menyunting - blog bahasa indonesia sman 1 … · web viewhuruf kapital dipakai sebagai huruf...
Post on 06-Mar-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Bab I Menyusun Ringkasan/Rangkuman,Menyalin (Kutipan), Parafrase
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kompetensi yang diharapkan adalah Anda mampu membuat
rangkuman (ringkasan), menyalin (mengutip) dan memparafrase sesuai dengan kaidah-kaidah
yang berlaku.
Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai insane akademis, tidak mungkinlah kita terhindar
dari kegiatan meringkas, merangkum, menyalin (mengutip), ataupun memparafrase. Tentu masing-
masing bentuk tersebut baik ringkasan atau rangkuman, menyalin (kutipan), ataupun paraphrase
didasari tujuan dan maksud yang berbeda-beda. Namun ada kesamaan fungsi dari masing-masing
bentuk tersebut yaitu memudahkan memahami esensi permasalahan. Artinya dengan membaca
ringkasan, rangkuman, salinan, atau paraphrase pokok persoalan akan terserap dan terpahami
dengan cepat.
1. Ringkasan atau RangkumanDalam kehidupan sehari-hari, rangkuman merupakan suatu bentuk keterampilan yang
harus dimiliki oleh setiap orang. Orang dapat diminta untuk merangkum berita, diskusi, rapat, atau
pembicaraan sebuah pertemuan apapun bentuknya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa rangkuman merupakan bentuk ringkasan atau risalah
tulisan atau naskah asli. Sedangkan secara lebih khusus rangkuman atau ringkasan adalah sajian
singkat suatu tulisan asli dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang
asli. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merangkum atau meringkas :
1. Rangkuman hanyalah mengungkap gagasan pokok atau bagian-bagian yang penting
dari naskah asli.
2. Perangkum dapat menghilangkan contoh, ilustrasi, keterangan, penjelasan.
3. Rangkuman disusun untuk beberapa kepentingan seperti mendebat, mendukung,
memperluas penulis naskah asli.
4. Panjang rangkuman tidak boleh melebihi dari sepertiga panjang naskah asli.
5. Perangkum tidak diperbolehkan mengubah sistematika atau urutan gagasan.
6. Perangkum harus menjaga keseimbangan dengan apa yang dibahas oleh penulis
naskah asli.
Langkah – langkah membuat ringkasan atau rangkuman adalah :
1. Cermati judul buku dan pengarang
2. Bacalah kata pengantar
3. Bacalah daftar isi
4. Menemukan pokok pikiran atau gagasan utama dari setiap paragraph, bab atau
bagian.
5. Urutkan rumusan kalimat- kalimat tersebut dari paragraph atau bab pertama
hingga terakhir.
1
2. Menyalin atau Kutipan
Menyalin atau mengutip adalah proses mengutif ide orang lain dari sebuah sumber sesuai
dengan aslinya.
3. Parafrase
Parafrase adalah menyusun ide orang lain dari sebuah sumber dengan menggunakan bahasa kita sendiri.
Bab. IIMenyunting
Menyunting Penulisan EjaanTujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari bagian ini, kompetensi yang diharapkan terbentuk dalam
diri anda adalah menguasai cara-cara pemakaian huruf dan terampil menyunting
ketidaktepatan pemakaian huruf.
1.Menyunting Pemakaian HurufDalam Bahasa Indonesia huruf dibedakan atas :
1.1. Huruf Kapital atau Huruf BesarAturan –aturan penulisan huruf kapital adalah sebagai berikut :
a.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat contohnya : Andi
bermain
b. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung contoh : Ibu berkata,” Saya
akan beramgkat ke Surabaya besok pagi”.
c. Huruf capital dipakai sebagai hurup pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan Cuntohnya Allah, Quran,
Islam, Kristen.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan dan
keagamaan yang diikuti nama orang contohnya Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim.
e.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat contoh : Wakil Presiden Adam Malik. Huruf capital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi,
atau nama tempat.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure-unsur nama orang contohnya : Amir
Hamzah, Dewi Anjani.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
contohnya : bangsa Indonesia, bahasa Indonesia.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah contohnya : tahub Hijriah, hari Lebaran.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi contohnya : Asia Tenggara,
Bukit Barisan, Tanjung Menanggis.
2
j. Huruf kapital dipakai sebagai hurup pertama semua unsur nama Negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi contohnya : Republik
Indonesia, Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1976.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi contohnya : Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsure kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali
kata seperti, di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal contohnya :
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Gaung Sumbawa.
m. Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan
contohnya S.Pd (sarjana pendidikan), Prof (professor).
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.
o. Hurup kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
1.2. Huruf MiringAturan-aturan penulisan dan pemakaian huruf miring adalah :
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan contohnya majalah Bahasa dan Sastrab. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata atau kelompok kata. Contohnya : Dia bukan menipu tetapi ditipu.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang telah disesuiakan ejaannya. Contohnya : Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
1.3. Huruf Vokal dan Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan
u.
Dalam pengajaran lafal kata dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan
keraguan. Contohnya : Anak-anak bermain di teras (te’ras), Upacara itu dihadiri pejabat
teras pemerintah.
Huruf konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
1.4. Huruf Diftong dan Gabungan Huruf Konsonan* Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Contohnya : Pandai, saudara, amboi.
* Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan
yakni kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. Contohnya
: Khusus, bangun, nyata, syarat.
1.5. Pemenggalan KataPemenggalan kata pada dasarnya dilakukan sebagai berikut.
a. Jika ditengah kata ada vocal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua
huruf vocal itu kecuali huruf diftong. Contohnya : bu-ah, au-la.
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, diantara dua
buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Contohnya ba-pak,
de-ngan, la-wan.
c. Jika di tengaha kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara
kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Contohnya :
ma-kan, swas-ta, makh-luk.
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Contohnya : in-stru-
men, ul-tra, ben-trok.
e. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris kecuali akhiran (i). Contohnya : makan-an, me-ra-sa-kan,
pergi-lah.
PelatihanAmatilah secara cermat contoh tulisan (1) dan (2) berikut. Pada contoh tulisan (1) dan (2)
yang perlu Anda cermati adalah pemakaian huruf, terutama penulisan huruf, seperti huruf abjad,
huruf vocal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, dan pemenggalan kata.
Naskah (1)
Pelatihan Bahasa IndonesiaPada bulan pebruari tahun lalu kami mengikuti pelatihan bahasa Indonesia di Jakarta.
Mula-mula kami diperkenalkan pada hasanah budhaya Indonesia. Hal ini perlu, kata pelatih,”agar
kamu mempunyai kekayaan bathin yang lebih luas. “Walaupun jaman sudah moderen kita harus
mengenal budhaya kita. Kita harus bersikap posetif terhadap bahasa national kita, Anda harus
memphoto copy naskah ini.
Di Indonesia frekwensi pelatihan akan diperbanyak untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia. Pelatihan ini akan berlangsung dari pagi sampai malam dan anda bisa sholat
di sini pada waktu istirahat. Karena masalah penulisan ejaan sangat complex, penulisan unsure
serapan pun harus disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti aquarium, exemplar, taqwa,
maqhrib, bahkti, psisik, faluta, dan lafaz.
Naskah (2)
PRAKATA
3
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa atas bimbingan dan
petunjuknya sehingga buku yang berjudul WACANA BAHASA INDONESIA telah dapat penulis
selesaikan.
Dengan penulisan ini, Penulis ingin memberikan sumbangan yang nyata dalam
pembangunan melalui bidang Pendidikan berupa sarana buku untuk peningkatan ilmu. Buku ini
Penulis rangkum dan sajikan sesederhanamungkin agar para mahasiswa dapat dengan mudah
menghayati arti dan makna dari WACANA sebagai salah satu bagian dari Bahasa Indonesia.
Buku ini dapat memberikan landasan kepada para Mahasiswa agar benar-benar menghayati
Wacana khususnya dan cara menyusun karangan dengan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia pada
umumnya.
Dengan terbitnya buku ini, Penulis berharap dapat meningkatkan efisiensi perkuliahan
BAHASA INDONESIA di Perguruan Tinggi. Penulis menyadari bahwa isi dan susunan buku ini
belum sempurna, tetapi Penulis akan berusaha untuk menyelaraskan pada penerbitan yang akan
datang.
Semarang, oktober 2004
B.H.
2. Menyunting Penulisan Kata
Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari bagian ini, kompetensi yang diharapkan adalah menguasai cara-cara
menyunting penulisan kata dan terampil menyunting ketidaktepatan penulisan kata.
Dalam menyunting tulisan, penulisan juga perlu mendapat perhatian untuk disunting.
Aspek-aspek penulisan kata yang perlu mendapat perhatian antara lain : penulisan kata serapan,
penulisan kata turunan dan kata ulang, serta penulisan kata depan dan partikel.
Penulisan kata dasar hampir tidak ada masalah, kecuali jika kata dasar itu berasal dari
unsure asing. Aturan penulisan unsure serapan dapat dibaca pada buku “Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan”. Akan tetapi, penulisan kata berimbuhan dan kata ulang perlu
mendapat perhatian khusus karena penulisan ini sering terjadi kesalahan. Untuk memantapkan
pemahaman ini dapat dibaca buku “Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia”.
2.1. Kata Turunan* Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contohnya :
dikelola, mempermainkan, mempertanggungjawabkan, penetapan.
* Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Contohnya : bertepuk tangan, garis bawahi,
sebar luaskan.
* Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsure gabungan kata itu ditulis serangkai. Contohnya : menggarisbawahi,
menyebarluaskan, dilipatgandakan.
* Jika salah satu kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contohnya : adipati, aerodinamika, antarkota, biokimia, infrastruktur.
4
* Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf capital, diantara
kedua unsure itu dituliskan tanda hubung (-). Contohnya : non- Indonesia, Anti- Amerika.
2.2. Kata UlangBentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contohnya :
anak-anak, kuda-kuda, berjalan-jalan, tukar-menukar, bumiputra-bumiputra, gerak-gerik.
2.3. Kata Depan di, ke, dariKata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contohnya : di dalam, ke depan, ke pasar, dari Surabaya.
2.4 Partikel* Partikel – lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya
: bacalah, apakah, siapakah, apatah.
* Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contohnya : apa pun, adik pun,
kami pun, mereka pun.
* Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang sudah lazim dianggap padu. Contohnya :
bagaimanapun, biarpun, sungguhpun, sekalipun.
