makalah zoologi invertebrata crassostrea gigas
Post on 21-Jan-2016
616 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi ini dihuni oleh begitu banyak species makhluk hidup dengan karakteristik yang
berbeda-beda, baik tumbuhan maupun hewan. Pada hewan sendiri, dapat dibedakan dalam
dua kelompok besar yang kita kenal vertebrata dan invertebrata. Vertebrata adalah hewan
yang bertulang belakang sedengkan invertebrate adalah hewan yang tidak bertulang
belakang. Kelompok vertebrata dan invertebrata ini tersebar luas baik di daratan maupun
lautan.
Ada banyak jenis hewan yang tergolong invertebrata dan kebanyakan diantaranya
berada didalam laut. Di dalam laut terdapat bermacam macam jenis invetebrata baik yang
berukuran makroskopis dan mikroskopis. Setiap hewan memiliki ciri khasnya masing-
masing, inilah yang dimanfaatkan oleh para ilmuan untuk dapat mengklasifikasikan suatu
hewan maupun organism lainnya.
Kerang-kerangan adalah salah satu jenis invertebrata yang sering kita temukan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Kerang-kerangan sendiri dalam klasifikasinya digolongkan
kedalam filum molusca dan termasuk dalam kelas bivalvia. Ada banyak manfaat yang
diperoleh dari kerang-kerangan ini, salah satunya yaitu sebagai sumber makanan dangan
kandungan protein yang cukup tinggi, selain itu juga dapat dijadikan bahan perhiasan. Salah
satu yang terkenal yaitu tiram dimana tiram ini mampu menghasilkan mutiara yang memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dalam makialah ini akan dibahas tentang Crassostrea
gigas yang merupakan salah satu species dari bivalvia. Kerang jenis ini disebut Oyster.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik Crassostrea gigas baik secara morfologi maupun anatominya?
2. Bagaimana proses reproduksi, habitat serta penyebarannya?
3. Apa peranan Crassostrea gigas dalam kehidupan manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
Bivalvia adalah salah satu kelas dalam filum Mollusca yang mencakup semua kerang-
kerangan. Anggota bivalvia merupakan kedua terbanyak setelah Gastropoda. Anggota kelas ini
berjumlah 20.000 spesies yang terbesar diseluruh habitat ( Dharma 1988). Bivalvia disebut juga
Pelecypoda atau Lamellibrachia. Bivalvia terkomposisi atas dua keping cangkang yang keduanya
dihubungkan pada bagian dorsal oleh ligament (Barnes, 1990). Klasifikasi Crassostrea gigas
yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Ostreida
Family : Ostreidae
Genus : Crassostrea
Spesies : Crassostrea gigas
A. Morfologi
Secara morfologi organisme dari kelas bivalvia ini memiliki badan lunak ditutupi oleh
cangkang yang terdiri dari dua keping, terdapat di sebelah kiri dan kanan. Cangkang ini
berfungsi untuk melindungi bagian dalam tubuh dari serangan predator dan kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan (Inversen. 1976). Cangkang dari Oyster dihubungkan
oleh engsel elastis yang disebut ligamen. Cangkang sebelah kiri dari cangkang biasanya lebih
besar dan menekup biasa digunakan untuk menempel pada substrat. Cangkang sebelah
kanan yang diatas lebih kecil dan cukup pipih (Qualyle dan Newkirk. 1989). Memiliki
cangkang memanjang dengan panjang maksimum 400 mm (panjang rata-rata 150-200 mm),
Dengan setidaknya satu goresan abductor yang berwarna ungu (Robinson, dkk. 2005).
Warnanya biasanya keputihan dengan banyak garis-garis dan bintik-bintik memancar jauh
dari umbo. Interior cangkang berwarna putih , dengan bekrkas otot tunggal yang kadang-
kadang gelap, tetapi tidak pernah ungu atau hitam (Miossec, dkk. 2009)
Cangkang terdiri dari tiga lapisan yaitu pertama lapisan periostrakum (zat tanduk) yang
merupakan lapisan terluar dan berfungsi untuk melindungi lapisan yang ada di bawahnya.
