pengaruh asam giberelat (g a3) dan kalium nitrat …digilib.unila.ac.id/55021/3/skripsi tanpa bab...
Post on 14-May-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH ASAM GIBERELAT (GA3) DAN KALIUM NITRAT (KNO3) SERTAINTERAKSINYA TERHADAP SENESCENCE BUNGA POTONG BUNGA
MATAHARI (Helianthus annuus L.)(Skripsi)
OlehMentari Primaresti
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGARUH ASAM GIBERELAT (GA3) DAN KALIUM NITRAT (KNO3)SERTA INTERAKSINYA TERHADAP SENESCENCE BUNGA POTONG
BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.).
Oleh
Mentari Primaresti
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah campuran larutan KNO3
dan GA3 lebih efektif dari larutan KNO3 atau GA3 dalam menjaga kesegaran
bunga potong bunga matahari. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Botani
Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung dari bulan November – Desember 2017. Penelitian dilaksanakan dalam
percobaan faktorial 2x3 dengan Faktor A adalah larutan GA3 dengan 3 taraf
konsentrasi : 0%, 0,25% dan 0,5%. Faktor B adalah larutan KNO3 dengan 2 taraf
konsentrasi 0% dan 5%. Setiap kombinasi perlakuan diulang 4 kali. Sebagai
parameter penelitian adalah berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan
karbohidrat terlarut total bunga potong bunga matahari, dan kandungan klorofil
a,b, dan total daun bunga potong bunga matahari. Pengamatan dilakukan 7 hari
setelah perlakuan. Uji homogenitas ragam dan analisis ragam ditentukan pada
taraf nyata 5%. Simple effect KNO3 pada setiap taraf konsentrasi GA3 ditentukan
dengan uji F pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GA3 dan
KNO3 tidak efektif pada kandungan berat segar, berat kering, kadar air relatif,
kandungan karbohidrat terlarut total, kandungan klorofil a, b, dan total, namun
larutan campuran antara GA3 dengan konsentrasi 0,25% dan KNO3 meningkatkan
secara nyata kandungan klorofil b dan total daun bunga potong bunga matahari.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa campuran larutan GA3 0,25% dan KNO3
5% efektif menjaga kesegaran bunga potong bunga matahari dengan
meningkatkan kandungan klorofil b dan total daun bunga potong bunga matahari.
Kata kunci : KNO3, GA3, bunga potong, bunga matahari
PENGARUH ASAM GIBERELAT (GA3) DAN KALIUM NITRAT
(KNO3) SERTA INTERAKSINYA TERHADAP SENESCENCE BUNGA
POTONG BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)
Oleh
Mentari Primaresti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar lampumg pada tanggal 14
Oktober 1996, sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara dari
Ayahanda Mirsan Elyas Harun dan Ibunda Erma Sari. Penulis
mengawali pendidikan taman Kanak – Kanak di TK Ikal
Dolog Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2001
dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) di SD Kartika II – 5 Bandar Lampung pada tahun
2002, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 4 Bandar
lampung pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1
Bandar Lampung pada tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung
pada tahun 2014 melalui jalur SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Genetika dan Fisiologi Tumbuhan. Penulis juga menjadi anggota Biro
Dana dan Usaha di Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) fakultas MIPA
Unila pada tahun 2015.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan mengucap syukur kehadiran Allah SWT, aku mempersembahkankarya kecil ini sebagai pertanggung jawaban, bakti serta mimpi untuk :
Papa dan mama tersayang dan tercinta atas segala doa yang kalianberikan, perhatian yang sangat luar biasa, pengertian yang amat banyak,serta kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan kepadaku dengan
tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilan yang diperoleh.
Abang dan adikku, serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikansemangat dan dukungan selama menjalin pendidikan.
Kekasih hatiku Yunizar Bagus Dewanto yang selalu memberi dukunganserta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, dan yang selalu
mendengarkan keluh kesah dalam membuat skripsi.
Para Guru dan Dosen yang telah membimbing, mendidik dan berbagi ilmukepadaku.
Sahabat – sahabat yang selalu memberikan semangat dan menemani selamamenjalani pendidikan.
Orang – orang terdekat yang selalu menjadi pendengar yang baik di saatsedih maupun senang.
Almamater kebanggaan Universitas Lampung
MOTTO
Syukuri apapun yang kamu miliki saat ini, dan mulailah
untuk memperbaiki setiap kesalahan yang pernah di buat di
masa lalu untuk menjadi lebih baik di masa depan
(Mentari)
Apapun yang terjadi dalam hidup ini,
semuanya adalah suatu proses pembelajaran dan
pendewasaan yang tuhan ajarkan pada manusia
(Mario Teguh)
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat,
hidayah dan innayahNya laporan Skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Skripsi dengan Judul “Pengaruh Asam Giberelat (GA3) dan Kalium Nitrat
(KNO3) Serta Interaksinya Terhadap Senescence Bunga Potong Bunga Matahari
(Helianthus annuus L.)”
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada
1. Ibu Dra. Martha L. Lande, M.P. sebagai dosen pembimbing 1 yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan nasihat dan ilmu bagi
penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi.
2. Bapak Ir. Zulkifli, M.Sc. sebagai dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing, memberikan nasihat dan ilmu bagi penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi.
3. Ibu Dra. Yulianty, M.Si. sebagai pembahas yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing, memberikan nasihat dan ilmu bagi penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi.
4. Ibu Endang Linirin sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberi
saran, nasihat, dan bimbingan nya selama penulis menjadi mahasiswa.
5. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., sebagai Dekan fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam(FMIPA) Universitas Lampung.
ix
6. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si. sebagai ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7. Bapak Hambali yang telah membantu dalam peminjaman alat dan semua
keperluan penelitian.
8. Mama dan Papa yang tidak pernah lelah memberikan perhatian, dukungan serta
motivasi untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Yunizar Bagus Dewanto yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis, dan
selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Nur Jannah dan Maulidina yang telah mau berjuang bersama untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat – sahabat yang selalu memberi dukungan Agustin Mauliya safitri, Oksa
Trinanda, Roy, Victoria Agatha, Reyca Ayu, Irvana Fabella, Jelita Eka, Suzanna,
Chelpa, Shelvi, Merlia Donna,.
12. Orang – orang terdekat yang selalu memberikan semangat, dukungan dan nasihat
untuk penulis dalam mengerjakan skripsi.
13. Teman – teman Biologi angkatan 2014 terimakasih untuk pengalaman yang telah
dilalui bersama – sama, akan menjadi kenangan indah untuk hidup penulis.
14. Kakak tingkat biologi yang telah berbagi pengalaman.
15. Keluarga besar KKN Desa Rajabasa Baru Agung, Soma, Thareh, Ayuza, Oca,
dan Rahma.
