local level politic_tugas kelompok 2_print 5x
Post on 04-Jan-2016
218 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Konferensi di Burg Wartenstein di bulan Juli 1966, memunculkan berbagai pengertian
dengan apa yang disebut “politik tingkat-lokal”. Suatu bentuk politik tingkat lokal yang lebih
mengarah pada hubungan komunitas yang majemuk ketimbang simplex *Gluckman, 1955b,
p. 19. dengan pelaku dan kelompok masyarakat yang berada di luar, hubungan multiplex ini
menjadi sangat vital dan langsung terlibat dalam proses politik kelompok lokal tersebut.
Politik tingkat lokal berbeda dari politik lokal meski kita ketahui bahwa politik lokal bisa
juga terjadi dalam kontek hubungan majemuk, meski tidak selengkap politik tingkat lokal.
Sebagian besar masyarakat di bumi lebih banyak dipengaruhi oleh politik tingkat lokal
ketimbang jenis politik lainnya meskipun besarnya jumlah penduduk yang tinggal di dalam
suatu kelompok tempat hubungan yang terjadi bukanlah majemuk seperti perkotaan,
perindustrian ataupun justru dalam suatu hubungan majemuk.
Pengertian atas politik dalam makalah ini memang tidak akan berupa pengertian tunggal.
Penulis menekankan bahwa banyak fitur terkait pengertian politik. Untuk itu, Penulis percaya
bahwa pengertian yang digunakan dalam makalah ini senada dengan pengertian Turner
(1966a, pp. 4-8), dengan beberapa perubahan dan penekanan untuk memberikan kejelasan
atas isu yang muncul terkait pengertian politik. Penulis menggunakan istilah politik merujuk
pada kejadian/kegiatan yang melibatkan penetapan dan pelaksanaan tujuan publik dan/atau
distribusi differensial dan penggunaan kekuasaan didalam satu kelompok atau beberapa
kelompok bergantung dengan tujuan yang akan dicapai.
Beberapa isu mungkin muncul terkait penekanan arti politik. Pada tempat pertama, perlu
ditekankan bahwa politik merujuk pada kejadian bukan pada struktur atau fungsi (cf. Cohen
dan Middleton, 1967, p. Ix). Terlihat jelas, tapi perlu banyak upaya khususnya dalam
antropologi, termasuk studi yang dilakukan oleh Smith, 1960 bahkan di banyak studi ilmu
politik, menyatakan bahwa politik adalah apa yang disebut dengan kegiatan “pemerintah”
atau paling tidak hal yang berhubungan dengan “pemerintah”. Definisi yang Penulis sebutkan
tidak banyak berhubungan dengan pemerintah atau bentuk khusus suatu struktur. Definisi
yang digunakan adalah apapun yang berhubungan dengan tujuan publik dan/atau sesuatu
yang berhubungan dengan distribusi dan/atau penggunaan kekuasaan publik, kegiatan ini
dianggap sebagai hal politis meski terjadi atau tidak di dalam atau memiliki relevansi dengan
berbagai bentuk struktur pemerintahan.
1
Tidak berarti bahwa pertimbangan struktural tersebut tidak memiliki tempat dalam studi
politik. Titik masalahnya adalah kehadiran “pemerintah” dalam berbagai bentuk bukan lah
menjadi atribut atas definisi suatu politik. Meski politik, sebagai aktivitas sosial, bersifat
universal dan berhubungan personal, tingkat munculnya suatu lembaga atas hubungan
tersebut, kemampuan ketahanan dan menjadi permanen, seperti juga tingkat pemahaman
mereka atas fenomena politik, semuanya merupakan hal penting dan harus ditetapkan secara
empiris di tiap kasusnya ketimbang harus ditetapkan secara atribut definisi. Smith (1956)
merupakan orang pertama yang menyatakan bahwa analisis yang cepat dan ringkas yang
seluruhnya bergantung pada struktur yang tidak mandiri dan tujuan disini adalah untuk
memasukkan aspek ini ke dalam studi politik dalam perspektif yang wajar.
Konsep mengenai “struktur” ini bersandar pada asumsi terdekat mengenai tempat “struktur”
memiliki banyak definisi dalam politik. Konsep utama yang digunakan disini adalah
“tujuan”. Dengan menelusuri tujuan publik para peneliti yang mengadopsi pandangan politik
seperti ini akan dapat mengidentifikasi aktivitas politik. Nadel (1953, pp. 98-100)
menyebutnya cluster “hubungan-penunjuk politis”, apakah mereka yang terlibat adalah
hubungan pemimpin-pengikut, para kompetitor, kolega, atau apapun. Lebih lagi, seluruh
proses politik (apakah itu penaklukan rival, alokasi kekuasaan atau beberapa proses lainnya)
terhubung dengan tujuan publik.
Macam hubungan yang mungkin terjadi yang melibatkan tujuan publik dan jenis serta tingkat
penyertaannya terhadap tujuan tersebut sangat bervariasi. Tujuan kelompok dapat disebutkan
oleh sang juru bicara atau cara lain agar orang lain memahami, dan bisa jadi bukan
merupakan tujuan seluruh orang dalam kelompok tersebut bahkan hanya tujuan satu individu
dalam kelompok. Tujuan publik kadangkala banyak mengalami kendala agar dapat diketahui
dengan mudah. Variasi nya bisa bermacam-macam. Karenanya, seringkali kita sulit
memahami untuk mulai menelusuri proses politik. Bagaimana orang terlibat sebenarnya
dengan tujuan kelompok atau beberapa orang dan mengumumkannya sebagai tujuan publik
merupakan isu penting dalam investpigasi empiris, tetapi dari sisi pendefinisian “politik” apa
yang harus kita tetapkan adalah keberadaan tujuan publik untuk kemudian kita uji apa yang
sebenarnya terlibat dalam pelaksanaan dan penetapannya, bersama dengan berbagai hal
terkait dalam penggunaan dan pencapaian kekuasaan.
Muncul pertanyaan, mengapa kita mengesampingkan struktur politik dan mengubahnya ke
arah “tujuan publik”. Jawabnya pastilah pada pandangan berpusat pada tujuan akan lebih
2
bermanfaat ketimbang pandangan “terpusat struktur” mengingat kemanfaatan merupakan
kriteria utama dalam menetapkan nilai definisi relatif. Untuk lebih meyakinkan mengapa kita
lebih condong pada alasan kemanfaatan ini adalah dengan membandingkan hasil sejumlah
studi atas aktivitas politik dengan beberapa studi yang menggunakan satu jenis definisi dan
beberapa jenis yang lain.
Hanya saja, mengapa alasan memahami “tujuan” menjadi sangat sentral dalam memahami
politik? Jawabnya, perilaku politik dipandang sebagai sesuatu yang memiliki tujuan/maksud
dan meskipun banyak hubungan yang terjadi antara tujuan-tujuan publik yang telah
ditetapkan dengan para aktor pelaksana, uji perilaku politik yang berpusat pada tujuan publik
memungkinkan kita melihat aktivitas politis dalam satu cara yang terhubung secara langsung
pada kejadian aktual. Azas penentuan-tujuan, tentu saja berjalan di banyak tingkat tempat
publik dan politis hanya, tetapi dengan melihat konteks sosial orientasi kita akan bisa melihat
perilaku sosial yang terlibat dalam kegiatan politik tersebut. Tentu, azas penentuan-tujuan
bukanlah suatu kegiatan politik (cf. Scwartz, Turner, and Tuden, 1966a, p. 7), tetapi terdapat
banyak kegiatan penentuan tujuan publik di setiap masyarakat dan hal ini menjadi hal yang
sangat penting untuk dipelajari. Saat kita menentukan tujuan sebagai pusat dari pandangan
studi kita, kita tidak akan berpikir terbatas pada tujuan yang signifikan di dalam suatu
kerangka kerja yang telah ditetapkan dalam suatu tatanan aktor pelaksana. Untuk itu, dalam
sudi politis hal pertama yang kita lakukan adalah menentukan apa tujuan publik yang ada dan
beranjak dari sini kita mulai menginvestigasi tatanan sosial, prinsip yang berjalan, dan nilai
yang terlibat dalam proses penentuan tujuan tersebut.
Bila kita memulai dengan tujuan publik ketimbang struktur dalam memahami politik, hal ini
akan menuntun kita pada dasar kendaraan yang akan mengarahkan kita pada tujuan tersebut,
kita akan membuka dunia politik masuk ke dalam investigasi kita dan kita akan dapat
mengerti lebih lanjut mengenai mekanisme dasar pencapaian tujuan atau, sedikitnya, kemana
mekanisme ini akan ditemukan.
