model peminjaman dana zis untuk pemberdayaan...
Post on 13-Aug-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MODEL PEMINJAMAN DANA ZIS UNTUK PEMBERDAYAAN
WIRAUSAHA PADA BAZIS DKI JAKARTA
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
MUHAMMAD IRSYAD FIRDAUS
NIM : 1112046300011
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
MODEL PEMINJAMAN DANA ZIS UNTUK PEMBERDAYAAN
WIRAUSAHA PADA BAZIS DKI JAKARTA
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
Oleh:
MUHAMMAD IRSYAD FIRDAUS
NIM : 1112046300011
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil asli Saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata Satu, di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya
cantumkan sesuai dengan kaidah dan ketentuan di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya Saya ini bukan hasil karya
asli Saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka
Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2016
Muhammad Irsyad Firdaus,
v
ABSTRAK
Muhammad Irsyad Firdaus (1112046300011), Model Peminjaman Dana ZIS
Untuk Pemberdayaan Wirausaha Pada BAZIS DKI Jakarta. Program studi
Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
1437H/2016M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model peminjaman dana ZIS
pada BAZIS DKI Jakarta dalam program Jakarta Mandiri (bantuan modal usaha),
yang bertujuan untuk mengetahui model apa saja yang diberikan oleh BAZIS DKI
Jakarta dalam memberikan pinjaman modal, serta untuk mengukur tingkat
pemahaman peserta mengenai teknis dan persyaratan peminjaman modal
mengenai program Jakarta Mandiri dengan kategori bantuan modal usaha, dan
juga untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengembalian dana modal
peminjaman.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan
data melalui wawancara, dan studi dokumentasi terhadap pelaksanaan
peminjaman dana ZIS BAZIS DKI Jakarta. Adapun teknik pengolahan data pada
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan
dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu pengumpulan
informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan
data, menyusun dan mengklasifikasikannya serta menganalisis proses peminjaman
dana ZIS hingga pencairan dana ZIS sampai kepada mustahik untuk program
Jakarta Mandiri (Bantuan Modal Usaha).
Hasil penelitian ini memperlihatkan model peminjaman yang ditawarkan
oleh BAZIS DKI Jakarta yang bekerjasama dengan BMT Nuur Islami dengan
skema peminjaman dan disisipkan akad pinjam-meminjam dimana dana diangsur
selama seratus hari tanpa adanya bunga. Proses pemberian pemahaman mengenai
program peminjaman dana yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta sebagian
masyarakat dalam kategori paham terhadap program yang digulirkan oleh BAZIS
DKI Jakarta dan mengetahui terhadap teknis peminjaman dan pengembalian dana
pinjaman tersebut melalui proses angsuran. Hal ini terlihat antusias peserta
mencari informasi mengenai program tersebut diberbagai sumber, baik Majlis
Ta’lim hingga laman web BAZIS DKI Jakarta. Dan tingkat keberhasilan program
pemberdayaan ini dapat dikategorikan berhasil. Dengan alasan yang merujuk
kepada eksisnya usaha para peserta peminjaman modal usaha, serta peningkatan
jumlah pendapatan dalam kurun waktu perhari.
Kata Kunci : Model Peminjaman Dana ZIS, Pemahaman peserta Peminjam dana
dan Tingkat keberhasilan, Pemberdayaan Wirausaha, BAZIS DKI
Jakarta.
Pembimbing : Kushardanta Susilabudi, M.M.
Daftar Pustaka : Tahun 1984 s.d 2013
vi
KATA PENGENTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas izin,
rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam
Nabi Muhammad Saw, beserta segenap keluarga, sahabat dan seluruh umatnya,
yang Insya Allah kita termasuk di dalamnya. Didorong oleh semangat itu penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Model Peminjaman Dana ZIS
Untuk Pemberdayaan Wirausaha Pada BAZIS DKI Jakarta”.
Selanjutnya, penulis pun menyadari bahwa selesainya Skripsi ini banyak
dibantu dan dikung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penulis juga ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Dr. Abdurrauf, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Kushardanta Susilabudi, M.M selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan pengarahan,
ilmu, bimbingan, serta motivasi kepada penulis dalam membantu
menyelesaikan Skripsi ini.
4. Bapak Dr. Abd Azis Hsb, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Kepada seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para pengurus
vii
perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para
mahasiswa.
6. Kedua orang tuaku Bapak Asril Sutan dan Ibu Nina Muziana, S.Pd yang tiada
henti-hentinya selalu memberikan dukungan, baik berupa moril maupun
materil dan selalu memberikan kasih sayangnya serta selalu mendoakan
penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
7. Kepala Pimpinan BAZIS DKI Jakarta yang telah memberikan izin penelitian
kepada peneliti serta Bapak Rian dan Bapak Wawan selaku staff bidang
pendayagunaan yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan
arahan informasi dan dukungan dalam penyusunan Skripsi ini.
8. Untung Raharjo, kepala Koperasi BMT Nuur Islami dan karwayan lainnya,
yang telah berperan aktif dalam membantu penulis untuk memperoleh data
program pemberdayaan wirausaha hingga selesainya Skripsi ini.
9. Abang-abangku Indra Cahya Firdaus, M.Pd dan Arizal Anas Firdaus, A.md
serta Kakakku Heni Tri Wastini, M.Pd, yang telah memberikan dukungan dan
doanya.
10. Asyilla Ramadhania Firdaus, keponakanku yang paling kecil yang
menghidupkan semangatku kembali ketika kejenuhan menghampiriku.
11. Keluarga besar Manajemen ZISWAF 2012 (Evi Nurhayati, Resti Hartati
Sugiarti, Hari Nurapdiansyah, Awal Ramadhan, Dedi Setiawan, Fitriwati,
Dewi Soimah, Andi Nursamha Fitriah, Azmi Husaeni, Rizki Gustiansyah,
Ekomah, Hilma Wildayani, Dini Fakhriah, Maesaroh, Unun Sutia, Murtafiah,
Bintang Mikail Subuh, Riyantama Wiradifa, Muhammad Syarif, Faris
Qasmal Hakim, Imron Prasetyo, Anggun Sukmawati) yang banyak membantu
dan memberikan masukan, saran, kritik kepada penulis dalam penyusunan
Skripsi ini.
12. Teman-teman PASKIBRA Sekolah Soebono Mantofani, senior (Amul Huzni
Samsi, Debby Lusyana Rizki Fawziah) dan juga adik-adik junior (Dhika
Rochman Saputra, Via Nazatul Azmi, Firhania Nurfadhilah, dll), SAMADA “
Satria Mantofani Muda”, yang turut membantu memberikan tawa, semangat
dan candanya ketika kejenuhan menghampiri.
viii
13. Teman-teman KKN JARIYAH 2015. Terima kasih telah memberikan
dukungan dan semangatnya kepada penulis. Semoga kita semua dapat
menjadi orang-orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
14. Seluruh pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu,
terimakasih atas motivasi, dukungan dan semangatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
Akhir kata hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa serta rasa
syukur yang telah membuat satu persatu impian penulis terwujud. Penulis sangat
sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam Skripsi ini, karena penulis
bukanlah makhluk yang sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi para pembaca.
Jakarta, September 2016
Muhammad Irsyad Firdaus,
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 9
C. Perumusan Masalah .............................................................................................. 10
D. Tujuan dan Manfaat penelitian ............................................................................. 10
E. Review Studi Terdahulu ........................................................................................ 11
F. Kerangka Teori ..................................................................................................... 13
G. Metode penelitian ................................................................................................. 16
H. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG MODEL PEMINJAMAN DANA ZIS DAN
PEMBERDAYAAN WIRAUSAHA
A. Model Peminjaman Dana ZIS ....................................................................................... 21
1. Pengertian Peminjaman ............................................................................................ 21
2. Fungsi Peminjaman .................................................................................................. 23
B. Zakat, Infak, dan Shadaqah (ZIS) Serta Dasar Hukum ...................................... 23
1. Pengertian ................................................................................................................. 23
2. Dasar Hukum ........................................................................................................... 25
C. Pemberdayaan Wirausaha .............................................................................................. 27
1. Pengertian Pemberdayaan ........................................................................................ 27
2. Pengertian Wirausaha ............................................................................................... 32
3. Sejarah ...................................................................................................................... 34
4. Islam dan Wirausaha ................................................................................................ 36
5. Fungsi ....................................................................................................................... 40
BAB III GAMBARAN UMUM BAZIS DKI JAKARTA
A. Profil BAZIS DKI JAKARTA ...................................................................................... 41
1. Sejarah dan Latar Belakang ..................................................................................... 41
2. Legal Formal ............................................................................................................ 43
3. Tujuan ...................................................................................................................... 45
4. Visi dan Misi ............................................................................................................ 46
5. Tugas Pokok dan Fungsi .......................................................................................... 46
6. Struktur Organisasi .................................................................................................. 48
B. Penghimpunan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah BAZIS DKI Jakarta ............ 53
1. Kebijakan dibidang Penghimpunan (Fundraising) .................................................. 54
2. Program Sosialisasi .................................................................................................. 55
3. Konsep Komunikasi ................................................................................................. 57
x
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Model Peminjaman BAZIS DKI Jakarta Dalam Memberikan Peminjaman Dana ZIS
Untuk Program Wirausaha ............................................................................................ 61
B. Pemberian Pemahaman Kepada Masyarakat Mengenai Dana Peminjaman BAZIS
DKI Jakarta Untuk Program Wirausaha ........................................................................ 69
C. Mengukur Tingkat Keberhasilan Pengembalian Dana Peminjaman ZIS yang
diberikan oleh BAZIS DKI Jakarta .................................................................... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 79
B. Saran .............................................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era perdagangan bebas dunia tak mungkin lagi dihindari. Suka atau
tidak suka, siap atau tidak siap kita akan berhadapan langsung dan
diharapkan berperan aktif dalam proses yang begitu cepat dengan segala
dampaknya. Menghadapi persaingan global tentu perlu adanya kesiapan
mental, modal dan tersedianya skill berwirausaha yang memadai guna
tercapai kesuksesan yang diharapkan. 1Kreativitas kewirausahaan rasanya
sejalan dengan trend yang menggejala di Negara-negara maju dan sedang
berkembang, yang mana golongan wirausahawan semakin menonjol
memainkan peranan strategis dan bermutu dalam masyarakat.
Mengubah pola pikir masyarakat yang senantiasa senang
dimanjakan dengan pelayanan-pelayanan instan yang sudah melekat dan
tertanam disetiap insan Indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah.2 Lebih
sulit lagi pada kalangan tidak mampu yang memang sejak awalnya tidak
memiliki iklim pendapatan ekonomi yang sehat mengakibatkan insan
Indonesia tertinggal dari segi motivasi untuk mencari pendapatan dan
tertinggal dari segi dorongan untuk keluar dari garis kemiskinan.
1 Lili Bariadi, Muhammad Zen, ZAKAT dan WIRAUSAHA, (Jakarta : CV. Pustaka Amri,
2005), h. ix. 2 Kasmir, KEWIRAUSAHAAN, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.4.
2
Dengan realita seperti ini, kehadiran akan adanya perhatian dari
pemerintah ataupun lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan angin
segar berbentuk pinjaman dana sangatlah diharapkan sebagian besar
kalangan menengah kebawah terlebih dengan persyaratan yang tidak
mencekik si peminjam dana tersebut. Salah satu alternatif yang bisa
dijadikan paradigma untuk merubah pola pikir insan Indonesia untuk
mengangkat derajat dan mengeluarkan mereka dari kemalasan untuk
mencari penghasilan karena tidak adanya modal dan mengangkat derajat
mereka keluar dari garis kemiskinan.
Salah satu lembaga sosial yang menawarkan peminjaman dana
sosial untuk modal wirausaha bagi kalangan yang tidak mampu adalah
BAZIS (Badan Amil Zakat Infak Shadaqah) DKI Jakarta.3 Pada BAZIS
DKI Jakarta penyaluran dana ZIS diprioritaskan untuk usaha-usaha yang
produktif dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Sektor usaha dan
pemberdayaan yang mendapat perhatian luas baik dari cakupan dana dan
juga dukungan pemerintah daerah DKI Jakarta. Salah satu program
produktif yang ditawarkan oleh BAZIS DKI Jakarta adalah pemberian
pinjaman dana kepada mereka (Mustahik) ataupun masyarakat DKI
Jakarta yang ingin berwirausaha namun tidak memiliki modal ataupun
kurangnya modal.
3 Lili Bariadi, Muhammad Zen, ZAKAT dan WIRAUSAHA, (Jakarta : CV. Pustaka Amri,
2005), h. 79.
3
Dengan melihat perkembangan eksternal di wilayah Jakarta, seperti
kondisi sosial, ekonomi, dan realitas secara internal penduduk masyarakat
DKI Jakarta, paling tidak ada dua hal penting yang dilakukan oleh BAZIS
DKI Jakarta, yaitu, Pertama memberikan penyuluhan dan penerangan
kepada masyarakat tentang ZIS. Kedua pengembangan organisasi dengan
manajemen yang modern. Untuk mencapai dua misi tersebut, BAZIS DKI
Jakarta melakukan penyesuaian dalam tiga hal, yaitu manajemen
organisasi, keuangan, dan sistem informasi.4
Setelah lahirnya UU No. 38 Tahun 1999. Zakat mulai berkembang
pesat terbukti dan menjamurnya Lembaga-lembaga Amil Zakat di
Indonesia dengan paradigma baru seperti meluasnya objek zakat (seperti
zakat profesi) dan munculnya berbagai macam konsep-kosep
pendistribusian dan pemberdayaan melalui program-program yang
menarik disetiap Lembaga Amil Zakat, hal ini semua tidak terlepas dari
profesionalitas amil dalam mengelola dan mendistribusikan dana zakat.
Sehingga lahirnya UU No. 23 Tahun 2011 yang mengatur tentang peran
BAZ dan LAZ yang menghimpun Dana ZIS. Penghimpunan dana yang
cukup besar ini diatur oleh pasal 21 tentang pengumpulan, pendistribusian,
pendayagunaan dan pelaporan.5
4 Bazis DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS DKI
JAKART, (BAZIS PROV. DKI JAKARTA, cet-1, 2006), h. 51 s.d 52 5 Muladi, http://www.kemenag.go.id/file Dokumen/UU3839/pdf. UUD Republik
Indonesia No 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, UUD di Akases Pada 19 November
2015
4
Sejak beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat untuk
berzakat di tanah air kita cukup tinggi. Hal itu antara lain ditunjukkan
dengan meningkatnya penerimaan dana zakat, infak dan sedekah yang
dihimpun dari masyarakat pada hampir semua lembaga zakat. Salah
satunya pada Bazis DKI Jakarta tingkat penghimpunan dana ZIS setiap
tahunnya meningkat.
Tabel 1.1
Penghimpunan Dana ZIS
TAHUN DANA ZAKAT DANA INFAQ/
SHADAQOH JUMLAH
2010 31.448.776.565 21.320.042.370 52.768.818.935
2011 39.532.430.980 25.248.381.906 64.780.812.886
2012 54.249.154.401 27.204.156.475 81.453.310.876
2013 60.697.678.071 37.098.201.199 97.795.879.070
2014 69.415.311.534 44.350.496.198 113.765.807.732
(Sumber : Lap.Keuangan BAZIS DKI Jakarta tahun 2010-2014)
Jika kesadaran tersebut, baik ditingkat perorangan maupun
perusahaan terus tumbuh untuk menunaikan zakat, maka output yang
dicapai insya Allah akan lebih signifikan. Artinya, kontribusi zakat dalam
mengatasi masalah kesenjangan dan problema sosial lainnya di negara
kita, seperti sering terungkap melalui berbagai hasil penelitian dan kajian
akan terwujud sebagaimana diharapkan.6
Hal utama yang masih melandasi pemberdayaan zakat pada
umumnya, baru sebatas transparansi dan kepatutan mustahik yang menjadi
6http://www.baznas.or.id/berita-artikel/membangun-komunitas-zakat-untuk-
kesejahteraan-masyarakat/ diakses pada tanggal 17 November 2015
5
pada pandangan bahwa amil berperan dengan baik jika tidak keliru
menetapkan mustahik dan bisa mempertanggung jawabkan dana yang
diamanahkan melalui lembaga zakat yang dikelolanya.
