makalah bab 5-sistem-keuangan-syariah.docx
Post on 30-Dec-2014
53 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM KEUANGAN SYARIAH
KONSEP MEMELIHARA HARTA KEKAYAAN
Memelihara harta bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia diperoleh dan
digunakan sesuai dengan syariah, sehingga harta yang dimiliki halal dan sesuai dengan
keinginan pemilik mutlak dari harta kekayaan tersebut yaitu Allah SWT.
Anjuran Bekerja atau Berniaga
Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari kegiatan
meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta untuk memenuhi
sebagian perintah Allah seperti infaq, zakat, pergi haji, perang (jihat) dan sebagainya.
Konsep Kepemilikan
Harta yang baik itu harus memenuhi dua kriteria, yaitu diperoleh dengan cara yang
sah dan benar, serta dipergunaan dengan dan untuk hal yang baik di jalan Allah SWT. Allah
SWT adalah pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di dunia ini. sedangkan manusia adalah
wakil Allah dimuka bumi ini yang memberi kekuasaan untuk mengolahnya
Menurut islam, kepemilikan, harta kekayaan pada manusia terbatas pada kepemilikan
kemanfaatannya selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan secara mutlak.
Kepemilikan tersebut berakhir dan harus didistribusikan kepada ahli warisnya sesuai dengan
ketentuan syariah.
PENGGUNAAN DAN PENDISTRIBUSIAN HARTA
Islam mengatur setiap aspek kehidupan ekonomi penuh dengan pertimbangan moral.
Ketentuan syariah berkaitan dengan penggunaan harta antara lain :
1. Tidak boros dan tidak kikir
Kita dapat melihat bahwa Allah SWT sebagai sang pencipta mengajarkan kepada kita
suatu konsep hidup “pertengahan” yang luar biasa,untuk hidup dalam batas-batas
kewajaran,tidak boros/berlebih-lebihan dan tidak kikir.
2. Memberi infaq dan shodaqoh
Membelanjakan harta dengan tujuan untuk mencari rida Allah dengan berbuat
kebajikan.Misalnya,untuk mendirikan tempat peribadatan,rumah yatim
piatu,menolong kaum kerabat,memberi pinjaman tanpa imbalan,ayau mendirikan
bantuan dalam bentuk apa pun yang diperlukanoleh mereka yang
membutuhkan..Sesungguhnya,uang yang diinfakkan adalah rezeki yang nyata bagi
manusia karena ada imbalan yang dilipatgandakan Allah (di dunia dan di akhirat,serta
akan menjadi penolong di hari akhir nanti pada saat dimana tidak ada sesuatupun
yang dapat menolong kita.
3. Membayar zakat sesuai ketentuan
Setiap manusia beriman yang memiliki harta melampaui ukuran tertentu,diwajibkan
untuk mengeluarkan zakat untuk orang yang tidak mampu,sehingga dapat tercipta
keadilan sosial,rasa kasih saying dan rasa tolong menolong.
4. Memberi pinjaman tanpa bunga (Qardhul hasan)
Memberikan pinjaman kepada sesame muslim yang membutuhkan,dengan tidak
menambah jumlah yang harus dikembalikan (bunga/riba).Bentuk pinjaman ini
bertujuan untuk mempermudah pihak yang menerima pinjaman,tidak memberatkan
sehingga dapat menggunakan modal pinjaman tersebut untuk hal-hal yang produktif
dan halal.
5. Meringankan kesulitan orsng yang berutang
Perolehan Harta
Memperoleh harta adalah sebagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan salah satu aspek
dari muamalah ( mengatur hubungsn msnusia dengan manusia ). Kaidah fikih dari muamalah
adalah semua halal dan boleh dilakukan kecuali diharamkan.Dapat ditarik kesimpulan bahwa
hukum dasar muamalah adalah boleh,karena tidak mungkin Allah menciptakan segala
sesuatu dan menundukkannya bagi manusia kalau akhirnya semua itu dilarang atau
diharamkan.
AKAD / KONTRAK / TRANSAKSI
Akad transaksi berasal dari bahasa arab ‘al-aqd’, jamaknya ‘a;-uqud’, berarti ikatan atau
mengikat ( al-rabth). Menurut hukum lain akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan
penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap
objeknya (Ghufron Mas’adi,2002). Menurut Abdul Rozak al-Sanhuri dalam Nadhariyatul
‘aqli’, akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban
hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiaban,yang mengikatpihak-pihak yang terkait
langsung maupun tak langsung dalam kesepakatan tersebut (Ghufron Mas’adi,2002). Akad
yang sudah terjadi harus dipenuhi dan tidak boleh diingkari.
