)
kesalahan-kesalahan aktivitas bank, (c) perilaku dan training karyawan, dan (d)
kesalahan-kesalahan fungsional atau teknikal, segala sesuatu yang dilakukan
maupun tidak dilakukan oleh bank yang bertentangan dengan etika perdagangan
yang fair secara signifikan berpengaruh negatif terhadap behavioral intentions.
Dalam layanan perbankan terdapat kemungkinan terjadi kegagalan layanan
sehubungan berbagai aspek layanan. Kegagalan ini berpengaruh negatif terhadap
behavioral intentions. Artinya, jika nasabah mengalami ketidakpuasan dalam
layanan akan menurunkan niat keperilakuan yang ditunjukkan oleh perilaku
negatif dalam komunikasi dari mulut ke mulut, niat beli, dan perilaku komplain
(keluhan). Jika ini terjadi maka akan berakibat buruk bagi pihak bank. Maka, jika
terjadi service failure bank harus melakukan strategi recovery yang tepat.
Service recovery terdiri atas 7 (tujuh) indikator sebagai berikut (a)
koreksi, (b) perlakuan khusus, (c) penjelasan, (d) permohonan maaf, (e)
menyampaikan keluhan pelanggan kepada atasan, (f) pemberian kompensasi, dan
(g) tidak melakukan apapun, berpengaruh positif terhadap behavioral intentions.
17
Maka pencapaian sasaran dalam perumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah asimetri informasi berpengaruh positif terhadap karakteristik Bank
Sumsel Babel?,
2) Apakah asimetri informasi berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela Bank Sumsel Babel?,
3) Apakah risiko usaha bank berpengaruh positif terhadap karakteristik Bank
Sumsel Babel?,
4) Apakah risiko usaha bank berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela Bank Sumsel Babel?,
5) Apakah word of mouth memoderasi positif karakteristik Bank Sumsel
Babel?,
6) Apakah word of mouth memoderasi positif pengungkapan sukarela Bank
Sumsel Babel?,
7) Apakah service recovery berpengaruh terhadap word of mouth Bank
Sumsel Babel?,
8) Apakah karakteristik perusahaan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan sukarela Bank Sumsel Babel?,
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
4.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan regionalisasi variabel yang teridentifikasi dan kurikulum
berbasis kompetensi yang membutuhkan kuantifikasi maka tujuan penelitian ini
disebutkan dalam beberapa persepsi sebagai berikut:
1) Pengukuran risiko dari hasil investasi yang dilakukan terhadap produk
produk perbankan Bank Sumsel Babel,
2) Memperoleh hak keterbukaan informasi yang mengungkapkan informasi
yang diwajibkan badan pengawas pasar modal (Bapepam) dan informasi
tambahan oleh Bank Sumsel Babel sebagai pengambilan keputusan,
3) Mengukur pengaruh loyalitas premium dimana nasabah merasa bangga
menemukan dan menggunakan produk tertentu dari Bank Sumsel Babel,
dan akan membagi pengetahuannya pada rekan dan keluarga,
18
4) Mengetahui kontribusi Bank Sumsel Babel terhadap kerugian yang
dialami ketika timbul asimetri informasi,
5) Mengetahui fungsi intermediasi Bank Sumsel Babel dari persepsi
tabungan,
6) Mempelajari alasan-alasan perusahaan-perusahaan milik pemerintah
daerah melakukan merger dan akuisisi.
7) Mempelajari isu perbankan yakni apakah Bank Sumsel Babel mengalami
situasi persaingan monopoli atau oligopoli kolusif.
8) Mempelajari status BUMD Bank Sumsel Babel dalam kinerja pemerintah
daerah yang tidak pernah ada net profit.
4.2. Manfaat Penelitian
Ritter and Welch (2002) mendokumentasikan pertanyaan dalam aktivitas
internal public offering (IPO) yakni mengapa perusahaan melakukan go public.
Bahwa perusahaan go public dikarenakan keinginan untuk mendapatkan dana
modal saham bagi perusahaan dan juga menciptakan sebuah pasar publik dimana
pendiri dan pemilik saham lainnya dapat menukar beberapa saham kekayaannya
kedalam bentuk tunai di masa mendatang.
Penggunaan simpanan masyarakat menjadi insentif bagi manajer dan
pemegang saham untuk bekerja lebih hati-hati guna menghindari ancaman risiko
kebangkrutan. Dana masyarakat akan mendorong manajer untuk menyerahkan
arus kas bebas kepada pemegang saham untuk selanjutnya digunakan untuk
membayar kembali kewajiban atau untuk keperluan reinvestasi, bahkan utang
tersebut dapat mengurangi insentif konsumsi tambahan yang berlebihan.
Dengan dana masyarakat atau utang, pihak bank akan dimonitor oleh
deposan, sehingga bank akan bekerja hati-hati. Hal ini mengindikasikan bahwa
pembatasan simpanan sangat diperlukan agar disiplin pasar berlaku di suatu
negara.
19
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka kebijakan riset dirumuskan
kepada manfaat-manfaat ilmiah dan praktis berikut ini:
1) Manfaat Ilmiah:
Status tidak go public terkait sistem, hukum, dan ketentuan kelembagaan
menjadikan Bank Sumsel Babel sebagai kajian permasalahan hukum yang
mungkin timbul dari pengaturan kepailitan bank yang berbeda-beda,
khususnya adalah tidak dapat dilaksanakannya suatu putusan kepailitan
dari pengadilan suatu negara atas kepailitan bank yang mempunyai
kreditur dan aset di luar negara tersebut dikarenakan tidak diakuinya
putusan kepailitan bank tersebut oleh negara lainnya. Harmonisasi hukum
khususnya terkait dengan pengaturan cross border insolvency.
Harmonisasi ketentuan insolvency dan kepailitan bank tersebut merupakan
salah satu infrastruktur penunjang yang diperlukan apabila nantinya
disepakati akan beroperasi qualified ASEAN banks secara lintas batas di
kawasan ASEAN dan akan melengkapi infrastruktur lain yang diperlukan
seperti cross border bank supervision dan cross border bank resolution.
2) Manfaat Praktis:
Memberikan kajian bagi deposan dalam pengambilan keputusan
menghukumi perbankan, khususnya Bank Sumsel Babel melalui persepsi
pendekatan aset sebagai konsekuensi dari perbankan yang mengambil
risiko tinggi dengan cara melakukan migrasi atau menarik dananya.
5. Studi Pustaka
5.1. Landasan Teori
Dalam kerangka asimetri informasi yang terjadi antara kepemilikan dan
agen mengungkapkan bahwa sinyal dari perusahaan merupakan hal krusial yang
harus diperhatikan agar perusahaan berhasil memperoleh atau mempertahankan
sumber daya ekonomi. Secara umum model pensinyalan didasarkan pada 3 (tiga)
asumsi. Pertama, sinyal haruslah berbiaya, jika tidak berbiaya, maka sinyal
tersebut tidak memiliki kredibilitas.
20
Para akademisi mengasumsikan bahwa manajer akan melakukan
kebohongan jika tidak terdapat konsekuensi atas pemberian sinyal yang salah.
Kedua, jika sinyal tersebut berbiaya, pasti terdapat manfaat lebih yang dapat
diperoleh dari sinyal tersebut. Manfaat ini tidak terlihat secara kasat mata seperti
yang dibayangkan, bahwa informasi secara berkelanjutan akan dicerminkan oleh
harga ekuitas, tidak terbatas informasi ini merupakan sinyal yang berasal dari
manajer atau bukan. Ketiga, seluruh model pensinyalan mengasumsikan bahwa
pasar adalah efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong efficient), atau pada
kondisi ekuilibrium, sinyal secara utuh mengungkapkan informasi mengenai
manajer. Keenan and Aggestam (2001) membuktikan bahwa tanggung jawab
prudent investment atas intellectual capital tergantung pada tujuan dan
karakteristik perusahaan, dan terletak pada corporate governance.
Dalam penelitian ini akan digunakan 3 (tiga) faktor utama dari
karakteristik spesifik bank yakni (a) return on assets, mencerminkan kemampuan
manajemen bank untuk menghasilkan keuntungan dari aset bank, (b) net profit
margin, digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan net
income ditinjau dari sudut pandang operating income, dan (c) rasio likuiditas,
adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang diukur
dengan menggunakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar,
dengan kata lain likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek baik kewajiban
kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan.
Laporan keuangan dipilih karena 2 (dua) alasan, pertama, karena laporan
keuangan dipertimbangkan sebagai sumber penting atas informasi perusahaan
oleh external user, yang meliputi pemegang saham. Kedua, tingkat
pengungkapan dalam laporan keuangan berhubungan secara positif dengan jumlah
informasi yang dikomunikasikan ke pasar dan stakeholder (Bozzolan, et al.,
2003). Bahwa perusahaan dengan kinerja yang tinggi menggunakan informasi
keuangan untuk mengirim sinyal kepada pasar.
Sedangkan pada rasio risiko usaha bank peneliti menggunakan dimensi
dimensi berikut ini (a) rasio risiko kredit (credit risk ratio), untuk mengukur risiko
21
gagalnya pengembalian kredit yang mengalami kemacetan dan (b) rasio risiko
deposito (deposit risk ratio), merupakan risiko yang menunjukkan kemungkinan
kegagalan bank didalam memenuhi kewajiban kepada para deposannya diukur
dengan jumlah permodalan yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Teori
Pensinyalan secara konsisten berhubungan dengan masalah pengungkapan,
dimana apabila perusahaan mengungkapkan kerugian (bad news) maka pasar akan
memberikan reaksi yang negatif dan hal ini konsisten dengan hipotesis pasar
efisien. Perusahaan berupaya memberikan informasi sebaik mungkin untuk
memperoleh tanggapan positif dari pemegang otoritas pemerintahan, bahwa
perusahaan telah memindahkan aset mereka melalui mekanisme pajak, retribusi,
dan social responsibility lainnya.
Luas atau sempitnya suatu pengungkapan merupakan pilihan dari
perusahaan. Ketika perusahaan tidak mengungkapkan informasi yang cukup,
maka informasi yang diserap oleh pasar hanya sedikit sehingga dapat
menyebabkan kegagalan pasar. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah
membentuk suatu badan regulasi yang menjadi otoritas pengungkapan, yaitu
badan pengawas pasar modal. Jenis pengungkapan yang diwajibkan oleh badan
pengawas pasar modal disebut pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
Informasi yang termasuk pengungkapan wajib dapat dilihat dalam keputusan
ketua Bapepam-LK nomor: Kep-134/BL/2006. Selain mengungkapkan informasi
yang diwajibkan, beberapa perusahaan mengungkapkan informasi tambahan yang
dianggap relevan untuk pengambilan keputusan bagi pemegang saham.
