membangun kesatuan umat dan ukhuwah islamiyah

21
MEMBANGUN KESATUAN UMAT DAN UKHUWAH ISLAMIYAH Dalam beberapa waktu terakhir ini, kita kembali diingatkan sekaligus dikejutkan dengan beberapa kejadian di negeri ini tentang terjadinya kerusuhan-kerusuhan di beberapa tempat sebagaimana yang terjadi di tarakan. Belum lagi adanya pertikaian antar ormas yang ada negeri ini. Lebih jauh kita melihat bagaimana yang terjadi di negeri-negeri muslim lainnya, mereka saling bertikai memperebutkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada gunanya sebagaimana yang terjadi di Palestina, Lebanon, Pakistan dan beberapa Negara di Timur Tengah lainnya. Hendaknya untuk mengingatkan, kita tengok sejenak apa yang terjadi di Irak saat ini, bagaimana pertikaian antar kelompok masih saja terus terjadi, apakah antara kelompok pemberontak dengan para penguasanya ataupun permusuhan antara kelompok-kelompok agama di sana. Tentunya kondisi ini membuat kita menjadi miris tentang kondisi umat islam saat ini. Umat yang jumlahnya lebih dari 1 milyar akan tetapi tidak ada daya upaya untuk bersatu tapi justru sebaliknya terpuruk dalam perselisihan-perselisihan yang tiada guna. Hal ini juga yang sering terjadi di negeri ini, bagaimana sesama muslim saling bertikai hanya karena perbedaan-perbedaan kecil yang akhirnya menjadi pertikaian besar diantara kelompok bahkan etnis diantara sesama umat islam. Kondisi ini tentunya membuat kita bertanya pada diri kita dan kepada semua kaum muslimin di dunia, Sampai kapan umat islam akan berada dalam kondisi seperti ini? Apakah sudah tidak ada lagi keinginan umat islam untuk bersatu untuk kejayaan Islam? Dan akankah kita menjadi seperti buih di lautan yang jumlahnya banyak tetapi terombang-ambing oleh ombak di lautan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus menjadi perhatian bagi kaum muslimin di seluruh dunia untuk menjawabnya. Perbedaan adalah Fitrah Kita memahami bahwa munculnya pertikaian, permusuhan dan perselisihan seringkali diawali oleh adanya perbedaan. Dari perbedaan itulah akhirnya muncul perselisihan. Padahal kalau kita memahami Al Quran sesungguhnya perbedaan merupakan sesuatu yang wajar. Hidup di dunia ini memang penuh dengan perbedaan. Allah sendiri pun sudah menerangkan dalam firman-Nya: ”Wahai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al Hujurat: 13). Ayat di atas menjelaskan bagaimana sejak awal Allah telah menciptakan perbedaan itu diantara manusia. Namun bukan berarti perbedaan itu dipergunakan untuk mencela, mencaci dan menghina orang lainnya. Melainkan Allah mengajarkan bagaimana perbedaan itu ada agar manusia bisa mengenal sesamanya dari bangsa, suku, etnis lainnya supaya saling mengenal diantara mereka. Sehingga kitapun harusnya memahami apa arti perbedaan dalam hidup di dunia. Bagaiamana bisa kita lihat pada masa sahabat yang merekapun kadang terjadi

Upload: dyah-kurnia-aulia

Post on 13-Aug-2015

168 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dsnjmfmvoi

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

MEMBANGUN KESATUAN UMAT DAN UKHUWAH ISLAMIYAH

Dalam beberapa waktu terakhir ini, kita kembali diingatkan sekaligus dikejutkan dengan beberapa kejadian di negeri ini tentang terjadinya kerusuhan-kerusuhan di beberapa tempat sebagaimana yang terjadi di tarakan. Belum lagi adanya pertikaian antar ormas yang ada negeri ini. Lebih jauh kita melihat bagaimana yang terjadi di negeri-negeri muslim lainnya, mereka saling bertikai memperebutkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada gunanya sebagaimana yang terjadi di Palestina, Lebanon, Pakistan dan beberapa Negara di Timur Tengah lainnya.Hendaknya untuk mengingatkan, kita tengok sejenak apa yang terjadi di Irak saat ini, bagaimana pertikaian antar kelompok masih saja terus terjadi, apakah antara kelompok pemberontak dengan para penguasanya ataupun permusuhan antara kelompok-kelompok agama di sana. Tentunya kondisi ini membuat kita menjadi miris tentang kondisi umat islam saat ini. Umat yang jumlahnya lebih dari 1 milyar akan tetapi tidak ada daya upaya untuk bersatu tapi justru sebaliknya terpuruk dalam perselisihan-perselisihan yang tiada guna. Hal ini juga yang sering terjadi di negeri ini, bagaimana sesama muslim saling bertikai hanya karena perbedaan-perbedaan kecil yang akhirnya menjadi pertikaian besar diantara kelompok bahkan etnis diantara sesama umat islam.Kondisi ini tentunya membuat kita bertanya pada diri kita dan kepada semua kaum muslimin di dunia, Sampai kapan umat islam akan berada dalam kondisi seperti ini? Apakah sudah tidak ada lagi keinginan umat islam untuk bersatu untuk kejayaan Islam? Dan akankah kita menjadi seperti buih di lautan yang jumlahnya banyak tetapi terombang-ambing oleh ombak di lautan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus menjadi perhatian bagi kaum muslimin di seluruh dunia untuk menjawabnya.

Perbedaan adalah FitrahKita memahami bahwa munculnya pertikaian, permusuhan dan perselisihan seringkali diawali oleh adanya perbedaan. Dari perbedaan itulah akhirnya muncul perselisihan. Padahal kalau kita memahami Al Quran sesungguhnya perbedaan merupakan sesuatu yang wajar. Hidup di dunia ini memang penuh dengan perbedaan. Allah sendiri pun sudah menerangkan dalam firman-Nya: ”Wahai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al Hujurat: 13).Ayat di atas menjelaskan bagaimana sejak awal Allah telah menciptakan perbedaan itu diantara manusia. Namun bukan berarti perbedaan itu dipergunakan untuk mencela, mencaci dan menghina orang lainnya. Melainkan Allah mengajarkan bagaimana perbedaan itu ada agar manusia bisa mengenal sesamanya dari bangsa, suku, etnis lainnya supaya saling mengenal diantara mereka. Sehingga kitapun harusnya memahami apa arti perbedaan dalam hidup di dunia.Bagaiamana bisa kita lihat pada masa sahabat yang merekapun kadang terjadi perbedaan. Sebagai contoh Ketika Rasulullah wafat, pun sudah ada ketegangan akibat beda pendapat antar para sahabat. Mereka berselisih paham mengenai tempat pemakaman Rasulullah Saw. Yang lebih besar lagi, mereka pun berselisih pendapat mengenai suksesi kepemimpinan sesudah Rasulullah Saw. Kejadian di Bani Tsaqifah yang begitu tegang, hampir-hampir meruntuhkan persatuan mereka. Masing-masing pihak merasa sebagai pemimpin yang berhak memberi keputusan. Namun karena mereka adalah manusia-manusia yang senantiasa berpegang teguh pada akidah dan hukum islam, mereka mendasarkan perbedaan pendapat tersebut dari niat yang ikhlas, maka mereka pun berhasil menemukan satu kesepakatan. Akhirnya Umar bin Al Khattab pun membai’at Abu Bakar dan dikiuti para sahabat yang lain. Begitu juga yang terjadi antara Umar Ibn Khattab dengan Abdullah Ibn Mas’ud, dua orang sahabat yang sama-sama tak diragukan kedalaman ilmu dan kecerdasannya kehebatannya oleh ummat. Keduanya berselisih pendapat dalam banyak hal. Menurut catatan yang dibuat oleh Ibnu Qayyim, masalah-masalah yang mereka perselisihkan ada lebih dari seratus buah. Tetapi sebegitu besar perselisihan mereka, tetap saja keduanya bisa bersatu dalam berbagai kecocokan pula. Sehingga Umar pun tak ragu menunjuk Abdullah bin Mas’ud sebagai pembantu dekatnya dalam menjalankan roda pemerintahan. Silang pendapat ini bisa terjadi karena banyak sebab. Mungkin karena latar belakang keluarga, pergaulan, wawasan, tingkat pendidikan, watak dan sikap, serta masih banyak lagi. Allah mentaqdirkan manusia tidak ada satupun yang sama. Adalah wajar jika di antara manusia terjadi perbedaan pandangan, perbedaan pendapat dan sikap atas suatu masalah. Dalam satu soal mungkin ada yang sama pendapatnya, tapi dalam banyak soal yang lain mungkin berbeda. Yang demikian itu adalah sikap dasar manusia.

