penerapan pendekatan scientific pada pembelajaran fisika...
Post on 01-Jan-2020
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMBELAJARAN FISIKA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Nama : Ria kartika sari
NPM : 4112042
Prodi : Pendidikan Fisika
Dosen Pembimbing : 1. Tri Ariani, M.Pd.Si
2. Yaspin Yolanda, M.Pd.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU
2016
PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMBELAJARAN FISIKA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh Ria kartika sari 1, Tri Ariani
2, Yaspin Yolanda
3
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Penerapan Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran Fisika Kelas
X SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 4
Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 Signifikan tuntas. Jenis penelitian ini adalah
eksperimen, dengan desain yang digunakan adalah one-group pre-tes and one group
post-test. Sampel penelitian diambil satu kelas secara acak, yaitu kelas X4 yang
berjumlah 36 siswa sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data skor tes akhir
di analisis dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar
setelah penerapan Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran Fisika Kelas X SMA
Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 secara signifikan tuntas. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan perhitungan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan α =
0,05 didapat t_hitung (2,48)> t_(tabel ) (1,69). Dengan demikian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, bahwa menggunakan
Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran Fisika Kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017 secara signifikan tuntas.
Kata Kunci = Pendekatan Scientific, Hasil Belajar.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Fisika merupakan ilmu dasar yang diajarkan mulai dari sekolah sampai
Perguruan Tinggi. Ilmu fisika sebagai bagian dari ilmu pengetahuan yang
membahas gejala dan prilaku alam yang dapat diamati oleh manusia. Sifat ingin
tahu anak didik perlu dirangsang, ditumbuhkan dan dipelihara, karena fisika
merupakan ilmu pengetahuan eksperimen mental, maka dengan mengadakan
percobaan siswa tidak hanya memahami dan menguasai konsep, teori, asas dan
hukum fisika, ia juga menerapkan metode ilmiah dan mengembangkan sikap
ilmiah.
Pendidikan fisika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai
sangat memegang peranan penting karena fisika dapat meningkatkan
kemampuan kreativitas dan proses berpikir anak. Fisika tidak hanya sekedar
berhitung akan tetapi lebih menitikberatkan pada proses penalaran yaitu dengan
belajar fisika peserta didik dapat berpikir kreatif serta sistematis bukan hanya
sekedar berhitung cepat di dalam kepala. Oleh sebab itu, pengetahuan fisika
harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.
Mayoritas guru Fisika masih kurang begitu paham tentang pembelajaran
dengan Scientific. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman guru tentang
pendekatan scientific. SMA Negeri 4 Kota Lubuklinggau yang sudah
terakreditasi A dan sebagai salah satu sekolah yang dipercaya siap
mengimplementasikan Kurikulum 2013. SMA Negeri 4 Kota Lubuklinggau ini
menggunakan Kurikulum 2013 dalam semua mata pelajaran termasuk dalam
pembelajaran Fisika. Berbekal pengalaman berkecimpung di dunia pendidikan
yang pernah dilalui oleh SMA Negeri 4 Kota Lubuklinggau dalam
menggunakan berbagai jenis kurikulum dan adanya akreditasi A nampaknya
belum cukup untuk menjadi modal dalam melaksanakan kurikulum 2013 secara
sempurna. Masih banyak problematika yang dialami oleh para guru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013 khususnya dalam menerapkan
pendekatan Scientific dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu salah satu guru fisika di
SMA Negeri 4 Lubuklinggau pada tanggal 21 Maret 2016, beliau mengatakan
siswa pada umumnya mempunyai respon yang kurang terhadap materi yang
disampaikan di dalam kelas, sehingga mereka tidak memperhatikan guru saat
menerangkan pelajaran. Selain itu siswa kurang siap dalam menghadapi
pelajaran dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Siswa akan
mengemukakan pendapatnya setelah ditunjuk langsung oleh guru. Walaupun
ada siswa yang semangat mengikuti pembelajaran, hanya terdapat pada siswa-
siswa tertentu saja dan saat mengerjakan latihan soal, sebagian siswa hanya
mengandalkan temannya tanpa mau berusaha sendiri. Begitu pula pada saat
diadakan ujian sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Oleh
sebab itu masih banyak siswa yang harus melaksanakan remidial. Hal ini
tercermin pada nilai hasil ujian semester genap di kelas X SMA Negeri 4
Lubuklinggau tahun ajaran 2015/2016. Dari 33 siswa, siswa yang tuntas adalah
23 orang dan yang tidak tuntas 10 orang. Hasil ini masih di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Dari masalah
tersebut, peneliti menduga bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa
diperlukan suatu pendekatan yang efektif agar siswa mempelajari materi dengan
sungguh-sungguh, mau bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung, tidak
menggantungkan diri dengan orang lain dan bekerja sama dalam memecahkan
permasalahan dalam proses pembelajaran yang selama ini telah dilakukan.
Mengingat pendekatan Scientific masih ada yang belum menerapkan di
SMA N 4 Lubuklinggau dan berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Scientific
pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2016/2017”.
Landasan Teori
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Belajar
Dimyati dkk (2013:10 ) Belajar merupakan kegiatan yang komplek.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto:2013:2). Menurut Hamalik (2001:27) mengemukakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami.
