pemanfaatan ekstrak kulit laban 2003
Post on 05-Jul-2015
184 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT LABAN
(Vitex pubescensVahl.) SEBAGAI BAHAN ANTI JAMUR
Oleh : Deny Kurniawan
ABSTRAK
Kulit laban (Vitex pubescensVahl.) merupakan salah satu kayu
dengan keawetan tinggi dan potensial digunakan sebagai bahan anti
jamur. Untuk meningkatkan pemanfaatannya, perlu diketahui
aktifitas anti jamur ekstrak kulit laban terhadap beberapa jenis
jamur kontaminan makanan dan jamur pathogen terhadap
manusia serta melakukan kajian fitokimia berbasis pengujian
biologis (bioassay-guided phytochemical analysis) terhadap
fraksi aktif anti jamur. Hasil penelitian kelarutan zat
ekstraktif kulit laban pada pelarut metanol sebesar 6,03%,
berdasarkan fraksinasi cair-cair diperoleh fraksi terlarutan
heksana sebesar 0,27%, dietil eter sebesar 0,39% dan etil asetat
sebesar 0 ,47%. Pengu j i an f i t ok imia warna
menun jukkan pada f r aks i n. heksana terkandung senyawa
steroid, flavonoid dan karbohidrat. Fraksi dietil eter terkandung
senyawa steroid,flavonoid dan karbohidrat. Fraksi etil asetat
terkandung senyawa triterpenoid, flavonoiddan karbohidrat.
Hasil uji KLT terdapat senyawa golongan stilben,
golongan amina,golongan kuinon, aldehida keton dan flavonoid.
Hasil uji air-borne menunjukkan bahwa fraksi aktif sebagai
bahan anti jamur adalah fraksin heksana, dietil eter dan etil
asetat.Pada pengujian menggunakan jamur Aspergillusniger tidak
menunjukkan penghambatan sedangkan pengujian menggunakan
jamur Candida albicans pada metode KLT,fraksin heksana
menunjukkan adanya penghambatan. Kata Kunci:Kulit laban
(Vitexpubescens Vahl.), anti jamur, fitokimia,fraksinasi, KLT.
PENDAHULUAN
Hutan Indonesia juga memiliki berbagai kekayaan
jenis tumbuhan obat yang berasal dari berbagai ekosistem
hutan dengan luas mencapai 119 juta ha,dimana jenis
tumbuhannya tidak kurang dari 1260 jenis (Anonim, 1992).
Diantara tumbuhan yang terdapat di Indonesia 940 jenis
diantaranya diketahui berkhasiat sebagai obat yang telah
dipergunakan dalam pengobatan tradisional secara turun-temurun
oleh berbagai etnis di Indonesia. Jumlah tumbuhan obat tersebut
meliputi sekitar 90% dari jumlah tumbuhan obat yang
terdapat di kawasan Asia (Dorly,2005). Anonim (1994)
menyatakan bahwa secara lokal kayu laban (Vitex Pubescens
Vahl) dapat dimanfaatkan untuk kayu kontruksi pembuatan kapal
dan kegunaan yang lain serta dapat digunakan sebagai kayu bakar.
Daun dan kulitnya digunakan sebagai obat lokal untuk
menyembuhkan sakit perut dan penyembuhluka. D i s i s i
l a i n , s a l ah s a tu sumberdaya hu t an Indones i a ,
t umbuhan l aban (Vitex Pubescens Vahl) memiliki resistensi
yang sangat baik terhadap serangan organisme perusak
kayu, terutama jamur dan rayap (Anonim, 1981). Beberapa
jenis Vitex lain seperti: V. gaumeri, V. agnus castus dan V. Negundo
dilaporkan memiliki aktifitas anti malaria,antimikroba,dan
anti jamur (Hernandezetal.,1999). Berdasarkan gambaran
tersebut, perlu dilakukan penelitian guna mengkaji potensi
pemanfaatan kulit kayu laban sebagai bahan pengawet alami yang
mampu menghambat atau menghentikan aktifitas jamur (bahan
anti jamur alami). Pene l i t i an i n i d in i l a i s t r a t eg i s ka rena
meng inga t pada s aa t i n i banyak bahan pengawet anti
jamur sintetis yang dinilai sangat berbahaya bagi manusia
serta l i ngkungan sek i t a r . Bahan an t i j amur t i dak
hanya d igunakan sebaga i bahan pengawet kayu saja,
namun juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet
makanan, pewangi pakaian, bahan pewarna, dan lain-lain. Tu juan
da r i pene l i t i an i n i i a l ah un tuk menge t ahu i ak t i f i t a s
an t i j amur ekstrak kulit kayu laban (Vitex pubescens Vahl)
terhadap beberapa jenis jamur pembusuk, patogen dan
kontaminan makanan serta melakukan kajian
fitokimiaberbasis pengujian biologis (bioassay-guided
phytochemical analysis) terhadap fraksi anti jamur. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi t en t ang
ak t i f i t a s b io log i s eks t r ak ku l i t ba t ang l aban
(VitexpubescensVahl)sebagai anti jamur alami dan
kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan pengawe t
a l ami d i b idang pengo lahan makanan , med i s dan
b idang yang l a in , sehingga penggunaan bahan pengawet kimia
sintetis dapat dikurangi atau bahkan dapat digantikan.
