pemanfaatan whatapp sebagai media komunikasi di …
Post on 16-Oct-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA
PEMANFAATAN WHATAPP SEBAGAI MEDIA
KOMUNIKASI DI MASA PANDEMIC COVID-19
(Studi Pada Komunitas Pita Oren Alumni FISIP UHAMKA)
TIM PENGUSUL
Nurlina Rahman, S.Pd., M.Si. Ketua Tim
NIDN.0026027101
Mukhlish M Maududi, S.Sos., S.H., M.H. Anggota
NIDN. 0310108103
Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA (PDP)
Judul Penelitian Pemanfaatan WhatsApp sebagai media
komunikasi di masa pandemic Covid-19 (Studi
pada komunitas Pita Oren Alumni FISIP
UHAMKA)
Jenis Penelitian PENELITIAN DOSEN PEMULA (PDP)
Ketua Peneliti Nurlina Rahman, S.Pd., M.Si.
Link Profil simakip http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/profile
Fakultas FISIP
Anggota Peneliti Mukhlish M Maududi
Link Profil simakip http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/profile
Lama Penelitian 6 Bulan
Luaran Penelitian
Luaran Wajib Jurnal Nasional Terakreditasi sinta 4
Status Luaran Wajib In Review
Luaran Tambahan Hak Kekayaan Intelektual
Status Luaran Tambahan Submitted
Jakarta, 10 Mei 2020
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ketua Peneliti
FARIDA HARYATI, S.I.P., M.I.Kom. NURLINA RAHMAN, S.Pd., M.Si.
NIDN.0327097601 NIDN 0026027101
Menyetujui,
Dekan, Ka. Lemlitbang
Dra. TELLYS CORLIANA, M.Hum. Prof. Dr. Hj. SUSWANDARI, M.Pd.
NIDN.0329096403 NIDN 0020116601
ii
SURAT PERJANJIAN KONTRAK KERJA PENELITIAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA
Nomor : 197 / F.03.07 / 2020
Tanggal : 12 Juni 2020
Bismillahirrahmanirrahim
Pada hari ini, Jum'at, tanggal Dua Belas, bulan Juni, Tahun Dua Ribu Dua Puluh, yang
bertanda tangan di bawah ini Prof. Dr. Hj Suswandari, M.Pd, Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA,
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA; NURLINA RAHMAN, S.Pd., M.Si.,
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kontrak
Kerja Penelitian yang didanai oleh RAPB Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
HAMKA
Pasal 1
PIHAK KEDUA akan melaksanakan kegiatan penelitian dengan judul :
PEMANFAATAN EMANFAATAN WHATSAPP SEBAGAI MEDIA
KOMUNIKASI DI MASA PANDEMIC COVID-19 (STUDI PADA KOMUNITAS
PITA OREN ALUMNI FISIP UHAMKA) dengan luaran wajib dan luaran tambahan
sesuai data usulan penelitian Bacth 2 Tahun 2019 melalui simakip.uhamka.ac.id..
Pasal 2
Bukti luaran penelitian wajib dan tambahan harus sesuai sebagaimana yang dijanjikan
dalam Pasal 1, Luaran penelitian yang dimaksud dilampirkan pada saat Monitoring
Evaluasi dan laporan penelitian yang diunggah melalui simakip.uhamka.ac.id.
Pasal 3
Kegiatan tersebut dalam Pasal 1 akan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA mulai tanggal
12 Juni 2020 dan selesai pada tanggal 12 November 2020.
Pasal 4
Berdasarkan kemampuan keuangan lembaga, PIHAK PERTAMA menyediakan dana
sebesar Rp.8.500.000,- (Terbilang : Delapan Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) kepada
PIHAK KEDUA untuk melaksanakan kegiatan tersebut dalam Pasal 1. Sumber biaya
yang dimaksud berasal dari RAB pada Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Tahun Anggaran 2019/2020.
iii
Pasal 5
Pembayaran dana tersebut dalam Pasal 4 akan dilakukan dalam 2 (dua) termin sebagai
berikut;
(1) Termin I 70 % : Sebesar Rp.6.100.000 (Terbilang: Enam Juta Seratus Ribu Rupiah)
setelah PIHAK KEDUA menyerahkan proposal penelitian yang telah direview dan
diperbaiki sesuai saran reviewer pada kegiatan tersebut Pasal 1.
(2) Termin II 30 % : Sebesar Rp.2.400.000 (Terbilang: Dua Juta Empat Ratus Ribu
Rupiah) setelah PIHAK KEDUA mengunggah laporan akhir penelitian dengan
melampirkan bukti luaran penelitian wajib dan tambahan sesuai Pasal 1 ke
simakip.uhamka.ac.id.
Pasal 6
(1) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan kegiatan tersebut dalam Pasal 1 dalam waktu
yang ditentukan dalam Pasal 3.
(2) PIHAK PERTAMA akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1. Bila PIHAK KEDUA tidak
mengikuti Monitoring dan Evaluasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan, tidak bisa
melanjutkan penyelesaian penelitian dan harus mengikuti proses Monitoring dan Evaluasi
pada periode berikutnya.
(3) PIHAK PERTAMA akan mendenda PIHAK KEDUA setiap hari keterlambatan
penyerahan laporan hasil kegiatan sebesar 0,5 % (setengah persen) maksimal 20% (dua
puluh persen) dari jumlah dana tersebut dalam Pasal 4.
(4) Dana Penelitian dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari keseluruhan dana
yang diterima oleh PIHAK PERTAMA sebesar 5 % (lima persen)
Jakarta, 12 Juni 2020
iv
Abstract
The purpose of this study was to get an overview of the use of WhatsApp as a
communication medium during the Covid-19 pandemic by the UHAMKA FISIP Alumni
Pita Oren community. This research used a Qualitative Descriptive approach with a
phenomenological paradigm with the empathy theory of Robert A. Baron and Donn
Byrne to provide help, data collection was carried out. with literature study and
interviews conducted with six administrators or volunteers of Pita Oren. The results
showed that the Whatsapp media was the choice because it was considered the easiest to
use and had a complete application and was used by all Pita Oren volunteers. The Pita
Oren Community is a community of alumni and students of FISIP UHAMKA who are
moved to provide basic necessities and masks assistance to the affected communities due
to the implementation of Large-Scale Social Restrictions (PSBB). covis 19 is due to
carrying out religious orders to help each other and as a form of empathy to residents who
are around the volunteer residences of Pita Oren.
Keywords: Utilization, WhatsApp, FISIP, UHAMKA
RINGKASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan WhatsApp
sebagai media komunikasi di masa pandemic Covid-19 oleh komunitas Pita Oren Alumni
Fisip UHAMKA Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif dengan
pradigma fenomenologi dengan teori empati Robert A. Baron dan Donn Byrne
memberikan pertolongan, pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan
wawancara yang dilakukan kepada enam orang pengurus atau relawan Pita Oren. Hasil
penelitian menunjukan bahwa media Whatsapp menjadi pilihan karena dianggap paling
mudah digunakan dan memilikii aplikasi yang lengkap dan digunakan oleh semua
relawan Pita Oren. Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan mahasiswa FISIP
UHAMKA yang tergerak untuk memberikan bantuan sembako dan masker kepada
masyarakat terdampak akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
dalam penelitian ini juga diketahui motif dalam melakukan kegiatan memberikan bantuan
bantuan berupa sembako dan masker di masa pandemik covis 19 adalah karena
menjalankan perintah agama untuk saling membantu dan sebagai bentuk empati kepada
warga yang berada disekitar tempat tinggal relawan Pita Oren.
Kata Kunci : Pemanfaatan, WhatsApp, FISIP, UHAMKA
v
Daftar isi
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. i
RINGKASAN .....................................................................................................................iv
Daftar isi ............................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1. State of the Arts .................................................................................................. 4
2.3. Roadmap Penelitian .......................................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 15
3.1. Diagram Alir Penelitian ..................................................................................... 16
3.2. Jadwal Penelitian ....................................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 17
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ............................................................................. 26
4.2. Temuan Data Lapangan ...................................................................................... 26
4.3. Analisis Data dan Pembahasan............................................................................ 27
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................... 34
BAB VI LUARAN YANG DICAPAI .............................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 37
Lampiran Rencana Anggaran Penelitian ...............................Error! Bookmark not defined.
Lampiran Format Susunan Organisasi Tim Pengusul dan Pembagian Tugas ............. Error!
Bookmark not defined.
Lampiran Surat Pernyataan Peneliti .................................................................................. 44
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan Pemerintah
sejak tanggal 10 April 2020 mengharuskan masyarakat untuk tinggal dirumah dan
meninggalkan aktivitas ekonominya atau terpaksa menghentikan karena tidak ada
transaksi, tentu yang sangat merasakan hal ini adalah masyarakat dengan
pengahasilan harian, seperti tukang pijit, penjual makanan, buruh atau kuli
panggul di pasar, tukang ojek pangkalan.
Pembatasan ini tidak memungkinkan melakukan aktivitas yang melibatkan
banyak orang berkumpul dalam satu tempat dan waktu yang sama, namun dengan
kemajuan teknologi komunikasi, keterbatasan ruang gerak dapat dijembatani
sehingga komunikasi dapat terus dilakukan dengan bantuan teknologi, (Suranto,
2011) cara komunikasi interpersonal bermedia (tidak langsung) pada situasi
tertentu dapat saja menjadi pilihan, misalnya dalam bentuk percakapan melalui
telepon, email, surat menyurat, SMS, dan sebagainya. Pemanfaatan media
komunikasi di era globalisasi saat ini.
Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan interaksi untuk
berkomunikasi, Menurut Adi (Adi, 2012, p. 42) syarat terjadinya interaksi sosial
adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Komunikasi menurut Yuliana dan
Julia (Yuliana & Rini, 2002, p. 3) “The process is fluid; the from in which a
message is communicated changes constantly. Communication can be formal or
informal, spoken or written, and internal or external. Artinya, proses dimana
penyampaian pesan komunikasi yang berubah-ubah menjadi komunikasi yang
tetap. Komunikasi bisa formal atau informal, lisan atau tulisan, dan internal atau
eksternal”.
Dalam kondisi tertentu terkadang tidak memungkin seseorang untuk
berkomunikasi secara langsung atau tatap muka, kehadiran teknologi komunikasi
atau media sangatlah membantu agar kebutuhan manusia akan interaksi dapat
terpenuhi. Teknologi komunikasi adalah peralatan-peralatan perangkat keras,
struktur organisasi, dan nilai sosial dengan mana individu mengumpulkan,
2
memproses dan terjadi pertukaran informasi dengan individu lain. (Lubis, 2005, p.
42).
Saat ini teknologi komunikasi banyak ragam dan bentuknya dari yang
sederhana hingga yang komplek, dalam bentuk teks, suara, gambar atau
kombinasi dari kesemuanya, yang sifatnya pribadi bahwa yang terbuka seperti
sosial media, media sosial memungkinkan anggotanya untuk berinteraksi satu
sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya pada pesan teks, tetapi juga termasuk foto
dan video yang mungkin menarik perhatian pengguna lain. Semua posting
(publikasi) merupakan real time, memungkinkan anggota untuk berbagi informasi
seperti apa yang sedang terjadi”. (Nasrullah, 2015, p. 48)
Teknologi komunikasi menawarkan Kecepatan hal yang menjadi
kelebihannya disbanding dengan komunikasi langsung, karena Kecepatan dalam
mengambil keputusan dipengaruhi oleh seberapa cepat informasi didapat,
kecepatan mendapat informasi dan memberi informasi saat ini sangat dipengaruhi
oleh teknologi atau media komunikasi, Suranto (Suranto, 2011) mengatakan cara
komunikasi interpersonal bermedia (tidak langsung) pada situasi tertentu dapat
saja menjadi pilihan, misalnya dalam bentuk percakapan melalui telepon, email,
surat menyurat, SMS, dan sebagainya
Selain kecepatan teknologi komunikasi juga mempunya pola komunikasi
yang muncul yaitu pola yang memiliki ciri komunikasi massa, yaitu sifat
pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, penyebarannya cepat, serempak
dan luas yang mampu mengatasi jarak dan waktu (Cangara, 2011, p. 37)
Aplikasi perpesanan WhatsApp adalah salah satu platform chat terpopuler
di Indonesia, (Cahya, 2018) menurut data Digital Report 2019 dari We Are Social
dan Hootsuite, tercatat 83 persen pengguna internet di Indonesia merupakan
pengguna WhatsApp. Melihat kondisi dimana banyak warga masyarakat yang
terdampak dari kebijakan pembatasan ini Komunitas Pita Oren berisiatif
memberikan bantuan sembako kepada warga terdampak. Penelitiam ini bertujuan
menggambarkan fenomena komunitas Pita Oren yang menggunakan Whatapps
sebagai media komunikasi untuk melakukan kordinasi membantu masyarakat.
3
Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan mahasiswa FISIP
UHAMKA yang tergerak untuk memberikan bantuan sembako kepada
masyarakat terdampak akibat pemberlakuan PSBB dengan memanfaatkan media
online berupa Whatsapp rencana dilakukan dan dijalankan, mengumpulkan donasi
membelikan bahan-bahan pokok diwarung sekitar warga yang akan diberikan
bantuan lalu menyalurkannya kepada warga yang sudah didata sebelumnya.
Selain mempermudah penyampaian pesan atau informasi secara efektif dan efisien
secara waktu, media komunikasi juga berfungsi untuk menambah daya tarik
informasi yang akan disampaikan sehingga semakin meningkatkan, memperbaiki
dan memperbaharui taraf hidupnya seiring perkembangan peradaban yang
semakin maju (Atep, 2003) tujuan gerakan Pita Oren, memakmurkan warung
tetangga, menolong tetangga yg kelaparan.
Penelitian ini penting untuk mengungkap fenomena pemanfaatan teknologi
online yang menghubungkan banyak orang dalam satu waktu untuk
mendiskusikan dan memutuskan suatu rencana.
Whatapps bisa digunakan untuk kegiatan lain selain hanya untuk
komunikasi an sich tapi ternyata lebih jauh dapat digunakan sebagai media untuk
peduli terhadap sesama
Dengan whatapps hal-hal yang perlu dikomunikasi secara cepat dapat
tersampaikan tak perlu bertemu langsung karena memang tidak memungkinkan
karena kondisi tertentu maka hal ini dapat dirumuskan dengan pemanfaatan
WhatsApp sebagai media komunikasi di masa pandemic Covid-19 (Studi pada
komunitas Pita Oren Alumni Fisip UHAMKA)
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas aka dapat dirumuskan dalam suatu rumusan permasalahan;
“Pemanfaatan WhatsApp sebagai media komunikasi di masa pandemic Covid-
19 (Studi pada komunitas Pita Oren Alumni Fisip UHAMKA)
1.3 Tujuan Penelitian
Mendapatkan gambaran pemanfaatan WhatsApp sebagai media komunikasi di
masa pandemic Covid-19 oleh komunitas Pita Oren Alumni Fisip UHAMKA
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. State of the Arts
Dari hasil-hasil penelitian terdahulu whatsaap dipergunakan untuk banyak
hal, salah satunya dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sri Narti yang
menggunakan pendekatan fenomenologi, whatsapp digunakan sebagai media
komunikasi antara Dosen dan Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan
temuan bahwa tingkat penggunaan media sosial yang tinggi dapat dimanfaatkan
untuk beragam keperluan proses komunikasi, salah satunya adalah aplikasi
whatsapp yaitu sebagai tempat untuk berkomunikasi dan berdiskusi antara dosen
dengan mahasiswa bimbingan skripsi. Pemanfaatan whatsapp sebagai media
komunikasi ketika bimbingan skripsi menjadi trend bagi dosen dan mahasiswa
khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dehasen Bengkulu. Aplikasi
whatsapp sangat membantu dosen dan mahasiwa ketika bimbingan skripsi karena
selain dapat mengirim pesan dengan mudah, fitur-fiturnya dapat
mempermudahkan dosen untuk membuat grup sebagai media diskusi tentang
skripsi, selain itu juga melalui fitur call whatsapp dapat menghemat pengeluaran
untuk pembelian pulsa, karena fitur ini memang disediakan oleh whatsapp secara
gratis untuk menelpon cukup membutuhkan koneksi ke internet. Mahasiswa
sangat terbantu tanpa harus menunggu kabar dari dosen tentang jadwal
bimbingan, diskusi tentang skripsi, dan lain-lain. (Narti, 2017, pp. 42-43)
Dalam ranah kesehatan WhatsApp juga digunakan untuk memberikan
edukasi kesehatan kepada masyarakat melalui kader Pos Binaan Terpadu
(posbindu), unit kegiatan berbasis masyarakat yang bertujuan mendeteksi dini
kasus penyakit tidak menular, dalam penelitian yang dilakukan oleh Nopryan
Ekadinata dan Doni Widyandana pada tahun 2017 yang dipublikasi BKM Journal
of Community Medicine and Public Health Vol.33 Nomor 11 didapati bahwa
WhatsApp sebagai media edukasi yang efektif, dengan mengirimkan pesan
bergambar memiliki nilai rerata pengetahuan dan kepuasan lebih tinggi
dibandingkan pesan teks. (Ekadinata & Widyandana, 2017)
5
Aplikasi whatsApp juga digunakan untuk menunjang kegiatan Aparatur
Sipil Negara (ASN) dilingkup Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kabupaten Sidoarjo (Rahmansari, 2017) disimpulkan bahwa Aplikasi WhatsApp
memiliki peran besar dalam mendukung proses percepatan komunikasi dan
koordinasi yang dilakukan oleh setiap pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Sidoarjo, berupa memperlancar fungsi komunikasi dalam
organisasi yang terdiri dari fungsi produksi dan pengaturan, fungsi pembaharuan,
fungsi pemeliharaan, fungsi tugas, fungsi perintah, dan fungsi relasional.
Sehingga dapat mendorong peningkatan percepatan respon dan tindakan dari
pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo untuk
melakukan penanganan atau penanggulangan ketika terjadi permasalahan
lingkungan di lapangan.
