makalah kepemimpinan
Post on 07-Feb-2016
175 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Individu-individu dalam suatu organisasi memiliki peran masing-masing untuk dijalankan.
Secara umum, individu berperan sebagai pemimpin (leader) dan juga sebagai pengikut (follower).
Bahkan, banyak juga individu yang memiliki peran keduanya, sebagai pemimpin sekaligus
pengikut pada saat yang bersamaan. Artinya, dalam suatu struktur jabatan, individu yang
bersangkutan memiliki gaya kepemimpinan (leadership) dan kepengikutan (followership).
Saat pertama kali kita mendengar kata “pengikut,” mungkin yang muncul dalam pikiran kita
adalah individu yang melayani orang lain, atau yang mengikuti perintah orang lain, bahkan meniru
orang lain. Begitu pula saat kita mendengar kata “pemimpin,” yang muncul dalam pikiran kita
adalah individu yang memimpin orang lain, atau yang memberi perintah pada orang lain, mungkin
juga seorang penguasa. Padahal pengikut memiliki peran yang penting dalam pencapaian visi dan
misi sebuah organisasi.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas Gaya Kepengikutan, karena pengikut
merupakan salah satu tonggak keberhasilan dari sebuah tujuan, selain itu dalam menjalankan
sebuah organisasi seorang pemimpin memiliki berbagai jenis pengikut yang memiliki cara kerja
yang berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Pengikut
2. Karaktieristik Pengikut Yang Efektif
3. Gaya Kepengikutan
4. Penelitian Gaya Kepengikutan
1.3 Tujuan
Setelah membaca makalah ini, pembaca akan mengerti tentang:
1. Defenisi Pengikut
2. Karaktieristik Pengikut Yang Efektif
3. Gaya Kepengikutan
4. Penelitian Gaya Kepengikutan
1.4 Manfaat
Dengan membaca makalah ini, pembaca mampu menganalisis gaya-gaya kepengikutan yang
ada dalam suatu organisasi. Pembaca mampu mengerti bagaimana cara menjadi pimpinan yang
bisa mengetahui keadaan pengikutnya. dan bagaimana cara menjadi pengikut yang efektif dalam
suatu organisai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengikut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses kepemimpinan. Tidak ada
pemimpin tanpa pengikut dan keberhasilan pemimpin tergantung pada para pengikutnya.
Thomas j. Sergiovanni (1999) membedakan pengertian istilah subordinate atau anak buah
dengan istilah follower atau pengikut. Anak buah merespon kepada otoritas birokratik dan sering
juga kepada otoritas personal. Sedangkan pengikut merespon kepada ide. Bawahan dapat
bekerjasama dengan manajemen tanpa harus mengikatkan diri atau komit dengan manajemen.
Sebaliknya pengikut mengikatkan diri kepada organisasi, prinsip, dan orang lain.
Pengikut adalah orang yang berinteraksi dengan, dipengaruhi dan mempengaruhi pemimpin
untuk ikut serta dalam merealisasikan visi sistem sosial. Interaksi antara pemimpin dan pengikut
merupakan inti kepemimpinan. Interaksi antara pemimpin dan pengikut merupakan suatu
kontinum dari tidak aktif sampai sangat aktif. Seorang sudah dapat dikatakan pengikut jika ia
bersimpati dengan visi dan pola pikir pemimpin walaupun ia tidak ikut serta dalam perubahan
yang dilakukan oleh pemimpin untuk merealisasi visinya.
2.2 Karaktieristik Pengikut Yang Efektif
Menurut Kelley pengikut yang efektif adalah pengikut yang antusias, cerdas, percaya diri
tanpa menagih bintang jasa dalam mencapai tujuan organisasi.
Karakteristik dari pengikut yang efektif adalah :
a. Integritas
Pengikut yang efektif mempunyai integritas diri yang tinggi. Seorang pengikut dikatakan
mempunyai integritas jika mengidentifikasikan dirinya dengan dan melaksanakan norma-
norma organisasinya dalam upaya merealisir visi dan misi organisasinya. Istilah integritas
juga mempunyai konotasi kejujuran.
b. Mandiri
Pengikut yang mandiri artinya ia memahami dan mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik dengan sedikit mungkin bantuan dari pemimpinnya.
c. Mempunyai Kompetensi Tinggi
Pengikut yang efektif selalu meningkatkan kompetensinya (pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya) sehingga ia mampu melaksanakan tugasnya.
