mikro percobaan 4 semester 3
Post on 13-Jun-2015
2.484 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. Maksud dan Tujuan Praktikum
I.1 Maksud praktikum
Percobaan mikrobilogi kali ini dimaksudkan agar praktikan dapat
mempelajari tentang perhitungan mikroorganisme dengan metode
ALT (Angka Lempeng Total), metode MPN (Most Prabable Number),
dan metode Turbidimetri.
I.2 Tujuan Praktikum
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara
perhitungan mikroorganisme dengan metode ALT (Angka Lempeng
Total), metode MPN (Most Probable Number), dan metode
Turbidimetri.
I. Prinsip Praktikum
Mikroorganisme merupakan salah satu makhluk hidup yang hanya
dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Karena ukurannya yang sangat
kecil, maka sukar sekali untuk menghitung mikroorganisme. Oleh sebab
itu, praktikan harus mengetahui cara-cara untuk melakukan perhitungan
mikroorganisme dengan metode-metode tertentu, yaitu metode ALT
(Angka Lempeng Total), MPN (Most Probable Number), dan metode
Turbidimetri. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan
pengenceran dan setelah itu ditambahkan dengan medium yang sesuai dan
kemudian diinkubasikan. Setelah jangka waktu tertentu, diamati hasil
pertumbuhan mikroba dan kemudian dihitung jumlah mikroorganisme
dengan menggunakan metode-metode yang telah ditentukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Dalam analisis kuantitatif, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menghitung atau mengukur jumlah mikroorganisme didalam suatu bahan atau
sediaan farmasi, makanan minuman dan kosmetika ( 4, hal 115).
Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat ditentukan dengan berbagai macam
cara, tergantung dari bahan dan jenis mikroba yang ditentukan. Pada umumnya
ada 3 cara perhitungan jumlah mikroba, yakni perhitungan jumlah sel,
perhitungan massa sel secara langsung, dan perhitungan massa sel secara tidak
langsung (5, hal. 251).
Beberapa bakteri penyebab penyakit seringkali terdapat dalam jumlah kecil di
dalam makanan. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan karena adanya
mikroba tersebut dalam jumlah yang besar dapat mengakibatkan terjadinya infeksi
dari bakteri patogen atau keracunan oleh bakteri penghasil racun. Oleh karena itu
perlu dilakukan uji kuantitatif untuk mengetahui jumlah bakteri tersebut yang
terdapat di dalam makanan (2, hal. 125).
II.1 1 Perhitungan Jumlah Sel
Ada beberapa cara mengukur jumlah sel yaitu dengan hitungan cawan
(plate count), secara elektronik dengan bantuan alat Colony Counter
(Penghitung Koloni), dan MPN (Most Probable Number) (5, hal. 252)
II.1.1.1 Metode Hitungan Cawan
Prinsip metode ini adalah apabila ada satu sel mikroorganisme
yang masih hidup ditumbuhkan pada medium yang sesuai, maka
sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang
dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata pada media yang
digunakan dan setelah dilakukan inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu.(4, hal.121).
Metode ini merupakan cara yang paling sensitif untuk
menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan:
1) Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung.
2) Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus.
3) Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba, karena
koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang
mempunyai penampakan spesifik.
( 4, hal. 121)
Selain keuntungan-keuntungan tersebut di atas, metode hitungan
cawan juga mempunyai kelemahan sebagai berikut:
1) Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya,
karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.
2) Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin
menghasilkan jumlah yang berbeda pula.
3) Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium
padat dan membentuk koloni yang kompak, jelas, tidak menyebar.
4) Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung.
(4, hal. 121-122)
Pada hitungan cawan ini, bahan yang diperiksa yang diperkirakan
mengandung lebih dari 300 koloni mikroorganisme per mL atau per-
gram atau per-cm, memerlukan perlakuan pengenceran sebelum
diinokulasi ke dalam media agar dalam cawan petri. Setelah masa
inkubasi selesai, maka akan terbentuk koloni-koloni pada cawan
tersebut dalam jumlah yang terbaik yang dapat dihitung adalah 30-300
koloni percawan petri.(4, hal 122)
Syarat perhitungan jumlah bakteri dengan metode hitungan cawan
adalah sebagai berikut:
1) Jumlah koloni tiap cawan antara 30-300 koloni, bila tidak ada,
dipilih yang mendekati.