Page 2: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

Tentunya perbedaan-perbedaan yang kita tolerir adalah perbedaan-perbedaan yang bersifat furu’ saja. Perbedaan mendasar dalam berakidah tentunya tidak bisa ditolerir oleh umat islam. Namun, jika terjadi hal demikian, maka tidak bisa umat islam bertindak sendiri-sendri akan tetapi persoalan tersebut dikembalikan pada aturan Allah tentang hukum persoalan tersebut.Sehingga kita bisa mengambil pelajaran betapa Allah telah mengajarkan kita tentang arti perbedaan. Karena sesungguhnya Dia mengetahui hal yang tidak kita ketahui. Hal ini mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan yang ada tanpa pilih-pilih. Adat istiadat setiap negeri pun, antara satu dengan negeri lain tentunya berbeda. Hal itulah yang membuat dunia ini penuh warna. Dengan cara Itu Allah membuat kita agar mengenal satu sama lain. walaupun kita berbeda tetapi kita adalah satu-kesatuan sebagai makhluk Allah.

Kesatuan Umat dengan Ukhuwah IslamiyahMelihat kondisi umat islam dengan berbagai macam carut marutnya tentu mengingatkan pada kita pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi utusan Allah Swt. Kondisi masyarakat Arab Jahiliyah saat itu, sangat menyedihkan perang antar suku selalu berkecamuk, tanpa ada yang menghentikan. Masyarakat yang lemah menjadi santapan penindasan bagi kaum yang kuat. Para pemuka masyarakatnya saling menghina dan mencaci-maki dengan keahlian silat lidah mereka. Belum ada agama yang dapat menghalanginya. Tidak ada aturan dan hukum yang dapat mencegahnya. Dan bahkan rasa kemanusiaan pun hampir punah dan sirna dari jiwa mereka. Begitulah keadaan mereka, kerusakan dan kehancuran jiwa dan raga menimpa mereka. Perpecahan dan pertikaian sudah menjadi hal yang biasa, dalam kondisi yang gelap seperti ini datanglah cahaya Islam yang menerangi mereka sehingga seluruh negeri Arab mendapat kedamaian, persaudaraan dan persatuan. Hati mereka yang kotor, penuh dengan kedengkian dan permusuhan berganti dengan keikhlasan dan kasih sayang. Keadaan seperti tersebut diatas, digambarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara, kamu telah berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkanmu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali-Imran: 103). Islam adalah satu-satunya dien yang paling kokoh yang dapat mewujudkan persatuan dan persaudaraan umat Islam pada khususnya dan umat manusia di muka bumi ini pada umumnya. Sebab Islam sangat menganjurkan kepada seluruh umat manusia yang hidup di dunia ini untuk saling kasih mengasihi, sayang menyayangi tidak terbatas hanya antara satu golongan atau satu suku saja, tetapi antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain, dan bahkan umat manusia diperintahkan untuk menyayangi seluruh makhluk Allah, termasuk hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Oleh sebab itu, kita sebagai penganut agama Islam harus mampu memperlihatkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama persatuan dan persaudaraan untuk semua umat manusia di muka bumi ini. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk mencintai dan mempertahankan, serta memelihara negara, mempersatukan umat dan membangun masyarakat. Sebagai contoh yang dapat kita ambil adalah, bahwa Rasulullah SAW, beliau adalah seorang pemimpin dan negarawan yang telah berhasil menyatukan berbagai golongan masyarakat yang sejak berpuluh-puluh tahun saling bermusuhan. Namun berkat kepemimpinan Rasulullah SAW sehingga terjalinlah persatuan dan persaudaraan sebagaimana sabda Rasulullah: “Seorang mukmin dalam persatuan dan kasih sayangnya bagaikan tubuh yang satu tubuhnya merasa sakit, maka akan dirasakan oleh seluruh tubuhnya”. (HR. Bukhari). Firman Allah Swt: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujarat: 10). Untuk menghadapi dan sekaligus mengatasi kondisi kita yang sangat memperihatinkan seperti sekarang ini, kiranya persatuan dan persaudaraan sangatlah diperlukan sebab dengan persatuan dan persaudaraan inilah para sahabat Rasulullah SAW dan para pendahulu kita dapat meraih kemengan dan keberhasilan. Demi menjaga persatuan dan persaudaraan, Imam Ali pernah berkata : “Sesungguhnya sesuatu yang hak dan benar akan menjadi lemah dan hancur karena perselisihan dan perpecahan, dan suatu yang bathil terkadang menjadi kuat dan menang, karena persatuan dan kesepakatan”. Oleh sebab itu, mari kita ikuti perintah Allah dalam al-Qur’an : “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Anfal :46). Kita ikuti pula bimbingan Rasulullah SAW : “Janganlah kamu saling mendengki, mencela, dan menjatuhkan, janganlah saling membenci, dan bermusuhan

Page 3: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

serta janganlah saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain dan jadilah kalian para hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim).Kesatuan umat islam bisa diraih dan diwujudkan dengan keberadaan sistem yang satu yang diterapkan di muka bumi ini. Kesatuan sistem inilah yang akan mempersatukan umat islam di seluruh dunia untuk tunduk dan patuh atas apa yang Allah dan Rasul perintahkan. Keberadaan sistem islam yang satu inilah yang secara otomatis akan mewujudkan penerakan hukum syara’ tentang ukhuwah islamiyah diantara kaum muslimin yang ada di dunia ini. Akhirnya semoga umat islam menyadari hal ini semua dan bangkit untuk menyongsong kesatuan umat islam yang sesungguhnya untuk meraih kejayaan islam. Wallahu a’lamu bishawab.

DILEMA UKHUWAH DI TENGAH KERAGAMAN HARAKAH

Artikel

by Admin Web JMMI

(Ahmad Mudzoffar Jufri Lc.)

Ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam) itu nikmat. Ukhuwah islamiyah juga indah. Bahkan ukhuwah islamiyah adalah kekuatan utama kaum muslimin. Namun itu semua hanya terjadi jika ukhuwah islamiyah bisa diwujudkan dan dilaksanakan di tataran fakta dan realita. Adapun jika ukhuwah islamiyah yang nikmat, indah dan kuat itu tidak mengejawantah di alam kehidupan nyata, maka nikmat, indah dan kuatnya ukhuwah islamiyah akhirnya hanya sebatas teori saja, atau tinggal kenangan masa lalu belaka.