Aplikasi WhatsApp menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak
digunakan oleh berbagai macam kelompok masyarakat di Indonesia, tak
terkecuali oleh para akademisi perguruan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Sukrillah dkk. bertujuan untuk mengetahui karakteristik penggunaan
WhatsApp dan mengetahui pemanfaatan media sosial WhatsApp Group FEI
sebagai media komunikasi Civitas Fakultas Ekonomi Islam Universitas Djuanda
Bogor, didapat hasil bahwa Pemanfaatan media sosial WhatsApp Group FEI di
lingkungan Fakultas Ekonomi Islam dengan banyak kegunaannya yaitu sebagai:
penyampaian informasi sivitas Fakultas Ekonomi Islam; sarana diskusi dan
mendidik sivitas Fakultas Ekonomi Islam; hiburan bagi sivitas Fakultas Ekonomi
Islam dan penyampaian kebijakan bagi sivitas Fakultas Ekonomi Islam..
(Sukrillah, Ratnamulyani, & Kusumasinata, 2017)
Pemanfaatan whatsApp oleh kaum milineal juga tergambar dalam penelitian
Mei Yusmita, Zulfiah Larisu dan Saidin yang objek yang diteliti adalah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2014 penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pemanfaatan whatsApp dikalangan Mahasiswa (Yusmita,
Larisu, & Saidin, 2018) dari hasil penelitian didapat bahwa whatsapp sangat
bermanfaat dan membantu dalam proses berkomunikasi, memberi dan menerima
informasi. Informasi yang didapatkan juga bukan hanya berupa informasi dari
6
dalam kampus, tetapi juga dari luar dengan beragam berita terkini. Keterbukaan
diri akan kemampuan untuk mengungkapkan diri seseorang dalam memberikan
informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela dan di sengaja
untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang diri nya serta memiliki sifat
empati di mana kemampuan seseorang untuk memposisikan diri terhadap apa
yang sedang di alami orang lain dan kesamaan dalam berkomunikasi agar tercapai
atau terjalin dengan lancar.
WhatsApp juga digunakan sebagai sarana untuk berdakwa dalam
komunitas grup WhatsApp “Belajar Islam Seru” (Harapah & Kurniawati, 2018)
yang mengajak untuk mencitai Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari penelitian ini dilakukan oleh Hamida Syari Harahap dan Dessy Indah
Kurniawati yang dimuat dalam Conference on Dynamic Media, Communication
and Culture (DimCC) Conference Proceeding Vol 1 tahun 2018
Dari hal-hal yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu belum menyentuh
kajian pemanfaatan WhatsApp dimasa pandemic seperti sekarang ini dan adanya
fenomena bahwa media komunikasi seperti WhatsApp bisa dijadikan media untuk
membantu sesama.
2.2. Teori yang digunakan
Teori saling menolong
Sikap tolong menolong menjadi jati diri bangsa yang sudah lama dikenal
dalam masa pandemik covid 19 sikap berempati terhadap kesulitan orang lain
muncul dalam berbagai bentuk, ada aksi individu yang memberikan makan pokok
di pagar depan rumah yang dibagikan secara gratis untuk orang-orang yang
membutuhkan dipersilahkan mengambilnya, ada juga aksi yang dijalankan sescara
berkelompok melakukan penggalangan dana dan membagi-bagikan masker dan
nasi bungkus. Tolong-menolong memiliki dimensi spiritual sebagai seorang
beragama segala perbuatan yang diniatkan karena Allah Swt dipandang sebagai
Ibadah dan bernilai disisi Allah Swt dan akan mendapatkan ganjaran pahala yang
akan dibalas pada Hari Akhir, tolong menolong dalam kebaikan sangat dianjurkan
dalam ajaran Islam dan sebaliknya sangat dilarangan untuk melakukan keburukan
7
baik sendiri sendiri atau bersama-sama karena Allah mengancancam orang-orang
yang melakukan kerusakan.
ن وٱتقوا وتع ... ثم وٱلعدو ول تعاونوا علي ٱل اونوا علي ٱلبر وٱلتقوى
شديد ٱلعقاب إن ٱلل ٢ٱلل
… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Q.S.
Al-Maidah ayat :2).
Bahkan Rasulullah memberikan kabar gembira kepada umatnya dan
mendorongnya untuk menolong orang lain, menolong orang lain yang dalam
kesusahan akan mendatangkan pertolongan Allah. Hidup tidak selalu dalam
keadaan senang atau bahagia maka disaat kesusahan itu datang Allah akan
menolong siapa-siapa saja yang telah memberi pertolongan kepada hambanya
yang lain.
“Barang siapa menolong orang yang sedang menderita kesusahan pasti
Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat. (H.R. Muslim no. 2699).
Disamping dorong spiritual hasrat untuk membantu orang lain muncul dari
dalam diri seseorang berupa perasaan empati. Menurut John W. Santrock sikap
peduli atas keadaan orang lain dan perhatian terhadap hak-haknya serta perasaan
empati, dengan melakukan sesuatu perbuatan yang memberikan manfaat
merupakan suatu bentuk meringankan beban bagi orang lain (Santrock, 2007)
Terdapat empat jenis perilaku menolong menurut Taufik mengutip
McGuire, yaitu : (Taufik, 2012, pp. 128-129)
1) Casual helping artinya pertolongan sederhana, pertolongan sederhana
adalah hal-hal yang kecil dapat dilakukan ketika dalam erinteraksi
dengan orang yang kita kenal. Misalnya meminjami pensil kepada
orang tua, pasangan, teman atau kenalan seperti membantu mematikan
kompor, memberi tahu tetanggnya untuk menggangkat jemuran jika
hujan turun.
8
2) Substansial personal helping artinya pertolongan yang berarti,
pertolongan yang dirasa sangat-sangat membantu jika dilakukan karena
sangat nyata manfaatnya. Misalnya memberi pinjaman uang kepada
teman agar yang bersangkutan dapat membayar kuliah anaknya.
3) Emotional helping artinya bantuan emosional, disamping bantuan yang
bersifat materi bantuan juga dapat bersifat imateril, berupa dukungan
atau penguatan jika teman atau kerabat dalam keadaan sedih. Misalnya
memberikan semangat untuk terus berusaha agar tetap melanjutkan
sekolah hingga selesai, bersedia mendengarkan keluh kesah.
4) Emergency helping artinya pertolongan darurat, bentuk pertolongan ini
bisa dilakukan kepada orang asing yang sedang mengalami keadaan
darurat seperti dalam kecelakaan lalu lintas meski kita tidak mengenal
orang yang mengalami kecelakaan, atau dalam keadaan bencana alam.
Dalam pikiran bawah sadar setiap orang terjadi proses psikologis ketika
berinteraksi dengan seseorang, proses psikologis juga terjadi dalam diri seseorang
ketika hendak melakukan tindakan pertolongan proses psikologi tersebut kan
membawa pada kesimpulan untuk mengambil tindakan memberi pertolongan atau
mengabaikannya, menurut Latane dan Darley ada beberapa tahap samapi
seseorang itu mengambil tindakan atau memutuskan untuk memebri pertolongan
kepada orang lain (Faturochman, 2006, pp. 74-75):
1) Pertama, tahap perhatian, perhatian yang dilakukan diberikan pada saat
ada kejadian atau peristiwa dimana seseorang mengalami suatu keadaan
yang membutuhkan pertolongan, orang akan memperhatikan kondisi
orang tersebut, melihatnya dengan seksama, dan sangat detail.
2) Kedua, interpretasi situasi, tahap selanjutnya setelah memberi perhatian
kepada korban atau orang yang membutuhkan pertolongan adalah
malakukan interpretasi situasi, kita akan memberikan interpretasi atau
penafsiran terhadap situasi apakah korban layak ditolong atau tidak,
seorang pemuda yang terjatuh dari sepeda dengan orang tua yang
terjatuh ketika berjalan kaki akan berbeda dalam interpretasi situasi
9
begitu pula ketika keadaan ramai atau sepi, keadaan ini mempengaruhi
seseorang mengambil tindakan untuk menolong atau tidak.
3) Ketiga, muncul tidaknya asumsi bahwa hal ini merupakan tanggung
jawab personal atau orang yang melihatnya, terkadang muncul suatu
asumsi yang umum jika terjadi kecelakaan lalu lintas sepeda motor
menyerempet mobil yang harus bertanggung jawab atau yang
dipersalahkan adalah yang mengendarai mobil, atau sepedah yang
dikendarai anak-anak menambrak motor di jalan yang akan mengambil
tanggung jawab adalah yang memiliki sepeda motor, asumsi mengambil
tanggung jawab ini muncul jika yang melihat memiliki usia,
kemampuan diatas orang yang membutuhkan bantuan apabila tidak
muncul asumsi tersebut maka korban akan dibiarkan dan berharap ada
orang yang akan menolongnya atau mengambil tanggung jawab
tersebut.
4) Keempat, memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan
pertolongan yang sesuai, tahap berikutnya orang akan memberi
pertolongan kepada orang yang membutuhkan jika ia memiliki
pengetahuan untuk menolong, seorang yang tersesat dijalan akan
ditolong oleh orang yang memiliki pengetahuan tentang alamat yang
dicari atau akan memberikan informasi tentang alamat yang akan dituju.
Teori Empati
Empati terasah dalam diri orang-orang yang cenderung selalu memberi
pertolongan kepada orang lain, sikap ini kadang membuat orang-orang yang
berempati lebih mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri. Pengertian
empati menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne sebagaimana dikutip Ratna
Djuwita menyatakan, bahwa empati adalah respon afektif dan kognitif yang
kompleks pada distres emosional orang lain. Kemapuan untuk merasakan keadaan
emosi orang lain lebih kepada perasaan emosi sedih, kemapuan ini membuat
seseorang dapat bersikap simpatik dan bisa masuk kedalam perasaan orang lain
10
sehingga dapat memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi (Baron &
Byrne, 2004, p. 111)
Berdasarkan pandangan Stein dan Howard (Suharyanto, 2018) Teori empati
dalam psikologi ialah kemampuan pada diri seseorang untuk menyadari,
memahami dan menghargai perasaan dan pikiran individu lain. Teori empati
dalam psikologi ialah menyelaraskan diri (peka) terhadap apa, bagaimana dan
latar belakang perasaan dan pikiran individu lain sebagaimana individu itu
merasakan dan memikirkannya, seseorang memposisikan diri sebagaimana seprti
orang yang dipikirkannya. Sebuah sikap teori empati dalam psikologi artinya
mampu membaca individu lain dari sudut pandang emosi.
Selain tahap-tahap sampai orang memberikan pertolonga ada juga alasan-
alasan mengapa orang memberikan pertolongan;
a. Hipotesis empati-altruisme
Dikenalkan dan dikembangkan oleh C.D. Batson alturisme adalah lawan
dari egoisme, sebagai perhatian yang ditujukan kepada orang lain dimana ada
perasaan untuk menolong dengan memperhatikan kesejahteraannya secara tulus.
(Taufik, 2012, p. 137) jika melihat orang lain dalam kondisi memerlukan
bantuan, bagi orang yang mengetahui, melihat atau mendengar muncul dalam
secara seketika perasaan dan dorongan untuk membantu, ikut merasakan beban
yang diamali orang lain, perasaan empati memberi dorongan yang kuat untuk
membantu orang lain. (Meinarno & Sarwono, 2017, p. 128)
b. Model mengurangi perasaan negatif (negative-state-relief model)
Perasaan bersalah atau penyesalan kadang muncul dalam diri seseorang
apalagi jika seseorang itu percaya jika memberi pertolongan adalah perbuatan
baik, kadang seseorang yang mengabaikan orang yang membutuhkan pertolongan
membuat seseorang merasa bersalah tidak memberi pertolongan padahal ia
mampu menolongnya, atau menyesal tidak memberi pertolongan kepada orang
lain sehingga dianggap membuang kesempatan berbuat kebaikan. Menolong
orang dengan motif untuk menghilangkan perasaan bersalah atau penyesalan.
c. Hipotesis kesenangan empatik (empathic joy hypothesis)
11
Memberi adalah kebahagiaan, ketika seseorang memberikan bantuan atau
pertolongan kepada orang lain, seseorang akan merasakan kebahagian, bahagia
ketika melihat orang yang ditolongnya berbahagia keluar dari suatu masalah yang
membebaninya, banyak orang mencari kebahagian dengan menikmati konser
musik, pagelaran seni atau komedi, namun kebahagian tersebut bersifat sementara
selesai pertunjukan kesenangan itu hilang. Memberi bantuan kepada orang lain
melahirkan kesenangan yang lebih lama dan membekas dalam diri.
Faktor- faktor yang melatarbelakangi Pemberian Pertolongan
1) Pengaruh Faktor Situasional (Baron & Byrne, 2004, pp. 103-105)
Bystander
Orang-orang yang berada disekitar kejadian, menurut Baron dan Byrne
jumlah orang yang berada disekitar kejadian mempengaruhi jumlah bantuan
yang diterima korban, hal ini disebabkan beberapa faktor; Pertama. Orang
akan menunda pertolongan jika orang lain tidak melakukan pertolongan jadi
pengambilan keputusan untuk menolong dipengaruhi oleh orang lain, jika
ada orang yang mendahului maka yang lain akan mengikuti untuk
melakukan pertolongan, faktor kedua. Rasa malu akan berbuat kesalahan
yang akan dilihat orang lain membuat orang yang disekitar kejadian
menggurungkan niatnya untuk melakukan pertolongan, karena perasaan
khawatir salah yang akan mempermalukan dirinya, menjadi tertawaan orang
lain dan karena khawatiran kurangnya keterampilan dapat menghambat
orang lain memberikan pertolongan. Ketiga. Banyaknya orang yang berada
disekitar kejadian dipersepsi dengan beban tanggungjawab yang dibagi
sama dengan orang-orang yang berada dilokasi kejadian, sehingga masing-
masing orang merasa bebannya kecil dan dorongan untuk memberi
pertolongan juga kecil hal ini disebabkan karena merasa tanggungjawab
yang diterimanya telah tersebar kepada setiap orang yang ada dilokasi
kejadian.
Daya Tarik
Faktor spikologis lain yang mempengaruhi orang untuk menolong
adalag adanya daya tarik, laki-laki akan mudah untuk menolong jika yang
12
membutuhkan pertolongan adalah wanita, orang yang segolongan, sedaerah,
seprofesi.
Atribusi terhadap korban
Bystander dapat memberikan pertolongan kepada korban setelah
melakukan penilaian terhadap korban, korban yang dinilai lebih
membutuhkan, lebih menderita dan lebih kritis cenderung mendapat
perhatian lebih sehingga disimpulkan lebih patut untuuk diberi pertolongan.
Ada Model
Adanya model yang melakukan pertolongan akan mendorong orang lain
(bystander) ikut atau meniru perbuatan menolong, jika ada orang yang
mengalami kecelakan bystander akan menjadi penonton setelah ada orang
pertama yang melakukan pertolongan bystander yang lain akan ikut
memberi pertolongan.
Desakan waktu
Pertolongan akan cepat diberikan jika waktu yang dimiliki sangat
terbatas jika tindakan pertolongan tidak segera dilakukan maka kondisi
korban akan semakin kritis atau kesempatan yang sudah lama akan hilang,
seseorang yang ingin mendaftarkan diri dalam sebuah kompertisi yang
sangat ingin diikutinya ternyata hari tersebut adalah hari terakhir
pendaftaran dan tidak mempunyai uang, ia meminjam uang kepada
temennya untuk mendaftarkan diri dengan alasan kompertisi tersebut sudah
lama ditunggu dan hari ini adalah hari terkhir perdaftaran, dengan alasan
waktu yang mendesak seseorang bisa dengan mudah memberikan bantuan,
sehingga pertolongan segera dilakukan.
2) Pengaruh Faktor dari dalam Diri (Sarwono & Meinarno, 2017, pp.
134-135)
Suasana hati (mood)
Selain faktor yang bersifat situasional, faktor suasana hati juga
mempengaruhi seseorang untuk memberi bantuan kepada orang lain,
ketika seseorang dalam kondisi senang atau normal tidak sedih, tidak
tertekan membuka peluang lebih besar untuk memberi bantuan kepada
13
orang lain, jika kondisi sedang sedih bagaimana bisa memberi bantuan
kepada orang lain sedang diri sendiri juga butuh pertolongan.
Sifat
Orang yang mempunyai karakteristik empati, mudah tersentuh memiliki
kecenderung lebih besar untuk memberikan pertolongan.
Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin mempengaruhi jenis pertolongan yang diberikan
laki-laki lebih berani untuk mengambil resiko yang berbahaya seperti
memberi pertolongan dalam kondisi bencana alam, yang membutuhkan
keberanian dalam menolong, sedangkan wanita lebih pada memberi
pertolongan yang bersifat perawatan, dukungan psikologis.
Tempat Tinggal
Kondisi tempat tinggal, dilingkungan dengan budaya saling tolong
menolong yang kuat, penduduknya atau individunya akan mudah
memberikan pertolongan, seperti kehidupan di desa, warga desa lebih
mudah memberikan pertolongan, karakteristik penduduk yang
individualis mengerjakan segala sesuatunya sendiri dengan alat-alat
teknologi seperti di perkotaan, membuat warganya lebih sulit memberi
bantuan dari pada mereka yang tinggal di pedesaan.
14
2.3. Roadmap Penelitian
15
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif kualitatif. (Moleong,
2014) dengan metode ini peneliti berupaya menggambarkan fenomena komunitas
Pita Oren yang menggunakan Whatapps sebagai media komunikasi untuk
melakukan kordinasi membantu masyarakat yang terdampak dari kebijakan
Pembatasan Social Berskala Besar. Menurut Bodgan dan Taylor dalam (Basrowi
& Suwandi, 2008, p. 21) metode kualitatif adalah “prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati”.
Untuk menggungkap suatu fakta yang peneliti teliti maka peneliti
menggunakan pendekatan fenomenologi, Littejohn menjelaskan, bahwa
fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi nyata sebagaimana
aslinya, tanpa memaksakan kategori-kategori peneliti terhadapnya. Seorang
fenomenolog tidak pernah membuat hipotesis, tetapi menyelidiki dengan saksama
pengalaman langsung yang sesungguhnya untuk melihat bagaimana tampaknya.
(Littlejohn & Foss, 2011). Dengan metode fenomenologi ini peneliti akan
menggambarkan implementasi dalam pemanfaatan whatsapp sebagai media
komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas Pita Oren.