Tanpa bermaksud mendukung positifisme radikal di abad ke sembilan belas, terlihat dapat
dipertahankan definisi politik berdasar pada tujuan publik ketimbang pemerintah, atau
fungsionalitas, untuk melihat pada apa yang sebenarnya terjadi. Sejauh ini, dalam definisi
yang digunakan mengenai “politik” yang mengesampingkan, atau mempertahankan
perhatiannya diarahkan pada tatanan struktural yang sedang berjalan, dan tidak juga terdapat
hal-hal yang secara otomatis menyetujui hal ini sebagai suatu posisi khusus. Menurut
3
pandangan strukturalis, sebaliknya, melakukan investigasi langsung dari aktivitas terpusat
tujuan publik diluar struktur yang berjlan dan distribusi otoritas nya. Sehingga, terlihat oleh
Penulis bahwa pandangan politik terpusat-tujuan memusatkan pada apa yang berharga di
dalam suatu pandangan terpusat-struktur dan pada saat bersamaan memberikan perhatian
pada macam aktivitas krusial yang tidak termasuk dalam pandangan tersebut.
Dua hal yang memerlukan penekanan sebelum kembali pada definisi politik adalah
bagaimana kegiatan politis dapat dikonsepkan secara penuh manfaat. Pertama, tujuan publik
bisa jadi atau tidak suatu obyek dari konflik, kompetisi, upaya bertahan atau bentuk lain
proses pemisahan. Kebanyakan, proses tersebut akan muncul pada tingkat yang sama, tetapi
tidak secara universal terjadi. Kedua, meski penggunaan kekuasaan sering terlibat dalam
proses penentuan tujuan publik, tidak merupakan persyaratan khusus bahwa ia akan menjadi
bagian dari proses tersebut. Saat kekuasaan publik menjadi tujuan ia akan memenuhi status
yang sama tujuan lainnya dan proses pemusatan disekitarnya merupakan kegiatan politis.
Selain itu, politik tidak definisikan sebagai sebagai kegiatan yang sangat membutuhkan
kekuasaan. Sehingga, ada dua hal yang perlu ditekankan kembali, bahwa jelas sekali tujuan
publik memunculkan persetujuan universal dan tidak peduli apakah terdapat keterlibatan
kekuasaan atau pemisahan. Tujuan seperti itu bisa jadi sangat singkat menurut durasinya,
tetapi keberadaanya akan jadi fundamental bagi tujuan lainnya.
Makalah Spiro yang dipaparkan dalam makalah Penulis ini banyak membahas mengenai
perseturuan faksi yang muncul di desa Burmese, tetapi datanya menyatakan bahwa
keberadaan nyata desa tersebut adanya tujuan yang dibagi secara nyata semua orang yang
tinggal di desa tersebut tanpa penyetaraan faksi. Tujuan ini jelas terlihat saat penduduk desa
memandang mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang menghadapi dunia yang lebih besar
dengan tetap mempertahankan nama baik mereka sebagai satu unit korporat dan terlihat jelas
pula dalam hal penolakan mereka terhadap perselisihan faksional dalam memperluas aktivitas
perekonomian. Peristiwa proses faksional jelas-jelas bergantung pada lawan faksi yang saling
kontak satu dengan lainnya, dan tujuan penduduk desa untuk tetap menjadi satu unit adalah
hal yang penting. Terlihat bahwa tidak terdapat penggunaan kekuasaan dalam pencapaian
tujuan kesatuan desa – atau mungkin “keberlanjutan desa” agar lebih akurat – di setiap orang
yang terlibat untuk mencapai nya dan tak seorang pun menggunakan hubungan asimetris
dengan lain untuk mencapainya.
4
Tak perlu disebutkan disini bahwa basis untuk keberlanjutan seluruh kelompok harus
berbentuk politik bisa jadi dalam bentuk keberlanjutan kelompok tersebut karena adanya
anggota dalam kelompok tersebut yang memunculkan secara sadar suatu tujuan dan atau
distribusi dan penggunaan kekuasaan yang bisa jadi akan memiliki peran yang signifikan
dalam pemeliharaan kelompok seperti itu. Tanpa perlu bertanya, banyak kelompok bersifat
politik saat pendiriannya baik salah bentuk diatas atau bahkan keduanya, tetapi kelompok lain
secara relatif terbebas dari halini hingga tantangan dari luar mengganggu keberlangsungan
keberadaannya hingga tingkat yang mengkhawatirkan sehingga perlu ditetapkan suatu tujuan
(lihat Emmett, 1958, pp. 110 ff.)
Referensi penting dari desa yang dibahas oleh Spiro adalah untuk menekankan kemungkinan
bahwa terdapat tujuan publik yang dapat terbentuk tanpa perlu mensyaratkan adanya konflik
atau bentuk lain dari perselisihan, bahwa tujuan publik dibentuk tanpa keterlibatan kekuasaan
dalam proses yang berhubungan dengan tujuan seperti ini, dan tujuan seperti ini dapat
menjadi begitu fundamental tanpa adanya kekuasaan dan perselisihan.
Seperti yang disebutkan oleh Tinker dalam konferensi tersebut, bagian penting dari studi
politik adalah berhubungan dengan harmoni, kesepakatan dan pencapaian atas kompromi
hingga dampak hasil kerja Machiavelli merubah penekanan investigasi pada masalah
diseputaran kelompok dan individu yang mencari tujuan akhir atas pihak berlawanan mereka.
Jelasnya, harmoni mungkin melibatkan penggunaan kekuasaan dan kompromi terkait dengan
bentuk perselisihan, tetapi nampaknya perlu sekali untuk menekankan bahwa terdapat proses
politik yang berjalan pada basis lainnya dan bila kita mengesampingkan hal ini akan
melencengkan pemahaman kita.
Proses politis berjalan sepanjang waktu dan, seperti di desanya Spiro, saat tujuan
keberlanjutan suatu desa hendak dicapai meski perselisihan faksi tetap berjalan, beberapa
diantara nya akan berkembang secara simultan. Saat proses tertentu berkembang, perselisihan
bisa jadi menjadi penting atau malah hilang dan perlunya penggunaan kekuasaan akan
meningkat atau malah menurun. Bisa jadi, beberapa proses yang terjadi pada waktu tertentu
akan penuh dengan perselisihan dan penggunaan kekuasaan, sementara hal-hal tersebut bisa
jadi menjadi tidak penting atau tak perlu dihadirkan pada proses yang senada. Definisi yang
disebutkan disini diharapkan dapat memberikan peringatan kepada pada peneliti atas
kompleksitas sehingga temuan empiris yang lebih kaya akan menghasilkan dan mengarah
pada teori politis yang lebih kuat.
5
“BIDANG” POLITIS
Sejauh ini kita telah dapat menentukan apa yang dimaksud dengan politis. Tetapi kemudian
muncul pertanyaan yang terkait dengan apa yang menjadi unit tindakan politis. Para
strukturalis tidak memiliki masalah dalam menentukan apa itu unit politis. Unit analisis nya
berupa pemerintah, garis keturunan, partai atau apapun pertanyaannya mengenai unit yang
mungkin dipertanyakan. Tetapi, bila pandangan strukturalis tidak diambil atau bila asumsi
bahwa dampak dari suatu unit kegiatan politis tidak mengandung mekanisme pengembalian-
titik ekuilibrium akan menjadi penting untuk mempertimbangkan munculnya pertanyaan
terkait dengan ruang spasial dan berbasis waktu (temporal) proses politis.
Pada konferensi tersebut, Turner mengemukakan suatu solusi mengenai masalah tersebut
yang berpusat pada “bidang”konsep. Suatu bidang tersusun atas para aktor pelaksana yang
terlibat langsung dalam proses yang sedang diteliti. Ruang lingkup sosial dan teritorial dan
wilayah perilaku melibatkan perubahan aktor-aktor tambahan ke dalam proses atau partisipan
yang meninggalkan proses tersebut dan sejalan dengan masuknya kegiatan baru ke dalam
interaksi mereka. Saat ini bergabung, proses berkembang seiring waktu dengan atau tanpa
perluasan atau penyusutan, dna tidak terdapat kondisi tertentu yang dapat diasumsikan lebih
bertahan lama atau “normal” dari yang lainnya. Akan lebih mudah menyebutkan suatu bidang
bila aktor pelaksananya lebih banyak atau sedikit diam antara satu dan lainnya atau bila
proses yang melibatkan mereka mengarah pada kondisi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tetapi, saat kita melakukannya, Turner menyebutkan: “Kita harus dasari bahwa apa yang
disebut dengan ekuilibrium partai pesaing mewakili gencatan senjata sementara antara partai
pesaing atau orang ketimbang suatu kondisi alam atau kondisi yang sehat” (Alderman, 1966,
p. 54; lihat pula Swartz, Turner and Tuden, 1966a, pp. 30-31, 247-53).