Hanya saja, dilema ukhuwah islamiyah ternyata justru selalu terletak pada aspek penerapan dan implementasinya. Banyak orang Islam yang menguasai dengan sangat baik seluruh dalil, prinsip, syarat dan adab ukhuwah islamiyah secara teoritis, namun tidak cukup mampu untuk menerjemahkan semua itu kedalam praktek nyata dalam kehidupan. Dan jika ukhuwah islamiyah menjadi sebuah mata ujian, maka ujian prakteknyalah yang paling berat. Sementara ujian teoritisnya bisa mudah dan bahkan sangat mudah bagi siapa saja. Mungkin banyak diantara kita yang bisa memperoleh nilai sempurna dan bisa lulus dengan kesuksesan yang gilang gemilang dalam ujian teori tentang ukhuwah islamiyah, tapi justru gagal total di bagian ujian prakteknya. Khususnya ketika praktek ukhuwah islamiyah harus berhadapan dengan faktor-faktor penghalang yang terkadang sangat sulit untuk ditembus. Terlebih lagi, faktor-faktor penghalang itu ternyata sangat banyak dan beragam. Ada yang bersifatdakhiliyah/dzatiyah (internal/personal, bersumber dari dalam diri setiap orang), dan ada yang termasuk kategorikharijiyah (eksternal, berasal dari faktor diluar diri seseorang).

Ukhuwah ”Jungkir Balik”

Salah satu faktor riil yang bisa dan biasa menjadi penghalang praktek ukhuwah islamiyah saat ini adalah fenomena keragaman kelompok, organisasi dan gerakan dakwah yang biasa dikenal dengan istilah harakah islamiyah(gerakan dakwah Islam). Sebenarnya fenomena banyaknya gerakan Islam dan beragamnya ijtihad dalam dakwah bisa merupakan fenomena positif yang menggembirakan dan memberikan harapan besar bagi setiap muslim apalagi aktivis dakwah akan masa depan Islam yang lebih cemerlang dan prospek dakwah yang lebih menjanjikan. Munculnya banyak gerakan Islam berarti aktivitas dakwah Islam semakin marak dan dinamis, jumlah pegiat dakwah semakin banyak dan beragam serta wilayah dan daya jangkau dakwah pun semakin luas.

Namun disamping aspek positif itu, ternyata fenomena keragaman kelompok, organisasi dan gerakan dakwah juga membawa beberapa penyakit dan menimbulkan dampak-dampak negatif. Salah satu penyakit serta dampak negatif  itu adalah lemah dan rendahnya praktek ukhuwah islamiyah diantara para anggota dan aktivis pergerakan yang berbeda-beda tersebut. Bahkan, tingkat lemah dan rendahnya ukhuwah yang terjadi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, atau satu organisasi dengan organisasi yang lain, atau satu harakah denganharakah yang lain, tidak jarang sampai pada kondisi berubah dan bergantinya nilai-nilai dasar ukhuwah islamiyah yang nikmat, indah dan kuat seperti tersebut diatas, menjadi kebalikannya secara sangat ekstrem. Dimana ukhuwah (persaudaraan) berbalik menjadi ’adaawah (permusuhan); walaa’ (loyalitas, keberpihakan dan dukungan) berubah menjadi baraa’ (ketiadaan loyalitas, penolakan dan perseteruan); cinta dan kasih

Page 4: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

sayang berubah menjadi benci dan kemarahan; husnudzdzan (baik sangka) berubah menjadi su-udzdzan (buruk sangka); ta’aawun (kerjasama) berubah menjadi upaya saling melemahkan dan menjatuhkan; sikap menutupi kesalahan, memaafkan dan toleransi berubah menjadi sikap mencari-cari, membesar-besarkan dan membeberkan kesalahan kelompok lain; dan seterusnya dan seterusnya.

Lalu pertanyaan-pertanyaan spontan pun serta merta menyeruak muncul ke permukaan: benarkah perbedaan kelompok dan gerakan dakwah menghilangkan hak-hak ukhuwah islamiyah meski pada tingkat yang serendah-rendahnya sekalipun? Apakah setiap perbedaan dan perselisihan berarti permusuhan dan pemutusan tali persaudaraan? Dan apakah benar yang demikian itu contoh dan tauladan dari as-salaf ash-shalih ?

“Innamal mukminuuna ikhwah”

Fenomena perbedaan, perselisihan dan keragaman merupakan salah satu ujian berat bagi kaum muslimin sepanjang sejarah dalam praktek ukhuwah islamiyah. Karena selama ikatan keimanan masih ada, berarti ikatan ukhuwah pun wajib tetap dijaga dan dipelihara, meskipun ada perbedaan dan perselisihan, khususnya jika tidak sampai menyentuh wilayah prinsip-prinsip ajaran Islam yang baku. Allah Ta’ala berfirman dalam QS Al-Hujuraat ayat 10: “Innamal mukminuuna ikhwatun fa ashlihuu baina akhawaikum” (Sesungguhnya hanya orang-orang beriman saja yang bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu). Nah ikatan keimananlah –  dan bukan ikatan-ikatan yang lain seperti ikatan nasab, suku, bangsa, madzhab, organisasi, kelompok, gerakan dakwah, partai politik, dan semacamnya – yang menjadi dasar ikatan ukhuwah islamiyah.. Dan perlu diingat bahwa, orang-orang beriman – yang semuanya bersaudara – itu ada dan tersebar di berbagai kelompok, organisasi dan gerakan Islam yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan dan perselisihan-perselisihan itu tidak boleh memutuskan ikatan ukhuwah atau menghilangkan hak-hak ukhuwah islamiyah diantara mereka. Apalagi misalnya sampai membalik persaudaraan menjadi permusuhan dan saudara seiman bahkan seperjuangan dakwah menjadi musuh bebuyutan! Karena Allah sendiri tidak menghilangkan sifat ukhuwah dari dua pihak kaum mukminin yang saling berselisih, dimana perselisihan antara keduanya sampai pada tingkat peperangan (lihat QS. Al-Hujuraat: 9-10). Perhatikanlah firman-Nya: “fa ashlihuu baina akhawaikum” (maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu), dimana perintah mendamaikan menunjukkan makna adanya perselisihan diantara mereka (yang sampai pada tingkat peperangan seperti yang disebutkan dalam ayat ke-9-nya). Karena yang perlu didamaikan hanyalah orang-orang yang sedang berselisih, dan biasanya perselisihan yang sampai membutuhkan pihak lain – yang dalam konteks ayat dalam surat Al-Hujuraat tersebut justru ummat Islam secara keseluruhan – untuk mendamaikan adalah perselisihan besar. Tapi tohAllah tetap menyebut mereka yang saling berselisih dan bahkan saling berperang itu sebagai “akhawaikum” (kedua saudaramu).

Sisakan Husnudzdzan !

Jadi sekali lagi, menjaga dan mempraktekkan ukhuwah islamiyah di tengah perbedaan, perselisihan dan keragaman kelompok, organisasi dan gerakan Islam memang merupakan sebuah ujian yang berat! Hanya saja apakah kita, kaum muslimin yang sedang berkelompok-kelompok sekarang ini, siap menghadapi dan menjalani ujian itu ? Lalu apakah kita bisa lulus di dalamnya meskipun setidaknya dengan tingkat kelulusan terendah sekalipun? Karena setidaknya untuk  kondisi dan realita saat ini – dimana praktek ukhuwah sedang jungkir balik – jika kita bisa lulus walaupun dengan nilai kelulusan terendah dalam ujian praktek ukhuwah islamiyah, barangkali sudah cukup baik dan ideal!

