pdf (cover - abstrak)
Post on 18-Jan-2017
250 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI
DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh
AHMAD HANAFI
NIM 22020111130037
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, JANUARI 2016
ii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Ahmad Hanafi
NIM : 22020111130037
Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Ilmu Keperawatan
Jenis : Skripsi
Judul : Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan Jurusan
Keperawatan Undip atas penulisan skripsi saya demi pengembangan
ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), serta menampilkan
dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada
Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip, tanpa perlu meminta ijin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip dari semua
bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam
skripsi ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, Januari 2016
Yang menyatakan,
Ahmad Hanafi
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Ahmad Hanafi
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 14 April 1993
Alamat : Jl. Hadiningrat 03 Candi, Bandungan, Semarang
No telp/HP : +6285742240029
Email : ahanafi.psik@gmail.com
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian saya yang berjudul “Gambaran Gaya
Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ”
bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya dari orang lain.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dari hasil penelitian
skripsi saya terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak
manapun.
Semarang, Januari 2016
Yang menyatakan,
Ahmad Hanafi
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa
Skripsi yang berjudul :
GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI
DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
Dipersiapkan dan disusun oleh :
AHMAD HANAFI
NIM. 22020111130037
Telah disetujui sebagai usulan penelitian dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.
Pembimbing,
Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.
NIK. 201310222054
v
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian yang berjudul :
GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI
DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
Disusun oleh :
AHMAD HANAFI
NIM. 22020111130037
Telah diuji pada 27 Januari 2016 yang berhasil dipertahankan dihadapan tim
penguji dan diterima sebagai bahan persyaratan yang diperlukan untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro.
Penguji I, Penguji II,
Ns. Nana Rochana, S.Kep., MN Ns. Henni Kusuma, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB
NIP. 19830412 201404 2 001 NIP. 19851208 201404 2 001
Penguji III,
Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.
NIK. 201310222054
Telah diuji, direvisi, dan disetujui
Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.
NIK. 201310222054
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas limpahan rahmat
dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran
Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang” yang diajukan sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana
Keperawatan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah
mendukung penulis selama ini yaitu :
1. Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
2. Ns. Sarah Ulliya, S.Kep., M.kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan.
3. Ns. Ahmat Pujianto S.Kep,. M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan banyak bimbingan dan masukan.
4. Ns. Nana Rochana, S.Kep., MNS dan Ns. Henni Kusuma S.Kep.,M.Kep.,
Sp.KMB selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak
bimbingan dan masukan.
5. Ayah, Ibu dan kakak saya tercinta yang tidak pernah lelah mendoakan dan
mendukung.
6. Nur Ariffudin, Mutiana, Abdul, Thatit, Imanuel, Elmonita, Kiki, Anggi,
Andrian, Fahmi, dan Siska yang sudah banyak membantu dan memberi
semangat kepada saya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
7. Teman-teman angkatan 2011 terkhusus Gaza dan semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyusun proposal skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan
dunia keperawatan pada khususnya.
Semarang, Januari 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ......................................................
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................
LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................
ii
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 9
C. Tujuan................................................................................................. 10
D. Manfaat............................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Definisi Hipertensi.............................................................................. 12
2. Klasifikasi Hipertensi.....……………………………………….........
3. Patofisiologi Hipertensi.……………….............................................
4. Manifestasi Klinis Hipertensi.............................................................
5. Diagnosis Hipertensi...........................................................................
13
15
20
22
viii
6. Faktor-faktor risiko Hipertensi...........................................................
7. Pengukuran tekanan darah..................................................................
8. Komplikasi Hipertensi........................................................................
9. Penatalaksanaan Hipertensi................................................................
25
27
30
32
B. Kerangka Teori................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep............................................................................... 42
B. Jenis Penelitian.................................................................................... 42
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi ....................................................................................... 43
2. Sampel dan Teknik Sampling.................................................... 43
D. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 45
E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Ukur …........... 45
F. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
1. Instrumen penelitian..................................................................... 51
2. Uji Validitas Kuesioner................................................................ 53
3. Uji Reliabilitas Kuesioner............................................................
4. Cara Pengumpulan Data...............................................................
53
54
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan....................................................................... 56
2. Analisis Data............................................................................... 59
H. Etika Penelitian................................................................................... 60
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian ........................................................ 62
B. Hasil Peneltian .............................................................................. 63
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Data Demografi Resonden ..................................... 81
B. Gambaran Gaya Hidup Responden ............................................. 85
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 97
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 98
B. Saran ............................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
1 Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi
Berdasarkan Pedoman JNC7
15
2 Definisi Operasional 43
3 Koding 55
4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
(n=135)
63
5 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Konsumsi
Makanan Responden (n=135)
64
6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden
(n=135)
65
7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden
berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)
65
8 D Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden
berdasarkan Kategori Usia (n=135)
66
9 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden
berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)
66
10 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden
berdasarkan pekerjaan (n=135)
67
11 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden
berdasarkan kategori hipertensi (n=135)
67
12 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden
berdasarkan lama menderita (n=135)
68
13 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Merokok
Responden (n=135)
68
14 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden
(n=135)
69
xi
15 Distribusi Frekuensi Kebiasaan merokok Responden
berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)
70
16 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden
berdasarkan Kategori Usia (n=135)
70
17 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden
berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)
71
18 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden
berdasarkan pekerjaan (n=135)
71
19 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden
berdasarkan kategori hipertensi (n=135)
72
20 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden
berdasarkan lama menderita (n=135)
72
21 Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Aktifitas
fisik (n=135)
73
22 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Aktifitas Fisik
Responden (n=135)
73
23 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden
berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)
74
24 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden
berdasarkan Kategori Usia (n=135)
74
25 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden
berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)
75
26 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden
berdasarkan pekerjaan (n=135)
75
27 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden
berdasarkan kategori hipertensi (n=135)
76
28 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden
berdasarkan lama menderita (n=135)
76
29 Distribusi Frekuensi Kategori Stress Responden
(n=135)
77
30 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan 77
xii
Jenis Kelamin (n=135)
31 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan
Kategori Usia (n=135)
77
32 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan
tingkat pendidikan (n=135)
78
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
1 Kerangka Teori 38
2 Kerangka Konsep 39
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul
1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
2 Informed Consent & Persetujuan Menjadi Responden
3 Instrumen Penelitian
4 Permohonan Penggunaan Kuesioner
5 Data Kuesioner Responden
6 Hasil Analisis Data
7 Uji Normalitas
8 Surat Permohonan Pengambilan Data Awal
xv
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Januari 2016
ABSTRAK
Ahmad Hanafi
Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang
xvi + 99 halaman + 32 tabel + 2 gambar + 8 lampiran
Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan makan yang tidak baik,
merokok, stres dan kurangnya aktifitas fisik dapat menjadi penyebab hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan gaya hidup penderita hipertensi.
Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode Cross Sectional.
Sempel pada penelitian ini berjumlah 135 penderita hiertensi yang berada di
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Data diambil dengan menggunakan
kuesioner yang menilai kebiasaan makan, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan
stress. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60% responden memiliki
kebiasaan makan yang tidak baik, sebanyak 80% responden dalam kategori tinggi
paparan asap rokok, sebanyak 70.4% responden mengalami stress dan sebanyak
50.4% responden memiliki kebiasaan aktifitas fisik yang cukup. Dengan data
tersebut Puskesmas Sumowono sebagai pelayanan kesehatan terdekat bisa
mengambil strategi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pola
makan, merokok dan koping stress pada penderita hipertensi di Kecamatan
Sumowono.
Kata Kunci : Hipertensi, gaya hidup, masyarakat rural
Daftar pustaka : 85
xvi
Bachelor Degree of Nursing Science
Nursing Science Department
Medical Faculty
Diponegoro University
January 2016
ABSTRACT
Ahmad Hanafi
Lifestyles of people with hypertension in Sumowono district Semarang city
xvi + 99 pages + 32 tables + 2 pictures + 8 attachments
Unhealthy lifestyle such as bad dietary, smoking, stress and lack of
physical activity that can be causing of hypertension. This study aims to describe
the lifestyle of people with hypertension. The study design was descriptive with
cross sectional method. One hundred and thirty-five patients of hypertension who
live in Sumowono district, Semarang city. Data were collected by using a
questionnaire that assessed of dietary, smoking habits, physical activity, and
stress. The results showed about 60% of respondents have a good dietary, 80% of
respondents are high exposure of smoke, as many as 70.4% of respondents
experienced stress and 50.4% of respondents have enough of physical activity.
Therefore, the Sumowono public health center should give health education about
dietary, smoking, stress and coping to patients of hypertension in Sumowono
district.
Keywords : Hypertension, Lifestyle, Rural people
References : 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 80 mmHg.1
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,
maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.2
Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer) dan
sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
etiologinya.3 Tidak ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer,
sekalipun ada beberapa teori yang menunjukkan adanya faktor-faktor
genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang diakibatkan dari penyakit atau gangguan tertentu.
Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi adalah primer.4
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang
tinggi sebesar 22% pada kelompok usia ≥18 tahun ada tahun 2014 dan terus
meningkat, serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke,
retinopati, dan penyakit ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga
terbesar penyebab kematian dini. The Third National Health and Nutrition
1
2
Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan
meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.5
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran
pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi pada
setiap propinsi di Indonesia pada kelompok umur ≥18 tahun tergolong
cukup tinggi. Sebagai contoh prevalensi hipertensi di beberapa propinsi
antara lain Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan
Jawa Barat pada tahun 2013 rata rata diatas 29,4%. Sedangkan prevalensi
hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun di Jawa Tengah pada tahun 2013
sebesar 26,4%.6
Data Riskesdas 2013 setiap propinsi di Indonesia, di Jawa Tengah
prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 26,4%.
Masyarakat rural atau bisa disebut masyarakat pedesaan di Jawa Tengah
pada tahun 2013 memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan
masyarakat yang tinggal di perkotaan, yakni sebesar 26,5%. Pada umumnya
masyarakat desa identik dengan tingkat pendidikan yang rendah, pekerjaan
sebagai petani/nelayan/buruh, dan angka Kuintil Indeks Kepemilikan yang
rendah. Dilihat dari prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada tahun 2013
karakteristik masyarakat dengan tingkat pendidikan tidak sekolah memiliki
prevalensi tertinggi sebesar 48,8% dibandingkan dengan tingkat pendidikan
yang lain. Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada masyarakat dengan
status pekerjaan sebagai petani/nelayan/buruh sebesar 26,6%, angka ini
merupakan prevalensi tertinggi dibandingkan status pekerjaan yang lain.
3
Prevalensi dilihat dari Kuartil Indeks Kepemilikan, masyarakat dengan
status ekonomi tingkat bawah memiliki prevalensi tertinggi sebesar 29,4%.7
Berdasarkan hasil penelitian Farida8 tahun 2009 dengan prevalensi
hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera secara umum prevalensi hipertensi
tertinggi dialami oleh golongan umur ≥75 tahun, laki-laki, status gizi
obesitas, tidak tamat sekolah, berstatus cerai hidup, dan tinggal di wilayah
pedesaan.
Pada tahun 2013 angka morbiditas hipertensi di Semarang yang
terdapat pada puskesmas sebesar 34.566 kasus. Kasus ini merupakan kasus
terbanyak kedua setelah ISPA.9
Sedangkan jumlah laporan penyakit
hipertensi di Kecamatan Sumowono pada tahun 2015 bulan Januari sampai
Juni sebanyak 784 kasus dan jumlah laporan kematian akibat penyakit
hipertensi sebanyak 35 kasus. Kecamatan Sumowono dikenal luas di
kalangan penduduk Jawa Tengah karena merupakan kawasan pertanian,
sehingga sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani. Lokasi
Kecamatan Sumowono berada pada bagian paling barat bagian Kabupaten
Semarang dimana jauh dari wilayah perkotaan, yang memungkinkan
jalannya informasi serta fasilitas seperti pendidikan masih rendah.
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang beberapa
organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak.1 Hipertensi juga menyebabkan
timbulnya penyakit jantung koroner dan penyakit stroke.10
Penyakit jantung
koroner ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang
pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada
4
beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan
dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebabkan
timbulnya serangan jantung. Tekanan darah yang tinggi memaksa otot
jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat
otot jantung akan menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot
menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung. 11
Stroke adalah manifestasi dari rusaknya struktur jaringan otak sebagai
akibat rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak.12
Tekanan
darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah
otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.13
Stroke pada
penderita hipertensi sering terjadi pada mereka yang tidak melakukan
pengendalian tekanan darah secara teratur, baik pola hidup maupun
pengobatan.14
Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD
Kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien
adalah hipertensi sebesar 82,30%.15
Hasil penelitian yang dilakukan
Annamaria tahun 2015 tentang hubungan antara variabilitas tekanan darah
dan faktor risiko kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi primer
terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah antara 2 kelompok
responden, dengan nilai-nilai yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua,
yang terkait diabetes atau penyakit ginjal kronis ( p = 0,012 ).16
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Delima17
tahun 2009 tentang Prevalensi dan
5
Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden dengan
hipertensi berisiko 1,32 kali untuk menderita penyakit jantung.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi, diantaranya
faktor keturunan, karakteristik seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan ras,
serta gaya hidup.18
Faktor keturunan menjadi salah satu penyebab hipertensi,
akan tetapi tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis keturunan.
Jika orang tuanya adalah penderita hipertensi maka potensi seseorang
memiliki hipertensi akan lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sugiharto19
tahun 2007 pada masyarakat di Kabupaten Karanganyar,
riwayat keluarga dengan hipertensi atau keturunan terbukti sebagai faktor
risiko terjadinya hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi sebesar 4,04 kali
dibandingkan orang yang orang tuanya tidak menderita hipertensi.
Karakteristik seseorang yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
adalah usia, jenis kelamin, serta ras. Semakin bertambah usia, kemungkinan
terjadinya hipertensi semakin besar.18
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sigarlaki20
tahun 2006 di Kecamatan Bulus, Kabupaten Kebumen pada
kelompok umur 56-77 tahun memiliki distribusi hipertensi terbanyak
sebesar 55,88%. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap
pompa darah jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya. Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita
hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon
estrogen pada wanita.21
Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan
darah, berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak
6
pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22
Pada penelitian yang
dilakukan oleh Sugiri di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi
pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka
prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita. Gen dari ras tertentu
memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi penderita hipertensi.
Ras yang membawa gen resesif kuat terkait hipertensi adalah ras Afrika dan
Afrika-Amerika. Di Amerika Serikat, prevalensi hipertensi pada orang kulit
hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan kulit putih.
Gaya hidup sering menjadi faktor risiko penting bagi timbulnya
hipertensi pada seseorang. Beberapa diantaranya adalah faktor kebiasaan
makan seperti konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan atau makan
secara berlebihan. Gaya hidup yang tidak sehat seperti minum-minuman
mengandung alkohol, merokok, stres emosional dan kurangnya aktifitas
fisik yang dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan juga menjadi
penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya. 18,19,23,24
Perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko
penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis
kelamin dan keturunan. Tentang perilaku makan, penduduk terutama
pedesaan telah berubah dari pola tradisional ke pola modern dengan
kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman berisiko seperti makanan
dengan kandungan lemak, gula, garam yang tinggi.25
Laporan Hasil
Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di semua propinsi di Indonesia,
konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong rendah (tidak cukup).26
7
Para pakar juga menemukan faktor makanan modern sebagai
penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan
garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, misalnya
monosodium glutamat (MSG), dapat menaikkan tekanan darah karena
mengandung natrium dalam jumlah yang berlebihan.2 Makanan yang
berlemak akan meningkatkan resiko tingginya kolesterol. Kolesterol ini
akan menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah
yang dapat menyebabkan hipertensi.27
Hasil penelitian yang dilakukan
Arsyad28
terdapat 37 responden (82.3%) yang berpola makan tidak sehat
diantaranya terdapat 29 responden (46.8%) yang hipertensi dan 8 responden
(12.9%), yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-
square diperoleh nilai p = 0,000 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan
antara pola makan dengan kejadian hipertensi. Penelitian lainnya yang
dilakukan Sugiharto19
menyimpulkan bahwa sering mengkonsumsi lemak
jenuh mempunyai risiko untuk terserang hipertensi sebasar 7,72 kali, sering
mengkonsumsi jelantah sebesar 5,34 kali, dan sering mengkonsumsi asinan
sebesar 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsinya.
Gaya hidup berikutnya yang merupakan faktor penyebab hipertensi
adalah merokok. Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik
berupa pelepasan hormon pertumbuhan, ACTH, dan cortisol, serta
meningkatkan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat, menyebabkan
penurunan HDL kolesterol, meningkatkan LDL kolesterol dan trigliserida,
serta meningkatkan kadar fibrinogen plasma dan jumlah sel darah putih.27
Hasil penelitian yang dilakukan Arsyad28
tahun 2014 tentang Hubungan
8
Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi, terdapat 12 responden (19,4%)
yang perokok, dari 12 responden tersebut 11 responden (17.7%) yang
hipertensi dan 1 responden (1.6%) yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan
uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,008 < α (0,05) yang
artinya terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi.28
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Agnesia29
,
didapatkan hasil bahwa kebiasaan merokok terbukti sebagai faktor risiko
hipertensi dengan nilai nilai p = 0,010; OR = 9,537 dan 95% CI = 1,728 –
52,634. Hal ini menunjukkan orang dengan kebiasaan merokok memiliki
risiko terserang hipertensi 9,537 kali lebih besar dibandingkan orang yang
tidak merokok.