Bila diakui bahwa hasil dari proses hanya dapat ditetapkan dengan meneliti peristiwa nya dan
bahwa politik dicirikan baik dengan periode istirahat dan periode konflik, kita harus memiliki
dimensi historis atas karakterisasi bidang sehingga kondisi saat ini dapat dipahami dalam
perspektif pendahulunya. “Bidang” merupakan suatu konsep yang memungkinkan keduanya
baik keberlangsungan dan perubahan dalam hubungan diantara para partisipan dalam politik
dan hal ini tidak memiliki pengertian “sistem politis” atau “struktur politis”. Bila kita
menginginkan mempelajari proses politis seiring perkembangannya, kita akan dituntut untuk
memahami bahwa proses nya bisa saja terjadi bersamaan dengan perubahan dalam struktur
suatu kelompok yang asalnya diteliti dan dalam struktur kelompok lain sesuai dengan apa
6
yang telah mereka kembangkan. Saat proses politik berjalan, tidak hanya mungkin Kepala
Suku A akan diambil alih oleh Kepala Suku B, tetapi kondisi keketuaan tersebut bisa saja
tidak terjadi dan begitu suku mandiri masuk dengan unit lainnya akan membentuk distrik
independen. Tidak saja akan terjadi individu yang berbeda akan menduduku posisi otoritas,
tetapi kode otoritas sendiri (semisal aturan penetapan status kekuasaan) akan berubah dalam
jenisnya, jumlahnya dan komposisi kelompoknya melalui ruang lingkup kantor-kantor
tertentu. Tentunya tidak perlu terjadi perubahan ini dalam hal jenis dan hubungan
pemerintahan dalam hal berkembangnya proses politis, tetapi catatan sejarah menunjukkan
bahwa hal tersebut terjadi dan suatu kerangka konseptual yang tidak menginginkan peristiwa
tersebut terjadi tidak bisa berjalan.
Tidak hanya pergantian dalam hubungan dan cara memerintah yang menjadi perubahan
utama saat proses politis berkembang. Kelompok dan individu baru akan bergabung dan
partisipan yang lama akan keluar. Sumberdaya yang bukan menjadi bagian dalam proses
politis akan diboyong masuk dan sumberdaya yang telah digunakan dalam proses politis
sebelumnya akan digunakan, dibuang atau diarahkan ke tempat lain. Nilai, hukum, aturan dan
kode yang telah digunakan untuk memerintah akan diubah seluruhnya atau sebagian dengan
berbagai cara.
Turner menekankan bahwa “bidang politis” memiliki aplikasi yang luas dan siginfikan.
Penulis memandangnya sebagai konsep umum proses politis yang menggunakan
“keterlibatan bidang-suatu respon atas perubahan dalam nilai dan kepentingan” yang sama
penting dengan kerangka kerja yang mencukupi untuk melihat proses politis. Banyak
partisipan dalam konferensi memandang evaluasi Penulis atas elemen dasar Turner mengenai
“bidang politis” meski beberapa mengkonsep nya sedikit berbeda.
Titik penting mengenai bidang politis adalah bahwa batas politis struktural tertentu tidak
memberikan masalah terhadap berkembangnya proses politis dan bahwa manfaat proses ini
akan bisa mengubah tatanan struktural yang sudah ada sejak awal. Dalam istilah “bidang”
kita akan mengatakan bahwa komponen bidang dapat meningkatkan atau menurunkan jumlah
dan dapat mengubah hubungannya antara satu dengan lainnya. Secara universal pengertian
bidang politis seperti ini telah diterima. Hanya saja masih banyak pekerjaan yang harus
dikerjakan khususnya mengenai “alokasi otoritatif” yang menurut para antroplogis dan
ilmuwan politis akan banyak melibatkan struktur tertentu, apa yang terjadi di dalam struktur
tersebut dan khususnya penugasan otoritas di dalam struktur tersebut.
7
Nilai terbesar dalam pandangan “bidang politis” adalah ruang lingkup pengumpulan data
yang lebih luas yang dalam waktu yang bersamaan akan memberikan perilaku sosial dan
pengawasan yang lebih ketat yang sebelumnya diabaikan akibat asumsi kita yang sebelumnya
telah mengetahui batasan kegiatan politis atau manfaat dasar kegiatan tersebut (semisal
bahwa struktur otoritas akan dikelola seperti apa).
Sebelum kita melangkah jauh dalam memahami proses politis, bila kita ingin memahami
proses politis kita harus meneliti secara dekat kegiatan yang menyusunnya dan kita harus
ikuti kegiatan tersebut yang akan mengantar kita melalui ruang dan waktu. Buku Turner yang
penting Schism and Continuity in an African Society (1957) memberikan contoh terpublikasi
yang menurut para ethnografi dan bidang kerja lainnya memberikan panduan mengenai
kriteria intuitif dalam penentuan pengambilan data.
Struktur Sosial & Arena
1. Satu masalah yang paling penting yang harus dilakukan kaitanya dengan suatu
lingkungan adalah struktur social. selain daripada adanya desakan bahwa studi
tentang politik, tidak selalu berkaitan dengan struktur khusus, tidak ada usaha untuk
menolak komitmen struktural dalam proses politik. Proses ini melintasi batasan
struktural dan struktur tersebut dapat berubah, akan tetapi faktanya para pelaku politik
dipengaruhi oleh aktifitas politik. Oleh karena komitmen dalam hubungan yang
mereka rawat. Melalui konferensi sebagian besar partisipan menitik beratkan
pentingnya konsiderasi struktural. Ketika memelihara hubungan yang tidak statis
terhadap sebuah pandangan politik. Sama halnya tentang pengaruh besar dari sebuah
nilai, dan kepercayaan yang dianut oleh aktor-aktor politik tersebut.
2. Dalam politik Antropologi, kita membahas tentang struktur politik wilayah dan
membahas tentang sebuah ide yang mempengaruhi budaya dan struktur saat
interpretasi prinsip organisasi, konflik nilai, kepercayaan dan ketidak sepahaman
pandangan adalah hal biasa.
Sebuah kawasan didefinisikan sebagai ketertarikan dan pelibatan masyarakat terkait
dalam proses yang dipelajari, yang mana didalamnya terdapat nilai, makna, sumber-
sumber dan hubungan terkait antar aktor tersebut dalam proses tersebut. Baik isi dari
sebuah organisasi maupun organisasi itu sendiri dan keanggotaan organisasi di sebuah
8
kawasan dapat berubah setiap saat, ketika berlangsung pelibatan pelibatan anggota
baru, sumberdaya yang baru, aturan, makna atau nilai adalah hal-hal yang
mempengarusi perubahan itu sendiri
3. Penulis Berpandangan bahwa nilai sebuah konsep dapat berkembang dari penemuan
sebuah sistem sosial dan budaya. Yang menyesuaikan ruang dan waktu. Sebuah arena
bergantung pada, relasi partisipan dalam sebuah kawasan. Beberapa penulis
menggunakan istilah arena dan kawasan yang dapat dipertukarkan. Ini merujuk pada
tipe perilaku, atau dipengaruhi oleh sebuah proses. Baylley & Nikolas menggunakan
terminologi arena sebagai cara yang sama untuk menginterpretasikan kawasan. Dalam
pendahuluan bagian 4 buku ini, terminologi arena dibedakan menjadi dua pandangan
yang berbeda. Pertama identik dengan pandangan kawasan itu sendiri dan yang kedua
sangat erat kaitanya dengan terminologi arena. Kondisi yang stail maupun berubah
ubah pada situasi politik, mungkin dapat direfleksikan sebagai sebuah moment,
dimana arena menjadi bagian penting untuk memainkan pengaruh pengaruh atau
memfasilitasi sebuah proses dimana hal ini berkaitan dengan basis kawasan. Pada
pandangan yang lebih luas terhadap arti enting arena, dapat dilihat dari perbedaan
antara proses politik yang ditemui disebuah arena, dimana aktor aktornya secara
bersama dalam ikatan yang besar dengan sebuah komitmen yang menyebabkan aktor-
aktor itu terlibat dalam aktifitas politik.
4. Glukman (1995) menginterpretasikan proses politik sebagai ikatan kompleks dan
sederhana.
Kawasan politik tidak dapat dimengerti tanpa referensi norma nilai dan aturan yang
diperankan oleh aktor aktor di arena tersebut. Dalam pengertian lain, struktur arena
dapat dimengerti dari prinsip pemerintahan yang berlangsung dalam sebuah kawasan.
Penulis mencontohkan Struktur kelompok masyarakat Eskimo yang berinteraksi dan
berfungsi fungsi dan formasi dari tiap anggota mengasilkan satu cara berupa ritual
dalam kelompok masyarakat tersebut.