Pengikut yang efektif mempunyai kematangan kerja dan kematangan jiwa. Kematangan
kerja artinya ia mampu melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan perkembangan
masyarakat dan teknologi. Kematangan jiwa artinya ia mempunyai motivasi internal, yaitu
kemauan untuk melaksanakan tugasnya tanpa dipaksa oleh orang lain.
d. Adaptif
Pengikut yang efektif harus adaptif terhadap perubahan artinya mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi.
e. Kesiapan Tinggi
Pengikut yang efektif merupakan pengikut yang mempunyai kesiapan atau readiness tinggi.
Komponen kematangan pengikut adalah kemampuan dan kemauan. Pengikut yang efektif
adalah pengikut yang mampu dan mau melaksanakan tugas atau aktivitasnya.
f. Berani
Pengikut yang efektif merupakan orang yang dapat dipercaya, jujur, dan berani (Robert E.
Kelley, 1995). Menurut Ira Chaleff (1995) pengikut harus mempunyai lima keberanian,
yaitu: berani memikul tanggung jawab, berani melayani, berani untuk menantang, berani
berpartisipasi dalam perubahan dan berani untuk meninggalkan pemimpin
2.3 Gaya Kepengikutan
Gaya kepengikutan adalah pola perilaku yang digunakan oleh pengikut dalam interaksi sosial
dengan pemimpinnya. Istilah pola prilaku disini dipakai dalam pengertian dinamis, tidak statis.
Artinya pengikut dapat merubah pola perilakunya dari satu jenis pola perilaku ke pola perilaku
lainnya tergantung situasi yang dihadapinya.
Teori yang berhubungan dengan kepengikutan :
1. Teori Kepengikut Dinamik
Teori kepengikutan dinamik atau followership dynamics dikemukakan oleh Joseph A.
Stenger, George E. Manners, Jr dan Thomas W. Zimmerer (2001). Menurut mereka perilaku
pengikut ditentukan oleh dua dimensi :
a. Enhancement self (peningkatan diri sendiri)
Yaitu keinginan pengikut untuk berpartisipasi dalam sistem status dan imbalan organisasi.
Pengikut ingin lebih banyak tanggung jawab dan resiko.
b. Protection of self (perlindungan diri)
Yaitu kekawatiran dari pengikut untuk gagal dan keinginannya untuk melindungi dirinya
dari kegagalan. Pengikut juga takut akan konsekuensi sosial dari kegagalan.
Berdasarkan tinggi rendahnya kedua dimensi tersebut terbentuk 9 gaya kepengikutan yaitu :
1) The game player (pemain pertandingan)
Mensubtitut status untuk kinerja. Memfokuskan pada isyarat politik. Defensif.
Mempergunakan hubungan kekuasaan untuk menolak perubahan.
2) The achiever (pencapaian prestasi)
Produktif. Menetapkan tujuan terus-menerus. Memerlukan balikan. Gerakan pasti
untuk perubahan.
3) The komikaze (komikaze)
Tingkat energi tinggi. Produktif. Menekankan pada perubahan organisasi. Sering
bodoh. Dapat menimbulkan biaya mahal untuk organisasi.
4) The bureucrat (birokrat)
Produktif. Senang simbol status akan tetapi mengenal katerbatasan personal.
Pengambilan risiko rendah. Mempertahankan status quo.
5) The super follower (pengikut super)
Produktif. Perlindungan diri sedang. Sejumlah gerakan diarahkan untuk perubahan.
Pengikut bernilai tinggi.
6) The artist (artis)
Produktif. Sikap positif ke arah perubahan. Harus menghitung level resiko. Sering
bekerja untuk kepuasan diri sendiri tapi senang mendapat pujian.
7) The apatetic (apatetik)
Tidak produktif. Defensif. Menarik diri. Apatis karena takut.
8) The donkey (keledai)
Tingkat produktivitas rendah. Tidak punya minat terhadap sistem formal status dan
imbalan. Tak ada gerakan kecuali di dorong.
9) The devian (penyimpangan)
Tak mungkin untuk dimotivasi. Sikap masa bodoh. Turn-over-rate tinggi. Dapat
destruktif.