* Partikel per yang berarti “mulai”, dan “tiap” ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya. Contohnya : per 1 April, Per satu, per helai.
Pelatihan Suntinglah secara teliti dan cermat naskah (1) dan naskah (2) . Apakah terdapat
ketidaktepatan penulisan kata, terutama penulisan kata turunan dan kata ulang, serta kata depan dan
partikel.
Naskah 1
Industrialisasi Manufaktur di IndonesiaBILA MANA kita benar-benar serius mengembangkan industri manufaktur yang sehat
didalam negeri maka deregulation dan privatisation yang telah dimulai oleh pemerintah sejak tahun
1983 sampai dengan inpres no. 4 tahun 1985 perlu dilanjutkan.
Disamping itu, perlu di lakukan perombakan total dan rationalisation sistim intensip dan
perlindungan, perdagangan, perijinan usaha, dan kebijaksanaan dibidang ketenaga kerjaan.
Maksud perombakan sistim intensip perdagangan dan industrial itu adalah untuk
menyehatkan structur industri manufakturing kita yang sudah ada menurut tolokukur ekonomi
hususnya agar dapat bersaing dipasar internasional. Ada pun tujuan lain dari industrialisasi diluar
pertimbangan ekonomis itu seperti tujuan social politik, dan peningkatan pertahanan Nasional, perlu
di pertajam lebih lanjut, di tentukan skala priority dan timbangan operasionilnyaserta di sesuaikan
dengan kemampuan Nasional untuk membayar dan memiliki industri-industri seperti itu.
Tujuan ahir industrialisasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masarakat baik
Nasional mau pun Dunia. Kesejahteraan masyarakat tersebut hanya dapat di tingkatkan bila mereka
dapat meningkatkan jumlah konsumsi dengan mutu barang yang lebih tinggi. namun dengan tingkat
5
6
yang lebih rendah. Oleh karena itu, seyogianya lah bila rencana industrialisasi di dasarkan pada
pertimbangan ekonomi (economic feasibility) dan bukan atas dasar kemampuan tehnis (technical
feasibility) semata-mata.
3. Menyunting Pemakaian Angka dan Lambang BilanganTujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kompetensi yang diharapkan dapat terbentuk pada diri Anda
sebagai berikut : 1. Menguasai cara-cara menyunting pemakaian angka dan lambang bilangan.
2. Terampil menyunting ketidaktepatan pemakaian angka dan lambang bilangan
Aturan-aturan pemakaian angka dan lambang bilangan dalam bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut :
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
digunakan angka Arab atau angka Romawi. Contoh : Angka Arab = 0, 1, 2, 3, ….. ,
angka Romawi =I, II, V, X.
Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas dan isi, (2) Satuan
waktu, (3) nilai uang (4) kuantitas. Contohnya : I meter, pukul 15.00, 100 yen, 20 orang.
Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen. Contoh :
Jalan Tanah Abang No. 15, Hotel Cendrawasih, Kamar 20.
Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan kitab suci. Contohnya : Bab X,
pasal 5, halaman 12,Surah Yasin :9.
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut : Paku
Buwono X, pada awal abad XX, bab ke-2, di tingkat kedua.
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut : tahun
50-an, uang 5000-an, lima uang 1000-an.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali beberapa lambang bilangan dipakai secara beruntun. Contoh : tiga kali, Di antara
72 orang yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju dan 5 orang abstain.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan kalimat. Contoh : Lima belas orang
tewas dalam kecelakaan itu.
Bilangan rtidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di
dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Contoh : Kantor kami mempunyai dua
puluh orang pegawai.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contohnya : Saya lampirkan tanda terima 999,75 ( sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
PelatihanSuntinglah secara teliti dan cermat wacana berikut ini. Apakah terdapat ketidaktepatan
pemakaian angka dan lambang bilangan.
Wacana I
Operasi Ladang Ganja
Pelaporan adanya lading ganja itu disampaikan penduduk kepada Dandim Letkol M. Jamil
sambil sekaligus berlebaran. Berkat karena adanya laporan penduduk itulah, Dandim 0101 dipimpin
satu unit pasukannya dalam satu operasi Selasa siang. Setelah kemudian berjalan kaki lebih kurang 6
km menelusuri bukit dan lereng tim operasi berhasil menemui 10 hektar ladang ganja terpisah dalam
dua lokasi oleh anak sungai.
Di lokasi itu tadi ditemui berpuluh-puluh ribu batang ganja yang berumur dua atau tiga
bulan. Di samping itu ada pula lokasi persemaian yang dikira-kirakan telah ditanamkan ganja sejak
pecan berlalu. Namun sekitar 500 batang ganja yang telah dipanen juga dapat disana dan seluruhnya
dimusnahkan pada saat itu juga.
Tim operasi tidak berhasil menemukan pelakunya disebabkan karena diperkirakan beberapa
saat-saat sebelum team tiba dilokasi , para pelaku-pelaku telah melarikan dirinya. Hal itu
dikarenakan oleh seba di lokasi itu terdapat anjing yang sengaja dipelihara untuk memberitahu kalau
ada orang asing mendekat. Satuan Kodim 0101 menjumpai sebuah gubug alat memasak dan
peralatan pertanian lainnya
Wacana 2
Hidup di Hotel MelatiDia sementara ini menginap di Hotel Melati, Kamar lima belas. Hotel ini beralamat di
jalan Merbabu lima nomor tiga belas, Sampangan, Semarang. Sewa kamar di hotel itu setiap malam
lima puluh ribu rupiah. Dia harus masuk hotel pukul 12.30.
Dia mempunyai kebiasaan mengaji. Malam itu, dia membaca Surat Yasin ayat 15. Dia
mampu membaca Surat Yasin dalam waktu pepuluh menit 30 detik.
Dia anak ke 4 dari tujuh bersaudara. Kakak ke 2 dan ke 3 telah berhasil menjadi pegawai
pemerintah. Adik-adik terutama urutan ke 6 edan ke 7 masih kuliah. Dia sendiri sekarang sudah
berhasil sebagai pengusaha muda yang sukses.
4. Meyunting Penulisan Unsur SerapanTujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kompetensi yang diharapkan adalah
1. Menguasai cara-cara menyunting penulisan unsure serapan.
2. Terampil menyunting ketidaktepatan penulisan unsure serapan.
Suatu tulisan kadang tidak bisa terlepas dari adanya unsure serapan. Hal ini disebabkan,
seperti halnya bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia dalam perkembangannya menyerap
unsure dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Bahasaa
Indonesia dari dulu menyerap unsur (kata) dari bahasa Sangsekerta,Arab, Portugis, Belanda, atau
Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, ada dua macam unsure pinjaman dalam bahasa Indonesia.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, tetapi
penulisannya dan penerapannya masih mengikuti cara asing seperti shuttle cock,
assalamu’alaikaum, dan charter. Kedua, unsure pinjaman yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Contohnya sistem, oktaf, aksesori.
7
PelatihanSuntinglah dengan cermat wacana berikut ini. Yang perlu Anda cermati adalah penulisan
unsur serapan.
Wacana I
Pemberian MaafYa, kita bisa saja memberikan excuse untuk hal ini. Tetapi problem ini harus kita hadapi
secara serious. Karena itu mari kita to the point saja dengan langsung planning yang reasonable
berdasarkan working papers yang sudah dibahas sejak kemarin. Of course kita semua harus kerja
berat untuk menghindarkan misunderstanding yang selama ini telah menimbulkan communication
gap antara policy maker and decicion maker dengan para pelaksana level bawah. Hal ini sebenarnya
dapat diatasi denga simple saja yaitu dengan sedianya kita melakukan the new approach yang
physically and mentally tak akan sukar melaksanakannya.
Wacana 2
PDIP Jamin Pleno Mendatang Full TeamKetua DPP PDIP menyatakan legalitas ketua fraksi tetap dipegang Maulen. “Namun, kami
memberikan kesewenanggan untuk mengkoordinasikan teman-teman anggota PDIP kepada Saudar
Wuwuh. Artinya. Operasionalisasi fraksi di- handle oleh Wuwuh,”katanya.
Dia memberikan jaminan dalam pleno yang digelar dalam waktu dekat ini, anggota FPDIP
akan full team. Kebijakan itu diambil DPP dan DPD setelah menerima laporan mengenai sebagian
besar anggota FPDIP tidakl hadir dalam rapat pleno DPRD. Ketidakhadiran mereka dipicu
ketidakpuasan anggota terhadap kepemimpinan Maulen.
5. Menyunting Pilihan KataTujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kompetensi yang diharapkan adalah
1. Menguasai cara-cara menyunting pilihan kata
2. Terampil menyunting ketidaktepatan pilihan kata.
Pilihan kata merupakan komponen yang penting juga dalam tulisan. Tulisan dapat dianggap
kurang baik jika pilihan katanya kurang tepat dan sesuai walaupun organisasi penyajiannya baik.
Berikut ini beberapa contoh pemakaian pilihan kata.
Pemilihan Kata Tepat Pemilihan Kata Tidak Tepat
1. Orang itu mempunyai kaki tangan yang
lengkap.
2. Pada zaman revolusi banyak kaki
tangan Belanda yang ditangkap.
3. Anak itu menangis saja sepanjang
malam.
1. Orang itu mempunyai buah tangan yang
lengkap.
2. Pada zaman revolusi banyak ikat tangan
yang ditangkapi
3. Anak itu melolong saja sepanjang
malam.
8
PelatihanSuntinglah secara cermat naskah di bawah ini. Pada pelatihan berikut yang perlu Anda
cermati adalah pemakaian pemilihan kata.
Naskah I
Suprapto Ogah Disebut SutradaraTukang tari kontemporer, Suprapto Suryodarmono atau yang lebih popular disebut Mbah
Prapto menolak dirinya disebut sebagai sutradara dalam karya terbarunya yang bakal dipentaskan
dalam waktu dekat di Solo.
Meskipun dirinya berperan sebagai piñata adegan, namun lelaki yang sebagian besar
rambutnya telah memutih ini ogah disebut sebagai sutradara. “Sebab istilah sutradara itu identik
dengan kekuasaan,” ujarnya dalam sebuah kesempatan diskusi yang menghadapkan seniman Slamet
Gundono dan S Yasudah di Solo belum lama ini.