Zakat sangat erat kaitannya dengan masalah bidang sosial dan
ekonomi dimana zakat mengikis sifat ketamakan dan keserakahan si kaya.
Masalah bidang sosial bertindak sebagai alat yang diberikan Islam untuk
menghapuskan kesenjangan dari masyarakat miskin dengan menyadarkan
masyarakat kaya akan tanggung jawab membayar zakat yang mereka
miliki, sedangkan dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan
kekayaan di tangan seseorang.7
Dalam menumbuhkan masyarakat yang mandiri dan tidak terikat
oleh kewajiban apapun dari suatu institusi atau lembaga, berwirausaha
adalah salah satu alternatif bisnis yang bisa dapat merubah mindset
(mustahik) untuk beralih menjadi pemberi zakat (muzakki) dengan
pemberian dana-dana sosial secara produktif dan dipantau penggunaannya
oleh lembaga pengelola zakat.
Tingkat pengangguran yang dihadapi oleh daerah Jakarta meningkat setiap
tahunnya. Sempitnya lapangan pekerjaan yanyang sempit serta tidak
adanya keberanian berwirausaha karena kurangnya modal ataupun tidak
adanya modal untuk memulai usaha. 8Hal ini lah yang menyebabkan
tingkat persentase jumlah wirausaha dengan data potensi pedagang kaki
7 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta : PT Grasindo, 2007),
h.2
8 http://diskumdagdki.jakarta.go.id/bidang-umkm/ di akse pada tanggal 26-01-2016
6
lima di Jakarta mengalami kenaikan dengan jumlah pedagang 1.574 jiwa
yang tersebar di daerah Jakarta, serta data potensi jumlah wirausaha
dengan usaha kecil mengalami kenaikan jumlah data menjadi 108.021
jiwa yang tersebar di wilayah DKI Jakarta, dan data potensi jumlah
wirausaha dengan skala menengah mengalami kenaikan dengan jumlah
951 jiwa yang tersebar di daerah DKI Jakarta.
Adapun usaha-usaha yang harus dilakukan oleh pihak pemerintah
sebagai otoritas pelaksana tugas suatu daerah untuk mencegah melonjaknya
angka pengangguran disuatu daerah, pemerintah daerah bertanggung jawab
untuk melakukan perluasan kesempatan kerja. 9Menurut Soemitro
Djojohadikusumo, kesempatan kerja dapat diperluas dengan dua cara, yaitu
Pengembangan industri, terutama jenis industri yang bersifat padat karya
(yang dapat menyerap relatif banyak tenaga kerja), melalui berbagai proyek
pekerjaan umum, seperti pembuatan jalan, saluran air, bendungan dan
jembatan.
Menurut Arief (1995), wirausaha merupakan sektor usaha yang
mandiri dan tetap eksis menyokong perekonomian nasional dalam berbagai
kondisi, termasuk pada masa krisis yang lalu. Tentunya hal ini akan semakin
kuat bila didukung dengan modal yang memadai. oleh karena itu perlu
dukungan modal usaha dari perbankan dengan suku bunga rendah atau
bahkan modal usaha tanpa bunga dari dana zakat.10
9http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/usaha-yang-dilakukan-untuk-
mengatasi.html#ixzz3yECXNl8t 10
Lili Bariadi, dkk, ZAKAT dan WIRAUSAHA, (Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005), h. 2
7
Berdasarkan penelitian jumlah wirausaha DKI Jakarta cukup
banyak. Mereka mengalami kesulitan untuk memperoleh pinjaman/kredit di
bank. Badan Amil Zakat (BAZ) / Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau, biasa
juga disebut Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) menyepakati pentingnya
penyaluran dana zakat untuk modal usaha. Artinya, peluang untuk
mendapatkan dana bagi wirausaha untuk modal cukup terbuka akan tetapi
masih banyak muzakki yang menyalurkan zakat secara langsung kepada
mustahik, disamping, LPZ sendiri belum memiliki mekanisme dan
manajemen yang sistematis dalam program pemberdayaan wirausaha.11
Kebutuhan akan pinjaman modal bagi kalangan menengah
kebawah untuk memulai memandirikan diri serta terlepas dari status
pengangguran adalah tanggung jawab bersama untuk bisa memberikan
kesempatan kepada mereka yang membutuhkan. Pinjaman modal ini dalam
praktiknya pembiayaan suatu usaha dapat diperoleh secara gabungan antara
modal sendiri dengan modal pinjaman. Pilihan apakah menggunakan modal
sendiri, modal pinjaman, atau gabungan dari keduanya tergantung dari
jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pemilik usaha.12
Menurut UU RI No 40 Tahun 2009 Tentang KEPEMUDAAN
pada Bab VIII PENGEMBANGAN bagian kedua Pasal 27 pengembangan
Kewirausahaan menyebutkan bahwa pengembangan kewirausahaan
difasilitasi oleh pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan / organisasi
kepemudaan. Pengembangan kewirausahaan dilaksanakan melalui
11
Lili Bariadi, dkk, ZAKAT dan WIRAUSAHA, (Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005), h. 2
12 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 93
8
pelatihan, pemagangan, pembimbingan, pendampingan, kemitraan, promosi,
dan bantuan akses permodalan.13
Penyertaan modal atau pinjaman dari lembaga keuangan syariah
baik itu LAZ atau BAZ serta dunia perbankan, memilki kriteria tersendiri
dalam mengartikan penyertaan modal atau pinjaman modal untuk
wirausaha. Salah satunya dari lembaga keuangan perbankan syariah
menamakan istilah pinjaman dengan pembiayaan. Berbeda dengan kredit
yang diberikan oleh bank konvensioanl yang menggunakan sistem bunga
sebagai balas jasanya, bagi bank syariah balas jasa menggunakan sistem
bagi hasil.14
Namun pembiayaan dalam istilah perbankan syariah dalam
Badan Amil Zakat (BAZ) disandarkan pada zakat produktif, dimana dana
yang diberikan kepada peminjam diberikan tanpa ada bagi hasil atau balas
jasa hanya saja dengan akad saling percaya dan dengan rentang
pengembalian yang ditentukan, karena uang yang dipinjamkan akan diputar
kembali oleh BAZ untuk penyertaan modal kepada yang membutuhkan.
Dari uraian di atas membuktikan bahwa tingkat pengangguran di
Indonesia sangat tinggi, terlebih dengan adanya dana sosial atau dana umat
yang sangat tinggi nilainya untuk memberdayakan para pengangguran untuk
bisa memandirikan dan terlepas dari status pengangguran. Dengan pola
peminjaman yang tidak dikenakan bunga atau balas jasa para calon
wirausaha baru tidak perlu takut akan sulitnya mendapatkan modal
13
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_40.pdf/ diakses pada tanggal 17
November 2015
14 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 131
9
pinjaman dana untuk memulai berwirausaha dengan nyaman dan tenang
tanpa harus takut akan bayang-bayang bunga atau balas jasa kepada
lembaga atau korporasi yang memberikan atau meminjamkan modal
tersebut. Oleh karena itu penulis beranggapan bahwa masalah ini penting
dan menarik untuk dibahas sehingga penulis berinisiatif mengambil judul
“MODEL PEMINJAMAN DANA ZIS UNTUK PEMBERDAYAAN
WIRAUSAHA PADA BAZIS DKI JAKARTA”.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan permasalahan yang dibahas tidak
melebar, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Dana ZIS adalah dana yang bersumber dari dana zakat, infak, dan
shadaqah.
2. BAZIS DKI Jakarta adalah lembaga sosial penghimpun dan penyalur
dana ZIS yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
3. Penelitian dilakukan di BAZIS DKI Jakarta Graha Mental Spiritual
Lt.5 Jalan KH Mas Mansyur / Awaluddin ii Tanah Abang Jakarta
Pusat
4. Data yang diteliti dibatasi pada tahun 2012 s.d 2014 karena pada
tahun tersebut jumlah data peminjam dana ZIS meningkat.
10
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka rumusan yang
akan dikaji meliputi:
1. Bagaimana model peminjaman BAZIS DKI Jakarta dalam
menentaskan jumlah pengangguran dengan peminjamaman dana ZIS
untuk program wirausaha ?
2. Bagaimana proses pemberian pemahaman kepada masyarakat
mengenai peminjman dana ZIS yang diberikan BAZIS DKI untuk
modal wirausaha ?
3. Bagaimana tingkat keberhasilan Program Pemberdayaan Wirausaha
BAZIS DKI Jakarta melalui program bantuan modal usaha kategori
Jakarta Mandiri ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan model peminjaman modal yang diberikan
BAZIS DKI untuk wirausaha baru
b. Untuk mendeskripsikan BAZIS DKI memberikan pemahaman
kepada masyarakat mengenai program peminjaman dana untuk
wirausaha baru
c. Untuk mengukur tingkat keberhasilan program pemberdayaan
wirausaha BAZIS DKI Jakarta melalui Jakarta Mandiri
11
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan menambah
sejumlah studi mengenai lembaga amil zakat dalam memberikan
pinjaman modal untuk berwirausaha.
b. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan
dapat menambah wawasan serta cakrawala keilmuan khususnya bagi
penulis, umumnya bagi pembaca.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan dan
wawasan tentang adanya dana pinjaman yang diberikan oleh BAZ.
d. Bagi Lembaga (BAZIS DKI Jakarta)
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan dan bahan evaluasi mengenai
ada atau tidak adanya manfaat yang diberikan kepada mustahik
melalui program pemberdayaan wirausaha.
E. Review Studi Terdahulu
Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan
terhadap beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan
yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa
literatur yang membahas tentang pengukuran tingkat efisiensi, diantaranya
12
No.
Nama Peneliti,
Judul Penelitian
Keterangan dan
Isi Penelitian
Perbedaan
1.
2.
Muhammad Furqon
“Strategi LAZIS
Nahdathul Ulama
dalam memberdayakan
Ekonomi Masyarakat”.
Konsentrasi Perbankan
Syariah, Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Jakarta
tahun 2012.
Lisa Hafiza “Efektifitas
Penyaluran Dana Zakat
terhadap
Pemberdayaan
Pengusaha Kecil dan
Mikro”. Konsentrasi
Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Jakarta
tahun 2006
Hamda Asfahani
Skripsi ini membahas tentang
strategi LAZISNU dalam
memberdayakan ekonomi
masyarakat serta dampaknya bagi
masyarakay di wilayah Jakarta
Barat.. Penelitian ini dilakukan
pada
tahun 2012.
Penyaluran dana zakat dalam
pemberdayaan pengusaha kecil
dan menengah serta melihat
keefektifan atas penyaluran dana
zakat terhadap pemberdayaan
pengusaha kecil dan mikro.
Skripsi ini membahas
tentang pola peminjaman
dana ZIS untuk
pemberdayaan wirausaha
pola peminjaman dana serta
memberikan pemahaman
tentang adanya dana yang
dapat diperoleh dari BAZIS
DKI untuk berwirausaha.
Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2015
Skripsi ini membahas
tentang pola peminjaman
dana ZIS untuk
pemberdayaan wirausaha
pola peminjaman dana serta
memberikan pemahaman
tentang adanya dana yang
dapat diperoleh dari BAZIS
13
F. Kerangka Teori
Untuk mempermudah penulis dalam penyusunan skripsi, maka
penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul
skripsi ini, diantaranya tentang Zakat Infaq Sedekah, Pinjaman dan
Kewirausahaan.
Istilah Zakat Infaq dan Shadaqah menunjuk kepada satu pengertian
yaitu sesuatu yang dikeluarkan. Zakat, Infaq dan Shadaqah memiliki
persamaan dalam peranannya memberikan kontribusi yang signifikan
3.
“Strategi Pengelolaan
Dana Zakat di Badan
Pengelola Zakat, Infak
dan Sedekah (BPZIS)
Bank Mandiri Dalam
Pemberdayaan Kaum
Dhuafa”. Konsentrasi
Manajemen Dakwah,
Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, UIN Jakarta
tahun 2011
Skripsi ini membahas tentang
strategi pengelolaan dana zakat,
implementasi strategi pengelolaan
dana zakat dalam pemberdayaan
kaum dhuafa serta indikator
keberhasilan pengelolaan dana
zakat dalam pemberdayaan kaum
dhuafa di BPZIS Bank Mandiri.
Penelitian ini dilakukan pada tahun
2011
DKI untuk berwirausaha.
Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2015
Skripsi ini membahas
tentang pola peminjaman
dana ZIS untuk
pemberdayaan wirausaha
pola peminjaman dana serta
memberikan pemahaman
tentang adanya dana yang
dapat diperoleh dari BAZIS
DKI untuk berwirausaha.
Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2015
14
dalam pengentasan kemiskinan. Adapun perbedaannya yaitu Zakat
hukumnya wajib sedangkan Infaq dan Shadaqah hukumnya sunnah. Atau
zakat yang dimaksudkan adalah sesuatu yang wajib dikeluarkan,
sementara Infaq dan Shadaqah adalah istilah yang digunakan untuk
sesuatu yang tidak wajib dikeluarkan. Jadi pengeluaran yang sifatnya suka
rela itu yang disebut Infaq dan Shadaqah. Zakat ditentukan nisabnya,
sedangkan Infaq dan Shadaqah tidak memiliki batas, Zakat ditentukan
siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan Infaq boleh diberikan
kepada siapa saja.15
Berkitan dengan zakat dan infak/shadaqah yang
diterima oleh amil harus dikelola sesuai dengan prinsip syariah dan tata
kelola yang baik.16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pinjam
memiliki arti yang sama dengan meminjam yang berarti memakai barang
(uang dsb) orang lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya
harus dikembalikan).17
Menurut kajian Ushul Fiqh kata pinjam berarti memiliki manfaat
tanpa imbalan yang dalam bahasa Fiqh dikenal dengan sebutan Ariyah.
Sedangkan dalam istilah syara’ adalah pemanfaatan sesuatu yang halal
dimanfaatkan sedangkan barangnya (uang dsb) tetap ada untuk
15
http://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html.
Diakses pada tanggal 23 November 2015
16 Ikatan Akuntansi Indonesia, Akuntansi Zakat dan Infak/Shadaqah PSAK 109,(Jakarta :
Dewan Standar Akuntansi Syariah, 2010), h. 03 17
Departemen Pendidikan Nasional,(Kamus Besar Baha Indonesia) KBBI edisi ke-4, (
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,2008), h..1077
15
dikembalikan kepada pemiliknya. Adapun syaratnya adalah : orang yang
meminjamkan layak untuk menyumbang, manfaat barang yang dipinjamkan
adalah milik bagi orang yang meminjamkan dan barang yang dipinjamkan
harus dapat dimanfaatkan.18
Sedangkan wirausaha dari segi etimologi berasal dari kata wira dan
usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi
luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal,
berbuat sesuatu. kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang
dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan
berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. istilah wirausaha seperti di
Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan
unternehmer.19
Kewirausahaan juga berarti menumbuhkan semangat, sikap,
perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan
yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara
kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam
rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh
keuntungan yang lebih besar.20
18
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fkih, ( Jakarta : AMZAH
cet-1, 2005), h. 25
19 https://imansoenhadji.files.wordpress.com/2010/02/kewirausahaan_modul.pdf/ diakses
pada 24 November 2015
20http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/1965
07081991032-YOYOH_JUBAEDAH/Materi_Perkuliahan_Kewirausahaan.pdf/ diakses
pada tanggal 24 November 2015
16
Dalam melakukan kegiatan pemberdayaan wirausaha BAZIS DKI
dengan cara menyalurkan dana produktif kepada masyarakat umum dan
karyawan DKI Jakarta yang kurang mampu. Bantuan diberikan dalam
bentuk uang untuk bantuan modal usaha. Uang ini merupakan dana yang
didapat dari pengumpulan dana Infaq dan Shadaqah. Penyaluran dana ZIS
untuk usaha prouktif dalam bentuk pinajman dana cash memang
mempunyai resiko macet. Penyebabnya bisa dikarenakan bangkrutnya
usaha mustahik yang mendapatkan pinjaman dana. Apabila didapati oleh
mustahik yang tidak dapat mengembalikan pinjaman sesaui akad dan
waktu yang telah disepakati oleh pihak BAZIS DKI, maka pihak BAZIS
DKI Jakarta meyelesaikannya dengan cara musyawarah dan mencari
solusi yang saling menguntungkan. Apabila ternyata mustahik masih tetap
juga tidak mampu, maka BAZIS DKI Jakarta berkewajiban untuk
melaporkan kepada Gubernur DKI Jakarta untuk dicari penyelesaiannya.
