makalah bab 5-sistem-keuangan-syariah.docx

20
BAB II PEMBAHASAN SISTEM KEUANGAN SYARIAH KONSEP MEMELIHARA HARTA KEKAYAAN Memelihara harta bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia diperoleh dan digunakan sesuai dengan syariah, sehingga harta yang dimiliki halal dan sesuai dengan keinginan pemilik mutlak dari harta kekayaan tersebut yaitu Allah SWT. Anjuran Bekerja atau Berniaga Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari kegiatan meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta untuk memenuhi sebagian perintah Allah seperti infaq, zakat, pergi haji, perang (jihat) dan sebagainya. Konsep Kepemilikan Harta yang baik itu harus memenuhi dua kriteria, yaitu diperoleh dengan cara yang sah dan benar, serta dipergunaan dengan dan untuk hal yang baik di jalan Allah SWT. Allah SWT adalah pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di dunia ini. sedangkan manusia adalah wakil Allah dimuka bumi ini yang memberi kekuasaan untuk mengolahnya Menurut islam, kepemilikan, harta kekayaan pada manusia terbatas pada kepemilikan kemanfaatannya selama masih hidup di

Upload: karina-ekky-damayanti

Post on 30-Dec-2014

53 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

BAB II

PEMBAHASAN

SISTEM KEUANGAN SYARIAH

KONSEP MEMELIHARA HARTA KEKAYAAN

Memelihara harta bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia diperoleh dan

digunakan sesuai dengan syariah, sehingga harta yang dimiliki halal dan sesuai dengan

keinginan pemilik mutlak dari harta kekayaan tersebut yaitu Allah SWT.

Anjuran Bekerja atau Berniaga

Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari kegiatan

meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta untuk memenuhi

sebagian perintah Allah seperti infaq, zakat, pergi haji, perang (jihat) dan sebagainya.

Konsep Kepemilikan

Harta yang baik itu harus memenuhi dua kriteria, yaitu diperoleh dengan cara yang

sah dan benar, serta dipergunaan dengan dan untuk hal yang baik di jalan Allah SWT. Allah

SWT adalah pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di dunia ini. sedangkan manusia adalah

wakil Allah dimuka bumi ini yang memberi kekuasaan untuk mengolahnya

Menurut islam, kepemilikan, harta kekayaan pada manusia terbatas pada kepemilikan

kemanfaatannya selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan secara mutlak.

Kepemilikan tersebut berakhir dan harus didistribusikan kepada ahli warisnya sesuai dengan

ketentuan syariah.

PENGGUNAAN DAN PENDISTRIBUSIAN HARTA

Islam mengatur setiap aspek kehidupan ekonomi penuh dengan pertimbangan moral.

Ketentuan syariah berkaitan dengan penggunaan harta antara lain :

Page 2: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

1. Tidak boros dan tidak kikir

Kita dapat melihat bahwa Allah SWT sebagai sang pencipta mengajarkan kepada kita

suatu konsep hidup “pertengahan” yang luar biasa,untuk hidup dalam batas-batas

kewajaran,tidak boros/berlebih-lebihan dan tidak kikir.

2. Memberi infaq dan shodaqoh

Membelanjakan harta dengan tujuan untuk mencari rida Allah dengan berbuat

kebajikan.Misalnya,untuk mendirikan tempat peribadatan,rumah yatim

piatu,menolong kaum kerabat,memberi pinjaman tanpa imbalan,ayau mendirikan

bantuan dalam bentuk apa pun yang diperlukanoleh mereka yang

membutuhkan..Sesungguhnya,uang yang diinfakkan adalah rezeki yang nyata bagi

manusia karena ada imbalan yang dilipatgandakan Allah (di dunia dan di akhirat,serta

akan menjadi penolong di hari akhir nanti pada saat dimana tidak ada sesuatupun

yang dapat menolong kita.