16. Almamater tercinta Universitas Lampung
x
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini
dan masih dibutuhkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
. Bandar Lampung, 19 Desember 2018
Penulis
Mentari Primaresti
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
PERSEMBAHAN........................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
SANWACANA ............................................................................................... viii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah ................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
D. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 5
E. Hipotesis ................................................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) ........................... 10
B. Morfologi Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) ............................ 11
C. Syarat Tumbuh Bunga Matahari .......................................................... 13
D. Proses Pembudidaya Bunga Matahari.................................................. 13
E. Kandungan Yang Terdapat Pada Bunga Matahari............................... 18
xii
F. Senescence ........................................................................................... 19
1. Pengertian Senescence .................................................................. 19
2. Pengertian Senescence Bunga ......................................... 20
3. Pengertian Senescence Daun ………………………………........ 21
G. Asam Giberelin (GA3)......................................................................... 22
H. Kalium Nitrat (KNO3)......................................................................... 24
III. METODELOGI PENILITIAN
A. Tempat dan Waktu .............................................................................. 26
B. Alat dan Bahan................................................................................... 26
C. Rancangan Percobaan ........................................................................ 27
D. Variabel dan Parameter...................................................................... 28
E. Pelaksanaan........................................................................................ 28
F. Pengamatan ........................................................................................ 29
G. Analisis Data...................................................................................... 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Berat Segar Bunga Matahari .......................................................... 34
2. Berat Kering Bunga Matahari ........................................................ 35
3. Kandungan Air Relatif Bunga Matahari ........................................ 35
4. Kandungan Karbohidrat Terlarut Total .......................................... 36
5. Kandungan Klorofil a..................................................................... 37
6. Kandungan Klorofil b..................................................................... 38
7. Kandungan Klorofil Total .............................................................. 40
B. Pembahasan.......................................................................................... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 48
LAMPIRAN.................................................................................................... 50
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.Notasi Faktor, Taraf dan Kombinasi Perlakuan.................................. 27
Tabel 2.Rata-rata Berat Segar Bunga Matahari ............................................... 34
Tabel 3. Rata-rata Bersat Kering Bunga Matahari........................................... 35
Tabel 4. Rata-rata Kandungan Karbohidrat Terlarut Total .............................. 36
Tabel 5. Rata-rata Klorofil a ............................................................................ 37
Tabel 6. Rata-rata Klorofil b ............................................................................ 38
Tabel 7. Rata-rata Klorofil Total...................................................................... 40
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Matahari (Helianthus annuus L.) ................................... 11
Gambar 2. Struktur Kimia GA3........................................................................ 23
Gambar 3. Struktur Kalium Nitrat KNO3 ........................................................ 25
Gambar 4. Grafik Kandungan Klorofil b Gambar 1 ........................................ 39
Gambar 5. Grafik Kandungan Klorofil b Gambar 2 ........................................ 40
Gambar 6. Grafik Kandungan Klorofil Total Gambar .................................... 41
Gambar 7. Pemisahan Larutan GA3 dan KNO3 ............................................... 51
Gambar 8. Perendaman Bunga Hari Ke 1 dan 3 .............................................. 52
Gambar 9. Perendaman Bunga Hari ke 6......................................................... 53
Gambar 10. Pengovenan Bunga Matahari ....................................................... 53
Gambar 11. Penimbangan Kelopak Bunga Matahari ...................................... 54
Gambar 12. Kandungan Karbohidrat Matahari ............................................... 54
Gambar 13. Kandungan Klorofil Matahari ..................................................... 55
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) adalah tanaman yang enak
dipandang dan mudah perawatannya, karena itu tanaman ini telah lama
dikenal di Indonesia sebagai tanaman hias. Diperkirakan tanaman ini
berasal dari Meksiko dan telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Bunga
ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu jenis untuk hiasan dan jenis untuk
makanan. Bunga matahari yang dikembangkan untuk industri makanan,
terbagai menjadi dua kelompok besar yaitu bunga untuk bahan baku
industri minyak dan bunga untuk makanan kecil (confectionery) (Rudi,
2009).
Jenis bunga matahari yang digunakan sebagai bahan baku minyak,
mempunyai kadar minyak yang lebih tinggi dan kulit yang lebih tipis. Di
dunia, negara penghasil biji bunga matahari utama adalah Rusia dan
Perancis, sedangkan di Asia penghasil utamanya adalah Cina dan India. Di
negara-negara tersebut biji bunga matahari umumnya diolah menjadi
minyak, tetapi ada juga yang diolah menjadi makanan dan bahan baku
kosmetik.
2
Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) merupakan tumbuhan semusim
dari suku kenikir-kenikiran (Asteraceae) yang populer, baik sebagai
tanaman hias maupun tanaman penghasil minyak. Tumbuhan ini yaitu
biasanya berwarna kuning terang, dengan kepala bunga yang besar
(diameter bisa mencapai 30cm). Bunga ini sebetulnya adalah bunga
majemuk, tersusun dari ratusan hingga ribuan bunga kecil pada satu
bongkol. Bunga Matahari juga memiliki perilaku khas, yaitu bunganya
selalu menghadap ke arah matahari atau heliotropisme (Daiman, 2009).
Tanaman bunga Matahari berasal dari Meksiko dan Peru Amerika Latin.
Di Indonesia, bunga matahari sudah diteliti sejak tahun 1970. Pada
mulanya tanaman bunga matahari dikenal sebagai tanaman hias, kini
manfaatnya semakin luas. Salah satu produk bunga matahari adalah biji-
bijian yang diolah sebagai bahan baku industri makanan berupa kwaci dan
penghasil minyak nabati yang dibutuhkan dalam industri minyak
(Karyanto, 2010).
Terdapat dua tipe bunga matahari yaitu bunga tepi atau bunga lidah yang
membawa satu kelopak besar berwarna kuning cerah dan steril, dan bunga
tabung yang fertil dan menghasilkan biji. Bunga tabung ini jumlahnya bisa
mencapai 2000 kuntum dalam satu tandan bunga. Penyerbukan terbuka
(silang) dan dibantu oleh serangga. Pada hari yang cerah, tandan bunga
majemuk mengikuti pergerakan harian Matahari (asal nama tumbuhan ini),
yang gejalanya disebut heliotropisme sehingga tumbuhan mendapat
3
keuntungan 10% lebih fotosintesis karena pergerakan ini (Supriyanto,
2010).
Tumbuhan ini telah dibudidayakan oleh orang-orang Indian Amerika
Utara sejak ribuan tahun lalu. Selanjutnya tersebar ke Amerika Selatan dan
menjadi salah satu sumber pangan bagi warga Inka. Setelah penaklukan
oleh orang Eropa, bunga Matahari diperkenalkan ke Eropa dan berbagai
penjuru dunia lainnya pada abad ke-16. Semenjak abad ke-17 bijinya
digunakan dalam campuran roti atau diolah sebagai
pengganti kopi serta cokelat. Penggunaannya sebagai sumber minyak
mulai dirintis pada abad ke-19 (Taryono,2009).
