menurut pengertian modern kurikulum adalah
Post on 05-Jul-2015
427 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TENTANG EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Pengertian Evaluasi
Secara harfiah evaluasi berasal dari Bahasa Inggris Evaluation,
dalam Bahasa Arab (ألقدير ), dalam Bahasa Indonesia berarti penilaian.
Jadi evaluasi menurut Wandi dan Gerald M Brown adalah :
Suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud atau proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan. Atau singkatnya, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mata atau hasil-hasilnya. (Anas Sudijono, 2005:1)
Dari konsep di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik
evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses. Artinya dalam suatu
pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang
harus dilaksanakan. Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai
atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan, hasil evaluasi apakah
sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain, evaluasi dapat
menunjukkan kualitas yang dinilai.
Dari pengertian tersebut di atas dijelaskan bahwa evaluasi
merupakan bagian integral dalam proses pendidikan, karena itu harus
diartikan oleh setiap guru sebagai bagian dari tugasnya. Dengan
bermaksud melihat sejauh mana kemajuan belajar para siswa telah tercapai
dalam program pendidikan yang telah dilaksanakannya.
Sedangkan evaluasi pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Menurut pengertian modern kurikulum adalah:
Kurikulum meliputi segala aspek kehidupan dan lapangan hidup manusia dalarn masyarakat modem mi yang dapat dimasukkan ke dalam tanggung jawab sekolah yang dapat dipergunakan untuk mengenbangkan pribadi murid serta memberi sumbangan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat ( Purwanto, 1990: 1)
Yang dimaksud kurikulum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yaitu:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan penyatuan menenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta earn yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (2003 : 6)
Sedangkan pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
dapat diartikan sebagai:
Suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan ( kompetensi ) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. (Mulyasa, 2002 : 39)
Dari pengertian tersebut diatas jelaslah bahwa kurikulum bukan
hanya apa yang tercantum di dalamnya, melainkan mencakup semua
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
rangka kurikulum sekolah diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Perubahan kurikulum dan kurikulum yang berorientasi pada isi
pembelajaran (content based curriculum) menjadi kurikulum berorientasi
pada kompetensi (competency based curriculum) memiliki konsekuensi
terhadap berbagai aspek pembelajaran di sekolah. Konsekuensi tersebut
bukan hanya pada implementasi atau proses pembelajaran, akan tetapi juga
pada penetapan kriteria keberhasilan. Dalam penetapan kriteria
keberhasilan, kalau kurikulum sebelumnya kriteria ditetapkan sejauh mana
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, sekarang dalam KBK
keberhasilan ditentukan lebih dari itu, yaitu bagaimana materi
pembelajaran yang telah dikuasai itu berdampak pada perubahan perilaku
atau performance siswa sehari-han.
Perubahan paradigma kurikulum tersebut, membawa implikasi
terhadap paradigma kepenilaian dengan menggunakan standar. Oleh sebab
itu, guru dituntut memiliki pemahaman dan kemampuan yang memadai
baik secara konseptual maupun secara praktikal dalam bidang evaluasi
pembelajran untuk menentukan apakah penguasaan kompetensi sebagai
tujuan pembelajaran telah berhasil dikuasai siswa atau belum.
Menurut Wina Sanjaya,
Dalam kurikulum berbasis kompetensi ada dua hal yang penting, yang harus dipahami tentang evaluasi.1. Evaluasi merupakan kegiatan itegral dalam suatu proses
pembelajaran, artinya kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran sebab evaluasi dalam konteks KBK bukan hanya berorientasi pada hasil (product griented) akan tetapi juga pada proses pembelajaran (process oriented) sebagai upaya memantau perkembangan siswa baik perkembangan kemampuan maupun perkembangan mental dan kejiwaan.
2. Dalam konteks KBK evaluasi bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Dalam hal mi guru melibatkan siswa dalam proses evaluasi, sehingga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk memantau keberhasilannya sendiri dalam proses pembelajaran (self evaluation). Dengan demikian siswa tidak lagi menganggap
bahwa evaluasi merupakan suatu berbau yang kadang-kadang mengganggu sikap mentalnya.. Melalaui self evaluation siswa akan menganggap bahwa evaluasi merupakan sesuatu yang wajar yang harus dilaksanakan. (2005: 180)
Dalam kurikulum 2004 ( KBK), evaluasi pembelajaran harus
ditujukan untuk mengetahui tercapai tidaknya kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. Dengan kompetensi dasar ini dapat diketahui tingkat
penguasaan materi standar oleh peserta didik baik yang menyangkut aspek
intelektual, sosial, emosional, spritual, kreatifitas, dan moral.
2. Hubungan Antara Evaluasi Dan Pengukuran
Dalam praktek seringkali istilah evaluasi, penilaian dan
pengukuran terjadi kerancuan, karena memang ketiga istilah tersebut
saling kait-mengkait sehingga sulit dibedakan. Berikut akan dibahas
tentang evaluasi, penilaian dan pengukuran, untuk memperjelas tentang
perbedaan dan hubungan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Pengukuran dalam bahasa lnggris dikenal dengan measurement
dapat diartikan sebagai kegiatan untuk “ mengukur” sesuatu (pengantar,
1995 : 4). Mengukur pada hakekatnya adalah membandingkan sesuatu
dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Pengukuran pada umumnya
berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang
diukur. Oleh sebab itu, dalam proses pengukuran yang bersifat kuantitatif
itu, dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1. pengukuran yang
dilakukan bukan untuk menguji sesuatu 2. pengukuran yang dilakukan
untuk menguji sesuatu 3. pengukuran untuk menilai, yang dilakukan untuk
menguji sesuatu.