3. Membayar zakat sesuai ketentuan

Setiap manusia beriman yang memiliki harta melampaui ukuran tertentu,diwajibkan

untuk mengeluarkan zakat untuk orang yang tidak mampu,sehingga dapat tercipta

keadilan sosial,rasa kasih saying dan rasa tolong menolong.

4. Memberi pinjaman tanpa bunga (Qardhul hasan)

Memberikan pinjaman kepada sesame muslim yang membutuhkan,dengan tidak

menambah jumlah yang harus dikembalikan (bunga/riba).Bentuk pinjaman ini

bertujuan untuk mempermudah pihak yang menerima pinjaman,tidak memberatkan

sehingga dapat menggunakan modal pinjaman tersebut untuk hal-hal yang produktif

dan halal.

5. Meringankan kesulitan orsng yang berutang

Perolehan Harta

Memperoleh harta adalah sebagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan salah satu aspek

dari muamalah ( mengatur hubungsn msnusia dengan manusia ). Kaidah fikih dari muamalah

adalah semua halal dan boleh dilakukan kecuali diharamkan.Dapat ditarik kesimpulan bahwa

hukum dasar muamalah adalah boleh,karena tidak mungkin Allah menciptakan segala

sesuatu dan menundukkannya bagi manusia kalau akhirnya semua itu dilarang atau

diharamkan.

Page 3: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

AKAD / KONTRAK / TRANSAKSI

Akad transaksi berasal dari bahasa arab ‘al-aqd’, jamaknya ‘a;-uqud’, berarti ikatan atau

mengikat ( al-rabth). Menurut hukum lain akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan

penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap

objeknya (Ghufron Mas’adi,2002). Menurut Abdul Rozak al-Sanhuri dalam Nadhariyatul

‘aqli’, akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban

hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiaban,yang mengikatpihak-pihak yang terkait

langsung maupun tak langsung dalam kesepakatan tersebut (Ghufron Mas’adi,2002). Akad

yang sudah terjadi harus dipenuhi dan tidak boleh diingkari.

Jenis Akad

Akad dari segi ada atau tidak adanya kompensasi,fiqih muamalat membagi lagi akadmenjadi

dua bagian,yakni akad tabarru’ dan akad tijarah/mu’wadah

1. Akad tabbaru (gratuitous contract) yaitu perjanjian yang merupakan transaksi yang

tidak ditujukan untuk memperoleh laba(transaksi nirlaba).Tujuan dari transaksi ini

adalah tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan.

Ada 3 bentuk akad Tabarru’:

a. Meminjamkan uang

Meminjamkan uang termasuk akad tabarru karena tidak boleh melebihkan

pembayaran atas pinjaman yang kita berikan,karena setiap kelebihan tanpa

‘iwad adalah riba.Ada minimal 3 jenis pinjaman,yaitu:

1) Qardh: merupakan pinjaman yang diberikan tanpa mensyaratkan apa

pun,selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu

tertentu.

2) Rahn: merupakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam

bentuk atau jumlah tertentu.

3) Hiwalah adalah bentuk pinjaman dengan cara mengambil alih piutang

dari pihak lain.

b. Meminjamkan Jasa

Meminjamkan jasa berupa keahlian atau ketrampilan termasuk akad

tabarru.Ada minimal 3 jenis pinjaman,yaitu:

1) Wakalah: memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat ini untuk

melakukan sesuatu atas nama orang lain.

Page 4: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

2) Wadi’ah: merupakan bentuk turunan akad wakalah,dimana pada akad

ini telah dirinci/didetailkan tentang jenis pemeliharaan dan penitipan.

3) Kafalah: juga merupakan bentuk turunan akad wakalah,di mana pada

akad ini terjadi atas wakalah bersyarat (contingent wakalah).

c. Memberikan sesuatu

Dalam akad ini,pelaku memberikan sesuatu pada orang lain.Ada minimal 3

bentuk akad ini:

1) Waqaf: merupakan pemberian dan penggunaan pemberian yang

dilakukan tersebut untuk kepentingan umum dan agama,serta

pemberian itu tidak dapat dipindahtangankan.

