pemahaman konsep ukhuwah dalam al-qur'an …
Post on 24-Nov-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMAHAMAN KONSEP UKHUWAH DALAM AL-QUR'AN
MENURUT LEMBAGA KEMANUSIAAN ACT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Program Studi Ilmu Hadis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
WAHYU HARAHAP
NIM. 11140340000247
JURUSAN ILMU HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
PEMAHAMAN KONSEP UKHUWAH DALAM AL QUR’AN
MENURUT LEMBAGA KEMANUSIAAN ACT
Cilandak, ACT, Jakarta Selatan
Skripsi
Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Wahyu Harahap
NIM: 1140340000247
Pembimbing
Maulana, M.Ag
NIP. 196502071999031001
PROGRAM STUDI Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
1442 H / 2020 M
dc
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul PEMAHAMAN KONSEP UKHUWWAH DALAM AL-QUR'AN MENURUT LEMBAGA KEMANUSIAAN ACT telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Desember 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 2 Februari 2021
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr Eva Nugraha, M.Ag
Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH NIP. 19710217199803 1 002 NIP. 19820816201503 1 004
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr Abd. Moqsith, M.Ag
Syahrullah, M.A NIP. 19710607200501 1 002 NIP. 19780818200901 1 016
Pembimbing,
Maulana, M.Ag NIP. 19650207199903 1 001
iv
ABSTRAKSI
Wahyu Harahap, “Pemahaman Konsep Ukhuwah dalam Al Qur’an Menurut
Lembaga Kemanusiaan ACT (Aksi Cepat Tanggap); Cilandak, Jakarta
Selatan, Oktober 2020.
Skripsi ini membahas tentang pemahaman konsep ukhuwah dalam Al Qur’an
Menurut Lembaga kemanusiaan ACT (Aksi Cepat Tanggap).
Pembahasan topik dalam penulisan skripsi ini, saya gunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif dengan pendekatan model organisatoris, yakni yang mekanisme
operasional kerjanya berdasarkan ruang lingkup pengorganisasian pada umumnya.
Misalnya, dengan konsep ukhuwah (persaudaraan) saat ACT berperan serta
menolong warga yang terkena musibah banjir. Dengan perencanaan, penyusunan
tim tugas, ketersediaan waktu, dan besaran biaya yang disediakan, lembaga tersebut
bertindak menolong warga.
Bahwa konsep ukhuwah dalam ‘Al-Qur’an’ ternyata mampu menggugah kesadaran
dan pemahaman secara individual dan/atau kelembagaan untuk aktif berpartisipasi
dan berkontribusi dalam hal menolong sesama (sesuai dengan nilainilai
kemanusiaan) seperti kehidupan bersaudara.
Kata Kunci: Ukhuwah dalam Al Qur’an (Living Qur’an), Lembaga ACT.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puja-puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
dengan ‘ridlo’-Nya, penyusunan dan penulisan skripsi ini bisa selesai dengan baik
sesuai waktu yang telah ditentukan. Skripsi ini saya buat sebagai kewajiban tugas
akhir mahasiswa di Fakultas Ushuluddin, Jurusan IAT (Ilmu Al Qur’an dan Tafsir)
Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Semester XIII Tahun Akademik 2020.
1. Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih pada Bapak Maulana, M.Ag
sebagai Dosen Pembimbing saya, yang selama ini telah banyak membantu
mengarahkan dan membimbing penyusunan skripsi yang saya buat sampai
selesai sesuai waktu yang telah ditentukan.
2. Terima kasih saya ucapkan juga pada Lembaga ACT (Aksi Cepat Tanggap)
yang telah berkenan menyediakan tempat dan waktu bagi saya dalam
penelitian skripsi dengan topik bahasan yang sesuai dengan judul skripsi
yang saya buat ini: “Pemahaman Konsep Ukhuwah Dalam Al Qur’an
(Living Qur’an) Terhadap Lembaga Kemanusiaan ACT (Aksi
Cepat Tanggap)”.
3. Saya juga mengucapkan terima kasih pada bapak Dr Eva Nugraha, M.Ag
(Ketua Tim Penguji) dan bapak Fahrizal Mahdi, MIRKH (Sekretaris Tim
Penguji) Bersama Tim Penguji yang lain (Dr Abdul Moqsith, M.Ag dan
Syahrullah, MA) yang telah berkenan meluangkan waktu dan memfasilitasi
terlaksananya pengujian skripsi ini.
4. Tak lupa, saya ucapakan terima kasih juga pada berbagai pihak lain yang
tak bisa saya sebutkan satu per satu di sini, yang secara langsung dan tidak
langsung telah ikut mendukung selesainya tugas akhir skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahiwabarakatuh.
vi
Jakarta, 26 Oktober 2020.
PEDOMAN TRANSLITERASI
507 Tahun 2017.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nomor:
Huruf
Arab
Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ت
ts Te dan es ث
j Je ج
h h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d De د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es dan ya ش
s es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ع
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
vii
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
h Ha ه
Apostrof ˋ ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a Fathah
i Kasrah
u Ḏammah
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i ا ي
au a dan u ا و
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa dilambangkan
dengan harakat dan huruf, yaitu:
viii
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ا
î i dengan topi di atas ا ي
û u dengan topi di atas ا و
4. Kata Sandang
yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik Kata sandang, yang dalam sistem
aksara Arab dilambangkan dengan huruf, diikuti huruf syamsiah maupun huruf
kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad- dâwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydîd ) ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak
ditulis ad-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata yang
berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh
1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûah tersebut diikuti oleh kata
sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata
benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Ṯarîqah طريقة 1
al-Jâmi‘ah al-Islâmiyyah الجامعة الإسلامية 2
Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
ix
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam alih aksara ini
huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku
dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama
diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû
Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih
aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal
(bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka
demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari
dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya
berasal dari bahasa Arab. Mislanya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd
al-Samad al-Palimbani: Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
x
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. i
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................ 7
1.3 Perumusan Masalah ....................................................................... 7
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
1.3.2 Kegunaan Penelitian ................................................................... 12
1.4 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 12
1.5 Metode Penelitian .......................................................................... 12
1.5.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 13
1.5.2 Pendekatan Penelitian .................................................................. 13
1.5.3 Sumber Data ................................................................................. 14
1.5.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 15
1.5.5 Metode Analisis Data ................................................................... 16
1.6 Sistematika Penelitian .................................................................... 16
BAB 2. STUDI LIVING QUR’AN................................................................... 20
2.1 Pengertian Studi Living Qur’an ..................................................... 20
2.1.1 Living Qur’an di Tengah Masyarakat .................................... 21
2.2 Perkembangan Studi Living Qur’an .......................................... 21
2.3 Urgensitas Living Qur’an .............................................................. 22
BAB 3. KONSEP UKHUWAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN ..... 24
3.1 Pengertian Ukhuwah ...................................................................... 24
3.2 Macam-Macam Ukhuwah .............................................................. 25
3.3 Ayat-Ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an .......................................... 33
xi
BAB 4. PEMAHAMAN KONSEP UKHUWAH DI LEMBAGA ACT ...... 40
4.1 Sejarah Berdirinya ACT ................................................................ 40
4.1.1 Visi Misi ACT .............................................................................. 41
4.2 Perspektif Ukhuwah bagi Lembaga ACT ...................................... 42
4.3 Implementasi Konsep Ukhuwah bagi Lembaga ACT ................... 45
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................ 60
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 61
5.2 Saran .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an adalah representasi dari penjelmaan pesan-pesan universal
Tuhan kepada hamba, hadir dalam bentuk teks verbal yang teraplikasikan dengan
simbol-simbol bunyi yang mewakili firman Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagai wahyu dan petunjuk hidup bagi
manusia, setiap muslim harus membaca, mehamami isinya serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan. Pembacaan yang dilakukan tentunya akan
melahirkan pemahaman yang setiap muslim satu sama lainnya cenderung tidak
sama. Hal ini menjadi niscaya karena terkait perbedaan kemampuan dan intensitas
dalam membacanya. Dari pemahaman yang berbeda tadi, masing-masing juga akan
melahirkan perilaku yang beragam pula sebagai bentuk tafsir Al-Qur’an dalam
praksis kehidupan, baik pada wilayah teologis filosofis, psikologis maupun
kultural.
Pengalaman dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an umumnya menghasilan
pemahaman dan penghayatan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tertentu secara
atomistic. 1 Pemahaman dan penghayatan individual yang diungkapkan serta
dikomunikasikan secara verbal maupun prilaku biasanya punya pengaruh kepada
individu lain yang pada gilirannya dapat mengkosntruk kesadaran kolektif yang
juga menciptakan tindakan dan perilaku dalam kehidupannya.2 Dalam bahasa lain,
fenomena ini merupakan sikap dan variasi respon muslim terhadap Al-Qur’an.
1 Muhammad Chirzin, 2007. Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dalam
AlQur’an; dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Ed Sahiron Syamsuddin.
Yogyakarta: Teras. Hal. 12 2 Dalam realitas sosial kehidupan muslim, tindakan yang dimaksud penulis dapat
disaksikan begitu dekat oleh kita. Pengalaman berinteraksi dengan Al-Qur’an terlihat begitu
beragam dari sekedar membaca Al-Qur’an baik secara sendiri maupun berjamaah (baca: komunitas),
kelompok penggiat kajian tafsir al-Qur‟an, penghafal Al-Qur’an, mengusir makhluk halus dengan
Al-Qur’an, praktek ruqyah, hingga menjadikan ayat-ayat Al-Qur’an tertentu dan menjadikannya
sebagai hiasan rumah, hiasan masjid dan sebagainya. Semua yang dicontohkan tersebut merupakan
sebagian dari bentuk terapan interaksi muslim dengan Al-Qur‟an.
Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang mempunyai daya tarik
untuk dibahas, banyak ruang yang menjadi lahan kajian dalam Al-Qur’an. Kajian
tersebut tiap tahun terus berkembang, hasil tulisan tersebut yang bersifat ilmiah
bisa berupa skripsi, tesis, ataupun tulisan lain yang membahasa tentang AlQur’an.
Akan tetapi, secara general pembahasan tentang Al-Qur’an bisa didekati dengan
tawaran yang dilakukan oleh Amin al-Khuli (w. 1976) yang dikutip oleh
Nur Kholis Setiawan, yaitu, dirasah ma hawl Al-Qur’an dan dirasah fi Al-
Qur’annafsih.
Penulis mencatat, tawaran yang diberikan oleh Amin al-Khuli terlalu tinggi.
Dengan bahasa yang sederhana, pembahasan tentang hal itu mungkin sudah banyak
yang membahas dan kurang relevan ketika disandingkan dengan realitas
masyarakat sekarang, ketika menilai dan memandang ajaran yang terkandung
dalam Al-Qur’an. Dengan tanpa menyingkirkan kajian tersebut yang juga
mengandung nilai ilmiah, tetapi keadaan menyatakan bahwa ada perbedaan antara
kondisi sosial waktu Al-Qur’an diturunkan dan keadaan masyarakat masa
kini.
Dengan demikian, untuk mengisi kekosongan kajian yang berhubungan
dengan realitas masyarakat yang berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan persepsi
yang berbeda-beda, dibutuhkan arah baru atau tawaran metodis. Atas dasar tersebut,
ditawarkan arah baru kajian Al-Qur’an yang disebut dengan Living
Qur’an.
Living Quran dapat dikategorikan sebagai kajian atau penelitian ilmiah
terhadap berbagai fenomena sosial yang terkait dengan keberadaan Al-Quran di
tengah komunitas muslim tertentu atau lain yang berinteraksi dengannya. AlQuran
adalah teks verbatim yang telah ada sejak belasan abad silam, dan telah mengalami
kompleksitas interaksi antar umat, tidak hanya muslim namun juga non-muslim.
Tetapi, meski dengan perjalananya yang relatif panjang namun studi Al-Quran yang
berkembang hingga sekarang mayoritas masih berorientasi pada studi teks, dan
belum banyak menyentuh aspek-aspek lain seperti yang terkait langsung dengan
Implementasi pemahaman maupun sikap dan penerimaan umat pembaca
terhadapnya. Maka wajar jika studi Al-Quran oleh beberapa kalangan dirasakan
“membosankan”, belum lagi aspek materi yang sedikit sekali berorientasi langsung
dengan kebutuhan dan belum banyak diarahkan pada
2
persoalan-persoalan kontemporer.3 Semisal yang berkaitan dengan realitas sosial
masyarakat yang dihubungkan dengan Al-Qur’an. Salah satunya adalah
pemahaman tentang konsep Ukhuwah di dalam Al-Qur’an. Berikut adalah kutipan
ayat dari mendamaikan saudara yang bertikai :
صلحوا ب ينهما … وإ ن طائفتان من ا لم ؤمنين ا قتتلوا فأ
Yang artinya : “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya…” (QS. Al-Hujurot:
9)
Salah satu ajaran penting yang banyak disampaikan Al-Qur’an adalah
tentang ukhuwah, dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah ajaran
persaudaraan dan persatuan. Prinsip ukhuwah yang terdapat dalam Al-Qur’an telah
dipraktekkan sejak Al-Qur’an itu diturunkan, dan tampak sekali hasilnya ketika
Nabi Muhammad SAW membangun negara Madinah yang ditandai dengan
ketetapan piagam Madinah.
Adapun pengertian ukhuwah menurut bahasa tercetak dari mashdarnya
yakni "ukhuwatun" yang berasal dari kata "akhun" yang berarti berserikat dengan
yang lain, karna kelahiran dari dua belah pihak atau salah satunya atau karna
persusuan. Sedangkan di dalam istilah, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa
ukhuwah diartikan sebagai "setiap persamaan dan keserasian dengan pihak yang
lain, baik persamaan keturunan, dari ibu, bapak atau keduanya, maupun keturunan
dari persusuan". Secara majazi kata ukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan
salah satu unsur seperti suku, agama, profesi, dan perasaan.4
Selama ini, masyarakat seringkali memaknai ukhuwah Islamiyah sebagai
persaudaraan terhadap sesama orang Islam. Mestinya tidak demikian. Ukhuwah
Islamiyah (Islamic brotherhood) berbeda dengan ukhuwah baynal-muslimin atau
al-Ikhwanul-Muslimun (moslem brotherhood).
3 Luqman Abdul Jabbar. 2006. Ruqyah Syar’iyyah; Fenomena Muslim Indonesia dalam
Memfungsikan Al-Qur’an; Studi Kasus Fenomena Ruqyah Syar’iyyah pada Umat Islam di Kota
Yogyakarta. Yogyakarta; Thesis UIN Sunan Kalijaga. 4 M. Quraish Shihab. 2007. Wawasan Al-Qur'ān: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan,, Hal.357.
3
Makna persaudaraan antara sesama orang Islam itu bukan ukhuwah
Islamiyah, tetapi ukhuwah baynal-muslimin/ al-Ikhwanul-Muslimun (Moslem
Brotherhood). Jika dikaji dari segi nahwu, ukhuwah Islamiyah adalah dua kata yang
berjenis mawshuf atau kata yang disifati (ukhuwah) dan shifat atau kata yang
mensifati (Islamiyah). Sehingga, ukhuwah Islamiyah seharusnya dimaknai sebagai
persaudaraan yang berdasarkan dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan persaudaraan
antar sesama umat Islam dinamakan dengan ukhuwah diniyyah.
Sedangkan proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah, 5 yaitu: Pertama,
melaksanakan proses ta’aruf. Pengertian ta’aruf adalah saling mengenal sesame
manusia. Ada tiga bentuk proses ta’aruf, yakni: a). Perkenalan penampilan fisik
(jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku,
pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya; b). Pengenalan pemikiran (fikriyyan).
Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan terhadap suatu masalah,
kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi dan diikuti, dan lain
sebagainya; dan c). Pengenalan kejiwaan (nafsiyyan) yang ditekankan kepada
upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap manusia
tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya.
Proses ukhuwah Islamiyah akan terganggu apabila tidak mengenal karakter
kejiwaan ini.
Kedua, melaksanakan proses tafahum. Tafahum adalah saling memahami.
Saling memahami adalah kunci ukhuwah Islamiyah. Tanpa tafahum, maka
ukhuwah tidak akan berjalan. Dengan saling memahami maka setiap individu akan
mudah mengetahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini
akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan.
Ketiga, melakukan at-ta’aawun. Bila saling memahami sudah lahir, maka
timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan),
pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan aman (saling bantu membantu).
Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah
5 Thoshisiko Isutzu. 1996. Ethic-Religius Concepts in the Koran, Montreal University
Press. Hal. 17
4
makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain. Kebersamaan
akan bernilai bila kita mengadakan saling bantu membantu.
Keempat, melaksanakan proses takaful. Yang muncul setelah proses
ta’awun berjalan. Rasa sedih dan senang diselesaikan bersama. Takaful adalah
tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi Saw. dan para
sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat
kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih
kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain,
terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling
mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inilah ciri utama
dari ukhuwah Islamiyah. Kata akha sebagai dasar kata ukhuwwah dan derivasinya
dengan segala bentuknya, disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 87 kali.
Dari pemaknaan tersebut, maka dapat dipahami bahwa ukhuwah diniyyah
(persaudaraan terhadap sesama orang Islam), ukhuwah wathâniyyah
(persaudaraan berdasarkan rasa kebangsaan), dan ukhuwah basyâriyyah
(persaudaraan berdasarkan sesama makhluk Tuhan) memiliki peluang yang sama
untuk menjadi Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah tidak sekedar
persaudaraan dengan sesama orang Islam saja. Tetapi juga persaudaraan dengan
setiap manusia meskipun berbeda keyakinan dan agama, asalkan dilandasi dengan
nilai-nilai keislaman, seperti saling mengingatkan, saling menghormati, dan saling
menghargai sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat
Tanggap di Indonesia.
ACT (Aksi Cepat Tanggap) yang bermarkas di Menara 165, lantai 11, Jl.
TB. Simatupang Kav. 1, Cilandak Timur Jakarta Selatan, 12560, Indonesia.
Merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang social kemanusiaan. Tanggal 21
April 2005, Aksi Cepat Tanggap (ACT) secara resmi diluncurkan secara hukum
sebagai yayasan yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan. Untuk
memperluas karya, ACT mengembangkan aktivitasnya, mulai dari kegiatan
tanggap darurat, kemudian mengembangkan kegiatannya ke program pemulihan
5
pascabencana, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta program
berbasis spiritual seperti Qurban, Zakat dan Wakaf.
Lembaga kemanusiaan ACT merupakan representasi dari pengamalan
konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’anyang menjadi pedoman utama lembaga mereka
dalam menjalankan aktivitas kelembagaannya, hal tersebut dibuktikan dengan
berbagai macam bantuan yang diberikan oleh ACT dalam membantu setiap daerah
ataupun setiap saudara semuslim/sebangsa yang sedang mengalami musibah, baik
dalam skala kecil ataupun besar.
