laporan zoologi ikan

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan adalah kelompok parafiletik : ini berarti, setiap kelas yang memuat semua ikan akan mencakup pula tetrapoda yang bukan ikan. Atas dasar ini, pengelompokan seperti Kelas Pisces, seperti pada masa lalu, tidak layak digunakan lagi. Berikut adalah unit-unit yang mencakup semua vertebrata yang biasa disebut sebagai ikan: Subkelas Pteraspidomorphi (ikan tak berahang primitif) o Kelas Thelodonti o Kelas Anaspida o (tidak berstatus) Cephalaspidomorphi (ikan tak berahang primitif) (tidak berstatus) Hyperoartia Petromyzontidae (lamprey ) o Kelas Galeaspida o Kelas Pituriaspida o Kelas Osteostraci o Infrafilum Gnathostomata (vertebrata berahang) o Kelas Placodermi (ikan berperisai, punah) o Kelas Chondrichthyes (ikan bertulang rawan: hiu , pari )

Upload: jefry-gunawan-mrg

Post on 08-Feb-2016

120 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

OSEANOGRAFI UNIVERSITAS DIPONEGORO

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan adalah kelompok parafiletik: ini berarti, setiap kelas yang memuat semua

ikan akan mencakup pula tetrapoda yang bukan ikan. Atas dasar ini, pengelompokan

seperti Kelas Pisces, seperti pada masa lalu, tidak layak digunakan lagi.

Berikut adalah unit-unit yang mencakup semua vertebrata yang biasa disebut

sebagai ikan:

Subkelas Pteraspidomorphi (ikan tak berahang primitif)

o Kelas Thelodonti

o Kelas Anaspida

o (tidak berstatus) Cephalaspidomorphi (ikan tak berahang primitif)

(tidak berstatus) Hyperoartia

Petromyzontidae (lamprey)

o Kelas Galeaspida

o Kelas Pituriaspida

o Kelas Osteostraci

o Infrafilum Gnathostomata (vertebrata berahang)

o Kelas Placodermi (ikan berperisai, punah)

o Kelas Chondrichthyes (ikan bertulang rawan: hiu, pari)

o Kelas Acanthodii (hiu berduri, punah)

o Superkelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati: mencakup hampir semua ikan

penting masa kini)

o Kelas Actinopterygii (ikan bersirip kipas)

o Kelas Sarcopterygii (ikan sirip berdaging/ikan bersirip cuping)

Subkelas Coelacanthimorpha (coelacanth)

Subkelas Dipnoi (ikan paru)

Page 2: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

o

EKOLOGI IKAN

Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air

tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan

hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Namun, danau yang terlalu asin seperti

Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan

untuk dipelihara untuk dipamerkan dalam akuarium.

Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea

kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan.

Menangkap ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga sering disebut

sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100

juta ton.

Overfishing adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan penangkapan

ikan secara berlebihan. Fenomena ini merupakan ancaman bagi berbagai spesies ikan.

Pada tanggal 15 Mei 2003, jurnal Nature melaporkan bahwa semua spesies ikan laut yang

berukuran besar telah ditangkap berlebihan secara sistematis hingga jumlahnya kurang

dari 10% jumlah yang ada pada tahun 1950. Penulis artikel pada jurnal tersebut

menyarankan pengurangan penangkapan ikan secara drastis dan reservasi habitat laut di

seluruh dunia.

1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Praktikan mampu menjelaskan bagian-bagian tubuh ikan dan fungsinya

masing-masing

1.2.2 Terampil melakukan pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh ikan

1.2.3 Mampu melakukan identifikasi ikan berdasarkan cirri morfologi ikan

1.2.4 Mampu mengklasifikasikan ikan.

Page 3: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaatnya setelah kita mengetahui jenis dan tanda-tandanya, kita

bisa mencari carauntuk menanggulanginya.

1.3.2 Kita mengetahui segala bentuk ikan secara morfologi dan fisiologinya.

Page 4: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas ekspor yang dikenal dengan sebutan

milkfish. Ikan ini memiliki karakteristik berbadan langsing, sirip bercabang serta lincah di

air, memiliki sisik seperti kaca dan berdaging putih. Ikan bandeng memiliki keunikan,

yakni mulutnya tidak bergigi dan makanannya adalah tumbuh-tumbuhan dasar laut. Selain

itu panjang usus bandeng 9 kali panjang badannya (Murtidjo 1989).

2.1 Klasifikasi ikan bandeng (Saanin 1984) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Malacopterygii

Famili : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

Ikan bandeng mempunyai ciri-ciri morfologi badan memanjang, agak pipih, tanpa

skut pada bagian perutnya, mata diseliputi lendir mempunyai sisik besar pada sirip dada

dan sirip perut, sirip ekor panjang dan bercagak, sisik kecil dengan tipe cycloid, tidak

bergigi, sirip dubur jauh di belakang sirip punggung (Saanin 1984). Morfologi ikan

bandeng dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Morfologi ikan bandeng (Chanos chanos) (Anonim 2010).

Page 5: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan budidaya air payau yang potensial

dikembangkan. Jenis ikan ini mampu mentolerir salinitas perairan yang luas (0-158 ppt)

sehingga digolongkan sebagai ikan euryhaline.

Ikan bandeng mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, pH dan

kekeruhan air, serta tahan terhadap serangan penyakit (Ghufron dan Kardi 1997).

Komposisi gizi ikan bandeng sangat tinggi, terutama kandungan proteinnya. Komposisi

ikan bandeng segar dapat dilihat pada Tabel 1.

Komposisi kimia

ikan bandeng segar

Kandungan gizi

Kadar (%)

Air 74,00

Protein 20,00

Lemak 4,80

Abu 1,19

2.2 Anatomi Kulit Ikan

Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk

badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen kimia protein,lemak, air, dan mineral. Kulit

ikan mengalami kemunduran mutu seperti bagian ikan yang lain ketika mati. Kadar

protein yang tinggi pada kulit menyebabkan kulit mudah rusak pada suasana asam, basa,

serta aktivitas mikroba sehingga kulit mudah busuk (Rahmat et al. 2008). Enzim-enzim

yang banyak berperan dalam kemunduran mutu kulit, seperti halnya pada ikan, adalah

enzim-enzim proteolitik, yaitu enzim katepsin dan kolagenase.

Page 6: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Kulit ikan merupakan penghalang fisik terhadap perubahan lingkungan serta

serangan mikroba dari luar tubuh. Kerusakan kulit akan mempermudah mikroba

menginfeksi inang. Ikan teleostei memiliki tiga lapisan pada kulitnya, yaitu epidermis,

dermis, dan hipodermis atau subkutis. Ikan teleostei tidak memiliki lapisan keratin pada

epidermisnya, tetapi dilapisi oleh kutikula yang memiliki mukus, mukopolisakarida,

immunoglobulin spesifik, lisozim, dan sejumlah asam lemak bebas (Robert 1978 diacu

dalam Cinabut et al. 1991). Mikrostruktur kulit ikan dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Mikrostruktur kulit ikan catfish (H&E, perbesaran 52x) (T: taste buds, P:

pigmen melanin, H: hipodermis) (Sumber: Chinabut et al. 1991).

Epidermis tersusun atas tiga lapisan, lapisan luar adalah lapisan epitel pipih. Pada

lapisan ini terdapat sel-sel lendir yang menyalurkan lendir ke kutikula. Lendir memiliki

kemampuan protektif bagi hewan antara lain karena lendir melapisi permukaan tubuh

sehingga mempemudah gerakan saat berenang, membentuk lapisan pelindung dari infeksi

agensia patogenik, mengandung senyawa antimikroba dan berperan dalam proses

osmoregulasi (Irianto 2005). Lapisan tengah epidermis tersusun oleh sel-sel gada,

bentuknya bulat atau oval dan memiliki inti di tengah. Lapisan dalam epidermis adalah

stratum germinativum, yang tersusun oleh lapisan tunggal sel kubus atau silinder. Sel ini

mempunyai kemampuan diferensiasi yang tinggi (Yasutake dan Wales 1983).