Gaya hidup dengan aktifitas fisik yang cukup dan teratur dapat
mengurangi risiko terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah
selain dapat mengurangi berat badan pada penderita obesitas. Bagi yang
tidak hipertensi, aktifitas fisik akan menjauhkan dari risiko terkena
hipertensi di kemudian hari karena dapat mengoptimalkan kerja jantung dan
pembuluh darah.14
Penelitian yang dilakukan Sugiharto19
menyimpulkan
bahwa tidak biasa melakukan olah raga mempunyai risiko menderita
hipertensi sebesar 4,73 kali dan olah raga tidak ideal mempunyai risiko
sebesar 3,46 kali dibandingkan orang yang mempunyai kebiasaan olah raga
ideal. Hernelahti19
juga menyatakan bahwa tidak biasa melakukan olahraga
akan meningkatkan risiko terkena hipertensi sebesar 2,33 kali dibanding
dengan yang biasa berolahraga.
9
Gaya hidup dengan tingkat stres tinggi merupakan salah satu faktor
penyebab utama timbulnya hipertensi setelah kebiasaan makan yang buruk,
merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang terjadi di Indonesia.11
Stres dapat meningkatkan tekanan darah yang bersifat sementara, tetapi
apabila terjadi berkepanjangan, peningkatan tekanan darah pun dapat
menetap.14
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu30
, stres secara signifikan
berhubungan dengan hipertensi dengan nilai rasio odds (OR) = 1,247 , 95 %
CI (1,076 , 1,446).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suoth31
pada tahun 2014 di
puskesmas Kolongan, kecamatan Kalawat, kabupaten Minahasa Utara
tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi mendapatkan hasil
adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup : aktifitas fisik
berat seperti angkat beban, olahraga berat, mencangkul, Aktifitas fisik
sedang seperti berjalan kaki, kegiatan dirumah, menaiki tangga, dengan
kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,584
menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Adanya hubungan yang
bermakna antara tingkat gaya hidup : stres yang sesuai Self Reporting
Questionnaire (SRQ) dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi
Spearman rho (r) sebesar 0,537 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi
yaitu kuat. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup :
konsumsi makanan seperti buah-buahan, sayuran, asinan, awetan, jeroan,
dan minuman berkafein dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi
Spearman rho (r) sebesar 0,495 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi
yaitu cukup. Tidak ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup :
10
merokok dalam waktu sebulan terakhir dengan kejadian hipertensi dengan
nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,139 menunjukkan bahwa
kekuatan korelasi sangat lemah.
Sundari32
melakukan penelitian di wilayah desa pegunungan
menunjukkan adanya pengaruh faktor aktifitas fisik terhadap hipertensi
essensial. Hasil ini mendukung bahwa aktifitas fisik yang berat pada
umumnya cenderung mengalami kenaikan tekanan darah. Karena makin
keras dan makin sering otot jantung harus memompa, maka makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah semakin
meningkat.33
Hasil penelitian lain oleh Ariani34
dalam penelitiannya
didapatkan tekanan darah diastolik anak yang tinggal di daerah pesisir
pantai Kecamatan pantai Cermin lebih tinggi daripada anak yang tinggal di
daerah pegunungan Kecamatan Brastagi. Tapi seperti yang dilaporkan
meskipun berbeda tapi secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
bermakna.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kecamatan Sumowono
tepatnya di puskesmas Sumowono, didapatkan hasil bahwa jumlah laporan
penyakit Hipertensi di kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18
tahun terhitung bulan Juni tahun 2015 sebanyak 109 Jiwa. Dengan kategori
hipertensi essensial sebanyak 44 jiwa, dan kategori hipertensi lainnya
sebanyak 65 jiwa. Tidak ada registrasi kematian akibat penyakit Hipertensi
di Kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18 tahun terhitung bulan
Juni 2015.
11
Dari hasil kuesioner tentang gaya hidup penderita hipertensi yang
diambil dari beberapa pertanyaan yang dibagikan kepada 5 penderita
hipertensi di Kecamatan Sumowono, pada poin aktifitas fisik 4 dari 5
resonden memiliki total aktifitas fisik kumulatif yang kurang, yakni
dibawah 150 menit dalam seminggu. Sebanyak 2 dari 5 responden merokok
selama 1 bulan terakhir. Pada poin tentang kebiasaan makan, 5 responden
dikategorikan baik pada konsumsi sayuran segar dan tidak mengkonsumsi
alkohol. Semua responden dikategorikan kurang baik kebiasaan makanan
dalam mengkonsumsi buah, konsumsi jeroan dan konsumsi makanan asin
dalam frekuensi lebih. Semua responden memiliki gejala-gejala yang
menunjukkan stress seperti merasa cemas, tegang, atau kuatir, merasa lelah
sepanjang waktu, merasa tidak bahagia, merasa sulit untuk menikmati
kegiatan sehari hari, dan merasa sering sakit kepala. Dapat disimpulkan
bahwa dari 5 responden mempunyai gaya hidup yang kurang baik, seperti
aktifitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak baik (konsumsi makanan
asin, lemak dan jeroan dalam frekuensi yang sering), merokok dalam waktu
sebulan terakhir dan menunjukkan gejala stres.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan, serta gaya hidup yang
berperan sebagai faktor risiko hipertensi yang masih dapat dimodifikasi,
maka penting untuk dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup
penderita hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong cukup tinggi. Faktor
perubahan gaya hidup diduga telah menyebabkan peningkatan besar kasus-
12
kasus penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini adalah
hipertensi. Penyebab terbesar hipertensi salah satunya adalah gaya hidup.35
Gaya hidup seperti faktor makanan, aktifitas fisik, stres dan merokok juga
menjadi penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya.24
Berdasarkan laporan hasil Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di
semua propinsi di Indonesia, konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong
rendah. Serta secara nasional konsumsi masyarakat seperti makanan asinan,
kebiasaan merokok, serta aktifitas fisik yang kurang masih cukup tinggi
prevalensinya.26
Di propinsi Jawa Tengah pada data riset kesehatan terbaru
tahun 2013 prevalensi hipertensi pada masyarakat pedesaan lebih tinggi dari
masyarakat perkotaan. Angka morbiditas hipertensi di Kecamatan
Sumowono juga terhitung cukup tinggi. Dengan demikian penting untuk
dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup penderita hipertensi di
Kecamatan Sumowono.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain untuk :
a. Mendeskripsikan karakteristik, demografi (jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, derajat hipertensi, lama menderita, dan
komplikasi) penderita hipertensi pada masyarakat di
Kecamatan Sumowono.
13
b. Mendeskripsikan gaya hidup (aktifitas fisik, kebiasaan makan,
merokok, dan stress) penderita hipertensi pada masyarakat di
Kecamatan Sumowono.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan membuka wawasan baru peneliti
mengenai gambaran gaya hidup masyarakat pada kejadian hipertensi di
Kecamatan Sumowono.
2. Bagi Responden
Menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan di sekitar subjek
penelitian untuk menyusun program promosi atau pelayanan kesehatan
yang lebih sesuai dan tepat untuk mengatasi kejadian hipertensi.
Kemudian dapat digunakan sebagai strategi meningkatkan kesadaran
subjek penelitian untuk meningkatkan gaya hidup yang lebih baik bagi
penderita hipertensi.
3. Bagi Institusi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan
institusi pendidikan untuk mengembangkan strategi pembelajaran atau
kurikulum tentang gaya hidup hipertensi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai acuan melakukan
penelitian selanjutnya tentang faktor risiko hipertensi dan memudahkan
dalam mendapat informasi terkait gambaran gaya hidup masyarakat
rural terhadap kejadian hipertensi.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang teori penelitian yang digunakan. Penulis
melakukan pencarian beberapa buku-buku literatur, jurnal, e-book, dan internet
dengan menggunakan kata kunci hipertensi, gaya hidup, serta menggunakan
kombinasi kata masyarakat rural, aktifitas fisik, kebiasaan makan, stress, dan
merokok sehingga menghasilkan 57 literatur yang dipakai. Teori dan konsep yang
tertera pada bab ini merupakan teori yang bersumber dari pustaka.
A. Tinjauan Teori
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap
dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap
dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar
tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung.
Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan
sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).
Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena
darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.36
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan
tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.37
Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas
normal, di mana tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg. Tekanan darah
15
15
dipengaruhi oleh curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan
volume atau isi darah yang bersirkulasi.38
Hipertensi dapat menyebabkan
komplikasi seperti penyakit jantung koroner, left ventricle hypertrophy, dan
stroke yang merupakan pembawa kematian tinggi.39
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang
mengandung natrium dan lemak jenuh.40
Hipertensi yang tidak terkontrol
akan meningkatkan angka mortalitas dan menimbulkan komplikasi ke
beberapa organ vital seperti jantung (infark miokard, jantung koroner, gagal
jantung kongestif), otak (stroke, enselopati hipertensif), ginjal (gagal ginjal
kronis), mata (retinopati hipertensif).41
2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau
hipertensi esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut
hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus.40
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang
penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi.
Hampir semua hipertensi sekunder berhubungan dengan ganggaun sekresi
hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain
16
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldesteronisme primer, sindroma Cushing, feokromositoma, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi
sekunder dapat disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara
tepat. 37
Klasifikasi hipertensi menurut perjalanan penyakitnya dibagi menjadi
hipertensi benigna dan maligna. Bila timbulnya berangsur disebut benigna,
dan bila tekanannya naik secara progresif dan cepat disebut hipertensi
maligna dengan banyak komplikasi seperti gagal ginjal, CVA, hemoragi
retina, dan ensefalopati.42
Hipertensi benigna merupakan keadaan hipertensi
yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita cek
up. Hipertensi maligna merupakan keadaan hipertensi yang membahayakan
biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada organ-
organ seperti otak, jantung dan ginjal.43
Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat,
berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole
95-104, hipertensi sedang tekanan diastolenya 105-114, sedangkan hipertensi
berat tekanan diastolenya >115.42
Berdasarkan pedoman The Seventh Joint
National Comittee (JNC7), tekanan darah dan hipertensi dikelompokkan
sesuai tabel dibawah ini44
:
17
Tabel 1. Pengelompokan tekanan darah dan hipertensi berdasarkan
pedoman JNC7
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 Lebih dari 160 Lebih dari 100
3. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding
pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks
menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta
pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada duafaktor
utama yang mengatur tekanan dara, yaitu darah yang mengalir dan tahanan
pembuluh darah perifer.45
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan
Total Peripheral Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari
variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan
timbulnya hipertensi.46
Tubuh memiliki 3 metode pengendalian tekanan darah. Pertama
adalah reseptor tekanan di berbagai organ yang dapat mendeteksi perubahan
kekuatan maupun kecepatan kontraksi jantung, serta resistensi total terhadap
tekanan tersebut. Kedua adalah ginjal yang bertanggung jawab atas
penyesuaian tekanan darah dalam jangka panjang melalui sistem renin-
18
angiotensin yang melibatkan banyak senyawa kimia. Kemudian sebagai
respons terhadap tingginya kadar kalium atau angiotensin, steroid aldosteron
dilepaskan dari kelenjar adrenal, yang salah satunya berada dipuncak setiap
ginjal, dan meningkatkan retensi (penahanan) natrium dalam tubuh.44
Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan
oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan
vaskuler perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer.
Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah,
makin besar dilatasinya makin tinggi kurang tahanan terhadap aliran darah.
Jadi, semakin menyempit pembuluh darah, semakin meningkat tekanan
darah. Dilatasi dan konstriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh
sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin. Apabila sistem saraf
simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan
dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan kontriksi pembuluh darah,
meningkatnya curah jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya
pada sistem renin-angiotensin, yang apabila distimulasi juga menyebabkan
vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah.45
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan
mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari
sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium,
dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi
19
lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga
intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian
dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang
dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ.47
Jantung secara terus menerus bekerja memompakan darah ke seluruh
organ tubuh. Jika tanpa gangguan, porsi tekanan yang dibutuhkan sesuai
dengan mekanisme tubuh. Namun, akan meningkat begitu ada hambatan.
Inilah yang menyebabkan tekanandarah meninggi. Semakin besar
hambatanya, tekanan darah akan semakin tinggi.13
4. Manifestasi Klinis Hipertensi
Pemeriksaan fisik dapat pula tidak dijumpai kelainan apapun selain
peninggian tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala. Individu
penderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-
tahun. Apabila terdapat gejala, maka gejala tersebut menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.40
Bila timbul gejala, penyakit hipertensi ini sudah lanjut. Gejala klasik
yaitu sakit kepala, epistaksis, pusing, dan tinitus yang diduga berhubungan
dengan naiknya tekanan darah, ternyata sama seringnya dengan yang terdapat
pada yang tidak dengan tekanan darah tinggi. Namun gejala sakit kepala
sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi, dan nokturia, ternyata meningkat
pada hipertensi yang tidak diobati.42
fase hipertensi yang berbahaya bisa
ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya penglihatan (papiledema).48
20
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul
dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen
akibat peningkatan tekanan kapiler.46
Gejala lain yang sering ditemukan
adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.40
Terkadang hipertensi essensial
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada
organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.11
5. Diagnosis Hipertensi
Menurut Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan
:49
a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit
kardiovaskuler, beratnya penyakit, serta respon terhadap
pengobatan.
c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain
atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan
ikut menentukan panduan pengobatan.
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan
cara anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
21
pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering
merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan
pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor yang
mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat dan
tempat pengukuran.49
6. Faktor-faktor risiko Hipertensi
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
1) Usia
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan
elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada
umur lima puluhan dan enam puluhan.50
Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering
dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila
tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan
hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa
memicu terjadinya hipertensi. 51,52
2) Jenis kelamin
22
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak
menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk
peningkatan darah sistolik.50
Sedangkan menurut Arif53
pria dan wanita
menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi.
Menurut Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi
dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen
pada wanita.21
Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita
hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon
estrogen pada wanita.21
Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan
darah, berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak
pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22
Pada penelitian yang
dilakukan oleh Sugiri58
di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi
pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka
prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita.
3) Riwayat keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi.50
Riwayat
keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.50
Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan
risiko hipertensi 2-5 kali lipat.54
23
Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular
lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga
dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi
risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat
hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat.
Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu
orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan
sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit
tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka
kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.37
b. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol
Modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan,
karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Pasien hipertensi
yang terkontrol, pendekatan modifikasi gaya hidup ini dapat membantu
pengurangan dosis obat pada sebagian penderita.50
Gaya hidup yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi antara lain meliputi aktivitas fisik,
kebiasaan makan, kebiasaan merokok, dan stress.8,23,24
Kebiasaan makan yang
diamati adalah kebiasaan konsumsi buah dan sayur; makanan manis, asin,
berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan dan minuman berkafein.8
Menurut Mulyono, gaya hidup merupakan ciri pribadi yang dimiliki
oleh setiap orang. Sebagai ciri atau karakteristik, gaya hidup banyak
berpengaruh terhadap tingkah laku dalam kehidupan individu. Dengan kata
lain, gaya hidup merupakan disposisi atau watak yang melatarbelakangi
perilaku, reaksi atau respon seseorang terhadap diri dan lingkungan yang
24
mempengaruhinya. Sedangkan, menurut Sanjur, gaya hidup adalah hasil
pengaruh beragam peubah bebas yang terjadi di dalam individu atau keluarga.
Perubah yang membentuk gaya hidup termasuk penyediaan materi, sifat
situasi, kerangka ide budaya, dan sifat-sifat psikologis serta kesehatan.
Menurut Suhardjo8 gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari sejumlah
interaksi sosial, budaya, keadaan dan hasil pengaruh beragam variabel bebas
yang terjadi di dalam keluarga atau rumah tangga. Gaya hidup dapat diartikan
sebagai cara hidup masyarakat.
Gaya hidup yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi antara
lain :
1) Konsumsi garam dan makanan awetan
Makanan asin dan makanan yang diawetkan adalah makanan
dengan kadar natrium tinggi. Natrium adalah mineral yang sangat
berpengaruh pada mekanisme timbulnya hipertensi. Makanan asin dan
awetan biasanya memiliki rasa gurih (umami), sehingga dapat
meningkatkan nafsu makan. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi
terjadi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan
darah.8
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui
peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini
akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali
pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada
25
hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain
yang berpengaruh.55
Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium
sehingga menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.37
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik
cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume
dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan
garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi
garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110
mmol natrium atau 2400 mg/hari.50,55,56
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada kelompok dengan
asupan garam minimal. Konsumsi natrium kurang dari 3 gram perhari
prevalensi hipertensi presentasinya masih rendah, namun jika konsumsi
natrium meningkat antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi akan
meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya
hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan
tekanan darah.55,51
2) Konsumsi makanan manis dan tinggi energi
Makanan atau minuman manis mengandung unsur karbohidrat
sederhana yang menghasilkan energi tinggi. Kelebihan konsumsi energi
dan aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor penting yang
menyebabkan epidemik obesitas. Menurut penelitian Johnson, dosis
fruktosa yang tinggi (10% air menghasilkan ½ asupan energi,
26
dibandingkan dengan jumlah fruktosa yang biasa dikonsumsi 60%) dapat
meningkatkan tekanan darah dan perubahan mikrovaskular. Fruktosa (gula
sederhana yang menghasilkan rasa manis), tidak memberikan efek
kepuasan setelah makan. Seseorang yang mengkonsumsi
makanan/minuman manis tidak akan merasa puas dan akan makan terus
menerus. Konsumsi yang berlebihan akan meningkatkan asupan energi
yang selanjutnya disimpan tubuh sebagai cadangan lemak. Penumpukan
lemak tubuh pada perut akan menyebabkan obesitas sentral, sedangkan
penumpukan pada pembuluh darah akan menyumbat peredaran darah dan
membentuk plak (aterosklerosis) yang berdampak pada hipertensi dan
jantung koroner.8
3) Konsumsi Lemak dan jeroan
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi
lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah.19
Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis
yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.37,57
Penurunan konsumsi
lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan
dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal
dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari
tanaman dapat menurunkan tekanan darah.57
Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak
mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SFA). Jeroan
27
mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
daging. Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan
kolesterol darah, 25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya
merupakan asam lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam
lemak jenuh, diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah,
akan tetapi hal ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama
berasal dari minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak
jagung, minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan
berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan
kadar LDL kolesterol (Almatsier 2003).8
4) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.58
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan
darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding
pembuluh darah.55
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah
28
meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen
yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.58
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Anggara tahun
2012 uji statistik antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah didapat
ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan
darah (p = 0,000) dan sebeser 52,9% responden yang hipertensi
merokok.59
5) Aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada
orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan
otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha
otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang
dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer
yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.37
Kurangnya aktifitas fisik
juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan
menyebabkan risiko hipertensi meningkat.19
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur
memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-
15 mmHg pada penderita hipertensi.60
Olahraga banyak dihubungkan
dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.
Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.37
29
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anggara tahun 2012
uji statistik kebiasaan olahraga dengan hipertensi, tidak teratur olah raga
terbukti adanya hubungan yang bermakna denganhipertensi, dengan
(p=0,000) ; OR = 44,1; 95% CI = 8,85 – 219,74).Artinya, orang yang tidak
teratur berolah raga memiliki risiko terkenahipertensi sebesar 44,1 kali
dibandingkan dengan orang yangmemiliki kebiasaan olah raga teratur.59
6) Stress
Menurut Sarafindo yang dikutip oleh Bart Smet, stres adalah suatu
kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari
situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang.61
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.
Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah
menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada
binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata
membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.62
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas,
berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan
darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
30
perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag.51,62
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herke tentang Karakteristik
Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi, didapatkan bahwa terdapat
hubungan antara faktor stres terhadap hipertensi, responden yang
menderita prehipertensi yang mengaku tidak mengalami stres ( 6,86 % ),
sementara yang menderita hipertensi grade I (37,25 %), dan yang
menderita hipertensi grade II (22,57 %).20
7) Konsumsi kafein
Penelitian mengenai pengaruh kafein terhadap kejadian hipertensi
belum menunjukkan hasil yang konsisten. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya pengaruh negatif antara konsumsi kafein dengan
kejadian hipertensi. Dua studi kohort yang dilakukan selama 15 tahun
pada 155 594 wanita berusia 30-55 tahun dari Nurses Health Studies
(NHSs), keduanya tidak menunjukkan hubungan linear antara konsumsi
kafein dengan risiko kejadian hipertensi. Namun ditemukan adanya
hubungan dengan pola invers U antara konsumsi kopi dengan kejadian
hipertensi.8
7. Komplikasi Hipertensi
a. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang
diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan
intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
31
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami
hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami
arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.58
Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD
kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien
adalah hipertensi sebesar 82,30%.15
b. Kardiovaskular
Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang
terus-menerus memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan
pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan
berkurang. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak tepat atau tidak
adekuat pada tahap ini, maka dapat menimbulkan komplikasi gagal
jantung kongestif. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.58
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Delima tentang Prevalensi dan
Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden
dengan hipertensi berisiko 1,32 kali untuk menderita penyakit jantung.17
c. Ginjal
32
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus.
Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan
menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema
sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal
tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.46
Hasil penelitian yang dilakukan Annamaria tentang Hubungan
antara variabilitas tekanan darah dan faktor risiko kardiovaskular pada
pasien dengan hipertensi primer terdapat perbedaan yang signifikan
tekanan darah antara kelompok 2 kelompok responden, dengan nilai-nilai
yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua, yang terkait diabetes atau
penyakit ginjal kronis ( p = 0,012 ).16
d. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama
hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang
dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan
darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada
saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina
akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
33
hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang
pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.63
Berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh Antika tahun 2013
mendapatkan hasil kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat
retinopati hipertensif (p=0,005) dan hipertensi tidak terkontrol merupakan
faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat sedang-berat. (RP
5,25 IK 95% 1,9-46,9). Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan
dengan derajat retinopati hipertensif dan hipertensi tidak terkontrol
merupakan faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat sedang-
berat.
8. Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh
seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang
terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan
dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup
merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam
keberhasilan penanganan hipertensi.50
Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
1) Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek
jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran
34
darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain
itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.46
Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental,
sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan
penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.50
2) Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas
fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga
kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk
penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali
seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat
badan belum tentu turun.50
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan
perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Yang perlu diingatkan kepada kita adalah bahwa olahraga saja
tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.51,61
3) Perubahan pola makan
a) Mengurangi asupan garam
35
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya
penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan
hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus memperhatikan
kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu
yang banyak mengandung garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol
per hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak
tanpa garam, menghindari makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan
mentega yang bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan
karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi
kebiasaan makan pasien secara drastis.51,64
b) Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang
berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh,
terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan
konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran,
biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan
tekanan darah.57
c) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah buahan dan susu rendah lemak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat
mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan
tekanan darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu,
mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan
darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak
mineral, seperti seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-
36
kacangan (banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk
susu mengandung banyak kalsium.50,64
4) Tidak merokok
Merokok sangat besar perananya dalam meningkatkan tekanan darah,
hal tersebut disebabkan oleh nikotin yang terdapat didalam rokok yang
memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain
itu merokok dapat menyebabkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara
optimal.58
5) Menghilangkan stress
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau
bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk
menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat perubahan
dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban stres. Perubahan-
perubahan itu ialah: 37
a) Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk kegiatan setiap
hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau kita terpaksa harus
terburu-buru untuk tepat waktu memenuhi suatu janji atau aktifitas.
b) Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.
c) Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
d) Siapkan cadangan untuk keuangan
e) Berolahraga.
f) Makanlah yang benar.
37
g) Tidur yang cukup.
h) Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang dilanda stres.
i) Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.
j) Binalah hubungan sosial yang baik.
k) Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan kritis
atau negatif terhadap diri sendiri.
l) Sediakan waktu untuk hal-hal yang memerlukan perhatian khusus.
m) Carilah humor.
n) Berserah diri pada Yang Maha Kuasa.
b. Farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama
hipertensi primer alah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat
antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan
darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis
penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko lain.6 Terapi dengan pemberian
obat antihipertensi terbukti dapat menurunkan sistole dan mencegah
terjadinya stroke pada pasien usia 70 tahun atau lebih.52
Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan dengan obat antihipertensi
bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian
ditingkatkan secara titrasi sesuai umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal
harus efektif selama 24 jam dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena
kepatuhan lebih baik, lebih murah dan dapat mengontrol hipertensi terus
menerus dan lancar, dan melindungi pasien terhadap risiko dari kematian
mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat peningkatan tekanan darah
38
mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi
kombinasi dosis rendah 2 obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini
terbukti memberikan efektifitas tambahan dan mengurangi efek samping.
Setelah diputuskan untuk untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak
terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik
atau beta bloker. Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan
sesuai dengan algoritma. Diuretik biasanya menjadi tambahan karena dapat
meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat yang kedua dapat
mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba
menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan
progresif.40
39
B. Kerangka Teori
Faktor resiko hipertensi
Dapat dikontrol
Gaya Hidup :
1. Kebiasaan
makan
2. Aktifitas fisik
3. Stress
4. Kebiasaan
merokok
Tidak dapat dikontrol
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Riwayat Keluarga
Hipertensi
Penatalaksanaan
Farmakologis
Nonfarmakologis
Perubahan gaya hidup :
1. Kurangi faktor
penyebab
ateroskelrosis
2. Olahraga dan
aktifitas fisik
3. Tidak merokok
4. Menghilangkan
stress
Gambar 1 Kerangka Teori.8,23,24
40
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan. Penulis
melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas
tentang jenis, rancangan, dan desain penelitian. Formula yang tertera pada bab ini
merupakan formula baku bersumber dari pustaka.
A. Kerangka Konsep
Gambar 2 Kerangka Konsep
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan
mengenai suatu fenomena yang ditemukan.65
Metode cross sectional yaitu
penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu.66
Penelitian ini digunakan
untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Kecamatan
Sumowono.
Gambaran gaya hidup penderita hipertensi
42
41
C. Populasi dan Rancangan Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian yang diteliti.67
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari objek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.68
Populasi terdapat
dua populasi target dan populasi terjangkau.69
Populasi target adalah
populasi yang memenuhi sampling kriteria dan menjadi sasaran akhir
penelitian. Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria
dalam penelitian dan dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.69
Populasi pada penelitian ini adalah penderita hipertensi di
Kecamatan Sumowono karena angka morbiditas hipertensi yang cukup
tinggi, serta Kecamatan Sumowono memenuhi kriteria sebagai daerah
rural. Data yang diambil adalah penderita hipertensi dalam 3 bulan
terakhir sebanyak 404 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ciri-cirinya
diteliti.70
Dalam penelitian ini kriteria sampel yang digunakan adalah
kriteria inklusi dan ekslusi, yang menentukan dapat dan tidaknya sampel
tersebut digunakan dalam penelitian. Sampling merupakan proses
menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.69
Adapun sampel penelitian ini yaitu sebagian responden yang
mempunyai penyakit hipertensi dan tercatat dalam register laporan
42
penyakit tidak menular di Puskesmas kecamatan Sumowono bulan
September sampai November 2015.
a. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
mengambil sampel, untuk memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.69
Teknik pengambilan
data yang digunakan pada penelitian ini yaitu Simple Random
Sampling, yaitu pengambilan sampel dari populiasi secara acak
berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi.66
b. Besar Sampling
Besarnya sampel dalam penelitian ini semua penderita
hipertensi di Kecamatan Sumowono yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi yang jumlahnya 135 responden.
c. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria subyek penelitian mewakili
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.68
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Berusia ≥18 tahun.
b) Bisa membaca dan menulis.
2. Kriteria Ekslusi
43
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan subyek penelitian
yang memenuhi kriteria inklusi namun karena berbagai sebab.67
Dalam penelitian ini kriteria ekslusi adalah sebagai berikut :
a) Penderita hipertensi mengalami komplikasi yang menyebabkan
proses penelitian terganggu.
b) Responden tidak ada ditempat selama penelitian.
c) Menderita gangguan jiwa.
d) Hipertensi gravidarum.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sumowono dan bekerjasama
dengan puskesmas Sumowono sebagai sumber data kesehatan masyarakat.
Pemilihan Kecamatan Sumowono dikarenakan angka morbiditas
hipertensi yang cukup tinggi, serta Kecamatan Sumowono memenuhi
kriteria sebagai daerah rural atau pedesaan.
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2015.
E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah
dari satu subjek ke subjek lainnya.68
Adapun variabel dalam penelitian ini
adalah variabel tunggal yaitu gaya hidup penderita hipertensi.
2. Definisi Operasional
44
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga peneliti
dapat melakukan pengukuran yang tepat terhadap suatu fenomena yang
ada.68
Tabel 2 Definisi Operasional
Variabel
Penelitian Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1.Gaya hidup kebiasaan hidup
individu yang terdiri
dari aktivitas fisik,
kebiasaan makan,
kebiasaan merokok
dan pengendalian
stress.
a.Aktifitas fisik Kebiasaan olah raga
yang biasa dilakukan
oleh subjek penelitian
secara rutin yaitu 2-3
kali setiap minggu.
Serta durasi ideal
yang dilakukan oleh
subjek penelitian pada
setiap kali berolah
raga.
Kuesioner terdiri
dari 2 pertanyaan.
Subjek penelitian
diminta mengisi
kuesioner yang
berisi pernyataan
tentang kebiasaan
olah raga rutin
yang dilakukan.
Hasil ukur
dikelompokkan
menjadi:
1. Iya, jika
melakukan olah
raga rutin setiap
minggu. Skor = 0
2. Tidak, jika tidak
melakukan olah
raga rutin setiap
minggu. Skor = 1
Subjek penelitian
diminta mengisi
kuesioner yang
berisi pernyataan
tentang durasi olah
raga ideal yang
dilakukan.
Hasil ukur
dikelompokkan
menjadi:
1. Iya, jika subjek
penelitian
menyatakan
berolahraga dengan
durasi waktu yang
ideal. Skor = 0
Telah dilakukan uji
normalitas dengan
hasil data
terdistribusi
normal, sehingga
cut of point
pengkategorian
menggunakan nilai
mean (0.99).
Responden
dikategorikan tidak
cukup aktifitas fisik
jika nilai ≥ mean,
dan dikategorikan
cukup aktifitas fisik
jika nilai < mean.
Nominal
45
2. Tidak, jika
subjek penelitian
menyatakan tidak
berolah raga
dengan durasi
waktu yang ideal.
Skor = 1
b.Kebiasaan
makan
Kebiasaan makan
kelompok dewasa
dalam mengonsumsi
makanan, yang
meliputi jenis
makanan rata-rata
setiap hari, khususnya
makanan asin.
Kebiasaan makan
dalam mengonsumsi
makanan, yang
meliputi jenis
makanan rata-rata
setiap hari, khususnya
makanan lemak
jenuh.
Kuesioner terdiri
dari 2 pertanyaan.
Jenis makanan
diukur dengan
melakukan
pengisian
kuesioner dengan
pernyataan tentang
sering atau
tidaknya konsumsi
makanan asin.
Hasil ukur
dikelompokkan
menjadi:
1.Iya, jika
mengonsumsi
makanan asin 3x
seminggu atau
lebih. Skor = 1
2.Tidak, jika
mengonsumsi
makanan asin
kurang dari 3x
seminggu. Skor = 0
Jenis makanan
diukur dengan
melakukan
pengisian
kuesioner dengan
pernyataan tentang
sering atau
tidaknya konsumsi
makanan lemak
jenuh.
Hasil ukur
dikelompokkan
menjadi:
1.Iya, jika
mengonsumsi
makanan lemak
jenuh 3x seminggu
atau lebih. Skor = 1
2.Tidak, jika
mengonsumsi
makanan lemak
jenuh kurang dari
3x seminggu. Skor
= 0
Telah dilakukan uji
normalitas dengan
hasil data
terdistribusi tidak
normal, sehingga
cut of point
pengkategorian
menggunakan nilai
median (2).
Responden
dikategorikan baik
jika nilai <
median, dan
dikategorikan tidak
baik jika nilai ≥
median.
Nominal
c.Stress segala situasi di mana
tuntunan non-spesifik
Pengkajian dengan
menggunakan
1. Stress: nilai hasil
pengkajian pada
Ordinal
46
mengharuskan
seorang individu
untuk merespon atau
melakukan tindakan.
kuesioner khusus
yang mengkaji
tingkat stress
responden, dengan
jumlah pertanyaan
10. Kuesioner
dibagi menjadi 2,
bagian pertama
terdiri dari 5
pertanyaan
favorable. Dan
bagian kedua
terdiri dari
pertanyaan
unfavorable.
perempuan > 14
atau pada laki-laki
> 12.
2. Tidak stress:
nilai hasil
pengkajian pada
perempuan ≤ 14
atau pada lakilaki ≤
12.
d.Merokok :
Kebiasaan
Merokok
Kebiasaan/perilaku
menghisap rokok dan
atau pernah merokok
dalam sehari-hari
Kuesioner terdiri
dari 4 pertanyaan.
Subjek penelitian
diminta mengisi
kuesioner yang
berisi pernyataan
tentang pernah atau
tidaknya merokok
Hasil ukur
dikelompokkan
menjadi:
1. Iya, jika subjek
penelitian
menyatakan
merokok. Skor = 1
2. Tidak, jika
subjek penelitian
menyatakan tidak
merokok. Skor = 0
Subjek penelitian
diminta mengisi
kuesioner yang
berisi pernyataan
tentang pernah atau
tidaknya merokok
sejumlah dua
bungkus rokok per
hari.
Hasil ukur
dikelompokkan
menjadi:
1. Iya, jika subjek
penelitian
menyatakan
terbiasa merokok
sejumlah lebih dari
dua bungkus rokok
per hari. Skor = 1
2. Tidak, jika
subjek penelitian
menyatakan tidak terbiasa merokok
Telah dilakukan uji
normalitas dengan
hasil data
terdistribusi
normal, sehingga
cut of point
pengkategorian
menggunakan nilai
mean (2.07).
Responden
dikategorikan
rendah paparan
asap rokok jika
nilai < mean, dan
dikategorikan
tinggi paparan asap
rokok jika nilai ≥
mean.
Nominal
47
sejumlah lebih dari
dua bungkus rokok
per hari. Skor = 0
Subjek penelitian
diminta mengisi
kuesioner yang
berisi pernyataan
tentang ada
tidaknya anggota
keluarga yang
merokok.
Hasil ukur
dikelompokkan
menjadi:
1. Iya, jika subjek
penelitian
menyatakan
mempunyai
anggota keluarga
yang merokok.
Skor = 1
2. Tidak, jika
subjek penelitian
menyatakan tidak
mempunyai
anggota keluarga
yang merokok.
Skor = 0
Subjek penelitian
diminta mengisi
kuesioner yang
berisi pernyataan
tentang frekuensi
terpapar asap
rokok.
Hasil ukur
dikelompokkan
menjadi:
1. Iya, jika subjek
penelitian
menyatakan sering
terpapar asap
rokok. Skor = 1
2. Tidak, jika
subjek penelitian
menyatakan tidak
sering terpapar
asap rokok. Skor =
0
2.Karakteristik
a.Jenis Kelamin Penggolongan jenis
kelamin responden.
