peer lesson ptkguru.com
Post on 25-Oct-2015
105 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN STRATEGI PEER LESSON UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AHLAK SISWA
KELAS VII DI MTs ARROSYIDIN SECANG
MAGELANG TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas dan syarat
guna memperoleh gelar sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh:
ISTOCHRI
(093111279)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Istochri
NIM : 093111279
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 9 Juni 2011
Saya yang menyatakan
Istochri
NIM: 093111325
iii
PENGESAHAN
Naskah Skripsi dengan:
Judul
Nama
NIM
Jurusan
Program Studi
:
:
:
:
:
Penerapan Strategi Peer Lesson Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Siswa Kelas VII di M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang
Tahun Ajaran 2010/2011
Istochri
093111279
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqosah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, Juni 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua
DR. Ahwan Fanani, M.Ag
NIP. 19780930 200312 1001
Sekretaris
Drs. Karnadi, M.Pd
NIP. 19680317 199403 1003
Penguji I
Drs. Achmad Sudja’i, M.Ag
NIP : 19511005 197612 1001
Penguji II
Drs. H. Abdul Wahib, M.Ag
NIP : 19600615 199103 1004
Pembimbing
Abdul Kholiq, M.Ag
NIP : 19710915 199703 1003
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II ) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax. 7615387
iv
MOTTO
هِما ئنِسل كُماريح كُماريحلُقًا وخ مهنسا اَحانميا ننِيمؤلُ الْمىرواه الترمذ(اَكْم(
Artinya : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang
paling baik akhlaqnya dan sebaik-baik kamu adalah yang terbaik
terhadap istrinya. (H.R. Tirmidzi)1
1 Salim Bahresy, Terjemah Riyadhus Shalikhin, PT Al-Ma’arif Bandung, 1978, hlm. 511
v
NOTA PEMBIMBING
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan
kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang
Munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Pembimbing I
Abdul Kholiq, M.Ag
NIP. 19710915 199701 003
vi
ABSTRAK
Judul : Penerapan Strategi Peer Lesson Untuk Meningkatkan
Prestasi belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak Siswa kel;as VII di MTs Arrosyidin Secang
Magelang Tahun 2010/2011
Penulis : Istochri
NIM : 093111279
Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan tindakan kelas yang
dilaksanakan di MTs Arrosyidin Secang Magelang dengan subjek penelitiannya
adalah siswa kelas VII A. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya pembelajaran
yang dilaksanakan selama ini. Pembelajaran yang dilaksanakan kebanyakan masih
satu arah. Guru sebagai pusat pembelajaran, sedangkan siswa sebagai objek
penderita. Dalam pembelajaran tersebut siswa hanya mendengarkan dan
melaksanakan apa yang menjadi arahan dari guru yang bersangkutan sehingga
prestasi belajar siswa tidak sesuai dengan yang diinginkan. Studi penelitian ini
dimaksudkan untuk menjawab permasalahan (1) bagaimanakah proses
pembelajaran yang terjadi, (2) apakah dengan menggunakan metode every one is
a teacher here dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?. Permasalahan tersebut
di atas dibahas melalui sebuah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
dilaksanakan di MTs Arrosyidin Secang Magelang.. Di dalam penelitian ini
proses pengumpulan datanya diperoleh melalui dengan cara observasi,
wawancara, test dan studi dokumentasi. Semua data dianalisa dengan
mengggunakan pendekatan kuantitatif kualitatif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakan sebelum diadakannya penerapan strategi peer lesson hanya satu
arah. Siswa hanya mendengarkan, melaksanakan apa yang diperintahkan guru
saja, sehingga pengembangan potensi-potensi siswa seperti keaktifan, kerjasama,
keberanian tidak bisa berkembang. (2) Hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan
tindakan tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. (3)
Pelaksanaan strategi pembelajaran peer lesson tidak hanya dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa saja, namun juga dapat meningkatkan pengembangan
potensi siswa yang berupa keaktifan, keberanian dan kemampuan untuk bisa
bekerjasama dengan siswa yang lain. Begitu juga dengan pengembangan
kemampuan menghargai orang lain. (4) pembelajaran yang dilaksanakan dengan
menggunakan strategi pembelajaran peer lesson dapat merubah pembelajaran
yang semula menjemukan menjadi proses belajar yang menyenangkan.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, hidayah serta inayahNya sehingga penulisan skripsi ini dapat
selesai dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw. yang selalu kita nantikan syafaatnya besok di hari
kiamat. Semoga kita termasuk golongan umat yang mendapat syafaatnya. Amin.
Pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada ;
1. Dr. Suja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN WALISONGO
Semarang.
2. Ketua Program Kualifikasi S1 Ahmad Muthohar, M.Ag yang selalu
memberikan bantuan dan petunjuk sehingga mempermudah peneliti dalam
melaksanakan tugasnya.
3. Abdul Kholiq, M.Ag selaku pembimbing yang selalu dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan untuk memberikan arahan, dan bimbingan dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan banyak ilmu yang sangat bermanfaat
bagi peneliti khususnya dan semua mahasiswa kualifikasi pada umumnya.
5. Istriku tercinta Satudamul Khimayah,S.Pd.I binti H. Nachrowi yang selalu
memberikan perhatian dan dorongan serta kasih sayang yang tak tergantikan.
6. Anak-anakku tercinta, Lia, Fahmi, Fera dan Faiz yang selalu menjadi
penyemangat setiap langkahku.
7. Semua pihak yang telah membantu baik tenaga maupun pikiran sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
viii
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya. Semoga Allah SWT berkenan untuk membalas jasa-
jasanya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 9 Juni 2011
Penulis
Istochri
NIM. 093111279
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................
PENGESAHAN.................................................................................................
MOTTO ………………………………………………………………………
NOTA PEMBIMBING......................................................................................
ABSTRAK........................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
ix.
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................
B. Penegasan Istilah .............................................................
C. Rumusan Masalah ...........................................................
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian yang Relevan ........................................
B. Pembelajaran Akidah Akhlak ……...................................
C. Hipotesis Tindakan .........................................................
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................
B. Tempat dan waktu Pelaksanaan.....................................
C. Pelaksana dan Kolaborator.............................................
D. Rancangan Penelitian................................................….
1
6
7
7
9
11
27
28
32
32
32
x
E. Teknik Pengumpulan Data..............................................
F. Teknik Analisis Data.......................................................
G. Indikator Pencapaian....................................................
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Pra Siklus...............................................
B. Deskripsi pada Siklus I ……………………………….
BAB V : PENUTUP
A. Penutup................................................ ……………. ..
B. Simpulan.......................................................................
C. Saran.............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
RPP
RIWAYAT HIDUP
35
37
39
40
40
41
66
66
67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang adalah salah satu Madrasah di
wilayah kecamatan Secang Magelang yang berdiri sejak 10 Juli 1985 di
bawah naungan Yayasan Maarif NU. Visi M.Ts. Arrosyidin adalah :
“Mewujudkan M.Ts. Sebagai lembaga pendidikan agama Islam terkemuka
dalam pemantapan Iman dan penguasaan Iptek”.
Observasi awal yang peneliti lakukan di M.Ts. Arrosyidin Secang
Magelang, ditemukan permasalahan pembelajaran yang perlu segera diselesaikan,
yakni kurang terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran sehingga suasana kelas
membosankan, baik bagi siswa maupun bagi guru. Saat siswa diberi kesempatan
untuk bertanya dan berpendapat, sebagian besar siswa diam saja, menghindari
kontak mata dengan guru, dan menunggu guru menunjuk salah satu dari mereka.
Penelitian ini juga dilatar belakangi oleh rasa ketidakpuasan selama ini
dari sebagian guru terhadap prestasi belajar siswa. Padahal materi sudah
disampaikan dengan baik, guru menjelaskan dan siswa mendengarkan dengan
khidmat, ketika ditanya sudah paham siswa menjawab serentak sudah. Tetapi
jika diberikan pertanyaan masih banyak siswa yang belum dapat menjawab
dengan benar. Guru mengulangi kembali menjelaskan materi hingga beberapa
kali ibarat sampai bosan, sampai waktu selesai. Tetapi ketika diadakan tes atau
ulangan hasilnya tetap saja tidak mencapai standar ketuntasan klasikal yakni
85%. Hal itu tidak terkecuali hasil belajar mata pelajaran Aqidah akhlak
Terlebih lagi, ketuntasan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VII yang
jauh dari memuaskan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran
Aqidah Akhlak melalui musyawarah guru dan ditetapkan pada tanggal 13 Juni
2010 adalah 75. Sehingga yang terjadi hanya 17,9 % siswa yang tuntas,
sedangkan 82,1 % siswa harus mengikuti perbaikan (remedial). Padahal proses
2
pembelajaran selama ini berjalan dengan baik. Siswa juga terlihat mengikuti dan
dapat menerima materi pembelajaran. Kenyataan ini sangat menjadi perhatian
bagi guru terutama guru mata pelajaran Aqidah Akhlak. Karena pandangan
masyarakat tentang Madrasah Tsanawiyah adalah sebuah institusi pendidikan
yang mendalami ilmu-ilmu agama. Bahkan salah satu niat dari orang tua
memasukkan anaknya di Madrasah Tsanawiyah adalah supaya lebih paham dan
tahu tentang agama Islam. Lalu bagaimana seandainya pembelajaran Aqidah
Akhlak sebagai salah satu pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) justru
nilainya sangat rendah.
Peningkatan prestasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Madrasah Tsanawiyah hendaknya menjadi prioritas utama, karena pemahaman
dalam bidang agama akan berdampak pada akhlak dan budi pekerti siswa
Madrasah Tsanawiyah itu sendiri. Pandangan Masyarakat terhadap Madrasah
Tsanawiyah banyak dilihat dari perilaku siswa, kalau siswa Madrasah
Tsanawiyah berakhlak baik, mereka beranggapan bahwa pendidikan di Madrasah
Tsanawiyah tersebut berhasil, sebaliknya jika siswa ada yang ketahuan berbuat
keburukan atau melanggar norma, maka masyarakat menuduh bahwa pendidikan
di Madrasah Tsanawiyah tersebut telah gagal.
Seandainya ada pertanyaan kenapa nilai siswa menjadi rendah? Jawaban
yang paling mudah diberikan adalah karena mereka kurang paham dan kurang
menguasai bahan pelajaran, walaupun sebab-sebab kanapa siswa kurang faham
dan kurang menguasai ada berbagai faktor. Prestasi belajar yang dicapai seorang
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri
(faktor eksternal) individu serta pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran1. Dalam teori belajar Kognitivisme dikatakan tingkahlaku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamnnya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Belajar sendiri menurut teori ini adalah
perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak dapat dilihat sebagai tingkah
1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ( Jakarta: logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 22
3
laku. Teori ini juga menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi
saling berhubungan dengan kontek seluruh situasi tersebut. Membagi keseluruhan
situasi menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah-
pisah adalah sama dengan kehilangan sesuatu2
Dalam interaksi edukatif tidak semua anak didik termotivasi untuk bidang
studi tertentu. Motivasi anak didik untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-
beda, ada anak didik yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang dan
ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru
agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada anak didik. Jika terdapat
anak didik yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi ekstrinsik
yang bersumber dari luar diri anak didik sangat diperlukan3. Oleh karena itu
peneliti memandang perlu untuk mencobakan sebuah strategi pembelajaran baru
sebagai salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi dan
keberhasilan dalam pembelajaran, dengan harapan dapat menambah motivasi
anak didik dalam belajar. Strategi yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah
strategi Peer Lesson (belajar dari teman).
Peneliti memilih strategi Peer Lesson, dikarenakan strategi ini sangat
sesuai dengan prinsip-prinsip interaksi edukatif. Ada beberapa prinsip
interaksi edukatif yang harus diperhatikan oleh seorang guru supaya tujuan
dapat tercapai diantaranya adalah:
1. Prinsip motivasi.
Jika terdapat anak didik yang kurang termotivasi untuk belajar,
peranan motivasi ekstrinsik sangat diperlukan.
2. Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki.
Setiap anak didik yang hadir di kelas memiliki latar belakang
pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Menyadari hal ini guru dapat
memanfaatkannya guna kepentingan pengajaran.
2 Prasetya Irawan, dkk, Teori Belajar,Motivasi dan Ketrampilan Mengajar (Jakarta:
DikNas, 1995), hlm 13 3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi edukatif( Jakarta:
Rieneka Cipta, 2005), hlm. 64
4
3. Prinsip mengarah kepada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu.
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu
akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu
pelajaran.
4. Prinsip keterpaduan.
Guru membantu anak didik dalam upaya mengorganisasikan
perolehan belajar adalah penjelasan yang mengaitkan antara suatu pokok
bahasan dengan pokok-pokok bahasan dari mata pelajaran yang berbeda
5. Prinsip pemecahan masalah yang dihadapi.
Guru perlu menciptakan suatu masalah berdasarkan pokok bahasan
tertentu untuk dipecahkan oleh anak didik
6. Prinsip mencari, menemukan dan mengembangkan sendiri.
Anak didik sebagai individu pada hakikatnya mempunyai potensi
untuk mencari dan mengembangkan dirinya. Guru yang bijaksana akan
membiarkan dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencari
dan menemukan sendiri.
7. Prinsip belajar sambil bekerja.
Belajar sambil melakukan melakukan aktifitas lebih banyak
mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh
anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik.
8. Prinsip hubungan sosial.
Belajar bersama merupakan salah satu cara untuk menggairahkan
anak didik dalam menerima pelajaran dari guru. Anak didik akan lebih
bergairah bila dilibatkan dalam kerja kelompok.
9. Prinsip perbedaan individual.
Aspek perbedaan anak didik itu adalah dari segi biologis,
intelektual, dan psikologis. Semua perbedaan ini, memudahkan guru
melakukan pendekatan edukatif4.
Pemilihan kelas VII sebagai subjek penelitian adalah dikarenakan siswa
dari Madrasah Tsanawiyah Arrosyidin Secang berasal dari latar belakang yang
4 Syaiful Bahri Djamarah, hlm. 63-68
5
berbeda, ada yang berasal dari MI ada juga yang berasal dari SD, bahkan kalau
ditinjau lebih jauh lagi ada yang pernah mengenyam pendidikan di Madrasah
Diniyyah (sore) ada pula yang tidak pernah di Madrasah Diniyyah (sore),
sehingga hal inipun akan berdampak pada penguasaan mereka tentang Aqidah
Akhlak . Selanjutnya ada yang melanjutkan tinggal dipesantren dan ada yang
tidak. Dari latar belakang yang berbeda inilah sehingga peneliti memilih kelas VII
sebagai subjek penelitian. Di harapkan setelah mereka mengikuti pembelajaran
Aqidah Akhlak di kelasVII, siswa akan memiliki kemampuan dan penguasaan
tentang akhlak terpuji dan tercela dalam mapel Aqidah Akhlak.
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu harus menguasai teknik-teknik
penyajian, atau biasanya disebut strategi mengajar5. Pengajaran yang diharapkan
akan berjalan baik dimulai dari pemilihan strategi mengajar dan kemudian atas
dasar strategi yang dipilih itu dipersiapkan kegiatan penghidangan bahan
pelajaran6. Strategi pembelajaran adalah faktor yang sangat penting dalam
mancapai tujuan pembelajaran. Karena strategi adalah sarana untuk mencapai
tujuan, sedangkan sarana menentukan sempurna atau tidaknya suatu tujuan. Oleh
karena itu, peneliti memandang perlu untuk diuji cobakan sebuah strategi baru,
dimana siswa bisa terlibat dan aktif dalam proses pembelajaran, dengan harapan
siswa tidak merasa bosan dan akan dapat meningkatkan prestasi pembelajaran.