Salah satu opsinya adalah dengan dihapuskannya kewajiban mustahik
(pemutihan atau write off).
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif disini dapat
diartikan sebagai prosedur penellitian yang menghasilkan data
deskriptif, ucapan atau tulisan perilaku yang dapat diamati dari orang-
17
orang. Pendekatan ini menunjukkan setting dan individu-individu
dalam setting itu sendiri secara keseluruhan.21
Metode penelitian yang
digunakan adalah Deskriptif Analisis, yaitu memaparkan data-data yang
ditemukan di lapangan dan menganalisanya untuk mendapatkan
kesimpulan yang benar dan akurat.
2. Kriteria dan Sumber Data
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari beberapa
pihak yang berwenang di BAZIS DKI Jakarta dalam bentuk
dokumentasi atau data-data tertulis.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan
orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data
tesebut.22
Seperti buku, majalah, makalah dan setiap artikel yang
mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas,
dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs
internet.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan
fenomena yang dilakukan secara sistemastis terhadap gejala-gejala
21
Arief Furchan, Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif, ( Surabaya : Usaha Nasional, cet-
1,1992), h. 21-22
22 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Erlangga, ed ke-1, 2009), h.
86
18
yang diselidiki23
. Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan.24
Dalam hal ini penulis
melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung di BAZIS
DKI Jakarta.
b. Wawancara
Yakni teknik tanya jawab secara lisan dengan pedoman pada daftar
pertanyaan terbuka, sehingga diperoleh jawaban yang peneliti
harapkan dari pihak BAZIS DKI Jakarta.
c. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2005; 83) studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan
semakin tinggi.25
d. Studi Pustaka
Studi kepustakaan yaitu melakukan penelusuran kepustakaan dan
menelaahnya.Sumber data berupa buku, jurnal, majalah, koran,
internet dan lain-lain.
4. Teknik Analisis Data
Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif dan akan
dikembangkan oleh penulis dengan metode deskripsi yaitu metode
23
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Erlangga, ed ke-1, 2009), h.
101
24 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, ( Bandung : Alfabeta, cet ke-15, 2010), h. 403
25 https://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitian-kualitatif/
diakses pada 25-Januari-2016
19
menggambarkan secara jelas tentang topik penelitian yang diteliti dan
mengambil kesimpulan dari penelitian tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab
yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab
yang mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi
kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran
BAB I: PENDAHULUAN
Merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan
pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan
isi global skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan model
Peminjaman Dana ZIS Pengertian Peminjaman, Fungsi
Peminjaman, Pengertian Zakat, Infak, dan Shadaqah serta
Dasar Hukum. Pemberdayaan Wirausaha Pengertian
Pemberdayaan, Pengertian Wirausaha, Sejarah Kewirausahaan,
Islam dan kewirausahaan, dan Fungsi Wirausaha.
20
BAB III: GAMBARAN UMUM LEMBAGA BAZIS DKI Jakarta
Menjelaskan gambaran umum BAZIS DKI Jakarta. Memuat
tentang profil BAZIS DKI Jakarta, sejarah dan Laatar blakang
BAZIS DKI Jakarta, legal formal, Tujuan Organisasi, Visi dan
Misi, Tugas Pokok dan Fungsi, Struktur Organisasi,
Penghimpunan Dana ZIS BAZIS DKI Jakarta, Kebijakan di
bidang penghimpunan, Program Sosialisasi, dan Konsep
Komunikasi.
BAB IV: PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Model Peminjaman BAZIS DKI Jakarta Dalam Mengentaskan
Jumlah Pengengguran Dengan Peminjaman Dana ZIS Untuk
Program Wirausaha, model Pemberian Pemahaman Kepada
Masyarakat Mengenai Dana Pinjaman BAZIS DKI Jakarta
Untuk Program Wirausaha, dan Bagaimana mengukur tingkat
keberhasilan pengembalian dana pinjaman ZIS yang diberikan
oleh BAZIS DKI Jakarta.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang
diperoleh dari penelitiandan saran-saran baik untuk lembaga
dalam mengoptimalkan penghimpunan dan penyaluran dana
zakat agar hasilnya lebih efisien. Berikutnya disebutkan daftar
pustaka dan lampiran-lampiran.
21
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG MODEL PEMINJAMAN DANA ZIS DAN
PEMBERDAYAAN WIRAUSAHA
A. Model Peminjaman Dana ZIS
1. Pengertian
Secara etimologi bahasa Arab al-‘ariyah berarti sesuatu yang
dipinjam, pergi dan kembali atau beredar. Sedangkan secara terminologi
fiqh, ada beberapa definisi al-‘ariyah yang dikemukakan para ulama fiqh.
Pertama, Ulama Malikiyah, mendefinisikan dengan “ pemilikan
manfaat sesuatu tanpa ganti rugi”.
Kedua, Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah, mendefinisikan dengan
“kebolehan memanfaatkan barang orang lain tanpa ganti rugi”.
Diantara kedua definisi di atas terdapat perbedaan kandungan yang
membawa akibat hukum yang berbeda pula. Para ulama fiqh juga
membedakan antara al-‘ariyah dengan hibah, sekalipun keduanya sama-
sama mengandung kebebasan memanfaatkan barang. Menurut mereka,
dalam al-‘ariyah unsur yang dipinjam hanyalah manfaatnya dan
peminjaman itu dalam waktu yang terbatas, sedangkan hibah terkait
22
dengan materi barang yang diserahkan dan dalam waktu yang tak
terbatas.1
Sedangkan dalam kajian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
peminjaman adalah proses, cara, perbuatan atau meminjamkan (barang,
uang, dsb).2
Disisi lain, pengertian mengenai dana zakat, infak, dan shadaqah
adalah penyerahan harta untuk kebajikan-kebajikan yang diperintah oleh
Allah SWT. Karena memang salah satu tujuan utama mengeluarkan dana
zakat, infak, dan shadaqah yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Zakat disebut hak, oleh karena memang zakat itu merupakan ketetapan
yang bersifat pasti dari Allah SWT yang harus diberikan kepada mereka
yang berhak menerimanya. Sedangkan dana infak dan shadaqah tidak
ditetapkan secara mutlak besarannya, hanya saja bersifat sukarela dan
bernilai ibadah bagi yang mengeluarkannya.3
Dari uraian di atas, jika dikaitkan antara pengertian peminjaman
dengan dana ZIS, dapat dijabarkan bahwa peminjaman dana ZIS adalah
peminjaman yang diberikan kepada seseorang yang membutuhkan
pinjaman dana ZIS dengan kriteria bahwa peminjaman berarti unsur yang
dipinjam hanyalah manfaatnya (dana ZIS) dan memanfaatkan suatu tanpa
ganti rugi dengan adanya waktu peminjaman yang terbatas.
1 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, ( Jakarta : Gaya Media Pratama Jakarta, 2007), h. 238.
2 http://www.artikata.com/arti-345300-pinjam.html/ diakses pada Tanggal 09 Februari
2016. 3 Didin Hafidhuddin, Anda bertanya tentang Zakat, Infak, dan Sedekah Kami Menjawab,
(Jakarta : Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), 2006), h. 18.
23
2. Fungsi Peminjaman
Adapun fungsi dari peminjaman dana ZIS bagi si peminjam yakni:
a. Peminjaman dana ZIS dapat meningkatkan daya guna dari dana yang
dipinjam.
b. Peminjaman dana ZIS dapat meningkatkan kegairahan dalam berusaha.
c. Peminjaman dana ZIS dapat meningkatkan pemerataan pendapatan
terhadap ekonomi lemah.
B. Zakat, Infak, dan Shadaqah (ZIS) Serta Dasar Hukum.
1. Pengertian
a. Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti,
yaitu al-barakatu ‘keberkahan‟ ; al-namaa „pertumbuhan dan
perkembangan‟ ; ath-tharatu ‘kesucian‟ dan ash-shalahu „keberesan‟.
Secara istilah, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu dari Allah SWT yang mewajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan
tertentu pula.4
Dari pengertian di atas, dijelaskan bahwa zakat adalah kewajiban
seorang muslim dari sejumlah harta yang dimilikinya bila telah
mencapai nisab dan haul, kemudian diserahkan kepada orang tertentu
yang berhak menerimanya.
4 Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press,
Cet-IV, 2004), h. 7.
24
b. Infak
Infak berasal dari nafaqa, yang berarti sesuatu yang telah berlalu
atau habis. Menurut terminologi syariah, infak berarti mengeluarkan
sebagian dari harta pendapatan untuk suatu kepentingan yang
diperuntukkan ajaran Islam. Jika zakat ada nishab-nya, Infak tidak
mengenal nishab.5
Berdasarkan pengertian di atas, dijelaskan bahwa infak adalah
mendermakan rezeki berupa materi kepada orang lain sebanyak yang
dikehendakinya secara ikhlas.
c. Sedekah
Kata sedekah berasal dari bahasa Arab yakni shadaqah yang
berarti tindakan yang besar.6 Sedekah memiliki arti yang luas, tidak
terbatas pada pemberian yang sifatnya materiil, tetapi sedekah juga
mencakup semua perbuatan kebaikan, baik bersifat fisik maupun non-
fisik.7
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sedekah
adalah keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan setiap muslim untuk
menciptakan kesejahteraan sesama umat manusia, baik berupa materi
ataupun non-materi.
5 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta : PT. Grasindo, 2007), h.
6. 6 Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), h. 88
7 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta : PT. Grasindo, 2007),
h. 5.
25
2. Dasar Hukum
a. Zakat
Zakat di dalam Al-Qur‟an menurut Assayid Sabiq dalam Fiqhus
Sunnah disebut sebanyak 82 kali, ini menunjukkan hukum dasar zakat
yang sangat kuat, antara lain :
Al-Qur‟an Surat At-Taubah : 9 : 60
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. At-
Taubah : 9 : 60)
Al-Qur‟an Surat At-Taubah : 9: 103
Artinya :”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui”. (QS. At-Taubah : 9 : 03)
26
b. Infak
Al-Qur‟an Surat Ali Imran : 3 : 92
Artinya : ”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang
kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran : 3: 92)
c. Sedekah
Hukum dan ketentuan sedekah dalam hal ini sama dengan infak.
Hanya saja infak berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah memiliki
arti yang lebih luas, termasuk pemberian yang sifatnya non-materi,
seperti memberikan jasa, mengajarkan ilmu pengetahuan, mendoakan
orang lain dan sebagainya juga termasuk dalam kategori sedekah.
Dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah : 2 : 261
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 2: 261)
27
C. Pemberdayaan Wirausaha
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu konsep dalam
upaya menjadikan adanya kekuatan atau kekuasaan (power) pada
seseorang / individu atau kelompok. Pemberdayaan berhubungan dengan
upaya untuk merubah kemampuan seseorang, keluarga, atau kelompok
dari keadaan tidak memiliki kemampuan / kekuatan/ keberdayaan menuju
keadaan yang lebih baik.8
Menurut Habiullah Jabbar pemberdayaan merupakan proses kerja
sama antara pihak yang memberdayakan dan pihak yang diberdayakan.
Keduanya merupakan suatu kesatuan yang integral untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemandirian. Kerja sama ini lazim dalam bentuk
program yang dikelola bersama oleh semua pihak yang terjadi dari : pihak
pemerintah, swasta, dan masyarakat.9
Menurut Gunawan Sumadiningrat pemberdayaan diarahkan guna
meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu
menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar.
Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling
tidak harus ada perbaikan akses terhadap tiga hal, yaitu akses terhadap
sumberdaya, akses terhadap teknologi, akses terhadap permintaan.10
8 N. Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktek
Pemberdayaan Ekonomi, (Ciputat : Wahana Kardofa FAI UMJ, cet I, 2012), H. 223. 9 Habiullah Jabbar, (ed). Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan, (
Jakarta : Blantika, Cet.I, 2004), h. 99. 10
Erna Erawati Cholitim dan Juni Tamrin, Pemberdayaan dan Refleksi Finansial Usaha
Kecil di Indonesia, (Bandung: Yayasan Akita, 1997), h. 238.
28
Pemberdayaan juga adalah suatu proses dan tujuan. Sebagai proses
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah-masalah kemiskinan.
Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan suatu yang
berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin
melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada suatu
program saja. Sedangkan sebagai tujuan, maka pemberdayaan
menunjukkan pada keberadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial
seperti memiliki kepercayaan diri, berpartisipasi dalam kegiatan sosial,
dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian
pemberdayaan sebagai tujuan sering kali digunakan sebagai indikator
keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.11
Adapun model-model pemberdayaan mempunyai ciri-ciri atau
unsur-unsur pokok sebagi berikut :
a. mempunyai tujuan yang hendak dicapai
b. mempunyai wadah yang terorganisir
c. aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai
dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.
11
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika
Aditama, 2005), h. 59 s.d 60.
29
d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang
terkait
e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama proses
pemberdayaan.12
Kemudian upaya untuk memberdayakan masyarakat dapat
dilakukan dengan cara, yaitu :
a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berdaya, bergelut dengan
aspek ekonomi, bertindak dengan merancang diskusi tentang apa yang
menjadi masalah dalam masyarakat.
b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah
suskes dan sejahtera.
c. Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang
prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari
masalah berbisnis.
d. Menghubungkan masyarakat wirausaha dengan sumber yang dapat
dimanfaatkan.13
Jadi berdasarakan penjelasan di atas, pemberdayaan adalah
penyadaran tentang kelemahan atau potensi yang dimliki sehingga
menimbulkan dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri untuk keluar dari
persoalan dan untuk memecahkan permasalahan dan untuk
mengembangkan potensi diri.
12
Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CV. Pustaka Amri,
2005), h. 47. 13
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, ( Jakarta : UI-Pres, 2003), h. 237 s.d 238.
30
Tahapan-tahapan Pemberdayaan
Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara
langsung mapun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni :
a. Tahapan Persiapan
Tahapan ini meliputi petugas (community development), dimana
tujuan utama ini adalah untuk menyamakan persepsi antar anggota
agen perubahan mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat.
b. Tahap Assessment
Proses assessment yang dilakukan disini adalah dengan
mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga
sumber daya manusia yang dimiliki agen.
c. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini agen perubahan secara inisiatif melibatkan warga
untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana
mencari solusinya.
d. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling
penting dan krusial dalam proses pemberdayaan masyarakat, karena
sesuatu yang sudah direncananakan dengan baik akan dapat
melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama
antar warga.
31
e. Tahap Evaluasi
Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pemberdayaan masyarakat
sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.14
Menurut Syamsuddin RS, ada tiga kompleks pemberdayaan yang
yang mendesak untuk diperjuangkan, yaitu :
a. Pemberdayaan pada mata Ruhaniyah, dalam hal ini terjadi degredasi
moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam yang sangat
mengguncang kesadaran umat Islam, oleh sebab itu pemberdayaan
moral dan akhlak harus ditingkatkan.
b. Pemberdayaan Intelektual, yang pada saat ini dapat disaksikan umat
Islam Indonesia telah jauh tertinggal dalam kemajuan teknologi, untuk
itu diperlukan berbagai upaya pemberdayaan intelektual sebagai
perjuangan besar.
c. Pemberdayaan Ekonomi, masalah kemiskinan kian menjadi identik
dengan umat Islam Indonesia. Pemecahannya adalah tanggung jawab
masyarakat Islam Indonesia sendiri. Seorang putra Islam dalam
generasi awal Qurani terbaik, Sayyidina Ali mengatakan “sekiranya
kefakiran itu berwujud manusia, sungguh aku akan membunuhnya.