Pemilik Padepokan Lemah Putih ini meyangka lebih sreg jika stempel sebagai piñata
adegan. Oleh karena menurutnya demikianlah adanya. “Secaea jujur dari dalam hati saya tidak
merasa sebagai sutradara, jadi lebih hanya sebagai piñata adegan,” tuturnya. Dalam proses
pembuatan karya tersebut, tambah Mbah Prapto, dia meliarkan sejumlah penarinya membuat
eksplorasi. Bahkan antara satu penari dengan yang lain saling menuangkan dan memberi masukan.”
Jadi, para penari itu sebenarnya creator. Akan tetapi, memang pada akhirnya saya harus mengetok
palu untuk merampingkan atau meyunting mereka,” tandas dia.
Naskah 2Gara-gara cidera di bagian bahu ketika sedang berlatih untuk pemotretan gambar
adegan tinju, actor Rusel Crowe harus istirahat dari kejadian syuting film untuk sementara waktu. Bencana ini dialami Russel menjelang pemotretan gambar film Cinderella Man buatan Universal Pictures di Sidney, Australia.
Tindakan bedah untuk mengobati cederanya disertai latihan fisik segera dibuatkan untuk mengatasi bencana itu. Adapun pemotretan gambar terpaksa ditunda sekitar satu bulan dari
ancangan semula awal Maret menjadi awal April.
Dalam film tersebut ia berprofesi sebagai petinju jagoan Jim Braddock. Ia hadir bersama artis Renee Zellweger di bawah komando sutradara Rom Howard, yang pernah
menjalin hubungan dengan Crowe membuahkan A Beautiful Man.
“Belum ada aktor lain yang sangat menitikan perhatian pada pekerjaannya seperti
Crowe,” tutur produser Cinderella Man, Brian Grazer. “Russel girang berlatih dengan bantuan pelatih tinju kawakan, dan kerja kerasnya ini membuahkan dia cidera.”
9
Russel yang suka berprilaku dalam adegan keras, seperti perannya dalam Gladiator,
Master and Commamder : The Far Side of The World memperoleh cedera di tempat yang sama
ketika berlatih untuk film komando Jodie Foster, Flora Plum.
6. Menyunting Ketidakefektifan Kalimat
Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari materi ini, kompetensi yang diharapkan adalah
1. Menguasai cara-cara menyunting ketidakefektifan kalimat.
2. Terampil menyunting ketidakefektifan kalimat.
Keefektifan kalimat menjadi perhatiun utama dalam kegiatan menyunting karena kalimat
merupakan perwujudan yang utama dalam pemakaian bahasa. Orang berbahasa tidak menggunakan
kata-kata secara lepas, tetapi dengan cara merangkaikan menjadi kalimat.
Perhatikan pemakaian kalimat tidak efektif pada beberapa contoh berikut ini :
Kalimat Tidak Logis Kalimat Logis
1. Dengan memanjatkan puji
syukur kehadirat Allah swt,
yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, maka laporan
in berhasil kami selesaikan.
2. Jam terbang yang berusaha
dicapai itu tidak seluruhnya
harus dikejar oleh CN 235
“tetuko” buatan Nurtanio.
3. Diharapkan dengan uang
tersebut dapat meringankan
beban hidup rakyat yang
menderita.
1. Dengan selesainya laporan ini
saya memanjatkan puji syukur
ke hadirat Allah swt. Atas
rahmat dan hidayah yang
dilimpahkan-Nya kepada saya.
2. Jam terbang diusahakan dicapai
itu tidak seluruhnya harus
dikejar oleh CN 235 “tetuko”
buatan Nurtanio.
3. Diharapkan dengan uang
tersebut beban hidup rakyat
yang menderita dapat
diringankan.
Suntinglah secara cermat kalimat-kalimat berikut ini. Yang perlu Anda cermati adalah
keefektifan kalimat.
1. Setelah kira-kira setengah jam, angkatlah panci tadi. Dan makanan siap dihidangkan.
2. Aku murid sekolah dasar. Atau boleh juga disebut pelajar.
3. Hidangkanlah makanan itu di atas piring. Lalu makanan itu siap dimakan.
4. Analisis dilakukan terhadap kalimat tunggal lebih dahulu. Kemudian kalimat majemuk.
5. Bahasa Indonesia menuntut kelengkapan unsur sintaksis. Serta kejelasan makna.
6. Mungkin janggal kedengarannya. Tetapi memang begitulah seharusnya.
10
7. Bagian rutin meliputi : pengetikan, penempatan cursor, ….. dan pengoperasian file.
Sedangkan bagian tambahqan berisikan fasilitas peningkatan dan perlengkapan dari
bagian rutin.
8. Ia tidak mengambil buku itu. Melainkan memindahkannya ke lemari buku.
Menyunting ketidakefektifan kalimat sangat sulit. Karena itu konsep kalimat efektif harus
dipahami benar. Apa sebenarnya kalimat efektif. Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak
secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan penulis. Untuk menciptakan kalimat efektif, kita
harus mengetauhui syarat-syarat kalimat efektif. Syarat-syarat kalimat efektif adalah kesatuan
gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi, paralelisme, dan penalaran (Keraf 1997).
a. Kesatuan GagasanSetiap kalimat yang baik dituntut jelas memperlihatkan kesatuan gagasan,
mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu
kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan atau
menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan satu sama lain.
Contoh
1a. Di dalam pendidikan memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi antara anak didik dan
pendidik. (Salah)
1b. Pendidikan memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi antara anak didik dan
pendidik. ( Benar)
2a. Karena bahasa Kesatuan Indonesia yang berasal dari bahasa nasional. (Salah)
2b. Bahasa kesatuan Indonesia berasal dari bahsa nasional. (Benar)
3a. Di daerah-daerah sudah mempunyai lembaga bahsa. (Salah)
3b. Daerah-daerah sudah mempunyai Lembaga Bahasa (Benar)
b. Koherensi yang baik dan kompakKeraf (1997) menyatakan yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan
kompak adalah hubungan timbale balik yang baik dan jelas antara unsure-unsur (kata atau kelompok
kata) yang membentuk kalimat itu.
Ketidakbaikan koherensi kalimat itu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
Contoh
Koherensi Baik Koherensi tidak Baik
Adik saya yang paling kecil memukul
anjing di kebun kemarin pagi, dengan
sekuat tenaganya.
Adik saya yang paling kecil memukul
dengan sekuat tenaganya kemarin pagi
di kebun anjing.
2. Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula karena salah mempergunakan kata depan,
kata penghubung, dan sebagainya.
Contoh
Koherensi tidak Baik Koherensi Baik
Interaksi antara perkembangan Interaksi antara perkembangan
11
kepribadian dan perkembangan
penguasaan bahasa menentukan bagi
pola kepribadian yang sedang
berkembang
kepribadian dan perkembangan
penguasaan bahasa menentukan pola
kepribadian yang sedang berkembang
3. Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang
tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi.
Contoh
Koherensi tidak Baik Koherensi Baik
Demi untuk kepentingan saudara
sendiri, saudara dilarang merokok.
Demi / untuk kepentingan saudara
sendiri, saudara dilarang merokok.
4. Kesalahan menempatkan keterangan aspek ( sudah, telah, akan, belum dst) pada kata
kerja tanggap.
Contoh
Koherensi tidak Baik Koherensi Baik
Saya sudah baca buku itu hingga tamat Buku itu sudah saya baca hingga tamat.
C. PenekananGagasan utama kalimat tetap didukung oleh subjek, dan predikat, sedangkan unsure yang
dipentingkan dapat bergeser dari satu kata ke kata lain. Kata yang dipentingkan harus mendapat
tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain.
Contoh
1. Kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi soal ini.
2. Harapan kita demikianlah dan demikian pula harapan setiap pejuang
d. VariasiVariasi, tidak lain menganekaragamkan bentuk-bentuk bahasa agar tetap terpelihara minat
dan perhatian orang. Variasi dalam kalimat dapat diperoleh dengan beberapa macam cara,
diantaranya : Variasi sinonim kata, variasi panjang pendeknya kalimat, variasi penggunaan bentuk
me- dan di-, dan variasi dengan merubah posisi dalam kalimat.
Contoh
Dari renungan itulah penyair menemukan makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran
yang menjadi ide sentral yang menjiwai seluruh puisi.
e. ParalelismeParalelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberi kejelasan dalam unsure grametikal
dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama
Contoh
(1a). Reorganisasi administrasi departemen-departemen; penghentian pemborosan
dan penyelewengan-penyelewengan, serta mobilisasi potensi-potensi nasional,
12
merupakan masalah- masalah pokok yang meminta perhatian kita, ( Semua kata
benda ; Benar)
(1b). Reorganisasi administrasi departemen-departemen; menghentikan
pemborosan dan penyelewengan-penyelewengan, serta mobilisasi potensi-potensi
nasional, merupakan masalah- masalah pokok yang meminta perhatian kita. ( Tidak
semua kata benda; Salah).
f. Penalaran atau LogikaPenalaran atau logika adalah proses merangkaikan kata-kata atau kalimat-kalimat menuju
kepada kesimpulan yang masuk akal. Ini berarti kalimat-kalimat yang diucapkan harus bisa
dipertanggungjawabkan dari segi akal yang sehat atau singkatnya harus sesuai dengan penalaran.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut. Tiap bagian kalimat (klausa) dapat dimengerti, namun
penyatuannya menimbulkan hal yang tidak bisa atau sulit diterima oleh akal.
(1). Dia mengatakan kepada saya bahwa ia telah lulus, tetapi anjing itu tidak mau
mengikuti perintah pemburu itu.
(2). Orang itu mengerjakan sawah ladangnya dengan sekuat tenaga karena mahasiswa-
mahasiswa Indonesia harus menggarap suatu karya ilmiah sebelum dinyatakan lulus
dari suatu perguruan tinggi.
7. Menyunting Kepaduan ParagrafTujuan Pembelajaran
1. Menguasai cara-cara menyunting ketidakpaduan paragraph
2. Trampil menyunting ketidakpaduan paragraf
Dalam menyunting paragraf perlu memperhatikan syarat paragraf yang baik. Syarat
paragraf yang baik (1) kesatuan (2) kepaduan, (3) kelengkapan (Sunardji dan Hartono 1998)
a. KesatuanTiap paragraph hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topic. Karena itu dalam
pengembangannya tidak boleh terdapat unsure-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan
topik atau gagasan pokok tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca memahami paragraph
tersebut. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau satu topik.