Strategi mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sia-sia,
karena strategi tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat dan dalam waktu
yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai
dampak langsung (instructional effects). Sedangkan hasil yang dirasakan dalam
waktu yang relative lama dikatakan sebagai dampak pengiring (nurturant effects)7
5 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rieneka Cipta, 2001), hlm. 1
6 Zakiyah Darajat, Metodik khusus pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hlm. 4 7 Djamarah, hlm. 231
6
Peneliti ingin melaksanakan suatu strategi pembelajaran yaitu Peer Lesson
sebagai salah satu strategi pembelajaran aktif yang diterapkan pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak, dengan judul penelitian “Penerapan Strategi Peer Lesson Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa
Kelas VII Di M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang ”, yang selama ini pembelajaran
Aqidah Akhlak di M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang lebih banyak didominasi
oleh strategi yang berpusat pada guru.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya perbedaan dan kesalahpahaman dalam
mendefinisikan beberapa istilah yang ada, maka penulis cantumkan penegasan
istilah yang meliputi beberapa hal diantaranya adalah sbb:
1. Strategi Peer Lesson
Strategi Peer Lesson (belajar dari teman) adalah salah satu strategi
pembelajaran aktif yang sangat baik untuk menggairahkan kemauan peserta didik
mengajarkan materi kepada temannya. Jika selama ini ada pameo yang
mengatakan bahwa strategi belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan
kepada orang lain, maka strategi ini akan sangat membantu peserta didik di dalam
mengajarkan materi kepada teman-teman sekelas8.
2. Meningkatkan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Meningkatkan diartikan
sebagai proses, cara, pembuatan meningkat (usaha,kegiatan dsb)9. Jadi
meningkatkan dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan suatu hasil yang
sebelumnya pernah dicapai, dalam hal ini prestasi belajar siswa kelas VII M.Ts.
ARROSYIDIN Secang pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pokok bahasan
Akhlak Tercela.
3. Prestasi Belajar
8 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif , (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008),
hlm. 62 9 KBBI, hlm. 1250.
7
Dalam KBBI prestasi belajar didefinisikan sebagai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Pada
umumnya prestasi belajar ditunjukkan dengan hasil tes yang berupa nilai yang
diberikan oleh guru.10
4. Aqidah Akhlak
Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam
lingkup Pendidikan Agama Islam yang dipelajari dalam Madrasah. Mata pelajaran
ini difokuskan pada permasalahan agama khususnya yang menyangkut masalah
Aqidah dan Akhlak. Aqidah didefinisikan sebagai dasar-dasar pokok kepercayaan
atau keyakinan seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam. Sedangkan
akhlak merupakan tinglah laku dan kebiasaan seseorang yang sesuai dengan
agama Islam.11
5. M.Ts. ARROSYIDIN Secang
Merupakan salah satu Madrasah yang sederajat dengan SLTP dan berdiri
dibawah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Madrasah ini beralamat di Jalan
Temanggung No 28 Secang Kab.Magelang.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis sampaikan di atas, dapat dikemukakan
rumusan masalahnya yaitu :
Apakah penerapan strategi Peer Lesson dapat meningkatkan prestasi belajar Aqidah
Akhlak di kelas VII M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang?
D. Tujuan dan manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui apakah penerapan strategi Peer Lesson dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII M.Ts.
Arrosyidin Secang Magelang
10 KBBI, hlm. 895.
11 A’la Subki dkk, AN-NAJAH Aqidah Akhlak, (Klaten: Gema Nusa, 2010), hlm. 4
8
Manfaat Penelitian yang hendak dicapai adalah
Terkait dengan tujuan penelitian ini, maka manfaat penelitian ini meliputi:
1. Secara teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu membangun sebuah
pemahaman tentang bagaimana proses pelaksanaan strategi pembelajaran Peer
Lesson pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
2. Secara praktis
Diharapkan dengan meneliti tentang penerapan strategi pembelajaran Peer
Lesson pada mata pelajaranAqidah Akhlak, para guru di M.Ts. Arrosyidin
Secang Magelang mendapatkan tambahan informasi tentang proses
pelaksanaan strategi pembelajaran Peer Lesson.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian yang Relevan
Upaya penelusuran terhadap berbagai sumber yang memiliki relevansi
dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini telah Penulis lakukan. Tujuan
pengkajian pustaka ini antara lain agar fokus penelitian ini tidak merupakan
pengulangan dari penelitian-penelitian sebelumnya, melainkan untuk mencari
sisi lain yang signifikan untuk diteliti dan dikembangkan.
Berdasarkan penelusuran terhadap berbagai sumber terutama hasil
penelitian sebelumnya, Penulis telah menemukan berbagai penelitian tentang
penelitian tindakan kelas yang ada relevansinya dengan penerapan strategi Peer
Lesson.1 Beberapa penelusuran yang ditemukan, dapat penulis paparkan
diantaranya sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Ima Aryani tahun 2008
mahasiswa Universitas Muhamadiyah Surakarta dengan judul “Peningkatan
Hasil Belajar Biologi Menggunakan Strategi Peer Lesson Pada Siswa Kelas
VIII SMP Negeri I Masaran Tahun Ajaran 2008/2009.”. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas. Data hasil belajar biologi diambil dengan
menggunakan observasi baik dengan lembar penilaian maupun catatan lapangan,
tes, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data dari penelitian ini dengan cara
deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis data hasil belajar siswa dari
siklus I sampai siklus III dengan mencari rata-rata hasil belajar dan standar
deviasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa. Dari hasil pembahasan dapat dinyatakan bahwa rata-rata
hasil belajar siklus III lebih tinggi dari siklus I dan siklus II. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah penerapan strategi peer Lesson dalam pembelajaran biologi
1Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Active, hlm. 32
10
dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri I
Masaran tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini juga mempunyai kesamaan
dengan yang akan peneliti lakukan yaitu PTK, akan tetapi peneliti akan
melakukan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pada siswa M.Ts..
Penelitian yang dilakukan oleh Meina Fauzia (2010) dari Universitas
Muhammadiyah Surakarta dengan judul, “Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Melalui Strategi Peer Lesson Dan Learning Start With A Question
(LSQ) Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Surakarta”. Penelitian ini
secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan serta melihat kebenaran
kontribusi proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran Peer Lesson dan
Learning Start With A Question (LSQ) yang diterapkan dalam pengajaran
Matematika pada siswa SMP kelas VII guna meningkatkan kualitas proses
pembelajaran serta untuk merangsang keberanian dan konsentrasi siswa dalam
proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Dan secara khusus
bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan prestasi belajar Matematika
yang dipengaruhi oleh penggunaan strategi pembelajaran Peer Lesson dan
penggunaan strategi pembelajaran Learning Start With A Question (LSQ) dalam
kegiatan belajar mengajar Matematika. Hasil penelitian dengan menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar Matematika yang
dipengaruhi oleh pembelajaran menggunakan strategi Peer Lesson dengan
pembelajaran menggunakan strategi LSQ. Lebih lanjut dikatakan bahwa prestasi
belajar Matematika dengan pembelajaran menggunakan strategi Peer Lesson
lebih baik daripada prestasi belajar Matematika dengan menggunakan strategi
LSQ. Penelitian ini pada mata pelajaran matematika sedangkan penelitian yang
akan peneliti lakukan adalah pada mata palajaran Aqidah Akhlak .
Hasil bahwa penerapan strategi Peer Lesson dapat meningkatkan
aktivitas dan keefektifan belajar siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar
siswa baik pada mata pelajaran PAI, Aqidah Akhlak, biologi dan matematika
dan al-Qur’an Hadits. Jadi diperkirakan strategi Peer Lesson juga bisa
meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
11
B. Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Pengertian Pembelajaran
Bagi kita yang aktif dalam dunia pendidikan ataupun yang memiliki high
responsibility tinggi terhadap dunia pendidikan pasti akan selalu mempertanyakan
beberapa hal yang berkaitan langsung dengan pendidikan, yaitu apa belajar,
mengajar dan pembelajaran. Secara sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan
belajar sebagai proses sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu
(pengetahua) yang sudah di pahami dan sesuatu yang baru. Dari definisi ini
dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2)
sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah di pahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan)
yang baru. Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang
benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua
pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.2 Menurut Jerome
Brunner bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun
(mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/ pengetahuan
yang sudah dimilkinya. Belajar bukanlah semata-mata mentranfer pengetahuan
yang ada diluar dirinya, tetapi belajar lebih bagaimana otak memproses dan
menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang
dimilikinyadalam format yang baru. Belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang di capai seseorang melalui aktifitas.3 Sehingga belajar secara
umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui
pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau
karateristik seseorang sejak lahir.
Istilah pembelajaran dan pengajaran tentu sering kita dengar. Pembelajaran
merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan dari teaching.
Perbedaan diantara keduanya tidak saja pada arti leksikal, namun juga pada
implementasi kegiatan belajar mengajar.4 Berdasarkan arti kamus pengajaran
adalah proses, perbuatan, cara mengajarkan. Mengajar ialah merangsang serta
2 Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif Progresif (Jakarta:Kencana Prenada,
cet III, 2010), hlm.15 3 Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 2 4 Agus Suprijono, Active Learning, hlm. 12
12
mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakekatnya tidak lebih dari sekedar
mendorong siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, serta ide
dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan
siswa5 . Sedangkan pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari. Pembelajaran merupakan kegiatan manusia yang
komplek. Produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup.
Perbedaan esensial antara pembelajaran dengan pengajaran adalah pada
tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada
pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir
lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif
pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya
untuk mempelajarinya. Jadi subyek pembelajaran adalah peserta didik.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialok interaktif.
Pembelajaran adalah proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti
halnya pengajaran.
b. Unsur-Unsur Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran yang terjadi tidak lepas dari unsur-unsur
pembelajaran. Unsur-unsur pembelajaran adalah unsur guru, unsur peserta didik,
unsur materi, unsur strategi dan unsur lingkungan. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didk pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah6. Guru juga
disebut juga dengan pendidik. Pendidik adalah bapak rohani bagi anak didik yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia dan
meluruskannya7. Dalam paradigma baru pendidik tidak hanya bertugas sebagai
pengajar, tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar
yaitu relasi dan aktualisasi sifat-sifat ilahi manusia dengan cara aktualisasi
5 Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm.30 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomer 14 Tahun 2005 Tentang guru dan Dosen 7 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 168
13
potensi-potensi manusia untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan yang
dimilki8.
Unsur selanjutnya dalam pembelajaran adalah unsur peserta didik.
Peserta didik juga disebut juga dengan murid, siswa ataupun mahasiswa bagi
tingkat pendidikan di perguruan tinggi. Dalam Undang-Undang RI Nomer 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Peserta didik atau juga disebut dengan anak didik merupakan anak yang
belum dewasa. Anak kandung adalah anak didik dalam keluarga, murid adalah
anak didik di sekolah, anak-anak penduduk adalah anak didik masyarakat
sekitarnya, dan anak-anak umat beragama menjadi anak didik rohaniawan agama.
c. Teori-Teori Pembelajaran
Ada beberapa teori yang melandasi pembelajaran yaitu diantaranya adalah:
1) Teori konstruktivisme
Teori konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi atau bentukan diri kita sendiri oleh karena itu pengetahuan ataupun
pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif
dari guru mereka9. Dalam teori ini siswa harus menemukan sendiri dan
mentranformasikan informasi yang komplek, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak
sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini
dikembangkan oleh Piaget, Vygotsky, dan teori-teori pemrosesan informasi,
dan teori kognitif yang lain10.
8 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21 (Jakarta: Alhusna), hlm. 86
9 Soeparno, Media Pengajaran Bahasa (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 16
10 Nur M dan Budayasa, Teori Pembelajaran Sosial dan Teori Pembelajaran Perilaku
(Surabaya: IKIP Surabaya Press, 1998), hlm.8
14
2) Teori behaviorisme
Teori belajar yang kedua adalah teori behaviorisme. Teori ini
menyatakan bahwa belajar lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Behavirisme memandang individu sebagai mahluk reaktif yang mampu
memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-
unsur dan bagian-bagian kecil, yang bersifat mekanistis. Teori ini menekankan
lingkungan dan mementingkan pembentukan reaksi atau respon. Dalam teori
ini sering disebut dengan adanya stimulus dan respon psikologis artinya
bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan
penguatan dari lingkungan. Dengan demikian, dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa
merupakan reaksi terhadap lingkungan, dan tingkah laku adalah hasil
belajar.11 Adapun tokoh-tokoh dari teori ini adalah Edward Lee Thorndike,
Ivan Pavlo, Skinner. Thorndike memberikan pandangannya bahwa belajar
pada prinsipnya adalah untuk memecahkan problematika.12
3) Teori progresivisme
Teori yang ketiga adalah teori belajar progresivisme. Di dalam teori
ini anak didik diberi kebebasan baik secara fisik maupun cara berfikirnya,
guna mengembangkan bakatnya dan kemampuan yang terpendam dalam
dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh
karena itu aliran ini tidak menyetujui pendidikan yang otoriter, sebab
pendidikan yang seperti ini akan mematikan daya kreasi baik secara fisik
maupun psikis anak didik13. Teori ini dikembangkan oleh Jhon Dewey
seorang tokoh progresivisme, dimana alirannya amat besar pengaruhnya
dalam setiap pembaharuan di bidang pendidikan.
11 Umi Mahmudah,Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN
Malang Press, 2008), hlm. 38-39 12 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: Rosail Grup, 2008), hlm. 101
13 Hamdan Ali,Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: kota Kembang, 1993), hlm. 149
15
d. Pembelajaran Aqidah Akhlak
Menurut Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 Mata
pelajaran Aqidah Akhlak di M.Ts. adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang merupakan peningkatan dari kelanjutan dari mapel aqidah
akhlak yang telah dipelajari di tingkat MI. Peningkatan tersebut dilakukan dengan
cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Aqidah akhlak
terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan
tema-tema tentang manusia dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi
serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perspektif Aqidah
Akhlak sebagai persiapan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata
pelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang
terkandung dalam al-Qur'an dan Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan
sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki standar kompetensi lulusan dan
standar isi yaitu: Mengenal dan meyakini rukun iman dari iman kepada Allah
sampai dengan iman kepada Qada dan Qadar melalui pembiasaan dalam
mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, pengenalan, pemahaman sederhana dan
penghayatan terhadap rukun iman dan as-maul husna serta pembiasaan dalam
pengamalan akhlak terpuji dan adab islami serta menjauhi akhlak yang tercela
dalam perilaku sehari-hari.