Untuk dapat keluar dari himpitan ekonomi seperti sekarang ini, di
samping penguasaan terhadap life skill, keterampilan berwirausaha
14
Amelia, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi
Handphone di Institute Kemandirian Dompet Dhuafa, ( Skripsi s1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta, 2009)
32
pun dibutuhkan dalam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi
kerakyatan.15
2. Pengertian Wirausaha
Wirausaha atau wiraswasta diartikan sebagai wira yang artinya
pahlawan, berbudi luhur; swa artinya sendiri; sta artinya beridiri. Oleh
karena itu wiraswasta disimpulkan sebagai manusia teladan dalam berdiri
sendiri (berdikari).16
Menurut Geoffrey G. Meredith mendefinisikan kewirausahaan
adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang
dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil
tindakan yang tepat guna memastikan sukses.
Sedangkan menurut Mubyarto Wirausaha adalah sebagian besar
dari cara-cara rakyat bergumal dan bertahan untuk menjaga kelangsungan
hidupnya, dibidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan
perkebunan dalam industri-industri kecil dan menengah dan kerajinan
serta dalam perdagangan atau kegiatan swadaya lainnya, baik di daerah
pedesaan maupun perkotaan, dengan modal utama tenaga kerja keluarga
dan modal serta tekonologi seadanya.17
15
Syamsuddin RS, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam dalam Da‟wah Islam,
( Bandung : KP HADID, 1999), h.2. 16
Sumarsono, Kontribusi Sikap Mental Berwiraswasta untuk Berprestasi, ( Jakarta : CV.
Era Swasta, 1984), h. 1. 17
Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat Dan Wirausaha, (Jakarta : CV. Pustaka Amri,
2005), h. 35 s.d 36.
33
Jadi seorang wirausaha adalah, seorang usahawan yang di samping
mampu berusaha dalam bidang ekonomi umumnya dan niaga khususnya
secara tepat guna (tepat dan berguna, efisien dan efektif), juga berwatak
merdeka lahir batin dan berbudi luhur.18
Adapun menurut Winardi, karakteristik seorang wirausahawan
paling tidak memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
a. Kebutuhan akan keberhasilan
b. Berani mengambil resiko
c. Keinginan kuat untuk berbisnis
d. Seorang oportunis yang melihat kesempatan19
Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi.
Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan dan sosiologi. Faktor
individu yang memicu kewirausahaan adalah pemcapaian Locus of
control, toleransi, pengambilan resiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan,
pengalaman, usia, komitmen dan ketidakpuasan. Adapun inovasi yang
berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktifitas, pesaing,
sumber daya dan kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor pemicu yang
berasal dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan
kelompok.
Seperti halnya pada saat perintisan kewirausahaan, maka
pertumbuhan kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan
organisasi dan lingkungan. Pesaing, pemasok, pelanggan dan lembaga-
18
Buchari Alma, Panduan Kuliah Kewirausahaan, (Bandung : CV Alfabeta, 2000),
h.70. 19
Winardi, Enterprenuer dan Enterprenuership, (Jakarta : Kencana , 2008), h. 27.
34
lembaga keuangan yang membantu pendanaan. Sedengkan faktor yang
berasal dari pribadi adalah komitmen, visi, kepemimpinan dan
kemampuan manajerial. Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi
adalah kelompok, struktur, budaya dan strategi.20
3. Sejarah Kewirausahaan
Wirausaha sangat berperan dalam memulai dan mengoperasikan
suatu bisnis baru, mereka terlibat dalam mempertimbangkan resiko dan
segala upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru atau dengan kata lain
wirausaha berperan menciptakan suatu bisnis dan mengembangkannya.
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan
penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan
utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui
inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama
melainkan untuk mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan
dalam memuaskan pelanggannya.21
Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16,
sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah
wirausaha seperti di Belanda dikenal dengan Ondernemer, di Jerman
dikenal dengan Unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis
sejak 1950-an dibeberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada.
Bahkan sejak 1970-an banyak Universitas yang mengajarkan
20
Suryana, Kewirausahaan, (Jakarta : PT. Salemba Emban Patria, 2003), h.10. 21
Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta : CV Pustaka Amri,
2005), h. 41.
35
kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir
500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan.
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada
beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan
perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman
kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-
pelatihan disegala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang
dengan beraninya mengambil resiko serta mampu memperhitungkan dan
berusaha menghindarinya.22
Pada pertengahan abad ke-20 gagasan wirausaha sebagai penemu
mulai dikenalkan. Fungsi wirausaha adalah untuk melakukan reformasi
atau revolusi pola-pola produksi dengan mengeksploitasi penemuan atau,
secara umum, menggunakan teknologi baru (yang sebenarnya belum
pernah dicoba orang lain) untuk menghasilkan produk baru atau
menghasilkan produk lama dengan cara baru, membuka sumber bahan
baku baru, membuka pasar baru, dengan mengorganisir kembali industri
yang ada sekarang. Konsep inovasi sangat menonjol pada masa ini.
Inovasi untuk mengenalkan sesuatu yang baru adalah sebagian dari tugas
berat wirausaha. Inovasi tidak saja membutuhkan kemampuan untuk
menghasilkan dan mengembangkan konsep tetapi juga harus mengerti
segala kekuatan yang bekerja atau terdapat di lingkungan (sekitarnya).
22
Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta : CV Pustaka Amri,
2005), h. 41.
36
Kewirausahaan pada zaman tersebut dimotori oleh : 1. Keinginan
untuk bertahan hidup (survival) 2. Berpikir kreatif untuk maju (creative
thinking) 3. Berpikir untuk menemukan sesuatu yang lebih baik dengan
mengembangkan apa yang ia punyai (improvement) 4. Berpikir visioner
untuk menemukan sesuatu yang baru dan berbeda (inventor) 5. Muncul ide
melahirkan sebuah ilmu pengetahuan dalam tujuan mencari nafkah hingga
menjadi sebuah bisnis. Jelas bahwa wirausaha digambarkan lebih
mengedepankan sektor ekonomi rakyat.23
4. Islam dan Kewirausahaan
Salah satu upaya untuk memberdayakan potensi ekonomi umat
serta membangun sebuah masyarakat yang mandiri adalah melahirkan
sebanyak-banyaknya wirausaha baru. Asumsinya sederrhana,
kewirausahaan pada dasarnya adalah kemandirian, terutama kemandirian
ekonomi dan kemandirian adalah keberdayaan.24
Semangat Islam akan kemandirian banyak dijumpai dalam ayat Al-
Qur‟an, salah satunya dijumpai dalam ayat :
Artinya : “ Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama ? itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (QS.
Al-Ma‟un : 1-3).
23
Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta : CV Pustaka
Amri, 2005), h. 43. 24
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe‟i, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi, Strategi sampai Tradisi, h. 47.
37
Maksud dari ayat di atas adalah, “orang kaya yang tidak
menyantuni anak yatim dan fakir miskin sama halnya dengan orang miskin
yang tidak berjuang terus-menerus untuk meraih kemandirian ekonomi”.
Kewajiban kaum untuk berupaya membayar zakat, anjuran untuk
bersedekah, wakaf dan kewajiban untuk memberdayakan orang-orang
yang tidak berdaya secara ekonomis merupakan petunjuk Islam paling
jelas terhadap etos kewirausahaan (enterpreneurship).25
Allah SWT menciptakan manusia sebagai mahkluk yang paling
mulia, paling sempurna, dan karena itulah manusia diberi tugas sebagai
khalifah di muka bumi ini. Selain itu, dalam Al-Qur‟an dinyatakan bahwa
umat Islam adalah “ Khaira Ummah” atau sebaik-baiknya umat diantara
manusia. Khaira Ummah dapat terwujud jika umat Islam berilmu,
berharta, dan sehat jasmani rohani, sehingga dapat berguna dan memberi
manfaat bagi orang lain yang masih dalam kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan. Dengan berwirausaha maka semakin banyak kekayaan,
semakin banyak pula yang menikmati kekayaan. Semakin banyak
pekerjaannya, maka semakin banyak pula anggota keluarga yang
ditolongnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw,
“Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang
lebih banyak memberi manfaat bagi manusia
lainnya”.
25
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe‟i, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi, Strategi sampai Tradisi, h. 47
38
Untuk membangun tatanan wirausaha, Islam menawarkan dua
asas.26
Pertama Tasyri (landasan struktural), yaitu kebijkan ekonomi yang
menjamin terpenuhinya syarat-syarat minimal untuk tumbuh berkembang
di tengah-tengah persaingan global. Adalah tidak wjar, kalau wirausaha
dibiarkan bergelut dan melawan usaha besar. Kedua Taujih ( landasan
kultural), yaitu ajaran kemuliaan, keluhuran, dan kesalehan sosial untuk
mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah SWT.
Imam Asy-Syaukani, menganjurkan pemerintah untuk
memperhatikan ekonomi rakyat, wirausaha27
yaitu :
“Instruksi pihak penguasa kepada para pedagang agar
mereka tidak menjual barang dagangannya, kecuali
dengan ketentuan harga yang telah ditetapkan pemerintah
dengan tujuan kemashlahatan bersama.”. (Yusuf
Qardawi, 1997:140).
Dasar-dasar kewirausahaan yang demikian itulah yang
menyebabkan pengaruh Islam berkembang pesat sampai ke pelosok dunia,
maka jika kaum Muslimin Indonesia ingin melakukan bisnis yang maju,
maka etika, moral, dan jiwa kewirausahaan yang dicontohkan oleh Rasul
tersebut dipegang teguh dan sungguh tepat untuk menjawab berbagai
persoalan dan tantangan hidup di dunia ini.
26
Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan wirausaha, (Jakarta : CV Pustaka Amri,
2005), h. 52.
Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta : CV Pustaka Amri, 2005),
h. 53.
39
Kemandirian dan kecukupan dalam bidang ekonomi memiliki
makna yang penting bagi setiap muslim28
, karena :
a. Dengan kekuatan ekonomi yang baik, seorang muslim akan dapat
memelihara imannya sendiri dan keluarganya dengan baik.
b. Dengan kekuatan ekonomi yang baik, seorang muslim akan lebih
dapat menjalankan aktivitas ibadah dan menjalankan syariat dengan
tenang, khusyu, dan merasa memiliki harga diri di dalam
komunitasnya.
c. Kekuatan ekonomi sangat diperlukan dan dibutuhkan untuk
menunjang pelaksanaan berbagai ibadah dan kiprah di jalan Allah
SWT.
d. Kemampuan ekonomi diperlukan untuk pengembangan peradaban
secara keseluruhan, seperti pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kebudayaan, dan kesenian serta memajukan masyarakat
secara keseluruhan.
e. Kemampuan ekonomi sangat diperlukan untuk regenerasi umat agar
umat ini tumbuh lebih tangguh di masa mendatang.
f. Pada level organisasi kemasyarakatan yang lebih besar, misalnya
sebuah negara, kekuatan dan kemandirian dalam bidang ekonomi
menjadi syarat mutlak agar warga atau bangsa yang menghuni negara
tersebut dapat menikmati kesejahteraan hidup, menjadi terhormat di
hadapan bangsa lain.
28
Miftahul Huda, Aspek Ekonomi dalam Syariat Islam, (Mataram : LKBH, 2007), h. 14.
40
Jadi berusaha, di lapangan perekonomin untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup, mencari bekal dalam beribadah, dan membantu
kegiatan pembangunan umat adalah bagian yang tak terpisahkan
dalam jalan hidup seorang muslim.
5. Fungsi
Kegiatan wirausaha dalam menjalankan suatu jenis usaha
memiliki fungsi yang luas untuk dapat mengembangkan usahanya dalam
berbagai kesempatan, berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental
mandiri tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak
pasti. Adapun fungsi wirausaha29
adalah :
a. Memandirikan minat seseorang untuk memandirikan dan mengelola
usaha secara profesional.
b. Menumbuhkan kejujuran dalam bertindak dan bersikap dalam
mengambil suatu keputusan.
c. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap segala aktivitas yang
dijalankanya, baik yang sudah ada maupun yang akan datang.
29
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 28.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZIS DKI JAKARTA
A. Profil BAZIS DKI Jakarta
1. Sejarah berdirinya dan latar belakang
Secara langsung yang menjadi latar belakang berdirinya BAZIS
Provinsi DKI Jakarta, yaitu: pertama saran sebelas tokoh ulama nasional
yang berkumpul di Jakarta pada 24 Desember 1968, untuk membahas
beberapa persoalan umat, khususnya pelaksanaan zakat di Indonesia. Di
antara rekomendasi hasil musyawarah tersebut adalah:1
a. Perlunya pengelola zakat dengan sistem administrasi dan tata usaha
yang baik sehingga bisa dipertanggung jawabkan pengumpulan dan
pendayagunaannya kepada masyarakat.
b. Bahwa zakat merupakan potensi yang sangat besar yang belum
dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan efekivitas
pengumpulan zakat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan.
Saran sebelas ulama itu ditanggapi secara serius oleh Presiden RI
yang kemudian memberikan seruan dan edaran kepada para pejabat dan
instansi terkait untuk menyebarluaskan dan membantu terlaksananya
pengumpulan zakat secara nasional. Kedua, Seruan Presiden Republik
1Tim Penyusun, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.11.
42
Indonesia pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Istana
Negara, pada tanggal 26 Oktober 1968 tentang perlunya intensifikasi
pengumpulan zakat sebagai potensi yang besar untuk menunjang
pembangunan.
Dua hal inilah yang melatar belakangi pendirian BAZIS Provinsi
DKI Jakarta. Selanjutnya, secara resmi, Gubernur Provinsi DKI Jakarta,
Ali Sadikin mengeluiarkan Surat Keputusan No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal
5 Desember 1968 tentang pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan
syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.
Berdasarkan keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ
dibentuk mulai tingkat Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan,
tugas utamanya adalah pengumpulan zakat di wilayah DKI Jakarta dan
penyalurannya terutama ditujukan kepada fakir miskin.
Sejak berdiri dan tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil Zakat
(BAZ) DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja pada
aspek penghimpunan zakat yang terlihat belum optimal. Jumlah dana zakat
yang terhimpun masih jauh dan potensi ZIS yang dapat digali dari
masyarakat. Hal ini disebabkan lembaga ini membatasi diri pada
penghimpunan dana zakat saja.
Oleh sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dan karena
semakin kompleknya permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta maka
Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada 1973 melalui keputusan No.
D.III/B/14/6/73 tertanggal 22 Desember 1973, menyempurnakan BAZ ini
43
menjadi Badan Amil Zakat dan infak/shadaqah yang selanjutnya disingkat
menjadi BAZIS. Dengan demikian, pengelolaan dan pengumpulan harta
masyarakat menjadi luas, karena tidak hanya mencakup zakat, akan tetapi
lebih dan itu, mengelola dan mengumpulkan infaq/shadaqah serta amal
sosial masyarakat lain.2
2. Legal Formal
Dalam perjalananya, ZIS selalu mendapat perhatian dari berbagai
pihak. Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan UU. Menteri dan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan keputusan berkaitan dengan
ZIS memiliki nilai strategis dalam pandangan berbagai kalangan, baik
pemerintah maupun masyarakat. BAZIS Provinsi DKI Jakarta sejak
berdirinya telah didukung oleh berbagai kekuatan hukum, baik
menyangkut manajemen kelembagaan, maupun yang bersifat operasional.
Sejalan dengan perkembangan BAZIS produk-produk hukumnya
senantiasa disesuaikan, terutama lahirnya UU No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat memberikan implikasi sangat luas pada lembaga
pengelola zakat ini, diantaranya adanya tuntutan profesionalitas,
transparansi, akuntabilitas, dan kemandirian. Dasar hukum yang
membentengi posisi BAZIS Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah:
1. Undang-undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik
Indonesia Jakarta.
2http://bazisdki.go.id/page/index/sejarah-bazis diakses pada tanggal 25 Februari jam
15:20
44
2. Undang-undang Republik Indonesia No.32Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah.
3. Undang-undang Repblik Indonesia No.38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat.
4. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.373 Tahun 2003
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No.38
tentang Pengelolaan Zakat.
5. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.120
Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat,
Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.121
Tahun 2002 tentang Pola Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah
Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.26
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Dana Zakat, Infaq, dan
Shadaqah pada Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
8. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.51
Tahun 2006 tentang Petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan
45
Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah oleh Badan Amil Zakat,
Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.3
3. Tujuan
Seiring perjalanan waktu BAZIS Provinsi DKI Jakarta selalu
berdialog dengan realitas internal dan eksternal. Realitas internal berkaitan
dengan manajemen dan sumber daya. Sedangkan realitas eksternal
berhubungan dengan dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di
masyarakat. betapapun juga, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak ingin
ketinggalan kereta zaman yang terus melaju. Dengan terus melaksanakan
tujuan-tujuan sebelumnya, BAZIS Provinsi DKI Jakarta melalui Surat
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.121 tahun 2002 tentang
pola pengelolaan ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta memprioritaskan
tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat,
infaq, dan shadaqah sesuai dengan tuntutan agama.
2. Meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infaq dan shadaqah.4
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, sejalan dengan perkembangan
zaman, produk-produk hukum BAZIS DKI Jakarta senantiasa
mensesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang bertujuan untuk
3BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provnsi DKI Jakarta, (Jakarta:
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), h.15. 4BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat dan Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta, h.16
46
mensejahterakan Masyarakat DKI Jakarta melalui program-program
BAZIS DKI. Juga meningkatkan pelayanan bagi para masyarakat dalam
menunaikan ZIS ssuai dengan tuntutan agama Islam.
4. Visi dan Misi
Visi : Menjadi Badan Pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya
Misi : Mewujudkan optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah,
profesional, transparan, akuntabel, dan mandiri di Jakarta
menuju masyarakat yang sejahtera, berdaya, dan bertaqwa.
5. Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan BAB II pasal 3 Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No.120 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
maka tugas pokok BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah:
1. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan
shadaqah sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
2. Dalam melaksanakan tugasnya BAZIS bersifat objektif dan transparan.
Sedangkan yang menyangkut fungsi, sebagaimana BAB II Pasal 4
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.120 diatas, maka BAZIS
Provinsi DKI Jakarta mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan Program Kerja
2. Pengumpulan segala macam zakat, infaq, dan shadaqah dari masyarakat
termasuk pegawai wilayah Provinsi DKI Jakarta.
47
3. Pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah sesuai dengan ketentuan
hukumnya.
4. Penyuluhan kepada Masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran
menunaikan ibadah zakat, infaq, dan shadaqah.
5. Pembinaan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah agar lebih produktif
dan terarah.
6. Koordinasi, bimbingan dan pengawan kegiatan pengumpulan zakat,
infaq, dan shadaqah yang dilaksanakan oleh pelaksanaan pengumpulan
BAZIS.
7. Penyelenggaraan kerjasama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan
Shadaqah dan Lembaga Amil Zakat.
8. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan zakat,
infaq, dan shadaqah.
9. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumah-
tanggaan dan sumber daya manusia.5
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas pokok BAZIS
DKI Jakarta yaitu menyelenggarakan pengumpulan dan penghimpunan
dana ZIS serta dalam melaksanakan tugasnya BAZIS DKI harus bersifat
obyektif dan transparan. Adapun fungsi dari BAZIS DKI yaitu,
mendayagunakan dana ZIS serta memberikan pembinaan dan penyuluhan
kepada masyarakat upaya meningkatkan kesadaran masyarakat
menenuaikan zakat.
5BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, h.102.
48
6. Struktur Organisasi
Organisasi BAZIS terdiri dari tiga lembaga utama (berdasarkan SK
Gubernur DKI No. 120 tahun 2002), yaitu:6
1. Dewan Pertimbangan
2. Komisi Pengawasan
3. Badan Pelaksana
Anggota dewan pertimbangan dan komisi pengawasan terdiri dari
unsur ulama, umaro, DPRD, tokoh masyarakat, pengusaha, nasional, dan
cendikiawan muslim.
Susunan organisasi badan pelaksana dan tugas kerja adalah:
1. Kepala, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
a. Memimpin pelaksanaan tugas dan fung si BAZIS
b. Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan sekretariat, bidang
pelaksanaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten, Adminitrasi
termasuk petugas operasional BAZIS Kecamatan, Kelurahan, dan
Unit Satuan Kerja.
2. Wakil Kepala, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
a. Membantu kepala dalam memimpin pelaksanaan tugas dari fungsi
BAZIS
b. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan yang dilimpahkan
kewenangannya oleh kepala
6Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.91.
49
c. Mewakili kepala apabila berhalangan melaksanakan tugas dan
fungsinya
d. Melaksanakan pengendalian administratif pelaksanaan kegiatan
BAZIS
3. Sekretariat, bertugas menjalankan fungsi sebagai koordinasi dan
konsolidasi internal dan pengendalian administratif kegiatan BAZIS
yang berhubungan dengan fungsi-fungsi pembinaan dan administratif
kepegawaian sumber daya manusia, tata rumah tangga dan inventaris
kantor, penelitian dan pengembangan program kerja, hubungan
lembaga, serta informasi dan komunikasi yang membawahi aplikasi
fungsi sistem informasi manajemen BAZIS.
4. Bidang Pengumpulan, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
1. Ekstensifikasi Pengumpulan ZIS :
a. Mengaplikasikan UU No. 17/2000 (ZIS PPh)
b. . ZIS Profesi dokter
c. ZIS via pelayanan jasa STNK
d. ZIS pariwisata
2. Intensifikasi Pengumpulan ZIS :
a. ZIS Masyarakat/wilayah
b. ZIS calon jamaah haji
c. ZIS Pengusaha
d. ZIS karyawan
e. Gerakan sosial amal ramadhan
50
f. Bantuan beras amal sosial keagamaan
g. ZIS bank mitra BAZIS DKI Jakarta
h. Latihan Shadaqah bagi siswa SD/MI dan SLTP/MTs,
SLTA/MA, dan Perguruan tinggi
Pada bidang pengumpulan ini, terdapat dua seksi-seksi pengumpulan
yakni :
1. Seksi Himpun Muzakki, dan
2. Seksi Bina Muzakki
5. Bidang Pendayagunaan, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
a. Fakir Miskin (memberikan beasiswa dari tingakt SD s.d
Mahasiswa)
b. Fi sabilillah
c. Muallaf/Gharimin/Ibnu Sabil
d. Bantuan kemashlahatn umat dan peningkatan SDM
e. Intensifikasi dan Ekstensifikkasi ZIS
f. Bantuan kesetiakawanan-sosial
g. Kegiatan bina usahha produktif/ wirausaha
Pada bidang pendayagunaan ini, terdapat tiga seksi-seksi
pendayagunaan yakni :
1. Seksi Pelayanan Mustahik
2. Seksi Bina Usaha, pada seksi bidang pendayagunaan inilah
program bantuan dana modal usaha yang menangani dan
bertanggung jawab atas keberhasilan program tersebut.
51
3. Seksi Bina Sumberdaya Mustahik.
6. Bidang Dana, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
a. Penerimaan hasil pengumpulan Zakat, Infak, dan Shadaqah
b. Membukukan penerimaan dan penegluaran ZIS, Pelaporan
penerimaan dan pengeluaran ZIS.
Pada bidang Dana ini, terdapat dua seksi-seksi pendayagunaan
yakni :
1. Seksi KAS
2. Seksi Akuntansi
7. Pelaksanaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten Administrasi
52
Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta7
Struktur Organisasi Kepengurusan BAZIS Prov DKI Jakarta beserta Nama
dan Jabatan terlampir
7Lili Bariadi, Muhammad Zen & M.Hudri, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005),
Cet. 1, h. 102.
53
B. Penghimpunan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah BAZIS DKI Jakarta
Cara penghimpunan zakat memang masih mengundang kontrovesi
(ikhtilaf). Ada yang beranggapan bahwa zakat adalah wewenang pemerintah,
dan karena itu pemerintah berkewajiban mengelolanya. Kata “Khudz” di
dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103 menunjukkan makna perintah.
Makna ini berarti juga kewenangan kekuasaan dalam hal ini kekuasaan selalu
identik dengan Negara.8 Sehingga dapat diartikan bahwa Negara dapat
melakukan pemungutan zakat dari masyarakat. sebagian yang lain
menganggap zakat adalah urusan agama. Karena urusan agama adalah urusan
privat, maka Negara tidak dapat memasuki wilayah ini.
Pada praktiknya, kedua pandangan ini masih sama-sama berpengaruh.
Misalnya, penggunaan kekuasaan penuh dilakukan dalam Undang-Undang
No.17 Tahun 2000 bahwa zakat dapat mereduksi pajak. Namun implementasi
dari UU ini masih sulit diterapkan, karena perbedaan paradigma dan masih
rendahnya kesadaran masyarakat dalam berzakat.
Oleh sebab itu, kesadaran memerlukan ruang pencipta. Ia tidak datang
sendiri. Berbagi kalangan masyarakat seperti ulama, tokoh masyarakat, dan
pemerintah harus dapat menciptakan berbagai strategi pendekatan yang dapat
menumbuhkembangkan kepercayaan masyarakat dan mampu mewujudkan
lembaga pengelola zakat yang amanah, kredibel-akuntabel, transparan dan
profesional.
8BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat, Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta, (Jakarta, BAZIS DKI,
1999), h.5.
54
Keberadaan BAZIS Provinsi DKI Jakarta menjadi jawaban
permasalahan diatas, dimana pemerintah dan berbagai elemen masyarakat
bersinergi dalam pengelolaan zakat, baik dalam penghimpunan,
pendistribusian, dan pendayagunaannya.
Penghimpunan (fundraising) ZIS yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta sebagai salah satu tugas BAZIS Provinsi DKI Jakarta sebagaimana
tertulis dalam Surat Keputusan Gubernur No.120/2002 proses ini bukan
sekali jadi. Upaya ini dilakukan dengan kerja kultural-struktural dan melihat
realitas yang berkembang.9
1. Kebijakan di Bidang Penghimpunan (Fundraising)
a. Sasaran
Sasaran penghimpunan ZIS adalah seluruh warga muslim ibukota,
yang dikelompokkan kedalam:
1) Masyarakat umum yang dikoordinasikan oleh kepala kelurahan dan
dibantu oleh Ketua RT/RW serta tokoh agama atau pemuka
masyarakat.
2) Karyawan/Pegawai, yang dikoordinasikan oleh kelurahan, kecamatan,
kotamadya, dan BAZIS unit kesatuan kerja.
3) Para pengusaha nasional, hartawan, dan dermawan yang
dikoordinasikan langsung oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta atas nama
Gubernur.
4) Nasabah Bank.
9BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, h. 43.
55
5) Jamaah calon Haji dan Umroh.10
b. Perhitungan Zakat
Sebagaimana tercantum dalam pasal 14 UU RI No.38 Tahun 1999
tentang pengelolaan zakat, ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian
dalam hal penghitungan zakat, yaitu:
1) Muzaki melakukan penghitungan zakat sendiri hartanya dan kewajiban
zakatnya berdasarkan hukum agama.
2) Dalam hal ini tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban
zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu), muzaki dapat
meminta bantuan kepada amil zakat memberikan bantuan kepada
muzaki untuk menghitungnya.
3) Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga
amil zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib
pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Program Sosialisasi
Memberikan pemahaman ZIS kepada masyarakat bukanlah proses
yang instan. Keberhasilan ini tergantung pada bagaimana kesungguhan
ajaran ZIS didakwahkan terus-menerus kedalam masyarakat. Karena
penyadaran ini bukan hanya berhenti pada kemauan masyarakat untuk
menunaikannya. Tetapi diharapkan juga masyarakat mampu
10
Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.68.
56
menjadikannya sebagai gerakan yang menyeluruh dan mampu
menggerakkan masyarakat yang lain untuk menunaikannya pula.
Bagi sebagian masyarakat, menunaikan ZIS masih menghadapi
kendala. Karena diantara mereka masih ada yang belum mengetahui
hukum ZIS, peran ZIS, dan fungsi amil (BAZIS), siapa yang termasuk
muzaki, munfiq, dan mutashaddiq, bagaimana membayar ZIS serta harus
kemana membayarnya.
Sebagai implementasi tugas dan fungsinya, BAZIS Provinsi DKI
Jakarta melaksanakan langkah-langkah sosialisasi yang secara umum
adalah:
a. Mengadakan kerjasama secara teknis dengan lembaga/instansi lain
dalam hal penyuluhan dan penghimpunan ZIS.
b. Mengadakan koordinasi, Integrasi, dan Sirkonisasi yang bersifat teknis
(bukan kebijaksanaan) dengan semua pihak, agar penghimpunan ZIS
optimal.
c. Mengadakan kerjasama dengan lembaga profesi sejenis sebagai mitra
atau sinergi dalam penyuluhan zakat, infaq dan shadaqah.
Adapun kegiatan sosialisasi BAZIS Provinsi DKI Jakarta
diantaranya:
1) Menyediakan sarana internet dengan situs internet dengan
homepage:http//www.bazisdki.go.id, email : webmaster@bazisdki.go.id
yang memuat kebutuhan informasi tentang ZIS secara lengkap yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
57
2) Bagi yang ingin berhubungan langsung dengan Kantor BAZIS,
disediakan saluran telepon khusus (hotline) dengan nomor: (021)
3144023, 3901367 dan faksimili (021) 3144579.
3) Selain itu penyebarluasan informasi secara intensif dan
berkesinambungan diupayakan pula melalui media dakwah, cetak,
elektronik, penerbitan majalah, buku, leaflet, banner, baliho,
pemasangan spanduk, dan lain-lain
4) BAZIS Provinsi DKI Jakarta juga menitipkan pesan dakwah untuk
menunaikan ZIS kepada para da’i dan khatib Jumat agar ummat
khususnya kaum aghniya lebih faham tentang ZIS dan kemudian sadar
untuk menunaikan-nya.11
3. Konsep Komunikasi
Komunikasi terdiri dari dua jenis, yaitu komunikasi vertikal dan
komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi
kebawah. Biasanya dari manajemen puncak secara hierarkis dalam bentuk
instruksi, saran, peringatan, dan penilaian kepada bawahan. Misalnya,
lahirnya Surat Keputusan Gubernur No.121 dan 120 tahun 2002.
Sedangkan komunikasi ke atas adalah komunikasi dari bawahan ke atas.
Biasanya dalam bentuk laporan keuangan, laporan dari Supervisi Program
(SP) tentang perkembangan kerjasama BMT dengan pedagang kecil di 5
wilayah DKI Jakarta.
11
Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.69-72.
58
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang sejajar. Dalam
kaitannya dengan BAZIS Provinsi DKI Jakarta, maka komunikasi ini
adalah komunikasi antara personal pegawai dengan pegawai yang lain.
Komunikasi ini dilakukan untuk mensinkronkan berbagai program yang
ada. Misalnya untuk program bantuan dana. Hal ini meniscahyakan
komunikasi antara bidang pendayagunaan dengan bidang dana. Perjalanan
komunikasi ini bisa secara formal dan priodik dalam setiap pertemuan
dengan meibatkan semua jajaran BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Dan bisa
juga dilakukan secara nonformal setiap hari prinsipnya adalah fleksibel,
bergantung tingkat kebutuhan.
Perkembangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta menganggap perlunya
membuka komunikasi dengan berbagai kalangan masyrakat. Karena
dengan komunikasilah BAZIS DKI Provinsi DKI Jakarta dapat
berkembang seperti sekarang. Dalam kaitannya dengan perkembangan
manusia, para ahli ilmu sosial mengatakan bahwa kurangnya komunikasi
akan memperlambat perkembangan. Begitupula dengan BAZIS Provinsi
DKI Jakarta, meniscahyakan perlunya keterbukaan dalam berkomunikasi
bila perkembangannya tak ingin terhambat.
Sebagai ibadah yang diperintahkan dan dianjurkan Allah SWT,
komunikasi dengan ZIS antara BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan
masyarakat adalah komunikasi yang berbasis kepada Al-Qur’an, yaitu
basyir wa ndhiran atau tarhib wa targhib (kabar gembira dan ancaman).