Kita memang tidak ingin muluk-muluk dalam tuntutan praktek ukhuwah  islamiyah sekarang, misalnya dengan menuntut terjadinya hubungan yang harmonis antar golongan, komunikasi yang intens antar kelompok, silaturrahim yang kental antar organisasi, kerjasama dakwah yang kokoh dan solid antar pergerakan, apalagi sampai terwujudnya tingkat itsar dimana setiap harakah lebih mengutamakan dan mengedepankan harakah yang lain! Rasanya itu semua masih merupakan mimpi saat ini. Tapi kita ingin realistis saja, dengan cukup menuntut setiap kelompok, organisasi dan harakah yang ada sekarang agar merealisir derajat terendah dari penerapan hak-hak ukhuwah islamiyah dalam konteks keragaman yang terjadi. Yakni dengan masing-masing masih mau menyisakanpengakuan, toleransi dan husnudzdzan (baik sangka) saja bagi yang lainnya, dan bahwa yang lainnya itu adalah sama-sama saudara Islam yang juga sedang berupaya dan berjuang – sesuai ijtihad, spesialisasi dan batas kemampuannya – untuk turut berkontribusi dalam rangka pengembangan dakwah,

Page 5: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

pemenangan Islam dan pembelaan kaum muslimin. Untuk sementara ini, insyaa-allah penerapan nilai-nilai ukhuwah antar harakah pada batas yang sangat minimal seperti itu sudah cukup baik dan ideal. Tentu saja setelah itu diharapkan akan berlanjut dengan upaya-upaya berikutnya secara bertahap untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penerapan ukhuwah islamiyah kepada tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi. Dan kaidah dasar yang harus selalu dicatat dan diingat dalam konteks ini adalah sebagai berikut: Sikapi dan perlakukanlah kelompok, organisasi dan harakah lain sebagaimana engkau ingin agar kelompok atau organisasi atau harakah-mu disikapi dan diperlakukan! Dan sebaliknya, janganlah engkau menyikapi dan memperlakukan kelompok, organisasi dan harakah lain dengan sikap dan perlakuan yang juga tidak engkau inginkan untuk kelompok atau organisasi atau harakah-mu!

Bercermin pada As-Salaf Ash-Shalih

Jika banyak diantara kita selama ini yang masih sering gagal dalam ujian praktek ukhuwah islamiyah di tengah perbedaan-perbedaan dan perselisihan-perselisihan yang terjadi antar madzhab, organisasi, gerakan dakwah, partai politik dan lain-lain, maka tidak demikian dengan generasi as-salaf ash-shalih (generasi awal yang saleh) dari kalangan shahabat, tabi’in dan atbaa’ut-tabi’in radhiyallahu ‘anhum. Karena ternyata mereka tetap bisa menjaga dan mempertahankan jalinan ukhuwah islamiyah yang manis, indah dan kuat itu di tengah perbedaan-perbedaan dan perselisihan-perselisihan yang juga terjadi diantara mereka. Bahkan banyak diantara perbedaan-perbedaan dan perselisihan-perselisihan kita saat ini – khususnya dalam masalah-masalah fiqih – sebenarnya hanyalah warisan dari para ulama generasi salaf dulu itu.

Namun yang jadi masalah adalah pewarisan kita yang hanya sepotong-sepotong saja dan tidak lengkap, dimana banyak diantara kita yang hanya mewarisi khilafiyat (materi khilafiyah/perbedaan pendapat) para ulama salaf itu saja, tapi tidak sekaligus mewarisi dan menauladani cara dan etika mereka dalam ber-ikhtilaf (berbeda pendapat) serta sikap mereka terhadap pendapat, madzhab dan kelompok lain. Ya, perbedaan-perbedaan yang banyak dan perselisihan-perselisihan yang beragam diantara mereka – selama tidak menyentuh masalah-masalah ushul (prinsip) – sama sekali tidak mengganggu tetap erat dan istimewanya jalinan ukhuwah diantara mereka. Dan tidak perlu heran, karena memang prinsip dan dasar mereka dalam menyikapi realita yang tidak mungkin terhindarkan itu adalah keikhlasan hati, kejernihan fikiran, kelapangan dada, keluasan ufuk ilmu dan pemahaman serta proporsionalitas toleransi. Dan beberapa kutipan atsar dari para imam salaf yang agung berikut ini menegaskan makna dan hakekat tersebut, sekaligus bisa menjadi faktor penyadar bagi kita semua saat ini.

1.      Al Imam Yahya bin Sa’id Al Anshari rahimahullah (wafat 144 H.) berkata : ”Para ulama adalah orang-orang yang memiliki kelapangan dada dan keleluasaan sikap, dimana para mufti selalu saja berbeda pendapat, sehingga (dalam masalah tertentu) ada yang menghalalkan dan ada yang mengharamkan. Namun toh mereka tidak saling mencela satu sama lain”. (Tadzkiratul Huffadz : 1/139 dan Jami’ Bayan al-’Ilmi wa Fadhlih : 393)

2.      Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah (wafat 161 H.) berkata,”Dalam masalah-masalah yang diperselisihkan diantara para ulama fiqih, aku tidak pernah melarang seorang pun diantara saudara-saudaraku untuk mengambil salah satu pendapat yang ada” (Al-Faqih wal Mutafaqqih : 2/69).

3.      Ulama salaf rahimahumullah (salah satunya adalah Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah, wafat 204 H.) berkata, ”Pendapatku, menurutku, adalah benar, tetapi ada kemungkinan salah. Dan pendapat orang lain, menurutku, adalah salah, namun juga ada kemungkinan benar”.

4.      Al-Imam Yunus bin Abdul A’la Ash-Shadafi rahimahullah (salah seorang murid dan sahabat Al-Imam Asy-Syafi’irahimahullah) berkata : ” Aku tidak mendapati orang yang lebih berakal (lebih cerdas) daripada Asy-Syafi’i. Suatu hari pernah aku berdiskusi (berdebat) dengan beliau, lalu kami berpisah. Setelah itu beliau menemuiku dan menggandeng tanganku seraya berkata : ” Hai Abu Musa! Tidakkah sepatutnya kita tetap bersaudara, meskipun kita tidak sependapat dalam satu masalah pun ? (tentu diantara masalah-masalah ijtihadiyah) (Siyaru A’lam An-Nubala’ : 10/16-17).

5.      Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah (wafat 728 H.)berkata : ”Seandainya setiap kali dua orang muslim yang berbeda pendapat dalam suatu masalah itu saling menjauhi dan memusuhi, niscaya tidak akan tersisa sedikitpun ikatan ukhuwah diantara kaum muslimin” (Majmu’ Al-Fatawa : 24/173).

Page 6: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

Pernyataan-pernyataan para ulama salaf itu dan masih banyak lagi yang lainnya sebenarnya merupakan penggambaran yang sangat jujur atas praktek riil mereka yang dicatat dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Dimana perbedaan demi perbedaan dan perselisihan demi perselisihan selalu saja mewarnai dan tidak pernah lepas dari fakta kehidupan mereka – dan juga tidak akan pernah lepas dari realita kehidupan setiap generasi ummat sepanjang masa – namun ikatan ukhuwah antar mereka tetap saja kokoh dan kuat, silaturrahimpun tetap terjaga secara sangat istimewa, dan hak-hak ukhuwah sampai pada peringkat tertinggi, yakni  peringkat itsar (mengutamakan kepentingan saudara atas kepentingan sendiri), juga tetap tertunaikan secara penuh dan terpraktekkan dengan sangat indah.

Dan contoh-contoh dari generasi tauladan seperti itulah yang paling kita butuhkan saat ini untuk mengembalikan keindahan dan kekuatan ukhuwah islamiyah kedalam realita kehidupan ummat Islam.