Lapisan kedua adalah lapisan prismatic dibawah periostrakum yang terdiri dari zat kapur
(CaCo3) yang merupakan lapisan paling tebal (Fox. 1999).
Gambar 1 : gambar dari oyster (sumber, FAO. 2012)
B. Anatomi
Badan lunak dari Oyster dibagai menjadi tiga bagian yaitu, kaki, mantel, dan visceral mass. Kaki
dipakai sebagai organ untuk bergerak atau merayap pada masa larva sebelum
menetap/menempel pada substrat. Namun pada saat dewasa organisme ini akan menggunakan
semen untuk melekatkan diri. Demikian kakinya tidak difungsikan lagi. Mantel merupakan
lapisan dalam yang menggantung pada kedua belah cangkang bagian dalam seperti lembaran
tipis serta menutupi visceral mass, visceral mass merupakan tempat utama dari moluska yang
berisi hampir semua organ (Barnes dkk. 1989). Pada genus Crassostrea, ketika cuping mantel
disingkirkan akan terlihat ”ctenidia” atau insang dari Oyster yang berfungsi sebagai organ
pernapasan dan pengumpul makanan seperti alga, fitoplankton, dan detritus (Mc Graw. 2006).
Insang-insang ini ditutupi oleh cilia yang menciptakan arus-arus air melalui celah ventral.
Air yang telah difilter dikeluarkan lewat bagian dorsal. Makanan dari air tadi dibawa ke
“labial palp” oleh cilia dari insang . Dari labial palp makanan masuk ke mulut. Dari mulut
kemudian menuju perut yang dihubungkan oleh “esophagus” atau usus. Makanan kemudian
dicerna dalam mulut dengan bantuan enzim pencernaaan (Qualyle dan Newkirk 1989).
Hasil pencernaan berupa energi yang digunakan oleh Oyster. Sisa-sisa pencernaan yang
tidak terpakai berupa bahan “pseudofeces” dibawa ke “mucus” dan dikeluarkan lewat anus (Mc
Graw. 2006).
Ketika air melewati insang, oksigen diserap oleh jaringan insang dan diambil oleh darah
yang tidak berwarna, dan mendistribusikannya lewat sistem sirkulasi jaringan lain. Pada waktu
yang sama karbon dioksida dilepaskan dari membran insang ke air (Mc Graw. 2006).
Gambar 2 : anatomi oyster (sumber, Qualyle dan Newkirk. 1989)
Keterangan gambar :
1. Batas mantel.
2. Exhalant Siphon.
3. Anus.
4. Otot aduktor.
5. Quick section.
6. Promyal chamber exit.
7. Otot pedal retraktor.
8. Hinge.
9. Umbo.
10. Labial Palp.
11. Visceral mass.
12. Demibranch.
13. Mantel bagian kanan.
14. Inhalant Siphon.
15. Mantel bagian kiri.
C. Reproduksi
Oyster memiliki kelamin yang terpisah pada masing-masing individu. Pada genus
Crassostrea kelamin dari individu bisa berubah antar musim kawin, tapi pada genus Ostrea
kelamin bisa bergantian sekali atau beberapa kali dalam satu musim kawin. Fertilisasi dari
spesies ini terjadi secara eksternal atau terjadi di luar tubuh. Reproduksi terjadi di mana
organisme jantan memproduksi sperma yang dilepaskan ke perairan untuk membuahi sel
telur yang juga dilepaskan oleh organisme betina di perairan kecuali pada genus Ostrea
(Qualyle dan Newkirk. 1989). Pada genus Ostrea, telur-telur organisme betina ditahan
dalam ruang inhalant dimana fertilisasi terjadi. Sperma dari jantan terdekat masuk melalui
arus air inhalant. Telur-telur yang dibuahi diinkubasi dalam ruang tersebut selama sekitar 10
hari sebelum dilepaskan sebagai larva. Setelah pembuahan terjadi, telur akan berkembang
menjadi zygot yang kemudian menjadi trochopore, kemudian larva veliger.