5. Hughes menyatakan adanya interaksi antar Arena dan kawasan. Arena nya berisi
aktor yang terlibat dalam bidangnya (ritual) meski bidang nya terbentuk dari hanya
beberapa personal dari arena di setiap satuan waktu. Arena disini berisi ketiadaan
hubungan sosial di dalam arena dan melibatkan jenis perilaku yang seluruhnya tidak
berlaku di luar bidang tersebut (semisal aturan dan norma memerintah perilaku di
dalam bidang akan berbeda dengan yang berlaku di arena), tetapi hubungan antara
9
bidang dan arena, termasuk batasan tiap-tiapnya, secara relatif mudah untuk
menentukan sepanjang bidang tersebut dibatasi oleh partisipasi proses yang berjalan
di dalam ritual.
6. Makalah Gluckman memberikan contoh situasi dengan penetapan batasan bidang dan
arena mungkin kurang jelas terlihat tapi karakteristik macam politik tingkat lokal akan
lebih terlihat. Satu keprihatinan yang jadi perhatiannya adalah petugas yang memiliki
pengaruh di kawasan suku-suku dan pengaruh pemikiran atas tugasnya dan tanggung
jawab dalam adminstrasi mereka atas penduduka tempat mereka ditempatkan. Dia
menunjukkan bahwa komisioner asal negara tersebut di Afrika Selatan memiliki etika
profesional yang mengarahkan mereka pada diri mereka sendiri sebagai perwakilan
dari subyek mereka dan dalam tingkat tertentu pada pemerintah nasional yang
memperkerjakan mereka untuk mengelola keputusannya. Mereka dapat melakukan ini
karena sistem lokaol terisolasi dari pengaruh utama. Tidak adanya konsensus dari
pemerintah pusat atas petugas lokal. Mereka tidak melakukan hal yang
membahayakan. Kasus ini tidak seperti negara merdeka di Afrika karena tidak
terdapat daerah kesukukan atau pelindungan dan area di bawah administrasi
merupakan arus utama. Etika partai nasional negara ini membutuhkan entusiasme
untuk program dan konsensus yang diinginkan, sehingga sang administrator, yang
berasal dari kondisi de facto dan de jure partai tunggal suatu negara, sepertinya akan
menjadi kurang toleran terhadap program dan tujuan pemerintah dan partai. Karena
perbedaan etika profesional dan etika partai dari perwakilan perwakilan pemerintahan
seperti juga perbedaan hubungan antara orang-orang kesukuan dan pemerintahan
suatu negara, Gluckman pun mempertanyakan apak administrator suatu negara
merdeka akan secara aktif mewakilkan kepentingan khusus dan kesejahteraan atas
pengikut nya senada dengan apa yang komisioner setempat perlakukan subyeknya.
7. Terkait kepentingan “arena” dan “bidang”, Gluckman menyatakan adanya beberapa
masalah serius. Apa hubungan bidang dengan administrator, orang yang berada di
yurisdiksinya, kepala suku, dan pemerintah yang menunjuk adminstrator dan
memformulasikan kebijakan untuk para administrator yang akan mempengaruhi area
tersebut? Apa yang menjadikannya lebih jelas dan menjadi penyusun arena dalam
bidang ini? Dalam kasus Hughes kita dapati pulau dengan sejumlah orang yang
memiliki kontak erat dan bila kita katakan bidang ritual yang dia gambarkan, arena
tidaklah sulit untuk ditetapkan. Tetapi, saat kita harus menghadapi pemerintahan
10
nasional, administrator, sekelompok orang yang lebih besar dengan hirarki mereka
sendiri dibawah otoritas administrator, dan bahkan lingkup yang lebih besar bila kita
mulai membandingkan “etika profesional” dan “etika partai”.
8. Menurut Penulis, untuk dapat membedakan masalah bidang-arena dapat secara jelas
melalui spesifikasi proses yang sedang diuji. Penulis mencontohkan dengan proses
yang berhubungan dengan penjualan ternak untuk Zulu yang dilakukan oleh
komisioner setempat seperti yang disebutkan oleh Gluckman. Arena akan berisi
individu dan kelompok yang secara langsung terlibat dengan partisipan di dalam suatu
bidang tetapi bukan mereka sendiri yang terlibat dalam proses yang dipertanyakan.
Muatan dalam arena bisa berisi sumberdaya, nilai, dan aturan para konstituen dari
arena itu sendiri tetapi tidak digunakan di dalam bidang sedangkan hubungan para
anggota dari arena satu dengan lainnya dan sumberdaya akan menjadi strukturnya.
Bidang-bidang dimasukkan ke dalam arena sehingga para partisipan di dalam satu
bidang mengoperasikan sedikitnya dua tatanan hubungan dari tiap-tiap individi,
kelompok, sumberdaya, aturan dan nilai yang terhubung di tiap tatanan.
9. Bidang tersebut akan berkembang begitu aktor dan kelompok baru menjadi terlibat
didalam proses. Muatannya akan berkembang dan menyusut sebagai satu bentuk
sumberdaya, aturan dan nilai baru yang dibawa ke dalam proses dan yang sudah tua
akan dikeluarkan, baik melalui perubahan sumberdaya yang mereka gunakan. Arena
juga akan berkembang dan menyusut sejalan dengan perubahan yang terjadi didalam
bidang, perubahan di dalam komposisi bidang, dan perubahan perbendaharaan di
dalam arena. Perluasan dan penyusutan bidang ini dapat terjadi di dalam atau di luar
arena, tetapi bidang dan arena dapat berkembang dan menyusut secara simultan.
10. Di dalam kasus arenanya Hughes terlihat homogen, mengingat seluruh penduduk St.
Lawrence Eskimos memiliki macam yang serupa dan terikat satu dengan lainnya.
Sedangkan arenanya Gluckman tidak dianggap sebagai sesuatu yang bersifat tunggal.
Komisioner setempat di salah satu sisi dan berbagai macam orang-orang Zulu terlibat
dalam penjualan ternak di sisi lain. Arena disini bisa dianggap sebagai gabungan
bermacam delapan figur dengan dua bagian yang tidak berhubungan satu sama
lainnya (semisal pemerintah Afrika Selatan, asosiasi profesional komisioner,
universita, dll dengan perbendaharaannya di sisi lain yang berisi nilai, aturan, dan
sumberdaya serta pemiliki ternak Zulu, hubungan kekerabatan, tetangga, petugas
11
politis suku, dll dengan perbendaharaannya di sisi lain) saling bersilangan melalui
bidang/medan.
11. Tetapi, fakta yang tertinggal menyatakan bahwa bidang/medan Gluckman lebih
komplek ketimbang arena yang dibangun oleh Hughes dan penggunaan konsep “inter-
hirarki” nya Gluckman mengambil peran penting akibat ketiadaan macam homogen di
dalam arena Hughes. Terkait dengan pengertian fungsi peran “inter-hirarki”,
“perantara” atau “broker” (sebagai posisi-posisi yang disebut berbeda-beda oleh
Penulis) yang jelas menunjukkan keterlibatan utama dan langsung dalam proses
pembentukan arena, makalah yang akan dibahas dalam Bagian III banyak membahas
sejumlah masalah penting lainnya yang berhubungan denan heterogenitas arena yang
mereka uji.
12. Seluruh makalah dalam Bagian III banyak berbicara mengenai arena dan terbagi
dalam dua bagian: desa di pinggiran diluar arus utama sosial dan budaya. Aspek
lainnya dari hubungan antara konstituen arena ini banyak dibahas. Frederich dan
Swartz banyak berhubungan dengan peran pemerintahnasional dan perwakilan
lokalnya dalam pemilihan dan dukungan individu yang berperan sebagai broker utama
dalam hubungan antara desa dan pemerintah pusat. Eidheim membahas transformasi
progresif yang secara inisial sangat longgar membentuk arena di seputaran
bidang/medan yang terdiri dari tatanan proses dalam kelompok kecil pemimpin
Lappish dalam interaksi dengan kelompok minoritas mereka di satu sisi dan
pemerintah Norwegia di sisi lain.
13. Makalah Tinker sebenarnnya serupa dengan pembahasan yang dilakukan oleh
Eidheim dalam kerangka hubungan alamia antara bagian suatu arena dan
perbendaharaan para partisipan yang secara eksplisit menyatakan suatu tujuan publik
dari mereka yang terlibat dalam proses terhubungnya arena bersama-sama. Dia lebih
tertarik dalam pendekatan para politisi di periode yang berbeda atas distribusi
diferensial sumberdaya dan nilai antara penduduk pedesaan, di satu sisi, dan pejabat
pemerintah di sisi lainnya. Makalah ini membahas tiga cara yang mungkin terjadi
dalam mereorganisasi arena yang diusulkan oleh pemimpin paska kemerdekaan yang
menemukan status bagian pedesaan dari arena tersebut yang tidak dapat diterima.
Sejumlah pendekatan untuk reorganisasi yang diinginkan telah dicoba dengan tujuan
unruk mencapai suatu eliminasi, atau sedikitnya keterhubungan yang efektif, antara
12
kesenjangan nilai antara bagian pedesaan dari arena tersebut dengan bagian
pemerintahan.