Anurrahman (2009:35) mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan
didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
Whittaker (dalam Aunurrahman 2009:35) mendefinisikan belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Sedangkan Menurut Abdillah (dalam Aunurrahman 2009:35) mendefinisikan
belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang meyangkut aspek aspek
kognitif, afektif, psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Selain itu,
Slameto (2010:2) mendefinisikan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang melakukan perbuatan belajar
sebagai hasil pengalaman itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian Pembelajaran
Menurut Uno dkk (2011:142) mendefinisikan pembelajaran berarti
proses, perbuatan, cara mengajar,atau mengajarkan sehingga anak didik mau
belajar sedangkan Rusman (2012:134) mendefinisikan pembelajaran merupakan
proses berlangsungnya interaksi belajar mengajar antara siswa dan guru, baik
interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu
proses interaksi komunikasi antara sumber belajar, guru, dan siswa baik secara
langsung maupun tidak langsung yang dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai pola pembelajaran, sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
3. Pengertian Hasil Belajar
Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan sekaligus
pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka
membantu meningkatkan keberhasilan siswa.keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari
siswa itu sendiri. Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan maksud untuk
melakukan perubahan pada diri siswa. Perubahan ini dapat dilihat dari hasil
akhir yang diperoleh siswa. Hasil akhir ini di identifikan dengan hasil
belajar.
Daryanto (2010:101-125) mendefinisikan hasil belajar adalah sejumlah
pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik, pada ranah kognitif terdapat enam aspek atau tingkatan, mulai
dari yang paling rendah yaitu hafalan sampai yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah
yakni: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Secara eksplisit ketiga ranah ini
tidak dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga
ranah tersebut, namun penekananya selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih
menekankan pada ranah psikomotorik, sedangkan mata ajar pemahaman konsep
lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut
mengandung ranah afektif.
Bloom (dalam Asep dkk 2012:16-19) menyatakan aspek-aspek kognitif
ini memiliki enam kemampuan atau kecakapan antara lain:
1. Pengetahuan (Knowledge) (C1), yaitu kemampuan seseorang untuk
mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah,
definisi, fakta, aturan, urutan, metode. jenjang kognitif yang meliputi tentang
hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses,
pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau setting. Dalam hal ini tekanan
utama pada pengenalan kembali fakta, prinsip. Kata-kata yang dipakai:
definisikan, ulang, laporkan, ingat, garis bawahi, sebutkan.
2. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang
sesuatu hal. Jenjang ini meliputi penerimaan dalam komunikasi secara
akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang
berbeda, mengorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian
dan dapat mengeksplorasikan. Kata-kata yang dapat dipakai: Menterjemah,
nyatakan kembali, diskusikan, gambarkan, organisasikan, jelaskan,
identifikasi, tempatkan, ceritakan, paparkan.
3. Penerapan (C3) yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring dan menerapkan
dengan tepat tentang teori prinsip, simbol pada situasi baru/nyata.
Penggunaan prinsip atau metode pada situasi baru. Kata-kata yang dapat
dipakai antara lain: Interprestasikan, terapkan, hitunglah, gunakan,
demontrasikan, praktekkan, ilustrasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan.
4. Analisa (C4) yaitu kemampuan berpikir secara logis dalam meninjau suatu
fakta/objek menjadi rinci. Jenjang yang keempat ini akan menyangkut
terutama kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi
menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara
bagian-bagian dan cara materi itru diorganisir. Kata-kata yang digunakan:
Pisahkan, analisa, bedakan, investarisasikan, hubungkan, pecahkan,
kategorikan.
5. Sintesia (C5) yaitu kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep
secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Jenjang yang sudah satu
tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah meliputi anak untuk manaruhkan
atau menempatkan bagian-bagian atau elemen satu sehingga membentuk
satu keseluruhan yang koheren. Kata-kata yang dipakai; Komposisi, desain,
formulasi, atur, rakit, kumpulkan, ciptakan, susun, organisasikan, siapkan,
rancang, sederhanakan.
6. Evaluasi (C6) yaitu kemampuan berpikir untuk dapat memberikan
pertimbangan terhadap suatu situasi, sistem nilai, metode, persoalan, dan
pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan.
Jenjang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap paling sulit dalam
kemampuan pengetahuan anak didik. Disini akan meliputi kemampuan anak
didik dalam pengambilan keputusan, atau dalam meyatakan pendapat tentang
nilai sesuatu tujuan, ide, pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi dan
lain-lain. Kata-kata yang dipakai: putuskan, hargai, nilai, skala, bandingkan,
revisi, skor, perkirakan.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (2013:54-71) mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi oleh dua faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor intern, Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
seperti; faktor kemampuan, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan psikis.
2. Faktor ekstern, Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa,
seperti lingkungan sosial (termasuk teman sebaya), faktor guru, kurikulum
sekolah, sarana dan prasarana.
5. Pendekatan Scientific
a. Pengertian Pendekatan Scientific
Daryanto (2014:51) menyatakan bahwa, pendekatan pembelajaran
scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi biasa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
tergantung pada informasi searah dari guru.
Sudarwa (dalam Majid, 2014:96) menyatakan bahwa, pendekatan
pembelajaran Scientific bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran.