Dimensi-dimensi yang digunakan oleh peneliti pada analisis
pengungkapan sukarela, adalah sebagai berikut:
1) Nilai Beban Personalia (price of labour):
Nilai kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diperoleh
wajib pajak objek pajak (WPOP) dalam negeri yang wajib dilakukan oleh
pemberi penghasilan (beban pajak penghasilan),
22
2) Nilai Biaya Pinjaman (price of funds):
Nilai biaya yang harus dibayar oleh perusahaan atas pinjaman yang
diperoleh, besarnya biaya pinjaman biasanya dapat diukur dari tingkat
bunga pinjaman (interest rate),
3) Nilai Beban Modal Fisik (price of physical capital):
Nilai biaya yang terdiri dari jumlah karyawan, jumlah kantor cabang, dan
jumlah anjungan tunai mandiri (ATM),
4) Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK):
Persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap
modal bank dan pihak terkait adalah peminjam atau kelompok peminjam
yang mempunyai keterkaitan dengan bank sebagaimana dimaksud dalam
peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 8/13/PBI/2006 (jumlah liabilitas),
5) Pembiayaan Publik (public loans):
Jumlah kredit yang diberikan kepada pihak lainnya (loan to deposit ratio
(LDR)), dan
6) Aktiva Produktif (securities):
Penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk
kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi,
tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali
(reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan transaksi
rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya (PBI nomor
7/2/PBI/2005 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum).
Setiap organisasi jasa berusaha supaya tidak terjadi service failure dengan
tujuan untuk menghemat biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki service
failure tersebut. McCullough (2000) menyatakan bahwa layanan yang bebas dari
kesalahan (failure free service) lebih diinginkan daripada perbaikan yang
sempurna (excellent recovery). Namun berbagai situasi dan kondisi menyebabkan
setiap elemen organisasi tidak bisa mengelak dari terjadinya service failure.
Dengan demikian organisasi harus melakukan recovery supaya dapat
mempertahankan pelanggan.
23
Multi dimensi behavioral intention memasukkan komunikasi dari mulut
ke mulut (word of mouth (WOM) communications) dalam penelitian. Dalam
model tersebut menyatakan bahwa jika layanan yang diterima pelanggan
berkualitas tinggi, maka behavioral intention akan menguntungkan bagi
perusahaan, dengan cara memperkuat hubungan pelanggan dengan organisasi.
Sebaliknya, jika kualitas layanan dinilai rendah oleh pelanggan maka hubungan
pelanggan tersebut dengan organisasi akan memburuk. Behavioral intention juga
merupakan indikator yang menunjukkan apakah pelanggan akan bertahan atau
akan meninggalkan organisasi. Yang menguntungkan ditunjukkan oleh tindakan
pelanggan untuk mengatakan hal-hal positif dan merekomendasi layanan pada
orang lain, bersedia membayar lebih mahal, serta menunjukkan cognitive loyalty
pada organisasi. Cognitive loyalty dioperasionalisasi sebagai layanan yang
pertama terbayang dalam pikiran seseorang ketika orang tersebut membuat
keputusan pembelian dan layanan, yang merupakan pilihan pertama pelanggan
diantara beberapa alternatif. Recovery merupakan hal penting karena pelanggan
yang menerima recovery yang buruk mungkin akan memutuskan hubungan
kemudian berpindah ke penyedia jasa lainnya. Perpindahan pelanggan ini
merupakan sesuatu yang sangat mahal karena untuk mencari pelanggan baru
memerlukan lebih banyak biaya daripada untuk mempertahankan pelanggan lama.
Suatu strategi untuk mempertahankan pelanggan adalah pemulihan (recovery)
terhadap kegagalan layanan secara adil. Penelitian lainnya menemukan fakta
bahwa jika service failure terjadi maka sangat penting untuk melakukan service
recovery secara efektif untuk menghilangkan ketidakpuasan dan sebagai respon
terhadap kualitas layanan yang buruk. Service failure merupakan bagian dari
service encounter yang menyebabkan permasalahan dan merupakan sesuatu yang
perlu diperbaiki oleh organisasi penyedia jasa. Perilaku penelitian ini akan
mengestimasi behavioral intention menggunakan dimensi-dimensi berikut ini (a)
talking, (b) selling, (c) promoting, (d) evaluasi pengalaman nasabah, (e)
penjelasan atas kegagalan jasa, (f) menyampaikan keluhan pelanggan kepada
atasan, dan (g) pemberian kompensasi.
24
5.2. Kerangka Pemikiran
Gambar 5.1. Kerangka Pemikiran
5.2.1. Pengaruh Teori Sinyal Terhadap Karakteristik Perusahaan
Sebagai konsekuensi logis dari teori pensinyalan, manajer-manajer
terdorong untuk mensinyalkan harapan laba masa depan, dengan maksud jika
investor percaya terhadap sinyal tersebut, harga saham perusahaan akan
meningkat dan pemegang saham akan diuntungkan.
Teori Sinyal
Asimetri Informasi Risiko Usaha Bank
Karakteristik Perusahaan
Word of Mouth Service Recovery
Pengungkapan Sukarela
Bank Sumsel Babel
25
Permasalahan kemudian muncul, bagaimana perusahaan dapat
memastikan bahwa sinyal yang diberikannya dianggap kredibel oleh investor, di
saat yang sama perusahaan lain juga berusaha memberikan sinyal yang baik? Agar
sinyal tersebut dipandang kredibel bagi pengguna, sinyal tersebut harus tidak
mudah serta menimbulkan biaya jika ditiru oleh perusahaan lain. Biaya yang
terlibat dapat termasuk biaya kehilangan kepercayaan secara jangka panjang, jika
kinerja aktual tidak sama dengan tingkat kinerja yang disinyalkan. Manajer-
manajer perusahaan terbuka terdorong untuk mengungkapkan informasi secara
lebih ekstensif kepada para pengguna laporan keuangan dengan harapan
pengungkapan sukarela tersebut dapat dianggap sebagai suatu sinyal baik
sehingga pemegang saham bersedia menerima return yang lebih rendah. Return
yang lebih rendah pada akhirnya akan menghasilkan cost of equity capital yang
lebih rendah bagi perusahaan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Juniarti dan
Yunita (2003), apabila investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi, maka
nilai return yang diharapkan oleh investor juga tinggi, yang pada gilirannya akan
menyebabkan tingginya biaya ekuitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
5.2.2. Pengaruh Teori Sinyal Terhadap Pengungkapan Sukarela
Pengaruh pendekatan aset diasumsikan dengan menghitung nilai
perusahaan atau ekuitas melalui penyesuaian namun dengan lebih memperlakukan
institusi keuangan sebagai lembaga yang menjalankan fungsi utama sebagai
pencipta pinjaman kredit (loans). Penyesuaian adalah dengan menilai kembali
pos-pos aktiva yang dinilai ulang dengan harga pasar, demikian pula dengan
aktiva tetap (property) menggunakan konsep yang digunakan dari badan penilai,
dengan menggunakan current value atau replacement value.
Motivasi manajer dalam melakukan pengungkapan sukarela, adalah
dalam rangka mengatur berbagai harapan, baik dari investor maupun pemerintah.
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
26
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak
eksternal adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dan menunjukkan bahwa
perusahaan mempunyai nilai lebih atau keunggulan kompetitif dari perusahaan
lain. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Pengungkapan informasi diukur dengan menggunakan perhitungan indeks
pengungkapan berdasarkan peraturan badan pengawas pasar modal lembaga
keuangan dan indeks penilaian annual report award.
5.2.3. Pengaruh Teori Sinyal Terhadap Risiko Usaha Bank
Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang
memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Bahwa manajer, pemegang saham, dan nasabah (kreditur
dan debitur) tidak memiliki akses informasi perusahaan yang sama atau adanya
asimetri informasi. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer,
sedangkan para pemegang saham tidak mengetahui informasi tersebut.
Akibatnya, ketika kebijakan pendanaan perusahaan mengalami perubahan, hal itu
dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan menjadikan nilai
perusahaan berubah.
5.2.4. Pengaruh Teori Sinyal Terhadap Asimetri Informasi
Teori pensinyalan merupakan teori yang mendasari adanya pengungkapan
sukarela. Teori ini menyatakan bahwa manajemen selalu berusaha untuk
mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati
oleh investor dan pemegang saham, khususnya kalau informasi tersebut berupa
berita baik.
Asimetri informasi timbul apabila manajer mempunyai informasi internal
yang tidak diketahui oleh pihak lain. Dalam keadaan asimetri informasi yang
tinggi, maka investor tidak mempunyai informasi yang cukup untuk mengetahui
apakah laporan keuangan mengandung fakta sebenarnya, rekayasa atau
kebohongan, sehingga dalam hal ini diperlukan pengungkapan.
27
5.2.5. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Karakteristik Perusahaan
Bahwa perbedaan informasi yang ada diantara investor dan manajer
menimbulkan deadweight loss (biaya agensi) yang kemudian dapat menurunkan
expected cash flow perusahaan. Selain itu asimetri informasi juga dapat
meningkatkan ekuilibrium return saham perusahaan sehingga dapat menurunkan
harga saham. Efek asimetri tersebut dapat menurunkan nilai dari perusahaan itu
sendiri. Selain itu juga menjelaskan bahwa semakin besar asimetri informasi akan
semakin memperbesar kesempatan manajer memanipulasi laporan keuangan.
5.2.6. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Pengungkapan Sukarela
Apabila terjadi asimetri informasi yang rendah, maka dibutuhkan
pengungkapan yang semakin andal untuk menurunkan biaya modal. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pengungkapan memiliki hubungan negatif dengan asimetri
informasi. Semakin besar tingkat pengungkapan, semakin kecil asimetri
informasi dan sebaliknya semakin kecil pengungkapan semakin besar asimetri
informasi.
5.2.7 Pengaruh Risiko Usaha Bank Terhadap Karakteristik Perusahaan
Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank
dan kecukupan manajemen risiko kredit. Kelangsungan usaha bank tergantung
pada kesiapan untuk menghadapi risiko kerugian dari penanaman dana. Oleh
sebab itu dalam rangka kesiapan menghadapi risiko kerugian, bank berkewajiban
menjaga kualitas aktiva produktifnya. Penilaian kualitas aset mencerminkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya.
Aspek kualitas aset dapat diproksi dengan menggunakan rasio non
performing loans (NPL) dan non performing assets (NPA). Aspek manajemen
dapat dilihat dari manajemen umum dan manajemen risiko suatu bank. Aktiva
produktif termasuk didalamnya kredit yang bermasalah dalam kategori kurang
lancar, diragukan, dan macet. Standar rasio NPA dan NPL aman (moderat)
menurut Bank Indonesia adalah berkisar antara 5% sampai 8% namun disarankan
untuk dibawah 5%.
28
Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam
kegiatan operasi bank. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana
yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka
pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu, oleh karena itu bank harus
memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka waktu
tertentu.
5.2.8. Pengaruh Risiko Usaha Bank Terhadap Pengungkapan Sukarela
Risiko kredit (credit risk) akan timbul bila debitur gagal mengembalikan
sebagian atau seluruh kredit yang diterima dari bank dan pada gilirannya akan
digolongkan sebagai kredit macet. Oleh karena itu, rasio ini memberikan
gambaran mengenai tingkat kegagalan kredit bank. Rasio yang tinggi
menggambarkan portofolio kredit bank yang tidak sehat dan sebaliknya.
