pelabuhan
Post on 21-Jan-2016
74 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa jembatan yang ada di samarinda telah mengalami
kerusakan yang disebabkan karena bertambahnya volume kendaraan
yang melewati jembatan serta karena umur jembatan yang sudah tua.
Kerusakan tersebut harus segera diperbaiki karena jika tidak akan
mengakibatkan keruntuhan struktur. Beberapa jembatan yang telah
mengalami kerusakan di antaranya Jembatan Arif Rahman Hakim dan
Jembatan Dua di Samarinda.
Jembatan Arif Rahman Hakin dan Jembatan Dua samarinda telah
mengalami keretakan terutama pada plat lantai jembatan. Keretakan pada
plat beton lantai jembatan akan mengakibatkan rembesan air yang akan
menyebabkan terjadi proses keasaman pada baja tulangan akibat
selanjutnya baja akan mengembang dan menjadi keropos. Baja yang
keropos akan putus sehingga fungsi baja tulangan dalam beton yaitu
menahan gaya tarik akan berkurang dan pada tahap tertentu akan tidak
berfungsi sama sekali.
Jika sistem struktur yang dibangun dengan beton bertulang tidak
berfungsi maka akan terjadi keruntuhan pada plat beton yang mengalami
keretakan dan rembesan air. Untuk mengatasi masalah retak pada plat
beton lantai jembatan dapat dilakukan dengan perbaikan Injection yaitu
dengan cara memasukkan bahan perekat kedalam celah atau retakan pada
plat lantai beton. Kemudian diinjection dengan tekanan sampai terlihat
pada lubang atau celah lain telah terisi. Penginjection harus dilakukan
sampai penuh sehingga seluruh celah retak dapat tertutupi dengan rapat.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kerja perbaikan lantai jembatan apabila direncanakan
dengan bahan perekat low pressure system dan dengan pelat baja ?
1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penulisan ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara perbaikkan retak lantai jembatan dengan cara
suntikan bahan perekat menggunakan low pressure system dan dengan
pelat baja atau penambahan gelagar
1.4. Batasan Penulisan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka isi penulisan mengenai
perkuatan lantai jembatan dengan metode injection (low pressure system)
dan penambahan gelagar terutama pada jembatan II dan jembatan Arif
Rahman Hakim di samarinda
1.5. Sistematika penulisan laporan
Dalam memudahkan pembahasan untuk menyusun laporan maka
dibuat sistematika penulisan laporan. Adapun urutan pokok penulisan
laporan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang tinjauan umum, latar
belakang rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan,
batasan penulisan, metode penulisan laporan, sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisikan tentang definisi masalah yang dibahas, teori dan
rumus – rumus yang digunakan, serta literature (sumber) dari
perolehan data.
BABIII PERANCANGAN PERBAIKAN DENGAN BAHAN
PEREKAT LOW PRESSURE SYSTEM DAN
PENAMBAHAN GELAGAR PADA LANTAI
JEMBATAN
2
Berisikan tentang data teknis lapangan, jenis data apa saja
yang digunakan, macam dan jenis survey yang dilakukan,
analisa data yang digunakan, konsep dan perancangan
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan tentang buku-buku referensi penunjang penulisan
laporan praktek kerja lapangan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Perbaikan retak pada pelat beton lantai jembatan dengan cara penyuntikan.
Bahan perekat ini adalah suatu cara perbaikan retak beton yang retakannya
berkisar antara 0,04 mm sampai dengan 2,00 mm menjadi satu kesatuan kembali,
sehingga retak beton tidak bertambah parah dan beton dapat berfungsi kembali
sebagaimana mestinya. Pekerjaan ini meliputi penyuntikan bahan perekat kedalam
retakan yang ada sampai terisi penuh. Jenis pekerjaan perbaikan ini apabila
kondisi beton struktur yang akan diperbaiki sesuai persyaratan dibawah ini :
Lebar retak beton yang ada pada struktur beton tidak lebih dari 2,00
mm
Mutu beton yang ada tidak boleh kurang dari K-175.
Bagian struktur beton yang akan diperbaiki belum mengalami
kebocoran atau belum ada rembesan air dari bagian atas.
Jenis bahan perekat, bahan penutup / seal dan injector / alat penyuntik
yang digunakan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Kuasa
Bangunan atau telah mendapat rekomendasi dari Balai Penelitian Independen
melalui hasil penelitian / pengujian bahan epoxy resin dan bahan penutup / seal
atau sesuai persyaratan tersebut dibawah ini
2.2 Teori dan Rumus
2.2.1 Bahan Perekat
Bahan perekat ini harus mempunyai daya penetrasi sedemikian rupa
sehingga dapat mengisi celah retak pada posisi penyuntikan dari bawah keatas
dalam keadaan struktur bergetar ( lalu-lintas tidak ditutup ). Tidak menyusut
setelah mengeras, sehingga bahan perekat harus merupakan jenis epoxy murni
tanpa bahan pelarut apapun yang dapat mengakibatkan penyusutan bahan. Bahan
perekat harus tahan terhadap air hujan, air laut dan bahan kimia lainnya seperti
karbon monoxjde atau H2SO4 dan sebagainya. Jenis cairan bahan perekat harus
4
memenuhi persyaratan untuk melekatkan struktur beton akibat retakan atau
memenuhi persyaratan AASTHO M235 atau JIS sebagai berikut :
Jenis cairan bahan perekat harus memenuhi persyaratan untuk melekatkan
struktur beton akibat retakan atau memenuhi persyaratan AASTHO M235 atau
JIS sebagai berikut :
1. Berat jenis ( Specific Gravity) (JIS K 7112 ) 1,15 ± 0,05 g/cm3
2. Viscosity ( JIS K 6838) 500 ± 200 m Pa.s
3. Kekuatan Tekan (Comprressive yeald strength) (JIS K 7208) 500
Kg/cm2
4. Modulus Elastisitas (Comprressive ejlasic coefficient) (JIS K 7208)
10.000 Kg/cm2
5. Kekuatan Geser Tarik (Tensile shear strength) (JIS K 6850) 100
Kg/cm2
2.2.2. Bahan Penutup (Grout)
Bahan penutup ini digunakan untuk menutup bagian luar celah retak agar
bahan perekat tidak mengalir keluar. Bahan penutup ini harus mempunyai
persyaratan sebagai berikut :
1. Berat jenis (Specific Gravity ) (JIS K 7112) 1,70 ± 0,10 g /cm3
2. Kekuatan lentur (Flexural strength) (JIS K 7203) 400 Kg/cm2
3. Tegangan leleh tekan (Comprressive yeald strength) (JIS K 7208) 600
Kg/cm2
4. Modulus Elastisitas (Comprressive young’s modulus) (JIS K 7208)
40.000 Kg/cm2
5. Kekuatan Tarik (Tensile strength) (JIS K 7113) 200 Kg/cm2
6. Kekuatan Kejut (Impact strength) (JIS K 7111) 14,50 Kg/cm2
7. Kekuatan Geser Tarik (JIS K 6850) 110 Kg/cm2
2.2.3. Alat Injeksi (Injection)
Alat injeksi adalah alat yang digunakan untuk memasukan cairan bahan
perekat/epoxy resin masuk kedalam celah retakan sampai kebagian retak yang
paling kecil dengan tekanan rendah ( low pressure). Alat injeksi tersebbut harus
terdiri dari 4(empat) bagian yang terpisah yaitu :5
a. Pompa bertekanan rendah (low pressure) dengan tekanan antara 1 – 12
Psi, yang terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
Tabung dispenser sebagai tempat bahan perekat / epoxy yang sudah
dicampurkan antar komponen A dan B.
