makalah faal (gagal jantung kongestif)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskuler
termasuk CHF masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data WHO
sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Di Indonesia CHF
merupakan penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan
prevalensinya.
Sebelum CHF jenis sumber lemak yang dikonsumsi adalah daging
ayam, gorengan dan mentega/ margarin, jenis protein adalah tempe, jenis
sayuran adalah bayam, kangkung dan sawi, jenis buah adalah pisang dan
pepaya. Sedangkan setelah CHF jenis sumber lemak yang dikonsumsi
adalah daging ayam, jenis protein adalah ikan, telur, tempe dan tahu, jenis
sayuran adalah sawi, dan jenis buah adalah pisang dan pepaya. Hipertensi
paling banyak pada umur 61-70 tahun. PJK pada umur 41-50 tahun dan
diabetes melitus pada umur 51-60 tahun. Hipertensi sebagian besar terjadi
pada perempuan, PJK pada laki-laki dan diabetes melitus pada perempuan.
Penyakit jantung koroner dan diabetes melitus lebih banyak terjadi pada
responden yang hipertensi daripada yang tidak hipertensi. Dan hanya sedikit
responden yang menderita hipertensi, PJK dan diabetes melitus yang pernah
merokok dan mengkonsumsi
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi gagal jantung kongestif?
2. Apa defenisi gagal jantung kongestif?
3. Bagaimana epidemologi gagal jantung kongestif?
4. Bagaimana etiologi gagal jantung kongestif?
5. Bagaimana patofisiologi gagal jantung kongestif?
6. Bagaimana penatalaksanaan gagal jantung kongestif?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi gagal jantung kongestif.
2. Untuk mengetahui defenisi gagal jantung kongestif.
3. Untuk mengetahui epidemologi gagal jantung kongestif.
4. Untuk mengetahui etiologi gagal jantung kongestif.
5. Untuk mengetahui patofisiologi gagal jantung kongestif.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal jantung kongestif.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Anatomi dan Fisiologi
Jantung adalah organ otot yang beruang empat yang terletak di
mediastinum. Ruang astas jantung adalah atrium dan ruang bawah jantung
adalah ventrikel. Septum membagi dua atrium dan dua ventrikel . empat buah
katup mencegah aliran balik darah ke dalam ruang jantung. Katup tricuspid
berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan, dan katup bicuspid
terletak diantara atau mitral terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri .
katup pulmonal,yang terletak di arteri pulmonalis,dan katup aorta,di
aorta,merupakan katup semilunaris. Penutupan 4 katup tersebut
menghasilkan vibrasi yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap bunyi
jantung.S1 adalah bunyi “lub” dan S2 pada bunyi “dub” yang dihasilkan oleh
penuTupan katup semilunar.
Pada tahap awal perkembangan, jantung merupakan tuba lurus.
Antara minggu kedua dan kesepuluh kehamilan jantung mengalami
serangkaian perubahan organ yang mempunyai empat ruang. Jantung mulai
berdenyut pada minggu ketiga kehamilan. Selama kehidupan janin, jantung
mendistribusikan O2 dan nutrient yang disuplai melalui plasenta.Paru-paru
janin dipintas oleh pirau yang ada selama krhidupan janin. Pada saat lahir
pirau ini mulai menutup karena tahanan pembuluh darah pulmonal turun.
Tahanan vascular pulmonal kira-kira sama engan orang dewasa pada usia 6
minggu. Tahanan pembuluh darah pulmonal relative lebih tinggi pada bulan
pertama kehidupan bayi, dan kelainan jantung seperti ,defek septum ventrikel
(DSV) mungkin tidak apat dideteksi.
Jantung adalah besar dalam hubungannya dengan ukuran tubuh pada
bayi. Jantung terletak agak horizontal dan menempati sebagian besar kavum
toraks. Perkembangan paru-paru membuat jantung terdesak ke posisi yang
lebih rendah dan pada usia 7 tahun jantung dianggap seperti posis janung
orang dewasa yang lebih oblik dan lebih rendah . ukuran jantung meningkat
pada remaja karena pertumbuhan yang cepat.