Bunga matahari menyukai tanah yang subur dan hangat. Tumbuhan ini
menyukai suasana yang cerah. Mengingat asalnya, tumbuhan ini cocok
tumbuh pada tempat dengan iklim subtropik. Di daerah tropika hasilnya
tinggi jika ditanam pada dataran tinggi. Di daerah beriklim sedang seperti
Eropa tumbuhan ini hanya bisa ditanam pada musim semi hingga musim
gugur dan harus dihindari terkena frost (Firman, 2010).
Asam giberalat adalah hormon tumbuhan yang sangat penting dalam
proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol proses
perkecambahan. Asam giberalat dibutuhkan untuk pembebasan α-amilase
untuk menghasilkan hidrolisis tepung dalam proses perkecambahan.
Respon positif tumbuhan terhadap asam giberalat terjadi dalam kisaran
4
konsentrasi yang luas, bahkan kandungan asam giberalat yang tinggi tidak
bersifat racun. Penggunaan asam giberalat dapat mempengaruhi besarnya
organ tanaman melalui proses pembelahan dan pembesaran sel.
Keutamaan sintesis asam giberalat pada tanaman tingkat tinggi adalah
meningkatkan meristematik daun, akar, dan perkecambahan. Asam
giberalat sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh
terhadap sifat genetik, perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Asam
giberalat aktif untuk merangsang perkembangan sel serta dapat
meningkatkan hasil tanaman. Perendaman asam giberalat selain
menambah tinggi tanaman juga menambah luas daun yang berarti terdapat
peninggatan aktivitas fotosintesis. Biosintesis Asam Giberalat terutama
berlangsung dalam tunas, daun dan akar (Wilkin , 2013).
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa campuran larutan GA3
dan KNO3 lebih efektif dalam menunda senescence bunga potong dari
bunga matahari dari pada larutan tunggal GA3.
5
C. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diformulasi larutan perendam
yang efektif dalam menunda senescence bunga potong bunga matahari
sehingga dapat memperpanjang umur (vase life) bunga potong bunga
matahari. Dari sudut fisiologi tumbuhan hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberi kontribusi bagi proses pemahaman senescence bunga
potong bunga matahari dan pemahaman peran kalium, nitrat dan GA3
dalam metabolisme bunga potong bunga matahari.
D. Kerangka Pemikiran
Bunga matahari termasuk tanaman hias yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Bunga matahari sering digunakan sebagai bunga potong untuk
penghias ruangan dalam bentuk rangkaian bunga dan dekorasi. Namun,
ketahan simpan dan kulitas bunga matahari (Helianthus annuus L.)
sebagai bunga potong tidak sebaik ketahanannya sebagai tanaman hias
dalam pot, karena setelah panen bunga akan mengalami kelayuan lebih
cepat dari biasanya. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk
meningkatkan ketahanan simpan bunga potong matahari agar kesegaran
(vase life) dan kualitas bunga matahari yang telah di panen ini dapat
maksimal .
6
Menurut penelitian terdahulu menyatakan bahwa hormon sitokinin dan
giberelin dapat menunda penguningan daun pada bunga potong.
Penggunaan hormon giberelin yang dikombinasikan dengan thidiazuron
(sitokinin sintetis) pada konsentrasi 0 mM Gibberellin Acid (GA3), 5, 10
µM Thidiazuron (TDZ), dan 0,5 mM GA3, µM TDZSerta penelitian
sebelumnya dari bapak sugiono yang menggunakan air kelapa dengan
konsentrasi 0%, 30%, 40%, 50%, dan 60% untuk menjaga kesegaran
bunga potong matahari (Helianthus annuus L.) (Sugiono,2012).
Ada bebagai macam teknik aplikasi yang digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman, salah satunya adalah perendaman.
Perendaman yang dilakukan pada tangkai bunga potong dengan larutan
GA3 dapat menggantikan sebagian atau seluruh fungsi nutrisi dan sintesis
yang dilakukan pada tanaman bunga sebelum dipotong. Hasil percobaan
Ferrante dkk, (2009) menyimpulkan bahwa bunga potong yang diberi
perlakuan GA3 memiliki masa simpan lebih lama.
Pada penelitian ini pengaruh pemberian kombinasi KNO3 dan GA3
terhadap senenscence di evaluasi berdasarkan kandungan klorofil a,b dan
total daun bunga potong, berat segar bunga, berat kering bunga,
kandungan karbohidtar terlarut total dan kadar air relatif bunga serta level
gula reproduksi.
7
Senyawa KNO3 di dalam air akan berionisasi menjadi ion K+ dan NO3-.
Ion K+ merupakan unsur makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Salah satu peran fisiologis ion kalium adalah berkenaan dengan status air
tanaman (plant – water relationship). Karena itu, aplikasi larutan KNO3
pada bunga potong dapat mempengaruhi kesegaran bunga potong. Dalam
penelitian ini efek perendaman bunga potong matahari dalam larutan
KNO3 5% b/v dievaluasi berdasarkan berat segar bunga dan kadar air
relatif bunga. Berat segar dan kadar air relatif merupakan indikator yang
tepat untuk menilai kesegaran bunga potong.
GA3 merupakan salah satu hormon tumbuhan yang penting dalam proses
pertumbuhan tanaman disamping auksin dan sitokinin. Efek fisiologi GA3
diantaranya adalah dalam mengontrol tinggi tanaman, proses
perkecambahan biji, biosintesis klorofil dan pembungaan. Karena itu,
aplikasi larutan GA3 pada bunga potong dapat mempengaruhi kesegaran
bunga potong yang ditunjukkan oleh perubahan berat segar dan kadar air
relatif, serta berat kering. Berdasarkan peran ion K+ , NO3- dan GA3
dalam metabolisme tanaman maka diduga kombinasi larutan KNO3 dan
GA3 lebih efektif daripada larutan tunggal KNO3 atau GA3 dalam
menjaga kesegaran bunga potong matahari.
8
E. Hipotesis
1. Kombinasi larutan KNO3 dan GA3 lebih efektif dari pada larutan
tunggal GA3 atau KNO3 dalam menunda senescence bunga potong
bunga matahari.
Hipotesis statistik
H0 : µ0 =µ1
H1 : µ0 <µ1
µ0 = nilai tengah kandungan klorofil ( a, b dan total ) daun bunga
potong matahari yang diberi perlakuan tunggal
µ1 = nilai tengah kandungan klorofil ( a, b dan total ) daun bunga
potong matahari yang diberi perlakuan kombinasi.