Subjek penelitian
diminta untuk
memberikan tanda
check list (v) pada
pilihan jenis
kelamin yang telah
1. Laki laki
2. Perempuan
Nominal
48
tersedia di
kuesioner.
b.Umur Usia responden saat
ini.
Umur dihitung
sejak tanggal
kelahiran sampai
dengan tanggal
penelitian
dilakukan.
Pengkategorian
usia menurut teori
Hurlock :
1. Dewasa Awal
(18-40 tahun)
2. Dewasa Madya
(41-60 tahun)
3. Dewasa Lanjut
(61 tahun sampai
kematian)
Interval
c.Pendidikan Tingkat pendidikan
terakhir yang telah
dilalui oleh subjek
penelitian
Subjek penelitian
diminta mengisi
pendidikan terakhir
yang telah dilalui
dengan cara
memberikan tanda
(check list) pada
pilihan yang
tersedia di
kuesioner.
Hasil ukur tingkat
pendidikan terakhir
dikelompokkan
menjadi:
1. Tidak tamat
SD/sederajad
2. Tamat
SD/sederajad
3. Tamat
SMP/sederajad
4. Tamat
SMA/sederajad
5. Tamat
sarjana/diploma
Ordinal
d.Pekerjaan Jenis pekerjaan yang
dilakukan subjek
penelitian secara rutin
dan menghasilkan
penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan
hidup.
Subjek penelitian
diminta mengisi
jenis pekerjaan
dengan cara
memberikan tanda
(check list) pada
pilihan yang
tersedia di
kuesioner.
Hasil ukur
dikelompokkan
menjadi:
1. Pegawai Swasta
2. Wiraswasta
3. Pensiun
4. Tidak bekerja
5. Lainnya
Nominal
e.Hipertensi kondisi seseorang
yang memiliki
tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg
dan diastolik lebih
dari 90mmHg atau
keduanya.
Data sekunder. 1. Hipertensi
tingkat 1 (TDS
140-159 mmHg;
TDD 90-99
mmHg)
2. Hipertensi
tingkat 2 (TDS
≥160 mmHg; TDD
≥100 mmHg)
Ordinal
f. Lama
menderita
hipertensi
Jangka waktu
responden menderita
hipertensi dari awal
didiagnosis sampai
saat dilakukan
penelitian
Subjek penelitian
diminta mengisi
lama waktu
menderita.
Hasil ukur
dikelompokkan
dalam jangka
waktu sebagai
berikut :
1. 1-5 tahun
2. 6-10 tahun
3. Lebih dari 10
tahun
Ordinal
g. Komplikasi Penyakit penyerta
responden selain
hipertensi
Subjek penelitian
diminta mengisi
komplikasi
penyakit yang
menyertai selain
Hasil ukur
dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Stroke
2. Gagal jantung
Nominal
49
hipertensi. 3. Gagal ginjal
4. Lainnya
5. Tidak ada
F. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
1. Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner,
alat tulis, dan alat pengolah data seperti kalkulator dan komputer. Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data demografi, dan kuesioner
tentang gaya hidup penderita hipertensi yang pernah digunakan oleh Hesti72
.
Penggunaan kuesioner ini dikarenakan sesuai dengan teori gaya hidup
hipertensi baik aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan makan, dan
stress.24
Kuesioner terdiri dari dua bagian. Bagian A bersisi tentang data
demografi responden yang terdiri atas inisial nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Variabel umur, pendidikan terakhir,
pekerjaan dan jenis kelamin termasuk variabel yang diteliti sebagai
karekteristik subjek penelitian.
Bagian B berisi pernyataan yang menggambarkan variabel yang
diteliti sebagai gambaran gaya hidup penderita hipertensi yaitu kebiasaan
mengonsumsi makanan asin, kebiasaan mengonsumsi makanan lemak jenuh,
kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, dan stress. Terdapat 8 pernyataan
dengan pilihan jawaban „Ya‟ atau „Tidak‟ untuk menggambarkan variabel
yang diteliti pada subjek penelitian. Variabel stress tidak termasuk variabel
50
yang diteliti dengan 10 pernyataan tersebut karena variabel ini diteliti dengan
format pernyataan tersendiri.
Penelitian tentang variabel stress menggunakan format pernyataan
yang berbeda. Instrumen ini terdiri dari 10 pernyataan dengan skala likert.
Pernyataan pernyataan ini dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian
pertama terdiri dari peryataan satu sampai enam dengan pilihan jawaban:
„Tidak pernah‟ (0), „Hampir tidak pernah‟ (1), „Kadang-kadang‟ (2), „Cukup
sering‟ (3), dan „Sangat sering‟ (4). Bagian kedua terdiri dari pernyataan tujuh
sampai sepuluh dengan pilihan jawaban: „Tidak pernah‟ (4), „Hampir tidak
pernah‟ (3), „Kadang-kadang‟ (2), „Cukup sering‟ (1), dan „Sangat sering‟ (0).
Nilai normal hasil pengkajian ini pada laki-laki adalah 12 dan pada
perempuan adalah 14. Semakin tinggi nilai hasil pengkajian stress, semakin
tinggi tingkat stress subjek penelitian.
2. Uji Validitas
Validitas merupakan sesuatu yang menyatakan apa yang seharusnya
diukur.73
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu
alat ukur dalam mengukur suatu data.74
Pada ini peneletian ini menggunakan kuesioner faktor risiko gaya
hidup hipertensi yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas oleh Hesti.72
pada kuesioner ini ada 2 bagian yang dilakukan uji validitas. Bagian pertama
terdiri dari 8 pernyataan yang meneliti faktor risiko hipertensi dinyatakan
valid dengan nilai hitung diatas r tabel (0.361) antara 0.371 - 0.653. Bagian
51
kedua terdiri atas 10 pernyataan yang khusus membahas faktor stress
dinyatakan valid dengan nilai hitung diatas r tabel (0.361) antara 0.561 -
0.822.
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan adanya suatu kesamaan hasil apabila
pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang
berbeda.67
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.75
Pengujian instrumen dilakukan pada 30 masyarakat RW 01 Srengseng
Sawah. Bagian pertama terdiri dari 8 pernyataan yang meneliti faktor risiko
hipertensi dengan nilai cronbach alpha 0.685 dan dikategorikan reliabel.
Bagian kedua terdiri atas 10 pernyataan yang khusus membahas faktor stress
dengan nilai cronbach alpha 0.867 dan dikategorikan sangat reliabel.
4. Prosedur Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
a) Prosedur Penelitian
1) Pengajuan surat izin pengambilan data awal kepada Bagian
Persuratan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
2) Memperoleh surat izin pengambilan data awal dari Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
3) Pengajuan izin pengambilan data awal di Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Semarang.
52
4) Memperoleh surat izin pengambilan data awal dari Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten Semarang.
5) Pengajuan izin pengambilan data awal di Dinas Kesehatan
Kabupaten Semarang.
6) Memperoleh surat izin pengambilan data awal dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Semarang.
7) Pengajuan izin pengambilan data awal di Puskesmas Sumowono
Kabupaten Semarang.
8) Memperoleh surat izin pengambilan data awal dari Puskesmas
Sumowono Kabupaten Semarang.
9) Pengajuan surat izin seminar proposal penelitian kepada Bagian
Persuratan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
10) Peneliti mengajukan permohonan penelitian kepada Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten Semarang.
11) Peneliti mengajukan permohonan penelitian kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Semarang.
12) Peneliti mengajukan permohonan penelitian kepada Kepala
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang.
13) Peneliti akan mengajukan izin seminar hasil penelitian kepada
Bagian Persuratan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
b) Cara Pengumpulan Data
53
1) Pengumpulan data dilakukan di Kecamatan Sumowono. Data
sekunder tentang informasi hipertensi masyarakat Sumowono
didapatkan dari Puskesmas Sumowono. Penelitian dilakukan
selama 16 hari.
2) Peneliti dibantu oleh satu asisten (Nur Ariffudin,S.Kep). Dasar
pendidikan yang sama antara peneliti dengan asisten
mempermudah dalam penjelasan tujuan penelitian oleh peneliti
dan mempermudah penjelasan prosedur penelitian kepada
responden yang ditangani oleh asisten. Asisten peneliti hanya
bertugas untuk membantu pengumpulan data.
3) Peneliti membagi wilayah pengumpulan data menjadi Sumowono
bagian utara dengan Sumowono bagian selatan antara peneliti
dengan asisten peneliti.
4) Peneliti memberikan penjelasan kepada asisten peneliti. Dimulai
dari latar belakang secara umum, tujuan dilakukan penelitian,
metode penelitian, prosedur penjelasan penelitian kepada
responden, pertanyaan pada kuesioner, prosedur pengisian
kuesioner, dan prosedur pengambilan kuesioner.
5) Peneliti menemui kepala desa tempat tinggal responden untuk
meminta ijin melakukan penelitian dan menanyakan secara tepat
lokasi rumah responden.
6) Peneliti menemui masyarakat penderita hipertensi di Kecamatan
Sumowono sesuai informasi yang didapat dari data sekunder.
54
7) Peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan dan prosedur
penelitian kepada responden terlebih dahulu. Responden yang
setuju kemudian diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden dan selanjutnya mengisi kuesioner
sesuai dengan petunjuk.
8) Kuesioner diambil pada hari berikutnya. Kuesioner yang telah diisi
dikumpulkan oleh peneliti, lalu diperiksa kelengkapannya. Semua
data yang sudah terkumpul akan diolah dan dianalisis.
G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
a) Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data,
keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang terkumpul.75
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah
data terkumpul. Sehingga jika terdapat beberapa data yang belum diisi
atau pengisian yang tidak sesuai dengan petunjuk, maka kuesioner
segera diperbaiki dengan jalan meminta responden untuk melengkapi
kuesioner yang belum diisi atau kurang lengkap.
b) Coding
Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan jawaban-jawaban
dari responden kedalam kategori tertentu. Klasifikasi dilakukan
dengan cara memberikan kode berbentuk angka pada masing-masing
jawaban.67
Pemberian kode ini bertujuan untuk mempermudahkan
55
peneliti dalam pengklasifikasian serta dalam pengolahan dan analisis
data menggunakan komputer.70
56
Tabel 3 Koding
Keterangan Coding
Bagian A Umur - -
Jenis Kelamin 1. Laki-laki 1
2. Perempuan 2
Tingkat Pendidikan
1. Tidak tamat SD/sederajat 1
2. Tamat SD/sederajat 2
3. Tamat SMP/sederajat 3
4. Tamat SMA/sederajat 4
5. Tamat Sarjana/diploma 5
Pekerjaan Utama
1. PNS 1
2. Pegawai swasta 2
3. Wiraswasta 3
4. Pensiun 4
5. Tidak bekerja 5
6. Petani 6
Kategori Hipertensi
1. Hipertensi tingkat 1 1
2. Hipertensi tingkat 2
2
Bagian B
Gaya Hidup : Bagian 1 1. Ya 1
2. Tidak 0
Gaya Hidup : Bagian 2
1. Ya 0
2. Tidak 1
Stress : Bagian 1
1. Tidak pernah 0
2. Hampir tidak pernah 1
3. Kadang-kadang 2
4. Cukup sering 3
5. Sangat sering 4
Stress : bagian 2
1. Tidak pernah 4
2. Hampir tidak pernah 3
3. Kadang-kadang 2
4. Cukup sering 1
5. Sangat sering 0
57
c) Entry Data
Entry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master table atau database computer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau membuat table
kontingensi.70
d) Tabullating
Tabullating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden
dengan cara tertentu. Peneliti melakukan tabulasi dengan
memasukkan data kedalam tabel yang telah dibuat. Peneliti
menggunakan program komputer untuk memudahkan dalam proses
tabulasi,. Selanjutnya data dihitung untuk mengetahui distribusi
frekuensinya.70
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
univariat. Analisa univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data
dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil
penelitian.74
Analisa univariat dilakukan untuk menganalisa tiap variabel
dari suatu penelitian dan berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil
pengukuran sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi
yang berguna.75
Variabel yang dianalisis adalah karakteristik responden
(usia, tingkat pendidikan, pekerjaan,dan kategori hipertensi) serta gaya
hidup penderita hipertensi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
H. Etika Penelitian
58
Pengambilan data yang dilakukan dengan memperhatikan etika
penelitian, yaitu :66
1. Respect to Person / Autonomy
Respect to Person / Autonomy merupakan menghormati hak-hak
yang dimiliki responden. Peneliti memberikan lembar persetujuan dan
penjelasan mengenai prosedur pengambilan data. Lembar persetujuan
adalah cara persetujuan antara peneliti dan responden dengan cara
memberikan lembar persetujuan sebelum dilakukan penelitian. Peneliti
menjelaskan secara singkat mengenai tujuan penelitian, lalu memberikan
lembar persetujuan kepada responden dan responden yang bersedia
menandatangani lembar persetujuan tersebut. Peneliti memberikan
jaminan perlindungan pada responden tentang kerugian atau
penyalahgunaan penelitian.
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan merupakan etika penelitian dengan cara menjamin
kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi yang diberikan secara lisan
maupun tertulis pada lembar kuesioner. Data dan informasi yang
ditampilkan dalam laporan penelitian hanya berupa kode responden dan
jawaban dari kuesioner. Peneliti meminta responden untuk tidak
mencantumkan nama pada lembar kuesioner, namun menggunakan kode
yang telah disiapakan peneliti. Etika anonymity ini bertujuan untuk
menjaga privasi responden.
3. Bermanfaat (Beneficence)
59
Prinsip bermanfaat yaitu menyangkut kewajiban membantu dan
tidak merugikan responden. Penelitian dilakukan dengan mengupayakan
manfaat yang maksimal dengan kerugian yang minimal. Peneliti tidak
melakukan hal-hal yang berbahaya bagi responden penelitian.
4. Keadilan (Justice)
Peneliti memberikan perlakuan yang sama pada setiap responden
tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya. Setiap responden
diperlakukan sama dan tidak diskriminatif dalam memperoleh haknya.
Prinsip etika keadilan termasuk keadilan distributif yang mempersyaratkan
pembagian seimbang antara beban dan manfaat.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan dengan pengambilan data
dilakukan pada tanggal 22 Desember - 9 Januari 2015 di Balai Pengobatan
Umum (BP Umum) Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang dan rumah
responden yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sumowono yaitu desa
Bumen, Candigaron, Duren, Jubelan, Kebonagung, Kemawi, Kemitir,
Keseneng, Lanjan, Losari, Mendongan, Ngadikerso, Piyanggang, Pledokan,
Sumowono, dan Trayu. Responden dalam penelitian ini berjumlah 135
penderita hipertensi.
Pada Bab ini menguraikan tentang gambaran karakteristik demografi
responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, kategori
hipertensi, lama menderita penyakit hipertensi, dan komplikasi), dan gaya
hidup responden (kebiasaan makanan, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan
stress). Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolah data
yang menghasilkan frekuensi. Hasil analisis dari penelitian ini disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi.
62
61
B. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=135)
Karakteristik responden Frekuensi %
Jenis Kelamin
Laki-laki 80 59.3%
Perempuan 55 40.7%
Umur responden
18-40 tahun 28 20.7%
41-60 tahun 82 60.7%
61 tahun keatas 25 18.5%
Tingkat pendidikan
Tidak tamat SD/Sederajat 28 20.7%
Tamat SD/Sederajat 52 38.5%
Tamat SMP/Sederajat 34 25.2%
Tamat SMA/Sederajat 21 15.6%
Pekerjaan
Pegawai Swasta 21 15.6%
Wiraswasta 30 22.2%
Pensiun 3 2.2%
Tidak bekerja 3 2.2%
Petani 78 57.8%
62
Kategori Hipertensi
Tingkat 1 92 68.1%
Tingkat 2 43 31.9%
Lama menderita Hipertensi
1-5 tahun 101 74.8%
6-10 tahun 23 17.0%
Lebih dari 10 tahun 11 8.1%
Komplikasi
Tidak ada komplikasi penyakit 135 100%
Total 135 100%
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden adalah laki-laki
(59.3%), sebagian besar memiliki usia antara 41-60 tahun (60.7%), dengan tingkat
pendidikan responden paling banyak pada kelompok tamat SD/Sederajat (38.5%),
dan pekerjaan responden lebih dari separuh adalah sebagai petani (57.8%).
Berkaitan dengan penyakit hipertensi responden, sebagian besar menderita
kategori hipertensi tingkat 1 (68.1%), dan mayoritas sudah menderita 1-5 tahun
(74.8%). Semua responden tidak memiliki komplikasi penyakit selain hipertensi
(100%).
C. Distribusi Frekuensi Gaya Hidup Responden
1. Kebiasaan Makan Responden
63
Tabel 5
Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Konsumsi Makanan Responden
(n=135)
Kategori Kebiasaan Makan
Responden
Frekuensi %
Baik 54 40.0%
Tidak baik 81 60.0%
Total 135 100%
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
kategori kebiasaan makan yang tidak baik (60.0%).
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden (n=135)
Kebiasaan makan responden Frekuensi %
Konsumsi makanan asin
Ya 104 77.0%
Tidak 31 23.0%
Total 135 100%
Konsumsi makanan berlemak
Ya 87 64.4%
64
Tidak 48 35.6%
Total 135 100%
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden suka
menkonsumsi makanan asin 3 kali dalam seminggu atau lebih (77.0%).