Pada saat lahir dinding ventrikel mempunyai ketebalan yang
sama,tetapi dengan kubutahan sirkulasi ventrikel kiri akan lebih tebal. Dinding
ventrikel yang tipis menghasilkan tekanan sisolik yang rendah pada bayi baru
lahir .Tekanan sistolik meningkat saat lahir sampai mendekati tekanan sistolik
orang dewasa pada saat pubertas. Pembuluh darah menebal dan
memanjang dalam berespons terhadap tekanan yang meningkat.
II.2 Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal.
Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal
jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).
Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila tekanan pengisian ini meningkat
sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di system vena, maka
keadaan ini disebut gagal jantung kongestif (Kabo & Karim, 2002). Gagal
jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi
(Smeltzer & Bare, 2001), Waren & Stead dalam Sodeman, 1991), Renardi,
1992).
II.3 Epidemiology
1,5 % sampai 2 % orang dewasa di Amerika Serikat menderita CHF;
700.000 terjadi perawatan di rumah sakit pertahun.
Factor resiko terjadinya gagal jantung yang paling sering adalah usia.
CHF merupakan alasan paling umum bagi lansia untuk dirawat di
rumah sakit (75% pasien yang dirawat dengan CHF berusia 65 dan 75
tahun).
44 % pasien Medicare yang dirawat karena CHF akan dirawat kembali
pada 6 bulan kemudian.
Terdapat 2 juta kunjungan pasien rawat jalan per tahun yang
menderita CHF; biayanya diperkirakan 10 milliar dolar per tahun.
Daya tahan hidup selama 8 tahun bagi semua kelas CHF adalah 30
%; untuk CHF berat, angka mortalitas dalam 1 tahun adalah 60 %.
Factor risiko terpenting untuk CHF adlah penyakit arteri koroner
dengan penyakit jantung iskemik. Hipertensi adalah factor risiko
terpenting kedua untuk CHF. Factor risiko lain terdiri dari
kardiomiopati, aritmia, gagal ginjal, diabetes, dan penyakit katub
jantung.
II.4 Etiology
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi
gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung
dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada
setiap konteraksi tergantung pada tiga faktor: yaitu preload, konteraktilitas,
afterload.
Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut otot jantung.
Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium
Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriol.
Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini terganggu,
maka curah jantung berkurang (Brunner and Suddarth 2002).
II.5 Patofisiology
CHF terjadi karena interaksi kompleks antara fakor-faktor yang
mempengaruhi kontraktilitas,afterload,preload,atau fungsi lusitropik
(fungsi relaksasi jantung),dan respons neurohormonal dan
hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan kopensasi sirkulasi.
Meskipun konsekuensi hemodinamik gagal jantung berespons
terhadap intervensi farmakologis standar,terdapat interaksi
neurohormonal kritis yang efek gabungannya memperberat dan
memperlama sindrom yang ada
1) Sistem rennin/angiotensin/aldosteron(RAA) : Selain untuk
meningkatkan tahanan perifer dan volume darah
sirkulasi,angiotensin dan aldosteron brimpilikasi pada perubahan
structural miokardium yang terlihat pada cedera iskemik dan
kardimiopati hipertropoik hipertensif. Perubahan ini meliputi
remodeling miokar dan kematian sarkomer ,kehilangan matriks
kolagen normal fibrosis interstisial. Terjadinya miosit dan sarkomer
yang tidak dapat mentransmisikan kekuatannya, dilatasi jantung ,
dan pebentukan jaringan parut dengan kehilangan komplians
miokard normal turun memberiukan gambaran hemodinamik dan
simtomatik pada CHF
2) Sistem Saraf Simpatis (SNS) : Epinefrin dan norepinefrin
menyebabkan peningkatan tahanan perifer dengan peningkatan
kerja jantung,takikardi,peningkatan konsumsi oksigen oleh
miokardium,an peningkatann resiko aritmia. Katekolamin juga turut
menyebabkan remodeling venrikel melalui toksisitas langsung
terhadap miosit,induksi apoptosit miosit,dan peningkatan respons
autoimun.
3) Vasodilator endogen,seperti endotelin dan oksida nitrat,peptide
jantung,dan peptida natriuretik:Perannya dalam CHF sedang
diselidiki dan diintervensinya sedang diuji
4) Sitokinin imun dan inflamasi : Fakor nekrosis tumor alfa (TNFα)
interleukin 6 (IL-6) menyebabkan remodeling ventrikel dengan
apoptosis miosit,dilatasi ventrikel,dan penurunan kontraktilitas.
