pembahasan iv.1 penggunaan e-spt di kpp pratama …thesis.binus.ac.id/doc/bab4/2011-2-00345-ak...
Post on 11-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
42
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
Penggunaan Aplikasi E-SPT di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
secara resmi dapat digunakan pada tahun 2007. Wajib Pajak menyampaikan SPT dalam
bentuk elektronik dimana data-data pajak Wajib Pajak direkam dalam media
penyimpanan seperti disket, compact disk (CD), atau flashdisk untuk selanjutnya
diserahkan ke KPP.
Menindaklanjuti Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2009
tanggal 25 Febuari 2009 tentang Tata Cara Penerimaan dan pengolahan SPT, KPP
Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga menyelenggarakan kegiatan penerimaan dan
pengolahan SPT dengan sistem drop box yang dikhususkan untuk SPT Tahunan PPh
badan. Kegiatan drop box tersebut dilakukan di beberapa tempat, selain di KPP sendiri
diantaranya Pasaraya Grande, Blok M Square, Pasar Santa, Pasar Mayestik, Blok M
Plaza, PLN, PTIK, Departemen Kesehatan, RSPP, dan Walikota Jakarta Selatan.
Penerimaan dan pengolahan SPT yang terkumpul terdiri dari e-SPT dan SPT
manual. Walaupun e-SPT bertujuan untuk mempermudah Wajib Pajak untuk
melaporkan kewajiban perpajakannya, karena dengan menggunakan e-SPT Wajib Pajak
membawa data-data pajak dalam bentuk CD, disket, atau flashdisk tanpa perlu
43
membawa berlembar-lembar kertas data-data yang akan dilaporkan, namun secara aktual
KPP hanya menerima e-SPT dalam jumlah sedikit dibandingkan dengan SPT manual.
Tabel berikut menunjukkan perkembangan jumlah Wajib Pajak dan berapa
banyak jumlah Wajib Pajak yang menggunakan e-SPT di KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Tiga dari tahun 2009 hingga 2011.
Tabel 4.1
Jumlah Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Tahun 2009-
2011
Tahun WP Badan WP Badan
Efektif (seluruh WP)
WP aktif (PPN) WP Pengguna
Terdaftar (seluruh WP)
e-SPT (PPN,PPh Badan)
2009 4.614 4.266 1.071 232, 1
2010 4.839 4.489 1.142 284, 1
2011 5.080 4.730 1.513 435, 4
Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
Dari tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa pengguna e-SPT di KPP Pratama
Jakarta Kebayoran Baru Tiga tergolong sedikit yakni hanya sekitar 25% Wajib Pajak
dari jumlah total Wajib Pajak aktif. Wajib Pajak efektif adalah Wajib Pajak yang
memenuhi persyaratan untuk membayar pajak. Sedangkan Wajib Pajak aktif adalah
Wajib Pajak yang aktif melaporkan dan membayar pajak. Sebagian besar Wajib Pajak
pengguna e-SPT adalah untuk SPT Masa PPN.
Wajib Pajak aktif pada tabel diatas, merupakan jumlah Wajib pajak yang
tergolong aktif melaporkan SPT. Namun, dari jumlah Wajib Pajak yang lapor tersebut
ada sekitar 50% SPT yang dilaporkan dianggap tidak valid. Hal tersebut akan
44
mempengaruhi data yang akan dibahas pada sub bab berikutnya. Data berikutnya
merupakan data Wajib Pajak yang melaporkan SPT yang sudah dianggap valid. Kategori
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang melaporkan SPT dengan benar (valid) dan
tepat waktu.
Pergantian tahun yang terjadi dari tahun 2009 hingga 2011 diikuti juga dengan
perubahan peraturan yang berlaku untuk menyesuaikan dengan kondisi yang semakin
berkembang. Berikut ini merupakan pergantian peraturan Direktorat Jenderal Pajak
terkait pelaporan SPT Masa PPN secara eletronik (e-SPT) yang berlaku di tahun 2009
hingga 2011 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai.
1. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak NOMOR PER-160/PJ/2006:
a. Apabila jumlah dokumen (faktur pajak/dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak dan/atau Nota
Retur/Nota Pembatalan) yang dilaporkan dalam 1 (satu) Masa Pajak tidak
lebih dari 30 (tiga puluh) dokumen pada setiap lampiran SPT, maka SPT
dapat disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau dalam
bentuk data elektronik.
b. Apabila jumlah dokumen yang dilaporkan dalam 1 (satu) Masa Pajak
lebih dari 30 (tiga puluh) dokumen pada salah satu lampiran SPT, maka
SPT harus disampaikan dalam bentuk data elektronik.
c. PKP yang telah menyampaikan SPT Masa PPN dalam bentuk data
elektronik (e-SPT), tidak diperbolehkan lagi untuk menyampaikan SPT
Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (manual).
45
1. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak NOMOR PER-44/PJ/2010:
a. Apabila jumlah dokumen (faktur pajak/dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak dan/atau Nota
Retur/Nota Pembatalan) yang dilaporkan dalam 1 (satu) Masa Pajak tidak
lebih dari 25 (dua puluh lima) dokumen pada setiap lampiran SPT, maka
SPT dapat disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau
dalam bentuk data elektronik.
b. Apabila jumlah dokumen yang dilaporkan dalam 1 (satu) Masa Pajak
lebih dari 25 (dua puluh lima) dokumen pada salah satu lampiran SPT,
maka SPT harus disampaikan dalam bentuk data elektronik.