Metode analisis data (Kuswarno, 2008, p. 68)
Deskripsi, peneliti mendeskripsikan hasil penelitiannya dengan detail
objek yang diteliti dengan urut dan sistematis secara lengkap
Analisis, memberikan data yang akurat mengenai objek yang diteliti,
analisis juga dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan dengan
objek lain.
Interpretasi membuat kesimpualan dari hasil penelitian yang dilakukan.
16
Diagram Alir Penelitian
ASEPK YANG DITELITI TARGET LUARAN YANG DICAPAI
1. Mengakaji karakteristik penggunaan
WhatsApp di dalam komunitas Pita
Oren alumni Fisip UHAMKA.
2. Bagaimana pola komunikasi
komunitas Pita Oren alumni Fisip
Uhamka dalam Grup WhatsApp
3. Pemanfaatan whatsApp dalam
komunitas Pita Oren Alumni Fisip
Uhamka
1. Diperoleh karakteristik penggunaan
WhatsApp di dalam Komunitas Pita
Oren Alumni Fisip UHAMKA
2. Memperoleh gambaran bagaimana
pola komunikasi dalam komunitas
Pita Oren Alumni Fisip UHAMKA
3. Mendapat gambaran dari
pemanfaatan WhatsApp oleh
Komunitas Pita Oren Alumni Fisip
UHAMKA
HASIL YANG DICAPAI DARI HASIL KEGIATAN PENELITIAN
1) Diperoleh karakteristik dari penggunaan WhatsApp di dalam Komunitas Pita Oren Alumni Fisip
UHAMKA
2) Memperoleh gambaran bagaimana pola komunikasi dalam komunitas Pita Oren Alumni Fisip
UHAMKA
3) Mendapat gambaran dari pemanfaatan WhatsApp oleh Komunitas Pita Oren Alumni Fisip
UHAMKA
4) Dipublikasikan ndalam Jurnal Nasional Terakreditasi sinta dan Hak Kekayaan Intelektual
17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam masa-masa pandemic corona 19 kegiatan komunikasi secara daring
nampaknya menjadi pilihan utama, sebagai salah satu anjuran dari Pemerintah
untuk mengurangi kegiatan diluar rumah, kegiatan belajar mengajar dilakukan
secara online, begitu pula pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah
dibuat kebijakan Work From Home (WFH). whatsApp menjadi salah satu media
yang digunakan dengan aplikasi yang tak hanya sekedar dalam bentuk text atau
tulisan, WhatsApp juga menyediakan layanan mengirim nomor kontak,
pengiriman gambar yang dapat diedit, audio, video call yang dapat dilakukan
dalam group atau individual juga dapat mengirimkan dokumen dalam bentuk
word, pdf maupun excel, serta mengirimkan lokasi dengan GPS atau GMaps.
Kemudahan dan banyaknya layanan yang diberikan whatsApp membuat
banyak orang menggunakan layanan ini apalagi nomor WhatsApp dapat
disesuaikan dengan nomor hape sehingga lebih praktis.
Pesan tetap terkirim meskipun hape sedang off atau tidak ada pulsa dan
dapat dilihat ketika hape sudah on kembali, dengan keterangan berupa symbol
centang ganda jika sudah terkirim atau diterima centang satu untuk pesan terkirim
namun belum diterima bisa karena hape dalam kondisi off atau tidak ada pulsa
atau jaringan. Kelebihan WhatsApp yang lain ada dapat mengirimkan pesan
secara langsung atau banyak pesan yang dikirim dalam satu waktu (Broadcats),
dengan jumlah anggota group sebanyak 256 orang jumlah yang cukup banyak
memudahkan untuk dapat mengirim pesan kebanyak orang.
Dengan banyaknya kelebihan dan kemudahan yang diberikan Whatsapp
kepada pengguna, membuat whatsapp banyak digunakan “Group WhatsAppa Pita
oren u/Covid” dibuat pada tanggal 13 April 2020.
Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam terkait akti yang dilakukan
oleh Pita Oren Peneliti melakukan wawancara terhadap enam orang relawan yang
dianggap dapat mewakili yaitu, Gilang Kumari Putra, Komaruddin Bagja A,
Cantika Adinda, Firda Fauza, Ridwan Muhammad, dan Ririn Muji Astuti
Dalam group whatsapp terjadi banyak tema diskusi, awal pembentukan
group diskusi seputar tujuan dari dibentuknya Pita Oren sebagai wadah Alumni
18
Fisip UHAMKA untuk membantu sesama dan meringankan beban warga yang
terdampak covid 19.
Dalam WAG diskusi yang terjadi dengan tema berikutnya adalah struktur
kepengurusan, Logo, Target Donator, Publikasi, Teknis Pengumpulan Dana, dan
Tektik Pengumpulan Dana, Penentuan Kreteria Penerima Bantuan, Laporan Saat
Penyaluran Bantuan.
Struktural Gerak Kemanusiaan PITA OREN
Pelindung: Allah Subhana wa Taala
Penasehat : Dekanat FISIP UHAMKA
Pengarah : Ketua Ikatan Alumni Fisip UHAMKA (Gilang Kumari Putra, S.Sos,
M.Ilkom)
Ketua Pita Oren: Komaruddin Bagja A
Sekretaris: Cantika Adinda
Bendahara: Firda Fauza
Kapusdatin: Ridwan Muhammad
- Bid Publikasi (rilis): Ririn Muji Astuti
- Bid Medsos: Bayu jati Prakoso, Fitrinia Eka Sari, Nadya Caesarina,
Mohammad Taufik Hidayat, Rahma Junaidi
- Bid Pendataan: Suparjo A. Hi. Ramalan
Koordinator Daerah DKI Jakarta:
- Zulfikar ali husen kel pondok labu jaksel
Koordinator Tangerang Raya (Tangsel, Kota dan Kab Tangerang):
- Koorwil 1 Rizky Amalia, S.Sos.
Koordinator Bekasi Raya (Kota dan Kab Bekasi)
- Koorwil 1 Komarudin Kel Tambun Selatan
- Koorwil 2 Ummi Hadyah
Koordinator Bogor Raya
- Koorwil 1 Ririn muji astute Kel rarajaya kel.sasak panjang
Koordinator, Depok
- Kania Kel. Jatijajar dan Sukamaju
Struktur kepengurusan diusahakan mewakili setiap angkatan
19
Tema lainnya juga tentang logo
Mengenai tujuan organisasi, struktur dan logo semua diputuskan dalam WA
Group, respon terhadap suatu tema segera diberikan oleh setiap anggota, anggota
group terbilang sangat aktif dalam merespon setiap postingan dari anggota yang
lain.
20
Pembicaraan mengenai logo pun dilakukan dengan sangat cair dan semua
diputuskan melalui WAG
21
Dalam diskusi juga diseligi dengan candaan-candaan ringan sehingga WA Group
tidak monoton dan kaku, terlebih para pengurus sudah saling kenal secara pribadi.
melakukan sosialisasi di media sosial, seperti Instagram, Group WA yang diikuti
oleh relawan Pita Oren dengan cara menshare liflet ajakan untuk memberikan
Donasi
22
termasuk juga tema mengenai profil dari gerakan Pita Oren
Setelah membahasan mengenai struktur, logo dan profil selesai pembahasan
memasuki tema-tema teknis, seperti target penerima bantuan, profil donator dan
cara mendistribusikannya
Secara teknis wilayah kerja Pita Oren dengan kegiatan:
- Memakmurkan ekonomi kecil (warung Tetangga)
- Membantu masyarakat terdampak Covid-19 (Korban PHK, pekerja
Harian)
Target donasi adalah Alumni FISIP UHAMKA adapun pembahasan mengenai
pertanggung jawabannya berupa melampirkan bukti pembelian barang-barang
bantuan di warung sekitar kegiatan berupa slip atau kwitansi pembelian yang
langsung dilaporakan melalui WA Group
23
Begitu juga pada saat pembelian dan penyerahan dilakukan dokumentasi yang
langsung dikirim ke WA group
Mengenai isi paket yang disepakati berupa;
1. 3 (tiga) kg beras
2. 1 (satu) liter minyak goring
3. 3 (tiga) Mie Instan
4. 1 (satu) kaleng sarden
5. 1 (satu) bungkus Jamu
6. 1 (satu) sabun batangan
7. masker
Laporan keuangan atau konfirmasi bantuan yang diberikan oleh para
donatur dilaporkan didalam WhatsApp Group Pita Oren, setiap kali ada yang
donatur yang memberikan bantuan jadi selalu ada up date status atau
pemutakhiran data terkait dana bantuan dari para donatur.
24
25
Laporan pembelian isi paket bantuan, isi paket bantuan dibeli di warung-
warung dimana relawan dan penerima bantuan tinggal, sehingga ada multi playing
effect yang dirasakan disamping relawan pita oren membantu warga yang
kesulitan ekonomi karena tidak ada pendapatan akibat PSBB yang diterapkan juga
membantu pedagang klontong yang sedikit banyak juga terdampak akibat
menurunnya daya beli masyarakat.
Pembelian dan penyaluran bantuan juga dilaporkan secara real time, baik
dengan video mau foto-foto yang dikirm ke WhatsApp Group Pita Oren.
Laporan-laporan tersebut juga langsung mendapat respon dari anggota
group yang lain.
26
Deskripsi Wilayah Penelitian
Wilyah penelitian meliputi wilayah kerja dari Relawan Pita Oren, yaitu Wilayah
Jakarta, Wilayah Bogor dan Wilayah Bekasi serta Wilayah Tangerang. Wilayah-
wilayah ini dijangkau sesuai dengan tempat tinggal dari relawan Pita Oren, jadi
kondisi wilayah dan penerima bantuannya sudah sangat diketahui oleh Relawan
Temuan Data Lapangan
Sebagaimana halnya komunikasi langsung yang menyisakan gangguan
(noise) teknologi komunikasi juga bisa menimbulkan noise. Miftah Thoha
mengemukakan pandangannya mengenai efektifitas komunikasi dalam uraian
sebagai berikut (Thoha, 2007):
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Perilaku Suportif
d. Kepositifan
e. Kesamaan
27
Terbentuknya komunitas Pita Oren Alumni FISIP UHAMKA dari diskusi
yang terjadi di WhatApp Group (WAG) Alumni Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) Fisip UHAMKA mengenai pandemik Covid 19 dan
kebijakan Pembatasan Berskala Besar (PSBB) karena anggota dari WAG sudah
saling mengenal sehingga diskusi lebih cair dan sangat terbuka (kekeluargaan)
dari diskusi yang terjadi dan dinamikasi didalam Group WA tersebut muncullah
ide untuk membuat sebuah gerakan sosial karena sudah saling mengenal dan
terbuka ide ini tidak sulit untuk direalisasikan. Seperti diungkapkan oleh Gilang
Kumari Putra, yang akhirnya didaulat menjadi Penasehat Pita Oren.
Gerakan sosial Pita Oren dikhususkan untuk tetangga dari Alumni Fisip
UHAMKA yang terdampak Covid 19, disamping karena keterbatasan bergerak
akibat pemberlakuan PSBB oleh Pemerintah Daerah, sehingga gerakan sosial Pita
Oren dibatasi hanya diwilayah atau tetang dari Alumni Fisip yang tergabung
dalam Pita Oren.
Analisis Data dan Pembahasan
Motif Anggota Komunitas
Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui jenis perlaku
menolong yang dilakukan oleh Pita Oren antara lain 1) Casual helping
artinya pertolongan sederhana, pertolongan sederhana, 2) Substansial personal
helping artinya pertolongan yang berarti, 3) Emotional helping artinya bantuan
emosional, 4) Emergency helping artinya pertolongan darurat, seperti dikatakan
Gilang Kumari Putra bahwa kegiatan sosial yang dilakukan oleh Pita Oren adalah
untuk membantu warga yang terkena dampak covid 19, merak tidak bisa bekerja
mencari nafkah pada kebutuhan harian meraka didapat dari pekerjaan yang
sifatnya harian, sehingga batuan yang diberiakn oleh Pita Oren dirasa sangat
berarti untuk mereka yang kehilangan pekerjaan atau tidak dapat bekerja akibat
pemberlakukan PSBB.
Hai ini juga dibenarkan oleh ketua Pita Oren Komaruddin Bagja A yang
juga seorang jurnalis media online
28
Tindakan menolong
Tindakan menolong (helping behaviour) adalah setiap tindakan yang lebih
memberikan keuntungan bagi orang lain yang membutuhkan daripada terhadap
diri sendiri (Wrightsman & Deaux, 1981). Menurut Staub (1978) & Wispe (1972),
tindakan menolong adalah tindakan yang menguntungkan orang lain yang
membutuhkan lebih daripada diri sendiri (dalam Hogg & Vaugan 2002).
Tahap-tahap melakukan pertolongan
1) Tahap Perhatian
Relawan Pita Oren, membantu korban terdampak covid 19 memiliki kreteria salah
satunya adalah korban terdampak adalah tetangga dari relawan jadi relawan dalam
kesehariannya sangat dekat dengan korban terdampak, sehingga relawan
mengetahui kondisi kehidupan dari korban terdampak covid 19
29
Relawan mempunyai perhatian terhadap kondisi keseharian dari penerima
bantuan, hal ini terungkap dalam wawancara dengan Ririn dan Ridwan, penerima
bantuan adalah tetangnya yang diketahui karena dalam kesehariannya aktivitasnya
diketahui, dan bertempat tinggal di sektira rumah relawan pita oren jadi para
relawan sedikit mempunyai reperensi atau gambaran mengkehidupan penerima
bantuan secara langsung.
2) Interpretasi Situasi
Relawan Pita Oren melakukan interpretasi atas situasi yang dihadapi orang
masyarakat, dari sana dilakukan klasifikasi mana masyarakat yang benar-benar
membutuhkan bantuan
30
Berdasarkan situasi yang dirasakan oleh Relawan pita oren maka diputuskan
penerima bantuan adalah benar-benar warga yang tidak bisa melakukan aktivitas
ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, seperti jasa pijit keliling, cuci
baju, cuci piring hajatan, korban PHK, buruh bangunan.
Karena relawan memiliki perhatian terhadap penerima bantuan yang berada
disekitar rumah para relawan, sehingga para relawan mampu melakukan penilaian
terhadap situasi yang ada apakah penerima bantuan layak menerima bantuan,
seperti dikatakan oleh Ridwan, Cantika Adinda dan Ririn, para penerima bantuan
adalah warga yang secara penghasilan sangat minim dalam kondisi sebelum
pandemic covid 19, apalagi sekarang dengan pemberlakukan PSBB, mereka yang
penghasilannya harian jadi tidak bisa bekerja seperti biasa.
31
3) Muncul tidaknya Asumsi bahwa hal ini merupakan tanggung jawab personal
atau orang yang melihatnya
Relawan Pita Oren merasa turut bertanggung jawab dan bersedia mengambil
peran untuk membantu bukan hanya didasari pada rasa empty tapi juga tanggung
jawab sebagai manusia, serta adanya kepercayaan jika menolong orang lain
berniali ibadah, berpahala dan akan mendapat pertolongan Allah baik di dunia
maupun di akhirat. Seperti yang dikatakan Kokom, Firda Fauza dan Gilang
Kumari Putra, Bahwa apa yang mereka lakukan InsyaaAllah, semata-mata untuk
memberi bantuan dan berharap apa yang mereka lakukan mendapat Pahala dari
Allah Swt.
4) Memiliki Pengetahuan Dan Keterampilan Untuk Memberikan Pertolongan
Para relawan Pita oren adalah Alumni Fisip Uhamka yang kesemuanya juga
merupakan Aktivis lembaga Kemahasiswaan baik lembaga Ekstra Kampus Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) maupun lembaga Intra Kampus Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM), sehingga secara managerial relawan Pita Oren
32
memiliki keterampilan untuk melakukan mobilisasi penggalangan dana dan
penyaluran bantuan
Menurut Gilang, Relawan Pita Oren adalah aktivis Mahasiswa yang terbiasa
melakukan kegitan bakti sosial di masyarakat jadi kegiatan bakti sosial dalam
rangka membantu sesama sudah biasa dilakukan, karena melihat ada warga yang
tidak terjangkau oleh bantuan pemerintah sehingga Alumi Fisip Uhamka
terpanggil untuk melakukan kegiatan Bakti sosial ini.
Selain tahap-tahap sampai orang memberikan pertolongan ada juga alasan-
alasan mengapa orang memberikan pertolongan;
a. Hipotesis empati-altruisme
Alturisme adalah lawan dari egoisme, sebagai perhatian yang ditujukan
kepada orang lain dimana ada perasaan untuk menolong dengan
memperhatikan kesejahteraannya secara tulus, dari wawancara yang
dilakukan terungkap bahwa para relawan melakukan kegiatan ini dengan
dorong ingin membantu dan merasa kasihan terhadap nasib tetangganya
yang hidupnya memprihatinkan, Seperti yang dikatakan Kokom, Firda
Fauza dan Gilang Kumari Putra, Bahwa apa yang mereka lakukan
InsyaaAllah, semata-mata untuk memberi bantuan dan berharap apa yang
mereka lakukan mendapat Pahala dari Allah Swt.
b. Model mengurangi perasaan negatif (negative-state-relief model)
kadang seseorang yang mengabaikan orang yang membutuhkan pertolongan
membuat seseorang merasa bersalah tidak memberi pertolongan padahal ia
mampu menolongnya, atau menyesal tidak memberi pertolongan kepada
orang lain sehingga dianggap membuang kesempatan berbuat kebaikan.
Dari hasil wawacara yang dilakukan terhadap Gilang, Komarudin, Kania,
Firda, Ridwan dan Ririn terungkap bahwa, para relawan merasa bersalah
jika tidak melakukan sesuatu untuk membantu walaupun nilainya kecil yang
terpenting adalah berbuat, disamping perbuatan menolong orang adalah
perbuatan yang dianjurkan dalam agama sehingga berusaha tidak
mengambil kesempatan untuk berbuat baik agar tidak ada perasaan bersalah
atau penyesalan.
33
c. Hipotesis kesenangan empatik (empathic joy hypothesis)
Memberi adalah kebahagiaan, seseorang akan merasakan kebahagian,
bahagia ketika melihat orang yang ditolongnya berbahagia keluar dari suatu
masalah yang membebaninya, Dari hasil wawacara yang dilakukan terhadap
Gilang, Komarudin, Kania, Firda, Ridwan dan Ririn diketahui bahwa,
mereka merasa bahagia dapat membantu sesama.