2. Kombinasi larutan KNO3 dan GA3 dapat mempengaruhi metabolisme
bunga potong matahari.
Hipotesis statistik
H0 : µ0 =µ1
H1 : µ0 ≠ µ1
µ0 = nilai tengah berat kering bunga dari bunga potong matahari yang
diberi perlakuan tunggal.
µ1 = nilai tengah berat kering bunga dari bunga potong matahari yang
diberi perlakuan kombinasi.
Hipotesis statistik
H0 : µ0 =µ1
9
H1 : µ0 ≠ µ1
µ0 = nilai tengah kandungan karbohidrat terlarut total bunga dari
bunga potong matahari yang diberi perlakuan tunggal.
µ1 = nilai tengah kandungan karbohidrat terlarut total bunga dari
bunga potong matahari yang diberi perlakuan kombinasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Taksonomi Bunga Matahari
Klasifikasi Taksonomi Bunga Matahari menurut Natural Resources and
Conservation Service, USDA (2017) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Mangoliopsida
Subclass : Asteridae
Order : Asteridales
Famili : Asteraceae
Genus : Helianthus
Spesies : Helianthus annuus L.
11
Gambar 1. Bunga Matahari (Helianthus annuus L.)(Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)
B. Morfologi Bunga Matahari
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) adalah tumbuhan semusim dari suku
kenikir-kenikiran (Asteraceae) yang populer, baik sebagai tanaman
hias maupun tanaman penghasil minyak. Bunga tumbuhan ini sangat khas:
besar, biasanya berwarna kuning terang, dengan kepala bunga yang besar
(diameter bisa mencapai 30 cm). Bunga ini sebetulnya adalah bunga
majemuk, tersusun dari ratusan hingga ribuan bunga kecil pada satu bongkol.
Bunga Matahari juga memiliki perilaku khas, yaitu bunganya selalu
menghadap / condong ke arah matahari atau heliotropisme. Orang Perancis
menyebutnya tournesol atau "pengelana Matahari". Namun, sifat ini
disingkirkan pada berbagai kultivar baru untuk produksi minyak karena
memakan banyak energi dan mengurangi hasil (Ardiyansyah, 2010).
12
Tanaman bunga matahari ini dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 1-2 m
batang tebal dan kuat tumbuh keatas., biji bunga matahari ini memiliki kulit
keras dan berbentuk pipih memanjang dengan warna keabuan dan kehitaman.
Bunga matahari ini termasuk bunga majemuk yang tersusun dari ribuan
bunga kecil dalam satu bonggol. Selain itu, bunga matahari ini juga
mempunyai bunga besar dan berbentuk pita sepanjang tepi tawan dengan
warna kuning terang. Bunga matahari memiliki ciri khas yaitu tumbuh kearah
cahaya matahari. Daun bunga matahari ini bertangkai panjang dan lebar dan
memiliki bunga yang saling berhadapan atau selang seling. Batang bunga ini
terdiri dari batang lurus ( monodial ), dengan mencapai ketinggian 0,3 – 5 m.
Bagian batang berbulu, berbentuk bulat, batang tumbuh mengangguk, dan
mempunyai batang yang basah. Akar bunga matahari ini dapat mencapai 3 –
4 m, yang mempunyai perakaran yang kuat sehingga dapat menembus
kedalam tanah. Akar bunga ini halsu, lebat dan mendatar (Neti, 2013).
13
C. Syarat Tumbuh Bunga Matahari
Bunga matahari (Helianthus annuus L.), ditanam pada halaman dan taman-
taman yang cukup mendapat sinar matahari, sebagai tanaman hias. Tanaman
ini cocok di segala alam tetapi tanaman ini paling subur di daerah
pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak
mendapatkan sinar matahari langsung. Bunga matahari dapat tumbuh
didataran rendah sampai ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.
Bunga matahari tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air, karena akar-
akarnya akan membusuk (Hasanah and Wikardi, 1989).
D. Proses Pembudidayaan Bunga Matahari
Bunga Matahari menyukai tanah yang subur dan hangat. Tumbuhan ini
menyukai lingkungan yang cerah. Hal ini karena, tumbuhan ini cocok tumbuh
pada tempat dengan iklim subtropik. Pada daerah tropika hasilnya tinggi
apabila ditanam pada dataran tinggi. Di daerah beriklim sedang seperti Eropa
tumbuhan ini hanya bisa ditanam pada musim semi hingga musim gugur dan
harus dihindari terkena frost. Kerapatan tanam biasanya 60.000 hingga
70.000 tanaman per hektar.
1. Pengenalan Benih.
Pengenalan benih ini merupakan proses awal yang sangat penting. Benih
bunga matahari bisanya besar dan sangat gampang dikenali. Karena benih
14
ini sering dikonsumsi sebagai kwaci. Salah satu jenis biji bunga matahari
yang digunakan adalah jenis Mammoth Grey, jenis Velvet Queen, Evening
Sun.
2. Penyiapan lahan
Pada umumnya bunga Matahari bisa tumbuh di kondisi tanah yang subur,
selama ada sinar matahari penuh dan air. Tapi untuk penyemaian, dapat
dipilih tanah yang gembur dan subur yang sanggup mengikat air dengan
baik. Bisa juga langsung ditanam di media permanennya, seperti di
taman,dikebun atau di mana saja anda suka.
3. Penyiapan bibit
Bunga matahari ini diperbanyak dengan biji. Biji benih berasal dari bunga
pertama induknya yang sudah tua. Caranya dengan penyemaian. Biji benih
yang akan dibuat bibit haruslah biji terbaik dan bermutu tinggi. sehingga
hasil yang didapat akan memuaskan.
4. Penanaman
Budidaya bunga matahari dengan biji dengan cara diterbarkan langsung di
lapangan dengan kedalaman 3 – 8 cm. Jenis ini memerlukan tempat
pembibitan medium yang bebas gulma. Penanaman dengan cara mekanik,
biji rata-rata 3 – 8 kg/ha tergantung pada ukuran biji dan jaraknya. Jarak
yang umum digunakan adalah 60—75 cm antar baris dan 20—30 cm
dalam baris. Kerapatan tanaman bervariasi tergantung dari pada
lingkungan dan kultivarnya 15 000—30 000 tanaman/ha dibawah hujan
15
dan 40 000—60 000 untuk bunga matahari yang diirigasakan mengecil,
bahkan kerdil.
Biji benih diambil dan ditabur dalam bekas yang mengandung tanah basah,
ia mudah berkecambah dan cepat membesar. Jika hanya butuh sedikit,
cukup menggunakan pot sebagai wahana persemaian. Untuk skala besar,
semaikan di bedengan. Tunggu 10 hari sejak masa tabur, atau bila tinggi
bibit sekitar 15 – 20 cm, baru boleh dipindahkan ke lokasi tanam. Satu
lubang, cukup satu bibit. Jarak tanam sekurang – kurangnya 1 meter
persegi. Jika terlalu rapat, batang tak akan berkembang dan bercabang.