PER-160/PJ/2006 merupakan peraturan yang berlaku sejak tahun 2006 hingga
2010. Pada bulan Oktober 2010 adanya perubahan baru yakni PER-44/PJ/2010 yang
mulai terealisasikan atau dilaksanakan di awal tahun 2011.
Peraturan tersebut diatas yang mengakibatkan jumlah pengguna e-SPT di KPP
Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga relatif sedikit. Sebagian besar Wajib Pajak yang
terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga bukan merupakan Wajib Pajak
besar yang menerbitkan banyak Faktur Pajak Standar.
Bagi PKP yang tidak menerbitkan faktur pajak melebihi jumlah tertera/tidak
memenuhi syarat wajib menggunakan e-SPT, sebenarnya PKP juga dapat menggunakan
e-SPT. Namun untuk menggunakan e-SPT, Wajib Pajak harus menginstall aplikasi e-
SPT pada komputer mereka yang dapat di download melalui website www.pajak.go.id.
46
Sehingga Wajib Pajak yang kurang memiliki keahlian dalam menginstall program
tersebut lebih memilih melaporkan SPT secara manual.
Mindset Wajib Pajak yang sebagian besar lebih memilih melaporkan SPT secara
manual adalah :
1. Tidak adanya pemahaman tentang tata cara penggunaan e-SPT dan tidak
adanya kewajiban untuk menggunakan e-SPT karena jumalah transaksi tidak
banyak (transaki kurang dari 30 faktur pajak standar di tahun 2009 dan 2010,
transaksi kurang dari 25 faktur pajak di tahun 2011).
2. Adanya resiko kesalahan sistem dalam input data, yang mengakibatkan data
tersebut tidak lengkap terekam dalam CD, disket, atau flashdisk.
3. Transaksi pajak yang dilakukan relatif sedikit sehingga dirasakan melaporkan
SPT secara manual lebih mudah.
4. Sudah terbiasa melaporkan SPT secara manual, dan belum dapat merasakan
manfaat dengan menggunakan e-SPT karena jumlah transaksi relatif sedikit.
IV.2 Analisis Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN dan SPT Tahunan PPh
Badan Tahun 2009
Seiring berjalannya waktu serta semakin bertambahnya fasilitas perpajakan yang
disediakan pemerintah, diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak
untuk melakukan kewajiban perpajakannya sehingga meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak.
47
Salah satu tujuan penggunaan e-SPT adalah untuk meningkatkan tingkat
kepatuhan pelaporan pajak oleh Wajib Pajak. PKP dianggap dalam kategori patuh
apabila SPT yang dilaporkan valid dan melakukan pelaporan SPT sebelum tanggal jatuh
tempo. Data berikut ini merupakan data kepatuhan pelaporan PKP SPT Masa PPN tahun
2009 di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.
Tabel 4.2
Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2009 Secara Manual
2009 Jumlah
PKP Lapor Waktu Lapor % Waktu Lapor
Telat tidak telat tidak
Januari 547 60 487 11% 89%
Febuari 554 59 495 11% 89%
Maret 550 49 501 9% 91%
April 556 42 514 8% 92%
Mei 538 37 501 7% 93%
Juni 122 47 75 39% 61%
Juli 166 64 102 39% 61%
Agustus 547 72 475 13% 87%
September 587 66 521 11% 89%
Oktober 633 58 575 9% 91%
November 563 60 503 11% 89%
Desember 581 61 520 10% 90%
Sumber: Data diolah
48
Tabel 4.3
Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2009 Secara E-SPT
2009 Jumlah
PKP Lapor Waktu Lapor % Waktu Lapor
Telat tidak telat tidak
Januari 102 17 85 17% 83%
Febuari 105 17 88 16% 84%
Maret 103 17 86 17% 83%
April 105 19 86 18% 82%
Mei 107 14 93 13% 87%
Juni 46 15 31 33% 67%
Juli 47 25 22 53% 47%
Agustus 119 15 104 13% 87%
September 122 12 110 10% 90%
Oktober 69 12 57 17% 83%
November 146 18 128 12% 88%
Desember 138 21 117 15% 85%
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.2 dan 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah PKP dari bulan Januari
hingga Desember mengalami penambahan dan pengurangan. Jumlah PKP yang
melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga selalu
mengalami perubahan setiap bulannya, berdasarkan hasil wawancara terhadap Petugas
Pajak perubahan tersebut disebabkan oleh:
1. Jumlah PKP yang lapor tergantung dengan transaksi PPN yang dilakukan.
PKP tidak selalu melakukan transaksi PPN.
2. PKP tidak melaporkan SPT Masa PPN.
3. PKP dinyatakan sebagai PKP non efektif apabila PKP sudah tidak ada
kegiatan usaha.
Untuk mempermudah analisis tingkat kepatuhan dari tabel diatas, grafik berikut
akan menggabungkan data pada tabel 4.2 dan 4.3. Grafik berikut mengelompokkan
49
tingkat kepatuhan pelaporan yang patuh dan tidak patuh (terlambat lapor) baik secara
elektronik (e-SPT) dan manual.
