makalah. dk3 pengantar faal kerja
Post on 08-Feb-2016
683 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
DASAR – DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PENGANTAR FAAL KERJA DAN ERGONOMI
Oleh :
KELOMPOK 11
Andry Caniago I1A111218
Ahmad Tarmizi I1A111056
Aprizal Satria Hanafi I1A111033
Aulia Aina Rahman I1A111019
Eliya Damayanti I1A111203
Martina Saita E.W. I1A107231
Sariyati I1A111049
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat, berkah, dan ridho-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengantar Faal Kerja dan Ergonomi”.
Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas dan memberikan informasi
tambahan kepada para pembaca agar dapat lebih memahami Pengantar Faal
Kerja dan Ergonomi. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak
mendapatkan bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sumbernya berupa artikel,
tulisan, dan buku yang telah kami jadikan referensi guna penyusunan makalah ini.
Kami berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat
berguna bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon maaf jika
banyak kekurangan dan kesalahan. Kami sangat menerima kritik dan saran yang
membantu penyempurnaan makalah ini.
Banjarbaru, Maret 2012
TIM PENYUSUN
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................ . i
KATA PENGANTAR.......................................................................... . ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................ . iv
BAB I Pengantar Faal dan Ergonomi Kerja
A. Sejarah Ergonomi dan Perkembangannya...................... 1
B. Pengertian Faal Kerja................................................... . 1
C. Pengertian Ergonomi Kerja........................................ . 3
D. Program Faal dan Ergonomi Kerja.............................. . 4
E. Pilar Ergonomi........................................................ . 10
BAB II Ruang Lingkup Ergonomi
A. Ruang Lingkup......................................................... . 33
B. Pelatihan Ergonomi........................................................ 35
C. Metode Ergonomi..................................................... . 36
D. Aplikasi/penerapan Ergonomik.................................. . 36
BAB III Masalah Ergonomi Kerja
A. Sakit dan Cacat Akibat Cara Kerja yang Tidak
Ergonomis...................................................................... 39
B. Penyebab................................................................. . 40
C. Masalah ergonomi pada proses industri...................... . 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
DAFTAR GAMBAR
4
5
6
7
BAB I
PENGANTAR FAAL DAN ERGONOMI KERJA
F. Sejarah Ergonomi dan Perkembangannya
Perubahan waktu secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari
keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian antara lain
terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang digunakan, yaitu
mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk
dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada
alat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia sejak awal kebudayaan
berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan
pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian
atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan
dan menggerakkan pemakaiannya.
Pada abad ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan
tersebut dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini terus
berkembang terus menerus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang
8
ilmu yang disebut Ergonomi. Istilah untuk ilmu baru ini berbeda dibeberapa
negara, seperti: “Arbeltswissenschaft” di Jerman “Bioteknologi” dinegara-
negara Skandinavia: “Human Engineering”. “Human Factor Engineering” di
negara-negara Amerika bagian utara. Perbedaan nama-nama diatas
hendaknya tidak dijadikan masalah, karena secara praktis istilah-istilah tadi
mempunyai maksud yang sama.
G. Pengertian Faal Kerja
Ilmu faal kerja atau fisiologi kerja adalah ilmu faal yang dikhususkan
untuk manusia yang bekerja. Secara fifiologis, bekerja adalah hasil kerja
sama dalam koordinasi yang sebaik-baiknya dari saraf pusat dan perifer,
panca dria (mata, telinga, peraba, perasa, dan lain-lain), serta otot dan rangka
(kedua yang terakhir ini adalah pelaku utama perbuatan). Bekerja mungkin
dikelompokan menjadi kerja otak (mental), dan kerja otot (fisik). Dalam faal
kerja, perhatian utama difokuskan kepada kerja fisik atau otot. Untuk bekerja
pertukaran zat dalam organ tubuh yang diperlukan sebagai sumber energi dan
transportasi sisa metabolisme yang harus dibuang, jelas sangat penting peran
peredaran darah ke dan dari susunan saraf serta otot-otot dan rangka
(muskulo-skeletal) dan juga organ-organ lainnya. Selain jantung dan sistem
peredaran darah, paru dan alat pernafasan lainnya, sistem gastro-intestinal
(mulut, esofagus, usus, hati, dan lainnya) juga memainkan fungsi masing-
masing dalam mendukung dan menunjang kelancaran berlangsungnya
aktivitas dan rangkaian kegiatan dilakukannya pekerjaan. Untuk
kelangsungan pelaksanaan pekerjaan, semua organ terkait dan juga seluruh
sistem yang beroperasi fisiologis dalam tubuh harus berada pada kondisi
optimal (bila mungkin prima) (1).
Mekanisme bekerja fisik diperlihatkan oleh gambar 17.
9
Mula-mula koordinasi anatara susunan saraf pusat, indra, otot, dan
organ-organ tubuh tidak mudah diwujudkan dan pada stadium tersebut untuk
berlangsungnya koordinasi yang baik diperlukan upaya yang cukup intensif.
Kenyataan ini terlihat pada tenaga kerja baru yang mulai bekerja dan sedang
menjalani latihan keterampilan atau permagangan. Tidak jarang ditemukan
keadaan betapa seorang tenaga kerja yang tidak terlatih menghadapi kesulitan
untuk bekerja dengan benar, sekalipun prosedur kerja sebenarnya sangat
sederhana. Melalui pendidikan dan pelatihan koordinasi yang baik dapat
dibina dan diciptakan; pelatihan keterampilan yang tepat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan termasuk gerakan yang dilakukan berlangsung sebagai
suatu refleks, sehingga bekerja merupakan proses yang berlangsung secara
otomatis dengan penuh kemudahan serta pencapaian kualitas hasil kerja yang
baik. Semakin pendek waktu yang diperlukan bagi siklus yang bersifat refleks
dalam bekerja atau kiat cepatnya otomatis pekerjaan dilakukan menunjukkan
semakin baiknya koordinasi berfungsinya organ-organ tubuh dalam
memberikan dukungan kepada pelaksanaan kerja serta merupakan peluang
bagi pencapaian hasil kerja yang baik sebagai konsekuensi semakin baiknya
keterampilan tenaga kerja.
Untuk pekerjaan fisik, otot adalah bagian tubuh terpenting bagi
pelaksanaan aktivitas kerja. Otot bekerja dengan mekanisme kontraksi
(mengerut) dan melemas. Kekuatan bekerjanya suatu otot ditentukan oleh
10
jumlah dan kualitas serat yang menyusunnya, daya kontraksi dan cepatnya
berkontraksi serta melemas. Pada waktu otot kontraksi dalam (mengerut),
darah yang berada antara serat-serat otot atau diluar pembuluh darah otot
terjepit sehingga peredaran darah terhambat, jadi pertukaran zat terganggu
dan hal demikian menjadi salah satu penyebab dari timbulnya kelelahan otot.
Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan, sebagaimana biasanya
disebut kontraksi otot dinamis, sangat tepat dipakai sebagai prisnsip
pelaksanaan bekerjanya otot pada setiap pekerjaan yang berkaitan dengan
dilaksanakannya kegiatan dan proses pekerjaan.