Besaran bunga pun Tanaman bunga matahari sebaiknya ditanam pada
tanah gembur. Di awal penanaman, taburkan 3 kg pupuk kandang (kotoran
ayam, kotoran kambing, kotoran lembu) per bibit. Ulangi saat tanaman
berumur sebulan. Berikan 25 gram ZA per batang. Di usia 1,5 bulan,
tambahkan 15 gram TSP per batang. Jangan lupa, perhatikan saluran
pembuangan air, hama dan penyakit yang bisa mendera. Umur 2 bulan,
bunga dari batang utama mulai kuncup, diikuti cabang – cabang di ruas –
ruas daun di bawahnya. Satu batang tanaman bisa menghasilkan 10 – 12
tangkai bunga.
5. Perawatan
Perawatan tanaman ini cukup mudah bila dibandingkan dengan tanaman
lain, penanganan yang mutlak diperlukan hanya pemupukan, pengairan
dan pembasmian gulma. Penyiraman tanaman cukup dilakukan satu hari
sekali. Jumlah pemupukan dan pengairan yang diperlukan juga lebih kecil
16
dari jagung. Sampai saat ini, dalam praktek di lapangan belum ditemukan
adanya hama yang mengganggu pertanian bunga matahari sehingga tidak
diperlukan adanya pembasmian hama dengan pestisida.
6. Panen
Untuk memanen biji bunga matahari, terlebih dahulu harus diperhatikan
bahwa bunga yang akan dipanen harus sudah tua yang ditandai bunga
mengalami pengeringan kelopak bunganya. Kemudian perhatikan tangkai
dan bagian belakang bunga. Bunga yang muda terlihat berwarna hijau
cerah, sementara bunga yang sudah tua akan berwarna kuning kecoklatan.
Tunggu sampai tangkai bunga kering dan berwarna coklat. Biasanya hal
ini akan diikuti dengan keadaan pohon yang seperti meranggas dan
kelihatan hampir kering.Lihat bagian tengah bunga yang berupa biji. Biji
akan kelihatan berwarna hitam dengan garis garis putih atau sebaliknya.
Trik untuk memastikan biji bunga mataharinya sudah cukup tua adalah,
anda bisa melakukan gerakan menyentuh (mencongkel dengan lembut)
bagian biji bunga. Bila terasa ada biji bunga yang lepas dari tempatnya,
itu tandanya biji bunga sudah cukup tua untuk dipanen. Biasanya
pemanenan ini dilakukan setelah tanaman bunga matahari berumur 100
hari.
7. Pengolahan dan Pemanfaatan pasca panen
Bunga matahari bisa diolah menjadi berbagai produk, sebagai contoh
diolah menjadi minyak, tepung dan kapsul. Pengolahan biji bunga
matahari hingga menjadi produk minyak dan tepung melewati proses-
17
proses pengeringan, pengupasan, pembersihan dan penyortiran,
penghalusan dan pengempaan biji dengan screw press (cold pressing).
Proses pengeringan dan penyortiran dilakukan tanpa menggunakan mesin
sedangkan proses lainnya menggunakan mesin.
Untuk minyak, setelah dihasilkan dari mesin screw press, minyak tersebut
harus dimurnikan terlebih dahulu. Proses pemurniannya meliputi
degumming (penghilangan getah), Neutralization (penghilangan asam
lemak bebas), dan Bleaching (penghilangan zat warna). Minyak, tepung
dan produk lainnya selanjutnya dikonsumsi untuk peningkatan kesehatan.
Pada proses pengolahan dihasilkan hasil samping berupa kulit biji dan
bungkil. Kulit biji dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang
hemat. Bungkil bunga matahari memiliki kandungan protein yang tinggi
(31 – 37%) karena itu sangat cocok bila digunakan sebagai tambahan
pakan ternak terutama untuk usaha penggemukan (Duke, 1983).
18
E. Kandungan yang Terdapat pada Bunga Matahari
1. Kandungan biji bunga matahari
Biji bunga matahari terdiri dari kulit (hull) dan inti biji (kernel).
Secara umum komposisi kulit bunga matahari mempunyai komposisi
sebagai berikut:
Kandungan utama kulit biji bunga matahari adalah serat, karena itu
bagian ini kurang memiliki nilai ekonomi. Pemanfaatan yang mungkin
dilakukan adalah dengan menggunakannya sebagai bahan bakar.
Tabel 1. Komposisi inti biji bunga matahari
Protein Lemak NFE Pentosan Serat Abu
Minimal 23 28 35 12 7,43 3,66
Maksimal 26 71 55 55 27,02 4,3
NFE : Nitrogen Free Extract (Ekstrak bebas nitrogen)
Sumber : DokterSehat.com
Sedangkan berdasarkan analisa terhadap sampel milik CV. Bunga
Matahari yang dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam dan
Lingkungan Universitas Padjadjaran didapatkan kadar protein 30.32%
dan kadar lemak 48.28%.
Bila diolah menjadi minyak, maka akan dihasilkan produk samping
berupa bungkil, bungkil ini mempunyai kandungan protein yang tinggi
19
sehingga cocok untuk dijadikan bahan pakan ternak. Minyak yang
terkandung dalam biji bunga matahari tersebut mempunyai komposisi
sebagai berikut :
Komposisi minyak bunga matahari menurut Maiti (1988)
Asam Lemak Kadar (%)
Asam Palmitat (as. Lemak jenuh) 7,2
Asam Stearat (as. Lemak jenuh) 4,1
Asam Oleat (as. Lemak tak jenuh, omega 9) 16,2
Asam Linoleat (as. Lemak tak jenuh, omega 6) 72,5
F. Senescence
1. Pengertian Senescence
Senescence ( penuaan ) tanaman ialah proses penurunan kondisi dan
aktivitas metabolisme yang disertai pertambahan umur dan mengarah
pada kematian tanaman. Senescence dapat terjadi secara alami atau
karena pengaruh eksternal seperti lingkungan abiotik ( suhu ekstrem,
keterbatasan hara ) dan biotik ( patogen, naungan ). Senescence
berkaitan dengan proses absisi, dimana senescence dimulai dengan
berkurangnya suplai nutrisi pada suatu organ, penurunan aktivitas
metabolisme dan pertambahan umur. Senescence pada tanaman, baik
pada bunga atau daun dipengaruhi dan dikontrol oleh interaksi
beberapa hormon yaitu etilen, asam absisat
20
( ABA ), dan sitokinin. Perubahan yang terjadi akibat adanya interaksi
ketiga hormon merupakan hasil interaksi signaling dalam proses
penuan (O’ Donoghue, 2006).
