makalah blok 7
Post on 21-Dec-2015
9 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Wajah Membiru disertai Sesak Nafas
Arwi Wijaya
10.2012.294 / B2
arwi.wijaya@civitas.ukrida.ac.id
Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Pendahuluan
Pernapasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dua proses yang berbeda
tetapi saling berhubungan: pernapasan seluler dan pernapasan mekanik. Pernapasan seluler
adalah proses di mana sel memperoleh energi melalui pemecahan molekul organik.
Pernapasan mekanik adalah proses melalui mana kebutuhan oksigen diserap dari atmosfir ke
dalam sistem vaskular darah dan proses melalui mana karbon dioksida dikeluarkan ke
atmosfir. Pernapasan mekanik terjadi di dalam sistem pernapasan.
Sistem pernapasan atau respirasi merupakan proses pengambilan O2 (oksigen) dari
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk proses metabolisme tubuh dan memproduksi serta
mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang dihasilkan sel-sel hasil metabolisme tubuh ke
atmosfer bersama dengan air. Sistem pernafasan mencakup paru dan sistem saluran
bercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar. Udara
digerakan melalui paru oleh suatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas rongga toraks, otot
interkostal, diafragma, dan komponen elastis jaringan paru. Secara fungsional, struktur-
struktur tersebut membentuk bagian konduksi sistem yang tersusun atas rongga hidung,
nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan sebagian bronkiolus yaitu bronkiolus terminalis.
Saluran bagian konduksi ini pada umumnya berifat kaku dan selalu terbuka. Proses
pertukaran gas sendiri pada paru-paru sudah mulai terjadi pada bronkiolus respiratorius dan
utamanya terjadi di alveoli. Alveoli merupakan tempat utama bagi fungsi utama paru, yaitu
pertukaran O2 dan CO2 antara udara yang dihirup dan darah, berstruktur mirip kantung yang
membentuk sebagian besar bagian paru.1
Struktur Sistem Pernapasan
Hidung (Nasal)
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra penciuman.
Berbentuk pyramid disertai dengan suatu akar dan dasar yang tersusun dari kerangka kerja
tulang pada bagian batang, kartolago hialin pada cuping hidung, jaringan fibroareolar dan
1
otot skelet. Septum nasi membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga nasal.
Terdapat lubang hidung sebagai tempat masuk udara yaitu nares anterior (lubang hidung
depan) dan nares posterior (lubang hidung belakang). Sementara kulit luar dipalisi oleh epitel
berlapis gepeng bertanduk bersama dengan kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.2
Rongga Hidung
Rongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur: vestibulum di luar dan rongga hidung
(fossa nasalis) di dalam. Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar di setiap
rongga hidung. Kulit hidung memasuki nares yang berlanjut ke dalam vestibulum dan
memiliki kelenjar keringat, kelenjar sabasea, dan vibrisae yang menyaring partikel-partikel
besar dari udara inspirasi. Di dalam vesibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan akan
beralih menjadi epitel respiratorik sebelum memasuki fossa nasalis. Rongga hidung berada
didalam tengkorak yang dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Dari setiap dinding lateral,
terdapat tiga tonjolan bertulang disebut conchae. Conchae terdiri atas conchae nasalis
superior, medius, inferior dimana meatus nasi superior, medius, inferior merupakan jalan
udara rongga nasal yang terletak dibawah conchae. Di dalam lamina propia conchae terdapat
pleksus venosus yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies) yang berperan untuk
menghangatkan udara, juga terdapat glandula nasalis yang sekretnya berfungsi untuk
melembabkan udara. 1
Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis adalah rongga yang menghubungkan tulang tengkorak dengan kavum nasi.
Terletak bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid, dan sfenoid tengkorak. Sinus-sinus ini
dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dengan sedikit sel goblet. Lamina proprianya
mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum dibawahnya. Sinus
paranasalis berhubungan langsung dengan rongga hidung melalui lubang-lubang kecil.