14. Penulis kemudian menjadikan tujuan publik sebagai fokus dalam menentukan
medan/bidang politis yang mengarahkan orang dan kelompok, bersama dengan
perbendaharaan mereka atas sumberdaya, aturan dan nilai yang langsung terlibat
dalam proses atau proses pemusatan tujuan ini; arena mengarahkan medan/bidang dan
membuatnya dengan individu dan kelompok (dengan perbendaharaannya) langsung
terlibat dengan konstituen medan/bidang tetapi bukan mereka yang terlibat di dalam
prosesnya. Batasan diantara bidang dan arena tidak dipandang semata-mata “normal”
atas perantara pergerakan dalam proses yang sedang dipelajari. Suatu hal yang
sederhana, untuk mengungkapnya. Batasan antara arena dan apa yang terletak
diluarnya adalah hal yang penting untuk penentuan empiris. Akan menjadi hal yang
sangat bergunan bila skema ini dikembangkan dan bisa mengatur keadaan diluar
arena kedalam bentuk sekunder, tersier dan kuaterner, arena akan bergantung pada
keterlibatan anggota dari perubahan bidang/medan. Nilai untuk melakukan hal ini
akan bergantung pada demonstrasi dampak yang saling menguntungkan arena yang
ada.
15. Perhatian yang diberikan terkait ketidakstabilan batasan tidak harus ditafsirkan
sebagai sesuatu yang hanya dilihat melalui pergerakan batasan dari arena dan
bidang/medan yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Di kasus Eskimonya
Hugehs, bidang/medan terpusat pada ritual perburuan yang berasal dari basis motivasi
nya dari tiap kejadian, struktur, dan status emosional diluar bidang/medan di dalam
arena dan proses bidang/medan memberi dampak proses di dalam arena melalui
penyebaran kekuasaannya. Hubungan antara bidang/medan tersebut serupa dengan
hubungan antara lingkungan dan budaya dalam konsepsi “ekosistem” nya Geertz.
16. Macam permasalahan yang diungkap Geertz memiliki jenis yang sama dengan yang
Penulis percaya sebagai bagian yang penting dalam menentukan definisi “inti budaya”
– “lingkungan relevan” dan “bidang/medan” – “arena”. Makalah Turner menunjukkan
kompleksitas yang berada di dalam permasalahan tersebut sebagai “tingkat dan jenis
stabilitas apa yang bisa berjalan” dan “mekanisme apa yang bisa mengatur fungsi
nya?”
17. Turner kembali membahas mengenai hal tersebut dalam aspek politisnya suatu ritual
Ndembu, Mukanda, tempat anak laki-laki disunat untuk menjadikan mereka seorang
13
dewasa. Dia gunakan istilah Lewin “dorongan medan” sama dengan apa yang penulis
sebut dengan “bidang/medan” dan meski istilah “kekuasaan medan” tidak sama
dengan “arena”, tetap serupa. Ritual tersebut memiliki dua tujuan. Pertama, Mukanda
disebut sebagai alat untuk memutuskan hubungan dengan anak lelaki dengan ibu
mereka dan perempuan lainnya dan membawa anak lelaki tersebut ke dua pria
dewasa. Sedangkan tujuan lainnya berkisar pada usaha individual dan kelompok
dalam memperluas posisi mereka, dan menghilangkan rival nya, prestise dan klaim
atas barang-barang langka, khususnya melalui pencapaian peran penting dalam ritual.
18. Turner menggunakan dua tujuan yang berbeda ini untuk membedakan medan/bidang
ritual yang lebih luas ke dalam dua bidang/medan politis yang diambil dari koleksi
penduduk dikelompokkan dalam “ruang sekeliling” yang menjadi arena kedua
medan/bidang. Kegiatan di dalam ritual itu sendiri merupakan alat untuk mencapai
tujuan yang berhubungan dengan pembuatan anak laki-laki menjadi pria dewasa dan
karenanya akan mengubah kondisi keseimbangan sosial keberadaan jumlah
substansial anak lelaki diluar struktural kategori pria dewasa. Pencarian prestise dan
kegiatan “selfish biasanya terjadi diantara episode Mukanda dan jauh diluar batasan
spasial. Tetapi, dua bidang/medan akan saling menutupi di beberapa cara. Pertama,
kegiatan yang membentuk Mukanda pada saat yang bersamaan kondusif terhadap
tujuan pembersihan anak lelaki dan membuatnya menjadi pria dewasa. Melalui
pencapaian peran dalam ritual, individu dan kelompok dengan keunggulan sosial dan
klaim atas beberapa hak. Kedua, mereka tumpang tindih dalam prinsip-prinsip dasar
yang mengatur perilaku dalam masing-masing bidang - ini dapat dicirikan dengan
jelas sebagai "altruisme" dan "keegoisan" –berada di pria dengan medan/bidang yang
sama dan mereka mengalami "kekurangan" dari satu bidang/medan ke yang lain dan
begitu mereka melakukan modifikasi perilaku di bidang/medan tempat mana mereka
dianggap "tidak cocok".
19. Tanpa melakukan analisis Turner yang rinci dan sugestif lebih lanjut tentang cara
bagaimana dua tatanan tujuan mempengaruhi satu sama lain dan bagaimana tujuan-
tujuan tertentu dalam setiap tatanan berinteraksi satu sama lain dan dengan tatanan
yang lain, maka akan jelas bahwa ketika kita bertanya tentang tingkat dan jenis
stabilitas bidang-arena, kita mengajukan pertanyaan yang sangat bercabang. Derajat
dan tipe stabilitas dapat ditemukan dalam ritual Turner mungkin tidak seragam di
seluruh proses yang saling berhubungan yang membentuk seluruh bidang ritual dan
14
dua bidang politik yang terpisah tetapi yang saling berpenetrasi.Baik hubungan antara
medan/bidang dan arena mereka tetap stabil atau berubah pada tingkat yang sama
sebagai medan/bidang itu sendiri atau hubungan antar bidang/medan. Tatanan tujuan
yang berada dalam ritual muncul di arena dan sejauh mana mereka dapat dicapai atau
tidak dicapai akan mempengaruhi hubungan di luar kedua bidang tersebut (di arena).
Satu fungsi tatanan tujuan –pembersihan dan perubahan ketetapan dari anak laki-laki
ke dewasa - untuk memperbaiki keseimbangan (secara sosial serta psikologis) dalam
arena dan untuk mempromosikan harmoni, sedangkan tatanan lain –untuk mencari
prestise diferensial dan hak - tampaknya berhasil mengekspresikan ketidakharmonisan
berpola dan kompetisi (secara sosial dan psikologis). Turner mempertahankan
perbedaan yang selalu hadir di antara prinsip-prinsip struktur masyarakat dan bahwa
"kebutuhan dan dorongan bio-psikologis, di satu sisi, dan rangsangan sosial budaya
eksternal, di sisi lain, menjamin selalu terjadinya gangguan di setiap masyarakat"
20. Perlu diperhatikan bahwa baik posisi Turner maupun yang terkait dengannya,
berasumsi tentang stabilitas atau kelangsungan jenis kegiatan politik and/atau
pengaturan struktural tertentu yang ditemukan di arena dan di lapangan. Apa yang
kita cari adalah untuk menjelaskan dan memahami proses yang benar-benar terjadi.
Bisa atau tidak kita memberikan pandangan Turner bahwa masyarakat digerogoti oleh
cacing yang tidak mati, posisinya, seperti saya sendiri, menganggap tidak ada yang
namanya ekuilibrium. Usaha di sini adalah untuk merumuskan skema konseptual
yang akan memungkinkan pandangan yang paling mungkin berbeda atas fenomena
politik dan makalahnya menunjukkan analisis rinci mengenai dinamika politik dengan
konsep "medan/bidang" dan "arena" dimaksudkan agar dapat berkontribusi.
21. Arena dapat memuat satu atau lebih bidang/medan pada waktu tertentu dan proses
dalam bidang apapun, dalam interaksi beberapa bidang, atau dalam arena secara
keseluruhan mungkin atau tidak berada di kesetimbangan pada waktu tertentu.
Dengan demikian, meskipun pada waktu tertentu beberapa bidang politik di arena
dapat berubah secara radikal, satu atau lebih bidang lain di arena tersebut tidak
mungkin berubah. Pada kasus tertentu, misalnya, beberapa ritual politik tetap stabil di
tengah-tengah transformasi radikal dalam proses politik lainnya yang melibatkan
aktor dan sumber daya dari arena yang sama (misalnya Abrahams, 1966). Selalu ada
kekuatan yang berkontribusi terhadap stabilitas dan kontinuitas dan selalu ada
kekuatan yang bertentangan. Konsep yang dikemukakan di sini dimaksudkan untuk
15
membantu memberikan sebisa mungkin perbedaan pandangan atas anggapan dari
kekuatan-kekuatan ini tanpa asumsi, seperti yang biasa dilakukan oleh pandangan
strukturalis. Berdasar pandangan ini, keseimbangan adalah salah satu kemungkinan
dan ketika hal itu muncul skema konseptual yang diusulkan dimaksudkan untuk
memberikan sarana atau alat untuk memeriksanya. Ketidakseimbangan adalah
kemungkinan lain dan skema yang dibayangkan dimaksudkan untuk mendorong dan
memfasilitasi studi dan analisis empiris.