2. Senescence bunga
Senescence bunga merupakan tahap akhir dari perkembangan bunga
yang ditandai dengan kelayuan bunga dan gugurnya perhiasan bunga (
corolla ). Proses senescence keseluruhan bunga diatur oleh
mekanisme genetika dan bergantung pada energi. Senencence petal
diinduksi oleh peningkatan aktivitas RNAase, kadar etilen yang
memacu terjadinya perombakan komponen sel dan degradasi
antosianin sehingga warna bunga menjadi pudar. Senescence bunga
juga terjadi karena polinasi yang menyebabkan degradasi
makromoleku dan remobilisasi nutrisi untuk proses perkembangan
jaringan seperti ovarium ( O’ Donoghue, 2006 ).
Produksi etilen meningkat saat senescence dan perlakuan etilen
eksogeno akan mempercepat proses senescence mahkota bunga.
Selain etilen, ABA juga merupakan hormon pengatur utama dalam
senescenece bunga, dan penggunaan ABA secara eksogenous akan
mempercepat gajala senescenece dan mengatur transkripsi gen-gen
senescense ( Hoffman, 1984 ).
21
Sehingga dapat disimpulkan bahwa etilen dan ABA akan memicu
adanya senescence bunga. Sedangkan sitokinin memiliki peran yang
berkebalikan dengan etilen dan ABA. Sitokinin menunda senescence
bunga. Level sitokinin pada mahkota bunga anyelir menurun sejalan
dengan bertambahnya umur, dan penambahan sitokinin eksogen dapat
memperlambat proses penuaan. Namun tidak semua bunga potong
akan merespon adanya sitokinin eksogen untuk menanggulangi efek
etilen yang dihasilkan oleh bunga tersebut. Respon sitokinin terhadap
bergantung pada jenis bunga, tingkat perkembangan bunga dan
konsentrasi sitokinin ( Woodson, 1991 ).
3. Senescence Daun
Sama halnya dengan senescence bunga, senescence pada daun
ditandai dengan menguningnya daun tersebut, hal ini karena daun
mulai kehilangan klorofil yang digantikan oleh pembentukan pigmen
lain (xantofil atau karoten),RNA, Protein, dan lipid dari membran
plasma serta level HPR dan rubisco menurut pada daun tua. HPR
merupakan enzim-enzim yang terlibat dalam proses fotosintesis,
diantaranya plastidic Fru-1,6- bisphosphatase, plastidic aldolase,
NADP-dependent glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase, dan
NADP-dependent malate dehydrogenase (Wingler,1998).
22
Penurunan protein dan klorofil pada kondisi senescence dapat
diinduksi oleh meningkatnya gula. Gula berupa glukosa dan fruktosa
meningkat pada daun yang sudah tua dan disertai dengan pati yang
rendah pada daun tua. Level sukrosa lebih tinggi pada daun tua dari
pada daun dewasa dan daun muda. Akumulasi heksosa pada daun tua
disebabkan oleh penghambatan gen-gen fotosintesis, dan interaksi
antara sitokinin dan gula dalam pengaturan senescence. Selain
akumulasi gula pada daun tua yang menyebabkan senescence, paparan
cahaya merah atau merah jauh yang rendah juga dapat menginduksi
senescenece. Hal ini berkaitan dengan penerimaan cahaya merah atau
cahaya merah jauh oleh fitokrom. Paparan cahaya merah atau merah
jauh yang rendah akan mengganggu proses fotosintesis karena
fitokrom merupakan penerima cahaya pada proses fotosintesis.
(Skutnik 2004).
G. Asam Giberelat (GA3)
Giberelat (GA3) merupakan senyawa tetrasiklik diterpenoid dengan sistem
cincin ent-giberelat yang ditemukan pada tahun 1926 ilmuwan Jepang.
GA3 ini merupakan salah satu ZPT yang diketahui dapat mendorong
terjadinya pembungaan. Giberelin dapat menggantikan kondisi lingkungan
spesifik guna mengendalikan pembentukan bunga. Inisasi pembungaan
yang disebabkan oleh giberelin merupakan peran pengganti hari panjang
dan menginduksi pembungaan pada tanaman hari pendek (Sponsel, 1995).
23
Gambar 3. Struktur Kimia GA3
(Sumber : Salisbury & Ross, 1995)
Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu
yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan
posisi gugus hidroksil dapat dibedakan menjadi gugus hidroksil yang
berada di atom C nomor 3 dan nomor 13. Tindakan menambahkan
giberelat mungkin memang mengaktifkan meristem sub apikal dan
karenanya menghasilkan bolting (pelompatan dari batang untuk
membentuk bunga) yang sebaliknya memungkinkan mulai terjadinya
pengeluaran bunga. Sejauh ini pengaruh GA3 yang paling nyata adalah
memperpanjang batang dan tangkai bunga bukan karena jumlah buku
bertambah, melainkan oleh pembesaran dan pembelahan sel (Wilkins,
1992).
24
H. Kalium Nitrat (KNO3)
Kalium Nitrat ( KNO3 ) merupakan salah satu senyawa garam yang
bersifat elektrolit kuat. Senyawa ini memiliki 2 buah ion yang terdiri dari
ion K+ dan ion NO3-. Kalium nitrat merupakan senyawa garam yang
menjadi salah satu sumber penting dari gas nitrogen yang ada di alam.
Biasanya mineral yang kaya akan kalium nitrat ialah mineral niter Kalium
Nitrat merupakan senyawa garam yang berwujud padat dalam suhu kamar,
senyawa ini berbentuk kristal metalik bewarna putih dan tidak berbau.
Tingkat kelarutan kalium nitrat di dalam air cukup baik, pada suhu 00 C
kalium nitrat dapat larut sebanyak 133 gr/l, pada suhu 200 C kalium nitrat
dapat larut sebanyak 316 gr/l dan pada suhu 1000 C kalium nitrat dapat
larut sebanyak 2460 gr/l ( Rama, 1992).
Jika diperhatikan,kelarutan kalium nitrat semakin tinggi seiring
bertambahnya suhu air, hal ini merupakan hal yang sangat lumrah
mengingat senyawa garam merupakan senyawa yang apabila suhu
pelarutnya dinaikkan maka kelarutanya akan juga bertambah karena
adanya energi kisi dari senyawa garam tersebut. Bila dilarutkan ke dalam
air, senyawa ini akan menyerap energi dari lingkungan alias reaksi
pelarutanya bersifat endoterm sehingga suhu air akan turun di saat
senyawa ini kita larutkan kedalamnya. pH dari larutan KNO3 berkisar
antara 6,2 - 7,0 , hal ini menunjukkan bahwa senyawa KNO3 bersifat netral
25
tidak seperti senyawa NaOH, Senyawa kalium nitrat tidak bersifat
higroskopik (Rukmana, 2003).