34
BAB V KESIMPULAN
Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan mahasiswa FISIP
UHAMKA yang tergerak untuk memberikan bantuan sembako kepada
masyarakat terdampak akibat pemberlakuan PSBB dengan memanfaatkan media
online berupa Whatsapp rencana dilakukan dan dijalankan, mengumpulkan donasi
membelikan bahan-bahan pokok diwarung sekitar warga yang akan diberikan
bantuan lalu menyalurkannya kepada warga yang sudah didata sebelumnya.
Motif dalam melakukan kegiatan memberikan bantuan sembako dan masker
di masa pandemik covis 19 adalah karena menjalankan perintah agama untuk
saling membantu dan sebagai bentuk empati kepada warga yang berada disekitar
tempat tinggal relawan Pita Oren.
35
BAB VI LUARAN YANG DICAPAI
LUARAN WAJIB
IDENTITAS JURNAL
1 Nama Jurnal journal utilitas
2 Website Jurnal https://journal.uhamka.ac.id/index.php/utilitas/index
3 Status Makalah Submitted
4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi
5 Tanggal Submit
6 Janji Luaran Penelitian Jurnal Nasional Terakreditasi sinta 4
In Review
LUARAN TAMBAHAN
IDENTITAS JURNAL
1 Nama Jurnal journal ekonomi Islam Uhamka
2 Website Jurnal https://journal.uhamka.ac.id/index.php/jei
3 Status Makalah Submitted
4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi
5 Tanggal Submit
6 Janji Luaran Penelitian Jurnal Nasional Terakreditasi
Submitted
36
BAB VII RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI
Hasil Penelitian Penelitian Pemanfaatan WhatsApp dimasa pandemic covid
ini membuktikan bahwa teknologi sangat membantu proses
komunikasi dan banyak hal bisa dilakukan menggunakan
media teknologi komunikasi, penelitian ini juga
menunjukkan adanya pola komunikasi yang berubah dari
komunikasi tatap muka menjadi komunikasi visual, dari
sisi pengembangan keilmuan kedepan akan banyak hal
yang bisa dilakukan dengan teknlogi komunikasi dari
jarang jauh.
Rencana Tindak
Lanjut
Pola komunikasi dengan pemanfaatan WhatsApp ini sangat
penting untuk dikaji karena terkait perubahan perilaku
manusia dalam berkomunikasi, perkembangan teknologi
komunikasi membawa pada perubahan pola komunikasi,
kedepan penelitian ini bisa dikembangan untuk melihat
pemaknaan yang terjadi dalam pola komunikasi
menggunakan whatsApp bisa menggunakan teori interaksi
simbolik
37
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R. (2012). Sosiologi Hukum. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Atep, A. B. (2003). Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Elex Media Kompetindo.
Ayun, P. Q. (2015, Oktober). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam
Membentuk Identitas. Channel, III(2), 1-16.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. In Psikologi Sosial (R. Djuwita,
Trans.). Jakarta: Erlangga.
Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Cahya, I. (2018, November 19). Merdeka.com. Retrieved Mei 10, 2020, from www.
Merdeka.com: https://www.merdeka.com/teknologi/whatsapp-digunakan-83-
persen-pengguna-internet-indonesia.html
Cangara, H. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Ekadinata, N., & Widyandana, D. (2017, November 1). Promosi Kesehatan
Menggunakan Gambar dan Teks dalam Aplikasi WhatsApp pada Kader
Posbindu. BKM Journal of Community Medicine and Public Health, 33(11), 547-
552.
Elianur, C. (2017). Pemanfaatan Aplikasi Whatsapp Sebagai Sarana Diskusi Antara
Pengawas Dan Guru Pendidikan Agama Islam. Jurnal As-Salam, I(2), 1-14.
Faturochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Pinus.
Fauzi, R. (2017). Perubahan Budaya Komunikasi Pada Pengguna Whatsapp Di Era
Media. JIKE, I(1), 1-10.
Harapah, H. S., & Kurniawati, D. I. (2018). WhatsApp Sebagai Media Strategi
Komunikasi Ustadzh Dalam Menyampaikan Dakwah (Studi Deskripsi Kuantitatif
Komunitas "Belajar Islam Seru"). Conference on Dynamic Media,
Communications, and Culture 2018. 1, pp. 131-150. DiMCC Conference
Proceeding.
J.Johnston, M., King, D., Arora, S., Behar, N., Athanasiou, T., Sevdalis, N., et al. (2015,
Januari). Smartphones let surgeons know WhatsApp: an analysis of
communication in emergency surgical teams. The American Journal of Surgery,
209(1), 45-51.
Kuswarno, E. (2008). Etnografi Komunikasi (Metode Penelitian Komunikasi). Bandung:
Widya Padjajaran.
38
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2011). Theories of Human Communication, 9th Edition.
(M. Y. Hamda, Trans.) Jakarta: Salemba Humanika Survey APJII.
Lubis, Z. B. (2005). Kanalisasi Ketegangan Etnik dan Kompetisi Budaya dalam Sektor
Publik. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISIi, 1.
Meinarno, E. A., & Sarwono, S. W. (2017). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Moleong, L. J. (2002). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Narti, S. (2017, Juni 1). Pemanfaatan "WhatsApp" Sebagai Media Komunikasi Dosen
dengan Mahasiswa Bimbingan Skripsi (Studi Analisis Deskripsi Pada Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Bimbingan Skripsi Universitas Dehasen Bengkulu Tahun
2016). Jurnal Professional FIS UNIVED, 4(1), 26-44.
Nasrullah, R. (2015). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Pozin, M. A., & Mohd Nawi, M. N. (2018). Effective of Communication using
WhatsApp: Industrialised Building System (IBS) Construction. Proceedings of
the 3rd International Conference on Applied Science and Technology (ICAST’18)
(pp. 020018-1–020018-6). AIP Publishing.
Rahmansari, R. (2017). Penggunaan Aplikasi WhatsApp dalam Komunikasi Organisasi
Pengawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo. Jurnal Ilmiah
Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial, 1(2), 77-90.
Saleh, G., & Pitriani, R. (2018). Pengaruh Media Sosial Instagram dan WhatsApp
Terhadap Pembentukan Budaya “ Alone Together “. Jurnal Komunikasi,, 10(2),
103 – 114.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. In M. Rahmawati, & A. Kuswati,
Perkembangan Anak (p. 138). Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2017). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Suharyanto, A. (2018, November 12). dosenpsikologi.com/. Retrieved Juli 27, 2020, from
dosenpsikologi.com/: https://dosenpsikologi.com/teori-empati-dalam-
psikologi#:~:text=Teori%20empati%20dalam%20psikologi%20ialah,perasaan%2
0dan%20pikiran%20individu%20lain.&text=Sebuah%20sikap%20teori%20empa
ti%20dalam,lain%20dari%20sudut%20pandang%20emosi.
Sukrillah, A., Ratnamulyani, I., & Kusumasinata, A. (2017, Oktober 2). Pemanfaatan
Media Sosial Melalui WhatsApp Grup FEI Sebagai Sarana Komunikasi. Jurnal
Komunikatio, 3(2), 95-104.
39
Suranto, A. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryadi, E., Ginanjar, M. H., & Priyatna, M. (2018, April 16). Penggunaan Sosial Media
WhatsApp dan Pengaruhnya Terhadap Disiplin Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Edukasi Islam, Jurnal Pendidikan Islam,
VII(1), 1-22.
Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Thoha, M. (2007). Kepemimpinan dalam Manajemen suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta:
Raja Grafindo Pustaka.
Wrightsman, L., & Deaux, K. (1981). Social Psychology in the 80’s.Third Edition.
California: Brook/ Cole Publishing Company.
Yuliana, & Rini, J. E. (2002). Introduction to Communication. Jakarta: PT. Grasindo.
Yusmita, M., Larisu, Z., & Saidin. (2018). Pemanfaatan Whatsapp Messenger Sebagai
Media Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Jurnal Ilmu
Komunikasi UHO: Jurnal Penelitian Kajian Ilmu Komunikasi & Informasi, 3(4).
40
41
42
43
44
Lampiran Surat Pernyataan Peneliti
Surat Pernyataan Peneliti
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurlina Rahman.
NIDN : 0026027101
Fakultas/Prodi : FISIP /Ilmu Komunikasi
Jabatan Fungsional : Lektor
Menyatakan bahwa Proposal Penelitian Dosen Pemula (PDP) dengan judul
“Pemanfaatan WhatsApp sebagai media komunikasi di masa pandemic Covid-19
(Studi pada komunitas Pita Oren)” yang akan diusulkan dalam skema Dana Hibah
Penelitian Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA pada batch-2 tahun
2019-2020 merupakan karya tulis yang bebas dari plagiarism.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Jakarta, 10 Mei 2020
Yang Menyatakan
Ketua Lemlitbang UHAMKA Ketua Tim Pengusul
Prof. Dr. Hj. SUSWANDARI, M.Pd. Nurlina Rahman, S.Pd., M.Si.
NIDN 0020116601 NIDN.0026027101
45
Lampiran Luaran Utama
Pemanfaatan WhatsApp Sebagai Media Komunikasi
Di Masa Pandemic Covid-19
(Studi Pada Komunitas Pita Oren Alumni FISIP UHAMKA)
Nurlina Rahman,1 Mukhlish Muhammad Maududi
1
1Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. HAMKA
nurlina.rahmanmc@uhamka.ac.id // maoedoedi@uhamka.ac.id
Abstract
The purpose of this study was to get an overview of the use of WhatsApp as a communication
medium during the Covid-19 pandemic by the UHAMKA FISIP Alumni Pita Oren community. This
study uses a descriptive qualitative approach with a phenomenological paradigm with the empathy
theory of Robert A. Baron and Donn Byrne to provide assistance, data collection was carried out
by in-depth interviews with 6 informants, who were administrators or volunteers of Pita Oren. The
results showed that Whatsapp media was the choice because it was considered the easiest to use
and had a complete application and was used by all Pita Oren volunteers. The Pita Oren
Community is a community of alumni and students of FISIP UHAMKA who are motivated to take
social action to help people affected by the COVID-19 pandemic. Social actions were carried out
in Jakarta, Bogor, Tangerang and Bekasi (Jabotabek) by providing basic food assistance and
masks to the affected communities due to the implementation of restrictions. Large-Scale Social
(PSBB). It is known that providing assistance in the form of collecting and distributing basic
necessities as well as masks during the Covid 19 pandemic was based on carrying out religious
orders, helping each other and as a form of empathy to residents around the residences of Pita
Oren volunteers. The activities that have been carried out by the Pita Orens community are in line
with UHAMKA's Vision to become a major university that excels in producing graduates who are
bright in spiritual and social aspects
Keywords: Utilization, WhatsApp, FISIP, UHAMKA
Ringkasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan WhatsApp sebagai media
komunikasi di masa pandemic Covid-19 oleh komunitas Pita Oren Alumni FISIP UHAMKA.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif dengan pradigma fenomenologi
dengan teori empati Robert A. Baron dan Donn Byrne memberikan pertolongan, pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada 6 orang informan, yang merupakan
pengurus atau relawan Pita Oren. Hasil penelitian menunjukan bahwa media Whatsapp menjadi
pilihan karena dianggap paling mudah digunakan dan memilikii aplikasi yang lengkap dan
digunakan oleh semua relawan Pita Oren. Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan
mahasiswa FISIP UHAMKA yang tergerak melakukan aksi sosial membantu masyarakat yang
terdampak pandemic covid 19. Aksi sosial dilakukan di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi
(Jabotabek) dengan kegiatan memberikan bantuan sembako dan masker kepada masyarakat
terdampak akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Diketahui dalam
melakukan kegiatan memberikan bantuan berupa pengumpulan dan pembagian sembako juga
masker di masa pandemik covid 19 didasari karena menjalankan perintah agama, saling membantu
dan sebagai bentuk empati kepada warga yang berada di sekitar tempat tinggal relawan Pita Oren.
Kegiatan yang telah dilakukan komunitas Pita Orens sejalan dengan Visi UHAMKA nebjadi
Universitas utama yang unggul dalam menghasilkan lulusan yang cerdas dalam aspek spiritual dan
sosial.
Kata Kunci : Pemanfaatan, WhatsApp, FISIP, UHAMKA
46
PENDAHULUAN
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan Pemerintah
sejak tanggal 10 April 2020 mengharuskan masyarakat untuk tinggal di rumah.
PSBB juga berakibat masyarakat meninggalkan aktivitas ekonomi secara normal
atau terpaksa menghentikan karena tidak ada transaksi. Tentu dampak ini lebih
dirasakan masyarakat dengan penghasilan harian, seperti tukang pijit, penjual
makanan, buruh atau kuli panggul di pasar, tukang ojek pangkalan. Kondisi PSBB
juga membuat perilaku masyarakat menjadi berubah missal kegiatan yang
awalnya dilakukan seacara tatap muka secara langsung, tapi kini menjadi terbatas.
Pembatasan ini tidak memungkinkan melakukan aktivitas yang melibatkan
banyak orang berkumpul dalam satu tempat dan waktu yang sama, namun dengan
kemajuan teknologi komunikasi, keterbatasan ruang gerak dapat dijembatani
sehingga komunikasi dapat terus dilakukan dengan bantuan teknologi, cara
komunikasi interpersonal bermedia (tidak langsung) pada situasi tertentu dapat
saja menjadi pilihan, misalnya dalam bentuk percakapan melalui telepon, email,
surat menyurat, SMS, dan sebagainya. Pemanfaatan media komunikasi di era
globalisasi saat ini memungkinkan manusia melakukan kegiatan social dan terus
berinteraksi walau lewat media melalui media virtual. Dalam kondisi ini tidak
memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara langsung atau tatap muka
karena adanya aturan pemerintah tentang PSBB. Kehadiran teknologi komunikasi
atau media membantu kebutuhan manusia akan interaksi dapat terpenuhi.
Menurut Lubis teknologi komunikasi adalah peralatan-peralatan perangkat
keras, struktur organisasi, dan nilai sosial dengan mana individu mengumpulkan,
memproses dan terjadi pertukaran informasi dengan individu lain. (Lubis, 2005, p.
42). Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan interaksi untuk berkomunikasi,
Menurut Adi (Adi, 2012, p. 42) syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya
kontak sosial dan komunikasi. Sebagaimana yang dikemukakan Yuliana dan Julia
tentang komunikasi (Yuliana & Rini, 2002, p. 3) “The process is fluid; the from
in which a message is communicated changes constantly. Communication can be
formal or informal, spoken or written, and internal or external. Artinya, proses
47
dimana penyampaian pesan komunikasi yang berubah-ubah menjadi komunikasi
yang tetap. Komunikasi bisa formal atau informal, lisan atau tulisan, dan internal
atau eksternal”.
Saat ini teknologi komunikasi banyak ragam dan bentuknya dari yang
sederhana hingga yang komplek, dalam bentuk teks, suara, gambar atau
kombinasi dari kesemuanya, yang sifatnya pribadi bahwa yang terbuka seperti
sosial media, media sosial memungkinkan anggotanya untuk berinteraksi satu
sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya pada pesan teks, tetapi juga termasuk foto
dan video yang mungkin menarik perhatian pengguna lain. Semua posting
(publikasi) merupakan real time, memungkinkan anggota untuk berbagi informasi
seperti apa yang sedang terjadi”. (Nasrullah, 2015, p. 48)
Teknologi komunikasi menawarkan Kecepatan hal yang menjadi
kelebihannya disbanding dengan komunikasi langsung, karena Kecepatan dalam
mengambil keputusan dipengaruhi oleh seberapa cepat informasi didapat,
kecepatan mendapat informasi dan memberi informasi saat ini sangat dipengaruhi
oleh teknologi atau media komunikasi, Suranto (Suranto, 2011) mengatakan cara
komunikasi interpersonal bermedia (tidak langsung) pada situasi tertentu dapat
saja menjadi pilihan, misalnya dalam bentuk percakapan melalui telepon, email,
surat menyurat, SMS, dan sebagainya
Selain kecepatan teknologi komunikasi juga mempunya pola komunikasi
yang muncul yaitu pola yang memiliki ciri komunikasi massa, yaitu sifat
pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, penyebarannya cepat, serempak
dan luas yang mampu mengatasi jarak dan waktu (Cangara, 2011, p. 37)
Aplikasi perpesanan WhatsApp adalah salah satu platform chat terpopuler di
Indonesia, (Cahya, 2018) menurut data Digital Report 2019 dari We Are Social
dan Hootsuite, tercatat 83 persen pengguna internet di Indonesia merupakan
pengguna WhatsApp. Melihat kondisi dimana banyak warga masyarakat yang
terdampak dari kebijakan pembatasan ini Komunitas Pita Oren berisiatif
memberikan bantuan sembako kepada warga terdampak. Penelitiam ini bertujuan
menggambarkan fenomena komunitas Pita Oren yang menggunakan Whatapps
sebagai media komunikasi untuk melakukan kordinasi membantu masyarakat.
48
Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan mahasiswa FISIP
UHAMKA yang tergerak untuk memberikan bantuan sembako kepada
masyarakat terdampak akibat pemberlakuan PSBB dengan memanfaatkan media
online berupa Whatsapp rencana dilakukan dan dijalankan, mengumpulkan donasi
membelikan bahan-bahan pokok diwarung sekitar warga yang akan diberikan
bantuan lalu menyalurkannya kepada warga yang sudah didata sebelumnya.
Selain mempermudah penyampaian pesan atau informasi secara efektif dan efisien
secara waktu, tujuan gerakan Pita Oren, memakmurkan warung tetangga,
menolong tetangga yg kelaparan.
Penelitian ini penting untuk mengungkap fenomena pemanfaatan teknologi
online yang menghubungkan banyak orang dalam satu waktu untuk
mendiskusikan dan memutuskan suatu rencana. Whatapps bisa digunakan untuk
kegiatan lain selain hanya untuk komunikasi tapi ternyata lebih jauh dapat
digunakan sebagai media untuk peduli terhadap sesama.