Majid (2014:95) menyatakan bahwa, pendekatan pembelajaran
Scientific dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah. Kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber
observasi, bukan diberi tahu.
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan
pendekatan pembelajaran Scientific merupakan pembelajaran yang
dimaksudkan agar peserta didik mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah dan mendorong peserta didik dalam
mencari tahu berbagai materi dari beberapa sumber melalui observasi dan
bukan hanya diberi tahu.
b. Langkah-langkah Pendekatan Scientific Menurut Sani
1) Melakukan pengamatan atau observasi
Sani (2014:54) menyatakan bahwa, mengamati atau observasi
adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi.
2) Mengajukan pertanyaan
Sani (2014:57) menyatakan bahwa, siswa perlu dilatih untuk
merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari.
Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan
dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan dalam
upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan
3) Melakukan Eksperimen
Sani (2014:62) menyatakan bahwa, guru dapat menugaskan siswa
untuk mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber. Guru
perlu mengarahkan siswa dalam merencanakan aktivitas, melaksanakan
aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan.
4) Menalar
Sani (2014:66) menyatakan bahwa, kemampuan mengolah
informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan
kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang
diperoleh dari pengamatan yang dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola
dari ketertarikan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari
pola yang ditentukan.
5) Mengkomunikasihkan/Mempresentasikan
Sani (2014:71) menyatakan bahwa, kemampuan untuk
membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa
karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok
merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk
dapat membangun jaringan dan berkomunikasi.
c. Langkah – langkah Pembelajaran Scientific Menurut Majid
Adapun langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut majid:
1) Mengamati
Majid (2014:100) menyatakan bahwa, Kegiatan mengamati
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Metode ini
memiliki keunggulan seperti mengamati objek secara nyata, peserta
didik senang dan mudah dalam pelaksanaannya.
2) Menanya
Majid (2014:103) menyatakan bahwa, dalam kegiatan menanya
guru membuka kesempatan secara luas peserta didik untuk bertanya
mengenai apa yang sudah diamati. Guru harus mampu menginspirasi
peserta didik untuk untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah
sikap keterampilan, dan pengetahuannya.
3) Menalar
Majid (2014:109) menyatakan bahwa, penalaran adalah proses
berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran yang ada akan membuat siswa belajar lebih giat untuk
mengembangkan pikirannya dan gagasannya dalam pelaksanaannya.
4) Mengolah
Majid (2014:103) menyatakan bahwa, pada tahapan mengolah
ini peserta didik mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif.
Peserta didiklah yang harus lebih aktif dan guru lebih bersifat direktif
atau manajer belajar. Pada tahapan mengolah ini peserta didik secara
bersama-sama, saling bekerja sama, saling membantu mengerjakan
hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
5) Mencoba
Majid (2014:103) menyatakan bahwa, untuk memperoleh hasil
belajar nyata, peserta didik harus mencoba melakukan pengamatan,
terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
6) Menyimpulkan
Majid (2014:103) menyatakan bahwa, kegiatan menyimpulkan
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah hasil kegiatan
pengamatan yang telah dilakukan.
Sebagaimana dapat dilihat sintak pendekatan Scientific adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Sintak Pembelajaran Pendekatan Scientific
Kegiatan/Fase Aktivitas
Guru
Aktivitas Siswa
Mengamati
(Observasing)
Guru menyajikan
media obyek
secara nyata yang
berkaitan dengan
pembelajaran
yang akan
dilakukan
Siswa
melihat,mengamati,memb
aca,mendengar,menyima
k petunjuk yang telah
disajikan oleh guru yang
berupa media obyek tsb
Menanya
(Questioning)
Guru menyajikan
permasalahan
yang terjadi dan
berupaya
melibatkan siswa
1. Siswa mengajukan
pertanyaan dari
factual sampai ke
yang bersifat
hipotesis
2. Siswa diawali dengan
bimbingan guru
sampai dengan
mandiri
Pengumpulan
data (Exploring)
1. Guru
menugaskan
siswa untuk
mengumpulk
an data atau
1. Siswa menentukan
data yang diperlukan
dari pertanyaan yang
diajukan
2. Siswa menentukan
informasi dari
berbagai
sumber
2. Guru
mengarahkan
siswa dalam
merencanaka
n aktivitas
dan
melaksanakan
apa yang
telah
dilakukan
3. Guru
memfasilitasi
atau
membantu
siswa
menggunakan
bahan dan
peralatan
sumber data (benda,
dokumen, buku,
eksperimen)
3. Siswa
mengumpulkan data
Mengasosiasi
(Associating)
1. Guru melatih
siswa untuk
menentukan
data yang
relavan
dengan yang
tidak relavan
2. Guru melatih
siswa untuk
memberikan
argumen atau
data yang
utuh
terhadap
temuan atau
data yang
diperoleh
1. Siswa menganalisis
data dalam bentuk
membuat kategori
serta menentukan
hubungan
data/kategori
2. Siswa menyimpulkan
dari analisis data
Mengkomunika
sikan
(Comunication)
Guru melatih
siswa untuk
berkomunikasi
menemukan
konsep ketika
menyampaikan
informasi yang
ditemukan dalam
bentuk lisan,
tulisan, diagrm,
bagan, gambar
atau media
lainnya
Siswa menyampaikan
konseptulisasi dalam
bentuk
lisan, tulisan, diagram,
bagan, gambar atau
media lainnya
Metode Penelitian
Menurut Arikunto (2010:203), metode penelitian adalah cara yang
digunakan peneliti dalam mengumpul data penelitiannya. Dalam penelitian ini
menggunakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Yang dilaksanakan
tanpa adanya kelompok atau kelas pembanding.