“Penilian” berarti menilai sesuatu. (Pengantar 1995 4). Penilaian
bersifat kualitatif. Menilai mengandung arti : mengambil keputusan
terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran
baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya.
Sedangkan “ evaluasi “ adalah mencakup dua kegiatan yang telah
dikemukakan terdahulu, yaitu mencakup “pengukuran“ dan “penilaian”
evaluasi adaliah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk dapat
menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu pengukuran dan
bentuk dari pengukuran adalah pengujian dan pengujian dalam dunia
pendidikan dikenal dengan istilah tes. Jadi dengan demikian pengukuran
itu bagian dari evaluasi dan tes bagian dari pengukuran. Apabila
digambarkan bagaimana kedudukan evaluasi, pengukuran, tes dapat dilihat
pada bagan di bawah ini.
Di atas telah dikemukakan bahwa pengukuran adalah bersifat
kuantitatif yang hasilnya berupa keterangan-keterangan yang berupa
angka-angka atau bilangan-bilangan. Adapun evaluasi adalah bersifat
kualitatif, evaluasi pada dasarnya adalah merupakan penafsiran atau
interprestasi yang sering bersumber pada data kuantitatif.. Tapi tidak
semua penafsiran itu bersumber dan keterangan-keterangan yang bersifat
kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya untuk dapat menentukan
keberhasilan pelajaran Pendidikan Agama Islam, siswa perlu diukur
tingkat pemahamannya dengan alat berupa tes hasil belajar. Namun
mengukur dengan alat berupa tes itu bukanlah satu-satunya cara untuk
menilai hasil belajar siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Ada cara lain yang bisa dilakukan mengetahui
apakah para siswa telah dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran
Islam yang telah diberikan kepada mereka di sekolah, cara lain itu
misalnya, dengan melakukan observasi (pengamatan), melakukan
wawancara dan sebagainya.
Namun demikian, pada kenyataannya bahwa evaluasi terhadap
motivasi belajar siswa sebagian besar bersumber dari hasil-hasil
pengukuran. Evaluasi proses pembelajaran di sekolah tidak mungkin dapat
dilaksanakan secara baik apabila evaluasi tidak didasarkan atas data yang
bersifat kuantitatif. Kenyataan ini menerangkan betapa pengukuran
mempunyai kedudukan penting di dalam proses evaluasi.
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa pengukuran adalah suatu
tindakan atau proses menentukan luas atau kuantitas dan sesuatu. Adapun
penilaian atau evaluasi adalah sebagai tindakan atau proses untuk
menentukan nilai dan sesuatu.
3. Fungsi dan Tujuan Evaluasi
Adapun secara khusus fungsi evaluasi dalam pendidikan dapat
dilihat dari tiga segi yaitu; 1) Segi Psikologis, 2) Segi Didaktik, dan 3)
Segi Administratif.
a. Fungsi evaluasi bagi peserta didik dan pendidik secara psikologis
1) Akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka
untuk mengenal kapasitas dan status dirinya di tengah-tengah
kelompok kelasnya.
2) Untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik,
lingkungan) dengan menemukan sebab-sebab kesulitan dalam
belajar.
3) Sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses belajar
mengajar.
4) Sebagai informasi dari hasil untuk mengambil keputusan dalam
menentukan masa depan.
5) Untuk mendapat perhatian dalam pelaksanaan pengajaran sehari-
hari.
b. Fungsi evaluasi bagi pendidik secara didaktik sebagai berikut :
1) Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi yang
telah dicapai oleh peserta didiknya).
2) Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui
posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
3) Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian
menetapkan status peserta didik.
4) Memberikan pedoman untuk mencari dan menentukan jalan keluar
bagi peserta didik yang memang memerlukannya.
5) Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program
pengejaran yang telah ditentukan dapat tercapai.
c. Secara umum, tujuan evaluasi ada 2 yaitu :
1) Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan
sebagai bukti mengenai taraf perkembangan peserta didik.
2) Untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selam jangka waktu
tertentu.
d. .Tugas evaluasi secara khusus yaitu:
1) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam mnempuh
program pendidikan.
2) Untuk mencari dan menamakan factor-faktor penyebab
keberhasilan dan ketidak berhasilan peserta didik dalam mengikuti
program pendidikan.
4. Macam-Macam evaluasi
Sehubungan dengan fungsi-fungsi, dan tujuan evaluasi diatas maka
dapat ditentukan macam-macam evaluasi sebagai berikut:
a. Evaluasi sumatif:
Yakni, untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar para siswa
biasanya. Tes sumatif ini dilaksanakan setelah berakhirmya pemberian
sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Seperti
ulanga umum pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester.
Manfaat kumulatif ada tiga , Diantaranya:
1) Untuk menentukan nilai
2) Untuk menentukan seorang anak dapatatau tidaknya mengikuti
kelompok dalam menerima program berikutnya.
3) Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa.
b. Evaluasi penempatan.
Yakni, menempatkan pada siswa dalam setuasi belajar mengajar yang
serasi.
c. Evaluasi diognosrik.