Disamping itu, untuk menerapkan nilai-nilai ukhuwah – khususnya ditengah fenomena keragaman yang telah kita singgung diatas –  tentu juga sangat dibutuhkan adanya faktor-faktor mendasar lain seperti: keluasan ufuk ilmu dan pemahaman, keikhlasan hati, kejernihan pikiran, kelapangan dada, komitmen moral dan etika yang tinggi, dan lain-lain. Tanpa itu semua saat ini, tentu sebelumnya tanpa taufiq Allah, cerita tentang ukhuwah islamiyah yang nikmat, indah dan kuat hanyalah sebatas teori saja dan tinggal kenangan serta nostalgia masa lalu belaka! Dan kita tentu tidak menginginkan hal itu. Maka marilah kita buktikan kejujuran keimanan dan komitmen keislaman kita dengan menjadi hamba-hamba Allah yang tetap bersaudara di tengah keragaman kelompok, organisasi dan harakah! ”Wa kuunuu ’ibaadallahi ikhwaanaa” (dan jadilah kalian wahai hamba-hamba Allah sebagai orang-orang yang senantiasa bersaudara) (HR. Muttafaq ’alaih). Wallahul-Muwaffiq ilaa aqwamith-thariiq, wa Huwal Haadii ilaa sawaa-issabiil!

Sumber: suaramuslimsurabaya.com

This post has no tag

Memperkokoh Ukhuwah Islamiyah

Selasa, 7 Agustus 2012 - 11:24 wib wib

-

Membahas tema ukhuwah islamiyah, saya jadi teringat sebuah tulisan dari Prof. Dr. A. Syafii Maariif. Beliau berkata, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat Islam sepanjang sejarah, tidak terkecuali kita di Indonesia, khususnya sejak periode pasca Perang Shiffien (657-658 M), adalah sulitnya kita membangun perumahan ukhuwah Islamiyah yang mampu bertahan lama. Manurut beliau, akar kesulitan itu terutama terletak pada fakta karena sering kandasnya ajaran islam yang berhadapan dengan kepentingan dan egoisme pribadi atau golongan.

Kritik yang dilontarkan oleh Prof Maarif tersebut, perlu kita renungi secara cermat dan seksama. Kerap kali kita menemukan, satu golongan Islam tertentu, harus saling menghancurkan dengan golongan Islam lainnya. Padahal, kedua golongan tersebut sama-sama menyebut diri mereka sebagai umat Islam. Kenapa ini bisa terjadi?

Jawabannya tentulah karena kita semua lalai akan hakikat ukhuwah islamiyah. Kita semua terlalu asik dengan kepentingan dan egoisme pribadi atau golongan, seperti yang dilontarkan oleh Prof. Maarif. Padahal, ukhuwah islamiyah adalah kunci tetap tegaknya ajaran Allah SWT. di muka bumi.

Perpecahan umat Islam dewasa ini terjadi, salah satunya disebabkan oleh pemahaman yang mungkin kurang terkait ukhuwah islamiyah. Oleh karena itu, dalam suasan ramadan kali ini, saya mengajak kita semua untuk kembali memahami hakikat ukhuwah islamiyah. Agar nikmatnya ukhuwah islamiyah bisa kita kenyam dengan kebahagiaan.

Page 7: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

Hakikat pertama dari ukhuwah islamiyah adalah menjadikan kita semua untuk saling mengenal (ta’aruf) antara umat islam yang satu dengan umat islam lainnya. Saling mengenal ini tentu bukan hanya pada konteks penampilan fisik (jasadiyyan) saja, melainkan juga pengenalan terhadap pemikiran (fikriyyan) dan pengenalan kejiwaan (nafsiyyan).

Dengan proses ta’aruf dalam konteks fisik, pemikiran, dan jiwa di atas, kita berharap akan memunculkan proses saling memahami (tafahum) antarumat Islam. Saling memahami ini adalah hakikat ukhuwah islamiyah yang kedua. Tanpa tafahum, maka ukhuwah tidak akan berjalan.

Jika proses ta’aruf atau pengenalan dapat diciptakan, maka proses tafahum hanya dapat dilakukan secara alami bersamaan dengan berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami, maka setiap individu akan mudah mengetahui kekuatan dan kelemahan serta akan dapat menerima perbedaan. Tafahum juga menyebabkan seseorang tidak ingin selalu dipahami, melainkan berusaha memahami orang lain.

Dari tafahum, akan melahirkan sikap ta’awun (saling tolong-menolong). Ini adalah hakikat ukhuwah islamiyah yang ketiga. Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati, yakni dengan saling mendoakan. Atau dengan pemikiran melalui proses diskusi dan saling menasihati. Bisa juga dengan amal, yakni dengan sikap saling bantu-membantu. Jika hakikat ta’aruf, tafahum, dan ta’awun telah bisa dilaksanakan, maka hakikat tertinggi dari ukhuwah islamiyah adalah harapan akan tumbuhnya sikap takaful atau sikap saling menanggung dan perasaan senasib. Banyak kisah dan hadis Rasulullah SAW. dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan, ia malah memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga. Namun setelah diberi, air itu malah diberikan kembali ke sahabat yang lain. Terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya. Inilah ciri utama dari ukhuwah islamiyah.Rasulullah pernah bersabda, “Tidak beriman seseorang diantara kamu hingga kamu mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri” (HR. Bukhari-Muslim).

Seandainya sikap ukhuwah islamiyah dapat berjalan seperti penggambaran di atas, rasanya kritik pedas yang dikeluarkan Prof. Ma’arif tak perlu ada. Pun demikian halnya dengan kejadian saling mencurigai, saling menafikan, dan saling menghancurkan antar umat Islam, tak akan pernah menghiasi rekam sejarah.

Pada Ramadan kali ini, saya mengajak kita semua untuk kembali mengingat pentingnya ukhuwah islamiyah. Agar persaudaraan diantara umat Islam menjadi semakin tangguh, kokoh, dan kuat. Bulan Ramadhan ini merupakan momentum bagi penguatan fondasi terjalinnya ukhuwah islamiyah sebagaimana tergambar dalam pelaksanaan beragam ibadah yang berdimensi jamaah (kebersamaan) selama sebulan penuh.

Dengan persaudaraan dan kebersamaan tersebut, bukan hanya umat Islam yang akan merasakan manfaatnya, tapi juga pembangunan negara ini menjadi terarah dan bermanfaat bagi manusia Indonesia seluruhnya. Mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan persaudaraan atau ukhuwah dan kebersamaan yang akan terus menyala mengiringi perjalanan kehidupan kita baik sebagai umat maupun sebagai bangsa.

Hatta Rajasa

UKHUWAH   ISLAMIYAH

Nov 25

Posted by azmialfalah

Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Kita hidup dalam masyarakat yang sangat majemuk. Perbedaan banyak kita temukan di sekitar kita. Karena itu, kita harus dapat saling menjaga diri dalam menjalani hidup di tengah masyarakat yang sangat heterogen.

Page 8: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

Keberagaman yang ada membuat kita harus senantiasa menjalin silaturahmi dengan orang lain. Jangan sampai perbedaan menghalangi kita untuk menjalin persaudaraan, karena dengan persaudaraan, kita dapat lebih siap untuk hidup bermasyarakat. Terlebih lagi persaudaraan yang terjalin antar sesama muslim, yang biasa kita kenal dengan nama ukhuwah islamiyah. Hal ini sudah diajarkan oleh Rasulullah saw.

Namun sayangnya, kepentingan dan ketamakan akan dunia telah melemahkan, bahkan menghancurkan ukhuwah islamiyah yang ada. Lihat saja di sekitar kita, berapa banyak orang yang rela menindas saudaranya sendiri demi ambisinya untuk mengeruk kekayaan dunia. Bahkan tidak sedikit yang menggunakan cara-cara yang kotor agar ambisinya tercapai, termasuk mengotori dirinya dengan perbuatan dosa.Padahal, banyak dalil yang mencela tindakan orang-orang yang menzolimi saudaranya sesame muslim. Dan bukankah Rasulullah saw sendiri telah menganjurkan bagi kita untuk memperkuat tali persaudaraan? Sebab dengan kuatnya jalinan persaudaraan sesammuslim, maka islam akan menjadi lebih kuat dan jaya, Insya Allah.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah ia menzhaliminya dan membiarkannya. Barangsiapa membantu menutupi kebutuhan saudara seislam, maka Allah akn membantu menutupi kebutuhannya. Barangsiapa membebaskan seoarang muslim dari suatu kesulitan niscaya Allah akan membebaskan seorang musilm dari suatu kesulitan niscaya Allah akan membebaskannya dari kesulitan-kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat,” (HR Bukhari [2442] dan Muslim [2580]).

Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Tahukah kamu siapa itu orang pailit?” Mereka menjawab, “Orang yang pailit di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak punya barang.” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang pailit di kalangan ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun, ia telah mencaci si fulan, memfitnah si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, memukul si fulan, lalu diberikanlah pahala-pahala kebaikannya kepada orang-orang yang telah dizhaliminya tadi. Apabila habis pahala kebaikannya sebelum selesai masalahnya, maka diambillah dosa-dosa orang yang dizhaliminya lalu dilimpahkan kepadanya kemudian ia dilemparkan ke dalam Neraka,” (HR Muslim [2581]).

Dari al-Mustaurid r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa diberi makan dengan merobek kehormatan seorang Muslim, maka Allah akan memberinya makan seperti itu dari api Neraka. Barangsiapa diberi pakaian dengan merobek kehormatan seorang Muslim, maka Allah akan memakaikan pakaian seperti itu dari Jahannam. Barangsiapa beramal karena sum’ah atau riya’, maka Allah akan memajangkannya dalam pajangan sum’ah dan riya’ pada hari kiamat,” (Shahih lighairihi, HR Bukhari dalam al-Adabul Mufrad [281], Abu Dawud [4881], Ahmad [IV/229], al-Hakim [IV/127-128], Abu Ya’la [1608], ath-Thabrani dalam al-Ausath [701, 2662 dan 3596], Ibnu ‘Asakir [XVII/391-392] dan ad-Dainuri dalam al-Mujaalasah [II/162]).

Dari hadist tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa persaudaraan sesama muslim merupakan suatu yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Bahkan Allah SWT sendiri akan memberikan bantuan-Nya kepada kita yang menjalin dan menguatkan ukhuwah islamiyah kelah di hari Akhir, Insya Allah.Dari hadist tersebut kita juga dapat menangkap bahwa ornag yang paling merugi adalah orang yang menzholimi saudaranya sesama muslim. Bahkan disebutkan oleh Rasulullah saw bahwa amal orang yang menzholimi saudara seimannya akan diambil dan diberikan kepada orang yang dizholiminya.

Begitu besar nilai-nilai yang terkandung dalam ukhuwah islamiyah ini, sehingga kita diwajibkan untuk senantiasa memupukdan menjaganya dengan baik.

Makna dan Hakekat Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah islamiyah lebih sering diartikan sebagai rasa atau ikatan persaudaraan sesama muslim, yang disatukan oleh akidah islamiyah yang sama. Sedangkan menurut Imam Hasan Al Bana, ukhuwah islamiyah memiliki makna sebagai keterikatan hati dan jiwa antara manusia yang satu dengan yang lain karena satu akidah yang sama.

Adapun hakekat ukhuwah islamiyah yang tercermin dalam firman Allah SWT adalah:1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103)

Page 9: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67)3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63)4.Merupakan cermin kekuatan iman (Q.S.49:10)

Dalam ukhuwah slamiyah, ada proses yang harus diperhatikan oleh umat manusia. Proses dalam ukhuwah islamiyah ini akan membuat persaudaraan semakin kuat. Proses-proses yang ada dalam ukhuwah islamiyah adalah:

Melaksanakan proses ta’aruf (saling mengenal). Literaturnya : 49:13Adanya interaksi dapat lebih mengenal karakter individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dsb. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran(Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan thd suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi/diikuti,dll. Dan pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu apabila tidak mengenal karakter kejiwaan ini.

Melaksanakan proses tafahum (saling memahami)Saling memahami adalah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah tidak akan berjalan. Proses ta’aruf/pengenalan dapat deprogram namun proses tafahum dapat dilakukan secara alami bersamaan dgn berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami maka setiap individu akan mudah mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan.Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak berusaha memahami org lain. Saling memahami keadaan dilakukan dgn cara penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.

Melakukan At-Ta’aawun (saling tolong menolong). Q.S. 5::2Bila saling memahami sudah lahir maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan ama( saling Bantu membantu).Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah makhluk social yang butuh berinteraksi dan butuhbantuan org lain. Kebersamaan akan bernila bila kita mengadakan saling Bantu membantu

Melaksanakan proses takaful (saling menanggung/senasib sepenanggungan)Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi ek sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.

Manfaat Ukhuwah Islamiyah

Banyak manfaat yang dapat kita nikmati dengan jalinan ukhuwah islamiyah yang kuat. Kita akan merasakan kehidupan bermasyarakat yang lebih harmonis. Perbedaan yang ada tidak akan menimbulkan pertentangan, justru akan menjadikan kehidupan kita semakin indah. Tingkat kesenjangan sosial dalam masyarakat juga akan terkikis dengan sendirinya. Hal ini karena semangat ukhuwah islamiyah yang menyatukan kita semua.

Selain itu, ada juga manfaat lain yang berhubungan dengan iman kita. Manfaat dari ukhuwah islamiyah yang kita terima sehubungan dengan tingkat keimanan kita diantaranya adalah:1. Merasakan lezatnya iman2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)3. Mendapatkan tempat khusus di surga (Q.S. 15:45-48)

Penguat Ukhuwah Islamiyah

Page 10: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk semakin menguatkan jalinana ukhuwah islamiyah diantara kita. Apalagi di masa sekarang ini, kuatnya ukuwah islamiyah menjadi hal yang sangat penting. Hal-hal yang dapat meningkatkan ukhuwah islamiyah diantara kita adalah:1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintaiHadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”2. Memohon didoakan bila berpisah“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim)3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’)5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilanMarilah kita tingkatkan ukhuwah islamiyah diantara kita, sehingga islam benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam, insya Allah.Wallahu a’lamSumber : http://cahyaislam.wordpress.com/2009/04/28/40/

About these ads

Ketika Ukhuwah Tercederai

Rubrik: Artikel Lepas | Oleh: Eru Zain - 19:30 | 17/06/12

0 Komentar 1180 hits

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Sebelum berbicara jauh saya kembali berpikir sebelum menuangkan berbagai keluh kesah saya tentang beberapa fenomena yang terjadi di tubuh umat ini. Judul di atas bagi batin saya merupakan sebuah mimpi buruk setelah saya begitu bersyukur di berikan sebuah sentuhan paling indah dalam hubungan interaksi

Page 11: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

kita selaku makhluk sosial hubungan itulah yang bernama ukhuwah. Umat Rasulullah SAW di akui merupakan umat terbanyak secara kuantitas. Hingga ketika hari ini sepertinya belum ada yang menandingi secara kuantitasnya. Umat yang begitu besar ini akan mempunyai sebuah urusan interaksi yang begitu kompleks. Namun di tulisan ini izinkan saya mempersempit pembahasan tentang umat ini. Pasca runtuhnya kepemimpinan umat pada tahun 1924 maka bisa di bilang umat Islam tidak berada dalam satu kepemimpinan kesatuan jamaah Islamiyah. Walau setelah keruntuhan itu muncullah beberapa kelompok jamaah yang tergabung dalam sebuah pergerakan kebangkitan umat. Ini merupakan langkah awal untuk mengembalikan kesatuan kepemimpinan umat. Karena sebelumnya kesatuan umat ini terkoyak dan tercecer terpecah belah menjadi keping-keping sekumpulan kecil bagian dari umat yang besar maka di sadari atau tidak ketika umat ini mulai jauh dari kesatuan umat tersekat oleh perbedaan teritorial suku dan lain-lain. Di sanalah mulai muncul berbagai konflik yang sejatinya bolehlah dikatakan menciderai ukhuwah islamiyah.