Jenis Akad
Akad dari segi ada atau tidak adanya kompensasi,fiqih muamalat membagi lagi akadmenjadi
dua bagian,yakni akad tabarru’ dan akad tijarah/mu’wadah
1. Akad tabbaru (gratuitous contract) yaitu perjanjian yang merupakan transaksi yang
tidak ditujukan untuk memperoleh laba(transaksi nirlaba).Tujuan dari transaksi ini
adalah tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan.
Ada 3 bentuk akad Tabarru’:
a. Meminjamkan uang
Meminjamkan uang termasuk akad tabarru karena tidak boleh melebihkan
pembayaran atas pinjaman yang kita berikan,karena setiap kelebihan tanpa
‘iwad adalah riba.Ada minimal 3 jenis pinjaman,yaitu:
1) Qardh: merupakan pinjaman yang diberikan tanpa mensyaratkan apa
pun,selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu
tertentu.
2) Rahn: merupakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam
bentuk atau jumlah tertentu.
3) Hiwalah adalah bentuk pinjaman dengan cara mengambil alih piutang
dari pihak lain.
b. Meminjamkan Jasa
Meminjamkan jasa berupa keahlian atau ketrampilan termasuk akad
tabarru.Ada minimal 3 jenis pinjaman,yaitu:
1) Wakalah: memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat ini untuk
melakukan sesuatu atas nama orang lain.
2) Wadi’ah: merupakan bentuk turunan akad wakalah,dimana pada akad
ini telah dirinci/didetailkan tentang jenis pemeliharaan dan penitipan.
3) Kafalah: juga merupakan bentuk turunan akad wakalah,di mana pada
akad ini terjadi atas wakalah bersyarat (contingent wakalah).
c. Memberikan sesuatu
Dalam akad ini,pelaku memberikan sesuatu pada orang lain.Ada minimal 3
bentuk akad ini:
1) Waqaf: merupakan pemberian dan penggunaan pemberian yang
dilakukan tersebut untuk kepentingan umum dan agama,serta
pemberian itu tidak dapat dipindahtangankan.
2) Hibah,shadaqah: merupakan pemberian sesuatu secara sukarela kepada
orang lain.
2. Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi untuk laba.
Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan yang sifatnya komersial.
Contoh Akad tijarah adalah investasi, jual-beli, sewa-menyewa, dan lain-lain
berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh.
Akad tijarah dapat di bagi menjadi dua kelompok yaitu
a. Natural uncertainly contract adalah suatu jenis kontrak transaksi secara
alamiah mengandung ketidakpastian dalam perolehan keuntungan. Contoh
akad dalam kelompok ini adalah musyarakat, mudharabah, muzara’ah,
musaqah, dan mukhabarah, bentuknya adalah akad kerja sama untuk
melakukan bisnis.
b. Natural certainly contract adalah jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang
memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya, baik dari segi jumlah dan
waktu penyerahannya, masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak dapat
melakukan prediksi terhadap jumlah maupun pembayarannya.
Rukun dan Syarat Akad
Rukun dan Syarat sahnya suatu akad ada 3 (tiga) yaitu
1. Pelaku yaitu para pihak yang melakukan akad (penjualan dan pembeli, penyewa dan
yang menyewakan,karyawan dan majikan, shahibul maal dan mudharib,mitra dengan
mitra dalam musyarakah dan lain sebagainya).Untuk pihak yang melakukan akad
harus memenuhi syarat yaitu orang yang merdeka,mukalaf,dan orang yang sehat
akalnya.
2. Objek akad merupakan sebuah konsekuensii yang harus ada dengan dilakukannya
suatu transaksi tertentu. Objek jual-beli adalahbarang dagangan, objek mudharabah
dan musyarakah adalah modal dan kerja. Objek menyewa adalah manfaat aatas
barang yang disewakan dan seterusnya.
3. Ijab kabul merupakan kesepakatan dari para pelaku dan menunjukkan mereka saling
ada. Tidak sah bila suatu transaksi apabila ada satu pihak yang terpaksa
melakukannya dan karrenanya akad dapat menjadi batal.