H. Pengertian Ergonomi Kerja
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergon (kerja) dan nomos
(peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda,
seperti Arbeitswissenschaft di Jerman Human Factors Engineering atau
Personal Research di Amerika Utara. Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu
biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi
untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia
terhadap pekerjaannya, yan manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi
dan kesejahteraan kerja. Tidak jarang pula kepada ergonomi diberikan
pengertian sebagai ilmu tentang bekerja (study of work) atau ilmu tentang
kerja (1). Untuk ergonomi, di Indonesia digunakan pula istilah tata karya
atau tata kerja. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja
dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk
menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa
menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai
dengan kebutuhan tubuh manusia. Penerapan Ergonomi di tempat kerja
bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman,
selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
11
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai
peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin
kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
I. Program Faal dan Ergonomi Kerja
Ergonomi merupakan perpaduan dari berbagai lapangan ilmu seperti
antropologi, biometrika, fisiologi kerja, higiene perusahaan dan kesehatan
kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan sibernatika (cybernatics). Namun
kekhususan utamanya adalah perencanaan tata kerja yang dilaksanakan
dengan cara yang lebih baik dalam hal metoda kerja dan peralatan serta
perlengkapannya (8).
Program ergonomi meliputi identifikasi problema yang dihadapi,
pengambilan kebijakan pemecahan masalah, implementasi rumusan jalan
keluar dengan memulainya pada skala kecil untuk dievaluasi efektivitasnya
dan selanjutnya pelaksanaan hasil uji yang positif pada lingkup yang luas.
Dalam praktek, pendekatan seringkali dilakukan melalui trial and error.
Dengan cukup berkembangnya keilmuan dan praktek ergonomi, pendekatan
demikian sudah sepatutnya tidak digunakan lagi. Penentuan problema
ergonomi dilakukan dengan antara lain pengamatan terhadap gejala atau
tanda seperti absenteisme, kebiasaan sering pindah atau ganti kerja dan lain-
lain yang mungkin merupakan akibat dari beban kerja yang berlebihan dan
tidak terpikulkan oleh tenaga kerja, organisasi kerja yang sistemnya tidak
memperhatikan kapasitas faktor manusia, kesulitan melakukan pekerjaan
sebagai akibat buruknya desain mesin dan pengaturan tata kerja. Kelanjutan
dari pengamatan adalah dibuatnya analisis pekerjaan, yang meliputi sistem
kerja; hala ini dapat diselenggarakan, dengan melakukan time and motion
study dari aktivitas faktor manusia dalam proses produksi, observasi langsung
atau telemetris dari cara melakukan pekerjaan atau juga terhadap parameter
fisiologis faktor manusia, analisis potensi dan risiko bahaya atau kecelakaan
12
yang sumbernya karakteristika fisik atau kejiwaan. Penilaian dan koreksi atau
perencanaan ergonomi ditujukan kepada operasi dan proses produksi, dengan
memanfaatkan model-model penerapan ergonomi yang telah dikembangkan
melalui penelitian, percobaan, pengujian atau pengalaman lapangan. Atas
dasar setiap temuan yang sifatnya non-ergonomis misalnya penggunaan alat
kerja yang tidak cocok untuk suatu pekerjaan, waktu kerja yang
mengabaikan,waktu istirahat dan waktu untuk makan, beban kerja yang
melebihi kemampuan, tenaga kerja, pekerjaan pada posisi berdiri tanpa
kempatan untuk duduk, dan sebainya senantiasa harus diikuti dengan upaya
koreksi, yang hasilnya tercermin dari perbaikan pelaksanaan pekerjaan ke
arah pencapaian tujuan efisiensi dan kesejahteraan yang optimal.
Pedoman yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk penerapan
ergonomi, yaitu :
1. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh
bentuk,ukuran, susunan,dan penempatan mesin dan peralatan serta
perlengkapan kerja; juga bentuk, ukuran dan penempatan alat kendali
serta alat petunjuk, cara kerja mengoperasikan mesin dan peralatan yang
merinci macam gerak, arah dan kekuatannya yang harus dilakukan.
2. Untuk standarisasi bentuk dan ukuran mesin dan peralatan kerja, harus
diambil ukuran terbesar (misal rerata + 2 deviasi standar) sebagai dasar
serta diatur suatu cara, sehingga dengan ukuran tersebut mesin dan
peralatan kerja dapat dioperasikan oleh tenaga kerja yang ukuran
antropometrisnya kurang dari ukuran standar. Sebagai contoh adalah
kursi yang tingginya dapat dinaik turunkan sesuai dengan ukuran
antropometris tenaga kerja yang duduk pada kursi tersebut, atau tempat
duduk yang dapat disetel (diatur posisinya) mundur ke belakang atau
maju ke depan untuk menyesuaikannya terhadap ukuran jarak unjuk lutut
ke garis belakang punggung.
3. Ukuran antropometris statis terpenting sebagai dasar desain dan
pengoperasian mesin atau peralatan kerja antara lain :
13
Berdiri : a. Tinggi badan berdiri ;
b. Tinggi bahu;
c. Tinggi siku ;
d. Tinggi pinggul ;
e. Panjang depa ;
f. Panjang lengan ;
Duduk : a. Tinggi duduk ;
b. Panjang lengan atas ;
c. Panjang lengan bawah dan tangan ;
d. Jarak lekuk lutut-garis punggung ;
e. Jarak lekuk lutut-telapak kaki.
4. Standar ukuran meja kerja bagi pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri :
a. Pada pekerjaan tangan (manual) yang dilakukan dengan cara berdiri,
tinggi meja kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku ;
b. Apabila bekerja dilakukan dengan berdiri dan pekerjaan dikerjakan di
atas meja dan dtaran tinggi siku dinyatakan sebagai dataran 0 maka
bidang kerja :
i. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0+(5-10) cm ;
ii. Untuk pekerjaan ringan 0-(5-10) cm ;
iii. Untuk pekerja berat yang perlu mengangkat barang berat dan
memerlukan bekerjanya otot punggung 0-(10-20) cm.
5. Dari segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk,
sedangkan dari aspek tulang, terbaik adalah duduk yang tegak, agar
punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak dalam keadaan yang
lemas.Sebagai jalan keluar, dianjurkan agar digunakan posisi duduk yang
tegak dengan di selingi istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk.
6. Tempat duduk yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki
sehingga sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan
datar ;
14
b. Tinggi papan sandaran punggung dapat di atur dan menekan dengan
baik kepada punggung :
c. Lebar alas duduk tidak kurang dari lebar terbesar ukuran
antropometris pinggul misalnya lebih dari 40 cm ;
d. Tinggi meja kerja merupakan ukuran dasar sesuai dengan pedoman
pada butir 4b.
7. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan yang
menjadi posisi duduk. Untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri,
bagi tenaga kerja disediakan tenpat duduk dan diberi kesempatan untuk
duduk.
8. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37° ke bawah
sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44° ke bawah. Arah penglihatan ini
sesuai dengan posisi kepala yang berada pada keadaan istirahat (relaxed).
9. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan juga
oleh lengan bawah ; pegangan dari obyek kerja harus diletakkan di daerah
ruang gerak tersebut ; hal ini lebih penting lagi bila sikap tubuh berada
pada posisi tidak berubah.
10. Macam gerakan yang kontinyu (tidak mendadak atau tersendat atau
putus-putus) dan berirama lebih diutamakan, swedangkan gerakan yang
sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan pakas asangat
melelahkan. Gerakan keatas harus dihindarkan.Papan penyokong bagian
anggota badan misalnya lengan atas atau lainnya dipakai untuk posisi
kerja lengan yang melelahkan misalnya menahan beban suatu °berada
pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan ditopang oleh sistem otot-
tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi kekuatannya.
11. Pembebanan kerja sebaiknya dipilih yang optimal, yaitu beban kerja yang
dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien.Beban fisik
maksimum menurut ILO sebesar 50 kg (untuk Indonesia beban demikian
terlalu besar dan 35 kg adalah realistis). Cara mengangkat dan menolak
15
serta menarik memperhatikan kaidah ilmu gaya mekanika dan
dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Gaya dari beban
diupayakan berada pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan
ditopang oleh sistem oto-tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi
kekuatannya.
12. Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda atau
menggergaji memerlukan frekuensi siklus gerak repetitif yang optimal
dengan menggunakan tenaga yang efisien. Sebagai misal pada frekuensi
siklus gerakan ritmis 60 kali setiap menitnya mengayuh pedal atau
memutar roda dirasakan lebih enteng.
13. Apabila seorang tenaga kerja (dengan atau tanpa beban) harus berjalan
pada jalan yang menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan
optimum sebagai berikut :
- Jalan menanajak 10°
- Tangga rumah 30°
- Tangga 70°
(dengan anak tangga yang berukuran berkisar anatara 20-30 cm tergantung
pada beban kerja.)
14. Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10 jam, lebih dari itu
efisiensi dan kualitas kerja serta keselamatan, kesehatan dan kepuasan
kerja sangat menurun.
15. Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas pertimbangan
ergonomi.Harus dihindari istirahat sekehendak tenaga kerja atau istirahat
curian diluar sistem kerja, yaitu istirahat oleh karena turunnya
kemampuan dan kesanggupan tubuh untuk melakukan pekerjaan atau
tenaga kerja sebenarnya telah menjadi lelah dan tidak kuat lagi bekerja.
16. Beban tambahan akibat lingkungan kerja fisik, mental,psikologis,dan
sosial sebaiknya sedapat mungkin dikurangi.
16
17. Pemeliharaan indera penglihatan dilakukan sebaik-baiknya terutama
dengan penyelenggaraan pencahayaan dan penerangan yang baik
terutama berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan pekerjaan.
18. Kondisi mental psikologis dipelihara dan ditingkatkan dengan
memberikan insentif atau perangsang dan juga bila perlu disinsentif,
menggelorakan motivasi kerja untuk menaikkan produktivitas dan
kesejahteraan, mewujudkan harmoni iklim kerja dan lain-lain.
19. Beban kerja fisik dinilai antara lain dengan mengukur konsumsi O2,
frekuensi nadi, suhu badan, dan lain-lainnya atau analisi kegiatan dari
pekerjaan itu sendiri.
20. Batas kemampuan atau kesanggupan bekerja sudah tercapai,apabila
bilangan nadi kerja mencapai angka 30/menit diatas bilangan nadi
istirahat,sedangkan nadi kerja tersebut tidak terus naik dan sehabis
bekerja nadi pulih kembali kepada keadaan istirahat sesudah lebih kurang
15 menit.
Untuk menentukan sejauh mana prinsip-prinsip ergonomi telah
diterapkan pada suatu kegiatan atau proses pekerjaan, biasanya disusun
kuesioner yang dapat diaudit olehnya pelaksana ergonomi pekerjaan yang
bersangkutan. Bagi keperluan dimaksud, daftar pertanyaan menurut
keperluan dan disesuaikan dengan sifat dan karakteristika pekerjaan yang
penerapan ergonominya akan dinilai.
17
J. Pilar Ergonomi
1. Antrometri
Antrometri adalah Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang
pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan
ukuran pada tiap individu atau kelompok. Ukuran tubuh manusia
bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin, suku bangsa, bahkan
kelompok pekerjaan. Interaksi antara ruang dengan manusia secara
dimensional dapat menimbulkan dampak antropometris, yaitu kesesuaian
dimensi-dimensi ruang terhadap dimensi tubuh manusia. secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan
(design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.
Tujuan penggunaan antropometri untuk pekerja adalah untuk
mengurangi tingkat kelelahan kerja,meningkatkan performansi kerja dan
meminimasi potensi kecelakaan kerja (Mustafa, Pulat, Industrial
ergonomics case studies, 1992).
Data antropometri digunakan untuk Perancangan areal kerja,
perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools)
dan sebagainya, Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian ,
kursi, meja, komputer dan lain-lain dan Perancangan lingkungan kerja
fisik.
Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu Antropometri statis dan
antropometri dinamis. Antropometri statis dimana pengukurn dilakukan
18
PILAR
ANTROPOMETRI
BIOMEKANIKA
FISIOLOGI
PSIKOLOGI
pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak. Dan
Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi
tubuh yang sedang bergerak. Ada terdapat tiga kelas pengukuran
antropometri dinamis, yaitu Pengukuran tingkat keterampilan sebagai
pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas,
contohnya mempelajari performasi seseorang, Pengukuran jangkauan
ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan Pengukuran variabilitas kerja.
Anthropolometer adalah suatu alat untuk mengukur jarak, ketinggian
dan sudut suatu titik dari suatu posisi acuan tertentu. Realisasinya, alat ini
berguna sebagai alat bantu untuk mendisain atau mengetahui posisi alat-
alat atau instrumen pengendali dari suatu mesin atau sistem kerja terhadap
posisi operatornya.
1). Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design
dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum
adalah( Roebuck, 1995) Menentukan kebutuhan perancangan dan
kebutuhannnya (establish requirement). Mendefinisikan dan
mendeskripsikan populasi pemakai.
a. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.
b. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
c. Penentuan sumber data ( dimensi tubuh yang akan diambil) dan
pemilihan persentil yang akan dipakai.
d. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.
e. Pengambilan data.
f. Pengolahan data
g. Visualisasi rancangan
2). Prinsip Penerapan Anthropometri dalam Ergonomika
Populasi manusia memiliki variasi bentuk dan ukuran tubuh yang
tinggi. Dengan menggunakan sebaran normal, persentil dalam data
19
anthropometri menunjukkan bila suatu ukuran adalah rata-rata, diatas atau
dibawah rata-rata. Jika kita membuat grafik tinggi tubuh (atau dimensi
lainnya) dari sebuah populasi.
3). Aplikasi Data Antropometri
Terdapat tiga tipe perancangan, yaitu :
– Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem
– Perancangan untuk pemakaian rata-rata, Data dengan persentil
ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%. – Perancangan untuk pemakaian yang disesuaikan (adjustable),
Data dengan persentil 50 %.
Intinya untuk merancang bagi ukuran yang kecil seperti tinggi
orang pendek maka gunakan persentil5, dan untuk ukuran yang
besar seperti tinggi pintu maka gunakan persentil95.
2. Biomekanika
Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian
informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia
yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan
mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar
sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja
tersebut. Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan
berkaitan untuk dapat menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu
ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh
biomekanik ini.
A). Konsep Biomekanika
20
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1). General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika
yang berbicara mengenai hukum – hukum dan konsep – konsep
dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam
posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya
menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis
lurus dengan kecepatan seragam (uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang
berkaitan dengan gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa
mempertim-bangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan
gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh
(kinetik) (5, Tayyari, 1997).
2). Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang
mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material
dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada
sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat.
Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini
dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational
Biomechanic. Untuk leebih jelasnya disini akan kita bahas tentang
anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan
biomekanik.
Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian bagian tubuh
yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan
oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan
penghubung (Connective Tissue) dan otot yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
21
1. Tulang
Tulang adalah alat untuk meredam dan mendistribusikan
gaya/tegangan yang ada padanya. Tulang yang besar dan panjang
berfungsi untuk memberikan perbandingan terhadap beban yang
terjadi pada tulang tersebut. Mungkin dalam aplikasinya
biomekanik selalu berhubungan dengan kerangka manusia, oleh
sebab itu di bawah ini adalah gambar kerangka manusia (Eko
Nurmianto, 1996). Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan
jaringan penghubung (connective Tissue) yakni ligamen,cartilage
dan Tendon. Fungsi otot disini untuk menjaga posisi tubuh agar
tetap sikap sempurna.