Mukus yang dihasilkan dalam sinus ini terdorong ke dalam hidung sebagai akibat dari
aktivitas sel-sel epitel bersilia. Terdapat empat pasang sinus paranasalis yaitu sinus frontalis,
ethmoidalis, spenoidalis, dan maxillaris.2
Sinus frontalis bermuara melalui infundibulum berbentuk corong, ke dalam perluasaan
sebelah posterior hiatus semilunaris. Derajat meluasnya sinus ke dalam tulang dahi,
sangat bervariasi dan biasanya sinus ini tidak simetris. Di dekatnya terletak lekuk
tengkorak depan dan atap orbita.
2
Sinus ethmoidalis terbagi atas sinus ethmoidalis anterior, medius, dan posterior.
Kelompok anterior (sinus infundibular) bermuara ke dalam ductus nasolacrimalis.
Kelompok medius (bullar) bermuara ke meatus nasi medius. Kelompok posterior
bermuara di meatus nasi superior. Batas-batasnya adalah orbita, lekuk tengkorak depan
dan rongga hidung dan terpisah dari alat-alat ini oleh lamela-lamela yang setipis kertas.
Sinus spenoidalis bermuara dari recessus sphenopalatina rongga hidung, dipisahkan oleh
sebuah sekat sagital, kadang-kadang sekat ini tidak lengkap. Atap sinus spenoidalis
dibentuk oleh sela tursika pada dasar tengkorak.
Sinus maksilaris (antrum) bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui hiatus semi
lunaris, meluas di bawah orbita dan dasarnya dipisahkan dari akar gigi-gigi molar dan
premolar oleh sebuah lempeng tulang.
Faring
Faring merupakan tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar
tulang tengkorak sampai esofagus. Faring merupakan ruangan di belakang cavum nasi yang
menghubungkan traktus digestivus dan traktus respiratorius. Faring terbagi menjadi
nasofaring, orofaring, dan laringofaring.2
Nasofaring berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle. Osteum
faringeum tuba eustachii (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah.
Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga.
Bagian posteriornya terdapat jaringan limfoid untuk membentuk tonsila faringea. Epitel
penyusunnya merupakan epitel bertingkat toraks bersel goblet.
Orofaring terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglotis atau setinggi
corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Tersusun atas epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk, dimana pada orofaring terdapat tonsila palatina.
Laringofaring mengelilingi mulut esofagus dan laring, merupakan gerbang untuk sistem
respiratorik selanjutnya. Laringofaring memiliki epitel bervariasi, sebagian besar epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Ke arah caudal laringofaring dilanjutkan sebagai
oesofagus.
Laring
Laring adalah saluran kaku yang pendek untuk udara antar faring dengan trakea. Dindingnya
diperkuat oleh kartilago hialin berupa tiroid, krikoid, aritenoid dan kartilago elastis yang lebih
3
kecil berupa epiglotis, kuneiformis dan komikulata, yang semuanya dihubungkan oleh
ligamen. Selain menjaga agar jalan napas terbuka, pergerakan kartilago ini oleh otot rangka
berperan pada produksi suara selama fonasi dan epiglotis berfungsi sebagai katup untuk
mencegah masuknya makanan yang ditelan melalui trakea. Epiglotis yang terjulur keluar dari
tepian laring, meluas ke dalam faring dan memiliki lapisan pars lingualis dan pars laringeal.