Grafik 4.1
Perbandingan Pengguna e-SPT dan Manual yang Patuh (tidak terlambat) Melaporkan
SPT Masa PPN Tahun 2009
50
Grafik 4.1
Perbandingan Pengguna e-SPT dan Manual yang Tidak Patuh (Terlambat) Melaporkan
SPT Masa PPN Tahun 2009
Dari grafik di atas, dapat dilihat tingkat kepatuhan PKP dalam melaporkan SPT
Masa PPN baik secara e-SPT maupun manual di tahun 2009. PKP yang menggunakan e-
SPT tingkat kepatuhannya lebih rendah dari PKP yang melaporkan SPT secara manual.
Grafik menunjukkan pada bulan Januari, Febuari, Maret, April, Mei, Juli, Oktober,
November, dan Desember tingkat kepatuhan pelaporan SPT secara manual lebih tinggi
dibandingkan dengan pengguna e-SPT.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap PKP pengguna e-SPT, keterlambatan
pelaporan SPT terjadi karena kerumitan aplikasi e-SPT apabila terjadi human error
berupa kesalahan dalam mengentri data yang memerlukan tenaga khusus untuk
51
membetulkan atau mengganti data yang sudah dimasukkan ke dalam aplikasi e-SPT
sehingga cukup memakan waktu.
Pada bulan Juni dan Juli, tingkat keterlambatan PKP meninggkat tajam baik
pengguna e-SPT maupun manual. Dikemukakan oleh Kepala Sub-Bag Umum KPP
Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga, bahwa keterlambatan pelaporan tersebut
disebabkan oleh perbaikan sistem input data Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak
sehingga bukan kesalahan dari PKP.
Berdasarkan analisis data pokok di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Bari Tiga,
keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN di tahun 2009 sebagian besar dilakukan oleh
PKP lama. Persentase keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2009 yang
dilakukan oleh PKP baru adalah 3% hingga 9% dari jumlah total PKP yang terlambat.
Nilai ini menunjukkan bahwa kesadaran PKP merupakan faktor utama penentu tingkat
kepatuhan pelaporan, mengingat sekitar 90% PKP yang terlambat merupakan PKP lama
bukan PKP baru yang kemungkinan melakukan keterlambatan pelaporan pajak akibat
kurangnya pemahaman.
Dari data kepatuhan pelaporan SPT Masa PPN secara keseluruhan di tahun 2009
dari bulan Januari sampai dengan Desember tersebut, diperoleh total rata-rata tingkat
kepatuhan PKP yang menggunakan e-SPT sebesar 81%, sedangkan PKP yang melapor
SPT secara manual sebesar 85%. Berdasarkan hasil tersebut, e-SPT belum sesuai dengan
tujuan DJP yakni meningkatkan kepatuhan pelaporan Wajib Pajak karena persentase
kepatuhan pengguna e-SPT tidak lebih baik dari persentase kepatuhan pelaporan secara
manual.
52
Analisis kepatuhan pelaporan SPT secara elektronik (e-SPT) dan manual untuk
SPT Tahunan Badan tahun 2009 di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dapat
dilihat berdasarkan data berikut:
Tabel 4.4
Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2009
2009 Jumlah WP
Badan Waktu Lapor % Waktu Lapor
telat tidak telat tidak
Manual 1365 236 1129 17% 83%
e-SPT 1 0 1 0% 100%
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Tiga yang menggunakan e-SPT hanya ada satu orang dari 1366 Wajib
Pajak yang melaporkan SPT Tahunan Badan tahun 2009. Kepatuhan mencapai 100%
bagi pengguna e-SPT tidak dapat dijadikan tolak ukur karena total jumlah pengguna e-
SPT itu sendiri hanya ada 1 (satu) orang.
Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua seksi pelayanan, sedikitnya
pengguna e-SPT untuk SPT Tahunan PPh Badan disebabkan tidak adanya kewajiban
bagi Wajib Pajak untuk melaporkan SPT Tahunan PPh menggunakan e-SPT. Bagi
Wajib Pajak sendiri mereka lebih memilih melaporkan SPT Tahunan PPh secara manual
karena dianggap lebih mudah dan efisien. Wajib Pajak tidak perlu men-download dan
mempelajari aplikasi e-SPT. Selain itu, data-data SPT Tahunan PPh yang dicetak tidak
banyak dan tidak rumit untuk diperiksa kembali secara manual.
53
Berdasarkan data yang diperoleh dari KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
untuk SPT Tahunan PPh Badan jumlah keterlambatan sebagian besar dilakukan oleh
Wajib Pajak lama sebesar 90% dan sisanya sebesar 10% merupakan Wajib Pajak Baru.
IV.3 Analisis Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN dan SPT Tahunan PPh
Badan Tahun 2010
Seiring bergantinya tahun, berdasarkan data pokok yang diperoleh, total jumlah
Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga selalu mengalami
penambahan yang selanjutnya disebut Wajib Pajak baru. Wajib Pajak Baru tersebut,
akan diarahkan dan diberi pemahaman. Pemahaman yang diberikan berupa pemberian
brosur-brosur, buku petunjuk dan penjelasan mengenai tatacara perpajakan termasuk
tanggal jatuh tempo pelaporan pajak. Diharapkan Wajib Pajak baru tersebut dapat
melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar.