Pengatur tekanan yang berfungsi untuk mengatur tekanan udara
dari compressor yang dapat disetel sesuai keinginan yaitu antara 1
s/d 12 Psi.
b. Injector/naple, yang terbuat dari bahan plastic dengan permukaan yang
bergerigi tujuannya adalah agar dapat merekat dengan baik pada
permukaan beton yang direkatkan dengan bahan penutup /seal.
c. T- sambung, yang berguna sebagai alat penyambung injector/naple
dengan selang plastic ø 6 mm dan dihubungkan dengan injector/naple
lainnya.
d. Selang plastic ø 6 mm untuk merangkaikan injector/naple menjadi satu
rangkaian. Alat penyuntik tersebut harus dapat menghasilkan tekanan
sebesar 3 – 3,50 Kg/cm2 secara terus menerus selama proses perekatan
berlangsung, dan jenis alat penyuntik tersebut harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, Pemberi
Tugas/Satuan Tugas sebelum dipergunakan.
2.2.4. Baja
1. Pelat Baja
Bahan (material) pelat baja yang dipakai harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut
- Tebal pelat baja 4,50 mm
- Sesuai dengan standar JIS G 3101 dengan grade 42
2. Baut anker ( untuk memasang pelat baja )
Baut anker yang dipakai mutu tinggi yang harus memenuhi
persyaratan AASHTO M 164 atau sesuai persyaratan JIS / ASTM
sebagai berikut :
a. Berat jenis ( JIS K 6911) 1,20 ± 0,10 g/cm3
b. Kekuatan Tekan ( JIS K 6911) ≥ 600 Kg/cm2
6
c. Modulus Elastisitas (ASTM D 695) (1,5 – 3) x10.000 Kg/cm2
d. Tegangan Geser Tarik (JIS K 6850) ≥ 12 Kg/cm2
e. Baut anker merupakan jenis baut mutu tinggi dan anti karat.
3. Pipa pengisi ( pipa aluminium ) ø 10 x 60 mm dipakai sebagai pipa
untuk menyuntikan cairan bahan perekat.
4. Pipa udara ( pipa aluminium ) ø 10 x 100 mm dipakai sebagai
ventilasi udara dan lobang control.
5. Tutup baut terbuat dari pelat baja yang direkatkan dengan bahan
penutup ( seal ) dan dicat anti karat. Pelat baja yang sudah terpasang
harus diberi pelindung cat anti karat yang terdiri dari atas dua lapisan
yaitu cat dasar dan cat akhir dimana merupakan cat marine yang diberi
warna abu-abu.
2.3. Karakteristik Beton Pada Plat Lantai
Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja dimana
tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton.
Tulangan baja juga dapat menahan gaya tekan sehingga digunakan pada
kolom, pancang dan pada berbagai kondisi lain.
Sistem struktur yang dibangun dengan beton bertulang seperti, bangunan
gedung, jembatan, dinding penahan tanah dan lain sebagainya, dirancang dari
prinsip dasar desain yang berlaku umum bagi setiap sistem struktur, selama
diketahui variasi gaya aksial, momen lentur, gaya geser, unsur gaya lainnya, serta
bentang dan dimensi dari setiap elemen. Kelebihan dari beton bertulang adalah
sebagai berikut :
1. Beton memiliki kuat tekan yang relatif tinggi dibanding dengan bahan
lainnya.
2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap air dan
api, beton merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang
banyak bersentuhan dengan air.
3. Salah satu keistimewaan beton adalah dapat dicetak menjadi bentuk
yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok, kolom, tiang pancang,
hingga menjadi atap kubah.
7
4. Beton bertulang tidak memerlukan biaya perawatan yang tinggi.
5. Struktur beton sangat kokoh.
6. Beton memiliki umur yang panjang, kekuatan beton tidak berkurang
dengan berjalannya waaktu bahkan semakin lama semakin bertambah
karena lamanya proses pemadatan pasta semen.
Selain kelebihan – kelebihan yang dimiliki, beton juga memiliki
kelemahan – kelemahan. Kelemahan beton adalah sebagai berikut :
1. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga
memerlukan penggunaan tulangan tarik ( baja tulangan ).
2. Beton bertulang memerlukan bekisting atau cetakan untuk menahan
beton tetap pada tempatnya dan bentuknya sampai beton mengeras.
Selain itu, penyangga sementara juga diperlukan untuk menjaga agar
bekisting tetap berada pada tempatnya, misalnya pada atap, dinding
dan lain sebagainya.
3. Rendahnya kekuatan per satuan berat beton mengakibatkan beton
bertulang menjadi berat, hal ini akan berpengaruh pada konstruksi
bangunan bentang – panjang dimana berat beban mati beton yang
besar akan mempengaruhi momen lentur.
4. Sifat – sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinga proporsi
campuran dan pengadukannya, selain itu penuangan dan perawatan
beton tidak bisa ditangani seteliti yang dilakukan pada material baja
struktur dan kayu lapis.