Seluruh permukaan lingual dan bagian apikal permukaan laringeal ditutupi oleh epitel
berlapis gepeng. Pada beberapa titik permukaan laringeal di epiglotis, epitelnya beralih
menjadi epitel bertingkat toraks bersel goblet. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran
mukosa dan serosa di lamina propria. Di bawah epiglotis, mukosa laring menjulurkan dua
pasang lipatan ke lumen laring. Pasangan atas, yaitu plica vestibularis atau pita suara palsu,
yang sebagian besar dilapisi epitel respiratorik yang dibawahnya banyak kelenjar
seromukosa. Pasangan lipatan bawah membentuk plica vokalis atau pita suara sejati. Lipatin-
lipatan tersebut dilapisi oleh epitel paralel dan berkas otot rangka m.vocalis. Otot tersebut
mengatur ketegangan setiap pita tersebut beserta ligamenya. Jika udara dipaksa masuk di
antara lipatan-lipatan tersebut, berbagai tegangan pita suara tersebut menghasilkan berbagai
jenis suara. Semua struktur dan ruang di saluran napas di atas pita suara terlibat dalam
memodifikasi resonansi suara.1
Trakea
Trakea adalah saluran dengan panjang 12-14 cm dan dilapisi mukosa respiratorik khas. Di
lamina Propria, terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa menghasilkan mukus encer dan
di submukosa, 16 - 20 cincin kartilago hialin berbentuk c menjaga agar lumen trakea tetap
terbuka. Ujung terbuka dari cincin kartiago ini terdapat di permukaan posterior trakea,
menghadap esofagus dan dihubungkan oleh suatu berkas otot polos (m. trachealis) dan suatu
lembar jaringan fibroelastis yang melekat pada perikondrium. Keseluruhan organ dikelilingi
oleh lapisan adventisia. Trakea menjadi relaks selama menelan untuk mempermudah phase
makanan dan memungkinkan esofagus menonjol ke dalam lumen trakea, dengan lapisan
elastis yaitu jaringan fibroelastis dan ligamentum anulare yang mencegah peregangan
berlebih di lumen. Pada refleks batuk, otot berkontraksi untuk menyempitkan lumen trakea
dan melonggarkan materi pada pasase udara.1
Percabangan Bronkus
Trakea terbagi menjadi dua bronkus primer yang memasuki paru di hilus beserta arteri, vena,
dan pembuluh limfe. Setelah memasuki paru, bronkus primer menyusur kebawah dan keluar
4
dan membentuk tiga bronkus sekunder dalam paru kanan dan dua buah di paru kiri, dan
masing-masing memasok sebuah lobus paru. Bronkus lobaris ini terus bercabang dan
membentuk bronkus tersier. Bronkus tersier membentuk bronkus yang semakin kecil dengan
cabang terminal yang disebut bronkiolus terminalis.3,4
Bronkus, pada setiap bronkus primer bercabang-cabang dengan setiap cabang yang
mengecil sehingga tercapai diameter sekitar 5 mm. Mukosa bronkus besar secara struktur
sama dengan mukosa trakea, kecuali pada susunan otot polos dan kartilagonya. Di lamina
propria bronkus terdapat berkas menyilang otot polos yang tersusun spiral. Lamina
propria juga mengandung serat elastin dan memiliki banyak kelenjar mukosa dengan
saluran yang bermuara dalam lumen bronkus.
Bronkiolus sebagai jalan napas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang, terbentuk
setelah generasi kesepuluh percabangan dan tidak memiliki kartilago maupun kelenjar
dalam mukosanya. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya masih epitel bersilia,
tetapi makin memendek dan sederhana menjadi selapis silindris bersilia. Sebagai bagian
konduksi bronkiolus akan terus berjalan sampai di bronkiolus terminalis.
Bronkiolus respiratorius berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan
bagian respiratorik sistem pernafasan. Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktur
sama dengan mukosa bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi banyak
alveolus tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh
epitel kuboid bersilia dan sel clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus
menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng. 3
Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot-
otot intercostalis externus dan internus pada rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Vena, arteri, dan nervus intercostalis juga ikut memparsarafi
bagian rongga dada ini. Paru-paru terdiri atas dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo
dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Pada paru-paru kiri terdapat incisura yaitu incisura obligus. Incisura ini membagi paru-paru
kiri atas menjadi dua lobus yaitu lobus suprior dan lobus inferior. Paru-paru kanan memiliki
dua insisura yaitu incisura obligue dan incisura interlobularis sekunder. Paru-paru dibungkus
oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi
paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada
yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput
5
luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas
paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding
rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru berstruktur seperti
spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.
