paper kohort
Post on 15-Jan-2016
63 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti PADA atau TENTANG, DEMOS
yang berati PENDUDUK dan kata terakhir adalalah LOGOS yang berarti ILMU
PENGETAHUAN. Jadi EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI
TENTANG PENDUDUK. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini
EPIDEMIOLOGI adalah : “Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi
(Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok
orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang mempengaruhinya).
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada
penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah
yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit
tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas,
dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.
Studi epidemiologi dibagi menjadi 2 yaitu: studi epidemiologi deskriptif dan
analitik. Studi epidemiologi deskriptif yaitu studi cross sectional atau studi potong
lintang atau studi prevalensi, dan studi studi epidemiologi analitik adalah studi
penelitian di bidang epid yang bertujuan untuk melihat hubungan beberapa sifat yang
terdapat pada suatu masalah kesehatan. Penelitian epidemiologi analitik terdiri atas 2,
yaitu: studi observasional yang terdiri atas studi potong lintang/ cross sectional
study, studi kohort/ follow up/ incidensi/ longitudinal/ prospektif studi, studi case
control study/ studi retrospektif, dan studi eksperimen yang terdiri atas true
eksperimental dan quasy eksperimental.
Pada makalah ini, akan dibahas khusus mengenai studi epidemiologi analitik
observasional yaitu studi kohort atau studi prospektif yang bertujuan mencari
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami dan mempraktikkan studi epidemiologi kohort
1
2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi studi kohort
2. Mengetahui karakteristik studi kohort
3. Mengetahui bentuk-bentuk studi kohort
4. Mengetahui tahapan studi kohort
5. Mengetahui kelebihan studi kohort
6. Mengetahui kekurangan studi kohort
1.3 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah: BAB 1 Pendahuluan yang
terdiri atas latar belakang, tujuan umum dan khusus, sistematika penulisan, manfaat,
BAB 2 Pembahasan yang terdiri atas definis studi kohort, karakteristik studi kohort,
bentuk-bentuk studi kohort, tahapan studi kohort, kelebihan, dan kekurangan studi
kohort, BAB 3 yang terdiri atas kesimpulan dan saran.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat mengetahui hubungan antara paparan dan penyakit dengan cara
membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar dari kelompok yang
memiliki karakteristik tertentu dengan follow up variabel sebab yang saat ini ada
diikuti akibatnya pada saat nanti dalam waktu tertentu, khususnya dalam kasus
kesehatan reproduksi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dapat menerapkan studi kohort pada kasus kesehatan reproduksi yang sering
terjadi di masayarakat.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Studi Epidemiologi Kohort
Penelitian Observasional kohort merupakan penelitian epidemiologis analitis
noneksperimental yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk tertentu
dalam satu jangka waktu tertentu. Kelompok kohort adalah sekelompok penduduk
yang memiliki persamaan dalam hal tertentu dan merupakan kelompok yang diamati
sampai batas waktu tertentu. Dalam epidemiologi, subjek dalam studi kohort dipilih
berdasarkan beberapa karakteristik tertentu yang dianggap sebagai faktor risiko
terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan tertentu. Pada dasarnya studi kohort
didasarkan pada pertanyaan "apa yang akan terjadi?" sehingga dengan demikian
pengamatan ini bersifat prospektif.
Kelompok penduduk yang diamati/diteliti (kelompok kohort) merupakan
kelompok penduduk dengan dua kategori tertentu yakni yang terpapar dan yang tidak
terpapar terhadap factor yang dicurigai sebagai faktor risiko atau penyebab. Pada
awal penelitian, semua anggota kelompok kohort harus bebas/tidak menderita
penyakit atau mengalami gangguan kesehatan yang sedang diteliti, artinya semua
yang menderita atau yang dicurigai menderita penyakit/out put yang akan diteliti
harus dikeluarkan dari kelompok kohort.
Pengamatan (studi) kohort dapat bersifat deskriptif maupun analitis. Kohort
deskriptif adalah pengamatan kohort yang bertujuan hanya untuk menjelaskan
insidensi atau akibat yang terjadi terhadap populasi kohort setelah diamati dan diikuti
selama jangka waktu tertentu. Sedangkan pengamatan kohort analitis bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara faktor risiko (efek keterpaparan) dengan kejadian
penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi selama/setelah waktu pengamatan.
