makalah civic educutien
Post on 30-Nov-2015
47 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perihal siapakah warga Negara dan siapa sajakah yang berkaitan dengan
kewarganegaraan adalah sesuatu yang amat penting diketahui oleh orang yang telah
memenuhi statusnya sebagai warganegara Indonesia, sudah selayaknya kita ketahui
secara dalam perihal masalah kewarganegaraan yang ada di Negara Republik
Indonesia. Makalah ini menyajikan hal-hal yang secara langsung berkaitan dengan
masalah kewarganegaraan. Yaitu, Pertama isi material kewarganegaraan itu sendiri
yaitu hakekat warganegara, kewarganegaraan, dan hubungan warganegra dengan
Negara. Kedua isi formal kewarganegaraan yaitu tentang tata cara memperoleh dan
kehilangan kewarganegaraan. Untuk kasus kewarganegaraan di Indonesia akan
diketahui bagaimana seseorang bisa menjadi warga Negara Indonesia dan bagaimana
seorang warga Negara Indonesia bisa kehilangan kewaranegaraan.
Urgensi Kewarganegaraan kian tinggi mana kala dikaitkan dengan tujuan
pembangunan nasional kita untuk membangun manusia indonesia seutuhnya dan
sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka” ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk memenuhi maksud tersebut, maka
masalah yang perlu dicermati dalam pembahasan ini adalah Kewarganegaraan di
Indonesia sehingga kita mampu menjelaskan pengertian dan maksud dari tujuan
Warganegara yang sebenarnya di dalam sebuah Negara.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan kewarganegaraan ?
2. Mengapa warganegara penting bagi suatu bangsa ?
3. Apa Unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan ?
4. Kapan dan bagaimana munculnya problem-problem status
kewarganegaraan ?
5. Bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan di Indonesia ?
6. apa hak dan kewajiban warga Negara ?
7. mengapa warganegara wajib membela negaranya ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEWARGANEGARAAN
Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara. Menurut
memori penjelasan dari Pasal II Peraturan Penutup Undang-Undang No. 62 Tahun
1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan diartikan
segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban
negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-
Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala hal
ihwal yang berhubungan dengan negara.1
Pengertian Kewarganegaraan dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis dan Sosiologis
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan antara
orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan
akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebur berada dibawah
kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum,
misalnya akta kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan
lain-lain.
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan
hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan,
ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanaair. Dengan kata lain, ikatan ini
lahir dari penghayatan warga negara yang bersangkutan.
1 winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h.49
3
b. Kewarganegaraan dalam Arti Formil dan Materil
1) Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat tempat
kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan
pada hukum publik.
2) Kewarganegaraan dalam arti materiil menunjuk pada akibat hukum dari
status kewarganegaraan yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memilliki
pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang
sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan
negara lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada
orang yang bukan warga negaranya.2
Kalau diperhatikan Undang-Undang Dasar 1945, ada 2 pasal yang mengatur
perlindungan terhadap warganegara dan perlindungan terhadap penduduk. Kedua
pasal tersebut yaitu:3
1. Pasal 27 UUD 1945 :
a) Segala warga negara sama kedudukanya di dalam hukum dan
pemerintahan;
b) Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaannya;
2. Pasal 29 UUD 1945 :
a) Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa;
b) Negara menjamin kebebasan memeluk agama;4
2 Ibid., h.49-503 Op.Cit., h. winarno, h.59 4 Loc.Cit., PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah
4
B. PENTINGNYA WARGA NEGARA SUATU BANGSA
Penerintahan mewakili rakyat.Tugas-tugasnya dilakukan sesuai dengan
kehendak rakyat. Salah satu tugasnya ialah untuk menangkap mereka yang
melakukan kejahatan,dan melindungi mereka yang tidak bersalah. Inilah kehendak
rakyat. Jika tujuan ini dapat dicapai, maka dapat dikatakan bahwah pemerintah telah
melayani negara dengan baik. Sebabnya ialah pelanggar hukum adalah orang-orang
yang tidak bertanggung jawab, mereka yang patuh akan hukum adalah warga-warga
yang baik. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk menentang kalau seorang warga
yang baik mempertahankan dirinya terhadap tujuan-tujuan buruk dari warga lainnya.