Rancangan dalam penelitian ini menggunakan pola One-Group pre-test
dan post-test design karena desain ini tidak ada kelas kontrol. Dalam penelitian ini
tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu yaitu sebelum eksperimen dan sesudah
eksperimen. Tes dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pre-test, dan sesudah
eksperimen (O2) disebut post-test.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one pre-
test dan one post-test group. Menurut Arikunto (2010: 124), desain penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Pre-test Treatment Post-test
O1 X O2
Dimana O1= nilai tes awal, O2= nilai tes akhir, X= Threatmen (perlakuan
yang diberikan dengan menggunakan pendekatan Scientific).
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari dua variabel
yakni variabel bebas dan variabel terikat
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya (Sugiyono, 2013:4). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pendekatan Scientific
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2013:4). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
fisika dengan menggunakan pendekatan Scientific.
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2013:61), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya.
28
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri
4 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 8 kelas. Secara rinci
populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2
Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1 X(1) 36
2 X(2) 36
3 X(3) 36
4 X(4) 36
5 X(5) 34
6 X(6) 35
7 X(7) 36
8 X(8) 36
Total
285
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun 2016/2017
2. Sampel
Sugiyono (2013:62) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Simple random
sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara acak, dari seluruh
siswa kelas X diambil satu kelas. Pengundian dilakukan dengan cara menuliskan
nomor-nomor pada kertas kecil dalam hal ini yang ditulis adalah X1, X2, X3,
X4, X5, X6, X7, X8. Satu kertas untuk satu nomor kelas, kemudian digulung
dan dimasukan gelas dan ditutup. Setelah itu kertas tersebut dikeluarkan melalui
lubang kecil pada penutup gelas. Apabila salah satu kertas tersebut keluar,
berarti kertas yang berisikan nomor tersebut yang menjadi sample dalam
penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X4
sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 32 siswa.
C. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil belajar setelah diterapkan
pendekatan Scientific. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes. Arikunto (2010:193), menyatakan tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Teknik tes digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tes
tertulis, instrumen yang digunakan adalah soal tes. Tes yang digunakan untuk
mengukur data tentang hasil belajar siswa berbentuk essay. Tes dilakukan dua kali
yaitu pada saat tes awal (pretest) dan tes akhir (postest), dimana tes ini digunakan
untuk menilai kemampuan siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
menggunakan pendekatan Scientific.
D. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini setelah data diperoleh, maka selanjutnya
dilakukan analisis data yaitu:
1. Menentukan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Menurut Sudjana (2005:70) , nilai rata-rata dan simpangan baku diambil
dari tes awal dan tes akhir, untuk semua hasil belajar dengan rumus:
Sudjana (2005:70)
Dimana: = Nilai rata-rata sampel, fi = Frekuensi, xi = Titik tengah nilai
tes
Sudjana (2005:95)
Dimana: s = Simpangan baku, xi = Titik tengah nilai tes, = Nilai rata-rata
sampel, N = Banyaknya siswa dalam sampel, fi = Frekuensi.
2. Uji Normalitas
Menurut Sugiyono (2011:107), uji normalitas digunakan untuk
mengetahui kenormalan data, untuk menghitung uji normalitas dengan
menggunakan rumus :
k
i h
h
f
ff
1
2
02 )( Sugiyono (2013:107)
Dimana: χ2 =Harga Chi-kuadrat yang dicari, f0 = Frekuensi yang diobservasi,
fh= Frekuensi yang diharapkan.
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika χ2
hitung χ 2
tabel, artinya distribusi data tidak normal dan,
Jika χ2
hitung χ 2
tabel, artinya data berdistribusi normal.
3. Uji Hipotesis
Arikunto (2010: 110) menyatakan bahwa hipotesis sebagai satu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti. Uji
1
)( 2
n
xxfs
ii
x
hipotesis menggunakan uji t, dalam Sugiyono (2004:95) dinyatakan sebagai
berikut:
Sugiyono (2004:95)
Dimana: Nilai yang dihitung, = Rata-rata, = kkm yang
dihipotesiskan, Simpangan baku, = Jumlah Sampel.