Berbicara ukhuwah maka tak usahlah menganggap kalau ia terjadi ketika ada sekumpulan manusia yang banyak atau ukhuwah bisa terjadi ketika minimal ada dua orang. Namun sesungguhnya ukhuwah islamiyah mengikat dimensi yang beragam melewati ruang dan waktu dan tak terbatalkan karena hanya ada satu orang dalam pelakunya. Ketika satu orang maka kerja ukhuwah pun sangat mungkin bisa di lakukan, jadi ukhuwah islamiyah merupakan sesuatu yang menakjubkan. Namun ikatan ini adakalanya kita akan mendapati berbagai tingkatan kualitas. Adakalanya ikatan ini melemah namun sejatinya ikatan ini merupakan ikatan kokoh yang akan di bawa sampai ke syurga. Ketika ikatan ini lemah kita tak menjadikan ada kesalahan dalam talinya namun ketika itu terjadi sebenarnya keimanan lah yang sedang compang-camping. Ukhuwah akan Allah berikan ujian dalam proses memperkuat ikatannya. Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak virus ukhuwah yang akan menyerang ukhuwah dan ini perlu kita waspadai.

Pernah kita dapati kondisi dimana ukhuwah ini tercederai sehingga ikatannya melemah terseok-seok dan tertatih membawa pelakunya semakin menjauhi Allah SWT. Beberapa ikhwah bahkan sampai dengan penuh kesadaran sengaja memutuskan ikatan nan agung ini dan tentunya kita berlindung kepada Allah rabbul ‘alamin agar di jauhkan dari kondisi ini. Betapa sering didapati pergesekan antar satu ikhwah dengan ikhwah yang lain. Kita juga mungkin pernah melakukan kesalahpahaman dalam beberapa interaksi kita. Banyak terkaan pribadi yang sesungguhnya ia jauh dari nilai kebenaran dan hanya menzhalimi sesama saudara seiman kita. Ketika terjadi beberapa kondisi memprihatinkan itu maka alangkah bijaknya ketika kita bermuhasabah melakukan evaluasi dalam menata ikatan yang begitu tinggi ini. Mari senantiasa kita buka kembali lembaran mendasar tentang ukhuwah yang begitu indah ini:

Pertama, tengoklah bahwa dalam lembaran mendasar. Dibangun atas dasar apakah ukhuwah islamiyah itu? Karena ketika ikatan ini di bangun bukan atas dasar yang benar maka tentunya pondasi ini akan mudah di gempur dan tak akan kuat menopang orang yang berhimpun di dalamnya. Ustadz Hasan menyatakan bahwa Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan Aqidah. Jadi asas yang di bangun dalam ukhuwah Islamiyah adalah azas aqidah atau berdiri di atas landasan Islam sehingga semuanya berada dalam lingkup Pengakuan, ketundukan pada risalah Islam melalui Rasul SAW yaitu syariat Islam.

Firman Allah:

Dan berpegang teguhlah kamu pada tali agama Allah dan jangan kamu bercerai-berai (Qs Ali Imran)

Hal ini di buktikan dengan seberapa dalam kita teguh berpegang pada tali Allah dalam berukhuwah menurut Ibnu Katsir dalam menafsirkan kata tali Allah adalah Al-Qur’an. Jadi seberapa jauh ikatan kita ini dalam pemenuhan hak ukhuwah dan melakukan kerja-kerja ukhuwahnya mengimplementasikan nilai-nilai Al-Qur’an.

Kedua, bukalah kembali mata kita dan mata hati kita bisa jadi kita sedang tertipu dan terkecoh posisi kita bisa jadi sedang di luar lingkaran ukhuwah Islamiyah. Mungkin kita terjebak terperosok ke dalam lingkaran lubang ikatan-ikatan yang lain yang itu sesungguhnya merupakan bukan ukhuwah Islamiyah melainkan ukhuwah jahiliyah. Mari kita review kembali bab ukhuwah ini. Di dunia ini ada beberapa ikatan yang ini dilekatkan pada diri manusia.

Ada 4 jenis ikatan yang mampu menghimpun manusia, yaitu:

Page 12: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

1.  Ikatan mashlahiyah

Yaitu manusia berhimpun karena menginginkan maslahat yang sama ikatan ini terputus ketika maslahat tidak diperoleh. Misal: orang menikah karena kecantikan maka ikatan pernikahan itu hilang atau pudar seiring pudarnya kecantikan fisik yang di makan zaman.

2.  Ikatan ruhiyah bi laanidzom

Yaitu orang berhimpun dengan ikatan keagamaan tanpa aturan/sistem yang mengatur masyarakat. Beberapa agama kecuali Islam tidak mempunyai sistem yang takamul (sempurna) mengatur urusan umatnya. Bahkan Islam sendiri ketika pemeluknya tidak berislam dengan kaffah maka bisa saja termasuk ke dalam ikatan ini.

3.  Ikatan rabithah wathoniyah/ashobiyah (nasionalisme)

Yaitu orang berhimpun, terikat satu sama lain dan merasa bersaudara karena tinggal dalam satu wilayah Agama, Suku, Ras dan lain-lain. Ikatan ini membawa dampak buruk misal muslim Indonesia hanya peduli sesama muslim yang berada di negara Indonesia saja tak mempedulikan saudaranya yang sedang memikul perjuangan pembebasan di Palestina. Terjadinya Permusuhan, perperangan antara negeri muslim dan Terpecahnya kaum muslimin menjadi lebih dari sekitar 50 negara

4.  Ikatan mabda’iyah (ideologis)

Inilah ikatan dimana posisi ukhuwah islamiyah itu sejatinya berada. Yaitu ikatan yang dibangun atas asas aqidah Islam dan syariat perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Ikatan yang terputus oleh dimensi ruang dan waktu tidak tersekat oleh teritorial dan perbedaan warna kulit dan bahasa. Di dalam nya ada bahasa persatuan yaitu bahasa Al-Qur’an.

Ketiga, tataplah kembali kerja-kerja ukhuwah berupa pemenuhan hak-hak ukhuwah yang seharusnya kita dan saudara kita dapatkan dan merasakannya bersama. Izinkan saya kembali menutipkan beberapa kerja ukhuwah.

Beberapa kerja ukhuwah Islamiyah di antaranya:

1. Katakan bahwa Anda mencintai saudara Anda

: �ه� ب �ح� ي �ه� ن أ ه� �ر ب �خ ي فل خاه�

أ ج�ل� الر� حب� أ ��ذا إ قال م ل وس ه� ي عل الله� صلى �ي% �ب الن عن�

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits shahih)

: : �ي� �ب الن ه� ل فقال هذا ألح�ب� -ي �ن ا الله� و ل� س� ر ا ي فقال ج�ل0 ر فمر� م ل وس ه� ي عل الله� صلى �ي% �ب الن د ن ع� ان ك 5 ج�ال ر ن� ا س7 ن ا عن : : : : فقال الله� ف�ى �ك �ح�ب أ %ي �ن إ فقال ح�قه� فل �م ه� أع ل م ل وس ه� ي عل الله� صلى قال ال، قال ه�؟ م ت ع ل

أ م ل وس ه� ي عل الله� صلىه� ل �ى ن ت ب ب ح

أ �ذ�ي ال �ك حب أ

Anas RA mengatakan bahwa seseorang berada di sisi Rasulullah SAW, lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah tersebut mengatakan, “Aku mencintai dia, ya Rasulullah.” Lalu Nabi bersabda, “Apakah kamu sudah memberitahukan dia?” Orang itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Beritahukan kepadanya.” Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Kemudian orang yang dicintai itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.” (Abu Dawud, dengan sanad shahih)

Jadi, jangan tunda lagi. Katakan cinta kepada orang yang Anda cintai.