2) Bila perbandingan jumlah bakteri antara pengenceran yang lebih
besar dengan pengenceran sebelumnya < 2, hasilnya dirata-rata,
tetapi bila > 2, yang dipakai jumlah bakteri dari pengenceran
sebelumnya.
3) Bila dengan ulangan dan hasil memenuhi syarat, hasilnya dirata-
rata.
(4, hal 125)
Jumlah koloni dalam sampel dapat dihitung sebagai berikut:
= x
1faktor pengenceran
(4, hal. 125)
II.1.1.2 Metode MPN (Most Probable Number)
Pada metode ini digunakan medium cair dengan tabung-tabung
reaksi dan tabung durham. Perhitungannya dilakukan berdasarkan
atas jumlah tabung reaksi yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh
mikroorganisme setelah dilakukan inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. Pengamatan terhadap tabung yang positif dapat dilihat dan
diamati dengan adanya perubahan warna dari medium dan
terbentuknya gas dalam tabung durham yang diletakkan secara
terbalik.(4, hal.137)
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah
mikroba di dalam sampel yang berbentuk cair, meskipun dapat
juga digunakan untuk sampel yang berbentuk padat dengan
terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut.
Kelompok mikroorganisme yang dapat dihitung dengan metode
MPN juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan
untuk pertumbuhan. Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah
tabung reaksi yang positif, yakni yang ditumbuhi oleh mikroba
setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Kriteria tabung
positif atau tidak ditandai dengan timbulnya kekeruhan atau gas
pada tabung Durham (5, hal. 261).
Nilai MPN sampel dapat dihitung sebagai berikut:
Koloni per ml atau per gram
Jumlah koloni per cawan
MPN sampel = Nilai MPN x
1pengenceran tabung tengah
(4, hal. 139)
II.1.3 Perhitungan Massa Sel secara Tidak Langsung
a. Analisis komponen sel (protein, ADN, ATP, dan sebagainya).
b. Analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder,
panas).
c. Analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino,
mineral, dan sebagainya.
(5, hal. 269)
II.2. Uraian Bahan dan Sampel
II.2.1. Metode SPC atau ALT
II.2.1.1. Bahan
a. Medium NA
b. Medium PDBc. Aquades
II.2.1.1. Sampel
a. Kue kering
b. Roti
c. Es jeruk
d. Es sirup
e. Es teh
II.2.2. Metode MPN
II.2.2.1. Bahan
a. Medium LB
b. Aquades
II.2.2.2. Sampel
a. Kue kering
b. Roti
c. Es jeruk
d. Es sirup
e. Es teh
II.2.3. Metode Turbidimetri
II.2.3.1. Bahan
a. Aquades
b. Larutan NaCl
II.2.3.2. Sampel
a. Suspensi mikroorganisme
BAB III
METODE KERJA
III.1. Metode SPC atau ALT
III.1.1 Alat – alat yang digunakan
1. Cawan Petri
2. Botol
3. Tabung reaksi
4. Spoid
5. Tabung durham
6. Kapas
7. Labu erlenmeyer
III.1.2 Bahan – bahan yang digunakan
1. Medium Potato Dextrosa Agar (PDA)
2. Medium Nutrien Agar (NA)
3. Medium Lactosa Broth (LB)
4. Larutan NaCl
5. Aquades
6. Roti
7. Kue Kering
8. Es Jeruk
9. Es Teh
10. Es Setrup
11. Bakteri E. Coli
12. Alkohol
III.2. Cara kerja
1. SPC (Standard Plate Count)
a. Digerus sampel dan ditambahkan air secukupnya. Dihomogenkan
dan diambil 1 ml larutan sampel.