Page 7: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Pada epidermis terdapat alarm sel, yaitu kelompok sel-sel eosinofil dan biasanya

terdapat pada lapisan bawah dan tengah pada sejumlah spesies cyprinid. Sel-sel tersebut

merupakan kelompok sel yang berperan dalam sekresi senyawa penanda bahaya (alarm

substance). Sejumlah spesies lainnya memiliki sel-sel yang mirip yaitu sel-sel berukuran

besar, jernih, tidak berlendir, tetapi tidak menghasilkan senyawa penanda bahaya, sel-sel

bergranula, leukosit dan makrofag (Irianto 2005).

Lapisan dermis terletak dibawah epidermis. Lapisan ini berdiferensiasi menjadi

stratum compactum dan stratum spongiosum (Schwinger et al. 2001). Stratum

compactum terletak di bawah stratum spongiosum. Stratum spongiosum merupakan

jaringan serat retikulin dan kolagen yang longgar, mengandung sel-sel pigmen, fibroblas,

sel-sel penumpu sisik, dan sisik (Chinabut et al. 1991, Yasutake dan Wales 1983).

Stratum compactum dicirikan oleh serabut kolagenyang tersusun rapat di beberapa

lapisan dan mengandung sedikit fibroblas (Putra 1992, Yasutake dan Wales 1983).

Hipodermis atau lapisan subkutan merupakan bagian kulit yang paling dalam dan

paling tipis yang terletak antara stratum compactum dan serabut otot. Ciri yang paling

mencolok dari lapisan ini adalah terdapatnya sel-sel adiposa (lemak), lapisan pigmen,

pembuluh darah dan syaraf (Chinabut et al. 1991).

2.3 Kemunduran Mutu Ikan

Kemunduran mutu ikan digolongkan menjadi 4 tahap, yaitu prerigor, rigormortis,

postrigor dan pembusukan oleh bakteri (Junianto 2003). Menurunnya tingkat kesegaran

atau kemunduran mutu pada ikan disebabkan adanya reaksi kimia dan pembusukan oleh

mikroba (Gram dan Dalgaard 2002). Jika dilihat dari keberadaan kandungan dan

besarnya unsur biokimia makro yang terdapat di dalam tubuh ikan, perubahan utama

yang terjadi pada proses kemunduran mutu ikan umumnya bersumberkan dari perubahan

atau kerusakan komponen protein dan lemak yang terdapat dalam tubuh ikan itu sendiri.

Proses kemunduran mutu ikan selama penyimpanan, proses perubahan tingkat kesegaran

ikan pada periode penyimpanan awal didominasi oleh proses autolisis dan kemudian

digantikan oleh perubahan akibat aktivitas bakteri (Mahmoud et al. 2006).

Page 8: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

2.3.1 Prerigor

Tahap prerigor merupakan perubahan yang pertama kali terjadi setelah

ikan mati. Fase ini ditandai dengan pelepasan lendir cair, bening, atau transparan

yang menyelimuti seluruh tubuh ikan. Proses ini disebut hiperemia yang

berlangsung 2-4 jam. Lendir yang dikeluarkan ini sebagian besar terdiri dari

glukoprotein dan musin yang merupakan media ideal bagi pertumbuhan bakteri

(Junianto 2003).

Tahap prerigor terjadi ketika daging ikan masih lembut dan lunak.

Perubahan awal yang terjadi ketika ikan mati adalah peredaran darah berhenti

sehingga pasokan oksigen untuk kegiatan metabolisme berhenti. Di dalam daging

ikan mulai terjadi aktivitas penurunan mutu dalam kondisi anaerobik. Pada fase

ini terjadi penurunan ATP dan keratin fosfat melalui proses aktif glikolisis. Proses

glikolisis mengubah glikogen menjadi asam laktat yang menyebabkan terjadinya

penurunan pH (Eskin 1990).

2.3.2 Rigormortis

Fase selanjutnya adalah rigormortis. Morkore et al. (2006) menyatakan

bahwa fase rigormortis adalah tahap yang terjadi ketika ikan mengalami

kekakuan (kekejangan). Fase ini ditandai dengan terjadinya penurunan pH akibat

akumulasi asam laktat. Faktor yang mempengaruhi lamanya fase rigormortis

yaitu jenis ikan, suhu, penanganan sebelum pemanenan, kondisi stress pra

kematian, kondisi biologis ikan, dan suhu penyimpanan prerigor (Skjervold et al.

2001). Nilai pH daging ikan selama fase rigormortis turun dari 7-6,5 (Cheret

2007).

Fase rigormortis sangat penting dalam industri perikanan karena fase ini

merupakan tahapan sebelum terjadinya kebusukan oleh mikroba. Selama berada

dalam tahap ini, ikan masih memiliki kualitas yang baik dan diterima oleh

Page 9: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

konsumen. Fase ini dihindari oleh industri fillet karena daging ikan yang kaku

sulit untuk diproses (Eskin 1990).

2.3.3 Postrigor

Fase postrigor merupakan fase awal kebusukan ikan. Fase ini terjadi

ketika daging dan otot ikan secara bertahap menjadi lunak kembali. Hal ini

disebabkan terjadinya degradasi enzimatik di dalam daging ikan (Papa et al. 1997

diacu dalam Ocano-Higuera et al. 2011). Pada awalnya fase ini akan

meningkatkan derajat penerimaan konsumen (Eskin 1990).

Proses autolisis berlangsung pada tahap postrigor. Autolisis terjadi

disebabkan adanya enzim-enzim endogenous yang ada di dalam otot ikan (Ocano-

Higuera et al. 2009). Penurunan nilai pH menyebabkan enzim-enzim dalam

jaringan otot menjadi aktif. Katepsin, yaitu enzim proteolitik yang berfungsi

menguraikan protein menjadi senyawa sederhana, merombak struktur jaringan

protein otot menjadi lebih longgar sehingga rentan terhadap serangan bakteri. Hal

ini mengakibatkan daging ikan menjadi lunak kembali (Iriyanto dan Giyatmi

2009).

2.3.4 Busuk

Mikroorganisme dominan yang berperan penting di dalam proses penurunan

kesegaran ikan adalah bakteri. Dekomposisi berjalan intensif, khususnya setelah ikan

melewati fase rigormortis, pada saat jaringan otot longgar dan jarak antar serta diisi oleh

cairan (Irianto dan Giyatmi 2009).

Bakteri mengeluarkan getah pencernaan, enzim yang merusak dan

menghancurkan jaringan. Bakteri pada daging menyebabkan perubahan bau dan rasa

yang pada mulanya terasa masam, beraroma seperti rumput atau asam. Bau dan rasa ini

dapat berubah secara bertahap menjadi pahit atau sulfida serta dapat berubah menjadi

ammonia pada tahap akhirnya. Selain perubahan bau dan rasa, bakteri menyebabkan

perubahan tampilan dan ciri fisik lendir. Lendir pada kulit dan insang dapat berubah dari

yang biasanya tampak jernih dan berair menjadi keruh dan kehitaman. Warna kulit ikan

Page 10: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

hilang dan menjadi tampak pucat dan pudar. Lapisan perut menjadi pucat dan hampir

lepas dari dinding bagian dalam tubuh (DKP dan JICA 2008).