Umpamanya, kalau orang jahat itu mempunyai tujuan melukai seorang yang baik,
seperti hendak membunuh anggota keluarga yang dicintainya, atau untuk merampas
harta miliknya, maka bukanlah tidak beralasana kalauwarga yang baik itu ingin
menangkap orang yang jahat itu, dan barangkali membunuh atau memukulnya.
Tetapi, adalah mustahil untuk mempertahankan diri kalau pada waktu yang sama
menghadapi sejumlah besar orang-orang jahat. Atau dia tidak mungkin memikul
biaya-biaya pengobatan yang timbul dari perlawanan tersebut, jika memang
diperlukan. Oleh sebab itu dibentuklah suatu pemerintahan yang mewakili rakyat
untuk melaksanakan tugas melindungi rakyat. Sebagai imbalan atas jasa-jasa
demikian itu, rakyat telah berjanji untuk membayar semua biaya-biaya pemerintahan,
dan tentu saja didalamnya termasuk gaji para pejabat.5
Kemudian, karena pemerintah telah menjadi wakil rakyat dan telah diberi hak
untuk bertindak atas nama mereka, maka tindakan-tindakan yang dilakukan adalah
tindakan-tindakan yang diinginkan rakyat. Oleh sebab itu, rakyat haruslah mematuhi
apa yang telah diputuskan pemerintah dalam bentuk undang-undang. Dengan
demikian, kepatuhan rakyat terhadap pemerintahan negara tidaklah berarti patuh
kepada undang-undang yang dipaksakan oleh pemerintah, tetepi undang-undang yang
membayangkan kemauan rakyat sendiri. Pelanggaran terhadap undang-undang negara
5 Arifin bay, Diantara Feodalisme dan Modernisme, ( Jakarta: PT.Pantja simpati, 1985 ), h.76
5
bukanlah berarti pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang memerintah, tetapi
pelanggaaran terhadap undang-undang yang telah diciptakan rakyat sendiri. Sendiri
ini berarti seakan-akan setiap warga negara melaksanakan dwi fungsi. Tugas yang
pertama ialah untuk mendirikan suatu pemerintahan yang mewakili rakyat untuk
menangkap orang jahat dan melindungi yang tidak bersalah. Tugas yang kedua ialah
untuk mematuhi isi perjanjian yang telah dibuat dengan pemerintah, dan sebaliknya
memperoleh perlindungan, sesuai dengan undang-undang yang berlaku. 6
C. ASAS KEWARGANEGARAAN
Asas kewarganegaraan diperlukan untuk mengatur status kewarganegaraan
seseorang. Hal ini penting agar seseorang mendapatkan perlindungan hukum dari
negara, serta menerima hak dan kewajibannya. Banyak contoh kasus tentang
pentingnya status kewarganegaraan seperti anak yang lahir dari perkawinan yang
orang tuanya berbeda kewarganegaraan, atau warga keturunan Tionghoa yang lahir
dan besar di indonesia namun kesulitan mendapatkan kewarganegaraan.
Ketentuan tentang status kewarganegaraan penting diatur dalam peraturan
perundangan dari negara. Peraturan perundangan inilah yang kemudian dijadikan asas
untuk penentuan status kewarganegaraan seseorang. Setiap negara bebas menetapkan
asas kewarganegaraan, karena setiap negara memiliki budaya, sejarah, dan tradisi
yang berbeda satu sama lain.7
Dalam asas kewarganegaraan dalam UU Nomor 12 Tahun 2006, dikenali dua
pedoman yaitu:
1. Asas kewarganegaraan umum
a) Asas kelahiran (lus soli)
Lus soli berasal dari bahasa latin; ius berarti hukum atau pedoman, sedangkan
soli dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah. Jadi ius soli adalah
6 Ibid., h.777 Srijanti, pendidikan kewarganegaraan perguruan tinggi, ( Jakarta: Selemba Empat, 2009 ),
h.74
6
penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah kelahiran
seseorang. jadi, seseorang dapat menjadi warga negara di mana ia dilahirkan, contoh
jepang atau amerika serikat.