Berdasarkan hasil observasi awal dapat diketahui bahwa Pemahaman
konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’anmenurut lembaga ACT adalah dengan saling
menjaga kehormatan, hak dan kewajiban setiap manusia, khususnya sesama
muslim, oleh karena itu, jika setiap manusia mau untuk menjaga kehormatan dan
hak setiap manusia/muslim yang ada, insya allah akan tercipta sebuah kehidupan
yang aman, damai dan sejahtera.
Konsep Ukhuwah menurut lembaga ACT sudah menjadi pedoman dalam
menjalankan aktiftas kemanusiaan yang sudah dilakukan selama ini. Prinsip itulah
yang menjadikan lembaga ACT sebagai salah satu lembaga social kemanusiaan
yang ada di Indonesia yang paling sering sigap menjadi garda tedepan dalam
menyalurkan dan memberikan bantuan, semisal terjadinya bencana banjir yang
melanda beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Banten, dan Bandung.
Konsep Ukhuwah seakan-akan sudah menjelma dalam pedoman
perjuangan, bahkan dalam setiap jiwa relawan yang tergabung dalam lembaga ACT
yang harus rela meninggalkan kampung halaman, keluarga, dan harta demi
memberikan bantuan kepada saudara seagama dan sebangsa yang sedang dilanda
musibah. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih mendalam
lagi mengenai “Pemahaman Konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an (Living
Qur’an) terhadap Lembaga Kemanusiaan ACT”, sejauh mana pemahaman
Ukhuwah yang diketahui oleh ACT, serta bagaimana bentuk pengamalan atau
implementasi dari Konsep Ukhuwah yang sudah menjadi pedoman (Living) dalam
setiap tindakan kemanusiaan mereka.
6
1.2 Batasan Masalah
Guna menghindari kesalah pahaman dan untuk mencapai kesamaan persepsi
dalam masalah yang hendak penulis bahas pada skripsi ini, maka penulis merasa
perlu untuk memberikan suatu batasan dan rumusan terhadap masalah yang akan
dikaji, yaitu:
1. Bagaimakah konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an ?
2. Apa yang dimaksud dengan Studi Living Qur’an ?
3. Bagaimanakah perkembangan dari Studi Living Qur’an ?
4. Bagaimanakah pemahaman konsep Ukhuwah dalam Al-Quran menurut
Lembaga Kemanusiaan ACT ?
5. Bagaimanakan bentuk implementasi dari konsep Ukhuwah yang
dilakukan oleh Lembaga Kemanusiaan ACT ?
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
dari penelitian ini adalah “bagaimanakah pemahaman serta implementasi konsep
ukhuwah dalam al-Quran (living Qur’an) terhadap lembaga kemanusiaan ACT”
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran sebanyak mungkin
tentang pemahaman konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an di Lembaga Kemanusiaan
ACT (Studi Living Qur’an)
Penelitian ini diharapkan memiliki nilai manfaat akademis maupun praktisnya.
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah:
1.4.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an;
b. Untuk mengetahui maksud dan arti dari studi Living Qur’an;
c. Untuk mengetahui perkembangan Studi Living Qur’an;
d. Untuk mengetahui dan menganalisis pemahaman konsep Ukhuwah
dalam Al-Quran di Lembaga Kemanusiaan ACT;
e. Untuk mengetahui pemahaman dan implementasi dari konsep Ukhuwah
7
di Lembaga Kemanusiaan ACT.
1.4.2 Kegunaan Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan khazanah ilmu
pengetahuan baru, khususnya terkait Studi Living Qur’an tentang
Konsep Ukhuwah dalam Al-Quran di Lembaga Kemanusiaan ACT..
Secara umum diharapkan penelitan ini dapat menjadi rujukan
penelitian di bidang study agama, khususnya Studi Living Qur’an di
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah yang masih sedikit akan literatur
penelitian tentang Studi Living Qur’an.
b. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah
wacana sekaligus pengetahuan bagi para pembaca, khususnya bagi
peneliti dalam mengkaji dan memahami Studi Living Qur’an.
1.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian ini penulis tetap merujuk kepada penelitian-penelitian sebelumnya
yang berkaitan dengan studi Living Qur’an, walaupun topik yang dibahas tidak
sama persis tentang Pemahaman Konsep Ukhuwah dan Studi Living Qur’an.
Penelitian-penelitian itu di antaranya:
1) Skripsi yang berjudul “Konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif
antara Kitab Tafsir Al-Lubab dan The Messege of The Qur’an)”. Skripsi ini
menyimpulkan bahwa (1) Penafsiran Quraish Shihab dalam kitab tafsir AlLubab
sangat terlihat konteks ke-Indonesiaan. Seperti dalam menafsirkan beberapa ayat
Ukhuwah, nampak sajian yang diberikan oleh Quraish Shihab merupakan solusi
dari permasalahan umat Islam, terkhusus di Indonesia (2) Sedang penafsiran
Muhammad Asad dalam kitab tafsir The Message of The Quran lebih menitik
beratkan pada tindakan bercerai-berai yang merupakan oposisi dari konsep
Ukhuwah, serta dijelaskan panjang lebar mengenai balasan dan peringatan bagi
orang-orang yang berselisih (3) terdapat kesamaan konsep Ukhuwah antara 2
Penafsir, bahwa tindakan yang berlawanan dengan konsep Ukhuwah
8
(persaudaraan) seperti bercerai-berai dan berselisih dapat menimbulkan
perpecahan bagi umat itu sendiri, di samping itu tindakan tersebut dibenci dan
mengundang murka Allah, sehingga orang-orang yang bercerai-berai akan di
jerumuskan dalam api neraka sebagai balasan atas tindakan mereka. Meskipun
begitu, jika dilihat, terdapat perbedaan yang dalam konsep Ukhuwah yang
ditawarkan oleh Muhammad Asad dan Quraish Shihab yaitu Muhammad Asad
menjelaskan ayat-ayat Ukhuwah secara tidak langsung, jelasnya dalam kitab
tafsirya Asad lebih banyak membahas mengenai tindakan yang merupakan
oposisi dari tindakan Ukhuwah yaitu “bercerai-berai” dan konsekuensi yang
akan manusia terima dari tindakan tersebut, termasuk di dalamnya larangan utuk
mendekati tindakan tersebut, berbeda dengan Quraish Shihab yang menafsirkan
ayat tersebut langsung menyangkut tema pentingnya Ukhuwah, persatuan dan
kesatuan dalam umat, yang kemudian dihubungkan dengan bahaya tindakan
bercerai-berai dengan berbagai konsekuensinya.
2) skripsi yang berjudul “Makna Kata Ukhuwah dalam Al-Qur’an (Kajian
Komparatif antara Ahmad Musthafa Al-Maraghi dan M. Quraih Shihab)”.
Skripsi ini memberikan simpulan dalam penelitiannya bahwa persaudaraan
menurut al- Ahmad Musthofa al-Maraghi dan M. Quraish Shihab memiliki
konsep yang sama dalam menafsirkan kata “Ukhuwah” dalam Al-Qur’an,
dimana secara umum antara kedua mufassir tersebut menyepakati bahwa makna
kata ukhuwah itu adalah persaudaraan, baik seiman, sekandung atau tidak,
bahkan persaudaraan sesama muslim itu juga termasuk dalam ukhuwah. Saudara
kandung atau saudara seketurunan seperti pada ayat yang menjelaskan tentang
warisan atau mengharamkan mengawini orang-orang tertentu misalnya pada
surat an-Nisa’ ayyat 23. Persaudaraan seagama, yang telah sudah dimaklumi
terletak pada surat al- Hujurat ayat 10.
3) Jurnal yang berjudul “Al-Ukhuwah Al-Ijtima’iyah wa Al-Insaniyah; Kajian
terhadap Pluralisme Agama dan Kerjasama Kemanusiaan”. Dalam jurnal ini
dijelaskan mengenai Paradigma kebebasan dan toleransi beragama dalam lslam
mengandung ajaran tentang persamaan manusia. Di atas persamaan ini dapat
dibentuk persaudaraan dan persahabatan antar pemeluk agama dalam kehidupan
sosial berdasarkan kemanusiaan demi terwujudnya ketertiban sosial bersama.
9
Dengan demikian dari sisi kemanusiaan, lslam tidak mengenal eksklusivisme,
dan dari sisi akidah, Islam juga tidak mengenal intoleransi.
Berikut adalah kutipan ayat dari intoleransi
ين هاالذ أي ـ ءامنوا ل ي سخ ر ق و م م ن ق و م عسى أ ن يكونوا خ يرا م نه م ول نساء م ن ي
نساء عسى أ ن يكن
ابزوا با ل لقاب .. ﴿الحجرات : ۱۱خ يرا م نهن ول ت لمزوا أ نفسك م ول تن
Yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
merendahkan/meremehkan kaumz yang lain. Boleh jadi mereka (yang
diremehkan) lebih baik daripada mereka (yang meremehkan). Jangan pula
wanita merendahkan wanita yang lain. Boleh jadi wanita (yang diremehkan)
lebih baik daripada wanita (yang meremehkan). Janganlah kalian saling mencela
dan janganlah kalian saling memanggil dengan panggilan yang buruk”. (QS. Al
Hujurot: 11)
Dalam pergaulan social lslam menggariskan kepada umatnya, yaitu tidak boleh
berbantahan dengan penganut agama lain melainkan dengan cara yang sopan
dan etis, dan mereka boleh berbuat baik dan berlaku adil terhadap komunitas
agama lain.
4) Skripsi yang berjudul “Konsep Ukhuwah dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi
Tafsir Ruh Al-Ma’ani fi Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim Was-Sab’ul Matsani Karya
Imam Al-Lusi)”. Skripsi ini memberikan kesimpulamn dalam penelitiannya
bahwa: Ukhuwah adalah ikatan atau jalinan persaudaraan yang di kaitkan kepada
sebuah suku, ras, serta keturunan. Di dalam al-Qur'ān banyak ayat yang
menyebutkan kata ukhuwah, seperti dalam bentuk mufrad mudzakarnya kata
Akh itu di ulang sebanyak 52 kali dan satu kali dalam bentuk tasnihnya. Berikut
adalah contoh ayat tentang ukhuwah dengan Al-Qur’an
انما ا لم ؤمنون إ خوة فأ و يك م واتقوا الل صلحوا ب ين أخ
لعلك م ت رحمون
Yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Alloh, supaya kamu mendapat rahmat” (QS. Al Hujurot: 10).
Sedangkan dalam bentuk mufrad muannasnya di ulang sebanyak 8 kali dan satu
kali dalam bentuk tasniah. Dalam bentuk jamak mdzakarnya dari akar kata Akh
10
ini ada dua macam yaitu; Ikhwan dan Ikhwah. Kata Ikhwan di ulang sebanyak
22 kali, sedangkan kata Ikhwah di ulang sebanyak 7 kali. Sedangkan dalam
bentuk jamak muannasnya di ulang sebanyak 5 kali. Ukhuwah merupakan
sebuah jalan untuk tercapainya sebuah kedamaian, sebagaimana di jelaskan
dalam surat al-Hujurāt ayat 13. Terdapat beberapa nilai yang terkandung dalam
ukhuwah, agar tetap terjalinnya ukhuwah, antara lain: Jangan saling menghina,
memanggil dengan gelar buruk, dan mencela, sebagaimana di dalam surat al-
Hujurāt ayat 11. Serta tidak boleh berperasangka buruk, sebagaimana di dalam
surat al-Hujurāt ayat 12.
Begitupula keberagaman syari'at adalah kehendak Tuhan sendiri, agar kiata
saling mengenal satu sama lain sebagiaman surat al-Mā'idah ayat 48, dan surat
al-Hujurāt ayat 13. Serta kita di tuntut untuk berbauat baik kepada semua
golongan, sebagaimana surat al-Mumtahanah ayat 8. Ini semuah adalah nilainilai
ukhuwah yang terdapat dalam al-Qur'ān, untuk menciptakan kedamaian dan
keselamatan dunia akhirat.
5) Jurnal yang berjudul “Living Qur’an sebagai Metode Alternatif dalam Studi Al-
Qur’an”. Dalam jurnal ini lebih dominan pada konsepsi Kajian Living Quran
yang diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan
studi Al-Quran lebih lanjut. Kajian semacam ini akan lebih banyak
mengapresiasi respons dan perilaku masyarakat terhadap kehadiran AlQuran,
sehingga tafsir tidak lagi hanya bersifat elitis, melainkan emansipatoris yang
mengajak partisipasi masyarakat. Pendekatan fenomenologis, sosiologis,
antropologis dan analisis ilmu-ilmu sosial-humaniora serta beberapa disiplin
ilmu lainnya, tentu menjadi faktor yang sangat menunjang dalam kajian ini.
Lebih lanjut, Living Quran dapat juga dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah
dan pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka lebih maksimal dalam
mengapresiasikan Al-Quran.
6) Jurnal yang berjudul “Living Qur’an; Studi Kasus Pembacaan al-Ma’tsurat di
Pesantren Khalid bin Walid Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu”. Dalam
jurnal ini disimpulkan bahwa Living Quran masih dinilai sebagai metode baru
dalam pengkajian al-Quran. Sejumlah kajian akademis dari pemerhati al-Quran
sangat membantu perkembangan teoritis dan terapan aplikatif metode ini.
11
Penelitian lapangan terhadap fenomena pembacaan al-Ma’tsurat di Pesantren
Khalid Bin Walid Rokan Hulu satu upaya memperkaya memperkaya khazanah
pengkajian Living Quran. Besar harapannya penelitian al-Quran menggunakan
metode Living Quran berlanjut di kalangan pemerhati al-Quran dengan
mengambil objek penelitian yang berbeda sesuai dengan keberagaman
kebudayaan lokal.
Dari berbagai macam penelitian sebelumnya masih bahyak yang focus pada
penelitian tentang pemaknaan dan pemahaman mengenai Ukhuwah dalam
Al-Qur’an, dan sebagian penelitian lagi masih focus pada kajian Studi Living
Qur’an. Disini peneliti berusaha mengkolaborasikan studi Living Qur’an tentang
pemahaman konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an terhadap lemabag Kemanusiaan
ACT.
1.6 Metode Penelitian
Bondan dan Taylor mendefinisikan metode merupakan cara kerja sitematis
untuk memudahkan pelaksanaan sebuah kegiatan untuk menemukan tujuan. 6
Sehingga metode penelitian merupakan instrument paling penting dalam
melakukan penelitian ilmiah untuk mendapatkan data-data tentang objek yang
diteliti, sekaligus sebagai penunjang untuk memperoleh data-data yang konkrit
sehingga sebuah penelitian dapat dipertanggung jawabkan keilmiahannya. Oleh
karena itu penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:
1.6.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan penelitian
pustaka (library research). Maksudnya adalah mengkaji literatur yang berkaitan
dengan konsep Ukhuwah. yaitu sebuah penelitian yang bersumber pada data-data
dokumentasi, informasi dari kitab-kitab tafsir tentang konsep Ukhuwah dalam
AlQur’an dan sumber informasi tentang pemahaman Ukhuwah di lembaga
kemanusiaan ACT seperti wawancara, dokumentasi dan literature yang relevan
dengan obyek penelitian.7
6 Sulistiyo Basuki, 2010. Metode Penelitian, Jakarta: Penaku, Hal. 93. 7 Mustika Zed, 2008. Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004), hlm. 89. Lihat juga Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
12
1.6.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengunakan Pendekatan Kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi
yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan
ini, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang yang diamati dan perilaku yang diamati. Penelitian
kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen pokok. Oleh karena hal itu,
peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas agar dapat melakukan
wawancara secara langsung terhadap responden, menganalisis, dan
mengkontruksikan obyek yang diteliti agar lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai.
1.6.3 Sumber Data
Sumber data merupakan data yang diperoleh dari buku yang terkait dengan
konsep emanasi dalam konteks Modern. Berhubung jenis penelitian ini adalah
kajian pustaka (library research) dan data lapangan, maka sumber data utama
(primary research) dalam penelitian ini adalah karya M Quraish Shihab Tafsir
AlLubab, serta hasil wawancara dengan pimpinan/anggota lembaga kemanusiaan
ACT.
Ada pun data sekunder yang akan digunakan dalam pembahasan ini
diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh peneliti lain yang dipandang memiliki
pembahasan yang berkaitan yaitu sebuah penelitian yang bersumber pada datadata
dokumentasi, informasi dari berbagai materi dan literatur, baik berupa buku, surat
kabar, majalah, ensiklopedi, catatan, serta karya- karya ilmiah yang berupa makalah
atau artikel-artikel yang relevan dengan obyek penelitian
PT Rosda Karya, Hal, 10
13
1.6.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data digunakan untuk menemukan arti penting dalam
sebuah penelitian dalam bentuk fakta, realitas kejadian, gejala ataupun masalah
dapat tercapai dengan baik.8 Adapun metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kata kunci "اخ" atau "اخواة" dalam
proses analisis untuk mengetahui dan mendapatkan sumber sebanyak munckin yang
berhubungan dengan konsep Ukhuwah.
1.6.5 Metode Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data tahap selanjutnya adalah menganalisis
dan mengolah data. Hal ini dianggap penting karena data yang diperoleh melalui
kitab tafsir klasik dan modern dan dokumen hasil waancara yang terkait dengan
masalah yang di bahas merupakan data yang belum dikelola bersifat mentah dan
belum layak untuk disajikan. Sehingga perlu adanya pengelolahan data. Pengolahan
atau analisis terhadap data mentah membuat data memiliki makna dan dapat
memecahkan masalah penelitian.9
Metode diskriptif merupakan metode yang sesuai untuk menganalisis
penelitan ini. Metode diskriptif merupakan suatu analisis yang digunakan untuk
memahami fokus kajian yang sangat kompleks dengan melakukan pemisahan
melalui pengumpulan data. Pemisahan data bertujuan untuk memudahkan peneliti
dalam menganalisis data. 10 Berikut analisis data yang akan dilakukan: proses
analisis data dimulai dengan menelaah data yang diperoleh dari berbagai sumber.11
8 J.R. Raco.2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karekteristik dan Keunggulannya,
Jakarta: Grasindo, Hal. 172 9 M. Junaidi Ghony dan Fuzan Almanshur, 2012. Metode Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Hal. 245 10 Moh, Soehada, 2008. Metode Penelitian Sosiologi Agama (Kualitatif), Yogyakarta:
Bidang Akademik, Hal. 115 11 M. Junaidi Ghony dan Fuzan Almanshur, 2012 Metode Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal. 246
14
Selanjutnnya menyusun data dalam satuan kategori data sesuai dengan tipe data
kemudian melakukan reduksi data secara keseluruhan dari data yang telah
diperoleh. Setelah itu tahap analisis dengan menggunakan teori filsafat Islam
sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Dalam penyajiannya penelitian
menyajikan dalam bentuk tulisan dengan menerangkan dengan apa adanya seperti
yang diperoleh dari penelitian dan mencoba disajikan dalam bentuk yang sistematis
sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca.