Lebih lanju, mereka juga berperan dalam efek sistemik seperti
penurunan berat badan dan kelemahan terlihat pada CHF brat
(kakheksia jantung)
Kejadian etiologi awal meengaruhi respons awal miokardium, tetapi
seiring dengan perkembangan sindrom, mekanisme umum mulai
uncul sehingga pasien CHF lanjut memperlihatkan gejala dan respons
yang sama terhadap intervensi farmakologis yang sama apapun
penyebab awal CHF-nya
Meskipun banyak pasien mengalami disfungsi ventrikel kiri sistolik dan
diastolic, kategori ini sebaiknya dianggap sebagai hal yang berbeda
untuk dapat memahami efeknya terhadap homeostasis sirkulasi dan
responsnya terhadap berbagai intervensi
- Disfungsi ventrikel kiri sistolik
a. Penurunan curah jantung akibat penurunan
kontraktilitas,peningkatan afterload,ataupeningkatan preload
yang mengakibatkan penurunan fraksi ejeksi dan peningkatan
volume akhir diasolik ventrikel kiri (LVEDV). Ini meningkatkan
tekanan akhir distolik pada ventrikel kiri (LVEDP) dan
menyebabkan kongesti vena pulmonal dan edema paru
b. Penurunan kontraktilitas (inotropi) terjadi akibat fungsi miokard
yang tidak adekuat atau tidak trkoordinasi sehingga ventrikel kiri
tidak dapat melakukan ejeksi lebih dari 60% dari volume akhir
diastolicnya (LVEDV). Ini menyebabkan peningkatan bertahap
LVEDV (juga dinamakan preload) mengakibatkan peningkatan
LVEDP dan kongesti vena pulmonalis.Penyebab penurunan
kontraktilitas yang tersering adalah penyakit jantungn iskemik,
yang tidak hanya mengakibatkan nekrosis jaringan miokard
sesungguhnya, tetapi juga mengakibatkan remodeling ventrikel
iskemik. Remodeling iskemik adalah sebuah proses yang
sebagian dimediasi oleh angiotensin II yang menyebabkan
jaringan parut dan disfungsi sarkomer di jantung sekitar daerah
cedera iskemik. Aritmia jantung dann kardiomiopati primer
seperti yang disebabkan oleh
alcohol,infeksi,hemakroatosis,hipertiroidisme,toksisitas obat dan
amiloidosis juga menyebabkan penurunan
kontraktilitas .Penurunan curah jantung mengakibatkan
kekurangan perfusi pada sirkulasi sistemik dan aktivasi system
saraf simpatis dan system RAA ,menyebabkan peningkatan
tahanan perifer dan peningkatan afterload
c. Peningkatan afterload berarti peningkatan tahanan terhadap
ejeksi LV.Biasanya disebabkan oleh peningkatan tahanan
vascular perifer yang umumnya terlihat pada hipertensi. Bisa
juga diakibatkan oleh stenosis katup aorta.Ventrikel kiri bereaksi
terhadap peningkatan beban kerja ini dengan hipertrofi
miokard,suatu respons yang meningkatkan massa otot ventrikel
kiri tetapi pada saat yang sama meningkatkan kebutuhan
perfusi koroner pada bentrikel kiri. Suatu keadaan kelaparan
energy tercipta sehingga berpadu dengan ANG II dan respons
neuro-endokrin lain, menyebabkan perubahan buruk dalam
miosit seperti semakin sedikitnya mitokondria untuk produksi
protein kontraktil yang abnormal (aktin, myosin, tropomiosin),
fibrosis interstisial, dan penurunan daya tahan hidup miosit.
Dengan berjalannya waktu, kontraktilitas mulai menurun
dengan penurunan curah jantung dan fraksi ejeksi, peningkatan
LVEDV, dan kongesti paru.
d. Peningkatan preload berarti peningkatan LVEDV, yang dapat
disebabkan langsung oleh kelebihan volume intravaskkuler
sama seperti yang terlihat pada infuse cairan intra vena atau
gagal ginjal. Selain itu, penurunan fraksi ejeksi yang disebabkan
oleh perubahan kontraktilitas atau afterload menyebabkan
peningkatan LVEDV sehingga meningkatkan preload. Pada
saat LVEDV meningkat, ia akan meregangkan jantung,
mejadikan sarkomer berada pada posisi mekanis yang tidak
menguntungkan sehingga terjadi penurunan kontraktilitas.
