modul.mercubuana.ac.id... · web viewuntuk mencapai hal tersebut, di negara kita saat itu digunakan...
Post on 06-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Ruang lingkup mata kuliah kewarganegaraan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Dosen
FEB AKUNTANSI 01 A11326EL Matsani abdul rahman, SE.,MM.
Deskripsi KompetensiBab ini akan mempelajari pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. Pada tahap selanjutnya Anda diminta mengerti mengenai pelaksanaan demokrasi di Indonesia dan dapat membandingkan dengan demokrasi di negara lain.
Mahasiswa mampu memahami demokrasi antara teori dan pelaksanaannya di Indonesia
A. Pengantar Arti, Makna dan Manfaat Demokrasi
ada saat ini banyak dibahas tentang pemilihan langsung kepala daerah
(Pilkada) dan pemilihan presiden (pilpres), dimana rakyat dapat
menyampaikan aspirasi atau suaranya secara langsung dalam memilih
pimpinan daerah dan negara tersebut dilangsungkan dengan suasana LUBER
(langsung, umum, bebas dan rahasia). Fenomena, dimana rakyat memilih langsung
pimpinan pemerinthan ini dikenal dengan istilah ‘demokrasi’.
PDemokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat,
kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat, yaitu
pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan.
Di dalam The Advanced Leaner’s Dictionary of Current English (Hornby, dan
kawan-kawan : 261) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan democracy adalah
“(1) country with principles of government in which all adult citizens share
through their ellected representatives; (2) country with government which
encourages and allows rights of citizenship such as freedom of speech,
religion, opinion, and association, the assertion of rule of law, majority rule,
accompanied by respect for the rights of minorities, (3) society in which there
is treatment of each other by citizens as equals”.
Dari kutipan pengertian tersebut tampak bahwa kata demokrasi merujuk
kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat, dimana warga negara dewasa
turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih melalui pemilu.
Pemerintah di negara demokrasi juga mendorong dan menjamin kemerdekaan
berbicara, beragama, berpendapat, berserikat setiap warga negara, menegakkan
rule of law, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak kelompok
minioritas; dan masyarakat yang warga negaranya saling memberi peluang yang
sama untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Manfaat Demokrasi
Kehidupan masyarakat yang demokratis, dimana kekuasaan negara berada
di tangan rakyat dan dilkukan dengan sistem perwakilan, dan adanya peran aktif
masyarakat dapat memberikan manfaat bagi perkembangan bangsa, negara dan
masyarakat. Manfaat demokrasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kesetaraan sebagai Warga NegaraDemokrasi bertujuan memperlakukan semua orang adalah sama dan
sederajat. Prinsip kesetaraan tidak hanya menuntut bahwa kepentingan
setiap orang harus diperlakukan sama dan sederajat dalam kebijakan
pemerintah, tetapi juga menuntut perlakuan yang sama terhadap pandangan-
pandangan atau pendapat dan pilihan setiap warga negara.
2. Memenuhi Kebutuhan-kebutuhan UmumDibandingkan dengan pemerintahan tipe lain seperti sosialis dan fasis,
pemerintahan yang demokratis lebih mungkin untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan rakyat biasa. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan
kebijakan, semakin besar pula kemungkinan kebijakan itu mencerminkan
keinginan dan aspirasi-aspirasi rakyat. Rakyat biasalah yang merasakan
pengaruh kebijakan-kebijakan pemerintah dalam praktiknya, dan kebijakan
pemerintah dapat mencerminkan keinginan rakyat hanya jika ada saluran-
saluran pengaruh dan tekanan yang konsisten dan efektif dari bawah.
3. Pluralisme dan KompromiDemokrasi mengandalkan debat terbuka, persuasi dan kompromi. Penekanan
demokrasi pada debat tidak hanya mengasumsikan adanya perbedaan-
perbedaan pendapat dan kepentingan pada sebagian besar masalah
kebijakan, tetapi juga menghendaki bahwa perbedaan-perbedaan itu harus
dikemukakan dan didengarkan. Dengan demikian, demokrasi mengisyaratkan
kebhinekaan dan kemajemukan dalam masyarakat maupun kesamaan
kedudukan diantara para warga negara. Dan ketika kebhinekaan seperti itu
terungkap, metode demokratis untuk mengatasi perbedaan-perbedaan adalah
lewat diskusi, persuasi, kompromi dan bukan dengan pemaksaan atau
pameran kekuasaan.