Bahwa pengaruh pengungkapan sukarela dari risiko kredit dan risiko
kredit deposan menunjukkan risiko kemungkinan kegagalan bank didalam
memenuhi kewajiban kepada para deposannya yang diukur dengan jumlah
permodalan yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan, dapat menekan risiko
gagalnya pengembalian kredit yang disalurkan kepada nasabah atau bank tersebut
tidak dapat menekan risiko kegagalan pengembalian kredit nasabah sampai pada
tingkat seminim mungkin, karena rasio risiko deposito (deposit risk ratio)
menunjukkan peningkatan setelah akuisisi. Berhubungan dengan laporan
keuangan, adalah kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat
tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan bank terdiri dari laporan
neraca, laporan komitmen dan kontijensi, laporan laba rugi, dan laporan arus kas
serta catatan atas laporan keuangan.
Dan kinerja keuangan adalah penilaian mengenai keadaan keuangan
perbankan. Yang dimaksud kinerja keuangan perbankan adalah tingkat kesehatan
suatu bank yang dinilai dengan melakukan pendekatan kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank.
29
5.2.9. Pengaruh Word of Mouth Terhadap Karakteristik Perusahaan
Tjiptono (2002) mendefinisikan word of mouth sebagai pernyataan
(secara personal atau non personal) yang disampaikan oleh orang lain selain
organisasi (service provider) kepada pelanggan. Rosen (2004) mendefinisikan
word of mouth sebagai semua komunikasi dari mulut ke mulut mengenai suatu
merek. Word of mouth adalah jumlah komunikasi dari mulut ke mulut mengenai
produk, jasa atau perusahaan tertentu di setiap tahap waktu. Thurau and Walsh
(2003) mendefinisikan word of mouth sebagai semua komunikasi informal yang
diarahkan kepada pelanggan lain mengenai kepemilikan, penggunaan atau
karakteristik atas suatu produk.
Karakteristik personal lainnya yang sekiranya mampu memberikan
kontribusi pada minat untuk berkunjung kembali adalah (a) frekuensi kunjungan,
(b) rata-rata pengeluaran yang dihabiskan dalam suatu kunjungan, (c) biaya yang
harus ditanggung oleh nasabah bila beralih ke bank lain, (d) biaya administrasi
bila terjadi penangguhan komitmen, (e) peraturan yang membatasi permodalan
pada aspek kepemilikan, (f) biaya probabilitas pada sistem informasi debitur, (g)
metode pemungutan pajak untuk laba atas transaksi pertukaran mata uang asing
yang dihasilkan dalam transaksi yang berbasis internet, (h) dan lain sebagainya.
Beberapa hal tersebut diatas merupakan karakteristik personal yang
berpotensi memberikan kontribusi terhadap semakin tingginya kepuasan dan
kesediaan nasabah untuk melakukan word of mouth dan service recovery.
Karakteristik personal yang berbeda dapat mengakibatkan penilaian perspektif
nasabah yang berbeda atas atribut jasa, layanan, dan kepuasan.
Nasabah yang lebih sering berkunjung dengan jumlah aktivitas bank yang
besar setiap kali berkunjung memiliki tingkat kepuasan (service recovery) dan
word of mouth yang lebih tinggi dibandingkan nasabah yang jarang berkunjung
dan nasabah dengan rata-rata aktivitas bank yang lebih kecil (sedikit).
5.3. Pengaruh Word of Mouth Terhadap Pengungkapan Sukarela
Manajemen cenderung mengungkap informasi secara rinci ketika
perusahaan mengalami tingkat investasi (return) yang tinggi.
30
Tetapi jika perusahaan mengalami tingkat pengembalian yang rendah,
manajemen cenderung untuk menyembunyikan alasan penurunan tersebut dengan
mengungkap informasi lebih sedikit. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa
manajemen memiliki insentif maupun disinsentif untuk mengungkapkan informasi
secara sukarela secara ekstensif. Insentifnya antara lain berupa biaya transaksi
perdagangan saham yang lebih rendah, peningkatan likuiditas, peningkatan citra,
dan minat terhadap perusahaan oleh investor dan analis, serta penurunan biaya
modal. Dampak negatifnya antara lain, tingginya biaya mengumpulkan,
menyiapkan, membuat, dan mempublikasikan informasi yang diungkapkan serta
mengurangi competitive advantage karena semakin banyak informasi-informasi
penting yang dapat diketahui oleh para pesaing. Insentif pengungkapan modal
intelektual dapat dibagi 2 (dua), berkaitan dengan aktivitas internal dari
perusahaan dan berhubungan dengan aktivitas eksternal yang memengaruhi
perusahaan. Beberapa keuntungan dilihat dari sisi internal adalah efisiensi
operasional serta moral karyawan yang meningkat dan alokasi sumber daya yang
lebih baik di dalam perusahaan. Dari konteks eksternal perusahaan,
keuntungannya adalah membuat yang tadinya tidak disadari akibat tidak terlihat
dapat terlihat dan dihargai oleh pengguna informasi di lingkungan luar
perusahaan.
5.3.1. Pengaruh Service Recovery Terhadap Word of Mouth
Bahwa pengaruh antara kepuasan terhadap word of mouth, adalah word of
mouth suatu variabel endogen yang disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan
sehingga word of mouth pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan.
Jika hubungan antara kepuasan dengan word of mouth adalah positif,
maka kepuasan yang tinggi (service recovery) akan meningkatkan word of mouth
pelanggan (Wirtz and Mattila, 2003).
5.3.2. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela
Net profit margin (NPM) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam tingkat penjualan tertentu.
31
Semakin tinggi profit margin maka akan semakin tinggi
pengungkapannya. Bahwa profitabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi
akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci,
sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan
mendorong kompensasi terhadap manajemen (Almilia dan Retrinasari, 2007).
Terkait dengan biaya kontrak dan pengawasan, dan masih dengan kasus
tingkat kecukupan modal pada industri perbankan, jika perusahaan menganggap
bahwa melakukan penyesuaian terhadap tingkat kecukupan modal merupakan
upaya yang mahal dan berat, pemerintah (regulator atau otoritas perbankan)
mungkin akan melakukan perubahan yang tidak memberatkan manajemen.
Sekalipun mungkin tidak terlalu memberatkan atau mahal bagi perusahaan untuk
melakukan penyesuaian terhadap peraturan rasio kecukupan modal yang baru, ada
kemungkinan otoritas perbankan tidak harus memberikan persyaratan waktu
minimum untuk penyesuaian yang diperlukan (fungsi karakter bank).
5.4. Perumusan Hipotesis
5.4.1. Hipotesis Karakteristik Perusahaan:
1) Hipotesis Mayor:
Observasi langsung terhadap perusahaan-perusahaan bersangkutan,
sehingga memperoleh informasi yang lebih obyektif. Selain itu perlu
adanya pedoman baku tentang perusahaan-perusahaan yang tergolong high
profile, sebagai pertimbangan bagi badan yang berwenang untuk
menetapkan jenis perusahaan yang tergolong high profile.
Dengan demikian, pedoman bagi investor juga dapat memperoleh
informasi yang akurat tentang seberapa besar tanggung jawab sosial
kategori perusahaan sebagai salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
melakukan investasi.
H0 = karakteristik perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela.
32
2) Hipotesis Minor:
a. Likuiditas:
Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendek. Keadaan yang kurang atau
tidak likuid akan menyebabkan perusahaan tidak dapat melunasi
utang jangka pendek pada tanggal jatuh temponya. Bahwa variabel
likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela
dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Hal ini didasarkan
pada harapan bahwa kuatnya finansial suatu perusahaan akan
cenderung memberikan pengungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan yang kondisi finansialnya lemah (Prayogi, 2003).
H1 = likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
sukarela.
b. Return on Assets:
Apakah ukuran perusahaan akan mendorong terjadinya penguasaan
pasar (market power) dan apakah perusahaan-perusahaan yang
berada dalam industri terkonsentrasi (concentrated industry) lebih
profitable dibandingkan dengan perusahaan pada industri yang
kurang terkonsentrasi. Hampir separuh perusahaan menunjukkan
profitabilitas meningkat dengan tingkatan yang semakin menurun
(a decreasing rate), dan akhirnya profitabilitas tersebut menurun
ketika perusahaan tersebut menjadi lebih besar. Hasil ini
mensiratkan adanya ukuran perusahaan yang optimal dalam bentuk
ukuran-ukuran tingkat keuntungan laporan keuangan.
Jika tidak ada batasan economies of scale, suatu perusahaan yang
biaya rata-ratanya turun sejalan dengan pertambahan output akan
bisa secara alami mendominasi industrinya sehingga tercipta
monopoli alami (natural monopoly). Jadi, sebuah monopoli secara
natural akan terbentuk bila volume produksi besar. Akan tetapi
bila skala ekonomis terbatas, penurunan biaya produksi dan
efisiensi tidak akan terjadi terus-menerus.
33
Hal ini menjelaskan menjelaskan bahwa efisiensi dan profitabilitas
akan terjadi terus menerus (rerata biaya produksi meningkat) ketika
perusahaan berekspansi dan menekankan pada pengendalian oleh
pemilik perusahaan terhadap sumber daya perusahaan seperti aset,
technology, dan intellectual property sebagai faktor-faktor yang
menentukan, bila institusi hukum meningkatkan perlindungan
terhadap sumber daya perusahaan tersebut. Selanjutnya
menghubungkan ukuran perusahaan dengan kemampuan
entrepreneur (pemilik usaha) dalam mengendalikan intangible
factors yang dapat mendorong perusahaan lebih profitable. Hal ini
menegaskan return on assets dan keluasan pengungkapan termasuk
pengungkapan modal intelektual mengalami pengaruh positif
(Shingvi and Desai, 1971).
H1 = return on assets berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela.
c. Net Profit Margin:
Apabila net profit margin rasionya tinggi menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada
tingkat penjualan tertentu, sebaliknya kalau rasionya rendah
menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya
tertentu. Rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan
manajemen. Profit margin yang tinggi akan mendorong para
manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab
mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas
perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen.
Hubungan antara net profit margin terhadap pengungkapan sosial
dapat dikaitkan dengan perolehan laba yang semakin besar, yang
akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang
lebih luas.
34
Hal tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Almilia dan Retrinasari (2007) bahwa variabel net profit margin
mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan sosial
perusahaan.
H1 = net profit margin berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela.
5.4.2. Hipotesis Asimetri Informasi:
1) Hipotesis Mayor:
Jika informasi private mengandung value relevance yang tinggi, maka
kontrak akan menjadi desain untuk lebih mengutamakan manajemen laba
yang efisien. Namun demikian, kebijakan tersebut menyediakan alat yang
penting bagi manajer untuk menyesatkan pengetahuan para investor. Jika
informasi private tersebut tidak memiliki value relevance, maka kontrak
akan lebih mengutamakan manajemen laba yang oportunistik. Kebijakan
pengungkapan asimetri informasi dan likuiditas dalam pasar ekuitas
menghasilkan kesimpulan bahwa pengungkapan informasi laporan
keuangan (disclosure) yang lebih baik dapat mengurangi asimetri
informasi dan kemudian menaikkan likuiditas dalam pasar modal (Welker,
1995).
H0 = asimetri informasi berpengaruh positif terhadap karakteristik
perusahaan dan pengungkapan sukarela.