Sesuai dengan sifat pengamatannya, studi kohort disebut juga sebagai follow
up study, atau longitudinal prospective study. Dalam merancang studi kohort analitis,
peneliti harus menetapkan hipotesis penelitian serta menentukan faktor-faktor risiko
yang akan diamati, hasil kejadian atau hasil luaran (penyakit atau gangguan
kesehatan) yang diharapkan terjadi, serta lamanya waktu pengamatan.
3
4
2.2 Karakteristik Studi Epidemiologi Kohort
Pada studi kohort, pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status paparannya,
kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek mengalami outcome
yang diamati atau tidak. Studi kohort memiliki karakteristik:
1. Studi kohort bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data
sekunder
2.3 Bentuk-Bentuk Studi Kohort
Studi kohort pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni
kohort prospektif dan kohort retrospektif (historical cohort study). Di samping itu,
dikenal pula suatu modifikasi studi kohort yakni nested case-control study yakni
suatu bentuk pengamatan kohort yang menggunakan analisis bentuk kasus-kelola
(case control study).
2.3.1 Kohort prospektif
Bentuk pengamatan ini merupakan bentuk studi kohort yang murni sesuai
dengan sifatnya. Pengamatan dimulai pada saat populasi kohort belum mengalami
akibat yang diteliti dan hanya diketahui kelompok yang terpapar (berisiko) dan yang
tidak terpapar. Bentuk ini ada dua macam yaitu (1) kohort prospektif dengan
pembanding internal, di mana kelompok yang terpapar dan yang tidak terpapar
(sebagai kelompok pembanding atau kontrol) berasal dari satu populasi yang sama;
(2) kohort prospektif dengan pembanding eksternal di mana kelompok terpapar dan
kelompok pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama.
Pada bentuk pertama, populasi kohort dibagi dalam dua kelompok yakni yang
terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok
tersebut diikuti secara prospektif sampai batas waktu penelitian, di mana akan
muncul dari kelompok terpapar dua subkelompok yakni subkelompok yang
mengalami akibat/efek (a) dan yang tidak mengalami akibat (b). Sedangkan dari
kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua subkelompok yakni yang
mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d). Dari hasil pengamatan
5
kohort tersebut, peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari kelompok yang
terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang tidak terpapar dan kemudian dapat
dihitung; angka resiko relatif hasil pengamatan.
Pada bentuk kedua dari kohort prospektif adalah populasi kohort terdiri dari dua
populasi yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor
risiko) dan populasi lainnya tanpa faktor risiko.
Bentuk studi kohort dengan pembanding eksternal ini harus memperhatikan sifat
kedua populasi awal (populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat
populasi di luar faktor keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. Hasil luaran
terjadinya efek yang diamati pada kedua populasi ini, memberikan nilai rate insiden
populasi yang terpapar dan rate insiden populasi yang tidak terpapar.
2.3.2 Kohort retrospektif
Umumnya studi kohort bersifat prospektif, di mana peneliti memula
pengamatan dengan mengidentifikasi kelompok dengan faktor risiko (terpapar) dan
6
kelompok tanpa faktor risiko (tidak terpapar), kemudian diamati akibat yang
diharapkan terjadi sepanjang waktu tertentu. Namun demikian, studi kohort dapat
pula dilakukan dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan pada waktu yang
lalu yang tersimpan dalam arsip atau bentuk penyimpanan data lainnya.
Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor risiko dari
78 orang penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu
yang dijumpainya dalam dua tahun terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan
penderita tersebut sejak bekerja pada perusahan yang dimaksud. Contoh lain adalah
pengamatan terhadap sejumlah pegawai bagian produksi dari suatu pabrik semen
tertentu yang sedang menderita sejenis penyakit gangguan pernapasan. Peneliti
mencoba mengamati faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit tersebut
dengan menelusuri data kesehatan dan faktor lingkungan tempatnya bekerja sejak
pegawai tersebut mulai bekerja pada pabrik tadi.
Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort biasa, namun pada
bentuk ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang
terpenting dalam bentuk ini adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat
populasi kohort dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh
melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian
retrospektif kohort hanya dapat dilakukan bila data tentang faktor risiko tercatat
dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang sama dengan efek
yang ditemukan pada awal pengamatan.
Pada dasarnya keunggulan studi kohort prospektif dijumpai pula pada kohort
retrospektif, namun kohort retrospektif membutuhkan biaya yang lebih rendah.
Kelemahannya terletak pada kualitas pengukuran dan pencatatan faktor risiko yang
7
telah berlalu sehingga sangat ditentukan oleh kualitas data yang telah dikumpulkan
pada waktu yang lalu.
2.4 Langkah-Langkah Kegiatan Pada Studi Kohort
Untuk melaksanakan suatu studi kohort, dianjurkan melakukan persiapan
disertai dengan tahapan-tahapan kegiatan yang sistematis untuk memudahkan
pelaksanaannya.
2.4.1 Merumuskan pertanyaan penelitian
Langkah awal dari suatu studi kohort adalah merumuskan masalah atau
pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti merumuskan hipotesis
penelitian yang lebih tepat/sesuai. Dari formulasi hipotesis tersebut, akan tercermin
berbagai variabel yang menjadi variabel penelitian, baik yang bersifat variabel bebas,
variabel terikat (dependent) maupun variabel-variabel lainnya yang harus menjadi
perhatian peneliti, antara lain variabel kendali (kontrol), variabel pengganggu serta
variabel lainnya yang harus dipertimbangkan.
2.4.2 Penetapan populasi kohortDalam memilih populasi kohort harus diperhatikan beberapa hal tertentu
seperti berikut:
Populasi kohort sedapat mungkin agak stabil
Populasi kohort dapat bekerja sama selama penelitian;
Populasi kohort mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up selama
penelitian;
Populasi kohort memiliki derajat keterpaparan yang cukup
Anggota kohort tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.
Dalam hal ini peneliti harus yakin bahwa kelompok kohort dan kelompok
kontrol betul-betul tidak sedang menderita atau dicurigai sedang menderita (suspect
case) efek yang akan diteliti. Subjek yang terpilih dari populasi harus memenuhi
kriteria pemilihan, meliputi kriteria inklusif dan eksklusif. Disebut kriteria inklusif
adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan populasi
kontrol. Sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai dengan
masalah penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut dapat
dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini harus
dijelaskan dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut yang merupakan
jarak antara idealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi. Kriteria eksklusif bila
8
dalam memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang telah memenuhi kriteria
inklusif, namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena beberapa hal antara lain.
1. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu
pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian, umpamanya bila terdapat
predisposisi atau faktor genetis yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
2. Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi, umpamanya
mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.
3. Adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat
untuk dapat berpartisipasi.
4. Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi.
Sumber populasi kohor dapat berasal dari berbagai kelompok populasi.
1. Kelompok penduduk yang tergabung/berada dalam satu wilayah pelayanan
kesehatan
2. tertentu.
3. Kelompok pekerja pada satu perusahaan tertentu/atau instansi tertentu.
4. Kelompok penduduk dengan kondisi kesehatan yang menggunakan pelayanan
tertentu
5. seperti kelompok akseptor, kelompok dengan pengobatan radiasi dan lain-lain.
6. Kelompok penduduk dengan asuransi kesehatan tertentu.
7. Untuk populasi yang tidak terpapar (sebagai pembanding) dapat berasal dari :
penduduk kelompok kohor yang sama,
populasi umum asal populasi kohor,
populasi lain yang memiliki keadaan yang sama dengan populasi kohor yang
terpapar (populasi target), tetapi tidak terpapar.
Semua anggota kelompok tersebut harus diperiksa sebelum pengamatan dimulai.
Dalam memilih populasi kohor ada beberapa faktor yang secara rinci perlu
diperhatikan pula;
1. Komparabilitas sampel, artinya sedapat mungkin kelompok studi memiliki
atribut yang sama (tidak berbeda atau sebanding) dengan kelompok kontrol untuk
menghindari bias seleksi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
2. Frekuensi faktor risiko, artinya bila faktor risiko tinggi maka diusahakan
memilih populasi penelitian yang berasal dari masyarakat umum (komunitas).