TRANSAKSI YANG DILARANG
Seabagaimana telah dijelaskan diatas, hukum asal dalam muamalah adalah semuanya
diperbolehkan kecuali ada ketentuan syariah yang melarangnya. Larangan ini
disebabkanantara lain dapat membuat mmaksiat/melakukan hal yang dilarang Allah, adanya
penipuan adanya unsur menzalimi pihak yang bertransaksi dan sebagainya.
Jadi setiap transaksi bisnis harus didasarkan kepada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak
dan tidak bathil yaitu tidak adapihak yang menzalimi dan dizalimi sehingga jika memperoleh
hasil harus mau mengeluarkan biaya dan jika untung harus mau menanggung resiko.
Semua aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan
barang dan jasa yang diharamkan Allah
Aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan barang dan jasa
yang diharamkan Allah seperti babi, khamar atau minuman yang memabukkan, narkoba dan
sebagainya
“Sesungguhnya allah hanya mengharamkan atasmu bagkai, darah, daging babi dan
(hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barang siapa
terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak melampaui batas,
maka sungguh Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang ” (QS 16:115)
Riba
Riba berasal dari bahasa arab yang berarti tambahan (al-ziyadah), berkembang (an-nuwuw),
meningkat (al-irtifa’), dan membesar (al-‘uluw).
Imam Sarakhzi mendefinisikan riba sebagai tambahan yang disyaratkan dalam transaksi
bisnis tanpa adanya padanan (‘iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.
Setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu penyeimbang atau pengganti yang
dibenarkan syariah adalah riba. Hal yang dimaksud transaksi pengganti atau penyeimbang
yaitu transaksi bisnis yang komersil yang melegitimasi adanya penambahan secara adil,
seperti jual beli, sewa menyewa, bagi hasil proyek, dimana dalam transaksitersebut ada faktor
penyeimbangnya berupa ikhtiar/usaha, resiko dan biaya.
Larangan riba dalam Al-Qur’an melalui 4 tahap
1. Tahap 1 (QS 30:39)
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah,
maka tidak menambah dalam perdangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-
orang yang melipatgandakan(pahalanya).”
Dalam ayat yang diturunkan pada periode Mekah ini,manusia diberi peringatan bahwa
pada hakikatnya riba tidak menambah kebaikan di sisi Allah,belum berupa larangan
yang keras.
2. Tahap 2 (QS 4:161)
“Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang
dirinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (bathil).
Dan kami sediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka azab yang pedih“
Ayat yang diturunkanpada periode Madinah ini memberikan pelajaran kepada kita
mengenai perjalanan hidup orang Yahudi yang melanggar larangan Allah berupa riba
kemudian diberi siksa yang pedih.
3. Tahap 3 (QS 3:130)
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung“
Larangan riba telah mulai ditetapkan secara lebih jelas,walaupun pelarangan masih
terbatas pada riba yang berlipat ganda.
4. Tahap 4 (QS 2:278-280)
“Hai orang-orang yang beriman, bertqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa
riba jika kamu orang-orang yang beriman“
“Maka jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan
Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu
tidak berbuat zalim dan tidak pula dizalimi“
“Dan jika (orang-orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berikanlah
tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan,
itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui“
Ayat di atas merupakan tahapan terakhir riba yaitu ketetapan yang menyatakan
dengan tegas dan jelas bahwa semua praktik riba itu dilarang (haram),tidak peduli
pada besar kecilnya tambahan yang diberikan karena Allah hanya membolehkan
pengembalian sebesar pokoknya saja.Bagi yang tetap memungut riba,ada ancaman
yang sangat keras yaitu Allah dan Rasul akan memeranginya.
Jenis Riba
1. Riba Nasi’ah
Adalah riba yang muncul karena utang-piutang. Riba Nasi’ah dapat terjadi dalam
segala jenis transaksi kredit atau utang-piutang dimana satu pihak harus membayar
lebih besar dari pokok pinjamannya.
2. Riba Fadhl
Adalah riba yang muncul karena transaksi pertukaran / barter
Riba Fadhl dapat terjadi apabila ada kelebihan/penambahan padasalah satu barang
ribawi/barang sejenis yang dipertukarkan baik pertukaran dilakukan tangan ke
tangan ( tunai ) atau kredit.
Barang ribawi adalah barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan satu
dan lainnya. Contohnya : emas, perak, jenis gandum,kurma,tepung,anggur dan
garam.
Contoh tunai : jual beli valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara tunai.
