makalah sinusitis
Post on 10-Aug-2015
776 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LEARNING TASK
GANGGUAN PENCIUMAN
Ns. NKG Prapti, S.Kep MNS
Tn. Dendi, 65 tahun, suku Jawa datang ke RS dengan diantar oleh keluarganya. Klien
mengeluh sejak empat bulan yang lalu merasa hidungnya tersumbat dan sering
mengeluarkan lendir (pilek terus menerus). Penciuman klien terganggu karena hidung buntu
akibat pilek, mengeluh nyeri kepala dan sakit tenggorokan. Riwayat epistaksis (+) beberapa
bulan yang lalu. Klien disebutkan pernah menderita sakit gigi geraham. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan nyeri tekan pada sinus, hasil rinuskopi; mukosa merah dan bengkak, klien
didiagnosa mengalami sinusitis.
Berdasarkan kasus diatas:
1. Identifikasi istilah medis yang belum diketahui kemudian diskusikan dengan kelompok.
2. Diskusikan tentang sinusitis:
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Patofisiologi (WOC) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
d. Gejala klinis
e. Cara pemeriksaan
f. Penatalaksanaan
3. Buatlah intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul dan
sertakan satu artikel yang menunjang salah satu intervensi pada diagnose yang
diangkat.
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A. K Muda Ahmad, 2003)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus
yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid,
sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid (Soepardi, 2001)
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa
sinusitis maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun
kronik. Dapat mengenai anak yang sudah besar. Pada sinusitis paranasal
sudah berkembang pada anak umur 6-11 tahun (Ngstiya, 1997)
Sinusitis adalah suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput
lendir sinus paranasal (Budisanto, 2009)
Sinusitis adalah radang sinus paranasal. Bila terjadi pada beberapa sinus
disebut multisinusitis, yang paling sering terkena adalah sinus maksila
kemudian etmoid, frontal dan sphenoid (Mansjoer, 1999)
Sinusitis adalah sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari
sinus paranasal (Charlene J, 2001)
Jadi, dapat disimpulkan sinusitis adalah suatu inflamasi atau peradangan
yang menyerang sinus paranasal yang menyebabkan radang pada rongga
hidung.
B. ETIOLOGI
Berbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan kontribusi dalam
terjadinya obstruksi akut ostia sinus atau gangguan pengeluaran cairan oleh silia
yang akhirnya menyebabkan sinusitis. Penyebab nonifeksius antara lain adalah
rinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal atau
tumor sinus (squamous cell carcinoma), dan juga penyakit granulomatus
(Wegener’s granulomatosis atau rhinoskleroma) juga dapat menyebabkan
obstruksi ostia sinus, sedangkan konsisi yang menyebabkan perubahan
kandungan sekret mukus (fibrosis kistik) dapat menyebabkan sinusitis dengan
mengganggu pengeluaran mukus.
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam
rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung,
kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan komplek
Ostio-maetal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia
silia seperti pada sindroma Kartagener, dan diluar negri adalah penyakit fibrostik
kistik.
Pada anak-anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis
sehingga perlu diadakan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan
menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosa dengan foto
polos leher posisi lateral.
Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan
kering serta kebiasaan merokok. Sinusitis Dentogen terjadi karena penjalaran
infeksi dari gigi geraham atas.
Kuman penyebab:
- Streptococcus pneumonia
- Hamophilus influenza
- Steptococcus viridians
- Staphylococcus aureus
- Branchamella catarhatis
SINUSITIS AKUT
Penyebabnya dapat virus, bakteri, atau jamur. Menurut Gluckman, kuman
penyebab sinusitis akut tersering adalah Streptococcus pneumoniae dan
Haemophilus influenzae yang ditemukan pada 70% kasus.
Dapat disebabkan rinitis akut; infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis
akut; infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas, serta premolar P1, P2; berenang dan
menyelam; trauma; dan barotrauma.
Faktor predisposisi obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di
hidung, tumor, atau polip. Juga rinitis alergi, rinitis kronik, polusi lingkungan, udara
dingin dan kering.
SINUSITIS KRONIK
Polusi bahan kimia, alergi, dan defisiensi imunologik menyebabkan silia rusak,
sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan ini mempermudah
terjadinya infeksi. Terdapat edema konka yang mengganggu drainase sekret,
sehingga silia rusak, dan seterusnya. Jika pengobatan pada sinusitis akut tidak
adekuat, maka akan terjadi infeksi kronik
C. PATOFISIOLOGI
Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaput permukaan yang
berhadapan akan segera menyempit hingga bertemu, sehingga silia tidak dapat
bergerak untuk mengeluarkan sekret. Gangguan penyerapan dan aliran udara di
dalam sinus, menyebabkan juga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang
diproduksi oleh selaput permukaan sinus akan menjadi lebih kental dan menjadi
mudah untuk bakteri timbul dan berkembang biak.