Gamabar 3. Struktur Kalium Nitrat KNO3
(Sumber : http://strukturkimiakaliumnitrat.com)
Kalium Nitrat merupakan senyawa elektrolit kuat, bila dilarutkan ke dalam
air maka kalium nitrat akan mengion menjadi ion K+ dan ion NO3-. Selain
menunjukkan sifatnya sebagai senyawa ion, kalium nitrat juga bersifat
"Oxidizer" alias agen pengoksidasi yang kuat. Artinya senyawa ini dapat
mengoksidasi zat lain,sementara dia sendiri mengalami reduksi. Bila
direaksikan dengan senyawa yang bersifat reduktor maka reaksinya dapat
menimbulkan ledakan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati terhadap
senyawa yang bersifat oksidator. karena sewaktu-waktu pada pemanasan
dan pencampuran dengan senyawa reduktor, senyawa ini bisa menjadi
tidak stabil. Sifat oxidizer dari kalium nitrat ini dapat dimanfaatkan
sebagai pengawetan bunga atau pun sebagai pupuk (Iriani, F, 2009).
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani di ruang Fisiologi Tumbuhan
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung dari bulan November sampai Desember 2017.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : erlenmeyer, beakerglass,
tabung reaksi, gelas ukur, rak tabung reaksi, corong, batang pengaduk, pipet
volume, pipet tetes, spektrofotometer, cuvet, timbangan digital, sentrifuge,
oven, gunting, cutter, pinset dan kamera hp.
Bahan-bahan yang digunakan adalah bunga potong Matahari (Helianthus
annuus) yang diperoleh dari kebun petani bunga potong di Bandar Lampung,
asam giberelat (GA3), Kalium Nitrat (KNO3) , etanol (klorofil), 96%, kertas
saring Whatman no 1 , kapas, tissue, dan label.
27
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam percobaan faktorial 3 x 2. Faktor A adalah
GA3 dengan taraf 3 konsentrasi 0% (b/v) ) 0,5 % (b/v) dan 1% (b/v). Faktor B
adalah KNO3 dengan 2 taraf konsentrasi 0% (b/v) 5% (b/v). Setiap kombinasi
perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh jumlah satuan
percobaan adalah 24.Notasi faktor, taraf kombinasi perlakuan disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Notasi faktor, taraf dan kombinasi perlakuan percobaan faktorial 3x 3
Faktor A(GA3)
B(KNO3)
Taraf a1 a2 a3
b1 a1b1 a2b1 a3b1
b2 a1b2 a2b2 a3b2
Keterangan :
a1b1 : GA3 0% (b/v) , KNO3 0% (b/v)
a2b1 : GA3 0,5 % (b/v) , KNO3 0% (b/v)
a3b1 : GA3 1% (b/v) , KNO3 0% (b/v)
a1b2 : GA3 0% (b/v) , KNO3 5% (b/v)
a2b2 : GA3 0,5% (b/v) , KNO3 5% (b/v)
a3b2 : GA3 1% (b/v) , KNO3 5% (b/v)
28
D. Variabel dan Parameter
Variabel dalam penelitian ini adalah kandungan klorofil a,b dan klorofil total
daun bunga potong, berat segar bunga, berat kering bunga, kandungan
karbohidtar terlarut total dan kadar air relatif bunga. Parameter kuantitatif
dalam penelitian ini adalah semua nilai tengah (µ) variabel penelitian, dan
sebagai parameter kualitatif adalah level gula pereduksi bunga.
E. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap yaitu penyiapan satuan
percobaan, pembuatan larutan GA3 serta larutan KNO3 , pengamatan dan
analisis data.
a. Penyiapan Satuan Percobaan
Bunga potong matahari sebanyak 24 potong dipilih dan diseleksi yang
seragam dalam ukuran dan mekar bunga. Tangkai bunga dipotong
hingga sepanjang 25 cm. Ujung tangkai bunga dipotong miring untuk
meningkatkan luas permukaan bidang penyerapan. Masing-masing
bunga potong dimasukkan kedalam gelas pelastik yang nanti akan di
isi larutan GA3 dan KNO3. Seluruh satuan percobaan diletakkan pada
suhu kamar (27ºC)
29
b. Pembuatan Larutan GA3
Masing-masing 0,5 gram GA3 dan 1 gram GA3 dilaurtkan dalam 100
ml aquades sehingga diperoleh konsentrasi larutan GA3 0,5% (b/v) dan
1% (b/v). Sebagai kontrol (0% b/v) adalah aquades dengan volume
100 ml
c. Pembuatan Larutan KNO3
5 gram KNO3 di larutkan dalam 100 ml aquades sehingga diperoleh
konsentrasi KNO3 5% (b/v) sebagai kontrol adalah (0% b/v) adalah
aquades dengan volume 100 ml
d. Pemberian Perlakuan
Ke dalam gelas plastik yang telah berisi bunga potong dimasukkan
masing-masing 50 ml lauran GA3 dan 50 ml larutan KNO3 ,sehingga
volume total larutan adalah 100 ml. Bunga potong di inkubasi selama 7
hari.
F. Pengamatan
a. Berat Segar Bunga
Berat segar bunga diukur dengan cara bunga dipisahkan dari batang
dan daun. Kemudian bunga ditimbang dengan neraca digital dan
dinyatakan dalam gram (g).
30
b. Berat Kering Bunga
Bunga yang sudah diukur berat segarnya, dikeringkan dalam oven
pada temperatur 105-110 ºC selama 2 jam. Kemudian bunga yang
sudah kering ditimbang dengan neraca digital dan dinyatakan dalam
gram (g).
c. Kadar Air Relatif
Kadar air relatif bunga ditentukan menurut Yamasaki dan Dillenburg
(1999) dengan rumus berikut :
Keterangan :
BS= berat segar bunga
BK = berat kering bunga
d. Kandungan Klorofil ( klorofil a, klorofil b, klorofil total)
Penentuan kandungan klorofil menggunakan metode Wintermans dan
De Mots (1965). 0,5 gram daun bunga matahari dalam mortar,
kemudian ditambahkan 50 ml alkohol 95%. Ekstrak disaring ke dalam
Erlenmeyer. Sisa gerusan yang masih tertinggal di kertas saring
digerus kembali, kemudian disaring kembali ke dalam Erlenmeyer.
