makalah oai_asam jawa_lisa try d(150209117)
Post on 24-Jul-2015
296 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
OBAT ASLI INDONESIA“ Asam Jawa (Tamarindus indica L.) sebagai
Tanaman Obat Penurun Kolestrol ”
OLEH :
LISA TRY DESIYANTI EFENDI150209117
Kelas W-2 / Kelompok 6
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Al-Quran, manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai
khalifatu fil ardl yang bertugas untuk memakmurkan bumi (QS:11;61), salah
satu upaya pemakmuran bumi Allah SWT ini adalah dengan melalui aktifitas
menanam, bumi akan menjadi indah, rimbun, makmur dan sejahtera.
Indonesia merupakan Negara yang agraris yang kaya. Baik
kekayaan flora maupun fauna. Kekayaan alam ini tidak disia-siakan oleh
rakyat Indonesia. Dimana flora-flora tersebut banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari baik sebagai tanaman hias maupun untuk pengobatan.
Mereka mulai mengadakan penyelidikan untuk mengetahui bahan-bahan
alam apa saja yang mengandung khasiat obat sehingga dapat menjadi suatu
obat yang dapat bermanfaat bagi kepentingan manusia, baik berupa jenis
tanaman maupun hewan.
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia,
mulai dari struktur dan sifat yang sederhana sampai yang rumit dan unik.
Beragam jenis dan senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan
berkorelasi positif dengan khasiat dan manfaat yang dimilikinya.
Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan,
baik untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman
senyawa yang telah ada. Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai
pendekatan seperti cara empiris, etbotani, dan etnofarmakologi. Hasil
pencarian dan penelitan tersebut kemudian dilanjutkan dengan upaya
pengisolasian senyawa murni dan turunnya sebagai bahan dasar obat
modern atau pembuatan ekstrak untuk obat fitofarmaka.
Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik
didalam maupun diluar negeri berkembang pesat. Penelitian yang
berkembang, terutama dari segi farmakologi maupun fitokimianya penelitian
dilakukan berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh
sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji empiris. Hasil penelitian
tersebut lebih memantapkan pada tumbuhan obat yang akan khasiat maupun
kegunaannya, contohnya tanaman obat penurun Kolestrol.
Gaya hidup modern berkaitan erat dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kolesterol dan trigliserida tinggi, seperti makanan yang
mengandung lemak jenuh dan kalori tinggi yang dapat menyebabkan
kegemukan, kurang mengkonsumsi serat, merokok, kurang berolah raga dan
stress. Kolesterol tinggi juga dipengaruhi olah faktor genetik dan usia, kecuali
kedua faktor tersebut, faktor lainnya dapat dikontrol/dikendalikan. Kolesterol
dalam darah sering dianggap sebagai penyebab berbagai penyakit
mematikan seperti jantung koroner dan stroke.
BAB II
ISI
A. BAHAN BAKU
Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III,
adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapaun juga kecuali dinyataka lain berupa
bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia yang digunakan sebagi bahan obat untuk
Penurunan Kolestrol adalah Daun dari Asam Jawa (Tamarindus indica
L). Simplisia ini dapat digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol
tinggi dengan kandungan kimia saponin, flavonoid dan tanin. Senyawa
aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat meningkatkan
degradasi/ peluruhan lemak, melalui seuatu peningkatan metabolisme
dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak.
Selain itu peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan
tanin melaui pendekatan pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim
lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim bersifat dapat
mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai obat
pelangsing alami.
Asam Jawa (Tamarindus indica)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili : Caesalpinioideae
Bangsa : Detarieae
Genus : Tamarindus
Spesies : T. indica
Nama lain untuk tumbuhan ini adalah Tamarind (Inggris),
Tamarinier (Perancis),; Asam Jawa (Indonesia), Celangi, Tangkal asem
(Sunda); di Sumatra: Bak Me (Aceh), Acamlagi (Gayo), Asam Jawa,
Kayu Asam, Cumalagi (Minangkabau); di Jawa disebut sebagai
Tangakal asem (Sunda), Acem (Madura); di Kalimantan disebut sebagai
Asam Jawa; di Sulawesi disebut dengan Asang Jawi (Gorontalo),
Camba (Makasar), Cempa (Bugis).
B. Standarisai Ekstrak
1. Parameter Spesifik
Pemeriksaan Mutu Simplisia
Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai
standar mutu Daun Asam Jawa (Terminalia Folium), meliputi
pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan
antomi, serta identifikasi kandungan kimia.
Uji Organoleptis pada daun Asam Jawa
Simplisia Warna Bau Rasa
Terminalia Folium Hijau Khas Pahit
Berdasarkan hal tersebut, untuk Pengamatan morfologi
dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni
ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan salah satu cara
dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang
sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula.
Dari pemeriksaan diperoleh tanaman daun asam jawa termasuk
dalam daun majemuk, yang lebih spesifik lagi merupakan daun
majemuk menyirip genap karena saling berhadapan,memiliki
tangkai daun yang bulat dan kecil,unjung daun yang tumpul
(obtusus), warna daun hijau,dan permukaannya halus.
Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk
sel dan jaringan yang diuji berupa sayatan melintang, membujur,
dan serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan diperoleh pada anatomi
daunnya terdiri dari 4 lapisan penyususn utama yaitu, epidermis
atas, mesofil, berkas pengangkut (xylem dan floem) yaitu kolateral
terbuka atau tipe stelenya adalah eustele dimana banyak berkas
pengangkut dan tersusun melingkar, dan lapisan epidermis bawah
serta termasuk ke dalam jenis stomata yaitu hipostomata.
Daun Asam Jawa (Terminalia Folium) dapat
digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol tinggi
dengan kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid dan
tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam
Jawa dapat meningkatkan degradasi/ peluruhan lemak, melalui
seuatu peningkatan metabolisme dalam tubuh sehingga terjadi
proses pembakaran timbunan lemak.
Selain itu peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid
dan tanin melaui pendekatan pemecahan lemak dikatalisis oleh
enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim bersifat dapat
mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai obat
pelangsing alami.
Ekstraksi Air (Doughari 2006)
Metode ini berdasarkan pada penelitian Doughari
(2006). Sampel yang sudah digiling, kemudian ditimbang
sebanyak ± 100 g. Setelah itu, sampel diekstraksi secara
maserasi dengan air, lalu disaring dan filtratnya dipekatkan
dengan rotary evaporator sampai diperoleh residu kering
(ekstrak air) (Lampiran 2). Ekstrak kering ditimbang dan dihitung
rendemennya.
Ekstraksi Etanol (Doughari 2006)
Metode ini berdasarkan pada penelitian Doughari
(2006). Sampel yang sudah digiling, kemudian ditimbang
sebanyak ± 100 g. Setelah itu, sampel diekstraksi secara
maserasi dengan etanol 70%, lalu disaring dan dipekatkan
dengan rotary evaporator sampai diperoleh residu kering
(ekstrak etanol). Ekstrak ditimbang dan dihitung rendemennya
dengan persamaan sebagai berikut.
Uji Fitokimia (Harborne 1987)
Ekstrak yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji kualitatif
kandungan senyawa (uji fitokimia), seperti alkaloid, flavonoid,
saponin, steroid, triterpenoid, dan tanin dengan menggunakan
metode Harborne (1987).
a) Uji Alkaloid .
Sebanyak 1 g sampel dilarutkan dalam 10 ml kloroform
dan 4 tetes NH4OH, kemudian disaring dan filtratnya
dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Ekstrak
kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 6 ml
H2SO4 2 M dan lapisan asamnya dipisahkan ke dalam
tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan pada
lempeng (spot) tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer,
Wagner, dan Dragendorf yang akan menimbulkan
endapan warna berturut-turut putih, cokelat, dan merah
jingga.
b) Uji Flavonoid dan Saponin.
Sampel dimasukkan ke dalam gelas piala besar. Setelah
itu, ke dalam gelas piala ditambahkan 100 ml air panas
dan dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring dan
filtratnya digunakan untuk pengujian. Uji flavonoid, 10 ml
filtrat ditambahkan 0.5 g serbuk Mg, 2 ml HCl pekat, dan
20 ml amil alkohol, kemudian dikocok. Apabila pada
lapisan amil alkohol tersebut berwarna merah, kuning, dan
jingga, maka menunjukkan adanya flavonoid dalam
sampel. Uji saponin, 10 ml filtrat dimasukkan ke dalam
tabung reaksi bertutup, kemudian dikocok selama 10 detik
dan dibiarkan selama 10 menit. Adanya saponin
ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil pada
sampel.
c) Uji Tanin.
Sampel ditambahkan air panas sebanyak 100 ml dan
dididihkan selama 5 menit. Setelah itu disaring, sebagian
filtrat yang diperoleh ditambah larutan FeCl3 1%. Apabila
terbentuk warna hitam kehijauan, maka di dalam sampel
tersebut menunjukkan adanya senyawa tanin.
2. Parameter Non Spesifik
Penentuan Kadar Air (AOAC 2000)
Cawan porselin dikeringkan di oven pada suhu
105ºC selama 1 jam. Setelah itu, cawan porselin didinginkan
dalam eksikator selama 30 menit dan cawan tersebut ditimbang
bobot kosongnya. Sebanyak 3 g sampel ditimbang dan
dikeringkan pada suhu 105°C selama 3 jam di dalam oven.
Setelah didinginkan dalam eksikator selama 30 menit, cawan
beserta isinya ditimbang. Sampel dikeringkan lagi selama satu
jam sampai diperoleh bobot sampel yang konstan.