Sedangkan standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran aqidah
akhlak bagi pendidikan jenjang M.Ts., yaitu (a). Meningkatkan pemahaman dan
keyakinan terhadap rukun iman melalui pembuktian dengan dalil naqli dan aqli,
serta pemahaman dan penghayatan terhadap asmaul husna dengan menunjukkan
ciri-ciri tanda-tanda perilaku seseorang dalam fenomena kehidupan dan
pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. (b). Membiasakan akhlak terpuji
seperti ikhlas, taat, khauf, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, qanaah, tawadhu’,
husnuzhzhan, tasamuh, ta’awun, berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja,
16
serta menghindari akhlak yang tercela seperti riya, nifak, ananiyah, ghibah, putus
asa marah, tamak, takabur, hasad, fitnah, dendam dan namimah.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai
berikut:
A. Akidah
1. Iman kepada Kitab Allah
1.1 Menjelaskan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah
1.2 Menunjukkan dalil kebenaran adanya kitab Allah
1.3 Menjelaskan macam-macam, fungsi dan isi kitab Allah SWT
1.4 Menampilkan perilaku yang mencerminkan kepada kitab Allah SWT
B. Akhlak
1. Akhlak terpuji
1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiyar, shabar, syukur
dan qanaah
1.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh perilaku tawakal, ikhtiyar, shabar,
sukur, dan qanaah
1.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari tawakal, ikhtiyar, shabar, syukur,
dan qanaah dalam kehidupan sehari-hari
1.4 Menerapkan dan menampilkan perilaku tawakal, ikhtiyar, sabar, sukur,
dan qanaah
2. Akhlak tercela
2.1 Menjelaskan pengertian ananiyah, putus asa, ghadab, tamak dan
takabur
2.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh perbuatan ananiyah, putus asa,
ghadab, tamak dan takabur
17
2.3 Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan ananiyah, putus asa,
ghadab, tamak dan takabur
2.4 Membiasakan diri menghindari perbuatan ananiyah, putus asa, ghadab,
tamak dan takabur
adapun untuk semester 2 mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII memilki
ruang lingkup sebagai berikut:
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Aqidah
1. Memahami al-asmaul husna
1.1 Menguraikan 10 al-asmaul husna:
al-aziiz, al-ghafaaar, al-basith, an-
naafi’,ar-Rauf, al-Barr, al-al-fattah,
al-adl, al-qoyyum
1.2 Menunjukkan bukti kebenaran
tanda-tanda kebenaran Allah
melalui pemahaman terhadap 10
asmaul husna diatas
1.3 Menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan asmaul husna 10
diatas
1.4 Meneladani sifat-sifat Allah yang
terkandung dalam 10 asmaul husna
2.2 Meningkatkan keimanan kepada
malaikat-malaikat Allah dan
makhluk gaib selain malaikat
2.2 Menjelaskan Pengertian Iman
Kepada Malaikat Allah Dan
Mahkluk Gaib Lainnya Seperti
Iblis, Setan, Dan Jin
2.2 Menunjukkan Bukti Atau Dalil
Kebenaran Adanya Malaikat Dan
18
Makhluk Gaib Selain Malaikat
2.3 Menjelaskan Tugas Fungsi Dan
Sifat-Sifat Malaikat Serta Makhluk
Gaub Selain Malaikat
2.4 Menerapkan peilaku beriman
kepada Malaikat dan makhluk gaib
lainnya
Akhlak
3.3 Menghindari akhlak tercela
kepada Allah
3.1 Menjelaskan pengertian riya’ dan
nifaq
3.2 Mengidentifikasi bentuk-bentuk
dan contoh perbuatan riya’ dan
nifaq
3.3 Menunjukkan nilai-nilai negatif
akibat perbuatan riya’ dan nifaq
3.4 Membiasakan diri untuk
menghindari perbuatan riya dan
nifaq
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian
dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yaitu yang berarti “hasil usaha”14.
Sedangkan belajar berarti berusaha supaya mendapat suatu
kepandaian15.Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan perubahan tingkah
14 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip teknik Prosedur (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), hlm. 3 15 Poerwadarmino, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hlm.
108
19
laku seseorang melalui proses belajar, sedangkan perubahan tersebut harus
dapat digunakan untuk meningkatkan penampilan diri dalam kehidupan16.
Tohirin (2006) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah apa yang telah
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Ada juga yang
menyebut prestasi belajar dengan istilah hasil belajar17.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa berdasarkan pengalaman
dan latihan dalam beberapa mata pelajaran yang diwujudkan dalam nilai raport.
b. Bentuk-bentuk Prestasi Belajar
Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku
siswa setelah proses belajar mengajar, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik”.
Oleh karena itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang
berisi rumusan kemajuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa
menjadi unsur penting sebagai dasar atau acuan penilaian18.
Lebih lanjut menurut Zakiah Daradjat, hasil belajar atau bentuk
perubahan tingkah laku yang diharapkan meliputi tiga aspek, yaitu pertama
aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan
pengetahuan dan perkembangan keterampilan atau kemampuan yang
diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua, aspek afektif,
meliputi perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan
kesadaran. Ketiga, aspek psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam
segi bentuk-bentuk tindakan motorik.
Berikut ini pemaparan ketiga aspek hasil belajar secara rinci:
1) Aspek kognitif
16 Nana Sudjana, Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000), hlm. 102 17 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2006), hlm. 151 18 Zakiyah Darajat, Metodik Khusus, hlm. 197
20
Hasil belajar ini meliputi enam tingkatan, disusun dari yang terendah
hingga yang tertinggi dan dapat dibagi dua bagian:
a) Bagian pertama, merupakan penguasaan dengan mengingat kembali bahan
yang telah diajarkan dan dipandang sebagai balasan untuk membangun
pengetahuan yang lebih komplek. Bagian ini menduduki tempat yang pertama
dalam urutan tingkat kemampuan kognitif dan merupakan tingkat abstraksi
yang paling sederhana.
b) Bagian kedua, merupakan kemampuan-kemampuan intelektual yang
menekankan pada proses mental untuk mengorganisasikan dan
mereorganisasikan bahan yang ada. Bagian ini menduduki tempat kedua
sampai tempat ke enam dalam urutan tingkat kemampuan kognitif. Adapun
tingkatan-tingkatan belajar aspek kognitif secara rinci sebagai berikut:
i. Pengetahuan
ii. Komprehensif
iii. Aplikasi
iv. Analisa
v. Sintesa
vi. Evaluasi
2) Aspek afektif
Aspek afektif adalah aspek yang bersangkutan dengan sikap mental,
perasaan dan kesadaran siswa. Hasil belajar aspek ini diperoleh melalui proses
Internalisasi, yaitu suatu proses ke arah pertumbuhan batiniah atau rohaniah
siswa, pertumbuhan itu terjadi ketika suatu nilai terkandung dalam ajaran agama
dan kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu sistem nilai diri, sehingga menuntun
segenap pernyataan sikap, tingkah laku dan perbuatan moralnya dalam menjalani
kehidupan ini.
3) Aspek psikomotorik
Bersangkutan dengan ketrampilan yang lebih bersifat kongkrit. Bentuk-
bentuk hasil belajarnya adalah sebagai berikut:
21
a. Ketrampilan menunjukkan kepada proses kesadaran setelah adanya
rangsangan atau setimulasi, meliputi kesiapan mental, fisik dan emosi untuk
bertindak.
b. Respon terpimpin yaitu langkah permulaan dalam mempelajari ketrampilan
yang komplek.
c. Mekanisme, yakni ketrampilan yang sudah terbiasa tetapi tidak seperti mesin
dan gerakan-gerakannya dilakukan dengan penuh keyakinan, mantap, tertib,
santun, khidmat dan sempurna.
d. Respon yang komplek, berkenaan dengan penampilan ketrampilan yang
sangat mahir, kemahiran ditampilkan dengan cepat, lancar dan tepat19.
Hasil belajar yang diharapkan saat ini meliputi tiga aspek kehidupan, yaitu:
1. Aspek kognitif meliputi tingkatan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan evaluasi penilaian.
2. Aspek afektif meliputi memberi respon, memberi nilai/menikmati, dan
menerapkan atau mempraktekkan.
3. Aspek psikomotorik, pada aspek ini siswa dapat mempersepsikan, membuat,
menyesuaikan pola gerak dan menciptakan gerak-gerik baru20.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal)
maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu serta pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa meliputi:
1. Faktor internal, antara lain:
a) Aspek jasmaniah (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, misalnya: penglihatan, pendengaran, struktur dan sebagainya.
b) Aspek psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari
usaha manusia. Aspek ini meliputi:
19 Zakiyah Darajat, hlm. 201
20Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2006), hlm. 35
22
1) Tingkat kecerdasan /intelegensi siswa
2) Sikap siswa
3) Bakat siswa
4) Minat siswa
5) Motivasi siswa
2. Faktor eksternal meliputi:
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan masyarakat
3) Lingkungan sekolah
4) Lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
3. Faktor pendekatan belajar.
Pendekatan belajar diartikan sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran
materi tertentu21.
Kesimpulan dari uraian di atas bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor-faktor
tersebut dalam banyak hal sering saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut muncul siswa yang
berprestasi tinggi dan siswa yang berprestasi rendah atau gagal sama sekali.
3. Strategi pembelajaran Peer Lesson (Pelajaran Teman Sebaya)
a. Pengertian Peer Lesson
Peer Lesson adalah model pembelajaran yang mengembangkan “peer
teaching” dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk
21 Muhibbin Syah, Op. Cit, hlm. 132-139
23
mengajar kepada peserta sebagai anggota kelas. Langkah-langkah model
pembelajaran ini adalah guru membentuk kelompok dalam kelas sesuai dengan
jumlah topik yang dipelajari. Selanjutnya topik pelajaran dibagikan kepada
masing-masing kelompok untuk dipelajari. Sebelum masing-masing kelompok
menerangkan materi kepada sisa kelas lainnya guru memberikan sejumlah
informasi, konsep atau keahlian bagaimana cara mengajar pada yang lain.
Keunikan dari model pembelajaran ini adalah bahwa di dalam
menyampaikan atau mengajarkan materi kepada yang lainnya dilakukan secara
berkelompok. Berbeda dengan model sebelumnya di mana dalam menerangkan
materi pelajaran pada yang lainnya dilakukan secara individu meskipun dibentuk
kelompok-kelompok22.
b. Langkah-langkah Startegi Pembelajaran peer Lesson
Dalam melaksanakan strategi ini harus mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Bagilah kelas ke dalam sub kelompok. Buatlah sub kelompok
sebanyak topik yang diajarkan.
2. Berikan masing-masing kelompok sejumlah informasi, konsep, atau
keahlian untuk mengajar yang lain. Topik yang diberikan harus saling
berhubungan.
3. Mintalah setiap kelompok membuat cara presentasi atau mengajarkan
topiknya kepada sisa kelas. Sarankan agar menghindari ceramah atau
membaca laporan
4. Beberapa saran yang bisa digunakan sebagai berikut:
a. Sediakan alat-alat fisual
b. Kembangkan demonstrasi singkat
22 Mel Silberman, Active Learning 101Strategi Pembelajaran Active, hlm. 173-174
24
c. Gunakan contoh atau analogi untuk membuat poin mengajar
d. libatkan pesera didik dalam diskusi, kusi. Menulis tugas, bermain
peran, khayalan, mental, atau studi kasus.
e. boleh bertanya
5.Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan
mempersiapkan(bisa di luar atau di dalam kelas). Kemudian mintalah
setiap kelompok mempresentasikan pelajaran mereka. Hargailah
usaha mereka.
c. Kekuatan dan Kelemahan peer Lesson
Strategi pembelajaran peer Lesson merupakan salah satu dari
pembelajaran model Peer Teaching. Strategi ini menempatkan seluruh tanggung
jawab untuk mengajar para peserta didik sebagai anggota kelas. Kekuatan ataupun
kelebihan dari peer Lesson diantaranya strategi ini merupakan pembelajaran
aktive learning. Siswa aktif melakukan kegiatan dalam proses belajar mengajar.
Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar di kuasai hanya
apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik.
Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, saat ia menjadi
narasumber bagi yang lain. Peserta didik dilatih untuk berani tampil di depan
kelas mempresentasikan apa yang ia pelajari.
Suatu strategi pembelajaran tidak selamanya sempurna, tepat secara
menyeluruh bila diterapkan kepada sebuah mapel dalam proses belajar mengajar.
Ada beberapa kelemahan peer Lesson diantaranya:
a. Setiap anggota dalam kelompok tidak semuanya aktif
b. Waktu yang disediakan dalam satu kali pertemuan tidak mencukupi
c. Apabila tidak diawasi oleh guru ada kemungkinan siswa ribut dalam
mempresentasikan
d. Strategi ini cocok untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
25
4. Penerapan Strategi Peer Lesson Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Didalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di suatu sekolah
seorang guru di dalam mengajar tidak lepas dari menggunakan strategi atau
strategi dalam menyampaikan materi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai bila dilihat dari prestasi yang diperoleh oleh
setiap siswa. Tujuan pembelajaran yang dicapai sifatnya tidak hanya bersifat
kognitif semata tetapi ada aspek-aspek lain. Menurut Bloom ada 3 ranah yang
harus dicapai oleh setiap siswa dalam sebuah proses pembelajaran yaitu:
a. Ranah kognitif
b. Ranah avektif
c. Ranah psikomotorik23
Penerapan strategi pembelajaran peer Lesson dalam pembelajaran mata
pelajaran Aqidah Akhlak dapat diterapkan sebagai upaya dalam meningkatkan
prestasi siswa. Penerapan strategi ini bisa dilaksanakan dalam rangka pengelolaan
kelas. Di dalam strategi peer Lesson tujuan dari penggunaan strategi ini tidak
hanya aspek kognitif semata, tetapi aspek-aspek lain seperti apa yang disebutkan
dalam taksonomi Bloom. Di dalam pembelajaran Aqidah Akhlak penerapan peer
Lesson di dalam suatu kelas berarti memperdayaka semua aspek siswa.
Pengetahuan didapatkan siswa tatkala proses pembelajaran secara kognitif. Siswa
dilatih untuk berani mengajar kepada siswa yang lain, keaktifan dilatih dalam
pembelajaran ini. Kerjasama juga diajarkan ketika menerapkan strategi peer
Lesson, bagaimana siswa bekerjasama membuat resume materi pelajaran dalam
sebuah kelompok dan bagaimana mempresentasikan di depan teman-temannya.
5. Materi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 2008
tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi Pendidikan Agama Islam dan
23 Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 114
26
Bahasa Arab di Madrasah menyatakan bahwa standar kompetensi lulusan
madrsah tsanawiyah untuk mata pelajaran aqidah Akhlak adalah:
1. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan tehadap rukun iman melalui
pembuktian dengan dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan
terhadap asmaul husna dengan menunjukkan ciri-ciri atau tanda perilaku
seseorang dalam fenomena kehidupan dan pengamalannya dalam kehidupan
sehari-hari
2. Membiasakan akhlak terpuji seperti ihlas, taat, khauf, taubat, tawakal, ihktiar,
sabar, syukur, qanaah, tawadhu’, husnuzhan, tasamuh, tawun, berilmu, kreatif,
produktif dan pergaulan remaja, serta menghindari akhlak tercela seperti riya’,
nifak, ananiah, putus asa, marah, tamak, takabur, hasad, dendam, ghibah,
fitnah dan namimah.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak untuk kelas VII
naik semester 1 maupun semester 2 adalah sebagai berikut:
a. Aqidah
i. Memahami dasar dan tujuan akidah Islam
ii. Meningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifat-
Nya
b. Akhlak
i. Menerapkan akhlak terpuji kepada Allah
Untuk semester 2 ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII adalah
sebagai berikut:
a. Aqidah
i. Memahami asmaul husna
ii.Meningkatkan keimanan kepada malaikat-malaikat Allah Swt dan makhluk
gaib selain malaikat
iii.Menghindari akhlak tercela.
27
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis pada penelitian ini adalah bahwa dengan menerapkan strategi
Peer Lesson dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII M.Ts.
Arrosyidin Secang Magelang.
28
BAB III
STRATEGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
yang berbentuk Teacher-as-Research (guru sebagai peneliti), di mana
kehadiran peneliti sangat diperlukan karena bertindak sebagai peneliti
sekaligus sebagai guru. Penelitian ini disebut juga Classroom action research
(CAR), yaitu penelitian praktis yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah
faktual yang dihadapi guru sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelola
pembelajaran1
. mendefinisikan penelitian tindakan kelas yaitu bagaimana
sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka,
dan belajar dari pengalaman mereka sendiri2. Mereka dapat mencobakan suatu
gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh
nyata dari upaya itu. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan3.
Rumusan kembali dari definisi tersebut, penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan
kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian tindakan ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas yang berbentuk
kolaboratif.
Peran guru dan peneliti adalah sejajar, artinya guru juga berperan sebagai
peneliti selama penelitian berlangsung. Inti penelitian ini terletak pada tindakan
yang dibuat kemudian diujicobakan dan dievaluasi, apakah tindakan alternatif ini
dapat memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran ataukah tidak.