Sebagian besar responden juga suka menkosumsi makanan berlemak
seperti gorengan, jeroan, daging kambing, telur ayam, daging sapi, dan
memakannya 3 kali dalam seminggu atau lebih (64.4%).
a. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Jenis
Kelamin (n=135)
Jenis Kelamin f(%)
Total
Laki laki Perempuan
Kebiasaan makan
Baik 27 (50.0%) 27 (50.0%) 54
Tidak baik 53 (65.4%) 28 (34.6%) 81
Total 80 (59.3%) 55 (40.7%) 135
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden
yang memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik adalah laki laki
(65.4%) dan yang memiliki kategori kebiasaan makan baik setara
antara laki-laki dan perempuan.
b. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan
Kategori Usia
Tabel 8
65
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan
Kategori Usia (n=135)
Kategori Usia f(%)
Total
18-40 th 41-60 th > 61 th
Kebiasaan makan
Baik 7 (13.0%) 37 (68.5%) 10 (18.5%) 54
Tidak
baik 21 (25.9%) 45 (55.6%) 15 (18.6%) 81
Total 28 (20.7%) 82 (60.7%) 25 (18.5%) 135
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden
yang memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik berada pada
kategori usia dewasa madya (41-60 th)(55.6%).
c. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan
tingkat pendidikan (n=135)
Tingkat Pendidikan f(%)
Total Tidak tamat
SD/
sederajat
Tamat
SD/
sederajat
Tamat
SMP/
sederajat
Tamat
SMA/
sederajat
Kebiasaan
makan
Baik 8 (14.8%) 36
(66.7%) 7 (13.0%) 3 (5.6%) 54
Tidak baik 20 (24.7%) 16
(19.8%)
27
(33.3%)
18
(22.2%) 81
Total 28 (20.7%) 52
(38.5%)
34
(25.2%)
21
(15.6%) 135
Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki
kategori kebiasaan makan tidak baik paling banyak pada kelompok
responden dengan tingkat tamat SMP/sederajat (33.3%).
66
d. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan
Pekerjaan
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan
pekerjaan (n=135)
Pekerjaan f(%)
Total Pegawai
swasta
Wira
swasta Pensiun
Tidak
bekerja
Petani
Kebiasaan
makan
Baik 8
(14.8%) 5 (9.3%) 3 (5.6%) 0 (0%)
38
(70.4%) 54
Tidak
baik
13
(16.0%)
25
(30.9%) 0 (0%) 3 (3.7%)
40
(49.4%) 81
Total 21
(15.6%)
30
(22.2%) 3 (2.2%) 3 (2.2%)
78
(57.8%) 135
Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik bekerja sebagai petani
(49.4%).
e. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan
Kategori Hipertensi
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan
kategori hipertensi (n=135)
Kategori Hipertensi f(%)
Total Tingkat 1 Tingkat 2
Kebiasaan makan Baik 33 (61.1%) 21 (38.9%) 54
Tidak baik 59 (72.8%) 22 (27.2%) 81
Total 92 (68.1%) 43 (31.9%) 135
67
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik berada pada kategori
hipertensi tingkat 1 (72.8%).
f. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Lama
Menderita Hipertensi
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan lama
menderita (n=135)
Lama menderita f(%)
Total
1-5 th 6-10 th > 10 th
Kebiasaan makan
Baik 39 (72.2%) 8 (14.8%) 7 (13.0%) 54
Tidak
baik 62 (76.5%) 15 (18.5%) 4 (4.9%) 81
Total 101 (74.8%) 23 (17.0%) 11 (8.1%) 135
Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik sudah menderita
hipertensi selama 1-5 tahun (76.5%).
2. Data Kebiasaan Merokok Responden
Tabel 13
Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Merokok Responden (n=135)
Kategori Kebiasaan Merokok Frekuensi %
Rendah paparan asap rokok 27 20.0%
Tinggi paparan asap rokok 108 80.0%
Total 135 100%
Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
kategori tinggi paparan asap rokok (80.0%).
68
Tabel 14
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden (n=135)
Kebiasaan merokok responden Frekuensi %
Responden yang saat ini perokok
Ya 66 48.9%
Tidak 69 51.1%
Total 135 100%
Mempunyai kebiasaan merokok
lebih dari 2 bungkus setiap hari
Ya 32 35.6%
Tidak 103 64.4%
Total 135 100%
Anggota keluarga responden ada
yang merokok
Ya 100 74.1%
Tidak 35 25.9%
Total 135 100%
Sering terpapar dengan asap
rokok
Ya 81 60.0%
Tidak 54 40.0%
Total 135 100%
69
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden saat ini
bukan perokok (51.1%), anggota keluarga responden sebagian besar ada
yang merokok (74.1%) dan responden sebagian besar sering terpapar asap
rokok (60.0%).
a. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
Jenis Kelamin
Tabel 15
Distribusi Frekuensi Kebiasaan merokok Responden berdasarkan
Jenis Kelamin (n=135)
Jenis Kelamin f(%)
Total Laki laki Perempuan
Kebiasaan merokok
(paparan asap rokok)
Rendah 14 (51.9%) 13 (48.1%) 27
Tinggi 66 (61.1%) 42 (38.9%) 108
Total 80 (59.3%) 55 (40.7%) 135
Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
memiliki kategori tinggi paparan asap rokok adalah laki laki (61.1%).
b. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
Kategori Usia
Tabel 16
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
Kategori Usia (n=135)
Kategori Usia f(%)
Total 18-40 th 41-60 th > 61 th
70
Kebiasaan
merokok
(paparan asap
rokok)
Rendah 6 (22.2%) 9 (33.3%) 12 (44.4%) 27
Tinggi 22 (20.4%) 73 (67.6%) 13 (12.0%) 108
Total 28 (20.7%) 82 (60.7%) 25 (18.5%) 135
Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden
yang memiliki kategori tinggi paparan asap rokok berada pada
kategori usia dewasa madya (41-60 th)(67.6%).
c. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Tabel 17
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
tingkat pendidikan (n=135)
Tingkat Pendidikan f(%)
Total Tidak tamat
SD/
sederajat
Tamat
SD/
sederajat
Tamat
SMP/
sederajat
Tamat
SMA/
sederajat
Kebiasaan
merokok
(paparan
asap rokok)
Rendah 12 (44.4%) 5 (18.5%) 6 (22.2%) 4
(14.8%) 27
Tinggi 16 (14.8%) 47
(43.5%)
28
(25.9%)
17
(15.7%) 108
Total 28 (20.7%) 52
(38.5%)
34
(25.2%)
21
(15.6%) 135
Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki
kategori tinggi parapan asap rokok paling banyak pada kelompok
responden dengan tingkat tamat SD/sederajat (43.5%).
71
d. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
Pekerjaan
Tabel 18
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
pekerjaan (n=135)
Pekerjaan f(%)
Total Pegawai
swasta
Wira
swasta Pensiun
Tidak
bekerja
Petani
Kebiasaan
merokok
(paparan
asap
rokok)
Rendah 0 (0%) 5 (18.5%) 3
(11.1%)
3
(11.1%)
16
(59.3%) 27
Tinggi 21
(19.4%)
25
(23.1%) 0 (0%) 0 (0%)
62
(57.4%) 108
Total 21
(15.6%)
30
(22.2%) 3 (2.2%) 3 (2.2%)
78
(57.8%) 135
Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden
yang memiliki kategori tinggi paparan asap rokok bekerja sebagai
petani (57.4%).
e. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
Kategori Hipertensi
Tabel 19
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
kategori hipertensi (n=135)
Kategori Hipertensi f(%)
Total
Tingkat 1 Tingkat 2
Kebiasaan merokok
(paparan asap rokok)
Rendah 14 (51.9%) 13 (48.1%) 27
Tinggi 78 (72.2%) 30 (27.8%) 108
Total 92 (68.1%) 43 (31.9%) 135
72
Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
memiliki kategori tinggi paparan asap berada pada kategori hipertensi
tingkat 1 (72.2%).
f. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
Lama Menderita Hipertensi
Tabel 20
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan
lama menderita (n=135)
Lama menderita f(%)
Total
1-5 th 6-10 th > 10 th
Kebiasaan merokok
(paparan asap
rokok)
Rendah 17 (63.0%) 4 (14.8%) 6 (22.2%) 27
Tinggi 84 (77.8%) 19 (17.6%) 5 (4.6%) 108
Total 101 (74.8%) 23 (17.0%) 11 (8.1%) 135
Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik sudah menderita
hipertensi selama 1-5 tahun (77.8%).
3. Data Kebiasaan Aktifitas Fisik Responden
Tabel 21
Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Aktifitas fisik (n=135)
Kategori Kebiasaan aktifitas fisik Frekuensi %
Cukup 68 50.4%
Tidak cukup 67 49.6%
Total 135 100%
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kateogri aktifitas fisik
responden cukup (50.4%).
73
Tabel 22
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Aktifitas Fisik Responden (n=135)
Kebiasaan aktifitas fisik Frekuensi %
Berolah raga
Ya 68 50.4%
Tidak 67 49.6%
Total 135 100%
Waktu 30-45 menit setiap berolah
raga
Ya 68 50.4%
Tidak 67 49.6%
Total 135 100%
Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden terbiasa
berolah raga rutin 2-3 kali setiap minggu dan menggunakan waktu 30-45
menit setiap kali berolah raga (50.4%).
a. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel 23
Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan Jenis
Kelamin (n=135)
Jenis Kelamin f(%)
Total
Laki laki Perempuan
Aktifitas fisik Cukup 37 (54.4%) 31 (45.6%) 68
Tidak cukup 43 (64.2%) 24 (35.8%) 67
Total 80 (59.3%) 55 (40.7%) 135
74
Tabel 23 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
memiliki kategori aktifitas fisik tidak cukup adalah laki laki (64.2%).
b. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Kategori
Usia
Tabel 24
Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan Kategori
Usia (n=135)
Kategori Usia f(%)
Total
18-40 th 41-60 th > 61 th
Aktifitas fisik
Cukup 13 (19.1%) 52 (76.5%) 3 (4.4%) 68
Tidak
cukup 15 (22.4%) 30 (44.8%) 22 (32.8%) 67
Total 28 (20.7%) 82 (60.7%) 25 (18.5%) 135
Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki
kategori aktifitas fisik tidak cukup paling banyak berada pada
kelompok kategori usia dewasa madya (41-60 th)(44.8%).
c. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tabel 25
Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan tingkat
pendidikan (n=135)
Tingkat Pendidikan f(%)
Total Tidak tamat
SD/
sederajat
Tamat
SD/
sederajat
Tamat
SMP/
sederajat
Tamat
SMA/
sederajat
75
Aktifitas
fisik
Cukup 11 (16.2%) 38
(55.9%)
19
(27.9%) 0 (0%) 68
Tidak
cukup 17 (25.4%)
14
(20.9%)
15
(22.4%)
21
(31.3%) 67
Total 28 (20.7%) 52
(38.5%)
34
(25.2%)
21
(15.6%) 135
Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki
kategori aktifitas fisik tidak cukup paling banyak pada kelompok
responden dengan tingkat tamat SMA/sederajat (31.3%).
d. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 26
Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan pekerjaan
(n=135)
Pekerjaan f(%)
Total Pegawai
swasta
Wira
swasta Pensiun
Tidak
bekerja
Petani
Aktifitas
fisik
Cukup 18
(26.5%)
17
(25.0%) 0 (0%) 0 (0%)
33
(48.5%) 68
Tidak
cukup 3 (4.5%)
13
(19.4%) 3 (4.5%) 3 (4.5%)
45
(67.2%) 67
Total 21
(15.6%)
30
(22.2%) 3 (2.2%) 3 (2.2%)
78
(57.8%) 135
Tabel 26 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
memiliki kategori aktifitas fisik cukup bekerja sebagai petani (48.5%).
e. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Kategori
Hipertensi
Tabel 27
76
Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan kategori
hipertensi (n=135)
Kategori Hipertensi f(%)
Total
Tingkat 1 Tingkat 2
Aktifitas fisik
Cukup 48 (70.6%) 20 (29.4%) 68
Tidak cukup 44 (65.7%) 23 (34.3%) 67
Total 92 (68.1%) 43 (31.9%) 135
Tabel 27 di atas menunjukkan bahwa sebagian responden yang
memiliki kategori tinggi paparan asap berada pada kategori hipertensi
tingkat 1 (65.7%).
f. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Lama
Menderita
Tabel 28
Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan lama
menderita (n=135)
Lama menderita f(%)
Total 1-5 th 6-10 th > 10 th
Aktifitas
fisik
Cukup 57 (83.8%) 9 (13.2%) 2 (2.9%) 68
Tidak cukup 44 (65.7%) 14 (20.9%) 9 (13.4%) 67
Total 101 (74.8%) 23 (17.0%) 11 (8.1%) 135
Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
memiliki kategori aktifitas fisik tidak cukup sudah menderita
hipertensi selama 1-5 tahun (65.7%).
4. Data Stress Responden
Tabel 29
77
Distribusi Frekuensi Kategori Stress Responden (n=135)
Kategori Stress Frekuensi %
Stress 95 70.4%
Tidak stress 40 29.6%
Total 135 100%
Tabel 29 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengalami stress (70.4%).
a. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 30
Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan Jenis Kelamin
(n=135)
Jenis Kelamin f(%)
Total Laki laki Perempuan
Kategori Stress Stress 61 (64.2%) 34 (35.8%) 95
Tidak stress 19 (47.5%) 21 (52.5%) 40
Total 80 (59.3%) 55 (40.7%) 135
Tabel 30 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
mengalami stress adalah laki-laki (64.2%).
b. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Kategori Usia
Tabel 31
Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan Kategori Usia
(n=135)
Kategori Usia f(%)
Total 18-40 th 41-60 th > 61 th
Kategori Stress Stress 22 (23.2%) 65 (68.4%) 8 (8.4%) 94
Tidak 6 (15.0%) 17 (42.5%) 17 (42.5%) 40
78
stress
Total 28 (20.7%) 82 (60.7%) 25 (18.5%) 135
Tabel 31 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengalami
stress paling banyak berada pada kelompok kategori usia dewasa
madya (41-60 th) dan dewasa lanjut (61 tahun keatas) dengan jumlah
yang sama (42.5%).
c. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tabel 32
Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan tingkat pendidikan
(n=135)
Tingkat Pendidikan f(%)
Total Tidak tamat
SD/
sederajat
Tamat
SD/
sederajat
Tamat
SMP/
sederajat
Tamat
SMA/
sederajat
Kategori
Stress
Stress 15 (15.8%) 36
(37.9%)
26
(27.4%)
18
(18.9%) 95
Tidak
stress 13 (32.5%)
16
(40.0%) 8 (20.0%) 3 (7.5%) 40
Total 28 (20.7%) 52
(38.5%)
34
(25.2%)
21
(15.6%) 135
Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengalami
stress paling banyak pada kelompok responden dengan tingkat tamat
SD/sederajat (31.3%).
79
d. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 33
Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)
Pekerjaan f(%)
Total Pegawai
swasta
Wira
swasta Pensiun
Tidak
bekerja
Petani
Kategori
Stress
Stress 18
(26.5%)
17
(25.0%) 0 (0%) 0 (0%)
33
(48.5%) 68
Tidak
stress 3 (4.5%)
13
(19.4%) 3 (4.5%) 3 (4.5%)
45
(67.2%) 67
Total 21
(15.6%)
30
(22.2%) 3 (2.2%) 3 (2.2%)
78
(57.8%) 135
Tabel 33 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
mengalami stress bekerja sebagai petani (67.2%).
e. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Kategori
Hipertensi
Tabel 34
Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan kategori hipertensi
(n=135)
Kategori Hipertensi f(%)
Total
Tingkat 1 Tingkat 2
Kategori Stress
Stress 67 (70.5%) 28 (29.5%) 95
Tidak stress 25 (62.5%) 15 (37.5%) 40
Total 92 (68.1%) 43 (31.9%) 135
80
Tabel 34 di atas menunjukkan bahwa sebagian responden yang
mengalami stress berada pada kategori hipertensi tingkat 1 (65.7%).
f. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Lama Menderita
Tabel 35
Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan lama menderita
(n=135)
Lama menderita f(%)
Total 1-5 th 6-10 th > 10 th
Kategori
Stress
Stress 75 (78.9%) 19 (20.0%) 1 (1.1%) 95
Tidak stress 26 (65.0%) 4 (10.0%) 10 (8.1%) 40
Total 101 (74.8%) 23 (17.0%) 11 (8.1%) 135
Tabel 35 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
mengalami stress sudah menderita hipertensi selama 1-5 tahun
(65.0%).
81
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik demografi responden pada penelitian ini adalah usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama waktu menderita hipertensi,
kategori hipertensi, dan komplikasi. Pembahasan hasil penelitian didasarkan
pada hasil analisis univariat dan bivariat di Bab IV Hasil Penelitian.
1. Usia
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia responden
terbanyak adalah rentang 41 sampai 60 tahun dengan presentase 60.7%.
Penelitian yang dilakukan oleh Indrawati76
juga menyatakan bahwa umur
adalah faktor risiko yang paling tinggi pengaruhnya terhadap kejadian
hipertensi.
Umur merupakan faktor risiko kuat yang tidak dapat dimodifikasi.
Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan seiring bertambahnya usia,
kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan
dan enam puluhan.52
Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya
hipertensi meningkat. Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun
paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan
oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Apabila
81
82
perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya
hipertensi.51, 52
2. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis kelamin
responden terbanyak adalah laki-laki dengan presentase 59.3%. Black
dan Izzo77
yang menyebutkan bahwa tingkat kejadian hipertensi akan
lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan pada usia di bawah
55 tahun.
Beberapa ahli masih mempunyai kesimpulan berbeda tentang hal
ini. Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat
angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi hipertensi sebesar 6,0% untuk pria dan
11,6% untuk wanita. Prevalensi hipertensi di Sumatera Barat sebesar
18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di
Jakarta didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.78
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori Bustan yang
menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi
dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen
pada wanita.21
Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan darah,
berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak pada
peningkatan tekanan darah pada wanita.22
83
3. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan
tingkat pendidikan tamat SD/Sederajat memiliki presentase terbanyak
yaitu sebesar 38.5%. Hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah
pada penelitian Febby59
ada hubungan yang bermakna (p = 0,042).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yusida79
yang menemukan ada
hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi
dengan nilai p = 0,023 dan OR = 1,721. Hal ini juga sejalan dengan hasil
Riskesdas6 yang menyatakan bahwa penyakit hipertensi cenderung tinggi
pada pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkatan
pendidikan. Tingginya angka hipertensi pada responden yang memiliki
tingkat pendidikan rendah ini dimungkinkan karena tingkat pengetahuan
dan pemahaman yang dimiliki oleh responden juga kurang tentang
hiepertensi. Saputro pada penelitianya menyatakan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan klien tentang hipertensi
dengan kepatuhan dalam menjalankan diit hipertensi.
4. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan
responden terbanyak adalah sebagai petani sebesar 57.8%. Hal ini juga
sejalan dengan hasil Riskesdas6
yang menyatakan bahwa penyakit
hipertensi cenderung tinggi pada masyarakat dengan pekerjaan sebagai
petani/buruh/nelayan. Sigarlaki20
pada penelitianya juga mendapatkan
hasil bahwa responden hipertensi paling banyak adalah pada petani dengan
presentase 82,35%. Pada penelitian ini dimungkinkan responden dengan
84
pekerjaan sebagai petani akan mempengaruhi keadaan sosial ekonomi
yang rendah, yang mungkin berkontribusi pada tingginya angka stress
pada subjek penelitian.
5. Kategori hipertensi, lama waktu menderita hipertensi dan komplikasi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden
terbanyak adalah kategori hipertensi tingkat 1 dengan presentase sebesar
68.1%, sedangkan kategori tingkat 2 sebesar 31.9%. Kemudian hasil
penelitian dari lawa waktu responden menderita hipertensi menunjukkan
bahwa responden paling banyak sudah menderita hipertensi antara 1
sampai 5 tahun, dengan presentase sebesar 74.8%. Tidak ada responden
yang menyatakan memiliki komplikasi penyakit selain hipertensi. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki kategori
hipertensi tingkat 1 mayoritas sudah menderita selama 1 sampai 5 tahun
(73.9%). Responden yang memiliki kategori tingkat 2 sebagian besar juga
sudah menderita selama 1 sampai 5 tahun (76.7%).
Pada penelitian ini, peneliti tidak menggambarkan antara kategori
hipertensi, lama waktu menderita hipertensi dan komplikasi dengan
kejadian hipertensi. Peneliti lebih memprioritaskan untuk mengetahui
sebaran kategori hipertensi di subjek penelitian yang akan digunakan
sebagai dasar tindak lanjut dari penelitian ini, misalnya pemberian
penyuluhan kesehatan tentang pencegahan hipertensi melalui pengendalian
faktor risiko hipertensi.
B. Gambaran Gaya Hidup Responden
85
Gaya Hidup responden pada penelitian ini adalah kebiasaan makanan,
kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan stress. Pembahasan hasil penelitian
didasarkan pada hasil analisis univariat dan bivariat di Bab IV Hasil
Penelitian.
1. Gaya Hidup : Kebiasaan Makanan
Pada penelitian tentang kebiasaan makanan responden ini menilai
kebiasaan konsumsi makanan asin dan makanan berlemak seperti
gorengan, jeroan, daging kambing, telur ayam, dan daging sapi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
kebiasaan makan yang tidak baik dengan presentase 60.0%. Responden
dengan kategori kebiasaan makanan tidak baik berada pada rentang usia
40 sampai 60 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki dan tingkat pendidikan
tamat SMP/sederajat, serta memiliki pekerjaan sebagai petani. Sebagian
besar responden yang memiliki kebiasaan makanan tidak baik berada pada
hipertensi tingkat 1, dan sebagian besar juga telah menderita hipertensi
pada rentang 1 sampai 5 tahun.
Hasil penelitian juga menunjukkan responden dengan kebiasaan
makanan tidak baik terbagi dalam semua kategori rentang usia dewasa,
dengan presentase terbanyak sebesar 55.6% pada rentang usia dewasa
madya (40-60 tahun). Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara
jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan presentase terbanyak
sebesar 65.4% pada jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingkat
pendidikan responden presentase setiap tingkat pendidikan hampir sama,
presentase terbesar pada tingkat tamat SMP/sederajat sebesar 33.3%, tetapi
86
terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada pekerjaan responden,
presentase terbesar adalah pada petani sebesar 49.4%. Kemudian
berdasarkan kategori hipertensi responden yang memiliki kebiasaan
makanan tidak baik sebesar 72.8% pada hipertensi tingkat 1, dan terdapat
perbedaan yang cukup signifikan dalam lama waktu menderita hipertensi,
yaitu sebesar 76.5% pada kategori 1 sampai 5 tahun.
Terdapat 2 pertanyaan tentang kebiasaan konsumsi makanan
responden. Pertanyaan pertama menilai apakah responden mengkonsumsi
makanan asin dan memakannya 3 kali dalam seminggu atau lebih.
Sebagian besar responden menyatakan mengkonsumsi dengan presentase
sebesar 77%. Pertanyaan kedua menilai apakah responden mengkonsumsi
makanan berlemak seperti gorengan, jeroan, daging kambing, telur ayam,
daging sapi dan memakannya 3 kali dalam seminggu atau lebih. Sebagian
besar responden menyatakan mengkonsumsi dengan presentase sebesar
64.4%.
Hasil penelitian ini sebanding dengan peneltian Aris19
yang
menyatakan sering mengkonsumsi asin merupakan faktor risiko terjadinya
hipertensi. Aris juga menyatakan kebiasaan sering mengkonsumsi lemak
jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Penelitian Agnesia29
juga menyatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi garam
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, tetapi berbeda
pada kebiasaan konsumsi lemak, oleh karena nilai p tidak < 0,05, maka
kebiasaan konsumsi lemak tidak signifikan sebagai faktor risiko
hipertensi. Hesti72
juga menyatakan bahwa subjek penelitian yang sering
87
mengonsumsi makanan asin lebih cenderung menderita hipertensi
dibandingkan subjek penelitian yang tidak pernah mengonsumsi makanan
asin, tetapi hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara
kebiasaan mengonsumsi makanan lemak jenuh dengan kejadian hipertensi.
Suoth31
pada penelitianya menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara tingkat gaya hidup : konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi
di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat. Selanjutnya nilai koefisien
korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,495 menunjukkan bahwa kekuatan
korelasi yaitu cukup.
Pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa lebih banyak
responden yang memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik. Data
karakteristik dan gemografi responden menunjukkan hasil responden
mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kelompok paling
banyak adalah tamat SD/sederajat (38.5%), dan tamat SMP/sederajat
(25.2%). Tidak ada responden yang memiliki tingkat tamat
Sarjana/Diploma, bahkan untuk responden dengan tingkat tamat
SMA/sederajat cukup sedikit (15.6%). Hasil ini sejalan dengan masyarakat
desa yang identik dengan tingkat pendidikan rendah. Masyarakat yang
berpendidikan rendah berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk
berperilaku hidup sehat dan rendahnya akses terhadap sarana pelayanan
kesehatan.79
Saputro82
pada penelitianya menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan klien tentang hipertensi dengan
kepatuhan dalam menjalankan diit hipertensi. Rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat desa bisa menjadi faktor penyebab kurangnya
88
pengetahuan serta kepatuhan dalam menjalani gaya hidup yang baik untuk
penderita hipertensi.
Garam khususnya kandungan sodium di dalamnya berkontribusi
pada peningkatan tekanan darah. Konsumsi sodium akan mengaktifkan
mekanisme vasopresor dalam sistem saraf pusat dan menstimulasi
terjadinya retensi air yang berakibat pada peningkatan tekanan darah.80
Kemudian adanya keterkaitan antara konsumsi lemak jenuh dengan
kejadian hipertensi. Konsumsi makanan tinggi lemak, khususnya lemak
jenuh merupakan salah satu faktor risiko hipertensi.81
Lemak jenuh tidak
menyehatkan jantung karena dapat meningkatkan kolesterol LDL (Low
Density Lippoprotein).82
Kolesterol tinggi merupakan faktor risiko utama
atherosklerosis yang merupakan penyebab masalah kardiovaskuler
termasuk hipertensi.81
2. Gaya Hidup : Aktifitas Fisik
Pada penelitian tentang kebiasaan aktifitas fisik responden ini
menilai kebiasaan olah raga secara rutin serta waktu yang digunakan
dalam setiap olah raga tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hampir tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden yang
memiliki kebiasaan atifitas fisik yang cukup dan yang tidak cukup.
Responden dengan kategori aktifitas fisik yang cukup memiliki presentase
yang sedikit lebih tinggi sebesar 50.4%, sedangkan responden yang
memiliki kategori kebiasaan aktifitas fisik yang tidak cukup sebesar
49.6%. Responden dengan kategori kebiasaan aktifitas fisik tidak cukup
berada pada rentang usia 40 sampai 60 tahun, dengan jenis kelamin laki-
89
laki dan tingkat pendidikan tamat SMA/sederajat, serta memiliki pekerjaan
sebagai petani. Sebagian besar responden yang memiliki kebiasaan
aktifitas tidak cukup berada pada hipertensi tingkat 1, dan sebagian besar
juga telah menderita hipertensi pada rentang 1 sampai 5 tahun.
Hasil penelitian juga menunjukkan responden dengan kebiasaan
aktifitas fisik tidak cukup terbagi dalam semua kategori rentang usia
dewasa, dengan presentase terbanyak sebesar 44.8% pada rentang usia
dewasa madya (40-60 tahun). Terdapat perbedaan yang cukup signifikan
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan presentase terbanyak
sebesar 64.2% pada jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingkat
pendidikan responden presentase setiap tingkat pendidikan hampir sama,
presentase terbesar pada tingkat tamat SMA/sederajat sebesar 31.3%,
tetapi terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada pekerjaan responden,
presentase terbesar adalah pada petani sebesar 47.2%. Kemudian
berdasarkan kategori hipertensi responden yang memiliki kebiasaan
makanan tidak baik sebesar 65.7% pada hipertensi tingkat 1, dan terdapat
perbedaan yang cukup signifikan dalam lama waktu menderita hipertensi,
yaitu sebesar 65.7% pada kategori 1 sampai 5 tahun.
Terdapat 2 pertanyaan tentang aktifitas fisik responden. Pertanyaan
pertama menilai apakah responden terbiasa berolah raga secara rutin 2-3
kali setiap minggu. Sebagian besar responden menyatakan melakukannya
dengan presentase sebesar 50.4%. pertanyaan kedua menilai apakah
responden terbiasa menggunakan waktu selama 30-45 menit setiap kali
90
berolah raga. Sebagian besar responden menyatakan melakukannya
dengan presentase sebesar 50.4%.
Hasil peneltian Febby59
menyatakan tidak teratur olah raga terbukti
adanya hubungan yang bermakna dengan hipertensi, orang yang tidak
teratur berolah raga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 44,1 kali
dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olah raga teratur.
Aris19
juga menyatakan dalam penelitianya jika tidak biasa olah raga
dibandingkan dengan kebiasaan olah raga ideal, maka tidak biasa olah
raga terbukti sebagai faktor risiko hipertensi. Suoth31
pada penelitianya
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup :
aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kolongan
Kecamatan Kalawat. Selanjutnya nilai koefisien korelasi Spearman rho (r)
sebesar 0,584 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat.
Pada penelitian ini mendapatkan hasil responden dengan kategori
aktifitas fisik cukup sedikit lebih banyak. Data karakteristik dan demografi
responden menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden bekerja
sebagai petani (57.8%). Sangat sedikit responden yang menyatakan tidak
bekerja (2.2%) atau sebagai pensiunan (2.2%). Masyarakat desa
pegunungan sangat identik dengan pekerjaan sebagai petani, dikarena
kondisi geografis yang sangat mendukung untuk melakukan perkejaan di
perkebunan atau peternakan. Anwas80
megemukakan bahwa petani adalah
orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau
memelihara ternak. Pada pekerjaanya petani lebih sering aktif untuk
melakukan olah fisik. Yusida79
pada penelitianya menyebutkan bahwa
91
melakukan aktivitas secara teratur diketahui sangat efektif dalam
mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai 19% hingga 30%.
Hal ini bisa menjadi faktor dimana tidak terlalu banyak responden pada
penelitian ini yang memiliki kategori aktifitas fisik tidak cukup.
Menurut Syatria64
olah raga secara teratur dapat menurunkan
tekanan darah. Latihan fisik (olah raga) yang adekuat dapat menurunkan
risiko penyakit kardiovaskuler dan semua penyebab mortalitas, termasuk
hipertensi.81
Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang terlalu
signifkan antara responden yang memiliki kebiasaan aktifitas fisik (olah
raga) yang cukup dan tidak cukup. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh
pekerjaan responden yang juga sebagian besar adalah sebagai petani,
dimana seorang petani memiliki aktifitas fisik yang lebih aktif bergerak
dalam pekerjaanya.
3. Gaya Hidup : Merokok
Pada penelitian tentang kebiasaan merokok responden ini
menilai apakah saat dilakukan peneltian responden adalah seorang
perokok, kebiasaan jumlah rokok yang dikonsumsi, adakah anggota
keluarga yang merokok, dan sering atau tidaknya terpapar dengan asap
rokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki kategori tinggi paparan asap rokok dengan presentase 80.0%.
Responden dengan kategori tinggi paparan asap rokok berada pada rentang
usia 40 sampai 60 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki dan tingkat
pendidikan tamat SD/sederajat, serta memiliki pekerjaan sebagai petani.
Sebagian besar responden yang memiliki kebiasaan merokok tidak baik
92
berada pada hipertensi tingkat 1, dan sebagian besar juga telah menderita
hipertensi pada rentang 1 sampai 5 tahun.
Hasil penelitian juga menunjukkan responden dengan tinggi
paparan asap rokok terbagi dalam semua kategori rentang usia dewasa,
dengan presentase terbanyak sebesar 67.6% pada rentang usia dewasa
madya (40-60 tahun). Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara
jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan presentase terbanyak
sebesar 61.1% pada jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingkat
pendidikan responden terdapat perbedaan yang cukup sifgnifikan,
presentase terbesar pada tingkat tamat SD/sederajat sebesar 43.5%, serta
pada pekerjaan responden presentase terbesar adalah pada petani sebesar
57.4%. Kemudian berdasarkan kategori hipertensi responden yang
memiliki kebiasaan merokok tidak baik sebesar 72.2% pada hipertensi
tingkat 1, dan terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam lama waktu
menderita hipertensi, yaitu sebesar 77.8% pada kategori 1 sampai 5 tahun.
Terdapat 4 pertanyaan tentang kebiasaan merokok responden.
Pertanyaan pertama menilai apakah responden saat ini seorang perokok.
Sebagian besar responden menyatakan saat ini bukan seorang perokok
dengan presentase sebesar 51.1%. Pertanyaan kedua menilai apakah
responden mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 2 bungkus setiap
hari. Sebagian besar responden menyatakan tidak dengan presentase
sebesar 76.3%. Pertanyaan ketiga menilai apakah keluarga responden ada
yang merokok. Sebagian besar responden menyatakan ada dengan
presentase sebesar 74.1%. Pertanyaan keempat menilai apakah responden
93
sering terpapar asap rokok. Sebagian besar responden menyatakan sering
terpapar dengan presentase sebesar 60.0%.
Hasil penelitian Febby59
menyatakan berdasarkan hasil uji
statistik antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah didapat ada
hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan
darah. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
Retnowati83
didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini sebanding
dengan penelitian Roslina84
yang menyatakan adanya hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Aris19
juga menyatakan
untuk perokok berat terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki kebiasaan merokok yang buruk sebagai perokok atau
terpapar asap rokok. Data karakteristik dan demografi menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang
rendah. Hal ini berhubungan kembali dengan masyarakat yang
berpendidikan rendah berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk
berperilaku hidup sehat dan rendahnya akses terhadap sarana pelayanan
kesehatan.79
Rendahnya kesadaran masyarakat ini bisa menjadi faktor
yang menyebabkan masyarakat desa tidak memperhatikan bahaya
merokok yang menjadi salah satu faktor risiko hipertensi. Hasil penelitian
Jatmika76
yang dilakukan pada masyarakat pedesaan menunjukkan sebesar
56,67% responden beranggapan bahwa merokok sangat baik dipakai untuk
menyambut tamu di acara-acara selamat di kampung. Sebesar 40%
94
responden setuju bahwa tidak ada orang yang meninggal karena merokok,
maka merokok tidak perlu dilarang. Sebesar 30% responden setuju bahwa
merokok itu merupakan hak asasi manusia sehingga merokok dapat
dimana saja dan kapan saja.
Rokok mengandung zat berbahaya yang salah satunya
berdampak pada peningkatan tekanan darah. Kandungan nikotin dalam
rokok dapat meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
vasokonstriksi perifer, yang akan meningkatkan tekanan darah arteri pada
jangka waktu yang pendek, selama dan setelah merokok.85
Pada penelitian
ini responden yang menyatakan sebagai perokok berjumlah 69 orang, tapi
responden dengan kategori kebiasaan merokok tidak baik sebanyak 108
orang, hal ini dikarenakan masih ada responden yang dalam anggota
keluarganya merupakan seorang perokok dan responden sering terpapar
oleh asap rokok.
4. Gaya Hidup : Stress
Pada penelitian tentang stress ini menilai apakah responden
mengalami stress atau tidak stress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengalami stress dengan presentase 70.4%.
Responden dengan kategori stress berada pada rentang usia 40 sampai 60
tahun, dengan jenis kelamin laki-laki dan tingkat pendidikan tamat
SD/sederajat, serta memiliki pekerjaan sebagai petani. Sebagian besar
responden yang mengalami stress berada pada hipertensi tingkat 1, dan
sebagian besar juga telah menderita hipertensi pada rentang 1 sampai 5
tahun.
95
Hasil penelitian juga menunjukkan responden yang mengalami
stress terdapat perbedaan yang signifikan pada kategori usia, dengan
presentase terbanyak sebesar 68.4% pada rentang usia dewasa madya (40-
60 tahun). Terdapat perbedaan yang cukup signifikan juga antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan, dengan presentase terbanyak sebesar
64.2% pada jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan
responden presentase setiap tingkat pendidikan hampir sama, presentase
terbesar pada tingkat tamat SD/sederajat sebesar 37.9%, tetapi terdapat
perbedaan yang cukup signifikan pada pekerjaan responden, presentase
terbesar adalah pada petani sebesar 49.5%. Kemudian berdasarkan
kategori hipertensi responden yang mengalami stress sebesar 70.5% pada
hipertensi tingkat 1, pada lama waktu menderita hipertensi, yaitu sebesar
78.9% pada kategori 1 sampai 5 tahun.
Pada penelitian Aris19
menyatakan bahwa Stres kejiwaan secara
statistik merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Suoth31
juga
meyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup : stres
dengan kejadian hipertens, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r)
sebesar 0,537 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Hasil
penelitian yang dilakukan Sigarlaki20
menyatakan adanya hubungan antara
faktor stres terhadap jenis hipertensi. Hasil penelitian ini berbeda dengan
peneltian Hesti72
yang menunjukkan bahwa 64,4% subjek penelitian
mengalami stress. Berdasarkan hasil olah data penelitian diperoleh bahwa
terdapat 33,8% subjek penelitian yang mengalami stress dan menderita
96
hipertensi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara stress dengan kejadian hipertensi.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mengalami stress. Data demografi dan karakteristik responden
menunjukkan lebih dari separuh adalah bekerja seabagai petani. Pekerjaan
sebagai petani identik dengan tingkat pendapatan atau penghasilan yang
rendah. Asfiana83
pada penelitianya menyatakan bahwa terdapat korelasi
yang sangat bermakna antara tingkat penghasilan dan tingkat stres dengan
kekuatan korelasi kuat. Semakin rendah tingkat penghasilan, maka tingkat
stres semakin tinggi. Menurut American Psychological Association
masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata merupakan salah
satu stresor utama dalam rumah tangga seseorang.86
Misalnya, pendapatan
lebih kecil dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal
warisan dan lain sebagainya. Hal tersebut bisa menjadi faktor penyebab
cukup tingginya responden pada peneltitian ini yang mengalami stress.
Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat
kejadian hipertensi. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan keluaran jantung. Stress dapat memicu pengeluaran hormon
kortisol dan epinefrin yang berhubungan dengan imunosupresi, aritmia,
dan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.81
Stress yang tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai penyakit yang salah
satunya adalah hipertensi.52
Dixon19
dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa seseorang yang mengalami depresi berisiko 1,78 kali menderita
hipertensi dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi.
97
C. Keterbatasan penelitian
Metode pengambilan data melalui kuesiner mempunyai kelemahan
yaitu tidak dapat menggali informasi terkait variabel yang diteliti secara lebih
lengkap. Selain itu, metode yang dilakukan pada penelitian ini dengan
kuesioner yang diberikan kepada responden memungkinkan masih ada faktor
lain yang belum diketahui, peneliti menyarankan untuk penelitian berikutnya
bisa menggunakan metode kualitatif.
98
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sebaran usia terbanyak adalah dewasa madya (40-60 tahun) (60.7%),
berjenis kelamin laki-laki (59.3%) dengan tingkat pendidikan tamat
SD/sederajat (38.5%) dan bekerja sebagai petani (57.8%). Sebagian
responden berada pada kategori hipertensi tingkat 1 (68.1%), dan
sebagian besar telah menderita hipertensi 1-5 tahun (74.8%). Tidak ada
responden yang menyatakan memiliki komplikasi penyakit selain
hipertensi.
2. Sebagian besar responden memiliki kebiasaan makan yang tidak baik yaitu
sebanyak 81 orang (60.0%).
3. Mayoritas responden dalam kategori tinggi paparan asap rokok yaitu
sebanyak 108 orang (80.0%).
4. Lebih dari separuh responden memiliki kebiasaan aktifitas fisik yang
cukup yaitu sebanyak 68 orang (50.4%).
5. Sebagian besar responden berada dalam kondisi stress yaitu sebanyak 95
orang (70.4%).
98
99
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesadaran subjek penelitian untuk meningkatkan gaya
hidup yang lebih baik bagi penderita hipertensi.
2. Menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan di sekitar subjek penelitian
untuk menyusun program promosi atau pelayanan kesehatan yang lebih
sesuai dan tepat untuk mengatasi kejadian hipertensi.
3. Sebagai sumber referensi bagi institusi pendedidikan atau komunitas
kesehatan yang dapat meningkatkan strategi pengendalian hipertensi.
4. Menjadi dasar bagi penelitian berikutnya dan sebagai bahan evaluasi untuk
penelitian yang lebih baik misalnya memperdalam lagi faktor faktor yang
mempengaruhi kejadian hipertensi, atau menganalisa faktor gaya hidup
yang memiliki efek paling tinggi terhadap hipertensi.
100
DAFTAR PUSTAKA
1. Muttaqin A. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
2. Sustrani L. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004.
3. Saunders C. Pemilihan uji laboratorium yang efektif. Jakarta: Kedokteran
EGC; 1994.
4. Baradero M. Klien gangguan kardiovaskular : seri asuhan keperawatan.
Jakarta: Kedokteran EGC; 2005.
5. A T. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Gaya Baru; 2001.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013 [Internet]. 2013 [cited 2015
May 20]. Available from: http://www.dinkes.go.id
7. Kemenkes. Riskesdas dalam angka provinsi Jawa Tengah 2013. 2013.
8. Aisyiyah FN. Faktor risiko hipertensi pada empat kabupaten/kota dengan
prevalensi hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera [Internet]. 2009 [cited
2015 May 20]. Available from:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12249
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Riset
kesehatan dasar (RISKESDAS) 2012. 2012 [cited 2015 May 20]. Available
from: www.dinkes-kotasemarang.go.id/?p=bank_data/profil-kesehatan-
jawa-tengah-2012
10. Prasetyaningrum Y. Hipertensi bukan untuk ditakuti. Jakarta: Fmedia;
2014.
11. Setiawan D. Care your self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus; 2008.
12. Rachmawati E. Atasi stroke dengan tanaman obat. Depok: Penebar
Swadaya; 2005.
13. Prapti U. Solusi Sehat mengatasi Hipertensi. Jakarta: PT AgroMedia; 2009.
14. Lili M. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex Media
Komputindo; 2007.
101
15. Dinata CA, Safrita Y, Sastri S. Artikel Penelitian Gambaran Faktor Risiko
dan Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD
Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. J Kesehat.
2013;2(2):57–61.
16. Magdás A, Benedek I, Belényi B, Carasca C, Gábos G, Incze a. The
relationship between blood pressure variability and cardiovascular risk
factors in patients with primary hypertension. Acta Medica Marisiensis
[Internet]. 2015;61(1):31–3. Available from:
http://www.degruyter.com/view/j/amma.2015.61.issue-1/amma-2015-
0022/amma-2015-0022.xml
17. Delima, Mihardja L, Siswoyo H. Prevalensi dan faktor determinan penyakit
jantung di Indonesia. Bull Peneliti Kesehat Vo 37 no 3. 2009;06:142–59.
18. Anies. Waspada ancaman penyakit tidak menular : Solusi pencegahan dari
aspek perilaku & lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2006.
19. Sugiharto A. Faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada masyarakat (studi
kasus di kabupaten Karanganyar). Univ Diponegoro. 2007;1(2):60–4.
20. Sigarlaki HJO. Karakteristik dan faktor berhubungan dengan hipertensi di
desa bocor, kecamatan bulus pesantren, kabupaten kebumen, jawa tengah,
tahun 2006. Makara, Kesehat. 2006;10(2):78–88.
21. Bustan M. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka; 1997.
22. Failasufa H. Tekanan darah wanita premenopause dan pascamenopause
[Internet]. 2013 [cited 2015 Dec 1]. Available from:
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/123639/
23. Julianti E. Bebas hipertensi dengan terapi jus. Jakarta: Niaga Swadaya;
2011.
24. Puspitorini M. Hipertensi cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi. 3rd
ed. Yogyakarta: Image Press; 2009.
25. Nuryati S. Gaya hidup dan status gizi serta hubungannya dengan hipertensi
dan diabetes melitus pada pria dan wanita dewasa di DKI Jakarta. 2009.
26. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) 2007. Lap Nas 2007. 2008;1–384.
27. Hembing W. Ramuan tradisional untuk pengobatan darah tinggi. Jakarta:
PT AgroMedia;
28. A. Syahri Ainun, MS, Dian Sidik Arsyad R. Hubungan Gaya Hidup dengan
Kejadian Hipertensi pada Mahasiswa di Lingkup Kesehatan Universitas
102
Hasanuddin. Bagian Epidemiol Fak Kesehat Masy Univ Hasanuddin.
2012;1–10.
29. N A. Faktor risiko hipertensi pada masyarakat di desa kabongan kidul,
kabupaten rembang laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah. 2012.
30. Hu B, Liu X, Yin S, Fan H, Feng F, Yuan J. Effects of Psychological Stress
on Hypertension in Middle-Aged Chinese: A Cross-Sectional Study. PLoS
One [Internet]. 2015;10(6):e0129163. Available from:
http://dx.plos.org/10.1371/journal.pone.0129163
31. Suoth M, Bidjuni H, Malara RT, Studi P, Keperawatan I, Kedokteran F, et
al. Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di puskesmas
Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. 2014;2.
32. Sakit R, Blambangan U, Ilmu L, Dalam P, Kedokteran F, Brawijaya U, et
al. Faktor Risiko Non Genetik dan Polimorfisme Promoter Region Gen
CYP11B2 Varian T ( -344 ) C Aldosterone Synthase pada Pasien
Hipertensi Esensial di Wilayah Pantai dan Pegunungan Non Genetic Risk
Factor and Polymorphism of Aldosterone Synthase T ( -344 ) C .
2013;27(3):169–77.
33. Alice H. Summary of American Heart Association Diet and Lifestyle
Recommendations Revision 2006. Arterioscler Thromb Vasc Biol.
2006;26:2186–95.
34. Ariani A. Study of blood pressure in elementary school children at hill and
seashore areas. Peadiatrica Indones. 2003;43:7–8.
35. Sutomo B. Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta: DrMedia Pustaka;
2009.
36. WHO. Regional Office for South-East Asia. Department of Sustainable
Development and Healthy Environments [Internet]. WHO. 2011 [cited
2015 Aug 30]. Available from: http://www.searo.who.int/
37. Sheldon G S. Mayo Clinic Hipertension. Jakarta: Intisari Mediatama; 2005.
38. Wexler B. Encylopedia of Nursing and Alied Health [Internet]. 2002 [cited
2015 Aug 30]. Available from: http://symptomchecker.aarp.org/
39. Brashers V. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen. 2nd
ed. Jakarta: Kedokteran EGC; 2004.
40. Arif M. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001.
103
41. Anggraini. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari sampai Juni 2008 [Internet]. 2008 [cited 2015 Oct 7].
Available from: http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/
42. Tamboyang J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Kedokteran EGC;
2000.
43. Sari MAP. Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di
Desa Sudimara Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010. 2010.
44. Kowalski R. Terpai hipertensi : program 8 minggu menurunkan tekanan
darah tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara
alami. Bandung: Mizan Pustaka; 2010.
45. Baradero M. Klien gangguan kardiovaskuler : seri asuhan keperawatan.
Jakarta: Kedokteran EGC; 2005.
46. E.J C. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Kedokteran EGC; 2001.
47. Saleh S. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien di Ruang Inap di RSUP MM Dunda Limboto Kabupaten
Gorontalo Tahun 2009 [Internet]. 2010 [cited 2015 Nov 22]. Available
from: http://dc252.4shared.com/doc/4ce64UhQ/preview.html.
48. Davey P. At a glance : Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.
49. Suyono S. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka; 2001.
50. Nurkhalida. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI; 2003. 19-21
p.
51. Gunawan. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia; 2001.
52. Wang J. Essential Hyppertension. The Lancet; 2003.
53. Arif M. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI; 2001.
54. Qiu C. Family History of Hypertension. North Seattle: American Heart
Association, Inc.; 2003.
55. Thomas R. Hypertension: Salt is a Major Risk Factor. USA: J Cardiovasc.;
2000.
56. Norman K. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension:
Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition.Baltimore.
Maryland USA: Williams & Wilkins; 1998.
104
57. Alison H. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara;
1996.
58. Sagala LMB. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga
Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [Internet].
2011 [cited 2015 Oct 9]. Available from: http://repository.usu.ac.id/
59. Anggara, & Prayitno N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan
darah dipuskesmas telaga murni cikarang barat tahun 2012. J Ilm Kesehat.
2013;volume 5(1(1):20–5.
60. Sianturi E. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan
Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [Internet]. 2004 [cited 2015
Nov 26]. Available from: http://repository.usu.ac.id/
61. Smet B. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia; 1994.
62. Ferketich. Links Among Depression, Race, Hypertension, and the Heart.
USA: J Clin Hypertens; 2000.
63. Lusby FW. Hypertensive Retinopathy [Internet]. 2010 [cited 2015 Oct 28].
Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/
64. Khomsan A. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada; 2005.
65. Alatas H. Desain penelitian. Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis. 3rd
ed. Jakarta: Sagung Set; 2005.
66. Saryono A. Metodologo penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam bidang
kesehatan. Yogyakarta: Nusa Medika; 2013.
67. Setiadi. Konsep & penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu;
2007.
68. Aziz AH. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika;
2008.
69. Nursalam. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.
70. Sumantri. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Kencana Perdana
Media Grup; 2011.
71. Sumantri A. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Kencana Perdana
Media Group; 2011.
105
72. Rahayu H. Faktor risiko hipertensi pada masyarakat RW 01 Srengseh
Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. 2012;59–61.
73. Arikuntono S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Bina
Aksara; 2002.
74. Tambunan M. Hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup pasien
tuberkulosis paru di rsup haji adam malik medan tahun 2013. Univ
Sumatera Utara. 2014;
75. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2010.
76. Indrawati L. Hubungan pola kebiasaan konsumsi makanan masyarakat
miskin dengan kejadian hipertensi di Indonesia. Pus Penelit dan Pengemb
Biomedis dan Farm [Internet]. 2009;4(19):174–84. Available from:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/19409174184.pdf.
77. Izzo J. Hypertension primer: the essentials of high blood pressure. USA:
Lippincott Williams & Willkins; 1999.
78. Yundini. Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta; 2006.
79. Yusida H. Hubungan Faktor Demografi & Medis Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Kelompok Lansia Di Kota Depok Tahun 2000/2001.
2001;2(12):173–8.
80. Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M, & Lewis S. Medical surgical nursing:
assessment and management of clinical problems. USA: Mosby; 2000.
81. Braverman, E.R & Braverman D. Penyakit jantung dan penyembuhannya
secara alami. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Komputer; 2004.
82. Darmoutomo E. Kolesterol dipicu makanan lemak jenuh [Internet]. 2011
[cited 2016 Jan 12]. Available from:
http://health.kompas.com/read/2011/07/02/09344944/Kolesterol.Dipicu.
83. Retnowati Y. Gambaran Hipertensi Dan Hubungannya Dengan Pola
Makan, Gaya Hidup, Dan Status Gizi Pada Pralansia Dan Lansia Di
Posbindu Kelurahan Bantar Jati Bogor Tahun 2010. Skripsi peminatan gizi
kesmasFakultas Univ Indones. 2010;
84. Roslina. Analisa determinan hipertensi esensial di wilayah kerja Tiga
Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 [Internet]. USU. 2010
[cited 2016 Jan 10]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6783/1/09E01491.pdf.
106
85. Black, J.M & Hawks JH. Medical surgical nursing: clinical management
for positive outcomes. 7th ed. St. Louis: Elsevier Saunders; 2005.
107
Lampiran
1
Lampiran 1
2
3
4
5
6
Informed Consent
Persetujuan menjadi Responden
Selamat Pagi/Siang/Sore
Perkenalkan nama Saya Ahmad Hanafi mahasiswa S1 Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Saya bermaksud
melakukan penelitian mengenai “ Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ”. Penelitian ini dilakukan sebagai
tahap akhir dalam penyelesaian studi.
Saya berharap Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk menjadi responden dalam
penelitian ini dimana akan dilakukan pengisian angket yang terkait dengan
penelitian. Semua informasi yang Saudara berikan terjamin kerahasiaannya.
Pengumpulan kembali kuesioner ini diharapkan paling lambat satu hari setelah
kuesioner ini diterima. Setelah Bapak/Ibu/Saudara/i membaca maksud dan
kegiatan penelitian diatas, maka saya mohon untuk mengisi nama dan tanda
tangan dibawah ini.
Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Nama : _________________________________________
Tanda tangan : _________________________________________
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk ikut serta di dalam
penelitian ini.
Lampiran 2
7
Bagian A: Data Demografi
Jawablah daftar pertanyaan berikut ini dengan menuliskan tanda checklist (v)
pada kotak dan mengisi pada isian titik-titik yang telah tersedia.
1. Inisial nama : ..............
2. Umur (tahun) : .............. (tahun)
3. Jenis kelamin :
Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan Terakhir :
Tidak tamat SD/sederajat Tamat SMA/sederajat
Tamat SD/sederajat Tamat Sarjana/diploma
Tamat SMP/sederajat
5. Pekerjaan :
PNS Pensiun
Pegawai swasta Tidak bekerja
Wiraswasta Lainya (tuliskan)
6. Kategori Hipertensi : ..............
7. Lama waktu mengalami hipertensi / tekanan darah tinggi : ..........
8. Komplikasi atau penyakit penyerta selain hipertensi : ..........
v
v
Lampiran 3
8
Bagian B:
B.1 Gambaran Faktor Risiko Hipertensi:
(kebiasaan mengonsumsi makanan asin, kebiasaan mengonsumsi makanan lemak
jenuh, kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga)
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menuliskan tanda check list (v) pada
pilihan jawaban Ya atau Tidak.
No Pertanyaan Ya Tidak
Bagian 1 1 0
1 Saya suka makan makanan asin dan memakannya 3 kali
dalam seminggu atau lebih.
2 Saya suka makan makanan berlemak seperti gorengan,
jeroan, daging kambing, telur ayam, daging sapi dan
memakannya 3 kali dalam seminggu atau lebih.
3 Saya saat ini adalah perokok.
4 Saya mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 2 bungkus
setiap hari.
5 Anggota keluarga saya ada yang merokok.
6 Saya sering terpapar dengan asap rokok.
Bagian 2 0 1
7 Saya terbiasa berolah raga secara rutin 2-3 kali setiap
minggu.
8 Saya terbiasa menggunakan waktu selama 30-45 menit
setiap kali berolah raga.
9
Bagian B.1 Faktor Risiko Hipertensi: Stress
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda check list (v).
No Di satu bulan yang lalu, seberapa
sering Anda merasakan hal ini:
Tidak
pernah
Hampir
tidak
pernah
Kadang-
kadang
Cukup
sering
Sangat
sering
Bagian 1 0 1 2 3 4
1 Saya merasa kecewa karena
mengalami hal yang tidak
diharapkan.
2 2 Saya merasa tidak mampu
mengatasi hal penting dalam hidup
saya.
3 Saya merasa gugup dan tertekan.
4 Saya merasa tidak mampu
mengatasi segala sesuatu yang
seharusnya saya atasi.
5 Saya marah karena sesuatu di luar
kontrol saya telah terjadi.
6 Saya merasa kesulitan-kesulitan
menumpuk semakin berat sehingga
saya tidak mampu mengatasinya.
Bagian 2 4 3 2 1 0
7 Saya percaya terhadap kemampuan
sendiri untuk mengatasi masalah
pribadi.
8 Saya merasa segala sesuatu telah
berjalan sesuai dengan rencana
saya.
9 Saya mampu mengatasi semua
masalah dalam
10
hidup saya.
10 Saya merasa sukses.
1
NoResp Usia Jkel Pend Pekerjaan TD Kat.HT Lama Komp B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10
1 45 1 3 2 180/120 2 5 0 1 1 1 0 1 1 0 0 2 2 3 1 3 1 1 2 1 2
2 50 1 2 3 150/100 1 5 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 2 3 1 3 1 1 1 1 2
3 35 2 3 3 140/100 1 4 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 2 3 1 3 1 1 2 1 2
4 50 2 2 2 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 3 2 2 1 0 1 0 2
5 51 1 1 6 160/110 2 3 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 0 1 0 2
6 49 1 2 6 150/100 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 2 2 1 3 2 2 1 0 2
7 40 1 2 6 140/100 1 2 0 1 0 1 0 1 1 0 0 2 3 2 1 2 1 1 1 1 2
8 53 2 2 6 150/90 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 1 2 0 2 2 1 2 1 1
9 38 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1
10 43 2 3 6 160/100 2 3 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 3 3 0 2 1 1 3 1 2
11 40 1 3 3 140/90 1 5 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 0 2 0 2 2 2 3 1 2
12 45 1 3 2 140/80 1 4 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 2 2 3 2 1 1 2 2
13 52 1 2 2 160/100 2 5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 2 0 1 3 2 1 1 1 1 2
14 55 1 2 2 150/100 1 6 0 0 0 1 0 1 1 0 0 2 0 2 1 3 1 1 1 1 1
15 57 2 1 3 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1
16 56 1 2 3 160/110 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 2 0 3 1 1 1 1 2 1 2
17 55 2 2 6 160/100 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 2 1 2 1 2 2 1 1
18 43 2 3 6 150/110 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1
19 56 2 1 6 150/100 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 2 2 1 1 0 2 1 1
20 46 1 2 2 150/110 1 6 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0 2 3 1 2 1 1 1 2
21 83 1 1 5 160/100 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 85 1 2 4 185/100 2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 1
23 40 1 1 6 140/90 1 5 0 1 1 1 1 0 0 1 1 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3
24 33 1 4 3 140/90 1 5 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Lampiran 5
2
25 65 1 2 6 150/90 1 10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
26 20 2 4 2 150/90 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 55 2 4 6 160/100 2 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3
28 60 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
29 42 2 3 6 150/90 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3
30 70 1 3 6 150/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 0
31 54 1 4 6 140/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 3 3 3 2 3 2 2 2 2 4
32 45 1 4 3 160/100 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4
33 63 1 3 6 150/90 1 10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
34 31 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4
35 90 1 2 6 160/90 2 20 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 2 4
36 60 2 1 6 160/90 2 10 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3
37 52 1 3 6 140/90 1 3 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 3 2 2 4
38 69 1 3 6 150/90 1 10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 2 2 4
39 58 1 1 6 145/90 1 8 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
40 65 1 1 6 140/80 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1
41 70 1 2 6 140/80 1 30 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
42 33 2 3 6 140/80 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1
43 60 2 1 6 160/115 2 20 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
44 51 2 2 6 150/90 1 20 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 0
45 62 2 2 6 160/90 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1
46 30 1 3 3 140/80 1 3 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2
47 60 1 2 6 150/100 1 10 0 1 1 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4
48 80 2 1 3 160/90 2 10 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3
49 90 2 1 3 140/90 1 30 0 1 1 0 0 0 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3
50 58 1 4 6 160/110 2 8 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3
51 60 2 1 6 160/100 2 10 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3
52 56 2 2 6 160/100 2 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3
53 30 1 3 3 140/80 1 3 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2
54 44 1 3 2 180/120 2 5 0 1 1 1 0 1 1 0 0 2 2 3 1 3 1 2 2 1 2
55 49 1 2 3 150/100 1 6 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 2 3 1 3 1 1 1 1 2
56 34 2 3 3 140/100 1 4 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 2 3 1 3 1 1 2 1 2
57 49 2 2 2 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 3 2 2 1 0 1 0 2
58 52 1 1 6 160/110 2 3 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 0 1 0 2
59 48 1 2 6 150/100 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 2 2 1 3 2 2 1 0 2
60 41 1 2 6 140/100 1 2 0 1 0 1 0 1 1 0 0 2 3 2 1 2 1 1 1 1 2
61 51 2 2 6 150/90 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 1 2 0 2 2 1 2 2 1
62 39 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1
63 45 2 3 6 160/100 2 3 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 3 3 0 2 1 1 3 1 2
64 41 1 3 3 140/90 1 5 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 0 2 0 2 2 2 3 2 2
65 46 1 3 2 140/80 1 4 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 2 2 3 2 1 1 2 2
66 51 1 2 2 160/100 2 5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 2 0 1 3 2 1 1 1 1 2
67 53 1 2 2 150/100 1 6 0 0 0 1 0 1 1 0 0 2 0 2 1 3 1 2 1 1 1
68 56 2 1 3 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1
69 55 1 2 3 160/110 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 2 0 3 1 1 1 1 2 1 2
70 54 2 2 6 160/100 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 2 1 2 1 2 2 1 1
71 45 2 3 6 150/110 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1
72 57 2 1 6 150/100 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 2 2 1 1 0 2 1 1
73 50 1 2 2 150/110 1 6 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0 2 3 1 2 1 2 1 2
74 81 1 1 5 160/100 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4
75 80 1 2 4 185/100 2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 1
76 39 1 1 6 140/90 1 5 0 1 1 1 1 0 0 1 1 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3
77 32 1 4 3 140/90 1 5 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
78 64 1 2 6 150/90 1 10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
79 21 2 4 2 150/90 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
80 54 2 4 6 160/100 2 2 0 1 0 0 0 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3
81 59 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
82 41 2 3 6 150/90 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3
83 69 1 3 6 150/90 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 0 0
84 45 1 4 3 160/100 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4
85 38 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1
86 38 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1
87 55 2 2 6 160/100 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 2 1 2 1 2 2 1 1
88 43 2 3 6 150/110 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1
89 57 2 1 3 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1
90 33 2 3 6 140/80 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1
91 60 2 1 6 160/115 2 30 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
92 51 2 2 6 150/90 1 20 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
93 51 1 2 2 160/100 2 5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 2 0 1 3 2 1 1 1 1 2
94 53 1 2 2 150/100 1 6 0 0 0 1 0 1 1 0 0 2 0 2 1 3 1 1 1 1 1
95 51 1 1 6 160/110 2 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 0 1 0 2
96 49 1 2 6 150/100 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 2 2 1 3 2 2 1 0 2
97 40 1 2 6 140/100 1 2 0 1 0 1 0 1 1 0 0 2 3 2 1 2 1 1 1 1 2
98 53 2 2 6 150/90 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 1 2 0 2 2 1 2 1 1
99 38 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1
5
100 43 2 3 6 160/100 2 3 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 3 3 0 2 1 1 3 1 2
101 40 1 3 3 140/90 1 5 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 0 2 0 2 2 2 3 1 2
102 45 1 3 2 140/80 1 4 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 2 2 3 2 1 2 2 2
103 52 1 2 2 160/100 2 5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 2 0 1 3 2 1 1 1 1 2
104 55 1 2 2 150/100 1 6 0 0 0 1 0 1 1 0 0 2 0 2 1 3 1 1 1 1 1
105 57 2 1 3 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1
106 56 1 2 3 160/110 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 2 0 3 1 1 1 1 2 1 2
107 52 2 2 6 160/100 2 2 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 2 1 2 1 2 2 1 1
108 41 2 3 6 150/110 1 4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1
109 54 2 1 6 150/100 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 2 2 1 1 0 2 1 1
110 42 1 2 2 150/110 1 6 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0 2 3 1 2 1 1 2 2
111 81 1 1 5 160/100 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
112 82 1 2 4 185/100 2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 1
113 38 1 1 6 140/90 1 5 0 1 1 1 1 0 0 1 1 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3
114 31 1 4 3 140/90 1 5 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
115 62 1 2 6 150/90 1 10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2
116 24 2 4 2 150/90 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1
117 52 2 4 6 160/100 2 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3
118 58 1 4 3 140/90 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
119 41 2 3 6 150/90 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3
120 68 1 3 6 150/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 0 0
121 52 1 4 6 140/90 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 3 3 3 2 3 2 2 2 2 4
122 42 1 4 3 160/100 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4
123 61 1 3 6 150/90 1 10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
124 29 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4
6
125 88 1 2 6 160/90 2 20 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 4
126 58 2 1 6 160/90 2 10 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3
127 50 1 3 6 140/90 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 3 2 1 4
128 67 1 3 6 150/90 1 10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 2 2 4
129 56 1 1 6 145/90 1 8 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 2 2 2 1
130 62 1 1 6 140/80 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 0 0 1 1 1 0 1
131 68 1 2 6 140/80 1 30 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
132 31 2 3 6 140/80 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1
133 58 2 1 6 160/115 2 20 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
134 46 2 2 6 150/90 1 20 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
135 28 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4
7
NoRes STRESS MAKAN MEROKOK AKTIFTAS Aktifitas Merokok Makan Stress Usia Kat. Lama HT
1 18 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
2 17 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
3 17 2 2 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
4 15 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
5 15 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
6 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
7 16 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
8 14 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
9 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
10 18 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
11 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
12 16 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
13 14 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
14 13 0 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
15 15 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
16 14 1 4 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
Lampiran 5
8
17 14 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
18 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
19 12 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
20 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
21 10 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
22 9 1 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
23 30 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
24 30 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
25 14 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun
26 10 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
27 29 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
28 20 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
29 27 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
30 9 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
31 26 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
32 30 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
33 11 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun
34 28 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
35 11 1 3 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas
9
36 18 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
37 25 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
38 13 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun
39 8 1 1 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
40 7 0 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
41 8 1 0 0 Cukup Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas
42 6 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
43 11 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas
44 9 0 2 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas
45 17 0 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
46 26 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
47 22 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
48 18 2 0 0 Cukup Baik Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun
49 20 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas
50 18 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
51 19 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
52 18 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
53 26 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
54 19 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
10
55 17 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
56 17 2 2 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
57 15 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
58 15 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
59 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
60 16 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
61 15 0 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
62 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
63 18 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
64 17 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
65 16 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
66 14 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
67 14 0 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
68 16 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
69 14 1 4 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
70 14 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
71 17 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
72 12 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
73 17 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
11
74 10 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
75 9 1 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
76 30 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
77 30 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
78 14 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun
79 12 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
80 29 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
81 20 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
82 27 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
83 10 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
84 30 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
85 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
86 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
87 14 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
88 17 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
89 15 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
90 6 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
91 10 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas
92 8 0 2 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas
12
93 14 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
94 13 0 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
95 15 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
96 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
97 16 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
98 14 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
99 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
100 18 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
101 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
102 17 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
103 14 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
104 13 0 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
105 16 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
106 14 1 4 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
107 14 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
108 17 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
109 12 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
110 17 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
111 11 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
13
112 9 1 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
113 30 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
114 30 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
115 15 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun
116 14 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
117 29 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
118 20 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
119 27 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
120 11 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
121 26 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
122 30 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
123 10 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun
124 28 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
125 10 1 3 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas
126 18 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
127 24 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun
128 13 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun
129 11 1 1 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun
130 8 0 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun
14
131 8 1 0 0 Cukup Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas
132 6 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
133 11 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas
134 8 0 2 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas
135 28 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun
15
Data Demografi
Kategori Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Dewasa Awal 28 20.7 20.7 20.7
Dewasa Lanjut 25 18.5 18.5 39.3
Dewasa Madya 82 60.7 60.7 100.0
Total 135 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki laki 80 59.3 59.3 59.3
Perempuan 55 40.7 40.7 100.0
Total 135 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak tamat SD/sederajat 28 20.7 20.7 20.7
Tamat SD/sederajat 52 38.5 38.5 59.3
Tamat SMP/sederajat 34 25.2 25.2 84.4
Tamat SMA/sederajat 21 15.6 15.6 100.0
Total 135 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pegawai swasta 21 15.6 15.6 15.6
Wiraswasta 30 22.2 22.2 37.8
Pensiun 3 2.2 2.2 40.0
Tidak bekerja 3 2.2 2.2 42.2
Petani 78 57.8 57.8 100.0
Total 135 100.0 100.0
Lampiran 6
16
Lama menderita HT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 sampai 5 tahun 101 74.8 74.8 74.8
10 tahun keatas 11 8.1 8.1 83.0
6 sampai 10 tahun 23 17.0 17.0 100.0
Total 135 100.0 100.0
Kategori HT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tingkat 1 92 68.1 68.1 68.1
Tingkat 2 43 31.9 31.9 100.0
Total 135 100.0 100.0
17
Gaya Hidup Makanan
B1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 31 23.0 23.0 23.0
1 104 77.0 77.0 100.0
Total 135 100.0 100.0
B2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 48 35.6 35.6 35.6
1 87 64.4 64.4 100.0
Total 135 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 54 40.0 40.0 40.0
Buruk 81 60.0 60.0 100.0
Total 135 100.0 100.0
Gaya Hidup Merokok
B3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 69 51.1 51.1 51.1
1 66 48.9 48.9 100.0
Total 135 100.0 100.0
B4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 103 76.3 76.3 76.3
1 32 23.7 23.7 100.0
Total 135 100.0 100.0
18
B5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 35 25.9 25.9 25.9
1 100 74.1 74.1 100.0
Total 135 100.0 100.0
B6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 54 40.0 40.0 40.0
1 81 60.0 60.0 100.0
Total 135 100.0 100.0
Gaya Hidup Aktifitas Fisik
B7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 68 50.4 50.4 50.4
1 67 49.6 49.6 100.0
Total 135 100.0 100.0
B8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 68 50.4 50.4 50.4
1 67 49.6 49.6 100.0
Total 135 100.0 100.0
Gaya Hidup Stress
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Stress 95 70.4 70.4 70.4
Tidak Stress 40 29.6 29.6 100.0
Total 135 100.0 100.0
19
Uji normalitas
1. Kebiasaan makan
Descriptives
Statistic Std. Error
MAKAN Mean 1.41 .068
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.28
Upper Bound 1.55
5% Trimmed Mean 1.46
Median 2.00
Variance .618
Std. Deviation .786
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.884 .209
Kurtosis -.808 .414
Nilai : -4.23, hasil tidak normal, maka menggunakan nilai median.
Lampiran 7
20
2. Kebiasaan merokok
Descriptives
Statistic Std. Error
MEROKOK Mean 2.07 .121
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.83
Upper Bound 2.31
5% Trimmed Mean 2.07
Median 2.00
Variance 1.973
Std. Deviation 1.405
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness -.136 .209
Kurtosis -1.250 .414
Nilai : -0,65, hasil normal, maka menggunakan nilai mean.
21
3. Aktifitas fisik
Descriptives
Statistic Std. Error
AKTIFTAS Mean .99 .086
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .82
Upper Bound 1.16
5% Trimmed Mean .99
Median .00
Variance 1.007
Std. Deviation 1.004
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 2
Skewness .015 .209
Kurtosis -2.030 .414
Nilai : -0,07, hasil normal, maka menggunakan nilai mean.
22
Lampiran 8
top related