4. Menjamin Hak-hak Dasar
Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan dasar. Diskusi terbuka sebagai
metode mengungkapkan dan mengatasi masalah-masalah perbedaan dalam
kehidupan sosial tidak dapat terwujud tanpa kebebasan-kebebasan yang
ditetapkan dalam konvensi tentang hak-hak sipil dan politis: hak kebebasan
berbicara dan berekspresi, hak berserikat dan berkumpul, hak bergerak, dan
hak untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan diri. Negara-negara
demokrasi dapat diandalkan untuk melindungi hak-hak tersebut. Hak-hak itu
memungkinkan pengembangan diri setiap individu dan memungkinkan
terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih baik.
5. Pembaruan Kehidupan SosialDemokrasi memungkinkan terjadinya pembaruan kehidupan sosial.
Penghapusan kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan
penggantian para politisi dilakukan dengan cara yang santun dan damai,
menjadikan sistem demokratis mampu menjamin pembaruan kehidupan
sosial. Hal ini juga memuluskan proses alih generasi tanpa pergolakan atau
kekacauan pemerintahan yang biasanya mengikuti pemberhentian tokoh
kunci dalam rezim nondemokratis.
B. Nilai-nilai DemokrasiKehidupan demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan
sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Demokrasi
memerlukan usaha nyata setiap warga negara dan perangkat pendukungnya dan
dijadikannya demokrasi sebagai pandangan hidup (way of life) dalam kehidupan
bernegara.
Sebuah pemerintahan yang baik dapat tumbuh dan stabil bila masyarakat
pada umumnya punya sikap positif dan proaktif terhadap norma-norma dasar
demokrasi. Oleh sebab itu, harus ada keyakinan yang luas di masyarakat bahwa
demokrasi adalah sistem pemerintahan yang luas di masyarakat bahwa demokrasi
adalah sistem pemerintahan yang terbaik dibanding dengan sistem lainnya. Untuk
menumbuhkan keyakinan akan baiknya sistem demokrasi, maka harus ada pola
perilaku yang menjadi tuntunan atau norma/nilai-nilai demokrasi yang diyakini
masyarakat. Nilai-nilai dari demokrasi membutuhkan hal-hal berikut:
1. Kesadaran akan pluralisme. Masyarakat yang hidup demokratis harus
menjaga keberagaman yang ada di masyarakat. Demokrasi menjamin
keseimbangan hak dan kewajiban setiap warga negara. Maka kesadaran
akan pluralitas sangat penting dimiliki bagi rakyat Indonesia sebagai bangsa
yang sangat beragam dari sisi etnis, bahasa, budaya, agama dan potensi
alamnya.
2. Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat. Pengambilan keputusan didasarkan
pada prinsip musyawarah mufakat, dan memerhatikan kepentingan
masyarakat pada umumnya. Pengambilan keputusan dalam demokrasi
membutuhkan kejujuran, logis atau berdasar akal sehat dan tercapai dengan
sumber daya yang ada. Demokrasi membutuhkan sikap tulus setiap orang
untuk beritikad baik.
3. Demokrasi membutuhkan kerja sama antarwarga masyarakat dan sikap serta
itikad baik. Demokrasi membutuhkan kerjasama antar anggota masyarakat,
untuk mengambil keputusan yang disepakati semua pihak. Masyarakat yang
terkotak-kotak dan penuh curiga kepada masyarakat lainnya mengakibatkan
demokrasi tidak berjalan dengan baik.
4. Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan. Demokrasi mengharuskan
adanya kesadaran untuk dengan tulus menerima kemungkinan kompromi
atau kekalahan dalam pengambilan keputusan. Semangat demokrasi
menuntut kesediaan masyarakat untuk memberikan kritik yang membangun,
disampaikan dengan cara yang sopan dan bertanggung jawab untuk
kemungkinan menerima bentuk-bentuk tertentu.
5. Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral. Demokrasi mewajibkan
adanya keyakinan bahwa cara mencapai kemenangan haruslah sejalan
dengan tujuan dan berdasarkan moral serta tidak menghalalkan segala cara.
Demokrasi memerlukan pertimbangan moral atau keluhuran akhlak menjadi
acuan dalam berbuat dan mencapai tujuan.
Demokrasi yang dilakukan dengan lima nilai sebagaimana disebutkan yaitu
menghargai keberagaman, dilakukan dengan jujur dan menggunakan akal sehat,
dilaksanakan dengan kerja sama antar warga negara, didasari sikap dewasa dan
mempertimbangkan moral, maka setiap keputusan dan tingkah laku akan efisien dan
efektif serta pencapaian tujuan masyarakat adil dan makmur akan lebih mudah
tercapai.