1.7 Sistematika Penelitian
Sistematika pembahasan dilakukan guna untuk mengarahkan
pembahasanpembahasan dalam penulisan penelitian ini serta untuk mempermudah
dan memahami pembahasan isi hasil penelitian. Dalam penyusunan penelitian ini
peneliti membagi pembahasan dalam lima bab dan beberapa sub bab untuk
memperoleh gambaran yang sistematis. Adapun sistematika pembahasan dalam
bentuk bab dan sub bab adalah sebagai berikut:
BAB I, dalam bab ini dimulai dengan pendahuluan secara keseluruhan, isi
pendahuluan merupakan penjelasan-penjelasan yang erat hubungannya dengan
masalah yang akan dibahas dalam penulisan karya tulis, latar belakang masalah.
Sub bab kedua batasan masalah. sub bab selanjutnya tujuan penelitian. Tinjauan
pustaka menempati sub bab ke empat. sub ke lima metode penelitian. Dan
sistematika penulisan sebagai sub terakhir dalam bab I.
BAB II, bab ini berisi tentang tentang pengertian studi Living Qur’an dan
perkembangannya di Indonesia.
BAB III, bab ini berisi tentang Konsep Ukhuwah dalam Perspektif Al-
Qur’an yang berupa Pengertian Ukhuwah, dan macam-macam Ukhuwah serta ayat-
ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an.
BAB IV, bab ini berisi tentang pemahaman konsep ukhuwah bagi lembaga
kemanusiaan ACT, berupa sejarah berdirinya ACT, serta pembahasan mengenai
Pemahaman terhadap Konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an (Living Qur’an) pada
lembaga Kemanusiaan ACT, serta implikasinya ataupun aplikasi dari pemahaman
konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an pada lembaga kemanusiaan ACT.
15
BAB V, bab ini merupakan bagian akhir yang berisi tentang kesimpulan dari
rumusan masalah dan saran untuk para peneliti yang akan membahas tentang
masalah yang berkaitan dengan penelitian ini..
BAB II
STUDI LIVING QUR’AN
2.1 Pengertian Studi Living Qur’an
Ditinjau dari segi bahasa, Living Qur’an adalah gabungan dari dua kata yang
berbeda, yaitu living, yang berarti ‘hidup’ dan Qur’an, yaitu kitab suci umat
Islam. Secara sederhana, istilah Living Qur’an bisa diartikan dengan “(Teks) Al-
Qur’an yang hidup di masyarakat”.12
Living Qur’an bermula dari fenomena Qur’an in everyday life, yang berarti
makna dan fungsi yang riil, nyata dipahami, dialami dan dirasakan oleh masyarakat
Muslim. Living Qur’an dapat juga diartikan sebagai studi tentang beragam
fenomena atau fakta sosial yang berhubungan dengan kehadiran AlQur’an di dalam
sebuah kelompok masyarakat tertentu yang kemudian diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.13
Muhammad Yusuf dalam hal ini mengatakan bahwa Living Qur’an dapat
dikatakan sebagai respon sosial (realitas) terhadap Al-Qur‟an, baik itu Al-Qur‟an
dilihat sebagai ilmu, dalam wilayah profane (tidak keramat) di satu sisi dan sebagai
buku petunjuk dalam yang bernilai sakral di sisi yang lain.14
Heddy Shri Ahimsa-Putra mengklasifikasikan pemaknaan terhadap Living
Qur’an menjadi tiga kategori. Pertama, Living Qur’an adalah sosok Nabi
Muhammad SAW yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada keterangan dari Siti
Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad SAW, maka beliau
menjawab bahwa akhlaq Nabi SAW. adalah Al-Qur’an. Dengan demikian Nabi
Muhammad SAW adalah “Al-Qur’an yang hidup,” atau Living Qur’an. Kedua,
ungkapan Living Qur’an juga bisa mengacu kepada suatu masyarakat yang
kehidupan sehari-harinya menggunakan Al-Qur’an sebagai kitab acuannya. Mereka
hidup dengan mengikuti apa-apa yang diperintahkan Al-Qur’an dan
12 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan
Hadis,” dalam Sahiron Syamsuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta:
Teras, 2007), Hal. xiv. 13 Muhammad Mansur, “Living Qur‟an dalam Lintasan sejarah studi Alquran”,
dalam Sahiron Syamsuddin (Ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (Yogyakarta:
Teras, 2007), Hal. 8. 14 Muhammad Yusuf, “Pendekatan sosiologi dalam penelitian”, dalam Sahiron
Syamsuddin (Ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2007), Hal.
16
36.
menjauhi hal-hal yang dilarang di dalamnya, sehingga masyarakat tersebut seperti
“Al-Qur’an yang hidup”, Al-Qur’an yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Ketiga, ungkapan tersebut juga dapat berarti bahwa Al-Qur’an bukanlah
hanya sebuah kitab, tetapi sebuah “kitab yang hidup”, yaitu yang perwujudannya
dalam kehidupan sehari-hari begitu terasa dan nyata, serta beraneka ragam,
tergantung pada bidang kehidupannya.12
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Living Qur’an adalah
suatu kajian ilmiah dalam ranah studi Al-Qur’an yang meneliti dialektika antara
Al-Qur’an dengan kondisi realitas sosial di masyarakat. Living Qur’an juga berarti
praktek-praktek pelaksanaan ajaran Al-Qur’an di masyarakat dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Seringkali praktek-praktek yang dilakukan masyarakat, berbeda
dengan muatan tekstual dari ayat-ayat atau surat-surat Al-
Qur’an itu sendiri.
Berikut adalah contoh-contoh penelitian Living Qur’an yang sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Pertama, sebuah skripsi pada UIN Kalijaga
Yogyakarta, yang ditulis oleh Uswatun Hasanah pada tahun 2008, dengan judul
Studi terhadap Tujuan Membaca Al-Qur’an Masyarakat Dusun Sukorejo, Desa
Kenteng, Kec. Susukan, Kab. Semarang Jawa Tengah. Dalam skripsi tersebut
menjelaskan tentang berbagai tujuan membaca Al-Qur’an bagi masyarakat Dusun
Sukorejo di antaranya sebagai ibadah, sebagai media pengobatan, sebagai wirid,
sebagai jimat dan sebagai mahabbah.13
Kedua, Skripsi pada UIN Yogyakarta yang ditulis oleh Didik Andriawan
pada tahun 2013 dengan judul Penggunaan Ayat Al-Qur’an Sebagai Pengobatan:
Studi Living Qur’an pada Praktek Pengobatan Dr. KH. Komari Safullah, Pesantren
Sunan Kalijaga, Desa Pakuncen, Kec. Patianrowo, Kab. Nganjuk.
12 Heddy-Shri-Ahimsa-Putra, “The Living Al-Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi,”
dalam Jurnal Walisongo 20, 1 (Mei 2012): 236-237. 13 Uswatun hasanah, “Studi terhadap Tujuan Membaca Alquran Masyarakat Dusun
Sukorejo, Desa Kenteng, Kec. Susukan Kab. Semarang Jawa Tengah”, (Yogyakarta: UIN Yogyakarta, 2008).
17
Dalam skripsi tersebut Didik menjelaskan bahwa KH. Komari Safullah
menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai pengobatan dengan cara intuisi serta
keyakinan terhadap ayat-ayat tersebut.14
Ketiga, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Didi Junaedi pada tahun
2014 yang berjudul Living Qur’an di Pesantren; Studi Tentang Tradisi
Pembacaan Surat Al-Wãqi’ah Setiap Hari Di Pondok Pesantren As-Siroj Al- Hasan
Desa Kalimukti, Kec. Pabedilan, Kabupaten Cirebon. dalam penelitian tersebut
dijelaskan tentang tradisi pembacaan surat al-Wãqi’ah setiap hari di pesantren As-
Siroj Al-Hasan.15
2.1.1 Living Qur’an di Tengah Masyarakat
Berinteraksi dengan Al-Qur‟an merupakan bagian dari Living Qur’an yang
menjadi pengalaman tersendiri bagi umat Islam, pengalaman berinteraksi dengan
Al-Qur’an banyak menghasilkan pemahaman dan penghayatan yang kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.16
Kegiatan yang dapat dihasilkan dari berinteraksi bersama Al-Qur’an
meliputi berbagai macam bentuk kegiatan. Di antara bentuk kegiatan tersebut bisa
berupa membaca Al-Qur’an, memahami dan menafsirkan Al-Qur’an, menghafal
Al-Qur’an, berobat dengan Al-Qur’an, memohon berbagai hal dengan Al-Qur’an,
mengusir makhluk halus dengan Al-Qur’an, menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an untuk
hiasan maupun untuk menangkal gangguan, dan menerapkan ayat-ayat AlQur’an
14 Didik Andriawan, “Penggunaan Ayat Alquran Sebagai Pengobatan: Studi Living
Qur‟an pada Praktek Pengobatan Dr. KH. Komari Safullah, Pesantren Sunan Kalijaga, Desa
Pakuncen, Kec. Patianrowo, Kab. Nganjuk”, (Yogyakarta: UIN Yogyakarta, 2013). 15 Didi Junaedi, “Living Qur‟an di Pesantren; Studi Tentang Tradisi Pembacaan Surat Al-
Waqi‟ah Setiap Hari di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti, Kec.
Pabedilan, Kabupaten Cirebon”, (Cirebon: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, Pusat Penelitian dan Penerbitan IAIN Syekh Nurjati, 2014). 16 Muhammad, “Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dengan Al-Qu‟ran”
dalam Sahiron Syamsuddin (Ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (Yogyakarta:
Teras, 2007), hlm. 12.
18
tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa penjelasan terkait
bentuk kegiatan pengalaman berinteraksi dengan Al-Qur’an.17
1. Belajar Membaca Al-Qur’an
Belajar membaca Al-Qur’an biasanya merupakan langkah pertama yang
dilakukan oleh seorang Muslim dalam interaksinya bersama Al-Qur’an. Jika pada
masa lalu orang muslim membutuhkan waktu yang lama dalam mempelajari
AlQur’an, maka untuk saat sekarang terdapat metode-metode yang dapat digunakan
dalam belajar cepat membaca Al-Qur’an. Metode tersebut misalnya metode
Qiraati, Iqra’, Yanbu Al-Qur’an dan al-Barqi yang masing-masing memiliki cara
sendiri dalam memberikan kemudahan dan kecepatan tertentu dalam pembelajaran
membaca Al-Qur’an.18
2. Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an di kalangan Muslim sudah menjadi hal biasa yang
dilakukan sehari-hari. Hal tersebut baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, dan baik dibaca ayat demi ayat maupun surat demi surat. Membaca
Al-Qur’an pun ada yang melakukannya disertai penandaan terhadap AlQur’an
seperti menandai bagian-bagian ayat yang dipandang urgen dengan alat tulis pena
baik dengan melingkari, menggarisbawahi atau memberikan catatan garis pinggir.
Pembacaan Al-Qur’an pun terkadang ada individu yang menghususkan membaca
Al-Qur’an pada waktu dan tempat tertentu. Misalnya membaca Al-Qur’an
dilakukan ketika malam jumat, di dalam masjid, di tempat pengajian atau di makam
tokoh seperti mkam Sunan Kalijaga, mengenai hal ini, patut digali informasi
tentang latar belakang, motivasi, obsesi, harapan dan tujuan serta pencapaian yang
mungkin dialami oleh yang bersangkutan.19
17 Muhammad, “Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dengan Al-Qu‟ran”
dalam Sahiron Syamsuddin (Ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (Yogyakarta:
Teras, 2007),. Hal. 14 18 Muhammad, “Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dengan Al-Qu‟ran”
dalam Sahiron Syamsuddin (Ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (Yogyakarta:
Teras, 2007),. Hal. 14 19 Muhammad, “Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dengan Al-Qu‟ran”
dalam Sahiron Syamsuddin (Ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (Yogyakarta:
Teras, 2007),. Hal. 15
19
2.2 Perkembangan Studi Living Qur’an
Jika ditelisik secara historis, praktek memperlakukan Al-Qur’an, suratsurat
atau ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur’an untuk kehidupan praksis umat,
pada hakekatnya sudah terjadi sejak masa awal Islam, yakni pada masa Rasulullah
SAW.
Sejarah mencatat, Nabi Muhammad SAW. dan para sahabat pernah
melakukan praktek ruqyah, yaitu mengobati dirinya sendiri dan juga orang lain
yang menderita sakit dengan membacakan ayat-ayat tertentu di dalam Al- Qur’an.
Hal ini didasarkan atas sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-
Bukhari dalam Sahih al-Bukhari. Dari ‘Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi
Muhammad SAW. pernah membaca surat al-Mu‘awwidhatain, yaitu surat alFalaq
dan al-Nas ketika beliau sedang sakit sebelum wafatnya. 20 Dalam riwayat lain
disebutkan, bahwa sahabat Nabi pernah mengobati seseorang yang tersengat hewan
berbisa dengan membaca al-Fatihah.
Dari beberapa keterangan riwayat hadis di atas, menunjukkan bahwa
praktek interaksi umat Islam dengan Al-Qur’an, bahkan sejak masa awal Islam,
dimana Nabi Muhammad SAW. masih hadir di tengah-tengah umat, tidak sebatas
pada pemahaman teks semata, tetapi sudah menyentuh aspek yang sama sekali di
luar teks. Jika kita cermati, praktek yang dilakukan Nabi Muhammad SAW
Dengan membaca surat al-Mu‘awwidhatain untuk mengobati sakitnya, jelas sudah
di luar teks. Sebab secara semantis tidak ada kaitan antara makna teks dengan
penyakit yang diderita oleh Nabi Muhammad SAW, demikian juga halnya dengan
praktek yang dilakukan oleh sahabat Nabi yang membacakan surat al- Fatihah
untuk mengobati orang yang terkena sengatan kalajengking. Secara makna,
rangkaian surat al-Fatihah sama sekali tidak ada kaitannya dengan sengatan
kalajengking.
Dari beberapa praktek interaksi umat Islam masa awal, dapat dipahami jika
kemudian berkembang pemahaman di masyarakat tentang fadilah atau khasiat serta
keutamaan surat-surat tertentu atau ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur’an sebagai
obat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu untuk menyembuhkan penyakit fisik. Di
20 Imam al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Bab al-Raqa bi Al-Qur’an, CD Rom, Maktabah
alShamilah, al-Isdar al-Thani, t.t.
20
samping beberapa fungsi tersebut, Al-Qur’an juga tidak jarang digunakan
masyarakat untuk menjadi solusi atas persoalan ekonomi, yaitu sebagai alat untuk
memudahkan datangnya rezeki.
2.3 Urgensitas Living Qur’an
Muhammad Yusuf21 yang mengutip John Middelton dalam The Religious
System menyatakan bahwa model penelitian Living Al-Qur’an dapat disebut
sebagai penelitian keagamaan (religious research) yang menempatkan agama
sebagai sistem keagamaan, yakni sistem sosiologis, suatu aspek organisasi sosial
dan hanya dapat dikaji secara tepat jika karakteristik itu diterima sebagai titik tolak.
Jadi, bukan meletakkan agama sebagai doktrin, tapi agama sebagai gejala sosial.22
Dengan demikian, penelitian Living Qur’an tidaklah dimaksudkan untuk mencari
kebenaran positivistik yang selalu melihat konteks, tetapi semata-mata melakukan
“pembacaan” objektif terhadap fenomena keagamaan yang terkait langsung dengan
Al-Quran. Penelitian model ini juga tidak mencari kebenaran agama lewat Al-
Qur’an atau menghakimi seseorang atau kelompok tertentu, tetapi lebih
mengedepankan penelitian tentang tradisi yang menggejala (baca: fenomena) di
masyarakat ditinjau dari persepsi kualitatif.
Living Al-Qur’an dimaksudkan bukan bagaimana individu atau sekelompok
orang memahami Al-Qur’an (Penafsiran), tetapi bagaimana AlQur’an itu disikapi
dan direspon masyarakat muslim dalam realitas kehidupan sehari-hari menurut
konteks budaya dan pergaulan sosial. Sebagaimana telah diungkap di atas, orientasi
studi Al-Quran selama ini lebih banyak pada kajian teks, karena itu wajar jika
kemudian Nasr Hamid Abu Zayd mengistilahkan peradaban Islam sebagai
hadharah an-Nash (peradaban teks). Kerana itu pula produk kitab tafsir lebih
banyak ketimbang ktab-kitab lainnya, meski jika dicermati lebih jauh produk tafsir
abad pertengahan cendrung repetitive. Dan pada perkembangannya, penelitian Al-
Quran yang berorientasi resepsi hermeneutik belaka lebih banyak ketimbang studi
yang berkaitan dengan aspek resepsi kultural dan estetik.
21 Muhammad Yusuf, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Al-Qur’an, dalam
Metodologi Penelitian Living Al-Qur’an, …h. 49. 22 Lihat John Middelton, “The Religious System” dalam A. Handbook of Method in
Cultural Anthropolgy, ed. Raul Naroll, (New York : Columbia University Press, 1973), h. 502
21
Jika selama ini ada kesan tafsir dipahami harus berupa teks verbal, maka
sebenarnya tafsir tersebut bisa diperluas untuk dapat mengimbanginya dengan
semua aspek non-verbal dari teks tersebut. Seperti respon atau praktik perlaku suatu
mayarakat yang diinspirasi oleh kehadiran Al-Quran. Hal ini dalam bahasa Al-
Quran disebut dengan istilah tilawah (pembacaan yang berorientasi pada
pengamalan) yang berbeda dengan qira’ah (pembacaan yang berorientasi pada
pemahaman).23 Maka, melalui kajian Living Quran, diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang signifikan bagi pengembangan studi Al-Quran lebih lanjut. Kajian
tafsir akan lebih banyak mengapresiasi respon dan perilaku masyarakat terhadap
kehadiran Al-Quran, tafsir tidak lagi hanya bersifat elitis, melainkan emansipatoris
yang mengajak partisipasi masyarakat. Pendekatan fenomenologis, analisis ilmu-
ilmu sosial-humaniora dan beberapa disiplin ilmu lainnya, tentu menjadi faktor
yang sangat menunjang dalam kajian ini.
Labih lanjut, Living Quran dapat juga dimanfaatkan untuk kepentingan
dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka lebih maksimal dalam
mengapresiasikan Al-Quran. Seperti fenomena menjadikan Al-Quran sebagai
jimat, mantera dan berbagai fenomena lain sebagaimana telah diungkap di atas.