BAHAN DAN METODE
Penyiapan Contoh Uji Kulit Laban
Kulit kayu dikeringkan secara alami kemudian
dipotong-potong menjadiserpihan-serpihan kecil dan serbuk
dengan ukuran ± 40 mesh. Pengukuran faktor kelembaban (moisture
factor ) berdasarkan standar TAPPI T264 om-88.
Ekstraksi dan Fraksinasi
Ekstraksi
Ekt raks i d ing in dengan menggunakan Mase ra s i
dan eks t r aks ipanas dengan soxhlet un tuk menge lua rkan
eks t r ak da r i ku l i t Laban . Pe l a ru t yang digunakan
adalah metanol I so l a s i dan i den t i f i ka s i s enyawa k imia
ak t i f dari tumbuhan dilakukan dengan metode ekstraksi
yang didasarkan pada perbedaan polaritas pelarut-pelarut
organik. Ekstraksi pendahuluan menggunakan
metanol,dilanjutkan dengan penyaringan untuk memisahkan
ekstrak dengan bahan tumbuhan yang dilakukan dengan
menggunakan kertas saring Whatman no.1.Hasil ekstraksi
kemudian dipekatkan dengan evaporator pada suhu 30°C –
40°C(Harborne, 1987). Perhitungan kadar ekstraktif dengan rumus
(TAPPI T 207 om-88).
Fraksinasi
Proses partisi terhadap ekstrak kasar yakni ekstrak kasar yang
telah bebas alkohol ditambahkan campuran heksana, metanol dan
air dengan perbandingan 1 :1 : 1 (v/v). Fraksi padat dari
masing-masing pelarut dipersiapkan untuk analisis
selanjutnya.
Pada uji warna, masing-masing fraksi ekstrak dan
fraksi terlarut (ekstrak metanol, fraksin-heksana, fraksi
eter, danfraksi etil asetat) direaksikan dengan pereaksi Dragendorf,
Liebermann-Burchard ,Molisch untuk mengidentifikasi adanya
kandungan alkaloid, steroid, triterpenoiddan karbohidrat. Pada
analisis kromatografi lapis tipis, sedikit bagian dari masing-masing
fraksi terlarut dilarutkan dalam sejumlah kecil aseton
sebagai contoh uji.Masing-masing contoh uji diteteskan pada
pelat KLT dan dikembangkan dengansistem pelarut yang
sesuai. Secara detil metode analisis KLT disajikan
sebagaiberikut:
a) Kromatografi lapis tipis asam karboksilat : ekstrak yang
telahdikembangkan pada pelat KLT, dicelupkan dalam larutan 0,1
gr bromkresolhijau, 50 ml etanol dan 5 ml NaOH 0,1 M.
Apabila terlihat noda berwarnakuning setelah pencelupan
menunjukkan adanya senyawa Asam karboksilat.
b) Kromatografi lapis tipis aldehida keton: ekstrak yang telah
dikembangkanpada pelat KLT, disemprot dengan larutan 0,4
gr 2,4-dinitrofenil hidrazineSerbuk kayu Ekstrak metanol.
Ekstraksi metano Dilarutkan dalam air,diekstraksi dengan heksana.
Ekstraksi dengan etil asetat (EtOAc)Fraksi EtOAc Residu Ekstraksi
dengan dietil eter (Etil 22OO)Fase air ,Fraksi heksana dalam 100
ml HCl 2 N dan 1 ml etanol. Noda yang berwarna kuning-
merah setelah penyemprotan merupakan senyawa Aldehid keton.
Pengujian anti jamur
Metode air-borne
Pengujian awal untuk mengetahui penghambatan
pertumbuhan jamur d i l akukan dengan menggunakan
me tode a i r -bo rne dengan t ekn ik med ia aga r . PDA
yang steril (20 ml) dan 2 g serbuk kulit serta ekstrak kulit
masing-masing fraksi (metanol,n-heksana, dietil eter, etil
asetat dan residu) setara dengan 2 g serbuk yang telah
dilarutkan dalam aseton 0,5 - 1 ml, dicampur dalam petri
dish be rd i ame te r 90 mm. Kon t ro l hanya
menggunakan a se ton . Kemud ian med iad i l e t akkan
t e rbuka se l ama 1 j am aga r t e rkon taminas i o l eh
j amur da r i uda ra , kemudian diinkubasi pada inkubator dengan
suhu 27oC selama 7 hari. Fraksi aktif anti jamur ditunjukkan
dengan melihat intensitas penghambatan jamur dibandingkan
dengan kontrol.