2. Connective Tissue atau jaringan penghubung
a. Cartilagenous
Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk
pergerakan yang relatif kecil. Contoh : Sambungan tulang iga
(ribs) dan pangkal tulang iga (sternum) Sambungan cartilagenous
khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas tulang belakang) yaitu dikenal
sebagai interveterbratal disc, yang terdiri dari pembungkus, dan
dikelilingi oleh inti (puply core). Verterbrae juga terdapat pada
ligamen dan otot. Adanya gerakan yang relatif kecil pada setiap
jointnya, dapat mengakibatkan adanya flaksibelitas badan manusia
untuk membungkuk, menengadah, dan memutar. Sedangkan disc
berfungsisebagai peredam getaran pada saat manusia bergerak baik
translasi dan rotasi (2, Nurmianto, 1996).
b. Ligamen
Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang
dengan tulang untuk stabilitas sambungan (joint stability) atau
22
untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang.
Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak paralel. Oleh
karenanya tendon dan ligamen bersifat inelastic dan berfungsi pula
untuk menahan deformasi. Adanya tegangan yang konstan akan
dapat memperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang efektif
dalam menstabilkan sambungan (joints). Lengan dan tungkai
adalah sambungan yang komplek, yang mampu untuk mengadakan
gerakan 3 dimensi, Contoh: gerakan mengangkat tangan,
sambungan siku juga dibantu oleh sambungan bahu, pergerakan
rotasi seluruh tangan pada sumbunya dan gerakan lengan tangan
pada sambungan pergelangan tangannya. Tangan manusia
mempunyai flesibilitas yang tinggi dalam gerakannya (2,
Nurmianto, 1996).
c. Tendon
Berfungsi sebagai penghubung antara antara tulang dan otot
terdiri dari sekelompok serabut collagen yang letaknya paralel
dengan panjang tendon. Tendon bergerak dalam sekelompok
jaringan serabut dalam sutu area dimana adanya gaya gesekan
harus diminimumkan. Bagian dalam dari
3. Otot ( Muscle )
Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot
terbentuk atas visber (fibre), dengan ukuran panjang dari 10-40
mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm dan sumber energi otot berasal
dari pemecahan senyawa kaya energi melalui proses aerob maupun
anaerob.
a. Anaerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi
tanpa bantuan oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah
23
menjadi energi, dan membentuk asam laktat. Dalam proses ini
asam laktat akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara
local, karena kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh
kurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung.
Misalnya jika ada gerakan yang sifatnya tiba-tiba (mendadak), lari
jarak dekat (sprint), dan lain sebagainya. Sebab lain adalah karena
pencegahan kebutuhan aliran darah yang mengandung oksigen
dengan adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang
tidak cukup mensuplai oksigen dan glikogen akan melepaskan
asam laktat.
b. Aerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi
dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan
oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi dan dalam
kondisi aerobic. Sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu
melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu
aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan
oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama
akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun
drastic di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan
meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah
menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan
yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah.
Hal tersebut di atas merupakan proses kontraksi otot yang
telah disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus
menandakan arti pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh
karenanya para ergonom hendaklah memperhatikan hal-hal seperti
berikut untuk sedapat mungkin dihindari (Nurmianto, 1996):
a) Beban otot statis (static muscle loads).
24
b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya
tekanan segi kursi pada popliteal (lipat lutut).
c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku
aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.
Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian adalah :
a. Kekuatan kerja otot.
Kekuatan kerja otot bergantung pada :
1. Posisi anggota tubuh yang bekerja
2. Arah gerakan kerja.
3. Perbedaan kekuatan antar bagian tubuh.
4. Usia.
b. Kecepatan dan ketelitian.
c. Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban.
Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang
sesuai untuk menopang beban statis. Beban statis yang terjadi
pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang terjadi pada
kontraksi otot sama dengan sebanding dengan penampang
melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi
dan relaksi bila bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot
yang lain, dikenal dengan gerakan antagonis.
Biomekanika dapat diterapkan pada [CHA91]:
perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi
pekerjaan, penanganan material secara manual, pembebanan
statis dan penentuan sistem waktu.
Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban
[CHA91]:
25
1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan
mempertimbangkan frekuensi pemindahan.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan
barang yang berat.
3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah,
ringan dan tidak berbahaya.
4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan
berakhir pada pemindahan barang.
5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
6. Kurangi frekuensi pemindahan.
7. Berikan waktu istirahat.
8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit
membutuhkan tenaga.
9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat
dipegang dekat dengan tubuh.
10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam
pemindahan tidak menimbulkan cidera punggung.
B. Kelelahan
Kelelahan ditimbulkan oleh bekerjanya otot yang terus menerus
tanpa berhenti, sekalipun disusun dalam sistem kontraksi otot dinamis
dalam bekerja, selalu diikuti dengan terjadinya kelelahan yang
memerlukan istirahat untuk pemulihan. Kelelahan menyebabkan
proses menurunnya efisiensi performansi kerja dan berkurangnya
kekuatan atau ketahanan fisik tubuh manusia untuk melanjutkan
kegiatan yang harus dilakukan. Atas dasar kenyataan itu, waktu
istirahat dalam bekerja atau sesudah melakukan pekerjaan sangat
penting. Kelelahan otot secara fisik anatara lain merupakan akibat dari
efek zat sisa metabolisme seperti asam laktat, CO2, atau lainnya.
Selain itu, kelelahan tidak hanya ditentukan oleh kondisi ototnya
sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh aspek mental-psikologis
yang biasanya berefek cukup besar. Unsur mental-psikologis bagi
26
timbulnya kelelahan otot mencerminkan mekanisme bekerja itu
sendiri, oleh karena susunan saraf dan faktor kejiwaan memegang
peran besar sebagai pengendali pelaksanaan pekerjaan. Kelelahan otot
bersumber kepada menurunnya kekuatan otot itu sendiri, bertambah
panjangnya waktu laten kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya
koordinasi antara berbagai otot yang harus serempak bekerja atau
antara otot dengan saraf dan indera, serta terjadinya tremor atau
gemetannya otot. Tremor adalah tanda dari kelelahan otot tetapi juga
mungkin oleh penyebab lainnya seperti kondisi sakit fisik atau
kurangnya kepercayaan diri. Kelelahan ini juga tidak lepas dari
biomekanik karena dalam aplikasinya biomekanik melihat orang
secara mekanik, tetapi kodrat kemanusiaan pada manusia tidak dapat
dikesampingkan sehingga manusia/pekerja mempunyai keterbatasan
yaitu salah satunya keadaan yang dinamakan lelah (5).
Dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis
kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai
berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih
dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula.
Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat
dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita,
biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan
merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan”
pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi
kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
27
Dalam bahasan lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang
timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu
yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Ada
beberapa macam kelelahan yang diakibatkan oleh beberapa faktor,
seperti:
1. Lelah otot, yang diindikasikan dengan munculnya gejala kesakitan
ketika otot harus menerima beban berlebihan.
2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi
pada organ visual (mata) yang terkonsentrasi secara terus menerus
pada suatu objek.
3. Lelah mental, yaitu kelelahan yang datang melalui kerja mental seperti
berfikir sering juga disebut sebagai lelah otak.
4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja
yang bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang
menjemukan.
Sedangkan kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor
yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi, akan
menyebabkan apa yang disebut dengan lelah kronis. Di mana gejala-
gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis dapat dicirikan seperti:
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi
kurang toleran atau asosial terhadap orang lain.
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
3. Depresi yang berat.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan meskipun
seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di
bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan
ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising
28
Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat
yang cukup saat makan siang.
Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
Tempo kegiatan tidak harus terus menerus
Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat
mungkin, kalau memungkinkan.
Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam
peningkatan semangat kerja.
Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
Pekerja remaja
Wanita hamil dan menyusui
Pekerja yang telah berumur
Pekerja shift
Migrant.
Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat
stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan
seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta
kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot
secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah
kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah
ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat
terjadinya kelelahan.
1). Proses Terjadinya Kelelahan
29
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa
dalam otot dan peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini
bersifat membatasi kelangsungan aktivitas otot dan mempengaruhi
serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga orang menjadi
lambat bekerja. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam
tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti
oleh kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga,
panas dan asam laktat (produk sisa).
Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya
produk sisa dalam otot dan tidak seimbangnya antara kerja dan proses
pemulihan.
Secara lebih jelas terdapat 3 penyebab timbulnya kelelahan fisik,
yaitu:
1. Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2 ,saerolactic,
phosphati dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam
darah yang kemusian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan
terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang
dengan proses pengeluaran, sehingga timbul penimbunan dalam
jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
2. Karbohidrat didapat dari makanan dirubah jadi glukosa dan
disimpan dihati dalam bentuk glukogen. Setiap cm2 darah normal
akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya
membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati karena
bekerja persediaan glikogen akan menipis dan kelelahan akan
timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%.
3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk dalam
pernafasan kira-kira 4 Lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja
keras dibutuhkan udara kira-kira 15 Lt/menit. Ini berarti pada suatu
tingkat kerja tetentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah
oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat
kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan yang timbul
30
dikarenakan reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi
asam laktat menjadi air dan karbon dioksida agar dikeluarkan dari
tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat
itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot dalam peredaran
darah)
2). Gejala-Gejala Kelelahan
Secara pasti datangnya keletihan yang menimpa pada diri
seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas mengukur
lingkungan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah.
Prestasi ataupun performansi kerja yang bisa mengevaluasi tingkatan
kelelahan. Kelelahan dapat kita lihat melalui indikasi-indikasi (gejala-
gejala) sebagai berikut:
1. Perhatian pekerja yang menurun.
2. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa
berat menguap, pikiran merasa kacau, mata merasa berat, kaku dan
canggung dalam gerakan tidak seimbang dalam berdiri terasa
berbaring.
3. Merasa susah berpikir menjadi gugup tidak dapat konsentrasi tidak
dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu cenderung lupa
kurang kepercayaan cemas terhadap sesuatu tidak dapat
mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.
4. Sakit kekakuan bahu nyeri di pinggang pernafasan merasa tertekan
suara serat, haus, terasa pening , spasme dari kelopak mata, tremor
pada anggota badan merasa kurang sehat badan.
Kemudian untuk mengetahui dan menilai kelelahan dapat dilakukan
pengukuran/pengujian mengenai :
1. Waktu reaksi (reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi
kompleks yang memerlukan koordinasi);
31
2. Konsentrasi (pemeriksaan Bourdon Wiersma, uji KLT);
3. Uji fusi kelipan (flicker fusion test);
4. Elektro-ensefalogram
3). Upaya Mengurangi Kelelahan.
Problematika kelelahan akhirnya membawa manajemen untuk
selalu berupaya mencari jalan keluar. Karena apabila kelelahan tidak
segera ditangani secara serius akan menghambat produktivitas kerja
dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja (5).
Adapun upaya-upaya untuk mengurangi kelelahan adalah
sebagai berikut;
1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.
2. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik. Misalkan bekerja
dengan menggunakan prinsip ekonomi gerakan.
3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga
tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-
batasannya.
4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan
pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat, dan sarana-
sarananya. Masa-masa libur dan rekreasi.
5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur,
kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran,
bau/wangi-wangian, dll.
6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan
kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga,
dll.
4). Penyebab Kelelahan
32
Kelelahan yang terjadi dapat disebabkan berbagai hal penyebab
yang paling penting adalah:
1. Monotonitas
2. Intensitas dan durasi kerja
3. Lingkungan suasana, cahaya, dan kebisingan.
4. Fisiologi tanggung jawab.
5. Sakit, ngilu, dan gejala nutrisi
3. Fisiologis
Secara garis besar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil kerja manusia, dan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1) Faktor-faktor terdiri dari : sikap, sistem, nilai, karakteristik, fisik,
motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dll.
2) Faktor-faktor situasional : lingkungan fisik, mesin dan peralatan,
metode kerja dll.
Kerja manusia bersifat mental dan fisik yang masing-masing
mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Tingkat Intensitas yang terlalu
tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan, sebaliknya
Intensitas yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan jenuh.
Karena itu perlu diupayakan tingkat Intensitas yang optimum yang ada
diantara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya untuk tiap individu
berbeda. Tingkat Intensitas kerja optimum, umumnya apabila tidak ada
tekanan dan ketegangan. Tekanan disini berkenaan dengan beberapa
aspek dari aktivitas manusia dari lingkungannya yang terjadi akibat
adanya reaksi individu tersebut tidak mendapatkan keinginan yang
sesuai. Sedangkan ketegangan merupakan konsekuensi logis yang harus
diterima oleh individu yang bersangkutan sebagai akibat dari tekanan.
1. Kerja Fisik dan Mental
33
Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot
manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga
“manual operation‟ dimana performans kerja sepenuhnya akan
tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga
(power) ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat
dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar karena kegiatan
tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode
kerja berlangsung.Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan
factor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat / ringannya suatu
pekerjaan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat
digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja mental. Pemisahan ini tidak
dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang
erat antar satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan
perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui :
1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
3. Peredaran udara dalam paru-paru
4. Temperatur tubuh
5. Konsentrasi asam laktat dalam darah
6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni
7. Tingkat penguapan
8. Faktor lainnya
Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat
dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya
ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran :
1. Kecepatan denyut jantung
2. Konsumsi Oksigen
34
1. Tekanan Darah
2. Aliran Darah
3. Komposisi Kimia dalamr Darah
4. Temperatur Tubuh
5. Tingkat Penguapan
6. Jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru-
paru
Kecepatan Denyut Jantung
Hubungan
Sedangkan kerja mental merupakan kerja yang melibatkan
proses berpikir dari otak kita. Pekerjaan ini akan mengakibatkan
kelelahan mental bila kerja tersebut dalam kondisi yang lama, bukan
diakibatkan oleh aktivitas fisik secara langsung melainkan akibat kerja
otak kita.
Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang sangat erat
dengan aktivitas faali lainnya.
Gambar 1.1 Hubungan kecepatan denyut jantung dengan aktivitas
faali
2. Pengukuran Kerja Dengan Metode Fisiologi
Dalam suatu kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam
konsumsi Oksigen, Heart Rate, Temperatur tubuh dan perubahan
senyawa kimia dalam tubuh.
Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller :
1. Kerja total seluruh tubuh, yang menngunakan sebagian besar otot
biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga seperempat otot tubuh.
2. Kerja otot yang membutuhkan energi Expenditure karena otot yang
digunakan lebih sedikit.
3. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi
tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot
35
Metode Pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan
standar :
1. Konsep Horse-Power oleh Taylor, tetapi tidak memuaskan.
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi Oksigen.
Studi Pengukuran fisiologis ditujukan untuk mengatasi :
1. Pengetahuan baru tentang performans manusia
2. Lebih memantau perilaku / sifat para atlit juara.
3. Membantu kendala fisik seseorang
Tiffin mengemukakan kriteria yang dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem
kerja, yaitu : Kriteria Faali, kriteria kejiwaan dan kriteria hasil kerja.