Contoh
Inflasi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya harga barang kebutuhan
sehari-hari. Penyebab inflasi dapat dikemukakan dengan singkat sebagai berikut. Yang pertama dan
yang terpenting adalah pengeluaran dana yang besar oleh pemerintah untuk membiayai peperangan.
Yang kedua, apabila banyaknya uang yang beredar melebihi yang diperlukan untuk penyediaan
barang. Akhirnya yang dapat menjadi penyebab inflasi adalah apabila para buruh kenaikan upah
yang berpengaruh kepada meningkatnya biaya produksi. Meskipun upah yang berpengaruh kepada
pengeluaran dana oleh pemerintah untuk membiayai programnya, seperti : peperangan, adalah
penyebab yang terytama.
b. Kepaduan
13
Syarat yang kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah koherensi atau
kepadauan .Suatu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-
masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapu dibangun oleh kalimat yang mempunyai hubungan
timbale balik. Urutan pikiran-pikiranyang teratur, akan memperlihatkan adanya kepaduan hati. Jadi
kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.
Contoh
Kemarin saya pergi ke kampus. Di sana saya bertemu dengan pak Adi. Dia berkata bahwa
besok pagi akan pergi ke Semarang.
c. KelengkapanSuatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraph dikatakan tidak
lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
Bab. III
MenulisA. Resensi Buku
Tujuan PembelajaranMampu menyusun sebuah resensi buku
1. Pengertian Resensi Resensi adalah “pertimbangan atau perbincangan”. Resensi buku artinya
pertimbangan atau perbincangan terhadap sebuah buku. Tujuannya adalah menunjukkan
kepada khalayak apakah karya itu patut mendapat sambutan atau tidak.
2. Bekal Dasar Resensi
2.1. Memahami tujuan penulisTujuan penulis dapat diketahui dari kata pendahuluan atau karangan sejenis lain
seperti pendahuluan yang terdapat di dalam buku, yang dibuat oleh penulis buku yang
diresebsi.
2.2. Memiliki Tujuan MeresensiBekal kedua ini adalah kepedulian peresensi terhadap pembaca dengan memberikan
pilihan-pilihan bagi pembaca terhadap kehadiran buku tersebut. Bisa saja peresensi
mengajak para calon pembaca untuk membaca buku yang baru terbit. Sebaliknya, bisa saja
peresensi memberikan peringatan kepada khalayak agar “hati-hati” terhadap buku tersebut.
Yang lebih ekstrim bisa saja peresensi melarang calon pembaca agar tidak membaca buku
tersebut.
2.3. Menguasai Selera dan Tingkat Pemahaman Pasar
14
Ini adalah pengetahuan tentang bangsa pasar yang dibidik penerbit ketika
memutuskan menerbitkan buku tertentu.
2.4 Menguasai Berbagai Disiplin IlmuBekal keempat ini penting bagi peresensi untuk memberikan evaluasi tentang
kelebihan dan kelemahan buku.
2.5. Memiliki Sifat “Kutu Buku” dan “Menjadi Kolektor Buku”Hal ini tidak berarti bahwa yang bukan kutu buku dan yang tidak menjadi kolektor
buku tidak dapat membuat resensi. Orang yang memiliki sifat kutu buku dan menjadi
kolektor buku akan memiliki peluang memberikan imformasi yang lebih komprehensif
terhadap buku yang diresebsi. Ia tidak susah-susah mencari bahan karena sifat yang dimiliki
dan kepemilikan banyak buku di rumahnya membuat ia mudah menemukan imformasi yang
dicari.
3. Struktur Tulisan ResensiSebuah resensi akan berisi tiga bagian yakni (1). Bagian Pendahuluan, (2). Bagian Isi,
(3). Bagian Penutup.
3.1. Bagian PendahuluanBagian ini berisi karakteristik fisik dari sebuah buku yang diresensi.
Judul Buku : Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Penulis : Nunung Yuli Eti, S.Pd
Penerbit : Intan Pariwara
Cetakan : Pertama, Mei 2004
Tebal : 136 halaman
Bagian pendahuluan ini berisi imformasi objek tentang identitas buku. Imformasi yang harus
dikemukakan kepada pembaca meliputi (1) judul buku,(2) penulis, (3) penerbit, (4) tahun terbit, (5)
cetakan ke-, (6) tebal buku.
3.2. Bagian IsiBagian isi dari sebuah resensi berisi ulasan tentang judul atau tema buku, paparan singkat
isi buku atau gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan imformasi tentang latar belakang serta
tujuan penulisan buku. Pada bagian in perlu diulas tentang gaya penulisan, perbandingan buku
dengan buku lain yang bertema sama, atau buku lain yang ditulis oleh penulis yang sama.
3.3. Bagian PenutupBagian ini berisi penilaian terhadap kualitas isi buku secara keseluruhan, menilai kelebihan
dan kekurangan buku, memberi kritik atau saran kepada penulis dan penerbitnya, serta memberi
pertimbangan kepada pembaca tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli
oleh pembaca. Pada bagian ini peresensi juga dapat memberikan saran-saran kepada penerbit
terhadap perbaikan-perbaikan kelemahan yang ada. Misalnya peresensi memberikan saran terhadap
penyuntingan cover sampul dan perwajahan.
15
B. Penyusunan Naskah PidatoTujuan PembelajaranKompetensi yang ingin dicapai melalui materi ini adalah :
1. Mampu mencatat berbagai keperluan untuk penulisan naskah pidato
2. Mampu menulis teks pidato yang sistematis dan bahasa yang efektif.
1. Pengertian PidatoPidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, imformasi, atau gagasan dari pembicara
kepada khalayak ramai. Dalam berpidato dua pelaku komunikasi harus ada yakni pembicara dan
pendengar. Jika salah satu tidak ada, berpidato tidak dapat dilakukan.
2. Struktur Teks Pidato2.1. Pembukaan Pidato
Dalam bagian pendahuluan, teks pidato akan berisi (i) salam pembuka, (ii) ucapan
penghormatan, (iii) rasa syukur kepada sang pencipta.
Salam (1)
“Assalamualaikum Warahmatullohi wabarokatuh. Bagi yang beragama lain, saya ucapkan
selamat pagi dan salam sejahtera.
Salam sepertu ini kurang tepat. Salam seperti ini menimbulkan makna bahwa (1) ada
kelompok yang menonjolkan kelompoknya sendiri dan menomorduakan kelompok lainya, (2) ada
agama resmi dan ada agama tidak resmi.
Salam (2)
“Assalamualaikum Warahmatullohi wabarokatuh.
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.
Salam (2) tersebut akan menimbulkan penghormatan terhadap sesame, makna tidak
meremehkan, dan makna tidak meremehkan.
Berkenaan dengan ucapan penghormatan, seorang pembicara harus mengidentifikasi siapa
saja yang akan diberi penghormatan. Terdapat sebuah etika atau sopan santun bahwa pihak-pihak
yang dianggap penting perlu diberi penghormatan. Cara menyebutnya dimulai dari yang paling
penting sampai kurang penting.
Yang terhormat ibu kepala sekolah
Yang terhormat Ibu dan Bapak guru
Yang terhormat para undangan,
Yang berbahagia teman-teman kelas 3 dan adik-adik kelasku yang saya cintai dan saya
banggakan.
Berkenaan dengan rasa syukur kepada sang pencipta. Pembicara umumnya mengucapkan
pujian kepada Tuhan Sang Pencipta Alam.
16
“Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena sampai detik ini
kita semua masih diberi nikmat yang amat bahagia. Salah satu nikmat itu adalah nikmat kesehatan,
baik jasmani maupun rohani. Dengan kesehatan itu, semoga kita dapat mengikuti acara ini hingga
akhir.”
2.2. Isi PidatoBagian isi adalah bagian inti dari suatu pidato. Pada bagian ini, paparan dari pembicara
menduduki persentasi yang paling banyak. Pembicara akan menguraikan secara rinci dari inti materi
yang ingin disampaikan kepada khalayak.
2.3. Penutup PidatoSebuah pidato harus diakhiri dengan perencanaan yang matang. Penutup pidato yang baik,
memiliki potensi untuk memunculkan rasa simpati pada diri pendengar. Begitu urgennya peran
penutup pidato, calon pembicara haruslah merencanakan penutupan pidato dengan matang.
Penutup pidato dapat diisi dengan (1) simpulan pendek uraian yang sudah dikemukakan
sebelumnya, (2) permintaan maaf kepada hadirin apabila terjadi kekhilafan atau sadar akan
kekhilafan sebagai manusia, (3) salam penutup. Dapat juga seorang pembicara mengutip pendapat
atau kata-kata mutiara dari tokoh besar tertentu.
Jika Anda mengiginkan pembicaraan atau pidato Anda berhasil, ada beberapa syarat yang
seyogyanya Anda penuhi yakni :
1. Memiliki keberanian dan tekad yang kuat
2. Memiliki pengetahuan yang luas
3. Memahami proses komunikasi massa
4. Menguasai bahasa yang baik dan lancer
5. Pelatihan yang memadai.
C. Menyusun Wawancara
Tujuan PembelajaranKompetensi yang ingin dicapai melalui materi ini adalah :
1. Mampu menyusun rencana wawancara.
2. Mampu menbuat laporan hasil wawancara.
Wawancara sebenarnya merupakan bentuk komunikasi khas karena jarang terjadi
perubahan peran pelaku komunikasi (peran yang mewawancarai dan yang diwawancarai jarang
berubah). Wawancara adalah Tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.
Dalam melakukan proses wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan apabila
ingin mewawancarai seseorang yakni (1) menentukan tujuan wawancara, (2) menentukan pokok-
pokok yang akan ditanyakan, (3) membuat daftar pertanyaan wawancara, (4) melakukan wawancara,
(5) menulis hasil wawancara, (6) membahas dan menyusun hasil wawancara.
17
Dalam mendengarkan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni (1)
menyimak dengan seksama, (2) mencatat narasumber dan pewawancara, (3) mencatat isi pokok
pembicaraan (5 W 1H).
Sopan santun dan tata karma dalam melakukan wawancara adalah (1) membuat janji
dengan narasumber, (2) datanglah sesuai janji, (3) jelaskan identitas diri, (4) mengemukakan
maksud melakukan wawancara, (5) memulai dengan mengucapkan salam, memulai dengan
pertanyaan ringan, (6) selalu menjaga sikap hormat, (7) jangan suka memotong pembicaraan, (8)
jangan menanyakan hal-hal yang peribadi, (9) ucapkan terimakasih dan minta maaf apabila ada hal-
hal yang kurang berkenan.