Metode difusi agar atau lempeng kertas.
Ekstrak kulit dari masing-masing fraksi (metanol,-
heksana, dietil eter dan etil asetat) yang telah dilarutkan
dulu dalam aseton 1 ml kemudian diambil sekitar 0,01-
0,02µl lalu diteteskan pada kertas saring (Whatman No.4)
yang dibentuk keping-keping dengan diameter 5 mm. Sedangkan
untuk kontrol, aseton diteteskan pada keping kertas. PDA
steril (20 ml) dibiarkan mengeras kemudian diinokulasi
dengan 50-100 µl bibit jamur Aspergillus niger dan didiamkan
selama30-60 menit. Setelah itu dimasukkan keping kertas
yang telah diberi ekstrak dankontrol.Diameter
penghambatan di sekitar keping kertas diukur setelah 48
jampada suhu 30oC (Quirogaetal ., 2001).
Metode pelat KLT
Pada pengujian jamur Candida albicans dengan
menggunakan metodekromatografi lapis tipis, sedikit bagian
dari masing-masing fraksi terlarutdilarutkan dalam sejumlah kecil
aseton sebagai contoh uji. Masing-masing contohu j i d i t e t e skan
pada pe l a t KLT dan d ikembangkan dengan s i s t em
pe l a ru t yang sesuai. Kemudian jamur diinokulasi dengan
cara disemprotkan menggunakan sprayer ke masing-masing
plat yang telah dikembangkan. Setelah itu disimpan didalam
chamber dengan suhu 25oC, ditempat yang gelap selama 3
hari.Penghambatannya diamati dengan menggunakan sinar UV
(Hadacek dan Greger,2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi dari Kulit Laban
Pada eks t r aks i awa l d i l akukan dengan
menggunakan pe l a ru t me tano l .Pemi l i han me tano l
s ebaga i pe l a ru t awa l d i s ebabkan ka rena me tano l
memi l ik i polaritas yang cukup tinggi, sehingga akan banyak
melarutkan berbagaikomponen lipofilik seperti tanin,
flavonoid, senyawa karbohidrat, protein dan dalam 100 ml
HCl 2 N dan 1 ml etanol. Noda yang berwarna kuning-
merah setelah penyemprotan merupakan senyawa Aldehid keton.
Pengujian anti jamur
Metode air-borne
Pengujian awal untuk mengetahui penghambatan
pertumbuhan jamur d i l akukan dengan menggunakan
me tode a i r -bo rne dengan t ekn ik med ia aga r . PDA
yang steril (20 ml) dan 2 g serbuk kulit serta ekstrak kulit
masing-masingfraksi (metanol,n-heksana, dietil eter, etil
asetat dan residu) setara dengan 2 gserbuk yang telah
dilarutkan dalam aseton 0,5-1 ml, dicampur dalam petri
dish be rd i ame te r 90 mm. Kon t ro l hanya
menggunakan a se ton .Kemud ian med ia d i l e t akkan
t e rbuka se l ama1 jam aga r t e rkon taminas i o l eh j amur
da r i uda ra , kemudian diinkubasi pada inkubator dengan suhu
27oC selama 7 hari. Fraksi aktif anti jamur ditunjukkan dengan
melihat intensitas penghambatan jamur dibandingkan dengan
kontrol.
Metode difusi agar atau lempeng kertas
Ekstrak kulit dari masing-masing fraksi
(metanol,nheksana, dietil eter dan etil asetat) yang telah
dilarutkan dulu dalam aseton 1 ml kemudian diambilsekitar
0,01-0,02 µl lalu diteteskan pada kertas saring (Whatman
No.4) yangdibentuk keping-keping dengan diameter 5 mm.
Sedangkan untuk kontrol, asetonditeteskan pada keping kertas.
PDA steril (20 ml) dibiarkan mengeras kemudiandiinokulasi
dengan 50-100 µl bibit jamur Aspergillus niger
dan didiamkan selama 30-60 menit. Setelah itu dimasukkan
keping kertas yang telah diberi ekstrak dan kontrol.
Diameter penghambatan di sekitar keping kertas diukur
setelah 48 jampada suhu 30oC (Quiroga et al ., 2001).
Metode pelat KLT
Pada pengujian jamur Candida albicans dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis, sedikit bagian
dari masing-masing fraksi terlarutdilarutkan dalam sejumlah kecil
aseton sebagai contoh uji. Masing-masing contoh u j i d i t e t e skan
pada pe l a t KLT dan d ikembangkan dengan s i s t em
pe l a ru t yang sesuai. Kemudian jamur diinokulasi dengan
cara disemprotkan menggunakan sprayer ke masing-masing
plat yang telah dikembangkan. Setelah itu disimpan didalam
chamber dengan suhu 25oC, ditempat yang gelap selama 3
hari.Penghambatannya diamati dengan menggunakan sinar UV
(Hadacek dan Greger,2000). Pengujian alkaloid yang
dilakukan memberikan hasil bahwa kandunganalkaloid tidak
dijumpai pada fraksi-fraksi terlarut dari ekstrak metanol kulit
laban.Pengujian alkaloid dengan menggunakan pereaksi dragendorff
memiliki kepekaanyang cukup tinggi terhadap keberadaan atom
nitrogen yang merupakan salah satu Metanol n-Heksana Dietil
eter Etil asetat Residu Jumlah Eks t r ak yang d ipe ro l eh
(g r ) % eks t r ak t e rhadap ku l i t kayu ke r ing uda ra .
ciri penting senyawa alkaloid. Hal ini dipertegas oleh
Harborne (1987) bahwaalkaloid mencakup senyawa bersifat
basa yang mengandung satu atau lebih atomnitrogen, biasanya
dalam gabungan, sebagai bagian dari rantai siklis.Senyawa
a lka lo id memi l ik i e f ek f i s i o log i s yang kua t s eh ingga
t e l ah dikenal manusia sejak manusia primitif untuk proses
pengobatan. Pemanfaatan senyawa alkaloid yang
didapatkan dari tumbuhan menurut Hananiet al. (2005) dapat
bermanfaat sebagai antioksidan, yang berfungsi menghambat
radikal bebas yang dapa t mengak iba tkan penyak i t
degene ra t i f s epe r t i kanke r dan
penyak i t jantung.Kandungan triterpenoid pada kulit laban
terdapat pada fraksi etil asetat.Kandungan triterpenoid
banyak ditemukan pada kulit, karena pada
umumnyabe r fungs i s ebaga i pe l i ndung un tuk meno lak
se r angga dan se rangan mik roba . Kandungan triterpena
banyak terdapat dalam damar, kulit batang dan getah.Go longan
t e rpeno id merupakan komponen k imia yang ak t i f
me lawan bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Triterpenoid
merupakan satu contoh golonganterpenoid yang dapat menghambat
virus HIV (Cowan, 1999).Pada pengujian saponin, setiap fraksi
tidak menunjukkan adanya senyawa tersebut. Saponin akan
terlihat apabila terbentuk busa pada tabung reaksi dan
t i dak h i l ang j i ka d i t ambahkan1 te t e sHCl2N.Seca ra
umum sapon in be r s i f a t seperti sabun yang membentuk
busa. Kandungan saponin dalam tumbuhanmemiliki rasa
yang manis, tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan
keracunanpada ternak dan dapat menghemolisis sel darah
(Harborne, 1987).Pada pengujian flavonoid, setiap fraksi
menunjukkan adanya senyawatersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa kulit laban banyak mengandung komponenkimia aktif.
Berdasarkan penelitian terhadap Vitex trifolia, Isolasi dari
senyawaflavonoid kulit laban diduga mengandung jenis flavonoid
seperti kastikin, 3,6,7-trimetil quercetagetin, vitexin, artemetin, 5-
metil artemetin, 7-desmetil artemetin,luteolin, luteolin-7O -b-D
glukuronide, luteolin-3-O-b-D-glukuronidedanisoorienti(Zeng
et al ., 1996; Nair et al ., 1975; Rameshet al ., 1986).Setiap fraksi
menunjukkan kenampakan adanya senyawa karbohidrat pada saat
pengujian.Karbohidrat bermanfaat sebagai sumber energi
bagi tumbuhan. Karbohidrat merupakan bagian yang paling
penting didalam proses kimia kehidupan. Karbohidrat dalam
tumbuh-tumbuhan terbentuk melalui proses fo to s in t e s i s , o l eh
ka rena i t u ka rboh id ra t merupakan has i l u t ama da r i
p rose s dimana molekul anorganik dengan adanya tenaga matahari
dirubah menjadi benda hidup Analisis kromatografi Lapis Tipis
(KLT)Fraksin-heksana terlebih dulu dilarutkan dalam
pelarut aseton kemudiandigunakan eluen n- heksana : aseton
(4 :1). Hasil pengujian KLT fraksin
top related