Di tahun 2010, diharapkan tingkat kepatuhan pelaporan Wajib Pajak akan
semakin membaik dari tahun sebelumnya. Data berikut ini merupakan data kepatuhan
pelaporan PKP SPT Masa PPN tahun 2010 di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru
Tiga.
54
Tabel 4.5
Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2010 Secara Manual
2010 Jumlah
PKP Lapor Waktu Lapor % Waktu Lapor
telat tidak telat tidak
Januari 558 65 493 12% 88%
Febuari 548 56 492 10% 90%
Maret 553 69 484 12% 88%
April 547 49 498 9% 91%
Mei 540 47 493 9% 91%
Juni 550 46 504 8% 92%
Juli 545 64 481 12% 88%
Agustus 548 59 489 11% 89%
September 539 52 487 10% 90%
Oktober 534 46 488 9% 91%
November 530 46 484 9% 91%
Desember 535 34 501 6% 94%
Sumber: Data diolah
Tabel 4.6
Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2010 Secara E-SPT
2010 Jumlah
PKP Lapor Waktu Lapor % Waktu Lapor
telat tidak telat tidak
Januari 138 16 122 12% 88%
Febuari 139 19 120 14% 86%
Maret 144 16 128 11% 89%
April 146 20 126 14% 86%
Mei 149 18 131 12% 88%
Juni 159 19 140 12% 88%
Juli 154 23 131 15% 85%
Agustus 152 18 134 12% 88%
September 156 19 137 12% 88%
Oktober 157 17 140 11% 89%
November 153 21 132 14% 86%
Desember 163 14 149 9% 91%
Sumber: Seksi PDI
55
Dari tabel 4.5 dan 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah PKP dari bulan Januari
hingga Desember mengalami penambahan dan pengurangan. Seperti di tahun
sebelumnya, Jumlah PKP yang melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Tiga tahun 2010 mengalami perubahan setiap bulannya, berdasarkan
hasil wawancara terhadap Petugas Pajak perubahan tersebut disebabkan oleh:
1. Jumlah PKP yang lapor tergantung dengan transaksi PPN yang dilakukan.
PKP tidak selalu melakukan transaksi PPN.
2. PKP tidak melaporkan SPT Masa PPN.
3. PKP dinyatakan sebagai PKP non efektif apabila PKP sudah tidak ada
kegiatan usaha.
Untuk mempermudah analisis tingkat kepatuhan dari tabel diatas, grafik berikut
akan menggabungkan data pada tabel 4.5 dan 4.6. Grafik berikut mengelompokkan
tingkat kepatuhan pelaporan yang patuh dan tidak patuh (terlambat lapor) baik secara
elektronik (e-SPT) dan manual.
56
Grafik 4.3
Perbandingan Pengguna e-SPT dan Manual yang Patuh (Tidak Terlambat) Melaporkan
SPT Masa PPN Tahun 2010
Grafik 4.4
Perbandingan Pengguna e-SPT dan Manual yang Tidak Patuh (Terlambat) Melaporkan
SPT Masa PPN Tahun 2010
57
Dari grafik di atas, dapat dilihat tingkat kepatuhan PKP dalam melaporkan SPT
Masa PPN baik secara e-SPT maupun manual di tahun 2010. PKP yang menggunakan e-
SPT tingkat kepatuhannya lebih rendah dari PKP yang melaporkan SPT secara manual.
Grafik menunjukkan pada bulan Febuari, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September,
Oktober, November, dan Desember tingkat kepatuhan pelaporan SPT secara manual
lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna e-SPT.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap PKP pengguna e-SPT, keterlambatan
terjadi karena kerumitan aplikasi e-SPT yaitu apabila terjadi human error berupa
kesalahan dalam mengentri data yang memerlukan tenaga khusus untuk membetulkan
atau mengganti data yang sudah dimasukkan ke dalam aplikasi e-SPT sehingga cukup
memakan waktu.
Berdasarkan analisis data pokok di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Bari Tiga,
keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN di tahun 2010 sebagian besar dilakukan oleh
PKP lama. Hasil nilai rata-rata keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2010
yang dilakukan oleh PKP baru adalah 2% hingga 6%. Nilai ini menunjukkan bahwa
kesadaran PKP merupakan faktor utama penentu tingkat kepatuhan pelaporan,
mengingat sebesar 90% PKP yang terlambat merupakan PKP lama bukan PKP baru
yang kemungkinan melakukan keterlambatan pelaporan pajak akibat kurangnya
pemahaman.
Dari data kepatuhan pelaporan SPT Masa PPN secara keseluruhan di tahun 2010
dari bulan Januari sampai dengan Desember tersebut, diperoleh total rata-rata tingkat
kepatuhan PKP yang menggunakan e-SPT sebesar 88%, sedangkan PKP yang melapor
58
SPT secara manual sebesar 90%. Berdasarkan hasil tersebut, e-SPT belum sesuai dengan
tujuan DJP yakni meningkatkan kepatuhan pelaporan Wajib Pajak karena persentase
kepatuhan pengguna e-SPT tidak lebih baik dari persentase kepatuhan pelaporan secara
manual.