1 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.
3 2 Wiriatmaja, Strategi Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 13. 3 Zainal Aqib, Membangun Profesionalisme guru dan Pengawas Sekolah (Bandung:
Yrama Widya), hlm. 18
29
1. Siklus Penelitian
Model penelitian ini merujuk pada proses pelaksanaan penelitian yang
meliputi identifikasi masalah, perencanaan, aksi, observasi, koreksi, refleksi
dan merencanakan tindakan selanjutnya. Proses dasar tersebut dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar Spiral Tindakan Kelas4
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas pada penelitian ini terdiri dari 2 siklus.
Hal ini telah memenuhi persyaratan sesuai dengan pendapat Arikunto, dkk yang
menyatakan bahwa: ”Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda
perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada
4 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, hlm 31
Observasi
Refleksi
Observasi
Refleksi Aksi
Perencanaan
Identifikasi
masalah
SIKLUS I
SIKLUS II Perencanaan
Ulang
Koreksi
Koreksi
Aksi
30
siklus kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas”. Pada setiap siklus
kegiatan pembelajaran dimulai dari perencanaan, tindakan, pemantauan atau
observasi, koraksi dan refleksi.
Perencanaan pembelajaran pada siklus I didasarkan pada identifikasi
masalah yang ditemukan, apakah masalah tersebut terjadi karena kondisi
pembelajaran siswa atau guru, sedangkan perencanaan tindakan siklus II
didasarkan pada hasil koreksi dan refleksi hasil belajar siswa pada kegiatan
pembelajaran siklus I, begitu juga untuk pelaksanaan siklus III dilaksanakan
berdasarkan hasil koreksi dan refleksi siklus II5.
3. Rancangan Tindakan Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk setiap siklus pembelajaran
dalam prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berkut:
a. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti melakukan rencana kegiatan sebagai berikut:
1. Menyusun rencana pembelajaran sebagai acuan pelaksanaan proses
pembelajaran. Rencana pembelajaran pada pertemuan kedua dan seterusnya
disusun berdasarkan hasil analisis terhadap strategi penelitian yang
digunakan yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2. Menyusun pembagian materi pelajaran yang akan dibagikan kepada masing-
masing kelompok.
3. Menyusun lembar observasi siswa
4. Menyusun tes akhir siklus.
b.Tahap tindakan
Tindakan dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya dengan rincian sebagai berikut:
5 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 17
31
1. Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-
5 anak.
2. Peneliti memberikan arahan kepada semua kelompok tentang bagaimana
cara menyampaikan materi dengan baik supaya kelompok lain dapat
memahami.
3. Memberi kesempatan tiap kelompok untuk menyampaikan materi yang
menjadi tugasnya.
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan diskusi
pada setiap kelompok yang maju.
5. Peneliti bersama-sama kelompok lain mengevaluasi jawaban dan
pertanyaan.
6. Pada akhir pembelajaran, peneliti membantu siswa untuk membuat
kesimpulan materi pelajaran dan memberikan materi ajar yang dan akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
7. Pada akhir siklus dilakukan tes akhir untuk mengetahui perkembangan
siswa dalam bentuk obyektif tes. Hasil tes pada akhir siklus ini nantinya
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk tindakan berikutnya.
Tindakan yang sama juga dilakukan pada siklus berikutnya.
c. Tahap observasi
Pada tahap ini aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung
dipantau oleh guru mitra dengan menggunakan pedoman observasi aktivitas siswa.
4. Tahap koreksi dan refleksi
Pada tahap ini data-data yang diperoleh dari tiap siklus dikumpulkan untuk
dianalisis dan selanjutnya diadakan refleksi terhadap hasil analisis yang
diperoleh sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan prestasi dan hasil
belajar sebelum dan sesudah tindakan. Hasil belajar inilah yang nantinya
digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan siklus berikutnya.
32
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang yang
beralamat di jalan raya Temanggung nomer 28 Secang Magelang. Penelitian
ini dilaksanakan terhadap siswa kelas VII A yang berjumlah 34 siswa.
Adapun waktu dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah
satu bulan dimulai tanggal 2 mei sampai dengan 30 mei. Apabila dilihat dari
waktu pelaksanaan penelitian ini sangatlah sedikit sekali karena dalm satu
minggu hanya ada dua jam pelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran Aqidah akhlak. Namun demikian peneliti meminta waktu mata
pelajaran lain yang bisa digunakan yaitu mata pelajaran muatan lokal bahasa
jawa sehingga dalam pelaksanaan penelitian ini bisa dilaksanakan lebih lama
untuk memaksimalkan penelitian ini sehingga didapatkan hasil yang
memuaskan.
C. Pelaksana dan Kolaborator
Pelaksana dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak kelas VII A yaitu Istochri dan dibantu oleh guru lain guru
bidang studi Qur’an hadist yaitu Fitriyati, S.Pd sebagai proses pembelajaran
yang bisa dilaksanakan dalam mapel lain.
D. Rancangan Penelitian
Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII dalam mata pelajaran Aqidah
Akhlak dengan pokok bahasan akhlak tercela yaitu akhlak tercela terhadap
Allah yang diharapkan dalam penelitian ini dengan menerapkan model belajar
peer Lesson.
1. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan identifikasi masalah
yang dihadapi siswa dengan observasi dan wawancara dengan guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak. Untuk mengatasi masalah pembelajaran
33
sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka peneliti berencana menerapkan
strategi pembelajaran peer Lesson. Pada pertemuan pertama peneliti
mengadakan pre-test tentang pengetahuan yang dipelajari siswa pada
pertemuan sebelumnya dengan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak yang
menggunakan strategi ceramah dalam pembelajaran. Selain itu, peneliti
mempersiapkan strategi lain seperti ceramah dan brainstorming sebagai
antisipasi kemungkinan perubahan yang bersifat menyesuaikan.
Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-
langkah perencanaan tindakan yaitu menyusun instrument penelitian, antara
lain:
a) Menentukan materi akhlak tercela terhadap Allah.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), baik untuk siklus I
maupun siklus II. Gambaran RPP yang disusun guru dapat dilihat dari
tabel di bawah ini.
c) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal tes
d) Menyiapkan kertas kecil untuk penerapan strategi
e) Pada tahap ini pula, peneliti mencari teman sejawat yang akan membantu
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Teman sejawat dimaksudkan
sebagai sumber untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif,
baik dari sisi siswa maupun guru.
2. Tahap tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program
pembelajaran, pengumpulan data hasil observasi dan tes. Adapun tindakan
yang akan diimplementasikan dalam PTK ini adalah menerapkan tindakan
yang mengacu pada skenario pembelajaran. Pengamatan selain dilakukan
oleh peneliti juga dilakukan oleh teman peneliti yang mencatat apa saja
yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
34
Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan I adalah
pengertian akhlak tercela terhadap Allah, sedangkan materi pada tahap
tindakan II adalahbentuk-bentuk akhlak tercela terhadap Allah.
3. Tahap observasi
Peneliti melakukan observasi dengan memakai format observasi
yang sudah disiapkan yaitu catatan untuk mengumpulkan data. Menilai
hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
Tahap ini dilakukan untuk pengumpulan data. Observasi dilakukan
awal dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Selanjutnya dalam implementasi
tindakan juga diadakan observasi untuk mengetahui perubahan yang
terjadi selama pembelajaran berlangsung. Observasi selain dilakukan oleh
peneliti sendiri juga dilakukan oleh teman peneliti yang ikut melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
4. Tahap refleksi
Tahap keempat merupakan kegiatan untuk menemukan kembali
apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari bahasa inggris yang
bila diterjemahkan mempunyai arti pemantulan. Refleksi dilakukan terus
menerus. Tahap refleksi dilakukan bersamaan dengan jalannya observasi
dan setelah observasi. Adakalanya observasi dan refleksi menyatu, dan
adakalanya juga refleksi dilakukan setelah praktik pembelajaran atau
setelah observasi selesai dilakukan. Refleksi dilakukan melalui peneliti
dengan guru yang bersangkutan. Refleksi ini dilakukan dalam rangka
menemukan kelemahan dan kekurangan pada praktik pembelajaran yang
dilakukan dan untuk mencari pemecahan maupun penguatan-penguatan
terhadap pembelajaran yang masih dipandang kurang optimal. Tujuannya
adalah untuk menemukan perbaikan-perbaikan apa yang perlu dilakukan
dalam proses pembelajaran pada siklus berikutnya. Refleksi dilakukan
dengan cara mengkaji pembelajaran yang telah dan belum terjadi, apa
35
yang dihasilkan, dan mengapa terjadi demikian. Jadi, komponen refleksi
dapat digambarkan sebagai berikut: analisis, pemaknaan, penjelasan,
penyimpulan, tindak lanjut. Hasil refleksi pada siklus I diperbaiki melalui
rencana aksi pada siklus II dan seterusnya.
A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk mendapatkan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan,
dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen pembantu, seperti lembar
tes, lembar pengamatan partisipasi siswa di kelas, lembar evaluasi, pedoman
observasi atau lembar observasi aktifitas siswa dan guru di kelas.
Sedangkan untuk pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, dokumentasi, dan test.
a. Observasi, dengan menggunakan strategi ini akan diketahui kondisi riil yang
terjadi dilapangan dan dengan menggunakan strategi ini diharapkan mampu
menangkap gejala suatu kenyataan (fenomena) sebanyak mungkin mengenai
apa yang akan diteliti6. Observasi merupakan strategi pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan terhadap obyek penelitian7
. Penulis
melakukan observasi untuk mengumpulkan dan menangkap data tentang
praktik pembelajaran yang dilakukan guru Aqidah Akhlak di M.Ts.
Arrosyidin Secang Magelang, merekam kesesuaian antara apa yang
direncanakan dengan pelaksanaan di dalam kelas, keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, misalnya keseringan siswa bertanya, siswa
menjawab pertanyaan guru, kemampuan bekerja sama, kesungguhan,
kemampuan melakukan tugas-tugas, kemampuan menanggapi, kemampuan
mengemukakan pendapat, keberanian dan lain-lain. Observasi ini penulis
pilih dikarenakan dengan observasi penulis mendapatkan data secara
langsung yang dilakukan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran
6 Koentjaraningrat, Strategi – Strategi Penelitian Masyarakat (Jakarta: Grafindo
Pustaka Media, 1997), hml. 105. 7 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Penerbit SIC, 2001),
hml. 96.
36
Aqidah Akhlak. Penulis ikut merasakan dalam proses pembelajaran tersebut
dikarenakan observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasif.
b. Wawancara
Wawancara atau yang disebut dengan interview merupakan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan pedoman berupa pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan langsung kepada objek untuk mendapatkan
jawaban secara langsung8. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan oleh
peneliti kepada guru yang melaksanakan pembelajaran dalam hal ini adalah
guru mapel Aqidah Akhlak di M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang serta
siswa yang diajar. Dengan wawancara ini dapat diketahui kendala apa yang
dirasakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Serta keinginan-keinginan
siswa terhadap proses pembelajaran tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, trankip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya9
. Melalui
dokumentasi peneliti mendapatkan gambaran tentang keadaan sekolah
yang diteliti. Peneliti mengumpulkan data-data yang ada di M.Ts.
Arrosyidin Secang Magelang, khususnya yang berhubungan dengan
proses pembelajaran Aqidah Akhlak.
d. Tes
Ada dua macam tes yang digunakan yaitu teknik tes tertulis dan non
tertulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes dikarenakan
untuk mengumpulkan data tentang kompetensi yang telah dicapai
8 Sudarman Denim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002),
hml.130. 9 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hml.231.
37
setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi peer
Lesson. Tes ini lebih cenderung bersifat kognitif. Tes ini berupa
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun berdasarkan apa yang telah
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Kompetensi dasar dalam tes
ini adalah seberapa pemahaman siswa terhadap materi akhlak tercela
terhadap Allah yang ada dalam KD tersebut. Sedangkan non tertulis
dilakukan untuk penilaian proses dan produk. Dalam pembelajaran
strategi peer Lesson yang dinilai adalah keaktifan siswa hasil karya
yang dipajang ataupun hasil diskusi yang menjadi kesimpulan dari
semua pendapat yang telah dikemukakan.
B. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola kategori dan satuan dasar, sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data. Analisis data yang
dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Analisis data secara kualitatif mengikuti prosedur analisis
data secara kualitatif. Sebagaimana pada umumnya analisis data kualitatif
dilakukan dengan tahap-tahap: pemaparan data, reduksi data, kategorisasi data,
penafsiran/pemaknaan, dan penyimpulan hasil analisis.
Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan
melalui proses seleksi, pengelompokkan, dan pengorganisasian data mentah
menjadi sebuah informasi yang bermakna. Paparan data merupakan upaya
menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk naratif,
grafik atau bentuk lainnya. Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari
sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang
singkat, pendek dan bermakna.
Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan
tes yang berupa catatan observasi, wawancara, dokumen fottofolio kemudian
ditulis ulang, dipaparkan apa adanya, kemudian dipilih dan dipilah-pilah sesuai
38
dengan focus penelitian, setelah melalui proses analisis dalam kerangka
memperoleh data yang sahih dengan member check, triangulasi dan
pelacakanmendalam, kemudian disimpulkan dan dimaknai.
Analisa data yang bersifat deskriptif kuantitatif dilakukan dengan
analisis prosentase, dan analisa rata-rata. Data kuantitatif ini diolah
berdasarkan data hasil pengamatan melalui pengamatan, pengerjaan LKS dan
hasil tes. Untuk mengukur prosentase ketuntasan belajar secara individu
menggunakan rumus berikut:
Nilai = %100xalskormaksim
capaiskoryangdi
∑
∑
Dengan kriteria ketuntasan yang ditunjukkan tabel berikut:
Nilai Kriteria Ketuntasan
< 75 Tidak Tuntas
≥ 75 Tuntas
Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal
digunakan rumus berikut:
P = %1002
1x
n
n
∑
∑
Keterangan :
P = nilai ketuntasan belajar
∑n1 = jumlah siswa tuntas belajar
∑n2 = jumlah total siswa
Dan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar tiap siswa setiap
siklusnya menggunakan rumus berikut :
39
Q =
Posrate-basrate
x 100%
Baserate
Keterangan :
Q = Peningkatan belajar
Posrate = Nilai sesudah siklus
Baserate = Nilai sebelum siklus
C. INDIKATOR PENCAPAIAN
Bersumber pada hasil observasi yang menunjukkan partisipasi siswa
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, diharapkan adanya peningkatan
partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi peer
Lesson. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah bahwa penelitian
akan dinyatakan berhasil apabila mencapai nilai 85% secara klasikal,
sedangkan secara individual peserta didik telah mencapai nilai 75 atau lebih.
Hal inilah kemudian peserta didik telah mengalami ketuntasan belajar pada
pokok bahasan pada siklus I dan siklus II.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Pra Siklus
Penelitian ini dilaksanakan di M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang
yang terletak di jalan Magelang Temanggung no 28. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan terhadap siswa kelas VII yang berjumlah 37 siswa.
Penelitian awal yang peneliti lakukan sebelum melaksanakan tindakan
berupa siklus baik siklus 1 ataupun siklus 2. Observasi yang peneliti
lakukan selama 2 minggu pada bulan april. Peneliti memasuki ruang kelas
VII sebagai subjek penelitian ketika terjadi proses belajar mengajar. Di
dalam proses belajar mengajar tersebut guru Akidah Akhlak di dalam
melaksanakan kegiatan mengajar menggunakan RPP dengan strategi
mengajar yaitu ceramah saja, sesekali bertanya kepada siswa yang
melakukan kegiatan mengganggu siswa lain ataupun kepada siswa yang
justru mengerjakan pekerjaan mata pelajaran lain. Sisi lain hasil belajar
siswa yang telah ditetapkan dalam KKM yaitu 75 banyak siswa yang tidak
emenuhi ketuntasan apalagi bila ketuntasan dilihat dari segi ketuntasan
klasikal yaitu 85%.