Dari kajian ini pula nantinya dapat diketahui lebih komprehensif latarbelakang serta
aspek-apek yang mempengaruhi “perilaku miring” masyarakat tersebut. Hingga
kemudian, cara pikir klenik secara bertahap dapat ditarik kepada cara pikir
akademik. Karena menjadikan Al-Quran hanya sebagai tamimah dapat dipandang
merendahkan fungsi Al-Quran, meski sebagian ulama ada yang
membolehkannya.24
Metode Living Quran tidaklah dimaksudkan untuk mencari kebenaran
positivistik yang selalu melihat konteks, tetapi semata-mata melakukan
“pembacaan” objektif terhadap fenomena keagamaan yang terkait langsung dengan
Al-Quran. Sebagai upaya pembacaan teks Al-Quran yang lebih komprehensif dari
berbagai dimensinya. Maka, wilayah studi teks Al-Quran tidak lagi merupakan hal
23 Ibn Faris, Mu’jam Maqayis al-Lugah,(Bairut: Dar al-Ihya, 2001). h. 154 dan lihat, ar-
Ragib al-Isfahani, Mu’jam Mufradat al-Faz Al-Qur’an,(Bairut: Dar al-Fikr, tt). h. 71-72 24 Yusuf al-Qardawi, Fatwa-fatwa Kontemporer .Terj. As‟ad Yasin (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001). h. 262
22
yang bersifat elitis, tetapi bersifat emansipatoris yang akan mengajak dan
melibatkan banyak orang dengan berbagai disiplin ilmu terkait.
Sebagai metode yang relatif baru dalam ranah studi Al-Quran, secara
teoritik metode ini tidak menjadi persoalan, namun secara metodik-konseptual
metode ini boleh dibilang masih mencari bentuk yang dapat dijadikan semacam
acuan. Sebagai kajian yang berangkat dari fenomena sosial, tentu bentuk penelitian
fenomenologis adalah bentuk penelitian yang dapat ditawarkan dalam metode
Living Qur’an ini. Meskipun demikian, tidaklah berarti semata-mata pendekatan
kualitatif-fenomenologis menjadi satu-satuya metode penelitian ini. Karena itu pula
berbagai pendekatan dan metode penelitian dapat dipakai, dengan
mempertimbangkan aspek fokus dan analisis penelitian.
BAB III
KONSEP UKHUWAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
3.1 Pengertian Ukhuwah
Secara bahasa, dalam kamus Lisan Al-‘Arab kata أخ yang memiliki asal kata
akhwun (اخو ) bermakna; pertama, saudara senasab atau saudara sekandung. Kedua,
juga bermakna teman dekat/sahabat. Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib yang أخ
dikutip dalam kamus Lisan Al-‘Arab, Al-akhwu (الاخو ) adalah tunggal (dalam arti
saudara 1), sedang yang 2 saudara disebut akhowaani (اخوان ) dan jamaknya adalah
ikhwan (اخوان ) atau ikhwah )25.)اخوة
Secara istilah, Ukhuwah (أخوة ) dapat diartikan sebagai persaudaraan,
terambil dari akar kata yang awalnya berarti “memperhatikan”. Sehingga dari
makna asal ini, Ukhuwah memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan
adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Menurut Quraish Shihab,
kemunginan perhatian itu pada mulanya lahir karena adanya persamaan antara
sesama pihak yang bersaudara, sehingga kemudian makna tersembut berkembang,
sampai akhirnya Ukhuwah dipahami sebagai “setiap persamaan dan keserasian
dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari segi ibu, bapak, atau keduanya,
maupun dari segi persusuan”.26
Secara mujazi kata Ukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan dalam
kamus-kamus bahasa arab ditemukan bahwa kata أخ yang membentuk kata
Ukhuwah digunakan juga dengan arti teman akrab atau sahabat, sedang kata أخ
dalam bentuk tunggal ditemukan sebanyak 52 kali, beberapa diantaranya bermakna
saudara kandung- seperti pada ayat ayat yang berbicara tentang kewarisan dan
sebagian lainnya. Selain bentuk tunggal, ada pula bentuk jamak dari kata أخ yang
dikenal dalam dua bentuk, pertama, ikhwaanun اخوان , yang biasanya bermakna
persaudaraan dalam arti tidak sekandung. Kata ikhwaanun ( اخوان ) dalam Al-
25 Ibnu Manzur, Lisan Al-Arab, Jilid 1, (Bairut: Daru Sadir), Hal. 40.
26 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1996) Hal. 486
24
Qur’an dikenal sebanyak 22 kali, yang sebagiannya di sandingkan dengan kata ad-
Diin )27,)الدين seperti dalam surat At-Taubah ayat 11:
فى ٱلد ين ونف نكم و كوة فإخ ا ٱلز لوة وءاتو اموا ٱلص لقو م فإن تابوا وأق ل ٱلءايت ص
يعلمون
11. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan kami menjelaskan
ayatayat itu bagi kaum yang Mengetahui.
Kedua, selain kata Ikhwan ( اخوان ) adalah kata ikhwah ( اخوة ) yang terdapat
dalam Al-Qur’an sebanyak tujuh kali. Keseluruhannya digunakan untuk makna
persaudaraan seketurunan (kecuali satu ayat: Innamaa Al-Mu’minunna Ikhwat (Al-
Hujuraat: 10).28
Dari dasar diatas, menarik dicari jawaban mengapa Al-Qur’an ketika
berbicara tentang Ukhuwah Imaniyah/Islamiyah itu menggunakan kata jamak dari
yang biasanya selalu digunakan untuk arti ,( اخوة ) yang berbentuk ikhwah أخ
persaudaraan seketurunan. Atau, lebih ringkas mengapa Al-Qur’an ketika berbicara
tentang Ukhuwah Islamiyah tidak menggunakan kata اخون , sedang kata ini selalu
digunakan untuk makna persaudaraan yang tidak seketurunan. Jika kita analisa,
bukankah jika kita melihat kondisi saudara-saudara seIslam dan seiman, terdiri dari
banyak bangsa, suku, yang tentunya tidak seketurunan.29
Dalam masalah ini, Quraish Shihab menganggap bahwa hal ini bertujuan
untuk mempertegas dan mempererat jalinan hubungan antara sesama muslim.
Seakan hubungan tersebut dijalin bukan saja karena keimanan mereka yang
mengikat mereka satu sama lain yang ditunjukkan dengan kata Al-Mu’minun, akan
tetapi juga seakan diikat oleh persaudaraan seketurunan yang ditunjukkan dengan
kata ikhwah ( اخوة ), sehingga tidak ada satu alasan pun untuk merusak hubungan
antara mereka.30
27 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994) Hal. 357
28 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994). Hal. 357 29 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994). Hal. 357 30 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994). Hal. 357
25
Kata mufrad akhun ( أخ ) yang bermakna saudara laki-laki dan memiliki
jamak ikhwan (اخوان ) atau ikhwah (اخوة ), adapula kata mufrad ukhtun (أخت ) yang
bermakna saudara perempuan. Sedang jamak kata أخت yaitu akhwaatun ( أخوات ),
yang dalam penelitian ini, kata أخوات tidak masuk dalam pembahasan tema besar
ukhuwah.
Ketika berbicara mengenai Ukhuwah, masyarakat muslim secara umum
sangat akrab dengan istilah Ukhuwah Islamiyah. Hal ini yang pelu didudukkan
maknanya, sehingga bahasan yang dilakukan tentang Ukhuwah tidak mengalami
kerancuan. Untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan tinjauan kebahasaan untuk
menetapkan kedudukan kata Islamiyah dalam istilah di atas. Kesan yang
ditimbulkan dari istilah Ukhuwah Islamiyah bermakna “persaudaraan yang dijalin
oleh sesama muslim”, atau dengan kata lain, “persaudaraan antara sesama muslim”,
sehingga dengan demikian kata “Islamiyah” dijadikan pelaku Ukhuwah itu.31
Pemahaman ini dirasa kurang tepat, karena sebenarnya kata Islamiyah yang
dirangkaikan dengan kata Ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektifa.
Sehingga kesimpulan dari makna Ukhuwah Islamiyah berarti “persaudaraan yang
bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam”. Dalam menetapkan pendapat ini,
Quraish Shihab berdasar kepada 2 pendapat. Pertama, Al-Qur’an dan hadis
memperkenalkan bermacam-macam persaudaraan, seperti yang akan diuraikan
selanjutnya. Kedua, karena alasan kebahasaan. Di dalam bahasa arab, kata sifat
selalu harus disesuaikan dengan yang disifatinya. Jika yang disifati berbentuk
indentitif maupun feminin, kata sifatnya pun harus demikian. Ini terlihat jelas, pada
saat kita berkata Ukhuwah Islamiyah dan Al-Ukhhuwwah Al-Islamiyah.32
3.2 Macam-Macam Ukhuwah
Menurut Quraish Shihab, kalau kita mengartikan ukhuwah dalam arti
“persamaan” sebagaimana arti asalnya dan penggunaananya dalam beberapa ayat
dan hadits, kemudian merujuk kepada Al-Qur‟an dan sunnah, maka paling tidak
kita dapat menemukan ukhuwah tersebut tercermin dalam empat hal berikut:33
31 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), Hal. 358 32 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan
Umat, Hal. 486 33 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1998), Hal. 358
26
1. Ukhuwah Ubudiyah atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada
Allah.
Bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti memiliki kesamaan.
Seperti dalam Q.S Al-An'aam : 38
طنا في رض ولا طائر يطير بجناحيه إلا أمم أمثالكم ما فر وما من دابة في ال
الكت اب من شيء ثم إلى رب هم يحشرون
Artinya:
Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi, dan tidak pula burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, kecuali umat seperti kamu juga.
Dan dalam Q.S. Al-Baqarah : 28
ياكم ثم يميتكم ثم يحييكم ثم إليه ترج وكنتم أمواتا فأح عون كيف تكفرون بالل
Artinya:
“Bagaimanakamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati (berbentuk
benih tubuh mati, tanpa ruh), lalu Allah menghidupkan kamu (ditiupkan-Nya ruh),
kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali (dibangkitkan-Nya), kemudian
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”.
2. Ukhuwah Insaniyyah atau (basyariyyah)
Ukhuwah insaniyah, yaitu persaudaraan sesama umat manusia.Manusia
mempunyai motivasi dalam menciptakan iklim persaudaraan hakiki yang
berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal.Seluruh manusia
di dunia adalah bersaudara. Ayat yang menjadi dasar dari ukhuwah seperti ini antara
lain lanjutan dari QS. al-Hujurat ayat 10, dalam hal ini ayat 11 yang masih memiliki
munasabah dengan ayat 10 tadi. Bahkan sebelum ayat 10 ini, al-Qur‟an
memerintahkan agar setiap manusia saling mengenal dan mempekuat hubungan
persaudaraan di antara mereka.
Khusus dalam QS.al-Hujurat ayat 11, Allah berfirman :
اء عسى أن يكن يا أيها الذين آمنوا لا يسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيرا منهم ولا نساء من ن س
لقاب خيرا منهن ولا تلمزوا أنفسكم ولا تنابزوا بال
يمان ومن لم يتب فأولبئس الاسم ال فسوق بعد الإ
ئك هم الظالمون
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita
27
lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburukburuk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”
Ayat ini sangat melarang orang beriman untuk saling mengejek kaum lain
sesama umat manusia, baik jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Ayat
berikutnya, yakni ayat 12, justru memerintahkan orang mukmin untuk menghindari
prasangka buruk antara sesama manusia.Dalam Tafsir al-Maragi dijelaskan bahwa
setiap manusia dilarang berburuk sangka, dilarang saling membenci. Semua itu
wajar karena sikap batiniyah yang melahirkan sikap lahiriah. Semua petunjuk Al-
Qur’an yang berbicara tentang interaksi antarmanusia pada akhirnya bertujuan
memantapkan ukhuwah di antara mereka.13Memang banyak ayat yang mendukung
persaudaraan antara manusia harus dijalin dengan baik. Hal ini misalnya dapat
dilihat tentang larangan melakukan transaksi yang bersifat batil di antara manusia
sebagaimana dalam QS.al-Baqarah (2): 188, larangan bagi mereka mengurangi dan
melebihkan timbangan dalam usaha bisnis sebagaimana dalam QS. al-Mutahffifin
(48): 1-3. Dari sini kemudian dipahami bahwa tata hubungan dalam ukhuwah
insaniah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan martabat kemanusiaan untuk
mencapai kehidupan yang sejahtera, adil, damai, dan pada intinya konsep tersebut
dalam Al-Qur’an bertujuan untuk memantapkan solidaritas kemanusiaan tanpa
melihat agama, bangsa, dan suku-suku yang ada.
3. Ukhuwah Wathaniyah wa an-Nasab
Islam sebagai agama yang universal juga memiliki konsep ukhuwah
kebangsaan yang disebut ukhuwah wathaniyyah, yakni saudara dalam arti sebangsa
walaupun tidak seagama.Ayat yang terkait dengan ini adalah QS.Hud (7): 65. Di
sini Allah SWT berfirman, (Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Aad saudara
mereka, Hud). Seperti yang dikemukakan oleh ayat lain bahwa kaum 'Ad
membangkang terhadap ajaran yang dibawa oleh nabi Hud as. Sehingga Allah
memusnahkan mereka, sebagaimana dalam QS.al-Haqqah (69): ayat 6-7. Jenis
ukhuwwah yang demikian disebut juga dalam QS. Shad (38): 23 yang telah
disebutkan sebelumnya di mana dalam ayat ini ditegaskan bahwa adanya
persaudaraan semasyarakat, walaupun berselisih paham karena adanya perdebatan
mengenai jumlah ekor kambing yang mereka miliki.
28
M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa guna memantapkan ukhuwah
kebangsaan walau tidak seagama, pertama kali Alquran menggarisbawahi bahwa
perbedaan adalah hukum yang berlaku dalam kehidupan ini.Selain perbedaan
tersebut merupakan kehendak Allah, juga demi kelestarian hidup, sekaligus demi
mencapai tujuan kehidupan makhluk di pentas bumi.34 Dalam QS. al-Maidah (5):
48 Allah berfirman:
وأنزلنا إليك الكتاب بالح ق مصد قا لما بين يديه من الكتاب ومهيمنا عليه
ا جاءك من الح ق لك ل جعلن ولا تتبع أهواءهم عم ا منكم فاحكم بينهم بما أنزل الل
ة واحدة ول لجعلكم أم شرعة ومنهاجا ولو شاء الل
كن ليبلوكم في ما آتاكم فاس تبقوا
مرجعكم جميعا فينب ئكم بما كنتم فيه ت ختلفون الخيرات إلى الل
Artinya:
48. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
Dari ayat tersebut, maka seorang muslim hendaknya memahami adanya
pandangan atau bahkan pendapat yang berbeda dengan pandangan agamanya,
karena semua itu tidak mungkin berada di luar kehendak Allah. Walaupun mereka
berbeda agama, tetapi karena mereka satu masyarakat, sebangsa dan setanah air
maka ukhuwah di antara mereka harus tetap ada. J. Suyuti Pulungan menyatakan
bahwa indikasi ukhuwah kebangsaan ini dapat pula dilihat dalam ketetapan Piagam
Madinah yang bertujuan mewujudkan segenap persatuan sesama warga masyarakat
Madinah, yakni persatuan dalam bentuk persaudaraan segenap penduduk Madinah
sebagaimana dalam pasal 24 pada piagam tersebut, yakni
34 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 491.
29
(orang-orang mukmin dan Yahudi bekerja sama menanggung pembiayaan selama
mereka berperang).35 Jadi di antara mereka harus terjalin kerjasama dan tolong
menolong dalam menghadapi orang yang menyerang terhadap negara mereka di
Madinah.
Konsep ukhuwah kebangsaan yang digambarkan di atas, sungguh telah
terpraktik dalam kenegaraan di Madinah yang diplopori oleh nabi Muhammad
SAW. Kesuksesan dan teladan bangunan ukhuwah Madinah tersebut akhirnya
mengilhami para pemikir muslim kontemporer untuk mempersamakan wacana civil
society dari Barat dengan wacana masyarakat madani dalam Islam. Upaya
pencocokan ini sekalipun dipaksakan, memang sedikit banyak memiliki titik temu
yang cukup signifikan. Pertautan ini nampak jelas terutama pada proses
transformasi sosial budaya, sosial politik dan sosial ekonomi pada masayarakat
madinah dengan proses bangsa Eropa (Barat) menuju masyarakat modern yang
kemudian sering disebut dengan civil society.36
Selanjutnya Nurcholish Madjid mengungkapkan bahwa beberapa ciri
mendasar dari ukhuwah masyarakat madani yang dibangun oleh nabi Muhammad
SAW, antara lain (1) egalitarianisme; (2) penghargaan kepada orang berdasarkan
prestasi, bukan kesukuan, keturunan, ras, dan sebagainya; (3) keterbukaan
partisipasi seluruh anggota masyarakat yang aktif; (4) penegakan hukum dan
keadilan; (5) toleransi dan pluralisme; (6) musyawarah. 37 Dalam mewujudkan
masyarakat tersebut, tentu saja membutuhkan manusia-manusia yang secara pribadi
berpandangan hidup dengan semangat ukhuwah kebangsaan, dan nabi Muhammad
telah memberikan keteladanan dalam mewujudkan ciri-ciri ukhuwah seperti yang
telah disinggung di atas.Untuk sampai ke ukhuwah tersebut dapat dirujuk QS. Ali
Imrān (3): 159, yakni ;
35 J. Syutuhi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah; Dintinjau
dari Pandangan Al-Qur’an (Cet. II; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996). Hal. 146. 36 Nurcholis Madjid, Menuju Masyarakat Madani dalam Adi Suryani Culla, (ed),
Masyarakat Madani; Pemikiran, teori dan Relevansinya dengan Era Reformasi (Cet.III; Jakarta:
PT. RajaGRafindo Persada, 2002). Hal. 192. 37 Nurcholis Madjid, Menuju Masyarakat Madani dalam Adi Suryani Culla, (ed),
Masyarakat Madani; Pemikiran, teori dan Relevansinya dengan Era Reformasi (Cet.III; Jakarta:
PT. RajaGRafindo Persada, 2002). Hal. 193
30
لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم فبما رحمة من الل
إن الل م ر فإذا عز مت فتوكل على الل وشاورهم في ال
يحب المتوك لين
Artinya :
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Secara umum, paradigma ayat diatas memiliki empat kunci utama dalam
membangun ukhuwah kebangsaan. Pertama, bahwa membentuk pranata sosial
masyarakat itu haruslah elektif dan fleksibel, artinya faktor kultur, demografi dan
geografi suatu masyarakat sangat mempengaruhi strategi pembentukan masyarakat.
Kedua, sikap pemaaf terhadap pelaku kejahatan social guna membangun
masyarakat baru haruslah dijunjung tinggi, dengan mengeyampingkan perubahan
revolusioner yang justru akan memakan korban harta dan nyawa yang tak terhitung.
Ketiga, semua perilaku dan perubahan sosial politik dalam pembentukan
masyarakat harus dilandasi upaya kompromi dan rekonsiliasi melalui musyawarah
mufakat, sehingga tercipta demokratisasi. Keempat, para pelaku yang terlibat dalam
proses pembentukan masyarakat haruslah memiliki landasan moralitas.