2) Hibah,shadaqah: merupakan pemberian sesuatu secara sukarela kepada

orang lain.

2. Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi untuk laba.

Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan yang sifatnya komersial.

Contoh Akad tijarah adalah investasi, jual-beli, sewa-menyewa, dan lain-lain

berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh.

Akad tijarah dapat di bagi menjadi dua kelompok yaitu

a. Natural uncertainly contract adalah suatu jenis kontrak transaksi secara

alamiah mengandung ketidakpastian dalam perolehan keuntungan. Contoh

akad dalam kelompok ini adalah musyarakat, mudharabah, muzara’ah,

musaqah, dan mukhabarah, bentuknya adalah akad kerja sama untuk

melakukan bisnis.

b. Natural certainly contract adalah jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang

memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya, baik dari segi jumlah dan

waktu penyerahannya, masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak dapat

melakukan prediksi terhadap jumlah maupun pembayarannya.

Rukun dan Syarat Akad

Rukun dan Syarat sahnya suatu akad ada 3 (tiga) yaitu

1. Pelaku yaitu para pihak yang melakukan akad (penjualan dan pembeli, penyewa dan

yang menyewakan,karyawan dan majikan, shahibul maal dan mudharib,mitra dengan

mitra dalam musyarakah dan lain sebagainya).Untuk pihak yang melakukan akad

harus memenuhi syarat yaitu orang yang merdeka,mukalaf,dan orang yang sehat

akalnya.

Page 5: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

2. Objek akad merupakan sebuah konsekuensii yang harus ada dengan dilakukannya

suatu transaksi tertentu. Objek jual-beli adalahbarang dagangan, objek mudharabah

dan musyarakah adalah modal dan kerja. Objek menyewa adalah manfaat aatas

barang yang disewakan dan seterusnya.

3. Ijab kabul merupakan kesepakatan dari para pelaku dan menunjukkan mereka saling

ada. Tidak sah bila suatu transaksi apabila ada satu pihak yang terpaksa

melakukannya dan karrenanya akad dapat menjadi batal.

TRANSAKSI YANG DILARANG

Seabagaimana telah dijelaskan diatas, hukum asal dalam muamalah adalah semuanya

diperbolehkan kecuali ada ketentuan syariah yang melarangnya. Larangan ini

disebabkanantara lain dapat membuat mmaksiat/melakukan hal yang dilarang Allah, adanya

penipuan adanya unsur menzalimi pihak yang bertransaksi dan sebagainya.

Jadi setiap transaksi bisnis harus didasarkan kepada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak

dan tidak bathil yaitu tidak adapihak yang menzalimi dan dizalimi sehingga jika memperoleh

hasil harus mau mengeluarkan biaya dan jika untung harus mau menanggung resiko.

Semua aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan

barang dan jasa yang diharamkan Allah

Aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan barang dan jasa

yang diharamkan Allah seperti babi, khamar atau minuman yang memabukkan, narkoba dan

sebagainya

“Sesungguhnya allah hanya mengharamkan atasmu bagkai, darah, daging babi dan

(hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barang siapa

terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak melampaui batas,

maka sungguh Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang ” (QS 16:115)

Riba

Riba berasal dari bahasa arab yang berarti tambahan (al-ziyadah), berkembang (an-nuwuw),

meningkat (al-irtifa’), dan membesar (al-‘uluw).

Imam Sarakhzi mendefinisikan riba sebagai tambahan yang disyaratkan dalam transaksi

bisnis tanpa adanya padanan (‘iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.

Setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu penyeimbang atau pengganti yang

Page 6: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

dibenarkan syariah adalah riba. Hal yang dimaksud transaksi pengganti atau penyeimbang

yaitu transaksi bisnis yang komersil yang melegitimasi adanya penambahan secara adil,

seperti jual beli, sewa menyewa, bagi hasil proyek, dimana dalam transaksitersebut ada faktor

penyeimbangnya berupa ikhtiar/usaha, resiko dan biaya.