Karena sifat utama dari bahan beton sangat kuat menerima beban
tekan, maka untuk mengetahui mutu beton, pada umumnya ditinjau
terhadap kuat beton tersebut. Mutu beton dibedakan dalam 3 (tiga) hal,
yaitu :
a. Beton dengan f’c kurang dari 10 MPa,digunakan untuk beton non
struktur.
b. Beton dengan f’c = 10 MPa ke atas dan kurang dari 20 MPa biasanya
digunakanuntuk beton struktur.
c. Khusus struktur bangunan tahan gempa dipakai mutu beton f’c
minimal 20 MPa.
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton yaitu = faktor air
semen, faktor-faktor sifat agregat, jenis semen, umur beton dan
perbandingan campuran beton. Pengolahan beton merupakan faktor yang
perlu diperhatikan, agar mutu beton tersebut sesuai dengan yang
disyaratkan. Pengolahan beton ini meliputi : Pengadukan beton,
pengangkutan beton, penuangan beton, pemadatan, perataan dan
perawatan beton. Kuat tekan beton akan menurun apabila terjadi kerusakan
pada beton. Macam kerusakan beton :
a. Retak (crack)
Crack adalah retak pada permukaan beton karena mengalami
penyusutan, lendutan akibat beban hidup (live load)/ beban mati (dead
load), akibat gempa bumi maupun perbedaan temperatur yang tinggi pada
waktu proses pengeringan, crack dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam
yaitu :
1). Retak kecil dengan lebar retakan kurang dari 0,5 mm.
2). Retak sedang dengan lebar retakan antara 0,5 mm sampai 1,2 mm.
3). Retak besar dengan lebar retakan lebih dari 1,2 mm.
Penyebab terjadinya keretakan pada beton adalah :
1. Proses pemadatan beton yang tidak sempurna mengakibatkan beton
berongga yang akhirnyamenimbulkan keretakan.
2. Perawatan beton yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pada
saat beton berumur sampai dengan 28 hari, mengakibatkan pengerasan
beton permukaan dan bagian dalam beton tidak bersamaan, karena
bagian luar sudah mengeras, sedang bagian dalam belum terjadi
pengerasan, akhirnya mengakibatkan keretakan.
Dengan demikian adanya keretakan pada beton dan rembesan air akan
terjadi proses keasaman pada baja tulangan, akibat selanjutnya baja
akan mengembang dan menjadi keropos. Baja yang mengembang atau
bertambahnya volume baja akan mengakibatkan keretakan yang lebih
parah dan kerusakan beton. Baja yang keropos akan putus sehingga
fungsi baja tulangan dalam beton yaitu menahan gaya tarik akan
berkurang dan pada tahap tertentu akan tidak berfungsi sama sekali.
9
Akibat selanjutnya akan terjadi keruntuhan struktur pada struktur yang
mengalami keretakan dan rembesan air.
b. Pengelupasan (spalling)
Pengelupasan (spalling) pada struktur yaitu terkelupasnya selimut
beton besar atau kecil sehingga tulangan pada beton tersebut terlihat, hal
ini apabila dibiarkan dengan bertambahnya waktu, tulangan akan berkarat /
korosi akhirnya patah
(Crane, 1985 dan Roomfield, 1997). Untuk perbaikan beton perlu
dipilih bahan perbaikan yang memenuhi sifat bahan (Suhendro,2001)
yaitu:
1) Stabilitas bentuk
2) Koefisien muai panas
3) Modulus Elastisitas
4) Permeabilitas
Sistem atau metode perbaikan beton harus dipilih/disesuaikan
berdasarkan tingkat kerusakannya. Macam metode perbaikan beton yaitu:
a) Coating
b) Injection (Grouting)
c) Shotcrete
d) Prepacked concrete
e) Jacketing
f) Penambahan tulangan
2.4 Klasifikasi Perbaikan Struktur Beton
a) Perbaikan ringan.
Perbaikan ini meliputi perbaikan akibat kerusakan kosmetik yaitu
perbaikan hanya pada permukaan struktur yang berupa plesteran dan
cat – catan.
b) Perbaikan sedang.
Perbaikan ini meliputi perbaikan struktur melalui beberapa pemilihan
metode perbaikan. Perbaikan ini dilakukan pada struktur yang
mendapat rembesan air hujan tidak langsung dan jarak dari sumber
10
rembesan lebih dari 2m. Perbaikan ini terjadi pada plat lantai dan
balok
c) Perbaikan berat.
Perbaikan berat dilakukan pada struktur bangunan yang pada waktu
hujan mendapat rembesan air secara langsung, berulang-ulang dan
berlangsung lama.
2.5 Metode Perbaikan
a) Perbaikan ringan.
Perbaikan ini meliputi pengelupasan plesteran lama karena plesteran
yang lama sudah rusak (berlumut) dan diganti dengan plesteran baru
dengan campuran 1 Pc : 3 pasir. Sebelum plesteran baru ini
dilaksanakan, balok beton dibiarkan terbuka beberapa waktu sambil
menunggu perbaikan strukturnya. Adapun perbaikan ini dilaksanakan
pada seluruh plesteran yang rusak akibat rembesan air yang secara
visuil kelihatan basah dan cat-catan mengelupas.
b) Perbaikan sedang
Pada perbaikan struktur ini yang perlu dilakukan adalah meneliti
terlebih dahulu keretakan pada struktur dengan mengupas seluruh
plesteran pada struktur yang secara visuil mengalami rembesan air.
Selanjutnya meneliti tingkat keretakan beton dan diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Retak kecil yaitu retak dengan lebar 0,25 sampai dengan 10 mm.
b. Retak sedang yaitu retak dengan lebar 10 mm sampai dengan 35
mm.
c) Perbaikan Besar
Retak besar yaitu retak dengan lebar 35 mm sampai dengan 75 mm.
Tujuan pengelompokan ini dilakukan karena jenis atau spesifikasi
bahan yang digunakan berbedabeda, adapun perbaikan retak pada
beton dilakukan dengan jalan injeksi atau grouting dengan bahan
produk FOSROC jenis Epoxy Grouts, yaitu
11
a. Retak kecil atau berpori-pori kecil menggunakan Conbextea EP 10
TG.
b. Retak sedang menggunakan Conbextea EP 40 TG.
c. Retak besar menggunakan Conbextea EP 65 TB.