Pada paru-paru juga terdapat ductus alveolaris dan alveolus. Ductus alveolaris dilapisi oleh
sel alveolus gepeng yang sangat halus. Di lamina proprianya yang mengelilingi tepian
alveolus terdapat anyaman sel otot polos, yang menghilang di sakus alveolaris.Sejumlah
besar matriks serat elastin dan kolagen memberikan sokongan pada duktus dan alveolusnya.2,5
Alveolus
Alveolus merupakan evaginasi mirip kantong di bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris,
dan sakus alveolaris. Alveoli bertangung jawab atas terbentuknya struktur berongga pada
paru. Secara struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya,
yang mirip dengan saran lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung pertukaran
O2 dan CO2 antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk
memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan luar dan dalam. Umumnya, setiap
dinding terletak di antara dua alveolus yang bersebelahan sehingga disebut sebagai septum
interalveolus. Satu septum intreralveolar memiliki sel dan matriks ekstrasel jaringan ikat,
terutama serat elastin dan kolagen, yang dipendarahi oleh sejumlah besar jalinan kapiler
tubuh. Pada dinding alveolus terdapat lubang yang memungkinkan udara mengalir dari satu
alveolus ke alveolus lain yang dikenal sebagai stigma alveolaris. Dinding sel alveolus sendiri
terdiri atas pneumosit tipe 1, pneumosit tipe 2 untuk sekresi surfaktan, sel alveolar fagosit
berupa dust cell atau sel debu dan endotel kapiler yang melapisi membran kapiler paru.6
Keseimbangan Asam Basa (Asidosis Alkalosis)
Ph darah arteri normal adalah kurang lebih 7,40 atau di antara 7,35 – 7.45. Proses
perubahan ph ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat metabolik, karena
perubahan konsentrasi ion bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme. Dan proses
perubahan yang bersifat respiratorik, karena perubahan tekanan parsial CO2 disebabkan
gangguan respirasi. Perubahan pCO2 akan menyebabkan perubahan pH darah. PH darah akan
turun atau yang disebut asidosis jika pCO2 naik (asidosis respiratorik primer) atau jika HCO3-
turun (asidosis metabolik primer). PH darah akan naik atau yang disebut alkalosis jika pCO2
turun (alkalosis respiratorik primer) atau jika HCO3- naik (alkalosis metabolik primer)
(respirologi).7
6
Proses asidosis respiratorik terjadi jika terdapat akumulasi CO2 sehingga terjadi
peningkatan pCO2. Karena pCO2 naik, pH darah akan turun. Pada proses asidosis yang baru
saja terjadi, setiap perubahan pCO2 sebesar 10 mmHg akan menurunkan pH darah sebesar
0,08 unit, sedangkan pada proses asidosis yang telah lama terjadi dan telah terdapat hasil
upaya ginjal untuk mengompensasi, perubahan pCO2 sebesar 10 mmHg hanya menurunkan
pH darah sebesar 0,03 unit. Sebaliknya pada alkalosis respiratorik, menurunnya pCO2 akan
meningkatkan pH darah, setiap perubahan sebesar 10 mmHg akan terjadi perubahan darah
sebesar 0,08 unit pada proses akut dan 0,3 unit pada proses kronik.7
Pada asidosis metabolik, konsentrasi HCO3- akan turun. Pada keadaan ini dibedakan
apakah terdapat peningkatan anion gap atau tidak. Anion gap adalah perbedaan antara umlah
muatan ion positif pada Na+ dan jumlah muatan ion negatif pada Cl- dan HCO3-. Anion
HCO3- turun karena kehadiran anion lain. Karena anion HCO3- turun, akan terdapat
peningkatan harga anion gap atau anion gap melampaui angka normal. Sedangkan pada
alkalosis metabolik,terjadinya peningkatan anion HCO3- . Kejadian ini diakibatkan oleh
hilangnya ion H+. Sebagai upaya kompensasi, paru akan berusaha menciptakan keadaan
hipoventilasi sehingga CO2 tertimbun dan pCO2 naik, dengan demikian pH akan naik
kembali.7
Mekanisme Pernapasan
Fungsi utama pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi sel sel tubuh dalam
proses metabolik, yang kemudian dihasilkan zat sisa CO2 yang akan dikeluarkan lagi ke