b) Asas keturunan (Ius Sanguinis)
Ius Sanguinis juga berasal dari bahasa latin, ius berarti hukum atau pedoman,
sedangkan Sanguinis dari kata Sanguis yang berarti darah atau keturunan. Asas ini
menetapkan seseorang mendapatkan kewarganegaraan suatu negara, apabila orang
tuanya adalah warga negara suatu negara, sebagai contoh seseorang yang lahir di
Indonesia, namun orang tuanya berkewarganegaraan asing, maka ia mendapatkan
status kewarganegaraan dari orang tuanya.
c) Asas kewarganegaraan Tunggal
Asas ini adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang. Setiap orang tidak dapat menjadi warga negara ganda atau lebih dari satu.
d) Asas kewarganegaraan Ganda Terbatas
Asas ini adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda (lebih dari 1
warga negara) bagi anak – anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU. Pada
saat anak – anak ini telah mencapai 18 tahun, maka harus menentukan salah satu
kewarganegaraannya.
Seseorang tidak boleh memegang status dua kewarganegaraan. Oleh sebab itu,
apabila seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan karna kelahiran dan
keturunan sekaligus, maka pada saat dewasa, harus memilih salah satu.
2. Asas Kewarganegaraan khusus
a. Asas Kepentingan Nasional
Adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan
mengutamakan kepentingan nasional indonesia, yang bertekad mempertahankan
kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita – cita dan tujuannya
sendiri.
b. Asas Perlindungan Maksimum
7
Adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan
perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia dalam keadaan apapun,
baik didalam maupun diluar negri.
c. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintah
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia
mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
d. Asas kebenaran substantif
Adalah asas dimana prosedur kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat
administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat – syarat permohonan yang
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
e. Asas non-diskriminatif
Adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis
kelamin, serta harus menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya
dan hak warga negara pada khususnya.
f. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap HAM
Adalah asas yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga
negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya, dan hak
warga negara pada khususnya.
g. Asas keterbukaan
Adalah asas yang menentukan bahwa segala hal ikhwal yang berhubungan
dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
h. Asas publisitas
Adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau
kehilangan kewarganegaraan RI akan diumumkan dalam berita negara RI agar
masyarakat mengetahuinya.8
D. MASALAH STATUS KEWARGANEGARAAN
8 Ibid., h.75-76
8
Masalah status kewarganegaraan seseorang akan muncul apabila asas
kewarganegaraan tersebut di atas diterapkan secara tegas dalam sebuah negara,
sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa kemungkinan berikut ini:
a. Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki status kewarganegaraan. Hal
ini disebabkan karena orang tersebut lahir di negara yang menganut asas ius
Sanguinis
b. Bipatride adalah seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan. Hal ini
dimungkinkan apabila orang tersebut berasal dari orang tua yang negaranya
menganut Sanguinis sedangkan ia lahir di negara yang menganut ius soli.
c. Multipadride seseorang yang memiliki lebih dari dua status kewarganegaraan,
yaitu seseorang (penduduk) yang tinggal di perbatasan antara dua negara.