Stenger, Manners, Jr dan Zimmerer mengemukakan 4 faktor yang mempengaruhi pemilihan
gaya kepengikutan dan intensitasnya oleh para pengikut yaitu : (1) sistem simbol dan status,
(2) imbalan trehadap kenaikan kinerja, (3) asumsi mengenai tanggungjawab dan (4) respon
organisasi terhadap kegagalan individual pengikut. Faktor-faktor tersebut menciptakan iklim
organisasi yang mempengaruhi terbentuknya gaya kepengikutan.
2. Teori Kepengikutan Robert Kelley
Robert Kelley (1992) mengemukakan teorinya menegenai gaya kepengikutan berdasrkan 2
dimensi :
(1) Dimensi derajat berpikir kritis atau independent critical thinking (as vertikal) dengan
skala dari 0 sampai 60. Yaitu dimensi yang merupakan kontinum dari berpikir kritis
independen (independent, uncritical thinking).
Pengikut yang terbaik dalam dimensi ini adalah individu yang berpikir untuk diri sendiri,
memberikan kritik yang konstruktif, kreatif dan inovatif. Pengikut yang terburuk adalah
pengikut yang harus diberi tahu apa yang harus dilakukan. Diantara keduanya terdapat
pengikut yang memerlukan pengarahan dan tidak menantang pemimpin.
(2) Dimensi derajat keaktifan pengikut dalam bekerja atau degree of active engagement in
work 9 (as horizontal dengan skala dari 0 sampai 60).
Pengikut yang baik adalah pengikut yang mengambil inisiatif, mengasumsikan memiliki
organisasi, berpartisipassi aktif, pemula sendiri dan bekerja melebihi target yang
ditetapkan. Pengikut yang paling buruk yaitu pengikut yang pasif, malas, memerlukan
dorongan, memerlukan supervisi terus menerus dan menghindari tanggung jawab.
Ditengah-tengahnya adalah pengikut yang menyelesaikan pekerjaannya tanpa supervisi
setelah diberitahu apa yang harus dikerjakannya.
Berdasarkan kedua dimensi tersebut Kelley menggolongkan pengikut menjadi lima jenis :
Alienated follower, Exemplary follower, Passive follower dan Conformist follower.
a. Alienated Followers (pengikut terasing)
Ciri utama jenis pengikut terasing adalah berpikir kritisnya tinggi sedangkan derajat
keikutsertaannya dalam pekerjaan rendah.
Menurut Kelley pengikut jenis ini jumlahnya 15-25 persen dalam organisasi. Mereka
merupakan pengikut yang mampu melaksanakan tugas akan tetapi sinis dan manahan
upaya mereka. Para alienated follower sering melukiskan diri mereka sebagai orang netral
(marverik) yang berpikir untuk diri sendiri, mempunyai suatu skeptisme sehat dan sering
menganggap dirinya sebagai suara hati organisasi.
b. Exemplary Follower (pengikut patut dicontoh)
Para pengikut patut di contoh menunjukkan prilaku kepada pemimpin dan teman
kerjanya sebagai orang yang indenpenden, inovatif, kreatif, konsisiten dan mau membela
pemimpin. Ia menerapkan bakatnya untuk kepentingan organisasi bahkan ketika mereka
terbentur pada hambatan birokratik, teman kerja passif atau situasi pragmatik. Pemimpin
yang efektif sangat menghargai pengikut seperti ini. Ia dapat bekerjasama dengan
pemimpin dan rekan kerjanya.
c. Pragmatist Follower ( pengikut pragmatis)
Seorang pengikut pragmatis tingkat berfikir kritiknya dan sifat sedang dan menurut
kelley jumlahnya 25-35 persen dari seluruh pengikut. Ia jarang setia terhadap tujuan
organisasi tapi tak pernah berusaha untuk merubahnya. Ia meletakkan segala sesuatu
dalam perspektif dan tahu bagaimana menyelesaikan pekerjaan serta mampu menjaga
organisasi tetap berjalan sesuai arahnya dengan menggunakana aturan main. Akan tetapi
dalam waktu bersamaan ia akan bermain politik melakukan tawar-menawar untuk
keuntungan dirinya sendiri. Kerena tidak senang mengaitkan dirinya secera keseluruhan
pada organisasi, maka kinerjanya sedang-sedang saja.