2) Hipotesis Minor:
a. Kepemilikan Institusional:
Struktur kepemilikan perusahaan yang menyebar dapat
memberikan kekuatan yang signifikan kepada manajer untuk
memaksimalkan kepentingan pribadinya dan bukan untuk
kepentingan para pemegang saham dan hal ini akan memberikan
pengaruh pada nilai pemegang saham yang tidak maksimal.
35
Pemegang saham pengendali berusaha untuk memperkaya dirinya
sendiri dengan tidak membayarkan dividen kepada pemegang
saham minoritas, menransfer keuntungan ke perusahaan lain yang
juga berada dibawah kendalinya dan juga melakukan transaksi
penjualan dan pembelian dengan pihak berelasi. Lintas
kepemilikan adalah kepemilikan pemegang saham pengendali
terhadap 2 (dua) atau lebih perusahaan yang saling memiliki antara
yang satu dengan yang lainnya. Dengan menggunakan pisah batas
hak kontrol 20%. Konsentrasi kepemilikan menyebabkan adanya
pemegang saham besar yang mengendalikan perusahaan yang
disebut sebagai pemegang saham pengendali. Kepemilikan
terkonsentrasi juga memungkinkan adanya pemisahan hak aliran
kas dan hak pengendalian. Kondisi seperti ini memberikan celah
bagi pemegang saham pengendali untuk melakukan praktik
ekspropriasi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
tingkat kepemilikan terkonsentrasi maka semakin besar pula
potensi praktik ekspropriasi atas hak pemegang saham minoritas.
H1 = kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
asimetri informasi perusahaan.
b. Kepemilikan Manajerial:
Untuk mengurangi konflik asimetri informasi dengan cara
meningkatkan kepemilikan manajerial yaitu, untuk mensejajarkan
kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajer
bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Peningkatkan persentase kepemilikan, manajer akan termotivasi
untuk meningkatkan kinerja, dan bertanggungjawab meningkatkan
kemakmuran pemegang saham. Peningkatan kepemilikan saham
oleh manajer ini akan berpengaruh terhadap keputusan kebijakan
keuangan ketika memanfaatkan kesempatan investasi.
36
Bahwa pemegang saham akan melakukan pengawasan terhadap
manajemen namun bila biaya monitoring tersebut tinggi maka
mereka akan menggunakan pihak ketiga (debtholders atau
bondholders) untuk membantu melakukan monitoring.
Debtholders yang sudah menanamkan dananya di perusahaan
dengan sendirinya akan berusaha melakukan pengawasan terhadap
penggunaan dana tersebut. Biasanya monitoring yang dilakukan
debtholders melalui mekanisme debt covenant. Hal ini terjadi
karena kontrol yang besar dari pihak manajerial menyebabkan
mereka mampu melakukan investasi dengan lebih baik sehingga
memerlukan tambahan dana melalui utang untuk pendanaannya.
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pendanaan, tetapi tidak terhadap kebijakan dividen. Ini
membuktikan bahwa pemegang saham yang sekaligus sebagai
pengelola perusahaan cenderung memilih kompensasi berupa gaji
dan bonus atau insentif jangka panjang lainnya dibandingkan
dengan dividen. Adanya asimetri informasi membuat manajer
lebih leluasa bertindak dalam menentukan strategi capital structure
karena lebih menguasai informasi dalam perusahaan. Informasi
baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di
pasar, meskipun sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus
tersedia bagi semua pihak. Namun, karena persaingan pasar antar
investor membuat informasi baru segera direfleksi dalam harga
saham di pasar secara cepat sehingga terjadi pula kompetisi dalam
mencari informasi untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Secara
implisit kepada investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. Umumnya perusahaan yang
menguntungkan akan berusaha menghindari penjualan saham dan
berusaha mencari sumber dana alternatif lain. Sedangkan
perusahaan yang kurang menguntungkan akan berusaha menjual
sahamnya.
37
Pengumuman emisi saham sebenarnya merupakan sinyal bahwa
manajemen perusahaan memandang prospek perusahaan sedang
suram, itulah sebabnya pada saat awal emisi saham, harga saham
akan rendah. Selanjutnya sejalan dengan kepercayaan investor
maka harga saham akan meningkat. Penggunaan sumber
pendanaan dari luar (utang) lebih banyak menunjukkan sinyal
bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Namun,
penggunaan utang juga merupakan trade off yang dapat
menyebabkan kemungkinan kebangkrutan semakin meningkat.
Selain penggunaan utang yang lebih besar, pembayaran dividen
juga dapat menunjukkan sinyal. Jika perusahaan mengumumkan
peningkatan dividen, maka investor akan menganggap kondisi
perusahaan saat ini dan akan datang relatif baik dan sebaliknya.
Hal ini membuktikan asimetri informasi berpengaruh positif bagi
pendanaan perusahaan.
H1 = kepemilikan manajerial berpengaruh positif bagi perusahaan.
5.4.3. Hipotesis Risiko Usaha Bank:
1) Hipotesis Mayor:
Kredit merupakan substitusi yang tidak sempurna bagi obligasi karena
perusahaan terutama sektor riil yang berskala kecil tidak mampu
mendapatkan dana dari menerbitkan obligasi sehingga mereka sangat
bergantung pada kredit yang diberikan oleh bank (bank dependen).
Penawaran kredit dipengaruhi suku bunga kredit, suku bunga obligasi,
jumlah deposito, dan rasio cadangan minimum bank. Hal ini dapat
dimengerti dengan jumlah deposito yang menjadi faktor penentu
penawaran kredit bank karena dana pihak ketiga merupakan sumber dana
terbesar yang dimiliki bank, oleh karena itu sangat penting bagi perbankan
untuk mengumpulkan dana dari masyarakat luas agar penawaran kredit
perbankan juga dapat ditingkatkan yang pada akhirnya manfaatnya juga
akan dirasakan oleh masyarakat.
38
Semakin tinggi tingkat bunga kredit terhadap biaya dana, semakin tinggi
pula margin keuntungan rata-rata bank, sehingga bank semakin tertarik
untuk memberikan kredit, hal ini mencerminkan tingkat inflasi yang
diharapkan. Variabel lebih bersifat berpandangan ke depan dan
berhubungan dengan risiko kredit. Inflasi yang tinggi cenderung
dihubungkan dengan spekulasi harga aset dan misalokasi sumber daya riil.
Hal ini menyebabkan pada tingkat inflasi yang tinggi, bank cenderung
menjadi pemberi kredit yang relatif berhati hati yang membuktikan adanya
pengaruh risiko usaha bank.
H0 = risiko kredit dan deposito berpengaruh positif terhadap karakteristik
perusahaan.
2) Hipotesis Minor:
a. Risiko Kredit:
Risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah
mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta
bunganya sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan (Siamat,
1999). Dengan demikian, hipotesis yang dapat dibangun adalah
bahwa risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal bank.
H1 = risiko kredit berpengaruh negatif terhadap karakteristik
perusahaan dan pengungkapan sukarela.
b. Risiko Deposito:
Mendasarkan pada premis bahwa sebagai akibat risiko yang tinggi,
maka deposan bereaksi dengan menarik atau mempertahankan
depositonya (Park and Peristiani, 1998) dan (Jagtiani and Lemieux,
2001). Hasil menunjukkan bahwa volume deposito yang tidak
dijamin menurun pada bank yang mengalami peningkatan risiko
meskipun bank merespon dengan menawarkan tingkat bunga
deposito yang lebih tinggi.
H1 = risiko deposito berpengaruh positif terhadap karakteristik
perusahaan dan pengungkapan sukarela.
39
5.4.4. Hipotesis Pengungkapan Sukarela:
1) Hipotesis Mayor:
Botosan (1997: 326) menyatakan bahwa pengukuran yang dilakukan atas
tingkat disclosure, dimana terbatas pada disclosure laporan tahunan, tidak
akan memberikan pengganti yang kuat untuk keseluruhan tingkat
disclosure ketika perusahaan dihadapkan dengan sejumlah besar analis dan
menggunakan para analis ini untuk berkomunikasi dengan pasar.
H0 = pengungkapan sukarela berpengaruh positif signifikan antara tingkat
disclosure terhadap biaya-biaya ekuitas.
2) Hipotesis Minor:
a. Beban Personalia:
Apabila perusahaan lebih banyak menggunakan hutang (debt) dari
pada ekuitas dalam memenuhi kebutuhan dananya, maka hal ini
akan mendorong meningkatnya biaya atau beban tetap perusahaan
dan hal ini akan memberikan kontribusi terhadap meningkatnya
beban tetap total, berupa biaya bunga yang harus dibayar bank.
Pengaruh tidak langsung beban manajemen terhadap struktur
modal dengan nilai yang cukup besar jika beban manajemen
dihubungkan dengan struktur kepemilikan domestik. Hal ini
menunjukkan bahwa bank yang memiliki beban biaya manajemen
yang besar dengan kepemilikan saham mayoritas domestik
cenderung menggunakan hutang sebagai sumber pendanaannya
(Titman and Wessel, 1988) dan (Darwanto, 2008).
H1 = beban manajemen memiliki pengaruh positif terhadap ekuitas.
b. Beban Bunga:
Dengan variabel karakteristik spesifik bank yang lainnya, tingkat
profitabilitas memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap
struktur modal. Sedangkan untuk pengaruh tidak langsung, tingkat
profitabilitas memberikan pengaruh tidak langsung yang cukup
besar terhadap struktur modal.
40
Hal ini mengindikasikan bahwa profitabilitas yang cukup besar
cenderung dimiliki oleh bank struktur kepemilikan asing dan
menggunakan proporsi hutang yang lebih kecil karena kebutuhan
dana dapat diperoleh dari laba ditahan (ekuitas) (Titman and
Wessel, 1988).
H1 = beban bunga berpengaruh positif terhadap struktur modal
bank.
c. Modal Intelektual:
Bentuk intellectual capital disclosure merupakan informasi yang
bernilai bagi investor, yang dapat membantu mereka mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek ke depan dan memfasilitasi
ketepatan penilaian terhadap perusahaan. Intellectual capital
disclosure dapat menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik.
Perusahaan lebih memilih untuk meningkatkan salah satu
komponen karena manajemen menganggap penerapan corporate
governance merupakan garansi bagi investor, serta dapat
mengurangi biaya keagenan yang ditimbulkan oleh asimetri
informasi. Oleh karena itu, semakin besar dukungan finansial
perusahaan akan semakin banyak pengungkapan informasi
termasuk intellectual capital disclosure. Hal ini menjelaskan
pengaruh positif antara profitabilitas dan keluasan pengungkapan
termasuk intellectual capital disclosure.
H1 = modal intelektual berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela.
d. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK):
Pelonggaran aspek BMPK terutama untuk penempatan dana bank
pada bank lain (paket kebijakan Bank Indonesia Januari 2005—
Pakjan 2005) adalah contoh kebijakan yang dindikasikan untuk
mendorong proses konsolidasi perbankan.