Dalam menyampaikan materi guru tidak membuat RPP, tetapi
langsung berdasarkan buku materi ajar Aqidah Akhlak sebagai buku
pegangan yang digunakan untuk menyampaikan pembelajaran. Guru tidak
membacakan tujuan yang harus dicapai sesuai yang terdapat dalam silabus.
Strategi ceramah yang digunakan guru dalam menyampaikan materi.
Begitu juga dengan kegiatan untuk membangkitkan motivasi sangat kurang
dilakukan oleh guru.
41
Pada penelitian perbaikan pembelajaran ini, peneliti bertindak
sebagai pengamat atau observator. Peneliti menggunakan guru lain sebagai
pelaksana dan juga mendiskusikan hasil pengamatannya terhadap
perbaikan pembelajaran dan memberi masukan untuk perbaikan
pembelajaran berikutnya.
Sebelum diadakannya tindakan, peneliti terlebih dahulu
mengadakan observasi di kelas VII M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang
saat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran materi akhlak tercela
dengan menggunakan strategi konvensional, yaitu ceramah membuat siswa
jenuh, bosan, malas, dan tidak bersemangat sehingga membuat mereka
kurang memahami materi. Namun setelah menggunakan strategi peer
Lesson, siswa tampak lebih aktif dan dengan mudah memahami materi
sehingga prestasi belajar yang dicapai merekapun meningkat.
B. Deskripsi Pada Siklus I
Sebelum peneliti melakukan siklus I, terlebih dahulu peneliti
melakukan pre-test. Pre-test ini dilakukan guna mengetahui sejauh mana
tingkat pemahaman siswa tentang pengetahuan yang dipelajari siswa pada
pertemuan sebelumnya dengan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak yang
masih menggunakan strategi lama atau konvensional, yaitu ceramah dalam
pembelajaran. Setelah nilai diperoleh dari tahap pre-test ini, peneliti
melanjutkan penelitian ke tahap siklus I.
Berikut adalah hasil penelitian siklus I pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak dengan menggunakan strategi peer Lesson
a. Perencanaan
Berdasarkan hipotesis tindakan dan identifikasi masalah, maka
peneliti menyusun rencana perbaikan pembelajaran dengan menerapkan
strategi peer Lesson yang bertujuan agar siswa aktif dan paham
terhadap materi yang disampaikan, sehingga pembelajaran bisa lebih
42
efektif dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Selanjutnya peneliti
bersama guru melakukan langkah – langkah sebagai berikut:
1) Menyusun skenario pembelajaran (RPP) yang memuat serangkaian
kegiatan dengan menggunakan strategi peer Lesson. Materi yang
diajarakan adalah tentang akhlak tercela terhadap Allah. Seluk
beluk tentang materi akhlak tercela berpedoman apa yang ada
dalam silabus mapel Aqidah Akhlak kelas VII. RPP digunakan
sebagai acuan dalam proses belajar sehingga tidak keluar dari
skenaio yang telah ditetapkan.
2) Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan
pembelajaran. Alat yang digunakan adalah berupa kertas
pembagian kelompok dalam hal ini kelompok dibagi menjadi 3.
Bahan pembelajaran adalah buku materi mapel Aqidah Akhlak
kelas VII yang diterbitkan oleh Tiga Serangkai
3) Menyusun soal evaluasi yang akan dipergunakan untuk mengukur
prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini evaluasi atau test yang
dilaksanakan dengan menggunakan waktu tersendiri. Test yang
dilaksanakan pada akhir pembelajaran hanya bersifat test lesan.
4) Mengefektifkan penggunaan strategi mengajar pada setiap siklus.
Pengefektifan penggunaan strategi ini dengan dibantu oleh guru
mapel yang serumpun, yaitu guru Qur’an Hadist.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru melakukan kegiatan
pembelajaran yang sudah disusun dalam skenario pembelajaran (RPP).
Pada awal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan memotivasi
dan mengadakan tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan
yang berhubungan denganakhlak tercela. Setelah guru memberikan
gambaran materi yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan
pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada siswa – siswa untuk
43
membaca materi, kemudian guru memberikan penjelasan tentang
materi akhlak tercela, dan setelah itu guru membagi siswa menjadi tiga
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari sepuluh orang siswa. Sebelum
melakukan kegiatan guru memberikan pengarahan tentang langkah-
langkah yang harus ditempuh, yaitu siswa mempelajari materi secara
berkelompok. Masing-masing kelompok mempelajari materi yang
sudah diberikan oleh guru. Siswa mendalami materi dengan membaca,
ada yang mendengarkan penjelasan temannya dalam satu kelompok
ada yang mencatat apa yang dijelaskan oleh teman lainnya dalam satu
kelompok.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Beberapa siswa yang belum begitu memahami materi mengajukan
pertanyaan, namun ada beberapa siswa yang hanya diam dan terlihat
masih bingung. Ada juga beberapa siswa yang terlihat masih malu
dalam mengutarakan pertanyaan. Ada juga siswa yang pasif dan
kurang konsen pada pembelajaran serta tidak berminat mengikuti
pelajaran.
Semua siswa dalam kelompok tersebut terlarut dalam kegiatan
masing-masing. Kemudian kelompok maju satu persatu untuk
menjelaskan materi yang ia baca kepada kelompok lainnya.
Pada akhir siklus I ini guru memberikan klarifikasi dan apresiasi
( pujian ) terhadap jawaban siswa - siswa, dan kemudian mengajak
siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran. Selanjutnya siswa
mempersiapkan diri untuk melaksanakan tes formatif yang diberikan
oleh guru guna mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang
baru dibahas di dalam kelas.
c. Observasi Kegiatan
Peneliti sebagai pengamat atau observator melakukan
pengamatan terhadap jalannya pembelajaran dan keaktifan siswa
44
selama proses kegiatan belajar mengajar. Peneliti melakukan
pengamatan terhadap guru dalam menyampaikan materi pembelajaran,
strategi yang digunakan, pemberian penguatan, memotivasi siswa dan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
Peneliti juga melakukan pengamatan secara cermat terhadap
aktivitas siswa dengan menggunakan Lembar Observasi Siswa yang
telah disiapkan terlebih dahulu. Aspek keaktifan meliputi
memperhatikan penjelasan guru dengan serius, mengerjakan tugas yang
diberikan serta mencatat dan merangkum materi, dan aktif dalam tanya
jawab.
1) Hasil proses
Selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM), guru
telah melaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran (RPP) yang
telah dibuat. Sedangkan peneliti dengan menggunakan data hasil
observasi mencatat beberapa kejadian penting, antara lain keaktifan
siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I dengan
menggunakan strategi peer Lesson masih kurang optimal. Hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya beberapa siswa yang masih pasif,
masih mengobrol dengan teman disampingnya, kurang memperhatikan
penjelasan guru dan kurang konsen pada saat pembelajaran serta tidak
berminat mengikuti pelajaran. Masih adanya siswa yang bingung pada
proses pembelajaran dikarenakan siswa masih belum memahami
tentang strategipeer Lesson. Namun demikian, dengan menggunakan
strategi peer Lesson keaktifan siswa dalam proses belajar sudah
menunjukkan peningkatan. Hal ini bisa kita lihat dari jumlah persentase
keaktifan siswa pada tabel berikut:
45
No Aspek yang diamati
Jumlah
Siswa %
1. Cepat menyiapkan alat belajar 27 72,97
2. Memperhatikan penjelasan guru dengan serius 30 81,08
3. Mengerjakan tugas yang diberikan dengan
antusias 35 94,59
4. Mencatat dan merangkum materi 33 89,18
5. Tanya Jawab 23 62,16
Tabel 3 : Prosentase keaktifan belajar siswa pada proses
pembelajaran Aqidah Akhlak Siklus 1
2) Hasil Belajar
Peneliti menetapkan ketuntasan minimal 75, artinya siswa
dinyatakan tuntas apabila telah mencapai nilai 75 atau lebih. Secara
klasikal dikatakan tuntas apabila telah mencapai 80 %.
Nilai hasil belajar siswa dalam siklus I diambil dari nilai tes evaluasi
siswa pada akhir siklus. Namun untuk melihat apakah ada peningkatan
prestasi siswa pada siklus I ini, maka peneliti juga mengumpulkan data
nilai siswa pada pre-test. Berikut adalah perbandingan nilai sebelum (pre-
test) dan sesudah pembelajaran pada siklus I yang bisa dilihat dari tabel di
bawah ini:
NO NAMA PRE-TEST SIKLUS I
Nilai T/TT Nilai T/TT
1. Angga Widura 45 TT 60 TT
2. Anisa Sulfiana Rachman 45 TT 65 TT
46
3. Ariya Rizal Anwar 85 T 90 T
4. Armaga Krisna Mawaldi 75 T 80 T
5. Desi Andriyani 80 T 95 T
6. Dimas Sabtian Dwitriono 60 TT 75 T
7. Ed Supriyanto 60 TT 75 T
8. Efi fitrianingsih 65 TT 75 T
9. Eni Puji Lestari 65 TT 75 T
10. Fuad khakim 70 TT 85 T
11. Indri Nur Safitri 60 TT 75 T
12. Irma susilowati 55 TT 75 T
13. Lutfi Istikhomatulhusna 55 TT 75 T
14. Mei Trisetyowati 50 TT 75 T
15. Muhammad Aris Susanto 75 T 85 T
16. Nanda Ayu Arumsari 75 T 80 T
17. Nurul Khasanah 75 T 75 T
18. Renni Dwi Safitri 75 T 85 T
19. Riska Dwi Pratiwi 75 T 90 T
20. Riyani 40 TT 60 TT
21. Rizki Indri Prasetyo 45 TT 65 TT
22. Sadik Akbar 45 TT 60 TT
23. Saputra adi Nugraha 55 TT 75 T
24. Sarinah 55 TT 75 T
25. Septian Nursa Pratama 60 TT 75 T
47
26. Sutarno 70 T 75 T
27. Teguh Budi santoso 65 TT 75 T
28. Wahyu Indriyanti 65 TT 75 T
29. Yuli Atmini 80 T 90 T
30. Romi Agus 60 TT 75 T
31. Dimas Maulana 60 TT 75 T
32. Tegar Satrio yosep 55 TT 75 T
33. M. Burhanudin 65 TT 80 T
34. M. yusuf 50 TT 50 TT
35. Purwanto 45 TT 55 TT
36. Khoirul Anam 45 TT 50 TT
37. M. Isa Aniffari 65 TT 75 T
Tabel 4 : Perbandingan nilai siswa pre-test dan sesudah
pembelajaran siklus 1
Dari data perbandingan hasil nilai belajar siswa sebelum (pre-test)
dan sesudah pembelajaran pada siklus I diatas, ada variasi nilai yang
diberikan guru dan frekwensi siswa yang mendapatkan nilai tersebut. Tiap
nilai yang diberikan oleh guru mempunyai frekwensi jumlah siswa yang
berbeda – beda. Perbandingan frekwensi jumlah siswa dari masing –
masing nilai yang diberikan oleh guru pada pre-test dan sesudah
pembelajaran siklus I apabila ditampilkan dalam grafik adalah sebagai
berikut:
Grafik 1 : Perb
nilai yang d
Dari data
peneliti bisa m
sebagai berikut
a. Prosentase
Banyak sis
Siswa yang
Prosentase s
= 10037
30x
b. Prosentase
Siswa yang
Prosentase s
0
2
4
6
8
10
12
Jumlah Siswa
erbandingan frekwensi jumlah siswa terhadap m
g diberikan pada pre-test dan setelah pembelaja
i data nilai siswa sesudah pembelajaran siklus
bisa memperoleh data ketuntasan belajar siswa s
erikut:
entase siswa yang telah tuntas belajar
ak siswa = 37 siswa
yang telah tuntas = 30 siswa
ntase siswa yang telah tuntas belajar
%08,81%100 =
entase siswa yang belum tuntas
a yang belum tuntas = 8 siswa
ntase siswa yang belum tuntas = 8/37 x100%=
40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Nilai
48
ap masing-masing
elajaran siklus I
iklus I diatas, maka
iswa secara klasikal
00%= 21,62%
Sebelum
Sesudah
49
Secara klasikal dinyatakan sudah tuntas karena nilai tuntas sudah
mencapai 75 %, walaupun masih ada beberapa siswa yang masih belum
tuntas.
Setelah dilakukan penelitian di akhir pembelajaran pada siklus I,
hasilnya belum memenuhi harapan yang diinginkan oleh peneliti karena
masih ada beberapa siswa yang belum mencapai tuntas minimal, sehingga
tuntas belajar klasikal juga belum tercapai.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan nilai tes akhir siklus I, ternyata
dalam siklus I dengan menggunakan strategi peer Lesson, proses
pembelajaran yang berlangsung mulai terlihat efektif, hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya keaktifan peserta didik selama pembelajaran
berlangsung, walaupun masih ada beberapa siswa yang masih pasif, tidak
memperhatikan penjelasan guru, dan masih banyak siswa yang tidak mau
bertanya saat mengalami kesulitan serta masih malu ketika diminta guru
untuk menjadi sebagai sukarelawan untuk membacakan pertanyaan. Hal
ini dikarenakan hal – hal sebagai berikut:
1. Siswa belum terbiasa menggunakan strategi peer Lesson dan masih
terpengaruh dengan strategi yang lama
2. Penjelasan guru terlalu cepat
3. Kemungkinan pembagian kelompok terlalu besar, sehingga siswa
kurang memahami langkah-langkah dalam mengerjakan soal.
4. Guru dalam hal bertanya kepada siswa dan meminta siswa sebagai
sukarelawan kurang merata, sehingga belum semua siswa ikut aktif
dalam proses pembelajaran
Karena masih adanya beberapa kekurangan dalam proses
pembelajaran pada siklus I ini, maka berdampak pada kurangnya tingkat
pemahaman siswa. Hal ini bisa dilihat dari data hasil belajar siswa pada
50
siklus I yang menunjukkan bahwa indicator ketuntasan belajar siswa
secara klasikal belum tercapai. Pada pembelajaran siklus I ini masih ada 7
siswa (18,92%) yang belum tuntas belajar dengan nilai dibawah 75,
sedangkan siswa yang sudah tuntas belajar ada 30 siswa (81,08%) dengan
nilai diatas 75. Ini berarti pada perbaikan pembelajaran siklus I sudah
tuntas secara klasikal, walaupun masih ada siswa yang masih belum
tuntas..
Dari hasil observasi pada siklus I ini, selanjutnya peneliti
melakukan refleksi dengan mengevaluasi kegiatan yang ada di siklus I,
mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemukan di kelas
dengan melakukan tindakan selanjutnya.
Peneliti harus meningkatkan cara pembelajaran untuk memotivasi
siswa sehingga siswa bisa menjadi lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik
dan dapat mencapai indikator keberhasilan, peneliti juga berupaya supaya
suasana di dalam kelas menjadi lebih menyenangkan.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti didapatkan
beberapa solusi untuk digunakan sebagai rumusan dalam upaya perbaikan
terhadap proses pembelajaran pada siklus II dengan strategi peer Lesson
pokok bahasan akhlak tercela kepada Allah kelas VII M.Ts. Arrosyidin.
Upaya – upaya tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Menyusun kembali scenario pembelajaran (RPP) dan soal tes untuk
siklus II
2. Guru akan menjelaskan lebih pelan
3. Guru akan membagi kelompok siswa lebih kecil, satu kelompok
terdiri dari 6 orang sehingga kelompok yang terbentuk lebih banyak.