Yaitu, untuk membantu para siswa mengatasi kesulitan-kesulitan
belajar yang mereka hadapi.
d. Evaluasi formatif,
Yaitu, penilayan yang berfungsi untuk memperbaiki proses belajar
mengajar. Evaluasi formatif biasanya diberikan pada akhir setiap
program. Seperti post test atau tes akhir proses. Evaluasi ini
mempunyuai mafaat bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri
yaitu:
Manfaat bagi siswa:
1) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai
program secara menyeluruh.
2) Merupakan penguat bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilka
n skor tertinggi.
3) Usaha perbaikan denga umpan balik yang diperoleh setelah
melakukan tes.
4) Sebagai diagnose.
Manfaat bagi guru:
1) Dapat mengetauhi sejauh mana bahanyang diajarkan sudah dapat
diterima oleh siswa.
2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum
menjadi milik siswa.
5. Pengembangan Evaluasi
a. Evaluasi sebagai proses pengambilan keputusan
Penerapan KBK merupakan pembaharuan kurikulum sebagai
upaya peningkatan pendidikan. Indikator terjadinya pembaharuan itu
dapat dilihat dari adanya pola perubahan dalam proses pembelajaran
serta adanya peningkatan hasil belajar baik secara kualitas maupun
kuantitas. Perubahan dalam proses pembelajaran akan diikuti pula oleh
perubahan hasil evaluasi, karena pada dasarnya evaluasi adalah bagian
dari pembelajaran. Oleh karena itu penerapan KBK berimplikasi juga
pada perubahan praktik pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
Evaluasi merupakan suatu proses memberikan petimbangan.
Dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi meliputi:
1) Pengumpulan data (hasil pengukuran)
2) Mempetimbangkan arti data ini dengan berpatokan kepada suatu
standar, dan
3) Membuat keputusan dan alternatif tindakan berdasarkan data.
Dalam KRK, pengumpulan informasi tentang pencapaian hasil
belajar siswa, bisa dilakukan secara formal atau tidak formal; di
dalam atau di luar kelas; bisa menggunakan tes atau non tes atau
terintegrasi dalam proses pembelajaran. Teknik apapun bisa
dilakukan, yang penting proses evaluasi dapat mengumpulkan data
tentang keberhasilan siswa memperoleh kompetensi tertentu.
Manakala proses pengumpulan data telah dilakukan
selanjutnya dibuat keputusan tentang keberhasilan siswa:
1) Apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran berupa
penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan?
2) Apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke Tingkat lebih
lanjut?
3) Apakah ada bagian-bagian yang perlu pengulangan dalam rangka
pencapaian kompetensi?
4) Apakah siswa memerlukan pengayaan?
5) Keputusan-keputusan semacam itu sangat diperlukan untuk
perbaikan program.
b. Aspek-aspek evaluasi
Dalam konteks KBK hasil belajar tidak terbatas pada aspek
kognitif saja tapi juga aspek sikap afektif dan ketrampilan
psikomotorik. Seorang evaluator dalam melaksanakan penilaian atau
evaluasi harus memperhatikan sasaran ketiga aspek tersebut.
Selanjutnya yang harus tercakup dalam penilaian setiap aspek
diatas, yaitu:
1) Aspek kognitif
Aspek kognitif atau ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah kognitif terdapat
enam jenjang proses berpikir, mulai dan jenjang terendah sampai
dengan jenjang yang paling tinggi, yaitu: (1)
pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman
(comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis
(analysis), (5) sintesi (synthesis), (6) penilaian (evaluation).
2) Aspek afektif
Aspek afektif atau ranah afektif adalah ranah yang
berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa
terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Evaluasi dalam
aspek ini meliputi : (1) menerima atau memperhatikan (receiving
atau attending), (2) menanggapi (responding), (3) menilai atau
menghargai (valuing), (4) mengatur atau mengorganisasikan
(organization), (5) karekterisasi dengan suatu nilai atau komplek
nilai (characterization by a value or value complex)
3) Aspek psikomotonk
Aspek psikomotorik atau ranah psikomotorik adalah
ranah yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Pada aspek ini kompetensi yang harus dicapai meliputi (1)
tingkatan penguasaan gerakan awal berisi tentang kemampuan
siswa dalam menggerakkan sebagai anggota tubuh, (2) tingkatan
gerakan rutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan
gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan, (3) tingkatan
gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara
menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.
c. Prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran
Prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran dikatakan terlaksana
dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada
tiga prinsip, yaitu:
1) Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh (comprehensive)
Prinsip keseluruhan yang dimaksudkan adalah apabila evaluasi
tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh.
2) Prinsip kesinambungan (continuity)
Prinsip kesinambungan atau kontinuitas di maksudkan disini
bahwa evaluasi pembelajaran yang baik dilaksanakan secara teratur
dan sambung menyambung dan waktu ke waktu.
3) Prinsip obyektivitas (objectivity)
Prinsip obyektivitas mengandung makna bahwa evaluasi yang baik
apabila dapat terlepas dan faktor-faktor yang sifatnya subyektif.
d. Alat dan fungsi evaluasi
Dalam konteks evaluasi pembelajaran, maka alat evaluasi
dikenal dua macam, yaitu tes dan non tes. Tes digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif dan ketrampilan Sedangkan non tes
digunakan untuk mengukur sikap siswa. Tes bisa berbentuk tes tulis
dan tes lisan dan perbuatan; sedangkan non tes bisa digunakan dengan
melakukan wawancara atau skala penilaian.