H0 = Hasil belajar siswa setelah mengikuti diterapkan pembelajaran fisika
menggunakan pendekatan Scientific kurang dari atau sama dengan 75
(Ho : μ0 < 75)
Ha = Hasil belajar siswa setelah mengikuti diterapkan pembelajaran fisika
menggunakan pendekatan Scientific 75 (Ho : μ0 ≥75)
Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adalah jika
maka ditolak dan diterima dan jika maka
diterima dan ditolak dengan taraf signifikan yaitu α = 0,05 dan (dk) = n -
1
B. Pertanggung Jawaban Penelitian
Menurut Arikunto (2006:160) instrumen penelitian ini adalah alat atau
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah. Uji instrumen tes digunakan dengan
tujuan untuk mengetahuikualitas tes yang digunakan sebagai alat ukur
mempunyai persyaratan tes yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya
pembeda di SMA Negeri 4 Lubuklinggau kelas XI IPA 2 dengan responden 30
siswa.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas yang tinggi. Validitas adalah suatu mengukur yang
menunjukkan tingkat–tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Subuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Arikunto,
2010: 211). Menurut Sugiyono (2012:348), menyatakan instrumen yang valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal, uji ketepatan dilakukan dengan
menggunakan metode pearson product moment dengan rumus yang
dikemukakan oleh Arikunto (2010:213):
2222 )()(
)()(
YYNXXN
YXXYNrxy
Arikunto (2010:213)
Dimana: = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, Y = Skor total
dari keseluruhan butir masing-masing responden, X = Skor butir soal masing-
masing responden, N =Banyak sampel.
Klasifikasi besarnya koefisien korelasi menurut Prof. Dr.Suharsimi
Arikunto (2010;211-215) dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 3.3
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interpretasi Koefisien Kategori
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 -0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
Untuk menentukan keberartian dari koefisien validitas diperlukan
uji-t yang dikemukakan Sudjana (2005:230) yaitu:
Sudjana (2005:230)
Dimana: n = Banyak data, r = Korelasi, t = Distribusi student
Distribusi pada (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajad kebebasan (d = n-2).
Kriteria pengujiannya adalah jika thitung > ttabel berarti instrumen dikatakan valid
sebaliknya thitung ttabel berarti instrumen tidak valid
Hasil perhitungan validitas butir soal ( lampiran B ) dan hasil analisis
validitas butir soal dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Hasil analisis validitas hasil hji coba instrument
No
soal Nilai rxy thitung ttabel Validitas
1 0,82 7,58 2,04 Sangat Tinggi
2 0,11 0,59 2,04 Sangat Tinggi
3 0,10 0,53 2,04 Sangat Tinggi
No
soal Nilai rxy thitung ttabel Validitas
4 0,88 9,75 2,04 Sangat Tinggi
5 0,78 6,59 2,04 Sangat Tinggi
6 0,98 26,04 2,04 Sangat Tinggi
7 0,92 37,14 2,04 Sangat Tinggi
2. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas tes berbentuk essay digunakan rumus
Alpa, sebagaimana yang dikemukan Arikunto (2010:239) sebagai berikut:
Arikunto, 2010:239)
Keterangan:
r11 : Reliabilitas instrumen
n : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσb2
: Jumlah varians butir
σ2
t : Varians total
Dimana besarnya varians skor total ditentukan dengan rumus:
=
Ketengan :
= Jumlah Varians skor setiap butir soal
n = Banyaknya sampel
x = Skor butir masing-masing responden
Menurut Asep (2012;180-182) koefisien reliabilitas dinyatakan dengan
r11. Interprestasi yang lebih rinci mengenai nilai r11 tersebut dibagi kedalam
kategori-kategori,dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 3.5.
Derajat Reliabilitas
Rentang Korelasi Kriteria Reliabilitas
r11 ≤ 0,20 Derajat relibilitas sangat rendah
0,20 <r11 ≤ 0,40 Derajat relibilitas rendah
0,40 <r11 ≤ 0,60 Derajat relibilitas sedang
0,60 <r11 ≤ 0,80 Derajat relibilitas tinggi
0,80 < r11 ≤ 1,00 Derajat relibilitas sangat tinggi
Setelah hasil uji coba instrumen dianalisis dengan menggunakan rumus
reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,91 (terlampir) pada lampiran
B berarti soal tersebut mempunyai derajat reliabilitas tinggi sehingga dapat
dipercaya sebagai alat ukur.
3. Daya pembeda
Menurut Asep, daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan
seberapa jauh kemampuan suatu butir tersebut untuk membedakan setiap butir
soal. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut juga indeks
dekriminasi (daya pembeda). Untuk menghitung daya pembeda setiap butir
soal essay digunakan rumus:
𝐷𝑃 =𝑆𝐴−𝑆𝐵
𝐼𝐴 Asep (2012:180-182)
Dimana : SA = jumlah skor kelompok atas butir soal yang diolah, SB = Jumlah
skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah, IA = Jumlah skor ideal salah
satu kelompok pada butir soal yang diolah.
Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda menurut Asep (2012:180-
182) dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda
Rentang Korelasi Kriteria
DP≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 <DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 <DP≤ 0,40 Sedang
0,40 <DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP≤ 1,00 Sangat Baik
Berdasarkan hasil perhitungan hasil analisis daya pembeda tes dapat
dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Instrumen
No
Soal
SA SB IA/B DP Keterangan
1 75 35 120 0,33 Cukup
2 42 45 75 -0,04 Sangat jelek
3 56 51 75 0,07 Jelek
4 59 25 150 0,23 Cukup
5 50 22 90 0,3 Cukup
6 116 66 240 0,21 Cukup
7 50 16 150 0,23 Cukup
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu butir soal menunjukkan apakah butir soal
tergolong butir soal yang sukar, sedang, dan mudah. Butir soal yang baik
adalah yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus yang
digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal adalah
sebagai berikut:
(Sudjana, 2010:182 )
Keterangan:
IK = indeks tingkat kesukaran
JSA = jumlah skor kelompok atas
JSB = Jumlah skor kelompok bawah
SIA = jumlah skor ideal kelompok atas
SIB = Jumlah skor ideal kelompok bawah
Klasifikasi interprestasikan tingkat kesukaran menurut Sudjana
(2010:182) dapat dilihat pada Tabel 3.8
Tabel 3.8
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Rentang Korelasi Kriteria
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 <IK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 <IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 <IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan analisis tingkat kesukaran tes uji coba
dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Instrumen
No Soal SA SB S A/B IK Keterangan
1 75 35 240 0,46 Sedang
2 42 45 150 0,58 Sedang
3 56 51 150 0,71 Mudah
4 59 25 300 0,28 Sedang
5 50 22 180 0,40 Sedang
6 116 66 480 0,38 Sedang
7 50 16 300 0,22 Sedang
Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan uji coba tes hasil belajar,
maka rekapitulasi hasil uji coba instrumen dapat disajikan dalam 3.10 sebagai
berikut:
Tabel 3.10
Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen
Butir
Soal
Validitas Daya
Pembeda
Tingkat
kesukaran
Keterangan
1 Tinggi Cukup Sedang Soal dapat
digunakan
2 Sangat
Rendah
Sangat Jelek Sedang Soal tidak dapat
digunakan
3 Sangat
Rendah
Cukup Mudah Soal tidak dapat
digunakan
4 Sangat
Tinggi
Cukup Sukar Soal dapat
digunakan
5 Tinggi Cukup Sedang Soal dapat
digunakan
6 Sangat
Tinggi
Cukup Sedang Soal dapat
digunakan
7 Sangat
Tinggi
Cukup Sedang Soal dapat
digunakan
Berdasarkan rekapitulasi pada tabel 3.9 maka soal yang digunakan untuk
tes adalah soal yang memenuhi syarat validitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran, yaitu no 1,4,5,6,dan 7. Soal yang memenuhi syarat tersebut
berjumlah 5 buah sedangkan soal nomor 2 dan 3 tidak digunakan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2016/2017 pada tanggal 27 juli sampai dengan 13 Agustus 2016. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah
285 siswa. Berdasarkan 8 kelas tersebut, hanya diambil satu kelas untuk dijadikan
sampel penelitian yaitu kelas X4 dengan jumlah 36 siswa untuk mendapatkan
perlakuan dengan menggunakan pendekatan Scientific. Sebelum melakukan pre-test
terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes yang berfungsi untuk mengetahui
kualitas soal yang digunakan.
Uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 28 juli di kelas XI. IA.2 SMA
Negeri 4 Lubuklinggau dengan jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 30 siswa
pada materi pengukuran. Hasil analisis uji coba instrumen dari 7 soal yang diujikan,
hanya 5 soal yang sudah memenuhi syarat yaitu validitas, daya pembeda dan
tingkat kesukaran sehingga soal dapat digunakan sebagai alat tes, baik tes
kemampuan awal (pre-test) maupun tes kemampuan akhir (post-test).
Pelaksanaan penelitian diadakan pre-test terlebih dahulu pada tanggal 30 juli
2016 yang diikuti oleh 32 siswa, pretest dilakukan bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan pada penelitian. Setelah
diadakan Pre-test, maka siswa akan diberikan perlakuan pada materi
pengukuran.
Setelah Pre-test dilakukan, selanjutnya siswa akan diberikan perlakuan
dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Scientific pada tanggal
01,04 dan 08 Agustus 2016 yang dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, kemudian
dilanjutkan dengan melaksanakan pemberian tes akhir (Post-test) pada tanggal 11
Agustus 2016 yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.
1. Kemampuan Awal Siswa (Pre-Test)
Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi
pengukuran merupakan data penelitian yang diperoleh dari hasil Pre-test atau
soal yang diberikan sebelum siswa mendapat pembelajaran dari guru.
Pelaksanaan Pre-Test dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti oleh 32
siswa yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
perlakuan menggunakan pendekatan scientific. Soal pre-test yang digunakan
berbentuk essay yang terdiri dari 5 soal.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Tes Awal Pre-test
No Uraian Kelas Eksperimen
1 Nilai Rata-rata 37,40
2 Nilai Terkecil 17
3 Nilai Terbesar 58
4 Rentang Nilai 41
5 Simpangan Baku 11,30
6 Jumlah siswa 32
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
dan simpangan baku pre-test adalah 37,40 dan 11,30. Perhitungan untuk
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Hasil rekapitulasi Pre-Test
memperlihatkan bahwa semua siswa belum
mencapai KKM dan dapat dinyatakan bahwa 100 % siswa tidak tuntas.