C. Prinsip dan Parameter DemokrasiSuatu negara atau pemerintahan dikatakan demokratis apabila dalam sistem
pemerintahannya mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut Robert A. Dahl
terdapat tujuh prinsip demokrasi yang harus ada dalam sistem pemerintahan, yaitu :
1. Adanya kontrol atau kendali atas keputusan pemerintahan. Pemerintah dalam
hal ini Presiden, Kabinet dan Pemerintah daerah bertugas melaksanakan
pemerintahan berdasar mandat yang diperoleh dari pemilu. Namun demikian,
dalam melaksanakan pemerintahan, pemerintah bukan bekerja tanpa batas.
Pemerintah dalam mengambil keputusan masih dikontrol oleh lembaga
legislatif yaitu DPR dan DPRD. Di Indonesia kontrol tersebut terlihat dari
keterlibatan DPR dalam penyusunan anggaran, penyusunan peraturan
perundangan dan melakukan uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test)
untuk pengangkatan pejabat negara yang dilakukan oleh pemerintah.
2. Adanya pemilihan yang teliti dan jujur. Demokrasi dapat berjalan dengan baik
apabila adanya partisipasi aktif dari warga negara dan partisipasi tersebut
dilakukan dengan teliti dan jujur. Suatu keputusan tentang apa yang dipilih,
didasarkan pengetahuan warga negara yang cukup dan informasi yang akurat
dan dilakukan dengan jujur.
3. Adanya hak memilih dan dipilih. Demokrasi berjalan apabila setiap warga
negara mendapatkan hak pilih dan dipilih. Hak memilih untuk memberikan
hak pengawasan rakyat terhadap pemerintahan, serta memutuskan pilihan
yang terbaik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai rakyat. Hak dipilih
memberikan kesempatan kepada setiap warga negara yang mempunyai
kemampuan dan kemauan serta memenuhi persyaratan untuk dipilih dalam
menjalankan amanat dari warga pemilihnya.
4. Adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman. Demokrasi
membutuhkan kebebasan dalam menyampaikan pendapat, berserikat dengan
rasa aman. Apabila warga negara tidak dapat menyampaikan pendapat atau
kritik dengan lugas, maka saluran aspirasi akan tersendat, dan pembangunan
tidak akan berjalan dengan baik.
5. Adanya kebebasan mengakses informasi. Demokrasi membutuhkan informasi
yang akurat, untuk itu setiap warga negara harus mendapatkan akses
informasi yang memadai. Keputusan pemerintah harus disosialisasikan dan
mendapakan persetujuan DPR, serta menjadi kewajiban pemerintah untuk
memberikan informasi yang benar, disisi lain DPR dan rakyat dapat juga
mencari informasi, sehingga antara pemerintah dan DPR mempunyai
informasi yang akurat dan benar.
6. Adanya kebebasan berserikat yang terbuka. Kebebasan untuk berserikat ini
memberikan dorongan bagi warga negara yang merasa lemah, dan untuk
memperkuatnya membutuhkan teman atau kelompok dalam bentuk serikat.
Adanya serikat pekerja, terbukanya sistem politik memungkinkan rakyat
memberikan aspirasi secara terbuka dan lebih baik.
Bagaimana dengan kondisi di Indonesia, apakah sudah menerapkan prinsip-
prinsip demokrasi? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab hanya dengan ya atau tidak.
Sistem kontrol sudah ada yaitu DPR dan perannya sudah meningkat, namun
seringkali adanya intervensi dari partai politik atau pemerintah membuat anggota
DPR tidak dapat bekerja secara optimal. Kebebasan berserikat dan berpolitik juga
sudah dijamin undang-undang. UU Nomor 21 Tahun 2001 dan UU Nomor 13 tahun
2003 menjamin kebebasan warga negara untuk berserikat dan berkumpul. Prinsip
hak dipilih dan memilih juga sudah dikembangkan. Pemilihan anggota DPR saat ini
sudah memilih nama, sehingga anggota DPR adalah pilihan langsung dari rakyat,
namun demikian adanya sistem anggota DPR yang tidak memenuhi kuota suara,
maka urutan nomor menjadi ketentuan untuk seseorang menjadi anggota DPR
mengakibatkan prinsip ini belum berjalan optimal. Prinsip pemilihan yang jujur dan
teliti juga sudah berkembang dengan baik terlihat dari hasil Pilkada yang tidak terlalu
bermasalah. Dari 150 lebih Pilkada, ternyata hanya beberapa saja yang bermasalah
seperti di Depok. Dengan memerhatikan kondisi tersebut, prinsip demokrasi
sebenarnya sudah dikembangkan di Indonesia, namun prinsip tersebut belum
optimal dilaksanakan atau memerlukan perbaikan dalam pelaksanaannya.