Hasil Dan Pembahasan (Jurnal Penelitian Ai Susanti. 2009)
a) Kadar Air dan Ekstraksi
Dengan mengetahui kadar air suatu sampel, maka
dapat diperkirakan cara penyimpanan terbaik bagi sampel
dan menghindari pengaruh aktivitas mikrob. Suatu bahan
relatif stabil dari serangan mikrob jika kandungan air sampel
tersebut kurang dari 10%. Kadar air daun asam jawa
sebesar 9.2%. Kadar air daun asam jawa diperoleh kurang
dari 10% sehingga dapat terhindar dari serangan mikrob
selama penyimpanan. Jumlah air yang terkandung dalam
daun asam jawa tentunya tidak menentu karena banyak
faktor yang mempengaruhi, yaitu kelembaban udara,
perlakuan terhadap bahan, waktu pengambilan sampling,
dan besarnya penguapan (evaporasi) (Heyne. 1987).
Metode ekstraksi yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu maserasi dengan air deionisasi dan
etanol 70% sebagai larutan pengekstrak. Metode ini
berdasarkan pada penelitian Doughari (2006). Rendemen
yang diperoleh dari ekstrak air dan etanol daun asam jawa
berturut-turut sebesar 20.5 dan 12.2%. Metode maserasi ini
menggunakan banyak pelarut dan waktu yang lama dalam
prosesnya, tetapi memiliki keuntungan, yaitu dapat menjaga
agar kandungan senyawa dalam sampel yang tidak tahan
panas, tidak rusak, dan sampel yang diekstraksi bisa
langsung dalam jumlah yang banyak. Rendemen
dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air sampel,
maka semakin tinggi rendemen ekstrak sampel tersebut.
Air dan etanol digunakan sebagai larutan
pengekstrak karena kedua pelarut ini biasa digunakan untuk
analisis pendahuluan obat dan aman untuk dikonsumsi lebih
lanjut. Selain itu, alkohol merupakan pelarut serba guna yang
sangat baik untuk ekstraksi pendahuluan karena dapat
mengekstraksi senyawa polar dan nonpolar (Harborne
1987). Penggunaan air sebagai larutan pengekstrak juga
disebabkan oleh air dapat mengekstraksi senyawa-senyawa
yang bersifat polar karena air bersifat polar, sedangkan
etanol mem-punyai dua gugus yang berbeda kepolarannya,
yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang
bersifat nonpolar. Adanya kedua gugus tersebut pada etanol
diharapkan senyawa-senyawa dengan tingkat
kepolarannyang berbeda akan terekstrak dalam etanol.
b) Uji Fitokimia
Uji kualitatif fitokimia terhadap daun asam jawa
kering, ekstrak kasar air, dan etanol yang diperoleh
digunakan untuk mengetahui jenis senyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam sampel dan golongan
senyawa bioaktif yang terkandung di dalam setiap ekstrak
sampel. Golongan senyawa dalam ekstrak kasar dapat
ditentukan dengan melihat perubahan warna setelah
ditambahkan pereaksi yang spesifik untuk setiap uji
kualitatif.
Hasil penapisan fitokimia daun asam jawa (Tabel
1) menunjukkan bahwa ekstrak air dan etanol daun asam
jawa hampir semua mengandung senyawa metabolit
sekunder yang dianalisis.
Hasil fitokimia ini sesuai dengan Doughari (2006),
tanaman asam jawa mengandung senyawa tanin, alkaloid,
saponin, flavanoid, seskuiterpena, dan flobatamin melalui uji
fitokimia. Senyawa metabolit sekunder yang terekstrak
dengan etanol lebih banyak daripada yang terekstrak dengan
air. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat alkohol yang mampu
melarutkan senyawa polar dan nonpolar.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tumbuhan Obat Asam Jawa (Tamrindus indica Linn) berpotensi
sebagai obat penurun kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia
alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada
tanaman Asam Jawa dapat meningkatkan degradasi/ peluruhan lemak,
melalui seuatu peningkatan metabolisme dalam tubuh sehingga terjadi
proses pembakaran timbunan lemak. Selain itu peluruhan lemak oleh
senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui pendekatan pemecahan lemak
dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim bersifat
dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai obat
pelangsing alami.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2000. Official Methods of Analysis of AOAC International . Volume ke-1. Ed ke-17. Agricultural Chemicals, Contaminants, Drugs . Maryland: AOAC International.
Ai Susanti. 2009. INHIBISI EKSTRAK AIR DAN ETANOL DAUN ASAM JAWA DAN RIMPANG KUNCI PEPET TERHADAP LIPASE PANKREAS SECARA IN VITRO. Jurusan Kimia. FMIPA. Bogor: IPB.
Amin, asni. 2009. Obat Asli Indonesia. Universitas Muslim Indonesia Press: Makassar
Amin, asni. 2010. Buku Kuliah Farmakognosi 1 Jilid 1. Universitas Muslim Indonesia Press: Makassar
Doughari JH. 2006. Antimicrobial activity of Tamarindus indica Linn. Tropical J Pharmaceu Res 5(2):597-603.
Fatmawati.2001. Obat Tradisional Indonesia.Grafrika : Surabaya.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia . Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan K. Padamawinata & I. Soediro. Bandung: ITB.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia . Jilid ke-3. Jakarta: Yayasan Sarana Warna Jaya.
top related