Evaluasi dapat dilakukan dengan tes dan non tes. Tes dapat dilakukan dengan tes lisan, tes tulis, dan tes perbuatan. Sedangkan evaluasi non tes dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, jawaban terinci, lembar pendapat, dan lain-lain sesuai dengan kepentingannya. (Mulyasa 2004: 176).
Dalam kurikulum 2004 ( KBK ) evaluasi pembelajaran
disarankan melalui tes perbuatan atau non tes. Untuk meningkatkan
partisipasi dan ketertiban serta melihat kompetensi peserta didik hasil
belajar.
Sebagai bentuk kurikulum yang menghendaki ketercapaian
kompetensi, aspek, alat, dan bentuk penilaian seperti diatas harus
dilakukan secara seimbang dengan mengacu kepada dua fungsi
evaluasi, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Hasil evaluasi
formatif digunakan untuk memperbaiki kinerja guru, artinya hasil dan
tes ini digunakan sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil evaluasi sumatif
digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa setelah melakukan
proses pembelajaran. Dengan demikian sesuai dengan fungsi Evaluasi
dilakukan untuk mengukur keberhasilan proses dan hasil belajar.
Sedangkan fungsi evaluasi pembelajaran yang lain yaitu
sebagai bahan untuk keperluaan Bimbingan dan Konseling (BK) dan
untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikum sekolah yang
bersangkutan.
6. Makna Pembelajaran Dalam Kuikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Dalam dokumen KBK, kegiatan yang behubungan dengan proses
belajar mengajar sering diistilahkan dengan istilah pembelajaran. Hal ini
mengisyaratkan bahwa dalam KBK siswa harus dijadikan sebagai pusat
dan kegiatan proses belajar mengajar. Kegiatan proses belajar mengajar
dalam KBK tidak hanya sekedar proses penyampaian materi saja, akan
tetapi diselenggarakan untuk membentuk watak, peradaban, dan
meningkatkan mutu kehidupan siswa. Pembelajaran perlu memberdayakan
semua potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.
Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan
perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar
sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.
Pengertian pembelajaran menurut Mulyasa dalam bukunya,
”Pembelajaran pada hakekatnya proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik”. (2004: 125)
Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Wina Sanjaya
yaitu,
”Pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, bekembang secara terus menerus sesuai dengan pcngalaman siswa”. (2006:195)
Dalam implementasi KBK, walaupun istilah yang digunakan
“pembelajaran”, tidak berarti guru harus menghilangkan perannya sebagai
pengajar, sebab pada dasamya istilah mengajar itu bermakna
membelajarkan siswa. Mengajar belajar adalah dua istilah yang saling
berkaitan karena memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan.
Menurut Hamalik, “Mengajar adalah usaha mengorganisasi
lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa”. (2001:48)
Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun
makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan
dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam
membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa,
tetapi guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong
prakasa, motivasi, tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Hal ini jelas bahwa dalam istilah mengajar, juga terkandung
proses belajar siswa. Menurut Wina Sanjawa ada pinsip-prinsip penting
dalam pembelajaran antara lain:
Ada tiga prinsip penting pembelajaran dalam konteks KBK. Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisis, sosial dan logika. Ketiga, pembelajaran dalam konteks KBK harus melibatkan peran lingkungan sosial. (2006:81-82)
KBK adalah kurikulum yang diarahkan agar siswa mampu
mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat
berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, yang meliputi
kompetensi akademik, kompetensi akupasional, kompetensi cultural dan
kompetensi temporal.
Dari urian diatas, maka makna pembelajaran dalam konteks KBK
ditunjukkan oleh beberapa ciri yaitu:
a. Pembelajaran adalah proses berpikir
b. Proses pembelajaran adalali memanfaatkan otak
c. Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat
Sedangkan pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi
hendaknya dilaksanakan bedasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa,
serta kompetensi dasar pada umumnya. Oleh karena itu, prinsip-prinsip
dan prosedur pembelajaran berbasis kompetensi sudah seharusnya
dijadikan satu acuan dan dipahami oleh para guru, fasilitator, kepala
sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan lain di sekolah.
Sehubungan itu, pembelajaran berbasis kompetensi perlu
mempertimbangkan hal sebagai berikut:
a. Mengintegrasikan pelajaran dengan kehidupan masyarakat sekitar
lingkungan sosial
b. Mengidentifikasi kompetensi siswa sesuai dengan kebutuhan dan
masalah yang dirasakan peserta didik.
c. Mengembangkan indikator setiap kompetensi agar relevan dengan
perkembangan dan kebutuhan peserta didik
d. Menata struktur organisasi dan mekanisme kerja dengan jelas serta
menjalin kerjasama diantara para fasilitator dan tenaga kependidikan
lain dalam pembentukan kompetensi peserta didik
e. Merekrut tenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan, ketampilan
dan sikap sesuai dengan tugas dan fungsinya.
f. Melengkapi sarana dan prasaana belajar yang memadai, sepeti
perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar, perlengkapan teknis,
dan perlengkapan administrasi, serta ruang pembelajaran yang
memadai.