Rumusan Masalah Penelitian
Dengan whatapps hal-hal yang perlu dikomunikasi secara cepat dapat
tersampaikan tak perlu bertemu langsung karena memang tidak memungkinkan
karena kondisi tertentu maka hal ini dapat dirumuskan dengan pemanfaatan
WhatsApp sebagai media komunikasi di masa pandemic Covid-19 (Studi pada
komunitas Pita Oren Alumni Fisip UHAMKA). Fokus riset yang dilakukan
adalah bagaimana mengkaji “Pemanfaatan WhatsApp sebagai media komunikasi
di masa pandemic Covid-19 (Studi pada komunitas Pita Oren Alumni Fisip
UHAMKA).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif kualitatif, peneliti
menggunakan pendekatan fenomenologi dengan metode wawancara kepada enam
orang relawan Pita Oren dilengkapi juga dengan studi Pustaka. Dengan metode
fenomenologi ini peneliti akan menggambarkan implementasi dalam pemanfaatan
whatsapp sebagai media komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas Pita Oren.
49
HASIL PENELITIAN
Dalam masa-masa pandemik corona 19 kegiatan komunikasi secara daring
nampaknya menjadi pilihan utama, sebagai salah satu anjuran dari Pemerintah
untuk mengurangi kegiatan diluar rumah, kegiatan belajar mengajar dilakukan
secara online, begitu pula pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah
dibuat kebijakan Work From Home (WFH). whatsApp menjadi salah satu media
yang digunakan dengan aplikasi yang tak hanya sekedar dalam bentuk text atau
tulisan, WhatsApp juga menyediakan layanan mengirim nomor kontak,
pengiriman gambar yang dapat diedit, audio, video call yang dapat dilakukan
dalam group atau individual juga dapat mengirimkan dokumen dalam bentuk
word, pdf maupun excel, serta mengirimkan lokasi dengan GPS atau GMaps.
Kemudahan dan banyaknya layanan yang diberikan whatsApp membuat
banyak orang menggunakan layanan ini apalagi nomor WhatsApp dapat
disesuaikan dengan nomor hape sehingga lebih praktis.
Pesan tetap terkirim meskipun hape sedang off atau tidak ada pulsa dan
dapat dilihat ketika hape sudah on kembali, dengan keterangan berupa symbol
centang ganda jika sudah terkirim atau diterima centang satu untuk pesan terkirim
namun belum diterima bisa karena hape dalam kondisi off atau tidak ada pulsa
atau jaringan. Kelebihan WhatsApp yang lain ada dapat mengirimkan pesan
secara langsung atau banyak pesan yang dikirim dalam satu waktu (Broadcats),
dengan jumlah anggota group sebanyak 256 orang jumlah yang cukup banyak
memudahkan untuk dapat mengirim pesan kebanyak orang.
Dengan banyaknya kelebihan dan kemudahan yang diberikan Whatsapp
kepada pengguna, membuat whatsapp banyak digunakan “Group WhatsAppa Pita
oren u/Covid” dibuat pada tanggal 13 April 2020.
Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam terkait akti yang dilakukan
oleh Pita Oren Peneliti melakukan wawancara terhadap enam orang relawan yang
dianggap dapat mewakili yaitu, Gilang Kumari Putra, Komaruddin Bagja A,
Cantika Adinda, Firda Fauza, Ridwan Muhammad, dan Ririn Muji Astuti
50
Dalam group whatsapp terjadi banyak tema diskusi, awal pembentukan
group diskusi seputar tujuan dari dibentuknya Pita Oren sebagai wadah Alumni
Fisip UHAMKA untuk membantu sesama dan meringankan beban warga yang
terdampak covid 19.
Dalam WAG diskusi yang terjadi dengan tema berikutnya adalah struktur
kepengurusan, Logo, Target Donator, Publikasi, Teknis Pengumpulan Dana, dan
Tektik Pengumpulan Dana, Penentuan Kreteria Penerima Bantuan, Laporan Saat
Penyaluran Bantuan.
Tema lainnya juga tentang logo
Mengenai tujuan organisasi, struktur dan logo semua diputuskan dalam WA
Group, respon terhadap suatu tema segera diberikan oleh setiap anggota, anggota
group terbilang sangat aktif dalam merespon setiap postingan dari anggota yang
lain.
Pembicaraan mengenai logo pun dilakukan dengan sangat cair dan semua
diputuskan melalui WAG. Dalam diskusi juga diseligi dengan candaan-candaan
ringan sehingga WA Group tidak monoton dan kaku, terlebih para pengurus sudah
saling kenal secara pribadi.
melakukan sosialisasi di media sosial, seperti Instagram, Group WA yang
diikuti oleh relawan Pita Oren dengan cara menshare liflet ajakan untuk
memberikan Donasi.
Setelah membahasan mengenai struktur, logo dan profil selesai pembahasan
memasuki tema-tema teknis, seperti target penerima bantuan, profil donator dan
cara mendistribusikannya
Secara teknis wilayah kerja Pita Oren dengan kegiatan:
- Memakmurkan ekonomi kecil (warung Tetangga)
- Membantu masyarakat (tetangga) yang terdampak Covid-19 (Korban
PHK, pekerja Harian)
Target donasi adalah Alumni FISIP UHAMKA adapun pembahasan
mengenai pertanggung jawabannya berupa melampirkan bukti pembelian barang-
barang bantuan di warung sekitar kegiatan berupa slip atau kwitansi pembelian
yang langsung dilaporakan melalui WA Group.
51
Begitu juga pada saat pembelian dan penyerahan dilakukan dokumentasi
yang langsung dikirim ke WA group
Mengenai isi paket yang disepakati berupa;
8. 3 (tiga) kg beras
9. 1 (satu) liter minyak goring
10. 3 (tiga) Mie Instan
11. 1 (satu) kaleng sarden
12. 1 (satu) bungkus Jamu
13. 1 (satu) sabun batangan
14. masker
Laporan keuangan atau konfirmasi bantuan yang diberikan oleh para
donatur dilaporkan didalam WhatsApp Group Pita Oren, setiap kali ada yang
donatur yang memberikan bantuan jadi selalu ada up date status atau
pemutakhiran data terkait dana bantuan dari para donatur.
Laporan pembelian isi paket bantuan, isi paket bantuan dibeli di warung-
warung dimana relawan dan penerima bantuan tinggal, sehingga ada multi playing
effect yang dirasakan disamping relawan pita oren membantu warga yang
kesulitan ekonomi karena tidak ada pendapatan akibat PSBB yang diterapkan juga
membantu pedagang klontong yang sedikit banyak juga terdampak akibat
menurunnya daya beli masyarakat.
Pembelian dan penyaluran bantuan juga dilaporkan secara real time, baik
dengan video mau foto-foto yang dikirm ke WhatsApp Group Pita Oren.
Laporan-laporan tersebut juga langsung mendapat respon dari anggota
group yang lain.
Analisis Data dan Pembahasan
Sebagaimana halnya komunikasi langsung yang menyisakan gangguan
(noise) teknologi komunikasi juga bisa menimbulkan noise. Miftah Thoha
mengemukakan pandangannya mengenai efektifitas komunikasi dalam uraian
sebagai berikut (Thoha, 2007):
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Perilaku Suportif
52
d. Kepositifan
e. Kesamaan
Terbentuknya komunitas Pita Oren Alumni FISIP UHAMKA dari diskusi
yang terjadi di WhatApp Group (WAG) Alumni Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) Fisip UHAMKA mengenai pandemik Covid 19 dan
kebijakan Pembatasan Berskala Besar (PSBB) karena anggota dari WAG sudah
saling mengenal sehingga diskusi lebih cair dan sangat terbuka (kekeluargaan)
dari diskusi yang terjadi dan dinamikasi didalam Group WA tersebut muncullah
ide untuk membuat sebuah gerakan sosial karena sudah saling mengenal dan
terbuka ide ini tidak sulit untuk direalisasikan. Seperti diungkapkan oleh Gilang
Kumari Putra, yang akhirnya didaulat menjadi Penasehat Pita Oren.
Gerakan sosial Pita Oren dikhususkan untuk tetangga dari Alumni Fisip
UHAMKA yang terdampak Covid 19, disamping karena keterbatasan bergerak
akibat pemberlakuan PSBB oleh Pemerintah Daerah, sehingga gerakan sosial Pita
Oren dibatasi hanya diwilayah atau tetang dari Alumni Fisip yang tergabung
dalam Pita Oren.
Motif Anggota Komunitas
Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui jenis perlaku
menolong yang dilakukan oleh Pita Oren antara lain 1) Casual helping
artinya pertolongan sederhana, pertolongan sederhana, 2) Substansial personal
helping artinya pertolongan yang berarti, 3) Emotional helping artinya bantuan
emosional, 4) Emergency helping artinya pertolongan darurat, seperti dikatakan
Gilang Kumari Putra bahwa kegiatan sosial yang dilakukan oleh Pita Oren adalah
untuk membantu warga yang terkena dampak covid 19, merak tidak bisa bekerja
mencari nafkah pada kebutuhan harian meraka didapat dari pekerjaan yang
sifatnya harian, sehingga batuan yang diberiakn oleh Pita Oren dirasa sangat
berarti untuk mereka yang kehilangan pekerjaan atau tidak dapat bekerja akibat
pemberlakukan PSBB.
Hai ini juga dibenarkan oleh ketua Pita Oren Komaruddin Bagja A yang
juga seorang jurnalis media online
53
Tindakan menolong
Tindakan menolong (helping behaviour) adalah setiap tindakan yang lebih
memberikan keuntungan bagi orang lain yang membutuhkan daripada terhadap
diri sendiri (Wrightsman & Deaux, 1981). Menurut Staub (1978) & Wispe (1972),
tindakan menolong adalah tindakan yang menguntungkan orang lain yang
membutuhkan lebih daripada diri sendiri (dalam Hogg & Vaugan 2002).
Tahap-tahap melakukan pertolongan
2) Tahap Perhatian
Relawan Pita Oren, membantu korban terdampak covid 19 memiliki
kreteria salah satunya adalah korban terdampak adalah tetangga dari
relawan jadi relawan dalam kesehariannya sangat dekat dengan korban
terdampak, sehingga relawan mengetahui kondisi kehidupan dari korban
terdampak covid 19
Relawan mempunyai perhatian terhadap kondisi keseharian dari
penerima bantuan, hal ini terungkap dalam wawancara dengan Ririn dan
Ridwan, penerima bantuan adalah tetangnya yang diketahui karena dalam
kesehariannya aktivitasnya diketahui, dan bertempat tinggal di sektira
rumah relawan pita oren jadi para relawan sedikit mempunyai reperensi atau
gambaran mengkehidupan penerima bantuan secara langsung.
5) Interpretasi Situasi
Relawan Pita Oren melakukan interpretasi atas situasi yang dihadapi
orang masyarakat, dari sana dilakukan klasifikasi mana masyarakat yang
benar-benar membutuhkan bantuan
Berdasarkan situasi yang dirasakan oleh Relawan pita oren maka
diputuskan penerima bantuan adalah benar-benar warga yang tidak bisa
melakukan aktivitas ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,
seperti jasa pijit keliling, cuci baju, cuci piring hajatan, korban PHK, buruh
bangunan.
Karena relawan memiliki perhatian terhadap penerima bantuan yang
berada disekitar rumah para relawan, sehingga para relawan mampu
54
melakukan penilaian terhadap situasi yang ada apakah penerima bantuan
layak menerima bantuan, seperti dikatakan oleh Ridwan, Cantika Adinda
dan Ririn, para penerima bantuan adalah warga yang secara penghasilan
sangat minim dalam kondisi sebelum pandemic covid 19, apalagi sekarang
dengan pemberlakukan PSBB, mereka yang penghasilannya harian jadi
tidak bisa bekerja seperti biasa.
6) Muncul tidaknya Asumsi bahwa hal ini merupakan tanggung jawab personal
atau orang yang melihatnya
Relawan Pita Oren merasa turut bertanggung jawab dan bersedia
mengambil peran untuk membantu bukan hanya didasari pada rasa empty
tapi juga tanggung jawab sebagai manusia, serta adanya kepercayaan jika
menolong orang lain berniali ibadah, berpahala dan akan mendapat
pertolongan Allah baik di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dikatakan
Kokom, Firda Fauza dan Gilang Kumari Putra, Bahwa apa yang mereka
lakukan InsyaaAllah, semata-mata untuk memberi bantuan dan berharap apa
yang mereka lakukan mendapat Pahala dari Allah Swt.
7) Memiliki Pengetahuan Dan Keterampilan Untuk Memberikan Pertolongan
Para relawan Pita oren adalah Alumni Fisip Uhamka yang
kesemuanya juga merupakan Aktivis lembaga Kemahasiswaan baik
lembaga Ekstra Kampus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
maupun lembaga Intra Kampus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),
sehingga secara managerial relawan Pita Oren memiliki keterampilan untuk
melakukan mobilisasi penggalangan dana dan penyaluran bantuan
Menurut Gilang, Relawan Pita Oren adalah aktivis Mahasiswa yang
terbiasa melakukan kegitan bakti sosial di masyarakat jadi kegiatan bakti
sosial dalam rangka membantu sesama sudah biasa dilakukan, karena
melihat ada warga yang tidak terjangkau oleh bantuan pemerintah sehingga
Alumi Fisip Uhamka terpanggil untuk melakukan kegiatan Bakti sosial ini.
Selain tahap-tahap sampai orang memberikan pertolongan ada juga alasan-
alasan mengapa orang memberikan pertolongan;
55
d. Hipotesis empati-altruisme
Alturisme adalah lawan dari egoisme, sebagai perhatian yang ditujukan
kepada orang lain dimana ada perasaan untuk menolong dengan
memperhatikan kesejahteraannya secara tulus, dari wawancara yang
dilakukan terungkap bahwa para relawan melakukan kegiatan ini dengan
dorong ingin membantu dan merasa kasihan terhadap nasib tetangganya
yang hidupnya memprihatinkan, Seperti yang dikatakan Kokom, Firda
Fauza dan Gilang Kumari Putra, Bahwa apa yang mereka lakukan
InsyaaAllah, semata-mata untuk memberi bantuan dan berharap apa yang
mereka lakukan mendapat Pahala dari Allah Swt.
e. Model mengurangi perasaan negatif (negative-state-relief model)
kadang seseorang yang mengabaikan orang yang membutuhkan pertolongan
membuat seseorang merasa bersalah tidak memberi pertolongan padahal ia
mampu menolongnya, atau menyesal tidak memberi pertolongan kepada
orang lain sehingga dianggap membuang kesempatan berbuat kebaikan.
Dari hasil wawacara yang dilakukan terhadap Gilang, Komarudin, Kania,
Firda, Ridwan dan Ririn terungkap bahwa, para relawan merasa bersalah
jika tidak melakukan sesuatu untuk membantu walaupun nilainya kecil yang
terpenting adalah berbuat, disamping perbuatan menolong orang adalah
perbuatan yang dianjurkan dalam agama sehingga berusaha tidak
mengambil kesempatan untuk berbuat baik agar tidak ada perasaan bersalah
atau penyesalan.
f. Hipotesis kesenangan empatik (empathic joy hypothesis)
Memberi adalah kebahagiaan, seseorang akan merasakan kebahagian,
bahagia ketika melihat orang yang ditolongnya berbahagia keluar dari suatu
masalah yang membebaninya, Dari hasil wawacara yang dilakukan terhadap
Gilang, Komarudin, Kania, Firda, Ridwan dan Ririn diketahui bahwa,
mereka merasa bahagia dapat membantu sesama.
56
KESIMPULAN
Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan mahasiswa FISIP
UHAMKA yang tergerak untuk memberikan bantuan sembako kepada
masyarakat terdampak akibat pemberlakuan PSBB dengan memanfaatkan media
online berupa Whatsapp rencana dilakukan dan dijalankan, mengumpulkan donasi
membelikan bahan-bahan pokok diwarung sekitar warga yang akan diberikan
bantuan lalu menyalurkannya kepada warga yang sudah didata sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif, dengan metode ini
peneliti berupaya menggambarkan fenomena komunitas Pita Oren yang
menggunakan Whatapps sebagai media komunikasi untuk melakukan kordinasi
membantu masyarakat, pendekatan fenomenologi, peneliti melakukan wawancara
terhadap enam orang pengurus Pita Oren didapatkan hasil bahwa mereka memilih
WhatsApp karena mudah dan banyak yang menggunakan, motif dalam melakukan
kegiatan memberikan bantuan sembako dan masker di masa pandemik covis 19
adalah karena menjalankan perintah agama untuk saling membantu dan penerima
bantuan adalah warga yang berada disekitar tempat tinggal relawan Pita Oren
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R. (2012). Sosiologi Hukum. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Atep, A. B. (2003). Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Elex Media Kompetindo.
Ayun, P. Q. (2015, Oktober). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam
Membentuk Identitas. Channel, III(2), 1-16.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. In Psikologi Sosial (R. Djuwita,
Trans.). Jakarta: Erlangga.
Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Cahya, I. (2018, November 19). Merdeka.com. Retrieved Mei 10, 2020, from www.
Merdeka.com: https://www.merdeka.com/teknologi/whatsapp-digunakan-83-
persen-pengguna-internet-indonesia.html
Cangara, H. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
57
Ekadinata, N., & Widyandana, D. (2017, November 1). Promosi Kesehatan
Menggunakan Gambar dan Teks dalam Aplikasi WhatsApp pada Kader
Posbindu. BKM Journal of Community Medicine and Public Health, 33(11), 547-
552.
Elianur, C. (2017). Pemanfaatan Aplikasi Whatsapp Sebagai Sarana Diskusi Antara
Pengawas Dan Guru Pendidikan Agama Islam. Jurnal As-Salam, I(2), 1-14.
Faturochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Pinus.
Fauzi, R. (2017). Perubahan Budaya Komunikasi Pada Pengguna Whatsapp Di Era
Media. JIKE, I(1), 1-10.
Harapah, H. S., & Kurniawati, D. I. (2018). WhatsApp Sebagai Media Strategi
Komunikasi Ustadzh Dalam Menyampaikan Dakwah (Studi Deskripsi Kuantitatif
Komunitas "Belajar Islam Seru"). Conference on Dynamic Media,
Communications, and Culture 2018. 1, pp. 131-150. DiMCC Conference
Proceeding.
J.Johnston, M., King, D., Arora, S., Behar, N., Athanasiou, T., Sevdalis, N., et al. (2015,
Januari). Smartphones let surgeons know WhatsApp: an analysis of
communication in emergency surgical teams. The American Journal of Surgery,
209(1), 45-51.