Pengaruh Riba Pada Kehidupan Manusia
Imam Razi mencoba menjelaskan mengapa bunya dalam islam dilarang, alasannya antara
lain :
1. Riba merupakan transaksi yang tidak adil dan mengakibatkan pinjaman jatuh
miskin karena dieksploitasi, karena riba mengambil harta orang lain tanpa imbalan.
2. Riba akan menghalangi orang untuk melakukan usaha karena pemilik dapat
menambah hartanya dengan transaksi riba baik secara tunai maupun berjangka.
3. Riba akan menyebabkan terputusnya hubungan baik antar masyarakat dalam
bidang pinjam meminjam. Jika diharamkan, setiap orang akan merasa rela
meminjamkan uang satu rupiah dan mendapat pengembalian sebesar satu rupiah.
Sedangkan jika riba dihalalkan, orang yang memiliki kebutuhan mendesak akan
mendapatkan uang satu rupiah dan mengembalikan sebesar dua rupiah. Hal ini
menyebabkan hilangnya perasaan belas kasihan, kebaikan, dan kabajikan.
4. Pada umumnya orang memberikan pinjaman adalah orang kaya, sedang yang
sedang meminjam adalah orang miskin. Sehingga orang yang jaya akan bertambah
kaya sedangkan yang miskin akan bertambah miskin
Penipuan
Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak
lain dan dapat terjadi dalam 4 hal, yakni dalam kuantitas, harga dan waktu penyerahan.
Empat jenis penipuan tersebut dapat membatalkan akad transaksi, karena tidak terpenuhinya
prinsip rela sama rela dan tidak memiliki informasi yang sama.
Perjudian
Berjudi atau maisir dalam bahasa arab arti harfiahnya adalah memperoleh sesuatu atau
mendapat keuntungan dengan sangat mudah tanpa kerja keras.
Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua pihak atau lebih. Dimana mereka
menyerahkan uang/hartanya, kemudian menggandakan permainan tertentu, baik dengan
kartu, adu ketangkasan, kuis sms, tebak skor bola atau media lainnya.
Transaksi yang mengandung ketidakpastian / gharar
Syariah melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian (gharar) dari kedua belah
pihak yang bertransaksi.. ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara para pihak
dan pihak yang dirugikan. Ketidakjelasan dapat terjadi dalam lima hal, yakni dalam
kuantitas,kualitas,harga,waktu penyerahan dan akad.
Contoh : transaksi sewa-beli, mengandung gharar, karena ada ketidakjelasan akad man yang
berlaku : akad beli atau akad sewa.
Penimbunan barang / ihtikar
Penimbunan adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, kemudian
menyimpannya, sehingga barang tersebut berkurang dipasaran dan mengakibatkan
peningkatan harga. Penimbunan seperti ini dilarang karena dapat merugikan orang lain
dengan kelangkaannya/sulit didapat dan harganya yang tinggi. Dengan kata lain penimbun
mendapatkan keuntungan yang besar dibawah penderitaan orang lain.
Contoh : penimbunan BBM saat harga BBM akan mengalami kenaikan harga.
Monopoli
Walaupun monopolis tidak selalu melakukan penimbunan barang, Monopoli biasanya
dilakukan dengan membuat entry barrier, untuk menghambat produsen atau penjual masuk
kedalam pasar agar ia menjadi pemain tunggal di pasar dan dapat menghasilkan keuntungan
yang tinggi.
Dari Anas r.a berkata :
“ wahai Rasullullah saw, harga-harga naik, tentukanlah harga untuk kami. Rasulullah lalu
menjawab : “Allahlah yangsesungguhnya penentu harga, penahanm pembentang dan
pemberi rezeki. Aku berharap agar bertemu dengan Allah, tak ada seorangpun yang
meminta padaku tentang adanya kezaliman dalam urusan darah dan harta.”
Rekayasa permintaan (bai’an najsy)
An-Najsy termasukdalam kategori penipuan (tadlis), karena merekayasa permintaan,
dimana satu pihak berpura-pura mengajukan penawaran dengan harga yang tinggi, agar
calon pembeli tertarik dan membeli barang tersebutdengan harga yang tinggi.
“Janganlah kamu sekalian melakukan penawaran barang tanpa maksud untuk
membeli.” (HR. Turmidzi)
Suap
Suap dilarang karena dapat merusak system yang ada di dalam masyarakat, sehingga
menimbulkan ketidakadilan social dan persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap
pasti akan diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.