b. Dimasukkan larutan sampel ke dalam tiap-tiap botol yang telah
berisi 9 ml aquades steril (dilakukan pengenceran).
c. Diambil 1 ml larutan dari tiap pengenceran, dimasukkan ke dalam
cawan petri sesuai dengan pengenceran masing-masing.
d. Dimasukkan medium PDA dan NA di dalam tiap cawan petri
sesuai pengencerannya. Untuk medium PDA pengenceran dimulai
dari 10-2 sampai 10-4 dan untuk medium NA pengenceran dimulai
dari 10-1 sampai 10-3.
e. Diinkubasi cawan petri yang berisi medium NA di dalam
inkubator dan medium PDA dengan suhu kamar.
2. MPN (Most Probable Number)
a. Diambil larutan sampel dari pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4,
dimasukkan ke dalam tiap-tiap tabung reaksi yang telah berisi
medium LB (Lactosa Broth) dan tabung durham.
b. Diinkubasi dalam inkubator dan diamati perubahan yang terjadi.
3. Turbidimetri
a. Dilarutkan suspensi mikroba dengan larutan NaCl, dihomogenkan.
b. Diambil 5 ml dari tiap pengenceran yang telah dilakukan,
dimasukkan ke dalam tiap tabung reaksi yang telah berisi 5 ml
aquades steril. Dilakukan sampai pengenceran 10-10.
c. Dihitung transmitan tiap pengenceran dengan menggunakan
spektrofotometer.
d. Dicatat hasil yang didapat.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 SPC Bakteri
No. Sampel 10-2 10-3 10-4
1. Roti 2576 1640 1128
2. Kue Kering 2092 116 TBUD
3. Es Jeruk 1280 298 256
4. Es Setrup 424 384 320
5. Es teh 210 160 150
SPC Bakteri :
1. Roti : 10-2 10-3 10-4
2576 1640 1128
¿ jumlah koloni pada fp teeringgi×1
fp tertinggi
¿1128×1
10−4
¿1128× 10−4=1,1× 107
2. Kue Kering : 10-2 10-3 10-4
2092 116 TBUD
∑ Koloni ×1fp
=116×1
10−3=116×10−3=1,2 ×105
3. Es Jeruk : 10-2 10-3 10-4
1280 298 256
a. Dibandingkan fp tertinggi dibanding fp terendah
256×1
10−4
298×1
10−3
=256×104
298×103
¿ 2,6 ×106
3,0 ×105
¿8,6>2
b. Diambil fp terkecil
∑ koloni ×1fp
=298 ×1
10−3=298 ×103=3,0 ×105
4. Es Setrup : 10-2 10-3 10-4
424 384 320
¿∑ koloni fptertinggi×1
fptertinggi
¿320 ×1
10−4
¿320 ×104
¿3,2 ×106
5. Es Teh : 10-2 10-3 10-4
210 160 150
a. Dibandingkan fp tertinggi dengan fp terendah
150×1
10−4
160×1
10−3
=150× 104
160× 103 =1,5× 106
1,6×105 =9,3>2
b. Diambil fp terkecil
¿160 ×1
10−3
¿160 ×103=1,6 ×105
IV.2 ALT khapang/ Jamur
No. Sampel 10-1 10-2 10-3
1. Roti 3720 2760 457
2. Kue Kering 1736 1052 232
3. Es Jeruk TBUD 924 233
4. Es Setrup TBUD TBUD 584
5. Es Teh Spreader Spreader 278
ALT Jamur :
1. Roti
¿∑ koloni pada fptertinggi ×1
fp tertinggi
¿457 ×1
10−3=457 ×103=4,6 × 105
2. Kue Kering
¿∑ koloni pada fptertinggi ×1
fp tertinggi
¿232 ×1
10−3=232 ×103=2,3 × 105
3. Es Jeruk
¿∑ koloni pada fptertingi×1
fptertinggi
¿233 ×1
10−3=233 ×103=2,3 ×105
4. Es Setrup
¿∑ Koloni pada fptertinggi×1
fp tertinggi
¿584 ×1
10−3=584 ×103=5,8 × 105
5. Es Teh
¿∑ koloni pada fptertinggi ×1