2.4 Pemeriksaan Histologi

Anatomi mikro atau histologi adalah mempelajari suatu organ atau bagian tubuh

hewan atau tumbuhan secara cermat dan rinci. Usaha atau cara untuk dapat mengamati,

mempelajari dan meneliti jaringan-jaringan tertentu dari suatu orgnisme dapat ditempuh

dengan jalan penyiapan spesimen histologi. Untuk penyiapan spesimen histologi tersebut

dikenal 4 cara yang umum dilakukan (Davenport 1960 diacu dalam Gunarso 1986) yaitu:

(1) Penyiapan preparat/spesimen secara keseluruhan (whole mount), yakni

pengamatan perkembangan embrio dan lain sebagainya

(2) Penyiapan spesimen dengan metode penyayatan (sectioning methods)

(3) Penyiapan dengan metoda remasan (teasing/squashing methods)

(4) Penyiapan dengan menggunakan metode ulasan (smear methods).

Metode penyayatan (sectioning) merupakan metode yang lazim dan banyak

digunakan dalam penyiapan spesimen histologi. Melalui metode ini spesimen disayat

setipis mungkin, diwarnai, dan dijadikan spesimen awetan. Penyayatan umumnya

dilakukan dengan mikrotom. Melalui metode ini, spesimen dipersiapkan untuk disayat

dan untuk itu diperlukan perlakuan tertentu yang mampu untuk mengeraskan spesimen

sehingga memungkinkan untuk dilakukan penyayatan. Pengerasan jaringan tersebut dapat

dilakukan dengan cara membekukan ataupun dengan jalan penanaman dalam suatu

substansi yang mampu mengeraskannya (Davenport 1960 diacu dalam Gunarso 1986).

2.5 Pembuatan Preparat Histologi dengan Metode Parafin

Pembuatan preparat dengan metode parafin merupakan suatu metode yang paling

umum digunakan. Metode ini banyak digunakan karena lebih mudah dan lebih cepat serta

material kering dapat disimpan lebih lama (Kiernan 1990). Langkah-langkah yang perlu

dilakukan dan diperhatikan dalam teknik histologi secara manual adalah fiksasi atau

Page 11: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

pengawetan jaringan, perlakuan (processing) jaringan, pemotongan jaringan, pewarnaan

jaringan serta pengamatan di bawah mikroskop (Angka et al. 1990). Tahapan dalam

persiapan preparat adalah fiksasi, dehidrasi, clearing, impregnasi dan embedding,

blocking dan trimming, pemotongan, pewarnaan, dan perekatan jaringan

2.5.1 Fiksasi

Tahap awal pembuatan preparat histologi yaitu fiksasi yang dilakukan

untuk mencegah autolisis dan dekomposisi post-mortem dari suatu jaringan atau

organ. Sel-sel dimatikan melalui fiksasi untuk memutuskan proses hidup dinamis

sel secepat mungkin dan menjaga struktur dari pengaruh yang seminimal mungkin

(Geneser 1994). Fiksasi bertujuan untuk mengawetkan morfologi dan komposisi

jaringan sehingga jaringan tetap, seperti keadaan semula sewaktu hidup,

mengeraskan jaringan agar dapat diiris, mencegah jaringan larut selama proses

pembuatan preparat serta mengaktifkan jaringan dan komponennya sehingga

mudah untuk diwarnai (Angka et al. 1990).

Larutan fiksasi disebut fiksatif. Beberapa fiksatif yang dapat digunakan

diantaranya fiksatif Zenker, fiksatif Baker, fiksatif Carnoys, Buffer Normal

Formalin (BNF), Formol Saline, larutan Helly, Larutan ORTH, fiksatif Bouin’s

(Sastrohadinoto et al. 1973). Formula fiksatif BNF adalah (Angka et al. 1990):

NaH2PO4.H2O : 40 g

Na2HPO4 (anhidrid) : 6,5 g

Akuades : 900 ml

Formaldehid 37-40% : 100 ml

Waktu minimum yang dibutuhkan untuk jaringan dalam fiksatif ini adalah

24 jam dan maksimum 1 minggu. Fiksasi dilakukan dengan cara membenamkan

potongan kecil jaringan ke dalam larutan fiksatif. Pengambilan jaringan dilakukan

menggunakan pisau yang tajam untuk menghindari kerusakan pada

potonganjaringan. Potongan jaringan berukuran beberapa millimeter untuk

memastikan bahwa zat fiksasi cukup menembus dengan cepat kedalam semua

bagian jaringan (Genesser 1994).

Page 12: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

2.5.2 Dehidrasi

Jaringan yang telah difiksasi akan mempertahankan kandungan air

yang tinggi, suatu kondisi yang menjadi penghambat untuk proses

selanjutnya, sehingga jaringan perlu didehidrasi (penghilangan air). Cairan

dalam jaringan dapat menyebabkan jaringan lunak, berisi lumen atau celah

cekung dan mudah rusak oleh penyayatan. Dehidrasi bertujuan agar cairan

di dalam sel/jaringan ditarik keluar untuk digantikan dengan parafin (Sass

1951).

Penarikan air keluar dari sel/jaringan dilakukan dengan cara

merendam jaringan dalam bahan kimia yang berfungsi sebagai dehidrator

(penarik air) yang secara progresif konsentrasinya meningkat, yakni

alkohol. Perubahan konsentrasi bertahap, yakni alkohol 80%, 90%, 95%,

95% masing-masing selama 2 jam dan alkohol absolut selama 12 jam

(Angka et al. 1990). Peningkatan konsentrasi ini dilakukan agar

penghilangan air dari jaringan dapat dilakukan secara sempurna (Geneser

1994). Pemberian alkohol absolut bertujuan untuk mengurangi penyusutan

pada jaringan (Sass 1951).

2.5.3 Clearing (penjernihan)

Clearing merupakan proses penjernihan yang bertujuan untuk

menggantikan alkohol. Proses clearing dilakukan dengan menambahkan

clearing agent yang berfungsi sebagai pelarut parafin. Pada proses ini

jaringan menjadi jernih dan yang tidak tembus cahaya menjadi transparan.

Bahan yang dapat digunakan sebagai clearing agent adalah xylol,

kloroform dan benzol. Xylol banyak dipergunakan karena bekerja dengan

cepat, membuat preparat cukup transparan dan bersifat dealkoholisasi

(Sastrohadinoto et al. 1973). Setelah proses dehidrasi, air di dalam sel

Page 13: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

keluar. Bagian yang kosong diisi parafin agar jaringan terikat kuat dengan

parafin. Alkohol tidak dapat melarutkan parafin, oleh karena itu digunakan

xylol yang dapat melarutkan parafin dan dapat bercampur dengan alkohol

(Angka et al. 1990).

2.6 Morfologi Ikan

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar

dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam

mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah

bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya

bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan

tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang

mengalami metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat).

Namun demikian pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap,

sehingga kalaupun terjadi perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit

(Djuhanda, 1985).

Pada ikan dan pada hewan air lainnya pada umumnya bagian tubuh dibagi menjadi

tiga bagian yakni bagian kepala, badan dan ekor (Gambar 1), namun pada setiap jenis ikan

ukuran bagian-bagian tubuh tersebut berbeda-beda tergantung jenis ikannya (perhatikan

morfologi ikan pada Gambar 3) . Adapun organ-organ yang terdapat pada setiap bagian

tersebut adalah:

1. Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung operkulum

(tutup insang) paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada bagian kepala ini antara

lain adalah mulut, rahang, gigi, sungut, cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak,

jantung, dan pada beberapa ikan terdapat alat pernapasan tambahan, dan sebagainya.

2. Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang sampai pangkal

awal sirip belang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur. Organ yang terdapat pada

bagian ini antara lain adalah sirip punggung, sirip dada, sirip perut, hati, limpa, empedu,

lambung, usus, ginjal, gonad, gelembung renang, dan sebagainya.

3. Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang/dubur sampai

dengan ujung terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada pada bagian ini antara lain adalah

Page 14: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

anus, sirip dubur, sirip ekor, dan pada ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet, dan

sebagainya. 

Bentuk tubuh atau morfologi ikan erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada

baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita lihat bentuk tubuh atau

penampilan (morfologi) ikan tersebut. Dengan melihat morfologi ikan maka kita akan

dapat mengelompok-ngelompokan ikan/hewan air, dimana sistem atau caranya

mengelompokan ikan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi ikan. Dengan

demikian, maka sistematika atau taksonomi ini merupakan ilmu yang digunakan untuk

mengklasifikasikan ikan/hewan air atau hewan lainnya (Rahardjo, 1985).

2.7 sistem Pencernaan

Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh,

kebiasan makanan, tingkah laku ikan dan umur ikan. Sistem atau alat pencernaan pada

ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar

pencernaan (Glandula digestoria).

2.8 Saluran pencernaan

Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut,

rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.

a. Mulut

Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu bibir tidak

berkembng dan malahan hilang secara total karena digantikan oleh paruh atau rahang

(ikan famili scaridae, diodotidae, tetraodontidae). Pada ikan belanak atau tambakan,

bibir berkembang dengan baik dan menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan.

Keberadaan bibir berkaitan erat dengan cara mendapatkan makanan. Di sekitar bibir

pada ikan tertentu terdapat sungut, yang berperan sebagai alat peraba. Mulut terletak

di ujung hidung dan juga terletak di atas hidung.

b. Rongga mulut

Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut

ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis organ yang

terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan rongga

mulut diselaputi oleh lapisan sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan

Page 15: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah

masuknya makanan. Disamping mukosit, di bagian mulut juga terdapat organ

pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi makanan.

c. Farings

Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan

organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.

d. Esofagus

Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung

lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan dalam

penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang

diminum akan menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan

penyerapan air oleh usus belakang dan rectum (proses osmoregulasi)

e. Lambung

Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar

bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung

berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Seluruh permukaan

lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak

asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Sebagai

penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi. Pada ikan-ikan

herbivora terdapat gizard (lambung khusus) berfungsi untuk menggerus makanan

(pencernaan secara fisik).

f. Pilorus

Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan.

Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.

g. Usus ( intestinum)

Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum

berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses

penyerapan zat makanan

h. Rektum

Page 16: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara

anatomis sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis

batas antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup rektum.

i. Kloaka

Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran

urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang

rawan memiliki organ tersebut.

j. Anus

Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati

anus terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya

memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor.

Sedangkan ikan yang tubuhnya membundar, posisi anus terletak jauh di depan

pangkal ekor mendekati sirip dada.

2.8 Kelenjar Pencernaan

Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang

nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan. Enzim pencernaan

yang dihasilkan oleh ikan buas juga berbeda dengan ikan vegetaris. Ikan buas pada

umumnya menghasilkan enzim-enzim pemecah protein, sedangkan ikan vegetaris

menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati

dan pankreas. Disamping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi

sebagai kelenjar pencernaan.

Hati meupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses

pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna

merah kecokelatan. Posisi hati terletak pada rongga tubuh bagian bawah, di belakang

jantung dan disekitar usus depan. Di sekitar hati terdapat organ berbentuk kantong kecil,

bulat, oval atau memanjang dan berwarna hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung

empedu yang fungsinya untuk menampung cairan empedu yang disekresikan oleh organ

hati. Secara umum hati berfungsi sebagi tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein serta tempat memproduksi cairan empedu.

Page 17: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) yang berperan

dalam proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada yang diffus

(menyebar) di antara sel hati. Letak penkreas berdekatan dengan usus depan sebab

saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Saluran pankreatik yaitu saluran-saluran

kecil yang bergabung satu sama lain dan pada akhirnya akan terbentuk saluran yang

keluar dari pankreas menuju usus depan.

2.9 Proses Pencernaan

Sebelum makanan di sambar dan ditelan, terlebih dahulu telah menimbulkan

rangsangan berupa nafsu untuk makan. Nafsu untuk makan ini dapat dirangsang melalui

penglihatan, bau dan rabaan. Begitu ada nafsu untuk makan, maka alat-alat pencernaanya

segera bersiap-siap untuk menerima makanan dan selanjutnat mencernakannya. Setelah

makanan digigit, untuk menelannya diperlukan bahan pelicin yaitu air liur. Selai sebagai

pelicin, air liur juga mengandung enzim ptialin yang merupakan enzim pemecah

karbohidrat menjadi maltosa yang kemudaian dilanjutkan menjadi glukosa. Tapi karena

ikan tidak mengunyah makanan, padahal pemecahan karbohidrat membutuhkan waktu

yang lama, maka ptialinnya baru dapat bekerja aktif setelah makanan sampai di lambung.

Selain mengandung enzim ptialin, air liur juga mengandung senyawa penyangga derajat

keasaman (bufer) yang berguna untuk memecah terjadinya penurunan pH agar proses

pencernaan dapat berjalan normal.

Apabila makanan telah masuk ke dalam saluran pencernaan, maka dindng saluran

pencernaannya akan terangsang untuk menghasilkan hormon gastrin. Hormon ini akan

memacu pengeluaran asam klorida (HCL) dan pepsinogen. HCL akan mengubah

pepsinogen menjadi pepsin yang merupakan enzim pencernaan akif, yaitu sebagai

pemecah protein menjadi pepton (polipeptida). Apabila makanannya banyak

mengandung lemak, maka akan dihasilkan juga hormon entergastron.

Di dalam usus, makanan itu sendiri akan merangsang keluarnya hormon

kolsistokinin. Hormon ini kemudian akan memacu keluarnyagetah empedu dari hati.

Getah empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah merah yang telah rusak di dalam

hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus yang kemidaian

ditampung di dalam kantong empedu. Fungsi getah empedu tersebut adalah

Page 18: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

memeperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air dan

diserap oleh usus.

Dinding usus juga mengeluarkan hormon sekretin dan pankreozinin. Sekretin

akan memacu pengeluaran getah empedu dan pankreas. Getah penkreas ini mengandung

enzim amilase, lipase dan protase. Sedangkan hormon pankreozinin menyebabkan

rangsangan untuk mempertinggi produksi getah pankreas.

Enzim amilase akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Enzim lipase

memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan protase memecah protein

menjadi asam amino. Ketiga enzim tersebut dapat mencapai puncak keaktifan apabila

kadar protein dalam makanan antara 40-60%. Apabila kadar proteinnya berubah maka

untuk mencapai puncak keaktifan, enzim-enzim tersebut membutuhkan waktu untuk

menyseuaikan diri.

2.10 Penyerapan Sari Makanan

Makanan yang sudah dicerna halus sekali kemudian sari-sarinya akan diserap oleh

dinding usus. Sebenarnya di dalam lambung juga sudah mulai penyerapan, tapi

jumlahnya masih sangat sedikit. Penyerapan yang utama terjadi di dalam usus. Untuk

menyerap sari makanan tersebut, dinding usus mempunyai jonjot-jonjot agar

permukaannya lebih luas. Melalui pembuluh darah rambut pada jonjot usus tersebut, sari

makanan akan diserap ke dalam darah.

Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, yaitu glikosa, galaktosa,

fruktosa dan lain-lain. Proses penyerapannya dipengaruhi oleh hormon insulin. Hormon

tersebut dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan

gliserol. Di dalam lapisan lendir dinding usus, asam lemak dan gliserol bersatu lagi,

untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh melalui limfe (70%) dan melalui pembuluh

darah (30%). Sedangkan protein diserap dalam bentuk asam amino yang dibawa ke hati

dulu untuk diubah menjadi protein lagi, akan tetapi yang telah disesuaikan dengan

kebutuhan tubuh ikan yang bersangkutan.

Zat-zat makanan yang telah diserap oleh darah kemudian diedarkan ke seluruh

tubuh untuk keperluan metabolisme, yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme

adalah pembentukan zat-zat yang lebih kompleks dari zat-zat yang lebih sederhana.

Misalnya pembentukan protein dan asam-asam amino. Sedangkan katabolisme adalah

Page 19: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

pemecahan zat-zat yang merupakan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Misalnya

pemecahan karbohidrat menjadi tenaga, air dan karbondioksida.

Pada hewan-hewan darat, yang digunakan sebagai sumber tenaga pertama-tama

adalah karbohidrat kemudian disusul oleh lemak sebagai sumber nomor dua dan terakhir

protein. Sedangkan pada ikan adalah kebalikan dari hewan darat, yaitu protein, lemak dan

karbohidrat.

2.11 Pencernaan Secara Fisik Mekanik dan Kimiawi

Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga mulut yaitu

dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan

secara mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-

gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen

lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Pada

ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, hal ini dikarenakan cairan

digestif yang berperan dalam proses pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di

segmen tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar lambung. Pencernaan ini selanjutnya

disempurnakan di segmen usus. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di

segmen usus berasal dari hati, pankreas dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara

aksi fisik dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya

bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalanya berpartikel makro

menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang

memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya diedarkan ke seluruh

tubuh.

2.12 Fase Reproduksi dan Perkembangan Ikan Bandeng

Fase pertumbuhan I; ovarium masih sangat kecil berwarna transparant.

Fase pertumbuhan II; berwarna jernih sampai abu – abu atau kemerahan; butir -  butir

telur dapat terlihat dengan lup serta panjang ovarium lebih panjang sedikit daripada

rongga bawah.

Fase perkembangan I; berbentuk bulat telur warna kemerah – merahan dan mengisi 50%

rongga tubuh serta terdapat pembuluh kapiler. Butir – butir telur berwarna serbuk putih

jelas terlihat.

Page 20: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Fase perkembangan II; warna jingga kemerah – merahan. Telur berbentuk bulat sudah

jelas terlihat serta mengisi 60% rongga tubuh.

Fase Bunting; mengisi seluruh rongga bawah dan telur berbentuk bulat jernih.

Fase mijah; telur sudah mudah dikeluarkan dengan tekanan di bagian telur. Sebagian

telur jernih dan hanya sebagian saja yang berbentuk bulat telur.

Fase mijah salin; ovarium belum kosong sepenuhnya dan tidak ada telur berbentuk bulat

telur.

Fase salin; ovarium kosong warna kemerah – merahan dan beberapa butir telah dihisap

kembali.

Fase pulih salin; ovarium jernih sampai abu – abu kemerah – merahan.

Fase perkembangan testis bandeng yaitu :

Fase pertumbuhan I; testes kecil berwarna transparan sampai kelabu.

Fase pertumbuhan II; testes jernih warna abu – abu sampai kemerahan.

Fase perkembangan I; testes berbentuk bulat telur, warna kemerahan oleh pembuluh

kapiler dan mengisi setengah bagian rongga tubuh ventral.

Fase perkembangan II; testes berwarna kemerah – merahan sampai putih mengisi 60%

rongga tubuh bawah.

Fase dewasa; warna putih dan jika perut diurut akan keluar cairan tersebut.

Fase mijah; sperma keluar menetes jika perut ditekan.

Fase mijah salin; testes sudah kosong.

Fase Salin; testes kosong berwarna kemerah – merahan.

Fase pulih salin; testes jernih dan berwarna abu – abu sampai merah.

2.13 Ekologi Ikan bandeng

Bandeng banyak dikenal orang sebagai ikan air tawar. Habitat asli ikan bandeng

sebenarnya di laut, tetapi ikan ini dapat hidup di air tawar maupun air payau.

Page 21: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Ikan bandeng hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik,

mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan

yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-

rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut

kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak (Anonim, 2009).

2.14 Penyebaran Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Ikan bandeng merupakan ikan laut dengan daerah persebaran yang sangat luas

yaitu dari pantai Afrika Timur sampai ke Kepulauan Tua mutu, sebelah timur Tahiti, dan

dari Jepang Selatan sampai Australia Utara. Ikan ini biasanya terdapat di daerah Tropika

dan Sub Tropika.

Page 22: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

BAB III

MATERI DAN METODE3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 April 2013 pukul 14:00

WIB di Laboratorium Biologi Laut Gedung E Lantai 1 FPIK Univesitas Diponegoro

Semarang

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

A. Alat tulis

B. Penggaris

C. Nampan Bedah

D. Tisu pembersih

E. Kertas gambar dan alasnya

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalahikan segar dengan

berbagai bentuk dan ukuran yang termasuk ke dalam kelas elamobranchi dan

teleostei . Setelah selesai melakukan pengamatanikan di bedah dan dilihat struktur

pencernaan dalamnya.

3.3 Cara Kerja

A. Menentukan struktur luaran ikan

Ikan diletakkan dalam wadah nampan kemudian di identifikasi seara

keseluruhan bentukan fisiknya dimulai dari jumlah insang sampai kepada

jenis tulang yang terdapat pada ikan tersebut. Setelah di identifikasi dan

diamati, kemudian nilai yang didapatkan dimasukkan kedalam formula

identifikasi.

B. Mengetahu system pencernaan

Page 23: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Ikan yang ada pada namoan dipotong melintang tubuhnya dimulai dari

bagian posterior hingga belakangnya sehingga terlihat organ dalam yang

ada pada tubuh ikan tersebut, setelah itu organ yang ada di dalamnya di

identifikasi yang mana saja merupakan organ yang berperan dalam system

pencernaan ikan tersebut.

Page 24: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil ( terlampir)

4.2 Pembahasan Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan

makanan,mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa

makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh. Alat-alat pencernaan makanan secara

berturut-turut dari awal makanan masuk ke mulut dapat dikemukakan sebagai berikut:

mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, usus dan anus.

A. ALAT PENCERNAAN MAKANAN

Dalam beberapa hal terdapat adaptasi alat-alat pencernaan makanan terhadap

makanan dan kebiasaan makannya. Organ pencernaan ini dilengkapi dan dibantu oleh

hati dan pancreas.