g. Menilai program pembelajaran secara berkala dan bekesinambungan
untuk melihat keefektifan dan ketercapaian kompetensi yang
dikembangkan. Di samping itu, penilaian juga penting untuk melihat
apakah pembelajaran bebasis kompetensi yang dikembangkan sudah
dapat mengembangkan potensi peserta didik atau belum. (Mulyasa,
2006:212)
B. Kaj Ian Tentang i’lorivasi BetajarI. Pen gertitin Motivtisi Beta jarUntuk mengetahui pengertian motivasi belajar maka perki àhedakP teriebih dahulu antara pengertian motivasi dengan belaj3r.Untuk rnemperoleh pengertian yang jelas tentang motivasi, maka penulis akan mengernukakan pendapat para aUi, diantaraiya adalaha. Menurut MC. Donald sebagairnana yang dikutip oleh Oemar Hamalik, motivasi adalab suatu perubahan energi di dalam din seseorang vaig ditanda dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan ierhadpa’ianya tuiuan.CLr tFQiUO k, I992 173)
b. James 4. \Vhittekei yang pendapatnya diku1p nleh Wasty Soemarto. rnovas adalah kondisi-Lpndsi atau keadaan-keadaan yang rnengakihatkan atameneri mendrng kenada rnakhl.ik untuk bertingkah laku méncapai ruarang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.15 C t98c. NIin Purxanto motivasi adalah suatu usaha yang dsadari UnILIL mengerakka. mengaralibn dan menjaga iingkah laku sescorantf’rdorong untuk mncapai tujuan tertentu.V Cwi OOo., 73)
d. Surnadi Survo Brow, motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk ielakukan aktifitas-aktifitas tertentu untukmencapai suatu tujuan.17( /gS7: ro)Dan beberapa pendapat diatas, intinya pengertian moti’asi itu adalah santa yaitu suatu dorongan yang timbul dalarn jiwa seseorang untuk melakukan aktifitas guna mencapai tujuan i.ertentu. Sedangkan istiah belajar secara umum dapai diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang’ terjadi sebagal basil dan pengalaman dan latihan. Pengalaman adalah segala kejadian yang secara sengaja atailpun tidak disengaja dialami oleh seseorang. Sedangkan latihan adalah kcjadian yang sengaa dilakukan setiap orang secara beru1anglIlang.18( 1991= ; y )Adapun pengertian helajar menurut para ahli adalaha. Menurut Nana Sudjana. helajar adala suatu proses yang ditandai denganadanya perubahan pada din seseorang. Perubahan tersebut dapat ditunjukkandalam berbagai bentuk sepe ti berubah pengetahuannya, pemahamannya,sikap dan tingkah lakunva, ketrampannya, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinva, daya eienimanya, dan lain-lain aspek yang ada padaindividu.’9 Coo ‘b Menurut Tadjab, belajar adalah berubahnya kernampuan seseorang untukmelihat, berfikr, merasakan. rnengerjakan sesuatu melalui berbagai
pengalama-pengaIaman v1ng sebagiannva bersifat perceptual, sehagiannyahersifat intelektual, emosional maupun m6torik.2° ( t99y ‘ -c. Menurut James 0. Whittaker, belajar adalah sehuah proses dimana tingkihlaku yang ditimbulkan atau diubah rnelalui latihan atau pengalaman.2’(/99i by,,)Dan definisi di atas, maka dapat penulis sirnpukan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanvd perulahan pada din scseorang, baik itu berubah pengetahuannya, pernahamannva, sikap dan tingkah lakunya,’ ketrampilannya, kecakapannya, daya kreasinya, daya penenimanva meialui berbagai pengalaman dan latihan.Dariianniotivai dan belajar di atas, dapat c1iambil sebuah kesimpulan bahwa motiva belajar adalah suatu dorongan ate kekuatan batin siswa yang mendorongnya ‘intuk melaktikan aktifltas belajar untuk mencapai tuuan yang diharápkan. Motivasi hela!ar dapat tinhul di dalam din siswa sendini dan dan faktor luar siswa.2. ]4aCaIn—maCaIn Motivasi BelajurN4otivasi belajar di sekolah dapi dibedakan menjadi dna bentuk, yaitu
a Motivasi intninsikMotivasi intrinsik adalah niunvasi ‘ang herasal dan dalam din siswaitu sendiri. Menurut Sardiman. inoivasi intrinsik adaldh motif-motif yang
meradikan aktit’ aiau fungsinva tidak perlu dirangsang dan luar, karena dalam din setiap anak sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.22 (I27 ‘&,)Motivasi intrinsik tersebut timbul karena dalam din seseorang telah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, misalnya keinginan unuk inengetahui sesuatu, rnendapatkan ketrampilan / pengetahuan tertentu, danlain-lain. Pujian, hadiah, hukuman dan sejenisnya tidak dipenlukan oleh siswakarena siswa belajar bukan untuk mendapatkan pujian atau hadiah dan bukanpula karena takut hukum.b. Motivasi ekstninsikMotivasi ekstrin3ik adalah motivasi yang disthabkan oleh faktorfaktor dan luar ituasi belajar, seperti angka, kredit, ijazah, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan. Yang bersifat negatif adalab dindiran.cemoofian, dan hukurnan.23 ( /987 gg gq) Definisi tersebut menuniukkan bahwa motivasi ekstninsik merupakanmotivasi yang timbul karena adanya dorongan dan luar individu yang tidak mutlak berkaitan dengan aktititas belajdr. Jadi. seorang siswa akan belajar jika ada dorongan dan luar. seperti ingin rnenda1.ntkan nilai yang baik, hadiah dan lain-lain serta bukan karena seniata-mata ingin mengetahui sesuatu.Berdasarkan uraian di atas, dapat diketanui bahwa motivasi intrinsik itu lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Hal mi bukan berarti bahwa
motivasi ekstrinsik tidak p’nting dan tidak diperlukan dalarn proses belajar rnengajar, motivasi ekstrinsik mi tetap diperlukan di sekolah, sebabpengajaran di sekolah tidak selamanya menarik minat siswa atau sesualdengan kebutuhannya.3. Fungsi Motivasi BelajarMotivasi sangt diperlukan dalam belajar senab basil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, makin tinggi pula hasil yang akan diperoleh. Oleh karena itu, seorang giru diharapkan dapat memberikan motivasi belajar kepada siswi-siswinya.Adapun ftingsi motivasi belajar adalaha. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan belajar.b. Sebagai pengarah, artinya motivasi mengaiahkan oerhuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkanc Sebagal penggerak, dalam hal mi motivasi herfungs1 sehagai mesin bagimobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnva suatupekeijaan.24 (/9iy io.z)Dan uraian di atas, dapat disimpuikan bahwa motivasi herfungsi untuk menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kegiaan beIaja dan mernberkan arah
kepada kegiatan belajar siswa, sehingga siswa dapat mernperoleh hasil helajar yang optimal.