2. Kemampuan Akhir Siswa (Post-Test)
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pengukuran
merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan akhir melalui Post-test yang diikuti oleh 32 siswa. Pelaksanaan
Post-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah di beri
perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific. Rekapitulasi hasil
tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (Post-Test)
No Uraian Kelas Eksperimen
1 Nilai Rata-rata 79,34
2 Nilai Terkecil 60
3 Nilai Terbesar 98
4 Rentang Nilai 38
5 Simpangan Baku 9,91
6 % Ketuntasan Hasil Belajar 81
7 Jumlah Siswa 32
Berdasarkan analisis hasil post-test pada lampiran C dapat dilihat
perbedaan hasil belajar antara kemampuan awal siswa (Tabel 4.1) dengan
kemampuan akhir siswa (Tabel 4.2), terdapat peningkatan hasil belajar setelah
diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan scientific. Peningkatan
hasil belajar tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pre-test adalah 37,40 dan
nilai-rata-rata post-test adalah 79,34. Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai
rata-rata sebesar 41,94. Simpangan baku pre-test adalah 11,30 sedangkan
simpangan baku post-test adalah 9,91. Hasil rekapitulasi post-test
memperlihatkan bahwa siswa yang tidak tuntas mencapai 18 % sebanyak 6
orang dari 32 siswa dan 81 % sebanyak 26 orang yang tuntas dari 32 siswa.
Jadi, dapat dikatakan bahwa hasil post-test siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific signifikan tuntas.
Rekapitulasi selisih hasil rata-rata pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut.
Tabel 4.3
Rekapitulasi Selisih Hasil Tes Awal (Pre-test) dan Tes Akhir
No Uraian Pre-test Post-test Selisih Pre-test
dan Post-test
1 Nilai Rata-rata 37,40 79,34 41,94
2 Nilai Terkecil 17 60 49
3 Nilai Terbesar 58 98 40
4 Rentang Nilai 41 38 3
5 Simpangan Baku 11,30 9,91 1,39
6 Jumlah siswa 32 32
3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat bahwa data hasil siswa tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat
pada tabel 4.4, untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Skor Post-Test
dk 𝑋2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
12,405 7 14,06 Normal
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa data tes akhir (Post-
test) lebih kecil atau sama dengan
𝑥2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (12,405 ≤ 14,06). Melalui ketentuan uji normalitas dengan
menggunakan uji kecocokan (chi-kuadrat) dapat disimpulkan data post-test
berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 5 % dan derajat kebebasan
(dk) = 7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis secara statistik bertujuan untuk menarik kesimpulan
dari data post-test. Berdasarkan hasil uji normalitas didapat data post test yaitu
berdistribusi normal (lihat pada lampiran C).
H0 = Hasil belajar siswa setelah mengikuti diterapkan pembelajaran fisika
menggunakan pendekatan Scientific kurang dari 75 (Ho : μ0 < 75)
Ha = Hasil belajar siswa setelah mengikuti diterapkan pembelajaran fisika
menggunakan pendekatan Scientific lebih dari atau sama dengan 75 (Ho
: μ0 ≥75)
Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel pada daftar distribusi t
dengan derajat kebebasan dk = n-1 = 32-1 = 30. Hasil analisis uji- t untuk post
-test menunjukkan bahwa thitung (2,48) > sehingga H0 ditolak dan
Ha diterima dengan taraf kepercayaan α = 5 ( lampiran C ). Hasil
perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Hasil Uji Hipotesis Skor Post-Test
Tes thitung Kesimpulan
Akhir 2,48 Ha diterima
Berdasarkan hasil analisis dari post test yang telah dijelaskan tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa menerapkan pendekatan scientific dalam
pembelajaran fisika di kelas X4 SMA Negeri 4
Lubuklinggau hasil belajar fisika secara signifikan tuntas.
A. Pembahasan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika
siswa SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Hal ini disebabkan peneliti melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific. Pendekatan scientific
adalah cara mengelolah kegiatan belajar secara ilmiah. Akan tetapi sebelum
dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dilakukan terlebih
dahulu pre-test yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan
karakteristik siswa. Berdasarkan tabel 4.1 hasil perhitungan pre-test antara lain nilai
rata-rata hasil pre- test adalah 37,40, nilai terendahnya 17, nilai tertingginya 58 dan
rentang nilai 41. Melalui nilai yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pada saat pre-test semua siswa 100% belum mencapai KKM.
Selanjutnya dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific
dengan melakukan beberapa tahap pertama pembelajaran scientific yaitu
mengamati pembelajaran dimana pada proses mengamati siswa melihat,
mengamati, membaca, mendengar, menyimak petunjuk yang telah disajikan oleh
guru yang berupa media objek tersebut.
Tahap kedua pembelajaran menetapkan pembelajaran yang akan diperoleh
dari silabus dan kurikulum. Tahap ketiga menggunakan pendekatan scientific dalam
pembelajaran. Pada tahap ini, proses pembelajaran sebagai tahap persiapan peneliti
mengkondisikan kelas dan memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa.
Selain itu juga, peneliti menyampaikan dari tujuan
pembelajaran yang harus dicapai pada materi pengukuran.
Pada pertemuan pertama dapat dilihat siswa masih kesulitan dan belum
terbiasa dalam menerapkan pendekatan scientific dan siswa belum menumbuhkan
kesadaran diri dalam menumbuhkan kemapuan berpikirnya, karena ada siswa yang
membaca materi tetapi tidak mau memahami dan merangkum,pemalu, pendiam,
dan kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat. Kurang berinteraksi
dengan kelompoknya. Hal ini dapat dilihat pada saat peneliti menyuruh siswa untuk
memberikan contoh dari pengukuran dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya pada pertemuan kedua, siswa mulai tertarik dalam belajar dan
sudah terbiasa dalam membaca, memahami materi, merangkum berbagai informasi,
mengemukakan ide dengan kelompoknya, terlibat aktif dalam mempresentasikan
materi, dan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru dengan benar. Misalnya
pada saat guru menyuruh mengerjakan soal-soal, siswa tersebut untuk maju
menjwab soal.