udara. Proses pernafasan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pernafasan seluler: metabolisme intra sel yang terjadi di mitokondria termasuk konsumsi
okesigen dan produksi CO2 selama pengambilan energi dari molekul nutrient.8
2. Pernafasan eksternal: urutan jalan kejadian masuknya udara dari udara luar sampai ke sel
tubuh. Jalan udara sampai ke sel dibagi menjadi 2, yaitu bagian yang mengalami
pertukaran udara dan yang tidak (hanya merupakan saluran ruang rugi). Yang
merupakan ruang rugi adalah dari hidung sampai ke bronkiolus terminalis. Sedangkan
yang mengalami pertukaran udara dengan kapiler darah, dari bronkiolus respiratorius
sampai alveolus. Jalan nafas atau udara dari lingkungan luar sampai terjadi pertukaran
udara sampai ditingkat sel ditentukan oleh tekanan gas yang bersangkutan di tempat
tempat yang dilewati. Perjalanan udara berjalan dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang
rendah. Perbedaan tekanan intra alveolar saat inspirasi sebesar -1 mmHg dari udara
luar,sedangkan ekspirasi +1 mmHg.8
7
Perjalanan udara : Udara masuk ke hidung faring laring trakea paru kanan
bronkus kecil bronkiolus bronkiolus terminalis bronkiolus respiratorius
duktus alveolaris sakus alveolaris alveolus.
Udara masuk ke dalam paru-paru karena adanya tekanan yang lebih rendah akibat menurunnya
otot diafragma. Saat inilah terjadi inspirasi tenang, akibat kontraksi otot diafragma dan
interkostalis eksternus. Sedangkan dalam keadaan istirahat, diafragma berbentuk kubah yang
luas permukaannya 250 cm2. Otot diafragma dirangsang oleh n. Phrenicus yang dapat
menyebabkan pembesaran rongga dada sekitar 75% oleh diafragma. Sedangkan untuk
inspirasi kuat dibutuhkan otot tambahan seperti sternocleidomatoideus, pectoralis mayor dan
lain lain. Udara yang masuk ini kemudian melewati jalan nafas. Setelah CO2 sampai ke
alveoli, maka terjadilah proses ekspirasi. Proses ini adalah proses pasif, akibat dari relaksasi
otot inspirasi sehingga jaringan paru kembali ke kedudukan semula sesudah teregang (daya
recoil). Akan tetapi, untuk ekspirasi kuat dibantu oleh otot intercostalis internus dan otot
dinding perut (abdomen).8
Setelah sampai di alveoli, terjadilah proses difusi. Proses difusi berlangsung terus
menerus sebab alveol selalu berisi udara sekitar 2500 ml pada ekspirasi tenang dan aliran
darah di kapiler paru juga terus menerus, sewaktu diastol ventrikel dan waktu menahan nafas
difusi terus berlangsung. Tiga fase proses difusi gas antara udara alveol dan darah kapiler
paru. Yang pertama adalah fase gas yaitu luas penampang total saluran udara hanya sampai
duktus alveolaris, dalam alveol gerakan molekul gas dan pencampuran gas dengan cara
difusi. Maka O2 lebih cepat mendifusi daripada CO2 . Selanjutnya fase membran terjadi bila
membran respirasi tebal, maka difusi akan sukar. Yang terakhir adalah fase cairan dimana O2
mendifusi ke plasma, kemudian ke eritrosit dan berikatan dengan hemoglobin, kecepatan
difusi bergantung kepada daya larut gas. Jadi CO2 lebih mudah larut dalam air daripada O2.6
Difusi terjadi akibat perbedaan tekanan parsial gas. Tekanan gas:
1. Di paru paru : - O2 di alveoli 104 mmHg, di darah 40 mmHg
- CO2 di alveoli 40 mmHg, di darah 45 mmHg
2. Di jaringan : - O2 di jaringan 40 mmHg, di darah 95 mmHg
- CO2 di jaringan 45 mmHg, di darah 40 mmHg
O2 masuk ke jaringan melalui 2 jalur, yaitu larut dalam plasma dan terikat dengan Hb
eritrosit (98,5%). Sedangkan CO2 di ekspirasikan dengan 3 jalur, yaitu larut dalam plasma
(7%), bentuk carbamino Hb (23%), dan ion bikarbonat (70%).8
Otot-otot Pernapasan
8
Otot pernafasan, menurut kegunaannya terbagi menjadi tiga, yaitu otot inspirasi utama
untuk respirasi tenang, otot inspirasi tambahan untuk inspirasi kuat dan otot ekspirasi
tambahan untuk ekspirasi kuat.