Larangan riba dalam Al-Qur’an melalui 4 tahap

1. Tahap 1 (QS 30:39)

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah,

maka tidak menambah dalam perdangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa

zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-

orang yang melipatgandakan(pahalanya).”

Dalam ayat yang diturunkan pada periode Mekah ini,manusia diberi peringatan bahwa

pada hakikatnya riba tidak menambah kebaikan di sisi Allah,belum berupa larangan

yang keras.

2. Tahap 2 (QS 4:161)

“Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang

dirinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (bathil).

Dan kami sediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka azab yang pedih“

Ayat yang diturunkanpada periode Madinah ini memberikan pelajaran kepada kita

mengenai perjalanan hidup orang Yahudi yang melanggar larangan Allah berupa riba

kemudian diberi siksa yang pedih.

3. Tahap 3 (QS 3:130)

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat

ganda dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung“

Larangan riba telah mulai ditetapkan secara lebih jelas,walaupun pelarangan masih

terbatas pada riba yang berlipat ganda.

Page 7: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

4. Tahap 4 (QS 2:278-280)

“Hai orang-orang yang beriman, bertqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa

riba jika kamu orang-orang yang beriman“

“Maka jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan

Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu

tidak berbuat zalim dan tidak pula dizalimi“

“Dan jika (orang-orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berikanlah

tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan,

itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui“

Ayat di atas merupakan tahapan terakhir riba yaitu ketetapan yang menyatakan

dengan tegas dan jelas bahwa semua praktik riba itu dilarang (haram),tidak peduli

pada besar kecilnya tambahan yang diberikan karena Allah hanya membolehkan

pengembalian sebesar pokoknya saja.Bagi yang tetap memungut riba,ada ancaman

yang sangat keras yaitu Allah dan Rasul akan memeranginya.

Jenis Riba

1. Riba Nasi’ah

Adalah riba yang muncul karena utang-piutang. Riba Nasi’ah dapat terjadi dalam

segala jenis transaksi kredit atau utang-piutang dimana satu pihak harus membayar

lebih besar dari pokok pinjamannya.

2. Riba Fadhl

Adalah riba yang muncul karena transaksi pertukaran / barter

Riba Fadhl dapat terjadi apabila ada kelebihan/penambahan padasalah satu barang

ribawi/barang sejenis yang dipertukarkan baik pertukaran dilakukan tangan ke

tangan ( tunai ) atau kredit.

Barang ribawi adalah barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan satu

dan lainnya. Contohnya : emas, perak, jenis gandum,kurma,tepung,anggur dan

garam.

Contoh tunai : jual beli valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara tunai.

Page 8: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

Pengaruh Riba Pada Kehidupan Manusia

Imam Razi mencoba menjelaskan mengapa bunya dalam islam dilarang, alasannya antara

lain :

1. Riba merupakan transaksi yang tidak adil dan mengakibatkan pinjaman jatuh

miskin karena dieksploitasi, karena riba mengambil harta orang lain tanpa imbalan.

2. Riba akan menghalangi orang untuk melakukan usaha karena pemilik dapat

menambah hartanya dengan transaksi riba baik secara tunai maupun berjangka.

3. Riba akan menyebabkan terputusnya hubungan baik antar masyarakat dalam

bidang pinjam meminjam. Jika diharamkan, setiap orang akan merasa rela

meminjamkan uang satu rupiah dan mendapat pengembalian sebesar satu rupiah.

Sedangkan jika riba dihalalkan, orang yang memiliki kebutuhan mendesak akan

mendapatkan uang satu rupiah dan mengembalikan sebesar dua rupiah. Hal ini

menyebabkan hilangnya perasaan belas kasihan, kebaikan, dan kabajikan.

4. Pada umumnya orang memberikan pinjaman adalah orang kaya, sedang yang

sedang meminjam adalah orang miskin. Sehingga orang yang jaya akan bertambah

kaya sedangkan yang miskin akan bertambah miskin

Penipuan

Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak

lain dan dapat terjadi dalam 4 hal, yakni dalam kuantitas, harga dan waktu penyerahan.