4. Faktor-faktor Yang I)apat jlIeni,nhulkanMotii’aci Bela jarDalam pembahasan sebelumnva telah disehulkan bahwa motivasi helajar dapat digolongkan menjadi dua. yaitu motivasi intrinsik dan inotvasi ekstrinsik. Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah adanya kebutuhan, adanya pengetahuan tentang kemauan sendiri dan adanya aspirasi/cita-ita.25 Sedangkan faktoi-faklor yang clapat menimbulkan rnoivasiekstrinsik aaalah ganjaran, hukurnan dan persainganKajian masing-masingfaktor terebut, akan penulis jelaskan di bawah mi -a. Faktor Instrinsik1. Adanya kebutuhanKebutuhan aoal3h kecenderungan-kecenderungan pcrmanendalam din seseorang yang menimhulkan doongan -dan tingkah laku untuk
- rnencapai tujuan’ Adana suatu kehuuhan pada din anak akan mendorongnya untuk berhuat Jan herusaha. Misainva, anak ingin mengetahui isi cerita dan hukubuku komik, keinginan tersehut dapat menjadi pendorong yang kuat hagi an’: untuk belajar n’ernbaca. Karena apabila ia telah dapat nieuihaa. uaka mi berai-ti kebutuhannya ingin mengetahui isi cerita buku tersehut te!ah terpnuhi
2.. Adaiivapc’tige’tahiian Ii u/aug kL’n1a/1unui’u s’,,Jiri1u-Le- Apabila sswa mengetahul hasil-1 atau prestasnya, apakah.ciiw-c cikcx.r( Ufc ,L11-kLkpFeasi tebut mengalami kernajuan alan kernunduran, maka ha! iluakan menjadi pendorong baginya untuk helajar lebih giat. Jika prestasinyasemakin baik, Ia akan terdorong untik meningkatkannya alIng tidakcL 4--On tLr-j-ttX 1t$-& b-i ,s33c. fü t/jcfrt mnpecta1ftnk11 pe€+&i Jika iiengalami kemundtran, makatI +tg9l,ia akan terdorong ‘ntuk menejar dan meningkatkan prestasi helajarnyaHal itu sesuai dengan Amir Daien Indrakusuma yang menyatakan bahwa anak yang mendapat angka kurang. akan terdoron untuk belaiar lebih giat agar memperoleh angka yang haik dan sebaliknya. anak yang mendapat angka lebih taik akan terdorong untr.k belajar dengan baik agar bisa rnemperoleh angka ing Iehih baik lagi atau pa1in-tidak menieahankan prestasi yang telah dicapainya (i : / ()3. Adaiiya u.s-p/ray! c/ta-c/taSetiap kegiatan yang dilakukan mdi\idu tentu tujuannya untik mernperoleh hash yang telah ditetapkan 13eg!lu juga dengan SiSw:l. dalain kegiatan belajarnya ha menginuin. :er INuan vane menjadi harapannya dapat tercapai dengan bail, (i-ita yang merupakan injuan hidup anak dapat dijadikan pendoron hau keeiaian belajar
anak Anak yang bercita-cita jadi dokter, gUru jlei dan Iain-1ar. akan helaiat dengan giat sampai cita-cita yang diha .kan (lapal dnaih.