Penurunan kontraktilitas ini, yang menyebabkan penurunan
fraksi ejeksi, menyebabkan peningkatan LVEDV yang lebih
lanjut, sehingga menciptakan lingkaran setan perburukan gagal
jantung.
e. Jadi, pasien dapat memasuki lingkarab penurunan
kontraktilitas, peningkatan afterload, dan peningkatan preload
akibat berbagai macam alas an,(mis.infark miokard [MI],
hipertensi, kelebihan cairan) dan kemudian akhirnya mengalami
semua keadaan hemodinamik dan neuro-hormonal CHF
sebagai sebuah mekanisme yang menuju mekanisme lainnya.
- Disfungsi ventrikel kiri diastolic
a. Penyebab dari 40 % kasus CHF
b. Didefenisikan sebagai kondisi dengan temuanklasik gagal
kongestif dengan fungsi diastolic normal; disfungsi diastolic
murni akan dicirikan dengan thanan terhadap pengisian
ventrikel dengan peningkatan LVEDV atau penurunan curah
jantung.
c. Tahanan terhadappengisian ventrikel kiri terjadi akibat relaksasi
abnormal (lusitropik) ventrikel kiri dan dapat disebabkan oleh
setiap kondisi yang memuat kaku miokrdventrikel seperti
penyakit jantung iskemik yang menyebbkan jaringan parut,
hipertensi yang mengakibatkan kardiomiopati hipertrofi,
kardiomiopati restriktif, penyakit katup atau penyakit
pericardium
d. Peningkatan denyut jantung menyebabkan waktu pengisian
diastolic menjad berkurang dan memperbarat gejala disfungsi
diastolic. Oleh karena itu, intoleransi terhadap olahraga sudah
menjadi umum .
e. Karena penanganan biasanya memerlukan perubahan
komplians miokard yang sesungguhnya, efektifitas obat yang
kini tersedia masih sangat terbatas. Penatalaksanaan terkini
paling berhasil dengan penyekat beta yang meningkatkan
fungsi lusitropok , menurunkan denyut jantung dan mengatasi
gejala. Inhibitor ACE dapat membantu memperbaiki hipertrofi
dan membantu perubahan structural di tingkat jaringan pada
pasien dengan remodeling iskemik atau hipertensi.
II.6 Penatalaksanaan
a. CHF akut
- Pasien dipersilahkan duduk tegak bila tidak mengalami hipotensi.
- Oksigen: segera ambil gas darah arteri pada suhu kamar,
kemudian pasang masker pada 60%; intubasi bila terjadi gagal
ventilasi atau bila pasien mengalami sianosis secara progresif dan
status mentalnya menurun.
- Tangani iskemia miokard bila ada indikasi.
- Berikan morfin, nitrogliserin, dan diuretic per IV (furosemid) bila
tidak ada hipotensi bermakna.
- Pertimbangkan inotropik (dobutamin,dopamine) intravena (IV) -
gunakan segera bila terdapat hipotensi.
- Bila perlu, ganti dengan nitrat IV bila terdapat tahanan vascular
perifer yang tinggi (hipertensi). Nitrogliserin lebih aman dari
nitroprusida.
- Pompa balon intra-aorta diindikasikan bila terdapat hipotensi yang
sulit ditangani (syok kardiogenik), iskemia yang sulit ditangani
dalam persiapan untuk graft pintasan koroner emergensi (CABG),
atau regurgitasi mitral akut dalam persiapan untuk perbaikan atau
penggantian katub perroperatif.
- Kateterisasi koroner dan angioplasty balon atau CABG darurat
digunakan pada pasien iskemia tertentu.
b. CHF kronis
- Penatalaksanaan definitive pada penyebab yang mendasarinya
adalah optimal.
- Modifikasi gaya hidup dengan pembatasan asupan garam,
olahraga, dan pendidikan mengenai pemantauan gejala
(menimbang badan setiap hari, dispnea, edema, nyeri dada)
direkomendasikan.
- Diuretika, inotropik, inhibitor ACE, dan penyekat beta merupakan
terapi utama untuk CHF.