4. Sebaran pertanyaan dan permintaan sebagai sukarelawan kepada
siswa akan diusahakan lebih merata, sehingga semua siswa bisa ikut
aktif dalam proses pembelajaran.
51
Dalam penelitian pembelajaran siklus I ini, meskipun belum tuntas
secara klasikal namun sudah tampak adanya peningkatan semangat dan
keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran. Menurut hasil observasi yang
dilakukan peneliti, sebagian besar siswa merasa cocok dan senang dengan
strategi peer Lesson.
2. Deskripsi Siklus II
a) Perencanaan
Dari hasil refleksi siklus I memperlihatkan, bahwa pembelajaran
Aqidah Akhlak dengan menerapkan model pembelajaran peer Lesson telah
berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya data tentang
peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa, sebagaimana disebutkan di
atas. Namun, peningkatan tersebut belum mencapai standar yang ditetapkan,
sehingga perlu diadakan perencanaan lanjutan untuk tindakan siklus II.
Pada siklus II ini peneliti membuat rencana perbaikan
pembelajaran yang merupakan kelanjutan dari siklus I. Pada siklus II ini
peneliti merencanakan akan melaksanakan perbaikan dengan lebih
mengaktifkan siswa. Peneliti memberikan variasi – variasi kecil agar
peserta siswa tidak jenuh dan proses pembalajaran menjadi lebih menarik.
Peneliti menyusun kembali skenario pembelajaran (RPP) dan soal
tes siklus II. Peneliti juga akan mengupayakan untuk memberikan
penjelasan lebih pelan, serta berusaha untuk lebih menyebarkan
pertanyaan kepada siswa dan permintaan kepada siswa untuk menjadi
sukarelawan.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II ini peneliti lebih menekankan pada penjelasan
materi yang masih belum jelas dan siswa yang masih kurang aktif dalam
kelompoknya masing-masing. Untuk lebih meningkatkan pemahaman
siswa, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang materi akhlak
tercela . Agar semua siswa aktif dan memperhatikan, guru selalu memberi
52
penjelasan yang mendetail. Siswa yang belum aktif dalam kerja kelompok
diberi pengertian dan motivasi agar tidak mengandalkan teman lain yang
aktif.
Skenario pembelajaran pada siklus II sama halnya dengan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, hanya saja materi yang
disampaikan berbeda dan pembagian anggota setiap kelompoknya lebih
sedikit dibanding pada siklus I. Setiap kelompok mendapatkan materi
sendiri-sendiri yang sudah dibagi dalam perencanaan. Siswa mulai lebih
memahami proses pembelajaran dengan menggunakan strategi ini
dikarenakan sudah mengalami pada proses siklus I dan siswa sudah
merasakan bahwa strategi yang diterapkan ini memberikan suasana yang
berbeda.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran peneliti berhasil melakukan observasi
terhadap kegiatan pembelajaran siklus II. Dari lembar observasi dapat
diketahui bahwa hasil penelitian masalah siklus II ini sudah baik daripada
perbaikan pembelajaran siklus I.
1) Hasil Proses
Pada siklus II ini siswa sudah aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Siswa lebih semangat, antusias dan serius dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa pun sudah bisa
melakukan strategi peer Lesson secara mandiri. Guru hanya
memberikan bimbingan saja dalam proses pelaksanaannya.
Berikut ini hasil peneliti mengenai keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran siklus II mata pelajaran Aqidah pokok bahasan
akhlak tercela kelas VII M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang :
53
No Aspek yang diamati
Jumlah
Siswa %
1. Cepat menyiapkan alat peraga 35 94,59
2. Memperhatikan penjelasan guru dengan serius 35 94,58
3. Mengerjakan tugas yang diberikan dengan
antusias 37 100
4. Mencatat dan merangkum materi 37 100
Tabel 5 : Prosentase keaktifan belajar siswa pada pembelajaran
Aqidah Akhlak Siklus II
2) Hasil Belajar Siswa
Setelah dilakukan tes atau penilaian di akhir pembelajaran siklus
II, ternyata hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan dalam
proses pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dengan adanya perolehan nilai
yang lebih baik dibandingkan pada pembelajaran siklus I. Jumlah siswa
yang tuntas pun meningkat sampai 100%. Dan hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak dengan strategi peer Lesson telah
berhasil.
Berikut adalah perbandingan nilai yang diperoleh siswa pada
siklus II dibanding dengan nilai yang diperoleh siswa pada siklus I:
NO NAMA SIKLUS I SIKLUS II
Nilai T/TT Nilai T/TT
1. Angga Widura 60 TT 75 T
2. Anisa sulfiana Rahman 65 TT 75 T
54
3. Ariya Rizal Anwar 90 T 100 T
4. Armaga Krisna mawaldi 80 T 85 T
5. Desi Andriyani 95 T 100 T
6. Dimas Sabtian Dwitriono 75 T 85 T
7. Ed Priono 75 T 75 T
8. Efi Fitrianingsih 75 T 95 T
9. Eni Puji Lestari 75 T 80 T
10. Fuad khamim 85 T 90 T
11. Indri Nur safitri 75 T 85 T
12. Irma susilowati 75 T 80 T
13. Lutfi Istikomatulhusna 75 T 75 T
14. Mei tri Setyowati 75 T 85 T
15. Muhammad Arif Susanto 85 T 90 T
16. Nanda Ayu Arumsari 80 T 90 T
17. Nurul Khasanah 75 T 85 T
18. Renny Dwi safitri 85 T 95 T
19. Riska Dwi Pratiwi 90 T 100 T
20. Riyani 60 TT 85 T
21. Rizki Indri Prasetyo 65 TT 75 T
22. Sadik Akbar 60 TT 75 T
23. Saputra adi Nugraha 65 TT 80 T
55
24. Sarinah 75 T 85 T
25. Septian adi Nugraha 75 T 85 T
26. Sutarno 75 T 80 T
27. Teguh Budi santoso 75 T 85 T
28. Wahyu Indriyanti 75 T 85 T
29. Yuli Atmini 90 T 95 T
30. Romo Agus 75 T 80 T
31. Dimas Maulana 75 T 85 T
32. Tegar satrio Yosep 75 T 85 T
33. M. Burhanudin 80 T 90 T
34. M. Yusuf 45 TT 75 T
35. Purwanto 55 TT 75 T
36. Khoirul Anam 50 TT 75 T
37. M. Isa Aniffari 75 T 85 T
Tabel 6 : Perbandingan Hasil Nilai Siswa Pembelajaran Siklus I dan
Sesudah Pembelajaran Siklus II
Sedangkan perbandingan frekwensi jumlah siswa dari masing –
masing nilai yang diberikan oleh guru pada pembelajaran siklus I dan
sesudah pembelajaran siklus II berdasarkan data diatas apabila
ditampilkan dalam grafik adalah sebagai berikut:
Grafik 2 : Perb
nilai yang dibe
Dari data
peneliti bisa m
sebagai berikut
a. Prosentase
Banyak sis
Siswa yang
Persentase s
= 10037
37x
b. Prosentase
Jumlah Siswa
erbandingan frekwensi jumlah siswa terhadap m
iberikan pada pembelajara siklus I dan setelah
siklus I
i data nilai siswa sesudah pembelajaran siklus I
bisa memperoleh data ketuntasan belajar siswa s
erikut:
entase siswa yang telah tuntas belajar
ak siswa = 37 siswa
yang telah tuntas = 37 siswa
ntase siswa yang telah tuntas belajar
%100%100 =
entase siswa yang belum tuntas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
40 50 60 70 80 90 100
Nilai
56
ap masing-masing
elah pembelajaran
klus II diatas, maka
iswa secara klasikal
100
Sebelum Sesudah
57
Siswa yang belum tuntas = 0 siswa
Prosentase siswa yang belum tuntas = %0%10037
0=x
Secara klasikal dinyatakan sudah tuntas karena nilai yang trmasuk
kategori tuntas sudah lebih dari 70 %.
Setelah dilakukan penelitian di akhir pembelajaran pada siklus II,
hasilnya sudah memenuhi harapan yang diinginkan oleh peneliti karena
hampir seluruh siswa mencapai tuntas minimal, sehingga tuntas belajar
klasikal juga tercapai.
d. Refleksi
Berdasarkan data yang didapat dari pelaksanaan siklus II
menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan yaitu aktivitas,
dan prestasi belajar peserta didik. Hal ini diawali dengan selama proses
pembelajaran Aqidah Akhlak dengan penerapan model pembelajaran peer
Lesson antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam
penelitian perbaikan pembelajaran ini, sudah tuntas secara klasikal dan
sudah nampak adanya peningkatan semangat dan keseriusan siswa dalam
mengikuti pelajaran. Menurut pengamat, semua siswa sudah cocok dengan
strategi peer Lesson. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa
menunjukkan peningkatan dari siklus I. Sedangkan ketuntasan belajar siswa
pada siklus II ini secara klasikal juga meningkat dengan presentase
ketuntasan 100%.
Dari hasil refleksi siklus II ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran Aqidah Akhlak pokok bahasan akhlak tercela kepada Allah
kelas VII M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang dengan strategi peer Lesson
telah berhasil, untuk itu siklus dihentikan.
58
B. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Siklus I
Partisipasi siswa dalam pembelajaran agak baik dibandingkan
sebelum dilakukan penilaian perbaikan pembelajaran. Siswa sangat
tertarik dengan strategi mengajar guru. Namun ada beberapa siswa yang
masih takut untuk bertanya saat mengalami kesulitan, dan masih belum
aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Semangat siswa dalam perbaikan pembelajaran masih rendah,
banyak siswa yang kurang memperhatikan arahan guru. Dari hasil
penelitian di akhir perbaikan pembelajaran siklus I walaupun masih ada
beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan yaitu 7 anak sehingga
ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 81,18% sedangkan ketuntasan
minimal secara klasikal yang harus dicapai adalah 80 %, namun dari data
terlihat sudah ada peningkatan prestasi siswa pada siklus I dibandingkan
sebelum perbaikan. Prosentase peningkatan prestasi masing – masing
siswa pada siklus I dibandingkan dengan pada pre-test ditunjukkan pada
tabel berikut:
NO NAMA PENINGKATAN PRESTASI (%)
1. Angga Widura 33,33
2. Anisa Sulfiana rachman 44,44
3. Ariya Rizal anwar 5,88
4. Armaga Krisna Mawaldi 6,66
5. Desi andriyani 18,75
6. Dimas Sabtian Dwitriyono 25
7. Ed Supriyanto 25
59
8. Efi Fitrianingsih 15,38
9. Eni Puji Lestari 15,38
10. Fuad Khamim 21,42
11. Indri nur Safitri 25
12. Irma Susilowati 36,36
13. Lutfi istikhotimah 36,36
14. Mei Tri setyowati 40
15. Muhamad arif Susanto 13,33
16. Nanda ayu arumsari 6,66
17. Nurul Khasanah 0
18. Reni Dwi safitri 13,33
19. Riska Dwi Pratiwi 20
20. Riyani 50
21. Rizki Indri Prasetyo 44,44
22. Sadik Akbar 33,33
23. Saputra Adi Nugraha 36,36
24. Sarinah 36,36
25. Septian Nusa Pratama 25
26. Sutarno 7,14
27. Teguh Budi santoso 15,38
60
28. Wahyu Indriyanti 15,38
29. Yuli Atmini 12,5
30. Romi Agus 25
31. Dimas Maulana 25
32. Tegar Satrio Yosep 36,36
33. Muhammad Burhanudin 23,07
34. M. Yusuf 0
35. Purwanto 22,22
36. Khoirul Anam 11,11
37. M. Isa Aniffari 15,38
Jumlah 869
Rata - Rata 22,60
Tabel 4 : Presentase Peningkatan Prestasi Siswa pada Proses
Pembelajaran Siklus I
b. Siklus II
Untuk pelaksanaan siklus II, guru lebih memotivasi dan memacu
siswa untuk memperhatikan setiap langkah yang ada dalam strategi peer
Lesson sehinggga siswa paham dan pada akhirnya semua siswa bisa
menikmati dan merasa senang dengan strategi peer Lesson ini dan siswa
pun menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Langkah – langkah
perbaikan tindakan yang dilakukan pada pembelajaran siklus II ini
memberi dampak yang positif pada peningkatan prestasi siswa.
61
Ada peningkatan keseriusan siswa dalam pembelajaran. Semua
siswa mengerjakan tugas guru. Semangat siswa mulai meningkat sehingga
siswa berusaha untuk memperhatikan penjelasan tentang materi. Siswa
pun pada akhirnya dapat melakukan kerja strategi peer Lesson dengan
mandiri tanpa bantuan guru dan guru hanya membimbing seperlunya saja.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran siklus II mengalami
peningkatan dibanding siklus I. Dari hasil penelitian pada pembelajaran
siklus II ini terlihat adanya peningkatan prestasi dibandingkan perbaikan
pembelajaran sebelumnya (siklus I). Rata-rata ketuntasan klasikal 100%
sehingga ketuntasan klasikal sudah tercapai karena ketuntasannya sudah
lebih dari 80%. Untuk prosentase peningkatan prestasi siswa dari
pembelajaran siklus I ke pembelajaran siklus II dapat dilihat dari tabel
berikut:
NO NAMA PENINGKATAN PRESTASI (%)
1. Angga Widura 25
2. Anisa Sulfiana Rahman 15,38
3. Ariya Rizal Anwar 11,11
4. Armaga Krisna Mawaldi 6,25
5. Desi Andriyani 5,26
6. Dimas Sabtian Dwitriyono 13,33
7. Ed Supriyanto 0
8. Efi Fitriyaningsih 26,66
9. Eni Puji lestari 6,66
10. Fuad Kharim 5,88
62
11. Ludri Nur Safitri 6,66
12. Irma Susilowati 0
13. Lutfi Istikomatulhusna 20
14. Mei Tri Setyowati 13,33
15. Muhamad Arif Susanto 5,88
16. Nanda Ayu Arumsari 12,5
17. Nurul Khasanah 13,33
18. Renni Dwi Safitri 11,76
19. Riska Dwi Pratiwi 11,11
20. Riyani 41,66
21. Rizki Indri Prasetyo 11,11
22. Sodik Akbar 25
23. Saputra Adi Nugraha 23,07
24. Sarinah 13,33
25. Septiyan Nursa Pratama 13,33
26. Sutrisno 6,66
27. Teguh Budi Santoso 13,33
28. Wahyu Indriyanti 13,33
29. Yuli Atmini 55,55
30. Romi Agus 6,66
63
31. Dimas Maulana 13,33
32. Tegar Satrio Yosep 13,33
33. M.Burhanudin 12,5
34. M.Yusuf 66,66
35. Purwanto 36,36
36. Khoirul Anam 50
37. M. Isa Aniffari 13,33
Tabel 5 : Presentase Peningkatan Prestasi Siswa pada Proses
Pembelajaran Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian dari hasil pengamatan, tes dan pembahasan
yang dikemukakan di atas, peningkatan prestasi siswa dari pra siklus, siklus I dan
siklus II membuktikan bahwa proses pembelajaran dengan strategi peer Lesson
memberikan prestasi belajar yang lebih baik. Penggunaan strategi peer Lesson
yang melibatkan siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran sehingga nilai hasil belajar meningkat. Pada pelaksanaan siklus I dan
siklus II dapat diketahui adanya perubahan – perubahan, baik dari cara belajar
siswa maupun peningkatan prestasi siswa dengan proses pembelajaran yang
menggunakan strategi peer Lesson. Hal ini membuktikan bahwa strategi peer
Lesson dapat meningkatkan prestasi siswa dalam proses pembelajaran. Berikut
tabel daftar nilai baik pra siklus, siklus 1 maupun siklus 2
NO NAMA
Perbandingan Nilai
Pre test Siklus I Siklus 2
1. Angga Widura 45 60 75
2. Anisa sulfiana Rahman 45 65 75
64
3. Ariya Rizal Anwar 85 90 100
4. Armaga Krisna mawaldi 75 80 85
5. Desi Andriyani 80 95 100
6. Dimas Sabtian Dwitriono 60 75 85
7. Ed Priono 60 75 75
8. Efi Fitrianingsih 65 75 95
9. Eni Puji Lestari 65 75 80
10. Fuad khamim 70 85 90
11. Indri Nur safitri 60 75 85
12. Irma susilowati 55 75 80
13. Lutfi Istikomatulhusna 55 75 75
14. Mei tri Setyowati 50 75 85
15. Muhammad Arif Susanto 75 85 90
16. Nanda Ayu Arumsari 75 80 90
17. Nurul Khasanah 75 75 85
18. Renny Dwi safitri 75 85 95
19. Riska Dwi Pratiwi 75 90 100
20. Riyani 40 60 85
21. Rizki Indri Prasetyo 45 65 75
22. Sadik Akbar 45 60 75
65
23. Saputra adi Nugraha 55 65 80
24. Sarinah 55 75 85
25. Septian adi Nugraha 60 75 85
26. Sutarno 70 75 80
27. Teguh Budi santoso 65 75 85
28. Wahyu Indriyanti 65 75 85
29. Yuli Atmini 80 90 95
30. Romo Agus 60 75 80
31. Dimas Maulana 60 75 85
32. Tegar satrio Yosep 55 75 85
33. M. Burhanudin 65 80 90
34. M. Yusuf 50 45 75
35. Purwanto 45 55 75
36. Khoirul Anam 45 50 75
37. M. Isa Aniffari 65 75 85
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian, berbagai kondisi serta aktifitas yang berkaitan
dengan pelaksanaan penelitian skripsi dengan judul ”Penerapan Strategi Peer
Lesson untuk Meningkatkan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak Siswa Kelas VII M.Ts. Arrosyidin Secang Magelang, maka peneliti
dapat memberikan kesimpulan:
1. Dengan menggunakan strategi peer Lesson pada proses pembelajaran
Aqidah Akhlak dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi
belajar siswa sebelum menggunakan strategi peer Lesson belum
memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Namun setelah
diterapkan strategi peer Lesson dalam proses pembelajaran, prestasi
belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada tiap siklus
yang telah dilakukan dengan strategi peer Lesson mengalami
peningkatan. Dibanding prestasi belajar siswa pada pre-test, pada siklus I
prestasi belajar siswa meningkat apalagi dengan dilaksanakannya siklus
II. Dan ini berarti bahwa strategi peer Lesson sangatlah efektif untuk
digunakan dalam pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar
siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini tentang pelaksanaan strategi peer
Lesson bahasan akhlak tercela terhadap Allah di Kelas VII Madrasah
Tsanawiyah , maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai
rekomendasi bagi guru-guru untuk:
67
1. Menggunakan strategi peer Lesson dalam pembelajaran mata pelajaran
Aqidah Akhlak karena hal ini dapat menarik minat dan semangat siswa
untuk belajar yang berakibat prestasi belajar siswa meningkat.
2. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar supaya
siswa selalu ikut aktif dalam pembelajaran.
3. Menggunakan strategi pembelajaran peer Lesson untuk tingkat jenjang
yang lebih tinggi, dikarenakan kemampuan siswa secara kognitif dan
psikologis sudah lebih baik
4. Menggunakan strategi peer Lesson tidak hanya dalam pembelajaran mata
pelajaran Aqidah Akhlak , tetapi juga untuk mata pelajaran lain, seperti
IPS, Sejarah dan PPKn dan pelajaran PAI lainnya
5. Untuk melanjutkan penelitian yang lebih menyeluruh disebabkan banyak
hal yang belum peneliti teliti, seperti aspek motivasi, keaktifan siswa,
kerjasama siswa dan lain – lain, maka peneliti mengharapkan rekan-rekan
untuk melanjutkan penelitian yang lebih detail untuk meningkatkan mutu
meningkatkan mutu pendidikan siswa-siswa.
C. Penutup
Segala puji kepada Allah penulis panjatkan atas segala nikmat dan
karunia yang penulis dapatkan. Dengan segala daya upaya penulis berusaha
menyelesaikan tugas penulisan ini sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar
sarjana strata satu, disisi lain penelitian ini sebagai wahana pembelajaran
yang tak ternilai harganya. Dari penelitian ini penulis banyak medapatkan
ilmu yang sangat berharga yang tidak penulis dapatkan di dalam kelas ketika
terjadi proses belajar mengajar. Bimbingan, arahan serta pengorbanan
pembimbing penulis dapatkan sebagai bentuk kearah yang lebih sempurna.
Namun demikian, penulis merasa walaupun sudah memaksimalkan segala
daya upaya demi sempurnanya penelitian ini penulis menganggap bahwa
penulisan ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Berdasarkan hal itu penulis
mengharap kritik saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian ini
68
dan demi keberlanjutan bangunan ilmu pengetahuan berupa penelitian yang
berkelanjutan.
Sebagai kata penutup penulis berharap penelitian kecil ini semoga
bermanfaat bagi pribadi penulis hususnya, bagi M.Ts. Arrosyidin Secang
Magelang semoga semakin baik dengan adanya penelitian ini dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Anshori, Syaikhul Islam Zakariya, Tuhfatut Thullab Bisyarhi Tanqiihul Lubab,
(Surabaya: Maktabah Al-Hidayah, t.th).
Al-Fauzan, Saleh, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insanim 2006).
Al-Hafidz, Ahsin W., Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2008).
Al-Malibari, Asy-Syeh Zainuddin bin Abdul Aziz, Fathul Mu'in Bisyarkhi
Qurratul 'Ain Bimuhimmadid Din diterjemahkan oleh Ust. Abul Hiyadh,
(Surabaya: Al-Hidayah, 1993).
Al-Munjid Fil-Lughati Wal A’lami, (Bairut: Darul Masyriq, t.th.).
Ambary, Hasan Mu’arif, Suplemen Ensiklopedi Islam 1, (Jakarta: Ichtiar Baru
Van, Hoeve, 2003).
Amin, Ah., Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1998).
As-Suyuthy, Jalaluddin, Jami'us Shaghir, ( Bahirut : Darul Fikr, t.th.).
Ash-Shiddiqy, Hasbi, Kulian Ibadah, Ibadah Ditinjau dari segi Hukum dan
Hikmah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000).
Azra, Azumardi, dkk., Ensiklopedi Islam 3, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve,
2003).
Daradjat, Zakiah, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995).
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama
RI, 2002).
------------------------, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2002).
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam
Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
Djojonegoro, Wardiman, Pembudayaan Disiplin Nasional, dalam D. Soemarmo
ed, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah,
(Jakarta: CV. Minijaya Abadi, 1998).
Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi, 2000).
-----------------, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000).
-----------------, Metodologi Research Jilid 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000).
Hartono, Statistik untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).
Hasibuan, Malayu, Menejemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Gunung
Agung, 2002).
Hawkins, Joyce M., Oxford, (Jakarta: Erlangga, 2005).
Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LOOI), 2005.
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004).
Koenjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,
1991).
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1996).
Mustafa, Akhlak dan Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).
Porwodarminto, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1982).
Prijodarminto, Soegeng, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Jakarta: Abadi, 1994).
Qohar, Mas’ud Khasan Abdul, Kamus Istilah Populer, (Jakarta, Bintang Pelajar,
t.th,).
Rachman, Maman, Manajemen Kelas, (Jakarta: Depdiknas, 1999).
Razak, Nazaruddin, Dienul Islam, (Bandung: Al Ma’arif, 1977).
Rimm, Sylvia, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah,
(Jakarta: PT. Gramedia, 2003).
Sauri, Sofyan, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama
Islam, (Bandung: Alfabeta, 2004).
Soenarjo, RHA., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta; PT. Intermasa, 1985).
Supiana & Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001).
Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Tehnik,
(Bandung: Tarsito, t.th.).
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV Rajawali, 1992).
Tatapangarsa, Humaidi, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984).
Tim Penyusun Kamus Besar Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2003).
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2004).
Zain, Sutan Muhammad, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Jakarta: Yayasan
Dharma Grafika, t.th.).
Zuhdi, Masjfu’, Studi Islam Jilid II Ibadah, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992).
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Istochri
2. Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 10 April 1955
3. NIM : 093111279
4. Alamat Rumah : Mirikerep, RT 06, RW 03, Madusari, Secang
Magelang
HP : 085878890346
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD lulus tahun 1968
b. Mts N Windusari lulus tahun 1973
c. MA YAJRI Payaman Magelang lulus tahun 1976
d. Sarjana Muda FHI Temanggung lulus tahun 1982
e. PGSMTP Bahasa Inggris lulus tahun 1988
2. Pendidikan Non-Formal
a. Pon Pes Jampirejo Temanggung1979-1982
C. Riwayat Pekerjaan
a. Mengajar di MTs Maarif Madusari tahun 1985 sampai sekarang
b. Mengajar MTs Arrosyidin Secang tahun 1990 sampai sekarang
c. Mengajar MTs Kyai Ronggo tahun 1991 sampai sekarang
Semarang, 10 Juni 2011
ISTOCHRI
NIM:093111279
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
MTs : Arrosyidin
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas/ Semester :VII/2
Alokasi Waktu : 2x40 menit
A. Standar Kompetensi
Akhlak
6. menghindari akhlak tercela kepada Allah
B. Kompetensi Dasar
6.1 Menjelaskan pengertian riya dan nifaq
C. Tujuan pembelajaran
- Dapat meneyebutkan Akhlak tercela kepada Allah (riya dan nifaq)
- Dapat menjelaskan Akhlak tercela kepada Allah (riya dan nifaq)
- Dapat menjelaskan dan tujuan Akhlak tercela kepada Allah (riya dan nifaq)
- Dapat menyimpulkan Akhlak tercela kepada Allah (riya dan nifaq)
D. Materi Pembelajaran :
- Menjelaskan Akhlak tercela kepada Allah (riya dan nifaq)
- Pengertian Akhlak tercela kepada Allah (riya dan nifaq)
- Tujuan Akhlak tercela kepada Allah (riya dan nifaq)
- Menyimpulkan Akhlak tercela kepada Allah (riya dan nifaq)
E. Metode Pembelajaran
- Ceramah: metode ceramah tetap digunakan untuk memulai kegiatan
pembelajaran terutama untuk kegiatan awal.
- Peer lessons: siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam proses
pembelajaran ini dibagi menjadi 3 kelompok, kemudian topik pelajaran dibagikan
kepada masing-masing kelompok untuk dipelajari. Guru memberikan arahan
bagaimana cara mengajar kepada siswa yang lain. Kelompok menerangkan
kepada siswa yang lain
F. Langkah-langkah Pembelajaran
kegiatan waktu Aspek life skill yang
dikembangkan
Pendahuluan:
Apersepsi dan Motivasi
+ Menanyakan kepada siswa tentang
akhlak tercela kepada Allah (riya dan
nifaq)
+ Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan manfaatnya dalam kehidupan
+ menyimpulkan tentang akhlak
tercela kepada Allah (riya dan nifaq)
Kegiatan inti Siswa dibagi menjadi 3 kelompok.
Kelompok pertama membahas
pengertian akhlak tercela dan
menyebutkannya. Kelompok kedua
menjelaskan tujuan akhlak tercela dan
dasar-dasarnya. Kelompok ketiga
menyimpulkan pengertian, macam-
macam akhlak tercela, dasar-dasar
serta tujuan akhlak tercela.
Siswa maju menerangkan kepada
kelompol lain dan kelompok lain
mendengarkan serta mencatat apa
yang diterangkan oleh kelompok yang
maju tersebut.
Kegiatan penutup
Guru melaksanakan penilain lesan
Guru memerikan tugas semua siswa
untuk merangkum apa yang telah
diajarkan oleh kelompok tersebut.
10
50
20
G. Sumber Pembelajaran
- Alquran dan terjemahnya
- Buku paket Aqidah Akhlak kelas VII
- LKS
Penilaian
Indikator Pencapaian Jenis
penilaian
Bentuk
penilaian Contoh instrumen
Menjelaskan pengertian riya
Menjelaskan pengertian nifaq
Dapat menguraikan pengertian
riya
Lesan
Lesan
Penugasan
Tertulis
Uraian
Uraian
Uraian
Jelaskan pengertian
riya
Jelaskan pengertian
nifaq
Simpulkan
pengertian riya dan
nifaq
Mengetahui
Kepala Madrasah
Soriyanto, S.Pd
Magelang,
Guru Mapel Aqidah Akhlak
Istochri
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
MTs : Arrosyidin
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas/ Semester :VII/2
Alokasi Waktu : 2x40 menit
A. Standar Kompetensi
Akhlak
6. menghindari akhlak tercela kepada Allah
B. Kompetensi Dasar
6.1 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan riya dan nifaq
C. Tujuan pembelajaran
- Dapat menyebutkan bentuk dan contoh-contoh perbuatan riya dan nifaq
- Dapat menjelaskan bentuk dan contoh-contoh perbuatan riya dan nifaq
- Dapat menjelaskan dan tujuan bentuk dan contoh-contoh perbuatan riya dan
nifaq
- Dapat menyimpulkan bentuk dan contoh-contoh perbuatan riya dan nifaq
D. Materi Pembelajaran :
- Menjelaskan bentuk dan contoh-contoh perbuatan riya dan nifaq
- Pengertian bentuk dan contoh-contoh riya dan nifaq
- Tujuan bentuk dan contoh-contoh riya dan nifaq
- Menyimpulkan bentuk dan contoh-contoh perbuatan nifaq dan riya
E. Metode Pembelajaran
- Ceramah, , metode ceramah tetap digunakan untuk memulai kegiatan
pembelajaran terutama untuk kegiatan awal.
- Peer lessons: siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam proses
pembelajaran ini dibagi menjadi 3 kelompok, kemudian topik pelajaran dibagikan
kepada masing-masing kelompok untuk dipelajari. Guru memberikan arahan
bagaimana cara mengajar kepada siswa yang lain. Kelompok menerangkan
kepada siswa yang lain
F. Langkah-langkah Pembelajaran
kegiatan waktu Aspek life skill yang
dikembangkan
Pendahuluan:
Apersepsi dan Motivasi
+ Menanyakan kepada siswa tentang
bentuk dan contoh-contoh perbuatan
nifaq dan riya
+ Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan manfaatnya dalam kehidupan
+ menyimpulkan tentang bentuk dan
contoh-contoh riya dan nifaq
Kegiatan inti Siswa dibagi menjadi 3 kelompok.
Kelompok pertama membahas bentuk
dan contoh-contoh akhlak tercela dan
menyebutkannya. Kelompok kedua
menjelaskan tujuan bentuk dan
contoh-contoh akhlak tercela dan
dasar-dasarnya. Kelompok ketiga
menyimpulkanbentuk dan contoh-
contoh dan pengeriannya riya dan
nifaq. Siswa maju menerangkan
kepada kelompol lain dan kelompok
lain mendengarkan serta mencatat
apa yang diterangkan oleh kelompok
yang maju tersebut.
Kegiatan penutup
Guru melaksanakan penilain lesan
Guru memerikan tugas semua siswa
untuk merangkum apa yang telah
diajarkan oleh kelompok tersebut.
10
50
20
G. Sumber Pembelajaran
- Alquran dan terjemahnya
- Buku paket Aqidah Akhlak kelas VII
- LKS
Penilaian
Indikator Pencapaian Jenis
penilaian
Bentuk
penilaian Contoh instrumen
Menyebutkan bentuk dan contoh-
contoh perbuatan riya dan nifaq
Menunjukkan ciri-ciri orang yang
memiliki perbuatan riya dan
nifaq
Lesan
Lesan
Tertulis
Uraian
Uraian
Sebutkan bentuk dan
contoh perbuatan
riya dan nifaq
Jelaskan pengertian
ciri-ciri orang yang
memiliki perbuatan
riya dan nifaq
Mengetahui
Kepala Madrasah
Soriyanto, S.Pd
Magelang,
Guru Mapel Aqidah Akhlak
Istochri
MADRASAH TSANAWIYAH ARROSYIDIN SECANG
TERAKREDITASI “ A “
Jl. Temanggung No. 28 Secang Magelang , No. Telp 0293 714690
ULANGAN HARIAN
Hari / Tanggal : Senin, 16 Mei 2011 (siklus II)
Mapel : AKIDAH AKHLAK
Nama : ……..……………………….
Kelas : VII (Tujuh)
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang tepat!
1. Seseorang dikatakan ria apabila
ia berbuat baik dengan ....
a. Tujuan tertentu
b. Pujian orang lain
c. Maksud tertentu
d. Maksudnya agar disanjung
orang lain
2. Sum'ah ialah adanya keinginan
agar ...
a. Perbuatan baiknya di dengar
atau diketahui orang lain
b. Orang lain tidak mendengar
bahwa dirinya berbuat baik
c. Perbuatan baiknya tidak
didengar atau diketahui orang
lain
d. Dirinya mendengar orang lain
berbuat baik seperti dirinya
3. Perkara yang paling
dikhawatirkan Rasulullah SAW,
adalah syirik kecil, yaitu:
a. Menyekutukan Allah SWT
b. Beramal secara ria
c. Menduakan Allah swt dengan
makhluk-Nya
d. Mendurhakai Allah swt
4. Dalam hal ria, Allah SWT.
Membuat perumpamaan debu
yang ditaruh di atas batu licin
yang ditimpa hujan lebat
sehingga debu hilang tak
membekas. Hujan lebat adalah
perumpamaan....
a. Sedekah yang dilakukan
b. Hati yang tidak rela saat
memberikan
c. Ria dan menyakiti hati
penerima sedekah
d. Licinnya batu
5. Menurut Surah Al-Baqarah ayat
264, ria termasuk perkara yang ...
dijauhi.
a. Sebaiknya
b. Harus
c. Sepantasnya
d. Lebih baik
6. Orang yang memiliki sifat ria
akan rajin berbuat baik apabila
perbuatannya...
a. Diketahui orang lain
b. Ditertawakan orang lain
c. Mempunyai pahala yang
cukup besar
d. Diulang lag' pada kesempatan
lain
7. Sulitnya menebak kebenaran
ucapan munafik, seperti sulitnya
...
a. Menebak tembusan lubang
tikus di padang pasir
b. Memperoleh pahala kebaikan
yang dilakukan seseorang
c. Mengetahui isi hati seseorang
d. Memilih teman yang ideal
8. Rasulullah SAW menyatakan
bahwa ria termasuk ...
a. Syirik kecil
b. Syirik sedang
c. Syirik besar
d. Nifak
9. Orang yang ria berarti telah
menyekutukan Allah swt dengan
....
a. Makhluk tertentu
b. Dirinya sendiri
c. Makhluk ciptaan Allah swt
d. Berhala yang dipujanya
10. Orang munafik mempunyai sikap
...
a. Pandai mengolah kata-kata
yang sukar
b. Banyak kawan karma suka
bergaul
c. Pandai berbicara dalam hal-
hal yang rumit
d. Susah bergaul di masyarakat
11. Berikut ini merupakan ciri-ciri
munafik kecuali ...
a. Pandai berjanji tentang
sesuatu
b. Sering ingkar janji
c. Susah dipercaya apabila
diamanati
d. Apabila bertengkar, suaranya
melewati batas
12. Ungkapan musuh di dalam
selimut sering ditujukan kepada
....
a. Perbuatan syirik
b. Orang yang menduakan Allah
SWT.
c. Sikap infak
d. Orang yang bersifat nifak
13. Orang munafik pandai bersilat
lidah. Kepandaian dalam bersilat
lidah diperoleh dari...
a. Teman-teman bergaulnya
b. Kematangan berpikir
c. Banyaknya kawan dalam
pergaulan
d. Sikapnya yang selalu mendua
14. Balasan yang dijanjikan untuk
orang munafik ialah ...
a. Lapisan neraka yang paling
atas
b. Lapisan neraka yang panas
c. Lapisan neraka yang tengah
d. Lapisan neraka yang paling
bawah
15. Menghadapi munafik lebih
berbahaya dari pada menghadapi
...
a. Musyrikin
b. Muta'akhkhirin
c. Murtaddin
d. Kaum yang tidak Islam
16. Orang yang ria enggan
melakukan suatu kebaikan
apabila ...
a. Amal baiknya memerlukan
dana
b. Tidak tampak jelas pahalanya
c. Tidak ada orang lain yang
memujinya
d. Tidak memperoleh uang dari
amalnya
17. Kalimat aku lebih baik dari dia
menunjukkan sikap ……. bagi
yang mengatakan
a. Ujub
b. Ta'ajub
c. Takabur
d. Sum'ah
18. Tujuan yang sering membayangi
perasaan orang yang ria ialah ...
a. Diterimanya amal baik oleh
Allah
b. Suksesnya dalam melakukan
amal baik
c. Penilaian positif dari orang
yang mengetahui
perbuatannya
d. Penilaian baik dari Allah dan
sesama manusia
19. Orang-orang munafik terhadap
masalah sumpah ...
a. Kurang diperhatikan
b. Dianggap, ringan (tidak apa-
apa)
c. Dianggap barang murahan
d. Perkara yang cukup berat
20. Orang-orang munafik berkata,
"Engkau adalah Rasul Allah"
(Q.S. Al Munafiqun / 63: 1)
Mereka berkata demikian dengan
maksud ...
a. Berpura-pura kepada
Rasullah SAW.
b. Agar Rasulullah SAW
mengetahuinya
c. Mengelabui Rasulullah SAW
d. Agar Rasulullah SAW tidak
percaya
*****Selamat Mengerjakan*****
MADRASAH TSANAWIYAH ARROSYIDIN SECANG
TERAKREDITASI “ A “
Jl. Temanggung No. 28 Secang Magelang , No. Telp 0293 714690
ULANGAN HARIAN
Hari / Tanggal : Senin, 9 Mei 2011 (siklus II)
Mapel : AKIDAH AKHLAK
Nama : ……..……………………….
Kelas : VII (Tujuh)
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang tepat!
1. Menurut Surat Al Baqoroh ayat,
264 riya termasuk perkara yang
.... dijauhi
a. Harus
b. Sebaiknya
c. Lebih baik
d. Sepantasnya
2. Berikut ini termasuk akhlak
mazmumah kepada Allah antara
lain ....
a. Riya
b. Tobat
c. Tawakal
d. Tawaduk
3. Mencemarkan nama baik
keluarga dan masyarakat
sekitarnya sehingga merasa malu
karenanya, merupakan akibat
buruk nifak bagi
a. Orang lain
b. Diri sendiri
c. Orang Islam
d. Orang iman
4. Akibat buruk sifat nifak adalah
....
a. Selalu diliputi jiwa tenang
b. Terpuji menurut pandangan
allah
c. Disenangi dalam pergaulan
d. Selalu diliputi rasa ragu-ragu
5. Bakri suka menampilkan diri
dalam beramal agar amal
perbuatannya dilihat oleh
Zaenab, perbuatan Bakri
termasuk …
a. Nifak
b. Riya
c. Sum'ah
d. Pamer
6. Orang yang suka
memberitahukan amal perbuatan
baiknya kepada orang lain
disebut
a. Riya
b. Nifak
c. Pamer
d. Sum'ah
7. Lafal اءونIJ artinya adalah dan
orangorang yang ...
a. Meninggalkan agama
b. Meninggalkan sholat
c. Enggan berbuat baik
d. Berbuat riya
8. Berikut ini faktor yang dapat
menumbuhkan sifat riya, kecuali
…
a. Iman atau takwa
b. Harta kekayaan
c. Tubuh atau kecantikan
d. Perbuatan atau amal
9. Menurut hadis Rosulullah SAW,
ciri-ciri orang munafik ada ....
a. 2 macam
b. 3 macam
c. 4 macam
d. 5 macam
10. Berikut ini ciri-ciri orang
munafik, kecuali ....
a. Berkata dusta
b. Berjanji menepati
c. Berjanji mengingkari
d. Dipercaya berkhianat
11. Potongan hadist اLMواذاو
OPQartinya ....
a. Berkata dusta
b. Berkata tidak sesuai
c. Dan apabila berjanji
mengingkari
d. Dan apabila dipercaya
khianat
12. Sikap orang munafik adalah ...
a. Sesuai dengan apa yang
diucapkan
b. Dapat dijadikan panutan.
c. Tidak dapat dijadikan
panutan
d. Tidak sesuai dengan yang
diucapkan
13. Hadits Rasulullah SAW yang
menjelaskan tentang ciri-ciri
orang munafik diriwayatkan oleh
...
a. Bukhori
b. Muslim
c. Bukhori Muslim
d. Turmudzi
14. Potongan hadits نRQ STU واذاء
artinya ...
a. Jika dipercaya khianat
b. Jika berjanji ingkar
c. Jika bicara dusta
d. Jika dipercaya menepati
15. Seseorang dikatakan sum'ah,
apabila ia berbuat baik lalu
menceritakan kepada orang lain
dengan maksud ...
a. Supaya dikatakan hebat
b. Supaya mendapat ridha Allah
c. Supaya mendapat pahala
d. Takut berbuat dosa
16. Seseorang berbuat baik dikatakan
ria' apabila, kecuali ...
a. Punya tujuan tertentu
b. Penuh ikhlas
c. Punya maksud tertentu
d. Agar disanjung orang lain
17. Sikap yang tidak menentu, tidak
sesuai antara ucapan dan
perbuatan adalah ...
a. Sum’ah
b. Nifak
c. Riya’
d. Syirik
18. Membiasakan diri berbicara apa
adanya dan terbuka dalam
pergaulan, merupakan salah
satu usaha menghindari dari sifat
....
a. Syirik
b. Ria'
c. Nifak
d. Kufur
19. Rasulullah SAW memerintahkan
kepada umatnya untuk
menghindari sifat ...
a. Ria dan nifak
b. Ikhlas dan takabur
c. Ria' dan tawadhu'
d. Nifak dan istiqamah
20. Walaupun sifat orang munafik itu
sulit dibuktikan akan tetapi
Rasulullah memberitahu tanda-
tandanya, yaitu..
a. Jika bicara jujur, jika berjanji
tepat, jika dipercaya khianat
b. Jika janji tepat, jika bicara
bohong, jika dipercaya
khianat
c. Jika bicara, bicara bohong,
jika janji tidak ditepati, jika
dipercaya khianat
d. Jika bicara apa adanya.
*****Selamat Mengerjakan*****
MADRASAH TSANAWIYAH ARROSYIDIN SECANG
TERAKREDITASI “ A “
Jl. Temanggung No. 28 Secang Magelang , No. Telp 0293 714690
ULANGAN HARIAN
Hari / Tanggal : Senin, 2 Mei 2011 (siklus II)
Mapel : AKIDAH AKHLAK
Nama : ……..……………………….
Kelas : VII (Tujuh)
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang tepat!
1. Dalam hal ria, Allah SWT
membuat perumpamaan debu
yang ditaruh diatas batu licin
yang ditimpa hujan lebat
sehingga debu hilang tak
membekas. Hujan lebat adalah
perumpamaan ....
a. Sedekah yang dilakukan
b. Hati yang tidak rela saat
memberi
c. Ria dan menyakiti hati
penerima sedekah
d. Licin batunya
2. Berbuat ria merupakan salah satu
contoh akhlak ....
a. Terhina
b. Tercela
c. Tersiksa
d. Ternoda
3. Perkara yang paling
dikhawatirkan Rasulullah adalah
syirik kecil, yaitu
a. Mendurhakai Allah
b. menyekutukan Allah
c. Beramal secara ria
d. menyamakan Allah dengan
makhluk
4. Seorang dikatakan ria apabila ia
berbuat baik dengan ....
a. Tujuan tertentu
b. Ikhlas
c. Maksud tertentu
d. Maksud agar disanjung orang
lain
5. Orang yang memiliki ria akan
rajin berbuat baik apabila
perbuatannya
a. Diketahui orang lain
b. Ditiru orang lain
c. Ada jaminan pahala
d. Diulang pada kesempatan
lain
6. Ria dalam hadist Nabi saw
disebut juga
a. Syirik kecil
b. Syirik besar
c. Kufur
d. Munafik
7. Sum'ah merupakan perbuatan
yang didasari rasa ....
a. Ikhlas
b. Ibadah
c. Tawakal
d. Pamrih
8. Sulitnya menebak kebenaran
ucapan orang munafik seperti
sulitnya
a. Menembak tembusan lubang
tikus di padang pasir
b. Memperoleh pahala kebaikan
yang dilakukan seseorang
c. Mengetahui hati seseorang
d. Memilih teman yang ideal
9. Orang yang ria berarti telah
menyekutukan Allah SWT
dengan ....
a. Maksud tertentu
b. Dirinya sendiri
c. Makhluk ciptaan Allah swt.
d. Berhala yang dipujannya
10. Orang yang munafik mempunyai
sikap
a. Pandai mengolah kata-kata
untuk membohongi orang
lain
b. Banyak kawan karena sukar
bergaul
c. Pandai berbicara karena suka
bergaul
d. Susah bergaul dalam hal-hal
yang rumit
11. Berikut ini merupakan ciri-ciri
munafik, kecuali ....
a. Berbicara bohong
b. Wring ingkar janji
c. Apabila dipercaya
mengkhianati
d. Apabila bertengkar, suaranya
melewati batas
12. Ungkapan musuh dalam selimut
sering ditujukan kepada ....
a. Perbuatan syirik
b. Orang yang menyamakan
Allah SWT.
c. Sikap nifak
d. Orang munafik
13. Balasan yang dijanjikan untuk
orang munafik ialah lapisan
neraka yang paling...
a. Atas
b. Panas
c. Tengah
d. Bawah
14. Menghadapi orang munafik lebih
berbahaya dari pada menghadapi
kaum kafir....
a. Musyrikin
b. Muta'adhirin
c. Murtadin
d. Kafir
15. Orang munafik suka bersumpah
dengan maksud ....
a. Agar orang lain tidak ikut-
ikutan bersumpah
b. Tidak berani meremehkan
dirinya
c. Supaya orang lain
mempercayai
pembicaraannya
d. Tidak mempermudah untuk
bersumpah seperti mereka
16. Jika kita pernah melakukan
perbuatan ria dan nifak sikap kita
adalah ....
a. Mengulangi lagi
b. Merasa tidak melakukan
c. Bertobat kepada allah
d. Bertobat kepada allah dan
tidak mengulanginya
17. Seorang abid bisa saja
mempunyai sifat ria. Arti abid
adalah seseorang yang....
a. Beramal saleh
b. Yang suka ingkar ibadah
c. Suka beribadah
d. Sedang beribadah
18. Tujuan orang yang berbuat ria
adalah
a. Diterimanya amal baik oleh
Allah
b. Suksesnya dalam melakukan
amal baik
c. Penilaian positif dari orang
yang mengetahui
perbuatannya
d. Penilaian baik dari Allah swt.
19. Melatih diri untuk beramal secara
ikhlas, sebagai sikap
menghindari ....
a. Ria
b. Sum'ah
c. Nifak
d. Munafik
20. Berikut ini termasuk akhlak
mazmumab kepada Allah,
kecuali ...
a. Ibadah kepada Allah
b. Kufur kepada Allah
c. Suuzan
d. Berbuat dosa
*****Selamat Mengerjakan*****
top related