4. Ukhuwah fi ad-din al-islam (persaudaraan antara sesama muslim ).
Kata al-Din di temukan dalam Al-Qur’an sebanyak 22 kali, sebagian
diantaranya dalam surah at-Taubah ayat 11 :
يات كاة فإخوانكم في الد ين ونفص ل ال فإن تابوا وأقاموا الصلاة وآتوا الز
لقوم يعلمون
Artinya:
11. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka
itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayatayat itu bagi
kaum yang mengetahui.
Dan QS. al-Hujurat ayat 10 :
لعلكم ترحمون إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم وات قوا الل
Artinya:
31
10. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
Dimana ayat ini menegaskan bahwa "orang-orang mukmin itu bersaudara",
selanjutnya ditegas-kan bahwa "orang beribadah seperti shalat, zakat, dan lain-lain
mereka saudara seagama". Yang dimaksud dari ayat ini adalah persaudaraan
segama Islam, atau persaudaraan sesama muslim.
Khusus pada Q.S. al-Hujarat ayat 10 yang dimulai dengan kata inama ( ما إو
) digunakan untuk membatasi sesuatu. Di sini kaum beriman dibatasi hakikat
hubungan mereka dengan "persaudaraan". Seakan-akan tidak ada jalinan hubungan
antar mereka kecuali dengan hubungan persaudaraan itu. M.Quraish Shihab
menjelaskan juga bahwa kata inama biasa digunakan untuk menggambarkan
sesuatu yang telah diterima sebagai suatu hal yang telah diketahui oleh semua pihak
secara baik. Dengan demikian, penggunaan kata innama dalam konteks penjelasan
tentang "persaudaraan antara sesama mukmin" ini, mengisyaratkan bahwa
sebenarnya semua pihak telah mengetahui secara pasti bahwa semua kaum itu
beriman serta bersaudara, sehingga semestinya tidak terjadi dari pihak manapun
hal-hal yang mengganggu persaudaraan itu. 38 Demikian pula Ibnu Katsir
menyatakan bahwa orang-orang beriman adalah hamba Allah yang taat, dan mereka
dianjurkan untuk mempererat persaudaraan di antara mereka.
Dalam ayat tersebut menggunakan kata ikhwah. Kata ini sebagaimana telah
diuraikan bisa berarti "persaudaraan seketurunan", artinya bahwa hubungan
persaudaraan seagama sesama muslim harus erat sebagaimana eratnya hubungan
antar saudara seketurunan. Kemudian dalam hadis yang dikemukakan oleh Ibn
Katsir tadi menggunakan kata ikhwan, dan kata ini mengandung arti hubungan
persaudaraan tanpa seketurunan, artinya bahwa orang muslim itu terdiri atas
banyak bangsa dan suku yang tidak seketurunan, maka mereka juga harus mengakui
bahwa mereka adalah bersaudara.
Ukhuwah keagamaan tampak sekali menjadi prioritas nabi Muhammad
SAW ketika pertama kali Hijrah di Madinah. Pada saat pertama kali rombongan
38 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Kesan, Pesan, dan Keserasian Al-Qur’an, vol.13
(Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2006). Hal. 247.
32
sahabat dari Mekah tiba, dan mereka ini disebut kaum Muhajirin, maka saat itu pula
nabi Muhammad SAW langsung mengikatkan tali persaudaraan mereka kepada
orang-orang mukmin di Madinah yang disebut kaum Anshar. Sehingga terjadilah
tali ukhuwah keagamaan yang erat antara Muhajirin dan Anshar. Mereka sama-
sama umat beragama Islam, mereka sama-sama menunaikan ibadah yang diajarkan
oleh Islam seperti shalat dan zakat sebagaimana dalam QS.alTaubah (9): 11 yang
telah sebutkan. Mereka juga sama-sama berjihad di jalan Allah dan sama-sama
mengorbankan jiwa hartanya di jalan Allah sebagaimana dalam QS. al-Anfal (8):
72, yakni :
والذين آووا إن الذين آمنوا وهاجروا وجاهدوا بأموالهم وأنفسهم في سبيل الل
ونصروا أول
ئك بعضهم أولياء بعض والذين آمنوا ولم يهاجروا ما لكم من ولايتهم من شي ء حتى
يهاجروا وإن استنصروكم في الد ين فعليكم النصر إلا على قوم
بما تعملون بصير بينكم وبينهم ميثاق والل
Artinya :
72. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan
harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat
kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama
lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum
berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka,
sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan
kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan
pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan
mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam rangka menumbuh
kembangkan persaudaraan ukhuwah keagamaan, yakni ukhuwwah diniyyah, adalah
memantapkan kebersamaan dan persatuan mereka sesama umat Islam, berdasarkan
persamaan agama. Karena itu, bentuk ukhuwah ini tidak dibatasi oleh wilayah,
kebangsaan atau ras. Sebab seluruh umat Islam di seluruh dunia di manapun mereka
berada adalah sama-sama bersaudara.
3.3 Ayat-Ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an
1.Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 9-13
Al-Qur’an Surah al-Hujurat terdiri dari 18 ayat. Surah ini termasuk surat
Madaniah, merupakan surat agung dan besar yang mengandung aneka hakikat
33
akidah dan syari’ah yang penting dan hakikat wujud dan kemanusiaan. Hakikat ini
merupakan cakrawala yang luas dan jangkauan yang jauh bagi akal dan kalbu. Juga
menimbulkan pikiran yang dalam dan konsep yang penting bagi jiwa dan nalar.
Hakikat itu meliputi berbagai manhāj (cara) penciptaan, penataan, kaidahkaidah
pendidikan dan pembinaan. Padahal jumlah ayatnya kurang dari ratusan.39
Sayyid Quthb dalam tafsir “Fī Dzilāl al-Qur’ān” membagi penafsiran surat
ini kepada beberapa topik, di antaranya adalah tata krama orang beriman terhadap
Nabi S.A.W; Memastikan kebenaran khabar berita; Bersikap damai sesama saudara
muslim (ukhuwah Islamiyah); Larangan bersikap angkuh, prasangka dan
mengumpat; Mereka yang paling mulia adalah yang paling tinggi takwanya; serta
Hakikat iman dan pengukuhannya.
Menurut Sayyid Quthb, surah ini mengandung uraian tentang hakikat
keagungan akidah dan syariat serta hakikat-hakikat kemanusiaan, termasuk
hakikat-hakikat yang membuka wawasan yang luhur bagi hati dan akal.40 Al-
Qur‟an diturunkan melalui sebab musabab (Asbābu al-nuzūl), tetapi tidak semua
ayat yang terdapat di dalam al-Qur‟an memiliki asbāb al-nuzūl. Demikian juga
dengan surat al-Hujurat tidak seluruhnya memiliki asbāb al-nuzūl.41
Persatuan dan kesatuan atau lebih sering disebut dengan ukhuwah Islamiyah
merupakan sesuatu yang sangat penting dan mendasar bagi seorang
Muslim sejati, apalagi hal ini merupakan salah satu ukuran keimanan. Karena itu,
ketika Nabi Muhammad S.A.W. berhijrah ke Madinah, yang pertama dilakukannya
adalah mempersaudarakan sahabat dari Mekah atau “kaum Muhajirin” dengan
sahabat yang berada di Madinah atau “kaum Anshar”. Ini berarti, ketika seseorang
atau suatu masyarakat beriman, maka seharusnya ukhuwah Islamiyah yang didasari
oleh iman menjelma dalam kehidupan seharihari, Allah SWT berfirman dalam
surah al-Hujurat ayat 9 dan 10.
اهما على وإن طائفتان من المؤمنين اقتتلوا فأصلحوا بينهما فإن بغت إحد
فإن فاءت فأصلحوا بينهما با رى فقاتلوا التي تبغي حتى تفيء إلى أمر الل خ ل عدل ال
39 Sayyid Qutbh, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Terj. As‟as Yasin), Jakarta: Gema Insani
Press, 2004, Cet. I, Jilid X, hlm. 407 40 Sayyid Qutbh, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Terj. As‟as Yasin), Jakarta: Gema Insani
Press, 2004, Cet. I, Jilid X, hlm. Hal. 407 41 Qamaruddin Saleh, dkk, Asbab Nuzul (Latar Belakang Historis Turunya Ayat-Ayat Al-
Qur’an) Bandung: Diponegoro, Cet X, 1288, hlm.. 468. Lihat pula Isma’il Ibnu Katsir, Tafsîr
alQur’ân al-Adzîm Damaskus: Dar al-Khair, 2006, cet. IV, hlm. 260. Lihat pula, Jalal al-Din Abdi
al-Rahman Ibnu Abu Bakar al-Suyuthi, Lubâb al-Nuqul fî Asbâb al-Nuzûl, Muthbi’ah Musthafa alBabi al-Halabi, t.t., hlm.199
34
يحب المقسطين وأقسطوا إن الل
Artinya:
9. Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar
perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
لعلكم ترحمون إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخو يكم واتقوا الل
Artinya:
10. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
Dua ayat tersebut turun di Yasrib (Madinah), menegaskan pada kita tentang
perlunya persatuan muslim yang saling berbeda pendapat karena sesungguhnya
setiap muslim itu adalah bersaudara. Pondasi keimanan merupakan landasan
persaudaraan yang kuat, sehingga jika ada pertentangan antara orangorang mukmin
maka tugas orang mukmin lainnya adalah mendamaikan keduanya, memperbaiki
kembali hubungan persaudaraan keduanya. Ini menunjukkan bahwa sungguh besar
arti persaudaraan sesama mukmin, dan menjadi tugas besar pula mendamaikan
orang-orang mukmin yang bertikai dengan saudara-saudaranya.
Disisi lain, menjaga persaudaraan merupakan sebuah keniscayaan dengan
meninggalkan perkara-perkara yang mampu menenggelamkan semangat ukhuwah
dan menyuburkan sifat-sifat kebencian, Allah SWT dalam surat al-Hujurat ayat 11
dan 12 mengingatkan tentang beberapa hal yang akan menjadi penyebab rusaknya
persaudaraan melalui firman-Nya:
نساء م ن نساء عسى أن يكن يا أيها الذين آمنوا لا يسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيرا منهم ولا
لقاب خيرا منهن ولا تلمزوا أنفسكم ولا تنابزوا بال
يمان ومن لم يتب فأول بئس الاسم الفسوق بعد الإ
ئك هم الظالمون
Artinya :
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu
35
sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Selanjutnya dalam ayat 12 Allah berfirman:
يا أيها الذين آمنوا اجتنبوا كثيرا من الظ ن إن بعض الظ ن إثم ولا تجسسوا
ولا يغتب بعضكم بعضا أيحب أحدكم أن يأ
كل لحم أخيه مي تا فكرهتموه وا تقوا الل
اب رحيم تو إن الل
Artinya :
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencaricari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Ayat ini turun berkenaan dengan Salman al-Farisi yang apabila selesai
makan ia terus tidur dan mendengkur, pada waktu itu ada orang yang
mempergunjingkan perbuatannya itu. Maka turunlah ayat ini yang melarang
seseorang mengumpat, menceritakan keaiban orang lain. Diriwayatkan oleh Ibnu
Mundzil yang bersumber dari Ibnu Juraij.42
Berdasarkan ayat tersebut, Allah menyebutkan perkara yang mampu
menghancurkan persaudaraan, dan sikap ini diperintahkan untuk kita tinggalkan.
Diantaranya adalah meninggalkan sikap saling olok-mengolok, mencela orang lain
yang akan berakibat pada mencela diri sendiri, memberi gelar (panggilan) kepada
orang lain dengan panggilan yang buruk, menjauhi prasangka, mencaricari
kesalahan orang lain serta menggunjing antar sesama. Sikap-sikap ini merupakan
perbuatan dosa dan menjijikkan, ibarat memakan daging saudara kita yang sudah
mati, tentulah sangat menjijikkan. Jika beberapa hal ini terjadi sebaliknya serta
tumbuh subur dalam masyarakat, maka upaya menggalang persatuan dan kesatuan
dengan memperkokoh persaudaraan hanya akan meninggalkan kenangan saja, tidak
akan pernah dapat diwujudkan.
42 Qamaruddin Saleh, dkk, Asbab Nuzul (Latar Belakang Historis Turunya Ayat-Ayat Al-
Qur’an) Bandung: Diponegoro, Cet X, 1288. Hal. 474-475
36
Kata kunci persaudaraan dan kebahagiaan hidup adalah kerukunan sesama
warga tanpa memandang perbedaan latar belakang suku, agama, dan golongan,
karena hal itu adalah sunatullah. Kerukunan mencerminkan persatuan dan
persaudaraan. Allah SWT berfirman Surat al-Hujurat ayat 13:
نا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا يا أيها الناس إ
عليم خبير أتقاكم إن الل إن أكرمكم عند الل
Artinya :
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ketika Fath al-Makkah, Bilal naik
ke atas Kábah untuk azan. Berkatalah beberapa orang: “Apakah pantas budak hitam
ini azan di atas Kábah?” maka berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah
membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya”. Ayat ini turun sebagai
penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah
yang paling bertakwa. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu
Abi Mulaikah.43
Ayat tersebut ditujukan kepada umat manusia seluruhnya, tak hanya kepada
kaum Muslimin. Manusia diturunkan dari sepasang suami-istri. Suku, ras dan
bangsa mereka merupakan nama-nama saja untuk memudahkan, sehingga dengan
itu kita dapat mengenali perbedaan sifat-sifat tertentu. Di hadapan Allah SWT
mereka semua satu, dan yang paling mulia ialah yang paling bertakwa.
2. Al-Qur’an Surah Ali Imran Ayat 103
Secara historis ayat ini berkaitan dengan peringatan terhadap kaum Khazraj
dan kaum Aus yang sempat terprovokasi hingga hampir bermusuhan lagi.
Tatkala Rasūlullah SAW. serta sahabatnya tiba di Madinah, kaum Khazraj dan
kaum Aus merupakan dua kelompok yang saling bermusuhan di zaman jahiliyah
kemudian mereka menjadi bersaudara karena terikat oleh ukhuwah Islamiyah,
namun pada suatu saat ada perselisihan di antara kedua kelompok itu hingga
43 Qamaruddin Saleh, dkk, Asbab Nuzul (Latar Belakang Historis Turunya Ayat-Ayat Al-
Qur’an) Bandung: Diponegoro, Cet X, 1288,. Hal. 474-475
37
menjadi tawuran. Ayat 103 dari surah Ali Imran ini menyeru kepada mereka agar
tetap berpegang teguh pada tali Allah dengan persatuan, jangan terus bertengkar
seperti pada zaman jahiliyah.44 Allah SWT berfirman:
عليكم إذ كنتم أعداء قوا واذكروا نعمت الل جميعا ولا تفر فألف بين واعتصموا بحبل الل
بحتم بنعمته إخوانا وكنتم على شفا حفرة من النار قلوبكم فأص
م منها كذفأنقذك
لكم آياته لعلكم تهتدون لك يبي ن الل
Artinya :
103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.
3.Al-Qur’an Surah Al-Hasyer Ayat 8-9
Surah al-Hasyr adalah surah ke-59 dalam Al-Qur’an. Surah ini tergolong
surah Madaniyah yang terdiri atas 24 ayat. Dinamakan al-Hasyr yang berarti
pengusiran diambil dari perkataan al-Hasyr yang terdapat pada ayat ke-2 surat ini.
Di dalam surat ini disebutkan kisah pengusiran suatu suku Yahudi yang bernama
Bani Nadhir yang berdiam di sekitar kota Madinah.
Adapun ayat 8-9 menceritakan tentang bagaimana kaum Anshor begitu
semangat menerima kedatangan kaum Muhajirin. Mereka menerima kedatangan
Nabi SAW. dan pengikutnya dengan sepenuh hati. Apa yang kaum Anshor lakukan
kepada kaum Muhajirin, semata-mata hanyalah bentuk iman kepada Allah SWT
dan Rasulullah SAW. Kaum Muhajirin dan Anshor dipersatukan oleh Nabi sebagai
sebuah keluarga muslim yang utuh dalam satu kesatuan. Bahkan saking
menghargainya terhadap kaum Muhajirin, kaum Anshor lebih mementingkan dan
memprioritaskan kepentingan tamu mereka dari pada diri mereka sendiri.
Allah SWT berfirman:
للفقراء المهاجرين الذين أخ رجوا من ديارهم وأموالهم يبتغون فضلا من الل
44 Abu al-Hasan al-Wahidi, Tafsir al-Wahidi, 468 H, cet. I, hlm. 225
38
ورسوله أول ورضوانا وينصرون الل
ادقون ئك هم الص
Artinya :
8. (Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman
dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-
Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang
benar.
Allah SWT berfirman:
يم ءوا الدار والإ ا أوتوا والذين تبو ان من قبلهم يحبون من هاجر إليهم ولا يجدون في صدورهم حاجة مم
ويؤثرون على أنفسهم ولو كان بهم خصاصة ومن يوق
شح نفسه فأول
ئك هم المفلحون
Artinya :
9. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai'
orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.
Semangat kaum Anshor yang sangat menghargai kaum Muhajirin,
seharusnya juga bisa ditiru oleh masyarakat saat ini, di mana kita hendaknya dapat
memperlakukan tamu muslim kita dengan sebaik mungkin. Apalagi sesama muslim
yang notabene adalah seorang keluarga maka kita sebisa mungkin memperlakukan
mereka layaknya keluarga kita sendiri, karena sebagai sebuah satu kesatuan maka,
perlakuan yang kita berikan pun harus sama dengan apa yang kita perlakukan pada
diri kita.
BAB IV
PEMAHAMAN KONSEP UKHUWAH DI LEMBAGA ACT
4.1 Sejarah Berdirinya ACT
Tanggal 21 April 2005, Aksi Cepat Tanggap (ACT) secara resmi
diluncurkan secara hukum sebagai yayasan yang bergerak di bidang sosial dan
kemanusiaan. Untuk memperluas karya, ACT mengembangkan aktivitasnya, mulai
dari kegiatan tanggap darurat, kemudian mengembangkan kegiatannya ke program
pemulihan pasca bencana, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta
program berbasis spiritual seperti Qurban, Zakat dan Wakaf.
ACT didukung oleh donatur publik dari masyarakat yang memiliki
kepedulian tinggi terhadap permasalahan kemanusiaan dan juga partisipasi
perusahaan melalui program kemitraan dan Corporate Social Responsibility (CSR).
Sebagai bagian dari akuntabilitas keuangannya ACT secara rutin memberikan
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik kepada
donatur dan pemangku kepentingan lainnya, serta mempublikasikannya melalui
media massa.