41
Proses konsolidasi perbankan melalui merger dan akuisisi diyakini
akan mengurangi jumlah bank, dan akan lebih meningkatkan
konsentrasi pangsa pasar perbankan. Diketahui bank memiliki
kemampuan menetapkan harga diatas marginal cost (market
power). Dalam kondisi yang demikian, diyakini bahwa bank akan
cenderung melakukan abuse dari posisinya yang dominan—abuse
dominant position, diantaranya melalui kebijakan penetapan harga,
entry barrier serta berbagai praktik diskriminasi yang semuanya
dapat dikategorikan sebagai praktik persaingan usaha tidak sehat.
Salah satu cara untuk meminimalkan dampak negatif tersebut,
adalah dengan menerapkan prinsip disclosure of information serta
peningkatan transparansi bank terutama terkait dengan berbagai
ketentuan yang dikenakan kepada publik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa ada korelasi antara aset dan modal dengan kinerja
bank.
H1 = batas maksimum pemberian kredit mengalami pengaruh
positif terhadap pengungkapan sukarela.
e. Kredit:
Atif Mian (2003) menyatakan bahwa bank domestik lebih
cenderung agresif dalam menempatkan dananya dalam bentuk
kredit. Keunggulan yang dimiliki terkait dengan soft information
yang membuat bank meminjamkan lebih besar dengan tingkat
bunga tinggi.
H1 = risiko kredit berpengaruh positif terhadap tingkat disclosure.
f. Sekuritas:
Jika pembiayaan eksternal diperlukan, perusahaan menerbitkan
surat berharga yang paling aman terlebih dahulu, yaitu hutang,
kemudian, surat berharga seperti obligasi konvertibel, dan
selanjutnya ekuitas di pilihan terakhirnya. Mengenai peluang
investasi perusahaan, manajer lebih mengetahui fakta-fakta dasar
tentang perusahaannya.
42
Mereka memiliki pandangan intern mengenai organisasi, bahkan
tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh perusahaan.
Pengetahuan organisasional ini diperoleh saat mereka bekerja.
Pengaruh penerbitan obligasi subordinasi merupakan salah satu
komponen modal terhadap profitabilitas. Analisis pengaruh
penerbitan obligasi termasuk obligasi subordinasi dan penawaran
umum terbatas menunjukkan bahwa aksi korporasi berupa
penerbitan obligasi subordinasi memberikan dampak perbaikan
kinerja terutama terlihat dari pertumbuhan laba bank pada indikator
return on assets.
H1 = sekuritas berpengaruh positif terhadap tingkatan disclosure
dan karakteristik perusahaan.
5.4.5. Hipotesis Word of Mouth:
1) Hipotesis Mayor:
Jasa dikatakan berkualitas bila jasa yang diterima relatif lebih memuaskan
daripada apa yang diharapkan pelanggan. Dalam proses produksi dan
konsumsi jasa, gap yang terjadi bisa di pihak pelanggan (customer gaps)
bisa juga pada service provider (provider gaps). Adalah tugas service
provider untuk menemukan penyelesaian, mempelajari faktor faktor yang
mengakibatkan timbulnya kesenjangan tersebut, serta melakukan
pemulihan untuk memperkecil gap yang terjadi, dan bahkan bila mungkin
memberikannya kompensasi atau pemulihan istimewa. Loyalitas
konsumen merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian
secara berulang-ulang, dan untuk membangun kesetiaan nasabah terhadap
produk dan jasa yang dihasilkan oleh bank. Bahwa dibutuhkan waktu
yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang, yang
mengungkapkan perubahan loyalitas mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan volume tabungan dan structured product. Selain itu,
awareness diperlukan untuk menarik nasabah baru tetapi dibutuhkan
loyalitas untuk pengembangan dalam mempertahankan nasabah tersebut.
43
Hal ini menegaskan word of mouth mengalami pengaruh positif bagi sales
person, rekomendasi produk, dan pelayanan bank .
H0 = word of mouth berpengaruh positif terhadap karakteristik perusahaan
dan pengungkapan sukarela.
2) Hipotesis Minor
a. Membicarakan Produk (talking):
Bahwa konsumen akan lebih percaya kepada rekomendasi orang
orang terdekatnya daripada rekomendasi langsung atau bahkan
program pemasaran perusahaan (Solomon, 1999).
H1 = profitable talker berpengaruh positif terhadap karakteristik
perusahaan.
b. Menjual Produk (selling):
Bahwa kualitas sistem dan pelayanan memengaruhi penggunaan
dan kepuasan pengguna, menjadi anteseden dari pengaruh individu,
dan pengaruh individu pada akhirnya akan memengaruhi organisasi
(DeLone and McLean, 2004).
H1 = selling berpengaruh positif terhadap karakteristik dan
pengungkapan sukarela perusahaan.
c. Mempromosikan Produk (promoting):
Bahwa semakin sebuah produk dikenal, disimpan dalam ingatan
dan diingat oleh seseorang maka semakin besar kemungkinannya
untuk dipilih dan dibeli oleh konsumen (Haryanto, 2009). Hal ini
juga sesuai dengan temuan Durianto, et al., (2001) yang
menyebutkan bahwa konsumen akan lebih cenderung membeli
sebuah barang yang sudah dikenalnya secara baik, dalam hal ini
tingkat brand awareness produk tersebut adalah tinggi.
H1 = promosi berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela.
44
5.4.6. Hipotesis Service Recovery:
1) Hipotesis Mayor:
Service recovery diwujudkan dengan persepsi distributive justice,
procedural justice, dan interactional justice. Distributive justice adalah,
atribut yang memfokuskan pada hasil dari penyelesaian service recovery,
sebagai contoh usaha apa yang dilakukan perusahaan untuk menangani
keluhan pelanggan, diwujudkan dengan memberi kompensasi kepada
pelanggan, misalnya dengan memberi diskon, kupon, free gift, dan
sebagainya. Procedural justice, merupakan atribut yang memfokuskan
pada keadilan yang diterima oleh konsumen ketika mengajukan komplain
sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan,
meliputi process control, decision control, accessibility, timing atau speed,
dan flexibility ketika menangani komplain pelanggan. Interactional
justice, adalah atribut yang memfokuskan pada kelakuan atau respon yang
ditunjukkan oleh perusahaan ketika berhadapan dengan konsumen pada
saat mengajukan komplain, meliputi explanation, honesty, politeness,
effort, dan emphaty. Keputusan perusahaan melakukan tindakan perbaikan
pelayanan yang sistematis merupakan payung yang menentukan dalam
menindaklanjuti komplain konsumen dari suatu kegagalan sehingga pada
akhirnya mampu mengikat loyalitas konsumen. Kualitas layanan dapat
memengaruhi loyalitas pelanggan secara langsung atau secara tidak
langsung melalui level kepuasan. Kualitas layanan mendorong pelanggan
untuk komitmen kepada produk dan layanan suatu perusahaan sehingga
berdampak kepada peningkatan market share suatu produk. Kualitas
layanan sangat penting dalam mempertahankan pelanggan dalam waktu
yang lama. Perusahaan yang memiliki layanan yang superior akan dapat
memaksimalkan performa keuangan perusahaan.
45
Hal tersebut menegaskan service recovery melakukan upaya perbaikan
sistem kualitas pelayanan, akan jauh lebih efektif bagi keberlangsungan
bisnis, dan pengaruh dari memperhatikan kebutuhan pelanggan dengan
sungguh-sungguh, konstruk kepuasan pelanggan dengan kualitas layanan,
dan komunikasi antara pelanggan tentang karakteristik bisnis atau produk
yang mengarah pada komunikasi yang membantu pelanggan tentang
perusahaan yang membantu mereka untuk keputusan berlangganan.
H0 = service recovery berpengaruh positif terhadap word of mouth
intentions.
2) Hipotesis Minor:
a. Pemberian Kompensasi:
Bila terjadi kegagalan jasa, pelanggan berharap ada kompensasinya
(distributive fairness). Penelitian ini memperkuat teori tentang
distributive justice oleh Seider and Berry (1998:10) yang
menyatakan bahwa bila terjadi kegagalan jasa, pelanggan berharap
ada kompensasi yang adil.
H1 = pemberian kompensasi berpengaruh positif terhadap word of
mouth.
b. Evaluasi Pengalaman Nasabah:
Bahwa proses terciptanya word of mouth terhadap produk dan jasa
didasarkan pada pengalaman individual dengan merek, menjadi
sumber bagi terciptanya rasa percaya, dan pengalaman ini akan
memengaruhi evaluasi konsumen dalam konsumsi dengan produk
dan jasa. Procedural fairness merupakan persepsi nasabah
terhadap sistem ataupun prosedur penanganan keluhan yang
dilakukan oleh perusahaan, dimana prosedur yang baik akan
menimbulkan service recovery satisfaction (Wirtz and Mattila,
2003).
H1 = pengalaman konsumtif nasabah berpengaruh positif terhadap
word of mouth.
46
c. Menyampaikan Keluhan Pelanggan Kepada Atasan:
Perilaku relasi antar pribadi yang adil meliputi kesopanan,
perhatian, dan kejujuran; penjelasan atas kegagalan jasa yang
terjadi; dan usaha yang tulus dalam memecahkan masalah yang
dihadapi pelanggan, sehingga apabila interactional fairness baik
akan berpengaruh positif pada service recovery satisfaction (Seider
and Berry, 1998: 10).
H1 = penanganan keluhan berpengaruh positif terhadap word of
mouth.
6. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah dalam upaya
mendapatkan pengetahuan ilmiah. Metodologi penelitian adalah cara sistematis
untuk menyusun ilmu pengetahuan, sedangkan teknik penelitian adalah cara untuk
melaksanakan metode-metode penelitian.
6.1. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan metodologi eksperimen yang menyusun penelitian
untuk menguji apakah variabel-variabel eksperimen efektif atau tidak efektif.
Untuk menguji keefektifannya harus digunakan variabel kontrol.
Penelitian eksperimen biasa dilakukan untuk pengujian hipotesis-hipotesis
yang dirumuskan bersifat ketat. Berdasarkan sifat penelitian, peneliti
menggunakan penelitian korelasional. Bertujuan untuk meneliti efektif dari
variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi faktor lain berdasarkan
koefisien korelasi.
Berdasarkan tujuan penelitian, peneliti menggunakan penelitian
eksplanasi (confirmatory) yang menyoroti hubungan antar variabel dengan
menggunakan kerangka pemikiran kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
Berdasarkan pendekatan, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
maka penelitian ini sistematis menyusun analisis kuantitatif.
47
6.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan pada kantor-kantor Bank Sumsel Babel di
kota Pagaralam-Jarai provinsi Sumatera Selatan, baik di kantor cabang utama
maupun cabang pembantu. Sementara bonafiditas tetap diupayakan oleh peneliti
dengan merujuk kantor pusat Bank Sumsel Babel yang berlokasi di Mangga Dua
Jakarta Utara. Konstruk bonafiditas adalah kapabilitas perusahaan yang mampu
mendirikan kantor utama maupun cabang pembantu di ibukota Jakarta Raya.
Waktu penelitian akan ditentukan setelah memperoleh surat rekomendasi dari
sekolah tinggi ilmu ekonomi (STIE) Lembah Dempo Pagaralam
6.3. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel
Kecukupan hasil sampel menggunakan pemilihan sampel yang akan
mewakili kesempatan bagi populasi untuk dipilih sebagai sampel penelitian.