1. Mulut dan Rongga Mulut

Organ ini merupakan bagian depan dari saluran pencernaan, berfungsi untuk

mengambil makanan yang biasanya ditelan bulat-bulat tanpa ada perubahan. Lendir

yang dihasilkan oleh selsel kelenjar dari epithel rongga mulut akan bercampur dengan

makanan, memperlancar proses penelanan makanan yang dibantu oleh kontraksi otot

dinding mulut. Rongga mulut Amphioxus menyimpang jauh dari kepunyaan

Craniota. Pada hewan ini pinggiran 46 lubang mulut mempunyai 12-20 pasang

tentakel yang dilengkapi dengan rambut getar dan indra. Pada mulut bagian belakang

terdapat sekat melintang yang disebut velum, ditembus oleh lubang yang

berhubungan dengan farings. Ikan pada umumnya, rongga mulut meneruskan diri

menjadi farings, yang mempunyai beberapa kantung insang. Menelan makanan pada

ikan merupakan gerakan rangka visceral karena kerja dari otot visceral. Pada

Page 25: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Amphioxus tidak dilengkapi lidah sedangkan pada Cyclostomata lidahnya hamper

tidak ada. Petromizon lidahnya berfungsi seperti alat penghisap, ikan ini melekat

dengan corong mulut pada pada ikan lain, dan dengan gigi tanduk dari lidah ia

memarut kulit dan daging dari mangsanya. Pada Myxinoidea gigi tanduk dari lidah

digunakan untuk mengebor kulit kulit ikan mangsanya, kemudian ia masuk ke

dalamnya dan hidup sebagai parasit. Lidah ikan merupakan suatu peninggian dari

dasar mulut yang diselaputi oleh selaput lendir, disokong oleh rangka Hiobrankhial

yang tidak dapat bergerak tanpa adanya kelenjar. Pada umumnya mulut ikan terletak

di ujung depan kepala, yang dinamakan tipe terminal. Pada ikan yang lain, mulut

terletak pada bagian atas (tipe superior), di bagian bawah kepala (tipe inferior), dan

ada pula dekat ujung bagian kepala (tipe subterminal). Selain letak yang berbedabeda,

bentuk mulutpun bermacam-macam. Bentuk dan letak mulut ini sangat erat kaitannya

dengan macam makanan yang menjadi kesukaan ikan. Mulut tipe superior

mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan untuk

menangkap mangsa yang lewat di atasnya.

Ukuran mulut ikan dapat memberilkan petunjuk terhadap kebiasaan makan,

terutama bila dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada. Ikan-ikan cucut

dilengkapi dengan mulut yang lebar dan gigi tajam, yang menandakan mereka

termasuk golongan predator terhadap mangsa yang berukuran agak besar yang

mungkin bisa ditelan seutuhnya.

Beberapa ikan cucut mempunyai pengaturan geligi yang menjadikan mereka

dapat menggigit gumpalan besar binatang yang terlalu besar untuk ditelan begitu saja.

Demikian pula dengan ikan baraccuda (Sphyraena) dan piranha (Serrasalmus).

Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya mempunyai bibir yang

relative kecil tanpa modifikasi. Pada ikan yang mendapatkan makanan dengan cara

mengisap, mereka mempunyai mulut tipe inferior dan bibir yang berdaging tebal.

Bibir pengisap ikan perenang bebas berfungsi sebagai organ pencekram batu atau

benda-benda lain pada sungai berarus deras misalnya, Glyptosternus, Gyrinocheilus

dan beberapa anggota family Loricariidae (Lagler et al., 1997). Pada ikan lamprey

yang parasitic, mulut pengisap tak berahang bertindak sebagai sebagai alat

pencengkram agar menempel pada inangnya dan mengambil makanan dari inangnya.

Page 26: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Mulut seringkali dilengkapi dengan sungut yang bentuk dan jumlahnya sangat

bervariasi. Sungut ini berfungsi sebagai alat peraba ketika ikan tersebut mencari

makan. Sungut dilengkapi dengan saraf, untuk menemukan makanan di antara

material yang ada.

2. Geligi

Adaptasi terhadap makanan juga terjadi pada gigi. Pada cyclostomata dan

ostracodermata tidak mempunyai gigi sebenarnya, sebab hewan ini mempunyai gigi

tanduk yang dihasilkan oleh epidermis. Gigi sebenarnya homolog dengan sisik placoid,

yang mungkin timbul dari sisik yang menutupi bibir seperti pada ikan hiu muda

(Squaliformes) dimana sisik placoid menjadi gigi pada rahang. Osteichtheys mempunyai

tiga jenis gigi berdasarkan tempat tumbuhnya: rahang, rongga mulut dan pharyngeal. Di

daerah rahang gigi tumbuh pada premaxilla, maxilla dan dentary. Pada langit-langit

rongga mulut, gigi terdapat pada vover, palatine, pterygoid dan parasphenoid. Gigi juga

terdapat pada tulang glossohyal (tulang lidah) dan basibranchial di antara insang. Gigi

pharyngeal terdapat pada berbagai elemen lengkung insang pada banyak species ikan.

Gigi pharyngeal family Cyprinidae dan Catostomidae merupakan modifikasi elemen

bawah lengkung insang yang terakhir. Berdasarkan bentuknya, gigi rahang dapat

dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu: Cardiform, villiform, canine, incisor, comb-

like teeth, dan molariform. Gigi cardiform berbentuk pendek, tajam dan runcing. Bentuk

ini didapatkan pada family Ichtaluridae dan Serranidae. Gigi villiform mirip dengan gigi

cardiform, hanya lebih panjang dan memberikan gambaran seperti rumbai-rumbai,

misalnya pada Belone dan Pterois. Gigi canine menyerupai gigi anjing, seringkali

berbentuk taring; bentuknya panjang dan mengerucut, lurus atau melengkung

dipergunakan untuk mencengkram. Gigi incisor mempunyai pinggiran yang tajam yang

disesuaikan untuk memotong. Bentuk gigi yang mempunyai permukaan rata digunakan

untuk menumbuk dan menggerus, termasuk gigi molariform. Bentuk gigi ini misalnya

dipunyai oleh Raja Holocephali dan Scianidae (Lagler et al, 1977).

3. Pharynx

Organ ini biasa disebut pangkal tenggerokan, merupakan lanjutan rongga mulut.

Insang terletak tepat di belakang rongga mulut, di dalam pharynx. Umumnya terdapat

Page 27: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

empat pasang pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan Chodrichthyes mempunyai

5-7 pasang lengkung insang. Di samping melindungi filament insang yang lembut dari

kikisan material makanan yang dimakan keluar melalui insang. 52 Ikan-ikan yang

memakan mangsa besar,mempunyai tapis insang yang berukuran besar dan jumlahnya

sedikit. Pada ikan-ikan pemakan plankton, tapis insangnya ramping, memanjang dan

jumlahnya banyak. Jari-jari tapis insang yang pendek dan besar didapatkan pada ikan

omnivora. Tampak adanya kaitan yang erat antara jenis makanan dengan bentuk dan

jumlah jari-jari tipis insang.

4. Esophagus

Esophagus ikan biasa disebut kerongkongan, pendek dan mempunyai kemampuan

untuk menggelembung. Organ ini merupakan lanjutan pharinx, bentuknya seperti kerucut

dan terdapat di belakang daerah insang. Kemampuan menggelembung organ ini tampak

jelas pada ikan predator yang mampu menelan makanan yang relative besar ukurannya.