d. Passive Follower (pengikut pasif)
Pengikut pasif derajat berfikirnya rendah dan dan keikutsertaan dalam pekerjaan pasif
dan jumlahnya 5 sampai 10 persen dari semua pengikut. Ia tergantung pada pemimpin
ntuk melaksanakan tugasnya yang ia lakukan tanpa antusias. Ia tidak punya inisiatif dan
tanggung jawab dan selalu diarahkan serta tidak melakukan pekerjaannya melebihi yang
telah ditetapkan.
e. Confromist Follower (pengikut konformis)
Pengikut konformis berciri berfikir tidak kritis tapi ikut sertanya dalam pekerjaan
sangat aktif. Ia mempunyai karakteristik Exemplarry Follower yaitu aktif melaksanakan
tugas dan dan karakteristik Pasive Follower yaitu berfikir tidak kritis. Jumlahnya 20
sampai 30 persen dari jumlah pekerja. Ia melaksanakan tugas tanpa kritik dan aktif
melaksanakannya. Oleh karena itu sering disebutyes men atau dalam bahasa jawa Pejah
Gesang Ndrek.
3. Teori Kisi-Kisi Pengikut
Teori Leadership Grid yang dikemukakan oleh Robert R. Blake dan Anne Adams McCanse
(1991) juga mengemukakan teori kepengikutan yang disebut sebagai The subordinate gird
atau Teori Kisi-Kisi Pengikut. Teori ini paralel dengan teori Leadership Grid dan didasrka
pada 2 dimensi :
(1) Concern for the boss atau memeperhatika atasan.
Yaitu dimensi yang melukiskan tinggi-rendahnya (minimal 1 dan maksimal 9) prilaku
pengikut ingin menyenangkan pemimpin atau menejernya.
(2) Concern for accomplishing the Task atau memeperhatikan menyelesaikan tugas.
Yaitu dimensi as horizontal yang melukiskan tinggi-rendahnya (minimal 1 dan maksimal
9) pengikut ingin menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Berdasarkan kedua faktor tersebut The Subbordinate Girdmengemukakan 5 gaya
kepengikutan utama yaitu:
(1) Gaya Pengikut Picik (Closed-Mided Subbordinate) atau The 9,1- Oriented Subordinate.
Perhatian utama gaya kepengikutan ini adalah menyelesaikan tugas tunggi dan perhatian
terhadap pemimpinnya dan teman kerja minimal. Jika terjadi interaksi dengan atasnnya
pengikut cendrung untuk menggurui atasannya mengenai bagaimana bekerja. Jika terjadi
perbedaan pendapat maka ia cendrung mengabaikan pendapat orang lain dan bersikukuh
dengan pendapatnya sendiri dan ia terus sibuk melaksanakan tugasnya. Ia tidak
memberikan kesempatan oarang lain mendahuluinya.
(2) Gaya Kepengikutan Ingin Menyenangkan (Eager To Plese Subordinate) atau 1,9
Oriented subordinate.
Pengikut yang mempunyai gaya ini mempunyai perhatian terhadap terhadap pekerjaan
rendah dan perhatian untuk menyenangkan pemimpinnya. Pengikut jenis ini ingin
mempertahankan iklim hubungan baik dengan pemimpinnya maupun dengan teman
kerjanya. Ia mempunyai kecendrungan untuk tidak dapat mengatakan tidak terhadap
permintaan orang lain. Jika terjadi perbedaan pendapat pengikut jenis ini cendrung untuk
mundur dari posisinya. Jika terjadi konflik takut hubungan baiknya terganggu dan
penolakan lawan konflik ia cendrung menarik diri.
(3) Gaya Kepengikutan Paternalistik (paternalistik subordiante) atau 9+9 subordinate.
Ia mempunyai sifat ingin mengontrol dan tidak ingin dikontrol. Sungguhpun demikian
posisinya sebagai bawahan tidak dapat mementang pemimpinnya. Hubungannya dengan
atasan dapt dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Meneyetujui apa yang dikatan atasan. Dengan cara ini pengikut memposisikan diri
sebagai asisten pemimpin atau tangan kanan damn dengan posisi ini ia dapat
mengontrol teman sekerja lainnya atau mejadi team leader.
b. Jika tidak sepakat dengan apa yang dikemukakan pemimpin, pengikut mungkin
akan berupaya menunda-nunda atrau mengulur-ngulur waktu. Dalam waktu yang
bersamaan ia mencari strategi atau taktik untuk merubah pendapat atau perintah
pemimpinnya.