fp tertinggi
¿278 ×1
10−3=278 ×103=2,8 ×105
VI.3 MPN
No. Sampel 10-2 10-3 10-4 MPN
1. Roti --- --- --- ¿3,0 ×102
2. Kue Kering --- --- --- ¿3,0 ×102
3. Es Jeruk --- --- --- ¿3,0 ×102
4. Es setrup --- --- --- ¿3,0 ×102
5. Es Teh --- --- --- ¿3,0 ×102
VI.4 Turbidimetri
No. Perbandingan % T Nilai OD
1. 1 : 20 57,4% 0,24
2. 1 : 40 74,5% 0,13
3. 1 : 80 83,0% 0,08
4. 1 : 160 92,0% 0,04
5. 1 : 320 93,5% 0,03
6. 1 : 640 96,5% 0,02
7. 1 : 1280 98,2% 0,01
1. 1 : 20
OD=2−log T
¿2−log57,4
¿2−1,76
¿0,24
2. 1 : 40
OD=2−log T
¿2−log74,5
¿2−1,87
¿0,13
3. 1 : 80
OD=2−log T
¿2−log 83,0
¿2−1,92
¿0,08
4. 1 : 160
OD=2−log T
¿2−log 92,0
¿2−1,96
¿0,04
5. 1 : 320
OD=2−log T
¿2−log 93,5
¿2−1,97
¿0,03
6. 1 : 640
OD=2−log T
¿2−log 96,5
¿2−1,98
¿0,02
7. 1 : 1280
OD=2−log T
¿2−log 98,2
¿2−1,99
¿0,01
IV.4.1. Grafik Turbidimetri
Keterangan:
a. Cawan Petri.
b. Mikroba.
c. Medium.
Grafik Turbidimetri
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 1:1280
Perbandingan pengenceran
Nil
ai O
D
LABORATORIUMMIKROBILOGI FARMASI
JURUSAN FARMASI UNMUL
MEDIUM : NASAMPEL : ES THE
Keterangan :
a.Cawan petri.
b. Mikroba.
c. Medium.
Keterangan :
a. Tabung Reaksi.
b. Tabung Durham.
c. Medium.
LABORATORIUMMIKROBILOGI FARMASI
JURUSAN FARMASI UNMUL
MEDIUM : PDASAMPEL : ES THE
LABORATORIUM
MIKROBILOGI FARMASI
JURUSAN FARMASI UNMUL
a
c
b 10-2
MEDIUM : LB
SAMPEL : ES THE
.
Keterangan :
a. Tabung Reaksi.
b. Tabung Durham.
c. Medium.
Keterangan :
a. Tabung Reaksi.
b. Tabung Durham.
c. Medium.
LABORATORIUM
MIKROBILOGI FARMASI
JURUSAN FARMASI UNMUL
a
c
b 10-3
MEDIUM : LB
SAMPEL : ES TEH
LABORATORIUM
MIKROBILOGI FARMASI
JURUSAN FARMASI UNMUL
a
c
b 10-4
MEDIUM : LB
SAMPEL : ES TEH
DAFTAR PUSTAKA
1. Brooks,Geo F.,dkk.,1996, Mikrobiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kdokteran EGC; Jakarta, hal.49
2. Fardiaz, Srikandi, 1997, Penuntun Praktek Mikrobiologi Pangan,
Lembaga Sumber Daya Informasi IPB; Bogor, hal. 125
.3. Ibrahim, Arsyik, 2008, Penuntun Praktek Mikrobiologi Farmasi Dasar,
Laboratorium Mikrobiologi Farmasi; Samarinda, hal. 68
4. Natsir, M dan Sartini, 2008, Analisis Mikrobiologi Farmasi, Universitas
Hasanuddin; Makassar, hal.115, 121 – 125 , 137 - 139
5. Waluyo, Lud, 2008, Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi,
Universitas Muhammadiyah Malang Press; Malang, hal. 251-253,
256-258, 261-262, 269
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum mikrobiologi kali ini bertujuan untuk mengetahui metode
perhitungan mikroorganisme. Pada praktikum ini dilakukan tiga macam
percobaan, yaitu melakukan penghitungan mikroorganisme dengan metode SPC
(Standard Plate Count), Metode MPN (Most Probable Number), dan metode
turbidimetri. Adapun sampel yang digunakan oleh praktikan pada praktikum kali
ini adalah es teh.