Sampel dalam penelitian ini dirumuskan dalam 1 (satu) jenis umum penarikan
sampel yakni cluster sampling. Cluster sampling adalah penarikan sampel yang
digunakan pada penarikan sampel populasi yang tersebar pada area geografis
seperti kabupaten dan kota.
6.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data statistik adalah kumpulan data yang bisa memberikan gambaran
tentang suatu keadaan atau dengan istilah lain, statistika adalah deretan atau
kumpulan angka yang menunjukkan keterangan mengenai cabang kegiatan hidup
tertentu.
Data yang direncanakan oleh peneliti adalah diskrit yang diteliti pada
Bank Sumsel Babel, dan metode pengumpulan data dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner pada manajer bank dan karyawan Bank Sumsel Babel.
48
6.5. Metode Analisis Data
Metode Statistika menggunakan analisis regresi menjadi pilihan peneliti
dalam menyusun penelitian Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Sukarela Pada Bank Sumsel Babel Dengan Word of Mouth
Sebagai Variabel Moderasi Kota Pagaralam. Statistika adalah metode ilmiah yang
mempelajari pengumpulan, pengaturan, perhitungan, penggambaran, dan
penganalisis data, serta penarikan kesimpulan yang valid berdasarkan penganalisis
yang dilakukan dan pembuatan keputusan yang rasional.
Gambar 6.2. Sistematika Analisis Data Statistika
Rumusan Hipotesis Nol Dan Hipotesis Alternatif
Taraf Nyata
Uji Statistik
Aturan Pengambilan Keputusan
Mengambil Sampel Dan Keputusan
Tidak Menolak H0 Menolak H0 dan Menerima H1
49
6.6. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
6.6.1. Karakteristik Perusahaan
Tabel 6.1. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator Skala
Karakteristik
Perusahaan
Likuiditas
Rasio Kas (cash ratio) Rasio
Rasio Lancar (current ratio) Rasio
Rasio Sangat Lancar
(quick ratio atau
acid test ratio)
Rasio
Rasio Perputaran Kas
(cash turnover)
Rasio
Rasio Perputaran Modal Kerja
(inventory to
net working capital)
Rasio
Net Profit Margin Net Income Rasio
Operating Income Rasio
Return on Assets
Daya Laba Dasar
(basic earning power)
Rasio
Hasil Pengembalian Total
(return on total assets)
Rasio
Hasil Pengembalian Ekuitas
(return on total equity)
Rasio
Margin Laba Penjualan
(profit margin on sales)
Rasio
Asimetri Informasi
Afiliasi Perusahaan Rasio
Biaya Pemrosesan Pesanan
(order processing cost)
Rasio
Biaya Penyimpanan
Persediaan
(inventory holding cost)
Rasio
Bid Ask Spread Rasio
Dealer Spread Rasio
Kepemilikan Institusional Rasio
Kepemilikan Manajerial Rasio
Market Spread Rasio
Risiko Usaha Bank
Biaya Bunga Rasio
Kredit Bermasalah Rasio
Modal Ekuitas (equity capital) Rasio
Risiko Deposito Rasio
Risiko Kredit Rasio
Total Deposito Rasio
Total Pinjaman (total loans) Rasio
50
6.6.2. Pengungkapan Sukarela
Tabel 6.2. Definisi Operasional Dan Indikator Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator Skala
Pengungkapan
Sukarela
Beban Personalia Beban Pajak Penghasilan Rasio
Total Aktiva Rasio
Nilai Pinjaman
(borrowing)
Amortisasi Atas Biaya Rasio
Amortisasi Diskonto Rasio
Beban Bunga Rasio
Bunga Pinjaman Rasio
Pinjaman Subordinasi Rasio
Total Aktiva Rasio
Modal Intelektual
Aktiva Tetap Rasio
Jumlah Sumber Daya
Manusia
Rasio
Structured Capital Rasio
Batas Maksimum
Pemberian Kredit
Jumlah Liabilitas Rasio
Kredit Rasio
Pembiayaan
Publik
(public loans)
Hutang Jangka Pendek Rasio
Hutang Jangka Panjang Rasio
Loan to Deposit Ratio Rasio
Sekuritas
Obligasi Rasio
Sukuk Rasio
Saham Rasio
Sertifikat Bank Indonesia Rasio
51
6.6.3. Word of Mouth
Tabel 6.3. Definisi Operasional Variabel Dan Indikator Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator Skala
Word of Mouth
Talking
Katalog Ordinal
Kotak Saran Ordinal
Nota Pembelian Ordinal
Presentasi Penjualan Ordinal
Recall Ordinal
Sumsel Babel Prioritas Ordinal
Selling
Deposito Ordinal
eCommerce Ordinal
Kredit Ordinal
Transaksi Nilai Tukar
(foreign exchange)
Ordinal
Pembayaran Tagihan Kartu
Kredit
Ordinal
Pengiriman Uang (remittance) Ordinal
Produk Giro Ordinal
Safe Deposit Box Ordinal
Sertifikat Deposito Ordinal
Standby Letter of Credit Ordinal
Tabunganku Ordinal
Promoting
Brosur Ordinal
Diskon Ordinal
Laporan Tahunan Ordinal
Media Sosial Ordinal
Pameran Ordinal
Pasar Malam Ordinal
Pertemuan Penjualan Ordinal
Signage Ordinal
Service Recovery
Distributive
Fairness
Pemberian Kompensasi
Ordinal
Procedural
Fairness
Evaluasi Pengalaman
Konsumtif Nasabah
Ordinal
Interactional
Fairness
Menyampaikan Keluhan
Kepada Manajer Bank
Ordinal
52
7. Rencana Sistematika Skripsi
7.1. Sistematika Penulisan Skripsi:
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela
Pada Bank Sumsel Babel Dengan Word of Mouth Sebagai Variabel Moderasi
Kota Pagaralam, menyusun pembahasan yang dibagi kedalam 5 (lima) bab
sistematika penulisan skripsi, sebagai berikut:
1) Bab I Pendahuluan:
Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah, karakteristik
perusahaan, pengungkapan sukarela, word of mouth, service recovery,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka pemikiran.
2) Bab II Tinjauan Pustaka:
Bab ini menguraikan landasan teori, sejarah perbankan Indonesia, Bank
Sumsel Babel, sejarah Bank Sumsel Babel, dewan direksi Bank Sumsel
Babel, dewan komisaris Bank Sumsel Babel, visi dan misi Bank Sumsel
Babel, pengertian bank, karakteristik perusahaan, pengungkapan sukarela,
service recovery, word of mouth, prinsip mengenal nasabah, cetak biru
edukasi konsumen, pendidikan keuangan, signage, go public, yurisdiksi
hukum internasional ASEAN, persetujuan perdagangan bidang jasa di
ASEAN, penelitian terdahulu, kerangka konseptual penelitian, dan
hipotesis.
3) Bab III Metodologi Penelitian:
Bab ini menguraikan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, jenis
data dan metode pengumpulan data, metode analisis data, dan definisi
operasional dan indikator penelitian.
4) Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan:
Bab ini menguraikan temuan penelitian dan pembahasan.
5) Bab V Penutup:
Bab ini menguraikan simpulan dan saran.
53
7.2. Sistematika Penelitian
Gambar 7.3. Sistematika Penelitian
Bank Sumsel Babel Annual Report Award 2015
Karakteristik Perusahaan
Pengungkapan Sukarela Word of Mouth
Service Recovery
Hipotesis
Catatan Observasi Kuesioner
Sumber Data
Statistika
Analisis Keputusan
Analisis Data
Simpulan dan Saran
54
7.3. Konsep Penelitian
Gambar 7.4. Konsep Penelitian
Bank Sumsel Babel 2020
Pengungkapan Sukarela Word of Mouth
Service Recovery Karakteristik Perusahaan
Kegiatan Usaha Bank Sumsel Babel Periode 2011-2015
Proses Go Public
Laporan Keuangan Publikasi Laporan Laba Rugi Komprehensif
Informasi dan Edukasi Konsumen
Laporan Kinerja Bank Pembangunan Daerah (BPD) Konvensional
Persetujuan Perdagangan Bidang Jasa di ASEAN
55
8. DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica., dan Ikka, Retrinasari., 2007. Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam
Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ.
Proceeding Seminar Nasional Inovasi Dalam Menghadapi Perubahan
Lingkungan Bisnis. pp. 2-16.
Anderson, E.W., and Mittal. V., 2000. Strengthening The Satisfaction Profit
Chain. Journal of Service Research, Vol. 3, No. 2. pp. 107-121.
Botosan, C., 1997. Disclosure Level and the Cost of Equity Capital, The
Accounting Review, vol. 72 (3), hal. 323-349.
Bozzolan, S., Favotto, F., and Ricceri, F., 2003. “Italian Annual Intellectual
Capital Disclosure: An Empirical Analysis”. Journal of Intellectual
Capital. pp. 4 (4), 543-558.
Cunha, M.P., Rego, A., and Kamoche, K., 2009. Improvisation in Service
Recovery. Managing Service Quality: An International Journal. (online).
Vol 19 (6), 657-669.
Darwanto, Sony Aji., 2008. The effect Macro Economic Conditions and Bank
Specific on the Capital Structure and Source of Funding Choice Decision
of Banking Industry Indonesia. Disertasi. Bandung. Fakultas Ekonomi
Padjadjaran.
De Lone, W., and McLean, E., 2004. Measuring eCommerce Success: Applying
The Information Systems Success Model. International Journal of
Electronic Commerce, 9 (1): 31-47.
Durianto Darmadi, Sugiarto., dan Sitinjak, Toni., 2001. Strategi Menaklukkan
Pasar: Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta. Gramedia.
eBizz Asia. 2004. Survey Kepuasan Industri Perbankan.
Haryanto, J.O., 2009. Pengaruh Upaya Ekstra dalam Meningkatkan Intensi
Membeli Konsumen. Jurnal Bunga Rampai Perilaku Konsumen,
1 (8): 191-208.
Jagtiani, J., and Lemieux, C., 2001. Markets Discipline Prior to Failure. Journal
of Economics and Business 53 (2/3): 313– 324.
Jensen, M.C., and R.S., Ruback., 1983. The Market for Corporate Control.
Journal of Financial Economics. pp. 11: 5-50.
Juniarti., dan F. Yunita., 2003. Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya
Ekuitas. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, No. 2. pp. 150-168.
Keenan, J., and Aggestam, M., 2001. Corporate Governance and Intellectual
Capital: Some Conceptuals. Corporate Governance. pp. 9, 259-275.
Key Performance Indicators Bank Swasta (KPIs-BS). 2005. Perbankan. Jakarta.
Bank Indonesia.
Kiswara., 1999. ―Pengaruh Earning Power terhadap Praktek Manajemen Laba‖
Semarang.
Komalasari, Puput Tri., 2001. Asimetri Informasi dan Cost of Equity Capital.
Simposium Nasional Akuntansi III. pp. 907-929.
Kotler, Philip., 2003. ”Marketing Management,” International Edition, 11th
edition. Prentice Hall Pearson Education International, Inc.