Seperti dikemukakan di atas, di Indonesia, prinsip-prinsip negara demokratis
telah dilakukan, walaupun masih ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya.
Untuk mengukur seberapa jauh kadar demokrasi sebuah negara, diperlukan suatu
ukuran atau parameter. Parameter untuk mengukur demokrasi dapat dilihat dari
empat hal yaitu :
1. Pembentukan pemerintahan melalui pemilu. Terbentuknya suatu
pemerintahan dilakukan dalam sebuah pemilihan umum yang dilaksanakan
dengan jujur dan teliti. Pemerintahan yang dihasilkan dari pemilu diharapkan
dapat menggambarkan keinginan rakyat sehingga memudahkan dalam
mencapai tujuan yang ingin dicapai rakyat.
2. Sistem pertanggungjawaban pemerintahan. Pemerintah yang dihasilkan dari
pemilu harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
dalam periode tertentu. Di Indonesia, Presiden memberikan
pertanggungjawaban kepada MPR.
3. Pengaturan sistem dan distribusi kekuasaan negara. Kekuasaan negara
dijalankan secara distributif untuk menghindari penumpukan kekuasaan
dalam satu tangan. Penyelenggaraan kekuasaan negara haruslah diatur
dalam suatu tata aturan perundang-undangan yang membatasi dan sekaligus
memberikan petunjuk dalam pelaksanaannya. Beberapa aturan tersebut
adalah pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif dan yudikatif.
4. Pengawasan oleh rakyat. Demokrasi membutuhkan sistem pengawasan oleh
rakyat terhadap jalannya pemerintahan, sehingga terjadi mekanisme yang
memungkinkan check and balance terhadap kekuasaan yang dijalankan
eksekutif dan legislatif.
D. Jenis-jenis DemokrasiSejauh ini sudah dibahas pengertian, manfaat, prinsip dan indikator
demokrasi. Pada bagian ini, akan dibahas jenis-jenis demokrasi. Demokrasi ada
beberapa jenis yang disebabkan perkembangan dalam pelaksanaannya di berbagai
kondisi dan tempat.
1. Demokrasi Berdasarkan Cara Menyampaikan Pendapata. Demokrasi langsung
Dalam demokrasi langsung rakyat diikutsertakan dalam proses
pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintahan.
b. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Demokrasi ini dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya
melalui Pemilu. Rakyat memilih wakilnya untuk membuat keputusan
politik. Aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
Demokrasi ini merupakan campuran antara demokrasi langsung dengan
demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakilnya untuk duduk di dalam
lembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat dalam menjalankan
tugasnya diawasi rakyat melalui referendum dan inisiatif rakyat.
Demokrasi seperti ini antara lain dijalankan di Swiss. Referendum adalah
pemungutan suara untuk mengetahui kehendak rakyat secara langsung.
Referendum diklasifikasikan menjadi tiga :
1) Referendum wajib
Referendum ini dilakukan ketika ada perubahan atau pembentukan
norma penting dan mendasar dalam UUD (konstitusi) atau UU yang
sangat politis. UUD atau UU yang telah dibuat oleh lembaga
perwakilan rakyat dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
rakyat melalui pemungutan suara terbanyak. Jadi referendum ini
dilaksanakan untuk meminta persetujuan rakyat terhadap hal yang
dianggap sangat penting atau mendasar.
2) Referendum tidak wajib
Referendum ini dilaksanakan jika dalam waktu tertentu setelah
rancangan undang-undang diumumkan, sejumlah rakyat mengusulkan
diadakan referendum. Jika dalam waktu tertentu tidak ada permintaan
dari rakyat, rancangan undang-undang itu dapat menjadi undang-
undang yang bersifat tetap.
3) Referendum konsultatif
Referendum ini hanya sebatas meminta persetujuan, karena rakyat
tidak mengerti permasalahannya, pemerintah meminta pertimbangan
pada ahli bidang tertentu yang berkaitan dengan permasalahan
tersebut.
2. Demokrasi Berdasarkan Titik Perhatian atau Prioritasa. Demokrasi formal
Demokrasi ini secara hukum menempatkan semua orang dalam
kedudukan yang sama dalam bidang politik, tanpa mengurangi
kesenjangan ekonomi. Individu diberi kebebasan yang luas, sehingga
demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal.
b. Demokrasi material
Demokrasi material memandang manusia mempunyai kesamaan dalam
bidang sosial-ekonomi, sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi
prioritas. Demokrasi semacam ini dikembangkan di negara sosialis-
komunis.
c. Demokrasi campuran
Demokrasi ini merupakan campuran dari kedua demokrasi tersebut di
atas. Demokrasi ini berupaya menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat
dengan menempatkan persamaan derajat dan hak setiap orang.