Percobaan pertama yaitu menghitung koloni mikroorganisme dengan
metode SPC (Standard Plate Count). Pertama-tama dibuat pengenceran sampel
dalam air menjadi 10-1, 10-2, dan 10-3. Perlu dilakukan pengenceran sebelum
ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri, sehingga setelah inkubasi
akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung,
dimana jumlah yang terbaik antara 30 sampai 300 koloni. Selanjutnya sampel
dimasukkan dalam enam buah cawan petri,. Tiga buah cawan petri ditambahkan
dengan medium NA, dan tiga buah lagi ditambahkan dengan medium PDA.
Medium NA digunkan untuk mengamati pertumbuhan bakteri pada sampel es teh,
sedangkan medium PDA digunakan sebagai tempat tumbuh bagi jamur yang
terdapat dalam sampel. Untuk sampel yang ditambahkan medium NA diinkubasi
dalam inkubator selama kurang lebih 1 x 24 jam untuk mengamati pertumbuhan
bakteri pada sampel tersebut. Sedangkan, untuk sampel yang ditambahkan dengan
medium PDA diinkubasi pada suhu kamar selama kurang lebih 3 x 24 jam untuk
mengamati pertumbuhan jamur.
Pada cawan petri yang berisi medium NA setelah diinkubasi selama 1 x 24
jam didapatkan hasil bahwa pada penganceran 10-2, didapatkan koloni bakteri
sebanyak 210, pada 10-3 sebanyak 160, dan pada 10-4 sebanyak 150 koloni. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam sampel es teh terdapat sejumlah bakteri. Kemudian
dilakukn perhitungan dan didapatkan nilai SPC untuk bakteri sebesar 1,6 x 105.
Angka ini lebih besar daripada nilai Standar asional Indonesia yaitu sebesar 2,0 x
102. Hal ini menunjukkan bahwa sampel es teh tidak layak untuk dikonsumsi.
Pada cawan petri yang berisi medium PDA setelah diinkubasi pada suhu
kamar selama 3 x 24 jam didapatkan hasil bahwa pada pengenceran 10 -1 dan 10-2
didapatkan koloni jamur berbentuk spreader, sedangkan pada pengenceran 10-3
sebanyak 278. Hasil pengamatan pada koloni yang berbentuk spreader ini
mungkin disebabkan karena kesalahan praktikan pada saat melakukan praktikum,
yaitu pada saat memasukkan medium ke dalam cawan petri yang telah berisi
sampel tidak aseptis, sehingga data yang didapatkan tidak valid. Sedangkan pada
pengenceran 10-3, hasil yang didapatkan 278. Kemudian setelah dilakukan
perhitungan SPC, didapatkan nilai SPC untuk jamur sebesar 2,8 x 105. Nilai ini
ternyata juga lebih besar daripada nilai Standar Nasional Indonesia sehingga
sampel es teh tidak layak untuk dikonsumsi.
Pada medium NA dan PDA digunakan tingkat pengenceran yang berbeda-
beda, dimana perbedaan tingkat pengenceran itu akan mempengaruhi jumlah
mikroba yang akan ditumbuhkan di dalam cawan petri. Pada medium NA,
mikroba tidak ditumbuhkan dengan tingkat pengenceran 10-1 kemungkinan bakteri
yang akan tumbuh tidak akan mencapai 30 koloni yang terdapat di dalam cawan
petri sehingga tingkat pengenceran untuk NA yaitu 10-2, 10-3, 10-4. Tingakat
pengenceran PDA yaitu 10-1, 10-2, 10-3 adalah tingkat-tingkat pengenceran dimana
perhitungan koloni yang dicapai, yaitu untuk bakteri 30-300 koloni percawan
petri, dan jamur atau kapang sebanyan 50-150 koloni percawan petri.