2.6. Alternatif perbaikan dan metode perbaikan
Dari penjelasan pada sub bab metode perbaikan struktur yaitu sub bab
metode perbaikan, telah dijelaskan alternatif perbaikan untuk perbaikan ringan
dan perbaikan sedang. Adapun alternative perbaikan berat ditentukan oleh jenis
kerusakan strukturnya yang meliputi : coating, injection, shotcrete, prepacked
concrete, jacketing dan penambahan tulangan.
a) Coating
Perbaikan coating adalah melapisi permukaan beton dengan cara
mengoleskan atau menyemprotkan bahan yang bersifat plastik dan
cair. Lapisan ini digunakan untuk menyelimuti beton terhadap
lingkungan yang merusak beton. Metode ini tidak direkomendasikan
karena dengan coating atau melapisi permukaan beton akan
menyebabkan air dalam beton terperangkap atau tidak terjadi
penguapan.
b) Injection (grouting)
Perbaikan injection adalah memasukkan bahan yang bersifat kedalam
celah atau retakan pada beton, kemudian diinjection dengan tekanan,
sampai terlihat pada lubang atau celah lain telah terisi atau mengalir
keluar. Metode ini direkomendasikan untuk perbaikan dengan
mempertimbangkan dan menggabungkan dengan metode perbaikan
yang lain.
c) Shotcrete
Perbaikan Shotcrete adalah menembakkan mortar atau beton dengan
ukuran agregat yang kecil, pada permukaan beton yang akan
12
diperbaiki. Shotcrete dapat digunakan untuk perbaikan permukaan
yang vertikal maupun horisontal dari bawah.
d) Prepacked Concrete
Perbaikan prepacked concrete adalah mengupas beton, kemudian
dibersihkan dan diisi dengan beton segar, beton baru ini dibuat dengan
cara mengisi ruang kosong dengan agregat sampai penuh. Kemudian
di injection dengan mortar yang sifat susutnya kecil dan mempunyai
ikatan yang baik dengan beton lama. Metode ini direkomendasikan
dengan tambahan, bahwa sebelum pelaksanaan harus diketahui
seberapa besar tingkat korosi baja tulangan. Apabila tingkat korosi
masih bisa ditoleransi atau bisa dibersihkan dengan bahan kimia,
maka metode ini bisa dilaksanakan.
e) Jacketing
Perbaikan jacketing adalah melindungi beton terhadap kerusakan
dengan menggunakan bahan selubung, dapat berupa baja, karet , beton
komposit.
f) Penambahan tulangan
Perbaikan penambahan tulangan untuk memperkuat elemen struktur
seperti plat, balok dan kolom yang sudah rusak cukup parah, agar
dapat berfungsi lagi sebagai pemikul beban. Metode ini
direkomendasi dengan mempertimbangkan tingkat kerusakan tulangan
baja. Apabila tulangan baja terjadi korosi, maka metode ini bisa
dilaksanakan.
2.7. Contoh Rumus Perhitungan Gelagar
Gelagar jembatan berfungsi untuk menerima beban-beban yang bekerja
diatasnya dan menyalurkannya ke bangunan dibawahnya. Pembebanan pada
gelagar memanjang meliputi :
• Beban mati
Beban mati terdiri dari berat sendiri gelagar dan beban-beban yang
bekerja diatasnya (pelat lantai jembatan, perkerasan, dan air hujan)
13
• Beban hidup
Beban hidup pada gelagar jembatan dinyatakan dengan beban
“D” atau beban jalur, yang terdiri dari beban terbagi rata “q” ton
per meter panjang per jalur, dan beban garis “P” ton per jalur lalu
lintas tersebut.
Gambar 5.9 Pemodelan Beban Gelagar Memanjang
14
15
16
17
18
19
20
21
BAB III
PERANCANGAN PERBAIKAN DENGAN BAHAN
PEREKAT LOW PRESSURE SYSTEM DAN
PENAMBAHAN GELAGAR PADA LANTAI
JEMBATAN
3.1 Jenis Data
3.1.1 Data Primer
Untuk Mendapatkan data primer dilakukan survey lapangan ( pengamatan
langsung lokasi ).
3.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang didapatkan dari instansi terkait, data
tersebut antara lain :
- Studi Literatur
- Data Tanah
- Data Curah Hujan
- Data Pendukung Lain
3.2 Jenis Survey yang Dilakukan
Survey dimaksud untuk mengamati kondisi yang sebenarnya akan
direncanakan, survey ini meliputi :
- Pengamatan Kondisi Hidrologi Pengamatan ini dimaksud untuk
mengetahui kondisi hidrologi secara langsung
- Pengamatan bentuk / penampang sungai
- Pengamatan Kondisi Topografi
3.3 Metode Analisa Data
Untuk penunjang menganalisis struktur jembatan, diperlukan data-data
perencanaan sebagai berikut :
1. Analisa Struktur Atas dengan menggunakan :
- RSNI T01-2005 tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan.
22
- Serta buku – buku lain yang dapat menunjang dalam penyelesaian
tugas akhir ini
2. Analisa Struktur Bawah dengan menggunakan :
- Analisa pondasi dalam
3.4 Data Umum Proyek
Nama Proyek : Pemeliharaan Berkala Jembatan Dalam Kota
Samarinda.
Pekerjaan : Perkuatan Lantai Jembatan dengan Metode
Injection.
Lokasi : Jl. Sungai Dama dan Jl. Arif Rahman Hakim
Samarinda, Kalimantan Timur
3.5 Penyajian Data
Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek pemeliharaan berkala
jembatan dalam kota Samarinda Telah dilakukan Perhitungan pekerjaan injection.