Analisis kepatuhan pelaporan SPT secara elektronik (e-SPT) dan manual untuk
SPT Tahunan PPh Badan tahun 2010 di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga
dapat dilihat berdasarkan data berikut:
Tabel 4.7
Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2010
2010 Jumlah WP
Badan Waktu Lapor % Waktu Lapor
telat Tidak telat tidak
Manual 927 145 782 16% 84%
e-SPT 1 0 1 0% 100%
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Tiga yang menggunakan e-SPT hanya ada 1 (satu) orang dari 928
Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2010. Jumlah pengguna
e-SPT Tahunan Badan di tahun 2010 tidak mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yakni hanya 1 (satu) orang dan merupakan Wajib Pajak badan yang sama
dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil wawancara dari ketua seksi pelayanan KPP Pratama Jakarta
Keboran Baru Tiga sedikitnya pengguna e-SPT untuk SPT Tahunan PPh Badan
disebabkan tidak adanya kewajiban bagi Wajib Pajak untuk melaporkan SPT Tahunan
PPh menggunakan e-SPT. Bagi Wajib Pajak sendiri mereka lebih memilih melaporkan
59
SPT Tahunan secara manual karena dianggap lebih mudah dan efisien. Wajib Pajak
tidak perlu men-download dan mempelajari aplikasi e-SPT. Selain itu, data-data SPT
Tahunan PPh yang dicetak tidak banyak dan tidak rumit untuk diperiksa kembali secara
manual.
Pada tahun 2010 jumlah Wajib Pajak mengalami penurunan yang cukup
signifikan dibandingkan tahun 2009, disebabkan oleh:
1. Wajib Pajak Badan melaporkan SPT Tahunan PPh Badan yang tidak valid
yaitu SPT tidak lengkap dan atau SPT tidak benar (47%).
2. Wajib Pajak Badan tidak melaporkan SPT Tahunan PPh Badan (22%).
3. Wajib Pajak badan pindah tempat usaha, sehingga pindah ke KPP lain (21%).
4. Wajib Pajak Badan dianggap non efektif, karena tidak melakukan kegiatan
usaha lagi (6%).
5. Wajib Pajak Badan pindah ke tingkat madya (4%).
IV.4 Analisis Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN dan SPT Tahunan PPh
Badan Tahun 2011
Setiap tahun KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga terus berupaya
meningkatkan tingkat kepatuhan pelaporan pajak. Salah satu upaya yang selalu
dilakukan Petugas Pajak adalah dengan menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP) untuk
Wajib Pajak yang tidak patuh (SPT tidak valid dan atau terlambat lapor) serta Wajib
Pajak yang tidak menyampaikan SPT-nya. STP diharapkan mampu menghimbau dan
menginformasikan tanggal jatuh tempo penyampaian SPT kepada Wajib Pajak, sehingga
Wajib Pajak tidak terkena sanksi kembali pada penyampaian SPT selanjutnya.
60
Di tahun 2011, diharapkan tingkat kepatuhan pelaporan pajak Wajib Pajak akan
semakin membaik dari tahun sebelumnya. Data berikut ini merupakan data kepatuhan
pelaporan PKP SPT Masa PPN tahun 2011 di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru
Tiga.
Tabel 4.8
Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2011 Secara Manual
2011 Jumlah
PKP Lapor Waktu Lapor % Waktu Lapor
telat tidak telat tidak
Januari 494 55 439 11% 89%
Febuari 496 36 460 7% 93%
Maret 498 58 440 12% 88%
April 487 36 451 7% 93%
Mei 494 38 456 8% 92%
Juni 490 33 457 7% 93%
Juli 497 33 464 7% 93%
Agustus 485 29 456 6% 94%
September 484 31 453 6% 94%
Oktober 474 28 446 6% 94%
November 464 24 440 5% 95%
Desember 480 43 437 9% 91%
Sumber: Data diolah
61
Tabel 4.9
Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2011 Secara E-SPT
2011 Jumlah
PKP Lapor Waktu Lapor % Waktu Lapor
telat tidak telat tidak
Januari 199 25 174 13% 87%
Febuari 200 24 176 12% 88%
Maret 205 17 188 8% 92%
April 212 19 193 9% 91%
Mei 214 19 195 9% 91%
Juni 213 20 193 9% 91%
Juli 213 23 190 11% 89%
Agustus 214 20 194 9% 91%
September 218 12 206 6% 94%
Oktober 207 14 193 7% 93%
November 209 13 196 6% 94%
Desember 213 15 198 7% 93%
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.8 dan 4.9 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah PKP dari bulan Januari
hingga Desember mengalami penambahan dan pengurangan. Perubahan jumlah PKP
yang terjadi di tahun 2011 ini berdasarkan hasil wawancara terhadap Petugas Pajak
disebabkan oleh hal yang sama seperti di tahun 2009 dan 2010, yaitu:
1. Jumlah PKP yang lapor tergantung dengan transaksi PPN yang dilakukan.
PKP tidak selalu melakukan transaksi PPN.
2. PKP tidak melaporkan SPT Masa PPN.
3. PKP dinyatakan sebagai PKP non efektif apabila PKP sudah tidak ada
kegiatan usaha.
Untuk mempermudah analisis tingkat kepatuhan dari tabel diatas, grafik berikut
akan menggabungkan data pada tabel 4.8 dan 4.9.
62
Grafik 4.5
Perbandingan Pengguna e-SPT dan Manual yang Patuh (Tidak Terlambat) Melaporkan
SPT Masa PPN Tahun 2011
Grafik 4.6
Perbandingan Pengguna e-SPT dan Manual yang Tidak Patuh (Terlambat) Melaporkan
SPT Masa PPN Tahun 2011
63
Dari grafik di atas, dapat dilihat tingkat kepatuhan PKP dalam melaporkan SPT
Masa PPN baik secara e-SPT maupun manual di tahun 2011. PKP yang menggunakan e-
SPT tingkat kepatuhannya lebih rendah dari PKP yang melaporkan SPT secara manual.