Kriteria Faali meliputi: Kecepatan denyut jantung, konsumsi
Oksigen, Tekanan darah, Tingkat penguapan, Temperatur tubuh,
komposisi kimiawi dalam darah dan air seni. Kriteria ini
digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh.
Kriteria Kejiwaan meliputi: pengujian tingkat kejiwaan pekerja,
seperti tingkat kejenuhan, emosi, motivasi, sikap dan lain-lain.
Kriteria kejiwaan digunakan untuk mengetahui perubahan
kejiwaan yang timbul selama bekerja.
Kriteria Hasil Kerja meliputi: hasil kerja yang diperoleh dari
pekerja. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
seluruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh
dari pekerja tersebut.
3. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja
36
Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu
metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan
yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri
dengan menggunakan rangsangan ElectroCardio Graph (ECG).
Apabila peralatan tersebut tidaktersedia, maka dapat dicatat secara
manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992).
Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai
berikut:
3.1 Denyut Nadi (Denyut/Menit)
= 60 10 x itungan WaktuPenghDenyut
Kepekaan denyut nadi terhadapa perubahan pembebanan
yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera
berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal
dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi (Kurniawan,
1995). Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi
sendiri tidak cukup unutk mengestimasi beban kerja fisik. Beban
kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kJ yang dikonsumsi,
tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban
statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya
yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut
maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk menghitung indek
beban kerja. Astrand & Rodahl (1997); Rodahl (1989) menyatakan
bahwa denyut nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan
asupan oksigen pada waktu kerja. Dan salah satu cara yang
sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan
denyutan pada arteri radialis di pergelangan tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik
terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean
(1993) :
37
1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum
pekerjaan dimulai.
2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
3. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut
nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat
penting dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai
kerja maksimum. Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan
klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja
yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban
kardiovaskular (cardiovascular load = % CVL ) yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
%CVL=100 x(denyut nadi kerja−denyut nadiistira h at)denyut nadimaksimum−denyut nadi istirah at
3.2 Denyut nadi maksimum = 220 – umur (Astrand and Rodahl,
1977)
Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut
- X ≤30 % = tidak terjadi kelelahan
- 30 < X ≤ 60 % = diperlukan perbaikan
- 60 < X ≤ 80 % = kerja dalam waktu singkat
- 80 < X ≤ 100 % = diperlukan tindakan segera
- X > 100 % = tidak diperbolehkan beraktivitas
4. Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologi
Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data
standar atau penentuan awal data waktu yang umum, sehingga
38
operator kualitas rata-rata, terlatih dan berpengalaman dapat
berproduksi pada level sekitar 125% saat intensif diberikan.
Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar. Ternyata sebagian
Operator dapat bekerja dalam performans 100% dengan jauh lebih
mudah daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa
orang yang memiliki performansi 150% hingga 160% menggunakan
energi Ekspenditure sama dengan orang yang performansnya 110%
sampai 115%. Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang
spesifik dan jelas definisinya.
Pengukuran Fisiologis dapat digunakan untuk membandingkan
cost energi pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar
dengan pekerjaan serupa yang tidak standar, tetapi perundingan harus
dibuat untuk orang yang sama. Dr.Lucien Broucha telah membuat
tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi Fisiologi, untuk menentukan
berat ringannya pekerjaan.
Tabel 1.1 Tabel Klasifikasi Beban Kerja
Work LoadOxygen
consumtion(liter/min)
Energi
Expenditure
(cal/min)
Heart Rate
during Work
(Beats/min)
Light 0.5 – 1.0 2.5 – 5.0 60 – 100
Moderate 1.0 – 1.5 5.0 – 7.5 100 – 125
Heavy 1.5 – 2.0 7.5 – 10.0 125 – 150
Very Heavy 2.0 – 2.5 10.0 – 12.5 150 – 175
Selain itu, fisiologis kerja juga mempelajari bagaimana tubuh bereaksi
kala melakukan berbagai tipe kerja dan aktivitas. Fisiologi mempelajari
informasi mengenai seberapa besar aktivitas berbagai sistem tubuh
(sirkulasi darah, pernafasan, pencernaan, dan aktivitas muskuloskeletal)
dpt bertahan tanpa mengalami kerja yg berlebihan dan mengalami
kelelahan (7).
39
4. Psikologis
Psikologi sebagai ilmu tingkah laku dapat dipelajari dari dua sisi,
yaitu sisi perilaku yang dimunculkan pengaruh aspek biologis (sistem
syaraf, faal manusia), dan lingkungan sosial. Jadi yang ditampilkan
merupakan hasil dinamika yang terjadi dalam diri manusia meliputi
aspek biologis dan psikologis. Psikologi juga mempelajari tentang :
- bagaimana kita berpikir dan bersikap.
- bagaimana perasaan kita bekerja & bgmn motivasi & atensi
mempengaruhi kinerja & perilaku.
- bagaimana kita menyelesaikan masalah.
- bagaimana perkembangan dari anak sp dewasa & bgmn emosi
berperan terhadap apa yg dikerjakan & putuskan.
Data psikologis digunakam utk memastikan agar disain tdk membebani
pikiran dan perilaku.
BAB II
RUANG LINGKUP ERGONOMI
E. Ruang Lingkup
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dengan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang
40
mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu
sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya. Ergonomi
memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan,
produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan secara
harmonis sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia
(International Ergonomic Assosiation, 2002).
Spesialisasi bidang ergonomi meliputi: ergonomi fisik, ergonomi
kognitif, ergonomi sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan
faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang
penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang bertujuan untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan ergonomi, sehingga
didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang terbaik. Adapun isi
ruang lingkup bidang ergonomi meliputi:
· Ergonomi Fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia,
anthropometri, karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang
berhubungan dengan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan dalam
ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan
berulan-ulang, sumber daya manusia (SDM), tata letak tempat kerja,
keselamatan dan kesehatan.
· Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk
di dalamnya; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi
manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan
dalam ergonomi kognitif antara lain; beban kerja, pengambilan
keputusan, performance, human-computer interaction, kehandalan
manusia, dan stress kerja.
Kognisi merupakan suatu aktifitas mental yang melibatkan proses
akuisi (acquisition), penyimpanan (storage), pemanggilan (retrieval)
dan penggunaan (use) pengetahuan (Matlin, 1994). Simon dan Kaplan
(1989) menyebutkan bahwa studi kognitif (cognitive science)
merupakan studi mengenai kecerdasan dan system cerdas dengan
referensi tertentu mengenai prilaku kecerdasan sebagai komputasi.
41
Keilmuan kognitif dapat pula dilihat sebagai studi dari kognitif itu
sendiri yang meliputi prototype dari sebuah fenomena atau biasa
dikenal dengan presepsi, pemecahan masalah (problem solving),
reasoning, pembelajaran (learning), dan memori (pylyshyn, 1989).
Cognitive science juga merupakan suatu bidang keilmuan yang
berusaha untuk menjawab pertanyaan mengenai proses munculnya
suatu pengetahuan, termasuk komponen, pengembangan, dan
pemanfaatan pengetahuan tersebut (Gardner, 1985). Adapun bahasan
kognitif meliputi (Matlin, 1994):
Proses presepsi (perceptual process).
Memori (memory).
Model Mental (mental images).
Kemampuan bahasa: mendengarkan (listening), membaca
(reading).
Produksi bahasa (language speaking): berbicara (speaking),
menulis (writing).
Pemecahan masalah dan kreativitas (creativity).
Pertimbangan logis (logical reasoning) dan pengambilan keputusan
(decision making).