Kuswarno, E. (2008). Etnografi Komunikasi (Metode Penelitian Komunikasi). Bandung:
Widya Padjajaran.
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2011). Theories of Human Communication, 9th Edition.
(M. Y. Hamda, Trans.) Jakarta: Salemba Humanika Survey APJII.
Lubis, Z. B. (2005). Kanalisasi Ketegangan Etnik dan Kompetisi Budaya dalam Sektor
Publik. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISIi, 1.
Meinarno, E. A., & Sarwono, S. W. (2017). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Moleong, L. J. (2002). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Narti, S. (2017, Juni 1). Pemanfaatan "WhatsApp" Sebagai Media Komunikasi Dosen
dengan Mahasiswa Bimbingan Skripsi (Studi Analisis Deskripsi Pada Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Bimbingan Skripsi Universitas Dehasen Bengkulu Tahun
2016). Jurnal Professional FIS UNIVED, 4(1), 26-44.
Nasrullah, R. (2015). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Pozin, M. A., & Mohd Nawi, M. N. (2018). Effective of Communication using
WhatsApp: Industrialised Building System (IBS) Construction. Proceedings of
58
the 3rd International Conference on Applied Science and Technology (ICAST’18)
(pp. 020018-1–020018-6). AIP Publishing.
Rahmansari, R. (2017). Penggunaan Aplikasi WhatsApp dalam Komunikasi Organisasi
Pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo. Jurnal Ilmiah
Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial, I(2), 77-90.
Rahmansari, R. (2017). Penggunaan Aplikasi WhatsApp dalam Komunikasi Organisasi
Pengawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo. Jurnal Ilmiah
Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial, 1(2), 77-90.
Saleh, G., & Pitriani, R. (2018). Pengaruh Media Sosial Instagram dan WhatsApp
Terhadap Pembentukan Budaya “ Alone Together “. Jurnal Komunikasi,, 10(2),
103 – 114.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. In M. Rahmawati, & A. Kuswati,
Perkembangan Anak (p. 138). Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2017). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Suharyanto, A. (2018, November 12). dosenpsikologi.com/. Retrieved Juli 27, 2020, from
dosenpsikologi.com/: https://dosenpsikologi.com/teori-empati-dalam-
psikologi#:~:text=Teori%20empati%20dalam%20psikologi%20ialah,perasaan%2
0dan%20pikiran%20individu%20lain.&text=Sebuah%20sikap%20teori%20empa
ti%20dalam,lain%20dari%20sudut%20pandang%20emosi.
Sukrillah, A., Ratnamulyani, I., & Kusumasinata, A. (2017, Oktober 2). Pemanfaatan
Media Sosial Melalui WhatsApp Grup FEI Sebagai Sarana Komunikasi. Jurnal
Komunikatio, 3(2), 95-104.
Suranto, A. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryadi, E., Ginanjar, M. H., & Priyatna, M. (2018, April 16). Penggunaan Sosial Media
WhatsApp dan Pengaruhnya Terhadap Disiplin Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Edukasi Islam, Jurnal Pendidikan Islam,
VII(1), 1-22.
Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Thoha, M. (2007). Kepemimpinan dalam Manajemen suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta:
Raja Grafindo Pustaka.
Wrightsman, L., & Deaux, K. (1981). Social Psychology in the 80’s.Third Edition.
California: Brook/ Cole Publishing Company.
Yuliana, & Rini, J. E. (2002). Introduction to Communication. Jakarta: PT. Grasindo.
59
Yusmita, M., Larisu, Z., & Saidin. (2018). Pemanfaatan Whatsapp Messenger Sebagai
Media Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Jurnal Ilmu
Komunikasi UHO: Jurnal Penelitian Kajian Ilmu Komunikasi & Informasi, 3(4).
60
Lampiran Luaran Tambahan
Pemanfaatan WhatsApp Sebagai Media Komunikasi
Di Masa Pandemic Covid-19
(Studi Pada Komunitas Pita Oren Alumni FISIP UHAMKA)
Nurlina Rahman,1 Mukhlish Muhammad Maududi
1
1Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. HAMKA
nurlina.rahmanmc@uhamka.ac.id // maoedoedi@uhamka.ac.id
Abstract
The purpose of this study was to get an overview of the use of WhatsApp as a
communication medium during the Covid-19 pandemic by the UHAMKA FISIP Alumni
Pita Oren community. This research used a Qualitative Descriptive approach with a
phenomenological paradigm with the empathy theory of Robert A. Baron and Donn
Byrne to provide help, data collection was carried out. with literature study and
interviews conducted with six administrators or volunteers of Pita Oren. The results
showed that the Whatsapp media was the choice because it was considered the easiest to
use and had a complete application and was used by all Pita Oren volunteers. The Pita
Oren Community is a community of alumni and students of FISIP UHAMKA who are
moved to provide basic necessities and masks assistance to the affected communities due
to the implementation of Large-Scale Social Restrictions (PSBB). covis 19 is due to
carrying out religious orders to help each other and as a form of empathy to residents
who are around the volunteer residences of Pita Oren.
Keywords: Utilization, WhatsApp, FISIP, UHAMKA
RINGKASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan WhatsApp
sebagai media komunikasi di masa pandemic Covid-19 oleh komunitas Pita Oren Alumni
Fisip UHAMKA Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif dengan
pradigma fenomenologi dengan teori empati Robert A. Baron dan Donn Byrne
memberikan pertolongan, pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan
wawancara yang dilakukan kepada enam orang pengurus atau relawan Pita Oren. Hasil
penelitian menunjukan bahwa media Whatsapp menjadi pilihan karena dianggap paling
mudah digunakan dan memilikii aplikasi yang lengkap dan digunakan oleh semua
relawan Pita Oren. Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan mahasiswa FISIP
UHAMKA yang tergerak untuk memberikan bantuan sembako dan masker kepada
masyarakat terdampak akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
dalam penelitian ini juga diketahui motif dalam melakukan kegiatan memberikan bantuan
bantuan berupa sembako dan masker di masa pandemik covis 19 adalah karena
menjalankan perintah agama untuk saling membantu dan sebagai bentuk empati kepada
warga yang berada disekitar tempat tinggal relawan Pita Oren.
61
Kata Kunci : Pemanfaatan, WhatsApp, FISIP, UHAMKA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan WhatsApp
sebagai media komunikasi di masa pandemic Covid-19 oleh komunitas Pita Oren Alumni
FISIP UHAMKA. Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif dengan
pradigma fenomenologi dengan teori empati Robert A. Baron dan Donn Byrne
memberikan pertolongan, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam
kepada 6 orang informan, yang merupakan pengurus atau relawan Pita Oren. Hasil
penelitian menunjukan bahwa media Whatsapp menjadi pilihan karena dianggap paling
mudah digunakan dan memilikii aplikasi yang lengkap dan digunakan oleh semua
relawan Pita Oren. Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan mahasiswa FISIP
UHAMKA yang tergerak melakukan aksi sosial membantu masyarakat yang terdampak
pandemic covid 19. Aksi social dilakukan di Jakarta Bogor, Tangerang Bekasi dengan
kegiatan memberikan bantuan sembako dan masker kepada masyarakat terdampak akibat
pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Diketahui dalam melakukan
kegiatan memberikan bantuan berupa pengumpulan dan pembagian sembako juga masker
di masa pandemik covid 19 didasari karena menjalankan perintah agama, saling
membantu dan sebagai bentuk empati kepada warga yang berada di sekitar tempat tinggal
relawan Pita Oren. Kegiatan yang telah dilakukan komunitas Pita Orens sejalan dengan
Visi UHAMKA nebjadi Universitas utama yang unggul dalam menghasilkan lulusan
yang cerdas dalam aspek spiritual dan social.
PENDAHULUAN
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan Pemerintah
sejak tanggal 10 April 2020 mengharuskan masyarakat untuk tinggal di rumah.
PSBB juga berakibat masyarakat meninggalkan aktivitas ekonomi secara normal
atau terpaksa menghentikan karena tidak ada transaksi. Tentu dampak ini lebih
dirasakan masyarakat dengan penghasilan harian, seperti tukang pijit, penjual
makanan, buruh atau kuli panggul di pasar, tukang ojek pangkalan. Kondisi PSBB
juga membuat perilaku masyarakat menjadi berubah missal kegiatan yang
awalnya dilakukan seacara tatap muka secara langsung, tapi kini menjadi terbatas.
Pembatasan ini tidak memungkinkan melakukan aktivitas yang melibatkan
banyak orang berkumpul dalam satu tempat dan waktu yang sama, namun dengan
kemajuan teknologi komunikasi, keterbatasan ruang gerak dapat dijembatani
sehingga komunikasi dapat terus dilakukan dengan bantuan teknologi, (Suranto,
2011, p. ....) cara komunikasi interpersonal bermedia (tidak langsung) pada situasi
tertentu dapat saja menjadi pilihan, misalnya dalam bentuk percakapan melalui
telepon, email, surat menyurat, SMS, dan sebagainya. Pemanfaatan media
komunikasi di era globalisasi saat ini memungkinkan manusia melakukan
62
kegiatan social dan terus berinteraksi walau lewat media melalui media virtual.
Dalam kondisi ini tidak memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara
langsung atau tatap muka karena adanya aturan pemerintah tentang PSBB.
Kehadiran teknologi komunikasi atau media membantu kebutuhan manusia akan
interaksi dapat terpenuhi.
Menurut Lubis teknologi komunikasi adalah peralatan-peralatan perangkat
keras, struktur organisasi, dan nilai sosial dengan mana individu mengumpulkan,
memproses dan terjadi pertukaran informasi dengan individu lain. (Lubis, 2005, p.
42). Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan interaksi untuk
berkomunikasi, Menurut Adi (Adi, 2012, p. 42) syarat terjadinya interaksi sosial
adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Sebagaimana yang dikemukakan
Yuliana dan Julia tentang komunikasi (Yuliana & Rini, 2002, p. 3) “The process
is fluid; the from in which a message is communicated changes constantly.
Communication can be formal or informal, spoken or written, and internal or
external. Artinya, proses dimana penyampaian pesan komunikasi yang berubah-
ubah menjadi komunikasi yang tetap. Komunikasi bisa formal atau informal, lisan
atau tulisan, dan internal atau eksternal”.
Saat ini teknologi komunikasi banyak ragam dan bentuknya dari yang
sederhana hingga yang komplek, dalam bentuk teks, suara, gambar atau
kombinasi dari kesemuanya, yang sifatnya pribadi bahwa yang terbuka seperti
sosial media, media sosial memungkinkan anggotanya untuk berinteraksi satu
sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya pada pesan teks, tetapi juga termasuk foto
dan video yang mungkin menarik perhatian pengguna lain. Semua posting
(publikasi) merupakan real time, memungkinkan anggota untuk berbagi informasi
seperti apa yang sedang terjadi”. (Nasrullah, 2015, p. 48)
Sebagaimana halnya komunikasi langsung yang menyisakan gangguan
(noise) teknologi komunikasi juga bisa menimbulkan noise. Miftah Thoha
mengemukakan pandangannya mengenai efektifitas komunikasi dalam uraian
sebagai berikut (Thoha, 2007):
a. Keterbukaan
b. Empati
63
c. Perilaku Suportif
d. Kepositifan
e. Kesamaan
Teknologi komunikasi menawarkan Kecepatan hal yang menjadi
kelebihannya disbanding dengan komunikasi langsung, karena Kecepatan dalam
mengambil keputusan dipengaruhi oleh seberapa cepat informasi didapat,
kecepatan mendapat informasi dan memberi informasi saat ini sangat dipengaruhi
oleh teknologi atau media komunikasi, Suranto (Suranto, 2011) mengatakan cara
komunikasi interpersonal bermedia (tidak langsung) pada situasi tertentu dapat
saja menjadi pilihan, misalnya dalam bentuk percakapan melalui telepon, email,
surat menyurat, SMS, dan sebagainya
Selain kecepatan teknologi komunikasi juga mempunya pola komunikasi
yang muncul yaitu pola yang memiliki ciri komunikasi massa, yaitu sifat
pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, penyebarannya cepat, serempak
dan luas yang mampu mengatasi jarak dan waktu (Cangara, 2011, p. 37)
Aplikasi perpesanan WhatsApp adalah salah satu platform chat terpopuler di
Indonesia, (Cahya, 2018) menurut data Digital Report 2019 dari We Are Social
dan Hootsuite, tercatat 83 persen pengguna internet di Indonesia merupakan
pengguna WhatsApp. Melihat kondisi dimana banyak warga masyarakat yang
terdampak dari kebijakan pembatasan ini Komunitas Pita Oren berisiatif
memberikan bantuan sembako kepada warga terdampak. Penelitiam ini bertujuan
menggambarkan fenomena komunitas Pita Oren yang menggunakan Whatapps
sebagai media komunikasi untuk melakukan kordinasi membantu masyarakat.
Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan mahasiswa FISIP
UHAMKA yang tergerak untuk memberikan bantuan sembako kepada
masyarakat terdampak akibat pemberlakuan PSBB dengan memanfaatkan media
online berupa Whatsapp rencana dilakukan dan dijalankan, mengumpulkan donasi
membelikan bahan-bahan pokok diwarung sekitar warga yang akan diberikan
bantuan lalu menyalurkannya kepada warga yang sudah didata sebelumnya.
Selain mempermudah penyampaian pesan atau informasi secara efektif dan efisien
secara waktu, media komunikasi juga berfungsi untuk menambah daya tarik
64
informasi yang akan disampaikan sehingga semakin meningkatkan, memperbaiki
dan memperbaharui taraf hidupnya seiring perkembangan peradaban yang
semakin maju (Atep, 2003) tujuan gerakan Pita Oren, memakmurkan warung
tetangga, menolong tetangga yg kelaparan.
Penelitian ini penting untuk mengungkap fenomena pemanfaatan teknologi
online yang menghubungkan banyak orang dalam satu waktu untuk
mendiskusikan dan memutuskan suatu rencana. Whatapps bisa digunakan untuk
kegiatan lain selain hanya untuk komunikasi tapi ternyata lebih jauh dapat
digunakan sebagai media untuk peduli terhadap sesama.
Rumusan Masalah Penelitian
Dengan whatapps hal-hal yang perlu dikomunikasi secara cepat dapat
tersampaikan tak perlu bertemu langsung karena memang tidak memungkinkan
karena kondisi tertentu maka hal ini dapat dirumuskan dengan pemanfaatan
WhatsApp sebagai media komunikasi di masa pandemic Covid-19 (Studi pada
komunitas Pita Oren Alumni Fisip UHAMKA). Fokus riset yang dilakukan
adalah bagaimana mengkaji “Pemanfaatan WhatsApp sebagai media komunikasi
di masa pandemic Covid-19 (Studi pada komunitas Pita Oren Alumni Fisip
UHAMKA).
State of the Arts
Dari hasil-hasil penelitian terdahulu whatsaap dipergunakan untuk banyak
hal, salah satunya dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sri Narti yang
menggunakan pendekatan fenomenologi, whatsapp digunakan sebagai media
komunikasi antara Dosen dan Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan
temuan bahwa tingkat penggunaan media sosial yang tinggi dapat dimanfaatkan
untuk beragam keperluan proses komunikasi, salah satunya adalah aplikasi
whatsapp yaitu sebagai tempat untuk berkomunikasi dan berdiskusi antara dosen
dengan mahasiswa bimbingan skripsi. Pemanfaatan whatsapp sebagai media
komunikasi ketika bimbingan skripsi menjadi trend bagi dosen dan mahasiswa
khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dehasen Bengkulu. Aplikasi
65
whatsapp sangat membantu dosen dan mahasiwa ketika bimbingan skripsi karena
selain dapat mengirim pesan dengan mudah, fitur-fiturnya dapat
mempermudahkan dosen untuk membuat grup sebagai media diskusi tentang
skripsi, selain itu juga melalui fitur call whatsapp dapat menghemat pengeluaran
untuk pembelian pulsa, karena fitur ini memang disediakan oleh whatsapp secara
gratis untuk menelpon cukup membutuhkan koneksi ke internet. Mahasiswa
sangat terbantu tanpa harus menunggu kabar dari dosen tentang jadwal
bimbingan, diskusi tentang skripsi, dan lain-lain. (Narti, 2017, pp. 42-43)
Dalam ranah kesehatan whatsApp juga digunakan untuk memberikan
edukasi kesehatan kepada masyarakat melalui kader Pos Binaan Terpadu
(posbindu), unit kegiatan berbasis masyarakat yang bertujuan mendeteksi dini
kasus penyakit tidak menular, dalam penelitian yang dilakukan oleh Nopryan
Ekadinata dan Doni Widyandana pada tahun 2017 yang dipublikasi BKM Journal
of Community Medicine and Public Health Vol.33 Nomor 11 didapati bahwa
WhatsApp sebagai media edukasi yang efektif, dengan mengirimkan pesan
bergambar memiliki nilai rerata pengetahuan dan kepuasan lebih tinggi
dibandingkan pesan teks. (Ekadinata & Widyandana, 2017)
Aplikasi whatsApp juga digunakan untuk menunjang kegiatan Aparatur
Sipil Negara (ASN) dilingkup Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kabupaten Sidoarjo (Rahmansari, Penggunaan Aplikasi WhatsApp dalam
Komunikasi Organisasi Pengawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Sidoarjo, 2017) disimpulkan bahwa Aplikasi WhatsApp memiliki peran besar
dalam mendukung proses percepatan komunikasi dan koordinasi yang dilakukan
oleh setiap pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten
Sidoarjo, berupa memperlancar fungsi komunikasi dalam organisasi yang terdiri
dari fungsi produksi dan pengaturan, fungsi pembaharuan, fungsi pemeliharaan,
fungsi tugas, fungsi perintah, dan fungsi relasional. Sehingga dapat mendorong
peningkatan percepatan respon dan tindakan dari pegawai Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo untuk melakukan penanganan atau
penanggulangan ketika terjadi permasalahan lingkungan di lapangan.