Volume disesuaikan menjadi 100% dengan menambahkan alkohol
Kadar air relatif bunga = x 100
31
95%. Ekstrak siap ditentukan kandungan klorofil a, klorofil b dan
klorofil total. Kandungan klorofil ditentukan dengan cara diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 649 dan 665 nm. Kandungan
klorofil dinyatakan dalam miligram/gram jaringan yang diekstrak dan
dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Keterangan :
Chl a : Klorofil a
Chl b : Klorofil b
Chl total : Klorofil Total
A665 : Absorbansi pada panjang gelombang 665 nm
A649 : Absorbansi pada panjang gelombang 649 nm
V : Volume alkohol 95%
W : Berat daun
Chl a = 13.7.A665-5.76.A649 ( )
Chl b = 25,8.A649- 7,6.A665 ( )
Chl total = 20,0.A649 + ,10.665 ( )
32
e. Kandungan Karbohidrat Terlarut Total
Kandungan karbohidrat terlarut total diukur dengan metode fenol-
sulfur (Witham et al., 1993). Sebanyak 100 mg bunga mawar
ditimbang dengan neraca digital. Selanjutnya, bunga dihaluskan dalam
mortar dan ditambahkan 100 ml aquadest. Ekstrak disaring kedalam
erlenmayer dengan kertas saring Whatman no 1. 2 ml ekstrak dipipet
kedalam tabung reaksi dan ditambahkan berturut-turut 2 ml H2SO4
pekat dan 1 ml larutan fenol. Ekstrak diinkubasi pada suhu kamar
sampai terbentuk warna coklat kemerahan yang menunjukkan adanya
karbohidrat terlarut total. Absorbansi diukur pada panjang gelombang
490 nm dengan spektrofotometer UV. Kandungan karbohidrat terlarut
total dihitung berdasarkan kurva standar glukosa.
Kurva standar glukosa
10 mg glukosa dilarutkan kedalam 100 ml aquadest. Selanjutnya, 0,2;
0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml larutan glukosa dipipet kedalam 5 tabung reaksi
sudah dilabeli konsentrasi glukosa. Volume disesuikan menjadi 3 ml
dengan menambahkan aquadest. Kemudian berturut-turut ditambahkan
2 ml asam sulfat pekat dan 1 ml larutan fenol kedalam tabung reaksi.
Tabung reaksi diinkubasi pada suhu kamar sampai terbentuk warna
coklat kemerahan. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 490 nm
dengan spektrofotometer UV. Kurva standar di plot dengan sumbu X
sebagai konsentrasi glukosa dan sumbu Y sebagai absorbansi.
33
f. Gula Pereduksi
Gula pereduksi dideteksi dengan metode Benedict. 5 ml ekstrak
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan selanjutnya ditambahkan 3 ml
reagent benedict dan diinkubasi dalam air panas selama 10 menit.
Endapan warna merah bata yang terbentuk menunjukkan adanya gula
pereduksi.
G. Analisis Data
Untuk Mengetahui pengaruh GA3 dan KNO3 beserta interaksinya maka
homogenitas ragam diuji berdasarkan uji Levene. Kemudian data yang
diperoleh dianilisis ragam pada taraf 5%. Jika interaksinya kedua faktor
(faktor A dan B) tidak nyata maka ditentukan main effect dengan uji BNT
pada taraf nyata 5%. Jika interaksi kedua faktor nyata maka dilanjutkan
dengan penentuan simple effect KNO3 pada setiap taraf konsentrasi GA3
dengan uji F pada taraf nyata 5%.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa GA3 dan KNO3 tidak berpengaruh
nyata terhadap berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan
karbohidrat terlarut total, kandungan klorofil a, b, dan total. Namun, campuran
larutan GA3 0,25% dan KNO3 5% efektif menjaga kesegaran bunga potong
bunga matahari dengan meningkatkan kandungan klorofil b dan total daun
bunga potong bunga matahari.
B. Saran
Hasil penelitian ini perlu di konfirmasi dengan melakukan penelitian lanjutan
tentang efek GA3 dengan unsur makro lainnya terhadap bunga potong
matahari agar di dapat formulasi larutan perendam yang tepat yntuk menjaga
kesegaran bunga potong matahari.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyansyah. 2010. Morfologi Bunga Matahari. Erlangga. Jakarta
Daiman. 2009. Ciri – Ciri Bunga Matahari. Yogyakarta
Duke. 1983. Proses Pembudidayaan Bunga Matahari. Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor.
Emongor, V.E.2004. Effect of GA3 on postharvest quality and vase life of gerbera
cut flowers,J. UGM. Yogyakarta
Firman. 2010. Tempat Tumbuh Bunga Matahari. IPB. Bogor
Ferrante dkk. 2009. Tehnik Dalam Pertumbuhan Tanaman. New York
Hasanah and Wikardi. 1989. Syarat Tumbuh Bunga Matahari Dalam Perkebunan
Pertanian. IPB. Bogor
Hoffman. 1984. Percepatan Gejala Senescence. Universitas Indonesia. Jakarta
Iriani, F. 2009. Kalium Nitrat. ITB. Bandung
James. 2010. Bunga Matahari dan Cara Perawatan Pada Bunga Matahari.
Erlangga. Jakarta
Karyanto. 2010. Sejarah Bunga Matahari. Erlangga. Jakarta
Maiti. 1988. Kandungan Yang Terdapat Pada Bunga Matahari. Institut Teknologi
Bandung. Bandung
Marschner,M., 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. 2nd Edn., Academic
Press, London and New York.
Natural Resources and Conservation Service USDA. 2017. Klasifikasi dan
Morfologi Bunga Matahari.
Neti. 2013. Morfologi Bunga Matahari. Universitas Indonesia. Jakarta
O’ Donoghue. 2006. Senescence Bunga Potong. Cambridge University Press. UK.
49
Rama. 1992. Kalium Nitrat atau KNO3. Universitas Pembangunan Nasional
Veteran. Yogyakarta
Rina. 2010. Peran Utama Dalam Kalium. IPB. Bogor
Rudi. 2009. Pengertian Bunga Matahari. IPB. Bogor
Rukmana. 2003. Kedalaman pH Pada KNO3. . Universitas Pembangunan Nasional
Veteran. Yogyakarta
Skutnik. 2004. Interaksi antara sitokinin dan gula dalam pengaturan senescence.
Universitas Gadja Mada. Yogyakarta
Sponsel. 1995. Asam Giberelat. Erlangga. Jakarta
Taryono. 2009. Pembudidayaan Bunga Matahari. Erlangga. Jakarta
Wilkins. 1992. Giberelin atau Molekul – Molekul Giberelin. Rineka Cipta. Jakarta
Wingler. 1998. Senescence Atau Proses Penundaan Penguningan Bunga.
Penebaran Swadaya. Jakarta
Wintermans, J. F .G.M & De Mots, A. 1965. Spectrophotometric characteristics
of Chlorophylls a and b their pheophytins in etanol. Biochimia
Biophysica Acta.
Witham.1993. Kandungan karbohidrat terlarut total. Erlangga. Jakarta
Woodson. 1991. Proses Penuaan Bunga. ITB. Bandung
Sumber : http://strukturkimiakaliumnitrat.com
sumber: https://www.ipni.net/ppiweb/bcrops.nsf/$webindex/
top related