Sejak tahun 2012 ACT mentransformasi dirinya menjadi sebuah lembaga
kemanusiaan global, dengan jangkauan aktivitas yang lebih luas. Pada skala lokal,
ACT mengembangkan jejaring ke semua provinsi baik dalam bentuk jaringan
relawan dalam wadah MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) maupun dalam bentuk
jaringan kantor cabang ACT. Jangkauan aktivitas program sekarang sudah sampai
ke 30 provinsi dan 100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Pada skala global, ACT mengembangkan jejaring dalam bentuk
representative person sampai menyiapkan kantor ACT di luar negeri. Jangkauan
aktivitas program global sudah sampai ke 22 Negara di kawasan Asia Tenggara,
Asia Selatan, Indocina, Timur Tengah, Afrika, Indocina dan Eropa Timur. Wilayah
kerja ACT di skala global diawali dengan kiprah dalam setiap tragedi kemanusiaan
di berbagai belahan dunia seperti bencana alam, kelaparan dan kekeringan, konflik
dan peperangan, termasuk penindasan terhadap kelompok minoritas berbagai
negara.
Dengan spirit kolaborasi kemanusiaan, ACT mengajak semua elemen
masyarakat dan lembaga kemanusiaan untuk terlibat bersama. Berbekal
40
pengalaman selama puluhan tahun di dunia kemanusiaan, kami melakukan edukasi
bersama, membuka jaringan kemitraan global yang menjadi sarana kebersamaan.
Semua program global ACT menjadi sarana merajut kemitraan berbagai lembaga
amil zakat, komunitas peduli, artis dan public figure yang memiliki visi yang sama
untuk kemanusaiaan.
Tahun 2014 menjadi awal bagi ACT untuk menjalin kolaborasi
kemanusiaan dunia, bersamaan dengan visi baru: menjadi lembaga kemanusiaan
global profesional, berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global,
kami inginmewujudkan peradaban dunia yang lebih baik. Menghadirkan sebuah
dunia yang nyaman bagi umat manusia, dunia beradab dan memiliki peradaban
mulia di bawah naungan cahaya ilahi. Cita-cita ini akan menjadi nyata dengan
keterlibatan semua pihak. Kami memiliki keyakinan penuh, bantu kami untuk
bersama mewujudkannya.
4.1.2 Visi Misi ACT
1. Visi
Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan
dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih
baik
2. Misi
a. Mengorganisir dan mengelola berbagai persoalan kemanusiaan secara
terencana, terkonsep, terintegrasi, dan berkesinambungan sehingga menjadi
formula ideal dalam mengatasi berbagai problem kemanusiaan baik dalam
skala lokal, nasional, regional, maupun global.
b. Mengorganisir dan mengelola segala potensi kedermawanan masyarakat
global sebagai modal sosial untuk mengatasi berbagai problem kemanusiaan
baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global.
c. Mengorganisir dan mengelola segala potensi kerelawanan global sebagai
modal sosial untuk mengatasi berbagai problem kemanusiaan baik dalam
skala lokal, nasional, regional, maupun global
4.2 Ukhuwah Perspektif Lembaga ACT
Al-Qur’an merupakan salah satu dari kitab suci yang dapat mengubah dan
mempengaruhi secara mendalam jiwa dan tindakan manusia. Bagi kaum muslim,
41
Kitab Suci ini tidak saja diyakini sebagai kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada
manusia melalui Muhammad SAW. Tetapi juga sebagai model par excellence
kesempurnaan bahasa. Ia memang sebuah dokumen historis yang merefleksikan
situasi sosio-ekonomi, religius dan politis masyarakat Arab pada abad ke-7. Tetapi
pada saat yang sama, ia juga sebuah buku petunjuk dan tata aturan bagi berjuta-juta
manusia yang ingin hidup di bawah naungannya dan mencari makna hidup dan
kehidupan mereka di dalamnya. Karena itu, kaum Muslim mempelajari Al-Qur’an,
sejak ia diturunkan hingga sekarang dan seterusnya.
Lebih dari itu, Al-Qur’an bagi kaum Muslim, menjadi petunjuk yang
berlaku bagi kehidupan yang universal, kapan, di mana dan bagaimanapun. Dan
memang demikian Al-Qur’an mengklaim diri. Ia, misalnya, menamakan diri
sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi manusia), al-Furqan (pembeda yang benar
dari yang salah) dan sebutan-sebutan lain yang senada yang terdapat dalam
suratsurat yang berbeda.45
Sebagai kitab petunjuk, Al-Qur’an menawarkan tata aturan dan
prinsipprinsip bagi hidup dan kehidupan manusia, yang oleh Toshihiko Isutzu
disebut sebagai konsep-konsep etika. Ia membedakan kategori-kategori konsep-
konsep etika dalam Al-Qur’an ke dalam tiga kategori, yakni: kategori yang
menunjukkan dan menguraikan sifat Tuhan; kategori yang menjelaskan berbagai
aspek fundamental manusia terhadap Tuhan, Penciptanya; dan kategori yang
menunjukkan tentang prinsip-prinsip dan aturan-aturan tingkah laku yang menjadi
milik dan hidup dalam masyarakat Islam. “Ukhuwah” termasuk dalam kategori
yang ketiga yang menunjukkan tentang prinsip-prinsip dan aturan-aturan tingkah
laku yang menjadi milik dan hidup dalam masyarakat Islam.
Sedangkan proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah menurut Lembaga
kemanusiaan ACT, yaitu: Pertama, melaksanakan proses ta’aruf. Pengertian
ta’aruf adalah saling mengenal sesame manusia. Ada tiga bentuk proses ta’aruf,
yakni: a). Perkenalan penampilan fisik (jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya
pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya; b).
Pengenalan pemikiran (fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan
terhadap suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi dan
45 Muhammad Fu’ad, ‘Abd al-Baqi. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz Al-Qur’an. (Beirut:
Dar al-Fikr), Hal. 25
42
diikuti, dan lain sebagainya; dan c). Pengenalan kejiwaan (nafsiyyan) yang
ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku.
Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang
memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukhuwah Islamiyah akan terganggu apabila
tidak mengenal karakter kejiwaan ini.
Kedua, melaksanakan proses tafahum. Tafahum adalah saling memahami.
Saling memahami adalah kunci ukhuwah Islamiyah. Tanpa tafahum, maka
ukhuwah tidak akan berjalan. Dengan saling memahami maka setiap individu akan
mudah mengetahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini
akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan.
Ketiga, melakukan at-ta’aawun. Bila saling memahami sudah lahir, maka
timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan),
pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan aman (saling bantu membantu).
Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah
makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain. Kebersamaan
akan bernilai bila kita mengadakan saling bantu membantu.
Keempat, melaksanakan proses takaful. Yang muncul setelah proses
ta’awun berjalan. Rasa sedih dan senang diselesaikan bersama. Takaful adalah
tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi Saw. dan para
sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat
kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih
kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain,
terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling
mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inilah ciri utama
dari ukhuwah Islamiyah. Kata akha sebagai dasar kata ukhuwwah dan derivasinya
dengan segala bentuknya, disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 87 kali.
Dalam upaya mewujudkan konsep ukhuwah perspektif Lembaga
kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) adalah sebagai berikut :
1) Bersikap husnuzhon diantara kita. Selama ini lebih sering kita
menggunakan prasangka dan praduga dan sering tidak menggunakan
akal sehat sehingga kita sering terperosok pada sikap su’uzhon kepada
sesama muslim. Bila sikap ini dibiarkan akan berkembang sikap apriori,
sulit menaruh kepercayaan walaupun kepada orang seiman. Oleh
karenanya Alloh melarang sifat itu: “Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagaian
43
prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima taubat
lagi maha penyayang. “(QS. Al-Hujurot : 12).
2) Berpeganglah kita semua pada tali Allah (Al Islam) secara kaffah,
dalam pergaulan hendaknya berpedoman dan mengacu kepada syariat
islam. Bersikaplah sebagai seorang pemaaf, sikap yang sangat disukai
Allah SWT: “Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali Imron: 134).
3) Laksanakan hak dan kewajiban kita sebagai muslim dalam kehidupan
bermasyarakat seperti tercantum dalam hadis yang bersumber dari Abu
Hurairoh, Rasulullah bersabda “Hak seorang muslim atas muslim
lainnya ada lima yaitu: menjawab salam, menengok orang sakit,
mengantarkan jenazah, mendatangi undangan, mendoakan orang yang
bersin jika mengucapkan Alhamdulillah dengan ucapan yarhamukalloh.
(Muttafakun alaih).
4) Jaga dan perbanyak ikatan tali silaturahmi. Ibadah vertikal
(transendental) habluminallah, dan horizontal habluminannas.
5) Tumbuhkan sikap saling percaya. Kita hendaklah selalu percaya kepada
kemampuan saudara kita untuk membina, mendidik, dan memimpin
jemaahnya. Kita seringkali ikut campur dalam urusan rumah tangganya,
walaupun tidak diminta. Lebih bahaya lagi kita sering memvonis ‘salah’
akan pemahaman agama saudara kita yang berbeda, yang berujung pada
permusuhan diantara umat islam.
4.3 Implementasi Konsep Ukhuwah bagi Lembaga ACT
M. Quraish Shihab berpendapat revitalisasi makna ukhuwah Islamiyah
merupakan sebuah pencerahan terutama ketika jaman ini sudah didominasi oleh
sikap radikal dan agresif meski itu dalam bidang agama dan keyakinan. Peristiwa
saling menyerang dan merugikan dalam internal agama meski berbeda paham
44
sudah sangat sering dijumpai di negeri ini, negeri yang katanya paling religius dan
memiliki norma paling halus di antara negeri lain.
Hanya karena berbeda penafsiran dari ayat Al Qur’an dan Hadits, tak jarang
suatu kelompok menjelek-jelekkan kelompok lain, bahkan sampai keluar kata
“kafir dan sesat”. Tidak hanya sampai itu, kebencian terhadap kelompok lain yang
sejatinya masih seagama itu juga disebarkan ke kalangan awam. Terlebih lagi
kebencian terhadap kalangan agama lain, yang seringkali disertai argumentasi yang
berasal dari fantasi sendiri sehingga menjadi bumbu penyedap yang pada akhirnya
virus kebencian tersebut benar-benar menyebar. Seperti firman-Nya:
و م عسى أن يكونوا خيرا منهم ولا نساء من نساء عسى أن يكن يا أيها الذين آمنوا لا يسخر قوم من ق
لقاب خيرا منهن ولا تلمزوا أنفسكم ولا تنابزوا بال
يمان ومن لم يتب فأول بئس الاسم الفسوق بعد الإ
ئك ه م الظالمون
Artinya :
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Kondisi yang mustahil untuk dihindari ini mestinya disikapi dengan bijak,
terlebih lagi Islam adalah agama yang tidak hanya sekedar membuat pengikutnya
selamat di akhirat, tetapi juga di dunia. Islam berasal dari kata “salimu” yang artinya
selamat, bahkan Nabi Muhammad SAW mempertegas orang tidak dikatakan
beragama Islam jika orang yang berada di sekitarnya belum selamat dari mulut,
tangan, dan sikapnya. Pemaknaan ini yang juga mempertegas bahwa Islam adalah
rahmat untuk seluruh alam. Dengan konsep inilah Lembaga kemanusian ACT
mempertagas posisinya sebagai Lembaga social kemanusiaan yang akan terus
menebar kebaikan dengan saling tolong menolong sesama umat manusia,
khususnya sesama umat islam di manapun berada.
Revitalisasi makna Ukhuwah Islamiyah tersebut seharusnya menjadi spirit
baru dalam kehidupan beragama, sehingga agama menjadi sebuah institusi yang
menyejukkan, bukan institusi yang menebar virus kebencian. Di satu sisi,
keteguhan dalam memegang prinsip dan tafsir yang diyakini adalah penting, tetapi
45
di sisi lain, keteguhan tersebut tidak menjadi kebenaran ketika disertai dengan sikap
memaksa, mengkafirkan, menyesatkan, dan menyebarkan kebencian. Pada taraf
inilah, ukhuwah (persaudaraan) dengan orang Islam tidak menjadi ukhuwah
islamiyah, ketika disertai dengan sikap saling merugikan dan menzalimi. Tetapi,
ketika persaudaraan dengan orang lain meskipun berbeda keyakinan, pada saat itu
juga persaudaraan itu menjadi ukhuwah Islamiyah.
Implementasi dari ukhuwah islamiyah ini memang harus benar-benar
ditegakkan. Ditegakkan bukan hanya sekedar simbol dan semboyan. Tetapi juga
harus berusaha diinternalisasikan kepada seluruh orang Islam. Seringkali penulis
masih menemui kondisi yang tidak mencerminkan ukhuwahIslamiyah meskipun
sesama orang Islam sendiri. Padahal, seluruh pimpinan ormas-ormas Islam di
Indonesia mencontohkan kerukunan dan persaudaraan yang tinggi, misalkan
sebagaimana yang dilakukan oleh Lembaga kemanusian ACT dalam menjaga dan
mengamalkan makna Ukhuwah.
Implementasi merupakan penerapan atau operasionalisasi kegiatan nilai
ukhuwah Islamiyah atau sering disebut tolong-menolong yang diaplikasikan dalam
bentuk kegiatan. Dalam kegiatannya menjaga dan mengamalkan Ukhuwah, Aksi
Cepat Tanggap (ACT) membagi program kerjanya menjadi tiga bagian, yaitu,
sebagai berikut :
1. Program Global
Program global merupakan program yang dilakukan untuk membantu
masyarakat yang cakupannya global atau di luar negeri, diantara kegiatannya, yaitu
:
a. Winter Aid
Jangan biarkan bumi Syam membeku, Awal musim dingin telah tiba di
Bumi Syam. Menambah kegelisahan hidup dalam konflik berdarah yang terus
menghujani negeri Palestina dan Suriah. Suhu perlahan turun dan langit semakin
menggelap sendu, menambah duka manusia-manusia mulia yang kini masih
menjalani hidup terlunta dalam kamp pengungsian dan reruntuhan bangunan. Di
tengah atmosfer kecamuk perang bersenjata, jutaan jiwa harus kembali „berperang‟
melawan dinginnya alam. Bermalam dalam tirai tenda minimalis tanpa selimut
tebal ataupun pakaian hangat, mereka seakan menghitung mundur tercabutnya
nyawa dalam raga yang terus menggigil kedinginan. Jangan biarkan mereka
membeku karena bekunya hati kita. Insya Allah, ACT akan kembali menyalurkan
46
bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina dan Suriah untuk menghadapi musim
dingin.
b. Let’s Help Syria
Stop syria berdarah Kejahatan kemanusiaan bergulir setiap detik di Suriah,
sejauh mana nurani ini terketuk menyimak kabar dari sana? Serpihan luka, runtuhan
bangunan, bom, rudal dan artileri berat lainnya adalah pemandangan yang terlihat
di Suriah sehari-hari. Upaya diplomasi nihil hasil, proses perdamaian makin jauh
dari angan. Sementara, nestapa bagi Suriah terjadi sepanjang hari. Entah di mana
letak rasa kemanusiaan mereka yang terlibat dalam pertempuran ego dan ambisi
merebut kota Aleppo, Idlib, Raqqah, dan Hama. Tak peduli siapa pun yang terlibat,
boleh jadi rezim, militan oposisi, bahkan militer Rusia dan Amerika yang ikut
campur terlibat di dalamnya. Tak ada pembenaran sama sekali di balik kejahatan
perang yang menimpa msyarakat sipil yang diumbar setiap hari di Suriah.
Desember 2019 lalu, Aleppo mengulang lagi tragedi penuh darah. Serangan
udara jatuh menimpa kawasan pemukiman Aleppo. Militer rezim juga melakukan
serangan darat dengan menembakkan peluru ke segala arah. Akibat serangan ini,
sedikitnya 82 jiwa meregang nyawa. Termasuk diantaranya 11 wanita, dan 13 anak-
anak. Beberapa jam pasca serangan, Aleppo bagai kota mati. Sekitar 37.000 orang
sudah meninggalkan Aleppo timur ke wilayah barat. Sebanyak 14.700 jiwa
berlindung di shelter sementara. Mereka terpaksa meninggalkan rumah di tengah
membekunya cuaca akibat musim dingin, guna menyelamatkan nyawa diri dan
keluarga dari serangan para durjana. Setelah menyergap Aleppo selama sekian
tahun lamanya, kini horor konflik merundung Idlib. Selasa dini hari (4/4), ledakan
kembali terdengar dari langit kota yang terletak di bagian barat laut Suriah tersebut.
Bukan lagi ledakan bom yang meruntuhkan seisi kota, bukan lagi serangan rudal
yang menyita darah kaum sipil. Kali ini, serangan tersebut membunuh dalam diam.
Serangan gas kimia beracun membekap seisi kota kecil Khan Sheikhoun yang
berjarak 50 km ke arah selatan dari kota Idlib. Warga sipil yang kala itu tengah
tertidur pulas langsung terhenyak mendengar suara ledakan yang berasal dari
sejumlah pesawat di udara. Sesaat setelah bunyi ledakan tersebut, gas beracun yang
ditembakkan mulai menyebar. Tak beraroma dan tak bersuara, namun cukup
mematikan. Menyikapi Suriah, segala bentuk provokasi harus diredam, fokus
perhatian kemanusiaan harus ditingkatkan. Memasuki tahun keempat sejak
dikirimkannya tim kemanusiaan #SOSSyria pada tahun 2012. Aksi Cepat Tanggap
terus menyuarakan ajakan kepedulian terhadap manusia-manusia rentan yang
47
terdzalimi di sana. Masih teringat jelas, Aleppo menjadi saksi bisu kehadiran
puluhan ton bahan makanan pokok amanah bangsa Indonesia pada Ramadhan yang
lalu. Kini Suriah kembali memerah darah. Kota Idlib menjadi target penghancuran
berikutnya.
c. Let’ Help Rohingya
Stop Genosida Muslim Rohingya. Rohingya merupakan kelompok etnis
muslim asli yang menetap di wilayah Arakan sejak abad XVI. Wilayah tersebut saat
ini menjadi bagian dari Negara Bagian Rakhine, wilayah Myanmar Barat yang
berbatasan langsung dengan Bangladesh. Istilah Rohingya sendiri berasal dari kata
Rohai atau Roshangee yang berarti penduduk muslim Rohang atau Roshang
(sebutan untuk daerah tersebut sebelum dinamai Arakan).Sejak sebelum
kemerdekaan Myanmar, etnis Rohingya telah berkali-kali berusaha disingkirkan
dari wilayahnya. Pada tahun 2012, muncul gerakan Rohingya Elimination Group
yang didalangi oleh kelompok ekstremis 969. Konflik yang pecah memakan 200
jiwa dan 140.000 warga Rohingya lainnya dipaksa tinggal di kamp-kamp
konsentrasi yang tidak manusiawi. Menurut sebuah studi oleh International State
Crime Initiative (ISCI) dari Queen Mary University of London, Rohingya sudah
mulai memasuki tahap akhir genosida yaitu pemusnahan massal dan penghilangan
dari sejarah. PBB juga menyebut Rohingya sebagai kelompok etnis paling teraniaya
di dunia. Saat ini Muslim Rohingya yang masih berada di Rakhine hidup terisolasi
dalam ketakutan. Sejak tahun 2013 lalu, ribuan warga melarikan diri ke negara-
negara Indonesia, Malaysia, dan Thailand melalui jalur laut. Pria, wanita, dan anak-
anak terkatung-katung di dalam kapal tanpa kejelasan apakah daratan yang mereka
tuju bersedia menerima mereka. Salah satu pengungsian warga Rohingya di
Indonesia dibangun oleh Yayasan Aksi Cepat Tanggap berlokasi di Blang Adoe,
Aceh Utara. Saatnya kita bergandengan tangan untuk menyelamatkan mereka. d.