Proses dan Tahapan Pengembangan
Pengembangan fase politik adalah proses terkait yang terjadi dari waktu ke waktu di bidang
yang mungkin atau tidak memiliki kelompok konstituen, individu berasal dari arena tunggal,
apakah arena yang berada dalam masyarakat tunggal atau tersusun dari beberapa masyarakat.
Tahap pertama fase politik adalah “mobilisasi modal politis”. Pada tahap ini individu atau
kelompok membangun dukungan untuk mereka sendiri dan tahapan dengan individu dan
kelompok tertentu. Sementara itu mereka memperkirakan rival-rival mereka. Tahap
mobilisasi diikuti dengan “perpecahan masa damai” dan kemudian dengan “krisis”. Tahap
berikutnya adalah timbu karakteristik kemasyarakatan yang khusus yang multifungsi dan
hubungan yang majemuk. Dalam tahap ini, perpecahan yang dimunculkan dari tahap
sebelumnya diperhalus dengan hubungan sosial lain nya. Tahap selanjutnya, “mekanisme
ganti rugi atau penyesuaian” berjalan pada tujuan yang sama, dan bila berhasil, tahap akhir
yang berhubungan dengan tatanan proses akan disebut dengan “restorasi perdamaian”. Tahap
final ini akan melibatkan penetapan kembali hubungan antara pihak/partai yang bertentangan,
sedikitnya melibatkan perubahan di batasan bidang dan arena, organisasi kelompok
didalamnya, dan alokasi kekuasaan, perstise, dan sumberdaya lainnya.
Dukungan
“Dukungan” adalah segala sesuatu yang berkontribusi pada penyusunan dan/atau
pelaksanaan suatu “tujuan akhir politik. Sehingga dukungan jelas-jelas sebuah aspek dari
seluruh proses politik. “Tujuan akhir politis” berkutat diantara pertanyaan mengenai proses
pemisahan (seperti pada perselisihan faksi, dan kompetisi untuk mendapatkan barang langka),
16
proses penyatuan (seperti pembentukan dan pengelolaan tujuan khusus suatu kelompok
contohnya koperasi, atau komunitas politik) atau sebuah kombinasi atas keduanya.
Dalam Political Anthropology dukungan dibedakan menjadi dukungan “langsung” dan “tidak
langsung”. Pada dasarnya, dukungan langsung berbeda dari yang tidak langsung karena
dukungan langsung tidak dimediasi melalui suatu proses dan lembaga tambahan. Dukungan
tidak langsung berasal dari obyek di luar obyek dukungan itu sendiri.
Pembahasan Middleton atas penyelesaian perselisihan di daerah Lugbara memberikan contoh
mengenai perbedaan antara dukungan langsung dan tidak langsung. Lugbara menggunakan
penyelesaian perselisihan dengan sanksi mistik dengan melibatkan sesepuh, sementara di luar
lingkungannya perpecahan diselesaikan melalui kekuatan terorganisir atau pertenungan
(suatu teknik yang melibatkan sihir ketimbang intervensi sesepuh). Prosedur penyelesaian
pertikaian ini langsung didukung oleh aplikasi sistem nilai kepada para anggota
lingkungannya. Suatu penelitian atas tiga wilayah berbeda di dalam teritorial Lugbara
menunjukkan bahwa pola pemukiman berbeda tergantung faktor demografik dan ekologis,
tingkat mobilitas sosial dan teritorial, dan hal lainnya. Faktor penentu pola permukiman inilah
yang disebut dukungan tidak langsung dalam prosedur penyelesaian pertikaian mengingat
kontribusinya terhadap prosedur dimediasi melalui pola permukiman
Epstein juga membahas masalah yang berhubungan dengan dukungan berhubungan dengan
dua kelompok yang sangat berbeda; Ndembu di Zambia dan Tolai di New Britain. Epstein
meneliti hubungan antara dukungan yang terlibat dalam proses yang dapat dibandingkan
tetapi berbeda yang terpusat pada pemimpin dan kepemimpinan di tiap kelompok dan sumber
non politik atas dukungan tersebut. Epstein memfokuskan perhatiannya pada kompetisi
kepemimpinan di dalam dua kemasyarakatan tersebut dan menunjukkan bahwa meski
keduanya merupakan berbasis garis keturunan ibu dan virilocal, perkawinan yang rapuh dan
stabilitas rumah tangga yang rendah merupakan ciri orang-orang Ndembu. Dia
menghubungkan ketiadaan karakteristik arena ini diantara Tolai pada kenyataan bahwa
kompetisi antara suami Tolai dan saudara laki-laki istrinya untuk mengatur si perempuan dan
anak-anaknya kurang terlihat dan memberikan lebih sedikit tekanan dalam perkawinan.
Kepala desa Ndembu akan membawa saudara perempuan dan anak saudara perempuannya
untuk tinggal bersama dalam rangka untuk mendapatkan dukungan mereka memenangkan
dan mempertahankan posisi kepemimpinan desa jelas berpengaruh pada hubungan antara
saudara perempuan dan suami saudara perempuan (yang tentunya tinggal di desa lain
17
mengingat permukimannya virilocal) dan hubungan kekerabatan suami saudara
perempuannya. Hubungan ini disebut juga dengan hubungan status kepemimpinan desa
berdasar hubungan kekerabatan. Di Tolai, pemimpin juga mencari dukungan melalui
pengikutnya, tetapi disini mereka direkrut melalui hubungan non-keluarga dan dicari melalui
hubungan perekonomian. Kegiatan dalam ruang lingkup persaudaraan dan perkawinan di
arena Ndembu sangat erat berhubungan dan berinteraksi dengan medan/bidang yang
diharapkan dibangun atas kompetisi posisi pemimpin, sementara itu aktivitas dalam
perekonomian di arena Tolai yang krusial atas proses kompetisi kepemimpinan.
Epstein menyatakan terdapat hubungan antara dukungan dan obyeknya. Hal tesebut adalah
dukungan apa yang dikerahkan kepada pimpinan, bisa landasan pemberian dukungan untuk
pimpinan lainnya dalam hal mendapatkan kekuasaan dan karenanya bisa jadi akan
diperlemah atau bahkan menghilangkan posisi yang pertama. Sehingga, di Ndembu seorang
pimpinan yang lebih berhasil adalah mereka yang bisa memberdayakan hubungan
persaudaraannya, ukuran yang lebih besar dari pengikutnya dan desa yang lebih besar.
Tetapi, lebih banyak orang tertarik untuk ikut menjadi pengikutnya, lebih besar pula desa
tersebut akan membagi kekuasaannya ke dalam bagian-bagian dan pertikaian antar orang
yang berpeluang menjadi pimpinan akan menjadi dasar pecahnya mereka ke desa yang baru
dan membentuk desa mereka sendiri. Bahasan tersebut menjelaskan tidak hanya obyek
sebuah dukungan tetapi juga menguji hubungan antara dukungan dan obyek dari waktu ke
waktu. Terdapat perbedaan dalam hal dampak yang berhubungan dengan seberapa lama
dukungan telah dapat berjalan dan apa yang mereka bawa saat berjalan.
Makalah Tuden memberikan contoh suatu proses pemberian dukungan, dengan memberikan
konsekuensi di Lla of Zambia. Hubungan kerabat diantara Lla diwujudkan melalui ternak dan
kegagalan pemimpin untuk menyediakan ternak saat pengikutnya membutuhkannya akan
memutuskan hubungan diantara keduanya, membahayakan posisi kepemimpinannya dan
hilangnya kelompok yang dia pimpin. Pada tingkat maksimum, pemimpin berhasil
menyediakan ternak akan dapat mempertahankan posisinya dan pengikutnya selama masa
kepemimpinannya. Bila sang pemimpin meninggal, pewaris nya akan mewarisi tugas ternak
nya sekaligus ternaknya.
Dukungan dan Perubahan
18
Konsep “dukungan” tidak melibatkan banyak persyaratan bahwa tujuan akhir politik yang
didukung untuk dicapai, biasanya terjadi jika tujuan akhirnya adalah pengelolaan atas proses
yang sudah berjalan atau penetapan suatu proses baru. Suatu karakteristik penting mengenai
politik yang berubah adalah dapat diidentifikasi dan dianalisa dukungan melalui pengamatan
dampak atas penarikan dukungan atau penambahan dukungan dari bidang.