Memberikan pemahaman tentang ZIS dilakukan secara komprehensif
59
(menyeluruh). Penyampaian ini bergantung pada tingkat pemahaman
masyarakat dapat dilihat dari repon mereka terhadap penunaian ZIS dan
peningkatan jumlah ZIS. Adapun pesan yang disampaikan antara lain
adalah:
a. Kewajiban menunaikan zakat dan pelaksanannya melalui lembaga yang
terpecaya.
b. Manfaat dan hikmah ZIS, baik di dunia maupun di akhirat diakhir.
c. Ancaman dan resiko bagi pengingkar ZIS, baik di dunia mapun di
akhirat.
Sebagai lembaga dengan sistem yang modern, upaya komunikasi
tidak hanya pada ketersampaian pesan kepada khalayak. Tetapi juga
berbarengan dengan komunikasi kelembagaan. Komunikasi kelembagaan
ini terkait dengan citra lembaga. Betapapun lembaga sebagai pengelola
harus dapat membangun komunikasi yang dialogis dengan masyarakat
baik secara pemberi maupun sebagai penerima. Hal ini dimaksudkan agar
mereka dapat menaruh kepercayaan terhadap lembaga pengelola. Adapun
upaya itu meliputi:
1) Transparansi pengelolaan. Hal ini dibuktikan dengan publikasi
pengelolaan kepada khalayak melalui media cetak, media online, dan
keterlibatan komisi pengawas, akuntan publik, dan Badan Pengawas
Daerah dalam kontrol kelembagaan.
2) Modernisasi pengelolaan, yang dirincikan dengan penerapan teknologi
informasi berbasis komputer dan internet serta SOP yang baku.
60
3) Publikasi. Sebagai lembaga yang didirikan untuk publik, BAZIS
Provinsi DKI Jakarta secara rutin mempublikasikan perkembangan
pemikiran, program, dan informasi pengelolaan melalui Majalah Peduli
Umat sebagai media milik BAZIS DKI Jakarta, dan media massa yang
lain. Upaya ini dilakukan untuk memberikan informasi sekaligus
penggalangan dana ZIS.12
12
BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS
Provinsi DKI Jakarta, h. 76.
61
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Model Peminjaman BAZIS DKI Jakarta dalam Mengentaskan Jumlah
Pengangguran dengan Peminjaman Dana ZIS untuk Program Wirausaha
BAZIS DKI Jakarta merupakan lembaga zakat yang berada di bawah
kepengurusan pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta, sehingga BAZIS DKI
Jakarta memiliki potensi dana Zakat, Infak, Dan Shadaqah yang cukup besar.
Potensi ini bisa dilihat pada perkembangan penerimaan dana ZIS dari tahun
2010 sampai 2014.
TAHUN DANA
ZAKAT
DANA
INFAQ/
SHADAQAH
JUMLAH
2010 31.448.776.565 21.320.042.370 52.768.818.935
2011 39.532.430.980 25.248.381.906 64.780.812.886
2012 54.249.154.401 27.204.156.475 81.453.310.876
2013 60.697.678.071 37.098.201.199 97.795.879.070
2014 69.415.311.534 44.350.496.198 113.765.807.732
(sumber : Data Keuangan BAZIS Prov DKI Jakarta)
Berdasarkan data di atas, dapat dijelaskan bahwa terjadi kenaikan
yang cukup signifikan pada penerimaan ZIS, dimana pada tahun 2010
penerimaan ZIS berada diangka Rp. 52.768.818.935, sedangkan pada tahun
2011 penerimaan dana ZIS meningkat menjadi Rp. 64.780.812.886, atau
62
terjadi peningkatan sebesar Rp.12.011.993.951, dan terus mengalami
peningkatan ditahun berikutnya tepatnya pada tahun 2012 dengan jumlah
kenaikan sebesar Rp.16.672.497.990, begitupun pada tahun 2013 mengalami
tingkat kenaikan penghimpunan ZIS sebesar Rp.16.342.568.194 pada tahun
berikutnya jumlah penghimpunan dan penerimaan dana ZIS juga mengalami
kenaikan sebesar Rp.15.969.928.662.1 dari keterangan di atas dapat
dijelaskan bahwa BAZIS DKI Jakarta adalah salah satu lembaga Badan Amil
Zakat yang cukup potensial dalam pendayagunaan dana ZIS.
Besarnya kenaikan penghimpunan dana ZIS yang terjadi disetiap
tahunnya, BAZIS DKI Jakarta memperoleh dana yang cukup besar
dikarenakan diperoleh dari BAZIS pelaksana Kotamadya/Kabupaten
Adminitrasi, Unit Kerja, Pengusaha dan Pejabat, Calon Jamaan Haji, dan
Bank Mitra.2
Untuk pencapaian target tersebut BAZIS DKI Jakarta merancang
berbagai program yang sasarannya adalah mustahik, salah satu programnya
adalah Jakarta Mandiri yang menjadi program prioritas pada BAZIS DKI
Jakarta. Program Jakarta Mandiri adalah program yang diusung oleh BAZIS
DKI Jakarta dalam bidang pendayagunaan yang sasarannya tertuju pada,
“Fakir dan Miskin, Fi Sabilillah, Muallaf / Gharimin / Ibnu Sabil, Bantuan
Kemashlahatan Umat dan Peningkatan SDM, Intensifikasi dan Ekstensifikasi
1 Laporan Keuangan BAZIS DKI Jakarta Periode 2010 s.d 2013
2 Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta : CV. Pustaka Amri,
2005), h. 105.
63
ZIS, Bantuan Kesetiakawanan ZIS, dan Kegiatan Bina Usaha Produktif /
Wirausaha.3
Dalam upaya memberikan pelayanan umat yang profesional dan amanah,
BAZIS DKI Jakarta menawarkan salah satu program prioritasnya dalam
pengembangan dan pemberdayaan wirausaha dengan bantuan dana yang
bersifat peminjaman untuk modal usaha bagi para mustahik.
Model-model yang ditawarkan oleh BAZIS DKI Jakarta mengenai proses
pencairan modal bantuan usaha yang bersifat dana pinjaman ini telah
dikualifikasikan menjadi tiga model pemberdayaan wirausaha atau usaha
kecil dan menengah yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta melalui dana
produktif, diantaranya4 :
a. Model Konvensional ; BAZIS DKI Jakarta memberikan pinjaman dana
kepada usaha kecil dan menengah atas usulan dari pemerintah setempat,
baik itu Kelurahan, Kecamatan, dan unit kerja dengan memakai model
Qardhul Hasan (dana kebajikan / tanpa bunga).
b. Program Pemberdayaan Modal Usaha bagi Pedagang Kecil (PPMUPK) ;
BAZIS meminjamkan dana produktif kepada pedagang kecil dengan
menggunakan model peminjaman Mudharabah (Bagi Hasil). Penyaluran
ini berkerja sama dengan BMT yang ada di DKI Jakarta.
c. Monitoring ; BAZIS DKI Jakarta memantau dan memberikan pembinaan
kepada para mustahik agar usaha mereka bisa berjalan dengan lancar.
3 PPT, Rapat Kerja Pimpinan BAZIS DKI Jakarta Periode 2013.
4 Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta : CV. Pustaka Amri,
2005), h. 184 s.d 185.
64
Pendampingan atau monitoring yang dimaksud yakni pendampingan
mengenai strategi usaha yang dijalani mereka baik dari sisi manajemen,
pencatatan dan pemasaran produk yang diperdagangkan.
Pemberdayaan wirausaha yang menjadi program prioritas di
BAZIS DKI Jakarta dengan kategori program Jakarta Mandiri ini
bekerjasama dengan BMT Nuur Islami yang beralamatkan di Jalan Curug
Raya 11 Pondok kelapa-Duren Sawit-Jakarta Timur. sebagai lembaga
keuangan syariah yang bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Infaq dan
Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan Akte pendirian
koperasi yang dibuat oleh H. Rizul Sudarmadi, S.H, M.Kn. No. 04 Tahun
2015 terbentuklah BMT Nuur Islami. Bermula dari diskusi para jama’ah
pengajian Majelis Ta’lim Nuur Islami dalam menyikapi maraknya praktik
riba dan banyaknya rentenir yang beroperasi di sebagian wilayah Jakarta.
Kemudian dari hasil diskusi tersebut melahirkan ide untuk membentuk
koperasi syariah dengan nama BMT guna membantu para UKM dan
pedang kecil agar tidak terjerat kedalam praktik riba5.
Pemberian pembiayaan kepada pelaku usaha kecil dan menengah
tidak lepas dari peran serta BAZIS DKI Jakarta yang memberikan
penyertaan modal kepada BMT Nuur Islami untuk digulirkan kepada
sebagian masyarakat DKI Jakarta dalam bentuk pembiayaan Murabahah
(modal kerja), Mudharabbah (bagi hasil), dan pembiayaan Qardhul Hasan
( kebajikan) yang kesemua itu dilakukan tanpa adanya bunga.
5 Wawancara Pribadi dengan Untung Raharjo, Kepala Koperasi BMT Nuur Islami, pada
tanggal 06-April-2016
65
BAZIS DKI Jakarta tidak pernah meminta bagi hasil kepada BMT
Nuur Islami, BAZIS hanya memberikan modal penyertaan. Pesan utama
BAZIS DKI Jakarta adalah selamatkan pedagang kecil dari jeratan
rentenir, dan BMT Nuur Islami berkewajiban menjalankan pesan tersebut
sebagai BMT yang bekerja sama dengan BAZIS DKI untuk memberikan
pelayanan pembiayaan modal tersebut.
BAZIS DKI Jakarta memberikan modal penyertaan kepada BMT
Nuur Islami hanya digunakan untuk membiayai pedagang kecil, hal ini
dilakukan agar pembiayaan yang diberikan benar-benar untuk usaha
produktif bukan digunakan untuk hal yang konsumtif.6
Adapun model peminjaman yang disuguhkan oleh BAZIS DKI
Jakarta meliputi model peminjaman dengan pola Mudharabah dan
Murabahah. Adapun model Mudharabah yang dimaksud adalah kerja sama
antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul Maal) menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (Mudharib).
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangakan kerugian ditanggung secara proporsional dari jumlah
modal, yaitu oleh pemilik modal. Adapun bagi keuntungan dari usaha
yang dilakukan oleh si peminjam dana, maka presentase pembagian
hasilnya adalah 70-30 (sesuai dengan kesepakatan), salah satu presentase
yang disepakati. 70% untuk sipeminjam modal, sedangkan 30% untuk
BMT Nuur Islami yang akan diputar kembali untuk menjadi dana
6 Laporan Pembiayaan BMT Nuur Islami bekerja sama dengan BAZIS DKI Jakarta.
66
produktif. Sedangkan untuk model peminjaman Murabahah, menurut
dewan syariah nasional (DSN) yakni menjual suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya
dengan harga lebih sebagai laba.7 Sedangkan menurut Bank Indonesia
Murabahah adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah. Bank
membeli barang yang diperlukan nasabah dan menjual kepada nasabah
yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan
yang disepakati.8
Dari uraian di atas mengenai model-model peminjaman yang
ditawarkan oleh BAZIS DKI Jakarta mengenai peminjaman modal dan
penyertaan modal dapat disimpulkan bahwa penyertaan modal dan
peminjaman modal yang diberikan oleh BAZIS DKI Jakarta bisa berupa
bantuan peminjaman dana seluruhnya untuk memulai usaha atau juga
dengan bantuan dana yang digabungkan oleh si pemilik usaha yang
bertujuan untuk membesarkan usaha yang sudah ada sebelumnya.
7 Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000.
8 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, ( Jakarta : Sinar Grafika, cet-2, 2013), h. 109.
67
Tabel 4.1
Peserta Peminjaman Bantuan Modal Usaha BMT Nuur Islami
BAZIS DKI Jakarta Tahun 2012 S.D 2014
Tahun Peminjaman dan Jenis usaha
2012 2013 2104
Pedagang Pedagang Pedagang
Total 42 = 87,5 % Total 28 = 84,8 % Total 51 = 85%
Laundry Laundry Counter Hp
Total 3 = 6,25% Total 2 = 6,06% Total 2 = 3,3 %
Salon rias Salon rias Salon
Total 1 = 2,08% Total 1 = 3,03% Total 2 = 3,3%
Warnet Service type Penjahit
Total 1 = 2,08% Total 1 = 3,03% Total 2 = 3,3 %
Service type Foto copy Mabel
Total 1 = 2,08% Total 1 = 3,03% Total 1 = 1,7%
Laundry
Total 1 = 1,7%
Tukang Las
Total 1 = 1,7%
68
SKEMA PENCAIRAN DANA PEMINJAMAN HINGGA PEMUTIHAN
(WRITE OFF) PROGRAM BANTUAN MODAL USAHA BAZIS DKI
JAKARTA
PERSYARATAN
1. KTP DKI Jakarta
2. Kartu keluarga
3. Rekening listrik
4. Memiliki usaha
Mengisi formulir
Model P untuk mengajukan permohonan bantuan dana
PIHAK BMT SURVEI LOKASI
Monitoring dilakukan pada
hari ke-2 setelah peminjaman
oleh pihak BMT Nuur Islami
Pencairan Dana dari bazis
kepada mustahik dengan kisaran
pinjaman 1-7 juta
Proses pengembalian dana bervariasi,
harian, mingguan atau bulanan sesuai
dengan kesepakatan. Tetapi akad yang
digunakan akad harian (angsuran)
Kelapangan pengembalian
dana sampai mustahik lapang
Jangka waktu
pengembalian mencapai
satu tahun atau lebih sesuai
akad diawal Pemutihan, jika benar-benar tidak
bisa mengembalikan dari jangka
waktu yang ditentukan, pihak BAZIS
DKI melaporkan kepada Gubernur
untuk dilakukan pemutihan, dengan
syarat pembuatan SKTM dan usaha
yang dijalankan bangkrut
69
B. Proses Pemberian Pemahaman Kepada Masyarakat Mengenai
Peminjman Dana ZIS yang Diberikan BAZIS DKI Jakarta untuk
Modal Wirausaha
Tabel 4.2
Pemahaman Mustahik Mengenai Program Bantuan Modal Usaha BAZIS
DKI Jakarta Bekerjasama dengan BMT Nuur Islami
NO PERTANYAAN MUSTAHIK
1
Apakah Anda
pernah mendengar
adanya peminjaman
dana bantuan
modal usaha yang
diberikan BAZIS
DKI Jakarta
1 2 3 4 5
YA TID
AK YA
TID
AK YA
TID
AK YA
TID
AK YA
TID
AK
2
Apakah persyaratan
yang diberikan oleh
BAZIS DKI Jakarta
dalam peminjaman
dana bantuan
modal terlalu rumit
3
Apakah Anda
mengetahui model
Peminjaman yang
diberikan oleh
BAZIS DKI Jakarta
4
Jika Anda
mengetahui model
peminjaman
tersebut, apakah
Anda setuju dengan
model Mudhorobah
dan Murabahah
5
Pada peminjaman
dengan model
mudhorobah
presentase bagi
hasil yang
ditawarkan BAZIS
DKI 70%-30%,
Apakah Anda
Setuju
6 Apakah pencairan
70
dana bantuan
modal usaha yang
diberikan BAZIS
DKI sesuai target
dan harapan
mustahik
7
Apakah program
bantuan modal
yang diberikan
BAZIS DKI
bermanfaat demi
keberlangsungan
program Anda
8
Apakah ada sanksi
yang diberikan oleh
BAZIS DKI
terhadap mustahik
yan g telat dalam
pengembalian
modal pinjaman
9
Jika Tidak ataupun
Ya, apakah pihak
BAZIS DKI
memberikan
kelonggaran waktu
kepada mustahik
10
Apakah Anda
mengalami
peningkatan jumlah
pendapatan setelah
mengikuti program
tersebut
JUMLAH TOTAL
YA 9 8 6 6 5
TIDAK 1 2 4 4 5
Dari data di atas yang didapat langsung dari beberapa responden
atau mustahik yang dikategorikan “PAHAM dan TIDAK PAHAM “, terhadap
beberapa persoalan mengenai pemahaman para mustahik terhadap program
bantuan modal usaha, dapat disimpulkan bahwa.