56
Lange, H., I. Ramsay., dan L, A. Woo., 2000. Corporate Governance and Anti
Takeover Devices: Evidence from Australia, Corporate Governance: An
International Review. pp. 8 (3): 227-243.
Mason, Robert. D., and Lind, Douglas. A., 1999. Teknik Statistika Untuk Bisnis
dan Ekonomi Jilid I. Surabaya. Erlangga.
Mason, Robert. D., and Lind, Douglas. A., 1999. Teknik Statistika Untuk Bisnis
dan Ekonomi Jilid II, Surabaya, Erlangga.
McCullough, M.A., Berry, LL., and Yadav, M.S., 2000. An Empirical
Investigation of Customer Satisfaction After Service Failure and
Recovery. Journal of Service Research, Vol. 3. pp. 121-137.
Mian, Atif., 2003. Foreign, Private Domestic, And Goverments Banks: New
Evidence from Emerging Markets. Chicago. Graduate School of Business,
University of Chicago.
Park, S., and Peristiani, S., 1998. Market Discipline by Thrift Depositors. Journal
of Money, Credit, and Banking, 30 (3): 347-365.
Prayogi., 2003. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan
Sukarela Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Tesis dipublikasikan. Semarang: Eprints UNDIP.
Ritter, Jay R., and Ivo Welch., 2002. A Review of IPO Activity, Pricing, and
Allocations. Journal of Finance, Vol. 57, No. 4. pp. 1795-1828.
Rosen, E., 2004. The Anatomy of Buzz. Jakarta. Penerbit Elex Media
Computindo.
Seider, K., and Berry L., 1998. Service Fairness: What It Is and Why It Matters,
Academy of Management Executive, Vol. 12: 8 – 20.
Singhvi, S. S., and Desai, H. B., 1971. An Empirical Analysis of The Quality of
Corporate Financial Disclosure. The Accounting Review, 46 (1),129-138.
Sheridan, Titman., and Wessels, Roberto., 1988. The Determinants of Capital
Structure Choice, The Journal of Finance, Vol. 43 No. 1 pp 1-19.
Shivdasani, A., 1993. Board Composition, Ownership Structure, and Hostile
Takeovers. Journal of Accounting and Economics. pp. 16: 167-198.
Siamat, Dahlan., 1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta.Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Solomon, R. Michael., 1999. Consumer Behavior, Buying, Having and
Beingupper. Saddle River: Prentice Hall.
Thurau, P.L., and Walsh, K.L., 2003. International Marketing. Chicago. Dryden
Press.
Tjiptono, F., 2002, Strategi Pemasaran. Yogyakarta. Penerbit: Andi Off-set.
Watts, R.L., and Zimmerman, J., 1978. “Towards A Positive Theory of The
Determination of Accounting Standard”. Accounting Review, January.
pp. 112-134.
Welker, M., 1995. Disclosure Policy, Information Asymmetry, and Liquidity in
Equity Markets. Contemporary Accounting Research, Vol. 11, No. 2,
(Spring). pp. 801-827.
57
Wirtz, Jochen., and Anna, S. Matilla., 2003. Consumer Responses to
Compensation, Speed of Recovery and Apology After A Service Failure,
International Journal of Service Industry Management, Vol.15, No.2.
pp. 150-166.
8.1. Websites
www.banksumselbabel.com. 2015, Bank Sumsel Babel Raih Juara Annual
Report Award, Sumatera Selatan, Bank Sumsel Babel.
Diakses 28 Desember 2015, (data empirik).
www.indonesiataxconsultant.com. 2008. Pajak karyawan PPh Pasal 21: Apakah
PPh Pasal 21 Itu?. Tax and Solutions. Diakses 4 Januari 2016.
www.otoritasjasakeuangan.com. 2015, Booklet Perbankan Indonesia. Jakarta,
Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan (Mei).
Diakses 13 November 2015, (data empirik).
8.2. Peraturan Perundang-undangan
Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2006. Salinan Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan
Nomor: KEP-134/BL/2006 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Tahunan Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik. Jakarta. Badan Pengawas
Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/20005 Tentang Penilaian Kualitas
Aktiva Bank Umum.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/205 Tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank Umum.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 8 Tentang Peristiwa Setelah
Tanggal Neraca. 14 Oktober 2001 (revisi 2003).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 26 Tentang Biaya Pinjaman.
(revisi 1997).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 29 Tentang Laporan Auditor
Atas Laporan Keuangan Auditan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 30 Tentang Going Concern.
58
9. LAMPIRAN
9.1. Surat Keputusan STIE Lembah Dempo Pagaralam
Gambar 9.5. Surat Keputusan STIE Lembah Dempo Pagaralam
60
9.3. Kuesioner
No. /2016/K-Port.
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP
PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SUMSEL BABEL
DENGAN WORD OF MOUTH SEBAGAI VARIABEL MODERASI
KOTA PAGARALAM
Kepada yang terhormat agen-agen responden,
Komitmen Presiden Mengenai Pemerintahan Terbuka:
―… Undang-undang keterbukaan informasi publik meniscayakan apa yang
dilaksanakan oleh pemerintah, publik memiliki hak untuk mengetahuinya. Inilah
ciri-ciri dari open government yang menjadi salah satu nilai dalam negara
demokrasi‖.
(Presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono, Juli 2011)
Mengingat:
1) Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: S-13565/BL/20 12 tanggal 27 November 2012 perihal
persetujuan atas rancangan keputusan direksi bursa tentang kriteria dan
tata-cara penyampaian informasi pemenuhan kriteria "Dalam Satu Grup
Perusahaan" oleh perusahaan tercatat,
2) Peraturan Nomor VIII.G.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep
38/PM/1996 tentang Laporan Tahunan,
3) Peraturan Nomor X.K.1/Keputusan Bapepam Nomor: Kep-86/PM/1996
tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada
Publik,
4) Peraturan No. X.K.2/Keputusan Ketua Bapepam No. 36/PM/2003 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala,
5) Peraturan No. X.K.4/Keputusan Ketua Bapepam No. 27/PM/2003 tentang
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum,
6) Peraturan Nomor X.K.5/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep
46/PM/1998 tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan
Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit,
7) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 atau Peraturan
Nomor IX.I.5. tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit,
61
8) Peraturan Nomor VIII.A.1/Keputusan Ketua Bapepam No. Kep
34/PM/2003 tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan Di
Pasar Modal,
9) Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep
20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit
Di Pasar Modal,
10) Peraturan Nomor: X.J.1/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep
79/PM/1996 tentang Laporan Kepada Bapepam oleh Akuntan.
Berdasarkan uraian peraturan tersebut diatas, isi dan jenis pelaporan Bank
Sumsel Babel yang wajib disampaikan kepada pihak publik dan Bapepam
diharapkan cukup memberikan akses informasi yang diperlukan para investor
terhadap Bank Sumsel Babel. Dengan kata lain, data dan informasi yang
disediakan dapat memenuhi kebutuhan informasi sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi. Dibawah ini termaksud pernyataan-pernyataan yang menguji
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank
Sumsel Babel Dengan Word of Mouth Sebagai Variabel Moderasi Kota
Pagaralam. Oleh karena itu uji kompetensi anda terkonsentrasi pada jawaban
jawaban yang anda berikan. Klausula yang terjadi diharapkan membantu praktisi
dan akademisi dalam melengkapi variabel kontrol dan memenuhi pencarian
informasi perusahaan anda.
62
Dengan Hormat, Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Sukarela Pada Bank Sumsel Babel Dengan Word of Mouth
Sebagai Variabel Moderasi Kota Pagaralam mengingat anda sebagai orientasi
opini dan kredibilitas prestis Bank Sumsel Babel dalam mengisi tabel dan
checklist berbentuk kuesioner dibawah ini, guna meyakinkan komitmen investor
dan rekomendasi bagi nasabah terhadap Bank Sumsel Babel 2020, terima kasih,
dan sekaligus alat pembuktian bahwa Bank Sumsel Babel adalah hak Republik
Indonesia dalam memberikan kebanggaan berkehidupan berbangsa dan bernegara.
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa semua
keterangan yang saya berikan dalam aplikasi ini adalah benar dan akurat serta
merupakan data terkini,
1. Nama Lengkap : __________________________________
2. Alamat : __________________________________
3. Nomor Handphone : __________________________________
4. Nomor Faksimil : __________________________________
5. Email : __________________________________
6. Jabatan : __________________________________
7. Nama Perusahaan : __________________________________
8. Persentase Kepemilikan : __________________________________
9. Nama Perusahaan Anda : __________________________________
10. Nama Perusahaan Entitas Anak : __________________________________
11. Jenis Hubungan Perusahaan Anda : __________________________________
a. Individual (individual acting as a sole proprietorship),
b. Waralaba (corporation),
c. Kemitraan (partnership),
d. Perseroan Terbatas (limited liability company), atau
e. Lainnya (other business entity) (mohon beri tanda ―O‖ pada pilihan anda).
12. Jenis Kelamin : __________________________________
13. Kewarganegaraan : __________________________________
14. Pendidikan Terakhir : __________________________________
Petunjuk Umum:
1) Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden,
2) Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden,
3) Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukan
secara langsung (tidak menunda) guna menghindari ketidakkonsistenan
atas jawaban,
4) Responden berhak untuk menambahkan atau mengurangi hal-hal yang
tercantum dalam kuesioner ini, memiliki pandangan berbeda dengan
responden lainnya atau dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi
dengan alasan yang kuat,
5) Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategi internal dan
eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah (a) 1 = kurang sekali
(KS), (b) 2 = kurang (K), (c) 3 = rata-rata (R), (d) 4 = baik (B), dan (e) 5 =
istimewa (I).
63
9.3.1. Berikan data terkini pada prospektus dibawah ini
Tabel 9.4. Kegiatan Usaha Bank Sumsel Babel 2011-2015 (bank industries operations)
(dalam miliaran rupiah)
Indikator Desember 2011 Desember 2012 Desember 2013 Desember 2014 Desember 2015
1. Kredit Yang Diberikan Kepada Pihak
Ketiga.