Untuk memecahkan masalah kewarganegaraan di atas, setiap negara memiliki
peraturan sendiri-sendiri yang prinsip –prinsipnya bersifat universal. Untuk mengatasi
hal tersebut, di Indonesia dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (4) bahwa
setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Oleh sebab itu. Melalui UU No. 62
tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia adalah: 1) karena kelahiran, 2) karena
pengangkatan, 3) karena dikabulkan permohonan, 4) karna kewarganegaraan, 5)
karna perkawinan, dan 6) karna pernyataan.9
E. SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEWARGANEGAAN INDINESIA
Untuk mengatasi masalah kewarganegaraan, maka Indonesia mengatur tata
cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia dalam UU No. 62 tahun 1958 dan
diperbaharui dalam UU no. 12 Tahun 2006 yang meliputi delapan cara, yaitu:
a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin
9 Op. Cit., Srijanti, h.77
9
b. Pada waktu mengajukan permohonan kewarganegaraan telah tinggal di negara
RI paling singkat 5 tahun berturut – rurut atau paling singkat 10 tahun tidak
berturut – turut.
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara pancasila dan UUD
negara RI Tahun 1945.
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 tahun atau lebih.
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Ri, tidak menjadi
kewarganegaraan ganda.
g. Mempunyai pekarjaan dan/atau berpenghasilan tetap.
h. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.
Adapun tata caranya adalah sebagai berikut:
a. Permohonan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahasa
Indonesia di atas kertas bermatrai cukup kepada presiden melalui manteri
b. Berkas permohonan tersebut disampaikan kepada pejabat
c. Permohonan disertai dengan pertimbangan kepada presiden dalam waktu
paling lambat 3 bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima.
d. Permohonan dikenai biaya yang besarnya diatur dengan peraturan pemerintah.
e. Presiden dapat menolak dan menerima permohonan.
f. Pengabulan permohonan ditetapkan dengan keputusan presiden paling lambat
3 bulan terhitung sejak permohonan di terima oleh manteri.
g. Penolakan permohonan disertai alasan dan diberitahukan oleh manteri paling
lambat 3 bulan terhitung sejak permohonan di terima oleh manteri.
h. Keputusan presiden mengenai pengabulan permohonan berlaku efektif
terhitung sejak tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan janji
setia.
10
i. Paling lambat 3 bulan sejak keputusan presiden dikirim kepada pemohaon,
pejabat memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.
j. Apabila tidak hadir dalam pemanggilan tanpa alasan yang sah, maka
keputusan presiden batal demi hukum.
k. Apabila pelaksanaan sumpah/janji tidak dapat dilakukan karena kelalaian
pejabat, maka pemohon dapat menyatakan pengucapan sumpah/janji serta di
hadapan pejabat lain yang ditunjuk menteri.
l. Pejabat tersebut membuat berita acara pelaksanaan sumpah atau janji.
m. Paling lambat 14 hari sejak tanggal pengucapan sumpah/janji, pejabat
menyampaikan berita acara yang tersebut.
n. Setelah pengucapan sumpah/janji, pemohon wajib menyertakan dokumen
keimigrasian atas namanya kepada kantoe imigrasi paling lambat 14 hari.
o. Salinan keputusan presiden tentang pewarganegaraaan menjadi bukti sah
kewarganegaraan sah seseorang.
p. Menteri mengumpulkan nama orang yang telah memperoleh kewarganegaraan
dalam berita negara RI.10
10 Loc. Cit., Winarno
11
F. HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA
Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warganegara
mencakup pasal-pasal 27,28,29,30,31,33,dan 34
a. Pasal 27 ayat (1) menetapkan hak dan warganegara yang sama dalam hukum
dan pemerintahan, serta kewajban untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan.
b. Pasal 27 ayat (2) menetapkan hak warganegara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
c. Pasal 27 (3) dalam perubahan kedua UUD 1945 menetapkan hak dan
warganegara untuk itu dalam upaya pembelaan Negara.
d. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warganegara untuk berserikat,
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
e. Pasal 29 ayat (2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk memeluk
agamanya dan beribadat menurut agamanya.
f. Pasal 30 ayat (1) dalam perubahan kedua UUD 1945 menyebutkan hak dan
kewajiban warganegara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan Negara.