(4) Gaya Kepengikutan Masabodoh (Could’t- care subordinate) atau the 1,1 Oriented
Subordinate.
Gaya kepengikutan ini ditandai dengan perhatian rendah terhdap atasan dan perhatian
rendah terhadap pekerjaan. Pengikut menyandarkan diri pada orang lain untuk
melaksanakan pekerjaan. Ia mencari jalan sekecilpun untuk bertentangan dengan orang
lain dan menghindari kesulitan. Ia mematuhi instruksi atasannya sepenuhnya tanpa
menilai dan menafsirkannya. Pengikut merasa sekedar mengikuti perintah dan tanggung
jawab berada di tangan atasannya.
(5) Gaya Kepengikutan Sadar Status (Status-Concious Subordinate) atau The 5,5 Oriented
Subordinate.
Ciri utama dari kepengikutan ini adalah perhatian terhadap bos dan terhadap pekerjaan
sedang. Pengikut dengan gaya ini diperlakukan dengan sopan dan dengan cara give and
take. Ia beroperasi menurut apa yang pernah dilakukan dan menurut protokoler. Ia takut
gagal, takut mengambil resiko yang salah. Dalam menghadapi konflik ia berusaha
memperoleh solusi win and win atau menggunakan gaya manajemen konflik konpromi.
(6) Gaya Kepengikutan Oportunistik (The Opportunistic Subordinate).
Inti dari gaya kepengikutan oppurtunistik adalah mengutamakan interes pribadi baik
secara terang-terangan atau terselubung. Pengikut dengan gaya ini ingin mencapai apa ia
inginkan tanpa mengancam atasan dan teman kerjanya. Dia menghindari terjadi friksi
dengan atasannya dan menjadi target antoginistik teman sekerjanya. Pengikut
menganngap bos adalah bantu loncatan ke atas, karenanya kemungkinan besar pengikut
akan bersikap menjilat atasan.
(7) Gaya Kepengikutan Pencari Solusi (Solution-Seeking Subordinate) atau The 9,9-
Oriented Subordinate.
Gaya kepengikutan tipe ini ditandai dengan tingginya memperhatikan atasan dan
menyelesaikan tugas. Jika pengikut tidak sejalan dengan atasan, pengikut berusaha
mendiskusuikan pokok masalah dalam poses problem solving. Pengikut tidak mau
menerima pembatasan atau pendapat dari orang lain tanpa adanya fakta pendukung. Ia
tidak dapat menerima prilaku atasan dan teman sekerjanya yang tidak efektif.
Menurut Blake dan McCanse orang yang mempunyai kecendrungan untuk mempergunakan
salah satu dari 7 gaya kepengikutan tersebut atau gaya gird dominan (dominant grid style).
Akan tetapi tidak secara terus-menerus menggunakan gaya yang sama. Ia dapat
menggunakan gaya cadangan atau back up grid styles jika gaya dominan tidak berhasil. Ada
beberapa faktor yang menentukan pemilihan gaya dominan grid.
a. Budaya Organisasi. Budaya organisasi mempengaruhi hubungan antara anggota
organisasi. Salah satu diantaranya adalah asumsi dan prilaku kepemimpinan dan
kepengikutan.
b. Nilai-nilai. Asumsi seorang konsisiten dengan nilai-nilainya, kepercayaan dan ide yang
berhubungan dengan memperlakukan orang lain untuk mencapai tujuan.
c. Sejarah pribadi. Orang mempunyai kecendrungan gaya grid tertentu karena pengalaman
keberhasilan melaksanakan grid tersebut secara berulang-ulang.
d. Tidak ada kesadaran pilihan. Prilaku orang diarahkan oleh asumsinya yang diadopsi
semenjak awal kehidupannya tanpa memahami konsekuensi prilaku tersebut. Dengan
demikian sistem kepercayaan orang yang menentukan bahwa pilihan suatu gaya grid
adalah pilihan yang benar. Sampai menemukan asumsi baru prilaku orang akan cendrung
sama.