Data-data yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah sebagai
berikut:
3.5.1 Jembatan Dua
o Panjang retak = 3.50 m.
o Dalam retak = 15 cm
o Lebar retak = 0.08 mm
3.5.2 Jembatan Arif Rahman Hakim
o Panjang retak = 3.75 m.
o Dalam retak = 15 cm
o Lebar retak = 0.06 mm
23
3.5.3 DENAH LOKASI PROYEK
JEMBATAN ARIF RAHMAN HAKIM JEMBATAN DUA
24
25
3.6. Konsep dan Perancangan
Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek pemeliharaan berkala jembatan
dalam kota Samarinda Telah dilakukan Perhitungan pekerjaan injection Perbaikan
retak pada pelat beton lantai jembatan dengan cara penyuntikan. Perbaikan retak
beton yang retakannya berkisar antara 0,04 mm sampai dengan 2,00 mm menjadi
satu kesatuan kembali, sehingga retak beton tidak bertambah parah dan beton
dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Pekerjaan ini meliputi
penyuntikan bahan perekat kedalam retakan yang ada sampai terisi penuh. Jenis
pekerjaan perbaikan ini apabila kondisi beton struktur yang akan diperbaiki sesuai
persyaratan dibawah ini :
Lebar retak beton yang ada pada struktur beton tidak lebih dari 2,00
mm
Mutu beton yang ada tidak boleh kurang dari K-175.
Bagian struktur beton yang akan diperbaiki belum mengalami
kebocoran atau belum ada rembesan air dari bagian atas.
26
3.6.1. Perhitungan Kebutuhan Bahan
ANALISA PERKIRAAN KEBUTUHAN BAHAN UNTUK PEKERJAAN
PERKUATAN LANTAI JEMBATAN
PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
Nama Jembatan : JEMBATAN DUA
No Keterangan Perhitungan Volume
Alat Penyuntik
Bahan Penutup ( Grout )
Cairan Perekat (Sealant)
Luas
Alat Penyuntik
Bahan Penutup (Grout)
Cairan Perekat (sealant)
- Panjang retak = 3.50 m
- Dalam retak = 15 cm
- Lebar retak = 0.008 mm
3.50 : 0.30 x 70%
3.50 x 0.005 x 0.003 x 1,9 x 12
0.04 x 8
3.50 x 0.0008 x 0.15 x 1,08 x 12
0.04 x 8
8 m x 5 m x 12 petak
360 x 8 Bh
360 x 1.517 Kg
360 x 0.864 Kg
8 Bh
1.197 Kg
0.320 Kg
1.517 Kg
0.544 Kg
0.320 Kg
0.864 Kg
360 M2
2.880 Bh
546.12 Kg
311.16 Kg
Tabel 3.6.1 (a) Analisa Perkiraan Perhitungan Bahan Jembatan Dua
27
KEBUTUHAN BAHAN PER BAIKAN RETAK LANTAI BETON JEMBATAN UNTUK 1
M2
ANALISA PERKIRAAN KEBUTUHAN BAHAN UNTUK PEKERJAAN
PERKUATAN LANTAI JEMBATAN
PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
Nama Jembatan : JEMBATAN ARIF RAHMAN KAMIM
No Keterangan Perhitungan Volume
Alat Penyuntik
Bahan Penutup ( Grout )
Cairan Perekat (Sealant)
Luas
Alat Penyuntik
Bahan Penutup (Grout)
Cairan Perekat (sealant)
- Panjang retak = 3.75 m
- Dalam retak = 15 cm
- Lebar retak = 0.06 mm
3.75 : 0.30 x 70%
3.75 x 0.05 x 0.003 x 1,9 x 12
0.04 x 9
3.75 x 0.0006 x 0.15 x 1,08 x
12
0.04 x 9
28 m x 1.6 m x 5 petak
224 x 8 Bh
224 x 1.643 Bh
224 x 0.797 Bh
9 Bh
1.283Kg
0.360 Kg
1.643 Kg
0.437 Kg
0.360 Kg
0.797 Kg
224 M2
2.016 Bh
368.03 Kg
178.53 Kg
28
KEBUTUHAN BAHAN PER BAIKAN RETAK LANTAI BETON JEMBATAN UNTUK 1
M2
TOTAL KEBUTUHAN BAHAN
Tabel 3.6.1 (b) Analisa Perkiraan Perhitungan Bahan Jembatan Arif Rahman
Hakim
No Pekerjaan Satuan KuantitasHarga Satuan
(Rp)
Jumlah
Harga
(Rp)
a b c d e f=(d x e)
I UMUM
I.1 Ls 1.00 50.000.000 50.000
Sub Total I 50.000
II JEMBATAN DUA
II.1Perbaikan Reatak Lantai Jembatan
Dengan Metode Injection
II.1.1 Cairan Perekat (Grout) Kg 311.04 282.000 87.713.28
II.1.2 Bahan Penutup (sealant) Kg 546.12 150.000 81.918
II.1.3 Alat Penyuntik Bh 2.880 48.000 138.240
Sub Total II 307.871.3
IIIJEMBATAN A.RAHMAN
HAKIM
III.
1
Perbaikan Reatak Lantai Jembatan
Dengan Metode Injection
III.
1.1Cairan Perekat (Grout) Kg 178.53 282.000 50.345.46
III.
1.2Bahan Penutup (sealant) Kg 368.03 150.000 55.204.50
III.
1.3Alat Penyuntik Bh 2.016 48.000 98.768.00
Sub Total III 202.317.9
TOTAL ( I + II + III ) 560.189.2
29
3.6.1 (c) Analisa Harga Perbaikan Retak Lantai Jembatan Dua dan
Jembatan Arif Rahman Hakim
3.6.2 Perbaikan Retak Lantai Jembata Dengan Cara Suntikan Bahan
Perekat Menggunakan Low Pressure System
3.6.2.1 Material
a. Bahan Perekat (Grout)
Bahan perekat ini harus mempunyai daya penetrasi sedemikian
rupa sehingga dapat mengisi celah retak pada posisi penyutikan dari
bawah ke atas dalam keadaan struktur bergetar (lalu lintas tidak ditutup).
Tidak menyusut setelah mengeras, sehingga bahan perekat harus
merupakan jenis epoxy murni tanpa bahan pelarut apapun yang dapat
mengakibatkan penyusutan bahan.
Bahan perekat harus tahan terhadap air hujan,air laut dan bahan
kimia lainnya seperti karbon monoaxide atau H2SO4 dan sebagainya.