71
1. Pemahaman para peserta terkait dengan adanya dana pinjaman bantuan
modal usaha sudah sebagian masyarakat DKI Jakarta dalam kategori
PAHAM dan mengetahui. Informasi yang didapat oleh para mustahik
berasal dari Majlis Ta’lim, Ketua RT, dan bahkan berasal dari laman web
BAZIS DKI Jakarta.
2. Pemahaman para peserta mengenai teknis peminjaman terkait dengan akad
mudharabah dan murabahah dapat dikategorikan para peserta tidak ada
yang mengetahui dan TIDAK PAHAM tentang akad mudharabah dan
murabahah. Mereka para mustahik hanya berkesimpulan bagaimana cara
mendapatkan dana dengan cepat untuk kemajuan usaha mereka.
3. Pemahaman yang berkaitan dengan adanya sanki keterlambatan
pengembalian dana pinjaman dan kelapangan waktu yang diberikan oleh
BAZIS DKI Jakarta, sebagian mustahik memandang relatih sama dan
seimbang. Maksudnya yakni sebagian peserta merasa memahami dan tidak
paham dengan adanya sanksi dan kelapangan perpanjangan pengembalian
dana pinjaman tersebut. Adapun sanksi yang diberlakukan oleh BAZIS
DKI Jakarta jika terjadi penyelewengan terhadap proses pengembalian
dana yakni tidak diizinkn kembali untuk mengikuti program
pemberdayaan tersebut dalam kategori Jakarat Mandiri.
Pada dasarnya pemberian sosialisasi atau pemahaman kepada
masyarakat mengenai program bantuan dana produktif dari BAZIS DKI
Jakarta telah gencar dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta yang bekerja sama
72
dengan BMT Nuur Islami. 1Salah satu cara yang dilakukan oleh BAZIS DKI
Jakarta adalah dengan melakukannya berbagai promosi iklan yang terpampang
di media cetak, surat kabar, selebaran-selebaran atau brosur, dialog interarktif,
berita, laporan neraca keuangan, seminar/lokakarya, buku dan pada diktat
Shalat Jum’at serta dipublikasikan dalam laman internet khusus BAZIS DKI
Jakarta di www.bazisdki.go.id. Program bantuan modal usaha ini dikategorikan
pada program Jakarta Peduli.2 Sedangkan pada BMT Nuur Islami sebagai mitra
BAZIS DKI Jakarta dalam program bantuan modal usaha juga telah
melakukan berbagai macam cara untuk mensosialisasikan program tersebut,
baik melalui cara tradisional yakni dengan cara penyampaian via verbal (mulut
ke mulut), dan juga melalui selebaran-selebaran pamflet dan selebaran di
khutba-khutbah Jum’at. Namun memang ditemukan realita dilapangan yang
mengidentifikasikan bahwa proses sosialisasi tidak sampai kebeberapa
masyarakat yang membutuhkan bantuan modal usaha, hanya saja anggapan dan
argumentasi dari para calon peminjam yang tidak tersentuh sosialisasi program
tersebut tidak mengerti bagaimana cara mengajukan dan teknis peminjaman
dengan model yang ditawarkan oleh BAZIS DKI Jakarta yang bekerjasama
dengan BMT Nuur Islami. Mereka berasumsi hanya mengajukan permohonan
dengan persyaratan yang lengkap dan menunggu pencairan dana tersebut,
1 Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CV. Pustaka Amri,
2005), h. 88.
2 Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CV. Pustaka Amri,
2005), h. 97.
73
namun proses dan akad yang menjadi syarat mutlak itu yang mereka tidak dan
kurang pahami.
Adapun yang menjadi tolak ukur keberhasilan memberikan
pemahaman atau sosialisasi program peminjaman bantuan modal usaha yakni
dengan mengukur pola-pola pemberian sosialisasi yang dilakukan oleh BAZIS
DKI Jakarta yang berkoordinasi dengan BMT Nuur Islami yakni dengan
menerapkan pol-pola diantaranya, 3pola formal jenis sosialisasi terjadi melalui
lembaga-lembaga yang berwenang sesuai dengan peraturan yang berlaku dari
negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer. Pola informal
terjadi melalui sosialisasi di masyarakat atau dalam hubungan keluarga,
seperti antara teman, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial
dalam masyarakat.
C. Mengukur Tingkat Keberhasilan Program Pemberdayaan Wirausaha
BAZIS DKI Jakarta Melalui Jakarta Mandiri
1. Data Perkembangan Mustahik untuk Program Pemberdayaan
Wirausaha oleh BMT Nuur Islami Bazis DKI Jakarta
Tabel 4.3
Tahun Periode
pengembalian penerima
Rata-
rata
peminja
man
Jenis
Angsur
an
Total
peminjaman
2012 100 Hari 54 1-3 Juta Harian Rp.104.000.000
3http://pelajaransekolahdanmatakuliah.blogspot.co.id/2013/11/definisi-sosialisasi-
menurut-para-ahli.html/ diakses pada 04 April 2016
74
2013 100 Hari 33 1-3 Juta Harian Rp. 64.000.000
2014 100 Hari 60 1-3 Juta Harian Rp.118.000.000 (Sumber Data BMT Nuur Islami Tahun 2012 s.d 2014)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi fluktuatif jumlah
penerima dana ZIS untuk bantuan modal usaha dari tahun 2012 s.d 2014, hal
ini dikarenakan praktek yang dilakukan oleh BMT Nuur Islami Bazis
tergolong berhasl dalam memberikan bantuan modal usaha. Misalnya tahun
2012 ada 54 mustahik yang menerima bantuan modal usaha dengan dana ZIS
yang disalurkan sebesar Rp.109.000.000, secara konsep program ini dimulai
pada bulan ke satu dan akan berakhir pada bulan ke lima ditahun yang sama
dengan sistem akad angsuran per hari. Namun, pada tahun 2013 BMT Nuur
Islam telah meluncurkan kembali tahap selanjutnya sebanyak 33 mustahik
dengan bantuan modal usaha Rp.64.000.000. Yang artinya pada tahun 2013
jumlah penyertaan modal mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
dikarenakan banyak wirausaha yang telah mengalami kenaikan pendapatan,
jadi peserta yang mengikuti program ditahun sebelumnya tidak mengikuti
program ditahun 2013. Begitu pun yang terjadi pada tahun 2014, yang
mengalami kenaikan jumlah mustahik dan jumlah pembiayaan.
Ketaatan Penerima Dana Bantuan Modal Usaha sampai Pengembalian
Bantuan Modal Usaha Periode 2012 s.d 2014
a. Data Pembiayaan Bantuan Modal Usaha Tahun 2012
Pada tahun 2012 ini, jumlah mustahik yang terdaftar dalam
peminjaman dana bantuan modal usaha sebanyak 54 mustahik yang
75
tersebar di beberapa wilayah Jakarat dengan rentang peminjaman dana
sebesar 1 s.d 3 Juta rupiah dengan total peminjaman dana sebesar
Rp.104.000.000 juta rupiah. Pada tahun 2012, program yang dijalankan
oleh BAZIS DKI Jakarta yang bekerja sama dengan BMT Nuur Islami
ketaatan penerima program mencapai 100% dalam pengembalian dana
bantuan modal usaha. Hanya saja terdapat satu mustahik yang dalam
pengembalian peminjaman dana bantuan modal usaha dalam kategori
DIPERHATIKAN. Yang dimaksud dengan istilah DIPERHATIKAN
yakni sistem angsuran perhari yang terlewat dan batas kategori
diperhatikan hanya satu hari. Sementara sisanya dalam kategori lancar
dalam proses pengembalian dana dan tepat waktu.
b. Data Pembiayaan Bantuan Modal Usaha Tahun 2013
Pada tahun 2013, jumlah mustahik mengalami penurunan jumlah
peserta bantuan modal usaha dibandingkan tahun 2012. Jumlah penerima
bantuan dana modal usaha pada tahun 2013 mencapai 33 mustahik
dengan rentang peminjaman dana sebesar 1 s.d 3 juta rupiah dengan total
peminjaman dana sebesar Rp.64.000.000 juta rupiah. Pada tahun 2013
ini ketaatan penerima bantuan modal usaha mengalami fluktuatif dalam
proses pengembalian dana dengan cara angsuran. Dari jumlah penerima
bantuan ditahun 2013, terdapat kategori yang diistilhkan KURANG
LANCAR dalam proses angsuran, maksud dari istilah KURANG
LANCAR yakni, jika proses pengembalian angsuran mengalami
penundaan pembayaran dalam jangka waktu 1 minggu bahkan lebih.
76
Namun dari 33 mustahik penerima bantuan hanya terdapat 1 sampai 2
orang saja yang mengalami kategori kurang lancar, selebihnya dalam
kategori lancar dalam proses angsuran pengembalian modal usaha.
c. Data Pembiayaan Bantuan Modal Usaha Tahun 2014
Pada tahun 2014 ini, jumlah mustahik mengalami penambahan dari
jumlah mustahik pada tahun 2013. Jumlah mustahik pada tahap ini
mencapai 60 mustahik yang terdaftar dalam program peminjaman
bantuan dana modal usaha dengan total dana pinjaman Rp.118.000.000
juta rupiah. Adapun ketaatan penerima bantuan modal ini relatif baik
dikarenakan jumlah pengembalian angsuran terbilang lancar dengan
presentase ketaatan pengembalian modal dana bantuan usaha dikisarkan
pada 95% dengan alasan 58 orang dalam kategori lancar, 1 musathik
dalam kategori diperhatikan dan 1 orang mustahik dalam kategori kurang
lancar.
Gambar 4.4
DATA KETAATAN MUSTAHIK DALAM PENGEMBALIAN MODAL
BANTUAN DANA USAHA
100%
98%
95%
2012
2013
2014
77
2. Eksistensi Usaha Penerima Bantuan Modal Usaha
Tabel 4.5
Dari data yang didapat, terlihat bahwa dari 30 penerima bantuan modal
usaha dari tiga tahap penyaluran yang diwawancarai mayoritas usaha
produktifnya masih berjalan, dengan jumlah 26 mustahik menekuni usahanya
atau setara dengan 87% dan 4 mustahik lainnya usaha yang mereka jalani
sudah tidak berjalan lagi hingga saat ini atau setara dengan 13%. Dimana dari
4 mustahik tersebut yang usahanya tidak berjalan lagi hingga saat ini 2
dikarenakan faktor usia sehingga tidak dapat melanjutkan usahanya hingga
saat ini, sedangkan 2 mustahik lainnya dikarenakan mendapat pekerjaan tetap
sebagai pegawai swasta. Hal ini membuktikan bahwa program
permberdayaan wirausaha sangat efektif untuk menjaga eksistensi usaha
produktif yang dijalankan oleh para mustahik, walaupun ada mustahik yang
sudah tidak eksis dengan usaha mereka yang lebih dikarenakan bukan karena
human eror.
35
25
15
5
0
Eksistensi
usaha
penerima
bantuan
modal usaha
Berjalan Tidak berjalan
26 4
78
3. Peningkatan Pendapatan Setelah Mengikuti Program
Pemberdayaan Wirausaha Melalui Jakarta Peduli
Gambar 4.6
Fluktuatif Pendapatan Mustahik
(Sumber Data BMT Nuur Islami periode 2012 s.d 2014)
Dari 20 penerima program bantuan modal usaha yang diberikan
oleh BAZIS DKI Jakarta yang penulis sudah wawancarai secara random dan
tidak menyeluruh, ada 13 mustahik (93%) yang menagalami peningkatan
pendapatan setalah mengikuti program bantuan modal usaha BAZIS DKI
Jakarta dengan rata-rata Rp.98.500/hari dan sisanya tidak mengalami
peningkatan setelah mengikuti program bantuan modal usaha BAZIS DKI
Jakarta yaitu 7 mustahk (7%). Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua
penerima bantuan yang dapat mengelola dana untuk berwirausaha dengan
baik, maka perlu adanya alternatif bantuan berupa pinjaman dana yang
bersifat tanpa balas jasa atau bunga.
13
7
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis hasil penelitian pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan penelitian sebagai berikut.
1. Model peminjaman BAZIS DKI Jakarta dalam mengentaskan jumlah
pengangguran dengan peminjaman dana ZIS untuk program wirausaha ,
yaitu
a. Program peminjaman bantuan dana untuk modal usaha merupakan
program BAZIS DKI Jakarta dalam kategori Jakarta Mandiri yang
berkerjasama dengan BMT Nuur Islami.
b. Memberikan modal usaha dalam bentuk pinjaman kepada mustahik
dengan model akad Mudharabah (bagi hasil) dan Murabahah (modal
kerja) dengan dana qardhul hasan (dana kebajikan) yang diperoleh
dari dana ZIS untuk program produktif .
c. Dana bantuan yang dipinjamkan antara 1 s.d 7 juta, namun untuk
penyertaan modal peminjaman diawal hanya sampai 1 s.d 3 juta.
Terhitung jika pengembalian dana tersebut lancar kepada BMT Nuur
Islami maka peserta dapat menambahkan jumlah pinjaman sampai
dengan 7 juta.
d. BAZIS DKI Jakarta tidak mendapatkan bagi hasil, karena status
BAZIS DKI Jakarta hanya sebagai penyertaan modal jika dapat
pengajuan pembiayaan dari BMT Nuur Islami.
80
e. Pihak BAZIS DKI Jakarta bersama dengan BMT melakukan
monitoring setiap hari kepada peserta peminjam modal sekaligus
menerima angsuran dengan akad harian.
f. Presentase terbesar dari tahun 2012 s.d 2014 peserta peminjaman dana
modal usaha dikategorikan kepada pedagang.
2. Dari analisis yang didapat menunjukkan bahwa, proses pemberian
pemahaman kepada masyarakat mengenai peminjaman dana ZIS yang
diberikan BAZIS DKI Jakarta untuk modal wirausaha sebagian
masyarakat Jakarta yang diteliti dalam kategori paham dan mengetahui,
karena informasi yang didapat oleh para mustahik berasal dari Majelis
Ta’lim, Ketua RT, dan berasal dari laman web BAZIS DKI Jakarta.
Namun dari segi wawancara kepada beberapa mustahik atas beberapa
pertanyaan mengenai akad yang menjadi model peminjaman seperti akad
Mudharabah dan Murabahah dapat dikategorikan para mustahik tidak
paham tentang akad tersebut. Mereka berasumsi bahwa bagaimana cara
mendapatkan dana dengan cepat untuk kemajuan usaha mereka. Adapun
strategi pemberian pemahan kepada masyarakat yang dilakukan oleh
BAZIS DKI Jakarta dan BMT Nuur Islami dalam mensosialisasikan
program tersebut sudah dalam ketegori baik, karena dua lembaga
tersebeut menerapkan pola sosialisasi formal dan informal untuk
penyampaian informasi program tersebut.
3. Dari analissis yang didapat mengenai tingkat keberhasilan program
pemberdayaan wirausaha dapat dikategorikan berhasil. Dengan alasan
81
merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam pengembalian modal
pinjaman, tidak mengalami masalah yang signifikan, hanya saja terdapat
kategori diperhatikan dan kurang lancar. Namun presentasenya sangat
kecil dalam proses pengembalian dana. Dari sisi eksistensi peserta
peminjaman dana modal usaha dikategorikan eksis dengan tetap
berjalannya usaha para peserta dan dapat melebarkan usaha tersebut
dengan keuntungan yang didapat. Dari sudut terakhir mengenai
keberhasilan program Jakarta Mandiri ini dengan kategori peningkatan
pendapatan setelah menerima dana pinjaman dapat dijelaskan bahwa
peserta peminjam dana mengalami peningkatan pendapatan yang baik
dalam kurun waktu per hari dengan pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.98.500 .
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari kajian dan pembahasan tersebut maka,
ada beberapa yang perlu penulis sarankan, yaitu sebagai berikut :
1. Perlu adanya standarisasi program yang akan dijalankan oleh BAZIS DKI
Jakarta yang bekerjasama dengan BMT Nuur Islami sehingga program
mempunyai standar yang baku yakni diantaranya; a. Kerjasama dalam hal
monitoring, b. Optimalisasi penyeleksian calon peserta peminjman dana
guna menjamin tepat sasaran, c. Mengklasifikasikan peserta yang
tergolong lancar dan bermasalah dalam hal pengembalian dana
peminjaman.