Tahap keempat melakukan evaluasi dengan memberikan tes akhir (post -
test). Post- test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah belajar
menggunakan pendekatan scientific. Berdasarkan tabel 4.2 hasil perhitungan post
test antara lain nilai rata- rata hasil post- test adalah nilai adalah 79,34, nilai
terendahnya adalah 60, nilai tertingginya 98 dan rentang nilai adalah 38. Melalui
nilai yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa pada saat post- test ada 6
siswa (18% ) tidak tuntas atau belum mencapai KKM dan 26 siswa (81 %) tuntas
atau mencapai KKM. Terdapat siswa yang tidak tuntas tersebut disebabkan karena
mareka tidak masuk sekolah dan kurang memahami pelajaran pada saat
melaksanaan pembelajaran, maka siswa diberi arahan, motivasi, dibimbing agar
aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat menyesuaikan diri kepada teman-
temanya yang lain.
Perbedaan hasil belajar mereka sebelum dan sesudah dapat dijadikan
indikator pembelajran fisika dalam menerapkan pendekatan scientific. Setelah
diberi perlakuan yang berbeda, diperoleh rata rata hasil pre - test sebesar 37,40 dan
rata rata hasil post- test sebesar 79,34. Hasil post - test mengalami peningkatan
sebesar 41,94 dari hasil pre - test. Tingginya hasil belajar siswa pada post - test
disebabkan beberapa kelebihan menurut Majid dan sani dari penggunaan
pendekatan scientific dimana kegiatan pembelajaran berpusat pada guru, semua
siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Ketuntasan belajar secara keseluruhan terjadi karena dalam belajar siswa
melaksanakan kerja sama dalam kelompok, adanya interaksi antara siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, adanya rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan ide
atau gagasan, lebih berpikir kritis dalam memahami materi pelajran, dan
bertanggung jawab dalam belajar, sehingga suasana belajar lebih aktif. Selain itu
juga, dalam pembelajaran, sebelum mempresentasikan siswa berusaha menguasai
dan memahami materi yang dipelajari sehingga proses belajar lebih bermakna bagi
siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
berbunyi hasil belajar fisika setelah diterapkan pendekatan scientific dalam
pembelajaran fisika dikelas X4 SMA Negeri 4 Lubuklinggau secara signifikan
tuntas dapat diterima kebenarannya. Hasil belajar siswa dengan menggunakan
pendekatan scientific menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
pemahaman awal dan pemahaman setelah pembelajaran.
Hasil penelitian ini didukung oleh temuan peneliti di lapangan selama proses
belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan scientific, siswa terlihat aktif
dan berpikir kritis. Siswa cenderung siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
membaca, mempelajari dan merangkum materi yang akan dibahas di kelas.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dalam menerapkan pendekatan scientific adalah
sebagai berikut:
1. Siswa yang menjadi sampel terkadang kurang memberikan respon yang
diinginkan oleh penulis, hal ini terlihat dari kejujuran siswa untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan mengenai pengukuran.
2. Masih kurangnya referensi tentang pendekatan scientific dan materi pengukuran
yang diterapkan dalam penelitian ini.
3. Masih ada subjek penelitian yang kurang bersungguh sungguh dalam
melaksanakan tes berupa ujian baik pre-test maupun post- test.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
rata-rata hasil pre-test sebesar 37,40 dan rata-rata hasil post-test sebesar 79,34. hasil
post-test mengalami peningkatan sebesar 41,94 dari hasil pre-test, dengan
persentase jumlah siswa yang tuntas mencapai 81%. Hasil uji-t diperoleh 2,48
dengan thitung (2,48) > sehingga H0 ditolak dan Ha diterima maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar setelah diterapkan pendekatan pembelajaran
scientific dalam pembelajaran fisika di kelas X SMAN 4 Lubuklinggau secara
signifikan tuntas.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Asep, Jihad dkk. 2012.Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:Multi Pressindo.
Daryanto, 2010. Evaluasi Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta.
------------, 2014. Pendekatan Scientific. Jakarta: Rineka Cipta
Dahar, 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Efriana, Fanny, 2014. Penerapan Pendekatan Scientific. Vol 01 Nomor 02,
Tadulako.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga
Hamzah B.Uno, dkk, 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar.Jakata: Bumi Aksara.
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan
Praktis.Bandung: Interes Media.
Mulyaningsih, Linda Aprilia Sri. 2014. Penerapan perangkat pembelajaran
melalui pendekatan scientific.Vol 03 No 03. Universitas Surabaya.
Risnawati, 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Pekan Baru: Suska Press.
Rusman, 2012. Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sani, 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis.dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Slameto. 2013. Belajar dan faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2004. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
------------, 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Surya Tanjung. 8 Maret 2015. Penerapan Pedekatan Scientific
STKIP-PGRI. 2012. Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi Mahasiswa
STKIP-PGRI Lubuklinggau. Lubuklinggau: STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Tim Pengembangan MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.
top related