Bahan perekat harus memenuhi persyaratan kekuatan dan berat jenis
serta kekentalan sebagai berikut :
Bahan Perekat dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Berat jenis ( Specific Gravity) (JIS K 7112 ) 1,15 ± 0,05 g/cm3
2. Viscosity ( JIS K 6838) 500 ± 200 m Pa.s
3. Kekuatan Tekan (Comprressive yeald strength) (JIS K 7208) 500
Kg/cm2
4. Modulus Elastisitas (Comprressive ejlasic coefficient) (JIS K 7208)
10.000 Kg/cm2
5. Kekuatan Geser Tarik (Tensile shear strength) (JIS K 6850) 100
Kg/cm.
30
b.
Tabel 3.6.2.1 Jenis Material Bahan Perekat dan Fungsinya
b. Penutup (seal)
Bahan penutup ini digunakan untuk menutup bagian luar celah
retak agar bahan perekat tidak mengalir keluar dari celah retak yang tidak
tertutup oleh alat penyuntik.
Bahan Penutup ( seal ),dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Berat jenis (Specific Gravity ) (JIS K 7112) 1,70 ± 0,10 g /cm3
2. Kekuatan lentur (Flexural strength) (JIS K 7203) 400 Kg/cm2
3. Tegangan leleh tekan (Comprressive yeald strength) (JIS K 7208)
600 Kg/cm2
4. Modulus Elastisitas (Comprressive young’s modulus) (JIS K 7208)
40.000 Kg/cm2
5. Kekuatan Tarik (Tensile strength) (JIS K 7113) 200 Kg/cm2
6. Kekuatan Kejut (Impact strength) (JIS K 7111) 14,50 Kg/cm2
7. Kekuatan Geser Tarik (JIS K 6850) 110 Kg/cm231
NO JENIS MATERIAL FUNGSI APLIKASI
1 Low Viscosity-Liquid
Based On High Strength
Epoxy Resins injection
Epoxy pengisi celah retakan
2 Thixotropic Epoxy Resin
Adhesive, High Strength
Fillers
Bahan penutup jalur retakan dan
perekat Nipple
3 Nipple Alat yang menempel pada
retakan beton untuk
memasukkan Epoxy
4 Selang Set Penghubung Nipple dan Pompa
Grouthing
5 Thinner Untuk mencuci peralatan
3.6.2.2 Peralatan
a. Alat penyuntik
Alat penyuntik adalah alat untuk menekan cairan bahan perekat
masuk ke dalam celah retak sampai kebagian retak yang paling kecil
dengan tekanan rendah.
Alat penyuntik terdiri dari Nipple Injecksi dan Cap (kepala) atau T
(te) alat pengunci, selang penghubung dan pompa injecksi (Lyli Corp)
yang mempunyai alat ukur ganda dan bertekanan konstan serta terjaga.
Alat penyuntik tersebut harus dapat menghasilkan tekanan sebesar
1,5 – 2,0 bar secara konstan selama proses perekatan berlangsung, dan
jenis alat penyuntik tersebut harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Konsultan Pengawas sebelum dipergunakan
NO JENIS ALAT MERK
1 Sikat Kawat Local
2 Sikat Ijuk Local
3 Pompa Injeksi Lyli Corp.
4 Air Compressor Honda
5 Genset Honda
6 Padlle Mixer Local
7 Gerinda Mesin Makita
8 Bor Listrik Makita
Tabel 3.6.2.2 Jenis – Jenis Alat Penyuntik
Alat Injection dengan spesifikasi alat sebagai berikut :
1. Pompa bertekanan rendah (low pressure) dengan tekanan antara 1
– 12 Psi, yang terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
2. Tabung dispenser sebagai tempat bahan perekat / epoxy yang
sudah dicampurkan antar komponen A dan B.
3. Pengatur tekanan yang berfungsi untuk mengatur tekanan udara
dari compressor yang dapat disetel sesuai keinginan yaitu antara 1
s/d 12 Psi.
32
4. Injector/naple, yang terbuat dari bahan plastic dengan permukaan
yang bergerigi tujuannya adalah agar dapat merekat dengan baik
pada permukaan beton yang direkatkan dengan bahan penutup
/seal.
5. T- sambung, yang berguna sebagai alat penyambung injector/naple
dengan selang plastic ø 6 mm dan dihubungkan dengan
injector/naple lainnya.
6. Selang plastic ø 6 mm untuk merangkaikan injector/naple menjadi
satu rangkaian. Alat penyuntik tersebut harus dapat menghasilkan
tekanan sebesar 3 – 3,50 Kg/cm2 secara terus menerus selama
proses perekatan berlangsung, dan jenis alat penyuntik tersebut
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, Pemberi Tugas/Satuan Tugas sebelum dipergunakan.
3.6.2.3 Keselamatan Kerja
1. Menggunakan kacamata pelindung pada saat pemasangan nipple
injector agar cairan sealant tidak menetes ke mata.
2. Menggunakan sarung tangan agar cairan perekat tidak menempel
ditangan, karena bisa mengakibatkan tangan terkelupas.
3. Menggunakan tali keselamatan yang diikatkan ke badan, karena
bekerja dibawah lantai jembatan beresiko terjatuh.
3.6.2.4 Pelaksanaan
a. Pekerjaan Pada Plat Lantai Beton Jembatan
Seluruh area yang akan dikerjakan harus dibuatkan marka yang
disetujui oleh Supervisor/Direksi.
Bersihkan permukaan yang akan diinjeksi dengan sikat kawat
sehingga bersih dari kotoran,minyak,jamur dan lain-lain.
Kemudian bersihkan dari debu-debu dengan menggunakan
compressor sehingga sepanjang retakan dengan lebar ± 50 mm
benar-benar bersih dan pastikan kondisi keretakan kering
sebelum diinjeksi.
b. Pemasangan Nipple Injector
33
Gambar 3.2.6.4 (b.1) Pemasangan Nipple Injector
Pasang Nipple injeksi dengan bahan penutup (sealant) pada
setiap jarak 15 cm, dan pastikan lubang Nipple tepat pada
beton yang retak dengan menggunakan stick dan tekan dengan
tangan beberapa detik sampai Nipple benar-benar sudah fix
terpasang.
Gambar 3.2.6.4 (b.2) Pemasangan Bahan Sealent
Sepanjang retakan antara 2 Nipple dipasang bahan sealent
sehingga dapat dipastikan Epoxy yang diinjeksi tidak ada yang
bocor keluar.
Pasang Cap atau T (te) pada Nipple pada 1 (satu) kali tekanan.