Contoh Format Wawancara
Format Wawancara
1. Topik :
2. Narasumber :
3. Tempat :
4. Tujuan :
5. Butir-butir pertanyaan pemandu
a. ………………. ?
Jawaban
b. ………………. ?
Jawaban
c. ……………….. ?
Jawaban
Contoh Teks WawancaraPewawancara : Selamat pagi, Bu.
Narasumber : Selamat pagi.
Pewawancara : Terima kasih, Bu karena Ibu telah bersedia meluangkan waktu pagi ini
untuk membahasa CTL dalam dunia pendidikan. Begini, Bu, akhir-akhir
ini saya sering mendengar istilah CTL dalam dunia pendidikan.
Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai CTL itu ?
18
Narasumber : CTL atau Contextual Teacing and Learning merupakan suatu konsepsi
yang berupaya membantu guru untuk mengaitkan isi pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa supaya dapat menerapkan
pengetahuannya dalam kehidupan mereka.
Pewawancara : Lalu, apakah sebenarnya pengajaran dan pembelajaran kontekstual itu ?
Narasumber : Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa
menguatkan, memperluas, menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademis mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar
sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah nyata atau masalah-
masalah yang disimulasikan.
Adapun pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi
dalam hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya. Hal
ini dapat terjadi jika siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang
diajarkan dengan mengacu kepada masalah-masalah dunia nyata yang
berhubungan dengan peran dan tanggungjawab mereka sebagai siswa,
anggota keluarga, warga Negara dan bahkan sebagai pekerja.
Pewawancara : Jadi, tanpaknya CTL ini memusatkan diri pada siswa, dunia nyata, dan
peberapan pengetahuan pada dunia nyata. Apakah betul begitu ?
Narasumber : Ya, begitulah. Di samping itu ada juga unsure pembelajaran yang
bermakna, responsive terhadap budaya, ingkuiri dan penilaian autentik.
Pewawancara : Ibu menyebutkan adanya unsure ingkuiri dan penilaian autentik.
Dapatkah Ibu jelaskan lebih lanjut ?
Narasumber : Kegiatan ingkuiri diawali dengan pengamatan dalam rangka memahami
suatu konsep. Siklus kegiatannya terdiri dari kegiatan mengamati,
bertanya, menganalisis dan merumuskan teori baik secara individu
maupun bersama-sama dengan teman lainnya. Jadi, dalam hal ini
dituntut adanya penggunaan dan pengembangan keterampilan berpikir
kritis.
Adapun penilaian autentik ini mempersyaratkan penerapan pengetahuan
atau keterampilan sehingga proses dan produk dua-duanya dapat diukur.
Dalam hal ini, tugas-tugas hendaknya kontekstual dan relevan.
Pewawancara : Lalu, bagaimanakah penerapannya dengan pembelajaran bahasa
Indonesia ?
Narasumber : Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya menekankan kepada kegiatan
berlatih bahasa, bukan menyampaikan pengetahuan mengenai bahasa
Indonesia. OLeh sebab itu, jika ada materi berwawancara, misalnya,
siswa seharusnya dilatih untuk mengamati wawancara kemudian
merumuskan mengenai apa wawancara itu. Setelah mereka tahu apa
wawancara itu, mereka dapat menerapkan pengetahuannya dengan
19
praktik berwawancara. Jadi siswa harus benar-benar berwawancara,
bukan sekadar mengetahui teknik-teknik wawancara tanpa praktik.
Pewawancara : Jadi, tanpaknya, guru harus betul-betul terlibat. Tanpaknya pembelajaran
kontekstual atau CTL ini sangat menjanjikan ya, Bu ?
Narasumber : Ya, begitulah.
Pewawancara : Terimakasih. Bu karena Ibu telah menjelaskan berbagai hal yang dapat
menambah wawasan saya. Sekali lagi terima kasih, dan selamat
siang,Ibu.
Narasumber : Terikasih kembali dan selamat siang.
D. Penulisan MakalahTujuan PembelajaranSetelah mempelajari materi ini, kompetensi yang diharapkan adalah mampu menulis makalah
dengan prosedur, sistematika, dan isi yang benar.
1. Hakikat dan Macam Makalah
Makalah adalah tulisan ilmiah yang membahas pokok masalah tertentu. Makalah lazimnya
disusun untuk disajikan dalam pertemuan formal tertentu misalnya seminar atau untuk diterbitkan
dalam jurnal atau majalah ilmiah tertentu.
Proses berfikir ilmiah terdiri atas (1) identifikasi masalah, (2) pembatasan masalah, (3)
penyusunan hipotesis, (4) pengujian hipotesis, dan (5) penarikan simpulan.
Dilihat dari cara berfikir, makalah dapat dibedakan menjadi dua macam yakni (1) makalah
hasil berfikir deduktif, (2) makalah hasil berfikir induktif (Sudjana, :1988 : 81-89). Makalah hasil
berfikir deduktif membahas masalah atas dasar kajian teori tertentu. Jika Anda menulis makalah
jenis ini, maka Anda harus berangkat dari teori tertentu dan menerapkan dalam pembahasan
masalah.
Makalah hasil berfikir induktif membahas masalah dengan menyajikan deskripsi gejala,
fakta dan data dari pengalaman di lapangan. Jadi makalah induktif diawali oleh pengamatan empiris,
pembahasan hasil pengamatan, penarikan simpulan, dilanjutkan dengan perbandingan dengan teori
yang relevan.
2. Proses Penulisan MakalahProses penulisan makalah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga tahap. Tahap
pertama ialah tahap prapenulisan yang terdiri atas langkah (1) pemilihan dan pembatasan topic, (2)
perumusan tujuan, (3) perumusan tesis, (4) penyusunan kerangka. Tahap kedua adalah tahap
penulisan, yakni langka pengembangan kerangka menjadi tulisan atau makalah. Tahap ketiga
adalah tahap revisi, yaitu berupa kegiatan penyuntinggan baik isi, sistematika, maupun bahasa.
a. Tahap prapenulisan1. Pemilihan Topik
20
Pertanyaan awal yang dihadapi oleh penulis adalah, “Apa yang akan ditulis ?” pertanyaan
itu sesungguhnya mengantar kita pada pemilihan topik. Topik yang dipilih harus memenuhi criteria :
(i) keterkuasai, (ii) kemenarikan, (iii) ketersediaan bahan, dan kemanfaatan. Disamping itu, topic
yang dipilih hendaknya juga menarik bagi Anda dan khalayak ramai.
2. Pembatasan Topik
Biasanya topic yang Anda pilih masih terlalu luas. Artinya belum tervokus cakupannya.
Oleh karena itu Anda perlu membatasinya.
3. Perumusan Judul
Dari hasil pembatasan topic, barulah kita merumuskan judul makalah. Syarat rumusan judul
makalah harus sesuai dengan topic, singkat, bentuk frase, dan lugas.
4. Perumusan Tesis
Tesis adalah pernyataan singkat intisari tulisan. Rumusan tesis berfungsi sebagai
pengendali, pedoman pengembangan tulisan. Itu berarti bahwa dalam langka pengembangan (tahap
penulisan) kita tidak boleh menympang dari intisari tulisan. Gagasan yang dikembangkan dalam
paragraf-paragraf makalah bersumber dari gagasan-gagasan yang ada pada tesis.
5. Penyusunan Kerangka
Langkah berikutnya setelah perumusan tesis adalah penyusunan kerangka atau autline.
Pada hakikatnya kerangka karangan adalah perincian dan pengaturan gagasan-gagasan yang akan
dikembangkan dalam kerangka berdasarkan hasil rumusan tesis.
Kerangka karangan dibuat untuk mengevaluasi kerincian dan keteraturan gagasan-gagasan
yang akan dikembangkan. Kerangka karangan berguna juga untuk menghindari penggarapan sebuah
gagasan secara berulang. Selain itu, kerangka karangan dapat digunakan untuk kisi-kisi pencarian
data, fakta yang diperlukan untuk pengembangan karangan.
b. Tahap Penulisan1. Pengembangan Gagasan dalam Paragraf
Substansi kegiatan tahap penulisan adalah pengembangan gagasan ke dalam paragraph.
Mulailah menulis dari gagasan pokok pertama sesuai urutan dalam kerangka karangan. Dukunglah
kalimat utama itu dengan kalimat-kalimat penjelas. Berpindahlah dari gagasan pokok yang satu ke
gagasan pokok yang lain. Begitu seterusnya, sehingga seluruh gagasan dalam kerangka karangan
selesai sikembangkan dalam paragraph.
2. Pengolahan Kutipan
Dalam penulisan makalah yang berintikan pengembangan gagasan dalam paragraph-
paragraf tersebut tidak jarang digunakan pendapat, gagasan, data yang telah dikemukakan oleh
orang lain baik dalam buku ataupun penerbitan lain (majalah, jurnal, Koran ). Penggunaan kutipan
itu digunakan sebagai penegas, pembuktian, atau perbandingan pendapat.
Kutipan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Kutipan langsung
berarti peminjaman pendapat, gagasan, data secara lengkap dan utuh seperti dalam sumber aslinya.
Akan tetapi jika peminjaman pendapat, gagasan, data, diintisarikan dan dirumuskan berbeda dengan
sumber aslinya disebut kutipan tak langsung (Keraf, 1994 : 179-180).
Contoh kutipan langsung :
21
“Filsafat bahasa adalah teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf, sementara mereka itu dalam perjalanan memahami pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual knowledge melalui pemahaman terhadap bahasa.” (Poedjosoedarmo, 2001:2).
Contoh Kutipan tak Langsung
Apakah filsafat bahasa itu ? Poedjosoedarmo (2001 : 2) berpendapat bahwa filsafat bahasa adalah teori tentang bahasa yang dirumuskan filsuf pada saat mereka memahami pengetahuan konseptual.
Atau :
Apakah filsafat bahasa itu ? Poedjosoedarmo berpendapat bahwa filsafat bahasa adalah teori tentang bahasa yang dirumuskan filsuf pada saat mereka memahami pengetahuan konseptual (Poedjosoedarmo, 2001:2).
c. Tahap Revisi atau PerbaikanBiasanya hasil pengembangan gagasan pada tahap penulisan belum sempurna. Jarang ada
penulis yang menyelesaikan tulisannya sekali jadi. Kekurangan, ketidaksempurnaan baik pada
pengembangan isi, penggunaan bahasa (tanda baca, pilihan kata, penyusunan kalimat), maupun
sistematika atau pengorganisasian gagasan pastilah ada.