66
Aplikasi WhatsApp menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak
digunakan oleh berbagai macam kelompok masyarakat di Indonesia, tak
terkecuali oleh para akademisi perguruan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Sukrillah dkk. bertujuan untuk mengetahui karakteristik penggunaan
WhatsApp dan mengetahui pemanfaatan media sosial WhatsApp Group FEI
sebagai media komunikasi Civitas Fakultas Ekonomi Islam Universitas Djuanda
Bogor, didapat hasil bahwa Pemanfaatan media sosial WhatsApp Group FEI di
lingkungan Fakultas Ekonomi Islam dengan banyak kegunaannya yaitu sebagai:
penyampaian informasi sivitas Fakultas Ekonomi Islam; sarana diskusi dan
mendidik sivitas Fakultas Ekonomi Islam; hiburan bagi sivitas Fakultas Ekonomi
Islam dan penyampaian kebijakan bagi sivitas Fakultas Ekonomi Islam..
(Sukrillah, Ratnamulyani, & Kusumasinata, 2017)
Pemanfaatan whatsApp oleh kaum milineal juga tergambar dalam penelitian
Mei Yusmita, Zulfiah Larisu dan Saidin yang objek yang diteliti adalah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2014 penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pemanfaatan whatsApp dikalangan Mahasiswa (Yusmita,
Larisu, & Saidin, 2018) dari hasil penelitian didapat bahwa whatsapp sangat
bermanfaat dan membantu dalam proses berkomunikasi, memberi dan menerima
informasi. Informasi yang didapatkan juga bukan hanya berupa informasi dari
dalam kampus, tetapi juga dari luar dengan beragam berita terkini. Keterbukaan
diri akan kemampuan untuk mengungkapkan diri seseorang dalam memberikan
informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela dan di sengaja
untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang diri nya serta memiliki sifat
empati di mana kemampuan seseorang untuk memposisikan diri terhadap apa
yang sedang di alami orang lain dan kesamaan dalam berkomunikasi agar tercapai
atau terjalin dengan lancar.
WhatsApp juga digunakan sebagai sarana untuk berdakwa dalam
komunitas grup WhatsApp “Belajar Islam Seru” (Harapah & Kurniawati, 2018)
yang mengajak untuk mencitai Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari penelitian ini dilakukan oleh Hamida Syari Harahap dan Dessy Indah
67
Kurniawati yang dimuat dalam Conference on Dynamic Media, Communication
and Culture (DimCC) Conference Proceeding Vol 1 tahun 2018
Dari hal-hal yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu belum menyentuh
kajian pemanfaatan WhatsApp dimasa pandemic seperti sekarang ini dan adanya
fenomena bahwa media komunikasi seperti WhatsApp bisa dijadikan media untuk
membantu sesama.
Teori yang digunakan (ini diisi apa, sistematika penulisan artikel ini harus
mengikuti selingkung jurnal yg mau di submid)
Teori saling menolong
Sikap tolong menolong menjadi jati diri bangsa yang sudah lama dikenal
dalam masa pandemik covid 19 sikap berempati terhadap kesulitan orang lain
muncul dalam berbagai bentuk, ada aksi individu yang memberikan makan pokok
di pagar depan rumah yang dibagikan secara gratis untuk orang-orang yang
membutuhkan dipersilahkan mengambilnya, ada juga aksi yang dijalankan sescara
berkelompok melakukan penggalangan dana dan membagi-bagikan masker dan
nasi bungkus. Tolong-menolong memiliki dimensi spiritual sebagai seorang
beragama segala perbuatan yang diniatkan karena Allah SWT dipandang sebagai
Ibadah dan bernilai disisi Allah Swt dan akan mendapatkan ganjaran pahala yang
akan dibalas pada Hari Akhir, tolong menolong dalam kebaikan sangat dianjurkan
dalam ajaran Islam dan sebaliknya sangat dilarangan untuk melakukan keburukan
baik sendiri sendiri atau bersama-sama karena Allah mengancancam orang-orang
yang melakukan kerusakan.
ن وٱتقوا ... ثم وٱلعدو ول تعاونوا علي ٱل وتعاونوا علي ٱلبر وٱلتقوى
شديد ٱلعقاب إن ٱلل ٢ٱلل
… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Q.S.
Al-Maidah ayat :2).
68
Bahkan Rasulullah memberikan kabar gembira kepada umatnya dan
mendorongnya untuk menolong orang lain, menolong orang lain yang dalam
kesusahan akan mendatangkan pertolongan Allah. Hidup tidak selalu dalam
keadaan senang atau bahagia maka disaat kesusahan itu datang Allah akan
menolong siapa-siapa saja yang telah memberi pertolongan kepada hambanya
yang lain.
“Barang siapa menolong orang yang sedang menderita kesusahan pasti
Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat. (H.R. Muslim no. 2699).
Disamping dorong spiritual hasrat untuk membantu orang lain muncul dari
dalam diri seseorang berupa perasaan empati. Menurut John W. Santrock sikap
peduli atas keadaan orang lain dan perhatian terhadap hak-haknya serta perasaan
empati, dengan melakukan sesuatu perbuatan yang memberikan manfaat
merupakan suatu bentuk meringankan beban bagi orang lain (Santrock, 2007)
Terdapat empat jenis perilaku menolong menurut Taufik mengutip
McGuire, yaitu : (Taufik, 2012, pp. 128-129)
5) Casual helping artinya pertolongan sederhana
6) Substansial personal helping artinya pertolongan yang berarti
7) Emotional helping artinya bantuan emosional
8) Emergency helping artinya pertolongan darurat
Dalam pikiran bawah sadar setiap orang terjadi proses psikologis ketika
berinteraksi dengan seseorang, proses psikologis juga terjadi dalam diri seseorang
ketika hendak melakukan tindakan pertolongan proses psikologi tersebut kan
membawa pada kesimpulan untuk mengambil tindakan memberi pertolongan atau
mengabaikannya, menurut Latane dan Darley ada beberapa tahap samapi
seseorang itu mengambil tindakan atau memutuskan untuk memebri pertolongan
kepada orang lain (Faturochman, 2006, pp. 74-75):
5) Pertama, tahap perhatian, perhatian yang dilakukan diberikan pada saat
ada kejadian atau peristiwa dimana seseorang mengalami suatu keadaan
yang membutuhkan pertolongan, orang akan memperhatikan kondisi
orang tersebut, melihatnya dengan seksama, dan sangat detail.
69
6) Kedua, interpretasi situasi, tahap selanjutnya setelah memberi perhatian
kepada korban atau orang yang membutuhkan pertolongan adalah
malakukan interpretasi situasi, kita akan memberikan interpretasi atau
penafsiran terhadap situasi apakah korban layak ditolong atau tidak,
seorang pemuda yang terjatuh dari sepeda dengan orang tua yang
terjatuh ketika berjalan kaki akan berbeda dalam interpretasi situasi
begitu pula ketika keadaan ramai atau sepi, keadaan ini mempengaruhi
seseorang mengambil tindakan untuk menolong atau tidak.
7) Ketiga, muncul tidaknya asumsi bahwa hal ini merupakan tanggung
jawab personal atau orang yang melihatnya, terkadang muncul suatu
asumsi yang umum jika terjadi kecelakaan lalu lintas sepeda motor
menyerempet mobil yang harus bertanggung jawab atau yang
dipersalahkan adalah yang mengendarai mobil, atau sepedah yang
dikendarai anak-anak menambrak motor di jalan yang akan mengambil
tanggung jawab adalah yang memiliki sepeda motor, asumsi mengambil
tanggung jawab ini muncul jika yang melihat memiliki usia,
kemampuan diatas orang yang membutuhkan bantuan apabila tidak
muncul asumsi tersebut maka korban akan dibiarkan dan berharap ada
orang yang akan menolongnya atau mengambil tanggung jawab
tersebut.
8) Keempat, memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan
pertolongan yang sesuai, tahap berikutnya orang akan memberi
pertolongan kepada orang yang membutuhkan jika ia memiliki
pengetahuan untuk menolong, seorang yang tersesat dijalan akan
ditolong oleh orang yang memiliki pengetahuan tentang alamat yang
dicari atau akan memberikan informasi tentang alamat yang akan dituju.
Teori Empati
Empati terasah dalam diri orang-orang yang cenderung selalu memberi
pertolongan kepada orang lain, sikap ini kadang membuat orang-orang yang
berempati lebih mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri. Pengertian
70
empati menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne sebagaimana dikutip Ratna
Djuwita menyatakan, bahwa empati adalah respon afektif dan kognitif yang
kompleks pada distres emosional orang lain. Kemapuan untuk merasakan keadaan
emosi orang lain lebih kepada perasaan emosi sedih, kemapuan ini membuat
seseorang dapat bersikap simpatik dan bisa masuk kedalam perasaan orang lain
sehingga dapat memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi (Baron &
Byrne, 2004, p. 111)
Berdasarkan pandangan Stein dan Howard (Suharyanto, 2018) Teori empati
dalam psikologi ialah kemampuan pada diri seseorang untuk menyadari,
memahami dan menghargai perasaan dan pikiran individu lain. Teori empati
dalam psikologi ialah menyelaraskan diri (peka) terhadap apa, bagaimana dan
latar belakang perasaan dan pikiran individu lain sebagaimana individu itu
merasakan dan memikirkannya, seseorang memposisikan diri sebagaimana seprti
orang yang dipikirkannya. Sebuah sikap teori empati dalam psikologi artinya
mampu membaca individu lain dari sudut pandang emosi.
Selain tahap-tahap sampai orang memberikan pertolonga ada juga alasan-
alasan mengapa orang memberikan pertolongan;
d. Hipotesis empati-altruisme
sebagai perhatian yang ditujukan kepada orang lain dimana ada perasaan
untuk menolong dengan memperhatikan kesejahteraannya secara tulus. (Taufik,
2012, p. 137) jika melihat orang lain dalam kondisi memerlukan bantuan, ikut
merasakan beban yang diamali orang lain, perasaan empati memberi dorongan
yang kuat untuk membantu orang lain. (Meinarno & Sarwono, 2017, p. 128)
e. Model mengurangi perasaan negatif (negative-state-relief model)
kadang seseorang yang mengabaikan orang yang membutuhkan pertolongan
membuat seseorang merasa bersalah tidak memberi pertolongan padahal ia
mampu menolongnya, atau menyesal tidak memberi pertolongan kepada orang
lain sehingga dianggap membuang kesempatan berbuat kebaikan
f. Hipotesis kesenangan empatik (empathic joy hypothesis)
Memberi adalah kebahagiaan, ketika seseorang memberikan bantuan atau
pertolongan kepada orang lain
71
Faktor- faktor yang melatarbelakangi Pemberian Pertolongan
3) Pengaruh Faktor Situasional (Baron & Byrne, 2004, pp. 103-105)
Bystander
Orang-orang yang berada disekitar kejadian, menurut Baron dan Byrne
jumlah orang yang berada disekitar kejadian mempengaruhi jumlah bantuan
yang diterima korban, hal ini disebabkan beberapa faktor; Pertama. Orang
akan menunda pertolongan jika orang lain tidak melakukan pertolongan jadi
pengambilan keputusan untuk menolong dipengaruhi oleh orang lain, jika
ada orang yang mendahului maka yang lain akan mengikuti untuk
melakukan pertolongan, faktor kedua. Rasa malu akan berbuat kesalahan
yang akan dilihat orang lain membuat orang yang disekitar kejadian
menggurungkan niatnya untuk melakukan pertolongan, karena perasaan
khawatir salah yang akan mempermalukan dirinya, menjadi tertawaan orang
lain dan karena khawatiran kurangnya keterampilan dapat menghambat
orang lain memberikan pertolongan. Ketiga. Banyaknya orang yang berada
disekitar kejadian dipersepsi dengan beban tanggungjawab yang dibagi
sama dengan orang-orang yang berada dilokasi kejadian, sehingga masing-
masing orang merasa bebannya kecil dan dorongan untuk memberi
pertolongan juga kecil hal ini disebabkan karena merasa tanggungjawab
yang diterimanya telah tersebar kepada setiap orang yang ada dilokasi
kejadian.
Daya Tarik
Faktor spikologis lain yang mempengaruhi orang untuk menolong
adalag adanya daya tarik, laki-laki akan mudah untuk menolong jika yang
membutuhkan pertolongan adalah wanita, orang yang segolongan, sedaerah,
seprofesi.
Atribusi terhadap korban
Bystander dapat memberikan pertolongan kepada korban setelah
melakukan penilaian terhadap korban, korban yang dinilai lebih
membutuhkan, lebih menderita dan lebih kritis cenderung mendapat
perhatian lebih sehingga disimpulkan lebih patut untuuk diberi pertolongan.
72
Ada Model
Adanya model yang melakukan pertolongan akan mendorong orang lain
(bystander) ikut atau meniru perbuatan menolong, jika ada orang yang
mengalami kecelakan bystander akan menjadi penonton setelah ada orang
pertama yang melakukan pertolongan bystander yang lain akan ikut
memberi pertolongan.
Desakan waktu
Pertolongan akan cepat diberikan jika waktu yang dimiliki sangat
terbatas jika tindakan pertolongan tidak segera dilakukan maka kondisi
korban akan semakin kritis atau kesempatan yang sudah lama akan hilang,
seseorang yang ingin mendaftarkan diri dalam sebuah kompertisi yang
sangat ingin diikutinya ternyata hari tersebut adalah hari terakhir
pendaftaran dan tidak mempunyai uang, ia meminjam uang kepada
temennya untuk mendaftarkan diri dengan alasan kompertisi tersebut sudah
lama ditunggu dan hari ini adalah hari terkhir perdaftaran, dengan alasan
waktu yang mendesak seseorang bisa dengan mudah memberikan bantuan,
sehingga pertolongan segera dilakukan.
4) Pengaruh Faktor dari dalam Diri (Sarwono & Meinarno, 2017, pp.
134-135)
Suasana hati (mood)
Selain faktor yang bersifat situasional, faktor suasana hati juga
mempengaruhi seseorang untuk memberi bantuan kepada orang lain,
ketika seseorang dalam kondisi senang atau normal tidak sedih, tidak
tertekan membuka peluang lebih besar untuk memberi bantuan kepada
orang lain, jika kondisi sedang sedih bagaimana bisa memberi bantuan
kepada orang lain sedang diri sendiri juga butuh pertolongan.
Sifat
Orang yang mempunyai karakteristik empati, mudah tersentuh memiliki
kecenderung lebih besar untuk memberikan pertolongan.
Jenis Kelamin
73
Faktor jenis kelamin mempengaruhi jenis pertolongan yang diberikan
laki-laki lebih berani untuk mengambil resiko yang berbahaya seperti
memberi pertolongan dalam kondisi bencana alam, yang membutuhkan
keberanian dalam menolong, sedangkan wanita lebih pada memberi
pertolongan yang bersifat perawatan, dukungan psikologis.
Tempat Tinggal
Kondisi tempat tinggal, dilingkungan dengan budaya saling tolong
menolong yang kuat, penduduknya atau individunya akan mudah
memberikan pertolongan, seperti kehidupan di desa, warga desa lebih
mudah memberikan pertolongan, karakteristik penduduk yang
individualis mengerjakan segala sesuatunya sendiri dengan alat-alat
teknologi seperti di perkotaan, membuat warganya lebih sulit memberi
bantuan dari pada mereka yang tinggal di pedesaan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif kualitatif, peneliti
menggunakan pendekatan fenomenologi dengan metode wawancara kepada enam
orang relawan Pita Oren dilengkapi juga dengan studi Pustaka. Dengan metode
fenomenologi ini peneliti akan menggambarkan implementasi dalam pemanfaatan
whatsapp sebagai media komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas Pita Oren.
HASIL PENELITIAN
Dalam masa-masa pandemik corona 19 kegiatan komunikasi secara daring
nampaknya menjadi pilihan utama, sebagai salah satu anjuran dari Pemerintah
untuk mengurangi kegiatan diluar rumah, kegiatan belajar mengajar dilakukan
secara online, begitu pula pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah
dibuat kebijakan Work From Home (WFH). whatsApp menjadi salah satu media
yang digunakan dengan aplikasi yang tak hanya sekedar dalam bentuk text atau
tulisan, WhatsApp juga menyediakan layanan mengirim nomor kontak,
pengiriman gambar yang dapat diedit, audio, video call yang dapat dilakukan
dalam group atau individual juga dapat mengirimkan dokumen dalam bentuk
word, pdf maupun excel, serta mengirimkan lokasi dengan GPS atau GMaps.
74
Kemudahan dan banyaknya layanan yang diberikan whatsApp membuat
banyak orang menggunakan layanan ini apalagi nomor WhatsApp dapat
disesuaikan dengan nomor hape sehingga lebih praktis.
Pesan tetap terkirim meskipun hape sedang off atau tidak ada pulsa dan
dapat dilihat ketika hape sudah on kembali, dengan keterangan berupa symbol
centang ganda jika sudah terkirim atau diterima centang satu untuk pesan terkirim
namun belum diterima bisa karena hape dalam kondisi off atau tidak ada pulsa
atau jaringan. Kelebihan WhatsApp yang lain ada dapat mengirimkan pesan
secara langsung atau banyak pesan yang dikirim dalam satu waktu (Broadcats),
dengan jumlah anggota group sebanyak 256 orang jumlah yang cukup banyak
memudahkan untuk dapat mengirim pesan kebanyak orang.
Dengan banyaknya kelebihan dan kemudahan yang diberikan Whatsapp
kepada pengguna, membuat whatsapp banyak digunakan “Group WhatsAppa Pita
oren u/Covid” dibuat pada tanggal 13 April 2020.
Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam terkait akti yang dilakukan
oleh Pita Oren Peneliti melakukan wawancara terhadap enam orang relawan yang
dianggap dapat mewakili yaitu, Gilang Kumari Putra, Komaruddin Bagja A,
Cantika Adinda, Firda Fauza, Ridwan Muhammad, dan Ririn Muji Astuti
Dalam group whatsapp terjadi banyak tema diskusi, awal pembentukan
group diskusi seputar tujuan dari dibentuknya Pita Oren sebagai wadah Alumni
Fisip UHAMKA untuk membantu sesama dan meringankan beban warga yang
terdampak covid 19.
Dalam WAG diskusi yang terjadi dengan tema berikutnya adalah struktur
kepengurusan, Logo, Target Donator, Publikasi, Teknis Pengumpulan Dana, dan
Tektik Pengumpulan Dana, Penentuan Kreteria Penerima Bantuan, Laporan Saat
Penyaluran Bantuan.