2. Kredit Yang Diberikan Kepada Bank
Lain
3. Giro
4. Interbank Call Money
5. Deposito Berjangka
6. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
7. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
8. Obligasi
9. Kredit Yang Diberikan
10. Surat Berharga
11. Giro
12. Tabungan
13. Simpanan Berjangka
14. Kewajiban Kepada Bank Indonesia
15. Kewajiban Kepada Bank Lain
16. Surat Berharga Yang Diterbitkan
17. PinjamanYang Diterima
18. Kewajiban Spot dan Derivatif
19. Kewajiban Lainnya
20. Setoran Jaminan
21. Modal Pinjaman
64
9.3.2. Berikan data terkini pada prospektus dibawah ini.
Tabel 9.5. Laporan Keuangan Publikasi Laporan Laba Rugi Bank Sumsel Babel 2011-2015
(dalam miliaran rupiah)
Indikator Desember 2011 Desember 2012 Desember 2013 Desember 2014 Desember 2015
1. Pendapatan Bunga
a. Dari Bank Indonesia
b. Dari Penempatan Pada Bank Lain
c. Dari Surat Berharga
d. Dari Kredit Yang Diberikan:
- kepada pihak ketiga bukan bank
- kepada bank lain
2. Beban Bunga
a. Kepada Bank Indonesia
b. Kewajiban Pada Bank Lain
c. Kepada Pihak Ketiga Bukan Bank:
- giro
- tabungan
- simpanan berjangka
d. Surat Berharga
e. Pinjaman Yang Diterima
g. Koreksi atas Pendapatan Bunga
3. Penurunan Nilai Wajar dan Kerugian
Penjualan Surat Berharga
4. Penurunan Nilai Wajar dan Kerugian
Penjualan Kredit Yang Diberikan
5. Jumlah Laba/Rugi Bersih (setelah
taksiran Pph)
65
9.3.3. Berikan data terkini pada prospektus dibawah ini.
Tabel 9.6. Laporan Kinerja Bank Sumsel Babel 2011-2015
(dalam miliaran rupiah)
Indikator Desember 2011 Desember 2012 Desember 2013 Desember 2014 Desember 2015 Rasio Pemenuhan Kecukupan Modal Minimum
(%):
a. Modal
b. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Rasio Modal Inti Terhadap ATMR (%):
a. Modal Inti (tier I)
b. ATMR
Return on Assets Ratio (%):
a. Laba Sebelum Pajak
b. Rata-rata Total Aset
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (%):
a. Biaya Operasional
b. Pendapatan Operasional
Net Interest Margin Ratio (%):
a. Pendapatan Bunga Bersih
b. Rata-rata Total Aset Produktif
Loan to Deposit Ratio (%):
a. Total Kredit Kepada Pihak Ketiga Bukan
Bank
b. Total Dana Pihak Ketiga
Rasio Aset Likuid (%)
a. Aset Likuid Primer
b. Aset Likuid Sekunder
c. Total Aset
66
9.3.4. Checklist Kuesioner
Petunjuk Khusus:
1) Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap keberhasilan Bank Sumsel Babel dalam bisnis
perbankan,
2) Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategi internal dan eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah:
a. 1 = kurang sekali (KS),
b. 2 = kurang (K),
c. 3 = rata-rata (R),
d. 4 = biasa saja (BS), dan
e. 5 = istimewa (I).
Pemberian bobot masing-masing faktor strategik dilakukan dengan memberikan tanda [√] pada tingkatan (1-5) yang paling sesuai
menurut responden.
Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.
Tabel 9.7. Checklist Kuesioner
Indikator No. Deskripsi KS K R BS I
Karakteristik
Perusahaan
1. Apakah saat ini Bank Sumsel Babel anda merupakan pemegang saham pengendali
(PSP) pada bank lain?
2. Apakah Bank Sumsel Babel anda menjadi pemasok perangkat keras, material,
perlengkapan, bahan kimia atau pelindung beneficial owner?
3. Apakah visi dan misi, rencana bisnis, dan rencana strategi menjadi tanggung jawab
direksi Bank Sumsel Babel?
4. Apakah Bank Sumsel Babel anda bermaksud menjadi pengendali sebagai PSP dengan
tujuan investasi jangka panjang (strategic partner)?
67
Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.
Tabel 9.8. Checklist Kuesioner
Indikator No. Deskripsi KS K R BS I
Karakteristik
Perusahaan
5. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki daftar saham yang dimiliki oleh anggota
direksi?
6. Sejauh sesuai dengan hukum yang berlaku, apakah Bank Sumsel Babel anda
mempunyai kebijakan intern yang tertulis mengenai anggota direksi dengan
kedudukan rangkap sebagai direktur pada perusahaan lain?
7. Apakah terdapat potensi benturan kepentingan (conflict of interest) antara Bank
Sumsel Babel anda dengan direksi?
8. Apakah rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan diadakan 6 (enam) bulan
setelah tahun buku dan sesuai dengan ketentuan pasal 65 ayat 2 UU Perseroan
Terbatas?
9. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki daftar saham yang dimiliki oleh anggota
keluarga direksi dan komisaris?
10. Apakah Bank Sumsel Babel anda 51% (30% untuk perusahaan publik) dimiliki atau
dikendalikan oleh satu orang atau lebih adalah perempuan?
68
Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.
Tabel 9.9. Checklist Kuesioner
Indikator No. Deskripsi KS K R BS I
Karakteristik
Perusahaan
11. Apakah perempuan di Bank Sumsel Babel anda terdaftar sebagai wakil perusahaan
yang memiliki hak untuk mewakili perusahaan dalam kegiatan usaha. Jika terdapat
lebih dari satu wakil perusahaan (rekan perwakilan) di perusahaan yang sama, maka
jumlah saham yang dimiliki oleh rekan perwakilan perempuan harus melebihi jumlah
saham yang dimiliki oleh rekan perwakilan pria (saham yang disebutkan diatas hanya
berlaku untuk voting saham)
12. Apakah Bank Sumsel Babel anda 51% (30% untuk perusahaan publik) dimiliki dan
dikendalikan oleh satu orang atau lebih adalah gay, lesbian, biseksual atau
transgender?
13. Apakah Bank Sumsel Babel anda 51% (30% untuk perusahaan publik) dimiliki dan
dikendalikan oleh etnis minoritas?
14. Apakah Bank Sumsel Babel anda adalah usaha laba dimana 51% (30% untuk
perusahaan publik) dimiliki dan dikendalikan oleh satu orang atau lebih adalah
penyandang cacat, atau organisasi nirlaba yang mempekerjakan penyandang cacat?
69
Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.
Tabel 9.10. Checklist Kuesioner
Indikator No. Deskripsi KS K R BS I
Pengungkapan
Sukarela
1. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki sistem manajemen mutu yang
terdokumentasi?
2. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki program keamanan data atau informasi
yang didokumentasikan dan seseorang bertanggungjawab untuk mengawasi program
keamanan data atau informasi tersebut?
3. Apakah Bank Sumsel Babel anda telah membangun program dan prosedur dalam
sistem manajemen yang memampukan, memastikan dan mengonfirmasi kepatuhan
dengan semua hukum, peraturan serta persyaratan kontrak yang terkait? Ini berlaku
untuk semua hukum, peraturan dan persyaratan kontrak yang ada, bukan hanya yang
berhubungan dengan lingkungan saja?
4. Apakah evaluasi pribadi dan audit dilakukan secara teratur oleh Bank Sumsel Babel
anda untuk menilai kinerja dan memeriksa kepatuhan terhadap persyaratan sistem
manajemen lingkungan dan sosial?
5. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki sistem yang handal untuk mencatat jumlah
jam kerja setiap hari?
6. Apakah Bank Sumsel Babel anda menghitung dan membayar upah lembur
sebagaimana diatur oleh hukum?
7. Apakah rekening Bank Sumsel Babel anda berlokasi di negara yang sama dimana
perusahaan secara hukum terdaftar untuk melakukan usaha?
70
Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.
Tabel 9.11. Checklist Kuesioner
Indikator No. Deskripsi KS K R BS I
Pengungkapan
Sukarela
8. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki polis asuransi yang akan menutupi biaya
terkait pelanggaran keamanan?
9. Apakah Bank Sumsel Babel anda menyediakan informasi yang sama kepada
pemegang saham ataupun analis investasi?
10. Apakah perdagangan sukuk di pasar sekunder dibolehkan Bank Sumsel Babel anda
berdasarkan prinsip syariah?
11. Apakah penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) memerlukan persetujuan dari
dewan perwakilan rakyat (DPR)?
71
Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.
Tabel 9.12. Checklist Kuesioner
Karakteristik No. Deskripsi KS K R BS I
Word of Mouth 1. Unemployment
2. Apakah layanan, produk, dan teknologi disediakan Bank Sumsel Babel anda?
3. Untuk produk perangkat keras, apakah Bank Sumsel Babel anda memastikan
kepatuhan dengan peraturan negara termasuk keamanan produk, kompabilitas
elektromagnetik (electromagnetic compatibility (EMC)), dan telekomunikasi dimana
produk ini dijual? (Catatan: Ini mungkin memerlukan sertifikasi atau keterangan
kepatuhan, label produk, dan catatan atau peringatan dalam dokumentasi pengguna)
4. Apakah Bank Sumsel Babel anda akan bertanggungjawab dalam menyediakan layanan
sehubungan dengan tindakan pemerintah, seperti pembayaran pajak, denda atau biaya
untuk badan pemerintah, pengisian permohonan atau dokumen lain atau permohonan
persetujuan, otorisasi, izin, lisensi atau visa pemerintah?
5. Apakah Bank Sumsel Babel anda mengenkripsi data rahasia pribadi yang dikirim
melalui internet atau jaringan tidak aman lainnya?
6. Bagaimana Bank Sumsel Babel anda melindungi informasi rahasia pribadi jika dan
saat dipindahkan secara non elektronik (misalnya, dengan kurir)?
7. Apakah Bank Sumsel Babel anda mengenkripsi data rahasia pribadi yang dimuat pada
komputer laptop atau media penyimpanan portabel?
72
Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.
Tabel 9.13. Checklist Kuesioner
Karakteristik No. Deskripsi KS K R BS I
Word of Mouth 8. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki proses pelaporan insiden pelanggaran?
9. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki peraturan tentang hadiah dan donasi?
10. Apakah jenis kompensasi yang diberikan Bank Sumsel Babel anda kepada komisaris?
(gaji (terlepas dari kinerjanya), bonus (yang tergantung dari kinerjanya), stock options,
dan lain-lain (silahkan dirinci)
11. Apakah Bank Sumsel Babel anda melakukan survei kepuasan karyawan?
12. Jika Bank Sumsel Babel anda dimiliki oleh perusahaan lain, apakah perusahaan ini
atau perusahaan induk utama Bank Sumsel anda (jika ada) memiliki hubungan mitra
usaha dengan Bank Sumsel anda?
13. Apakah Bank Sumsel Babel anda melakukan survei kepuasan pelanggan?
14. Dalam hal terjadi produk cacat (misalnya insiden keamanan produk atau
ketidakpatuhan terhadap ketetapan peraturan negara), apakah Bank Sumsel Babel anda
memiliki cara untuk mengurangi risiko meliputi tindakan perbaikan, penarikan
kembali dan atau pemberitahuan kepada pelanggan jika diperlukan?
15. Dalam hal terjadi produk gagal, apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki cara untuk
mengurangi dan mengelola masalah dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh
produk gagal tersebut?
73
Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.
Tabel 9.14. Checklist Kuesioner
Karakteristik No. Deskripsi KS K R BS I
Word of Mouth 16. Apakah Bank Sumsel Babel anda akan bertanggungjawab dalam mewakili
kepentingan anda atau nasabah saat menghadapi badan atau agen pemerintah untuk
memengaruhi keputusan hukum atau kebijakan pemerintah (misalnya pelobi,
konsultan, dan lain-lain)?
17. Apakah Bank Sumsel Babel anda atau kelompok bisnis anda pernah ditolak
permohonan izinnya di bidang perbankan oleh otoritas di Indonesia dan di negara lain?
18. Apakah Bank Sumsel Babel anda pernah dipublikasikan atau menjadi objek investigasi
pihak berwenang di Indonesia atau negara lain dalam perkara pidana atau tindak
pidana di bidang keuangan?
top related