Sedangkan ikanikan pemakan jasad kecil mempunyai kemampuan untuk menggelembung

yang kurang dibanding dengan ikan predator. Karena adanya kempauan menggelembung

inilah, maka jarang terjadi seekor ikan sampai mati bila makan suatu makanan yang

melalui mulutnya tetapi tidak dapat ditelan. Pinggiran esophagus terdiri dari epithelium

yang berlapis-lapis dan columnar, dengan sejumlah sel atau kelenjar lendir. Dinding

esophageal delengkapi secara khusus dengan lapisan otot (muscular sac) yang

berhubungan dengan esophagus. Pada beberapa genera (Pampus dan Nomeus) terdapat

gigi di tepi kantung esophageal, yang menempel pada dinding kantung. Kantung

esophageal berfungsi sebagai penghasil lendir, gudang makanan dan penggilingan

makanan. Pada ikan belut, Monopterus albus, esophageal dimodifikasi menjadi alat

pernapasan tambahan

Lambung Lambung (ventriculus) atau perut besar adalah lanjutan dari esophagus, di

belakangnya dibatasi oleh otot sfinkter yang disebut pylorus, untuk kemudian menjadi

bagian depan dari usus bagian tengah. Lambung menunjukkan beberapa adaptasi:

diantaranya adalah adaptasi dalam bentuknya. Pada ikan pemakan ikan, lambung semata-

mata berbentuk memanjang seperti pada ikan gar (Lepisosteus), bowfi (Amia), pike

(Esox), barracuda (Sphyraena) dan striped bass (Horone saxatilis). Pada ikan omnivora

seringkali lambung terbentuk seperti kantung. Pada ikan belanak (Mugil), lambung

Page 28: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

bermodifikasi menjadi alat penggiling. Lambung tersebut berukuran kecil, tetapi

dindingnya tebal dan berotot. Pada Saccopharyngidae dan Eupharyngidae, lambung

mempunyai kemampuan menggelembung yang besar sehingga memungkinkan ikan-ikan

ini memakan mangsa yang relative besar. Sebagain besar ikan mempunyai lambung.

Lambung tidak terdapat pada lamprey, hagfish, chimaera dan beberapa ikan bertulang

sejati (Cyprinidae, Scomberesocoidae, dan Scaridae). Pada ikan-ikan tersebut kelenjar

lambung tidak ada, dan makanan dari esophagus langsung ke usus. Adanya lambung

dapat dicirikan oleh rendahnya pH dan adanya pepsine di antara getah pencernaan. Pada

beberapa ikan seringkali bagian depan ususnya membesar menyerupai lambung sehingga

bagian ini dinamakan lambung palsu, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio). Pada

beberapa spesies tertentu, pada akhir ventrikulus terdapat tonjolan-tonjolan sebagai

kantong buntu disebut appendices pyloricae, yang berguna untuk memperluas permukaan

dinding ventriculus agar pencernaan dan penyerapan makanan dapat lebih sempurna.

5. Usus

Usus tengah dan usus akhir biasa disebut Intestinum, suatu bagian dari saluran

pencernaan mulai dari pylorus sampai di kloaka atau anus. Usus mempunyai banyak

variasi pula, umumnya berbentuk seperti pipa panjang berkelok-kelok dan sama

besarnya, berakhir dan bermuara keluar, sebagai lubang anus. Usus diikat (difixer) oleh

suatu alat penggantung, mesentrum yang merupakan derivat dari pembungkus rongga

perut (peritonium). Pada ikan carnivor ususnya pendek, mungkin karena makanan

berdaging dapat dicerna dengan lebih muda dari pada tanaman. Sebaliknya usus ikan

herbivore panjang dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan. Pada beberapa jenis

ikan, seperti Lamprey, elasmobranchii dan beberapa Osteichtyes yang ususnya pendek

untuk memperluas permukaan absorpsi di dalam ususnya terdapat serangkaian klep spiral

yang disebut tyflosol. Pada usus sebagian besar ikan bertulang sejati, bagian depan usus

yang langsung berbatasan dengan pylorus disebut duodenum yang memiliki satu atau

lebih kantung buntu yang dinamakan pyloric caeca. Struktur ini tidak terdapat pada

family Ictaluridae dan Cyprinodontidae. Perca flavescense mempunyai tiga buah,

sedangkan pada family salmonidae biasa mencapai jumlah 200 atau lebih. Fungsi alat

pyloric caeca mungkin berkaitan dengan pencernaan dan penyerapan.

Page 29: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

B .KELENJAR PENCERNAAN

Kelenjar pencernaan atau glandula digestoria berfungsi dalam proses pencernaan terdiri atas hati,

pankreas dan kantong empedu.

1. Hati

Hati atau hepar besar, berwarna merah kecoklatan. Letaknya di bagian depan rongga

badan dan meluas mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas. Pembentukan hati asalnya sepasang.

Hal ini dapat dilihat pada Myxine dewasa, dimana hati kiri dan kanan tidak bersatu dan masing

masing mempunyai saluran empedu yang menuju ke dalam kantung empedu dan dari sini

empedu dialirkan ke melalui ductus kholedokhus ke dalam usus bagian tengah. Hati termasuk

kelenjar yang besar pada ikan, bahkan pada ikan cucut dan ikan pari biasa mencapai 20 % bobot

tubuhnya. Hati biasanya terletak di muka lambung atau sebagian mengelilingi lambung.

Biasanya hati berjumlah dua buah, tetapi mungkin hanya satu seperti pada ikan salmon, atau tiga

seperti pada mackerel. Pada hati terdapat kantung empedu yang mengeluarkan cairan empedu.

Cairan empedu ini masuk ke dalam saluran pencernaan makanan pada daerah pylorus melalui

ductus choledochus. Disamping berperan dalam pencernaan, hati juga berfungsi sebagai gudang

penyimpanan lemak dan glikogen. Fungsi selanjutnya adalah dalam perusakan sel darah merah

dan kimiawi darah seperti pembentukan urea dan senyawa yang berhubungan dengan ekskresi

nitrogen dan menetralkan racun serta menghasilkan panas.

Ikan-ikan mempunyai variasi dalam jumlah lemak yang di simpan dalam hati. Pada

Pleuronectiformes dan gadidae, lemak terutama disimpan di dalam hati, sedangkan pada

Scombridae dan Clupeidae, lemak lebih banyak disimpan di dalam otot. Selain lemak, hati ikan

juga menyimpan vitamin A dan D.

2. Pankreas

Pankreas terdiri dari dua bagian, yaitu bagian eksokrin yang menghasilkan getah

pankreas, penting bagi pencernaan makanan, dan bagian endokrin yang menghasilkan hormon

ensulin, mengendalikan kadar gula di dalam darah. Pankreas mensekresikan beberapa enzym

yang berfungsi dalam proses pencernaan makanan. Pada ikan yang bertulang sejati biasanya

menyebar di sekeliling hati ; bahkan pada ikan yang berjari-jari sirip keras pankreas dan hati

Page 30: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

menyatu menjadi hepatopankreas. Pada ikan cucut dan pari pankreas merupakan dua buah

organ yang kompak.

3. Kantong Empedu

Kantung empedu atau vesica velea bila penuh bentuknya membulat dengan warna

kehijauhijauan, letaknya pada hati bagian depan salurannya disebut ductus cysticus bermuara

pada usus dekat venticulus. Fungsi dari kantong empedu ini untuk menampung/menyimpan

empdu (bilus) dan mencurahkannya ke dalam usus, bila diperlukan. Bilus ini berfungsi

mencerahkan lemak.

C. RANSANGAN UNTUK MAKAN

Rangsangan ikan terhadap makanan merupakan intraksi antara beberapa faktor yang

menentukan kapan ikan akan makan dan makanan apa yang diinginkan. Rangsangan

untuk makan secara umum dipengaruhi oleh motifasi internal atau dorongan untuk makan

seperti, waktu makan, musim, intensitas cahaya dan suhu. Faktor lain adalah rangsangan makan

yang diterima oleh panca indera seperti rasa, bau, penglihatan, sentuhan dan sistem garis rusuk.

Beberapa jenis ikan yang mendapatkan makanan dengan perantaraan rasa dan bau, lebih

condong makan pada malam hari, misalnya pada ikan Ictalurus . Sedangkan ikan yang

mendapatkan makanan dengan perantaraan mata atau penglihatan cenderung lebih aktif pada

waktu siang hari, misalnya pada Esox. Ikan Synbranchus dan Onchorhynchus menghentikan

kegiatan mencari makan pada saat musim pemijahan. Mereka selama estivasi dalam lubang yang

lembab dan berlumpur , hanya menggunakan akumulasi lemak dalam tubuhnya. Sebagian besar

ikan yang hidup pada daerah ”temperate” sangat aktif mencari

makanan ketika perubahan kondisi lingkungan pada musim semi.