Grafik menunjukkan pada bulan Januari, Febuari, April, Mei, Juni, Juli, Agustus,
September, Oktober, dan November tingkat kepatuhan pelaporan SPT secara manual
lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna e-SPT.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap PKP pengguna e-SPT, keterlambatan
terjadi karena kerumitan aplikasi e-SPT apabila terjadi human error berupa kesalahan
dalam mengentri data yang memerlukan tenaga khusus untuk membetulkan atau
mengganti data yang sudah dimasukkan ke dalam aplikasi e-SPT.
Berdasarkan analisis data pokok di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Bari Tiga,
keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN di tahun 2011 sebagian besar dilakukan oleh
PKP lama. Hasil nilai rata-rata keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2011
yang dilakukan oleh PKP baru adalah 2% hingga 8%. Nilai ini menunjukkan bahwa
kesadaran PKP merupakan faktor utama penentu tingkat kepatuhan pelaporan,
mengingat sebesar 90% PKP yang terlambat merupakan PKP lama bukan PKP baru
yang kemungkinan melakukan keterlambatan pelaporan pajak akibat kurangnya
pemahaman.
Dari data kepatuhan pelaporan SPT Masa PPN secara keseluruhan di tahun 2011
dari bulan Januari sampai dengan Desember tersebut, diperoleh total rata-rata tingkat
kepatuhan PKP yang menggunakan e-SPT sebesar 90%, sedangkan PKP yang melapor
SPT secara manual sebesar 92%. Berdasarkan hasil tersebut, e-SPT belum sesuai dengan
64
tujuan DJP yakni meningkatkan kepatuhan pelaporan Wajib Pajak karena persentase
kepatuhan pengguna e-SPT tidak lebih baik dari persentase kepatuhan pelaporan secara
manual.
Analisis kepatuhan pelaporan SPT secara elektronik (e-SPT) dan manual untuk
SPT Tahunan Badan tahun 2011 di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dapat
dilihat berdasarkan data berikut:
Tabel 4.10
Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2011
2011 Jumlah WP
Badan Waktu Lapor % Waktu Lapor
telat tidak telat tidak
Manual 1115 120 995 11% 89%
e-SPT 4 1 3 25% 75%
Sumber: Seksi PDI
Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Tiga yang menggunakan e-SPT hanya ada 4 (empat) orang dari 1119
Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan Badan tahun 2011. Jumlah pengguna e-SPT
Tahunan Badan di tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua seksi pelayanan di KPP Pratama
Jakarta Kebayoran Baru Tiga sedikitnya pengguna e-SPT untuk SPT Tahunan Badan
disebabkan tidak adanya kewajiban bagi Wajib Pajak untuk melaporkan SPT Tahunan
menggunakan e-SPT. Bagi Wajib Pajak sendiri mereka lebih memilih melaporkan SPT
Tahunan secara manual karena dianggap lebih mudah dan efisien. Wajib Pajak tidak
perlu men-download dan mempelajari aplikasi e-SPT. Selain itu, data-data SPT Tahunan
yang dicetak tidak banyak dan tidak rumit untuk diperiksa kembali secara manual.
65
Pada tahun 2011 jumlah Wajib Pajak mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dibandingkan tahun 2010, disebabkan oleh:
1. Wajib Pajak Badan dinyatakan memenuhi syarat sebagai WP efektif (40%).
2. Peningkatan tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk patuh terhadap peraturan
(30%).
3. Munculnya Wajib Pajak Badan baru yang mendirikan usaha yang memenuhi
syarat ketentuan peraturan yang berlaku (9%).
4. Wajib Pajak pindah usaha, sehingga pindah ke KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Tiga (9%).
IV.5 Analisis Perkembangan Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN dan
SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2009-2011
Semakin bertambahnya tahun, semakin banyak jumlah Wajib Pajak yang
terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga. Pertambahan Jumlah Wajib
Pajak ini, harus diimbangi dengan pelayanan yang lebih baik serta kinerja Petugas Pajak
yang lebih optimal untuk membuat Wajib Pajak memahami tatacara perpajakan secara
baik dan benar.
Data berikut merupakan jumlah rata-rata per tahun Pengusaha Kena Pajak (PKP)
pengguna e-SPT dan manual dalam pelaporan SPT Masa PPN dari tahun 2009 sampai
dengan 2011.