Pada percobaan kedua, yaitu perhitungan koloni mikroorganisme dengan
menggunakan metode MPN (Most Probable Number). Metode MPN biasanya
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel yang berbentuk
cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel yang berbentuk padat dengan
terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut. Kelompok
mikroorganisme yang dapat dihitung dengan metode MPN juga bervariasi
tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan. Perhitungan MPN
berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif, yakni yang ditumbuhi oleh
mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Kriteria tabung positif
atau tidak ditandai dengan timbulnya kekeruhan atau gas pada tabung Durham.
Pada percobaan ternyata sampel menghasilkan reaksi yang negative yang
menunjukkan bahwa jumlah koloni mikroba pada sampel kurang dari 3,0 x 102.
Hal ini disebakan karena kerusakan medium Laktosa Broth yang digunakan
sehingga pada saat dilakukan pengamatan sangat sulit untuk menentukan
hasilnya.
Percobaan selanjutnya, yaitu perhitungan koloni mikroorganisme dengan
metode turbidimetri. Cahaya yang dilewatkan pada kuvet di dalam
spektrofotometer akan diabsorpsi oleh mikroba, sehingga semakin besar
absorbansinya atau semakin kecil transmitannya menunjukkan bahwa semakin
banyak mikroba yang terdapat pada sampel tersebut. Perhitungan mikroorganisme
dengan metode ini dilakukan dengan cara mengukur presentase cahaya yang
melewati larutan yang diperiksa. Presentase cahaya yang lewat (T) merupakan
perbandingan langsung dari konsentrasi sel yang dinyatakan dengan OD (optical
density). OD dapat dinyatakan dengan rumus:
OD = 2 – log T
Dalam menggunakan pengukuran turbidimetri, harus diingat bahwa hubungan
antara kekeruhan dan jumlah sel hidup dapat berubah selama petumbuhan dan
kematian suatu biakan, sel dapat kehilangan kemampuan hidup sementara biakan
masih akan tampak keruh. Pada percobaan didapatkan hasil bahwa semakin tinggi
tingkat pengencerannya menunjukkan bahwa semakin tinggi pula transmitannya
sehingg dapat diartikan bahwa mikroba yang terkandung dalam sampel semakin
sedikit.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Untuk metode SPC kapang / jamur pada sampel es teh didapatkan
koloni mikroba sebesar 2,8 x 105.
2. Untuk SPC bakteri didapatkan koloni bakteri sebesar 1,6 x 105.
3. Untuk metode MPN didapatkan koloni bakteri sebesar < 3,0 x 102.
4. Perhitungan mikroba dengan metode turbidimetri didapatkan bahwa
semakin tinggi pengenceran yang dilakukan pada sampel maka semakin
tinggi pula nilai transmitan yang diperoleh sehingga menunjukkan
bahwa mikroba yang terkandung dalam sampel semakin sedikit.
5. Nilai Standar Nasional Indonesia untuk minuman teh sebesar 2,0 x 102
sehingga sampel es teh yang diamati tidak layak untuk dikonsumsi
karena nilai SPC-nya melebihi nilai Standar Nasional Indonesia.
VI.2 Saran
Menurut praktikan, praktikum kali ini sudah berjalan dengan baik.
Hanya saja praktikan perharap agar alat-alat yang diperlukan untuk
kebutuhan praktikum lengkap dan tersedia di laboratorium agar praktikan
tidak mengalami kesulitan saat melakukan percobaan.
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROLOGI DASAR
OLEH :
NAMA : HERMAN EFFENDY
NIM : 08.110.151.66
KELAS : A
KELOMPOK : II
ASISTEN : SHELA ARISTA
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
PROGRAM S1 FARMASI UNMUL
SAMARINDA
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Samarinda, 26 November 2009
Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan
Shela Arista Herman Effendy NIM.07.110.152.90 NIM.0811015166
top related