3. Berdasarkan Prinsip Ideologia. Demokrasi liberal
Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas pada individu. Campur
tangan pemerintah diminimalkan bahkan ditolak. Tindakan sewenang-
wenang pemerintah terhadap warganya dihindari. Pemerintah bertindak
atas dasar konstitusi (hukum dasar).
b. Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar
Demokrasi ini bertujuan menyejahterakan rakyat. Negara yang dibentuk
tidak mengenal perbedaan kelas. Semua warga negara mempunyai
persamaan dalam hukum dan politik.
4. Berdasarkan Wewenang dan Hubungan antar Alat Kelengkapan Negaraa. Demokrasi sistem parlementer
Ciri-ciri pemerintahan parlementer antara lain :
1) DPR lebih kuat daripada pemerintah.
2) Kepala pemerintahan/kepala eksekutif disebut Perdana Menteri dan
memimpin kabinet dengan sejumlah menteri yang bertanggung jawab
kepada DPR.
3) Program kebijakan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik anggota
parlemen.
4) Kedudukan kepala negara terpisah dari Kepala Pemerintahan,
biasanya hanya berfungsi sebagai simbol negara. Tugasnya sebagian
besar bersifat seremonial, seperti melantik kabinet dan Duta Besar
sebaai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata (kehormatan).
5) Jika pemerintah dianggap tidak mampu, maka anggota DPR
(parlemen) dapat meminta mosi tidak percaya kepada parlemen untuk
membubarkan pemerintah. Jika mayoritas anggota parlemen
menyetujui, maka pemerintah bubar, sehingga kendali pemerintahan
dipegang oleh pemerintahan sementara sampai terbentuk
pemerintahan baru hasil pemilu.
b. Demokrasi sistem presidensial
Ciri-ciri pemerintahan yang menggunakan sistem presidensial adalah
sebagai berikut :
1) Negara dikepalai presiden.
2) Kekuasaan eksekutif presiden dijalankan berdasarkan kedaulatan yang
dipilih dari dan oleh rakyat langsung atau melalui badan perwakilan.
3) Presiden mempunyai kekuasaan mengangkat dan memberhentikan
menteri.
4) Menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR melainkan kepada
Presiden. Presiden dan DPR mempunyai kedudukan yang sama
sebagai lembaga negara, dan tidak dapat saling membubarkan.
E. Pelaksanaan Demokrasi di IndonesiaDalam perjalanan sejarah bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang,
banyak pengalaman dan pelajaran yang dapat kita ambil, terutama pelaksanaan
demokrasi di bidang politik. Ada empat macam demokrasi yang pernah diterapkan
dalam kehidupan ketatanegaraan kita, yaitu Demokrasi Liberal, Demokrasi
Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila, Demokrasi Langsung pada Era Reformasi.
Keempat demokrasi tersebut dalam realisasinya mengalami kegagalan. Mengapa
demikian? Dan bagaimana pelaksanaan Demokrasi Pancasila pada era Reformasi
ini? Marilah kita simak uraian berikut.
1. Demokrasi Parlementer (Liberal)
Demokrasi Parlementer di pemerintahan kita telah dipraktikkan pada masa
berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949) kemudian dilanjutkan pada
masa berlakunya Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949 dan UUDS 1950.
Pelaksanaan Demokrasi Parlementer tersebut secara yuridis resmi berakhir pada
tanggal 5 Juli 1959 bersamaan dengan pemberlakuan kembali UUD 1945.
Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-1959), kehidupan
politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program dari suatu pemerintahan
tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan berkesinambungan. Salah satu penyebab
ketidakstabilan tersebut adalah sering bergantinya pemerintahan yang bertugas
sebagai pelaksana pemerintahan. Mengapa dalam sistem pemerintahan
parlementer, pemerintahan sering diganti? Hal ini terjadi karena dalam negara
demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer, kedudukan negara berada di
bawah DPR dan keberadaannya sangat tergantung pada dukungan DPR, dan
pemerintahan lain adalah timbulnya perbedaan pendapat yang sangat mendasar
diantara partai politik yang ada saat itu.
2. Demokrasi TerpimpinKegagalan konstituante dalam menetapkan UUD baru, yang diikuti suhu
politik yang memanas dan membahayakan keselamatan bangsa dan negara, maka
pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Dekrit
Presiden dipandang sebagai usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik
melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Untuk mencapai hal tersebut, di
negara kita saat itu digunakan Demokrasi Terpimpin.