Studi diakronik mengacu pada deskripsi lengkap mengenai bagaimana bidang tertentu
berjalan sebelum suatu dukungan tertentu untuk beberapa komponen bidang atau komponen
yang ditambahkan, diambil alih, atau diubah dan bagaimana suatu bidang beroperasi setelah
kejadian ini. Studi ini dapat memahami fungsi dukungan, obyeknya, dan proses yang lebih
komprehensif sebagai bagian dari dukungan tersebut. Studi sinkronik memiliki nilai yang
besar, khususnya bila mereka berhubungan dengan variasi dalam satu kelompok atau lintas
budaya, mengingat studi ini dapat memberikan kemungkinan untuk membandingkan dengan
apa yang studi diakronik lakukan. Analisis sinkronik akan selalu menjadi bagian dari
berbagai studi lengkap mengenai politik yang ditemukan pada kelompok tertentu, tetapi
analisa diakronik menambahkan dimensi penting pada studi dukungan dan seluruh prosesnya.
Pembahasan Gallin mengenai politik di sebuah desa Taiwan berhubungan dengan perubahan
signifikan dalam proses pemilihan umum dan dukungannya yang telah terlaksana disana
dalam lima belas tahun terakhir. Pengelompokan politis baru telah muncul dan yang sudah
tua kehilangan kepentingannya, jenis orang-orang baru mulai membangun kantor politis, dan
beberapa aturan perilaku politis (disebut dengan “rezim”) berubah. Bermula tidak lebih dari
akhir tahun 1940-an, kantor-kantor desa dan dewan tempat di perkotaan/kabupaten diduduki
oleh petugas yang terpilih di dalam desa melalui pemilihan atas garis keturunan
konstituennya. Anggota keturunan memberikan suara untuk pasangan keturunannya saat
terdapat kantor yang perlu diperebutkan. Jika tidak ada kandidatnya, mereka akan memilih
sebagai satu kelompok untuk kandidat yang telah disetujui dari garis keturunan lainnya.
Penduduk desa biasanya menerima penataan ini mengingat pengelolaan perdamaian dan
harmoni di desa sangat tinggi dan kerjasama garis keturunan utama dipastikan saat pemilihan
desa tanpa tekanan kompetisi terbuka. Analisa ini dapat dilakukan pada status sementara saat
stabil atau yang bertahan lama.
Namun mungkin untuk mengindikasikan bagaimana dukungan untuk rezim lama ditekan dan
mengalihkan dukungan untuk rezim baru (mereka yang mengatur termasuk dalam pembelian
suara, pemilih yang menerima “hadiah” dari hanya satu kandidat, dan kelompok bertikai
19
politis yang dibentuk dari berbagai dasar kekerabatan ketimbang dasar lainnya). Dukungan
akan bervariasi seiring waktu menurut obyeknya dan satu dukungan tunggal akan menjadi
penting untuk beberapa obyek, seperti juga satu obyek tunggal akan memiliki beberapa
dukungan.
Akhirnya Undang-undang pemilihan umum diumumkan di awal pendudukan China atas
Taiwan pada akhir Perang Dunia II dianggap sebagai dukungan untuk setiap terbukanya
kompetisi pemilihan orang-orang Masyarakat Hitam ketika orang ini menjadi sadar bahwa
terdapat peraturan pemerintah yang menahan pemilihan ini terbuka untuk semua.
Kontes Politik
Dalam makalah Gallin, orang-orang Masyarakat Hitam membawa undang-undang pemilihan
umum ke dalam bidang pemilihan desa yang secara nyata membantu mencapai tujuan akhir
mereka dalam menggantikan para bangsawan di kantor-kantor lokal. “Penyusunan dukungan”
mempunyai karakteristik: (1) pengaktifan dukungan, dan (2) ditujukan untuk pencapaian
tujuan. Beberapa dukungan bisa jadi secara sengaja dimunculkan (semisal penetapan kembali
tahap perdamaian), tetapi kedua karakteristik tersebut ditemukan hanya pada tahap
“penyusunan” yang selalu dihubungkan dengan kontes politik. Karenanya, dukungan yang
diluar kesengajaan yang terlibat dalam kontes dan dukungan tambahan yang menyertai proses
mengarah pada tujuan non-kompetitif (semisal pengelolaan beberapa kesatuan kelompok)
sementara itu kontes tetap berjalan.
kontes politik sebagai jenis bidang tertentu dan penyusunan dukungan melibatkan partisipan
dalam bidang, yang membawa ke dalam sumberdaya untuk membantu mencapai tujuan akhir
yang dituju. Sumberdaya utama, biasanya disebut dengan nilai, aturan yang bersifat hukum
(semisal pemahaman terkait hak asasi dan kewajiban), ‘barang-barang” (sebuah istilah yang
juga digunakan dalam perekonomian), penduduk dan hubungan antar penduduk (baik
berdasarkan kekerabatan, emosional atau ikatan lainnya). Ketersediaan sumberdaya untuk
kontes politis dan limitasi dalam penggunaannya sebagian diatur melalui peraturan yang
berasal dari nilai dan peraturan berbau hukum dan sebagian lain tentunya melalui kehadiran
atau ketidakhadiran aktual atas barang, orang, dan jenis hubungan diantara orang-orang.
Peraturan merupakan sebagian dari rezim (yang juga berisi peraturan mengenai penggunaan
dan distribusi sumberdaya untuk proses politik yang jelas tidak kompetitif) dan keberadaan
20
sumberdaya nya seperti apa yang disebut “fakta teknis” atau “keteraturan” akan bergantung
pada kesadaran aktor. Pada pembahasan Nicholas, “Fakta teknis” dianggap oleh para aktor
yang terlibat dalam proses, tetapi “keteraturan” tidak dianggap oleh mereka, sehingga,
penduduk India tidak melihat hubungan antara ukuran kesehatan seperti penyemprotan DDT,
peningkatan populasi, dan tekanan yang lebih besar atas sumberdaya perekonomian. Meski
mereka secara jelas berhadapan dengan fakta adanya kemiskinan, dan itu memasuki kedalam
kompetisi politis, hanya para pemerhati yang dapat menghubungkan antara kesehatan dan
kemiskinan. Nicholas membuat beberapa pertimbangan yang penting terkait dengan
transformasi sumberdaya menjadi dukungan untuk tujuan kontes dan menelitinya dalam
sebuah pembahasan mengenai usaha kasta yang lebih rendah di dua desa India untuk
mengatasi monopoli kekuasaan virtual dari kasta yang lebih tinggi. Suatu basis penting untuk
perbedaan ini adalah bahwa rezim yang terlibat dalam kompetisi yang hanya berdasar pada
sumberdaya desa tidak akan memiliki peraturan yang jelas untuk penggunaan sumberdaya
desa tambahan sehingga mereka yang menggunakannya akan dipandu oleh kriteria
efektifitas, atau disebut oleh Nicholas dengan “peraturan pragmatis”. Upaya kontestan untuk
mengalihkan sumberdaya “baru ke dalam dukungan untuk tujuan mereka sendiri tidak bisa
bebas dari pertimbangan moral atau peraturan berbau hukum. Satu-satunya cara aktor dapat
menentukan apakah dukungan baru ini dan alat mereka untuk pencapaian tujuan akhir dapat
diterima adalah dengan mencoba menggunakannya. Bila ternyata efektif, mereka mungkin
akan menggunakannya kembali dan peraturan untuk mobilisasi akan tergantikan dengan
peraturan yang telah diterima.
Nicholas menerangkan bahwa “kasta” dengan persyaratan hubungan hirarki nya diantara
kelompok-kelompok adalah dasar bagi nilai dan berbagai aturan yang digunakan di seluruh
desa India. Hanya saja hukum kesetaraan antar manusia yang telah ditetapkan mempengaruhi
peraturan ini. Jelasnya, usaha untuk menggunakan hukum nasional tidak selalu berhasil dan
dalam dua kasus Nicholas yang dianggap saling konflik, hasilnya sangat bergantung pada
ketersediaan sumberdaya manusia yang ada di kasta yang lebih rendah. DI kedua desa
tersebut kasta yang lebih rendah memenangkan pemilihan yang diberikan padanya,
ketimbang kasta yang lebih tinggi, dan membuat kasta yang lebih rendah mengawasi dewan
desanya. Di satu desa anggota kasta yang lebih tinggi direspon dengan mengindahkan dewan
dan upaya untuk menggunakan hukum nasional sebagai suatu dukungan untuk tujuan kasta
yang lebih rendah mengalami kegagalan. Dalam kasus lainnya, meski kemenangan pemilihan
umum bukan lah sebagai jalan pintas, dampaknya pada dominasi politisi Brahmana sangat 21
menentukan. Di satu tempat, Madras, tempat kasta yang lebih rendah telah menetapkan
pergerakan anti Brahmana yang berhasil dan tempat tidak ada kondisi elit Brahmana.