Di bawah kondisi ideal, tiram dapat mencapai ukuran pasar dalam waktu 18-30 bulan (FAO.
2012). C. gigas dapat mencapai panjang 2-3 cm setelah satu tahun, dan 3-4 cm dalam tahun
kedua. Pertumbuhan C. gigas dapat terjadi pada temperatur 5-35° c (optimal 11-34° C) dan
salinitas 10-30‰ (optimal 20-30‰).
D. Habitat dan Penyebaran
Oyster dapat ditemukan pada habitat yang berbeda-beda baik perairan estuari, teluk,
dan sungai pasang surut . Oyster mampu hidup pada salinitas dengan kisaran 15 – 35 ‰.
Oysters adalah organisme yang toleran, mampu bertahan pada variasi yang luas dari suhu,
salinitas, dan konsentarasi sedimen tersuspensi dan oksigen terlarut. Spesies dari
Crassostrea dan Saccostrea umumnya hidup pada zona Intertidal sementara spesies Ostrea
hidup pada zona Subtidal. Beberapa spesies Oyster dari genus Saccostrea yang ditemukan di
daerah tropis sering juga di sebut “ Oyster Mangrove”, semenjak habitat utama mereka
adalah akar mangrove (Matthiesen 1991). Genus Saccostrea selain ditemukan pada akar
mangrove juga ditemukan pada karang mati.
Kompetisi terhadap ruang kemungkinan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
distribusi jenis-jenis Oyster. Contohnya di pantai utara Minahasa, jenis-jenis dari Saccostrea
ditemukan mendominasi pada substrat akar dan batang mangrove serta substrat keras
lainnya yang berupa karang mati. Sedang jenis-jenis dari genus Malleus, Pinctada,
Isognomon, dan Spondylus ditemukan terisolasi dari substrat yang telah ditempati oleh
jenis-jenis dari genus Saccostrea (Sangian. 1997). Faktor lain yang juga mempengaruhi
distribusi Oyster yaitu kondisi lingkungan seperti suhu dan salinitas, dimana Oyster secara
umum menempati perairan dengan salinitas 15 - 35 ‰ dan suhu 15ºC - 33ºC.
Pola penyebaran di alam dapat terjadi secara acak (random), teratur (regular) dan
mengelompok (contagious) (Elliot. 1977). Pola penyebaran berkelompok merupakan salah
satu ciri hewan bentik khususnya bivalvia yang memproduksi byssus salah satu alat pelekat
untuk merekatkan tubuh mereka dengan substratnya. Pola penyebaran berkelompok
disebabkan oleh tingkah laku larva yang aktif berenang melawan pergerakan air saat settle
dan substrat kesukaan. Larva Oyster pada saat settle akan mencari substrat yang keras
sebagai tempat hidupnya, sehingga mereka cenderung berkelompok.
E. Peranan
Sebagian besar Oyster memiliki nilai ekonomis karena dapat dimakan. Di Jepang spesies
Oyster seperti Crassostrea gigas telah lama dibudidayakan untuk keperluan konsumsi.
Disamping itu sebagian lagi memiliki kegunaan dari sisi ekologi. Crassostrea virginica dikenal
sebagai Oyster pembentuk terumbu. Ketika Oyster yang lebih tua mati, maka mereka
membentuk fondasi bagi terumbu dan Oyster yang hidup pada bagian atasnya dan sekitar
Oyster yang lebih tua yang telah mati (Mc Graw 2006).
Bagi lingkungan perairan Oyster dan terumbu Oyster memiliki fungsi vital seperti :
a. Menyediakan rumah atau tempat bersembunyi bagi organisme dari predasi.
b. Menjadi filter bagi perairan dan mereduksi turbiditas karena mengekstrak
fitoplankton, partikel organik dan anorganik dari kolom air sehingga air menjadi lebih
jernih.
c. Menyediakan struktur yang solid dalam kolom air bagi organisme sesil seperti
barnakel, tunikata, kerang, anemon, dan cacing bercangkang.
d. Berfungsi sebagai peredam ombak untuk melindungi garis pantai dari erosi.