Mengapa lahir Demokrasi Terpimpin? Demokrasi Terpimpin lahir dari
keinsyafan, kesadaran dan keyakinan terhadap keburukan yang diakibatkan oleh
praktik Demokrasi Parlementer (liberal) yang melahirkan terpecahnya masyarakat,
baik dalam kehidupan politik maupun dalam tatanan kehidupan ekonomi.
Secara konsepsional, demokrasi terpimpin memiliki kelebihan yang dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari
ungkapan Presiden Soekarno ketika memberikan amanat kepada konstituante
tanggal 22 April 1959 tentang pokok-pokok Demokrasi Terpimpin antara lain :
1) Demokrasi Terpimpin bukanlah diktator.
2) Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan
dasar hidup bangsa Indonesia.
3) Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi di segala soal kenegaraan dan
kemasyarakatan yang meliputi bidang politik, ekonomi dan sosial.
4) Inti daripada pimpinan dalam Demokrasi Terpimpin adalah permusyawaratan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
5) Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang membangun
diharuskan dalam Demokrasi Terpimpin.
Berdasarkan pokok pikiran di atas tampak bahwa Demokrasi Terpimpin tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta budaya bangsa Indonesia.
Namun dalam praktiknya, konsep-konsep tersebut tidak direalisasikan sebagaimana
mestinya, sehingga seringkali menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan
budaya bangsa. Penyebab penyelewengan tersebut, selain terletak pada presiden,
juga karena kelemahan legislatif sebagai partner dan pengontrol eksekutif, serta
situasi sosial politik yang tidak menentu saat itu.
3. Demokrasi Pancasila pada Era Orde BaruLatar belakang munculnya Demokrasi Pancasila adalah adanya berbagai
penyelewengan dan permasalahan yang dialami bangsa Indonesia pada masa
berlakunya Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin. Kedua jenis
demokrasi tersebut tidak cocok diterapkan di Indonesia yang bernapaskan
kekeluargaan dan gotong royong. Sejak lahirnya Orde Baru, diberlakukan
Demokrasi Pancasila, sampai saat ini. Secara konseptual, Demokrasi Pancasila
masih dianggap dan dirasakan paling cocok diterapkan di Indonesia. Demokrasi
Pancasila bersumberkan pada pola pikir dan tata nilai sosial budaya bangsa
Indonesia, dan menghargai hak individu yang tidak terlepas dari kepentingan sosial.
Demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa dalam menggunakan hak-hak
demokrasi haruslah disertai rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
menurut agama dan kepercayaan masing-masing, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sesuai dengan martabat dan harkat manusia, haruslah menjamin
persatuan dan kesatuan bangsa, dan harus dimanfaatkan untuk mewujudkan
keadilan sosial. Jadi, Demokrasi Pancasila berpangkal dari kekeluargaan dan
gotong royong. Semangat kekeluargaan itu sendiri sudah lama dianut dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan.
Apabila kita kaji ciri dan prinsip Demokrasi Pancasila, dapat dikatakan bahwa
Demokrasi Pancasila tidak bertentangan dengan prinsip demokrasi konstitusional.
Namun demikian, praktik demokrasi yang dijalankan pada masa Orde Baru masih
terdapat berbagai penyimpangan yang tidak sejalan dengan ciri dan prinsip
Demokrasi Pancasila. Diantara penyimpangan yang dilakukan penguasa Orde Baru,
khususnya yang berkaitan dengan Demokrasi Pancasila yaitu :
a. Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan tidak adil.
b. Pengekangan kebebasan berpolitik bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
c. Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak mandiri karena para hakim
adalah anggota PNS Departemen Kehakiman.
d. Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat.
e. Sistem kepartaian yang tidak otonom dan berat sebelah.
f. Maraknya praktik kolusi, korupsi dan nepotisme.
g. Menteri-menteri dan gubernur diangkat menjadi anggota MPR.
4. Demokrasi Langsung pada Era Orde ReformasiOrde Reformasi ini merupakan konsensus untuk mengadakan demokratisasi
dalam segala bidang kehidupan. Di antara bidang kehidupan yang menjadi sorotan
utama untuk direformasi adalah bidang politik, ekonomi dan hukum. Perubahan yang
terjadi pada Orde Reformasi ini dilakukan secara bertahap, karena memang
reformasi berbeda dengan revolusi yang berkonotasi perubahan mendasar pada
semua komponen dalam suatu sistem politik yang cenderung menggunakan
kekerasan. Menurut Hutington (Chaedar, 1998), reformasi mengandung arti
“perubahan yang mengarah pada persamaan politik negara, dan ekonomi yang lebih
merata, termasuk perluasan basis partisipasi politik rakyat”. Pada reformasi di
negara kita sekarang ini, upaya meningkatkan partisipasi politik rakyat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan salah satu sasaran
agenda reformasi.
Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap Demokrasi
Pancasila. Perbedaannya terletak pada aturan pelaksanaan dan praktik
penyelenggaraan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan praktik
pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi
pada Orde Reformasi sekarang ini, yaitu :
a. Pemilihan umum lebih demokratis.
b. Partai politik lebih mandiri.
c. Pengaturan hak asasi manusia (HAM).
d. Lembaga demokrasi lebih berfungsi.
e. Konsep Trias Politika (3 pilar kekuasaan negara) masing-masing bersifat
otonom penuh.
Dengan adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan
yang dibuat berdasarkan kehendak rakyat, ketenteraman dan ketertiban akan lebih
mudah diwujudkan. Tata cara pelaksanaan Demokrasi Pancasila dilandaskan atas
mekanisme konstitusional karena penyelenggaraan pemerintah negara Republik
Indonesia berdasarkan konstitusi.
Kegagalan Demokrasi Pancasila zaman Orde Baru, bukan berasal dari
konsep dasar Demokrasi Pancasila, melainkan lebih kepada praktik atau
pelaksanaannya yang mengingkari keberadaan Demokrasi Pancasila itu.
Demokrasi Pancasila hanya akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila
nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat dipahami dan dihayati sebagai nilai-
nilai budaya politik yang memengaruhi sikap hidup politik pendukungnya.
Pelaksanaan Demokrasi Pancasila harus disertai dengan pembangunan bangsa
secara keseluruhan karena pembangunan adalah proses perubahan ke arah
kemajuan dan proses pendidikan bangsa untuk meningkatkan mutu kehidupan
bangsa.
Kegagalan Demokrasi Pancasila pada zaman Orde Baru membuat banyak
penafsiran mengenai asas demokrasi. Belajar dari pengalaman itu, dalam era
Reformasi perlu penataan ulang dan penegasan kembali arah dan tujuan Demokrasi
Pancasila, menciptakan prasarana dan sarana yang diperlukan bagi pelaksanaan
Demokrasi Pancasila, membuat dan menata kembali program-program
pembangunan di tengah-tengah berbagai persoalan yang dialami sekarang ini, dan
bagaimana program-program itu dapat menggerakkan partisipasi seluruh rakyat.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sekaligus akan merupakan
kontrol bagi pelaksanaan yang lebih efektif, khususnya bagi pemerintah, baik di
pusat maupun daerah, sehingga dapat mencegah hal-hal yang negatif dalam
pembangunan, seperti korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Sebagaimana telah
dijelaskan, meski Orde Baru jatuh, Demokrasi Pancasila tidak ikut jatuh. Hal ini
disebabkan karena pemerintah era Reformasi tetap menjalankan pemerintahannya
dengan Demokrasi Pancasila.
F. Mengembangkan Sikap DemokrasiBangsa Indonesia saat ini pada era Reformasi, sedang belajar menjunjung
tinggi nilai-nilai demokrasi. Untuk mengembangkan sikap demokrasi, maka proses
pembelajaran dan pendidikan akan lebih efektif bila dimulai dari dalam keluarga dan
dalam dunia pendidikan formal. Mengembangkan sikap demokrasi akan lebih baik
dimulai dari usia balita (bawah lima tahun) serta usia anak-anak sekolah (SD, SMP
dan SMU) untuk mengawali proses belajar berdemokrasi. Berikut ini adalah panduan
yang dapat membantu orang tua menanamkan nilai-nilai demokrasi dalam diri anak :
1. Memberikan perhatian dengan serius pada anak yang sedang berusaha
menyampaikan perasaan, pendapat atau cerita dengan cara memandangnya,
dan jangan sampai memutuskan pendapat sebelum anak selesai
menyampaikan pendapatnya.
2. Mengusahakan menjadi pembicara yang baik. Usahakan untuk
mendengarkan pembicaraan anak-anak dengan kontak mata serta
memberikan ekspresi yang sesuai. Jangan menunjukkan rasa geli, misalnya
dengan menertawakan bila anak tidak mengharapkannya karena dia akan
mengira meremehkannya.
3. Memberikan kesempatan memperbaiki sebelum memberikan sanksi.
Sebelum memberikan hukuman, berikan kesempatan pada anak untuk
menjelaskan duduk persoalannya, kemudian berikan hukuman sesuai dengan
kesalahannya disertai penjelasan mengapa hukuman harus diberikan dan
menghindari hukuman fisik.