g. Pasal 31 ayat (1) meenyebutkan bahwah tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran.11
11 PUSLIT IAIN, Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, ( Jakarta: IAIN, 2000 ), h.70
12
G. HAK DAN KEWAJIBAN BELA NEGARA
a. Pengertian
Pembelaan Negara atau bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga
Negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan
pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bagi warganegara
Indonesia, usaha pembelaan Negara dilandasi oleh kecintaan pada tanah air dan
kesadaran berbangsa bernegara Indonesia dengan berkeyakinan kepada pancasila dan
sebagai dasar Negara serta berpijak pada UUD 1945 konstitusi Negara.
Wujud dari usaha bela Negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga
Negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan Negara,
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan yuridiksi
nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.12
b. Asas Demokrasi Dalam Pembelaan Negara
Berdasarkan pasal 27 ayat (3) dalam perubahan kedua UUD 1945,
bahwa usaha bela Negara merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini
menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan Negara yang mencakup dua
arti. Pertama, bahwah setiap warganegara turut serta dalam menentukan kebijakan
tentang pembelaan Negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD
1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap warganegara harus
turut serta dalam setiap usaha pembelaan Negara, sesuai dengan kemampuan dan
profesinya masing-masing.
c. Motivasi dalam pembelaan Negara
Usaha pembelaan Negara bertumpu pada kesadaran setiap warganegara akan
hak dan kewajibannya. Kesadarannya demikian perlu ditumbuhkan melalui proses
motivasi mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan Negara.13
12 UGM, Pendidikan Kewarganegaraan, ( Yogyakarta: Paradigma, 2002 ), h.1013 Ibit., h.11
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai warganegara dan masyarakat, setiap manusia indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahawa setiap orang
haruslah terjamin haknya untuk mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga
terhindar dari kemunggkinan menjadi ‘staless ‘ atau tidak berkewarganegaraan.
Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang
memiliki dua status kewarganegaraan antara negara-negara modern untuk
menghindari status dwi kewarganegaraan tersebut. Oleh karena itu, disamping
pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses
kewarganegaraan atau (naturalisasi ) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang
lebih sederhana yaitu melalui registrasi biasa.
Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘ iusanguinis
‘mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan
melalui proses kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan cina yang masih
berkewarganegaraan cina ataupun yang memiliki dwi kewarganegaraan antara
indonesia dan cina, tetapi bermukim di indonesia dan memiliki keturunan di
indonesia. Terhadap anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak
berusaha untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari negara asal orangtuanya,
dapat saja diterima sebagai warga negara indonesia karena kelahiran. Kalaupun hal
ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip dasar yang dianut, sekurang-kurang terhadap
mereka itu dapat dikenakan ketentuan mengenai kewarganegaraan melalui proses
registrasi biasa, bukan melalui proses naturalisasi yang mempersamakan kedudukan
mereka sebagai orang asing sama sekali.
14
B. Saran
Penulis menyadari masih ada banyak kekurangan ataupun kesalahan yang
tersaji dalam makalah kewarganegaraan ini. Namun tiada gading yang tak retak,
mudah-mudahan usaha yang telah penulis lakukan bisa mampu menambah dan
memperkaya wawasan cakrawala tentang kewarganegaraan di Indonesia dengan
harapan semoga dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik. Akhirnya
sumbang saran, kritik, dan koreksi dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah
ini, sangat penulis harapkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. akarta: PT Bumi Aksara
Winarno. 2009. Kewarganegaraan Indonisia dari sosiologis menuju yuridis. Bandung: Alfabeta.
Bay Arifin. 1985. Diantara Feodalisme dan Modernisme. Jakarta: PT.Pantja simpati.
Srijanti. 2009. pendidikan kewarganegaraan perguruan tinggi. Jakarta: Selemba Empat.
PUSLIT IAIN. 2000. Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN.
UGM. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
16
top related