34
Gambar 3.2.4.6 (b.3) Pemasangan Cap atau T (te)
Hubungan masing-masing Cap atau T (te) dengan selang
injeksi maximal 5 – 10 Nipple per 1 (satu) kali injeksi.
c. Pencampuran Bahan Epoxy (Cairan Perekat)
Gambar 3.2.4.6 (c.1) Pengadukan Bahan Epoxy Component A
Aduk dengan Paddle mixer kecil (Component A) ± 2 menit.
Gambar 3.2.4.6 (c.2) Pengadukan Bahan Epoxy Component B
Aduk dengan Paddle mixer kecil (Component B) ± 2 menit.
Gambar 3.2.4.6 (c.3) Pencampuran Component A & B
Campurkan Component A : B = 2 : 1 dan aduk dengan Paddle
mixer kecil ± 3 menit dengan volume sesuai kapasitas tabung
alat injeksi.
d. Penginjeksian
35
Gambar 3.2.4.6 (d.1) Pemasangan Tabung Cairan Perekat
Pasang tabung yang berisi cairan perekat pada mesin injeksi
dan setel tekanan sampai dengan 1,5 – 2,0 bar.
Gambar 3.2.4.6 (d.2) Penekanan Kembali Cap pada Bipple
Apabila pada Nipple sudah ada tanda-tanda basah (karena
bahan Epoxy yang keluar) tekan Cap pada Nipple 1 (satu) kali
lagi untuk mengunci agar bahan Epoxy tidak keluar dan untuk
menjaga tekanan Epoxy didalam beton tetap terjaga 1,5 bar.
e. Kontrol
Bisa dilakukan dengan cara Core Drill untuk mengetahui
Epoxy masuk apa tidak.
Dilihat pada retakan yang terjauh yang tidak tertutup sealant
apakah Epoxynya keluar atau tidak, kalau keluar berarti Epoxy
sudah bisa masuk kedalam jalur retakan.
f. Pembersihan
Setelah Epoxy berumur 24 jam, segera dilakukan pembersihan
dengan menggunakan gerinda, baik terhadap bekas Nipple,
Sealant dan lainnya.
36
3.7 Perbaikan Retak Dengan Cara Suntikan Bahan Perekat Dan Dengan
Pelat Baja Atau Penambahan Gelagar
Perbaikan retak dengan cara penyuntikan bahan dan ditambah dengan
perkuatan pelat baja atau penambahan gelagar baja dimaksudkan untuk perbaikan
retak dimana struktur beton secara teknis tidak mampu lagi menahan beban yang
diinginkan sehingga perlu ditambah suatu perkuatan guna menambah daya
dukung terhadap momen gaya lintang yang akan terjadi.
Jenis pekerjaan ini mencakup pekerjaan perbaikan retak dengan cairan
bahan perekat seperti telah diuraikan pada spesifikasi perbaikan retak dengan cara
suntikan bahan perekat dan ditambah dengan pelekatan pelat baja dengan cara
baut anker ditambah dengan suntikan bahan perekat atau pelekatan gelagar pada
gelagar lainnya sesuai dengan gambar rencana.
3.7.1 Material
Jenis material cairan bahan perekat yang disyaratkan sesuai dengan
material yang tersebut pada :
a. Bahan perekat retak struktur beton.
Sesuai dengan persyatan pada spesifikasi perbaikan retak dengan cara
suntikan cairan perekat.
Bahan perekat ini harus mempunyai daya penetrasi sedemikian rupa
sehingga dapat mengisi celah retak pada posisi penyutikan dari bawah ke
atas dalam keadaan struktur bergetar (lalu lintas tidak ditutup).
Tidak menyusut setelah mengeras, sehingga bahan perekat harus
merupakan jenis epoxy murni tanpa bahan pelarut apapun yang dapat
mengakibatkan penyusutan bahan.
Bahan perekat harus tahan terhadap air hujan,air laut dan bahan kimia
lainnya seperti karbon monoaxide atau H2SO4 dan sebagainya. Bahan
perekat harus memenuhi persyaratan kekuatan dan berat jenis serta
kekentalan sebagai berikut :
Bahan Perekat dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Berat jenis ( Specific Gravity) (JIS K 7112 ) 1,15 ± 0,05 g/cm3
2. Viscosity ( JIS K 6838) 500 ± 200 m Pa.s
37
3. Kekuatan Tekan (Comprressive yeald strength) (JIS K 7208) 500
Kg/cm2
4. Modulus Elastisitas (Comprressive ejlasic coefficient) (JIS K
7208) 10.000 Kg/cm2
5. Kekuatan Geser Tarik (Tensile shear strength) (JIS K 6850) 100
Kg/cm.
NO JENIS MATERIAL FUNGSI APLIKASI
1 Low Viscosity-Liquid
Based On High Strength
Epoxy Resins injection
Epoxy pengisi celah retakan
2 Thixotropic Epoxy Resin
Adhesive, High Strength
Fillers
Bahan penutup jalur retakan dan
perekat Nipple
3 Nipple Alat yang menempel pada
retakan beton untuk
memasukkan Epoxy
4 Selang Set Penghubung Nipple dan Pompa
Grouthing
5 Thinner Untuk mencuci peralatan
Tabel.3.7.1 Material Bahan Perekat Retak Stuktur
b. Bahan perekat pelat baja atau gelagar baja pada struktur beton.
Jenis cairan bahan perekat untuk melekatkan pelat baja atau gelagar
tambahan pada struktur beton harus memenuhi persyaratan.
Jenis bahan perekat ini tidak boleh menyusut setelah mengeras,
sehingga bahan perekat ini harus merupakan bahan epoxy murni dan tidak
mengandung bahan pelarut.