Apakah yang perlu diperbaiki dan disunting ? Pertama, perbaikan itu terarah pada isi.
Apakah isi tulisan tersebut sudah sesuai dengan judul, dan rumusan tesis pada awal menulis makalah
? Yang kurang ditambahi, yang lebih ditanggalkan. Kedua, pada sistematika atau urutan. Manakah
diantara gagasan tersebut yang perlu digeser penempatannya untuk memperoleh efektifitas ?
Jelasnya, pengubahan itu dapat Anda lakukan dengan memindahkan atau menukarkan posisi
paragrafnya. Ketiga, perbaikan bahasa. Adakah kesalahan atau kekhilafan dalam penggunaan tanda
baca, ketidaktepatan pemilihan kata, pembentukan kata, kalimat yang tidak efektif, kalimat-kalimat
penjelas ? Jika ada perbaikilah dulu sebelum orang lain membacanya. Terapkanlah keterampilan
penyuntingan yang Anda pelajari pada materi sebelumnya.
3. Sistematika dan IsiSistematika makalah kelazimannya tersusun atas (1) pendahuluan, (2) permasalahan, (3)
pembahasan, (4) penyimpulan.
Pendahuluan, merupakan bagian makalah yang berisi latar belakang atau alas an-alasan
pemilihan topic bahasan. Pada bagian ini penulis mempertanggungjawabkan mengapa dipilih
masalah tersebut, apa yang melatarbelakanginya. Tujuan bagian in meyakinkan pembaca bahwa
masalah tersebut penting untuk dikaji. Di samping itu dapat juga diungkapkan tujuan penulisannya.
22
Permasalahan, Bagian ini berisi pertanyaan-pertanyaan atau persoalan-persoalan yang akan
dibahasnya. Tidak selamanya berisis rumusan pertanyaan, dapat juga permasalahan diungkapkan
dalan pernyataan.
Pembahasan, berisi perbincangan masalah dengan menggunakan data, fakta dan atau teori
tertentu. Semua masalah yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya didiskusikan, ditelaah dan
dibahas. Dalam makalah deduktif, pembahasan dimulai dengan penyajian teori yang relevan,
dilanjutkan dengan penyajian fakta, data yang mendukung teori tersebut. Dalam makalah induktif,
jawaban pemecahan masalah berdasarkan hasil pengamatan empiris, dimulai dari penyajian fakta,
data, dan diikuti dengan penarikan kesimpulan. Selanjutnya simpulan tersebut dapat dikaji dari teori
tertentu sebagai pembanding dan penjelas hasil pengamatan. Artinya setelah Anda menyajikan fakta,
data empiris langsung dihubungkan dengan teori yang digunakan.
Penyimpulan, bagian penyimpulan berisi jawaban atau simpulan atas masalah yang
diajukan. Simpulan hendaknya sesuai dengan proporsi-proporsi yang telah ditemukan pada bagian
pembahasan. Pada bagian pembahasan sesungguhnya Anda telah memiliki simpulan-simpulan kecil.
Itulah yang dimaksud dengan proporsi. Atas dasar proporsi tersebut dirumuskanlah simpulannya.
Tapi harus diingat bahwa yang namanya simpulan bukanlah mengulang lagi apa yang sudah
dikemukakan pada bagian sebelumnya, tetapi Anda melakukan penarikan proporsi baru langsung
dari proporsi lama. Jadi, proporsi lama menjadi dasar penarikan proporsi baru sebagai simpulan.
Contoh
Proporsi lama : Semua A adalah B
Proporsi baru : (1) antara A dan B memiliki persamaan, atau (2) A merupakan bagian
dari B.
Setelah penarikan simpulan, pada bagian ini dapat juga ditambah atau diikuti saran.
Hendaknya saran yang Anda ajukan disesuaikan dengan masalahyang sedang Anda angkat atau
bahas.
E. Penulisan ArtikelTujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kompetensi yang diharapkan adalah Anda mampu menulis
makalah dengan prosedur, sistematika dan isi yang benar.
1. Hakikat dan Jenis artikelArtikel adalah tulisan hasil berfikir ilmiah yang didasarkan pada hasil penelitian tertentu, atau
hasil pemikiran kritis atau masalah tertentu. Batasan tersebut menyuratkan adanya dua jenis artikel,
yakni : (1) Artikel hasil penelitian, (2) Artikel hasil pemikiran kritis, lazim disebut artikel
nonpenelitian.
A. Penulisan Artikel PenelitianSeperti halnya halnya dengan penulisan makalah, proses penulisan artikel penelitian dapat
dibedakan atas (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap revisi.
Tahap Prapenulisan, langkah pertama yang dilakukan dalam penulisan artikel
penelitian adalah membaca laporan penelitian, apabila laporan penelitian yang Anda pilih adalah
23
karya anda sendiri, proses membacanya dapat dilakukan dengan membaca skiming, tetapi apabila
laporan penelitian yang Anda pilih adalah karya orang lain maka bacalah dengan teknik membaca
telaah isi. Lamgkah kedua adalah pemilihan topik artikel penelitian, topik manakah dari laporan
itu yang akan Anda angkat ? Bisa saja topic yang Anda pilih berdasarkan kebaruan, keaktualan, atau
kesentralan (bahasan utama dalam laporan penelitian). Langkah ketiga adalah pemilihan dan
pemilahan bahan, pemilihan ini dilakukan dengan cara menandai bagian-bagian laporan penelitian.
Manakah dari bagian latar belakang, teori, metode, pembahasan, serta simpulan yang dapat
digunakan sesuai topic terpilih.
Tahap Penulisan, tahap ini meliputi perumusan judul, penyusunan abstrak, dan kata
kunci, dan pengembangan isi. (1) perumusan judul, judul artikel hasil penelitian belum tentu sama
dengan judul laporan penelitian. Judul artikel memerlukan kekhasan tertentu. Disamping singkat,
padat, akurat, judul artikel harus diupayakan berdaya pikat. (2) penyusunan abstrak dan kata
kunci, abstrak atau inti sari adalah pernyataan singkat isi artikel, oleh karena itu abstrak setidak-
tidaknya berisi : tujuan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian atau temuan-temuan
penelitian. Kata kunci adalah istilah yang digunakan dalam artikel tersebut yang memuat konsep
pokok atau konsep dasar artikel tersebut. Kata kunci menunjukkan bahwa itulah konsep dasar yang
dibahas dan sekaligus menjadi dasar bahasan dalam artikel tersebut.
Contoh
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menemkan pola kemitraan guru-siswa-orang tua dalam pembelajaran membaca di kelas tiga sekolah dasar. Sesuai dengan teori belajar kolaborasi, hasil pembelajaran siswa akan lebih bermanfaat dan bermakna jika ada kerja sana antara siswa-guru-orang tua. Dengan rancangan eksprimen berkelompok control, ditemukan bahwa jika ada kemitraan guru-siswa-orang tua dalam pembelajaran membaca, maka akan terjadi peningkatan keterampilan membaca siswa secara signifikan…………………Kata kunci : Kemitraan, pembelajaran membaca.Setelah selesai menyusun abstrak dan kata kunci tahap berikutnya adalah (3) pengembangan isi,
tahap ini merupakan tahap inti penulisan artikel. Pengembangan isi harus berpedoman pada judul
dan abstrak yang telah dibuatnya, dapat juga mengembangkan pemikiran baru secara kritis tetapi
tetap berdasarkan pada masalah atau laporan penelitian yang menjadi acuan.
Tahap Revisi, pada tahap ini< artikel yang telah selesai ditulis perlu dibaca ulang untuk
menemukan kekurangan atau penyimpangan yang tidak sesuai dengan rencana awal penulisannya.
Cermatilah kesesuaian antara judul dan isi, rumusan abstrak, pendahuluan, metode, pembahasan dan
simpulan.
B. Penulisan Artikel Nonpenelitian
24
Penulisan artikel nonpenelitian pada dasarnya tidak berbeda dengan penulisan makalah dan
penulisan artikel penelitian. Artikel nonpenelitian atau artikel ilmiah popular adalah salah satu jenis
karya ilmiah yang membahas masalah actual denga proses penggarapan yang sesuai dengan proses
berfikir ilmiah akan tetapi penyajian, khususnya pembahasannya menyesuaikan dengan khalayak
(pembaca umum).
Kita harus menyadari bahwa, media publikasi artikel ilmiah popular atau nonpenelitian adalah
media penerbitan umum, seperti harian atau Koran, mingguan atau majalah berita. Oleh karena itu
cara penyajiannya pun harus disesuaikan dengan kemampuan pembacanya, untuk itu hindari hal-hal
teknis atau istilah-istilah teknis dalam penulisan artikel.
Proses penulisan artikel nonpenelitian adalah : pertama, pemilihan topik, topic artikel ilmiah
adalah masalah yang sedang hangat terjadi dan keaktualan. Kedua adalah perumusan judul, judul
artikel nonpenelitian disamping diusahakan singkat dan padat, tetapi harus berdaya pikat artinya
dapat menarik perhatian pembaca. Ketiga adalah pengembangan isi artikel, yang perlu diingat dalam
pengembangan isi adalah janganlah terlalu teknis akademis artinya hindarilah penggunaan istilah-
istilah teknis pada bidang ilmu tertentu, dan gunakan istilah yang sudah lazim atau dikenal
masyarakat umum, hindari kalimat-kalimat yang panjang dan panjang artikel cukuplah antara dua
puluh sanpai dengan tiga puluh paragraf.
2. Sistematika Penulisan ArtikelA. Sistematika Artikel Penelitian
Sistematika artikel hasil penelitian terdiri atas (1) Abstrak, (2) Pendahuluan, (3) Metode
Penelitian, (4) Hasil Penelitian, (5) Pembahasan, (6) Simpulan.
Bagian Pendahuluan, uraian mengenai latar belakang dan alas an penelitian, masalah dan
tujuan penelitian, kajian pustaka dan hipotesis (jika ada). Oleh sebab itu dalam artikel tidak ada
bagian yang secara khusus menyajikan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, kajian teori
dimasukkan sebagai bagian dari pendahuluan.
Bagian Metode Penelitian, dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan desain penelitian,
variable-variabel penelitian, instrument dan metode analisisnya. Dapat juga ditambah dengan
populasi dan sample penelitian.