Let's Help Somalia
Merupakan seruan dari Aksi Cepat Tanggap kepada semua pihak yang
peduli kemanusiaanNegeri yang terletak di Tanduk Afrika ini hidup dalam rentang
lintang bumi yang sama dengan Indonesia, terlalui oleh garis khatulistiwa.
Memiliki batas pantai Samudera Hindia, begitupula dengan Indonesia. Jikalau
samudera tak memisahkannya, mungkin Somalia adalah tetangga barat terdekat
Indonesia. Kekayaan vegetasi, luasan hutan, bentangan alam eksotis, dan jutaan
jenis hewan membuat sebagian Afrika nampak serupa dengan Nusantara. Namun,
tidak demikian dengan nasib bangsa dan pertumbuhan ekonomi di Somalia.
48
Kenyataannya, Somalia masih terjebak dalam konflik yang berlarut sejak tahun 70-
an, penyakit mematikan yang mendera, kekeringan ekstrim, hingga ekonomi yang
tak berkembang bergumul kekalutan dan kemiskinan. Kemiskinan di negeri ini
menembus level 82% dari jumlah penduduk. Sepanjang mata memandang, terlihat
suasana mencekam penuh kemirisan. Standar hidup masyarakat rendah, fasilitas
kesehatan memprihatinkan, dan kondisi pendidikan nyaris tidak terperhatikan.
Krisis pangan tahun 2011 silam, memakan korban jiwa mencapai seperempat juta
penduduk negeri. Gizi buruk merebak, tubuh anak-anak bak tulang berselimut kulit.
Peristiwa ini menambah rentetan kisah pilu Benua Mutiara Hitam. Sekilas,
mungkin mereka nampak "jauh" dan tidak terjangkau oleh kita di Indonesia. Namun
alhamdulillah, ACT telah berpengalaman mumpuni dalam menyalurkan amanah
bantuan kemanusiaan bangsa Indonesia bagi saudarasaudara kita di Yaman dan
Somalia. Bahkan untuk Somalia, tim kemanusiaan ACT yang mengemban misi
#FoodForSomalia di tahun 2011, menjadi "pembuka jalur" bagi NGO-NGO lain
dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan di negeri muslim yang berada di "Tanduk
Afrika" tersebut. Insya Allah, ACT akan terus siap menjadi jembatan kepedulian
bangsa Indonesia, bagi jutaan saudara kita di penjuru dunia dan pelosok Nusantara.
Tidak ada kata terlambat untuk peduli. Somalia masih bergelut dengan nestapa,
mari bersama kita wujudkan kepedulian bagi saudara-saudara kita di sana. e. Kapal
Kemanusiaan
Krisis pangan dan bencana kelaparan yang terus mendera wilayah Afrika,
merupakan isu kemanusiaan besar yang juga harus dituntaskan dengan
ikhtiarikhtiar besar. Bagaimana tidak, PBB melaporkan bahwa lebih dari 20 juta
jiwa tengah di ambang jurang kematian akibat kelaparan yang disebabkan oleh
kekeringan panjang serta konflik bersenjata. Krisis tersebut, tidak mungkin
terselesaikan tanpa ikhtiar masif dan jangka panjang yang melibatkan seluruh
elemen sebuah bangsa. Dengan membantu bangsa lainnya, sebuah bangsa baru
mungkin disebut sebagai bangsa yang besar, karena tidaklah bisa sebuah bangsa
disebut "bangsa besar" apabila hanya sibuk mengurus bangsanya sendiri.
Sejak tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia, bangsa kita telah
menunjukkan kebesarannya dengan tidak absen dalam meringankan derita bangsa
lain yang tengah mengalami krisis. Tidak hanya unsur pemerintah yang memang
memiliki mandat dan wewenang tertinggi dari sebuah bangsa, namun unsur
masyarakat sipil bangsa Indonesia juga nyaris selalu hadir dan bersuara lantang saat
panggilan-panggilan kemanusiaan dari bangsa lain terdengar. Di awal tahun 2017
49
ini, panggilan kemanusiaan tersebut kembali terdengar dari arah Afrika, dan Aksi
Cepat Tanggap (ACT) Insya Allah akan menyambut panggilan tersebut dengan
ikhtiar terbesarnya sepanjang 12 tahun ACT berdiri. Melanjutkan pengiriman Tim
Kemanusiaan untuk menanggulangi kelaparan dunia di Somalia, Yaman, Sudan
Selatan dan Nigeria, ACT sedang menyiapkan “Kapal kemanusiaan”. Program ini
sudah mulai digulirkan dengan target bisa diwujudkan pada Idul Fitri tahun ini.
Kelaparan yang melanda dunia, dan lebih spesifik lagi, sebagian besar menimpa
umat Islam, layak menggerakkan kepedulian rakyat Indonesia yang sejatinya
dikelilingi oleh banyak nikmat Allah berupa kekayaan alam. Indonesia sebagai
bangsa yang jauh dari ancaman semacam itu karena kekayaan alamnya, layak
terpanggil untuk membantu mereka yang kelaparan.
Kapal Kemanusiaan, itulah nama sederhana yang menyimpan banyak
harapan akan pembuktian kebesaran bangsa ini. Bentuk ikhtiar ini dipilih demi
memaksimalkan partisipasi seluruh elemen bangsa, dimana melalui modal
transportasi kapal, kapasitas bantuan yang disalurkan tentu dapat lebih masif.
Bantuan yang terkumpul juga bisa disaksikan keterhimpunannya. Kapal
Kemanusiaan ini, selaras dengan tiga pilar peradaban yang menjadi pusat perhatian
ACT: kemanusiaan - kedermawanan - kerelawanan. Ketiganya dapat diaktivasi
secara bersamaan melalui Kapal Kemanusiaan. Sebagai target awal, sebelum
Ramadhan tahun 2017 ini, ACT hendak menghimpun tak kurang dari 25.000 ton
bantuan yang sebagian besar berupa beras. Mengapa beras? Karena sebagai negeri
agraris, beras menjadi bahan pangan pokok yang hampir seluruh elemen bangsa ini
memilikinya. Beras juga sangat aman dan mudah untuk disalurkan melalui kapal
yang akan mengarungi lautan luas. Beras bisa dengan mudah didapat dan
disumbangkan oleh seluruh elemen bangsa, serta bisa dibeli dari para petani
Indonesia sendiri yang tentu juga akan membantu perputaran roda perekonomian
bangsa.
Di tahapan awal, ACT akan memulai dengan menyewa kapal yang akan
menjadi "Kapal Kemanusiaan" ini. Kedepannya, bukan tidak mungkin ACT akan
membeli, atau menerima "Wakaf Kapal" dari umat. Kapal Kemanusiaan akan
bergerak ke sejumlah pelabuhan di Indonesia, menerima amanah bantuan dari
seluruh elemen bangsa, hingga kemudian diberangkatkan ke wilayah sasaran
setelah kapal penuh dengan bantuan.
Selain logistik bantuan, sejumlah relawan juga akan berpartisipasi dalam
misi kemanusiaan akbar ini. Tidak hanya para relawan ACT-MRI yang selama ini
50
telah berlalu-lalang dalam misi-misi kemanusiaan ACT sebelumnya, ACT juga
Insya Allah akan membuka kesempatan bagi relawan-relawan baru untuk turut
menjadi bagian bersejarah dalam misi ini. Perjalanan kapal ini akan dipantau dunia,
baik melalui kanal-kanal komunikasi ACT maupun media massa umum. Mereka
lah para duta kemanusiaan yang didukung seluruh elemen bangsa, diaktivasi dan
dikelola oleh lembaga kemanusiaan independen, demi secara nyata meringankan
derita jutaan jiwa yang tengah memanggil-manggil kepedulian dunia.
f. Let’s Save Palestina
Blokade Israel atas Gaza yang telah berlangsung selama sekitar 11 tahun
telah melumpuhkan hampir seluruh sendi kehidupan kota Gaza. Akses menuju dan
keluar Gaza ditutup rapat-rapat. Isolasi masif tersebut sepenuhnya menutup
mobilisasi warga Gaza untuk mengakses kesehatan, pendidikan, serta berniaga.
Ketika agresi militer pecah pada 2014, krisis kemanusiaan di Gaza mencapai titik
klimaksnya. Walaupun gencatan senjata telah disepakati, kondisi Gaza tak kunjung
membaik. Sistem ekonomi dan infrastruktur masih lumpuh. Setidaknya 75 ribu
pengungsi belum bisa kembali ke rumah mereka yang kini rusak parah dan
terbengkalai.
Sementara itu, angka pengangguran dan kemiskinan terus menanjak. Pada
Desember 2019 lalu, Jamal Alkhoudary, salah satu anggota parlemen Palestina
mengungkapkan, 80% dari sekitar 2 juta penduduk Gaza hidup di bawah garis
kemiskinan. Di sisi lain, 60% pemuda di sana terpaksa menganggur karena
minimnya lahan pekerjaan. Dengan kondisi seperti ini, harga kebutuhan pokok kian
tak terjangkau publik. Biro Pusat Statistik Palestina menyebutkan, 80% warga Gaza
pra-sejahtera tersebut tak punya pilihan lain selain bergantung pada bantuan
kemanusiaan. PBB dengan gamblang bahkan mengatakan, jika kondisi ini terus
berlanjut, tidak menutup kemungkinan Gaza akan lumpuh total pada 2020.
Bukan hanya Gaza, kawasan Tepi Barat Palestina mendapat pula
diskriminasi yang tidak jauh berbeda. Tepi Barat dan Jalur Gaza bersama-sama
merupakan Teritorial Pendudukan Palestina (OPT), yang telah berada di bawah
pendudukan militer Israel sejak Juni 1967. Luas kawasan Tepi Barat sejak tahun
1967 terus menyusut akibat adanya pengusiran terhadap warga Palestina guna
dijadikan pemukiman-pemukiman Yahudi. Pada tahun 2003, Israel mulai membuat
Dinding Pemisahan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Sekitar 85 persen dari total
panjang rute yang diproyeksikan terletak di dalam wilayah OPT.
51
Sejak tahun 2009, Aksi Cepat Tanggap mewakili bangsa Indonesia sudah
hadir membersamai warga Palestina dengan berbagai aksi dan program. Berbagai
program berkelanjutan ACT hasil kolaborasi dengan berbagai mitra, hingga saat ini
alhamdulillah masih terus berjalan. Diantaranya adalah Mobile Water Tank dan
Waterwell (sumur air) yang dibangun di Jabalia Utara. Kemudian pemberian
generator listrik beserta bahan bakar solar dalam beberapa tahap untuk pemukiman,
klinik kesehatan, dan sekolah. ACT juga telah mengembalikan penghidupan
masyarakat Gaza melalui pembuatan peternakan ayam dan pembuatan kapal
nelayan.
Dalam bidang kesehatan ACT setiap tahunnya secara bertahap menyalurkan
amanah rakyat Indonesia dalam bentuk pembangunan klinik kesehatan, pemberian
mobil ambulans, peralatan medis, kursi roda, hingga bantuan persalinan untuk
kaum hawa di Gaza. Setiap tahunnya dalam beberapa periode ACT juga
mengimplementasikan donasi dari Indonesia guna memenuhi kebutuhan dasar
pangan masyarakat Palestina. Diantaranya merupakan pemberian paket pangan
berisi sembako, pembagian daging qurban, distribusi tepung gandum, bingkisan
lebaran, dan pembagian ifhtor siap saji pada bulan Ramadhan.
Penghujung April 2019 lalu, ACT melansir program Humanity Card. Kartu
kecil seukuran KTP yang berisi saldo layaknya ATM guna dibelanjakan penerima
manfaat pada beberapa minimarket mitra ACT. Secara berkala, para pengungsi
palestina mendatangi dua minimarket di Gaza Tengah dan Khan Younis.
Umumnya, mereka membeli kebutuhan pangan seperti minyak goreng, beras,
gandum, gula, susu, sayur-mayur segar, dan sebagainya. Mereka tak lagi harus
berjibaku dengan harga barang belanjaan. Cukup serahkan kartu mungil biru yang
telah terisi saldo belanja kepada kasir minimarket, mereka dapat menebus sembako
yang mereka beli.
g. Angkat Asa Anak Suriah
Kehancuran demi kehancuran terus berlangsung di Suriah. Bahkan kawasan
pendidikan turut menjadi sasaran kelompok bersenjata. Setahun terakhir sedikitnya
255 anak tewas ketika tengah menjalani proses belajar di sekolah. Bagi anak-anak
mulia ini, pendidikan adalah barang mewah. Diperkirakan enam juta anak terkena
dampak perang enam tahun Suriah. Sebanyak 1,75 juta anak di Suriah putus sekolah
akibat banyaknya sekolah-sekolah yang hancur atau tidak beroperasi lagi karena
kekurangan tenaga pengajar. Sementara ratusan ribu pengungsi anak tak mendapat
akses pendidikan.
52
Tumbuh kembang anak-anak tersebut otomatis juga tak berjalan mulus.
Seperempat anak kekurangan suplai makanan karena tinggal di daerah konflik. Di
pengungsian pun, banyak anak mengalami anemia karena asupan nutrisi yang
buruk. Sahabat, sebagian besar kita telah melalui indahnya masa kecil di Taman
Kanak-kanak, Sekolah, hingga Universitas dengan segala sarana dan prasarana
yang mumpuni. Selain terdidik secara akademis, Insya Allah sebagian besar kita
juga tidak akan tinggal diam saat mengetahui ada adik-adik kita yang terancam
menjadi generasi tanpa sentuhan pendidikan akibat konflik atau bencana
kemanusiaan. Perlu aksi nyata sebagai doa terbaik untuk anak-anak Suriah, demi
melindungi generasi penerus Suriah dari kekejaman rezim barbar. Jika tidak, maka
kegelapan yang membungkus Suriah akan terus berlanjut, tanpa sama sekali muncul
harapan bagi masa depan negeri tersebut.
Untuk itu ACT secara periodik mengirimkan bantuan kemanusiaan ke
Suriah amanah bangsa Indonesia sejak tahun 2012. Pada Februari 2019 lalu
misalnya, ACT membuat 'surprise' yang mengembangkan rona bahagia di pipi
anak-anak Suriah. Melalui bantuan "Lights For Syria", ACT membangun sekolah
di Alaiykha Camp yang merupakan kamp pengungsian yang baru dibangun. Selain
itu, ACT juga melengkapi fasilitas sekolah di Salahuddin Camp di Provinsi Idlib.
Di Reyhanli, kota Turki yang berbatasan langsung dengan Suriah, terdapat 1.250
pengungsi anak-anak asal Suriah, yang membutuhkan bantuan untuk merajut masa
depannya. ACT membuka kesempatan bagi Sahabat peduli, untuk
#AngkatAsaAnakSuriah. Dengan Rp250.000/bulan (rutin minimal 1 tahun),
Sahabat sudah dapat membantu 1 anak dalam memenuhi kebutuhan harian dan
pendidikannya.
“Pendidikan di pengungsian amat urgen. Bayangkan, jika anak-anak yang
terpisahkan dari orang tua, lingkungan, dan masa bermainnya, lalu tumbuh tanpa
pendidikan. Saat mereka beranjak remaja hingga dewasa nanti akan menjadi
masalah. Pendidikan yang disampaikan dengan ikhlas, membekali anak-anak
malang ini bermental mulia dengan selalu berbaik sangka kepada Allah atas nasib
yang mengujinya. ACT sangat yakin, Allah memberi banyak kelebihan? seperti
kecerdasan sosial? kepada pribadi-pribadi yang Allah didik langsung dengan krisis
dahsyat seperti konflik besar atau kelaparan berkepanjangan. ACT juga percaya
bahwa apa yang saat ini disebut the failure state adalah calon negara hebat di masa
depan. Alangkah terhormatnya ACT dapat membersamai calon juara dalam
kompetisi kebermanfaatan tingkat dunia."- Ahyudin, Presiden ACT
53
Masih ada harapan akan masa depan gemilang bagi anak-anak ini. Insya
Allah, ACT akan terus angkat asa anak Suriah dengan ragam program pendidikan
yang akan membersamainya. h. Beri Ramadhan Terbaik
Saat kita berada di suatu tempat yang disenangi dan kita tahu betul hanya
punya sedikit waktu untuk menikmatinya. Apa yang akan kita lakukan? Tidakkah
akan kita maksimalkan segala pengalama? jika itu restoran-makan-sepuasnya, akan
kita cicipi semua menu lezatnya. Jika itu tempat idaman akan kita jelajahi semua
sudutnya yang pernah kita impikan. Jika itu cuci gudang merek kesayangan, akan
kita borong semua yang kita mampu, meski kita tahu, itu semua adalah duina fana.
Ramadhan terbaik merupakan program bantuan pangan untuk wilayah-wilayah
internasional. Khussnya wilayah muslim yang sedang mengalami konflik ataupun
krisis.
2. Program Nasional
Program ini merupakan program yang disusun oleh pusat dan menjadi
rujukan program nasional bagi seluruh kantor cabang aksi cepat tanggap di
Indonesia. Diantaranya sebagai berikut : a. Pendidikan Tepian Negeri
Dewasa ini, banyak sekolah di Indonesia berlomba-lomba menjadi sekolah
berstandar internasional. Betapa beruntungnya anak-anak yang dapat bersekolah
disana. Sekolahnya dipenuhi sarana dan pra sarana nomer satu. Mimpi mereka
setidaknya terasa dekat dan nampak logis. Sudahkah hal itu dapat dirasakan sampai
pelosok negeri kita? Jawabannya tentu belum. Bangunan sekolah banyak yang tidak
layak untuk disebut sekolah. Bangunan itu lebih pantas digunakan sebagai kandang.