Sebaliknya, bila faktor risiko rendah atau jarang diketemukan, maka populasi
9
penelitian dapat dipilih dari orang-orang (individu) yang mempunyai risiko tinggi
untuk menderita penyakit yang diteliti.
3. Frekuensi penyakit di mana semakin kecil atau rendah frekuensi kejadian
penyakit dalam masyarakat, semakin besar sampel yang diperlukan, yang disertai
dengan waktu follow up yang lebih lama.
4. Derajat sensitivitas pengamatan dimana setiap peningkatan faktor risiko
dengan presisi yang tinggi akan menyebabkan ukuran besarnya sampel yang
diperlukan akan menjadi bertambah besar pula.
5. Representatif populasi penelitian, artinya populasi yang dipilh sedapat
mungkin mendekati ciri-ciri yang diinginkan untuk dianalisis, baik untuk
kelompok studi maupun untuk kelompok kontrol.
6. Tingkat asesibilitas, artinya populasi yang dipilih harus mampu memberikan
informasi lengkap mengenai segala sesuatunya yang berhubungan dengan faktor
risiko dan proses terjadinya penyakit.
2.4.3 Besarnya sampel
Sebagaimana diketahui bahwa pada hipotesis nol (Ho) biasanya dinyatakan
bahwa besarnya kelompok yang akan menderita penyakit yang diteliti pada
kelompok terpapar tidak berbeda dengan kelompok yang tidak terpapar sehingga
nilai Risiko Relatifnya menjadi satu (RR = 1). Sedangkan hipotesis alternant dapat
bersifat satu sisi atau dua sisi dengan RR > 1 atau RR < 1 atau tidak sama dengan
satu (RR ≠ 1). Dalam menentukan besarnya sampel pada penelitian ini, umumnya
pada sebagian kasus, besarnya RR dan P2 ditentukan terlebih dahulu sedangkan P1
dihitung dari kedua nilai tersebut. Besarnya sampel untuk pengujian dua sisi
menjadi:
2.4.4 Sumber keterangan keterpaparan
Sumber keterangan tentang adanya dan besarnya derajat keterpaparan dapat
diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya kebenarannya.
1. Dari status/kartu pemeriksaan kesehatan berkala dengan berbagai sifat tertentu
seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain lain.
10
2. Dari kartu pelayanan kesehatan khusus seperti kartu KB, kartu pengobatan
radiologis dan lain lain.
3. Wawancara langsung dengan anggota kohor, terutama tentang kebiasaan sehari
hari seperti merokok, pola makanan, kebiasaan olah raga dan lain lain.
4. Keterangan hasil pemeriksaan Lingkungan (fisik, biologis dan sosial) termasuk
lingkungan kerja, tempat tinggal, dan lain lain.
2.4.5 Identifikasi Subjek
Subjek pada pengamatan kohor dapat dengan efek negatif maupun dengan efek
positif. Pada studi kohor prospektif umpamanya, kedua kondisi ini dapat terjadi pada
akhir pengamatan di mana efek positif dan negatif dapat dijumpai baik pada
kelompok terpapar (kelompok target) maupun pada kelompok yang tidak terpapar
(kelompok kontrol). Pada pengamatan kohor prospektif dengan kontrol internal,
kelompok kontrol terbentuk secara alamiah, artinya diambil dari populasi kohor yang
tidak terpapar dengan faktor resiko yang diamati.
Pada bentuk kohor dengan pembanding internal seperti ini, mempunyai
keuntungan tersendiri karena: pertama, kedua kelompok (target dan kontrol) berasal
dari populasi yang sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok tersebut dapat
dilakukan follow-up dengan tata cara dan waktu yang sama.
Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko pada kelompok target
dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa taktor risiko internal (seperti
rentannya kelompok target terhadap gangguan kesehatan atau penyakit tertentu),
dapat pula sebagai faktor risiko eksternal (umpamanva adanya faktor lingkungan
atau perilaku maupun kepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah
seseorang terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). Di samping itu, pada
kelompok kontrol internal. Perbedaan faktor risiko antara dua kelompok yang
diamati dapat pula hanya berbeda pada intensitas, kualitas, dan waktu keterpaparan,
umpamanva perokok aktif dan mereka yang berada di sekitar perokok aktif tersebut.