Bagian Hasil Penelitian, berisi temuan-temuan dalam penelitian tersebut. Pada bagian ini
data dapat disajikan secara utuh sesuai dengan laporan penelitian, dengan terlebih dahulu dipilih
yang relevan dengan judul artikelnya.
Bagian Pembahasan, dikemukakan tentang tafsiran atau interpretasi Anda atas hasil
penelitian dengan persfektif teori tertentu yang terpilih dalam penelitian tersebut. Anda dapat
mengemukakan pandangan subjektif atas data penelitian disertai dengan logika berfikirnya. Dengan
kata lain, pada bagian ini Anda bebas memberikan komentar, tanggapan, lebih-lebih jika ditemukan
temuan baru di dalam penelitian tersebut.
Bagian simpulan, mengemukakan infrensi yang dihasilkan dari pembahasan sebelumnya
serta saran-saran yang sesuai dengan pokok masalah yang kita angkat.
B. Sistematika Artikel Nonpenelitian
25
Agak sulit sistematika artikel nonpenelitian, sebab antara penulis yang satu dengan penlis
yang lain dapat juga berbeda-beda. Akan tetapi bagian yang lazim ada dalam artikel nonpenelitian
atau artikel ilmiah popular adalah bagian teras dan isi.
Bagian teras, berisi intisari artikel sesuai dengan rumusan judul. Teras memuat gagasan
pokok tulisan. Andaikata ada pembaca yang tidak sempat membaca artikel Anda secara keseluruhan,
dengan membaca judul dan teras artikel maka ia sudah memperoleh pemahaman global isi artikel.
Rumusan isi teras harus bisa menstimuli atau merangsang keingintahuan pembaca, sehingga mereka
tertarik membaca keseluruhan isi artikel.
Bagian isi, menjabarkan pokok-pokok pikiran yang tertuang dalam teras secara ringkas,
padat dan berisi. Hindari bahasa-bahasa yang bertele-tele atau istilah-istilah teknis yang dapat
membinggungkan pembaca.
F. Penulisan Rujukan Karya IlmiahTujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kompetensi yang diharapkan adalah Anda mampu menulis
rujukan dengan benar sesuai kaidah penulisan rujukan.
Pada bagian ini dijelaskan cara merujuk dan menulis daftar rujukan serta petunjuk yang
berkaitan dengan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.
1. Cara MerujukPerujukan dilakukan dengan menulis nama akhir, tahun, dan halaman sumber rujukan.
Contoh : Menurut Soedardji (2003 : 11), ………… Jika ada dua pengarang, perujukan dilakukan
dengan menyebut nama akhir kedua pengarang tersebut. Contoh : Menurut Chairul dan Agustin
(1995 : 23), ……… Jika pengarang lebih dari tiga, penulisan rujukan dilakukan dengan menulis
nama akhir pengarang pertama diikuti dengan dkk. Contoh : Menurut Amry, dkk. (1999 : 215),
……… Jika nama pengarang tidak disebutkan yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama
lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama Koran. Contoh : Kompas
(Minggu, 20 Desember 2003) menulis bahwa …… Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan
dengan menulis nama pengarang asli. Menurut rujukan dari dua sumber atau lebih oleh pengarang
yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisah.
Contoh : ………… (Soedardjo, 3003 :23, Chairul, 3003 :12).
2. Menulis Daftar RujukanDaftar rujukan merupakan daftar yang memuat buku,makalah, artikel, internet atau sumber
lain yang dirujuk secara langsung atau tidak langsung dalam sebuah karangan. Pada dasarnya unsure
yang ditulis dalam daftar rujukan adalah (1) nama pengarang, (ditulis dengan urutan nama akhir,
awal dan tengah, tanpa gelar), (2) tahun penerbitan, (3) judul, (4) tempat penerbitan, (5) nama
penerbit. Setiap unsure tersebut diakhiri dengan tanda titik (.), kecuali antara tempat penerbit dan
nama penerbit dengan tanda titik dua.
a. Rujukan dari Buku
26
Tahun penerbitan ditulis setelah nama pengarang diakhiri dengan tanda titik, judul
digarisbawahi per kata atau dicetak miring, dengan huruf besar di awal kata, kecuali kata hubung.
Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan tanda titik dua.
Contoh
K, Isdriani Pudji. 2005. Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : Literatur Media
Sukses.
b. Rujukan dari Buku yang Berisi Artikel (Ada Editornya)
Cara menulisnya sama dengan rujukan dari buku hanya ditambah dengan tulisan (Ed), jika
hanya satu editor dan (Eds) jika lebih dari satu editor. (Ed) atau (Eds) tersebut ditempatkan diantara
nama pengarang dan tahun terbit.
Contoh
Sutanto,Purwo (Eds). 2004. Sains. Jakarta : Sahabat.Mintowati, Maria (Ed). 1990. Butir-Butir Pemerolehan Bahasa
Kedua. Surabaya : Nasional.c. Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
Nama pengarang artikel ditulis di depan, diikuti tahun penerbitan. Judul artikel diapit tanda
kutip, tidak perlu dicetak miring atau digaris bawahi per kata. Nama editor ditulis seperti urutan
yang sebenarnya, diberi .keterangan (Ed) atau (Eds). Judul buku yang berisi kumpulan artikel
dicetak miring atau digarisbawahi per kata, nomor halaman dituliskan dalam kurung.
Contoh
Loovas, O. Ivar. 1996. “The UCLA Austism Model of Service Delivery” dalan Catherine
Maurice (Eds), Behavioral Intervision for Young Children with Austin (hlm.
241-248). Austin, Texas : 8700 Shool Creet Baulevard.
d. Rujukan dari Artikel dalam Koran atau Majalah
Nama pengarang ditulis paling depan, diikuti tahun, tanggal dan bulan. Judul artikel ditulis
diantara tanda kutip, nama Koran atau majalah dicetak miring atau digaris bawahi perkata.
Contoh
Hidayat, Dedy N. 2004. “Amerikanisasi Industri Kampanye Pemilu” dalam Kompas, Rabu, 11 Februari, (hlm. 4).
E. Rujukan dari Koran Tanpa Pengarang
Nama Koran ditulis paling depan, dicetak miring atau digarisbawahi, tahun diikuti tanggal
dan bulan, kemudian judul artikel diapit tanda kutip dan nomor halaman.
Contoh
Kompas. 2004, 11 Februari. “Makro Ekonomi Mendekati 1997”. (Hlm.25).
F. Rujukan berupa skripsi, Tesis atau Disertasi
Penulisan rujukan ini adalah nama penyusun, diikuti tahun, judul disertai pernyataan
skripsi, tesis atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota, nama fakultas serta nama
perguruan tinggi.
Contoh
27
Mintiwati. 1992. Struktur Kalimat Bahasa Cina Peranakan Siswa SMA di Kota Madya Mojokerto. Tesis tidak diterbitkan. Malang : Program Pascasarjana IKIP
Malang.
G. Rujukan Berupa Makalah dalam Seminar
Penulisannya adalah nama pengarang, tahun, judul makalah, kemudian diikuti pernyataan
“Makalah disajikan dalam …. Nama pertemuan, lembaga penyelenggara, dan tempat
penyelenggara.”
Contoh
Sudikan, Setya Yuwana. 2004. “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Apresiasi
Sastra : Perspektif Pluralisme Budaya”. Makalah disajikan pada Seminar Berbasis
Kompetensi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni, Unoversitas
Negeri Surabaya, 17 Februari.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah sumber rujukan yang ditulis sesuai dengan kaidah, harus
diurutkan dalam abjad (Setelah nama akhir pengarang ditulis paling depan, kecuali nama Cina),
tanpa dinomori.
G. Menulis SuratTujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kompetensi yang diharapkan adalah anda mampu menulis surat
dengan prosedur, sistematika dan isi yang benar.
Bagaimakah pengalaman Anda menulis surat pribadi dan surat resmi ? Tentu Anda akan
merasa lebih santai atau lebih akrab dan lebih dapat berekspresi ketika menulis surat pribadi.
Mengapa demikian ? Karena surat pribadi berisi masalah yang bersifat pribadi sehingga Anda
merasa seperti berkomunikasi secara dekat dengan orang yang Anda kirimi. Pilihan katanya sangat
kekeluargaan karena menggunakan bahasa sehari-hari. Mengapa demikian, karena dalam surat
pribadi, jarak (hubungan) Anda dengan orang yang dituju sangat dekat dan situasinya tidak resmi
(santai).
Sementara ketika menulis surat resmi Anda merasakan ada jarak antara Anda dengan orang
yang dituju. Mengapa demikian ? Karena surat resmi berisi masalah yang bersifat resmi. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa resmi atau bahasa standar. Mengapa bahasa resmi yang digunakan,
karena Anda ingin menghormati orang yang dituju dan jarak (hubungan ) antara Anda dengannya
renggang dalam situasi resmi.
Fungsi dan kelebihan surat adalah sebagai berikut :
1. Surat dapat dipakai sebagai alat komunikasi tulis yang dikirim oleh satu pihak yang
ditujukan kepada pihak lain. Dengan demikian surat dapat menjadi duta atau wakil si
28
pengirim untuk hadir dihadapan pembaca atau orang yang dituju. Sebagai wakil
pengirim surat lebih hemat biayanya daripada wakil yang berupa orang.
2. Surat dapat dijadikan bahan bukti hitam di atas putih yang mempunyai kekuatan hokum
seperti kwitansi, bukti tanda terima, faktur, perjanjian, dan sebagainya.
3. Surat dapat menjadi pedoman untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Berdasarkan
pengalaman masa lalu, sebuah organisasi atau badan usaha dapat bertindak lebih lanjut
dan tidak kehilangan arah dengan adanya surat menyurat dan kearsifan seperti adanya
surat wasiat.
4. Surat dapat menjadi alat pengingat. Dengan adanya arsip, sesuatu tentang kegiatan
masa lalu yang lupa dapat dilihat atau ditinjau kembali, seperti surat pemberitahuan
libur dan masuk sekolah yang ditujukan kepada pihak orang tua siswa, surat perjanjian
kontrak, surat tagihan dan sebagainya.
5. Surat dapat memperpendek jarak, menghemat tenaga dan waktu.
6. Surat dapat menjadi bukti sejarah dan kegiatan suatu organisasi atau badan usaha,
seperti surat printah sebelas maret (Supersemar), Surat-surat R. A. Kartini kepada
temannya Abendanon, dan sebagainya.