Otot inspirasi utama terdiri atas M. interkostalis ekternus, Mm. levator costarum, M.
seratus posterior, M. subcostalis, M. transversus thoracis, Otot diafragma. Otot inspirasi
tambahan terdiri atas M. sternocleidomastoideus, M. scalenus anterior, M. scalenus medius,
M. scalenus posterior, M. pectoralis major, M. pectoralis minor, M. latissimus dorsi, M.
seratus anterior, M. iliocostalis atas. Otot ekspirasi tambahan M. interkostalis internus, M.
longissimus, M. rektus abdominis, M. oblikus abdominis ekternus, M. oblikus abdominis
internus, M. iliocostalis bawah.4
Sianosis
Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membrane mukosa berwarna kebiruan
akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil pada area tersebut.
Sianosis biasanya paling terlihat pada bibir, kuku dan telinga. Derajat sianosis ditentukan dari
derajat ketebalan kulit yang terlibat.sebenarnya derajat keakuratan penilaian sianosis ini sulit
ditentukan karena derajat penurunan saturasi oksigen yang dapat menyebabkan sianosis
berbeda pada tiap ras.9
Penyebab dari penumpukan hemoglobin tereduksi bisa karena peningkatan darah
pembuluh vena akibat penurunan saturasi oksigen di dalam darah. Sianosis muncul biasanya
karena kadar hemoglobin tereduksi minimal 5g/dL pada darah arteri. Namun tidak semua
sianosis ini disebabkan oleh peningkatnan kadar hemoglobin tereduksi. Penyebab yang lain
mungkin karena pigmen yang abnormal, seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin pada
eritrosit.9
Dalam skenario dikatakan bahwa laki-laki tersebut sesak dan sulit bernafas disertai
wajahnya membiru saat sedang mendaki gunung. Itu termasuk tipe sianosis sentral, pada
keadaan ini jumlah saturasi oksigen menurun. Biasanya sianosis sentral ini terdapat pada
membrane mukosa dan kulit. Adanya penurunan saturasi oksigen merupakan tanda dari
penurunan oksigen dalam darah. Penurunan tersebut dapat diakibatkan oleh penurunan laju
oksigen tanpa adanya kompensasi dari paru-paru untuk meningkatkan jumlah oksigen
tersebut.7
Kesimpulan
9
Sistem Respirasi berfungsi untuk menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara
dan sistem aliran darah. Saluran pernapasan sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari
luar ke paru-paru. Selain itu ia sebagai sumber produksi suara termasuk untuk berbicara,
menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya. Di dalam skenario diberitahukan bahwa laki-laki
tersebut wajahnya kebiruan serta sulit bernapas, itu dapat terjadi karena penurunan saturasi
oksigen yang disertai penurunan laju oksigen sehingga akan terjadi penumpukan
deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil yang menyebabkan wajah laki-laki tersebut
membiru.
Daftar Pustaka
1. Mescher AL. Sistem pernafasan. in: Mescher AL. Histologi dasar Junqueira. 12thed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.292.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.h.266-77.
3. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2007. h.9-17.
4. Santoso G. Anatomi sistem pernafasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. h 51-62.
5. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT.Gramedia ; 2006 .h.
211-25
6. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar.Ed 10. Jakarta: EGC; 2007.h.355
7. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. 25th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001. h.499-537.
9. Fauci AS, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Ed 17. Philadelphia:
McGraw-Hill; 2008.
10
top related