I). Faktor EkstrinsikI. GanjaranGanjaran rnerupakan alat yang dapat ieimbuikan motl’ asi ekstrinsik. Ganjaran ml dapat dijadikan pendorong haiti siswa uniuk belajar Iebih balk dan lehih giat lagi. Ganarn vaim diberikan gum kepada siswa dapat dibedakan rnenjad empat, vaiflia). PujianPujian adaiah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakn motivasi yang balk. Oleh karena itu, seorann guru harus mampu memberikan pujian secara tepat, dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah beIar7GUrU bisa mernanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan suatu pekeaan di sekolah, karena siswa akan bergairah belajar jika hasl pekeriaannva dipuji dan diperhatikan oleh guru, akan tetapi guru harris inta hhwa pujian van. repat haruN tepat dan jangan terlalu berlebihan.Pujian itu dapat berupa kata—kata seperti baik. bagu.sbagus sekali, dan seiagainva, dapat pula herura kata—katabersifat sugestif seperti “Nah lain kali akan lehib haik laru. “iran\ akarnu sekarang lebih rajin belajar. dan sehaunnva. dapat juna hen
isyarat / pertanda-pertanda seperti acurgan jempol. dengan menepukbahu, an sebagainya.b). PenghormatanGanjaran yang berupa penghormatan mi ada dna macambentuknya, yaitu(1). Berbentuk semacam penobatan. yaitu anak yang mend apal penghorrnatan diurnumkan dan ditampilkan dihadapan temanternannya, baik itu teman sekelas, ternan-teman satu sekolah atau mungkir. di hadapan para ternan dan para orang tua rnurid misalnya pada malam perpisahan yang diadakan pada akhir tahun, pada saat itu ditampilkan murid-murid yang berhasil menjadi bintang kelas.(2). Berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuaw. Misalnya anak yang berhasil mengerjakan soal sulit. disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh teman—temannva anak yang rajin diserahi wewenang untuk mengurusi perpustakaan sekolah dan sehaai nvaC). FIadiahI-ladiah adalah memberikan sesuatu kpdt oin am4? Ci&ysebagai penghargaan atau kenang-kenangar / cendera mata I tadimi merupakan ganjaran yang berbentuk pemberian birang ate disebut
dengan ganaran materil. Hadiah dapat dibeikan kepada siswa van berprestasi tertinggi, seperti rangking 1, 2. 3 dan siswa lainnya.hadiahmi bisa herupa alat-alat keperluan sekolah seperti : pensil, pengaris, buku tulis, dan buku-buku bacaan lainnya serta dapat berupa uan yang diberikan dalarn bentuk beasiswa. Dengan hadiah tersbut SIS\\ akan termotivasi untuk belajar guna rnernpertahankan prestasi belajar yang telah dicapai dan tidak menutup kemungkina akan mendoron& siswa lainnya untuk berlomba-lomba dalam belajar.d). Tanda PenghargaanTanda pengharga an mi di sebut uga dengan ga n a rn simboks. Gnjaran simbolis dapat herupa surat-surnt tand peghargaan, surat-surat tanda jasa, sertitikat-sertifikat, piala-piala dan sebagainya. ljazah dan Surat ]anda Tarnat Belajar (STIB) \‘ann diberikan kepada siswa disamping berftingsi sebagai laporan pendidikan, juga merupakan tanda penghargaan atas berhasilnva anal. menyelesaikan pelajarannya.Pada umumnya ganjaran simbolis mi iebih besa pengaruhnya terhadap kehidupan jiwa anak. Tanda penghargaan van diperoleh anak merupakan sumber pendorong bagi perkembangar anak e1anjutnya. Dengan adanya ganjaran sebagairnana yang penulis jelaskan di atas, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk hclajn. lebih eiat agar dapat rnencapai hasil belajar yarn optimal
Mengenai ganjaran mi. juga clijelaskan da1tm AI_Qur an surat An-Nisa’ ayat 1 24 beriut : -Artinya: “Barang siapa yang nzengerjakan amal-amul saleh balk lakilaki mapun wanita sedang Ia orang beriman, mka mereka itu masuk ke dalani surga dan mereka lidak dianiaya walaupun sedik’tpun “. (QS. An-Nisa’ : 124)32 (2. HukumanHukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secarasadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dengan adanya nestapa itu, anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak rnengulanginya. Dalam ha! mi terdapat dua prinsip pengadaan hukunian, yaitua. Hukuman diadakan karena adanya pelanggaran dan kesalahan yang diperbuatb. Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjdi peIanggaran Dua prinsip tersebut rnenunjukkan bahwa hukuman itu merupakanakibat dan pelanggaran atau kesalahan yang diperbuat oleh siswa dan tujuan hukuman adalah untuk menghindari adanya pelanggaran au kesalahan yang sama. Siswa yang pernah mendapatkan hukuman karena
suatu kesalahan misalnya, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru akan berusaha untuk tidak rnemperoleh hukuman lagi.Hai itu sesuai dengan endapai Arnir Daien Indrakusuma, bahwa niurid yang pernah rnendapatkan hukuman karena tidak mengerjakaii tugas, maka ia akan
berusaha untuk tidak mernperoleh hukuman Iagi(&973/5 Hukuman dapat dijadikan sebagai alat motivasi belajar jika dilakukandenganpendekatan edukatif dan bukan dilakukan dengan sewenangwenang atau menurut kehendak guru sendiri.Menurut Syaiful Bahri Dzamarah, pendekatan edukatif midikonotasikan sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan untuk-vQ: yi)memperbaiki sikap dan perbuatan siswa yang dianggap salah.35 Dengahadanya hukuman tersebut, diharapkan sisva menyadari kesalahan yangdilakukànnya dan tidak akan rnengulang;nva lagi.Dalam memberikan hukurnan Iepada siswa, harus memperhatikansyarat-syarat berikut mia. Tiap-tiap hukuman hendaknva dapat dipertanggungjawabkan.b. Hukuman harus bersifat mernpem. ‘kic. Hukuman tidak boleh hersitht aucaman atau pembalasan dengan perseorangan.d. Tidak boleh rnenghukurn pada waktu sedang rnarah.