Pada penelitian kohor, pemilihan anggota kelompok kontrol biasanya tidak
diperlukan teknik matching (penyesuaian) dengan anggota kelompok target, terutama
bila subjek yang diteliti jumlahnya cukup besar, atau bila proporsi subjek dengan
faktor risiko (kelompok target) jauh lebih besar bila dibanding dengan kelompok
kontrol. Namun dalam beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu
dipertimbangkan, misalnya apabila peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh
11
pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel terbatas,
atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil bila dibanding
dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila variabel luar cukup banyak
ragamnya, teknik matching akan sulit dilakukan, dan apabila tetap dipaksakan, akan
mengakibatkan jumlah subjek akan lebih kecil sehingga sulit mengambil kesimpulan
yang definitif.
Untuk penelitan kohor, perlu mendapatkan perhatian utama dalam menentukan
hasil luaran secara standar, apa positif atau negatif (menderita atau tidak menderita
penyakit yang diteliti). Pada penelitian ini kemungkinan timbulnya negatif palsu
cukup besar bila tidak dilakukan standar penentuan diagnosis.
2.4.6 Memilih kelompok kontrol (pembanding)
Kelompok kontrol dalam penelitian kohor adalah kumpulan subjek yang tidak
mengalami pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan kelompok target.
Perbedaan antara kelompok target dengan kelompok kontrol dapat dalam beberapa
bentuk.
Pada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target dengan variabel
taktor risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol tanpa variabel tersebut pada
populasi vang sama.
Subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya berupa variabel lingkungan,
di mana kelompok target berada/hidup pada lingkungan tersebut sedangkan
kelompok kontrol bebas dari pengaruh lingkungan bersangkutan.
Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol dipilih dari
mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit (intensitas, kualitas,
kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih rendah) dibanding kelompok target.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pemilihan kelompok kontrol pada
rancangan kohor biasanya tidak disertai dengan teknik matching. Keadaan tanpa
teknik matching biasanya pada pemilihan kelompok kontrol seperti berikut.
Penelitian yang melibatkan subjek yang besar.
Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok yang
terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan kelompok tanpa
risiko (kontrol).
Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada pemilihan
kelompok kontrol adalah pada kondisi berikut.
12
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko secara teliti
dan mendalam.
Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.
Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.
2.4.7 Pengamatan hasil luaran (timbulnya kejadian)
Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan secara
bersamaan selama jangka waktu tertentu. Lamanya waktu pengamatan prospektif
kohor tergantung pada karakteristik penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul,
dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan
penyakit/masalah kesehatan yang diteliti. Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya
timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya HBs-Ag
positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat sampai puluhan
tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok pasif (asap rokok sebagai
faktor risiko) dengan keadaan kelahiran bayi (BBLR) dari satu proses kehamilan
dibutuhkan masa pengamatan hanya 9 bulan untuk setiap subjek.
Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan hanya
pengamatan tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir,
tetapi dapat pula dengan pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati secara
periodik menurut interval waktu tertentu, termasuk pengamatan pada akhir
penelitian. Di samping itu, dapat pula dilakukan analisis perbandingan antara
kelompok target dan kelompok kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu
sebagai unit analisis sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan
skala rasio.
Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat harus
dilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk
mengurangi bias, sebaiknya penilaian dilakukan dengan sistem "blind" di mana
penilai tidak mengetahui apakah yang dinilainya adalah kelompok target atau
kelompok kontrol, walaupun hal demikian agak sulit diterapkan.
Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohor adalah
hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada pengamatan
yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu bila sejak awal diketahui
bahwa ada subjek yang akan berpindah tempat, sebaiknya tidak diikutsertakan pada
penelitian. Bila subjek dipilih dengan teknik matching, maka setiap subjek yang
hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari pengamatan. Apabila
13
jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar, pengamatan harus
dihentikan.
Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang dari pengamatan, dapat
dilakukan perhitungan person years pada akhir pengamatan.