2.4 Penelitian Gaya Kepengikutan
Pola penelitian kepengikutan sama dengan pola penelitian gaya kepemimpinan, penelitian
kekuasaan dsb. Peneliti dapat melakukan pendekatan kuantitatif, kualitatif, atau pendekatan
eksperimen. Akan tetapi yang paling banyak dilakukan adalah pendekatan kuantitatif. Sebagian
dari penelitian kepengikutan dalam kaitannya denganpenelitian gaya kepemimpinan.
Jerry C. Wofford, J. Lee Whittington dan Vicki L. Goodwin (2001) melakukan penelitian
mengenai pola motif pengikut sebagai moderator situasional untuk keefektifan kepemimpinan
transformasional. Penelitian ini diajukan untuk meneliti : (1) Apakah pola motif pengikut
mempengaruhi keefektifan kepemimpinan transformasional? (2) Apakah kepemimpinan
transformasional lebih tepat dipandang dari anaslisis lebih individual atau dari analisi multilevel?
Saratus tiga manajer lembaga layanan teknollogi dan dua bawahan masing-masing manajer
diminta untuk mengisi set quesioner yang berbeda-beda secara konfidensial. Hasilnya adalah sbb:
(1) Pemimpin transformasional lebih efektif dalam satu lingkungan dari pada lingkungan
lainnya. Lebih khusus pola motif para pengikut mempengaruhi hasil kepemimpinan
transformasional. Sejumlah pengikut lebih mudah terpengaruh dari upaya pemimpin
transformasional dari pada para pengikut lainnya. Pengikut dengan kebutuhan tinggi
menilai kepemimpinan transformasional lebih efektif dengan kepuasan lebih tinggi.
(2) Kepemimpinan transformasional dapat dipandang dalam pengertian analisis individual
maupun analisi multilevel. Satu set perilaku kepemimpinan transformasional meliputi
perilaku yang konsisten terhadap semua anggota kelompok. Sungguhpun demikian
beberapa perilaku kepemimpinan transformasional lebih banyak dipergunakan untuk
sejumlah kelompok dari pada kelompok lainnya.
Penelitian hubungan antara kepemimpinan transformasional dan para pengikutnya dengan
disain eksperimen dilakukan oleh Taly Dvir, Dov Eden, Bruce J. Avolio dan Boas Shamir (2002).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh kepemimpinan
transformasional terhadap perkembangan dan kinerja para pengikutnya. Kelompok pemimpin
eksperimen menerima pelatihan kepemimpinan transformasional dan kelompok pemimpin
kontrol menerima pelatihan bukan kepemimpinan transformasional. Sampel penelitian terdiri dari
54 pemimpin militer, 90 pengikut langsung mereka dan 724 para pengikut mereka tidak langsung.
Hasilnya menunjukkan bahwa para pemimpin dan dalam kelompok eksperimen mempunyai lebih
besar pengaruh positif terhadap perkembangan para pengikut langsung dan kinerja dari pada para
pemimpin dalam kelompok kontrol.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keberhasilan suatu pimpinan tidak terlepas dari pengikut yang ia miliki. Suatu organisasi
akan maju jika pemimpin memiliki kesamaan visi dengan pengikutnya. Dalam menjalankan
organisasi terdapat berbagai macam gaya pengikutan yang dimiliki oleh masing-masing pengikut
dalam sebuah organisasi. Gaya pengikutan menentukan bagaimana cara seorang pengikut
merespon dan berinteraksi dengan pimpinannya.
Gaya pengikut terdiri dari beberapa macam, seperti Gaya kepengikutan pemain pertandingan,
Gaya pengikutan pencapai prestasi, Gaya kepengikutan kamikaze, Gaya kepengikutan super, Gaya
kepengikutan artis, Gaya kepengikutan Keledai dan Gaya kepengikutan Apatetik, dimana masing-
masing gaya kepengikutan memiliki karakteristik dan cara kerja yang berbeda-beda.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan para pembaca dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari apalagi sangat diperlukan dalam dunia kerja nanti, terlebih jika nantinya
pembaca akan menjadi pemimpin yang mengepalai beberapa pengikut Penulis menyarankan agar
pembaca bisa melanjutkan penulisan makalah ini dengan bahan yang lebih luas sehingga dapat
memperluas pengetahuan tentang gaya kepengikutan.
top related