82
2. Perlu dilakukan pendampingan dan pengawasan yang intensif dari pihak
BAZIS dan BMT, agar dana yang diberikan lebih bisa terkontrol dan
mustahik lebih terarah dalam mengakses dan memanfaatkan modal
tersebut.
3. BAZIS DKI Jakarta perlu melakukan komunikasi yang intensif dengan
mitranya BMT Nuur Islami. Hal tersebut perlu dilakukan karena, kondisi
lapangan akan terus berkembang, sehingga akan muncul permasalahan
baru dan ide-ide baru.
4. BAZIS DKI Jakarta dan BMT Nuur Islami lebih giat kembali dalam
mensosialisasikan program produktif ini untuk kalangan mustahik yang
membutuhkan dana, agar mereka tidak terjerat dalam tawaran rentenir dan
dosa akan praktek riba.
5. Melakukan pemberian sanksi terhadap kelalaian peserta peminjaman dana
modal usaha jika terdapati melakukan hal-hal menyimpang dari tujuan
peminjaman dana usaha tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial. Jakarta : UI-Pres, 2003.
Alma, Buchari. Panduan Kuliah Kewirausahaan. Bandung : CV Alfabeta, 2000.
Amelia. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi Handphone
di Institute Kemandirian Dompet Dhuafa. Skripsi s1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta, 2009.
Bariadi, Lili. Dkk. ZAKAT dan WIRAUSAHA. Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005.
Bariyah, N. Oneng Nurul. Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktek
Pemberdayaan Ekonomi. Ciputat : Wahana Kardofa FAI UMJ, cet I, 2012.
Bazis DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat. Manajemen ZIS BAZIS DKI JAKART.
BAZIS PROV. DKI JAKARTA. cet-1. 2006.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Provnsi DKI Jakarta. Jakarta: BAZIS
Provinsi DKI Jakarta, 2006.
BAZIS DKI. Pengelolaan Zakat dan Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat. Manajemen ZIS BAZIS
Provinsi DKI Jakarta.
Cholitim, Erna Erawati dan Juni Tamrin. Pemberdayaan dan Refleksi Finansial Usaha
Kecil di Indonesia. Bandung: Yayasan Akita, 1997.
Departemen Pendidikan Nasional. (Kamus Besar Baha Indonesia) KBBI edisi ke-4.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Djamil, Fathurrahman. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah. Jakarta : Sinar Grafika, cet-2, 2013.
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). No. 04/DSN-MUI/IV/2000.
Furchan, Arief. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional. cet-
1. 1992.
Hafidhuddin, Didin. Anda bertanya tentang Zakat, Infak, dan Sedekah Kami Menjawab.
Jakarta : Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). 2006.
Hafiduddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Moder, Jakarta : Gema Insani Press,
2004.
Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta : Gaya Media Pratama Jakarta, 2007.
Huda, Miftahul. Aspek Ekonomi dalam Syariat Islam. Mataram : LKBH, 2007.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga. ed ke-1. 2009.
Ikatan Akuntansi Indonesia. Akuntansi Zakat dan Infak/Shadaqah PSAK 109. Jakarta :
Dewan Standar Akuntansi Syariah. 2010.
Jabbar, Habiullah. (ed). Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan.
Jakarta : Blantika, Cet.I, 2004.
Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin. Kamus Ilmu Ushul Fikih. Jakarta : AMZAH
cet-1. 2005.
Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006.
Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2012.
Laporan Pembiayaan BMT Nuur Islami bekerja sama dengan BAZIS DKI Jakarta.
Laporan Keuangan BAZIS DKI Jakarta Periode 2010 s.d 2013.
Machendrawati, Nanih. dan Agus Ahmad, Syafe’i. Pengembangan Masyarakat Islam
dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia. Ekonomi Islam. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada. cet IV. 2012.
PPT. Rapat Kerja Pimpinan BAZIS DKI Jakarta Periode 2013.
RS, Syamsuddin. Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam dalam Da’wah Islam.
Bandung : KP HADID, 1999.
Sari, Elsi Kartika. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta : PT. Grasindo, 2007.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : PT Refika
Aditama, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. cet ke-15. 2010
Sumarsono. Kontribusi Sikap Mental Berwiraswasta untuk Berprestasi. Jakarta : CV. Era
Swasta, 1984.
Suryana. Kewirausahaan. Jakarta : PT. Salemba Emban Patria, 2003.
Suryana, Yuyus dan Kartib Bayu. Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik
Wirausahawan Sukses. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. cet ke-2. 2011.
Tim Penyusun. Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006.
Wawancara Pribadi dengan Untung Raharjo. Kepala Koperasi BMT Nuur Islami. Jakarta
06-April-2016.
Winardi. Enterprenuer dan Enterprenuership. Jakarta : Kencana , 2008.
Muladi. http://www.kemenag.go.id/file Dokumen/UU3839/pdf. UUD Republik Indonesia
No 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, UUD di Akases Pada 19
November 2015
http://www.baznas.or.id/berita-artikel/membangun-komunitas-zakat-untuk-kesejahteraan-
masyarakat/ diakses pada tanggal17 November 2015
http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-
makro/pengangguran/item225/ diakses pada 25 Novembeer 2015
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_40.pdf/ diakses pada tanggal 17
November 2015
http://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html.
Diakses pada tanggal 23 November 2015
https://imansoenhadji.files.wordpress.com/2010/02/kewirausahaan_modul.pdf/ diakses
pada 24 November 2015
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/196
507081991032-YOYOH_JUBAEDAH/Materi_Perkuliahan_Kewirausahaan.pdf/
diakses pada tanggal 24 November 2015
https://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitian-kualitatif/
diakses pada 25-Januari-2016
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/usaha-yang-dilakukan-untuk-
mengatasi.html#ixzz3yECXNl8t diakases pda tanggal 25-01-2016
http://bazisdki.go.id/page/index/sejarah-bazis diakses pada tanggal 25 Februari jam 15:20
http://pelajaransekolahdanmatakuliah.blogspot.co.id/2013/11/definisi-sosialisasi-
menurut-para-ahli.html/ diakses pada 04 April 2016
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAZIS DKI Jakarta
Narasumber : Muhammad Fitrian Kadir
Jabatan : Staff Bidang Pendayagunaan
Tanggal : 25-April-2016 Jam 11.00 WIB
Tempat : Kantor BAZIS DKI Jakarta
1. Bagaimana sejarah berdirinya BAZIS Prov DKI Jakarta ?
Secara langsung yang menjadi latar belakang berdirinya BAZIS Provinsi DKI Jakarta, yaitu: pertama
saran sebelas tokoh ulama nasional yang berkumpul di Jakarta pada 24 Desember 1968, untuk
membahas beberapa persoalan umat, khususnya pelaksanaan zakat di Indonesia. Kedua, Seruan
Presiden Republik Indonesia pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara,
pada tanggal 26 Oktober 1968 tentang perlunya intensifikasi pengumpulan zakat sebagai potensi yang
besar untuk menunjang pembangunan.
2. Program apa saja yang dilakukan oleh BAZIS Prov DKI Jakarta ? dan program apa yang
dijadikan unggulan ?
Kategori program yang dilaksanakan oleh BAZIS DKI Jakarta meliputi beberapa program, diantaranya
Jakarta Cerdas, Jakarta Bertaqwa, Jakarta Mandiri, Jakarta Peduli. Sulit untuk mengatakan yang mana
diantara program tersebut dikategorikan menjadi ujung tombak program BAZIS DKI. Karena
keseluruhan dari program tersebut ditujukan untuk membantu dan mengubah mental masyarakat
Jakarta, dari peneriman bantuan (mustahik) menjadi pemberi dana (Muzakki).
3. Apa latar belakang dari program jakarta mandiri yang termasuk dalam kategori pemberian
dana produktif untuk modal usaha ?
Latar belakang dari program tersebut yakni, pertama sesuai aturan Al-Quran dan As-sunnah yakni
yang terdapat dalam surat At-Taubah ayat 60 yakni kategori penerima zakat (mustahik). Kedua,
berdasarkan UU No 23 Tahun 2011 tentang pelaksanaan dan praktek zakat, ketiga berdasarkan
peraturan gubernur tentang pemberdayaan kaum miskin.
4. Berapa lama waktu pencairan dana program bantuan modal usaha hingga sampai ketangan
para mustahik ?
Untuk pencairan dana pengajuan modal pinjaman dana usaha, BAZIS bekerjasama dengan BMT Nuur
Islami. Dimana pengajuan atas penyerahan berkas yang dilaporkan BMT dengan jumlah yang tertera,
maka BAZIS DKI Jakarta akan menggelontorkan dana yang samam dengan pengajuan dari pihak
BMT. Namun dengan audit internal laporan keuangan yang diberikan setiap bulannya kepada pihak
BAZIS dari BMT, sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi mengenai dana yang diberikan.
5. Bagaimana pola pengelolaan dana ZIS untuk program tersebut ?
Pola pengelolaan dana ZIS yang diberikan kepada mustahik untuk kategori program Jakarta Mandiri
berasal dari dana zakat Produktif. Yang mana peruntukannya sebagian besar kepada fakir dan miskin.
6. Wilayah mana saja program tersebut disalurkan dan apa alasannya ?
seluruh cakupan wilayah DKI Jakarta dengan bekerja sama dengan BMT Nuur Islami.
7. Apa kriteria penerima dari program bantuan modal tersebut ?
Kriteria dari penerima dana bantuan modal usaha yakni fakir dan miskin. Dan sudah mengalami
perluasan pemberian kepdqa gharimin dan muallaf. Selain itu kriteria lainnnya yakni warga DKI
Jakarta dan memiliki usaha.
8. Berapa lama waktu yang diberikan BAZIS Prov DKI Jakarta jika peserta penerima bantuan
tidak tepat waktu dalam pengembalian dana pinjaman hingga proses pemutihan atau
pembebasan dari pengembalian dana ?
Waktu yang diberikan BAZIS DKI Jakarta dalam menangani peserta yang tidak tepat waktu dalam
pengembalian dana pinjaman modal yaitu tidak adanya batasan waktu, sesuai dengan akad diawal
ketika perjanjian. Namun jika terjadi perluasan waktu maka pihak BAZIS Nmelihat dan survey lokasi
usaha mengapa tidak dapat membayar iuran. Salah satu langkah yang ditempuh BAZIS yakni
menghapus data peserta dari peminjaman bantuan modal usaha dengan mengganti status menjadi
Gharimin, yang mana uang peminjaman tersebut ditutupi oleh pihak BAZIS DKI Jakarta.
9. Apa yang menjadi tantangan dan peluang dari program ini ?
Tantangan dari program ini adalah mental dari mustahik. Dan juga tantangan dari internal bazis dki
yakni kurangnya staff dalam bidang pendayagunaan dan kurangnya pendampingan kepada peserta
peminjaman dana modal bantuan usaha.
BMT Nuur Islami
Narasumber : Untung Raharjo
Jabatan : Ketua/kepala Koperasi BMT Nuur Islami
Tanggal : 06-April-2016. Jam 11.00 s.d 12.00 WIB
Tempat : BMT Nuur Islami
1. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya BMT Nuur Islami ?
Latar belakang berdirinya yakni sebagai lembaga keuangan syariah yang bekerja sama dengan Badan
Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan Akte pendirian koperasi
yang dibuat oleh H.Rizul Sudarmadi, S.H, M.Kn. No. 04 Tahun 2015 terbentuklah BMT Nuur Islami.
Bermula dari diskusi para jama’ah pengajian Majelis Ta’lim Nuur Islami dalam menyikapi maraknya
praktek riba dan banyaknya rentenir yang beroperasi di wilayah Jakarta. Kemudian dari hasil diskusi
tersebut melahirkan ide untuk membentuk koperasi syariah dengan nama BMT guna membantu para
UKM dan pedang kecil agar tidak terjerat kedalam praktek riba.
2. Bagaimana Pola Kerja sama BMT Nuur Islami dengan BAZIS Prov DKI Jakarta ?
Bazis memberikan modal penyertaan. Pertama BAZIS ingin mengajarkan kepada masyarakat atau
wirausaha kecil untuk mandiri, tidak memberikan bantuan cuma-cuma. Namun program di BAZIS tidak
hanya bantuan kepada wirausaha kecil saja, ada namnya bantuan tunggakan sekolah, bantun pembinaan
majelis ta’lim, oleh sebab itu bazis memerlukan kerja sama dengan BMT yang terdaftar di dinas
koperasi atau kementrian koperasi salah satunya BMT Nuur Islami. Intinya cuma satu, jika ada
masyarkat yang ingin mengajukan modal usaha, pihak BAZIS melempar ke BMT, dan pihak BMT yang
menyatakan layak atau tidak layak. Jadi BAZIS hanya memberikan modal penyertaan saja, tetapi setiap
bulan pihak BMT memberikan laporan dananya ke BAZIS mengenai dana yang disalurkan tepat sasaran
atau tidak dan tepat fungsi dan guna.
3. Berapa Alokasi Dana Zakat yang Diberikan oleh BAZIS Prov DKI Jakarta untuk Program
Pemberdayaan Wirausaha ?
Sesuai kebutuhan, banyak wirausaha kecil atau pedagang yang datang ke BAZIS kemudiam dialihkan ke
BMT Nuur Islami untuk disurvei. Kemudian pembiayaan yang diajukan dikumpul baik satu juta atau
dua juta selama 1-2 minggu, namun setelah dikumpul ternyata pembiayaan mencapai lima puluh juta di
BMT Nuur Islami. dan pembiayaan itu yang diajukan ke BAZIS DKI Jakarta. BAZIS hanya
mengeluarkan modal sesuai dana yang diajukan BMT Nuur Islami.
4. Bagaimana Mekanisme Penyaluran Dana ZIS untuk Program Pemberdayaan Wirausaha ?
Pertama : masyarakat mengajukan permohonan dana modal usaha ke BAZIS DKI Jakarta, lalu dari
pihak BAZIS dialihkan ke BMT Nuur Islami.
Atau pilihan ke dua, pedagangnya sendiri yang mengajukan karena jaraknya jauh dari BAZIS, pihak
BMT yang mengambil data atas rekomendasi dari BAZIS DKI Jakarta. Jika jaraknya terpaut dekat
dengan BMT, maka pengajuan modal usaha bisa langsung ke BMT Nuur Islami, lalu dilanjutkan ke
BAZIS DKI Jakarta.
5. Apa Persyaratan untuk Calon Penerima Program Pemberdayaan Wirausaha ?
KTP DKI Jakarta , Kartu Keluarga, Surat Nikah, Rekening Listrik, dan memilki usaha.
6. Bagaimana BMT Nuur Islami Memonitor Para Penerima Bantuan Program ?
Untuk memonitor, para tim BMT langsung jemput bola setiap hari untuk mengambil angsuran dengan
akad harian.
7. Bagaimana Proses Pengembalian Dana Bantuan Modal Usaha ?
Dengan cara angsuran, bisa 60 hari, 80 hari, dan 100 hari. Tergantung pedagang tersebut sanggupnya
berapa hari. Penetuan akad ada di pedagang mau pilih akad yang berapa hari. Namun jika terjadi
mangkrak dalam pengembalian modal usaha semuanya kembali ke akad awal, walaupun sampai satu
tahun mangkraknya tetap tidak ada denda. Jika memang benar tidak dapat melunasi juga, proses
pemutihan dapat dilakukan dengan syarat benar-benar warga DKI, membuat SKTM dari kelurahan,
usaha bangkrut, lalu mengecek tempat usaha.
8. Bagaimana Bentuk Pertanggung Jawaban BMT Nuur Islami kepada BAZIS Prov DKI Jakarta ?
Laporan keuangan setaip awal bulan, laporan nasabah setiap bulan, laporan out standing dana yang ada
dilapangan.
9. Apa Kendala yang Dihadapi dalam Program tersebut ?
Sering bertikai dengan rentenir, karena rentenir menggunakan sistem 20% sedangkan BMT
menggunakan Qardhul hasan atau bagi hasil, yang otomatis mematikan pekerjaan rentenir tersebut.
Tujuan utamanya perangi rentenir.
top related