1. Subjek menolak ikut/drop-out selama penelitian, sedangkan kegiatan penelitian
tetap teruskan, dapat dilakukan analisis hasil sebagai berikut :
usahakan keterangan tentang keadaan insiden mereka yang drop-out/menolak
ikut;
bandingkan sifat karakteristik tertentu mereka yang menolak/drop out dengan
populasi kohor
follow up mereka yang menolak drop out melalui sarana lain; dan
melakukan pemeriksaan berkala yang lebih sering pada kelompok kohor untuk
menilai kecenderungan penyakit yang diteliti dari waktu ke waktu.
2. Perhitungan person years dilakukan terutama pada:
anggota kohor memasuki kelompok penelitian tidak bersamaan waktunya;
sejumlah anggota kohor meninggal atau drop-out selama masa penelitian
3. Perhitungan hasil akhir pada mereka yang drop out :
adakan perhitungan nilai rate maksimal (mereka yang ; drop out dianggap
menderita semua);
adakan perhitungan dengan rate minimal (mereka yang drop out dianggap
tidak
menderita);
adakan perhitungan dengan menganggap yang drop out sama keadaannya
dengan yang tidak drop out; dan
adakan perhitungan dengan menambahkan penyebut sebesar setengah dari
jumlah drop out.
Follow-up terhadap subjek, baik sebelum, selama, atau setelah mengalami
keterpaparan merupakan hal yang cukup penting dan sangat mempengaruhi hasil
luaran penelitian kohor. Penentuan dimulainya follow-up merupakan hal yang
penting dan berbagai hasil yang diamati sangat dipengaruhi oleh waktu awal follow-
up tersebut. Hal ini erat hubungannya dengan awal keterpaparan maupun awal setiap
anggota kelompok memasuki pengamatan. Hal lain yang juga sangat penting dalam
penelitian ini adalah lamanya masa pengamatan. Sebagaimana dikatakan
14
sebelumnya, bahwa lama pengamatan sangat tergantung pada sifat dan jenis penyakit
yang diamati.
2.4.8 Perhitungan hasil penelitian (insinden dan risiko)
Hasil penelitian kohort biasanya dianalisis berdasarkan besarnya insiden
kejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Dalam analisis demikian ini, selain mereka yang tidak
terpapar sebagai kelompok kontrol, juga dimungkinkan membandingkan tingkat
keterpaparan yang berbeda antara kelompok target dengan kelompok kontrol. Hasil
perhitungan adalah dengan menentukan besarnya pengaruh keterpaparan atau
hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil luaran (efek).
Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor
keterpaparan terhadap kejadian adalah tingkat risiko relatif (RR).
Risiko relatif (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif (Cumulatif Incidence
Ratio) adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (lebih besar atau lebih kecil)
risiko secara relatif untuk mengalami kejadian (penyakit atau kematian) pada
populasi terpapar bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar. Perhitungan
RR dapat dilihat pada contoh tabel di atas tadi.
Besarnya rate insiden (IR) umum : Jumlah penderita/jumlah yang diamati (ingat
perhitungan terhadap drop out dan Iain-lain):
15
Besarnya rate insiden kelompok terpapar (IRT): Jumlah penderita dari kelompok
terpapar/ jumlah semua anggota kohor yang terpapar:
Besarnya rate insiden yang tidak terpapar (IR ) : Jumlah penderita dari kelompok
yang tidak terpapar/jumlah anggota kohor yang tidak terpapar.
Besarnya risk relatif (RR) : rate insiden yang terpapar/rate insiden yang tidak
terpapar.
Nilai RR menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk menderita bagi
mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang tidak terpapar atau
memperlihatkan besarnya pengaruh keterpaparan terhadap timbulnya penyakit.
Risiko relatif merupakan nilai perbandingan (rasio) antara rate insiden kelompok
terpapar dengan rate insiden kelompok yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan.
Bila nilai RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan dengan kejadian
penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positif di mana faktor keterpaparan
mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati. Makin besar nilai RR,
makin besar pula nilai kelipatan pengaruh tersebut. Sedangkan bila nilai RR < 1,
artinya faktor keterpaparan bukan merupakan risiko kejadian penyakit, tetapi
mempunyai efek pencegahan terjadinya penyakit.