e. Tiap hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah diperhitungkanterlebih dahulu. -f. Hukuman nendaknya dapat dirasakan sendiri oleh si terhukum.g. Jangan melakukan hukurnan badan.h. Hukuman tidak boleh rnerusakkan huhungan haik antara si pendidik dengan anak didiknya.i. Perlu adanya kesanggupan maaf dan si pendidik, setelah siswa menginsyafi kesalahannya.36 (oZ000 t ZfS -‘2 y)Syarat-syarat di atas harus ‘iiperiatikan oleh guru dalam memberikan hukuman kepada siswa-siswinya. Mengenal hukuman mi juga dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam sebuah hadistnya yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Abdul Maik bin Pabi’ bin Sabrah dan rasulullah saw bersabda:a , / / -. 0/0’ -‘ — / / — ‘ a — 3 // , ‘3 ‘3 ,/ —— / ‘—‘j :Ji -, / , ., — r/ a aArtinya : “Dan Abdul malik bin Ruhi bin bruh dan ayahnya dan kakeknya, kakeknya yaitu Sahrah bin Ma ‘bad Al Judni r. a. din berkata. Nabi saw bersabda ‘uruhlah anak-anak untuk mengerjakzin sholat, apabilu leLth herurnur 7 tahun, dan pukullah dia karena meninggalkunina apahila ic/nh herumur 10 tahun”. (HR. Abu dawud).37 CIg3z
Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oieh Abu Daud dan Abdu Matik bin Rahi’ bib Sabrab di atas, hahwasanya seseorang yang melanggar sualu hukum
akan dikena hukuman. Stu contob dalam hadits mi: Seorang anak Lerumur 10 tahun. ia tidak melakukan shalat, mak anak itu pantas mendapatkan hukuman. HuLun’yarg diberikan kepadanya tidaklah menyakitkan Si anak atau membuat kendor semangatny untuk memulainya lagi. Hukuman mi dijadikan loncatan untuk mernotivasi agar anak flu rajin melaksanakan shalat, bukan berarti diiakukan sewenang-wenang atau menurut kehendak sendiri. Sekalipun si anak meninggakai shalat, bagairnana cara mendidik agar anak itu punva nasa tanggungjawah terhadap apa yaig dianggarnya dan ketentuan.Shalat mcrupakan penintah dan Allah SWT yang harus diiaksanakn. Apab1a drtnugaikan. Allah akan murka Mendidik anak-anak untuk meaksanaan shalat dan kecil niulai uniur 7 tahun, apabila anak iu teah berumur 10 tahun dan meninggalkan shalat. Jadi pantas kalau anak ito menenima hukurnam tcniunva fidak crlalu berat, Hukuman haruslah bersiflit mcmpcrbajk dan dapar di pertanggun.awabkan. Anak yang tadinya m endapatkan nukuman karena tidaL meaksanakan shalat, maka anak Ito akan berusaha semaksma nungkin untuk tdak mendaatkan hukuman lagi, dan mulai meiaksanakan shalat dcngarì rutin3 ..?ersainaan kompetisouts ‘iierupakan saani satu a itor capal• — ‘.iVLU at S,vva tnt aaptiL tt as uuG!
sendirinva dan jLga karena ditimbulkan dengan sengaja oleh guru. Kompetisi yang tetadi dengan sendrinya dapat terjadi secara terang-terangan, isalnya dua orang siswa yang secara terang-terangan berlomb-lomba trntuk mendapatkan nilai yang leoih baik dan yang lain, uga dapat terjadi secara sembunyi-sembunyi, mi sainya seorang anak secara diam-diam miakukanpersainan dengan anak lain tanpa diketahui oleh anak yang diajak kompetisi terseb ut.Sedangkan kompetisi yang diadakan secara sengaja oleb guru dapat berbentuk macarn-maLaril dan dalam berbagai macam mata pelajaran. Oieh karena itu, dalam proses helajar mengajar guru harus dapat menimbulkan kornpctis aar siswa mcnad± semangat ntuk belajar. Agar kompctis van diadakan menjadi kompetisi yang serat, maka harus memperhatikan hal-hal benkut:a. Kompetis jangan terlalu intensifh. Kompctsi harus liadakan cialam siasana yang fair, uJur, positfdan sportiL c. Smua anakya ng ikUt oaiam kompetisi hendaknya mendapatkanpenghargaari. baik yang mPnang maupun yang tidak,d. Macam kompctis barns herienis dan jangan satu macam saja.e. Adak.ianvi kompetisi haik cuadakan dengan tidak bezitu formai.Uraian d atas uiemtenkan gambaran kepada guru tentang baatmanaSbWkfl:vH rncninhik;ip ‘iTh’i;S vanu iCpäi dan scsuai dcngan keadaaT jin
lingkungan siswa. sehingga dapat mtnimbulkan kompetisi yang sehat di antara sswa. Masalah lompetsi atau persaingan yang rnengarah kepada kebaikan juga
diperbolehkan dalam Islam. sebagaimana yang disebutkan dalam A1-Qur’an sural Al-Baqarah ayat 148 berikut iru:‘ - V - - /I l , ,(A:)Artinya : “Dan hagi flap-hap urna! ada kiblatnva (.cendirij yang ia rnenghadap kepadanva. Maka &rio nba-iomba/ah kamu ida/am berbuat) kebaikan, Dirnuna uja kanni herada paii Allah (ikan mengumpuikan kamu sekanan (path] han kiatnal). csungguhnya At/a/i Malta Kuasa atas seg”1a sesuatu “(QS. Al Baarah:
top related