Bila sumbatan terus-menerus berlangsung akan terjadi kurangnya oksigen dan
hambatan lendir, hal ini menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerob, selanjutnya
terjadi perubahan jaringan Pembengkakan menjadi lebih hipertrofi hingga
pembentukan polip atau kista .
D. GEJALA KLINIS
SINUSITIS MAKSILA AKUT
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi
terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau
dan bercampur darah.
SINUSITIS ETMOID AKUT
Gejala : ingus kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
INUSITIS FRONTAL AKUT
Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah
sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.
SINUSITIS SPHENOID AKUT
Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring
SINUSITIS KRONIS
Gejala: pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik,
nefritis, bronchitis , bronkiektasis , batuk kering, dan sering demam.
Keluhan sinusitis kronis tidak khas sehingga sulit didiagnosa. Gejalanya sakit
kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan, gangguan
telinga akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke paru seperti
bronchitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma
yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat
menyebabkan gastroenteritis.
SINUSITIS AKUT
Penderita mula-mula mengeluh hidung tersumbat (pilek-pilek), sumbatan
bertambah berat dan disertai nyeri atau rasa tekanan pada muka dan ingus
purulent , yang sering kali turun ke tenggorokan (post nasal drip). Dapat disertai
gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di
daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-
kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan
sinusitis maksila, nyeri diantara atau di belakang ke dua bola mata menandakan
sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal.
Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di vertex, oksipital, belakang bola mata
dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-kadang dan nyeri alih ke gigi
dan telinga.
Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia atau anosmia, halitosis , post-nasal
drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Pada pemeriksaan,
penderita tampak mengeluarkan air mata, lidah kotor, dan sukar menutup mulut.
Suhu badan tinggi. Vestibulum hidung tampak merah dan terdapat ekskoriasis.
Selaput lender hidung tampak bengkak dan sering terlihat nanah cair dari meatus
medius mengalir kebelakang diatas konka inferior dan terus ke dalam ruang
belakang hidung. Gambaran tadi merupakan petunjuk bagi dokter untuk membuat
diagnosa sinusitis akut. Diagnosa dipastikan dengan beberapa pemeriksaan:
- Biakan hapusan hidung
- Radiologi sinus paranasalis
- Jumlah leukosit dan laju endap darah.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rinoskopi anterior
Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema. Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau
nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan
sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.
2. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
3. Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)
4. Transiluminasi (diaphanoscopia)
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi
bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram
dibanding sisi yang normal.
5. Foto sinus paranasalis
Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior dan
Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan
udara (air fluid level) pada sinus yang sakit. Posisi Water’s adalah untuk
memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni
dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu
menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya kelainan di
sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus
frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid.
6. Pemeriksaan CT –Scan
Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat
dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada
sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan
homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal,
penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik). Hal-hal
yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan:
- Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada
pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar
membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama
makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level.
- Polip yang mengisi ruang sinus
- Polip antrokoanal
- Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus
- Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh
massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT
Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang
pengapuran perifer.
7. Pemeriksaan di setiap sinus
- Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-
kadang dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa
hidung tampak membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada
pemeriksaan tenggorok, terdapat ingus kental di nasofaring.
Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam
mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila
yang normal gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus
maksila gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk
diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus
maksila, dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral).
- Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema
dan hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus
etmoid.
- Sinusitis frontal akut
Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan
di kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam,
akan tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal,
dan kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau kronis.
Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto roentgen daerah sinus frontal
berselubung.
- Sinusitis sfenoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen.
6. PENATALAKSAAN
Diberikan terapi medika mentosa berupa antibiotik selama 10-14 hari, namun dapat
diperpanjang sampai semua gejala hilang. Antibiotik dipilih yang mencakup
anerob,seperti penisilin V. Klidamisin atau augmentin merupakan pilihan yang tepat
bila penisilin tidak efektif. Jika dalam 48-72 jam tidak ada perbaikan klinis diganti
dengan antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta laktamase, yaitu amoksisilin
atau ampisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat. Steroid nasal topikal seperti
beklometason berguna sebagai antiinflamasi dan antialergi. Diberikan pula
dekongestan untuk memperlancar drainase sinus. Dapat diberikan sistemik maupun
topikal. Khusus yang topikal harus dibatasi selama 5 hari untuk menghindari
terjadinya rinitis medika mentosa. Bila perlu, diberikan analgesik untuk
menghilangkan nyeri; mukolitik untuk mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia,
dan merangsang pemecahan fibrin. Bila perlu dilakukan diatermi. Diatermi dilakukan
dengan sinar gelombang pendek sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk
memperbaiki vaskularisasi sinus. Jika belum membaik, dilakukan pencucian sinus.
Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat
drainase sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi cald well-luc,
sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan edmoidektomi dari intranasal atu ekstra
nasal. Pada sinusitis frontal dilakukan secara intra nasal atau ekstra nasal (operasi
killian). Drainase sinus sfenoid dilakukan secara intranasal.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
2) Riwayat Penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu :
a) Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
b) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
c) Pernah menedrita sakit gigi geraham
4) Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
5) Riwayat Psikososial
a) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
b. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping.
2) Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
3) Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
4) Pola Persepsi dan konsep diri
klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
5) Pola sensorik
daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik
purulen, serous, mukopurulen).
6) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.
b) Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa
merah dan bengkak).
c. Data subyektif
1) Observasi nares :
a) Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
b) Riwayat pembedahan hidung atau trauma
c) Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekuensi, lama.
2) Sekret hidung
a) Warna, jumlah, konsistensi secret
b) Epistaksis
c) Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.
3) Riwayat Sinusitis
a) Nyeri kepala, lokasi dan beratnya
b) Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.
4) Gangguan umum lainnya : kelemahan
d. Data Obyektif
1) Demam, drainage ada : Serous
a) Mukppurulen
b) Purulen
2) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang
mengalami radang atau Pucat, Odema keluar dari hidung atau mukosa sinus
3) Kemerahan dan Odema membran mukosa
4) Pemeriksaan penunjung :
a) Kultur organisme hidung dan tenggorokan
b) Pemeriksaan rongent sinus.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri : kepala, tenggorokan, sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
b. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan
prosedur tindakan medis (irigasi sinus/operasi)
c. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi atau adanya
secret yang mengental
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder
peradangan hidung
e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun sekunder dari peradangan sinus
f. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
2) Klien tidak menyeringai kesakitan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri klien
2. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
4. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
5. Kolaborasi dngan tim medis :
a. Terapi konservatif :
1) obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung
2) Drainase sinus
b. Pembedahan :
1) Irigasi Antral, untuk sinusitis maksilaris
2) Operasi Cadwell Luc 1. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan
tindakan selanjutnya
2. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan
untuk mengurangi nyeri
3. Klien mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya
bila mengalami nyeri
4. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
5. Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien
b. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan
prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria :
1) Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
2) Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta
pengobatannya.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
a. Temani klien
b. Perlihatkan rasa empati
3. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang
seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
4. Singkirkan stimulasi yang berlebihan :
a. Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
b. Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
5. Observasi tanda-tanda vital.
6. Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis 1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
3. Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut
sehingga klien lebih kooperatif
4. Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan
ketenangan klien.
5. Mengetahui perkembangan klien
6. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
c. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung)
sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous,purulen) dikeluarkan
Kriteria :
1) Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
2) Jalan nafas kembali normal terutama hidung
INTERVENSI RASIONAL
1. kaji penumpukan secret yang ada
2. Observasi tanda-tanda vital.
3. Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan secret 1. Mengetahui tingkat
keparahan dan tindakan selanjutnya
2. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
3. Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus
makan menurun sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria :
1) Klien menghabiskan porsi makannya
2) Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah
INTERVENSI RASIONAL
1. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
2. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan
3. Catat intake dan output makanan klien.
4. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering
5. Sajikan makanan secara menarik 1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien
2. Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan
pemenuhan nutrisi
3. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien
4. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung
5. Meningkatkan selera makan klien
e. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari
proses peradangan
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria :
1) Klien tidur 6-8 jam sehari
INTERVENSI RASIONAL
1. kaji kebutuhan tidur klien.
2. ciptakan suasana yang nyaman.
3. Anjurkan klien bernafas lewat mulut
4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat 1. Mengetahui
permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
2. Agar klien dapat tidur dengan tenang
3. Pernafasan tidak terganggu.
4. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penyakit sinusitis adalah penyakit inflamasi atau peradangan yang terjadi
pada sinus paranasal, baik itu sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus maxillaries, dan sinus
sphrnoidalis. Sinusitis dapat terjadi akibat trauma langsung atau kelainan anatomi hidung,
hipertrofi konka, polip hidung, dan rinitis alergi. Infeksi virus, bakteri atau jamur juga dapat
mengakibatkan sinusitis.
Pada pasien sinusitis, keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kepala, nyeri pada
bagian sinus dan tenggorokan.
B. SARAN
1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksankan asuhan keperawatan kepada klien
sinusitis sesuai dengan indikasi penyakit
2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien
sinusitis dengan baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Soepardi Efiaty Arsyad, Dkk, 2007, edisi 6, Buku ajar ilmu keperawatan telinga
hidung tenggorok kepala dan leher, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Pracy R., Dkk., 1989, Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok, Jakarta:
Gramedia Ilmukeperawatan.com
Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta:
Djambatan
Sumber lain :
http://linata-linata.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html
http://www.plnntt.co.id/showthread.php?t=15519&page=1
http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-sinusitis.html
http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2008/12/asuhan-keperawatan-
sinusitis.html
top related