Selain nilai risiko relatif tersebut di atas, dikenal pula nilai perbedaan rate
insiden dari kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini disebut risiko atribut
(Attributable Risk). Besarnya risiko atribut (RA) adalah selisih antara rate insiden
kelompok terpapar dengan rate insiden kelompok yang tidak terpapar.
16
Nilai RA ini menunjukkan besarnya pengaruh bila faktor keterpaparan
dihilangkan atau untuk melihat besarnya kemungkinan dalam usaha pencegahan
penyakit. Kedua nilai tersebut di atas mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif
menunjukkan berapa besarnya pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian
penyakit maupun kematian, sedangkan risiko atribut mempunyai kepentingan dalam
kesehatan masyarakat di mana frekuensi kejadian dapat diperki-rakan pada suatu
populasi tertentu.
Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohort, harus dianalisis
apakah setiap nilai yang diperoleh pada pengamatan, memenuhi syarat serta betul-
betul sesuai dengan ketentuan penelitian. Di samping itu, nilai yang dicapai harus
memberikan gambaran hubungan penyebab (causality associated) dengan
memperhatikan syarat-syarat yang telah dikemukakan terdahulu. Di bawah ini
diberikan suatu contoh perbandingan antara nilai risiko relatif dengan risiko atribut
antara perokok ringan dengan perokok berat untuk penyakit kanker paru-paru dengan
penyakit jantung kardiovaskuler.
Dari tabel tersebut tampak bahwa risiko relatif kanker paru-paru dengan
perokok berat sampai 32 kali dan jauh lebih besar bila dibanding dengan penyakit
jantung kardiovaskuler, tetapi resiko atribut keduanya hampir sama.
Contoh: Penelitian tentang hubungan antara kehamilan di luar rahim dengan
pemakaian IUD. Untuk penelitian ini diambil sebanyak 100 orang yang memakai
IUD dan 100 orang bukan pemakai IUD sebagai kelompok kontrol. Dari hasil
pengamatan selama 5 tahun menunjukkan bahwa dari 100 orang akseptor IUD
terdapat insidens kehamilan di luar rahim sebanyak 15 orang dan pada kelompok
kontrol sebanyak 7 orang. Hitunglah besarnya resiko relatifnya!
Kehamilan Di Luar Rahim
Pemakaian IUDHamil di luar rahim
Hamil tidak di luar rahim
Memakai IUD 15 85
17
Tidak memakai IUD 7 93
RR =
aa+b
cc+d
=
15100
7100
= 2,142
RR > 1 artinya ada pengaruh positif di mana faktor keterpaparan (pemakaian IUD)
mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati (kehamilan di luar
rahim).
2.5 Kelebihan Studi Kohort
Ada beberapa kelebihan dari penelitian kohor bila dibanding dengan bentuk
penelitian epidemiologi lainnya;
1. Pada prinsipnya, penelitian ini memberikan gambaran yang cukup lengkap
tentang pengaruh dan sifat keterpaparan (hubungan keterpaparan dengan kejadian
penyakit serta sifat penyakit yang diteliti).
2. Memungkinkan mengamati/meneliti pengaruh efek ganda dari suatu sifat
keterpaparan (penyebab) sehingga dapat memberikan gambaran besarnya
pengaruh taktor keterpaparan seperti halnya pengaruh taktor risiko.
3. Memungkinkan perhitungan rate secara langsung yakni insiden penyakit pada
kelompok terpapar dan tidak terpapar.
4. Memungkinkan mencatat berbagai variabel yang dapat ditemukan/diamati secara
jelas dan sistematis.
5. Memungkinkan melakukan quality control (pengawasan kualitas) dalam setiap
pengukuran variabel yang diamati.
2.6 Kekurangan Studi Kohort
Adapun keterbatasan studi ini, yaitu:
1. Membutuhkan jumlah penduduk yang cukup besar untuk pengamatan penyakit
yang jarang terjadi dalam masyarakat (rate insidennya rendah).
2. Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk follow up pengamatan.
3. Kemungkinan pada faktor keterpaparan, sifat karakteristik penduduk atau jenis
kegiatan kelompok yang diamati mengalami perubahan selama pengamatan,
yang; dapat menyebabkan hasil akhir kurang relevan.