2. Minta didoakan dari jauh saat berpisah

: : م�ن �خي� ا ا ي ا ن س ن ت ال فقال ل�ي ذ�ن فأ ة� ع�م ر ال ف�ى م ل وس ه� ي عل الله� صلى �ي� �ب الن ت� ذ�ن

أ ت �س ا قال خطاب� ال ن� ب ع�مر عن : : �ك د�عائ ف�ى جي�

� أ ا ي ا ن ر�ك ش أ قال ة7 ر�واي وف�ى ا، ي الد�ن ��ها ب ل�ى ن�

أ �ى ن ر� س� ي ما �مة5 ل ك فقال �ك د�عائ

Page 13: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

Umar bin Khaththab berkata, “Aku minta izin kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan umrah, lalu Rasulullah SAW mengizinkanku.” Beliau bersabda, “Jangan lupakan kami, wahai saudaraku, dalam doamu.” Kemudian ia mengatakan satu kalimat yang menggembirakanku bahwa aku mempunyai keberuntungan dengan kalimat itu di dunia. Dalam satu riwayat, beliau bersabda, “Sertakan kami dalam doamu, wahai saudaraku.” (Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits hasan shahih)

: : ل7 �م�ث ب ك ول ملك� ال قال � �ال إ ب� غي ال �ظه ر� ب ه� ي خ� أل� د ع�و ي 7 �م ل م�س م�ن ما م ل وس ه� ي عل الله� صلى الله� و ل� س� ر قال

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak seorang hamba mukmin yang berdoa untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata, ‘Dan bagimu seperti itu’.” (Muslim)

3. Bila berjumpa, tunjukkan wajah gembira dan senyuman

: ق7 �ي طل �وج ه7 ب خاك أ قى ل ت ن أ و ول 5 ئا ي ش مع ر�ف� ال م�ن ن� ح ق�ر ت ال م ل وس ه� ي عل الله� صلى الله� و ل� س� ر قال

Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (Muslim)

4. Berjabat tangan dengan erat dan hangat

Berjabat tanganlah acapkali bertemu. Sebab, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dua orang muslim yang berjumpa lalu berjabat tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (Abu Dawud)

: قا فر� ت ي ن أ ل قب ه�ما ل غ�ف�ر � �ال إ صافحان� ت في ان� ق�ي ت ل ي ن �م�ي ل م�س م�ن ما م ل وس ه� ي عل الله� صلى الله� و ل� س� ر قال

5. Sering-seringlah berkunjung

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku, keduanya saling berkunjung karena Aku, dan saling memberi karena Aku’.” (Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)

6. Ucapkan selamat saat saudara Anda mendapat kesuksesan

: وجل� عز� الله� ة� ر� س ذال�ك ه� ر� س� �ي ل �ح�ب� ي �ما ب جاه� أ ق�ي ل من م ل وس ه� ي عل الله� صلى الله� و ل� س� ر قال مالك بن س7 ن ا عن

امة� ق�ي ال و م ي

Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bertemu saudaranya dengan membawa sesuatu yang dapat menggembirakannya, pasti Allah akan menggembirakannya pada hari kiamat.” (Thabrani dalam Mu’jam Shagir)

Jadilah Anda orang yang paling pertama mengucapkan selamat kala saudara Anda menikah, mendapat anak, menempati rumah baru, pergi haji, naik jabatan, dan lain-lain.

7. Berilah hadiah terutama di waktu-waktu istimewa

�ن الض�غائ �ذ ه�ب� وت مود�ة ال �و ر�ث� ت �ها �ن فإ ا هداي �ال ب �م ك ي عل

Hadits marfu’ dari Anas bahwa, “Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati.” (Thabrani)

: �و ا اب ح ت هادو ا ت ة �ش عائ عن

Thabrani juga meriwayatkan hadits marfu’ dari Aisyah RA bahwa, “Biasakanlah kamu saling memberi hadiah, niscaya kamu akan saling mencintai.”

8. Berilah perhatian dan bantu keperluan Saudara Anda

Page 14: Membangun Kesatuan Umat Dan Ukhuwah Islamiyah

: � و م ي ب� �ر ك م�ن ة5 ب �ر ك ه� عن الله� ف�س ن ا ي الد�ن ب� �ر ك م�ن ة5 ب �ر ك م�ؤ م�ن7 عن ف�س ن من م ل وس ه� ي عل الله� صلى الله� و ل� س� ر قالة�، واآلخ�ر ا ي الد�ن ف�ى الله� ه� ر ت س �م5ا ل م�س ر ت س ومن ة�، واآلخ�ر ا ي الد�ن ف�ى ه� ي عل الله� ر س� ي ر7 م�ع س� على ر س� ي ومن امة�، ق�ي ال

ه� ي خ� ا عو ن� ف�ى د� عب ال مادام د� عب ال عو ن� ف�ى .والله�

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (Muslim)

Karena itu, jadikan diri Anda orang yang paling dahulu membantu kala saudara Anda membutuhkan.

Dan tentunya kerja ukhuwah yang lainnya yang tidak saya cantumkan di atas. Jika ingin melengkapi lebih teknis maka silakan di baca buku yang berjudul bagaimana menyentuh hati karangan Abbas As Sisiy.

Ketika ukhuwah kita sedang melemah maka lakukanlah lebih banyak lagi kerja-kerja ukhuwah itu. Dan tentunya mari kita renungkan sudahkah kita ungkapan kecintaan kita itu pada saudara kita? Seberapa sering kita meminta doa kepada saudara kita dan mendoakan mereka? Wajah maniskah yang sering kita tunjukkan ketika kita bermuwajahah bertatap muka dengan saudara kita? Seberapa seringkah dan setulus apakah senyum yang kita berikan untuk saudara kita? Sehangat dan seerat apakah tangan kita menjabat tangan mereka? Masih seringkah kita mengunjungi mereka? Pernahkah kita senang dan mengucapkan selamat atas kebaikan dan keberuntungan yang didapat saudara kita? Seberapa perhatiankah kita terhadap mereka? Seberapa seringkah kita saling memberi hadiah? Menawarkan bantuan? Lupakah kita dengan itsarnya para pasukan muslim yang sedang sekarat kehausan dan akhirnya Allah swt mensyahidkan mereka secara bersama di terik padang pasir. Atau kita juga lupa dengan kisah pasukan musuh yang lari terbirit-birit menciut mentalnya karena menyaksikan berebutnya dan berlombanya pasukan muslim mereka masuk ke dalam sungai dengan serempak karena hendak mengambil salah alat makan seorang pasukan yang terjatuh ke sungai.

Mungkin ini hanya sebuah renungan untuk kita basahi sejenak pikir dan rasa kita dalam berukhuwah. Sesungguhnya bukan ukhuwah yang sedang melemah melainkan kondisi iman kita sedang berada pada kondisi futur. Bukan ukhuwah kita yang salah melainkan compang-campingnya iman kita. Karena hakikat dari ukhuwah Islamiyah adalah keimanan itu sendiri. Tetaplah semangat memperbaharui hembusan angin segar dalam ikatan ukhuwah. Istiqamahlah untuk senantiasa berhimpun dalam lingkaran nan indah itu. Inilah hubungan yang paling tinggi di antara sesama hamba. Inilah ikatan yang akan menjadikan kita selalu bersama dalam dekapan ukhuwah menebar senyum terindah di bumi dan menuai panen keberkahan sampai di surga kelak sampai kembali di himpun bersama di tempat terindah di dalam JannahNya.

Di perantara bumi Allah yang luas bersama keheningan malam kota Purwokerto

Keyword: cedera, ukhuwah