BAB III
PENUTUP
Crassostrea gigas merupakan salah satu species dari filum Mollusca kelas bivalvia.
Crassostrea gigas adalah Oyster merupankan jenis tiram – hewan lunak yang tidak beruas-ruas
dikelompokkan ke dalam filum Mollusca. Umumnya memiliki cangkang yang keduanya tidak
sama besar dan dihubungkan oleh engsel elastis yang disebut “hinge”. Cangkang sebelah kiri
dari cangkang biasanya lebih besar disebut cupped biasa digunakan untuk menempel pada
subtrat.
Cangkang sebelah kanan yang diatas lebih kecil dan cukup pipih. Oysters adalah organisme
yang toleran, mampu bertahan pada variasi yang luas dari suhu, salinitas, dan konsentarasi
sedimen tersuspensi dan oksigen terlarut. Dengan demikian Oyster dapat ditemukan pada
habitat yang berbeda-beda baik perairan estuari, teluk, dan daerah pasang surut. Sebagai
organisme “suspensi feeder” larvanya pada saat akan settle akan mencari substrat keras
sebagai tempat hudup, sehingga cenderung berkelompok. Kelompok yang terbentuk
kemungkinan dapat dipisahkan oleh predator dan akhirnya tersebar secara acak.
Kerang merupakan makanan lezat, beberapa jenis seperti tiram (Ostrea sp) dapat dimakan,
hidupnya menempel pada karang, muara-muara sungai, daerah mangrove, dan air laut yang
berlumpur. Ada juga yang telah dibudidayakan dan harganya cukup mahal. Selain memiliki nilai
ekonomis, disisi ekologi Oyster juga dikenal sebagai pembentuk terumbu.
DAFTAR PUSTAKA
Barnes,F.R.,Calow,P. dan Olive,P.J.W. 1989. The Invertebrates: A New Synthesis. Blackwell
Scientific Publications. Australia.
Dharma, B.,1988. Siput dan kerang Indonesia I (Indonesian Shells I ). Penerbit PT Sarana Graha.
Jakarta
Elliot, J.M. 1977. Some Methods for The Statistical Analysis of Samples of Benthic Invertebrates.
Fresh water Biological Association. Sci. Publ.
FAO 2005-2012. Cultured Aquatic Species Information Programme. Crassostrea gigas. Cultured
Aquatic Species Information Programme. Text by Helm, M.M. In: FAO Fisheries and
Aquaculture Department [online]. Rome. Updated 13 April 2005. [Cited 14 August
2012].
Fox, R.,1999. Invertebrate Anatomy: Corbicula fluminea. Department of Biology, Lander
University. www.lander.edu/rsfox/corbicula/html
Inversen, E.S,1976. Farming The Edge of The Sea.Fishing News Book Ltd. 1 Long Garden Walk
Farnham Survey England.
Matthiessen, G.C. 1991. Oyster Culture. Chapter 7. Elsevier Science Publishers Bv.
Mc Graw K.A. 2006. NOOA Restoration Portal. National Oceanic and Atmospheric
Administration Unites States. Departement Of Commerce. http
://www.restoration.nooa.gov/welcome.html
Miossec, L., Le Deuff, R.-M. and Goulletquer, P. 2009. Alien species alert: Crassostrea gigas
(Pacific oyster). - ICES Cooperative Research Report 299: 42 pp.
Qualyle,D.B.and Newkirk,G.F. 1989. Farming Bivalve Mollusc: methods for study and
development. The World Aquaculture Society.
Robinson, T.B., Griffiths, C.L., Tonin, A., Bloomer, P. and Hare, M.P. 2005. Naturalized
populations of oysters, Crassostrea gigas along the South African coast: Distribution,
abundance and population structure. Journal of Shellfish Research 24(2): 443-450.
Sangian, M.,M., 1997. Distribusi Dan Kekayaan Oyster Pada Daerah Mangrove Di Pantai Utara
Minahasa. Skripsi . FPIK -Unsrat. Manado.
KATA PENGANTAR
top related