1) Diuretika: furosemid masih merupakan diuretika yang paling
umum dipakai bersama dengan bumelanid atau torsemid.
Diuretika jelas memperbaiki intoleransi terhadap olahraga dan
edema, tetapi ketidak seimbangan elektrolit dan efek buruk
pada lipid serum dan glukosa harus diperhatikan. Spironolakton
telah terbukti mengurangi moertalitas pada CHF berat.
2) Inotrpik:
a) Digoksi meningkatkan toleransi olahraga, meningkatkan
curah jantung, memperlambat perkembangan CHF,
menurunkan aktivitas saraf simpatis dan RAA, dan
memperbaiki kualitas hidup pada pasien tertentu. Dapat
menurunkan mortitas bila digunakan bersama dengan
inhibitor enzim pengonversi angiotensin (ACE), tetapi,
mortalitas bisa meningkat pada pasien yang digoksinnya
dihentikan. Sangat pentinguntuk terus memeriksa kadar
darah dan menghindari hipokalemia (aritmia).
b) Inhibitr fosfodiesterase (milrinon, amrinon, enoksimon,
piroksimon) memiliki manfaat jangka pendek terhadap curah
jantung dan toleransi olah raga;keamanan jangka panjannya
masih belum jelas, termasuk peningkatan mortalitas,
hipotensi dan alergi
c) Agonis adrenergic (dubotamin atau xamoterol IV intermiten)
memiliki manfaat jangka pendek , tetapi menyebabkan
peningkatan mortalitas; levo-dopamin oral masih dalam
penelitian.
d) Inotropik baru, seperti vesnarinon, flosequinan, dan
pimobenden, tampak menjanjikan namun keadaan jangka
panjangya masih belum bisa dipastikan.
3. Inhibitor ACE dan penyekat reseptor angiotensin memengaruhi
manifestasi hemodinamik dan neurohumoral CHF dengan perbaikan
gejala dan ketahanan hidup. Sebahagian besar ditoleransi dengan
baik, kecuali untuk dosis pertama hipotensi, batuk ( terutama denan
kaptopril) , dan resiko disfungsi ginjal pada beberapa pasien.
4. penyakit-beta (carvedilol, metoprolol, bucindolol, labetalol)
meningktakan fraksi ejeksi, menurunkan tonus simpatis dengan
vasodilatasi dan menurunkan konsumsi oksigen miokard, dan
menurunkan remodeling ventrikel. Carvedilol mulai muncul sebagai
obat pilihan dengan penurunan mortalitas secara bermakna dan
perbaikan gejala. Penyekat beta dosis tinggi dapat mengakibatkan
edema paru; dosis rendah menyebabkan pemburukan klinis dalam 4-
10 minggu pertama dengan perbaikan sekitar 10-12 minggu.
- Obat lain:
1. Nitrat juga memperbaiki manivestasi hemodinamik dan
neuro-hormonal CHF. Nitrat berhubungan dengan sakit
kepala bermakna dan toleransi memerlukan pendosisan
yang intermiten.
2. Calcium channel blokers. Penghambatan saluran kalsium
(amlodipin, felodipin) mungkin bermanfaat pada disfungsi
diastolic dan disfungsi sistolik stadium akhir. Generasi
pertama penyekat kalsium meningkatkan aktivitas simpatis
dan tidak mengurangi mortalitas pada CHF, tetapi obat yang
terbaru ini tidak mneyebabkan takikardia reflex dan dapat
memperbaiki aspek neuro-hormonal, hemodinamik, dan
gejala CHF.
3. Anti-aritmia secara umum tidak diindikasikan meskipun
insidensi kematian mendadak pada CHF tinggi; baik
penyekat beta maupun inhibitor ACE mengurangi ektopi
ventrikel. Amiodarone merupakan satu-satunya anti-aritmia
yang berhubungan dengan ppenurunan mortalitas.
Defibrillator yang dapat diimplantansikan harus
dipertimbangkan pada pasien beresiko tinggi/
4. Anti-koagulan diindikasikan bila terdapat fibrilasi atrial,
penyakit katup, atau diketahui ada trombuas intraventrikular.
- Sequential pacing dapat menignkatkan curah jantung pada
pasien tertentu.
- Pembedahan untuk CHF meliputi transplantasi jantung dan
kardiomipati.