66
Tabel 4.11
Jumlah Pelaporan SPT Masa PPN Secara E-SPT dan Manual Tahun 2009-2011
Bentuk Pelaporan 2009 2010 2011
Manual 495 544 487
e-SPT 101 151 210
Jumlah PKP Lapor 535 695 697
Sumber: Seksi PDI
Dari tabel 4.11 diatas, dapat dilihat bahwa total jumlah rata-rata PKP aktif di
tahun 2009, 2010, dam 2011 selalu mengalami peningkatan. Data pada tabel 4.11 diatas
merupakan Jumlah PKP yang melaporkan SPT Masa PPN baik yang lapor tepat waktu,
maupun yang terlambat untuk SPT yang sudah dianggap valid (sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
PKP pengguna e-SPT di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga pada tabel
di atas tidak lebih dari 30% dari total jumlah PKP yang lapor. Lebih lanjut prosedur
pelaporan SPT secara elektronik (e-SPT) kurang dapat memberikan manfaat. PKP
pengguna e-SPT tetap harus datang ke KPP dan mengantri untuk menyerahkan SPT
induk dan media penyimpanan berupa CD, Flashdisk, atau disket dan selanjutnya
menerima LPAD dan BPS dari pihak KPP. Selain itu pelaporan e-SPT secara e-filling
juga harus membayar sejumlah uang kepada pihak ASP untuk memanfaatkan sarana
pengiraman SPT secara online. Hal tersebut merupakan alasan PKP untuk tidak
menggunakan e-SPT.
Di tahun 2011, terlihat penurunan yang cukup signifikan terhadap jumlah PKP
manual dan peningkatan yang cukup signifikan terhadap PKP e-SPT. Salah satu
penyebabnya adalah beberapa PKP yang melaporkan SPT secara manual mulai beralih
67
menggunakan e-SPT untuk mentaati peraturan PER-44/PJ/2010 yang mulai berlaku di
tahun 2011 bahwa transaksi PPN lebih dari 25 (dua puluh lima) faktur pajak wajib
menggunakan e-SPT. Berbeda dari tahun sebelumnya, berdasarkan PER-160/PJ/2006
kewajiban menggunakan e-SPT apabila transaksi PPN lebih dari 30 (tiga puluh) faktur
pajak.
KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga senantiasa berupaya untuk
meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada setiap tahunnya. PKP yang dianggap
patuh adalah PKP yang menyampaikan SPT dengan benar dan tepat waktu. Berikut
merupakan data berupa tabel perkembangan kepatuhan pelaporan SPT Masa PPN dari
tahun 2009 sampai dengan 2011 dengan membandingkan pelaporan secara manual dan
secara elektronik (e-SPT).
Tabel 4.12
Persentase Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2009-2011
Bentuk Pelaporan 2009 2010 2011
Manual 82% 90% 92%
E-SPT 77% 86% 89%
Sumber : Data diolah
Tabel 4.13
Persentase PKP yang Tidak Patuh (Terlambat) Melaporkan SPT Masa PPN Tahun 2009-
2011
Bentuk Pelaporan 2009 2010 2011 Manual 18% 10% 8% E-SPT 23% 14% 11% Sumber: Data diolah
68
Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan PKP dalam
melaporkan SPT Masa PPN Tahun 2009, 2010, dan 2011 baik secara manual ataupun
secara elektronik (e-SPT) selalu mengalami peningkatan. Data tersebut menunjukkan
bahwa upaya KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga untuk senantiasa
meningkatkan tingkat kepatuhan pelaporan Wajib Pajak sudah cukup berhasil.
Di tahun 2009, 2010, dan 2011 tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPN
secara manual selalu lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat kepatuhan pelaporan
SPT Masa PPN secara elektronik (e-SPT). Data tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan e-SPT di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga tidak sesuai dengan
tujuan Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan kemudahan Wajib Pajak untuk
melaporkan SPT. Karena berdasarkan tabel 4.13 Wajib Pajak yang tepat waktu (patuh)
melaporkan SPT Masa PPN tahun 2009-2011 merupakan Wajib Pajak yang melaporkan
secara manual.
Untuk mempermudah pengamatan akan perkembangan tingkat kepatuhan
pelaporan SPT Masa PPN di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Bari Tiga dari tahun 2009
hingga 2011, disajikan data berupa grafik berikut.
69
Grafik 4.7
Perkembangan Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2009-2011
Grafik 4.8
Pelaporan SPT Masa PPN yang Tidak Patuh (Terlambat Lapor) Tahun 2009-2011
70
Berdasarkan grafik 4.7 dan 4.8 diatas dapat diketahui bahwa dari tahun 2009
hingga 2011 tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPN secara manual selalu lebih
baik dari pelaporan SPT Masa PPN secara elektronik (e-SPT). Hal ini disebabkan
pengguna e-SPT merasa kesulitan untuk melakukan pembetulan apabila terjadi salah
input. Untuk itu penggunaan e-SPT memerlukan tenaga khusus untuk memasukan data-
data yang dibutuhkan dalam aplikasi e-SPT. Selain itu, tidak semua komputer dan
printer kompatibel dengan program e-SPT sehingga sering terjadi troble atau gagal
dijalankan serta kemungkinan terjadinya sistem error pada saat loading.
Apabila PKP dikategorikan sebagai Wajib Pajak Patuh dalam 3 tahun pajak
secara berturut-turut, PKP tersebut akan menerima keuntungan yang diberikan oleh
KPP. Keuntungan tersebut adalah apabila PKP mengalami Lebih Bayar (LB) PKP
tersebut akan lebih diutamakan dalam pengembalian kelebihan pajak yang terutang
tersebut dibandingkan dengan PKP yang lain.
Upaya-upaya yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga untuk
meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak adalah dengan memberikan Surat Tagihan
Pajak (STP) bagi Wajib Pajak yang terlambat lapor atau tidak melaporkan SPT-nya.
Bagi Wajib Pajak yang tidak patuh tersebut akan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang
berlaku.