Namun, disanalah puluhan anak menggantungkan impian akan masa depan yang
cerah. Bangunan sekolah hanya bisa menampung dua kelas. Gurunya pun hanya
satu untuk mengajar dua kelas. Bangunan yang disebut sekolah itu hanya
beratapkan gubuk (rumbia) dan berlantai tanah yang mengering. Sekolah mereka
sangat jauh dari kata layak. Mari bersama mewujudkan sekolah layak untuk anak-
anak tepian negeri melalui Program Pendidikan Tepian Negeri. b. Qurban
Progressif
Qurban Progresif dari Global Qurban-ACT menawarkan harga ringan untuk
seekor kambing atau 1/7 sapi. Hanya dengan Rp1 jutaan, Anda sudah terdaftar
sebagai pequrban Global Qurban tahun 2018 atau 1439 Hijriah. Sebuah 'rahasia'
diumbar Global Qurban guna menjelaskan trend ringannya harga qurban dari tahun
ke tahun. Global Qurban merintis breeding (pembiakan) dan fattening
54
(penggemukan) ternak kambing dengan tenaga berpengalaman di Blora, Jogjakarta,
dan Tasikmalaya. Lumbung Ternak Masyarakat ini menggunakan pendekatan skala
industri, dengan predikat "industri sosial", menjadikan Global Qurban sebuah
gerakan social memaksimalkan partisipasi, mentransformasi kewirausahaan,
sekaligus memberdayakan masyarakat secara terpadu. Pilihan qurban progresif di
Global Qurban telah menjadi solusi yang membahagiakan bagi semua. Para
pequrban dapat membeli hewan dengan biaya lebih murah dan mudah, sekaligus
memberdayakan masyarakat peternak dalam upaya peningkatan taraf hidup
mereka. Mengapa masyarakat tersebut dapat berdaya? Karena berkat qurban yang
kita tunaikan sejak dini, para peternak di Lumbung Ternak Masyarakat dapat
mempersiapkan stok hewan qurban jauh-jauh hari melalui proses manajemen stok
hewan ternak, sehingga pengadaan hewan qurban tidak dipengaruhi fluktuasi harga
yang kerap naik drastis di setiap kali momen Idul Adha. Ketika tiba saatnya Idul
Adha, hewan qurban Anda didistribusikan ke penjuru negeri sehingga bisa
membantu orang-orang yang kekurangan akibat kemiskinan ataupun yang
mengalami kerawanan pangan. c. Waqaf Ritel Sodaqo
Jaringan Ritel SODAQO, Wujud Wakaf Produktif Modern. Minimarket
Sodaqo (sebelumnya bernama Kedai Yatim) akhir-akhir ini menjadi perbincangan
luas di media sosial. Minimarket yang mengusung tagline "Belanja Kita, Sedekah
Kita" ini memberikan nuansa baru dalam perhelatan bisnis ritel di Indonesia. Secara
terbuka pada pelanggan dan investor kemitraan, Sodaqo menjelaskan bahwa 30%
dari profit akan disedekahkan bagi mereka yang membutuhkan. Nilai sedekah
masing-masing pembeli pun tercantum dalam struk pembelanjaan.
Sodaqo juga menjadi salah satu perwujudan wakaf produktif dari Global
Wakaf ACT. Kedepannya, Insya Allah akan banyak gerai ritel Sodaqo yang
dibangun dan beroperasi dari dana wakaf kolektif. Dana wakaf yang dioptimalisasi
melalui pengelolaan bisnis, Insya Allah lebih produktif, berkelanjutan, serta
memberi manfaat berlipat bagi umat.
Setiap keuntungan wakaf produktif hasil dari perputaran roda bisnis Sodaqo
akan didedikasikan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Maka, setiap
keuntungan serta penambahan aset bisnis juga akan menambahkan nilai manfaat
yang akan tersalurkan pada masyarakat (mauquf‟alaih). Sehingga, tiap rupiah
wakaf yang Anda salurkan untuk Sodaqo tidak hanya menambah berat timbangan
kebaikan Anda secara terus menerus, namun juga memberikan manfaat bagi umat.
d. Bersatu Hadapi Bencana
55
Sudah sejak berbulan-bulan lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) merilis imbauan awal tentang prediksi puncak musim hujan
periode 2016-2017. Dalam laporannya, BMKG menerka puncak musim hujan
dengan potensi cuaca buruk sepanjang hari akan terjadi di antara bulan Januari
sampai Februari 2017. Tak meleset, prediksi itu betul adanya. Makin mendekati
akhir Februari 2017, hujan lebat turun hampir merata di seluruh wilayah di
Indonesia. Hingga pertengahan Februari lalu, ACT menghimpun sejumlah laporan
bencana banjir yang terjadi nyaris serentak, kabar yang berhasil dikumpulkan
menunjukkan banjir terjadi mulai dari Bukit Duri di Jakarta, Kota Bekasi,
Kabupaten Cirebon dan Brebes, Gresik, sampai ke Manado dan Minahasa di ujung
Provinsi Sulawesi Utara. e. Humanity Food Truck
“Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi makan mukmin yang
lapar, maka Allah ta’ala akan memberinya makan dari buah-buahan Surga.”
(HR. Tirmidzi)
Kemiskinan menjadi sebuah kata yang tak kunjung hilang pada setiap tahap
kehidupan berbangsa kita. Kemiskinan merupakan masalah yang nyata, terlihat,
dan mungkin terus bertambah seiring bertambahnya penduduk negeri ini.
Menyusuri ragam wilayah di Indonesia, kantung-kantung kemiskinan dapat dengan
mudahnya kita temukan pada tepi-tepi jalan. Miskin bukan hanya milik penduduk
desa atau daerah tepian negeri yang tidur beralas tanah dan beratapkan langit.
Sejenak lihat kondisi ibukota negeri ini, ketimpangan sosial benar adanya.
Semboyan menyedihkan, "yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin"
menjadi perkara nyata di negeri ini. Meski sebagian mereka tinggal di tanah yang
sama dengan ibukota, namun kesejahteraan mereka masih jauh dari harapan
Diantaranya masih tidur beratapkan triplek kayu lapuk dan berdinding kardus.
Sebagian besar bekerja sebagai pemungut sampah atau buruh harian dengan
penghasilan yang tidak mencukupi untuk penghidupan keluarga. Pendapatan yang
diperoleh hanya cukup makan seadanya, tak usah tanya tentang gizi dan lezat
tidaknya rasa. Inflasi ekonomi semakin menekan kehidupan mereka, setiap bulan
harga-harga kebutuhan pokok terus meningkat. Umumnya, harga pangan
cenderung mengalami kenaikan sebelum dan selama bulan Ramadan. Fluktuasi
harga tersebut berpengaruh pada ketahanan pangan keluarga pada manusia dunia
ketiga ini. Data menunjukkan bahwa hanya 62% rumah tangga Indonesia mampu
belanja pangan bergizi termurah, hal ini berarti bahwa tanpa kenaikan harga pun,
terdapat 4 dari 10 orang tidak mampu membeli pangan bergizi.
56
Menjawab permasalahan mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar hidup,
Aksi Cepat Tanggap menginisiasi sebuah program inovatif "Humanity Food
Truck". Sebuah modifikasi truk besar menjadi dapur berjalan guna memberikan
layanan makan gratis untuk mereka yang membutuhkan. Adapun sasaran program
ini adalah para pekerja informal berpenghasilan rendah, masyarakat miskin,
musafir, penunggu pasien rumah sakit, dan juga komunitas rawan pangan. Dengan
kemampuan mobilitas tinggi, Humanity Food Truck bukan hanya mampu
'menjemput bola' pada wilayah rawan pangan, namun juga dapat menjadi solusi
kecepatan pemenuhan makanan bagi korban bencana. Humanity Food Truck
memiliki kapasitas produksi minimal 1.000 porsi paket makanan siap santap sekali
masak. Standar khusus diciptakan, proses masak dilakukan penuh di dalam food
truck dan dikelola oleh juru masak profesional. Sehingga makanan yang dihasilkan
bergizi, higienis, halal, dan sesuai citarasa orang Indonesia.
Kendaraan besar ini merupakan hasil modifikasi dari Mitsubishi Fuso FM
517HL. Truk memiliki panjang 8 meter, lebar 2.5 meter, dan tinggi 2.7 meter.
Selain dapat memroduksi 1.000 porsi makanan, sebanyak 200 liter air minum dapat
ditampung untuk melepas dahaga para penerima manfaat. Bukan hanya itu, untuk
menjangkau kawasan terisolasi, sebuah motor trail KLX 150cc disematkan pada
buritan truk.
Dalam menemani penerima manfaat di bulan Ramadan, ACT mengajak
Sahabat Peduli untuk ikut menemani sahur dan berbuka puasa mereka. Selama
bulan Ramadan, Humanity Food Truck akan hadir di masjid, lingkungan kumuh
miskin, rumah sakit, dan berbagai titik lokasi lain yang disesuaikan dengan
kebutuhan para penerima manfaat maupun mitra. Dengan kepedulian kita, asa
menikmati Ramadan bagi mereka kian tumbuh seiring kepedulian dan aksi nyata
kita bersama. Jangan biarkan aliran kebaikan ini terhenti. Mari terus sisihkan
sebagian rezeki kita untuk memenuhi kebutuhan dasar kaum papa dan korban
bencana.
f. Gizi Anak Asmat
Krisis gizi buruk kembali melanda Tanah Papua. Krisis tersebut disertai
dengan merebaknya wabah penyakit campak, tepatnya di Kabupaten Asmat.
Bencana yang juga disebut sebagai kejadian luar biasa (KLB) ini telah melanda
ratusan jiwa di beberapa distrik di Kabupaten Asmat selama lebih dari empat bulan.
Mayoritas penderitanya adalah anak-anak. Dalam kurun waktu September 2017
hingga Januari 2018, campak dan gizi buruk telah mengakibatkan 63 anak
57
meninggal dunia. Angka tersebut berdasarkan pendataan empat tim terpadu
penanggulangan campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat.
Sementara itu, RSUD Asmat melaporkan ratusan anak lainnya yang juga
terjangkit wabah campak dan gizi buruk masih dalam perawatan medis. Hingga
Kamis (11/1), tercatat 393 pasien campak dan gizi buruk menjalani rawat jalan dan
175 lainnya menjalani rawat inap. Jumlah korban terdambak diperkirakan terus
bertambah, mengingat masih banyaknya wilayah yang belum terjangkau oleh tim
medis. Wabah campak disertai gizi buruk memang telah lama menjangkit warga,
yang umumnya anak-anak, di Kabupaten Asmat. Masalah kemiskinan dan gaya
hidup tidak sehat dinilai sebagai pemicu mewabahnya penyakit tersebut. Merespon
bencana gizi buruk dan wabah campak yang terjadi di Kabupaten Asmat, Tim
Emergency Response Aksi Cepat Tanggap (ACT) kini telah tiba di wilayah
terdampak. ACT kembali melakukan langkah strategis kedua kalinya untuk
mengurangi beban penderitaan masyarakat di tanah Papua akibat kejadian luar
biasa (KLB) campak dan gizi buruk. Kali ini, ACT tengah menyiapkan
keberangkatan Kapal Kemanusiaan menuju Papua dengan membawa 100 ton
bantuan pangan dan medis. Bantuan-bantuan yang rencananya akan diangkut oleh
Kapal Kemanusiaan Papua di antaranya beras, biskuit bayi, susu cair, vitamin (asam
folat A, kalsium, zat besi), puluhan ton air mineral, dan pakaian bayi serta dewasa.
Berbagai bantuan tersebut guna mencukupi gizi masyarakat di. Distrik Agats,
Kabupaten Asmat, Papua. Selain bantuan beras dan relawan, ACT juga berencana
menyiapkan dapur umum guna membantu masyarakat lepas dari problem gizi
buruk. Sebelumnya, berbagai bantuan paket gizi dan layanan kesehatan gratis telah
menjangkau beberapa distrik di Kabupaten Asmat. Bantuan tersebut menyasar
penderita campak dan gizi buruk yang ada di kabupaten Asman.Sahabat, hari ini
saudara sebangsa di timur Indonesia memanggil kita.
Krisis kesehatan dan gizi buruk menghampiri Papua. Berbagai penyakit
melanda saudara kita tanpa pandang usia. Puluhan bayi-bayi kekurangan asupan
pangan hingga meninggal di pangkuan orang tuanya. Bangsa Indonesia sejatinya
adalah bangsa yang humanis, berjiwa sosial, dan menjunjung tinggi sikap saling
tolong menolong. Kepedulian rakyat Indonesia menembus batas teritorial negeri
dan melampaui sekat geografis. Karena kepedulian itu universal, berlaku untuk
siapa pun, tidak peduli tetangga dekat atau malah saudara terpisah jauh ribuan
kilometer. Kapal Kemanusiaan untuk Papua adalah sebuah catatan penegas bahwa
"Jauh Dibantu, Dekat Apalagi". Karena Papua adalah Indonesia. Mereka pula yang
58
sehari-hari menjaga teras tepian Nusantara. Mohon doa dan dukungan dari segenap
Sahabat peduli agar Kapal Kemanusiaan untuk Papua yang membawa bahan
pangan dan kebutuhan dasar hidup, dapat segera menyapa saudara-saudara kita di
pulau paling timur Indonesia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan hasil penelitian penulis, akhirnya terjawab pertanyaan besar
terkait rumusan masalah yang menjadi focus kajian dalam skripsi ini. Berdasarkan
fakta-fakta yang penulis kumpulkan, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa :
1. konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an. Ukhuwah secara bahasa berarti
persaudaraan. Secara istilah ukhuwah berarti perasaan simpati dan
empati antara dua orang atau lebih. Ukhuwah yang harus dijalin tidak
hanya ukhuwah sesama agama, namun juga antar umat beragama.
2. Studi Living Qur’an. Living Qur’an bermula dari fenomena Qur’an in
everyday life, yang berarti makna dan fungsi yang riil, nyata dipahami,
dialami dan dirasakan oleh masyarakat Muslim. Living Qur’an dapat
juga diartikan sebagai studi tentang beragam fenomena atau fakta sosial
yang berhubungan dengan kehadiran Al-Qur’an di dalam sebuah
kelompok masyarakat tertentu yang kemudian diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari
3. Pemahaman konsep Ukhuwah dalam Al-Quran menurut Lembaga
Kemanusiaan ACT. terbentuknya ukhuwah Islamiyah menurut
Lembaga kemanusiaan ACT, yaitu: Pertama, melaksanakan proses
ta’aruf. Kedua, melaksanakan proses tafahum. Ketiga, melakukan
atta’aawun. Keempat, melaksanakan proses takaful.
4. Bentuk implementasi dari konsep Ukhuwah yang dilakukan oleh
Lembaga Kemanusiaan ACT. Islam berasal dari kata “salimu” yang
artinya selamat, bahkan Nabi Muhammad SAW mempertegas orang
tidak dikatakan beragama Islam jika orang yang berada di sekitarnya
belum selamat dari mulut, tangan, dan sikapnya. Pemaknaan ini yang
juga mempertegas bahwa Islam adalah rahmat untuk seluruh alam.
Dengan konsep inilah Lembaga kemanusian ACT mempertagas
posisinya sebagai Lembaga social kemanusiaan yang akan terus
menebar kebaikan dengan saling tolong menolong sesama umat
manusia, khususnya sesama umat islam di manapun berada.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan mengenai konsep Ukhuwah atau
mengenai konsep persaudaarn adalah sebagai berikut.
Habib Ali Zainal Abidin bin Abubakar Alhamid mengatakan, persatuan
serta persaudaraan merupakan nikmat paling besar yang Allah berikan dalam satu
komunitas masyarakat. Sebaliknya, perselisihan dan permusuhan merupakan
malapetaka besar yang dialami masyarakat.
"Dalam perjalanan dakwah Nabi, misi utamanya saat di Madinah adalah
menyatukan umat Islam. Menyatukan antara Muhajirin dan Anshar," Menjaga
ikatan persaudaraan, sesuai firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 103, "Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu (masa
jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayatnya kepa da mu, agar kamu mendapat petunjuk nya."
Melalui ayat tersebut, Allah melarang umat Islam berselisih. Allah pun akan
mencabut pertolongan-Nya terhadap mereka yang berselisih. Meski begitu, dirinya
menambahkan, dilarang berselisih bukan berarti tidak boleh berbeda pendapat.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mustaqim. 2007. Metode Penelitian Living Qur’an: Model Penelitian Kualitatif. Dalam
Sahiron Syamsuddin (ed.). Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: Teras.
Abdullah, Amin, dkk. 2006. Metodologi Pendekatan Agama: Pendekatan Multidisipliner,
Yogyakarta: Lembaga Penelitan UIN SUKA Yogyakarta.
Arni, Jani. 2013. Metodologi Penelitian Tafsir, Riau: Daulat Riau.
Baidan, Nasruddin, 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bennett, Clinton. 2005. Muslims and Modernity: Current Debates. London: MPG Books.
Bog, Robert dan Steven J. Taylor. 1992. Pengantar Metodologi Kualitatif, terj. Arif Furchan,
Surabaya: Usaha Nasional.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Chirzin, Muhammad., 2003. Glosari Al-Qur’an, Yogyakarta: Lazuardi, 2003.
J.R. Raco.2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karekteristik dan Keunggulannya, Jakarta:
Grasindo.
Luqman Abdul Jabbar. 2006. Ruqyah Syar’iyyah; Fenomena Muslim Indonesia dalam
Memfungsikan Al-Qur’an; Studi Kasus Fenomena Ruqyah Syar’iyyah pada Umat Islam di
Kota Yogyakarta. Yogyakarta; Thesis UIN Sunan Kalijaga.
M. Junaidi Ghony dan Fuzan Almanshur, 2012. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: ArRuzz Media.
M. Quraish Shihab. 2007. Wawasan Al-Qur'ān: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat,
Bandung: Mizan
Moh, Soehada, 2008. Metode Penelitian Sosiologi Agama (Kualitatif), Yogyakarta: Bidang Akademik.
Muhammad Chirzin, 2007. Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dalam Al-Qur’an;
dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Terjemahan. Sahiron Syamsuddin.
Yogyakarta: Teras.
Mustaqim, Abdul. 2007. “Metode Penelitian Living Quran, Model penelitian Kualitatif,” dalam
metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis, Yogyakarta: Teras.
Mustika Zed, 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Nana
Syaodih Sukmadinata, 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Rahardjo, M. Dawan, 2005. Paradigma al-Quran, Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial. Jakarta:
PASP Muhammadiyah.
62
Shihab, M. Quraish, 2013. Kaidah Tafsir; Syarat, ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui
dalam Memahami Ayat-Ayat al- Quran, Jakarta: Lentera Hati.
Sulistiyo Basuki, 2010. Metode Penelitian, Jakarta: Penaku.
Syamsuddin, Sahiron. 2007. “Ranah-ranah penelitian dalam Studi al- Quran dan Hadis,” dalam
metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis, Yogyakarta: Teras.
Thoshisiko Isutzu. 1996. Ethic-Religius Concepts in the Koran, Montreal University Press. Yusuf,
Muhammad. 2007. “Pendekatan Sosiologi dalam Pendekatan Living Quran” dalam Metode
Penelitian Living Quran dan Hadis, (Yogyakarta: Teras.
63
top related