Empat jenis penipuan tersebut dapat membatalkan akad transaksi, karena tidak terpenuhinya

prinsip rela sama rela dan tidak memiliki informasi yang sama.

Perjudian

Berjudi atau maisir dalam bahasa arab arti harfiahnya adalah memperoleh sesuatu atau

mendapat keuntungan dengan sangat mudah tanpa kerja keras.

Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua pihak atau lebih. Dimana mereka

menyerahkan uang/hartanya, kemudian menggandakan permainan tertentu, baik dengan

kartu, adu ketangkasan, kuis sms, tebak skor bola atau media lainnya.

Transaksi yang mengandung ketidakpastian / gharar

Syariah melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian (gharar) dari kedua belah

pihak yang bertransaksi.. ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara para pihak

dan pihak yang dirugikan. Ketidakjelasan dapat terjadi dalam lima hal, yakni dalam

kuantitas,kualitas,harga,waktu penyerahan dan akad.

Page 9: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

Contoh : transaksi sewa-beli, mengandung gharar, karena ada ketidakjelasan akad man yang

berlaku : akad beli atau akad sewa.

Penimbunan barang / ihtikar

Penimbunan adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, kemudian

menyimpannya, sehingga barang tersebut berkurang dipasaran dan mengakibatkan

peningkatan harga. Penimbunan seperti ini dilarang karena dapat merugikan orang lain

dengan kelangkaannya/sulit didapat dan harganya yang tinggi. Dengan kata lain penimbun

mendapatkan keuntungan yang besar dibawah penderitaan orang lain.

Contoh : penimbunan BBM saat harga BBM akan mengalami kenaikan harga.

Monopoli

Walaupun monopolis tidak selalu melakukan penimbunan barang, Monopoli biasanya

dilakukan dengan membuat entry barrier, untuk menghambat produsen atau penjual masuk

kedalam pasar agar ia menjadi pemain tunggal di pasar dan dapat menghasilkan keuntungan

yang tinggi.

Dari Anas r.a berkata :

“ wahai Rasullullah saw, harga-harga naik, tentukanlah harga untuk kami. Rasulullah lalu

menjawab : “Allahlah yangsesungguhnya penentu harga, penahanm pembentang dan

pemberi rezeki. Aku berharap agar bertemu dengan Allah, tak ada seorangpun yang

meminta padaku tentang adanya kezaliman dalam urusan darah dan harta.”

Rekayasa permintaan (bai’an najsy)

An-Najsy termasukdalam kategori penipuan (tadlis), karena merekayasa permintaan,

dimana satu pihak berpura-pura mengajukan penawaran dengan harga yang tinggi, agar

calon pembeli tertarik dan membeli barang tersebutdengan harga yang tinggi.

“Janganlah kamu sekalian melakukan penawaran barang tanpa maksud untuk

membeli.” (HR. Turmidzi)

Suap

Suap dilarang karena dapat merusak system yang ada di dalam masyarakat, sehingga

menimbulkan ketidakadilan social dan persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap

pasti akan diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.

Page 10: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

“…dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim….” (QS

2:188)

“rasulullah saw melaknat penyuap, penerima suap dan orang yang menyaksikan

penyuapan.” (HR. Ahmad, Thabrani, Al-Bazar dan Al-Hakim)

Penjual bersyarat/ta’alluq

Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan di mana berlakunya akad pertama

tergantung pada akad kedua, sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun

(sesuatu yang harus ada dalam akad) yaitu objek akad.

Pembelian kembali oleh penjual dari pihak pembeli (bai’ al inah)

Contoh : A menjual secara kredit pada B kemudian A membeli kembali barang yang sama

dari B secara tunai. Dari contoh ini, kita lihat ada dua pihak yang seolah-olah melakukan jual

bel, namun tujuannya bukan untuk mendapatkan barang melainkan A mengharapkan untuk

mendapatkan uang tunai sedangkan B mengharapkan kelebihan pembayaran.