4. Biaya penelitian umumnya relatif mahal.
5. Dalam pelaksanaan follow up yang cukup lama, berbagai kesulitan dapat timbul
sehingga mengganggu follow up.
18
6. Kontrol terhadap variabel eksternal/variabel yang tidak diperhitungkan mungkin
kurang lengkap dan mempengaruhi hasil penelitian.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Studi kohort merupakan salah satu studi analitik observasional
noneksperimental yang beertujuan mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tak
terpapar. Kelompok-kelompok studi dengan karakteristik tertentu yang sama (yang
pada awalnya bebas penyakit) tetapi memiliki tingkat paparan yang berbeda
kemudian dibandingkan insidensi penyakit yang dialaminya selama periode waktu
tertentu. Istilah lain adalah penelitian kohort/forward study/follow up variabel sebab
yang saat ini ada, diikuti akibatnya pada saat nanti dalam waktu tertentu. Ada 2 studi
kohort yaitu kohort prospektif dan kohort retrospektif. Dalam menentukan hasil studi
ditentukan nilai resiko relatif (RR) yang menyatakan besarnya risiko (kemungkinan)
untuk menderita bagi mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang tidak
terpapar atau memperlihatkan besarnya pengaruh keterpaparan terhadap timbulnya
penyakit. Bila nilai RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan dengan
kejadian penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positif di mana faktor
keterpaparan mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati. Makin
besar nilai RR, makin besar pula nilai kelipatan pengaruh tersebut. Sedangkan bila
nilai RR < 1, artinya faktor keterpaparan bukan merupakan risiko kejadian penyakit,
tetapi mempunyai efek pencegahan terjadinya penyakit. Studi kohort khususnya
digunakan dalam penelitian epidemiologi memiliki kelebihan dan kekurangan yang
dapat disesuaikan dengan studi yang kita lakukan.
3.2 Saran
3.2.1 Studi kohort digunakan dengan melihat adanya kelebihan dan kekurangan sehingga
dapat disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan khususnya dalam kasus
kesehatan reproduksi.
19
3.2.2 Perlu diberikan contoh kasus studi kohort yang lebih bervariasi khususnya dalam
kesehatan reproduksi
DAFTAR PUSTAKA
Gordis, Leon. 2004. Epidemiology. Philadelphia : Elsevier SaundersBudiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : Penerbit EGCSastroasmoro, Sudigdo dkk. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta :
Binarupa AksaraNoor, Nur Nasry. 2000. Pengantar Epidemiologi. Makasar : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin
18
20
STUDI EPIDEMIOLOGI KOHORT
TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Susilowati Andajani, dr., MS.
Oleh:
Hartini Sri Utami(011314653010)
19
21
PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN REPRODUKSIFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya
makalah Studi Epidemiologi Kohort telah disusun sebagai tugas mata kuliah Epidemiolgi
Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya.
Kami sampaikan terima kasih kepada Dr. Hj. Susilowati Andajani, dr., MS. selaku
dosen pengampu mata kuliah Epidemiologi yang telah memberikan tambahan ilmu dan
menjadi fasilitator diskusi kami untuk mengembangkan ilmu mengenai Epidemiologi.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik
dalam penulisan maupun isi. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf dan mengucapkan
banyak terima kasih atas masukan serta saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami selaku penyusun maupun para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Sidoarjo, 20 April 2015
Penyusun
22
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................iKATA PENGANTAR.........................................................................................................iiDAFTAR ISI.......................................................................................................................iiiBAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................11.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.2.1 Tujuan Umum.......................................................................................11.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................2
1.3 Sistematika Penulisan.....................................................................................21.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................32.1 Definisi Studi Kohort.....................................................................................32.2 Karakteristik Studi Kohort.............................................................................42.3 Bentuk-Bentuk Studi Kohort..........................................................................42.4 Langkah-Langkah Studi Kohort.....................................................................72.5 Kelebihan Studi Kohort..................................................................................172.6 Kekurangan Studi Kohort...............................................................................17
BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................183.1 Kesimpulan.....................................................................................................183.2 Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19
top related