Cairan bahan perekat ini harus tahan terhadap air dan bahan kimia
lainnya antara lain air hujan, air laut, carbon monoxide atau H2SO4 dan
sebagainya.
c. Bahan Penutup
Bahan penutup ini digunakan untuk menutup bagian luar celah retak
agar bahan perekat tidak mengalir keluar dari celah retak yang tidak
38
tertutup oleh alat penyuntik. Bahan Penutup ( seal ),dengan spesifikasi
sebagai berikut :
1. Berat jenis (Specific Gravity ) (JIS K 7112) 1,70 ± 0,10 g /cm3
2. Kekuatan lentur (Flexural strength) (JIS K 7203) 400 Kg/cm2
3. Tegangan leleh tekan (Comprressive yeald strength) (JIS K 7208)
600 Kg/cm2
4. Modulus Elastisitas (Comprressive young’s modulus) (JIS K 7208)
40.000 Kg/cm2
5. Kekuatan Tarik (Tensile strength) (JIS K 7113) 200 Kg/cm2
6. Kekuatan Kejut (Impact strength) (JIS K 7111) 14,50 Kg/cm2
7. Kekuatan Geser Tarik (JIS K 6850) 110 Kg/cm2
d. Baja
Pelat Baja
Material pelat baja yang dipakai harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
- Tebal Pelat Baja 4,5 mm
- Sesuai dengan standart yang digunakan pemberi kerja.
Gelagar Baja harus memenuhi persyaratan AASHTO M 270-82
dan disambungkan dengan gelagar induk (melintang) dengan baut
mutu tinggi yang harus sesuai dengan standart AASHTO M 164-
82.
Baut Anker (untuk memasang pelat baja)
Baut anker yang dipakai harus memenuhi persyaratan sebagaimana
dijelaskan sebagai berikut :
Berat Jenis (JIS K 6911) 1,2 ± 0,0 G / CM3
Kekutan Tekan (JIS K 6911) > =600 Kg / cm2
Modulus Elastisitas (ASTM D 695) (1,5-3) x 10.000 Kg/cm2
Tegangan Geser Tarik(JIS K 6911) > =120 Kg / cm2
Baut Anker merupakan jenis baut mutu tinggi dan anti karat.
Pipa Aluminium
Dipakai sebagai pipa suntikan dan pipa ventilasi udara diameter 10
mm.
39
Pembersih
Thinner
Cat
Pelat baja atau gelagar yang sudah terpasangharus diberi pelindung
cat anti karat yang terdiri dari atas dua lapisan yaitu cat dasar dan
cat akhir dimana cat akhir merupakan cat marine yang diberi warna
3.7.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk mengerjakan kerjaan perbaikan retak
dengan cara suntikan adalah sebagai berikut
a. pompa,
b. mesin gurinda
c. sikat kawat.
Pompa alat pemompa ini berfungsi sebagai alat untuk memompa sehingga
cairan bahan perekat masuk kedalam celah pelat baja. Mesin gerinda dan sikat
kawat : adalah alat yang digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran dan
bekas beton yang tidak sempurna dan bekas bahan penutup yang harus
dibersihkan kembali.
Mesin pemotong plat baja atau gelagar baja : adalah untuk memotong plat
baja atau gelagar baja guna menyesuaikan dimensi atau panjang yang harus
dipasang.
3.7.3 Keselamatan Kerja
1. Menggunakan kacamata pelindung pada saat pemasangan nipple
injector agar cairan sealant tidak menetes ke mata.
2. Menggunakan sarung tangan agar cairan perekat tidak menempel
ditangan, karena bisa mengakibatkan tangan terkelupas.
3. Menggunakan tali keselamatan yang diikatkan ke badan, karena
bekerja dibawah lantai jembatan beresiko terjatuh.
3.7.4 Pelaksanaan
a. Tahapan Pekerjaan
Pekerjaan perkuatan dengan pelat baja atau gelagar ini harus dimulai
dengan perbaikan retak struktur beton terlebih dahulu seperti yang
40
diuraikan pada spesifikasi perbaikan retak dengan cara suntikan cairan
perekat.
b. Pelaksanaan Pelat Baja
Pelat baja yang dipakai adalah pelat baja yang sesuai dengan jenis
material yang telah disyaratkan pada items b.5, dengan dimensi
dan diberi lubang untuk anker serta lubang ventilasi dengan bor
dimana lokasi ditentukan sesuai dengan gambar rencana.
Permukaan struktur beton yang telah selesai disuntik dengan bahan
perekat dibersihkan terhadap bekas beton yang tidak sempurna dan
karat-karat yang ditimbulkan oleh besi tulangan dengan mesin
gerinda sesuai dengan petunjuk Direksi.
Beri tanda tempat dimana baut-baut anker akan ditempatkan pada
struktur beton, kemudian struktur beton dibor pada tempat-tempat
yang sudah diberi tanda. Gunakan baut paku tembok (remseet),
lengkap dengan fisher dan jenis baut yang telah disyaratkan pada
item b.5.
Bersihkan permukaan pelat baja yang akan dilekatkan terlebih
dahulu dari karat dan kotoran yang ada, kemudian dibersihkan
kembali dengan thinner untuk bagian yang akan menempel pada
struktur beton.
Pelat baja kemudian ditempatkan dengan posisi ± 3 mm dari
permukaan struktur beton dan selanjutnya baut anker yang
dipasang pada lokasi yang telah ditentukan tersebut diatas.
Gunakan bahan penutup untuk menutup celah-celah yang ada
antara pelat baja dengan struktur beton, sambungkan pelat baja,
daerah antara pelat baja dengan pipa penyuntik dan pipa udara.
Suntikan cairan bahan perekat yang sesuai dengan persyaratan item
b.2 melalui lubang yang sudah dipasang pipa-pipa penyuntik pada
pelat baja dan pompakan cairan bahan perekat melalui pipa udara
yang ada.
Setelah selesai pekerjaan penyuntikan bahan perekat kemudian
dapat dikerjakan pekerjaan-pekerjaan pengecatan permukaan pelat
41
baja sesuai dengan gambar rencana material yang disyaratkan pada
item b.5.
c. Penambahan Gelagar
Bersihkan permukaan gelagar yang akan dilekatkan dari karat dan
kotoran-kotoran sesuai dengan petunjuk Direksi, yang kemudian
bagian yangn akan dilekatkan pada struktur beton dibersihkan
kembali dengan thinner.
Tempstksn gelagar tambahan pada lokasi yang sesuai dengan
gambar rencana dan berilah jarak sekitar 10 mm antara permukaan
struktur beton dengan permukaan gelagar baja yang akan
dilekatkan.
.
42
DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, Istimawan, 1994, Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka
Metode-Kerja-PostTension-jembatan-box-girder-perawang-riau.htm
STRUKTUR BETON BERTULANG.htm
43
44
top related