Tema lainnya juga tentang logo
Mengenai tujuan organisasi, struktur dan logo semua diputuskan dalam WA
Group, respon terhadap suatu tema segera diberikan oleh setiap anggota, anggota
75
group terbilang sangat aktif dalam merespon setiap postingan dari anggota yang
lain.
Pembicaraan mengenai logo pun dilakukan dengan sangat cair dan semua
diputuskan melalui WAG. Dalam diskusi juga diseligi dengan candaan-candaan
ringan sehingga WA Group tidak monoton dan kaku, terlebih para pengurus sudah
saling kenal secara pribadi.
melakukan sosialisasi di media sosial, seperti Instagram, Group WA yang
diikuti oleh relawan Pita Oren dengan cara menshare liflet ajakan untuk
memberikan Donasi.
Setelah membahasan mengenai struktur, logo dan profil selesai pembahasan
memasuki tema-tema teknis, seperti target penerima bantuan, profil donator dan
cara mendistribusikannya
Secara teknis wilayah kerja Pita Oren dengan kegiatan:
- Memakmurkan ekonomi kecil (warung Tetangga)
- Membantu masyarakat (tetangga) yang terdampak Covid-19 (Korban
PHK, pekerja Harian)
Target donasi adalah Alumni FISIP UHAMKA adapun pembahasan
mengenai pertanggung jawabannya berupa melampirkan bukti pembelian barang-
barang bantuan di warung sekitar kegiatan berupa slip atau kwitansi pembelian
yang langsung dilaporakan melalui WA Group.
Begitu juga pada saat pembelian dan penyerahan dilakukan dokumentasi
yang langsung dikirim ke WA group
Mengenai isi paket yang disepakati berupa;
15. 3 (tiga) kg beras
16. 1 (satu) liter minyak goring
17. 3 (tiga) Mie Instan
18. 1 (satu) kaleng sarden
19. 1 (satu) bungkus Jamu
20. 1 (satu) sabun batangan
21. masker
Laporan keuangan atau konfirmasi bantuan yang diberikan oleh para
donatur dilaporkan didalam WhatsApp Group Pita Oren, setiap kali ada yang
76
donatur yang memberikan bantuan jadi selalu ada up date status atau
pemutakhiran data terkait dana bantuan dari para donatur.
Laporan pembelian isi paket bantuan, isi paket bantuan dibeli di warung-
warung dimana relawan dan penerima bantuan tinggal, sehingga ada multi playing
effect yang dirasakan disamping relawan pita oren membantu warga yang
kesulitan ekonomi karena tidak ada pendapatan akibat PSBB yang diterapkan juga
membantu pedagang klontong yang sedikit banyak juga terdampak akibat
menurunnya daya beli masyarakat.
Pembelian dan penyaluran bantuan juga dilaporkan secara real time, baik
dengan video mau foto-foto yang dikirm ke WhatsApp Group Pita Oren.
Laporan-laporan tersebut juga langsung mendapat respon dari anggota
group yang lain.
Analisis Data dan Pembahasan
Sebagaimana halnya komunikasi langsung yang menyisakan gangguan
(noise) teknologi komunikasi juga bisa menimbulkan noise. Miftah Thoha
mengemukakan pandangannya mengenai efektifitas komunikasi dalam uraian
sebagai berikut (Thoha, 2007):
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Perilaku Suportif
d. Kepositifan
e. Kesamaan
Terbentuknya komunitas Pita Oren Alumni FISIP UHAMKA dari diskusi
yang terjadi di WhatApp Group (WAG) Alumni Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) Fisip UHAMKA mengenai pandemik Covid 19 dan
kebijakan Pembatasan Berskala Besar (PSBB) karena anggota dari WAG sudah
saling mengenal sehingga diskusi lebih cair dan sangat terbuka (kekeluargaan)
dari diskusi yang terjadi dan dinamikasi didalam Group WA tersebut muncullah
ide untuk membuat sebuah gerakan sosial karena sudah saling mengenal dan
terbuka ide ini tidak sulit untuk direalisasikan. Seperti diungkapkan oleh Gilang
Kumari Putra, yang akhirnya didaulat menjadi Penasehat Pita Oren.
77
Gerakan sosial Pita Oren dikhususkan untuk tetangga dari Alumni Fisip
UHAMKA yang terdampak Covid 19, disamping karena keterbatasan bergerak
akibat pemberlakuan PSBB oleh Pemerintah Daerah, sehingga gerakan sosial Pita
Oren dibatasi hanya diwilayah atau tetang dari Alumni Fisip yang tergabung
dalam Pita Oren.
Motif Anggota Komunitas
Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui jenis perlaku
menolong yang dilakukan oleh Pita Oren antara lain 1) Casual helping
artinya pertolongan sederhana, pertolongan sederhana, 2) Substansial personal
helping artinya pertolongan yang berarti, 3) Emotional helping artinya bantuan
emosional, 4) Emergency helping artinya pertolongan darurat, seperti dikatakan
Gilang Kumari Putra bahwa kegiatan sosial yang dilakukan oleh Pita Oren adalah
untuk membantu warga yang terkena dampak covid 19, merak tidak bisa bekerja
mencari nafkah pada kebutuhan harian meraka didapat dari pekerjaan yang
sifatnya harian, sehingga batuan yang diberiakn oleh Pita Oren dirasa sangat
berarti untuk mereka yang kehilangan pekerjaan atau tidak dapat bekerja akibat
pemberlakukan PSBB.
Hai ini juga dibenarkan oleh ketua Pita Oren Komaruddin Bagja A yang
juga seorang jurnalis media online
Tindakan menolong
Tindakan menolong (helping behaviour) adalah setiap tindakan yang lebih
memberikan keuntungan bagi orang lain yang membutuhkan daripada terhadap
diri sendiri (Wrightsman & Deaux, 1981). Menurut Staub (1978) & Wispe (1972),
tindakan menolong adalah tindakan yang menguntungkan orang lain yang
membutuhkan lebih daripada diri sendiri (dalam Hogg & Vaugan 2002).
Tahap-tahap melakukan pertolongan
3) Tahap Perhatian
78
Relawan Pita Oren, membantu korban terdampak covid 19 memiliki
kreteria salah satunya adalah korban terdampak adalah tetangga dari
relawan jadi relawan dalam kesehariannya sangat dekat dengan korban
terdampak, sehingga relawan mengetahui kondisi kehidupan dari korban
terdampak covid 19
Relawan mempunyai perhatian terhadap kondisi keseharian dari
penerima bantuan, hal ini terungkap dalam wawancara dengan Ririn dan
Ridwan, penerima bantuan adalah tetangnya yang diketahui karena dalam
kesehariannya aktivitasnya diketahui, dan bertempat tinggal di sektira
rumah relawan pita oren jadi para relawan sedikit mempunyai reperensi atau
gambaran mengkehidupan penerima bantuan secara langsung.
8) Interpretasi Situasi
Relawan Pita Oren melakukan interpretasi atas situasi yang dihadapi
orang masyarakat, dari sana dilakukan klasifikasi mana masyarakat yang
benar-benar membutuhkan bantuan
Berdasarkan situasi yang dirasakan oleh Relawan pita oren maka
diputuskan penerima bantuan adalah benar-benar warga yang tidak bisa
melakukan aktivitas ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,
seperti jasa pijit keliling, cuci baju, cuci piring hajatan, korban PHK, buruh
bangunan.
Karena relawan memiliki perhatian terhadap penerima bantuan yang
berada disekitar rumah para relawan, sehingga para relawan mampu
melakukan penilaian terhadap situasi yang ada apakah penerima bantuan
layak menerima bantuan, seperti dikatakan oleh Ridwan, Cantika Adinda
dan Ririn, para penerima bantuan adalah warga yang secara penghasilan
sangat minim dalam kondisi sebelum pandemic covid 19, apalagi sekarang
dengan pemberlakukan PSBB, mereka yang penghasilannya harian jadi
tidak bisa bekerja seperti biasa.
9) Muncul tidaknya Asumsi bahwa hal ini merupakan tanggung jawab personal
atau orang yang melihatnya
79
Relawan Pita Oren merasa turut bertanggung jawab dan bersedia
mengambil peran untuk membantu bukan hanya didasari pada rasa empty
tapi juga tanggung jawab sebagai manusia, serta adanya kepercayaan jika
menolong orang lain berniali ibadah, berpahala dan akan mendapat
pertolongan Allah baik di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dikatakan
Kokom, Firda Fauza dan Gilang Kumari Putra, Bahwa apa yang mereka
lakukan InsyaaAllah, semata-mata untuk memberi bantuan dan berharap apa
yang mereka lakukan mendapat Pahala dari Allah Swt.
10) Memiliki Pengetahuan Dan Keterampilan Untuk Memberikan Pertolongan
Para relawan Pita oren adalah Alumni Fisip Uhamka yang
kesemuanya juga merupakan Aktivis lembaga Kemahasiswaan baik
lembaga Ekstra Kampus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
maupun lembaga Intra Kampus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),
sehingga secara managerial relawan Pita Oren memiliki keterampilan untuk
melakukan mobilisasi penggalangan dana dan penyaluran bantuan
Menurut Gilang, Relawan Pita Oren adalah aktivis Mahasiswa yang
terbiasa melakukan kegitan bakti sosial di masyarakat jadi kegiatan bakti
sosial dalam rangka membantu sesama sudah biasa dilakukan, karena
melihat ada warga yang tidak terjangkau oleh bantuan pemerintah sehingga
Alumi Fisip Uhamka terpanggil untuk melakukan kegiatan Bakti sosial ini.
Selain tahap-tahap sampai orang memberikan pertolongan ada juga alasan-
alasan mengapa orang memberikan pertolongan;
g. Hipotesis empati-altruisme
Alturisme adalah lawan dari egoisme, sebagai perhatian yang ditujukan
kepada orang lain dimana ada perasaan untuk menolong dengan
memperhatikan kesejahteraannya secara tulus, dari wawancara yang
dilakukan terungkap bahwa para relawan melakukan kegiatan ini dengan
dorong ingin membantu dan merasa kasihan terhadap nasib tetangganya
yang hidupnya memprihatinkan, Seperti yang dikatakan Kokom, Firda
80
Fauza dan Gilang Kumari Putra, Bahwa apa yang mereka lakukan
InsyaaAllah, semata-mata untuk memberi bantuan dan berharap apa yang
mereka lakukan mendapat Pahala dari Allah Swt.
h. Model mengurangi perasaan negatif (negative-state-relief model)
kadang seseorang yang mengabaikan orang yang membutuhkan pertolongan
membuat seseorang merasa bersalah tidak memberi pertolongan padahal ia
mampu menolongnya, atau menyesal tidak memberi pertolongan kepada
orang lain sehingga dianggap membuang kesempatan berbuat kebaikan.
Dari hasil wawacara yang dilakukan terhadap Gilang, Komarudin, Kania,
Firda, Ridwan dan Ririn terungkap bahwa, para relawan merasa bersalah
jika tidak melakukan sesuatu untuk membantu walaupun nilainya kecil yang
terpenting adalah berbuat, disamping perbuatan menolong orang adalah
perbuatan yang dianjurkan dalam agama sehingga berusaha tidak
mengambil kesempatan untuk berbuat baik agar tidak ada perasaan bersalah
atau penyesalan.
i. Hipotesis kesenangan empatik (empathic joy hypothesis)
Memberi adalah kebahagiaan, seseorang akan merasakan kebahagian,
bahagia ketika melihat orang yang ditolongnya berbahagia keluar dari suatu
masalah yang membebaninya, Dari hasil wawacara yang dilakukan terhadap
Gilang, Komarudin, Kania, Firda, Ridwan dan Ririn diketahui bahwa,
mereka merasa bahagia dapat membantu sesama.
KESIMPULAN
Komunitas Pita Oren adalah komunitas alumni dan mahasiswa FISIP
UHAMKA yang tergerak untuk memberikan bantuan sembako kepada
masyarakat terdampak akibat pemberlakuan PSBB dengan memanfaatkan media
online berupa Whatsapp rencana dilakukan dan dijalankan, mengumpulkan donasi
membelikan bahan-bahan pokok diwarung sekitar warga yang akan diberikan
bantuan lalu menyalurkannya kepada warga yang sudah didata sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif, dengan metode ini
81
peneliti berupaya menggambarkan fenomena komunitas Pita Oren yang
menggunakan Whatapps sebagai media komunikasi untuk melakukan kordinasi
membantu masyarakat, pendekatan fenomenologi, peneliti melakukan wawancara
terhadap enam orang pengurus Pita Oren didapatkan hasil bahwa mereka memilih
WhatsApp karena mudah dan banyak yang menggunakan, motif dalam melakukan
kegiatan memberikan bantuan sembako dan masker di masa pandemik covis 19
adalah karena menjalankan perintah agama untuk saling membantu dan penerima
bantuan adalah warga yang berada disekitar tempat tinggal relawan Pita Oren
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R. (2012). Sosiologi Hukum. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Atep, A. B. (2003). Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Elex Media Kompetindo.
Ayun, P. Q. (2015, Oktober). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam
Membentuk Identitas. Channel, III(2), 1-16.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. In Psikologi Sosial (R. Djuwita,
Trans.). Jakarta: Erlangga.
Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Cahya, I. (2018, November 19). Merdeka.com. Retrieved Mei 10, 2020, from www.
Merdeka.com: https://www.merdeka.com/teknologi/whatsapp-digunakan-83-
persen-pengguna-internet-indonesia.html
Cangara, H. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Ekadinata, N., & Widyandana, D. (2017, November 1). Promosi Kesehatan
Menggunakan Gambar dan Teks dalam Aplikasi WhatsApp pada Kader
Posbindu. BKM Journal of Community Medicine and Public Health, 33(11), 547-
552.
Elianur, C. (2017). Pemanfaatan Aplikasi Whatsapp Sebagai Sarana Diskusi Antara
Pengawas Dan Guru Pendidikan Agama Islam. Jurnal As-Salam, I(2), 1-14.
Faturochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Pinus.
Fauzi, R. (2017). Perubahan Budaya Komunikasi Pada Pengguna Whatsapp Di Era
Media. JIKE, I(1), 1-10.
82
Harapah, H. S., & Kurniawati, D. I. (2018). WhatsApp Sebagai Media Strategi
Komunikasi Ustadzh Dalam Menyampaikan Dakwah (Studi Deskripsi Kuantitatif
Komunitas "Belajar Islam Seru"). Conference on Dynamic Media,
Communications, and Culture 2018. 1, pp. 131-150. DiMCC Conference
Proceeding.
J.Johnston, M., King, D., Arora, S., Behar, N., Athanasiou, T., Sevdalis, N., et al. (2015,
Januari). Smartphones let surgeons know WhatsApp: an analysis of
communication in emergency surgical teams. The American Journal of Surgery,
209(1), 45-51.
Kuswarno, E. (2008). Etnografi Komunikasi (Metode Penelitian Komunikasi). Bandung:
Widya Padjajaran.
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2011). Theories of Human Communication, 9th Edition.
(M. Y. Hamda, Trans.) Jakarta: Salemba Humanika Survey APJII.
Lubis, Z. B. (2005). Kanalisasi Ketegangan Etnik dan Kompetisi Budaya dalam Sektor
Publik. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISIi, 1.
Meinarno, E. A., & Sarwono, S. W. (2017). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Moleong, L. J. (2002). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Narti, S. (2017, Juni 1). Pemanfaatan "WhatsApp" Sebagai Media Komunikasi Dosen
dengan Mahasiswa Bimbingan Skripsi (Studi Analisis Deskripsi Pada Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Bimbingan Skripsi Universitas Dehasen Bengkulu Tahun
2016). Jurnal Professional FIS UNIVED, 4(1), 26-44.
Nasrullah, R. (2015). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Pozin, M. A., & Mohd Nawi, M. N. (2018). Effective of Communication using
WhatsApp: Industrialised Building System (IBS) Construction. Proceedings of
the 3rd International Conference on Applied Science and Technology (ICAST’18)
(pp. 020018-1–020018-6). AIP Publishing.
Rahmansari, R. (2017). Penggunaan Aplikasi WhatsApp dalam Komunikasi Organisasi
Pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo. Jurnal Ilmiah
Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial, I(2), 77-90.
Rahmansari, R. (2017). Penggunaan Aplikasi WhatsApp dalam Komunikasi Organisasi
Pengawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo. Jurnal Ilmiah
Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial, 1(2), 77-90.
83
Saleh, G., & Pitriani, R. (2018). Pengaruh Media Sosial Instagram dan WhatsApp
Terhadap Pembentukan Budaya “ Alone Together “. Jurnal Komunikasi,, 10(2),
103 – 114.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. In M. Rahmawati, & A. Kuswati,
Perkembangan Anak (p. 138). Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2017). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Suharyanto, A. (2018, November 12). dosenpsikologi.com/. Retrieved Juli 27, 2020, from
dosenpsikologi.com/: https://dosenpsikologi.com/teori-empati-dalam-
psikologi#:~:text=Teori%20empati%20dalam%20psikologi%20ialah,perasaan%2
0dan%20pikiran%20individu%20lain.&text=Sebuah%20sikap%20teori%20empa
ti%20dalam,lain%20dari%20sudut%20pandang%20emosi.
Sukrillah, A., Ratnamulyani, I., & Kusumasinata, A. (2017, Oktober 2). Pemanfaatan
Media Sosial Melalui WhatsApp Grup FEI Sebagai Sarana Komunikasi. Jurnal
Komunikatio, 3(2), 95-104.
Suranto, A. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryadi, E., Ginanjar, M. H., & Priyatna, M. (2018, April 16). Penggunaan Sosial Media
WhatsApp dan Pengaruhnya Terhadap Disiplin Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Edukasi Islam, Jurnal Pendidikan Islam,
VII(1), 1-22.
Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Thoha, M. (2007). Kepemimpinan dalam Manajemen suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta:
Raja Grafindo Pustaka.
Wrightsman, L., & Deaux, K. (1981). Social Psychology in the 80’s.Third Edition.
California: Brook/ Cole Publishing Company.
Yuliana, & Rini, J. E. (2002). Introduction to Communication. Jakarta: PT. Grasindo.
Yusmita, M., Larisu, Z., & Saidin. (2018). Pemanfaatan Whatsapp Messenger Sebagai
Media Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Jurnal Ilmu
Komunikasi UHO: Jurnal Penelitian Kajian Ilmu Komunikasi & Informasi, 3(4).
top related