Jual beli dengan cara talaqqi al-rukban

Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau pembawa barang

perniagaan dan membelinya, di mana pihak penjual tidak mengetahui harga pasar atas barang

dagangan yang dibawanya sementara pihak pembeli mengaharapkan keuntungan yang

berlipat dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka. Cara ini tidak diperbolahkan secara

syariah sesuai dengan sabda Rasulullah :

“janganlah kamu mencegat kalifah/rombongan yang membawa dagangan di jalan,

siapa yang melakukan itu dan membeli darinya, maka jika pemilik barang tersebut

tiba di pasar (mengetahui harga), ia boleh berkhiar.” (HR. Muslim)

PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH

Berikut ini adalah prinsip system keuangan islam sebagaimana diatur melalui Al-Quran dan

As-sunnah.

Page 11: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

1. Pelarangan Riba. Riba merupakan pelanggaran atas system keadilan sosial, persamaan

dan hak atas barang. Karena system riba ini hanya menguntungkan para pemberi

pinjaman/pemilik harta, sedangkan pengusaha tidak diperlakukan sama.

2. Pembagian Risiko. Melalui pembagian risiko maka pembagian hasil akan dilakukan

di belakang yang besarannya tergantung dari hasil yang diperoleh. Hal ini juga

membuat kedua belah pihak akan saling membantu untuk bersama-sama memperoleh

laba, selain lebih mencerminkan keadilan.

3. Tidak Menganggap Uang Sebagai Modal Potensial. System keuangan islam

memandang uang boleh dianggap sebagai modal kalau digunakan bersamaan dengan

sumber daya yang lain untuk memperoleh laba.

4. Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan pelanggaran untuk

transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan memiliki

risiko yang sangat besar.

5. Kesucian Kontrak. Kesucian berarti islam menilai perjanjian itu adalah suatu yang

tinggi nilainya sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengan

kontrak harus dilakukan. Hal ini akan mengurangi risiko atas informasi yang asimetri

dan timbulnya moral hazard.

6. Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah. Seluruh kegiatan usaha tersebut haruslah

merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah.

Jadi, prinsip keuangan syariah merupakan ikhtisar transaksi bisnis yang diperbolehkan

syariah, yang mengacu pada prinsip rela sama rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak

yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama

biaya (al kharaj bi al dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi)

INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH

Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Akad investasi di mana akad ini merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty

contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut.

Mudharabah, bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, pemilik modal

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola untuk melakukan kegiatan usaha

Page 12: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh, kerugian ditanggung

pemilik dana sepanjang tidak ada kesengajaan atau kelalaian oleh pengelola.

Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal untuk

menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu

kemitraan.

Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.

Saham Syariah produknya harus sesuai syariah.

2. Akad jual beli/sewa menyewa di mana akad ini merupakan jenis akad tijarah dengan

bentuk certainty contract. Kelompok akad ini adalah.

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan

dan keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli.

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualkan belum ada. Barang

diserahkan secara tangguh, dan pembayarannya tunai.

Istihna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam istihna’

pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali atau

ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.

Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk

mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.

3. Akad lainnya. Kelompok akad ini adalah.

Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.

Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada

pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil, pihak

penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut.

Qhardul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan,

waktu pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima

pinjaman.

Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak ke pihak lain.

Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas pembayaran

utang satu pihak pada pihak lain.

Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama kepada pihak lain

atas dasar saling memercayai.

Rahn merupakan sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan aktiva.

Page 13: MAKALAH BAB 5-Sistem-Keuangan-Syariah.docx

AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

BAB 5

SISTEM KEUANGAN SYARIAH

Disusun oleh:

1. Anas Setya Mei.A (B 200 110 251)

2. Nia Intan.P (B 200 110 252)

3. Karina Ekky.D (B 200 110 253)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA