pemanfaatan ekstrak kulit laban 2003

20
PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT LABAN (Vitex pubescensVahl.) SEBAGAI BAHAN ANTI JAMUR Oleh : Deny Kurniawan ABSTRAK Kulit laban (Vitex pubescensVahl.) merupakan salah satu kayu dengan keawetan tinggi dan potensial digunakan sebagai bahan anti jamur. Untuk meningkatkan pemanfaatannya, perlu diketahui aktifitas anti jamur ekstrak kulit laban terhadap beberapa jenis jamur kontaminan makanan dan jamur pathogen terhadap manusia serta melakukan kajian fitokimia berbasis pengujian biologis (bioassay-guided phytochemical analysis) terhadap fraksi aktif anti jamur. Hasil penelitian kelarutan zat ekstraktif kulit laban pada pelarut metanol sebesar 6,03%, berdasarkan fraksinasi cair-cair diperoleh fraksi terlarutan heksana sebesar 0,27%, dietil eter sebesar 0,39% dan etil asetat sebesar 0,47%. Pengujian

Upload: merry-yani

Post on 05-Jul-2015

184 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT LABAN

(Vitex pubescensVahl.) SEBAGAI BAHAN ANTI JAMUR

Oleh : Deny Kurniawan

ABSTRAK 

Kulit laban (Vitex pubescensVahl.) merupakan salah satu kayu

dengan keawetan tinggi dan potensial digunakan sebagai bahan anti

jamur. Untuk  meningkatkan pemanfaatannya,  perlu  diketahui

aktifitas anti jamur ekstrak kulit laban terhadap beberapa jenis

jamur kontaminan makanan dan jamur pathogen terhadap

manusia serta melakukan kajian fitokimia berbasis pengujian

biologis (bioassay-guided phytochemical analysis) terhadap

fraksi aktif anti jamur. Hasil penelitian kelarutan zat

ekstraktif kulit laban pada pelarut metanol sebesar 6,03%,

berdasarkan fraksinasi cair-cair diperoleh fraksi terlarutan

heksana sebesar 0,27%, dietil eter sebesar 0,39% dan  etil asetat

sebesar 0 ,47%. Pengu j i an f i t ok imia warna

menun jukkan pada f r aks i n. heksana terkandung senyawa

steroid, flavonoid dan karbohidrat. Fraksi dietil eter terkandung

senyawa steroid,flavonoid dan karbohidrat. Fraksi etil asetat

terkandung senyawa triterpenoid, flavonoiddan karbohidrat.

Hasil uji KLT terdapat senyawa golongan stilben,

golongan amina,golongan kuinon, aldehida keton dan flavonoid.

Hasil uji air-borne menunjukkan bahwa fraksi aktif sebagai

bahan anti jamur adalah fraksin heksana, dietil eter dan etil

asetat.Pada pengujian menggunakan jamur Aspergillusniger tidak

Page 2: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

menunjukkan penghambatan sedangkan pengujian menggunakan

jamur Candida albicans pada metode KLT,fraksin heksana

menunjukkan adanya penghambatan. Kata Kunci:Kulit laban

(Vitexpubescens Vahl.), anti jamur, fitokimia,fraksinasi, KLT.

Page 3: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

PENDAHULUAN

Hutan Indonesia juga memiliki berbagai kekayaan

jenis tumbuhan obat yang berasal dari berbagai ekosistem

hutan dengan luas mencapai 119 juta ha,dimana jenis

tumbuhannya tidak kurang dari 1260 jenis (Anonim, 1992).

Diantara tumbuhan yang terdapat di Indonesia 940 jenis

diantaranya diketahui berkhasiat sebagai obat yang telah

dipergunakan dalam pengobatan tradisional secara turun-temurun

oleh berbagai etnis di Indonesia. Jumlah tumbuhan obat tersebut

meliputi sekitar 90% dari jumlah tumbuhan obat yang

terdapat di kawasan Asia (Dorly,2005). Anonim  (1994)

menyatakan  bahwa  secara  lokal  kayu  laban  (Vitex Pubescens

Vahl) dapat dimanfaatkan untuk kayu kontruksi pembuatan kapal

dan kegunaan yang lain serta dapat digunakan sebagai kayu bakar.

Daun dan kulitnya digunakan sebagai obat lokal untuk

menyembuhkan sakit perut dan penyembuhluka. D i s i s i

l a i n , s a l ah s a tu sumberdaya hu t an Indones i a ,

t umbuhan l aban (Vitex Pubescens Vahl) memiliki resistensi

yang sangat baik terhadap serangan organisme perusak

kayu, terutama jamur dan rayap (Anonim, 1981). Beberapa

jenis Vitex lain seperti: V. gaumeri, V. agnus castus dan V. Negundo

dilaporkan memiliki aktifitas anti malaria,antimikroba,dan

anti jamur (Hernandezetal.,1999). Berdasarkan gambaran

tersebut, perlu dilakukan penelitian guna mengkaji potensi

pemanfaatan kulit kayu laban sebagai bahan pengawet alami yang

mampu menghambat  atau  menghentikan aktifitas  jamur  (bahan

Page 4: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

anti jamur alami). Pene l i t i an i n i d in i l a i s t r a t eg i s ka rena

meng inga t pada s aa t i n i banyak bahan pengawet anti

jamur sintetis yang dinilai sangat berbahaya bagi manusia

serta l i ngkungan sek i t a r . Bahan an t i j amur t i dak

hanya d igunakan sebaga i bahan pengawet kayu saja,

namun juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet

makanan, pewangi pakaian, bahan pewarna, dan lain-lain. Tu juan

da r i pene l i t i an i n i i a l ah un tuk menge t ahu i ak t i f i t a s

an t i j amur   ekstrak kulit kayu laban (Vitex pubescens Vahl)

terhadap beberapa jenis jamur pembusuk, patogen dan

kontaminan makanan serta melakukan kajian

fitokimiaberbasis pengujian biologis (bioassay-guided

phytochemical analysis) terhadap fraksi anti jamur. Hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi t en t ang

ak t i f i t a s b io log i s eks t r ak ku l i t ba t ang l aban

(VitexpubescensVahl)sebagai  anti jamur alami  dan

kemungkinan  pemanfaatannya sebagai bahan pengawe t

a l ami d i b idang pengo lahan makanan , med i s dan

b idang yang l a in , sehingga penggunaan bahan pengawet kimia

sintetis dapat dikurangi atau bahkan dapat digantikan.

Page 5: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

BAHAN DAN METODE

Penyiapan Contoh Uji Kulit Laban

Kulit kayu dikeringkan secara alami kemudian

dipotong-potong menjadiserpihan-serpihan kecil dan serbuk

dengan ukuran ± 40 mesh. Pengukuran faktor kelembaban (moisture

factor ) berdasarkan standar TAPPI T264 om-88.

Ekstraksi dan Fraksinasi

Ekstraksi

Ekt raks i d ing in dengan menggunakan Mase ra s i

dan eks t r aks ipanas dengan soxhlet  un tuk menge lua rkan

eks t r ak da r i ku l i t Laban . Pe l a ru t yang digunakan

adalah metanol I so l a s i dan i den t i f i ka s i s enyawa k imia

ak t i f   dari tumbuhan dilakukan dengan metode ekstraksi

yang didasarkan pada perbedaan polaritas pelarut-pelarut

organik. Ekstraksi pendahuluan menggunakan

metanol,dilanjutkan  dengan  penyaringan  untuk  memisahkan

ekstrak  dengan  bahan tumbuhan yang dilakukan dengan

menggunakan kertas saring Whatman no.1.Hasil ekstraksi

kemudian dipekatkan dengan evaporator pada suhu 30°C –

40°C(Harborne, 1987). Perhitungan kadar ekstraktif dengan rumus

(TAPPI T 207 om-88).

 

Page 6: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

Fraksinasi

Proses partisi terhadap ekstrak kasar yakni ekstrak kasar yang

telah bebas alkohol ditambahkan campuran heksana, metanol dan

air dengan perbandingan 1 :1 : 1 (v/v). Fraksi padat dari

masing-masing pelarut dipersiapkan untuk analisis

selanjutnya.

Pada uji warna, masing-masing fraksi ekstrak dan

fraksi terlarut (ekstrak metanol, fraksin-heksana, fraksi

eter, danfraksi etil asetat) direaksikan dengan pereaksi Dragendorf,

Liebermann-Burchard ,Molisch untuk mengidentifikasi adanya

kandungan alkaloid, steroid, triterpenoiddan karbohidrat. Pada

analisis kromatografi lapis tipis, sedikit bagian dari masing-masing

fraksi terlarut dilarutkan dalam sejumlah kecil aseton

sebagai contoh uji.Masing-masing contoh uji diteteskan pada

pelat KLT dan dikembangkan dengansistem pelarut yang

sesuai. Secara detil metode analisis KLT disajikan

sebagaiberikut:

a) Kromatografi  lapis  tipis  asam  karboksilat : ekstrak  yang

telahdikembangkan  pada pelat KLT, dicelupkan dalam larutan 0,1

gr bromkresolhijau, 50 ml etanol dan 5 ml NaOH 0,1 M.

Apabila terlihat noda berwarnakuning setelah pencelupan

menunjukkan adanya senyawa Asam karboksilat.

b) Kromatografi lapis tipis aldehida keton: ekstrak yang telah

dikembangkanpada pelat KLT, disemprot dengan larutan 0,4

Page 7: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

gr 2,4-dinitrofenil hidrazineSerbuk kayu Ekstrak metanol.

Ekstraksi metano Dilarutkan dalam air,diekstraksi dengan heksana.

Ekstraksi dengan etil asetat (EtOAc)Fraksi EtOAc Residu Ekstraksi

dengan dietil eter (Etil 22OO)Fase air ,Fraksi heksana dalam 100

ml HCl 2 N dan 1 ml etanol. Noda yang berwarna kuning-

merah setelah penyemprotan merupakan senyawa Aldehid keton.

Pengujian anti jamur

Metode air-borne

Pengujian awal untuk mengetahui  penghambatan

pertumbuhan  jamur d i l akukan dengan menggunakan

me tode a i r -bo rne dengan t ekn ik med ia aga r . PDA

yang steril (20 ml) dan 2 g serbuk kulit serta ekstrak kulit

masing-masing fraksi (metanol,n-heksana, dietil eter, etil

asetat dan residu) setara dengan 2 g serbuk yang telah

dilarutkan dalam aseton 0,5 - 1 ml, dicampur dalam petri

dish be rd i ame te r 90 mm. Kon t ro l hanya

menggunakan a se ton . Kemud ian med iad i l e t akkan

t e rbuka se l ama 1 j am aga r t e rkon taminas i o l eh

j amur da r i uda ra , kemudian diinkubasi pada inkubator dengan

suhu 27oC selama 7 hari. Fraksi aktif anti  jamur  ditunjukkan

dengan  melihat  intensitas  penghambatan  jamur dibandingkan

dengan kontrol.

Metode difusi agar atau lempeng kertas.

Ekstrak kulit dari masing-masing fraksi (metanol,-

heksana, dietil eter dan etil asetat) yang telah dilarutkan

Page 8: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

dulu dalam aseton 1 ml kemudian diambil sekitar 0,01-

0,02µl lalu diteteskan pada kertas saring (Whatman No.4)

yang dibentuk keping-keping dengan diameter 5 mm. Sedangkan

untuk kontrol, aseton diteteskan pada keping kertas. PDA

steril (20 ml) dibiarkan mengeras kemudian diinokulasi

dengan 50-100 µl bibit jamur Aspergillus niger  dan didiamkan

selama30-60 menit. Setelah itu dimasukkan keping kertas

yang telah diberi ekstrak dankontrol.Diameter

penghambatan di sekitar keping kertas diukur setelah 48

jampada suhu 30oC (Quirogaetal ., 2001).

Metode pelat KLT 

Pada pengujian jamur Candida albicans dengan

menggunakan metodekromatografi  lapis  tipis,  sedikit bagian

dari  masing-masing  fraksi  terlarutdilarutkan dalam sejumlah kecil

aseton sebagai contoh uji. Masing-masing contohu j i d i t e t e skan

pada pe l a t KLT dan d ikembangkan dengan s i s t em

pe l a ru t yang sesuai. Kemudian jamur diinokulasi dengan

cara disemprotkan menggunakan sprayer ke masing-masing

plat yang telah dikembangkan. Setelah itu disimpan didalam

chamber  dengan  suhu  25oC,  ditempat  yang gelap  selama  3

hari.Penghambatannya diamati dengan menggunakan sinar UV

(Hadacek dan Greger,2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi dari Kulit Laban

Page 9: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

Pada eks t r aks i awa l d i l akukan dengan

menggunakan pe l a ru t me tano l .Pemi l i han me tano l

s ebaga i pe l a ru t awa l d i s ebabkan ka rena me tano l

memi l ik i polaritas  yang  cukup  tinggi,  sehingga  akan  banyak

melarutkan  berbagaikomponen lipofilik seperti tanin,

flavonoid, senyawa karbohidrat, protein dan dalam 100 ml

HCl 2 N dan 1 ml etanol. Noda yang berwarna kuning-

merah setelah penyemprotan merupakan senyawa Aldehid keton.

Pengujian anti jamur

Metode air-borne

Pengujian awal untuk mengetahui  penghambatan

pertumbuhan  jamur d i l akukan dengan menggunakan

me tode a i r -bo rne dengan t ekn ik med ia aga r . PDA

yang steril (20 ml) dan 2 g serbuk kulit serta ekstrak kulit

masing-masingfraksi (metanol,n-heksana, dietil eter, etil

asetat dan residu) setara dengan 2 gserbuk yang telah

dilarutkan dalam aseton 0,5-1 ml, dicampur dalam petri

dish be rd i ame te r 90 mm. Kon t ro l hanya

menggunakan a se ton .Kemud ian med ia d i l e t akkan

t e rbuka se l ama1 jam aga r t e rkon taminas i o l eh j amur

da r i uda ra , kemudian diinkubasi pada inkubator dengan suhu

27oC selama 7 hari. Fraksi aktif anti  jamur  ditunjukkan  dengan

melihat  intensitas  penghambatan  jamur dibandingkan dengan

kontrol.

Metode difusi agar atau lempeng kertas

Page 10: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

Ekstrak kulit dari masing-masing fraksi

(metanol,nheksana, dietil eter dan etil asetat) yang telah

dilarutkan dulu dalam aseton 1 ml kemudian diambilsekitar

0,01-0,02  µl lalu diteteskan pada kertas saring (Whatman

No.4) yangdibentuk keping-keping dengan diameter 5 mm.

Sedangkan untuk kontrol, asetonditeteskan pada keping kertas.

PDA steril (20 ml) dibiarkan mengeras kemudiandiinokulasi

dengan 50-100 µl bibit jamur Aspergillus niger 

dan didiamkan selama 30-60 menit. Setelah itu dimasukkan

keping kertas yang telah diberi ekstrak dan kontrol.

Diameter penghambatan di sekitar keping kertas diukur

setelah 48 jampada suhu 30oC (Quiroga et al ., 2001).

Metode pelat KLT 

Pada pengujian jamur Candida albicans dengan

menggunakan metode kromatografi  lapis  tipis, sedikit bagian

dari  masing-masing  fraksi  terlarutdilarutkan dalam sejumlah kecil

aseton sebagai contoh uji. Masing-masing contoh u j i d i t e t e skan

pada pe l a t KLT dan d ikembangkan dengan s i s t em

pe l a ru t yang sesuai. Kemudian jamur diinokulasi dengan

cara disemprotkan menggunakan sprayer ke masing-masing

plat yang telah dikembangkan. Setelah itu disimpan didalam

chamber  dengan  suhu  25oC,  ditempat  yang  gelap  selama  3

hari.Penghambatannya diamati dengan menggunakan sinar UV

(Hadacek dan Greger,2000). Pengujian alkaloid yang

dilakukan memberikan hasil bahwa kandunganalkaloid tidak

Page 11: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

dijumpai pada fraksi-fraksi terlarut dari ekstrak metanol kulit

laban.Pengujian alkaloid dengan menggunakan pereaksi dragendorff 

memiliki kepekaanyang cukup tinggi terhadap keberadaan atom

nitrogen yang merupakan salah satu Metanol n-Heksana Dietil

eter Etil asetat Residu Jumlah Eks t r ak yang d ipe ro l eh

(g r ) % eks t r ak t e rhadap ku l i t kayu ke r ing uda ra .

ciri penting senyawa alkaloid. Hal ini dipertegas oleh

Harborne (1987) bahwaalkaloid mencakup senyawa bersifat

basa yang mengandung satu atau lebih atomnitrogen, biasanya

dalam gabungan, sebagai bagian dari rantai siklis.Senyawa

a lka lo id memi l ik i e f ek f i s i o log i s yang kua t s eh ingga

t e l ah dikenal manusia sejak manusia primitif untuk proses

pengobatan. Pemanfaatan senyawa alkaloid yang

didapatkan dari tumbuhan menurut Hananiet al. (2005) dapat

bermanfaat sebagai antioksidan, yang berfungsi menghambat

radikal bebas yang dapa t mengak iba tkan penyak i t

degene ra t i f s epe r t i kanke r dan

penyak i t jantung.Kandungan triterpenoid pada kulit laban

terdapat pada fraksi etil asetat.Kandungan triterpenoid

banyak ditemukan pada kulit, karena pada

umumnyabe r fungs i s ebaga i pe l i ndung un tuk meno lak

se r angga dan se rangan mik roba . Kandungan triterpena

banyak terdapat dalam damar, kulit batang dan getah.Go longan

t e rpeno id merupakan komponen k imia yang ak t i f

me lawan bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Triterpenoid

merupakan satu contoh golonganterpenoid yang dapat menghambat

Page 12: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

virus HIV (Cowan, 1999).Pada pengujian saponin, setiap fraksi

tidak menunjukkan adanya senyawa tersebut. Saponin akan

terlihat apabila terbentuk busa pada tabung reaksi dan

t i dak h i l ang j i ka d i t ambahkan1 te t e sHCl2N.Seca ra

umum sapon in be r s i f a t seperti  sabun yang membentuk

busa. Kandungan saponin dalam  tumbuhanmemiliki rasa

yang manis, tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan

keracunanpada ternak dan dapat menghemolisis sel darah

(Harborne, 1987).Pada pengujian flavonoid, setiap fraksi

menunjukkan adanya senyawatersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa kulit laban banyak mengandung komponenkimia aktif.

Berdasarkan penelitian terhadap Vitex trifolia, Isolasi dari

senyawaflavonoid kulit laban diduga mengandung jenis flavonoid

seperti kastikin, 3,6,7-trimetil quercetagetin, vitexin, artemetin, 5-

metil artemetin, 7-desmetil artemetin,luteolin,  luteolin-7O -b-D

glukuronide,  luteolin-3-O-b-D-glukuronidedanisoorienti(Zeng

et al ., 1996; Nair et al ., 1975; Rameshet al ., 1986).Setiap fraksi

menunjukkan kenampakan adanya senyawa karbohidrat pada saat

pengujian.Karbohidrat bermanfaat sebagai sumber energi

bagi tumbuhan. Karbohidrat  merupakan  bagian  yang  paling

penting  didalam  proses  kimia kehidupan.  Karbohidrat  dalam

tumbuh-tumbuhan  terbentuk  melalui  proses fo to s in t e s i s , o l eh

ka rena i t u ka rboh id ra t merupakan has i l u t ama da r i

p rose s dimana molekul anorganik dengan adanya tenaga matahari

dirubah menjadi benda hidup Analisis kromatografi Lapis Tipis

(KLT)Fraksin-heksana terlebih dulu dilarutkan dalam

Page 13: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Laban 2003

pelarut aseton kemudiandigunakan eluen n- heksana : aseton

(4 :1). Hasil pengujian KLT fraksin