Meskipun demikian, Anda juga berpikir tentang kukarangan- kekurangan surat jika
dibandingkan dengan media lain, yakni :
1. Pengiriman memerlukan waktu cukup lama untuk mendapatkan balasan. Hal ini sangat
bergantung kepada jarak dan kesempatan orang yang dikirimi surat.Berbeda halnya
dengan telpon atau berkunjung langsung pada orang yang Anda maksudkan.
2. Kemungkinan salah alamat atau terlambat sampai di alamat tujuan bisa terjadi. Hal ini
bergantung pada banyak hal, mulai dari tukang pos sampai letak alamat yang dituju.
Selain itu juga bisa disebabkan oleh kemalasan penerima surat yang tidak segera
membaca surat meskipun sudah diketahuinya.
3. Kemungkinan adanya kesalahpahaman antara pengirim surat dan orang yang dikirimi
surat bisa saja terjadi. Hal ini dikarenakan pengirim surat tidak bisa menjelaskan secara
langsung pada penerima surat, akibatnya penerima surat akan menginterpretasikan
sendiri yang kemungkinan berbeda dengan yang dimaksud oleh penulis.
4. Ketidaklengkapan unsur suprasegmental, seperti intonasi, nada dan tekanan
menyebabkan penulis tidak dapat mengungkapkan semua pesannya dengan rinci karena
keterbatasan halaman. Akibatnya timbul tuntutan bagi pembaca untuk menguasai
bahasa tulis.
Apakah Anda memiliki kegemaran surat menyurat atau korespondensi ? Apa saja isi surat
yang pernah Anda tulis ? Isi surat sanga beragam. Menurut asal atau pengirim dan alamat yang
dituju surat dapat digolongkan menjadi :
a. Surat pribadi, yaitu surat yang ditulis perseorangan dan ditujukan kepada perseorangan.
29
b. Surat dinas, yaitu surat yang berasal dari kantor, organisasi, atau instansi yang ditujukan
kepada pihak lain.
c. Surat semi dinas, yaitu semi resmi atau surat yang berasal dari perorangan yang ditujukan
kepada instansi, organisasi maupun kantor.
Berdasarkan isinya surat dapat digolongkan menjadi :
1. Surat Penawaran 2. Surat Ucapan terima kasih
3. Surat ucapan bela sungkawa 4. Surat perkenalan
5. Surat undangan 6. Surat permintaan maaf
7. Surat edaran 8. Surat nota dinas
9. Surat Permohonan 10. Surat Perizinan
1. Menulis Surat ResmiDalam kehidupan sehari – hari, sebagai Anggota masyarakat Anda tentu pernah menerima
surat dari sekolah, tempat kerja, pengurus RT, atau instansi lain. Surat-surat tersebut tergolong surat
resmi karena dikirim oleh instansi, lembaga atau organisasi. Jadi tidak dikirim oleh individu atau
perorangan. Perhatikan contoh berikut ini !
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWADEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) 1 SUMBAWA
Jln. Garuda No. 1 – Sumbawa
Nomor : 100/SMA.1/II/2007 17 September 2007
Lampiran : -
Hal : Undangan
Yth. Bapak Sriyanto, S.Pd.
Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan rencana pembentukan komite sekolah, kami mengundang Bapak
selaku tokoh masyarakat di Brang Biji – Sumbawa untuk menghadir rapat pembentukan
komite SMA 1 Sumbawa. Rapat tersebut akan diselenggarakan pada :
hari, tanggal : Selasa, 20 September 2007
pukul : 08.00 s.d. selesai
tempat : Aula SMA 1 Sumbawa
Mengingat pentingnya acara tersebut, kehadiran Bapak sangat kami harapkan.
30
Demikian undangan ini, atas kehadiran Bapak saya ucapkan terima kasih.
Kepala SMA 1 Sumbawa
Drs. H. Jaya Muis
Nip 131056786
Dengan memperhatikan contoh surat resmi di atas, kita dapat menyimpulkan
bagaimana cara menuliskan atau mengisi bagian-bagian surat resmi, sekaligus mengetahui
ciri surat resmi secara terperinci sebagai berikut :
1. Dalam surat resmi kertas yang dipakai selalu menggunakan kestas yang
berkop surat.
2. Tanggal surat yang ditulis adalah tanggal, bulan dan tahun. Hal ini
berbeda dengan surat pribadi yang selalu mencantumkan nama kota pengirim.
Mengapa nama tidak dicantumkan ? Tentu karena sudah ada dalam kop surat.
3. Nomor surat mutlak harus ada dalam surat resmi. Jika Anda
perhatikan contoh surat di atas, minimal yang ada dalam nomor surat adalah
nomor urut surat, identitas lembaga/instansi, dan tahun surat.
4. Lampiran bisa ada, bisa juga tidak ada. Hal ini sesuai dengan
keperluan surat tersebut.
5. Prihal surat perlu dicantumkan, yaitu berisi isi singkat maksud surat
yang dikirim.
6. Alamat surat diawali dengan sapaan yang terhormat, bukan kepada
yang terhormat.
7. Salam pembuka bersifat tetap, yaitu dengan hormat. Pada jenis surat
lain dapat dipakai salam pembuka bersifat khusus, seperti salam pramuka,
salam sejahtera, atau assalamualaikum Wr. Wb.
8. Isi surat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pembuka, inti surat, dan
penutup.
9. Salam penutup dapat berupa penanda tangan surat, dapat juga
ditambah salam-salam tertentu, seperti salam takzim, hormat kami, dan
sebagainya.
10. Tembusan boleh ada, boleh tidak (tergantung tujuan surat).
2. Menulis Surat PribadiPerhatikan contoh surat peribadi di bawah ini !
31
Samarinda, 17 September 2007
Jumpa sahabatkuDi Fila Kerinduan
Halo Fara,Aku dan keluarga baik-baik. Aku masih cantik dan imut.
Ayah dan Ibu sibuk bekerja. Tiap hari juga aku sibuk sekolah dan les.
Maaf sobat. Aku tidak bermaksud melupakanmu. Sebenarnya aku juga rindi kamu. Aku ingin ke Bogor dan main bersamamu seperti dahulu. Tapi, bagaimana ? Apakah aku harus terbang bersama awan ? Samarinda Bogor jauh sekali. Aku akan menabung untuk dapat ke sana. Mudah-mudahan Tuhan mempertemukan kita.
Udah dulu ya, kali lain kita sambung lagi.
Salam rindu dari sobatmu
Indah LestariDari contoh surat di atas dapat disimpulkan. Pertama, dalam menulis tanggal surat harus
Anda cantumkan nama kota tempat Anda menulis surat, tanggal, bulan dan tahun. Mengapa nama
kota harus dicantumkan ? Karena dalam surat pribadi tidak ada kop surat yang sudah menunjukkan
kota atau tempat pengirim surat berada. Kedua, dalam menulis alamat surat minimal harus
dicantumkan nama orang yang akan dikirimi surat. Bisa juga alamat atau sebutan-sebutan untuk
tempat tinggalnya. Ketiga, dalam menulis salam pembuka Anda dibebaskan menggunakan salam-
salam khusus. Keempat, dalam menulis isi surat Anda boleh menggunakan bahasa sesuai dengan
keinginan Anda. Kelima, dalam menulis salam penutup Anda bebas menggunakan salam apa saja.
Yang terpenting salam penutup itu harus sesuai dengan usia orang yang Anda kirimi surat dan
hubungan Anda dengan orang tersebut.
Jangan lupa, pada bagian ini Anda harus menyebutkan identitas diri Anda. Identitas yang
dimaksud tidak harus berupa nama, tetapi dapat berupa yang lain.
32
DAFTAR ISIBAB I. Menyusun Ringkasan, Kutipan, dan Parafrase
1. Menyusun Ringkasan
2. Menyusun Kutipan
3. Menyusun Parafrase
Bab. II. Menyunting1. Menyunting Penulisan Huruf
1.1. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1.2. Huruf Miring
1.3. Huruf Vokal dan Huruf Konsonan
33
1.4. Huruf Diftong dan Gabungan Huruf Konsonan
1.5. Pemenggalan Kata
2. Menyunting Penulisan Kata
2.1. Kata Turunan
2.2. Kata Ulang
2.3. Kata Depan di, ke, dan dari
2.4. Partikel
3. Menyunting Pemakaian Angka dan Lambang Bilangan
4. Menyunting Penulisan Unsur Serapan
5. Menyunting Pemilihan Kata
6. Menyunting Ketidakefektifan Kalimat
7. Menyunting Kepaduan Paragraf
Bab. III. MenulisA. Resensi Buku
1. Pengertian Resensi
2. Bekal Dasar Resensi
3. Struktur Tulisan Resensi
B. Penyusunan Naskah Pidato
1. Pengertian Pidato
2. Struktur Teks Pidato
C. Menyusun Wawancara
D. Penulisan Makalah
1. Hakikat dan Macam Makalah
2. Proses Penulisan Makalah
3. Sistematika dan Isi Makalah
E. Penulisan Artikel
1. Hakikat dan Jenis Artikel
a. Penulisan Artikel Penelitian
b. Penulisan Artikel Nonpenelitian
2. Sistematika Penulisan Artikel
a. Sistematika Artikel Penelitian
b. Sistematika Artikel Nonpenelitian
F. Penulisan Rujukan Karya Ilmiah
a. Cara Merujuk
b. Menulis Daftar Rujukan
G. Menulis Surat
a. Surat Resmi
b. Surat Pribadi
JABARUDDIN, S.Pd
MODUL MENULIS LANJUT
PROGRAM STUDI BAHASAdan
SASTRA INDONESIASEMESTER III
KHUSUS UNTUK MAHASISWA S1JURUSAN BAHASA dan SASTRA INDONESIA
FKIP HAMSANWADI SUMBAWA
TAHUN PELAJARAN
2007/2008
Daftar PustakaImam.dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
S, Anang.dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Subyantoro.dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Sumaryo, 2004. Kemampuan Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 untuk SMA Kelas X. Semarang : Aneka Ilmu.
Supraptiningsih.dkk. Bahasa dan Sastra Indonesia 1 Kelas X SMA. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.2000. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta : Intan Pariwara.
K, Pudji Isdriani.2005. Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta :
Literatur Media Sukses.
Kamdhi, JS. 2002. Terampil Berekspresi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas 1. Jakarta : Pt Gramedia Widiasarana Indonesia.
top related