A. JENIS IKAN BERDASARKAN TIPE MAKANAN

Lagler et al., (1977) membagi ikan secara garis besar berdasarkan cara makannya ke

dalam golongan predator, grazer, penyaring makanan, pengisap makanan dan parasit.

Umumnya ikan-ikan yang memakan binatangbinatang makroskopik mempunyai adaptasi

tertentu. Mereka biasanya mempunyai gigi pencengkram yang berkembang dengan baik,

seperti yang terdapat pada ikan cucut (Elasmobranchii), Sphyraenae, Esox, dan Lepisosteus.

Page 31: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

Pada ikan-ikan predator terdapat lambung yang jelas dengan sekresi asam kuat dan

ususnya relative lebih pendek dari pada ikan herbivore, pada ukuran panjang ikan yang sama.

Banyak predator seperti bluefish (Pomatomus sallatrix) dan ikan laut dalam aktif memburu

mangsanya, sedangkan yang lain seperti kerapu (Epinephelus) sering berdiam diri dan menunggu

sampai ada seekor binatang lewat yang kemudian diserbu dan ditangkap.

Lophiidae dan Antennaridae mengembangkan jari-jari pertama sirip punggup menjadi

semacam umpan untuk memancing perhatian si mangsa. Ikan sumpit (Toxotes jaculator) sering

menyumpit jatuh serangga yang sedang hinggap di tanaman air dengan “ air liurnya”. Ketepatan

menyumpit sasarannya ini merupakan hasil dari hasil perkembangan mata yang dapat digunakan

untuk melihat udara di luar permukaan air. Beberapa ikan predator melakukan perburuan dengan

mengandalkan mata, sedangkan cucut (Squaliformes), ikan-ikan nocturnal (misalnya, Ictalurus)

dan Muraenidae bertumpu kepada bau, rasa, sentuhan dan mungkin pula mengandalkan syaraf

garis rusuk /gurat sisi untuk menemukan tempat si mangsa.

Penyaringan organisme dari air merupakan cara makan yang paling umum dilakukan

karena sasaran makanan yang dipilih berdasarkan ukuran dan bukan berdasarkan jenis. Prinsip

adaptasi ikan penyaring makanan terletak pada pengembangan tapis insang yang memanjang,

rapat dan dalam jumlah yang banyak. Ikan dewasa mampu menyaring satu sampai dua gallon air

per menit dengan tapis insangnya, dan dalam waktu yang sama beberapa cc kumpulan plankton

terutama diatom dan krustacea diperolehnya. Kelompok ikan yang menyaring makanan

ditemukan banyak pada clupeoid (Dorosoma). Pada beberapa anggota family Cyprinidae

memiliki cara makan yakni, mengisap material yang mengandung makanan ke dalam mulut

dimana respon pengisapannya sangat bergantung pada rangsangan sentuhan bibir. Beberapa dari

mereka mampu memisahkan antara makanan yang diinginkan dengan sedimen sebelum dia telan,

namun pada beberapa kelompok seperti Siluridae, endapan dan lumpur sering ditemukan dalam

konsentrasi yang tinggi bersama-sama dengan jasad dasar pada saluran pencernaannya.

Beberapa kelompok ikan yang bersifat parasite misalnya, Simenchelys parasiticus,

petromyzon marinus, Lampreta tridentata mengisap cairan tubuh dari inangnya. Biasanya ikan

jantan relative kecil, begitu kecilnya sehingga lebih kecil dari pada sebuah gonad yang matang.

Jenis ikan dapat digolongkan menjadi tujuh kelompok menurut jenis makanannya,

walaupunharus juga diingat bahwa beberapa jenis pola makannya berubah sesuai dengan

perubahanumur, musim dan ketersediaan makanan. Perbedaan golongan ikan menurut

Page 32: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

jenismakanannya ini berkaitan antara satu golongan dengan golongan lain.

Penggolonganberdasarkan jenis makanannya yaitu :

A. Herbivora

Ikan golongan ini makanan utamanya berasal dari bahan-bahan nabati misalnya ikan tawes

(Puntius javanucus), ikan nila (Osteochilus hasseli), ikan bandeng (Chanos chanos ).

B. Karnivora

Ikan golongan ini sumber makanan utamanya berasal dari bahan-bahan hewani misalnya ikan

belut (Monopterus albus), ikan lele (Clariasbatrachus ), ikan kakap (Lates calcarifer).

C. Omnivora

Ikan golongan ini sumber makanannya berasaldari bahan-bahan nabati dan hewani, namun

lebih menyesuaikan diri dengan jenis makananyang tersedia misalnya ikan mujair (Tilapia

mossambica), ikan mas (Ciprinus carpio), ikangurami (Ospronemus goramy).

D. Pemakan plankton

Ikan golongan ini sepanjang hidupnya selalumemakan plankton, baik fitoplankton atau

zooplankton misalnya ikan terbang (Exocoetusvolitans), ikan cucut (Rhinodon typicus).

E. Pemakan detritus

Ikan golongan ini sumber makanannya berasaldari sisa-sisa hancuran bahan organik yang telah

membusuk dalam air, baik yang berasal daritumbuhan maupun hewan misalnya ikan belanak

(Mugil sp.).Selain penggolongan ikan berdasarkan jenismakanannya, ikan dibedakan juga

berdasarkanspesialisasi dari makanannya yaitu:

a. Monophagus : ikan hanya mengkonsumsi

satu jenis makanan

b. Stenophagus : ikan mengkonsumsi

makanan yang terbatas jenisnya

Page 33: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

c. Euriphagus : ikan mengkonsumsi bermacam-macam atau campuran jenis

makanan. Umumnya ikan-ikan yang ada di alam termasuk ke dalam euriphagus ini.

Jenis bahan makanan dan ketersediannya juga menentukan ditribusi ikan-ikan diperairan.

Umumnya, semakin besar ukuran sungai semakin besar pula jumlah dan keanekaragaman

ikannya.

Page 34: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

BAB V

PENUTUP

  I.     Kesimpulan

Setelah mengamati sistem pencernaan pada ikan tersebut, kami dapat

menyimpulkan bahwa semua makhluk hidup memiliki kesamaan dan perbedaan pada

sistem pencernaannya.

Sama halnya dengan ikan, dalam sistem pencernaannya terdapat organ-organ

seperti,mulut,rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum, kloaka,

dan anus. Yang dimana organ-organ tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.

II. Saran

Praktikum sebaiknya dalam melaksanakan prosedur praktikum lebih berhati hati

lagi dan mengikuti seluruh prosedur yang diberikan asisten, sehingga hasil yang

didapatkan lebih maksimal lagi.

Page 35: LAPORAN ZOOLOGI IKAN

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Ridwan. 1992. Ichtyologi, Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. IPB, Bogor

Allen, Thomas B. (14 Oktober 1999). The Shark Almanac. New York: The Lyons Press. ISBN 1-

55821-582-4.

Djuanda, T. 1981. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-istilah Teknik Perikanan. Akademis Perikanan,

Bandung

Lagler. 1997. FAO Species Identification Sheat For Fisheries Purpose.Kodansha, Japan

Rahardjo, M.F. 1985. Ichtyologi. Fakultas Perikanan Departemen Perairan Institut

Pertanian Bogor, Bogor

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Tjipta, Jakarta

Salman,Akyar.1999.Biologi Umum Smu Kelas II.