Kemampuan kognitif diatas akan digunakan pada saat membaca,
mendengarkan dan memahami instruksi, menghadapi masalah yang
harus dipecahkan, menghadapi pilihan keputusan dan lain-lain. Kognitif
atau disebut juga kognisi yang berarti adalah “proses berpikir”. Kognisi
adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari
proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses berpikir yang
dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi
pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami,
menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau
kemampuan kognitif yang dimiliki setiap individu erat kaitannya
dengan kecerdasan atau inteligensi. Kecerdasan dapat diukur dengan
menggunakan alat psikometri yang biasa disebut test IQ. Dalam
42
beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian,
watak, pengetahuan atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak
memasukksan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan.
Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental
dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan
mengenai kecerdasan.
· Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik,
termasuk sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang
relevan dalam ergonomi organisasi antara lain; komunikasi, manajemen
sumber daya manusia (MSDM), perancangan kerja, perancangan waktu
kerja, teamwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, cultur
organisasi, organisasi virtual, dll.
· Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,
kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi
lingkungan antara lain; perancangan ruang kerja, sistem akustik dan
lain-lain.
F. Pelatihan Ergonomi
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi
umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau
dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain,
manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses
kerja dan lingkungan kerja.
C. Metode Ergonomi
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik
checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan
sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
43
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar
pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture
sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif
misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit,
nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara
obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit,
angka kecelakaan dan lain-lain.
D. Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.
a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
44
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari
pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat
badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
o Posisi kaki yang benar
o Punggung kuat dan kekar
o Posisi lengan dekat dengan tubuh
o Mengangkat dengan benar
o Menggunakan berat badan
d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban
kerjanya
45
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya
pada wanita muda dan yang sudah berumur.
BAB III
MASALAH ERGONOMI KERJA
D. Sakit dan Cacat Akibat Cara Kerja yang Tidak Ergonomis
46
Cara kerja harus dilakukan dengan benar, karena sangat perlu
mendapat perhatian yang layak, sebab cara kerja yang tidak benar dari segi
faal kerja atau ergonomi dapat mengakibatkan risiko gangguan kesehatan,
penyakit bahkan juga kecacatan. Sindrom Pemakaian atau Penggunaan
Berlebihan Akibat Kerja (SPBAK), menunjukkan gejala rasa nyeri pada bahu,
leher, lengan, dan tangan yang merupakan efek kerja berlebihan kepada
sistem musko-skeletal yaitu otot, saraf, sendi, ligamen dan atau struktur
lainnya. Manifestasi SPBAK dapat berupa :
1) Sindrom nyeri miofasial (myofacial pain syndrome)
Gejala yang ditimbulkan adalah rasa nyeri pada bahu dan leher dan atau
nyeri tekan pada sekurang-kurangnya salah satu pada otot leher bagian atas
dan m.trapezius bagian atas; dan sekurang-kurangnya salah satu dari
m.supraspinatus atau m.imfraspinatus.
2) Kapsulitis bahu (shoulder capsulitis)
Dengan gejala nyeri pada bahu dan terjadinya hambatan gerak aktif dan
pasif pada sendi glenohumoral dengan pola kapsuler yaitu hambatan gerak
rotasi eksternal lebih besar daripada abduksi dan hambatan gerak abduksi
lebih besar daripada rotasi internal.
3) Tendinitis tendo sekitar kapsul sendi bahu (rotator cuff tendinitis)
Dengan gejala yang datang-hilang pada bahu yang rasa nyerinya
bertambah saat mengangkat lengan dan/nyeri tekan pada tuberkulum majus
humeri;paling sedikit terasa nyeri pada tahanan salah satu dari gerak aktif
abduksi, rotasi eksternal atau internal.
4) Epikondilitis lateral (lateral epicondilitis)
Dengan rasa nyeri pada sisi lateral siku dan nyeri tekan pada bagian sisi
tersebut yang disertai timbulnya rasa nyeri dibagian siku dimaksud pada
tahanan ekstensi pergelangan tangan.
5) Epikondilitis medial (medial epicondilitis)
47
Dengan rasa nyeri pada sisi merliar siku dan nyeri tekan pada bagian siku
tersebut yang disertai timbulnya rasa nyeri di bagian siku dimaksud pada
tahanan fleksi pergelangan tangan.
6) Sindrom terowongan pergelangan tangan (karpal)(carpal tunel
syndrome)
Dengan gejala rasa nyeri atau kesemutan (paraesthesia) atau rasa baal
didaerah persyarafan n.medianus dan salah satu tanda obyektif hasil
positif tes Tinel atau tes Phalen; pada eksaserbasi sindrom ini gejalanya
timbul malam hari; dan terdapat kelumpuhan (paralisis atau paresisi) atau
kelemahan pada m.abduktor polisis brevis.
7) Penyakit de Quervain (tenosinovitis; de Quervain’s)
Dengan gejala rasa nyeri pada sekitar prosessus stiloiedeus dan
pembengkakan yang disertai rasa nyeri pada ekstensor jari pertama yang
disertai timbulnya rasa nyeri pada tahanan ekstensi ibu jari atau tes
Finkelstein positif.
8) Nyeri non-spesifik lengan bawah
Dengan gejala rasa nyeri lengan bawah tanpa gambaran patologis spesifik
dan tidak memiliki karakteristika untuk dipandang sebagai sindrom yang
khusus. Adapun gejala atau tanda nyeri non spesifik lengan bawah
meliputi rasa lemah atau kurangnya tenaga lengan bawah; kejang (cram)
otot lengan bawah; lengan bawah tidak berfungsi sebagaimana mestinya;
nyeri tekan dilengan bawah; dan pelambatan gerakan lengan bawah.
E. Penyebab
Cidera diakibatkan karena:
1. Penggunaan yg berulang-ulang alat atau peralatan yg bergetar.
2. Alat/tugas yg membutuhkan gerakan memutar tangan atau sendi.
3. Menggunakan kekuatan dlm posisi canggung (awkward posture).
4. Menggunakan tekanan yg berlebih pd bagian-bagian tangan, punggung,
pergelangan tangan atau sendi-sendi.
5. Menggunakan tangan menjangkau di atas kepala.
48
6. Kerja membungkuk.
7. Mengangkat/mendorong beban berat.
F. Masalah ergonomi pada proses industri
Ergonomi mempunyai peranan penting dalam mengawal proses
industri. Mekanisasi dan otomasi adalah ciri masyarakat industri lebih-lebih
masyarakat industri maju, tetapi hal itu bukan monopoli masyarakat demikian
saja melainkan terjadi di dunia pertanian dan pedesaan serta sektor informal
yang baru saja memulai pengembangan aktivitas kehidupannya dan juga pada
pekerjaaan administrasi di perkantoran, maka biasanya timbul permasalahan
sebagai berikut :
1. Terjadi pengaruh besar dari pekerjaan baru dalam hal pengerahan tenaga
fisik dan daya mental pada pekerjaan yang bebannya berat dan dikerjakan
secara berulang (repetitif) pada tenaga kerja pelaksanaannya;
2. Pengoperasian, perawatan dan perbaikan mesin dan peralatan kerja yang
tidak dilaksanakan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja yang
tidak memenuhi persyaratan ergonomis yang semestinya;
3. Kurang dipenuhinya persyaratan kesehatan fisik dan mental sehubungan
dengan pekerjaan yang menyangkut besarnya beban fisik dan mental,
lama dan tempo kerja, interaksi tenaga kerja dengan pekerjaannya,
pengaruh kerja bergilir, perasan terisolasi dan bertambahnya tanggung
jawab dan dan lainnya. Juga sangat besarnya beban tambahan yang
dikarenakan oleh faktor lingkungan dalam pekerjaan, diperusahaan dan
pada masyarakat umum;
4. Pindahnya tenaga kerja pertanian ke perindustrian dan perkotaan terutama
dalam masyarakat yang sektor pertaniannya tidak cukup memberikan
lapangan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suma’mur. Hiegene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Hal. 319-371. Sabung Seto : Jakarta. 2009