“…dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim….” (QS
2:188)
“rasulullah saw melaknat penyuap, penerima suap dan orang yang menyaksikan
penyuapan.” (HR. Ahmad, Thabrani, Al-Bazar dan Al-Hakim)
Penjual bersyarat/ta’alluq
Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan di mana berlakunya akad pertama
tergantung pada akad kedua, sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun
(sesuatu yang harus ada dalam akad) yaitu objek akad.
Pembelian kembali oleh penjual dari pihak pembeli (bai’ al inah)
Contoh : A menjual secara kredit pada B kemudian A membeli kembali barang yang sama
dari B secara tunai. Dari contoh ini, kita lihat ada dua pihak yang seolah-olah melakukan jual
bel, namun tujuannya bukan untuk mendapatkan barang melainkan A mengharapkan untuk
mendapatkan uang tunai sedangkan B mengharapkan kelebihan pembayaran.
Jual beli dengan cara talaqqi al-rukban
Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau pembawa barang
perniagaan dan membelinya, di mana pihak penjual tidak mengetahui harga pasar atas barang
dagangan yang dibawanya sementara pihak pembeli mengaharapkan keuntungan yang
berlipat dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka. Cara ini tidak diperbolahkan secara
syariah sesuai dengan sabda Rasulullah :
“janganlah kamu mencegat kalifah/rombongan yang membawa dagangan di jalan,
siapa yang melakukan itu dan membeli darinya, maka jika pemilik barang tersebut
tiba di pasar (mengetahui harga), ia boleh berkhiar.” (HR. Muslim)
PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
Berikut ini adalah prinsip system keuangan islam sebagaimana diatur melalui Al-Quran dan
As-sunnah.
1. Pelarangan Riba. Riba merupakan pelanggaran atas system keadilan sosial, persamaan
dan hak atas barang. Karena system riba ini hanya menguntungkan para pemberi
pinjaman/pemilik harta, sedangkan pengusaha tidak diperlakukan sama.
2. Pembagian Risiko. Melalui pembagian risiko maka pembagian hasil akan dilakukan
di belakang yang besarannya tergantung dari hasil yang diperoleh. Hal ini juga
membuat kedua belah pihak akan saling membantu untuk bersama-sama memperoleh
laba, selain lebih mencerminkan keadilan.
3. Tidak Menganggap Uang Sebagai Modal Potensial. System keuangan islam
memandang uang boleh dianggap sebagai modal kalau digunakan bersamaan dengan
sumber daya yang lain untuk memperoleh laba.
4. Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan pelanggaran untuk
transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan memiliki
risiko yang sangat besar.
5. Kesucian Kontrak. Kesucian berarti islam menilai perjanjian itu adalah suatu yang
tinggi nilainya sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengan
kontrak harus dilakukan. Hal ini akan mengurangi risiko atas informasi yang asimetri
dan timbulnya moral hazard.
6. Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah. Seluruh kegiatan usaha tersebut haruslah
merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah.
Jadi, prinsip keuangan syariah merupakan ikhtisar transaksi bisnis yang diperbolehkan
syariah, yang mengacu pada prinsip rela sama rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak
yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama
biaya (al kharaj bi al dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi)
INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH
Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Akad investasi di mana akad ini merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty
contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut.
Mudharabah, bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, pemilik modal
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola untuk melakukan kegiatan usaha
dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh, kerugian ditanggung
pemilik dana sepanjang tidak ada kesengajaan atau kelalaian oleh pengelola.
Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal untuk
menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu
kemitraan.
Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.
Saham Syariah produknya harus sesuai syariah.
2. Akad jual beli/sewa menyewa di mana akad ini merupakan jenis akad tijarah dengan
bentuk certainty contract. Kelompok akad ini adalah.
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan
dan keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli.
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualkan belum ada. Barang
diserahkan secara tangguh, dan pembayarannya tunai.
Istihna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam istihna’
pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali atau
ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.
Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.
3. Akad lainnya. Kelompok akad ini adalah.
Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada
pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil, pihak
penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut.
Qhardul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan,
waktu pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima
pinjaman.
Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak ke pihak lain.
Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas pembayaran
utang satu pihak pada pihak lain.
Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama kepada pihak lain
atas dasar saling memercayai.
Rahn merupakan sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan aktiva.
AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH
BAB 5
SISTEM KEUANGAN SYARIAH
Disusun oleh:
1. Anas Setya Mei.A (B 200 110 251)
2. Nia Intan.P (B 200 110 252)
3. Karina Ekky.D (B 200 110 253)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
top related