Berdasarkan data di tahun 2009, 2010, dan 2011 keterlambatan pelaporan SPT
Masa PPN di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru sebagian besar dilakukan oleh
Wajib Pajak lama. Keterlambatan penyampaian SPT oleh Wajib Pajak baru di tahun
2009, 2010, dan 2011 tidak melebihi 10% dari total Wajib Pajak yang terlambat. Hal
71
tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak lama lebih
rendah bila dibandingkan dengan Wajib Pajak baru.
Kendala yang dihadapi oleh KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga untuk
meningkatkan tingkat kepatuhan pelaporan Wajib Pajak adalah setelah diadakan sensus
pajak di awal tahun 2011, Petugas Pajak mendapati hanya sekitar 20% Wajib Pajak yang
menempati alamat yang sesuai dengan alamat terdaftar. Hal tersebut yang membuat STP
tidak diterima oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, sehingga keterlambatan pelaporan
SPT terus diulangi oleh Wajib Pajak tersebut sedangkan Wajib Pajak tersebut
melakukan pelaporan pajak melalui pos atau melalui drop box di KPP lain.
Data berikut merupakan jumlah Wajib Pajak Badan pengguna e-SPT dan manual
dalam pelaporan SPT Tahunan PPh Badan dari tahun 2009 sampai dengan 2011.
Tabel 4.14
Jumlah Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Secara E-SPT dan Manual Tahun 2009-
2011
Bentuk Pelaporan 2009 2010 2011
Manual 1365 927 1115
e-SPT 1 1 4
Jumlah WP badan Lapor 1366 928 1119
Sumber: Seksi PDI
Dari tabel 4.14 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah Wajib Pajak yang melaporkan
SPT Tahunan PPh di tahun 2009, 2010, dam 2011 mengalami peningkatan dan
penurunan yang penyebabnya telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya. Data pada
tabel 4.14 diatas merupakan Jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan PPh
72
Badan baik yang lapor tepat waktu, maupun yang terlambat untuk SPT yang sudah
dianggap valid (sesuai dengan peraturan yang berlaku)
Dari tahun 2009 sampai 2011 perbandingan pelaporan SPT Tahunan PPh Badan
secara manual terhadap pengguna e-SPT sangat jauh. Berdasarkan hasil wawancara
kepada kepala seksi pelayanan KPP Pratama Jakarta kebayoran Baru Tiga, upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan jumlah pengguna e-SPT adalah berupa himbauan untuk
menggunakan e-SPT bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki kemampuan
menggunakan e-SPT. Namun, karena tidak ada peraturan yang mewajibkan Wajib Pajak
untuk menggunakan e-SPT, Wajib Pajak lebih memilih melaporkan SPT Tahunan PPh
Badan secara manual dengan alasan kemudahan.
Analisis kepatuhan pelaporan SPT secara elektronik (e-SPT) dan manual untuk
SPT Tahunan PPh Badan di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dari tahun 2009
sampai dengan 2011 dapat dilihat berdasarkan data berikut:
Tabel 4.15
Persentase Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2009-2011
Bentuk Pelaporan 2009 2010 2011
Manual 83% 84% 89%
E-SPT 100% 100% 75%
sumber: Data diolah
73
Tabel 4.16
Persentase Wajib Pajak yang Tidak Patuh (Terlambat) Melaporkan Tahunan Badan
Tahun 2009-2011
Bentuk Pelaporan 2009 2010 2011 Manual 17% 16% 11% E-SPT 0% 0% 25% sumber: Data diolah
Dari tabel diatas, tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan PPh Badan secara
manual dari tahun 2009 hingga 2011 selalu mengalami peningkatan. Berbeda dengan
tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan Badan secara e-SPT, yang mengalami
penurunan di tahun 2011. Jumlah pengguna e-SPT untuk pelaporan SPT Tahunan Badan
sangat sedikit. Perbandingan jumlah pengguna e-SPT dengan manual di tahun 2009,
2010, dan 2011 adalah 1:1365; 1:927; dan 4:1115. Jumlah pengguna e-SPT yang sangat
sedikit ini yang membuat perubahan persentase yang sangat signifikan terhadap
peningkatan dan penurunan tingkat kepatuhan pengguna e-SPT tersebut.
Perubahan peningkatan dan penurunan tingkat kepatuhan pelaporan SPT
Tahunan Badan secara e-SPT dan manual ini digambarkan dalam bentuk grafik untuk
mempermudah pengamatan.
74
Grafik 4.9
Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2009-2011
Grafik 4.10
Keterlambatan (Tidak Patuh) Pelaporan Tahunan Badan Tahun 2009-2011
75
Dari grafik 4.9 dan 4.10 dapat dilihat tingkat kepatuhan dan keterlambatan
pelaporan SPT PPh Tahunan Badan secara manual dari tahun 2009 sampai dengan 2010
mengalamai kenaikan dan penurunan yang relatif stabil dengan angka peningkatan
kepatuhan di angka 83% hingga 89%. Berbeda dengan kenaikan dan penurunan
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan secara e-SPT dari tahun 2009 sampai dengan 2010
yang perubahannya terlihat cukup tajam. Hal tersebut dikarenakan jumlah pengguna e-
SPT yang sangat sedikit sehingga sangat mempengaruhi persentase yang didapat dari
pembagian jumlah Wajib Pajak Badan secara keseluruhan.
top related