49
2. Eko Nurmianto. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta. PT Candimas Metropole.
3. Julius Paneroand Martin Zelnik(1979), Human Dimension and Interior Space, Whitney Library of Design
4. Pheasant. S (1986), Body space, Anthopometri, Ergonomic and Design, London; Taylor and Francis.
5. Tayyari, N. Eko, 1996. Penguuran Kerja Fisik Manusia Dengan Pendekatan Biomekanika: Universitas Islam Indonesia
6. Carmel M. and Andre R. 2000. An Update on Ergonomic Issues in Sonography B.Sc. Healthcare Benefit Trust
7. Anonim.2008.Analisis Pengukuran Beban Kerja Fisik dengan Metode Fisiologi
8. www.isjd.com ”Ergonomi : Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI”.
GLOSARIUM
Abduksi : Gerakan tangan mendekati badan
50
Anthropolometer : suatu alat untuk mengukur jarak, ketinggian dan sudut suatu
titik dari suatu posisi acuan tertentu.
Antrometri : Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh
manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada
tiap individu atau kelompok.
Biomekanika : penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup
kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan
mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus
dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika
melakukan aktivitas kerja tersebut.
Bioteknologi : cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi,virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk
hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Efisien : Penggunaan sesuatu secara tepat guna
Ergonomi : perencanaan tata kerja yang dilaksanakan dengan cara yang
lebih baik dalam hal metoda kerja dan peralatan serta
perlengkapann
Faal kerja : Ilmu yang digunakan khusus untuk orang yang bekerja
Fisiologi : mempelajari informasi mengenai seberapa besar aktivitas
berbagai sistem tubuh (sirkulasi darah, pernafasan, pencernaan,
dan aktivitas muskuloskeletal) dpt bertahan tanpa mengalami
kerja yg berlebihan dan mengalami kelelahan
Insentif : Pemberian bonus kepada tenaga kerja secara berkala
Kuesioner : Suatu metode penelitian dengan mengajukan pertanyaan
Konsumtif : Perilaku yang menggunakan sesuatu secara berlebihan(boros)
Musko-skeletal : Pelajaran tentang tulang dan penyusunnya
51
Psikologis : ilmu tingkah laku dapat dipelajari dari dua sisi, yaitu sisi
perilaku yang dimunculkan pengaruh aspek biologis (sistem
syaraf, faal manusia), dan lingkungan sosial.
INDEKS
52
Abduksi, 39
Absenteisme, 5
Anthropolometer, 11
Antropologi, 4
Arbeitswissenschaft, 1,3
Biometrika, 4
Bising, 21,25
Carpal tunel syndrome, 4
Cartilagenous, 14
Checklist, 36
Connective Tissue, 14
Cardivascular, 29,30
Design, 5,6,35
Diagnosis, 36
Disinsentif, 9
Efisien, 4,5,7,9,18
Elektrik, 21
Emotional fatique, 20
Epikondilitis lateral, 39
Epikondilitis medial, 40
Ergonomi, 3,4,5,9,10,12,33,36,37,39
Ergonomi fisik, 33
Ergonomi kognitif, 33
Ergonomi lingkungan, 33,35
Ergonomi organisasi, 33,35
Ergonomi social, 33
Evaluasi, 36
Faal, 1,32,39
Fisiologi, 1,2,4,5,25,27,28,31,32,33,35
53
Furniture, 36
Higiene, 4
Horizontal, 18,37
Inelastic, 15
Kapasitas, 5,35
Kapsul sendi bahu, 39
Karakteristika, 10,40
Karpal, 40
Kelelahan, 19,20,21,22
Kinematik, 13
Kinetik, 13,37
Kognitif, 35
Lateral epicondilitis, 39
Metode, 4
Migrant, 21
Miofasial, 39
Monotonis, 20,25
Muskuloskeletal, 32,39
M.abduktor, 40
M.trapezius, 39
Observasi, 5
Obyektif, 36,40
Optimal, 2,4,5,8,33
Organik, 13
Organisasi, 5,35,37
Paralisis, 40
Paraesthesia, 40
Parameter, 5,36
Perifer, 1
Presepsi, 34
54
Produktif, 4,9
Psikosomatik, 20
Psiologis, 9,19,20,32,35
Refleks, 3,21
Repetitive, 8,41
Rotasi, 15,18,39
Shift, 21
Sibernatika, 4
Sindrom, 39,40
Subyektif, 36
Supervisi medis, 38
Tendinitis tendo, 39
Tes Finkelstein positif, 40
Tuberkulum, 39
Uniform, 13
Variabilitas, 11
Variasi, 36
Ventilasi, 21
Verterbrae, 14
Visual, 20
Visualisas, 12
Zat, 21
Zat adiktif, 21
55
Soal
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerja, tempat
kerja dan rancangan pekerjaan adalah. . .
A. ergonomi B. faal C.
fisiologi
D. hiperkes E. fatologi
2. Kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang
bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang
menjemukan.
A. lelah otot B. lelah monotonis
C. lelah mental
D. lelah visual E. lelah kronis
3. Yang merupakan bagian dari pilar ergonomi, kecuali . . .
A. fisiologi B. biomekanika C.
psikologi
D. antropometri E. ekologi
4. Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran
tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan
ukuran pada tiap individu atau kelompok adalah . . .
A. antropometri B. biomekanika C.
psikologi
D. fisiologis E. ekologi
5. Masalah ini menempatkan stres pada sistem sirkulasi,
termasuk jantung. Akibatnya, jantung harus memompa
darah lebih banyak ke otot untuk memenuhi kebutuhan
oksigen yang meningkat. Merupakan masalah di
bidang . . .
A. antropometri
56
B. kognitif.
C. muskuloskeletal
D. kardiovaskular
E. psikomotor
6. Merupakan salah satu dari empat bidang penelitian
informasi hasil ergonomik adalah . . .
A. antropometri B. biomekanika C.
psikologi
D. fisiologis E. ekologi
7. Mempelajari bagaimana tubuh bereaksi kala melakukan
berbagai tipe kerja dan aktivitas adalah . . .
A. antropometri
B. biomekanika
C. psikologis kerja
D. fisiologis kerja
E. ekologi
8. Ilmu tingkah laku dapat dipelajari dari dua sisi, yaitu sisi
perilaku yang dimunculkan pengaruh aspek biologis
(sistem syaraf, faal manusia), dan lingkungan social adalah
A. antropometri B. biomekanika C.
psikologis
D. fisiologis E. ekologi
9. Ergonomi memperhatikan beberapa faktor, yaitu
kecuali . . .
A. faktor fisik
B. faktor biologik
C. faktor kerja
D. faktor organisasi
E. faktor Kelimatik
57
10. Penyakit atau cacat akibat kerja yang tidak
Ergonomis yaitu nyeri pada sisi lateral siku dan nyeri tekan
pada bagian sisi tersebut yang disertai timbulnya rasa
nyeri dibagian siku dimaksud pada tahanan ekstensi
pergelangan tangan adalah . . .
A. myofacial pain syndrome
B. shoulder capsulitis
C. rotator cuff tendinitis
D. lateral epicondilitis
E. medial epicondilitis
58
top related