4. Menghormati anak. Anak-anak harus dihormati dan menghindari kesan
memerintah dalam meminta si anak untuk melakukan sesuatu. Apabila kita
memerlukan bantuan, maka kita gunakan kata “tolong”. Dengan kata “tolong”,
hal yang kita sampaikan lebih bersifat ajakan ketimbang perintah.
5. Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Mengembangkan demokrasi
dengan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan seperti misalnya
dalam menentukan menu makanan, tujuan rekreasi, program TV atau VCD,
yang sesuai dengan usia mereka, untuk menghindari kesan mendikte.
Untuk pembelajaran demokrasi di sekolah dan perkuliahan, maka ada beberapa hal
khusus yang perlu diperhatikan oleh para guru dan dosen, yaitu :
1. Menjadikan siswa dan mahasiswa sebagai subjek atau teman dalam proses
belajar atau perkuliahan. Memberikan siswa dan mahasiswa kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya sendiri dalam menjawab suatu pertanyaan.
2. Sebagai pendidik baik guru maupun dosen, sebaiknya belajar untuk berlapang
dada dalam menerima kritik murid. Usahakan kritik dianggap sesuatu yang wajar
terjadi dan sebagai koreksi untuk memperbaiki kinerja guru dan dosen.
3. Guru dan dosen mengembangkan sikap adil, terbuka, konsisten dan bijaksana
dalam memberikan hukuman kepada murid dan mahasiswa yang bersalah.
4. Guru dan dosen sebaiknya menghindari mencaci maki atau memarahi murid dan
mahasiswa dihadapan teman-temannya, karena harga diri mereka akan
terkoyak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh siswa dan mahasiswa adalah sebagai berikut :
1. Aktif mengungkapkan ide, gagasan dan pikirannya kepada guru dan dosen.
2. Siswa dan mahasiswa mempunyai motivasi agar lebih maju dan dewasa.
3. Mengembangkan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya.
4. Mengembangkan derajat kesehatan sehingga sehat secara jasmani dan rohani.
5. Mengembangkan perasaan sehingga menjadi halus dan bisa memahami orang
lain.
6. Mempunyai kemauan untuk belajar untuk mengetahui (to know), untuk
melakukan sesuatu (to do), dan menjadi diri sendiri (to be), dan untuk hidup
bersama (to live together).
7. Mempunyai kemauan untuk belajar berorganisasi melalui wadah yang ada di
sekolah dan perguruan tinggi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah dalam proses
belajar demokrasi antara lain :
1. Mendidik masyarakat untuk bersikap dewasa.
2. Mendorong sikap ksatria dengan mengakui kekalahan, atau bersikap siap
menang dan siap kalah.
3. Mengembangkan sikap menghargai perbedaan pendapat, perbedaan pendapat
adalah suatu rahmat, dan keputusan bersama adalah pilihan yang terbaik yang
dihasilkan dari suatu kompromi.
4. Menggunakan mekanisme demokrasi untuk mencari titik perbedaan pendapat.
5. Menghilangkan penggunaan tindakan kekerasan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
6. Mengembangkan sikap yang sensitif dan empati terhadap kepentingan rakyat
yang lebih luas.
7. Mengembangkan kerja sama antar anggota masyarakat dengan pikiran yang
logis dan itikad baik.
8. Mengembangkan masyarakat untuk aktif dalam memberikan pengawasan.
Dengan perhatian orang tua, guru, dosen dan masyarakat terhadap hal-hal tersebut,
diharapkan proses demokrasi dapat berjalan dengan baik dan alamiah, sehingga
tercipta siswa dan mahasiswa serta masyarakat yang bertanggung jawab.
Sumber: Srijanti, A. Rahman H.I, Purwanto S.K, 2009. Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Daftar Pustaka
1. Beethan, D dan Kevin Boyle.2000. Demokrasi: 80 Tanya Jawab. Kanisius. Yogyakarta
2. Bodenhomer David.J. 2001. Federalisme and Democrazy. Working Paper. US Department of State. Washington D.C
3. Darmodiharjo, dkk. 1991. Santiaji Pancasila (Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis Konstitusional). Usaha Nasional. Surabaya
4. Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal Dephan. Jakarta
5. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani. UIN dan Prenada Media. Jakarta
6. Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Pradnya Paramita. Jakarta
7. Melvin I. Urofsky. 2001. Principles of Democrazy. Working Paper. US Department of State.
8. Sinar Grafika. 2005. UUD 1945 Hasil Mandemen. Sinar Grafika. Jakarta
9. Syarbaini, Syahrial (Editor) 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Suscadoswar, Dikti. Jakarta.
top related