Sedangkan kasus lainnya, Uttar Pradesh, tidak terdapat pergerakan seperti itu dan elit nya
berasal dari kelompok dominan tradisional. Upaya penduduk Madras yang berkasta lebih
rendah untuk mengalihkan hukum nasional ke dalam suatu bentuk dukungan untuk
perubahan pengawasan para kasta yang lebih tinggi sangat berhasil karena hubungan mereka
dengan anggota elit negara bagian, sementara elit Uttar Pradesh memberikan hubungan untuk
kasta yang lebih tinggi.
Makalah Swartz menggambarkan kompetisi untuk suatu jabatan ketua kantor desa di suatu
desa di Suku Bena, Tanzania. Pemerintah Tanzania memiliki aturan bahwa kantor tidak dapat
diduduki dengan basis suksesi turun temurun tetapi melalui penunjukan pejabat pemerintahan
dan perwakilan partai politik nasional.
NETWORK AND POLITCAL PROCESS
Kelompok (Cluster)
Dalam studi mengenai kehidupan sosial sebuah kota di Afrika, Epstein (1961, pp. 57-59)
menggambarkan sebuah perbedaan antara apa yang dia sebut jejaring efektif (inti) dan
jejaring tambahan atas manusia. Perbedaan nyata adalah antara kelompok utama yang disebut
Alpha yang saling berdekatan satu dengan lainnya dengan kelompok kontak lainnya yang
tidak saling berdekatan. Bila seorang Alpha merupakan anggota kelompok elit, maka dia dan
jejaring efektif (inti) nya, atau lingkaran inti teman-teman dekat nya, melalui cerita mulut ke
mulut akan menentukan dan menyatakan suatu tatanan norma dan nilai-nilai sosial yang
berlaku yang kemudian akan didiseminasikan ke publik yang lebih luas melalui teman-teman
Alpha lainnya. Dalam pelaksanaannya tidak selalu sebagian orang dari seluruh kontak yang
dimiliki seorang Alpha berada dalam satu tempat yang sama, tidak juga selalu tiap-tiap
anggotanya saling berdekatan dengan seluruh anggota yang lain, dan bisa jadi pada bagian
komunitas masyarakat lainnya, tak satupun dari anggota Alpha saling mengenal satu dengan
lainnya. Bisa jadi dalam intermediate configuration, seperti yang tergambar pada Gambar 3, 22
dimana Alpha, C, D, E dan F memiliki beberapa jaringan diantara mereka tetapi tidak
terdapat satu anggota dari C, D, E dan F (berjumlah empat orang) saling berdekatan antara
satu dengan lainnya. Istilah “clique” biasanya digunakan untuk orang-orang dalam satu
tatanan yang satu dari masing-masingnya berdekatan dengan yang lainnya, sedangkan untuk
suatu tatanan yang berbeda dengan kondisi “clique” penggunaan istilah Epstein berupa
“cluster” menjadi sesuatu yang lebih masuk akal. Arti sebenarnya adalah satu tatanan orang-
orang yang berhubungan antara satu dan lainnya yang secara komparatif berdekatan (padat),
tanpa perlu mencari hubungan clique (persekongkolan) dalam arti yang lebih ketat. Untuk
mengidentifikasi suatu cluster sebagai sesuatu yang secara relatif sangat dekat satu dengan
lainnya dan memenuhi area suatu jejaring, kita perlu satu ukuran kepadatan yang berdasar
pada seluruh anggota dalam cluster tersebut ketimbang berdasar hanya pada satu referensi
orang, baik orang yang berpengaruh (berada di pusat) atau justru ornag pinggiran (tidak
berpengaruh). Kita dapat mengambil satu tatanan orang dalam suatu jejaring dan kita lihat
seberapa dalam hubungan diantara mereka. Secara teoritis, sangat mungkin untuk
menentukan seseorang masuk dalam cluster apa melalui hubungan yang mungkin timbul
diantara mereka, semisal, dalam suatu cluster dengan anggota lima orang atau lebih, berapa
besar mereka saling berkontribusi kepada jejaring, katakanlah, 80% atau lebih. Nilai ini, 5
(jumlah anggota dalam suatu cluster) dan 80 (prosentase kontribusi dalam jejaring),
merupakan nilai acak yang telah ditetapkan, dan pengalaman menunjukkan bahwa akan lebih
mudah membuat perbedaan yang jelas antar anggota bila parameter yang digunakan diberi
nilai lain yang berbeda.
Pada Gambar 1, jaring hubungan kepadatan komparatif antara mereka menggambarkan
bahwa C, D, P, Q, R, S dan X akan membentuk suatu cluster dengan tujuh anggota. Dari 21
jejaring yang mungkin terjadi diantaranya, 17 jelas terlihat memberikan derajat kepadatan
81%. Tatanan tujuh anggota tersebut terjadi hanya untuk memenuhi kondisi suatu cluster.
Alpha terhubung dengan dua anggota dari cluster ini, C dan D, dan kita dapat menguji untuk
bisa melihat apakah penambahan Alpha kepada tatanan tersebut akan membawa kepadatan
menurun hingga di bawah nilai cluster. Kita dapat lihat melalui Gambar 6 bahwa dengan
ditambahkannya Alpha pada tujuh anggota asal dalam tatanan tersebut, kita akan memiliki 19
hubungan nyata dari 28 hubungan yang mungkin terbentuk, memberikan kepadatan hanya
67%. Nilai tersebut dibawah nilai kontribusi (80%) sehingga Alpha bukanlah anggota dari
cluster tersebut. Sebaliknya, dengan menambahkan T kita akan dapatkan 23 hubungan nyata
dari 28 hubungan yang mungkin terbentuk, memberikan kepadatan 82%. Maka, kita dapat 23
katakan bahwa T adalah anggota dari cluster tersebut. Secara umum, kita tidak dapat
mempelajari keseluruhan dari jejaring total atau sebagian dan harus membatasi
penyidikannya pada bagian cluster yang telah ditentukan. Kita harus memperkirakan bahwa
batasan yang kita tetapkan dalam melakukan studi akan memotong/melewati beberapa
cluster.
Tidak seluruh anggota suatu cluster memiliki kontiribusi yang sama terhadap kepadatannya.
Sehingga, contohnya, dalam suatu cluster yang tergambar pada Gambar 6, Q terhubung
dengan seluruh tujuh anggota lainnya, yaitu D, P, R, T dan X yang tiap-tiapnya memiliki
enam hubungan, S memiliki lima, dan C yang hanya memiliki empat. Kita akan menyatakan
Q sebagai anggota inti suatu cluster dan C sebagai anggota tambahan (pinggiran). Kita juga
bisa menyatakan Q sebagai anggota penting, sehingga bila kita mengeluarkan Q, maka
kepadatan tatanan yang terbentuk oleh tujuh sisa anggota lainnya menurun hingga 76%,
sementara kita mengetahui nilai kritis nya adalah 80%. Hal ini menyebabkan tak satupun
anggota cluster lainnya menjadi penting dalam situasi ini.
Nilai, Harapan, dan Dukungan
Salah satu elemen penting dalam studi politik adalah nilai dan harapan yang berhubungan
dengan partisipasi setiap aktor dalam setiap proses politik. Variabel ini dianggap penting
karena dianggap berpotensi untuk membedakan dukungan-dukungan politik yang terkait
dengan peraturan yang bersifat empiris.
Dalam Political Anthropology, Swartz mendebat Parsons yang menganggap bahwa
legitimasi, merupakan satu-satunya dukungan yang paling penting dan tidak menghiraukan
faktor lain seperti adanya paksaan (coercion). Baik paksaan dan legitimasi berasal dari
harapan yang diinginkan ataupun yang tidak diinginkan oleh para aktor atau masyarakat
dalam sebuah komunitas. Namun demikian, konsekuensi dari kedua hal tersebut (paksaan dan
legitimasi) berbeda. Legitimasi adalah suatu bentuk dukungan yang melekat pada suatu objek
melalui pertukaran simbolik antara seseorang yang memberikan dukungan tersebut kepada
penerima dukungan. Pada pertukaran ini, si pemberi dukungan akan memberikan energy dan
24
sumber dayanya sehingga bermanfaat dalam penegasan legitimasi suatu proses politik
sehingga di masa depan dapat bermanfaat bagi aktor-aktor yang terlibat.
Dukungan yang berdasarkan adanya paksaan juga berasal dari pertukaran antara si pemberi
dukungan berikut sumber dayanya dan berharap adanya keuntungan yang akan dia dapatkan.
Walaupun kedua variabel tersebut melibatkan pertukaran secara simbolik, keduanya dapat
terjadi dalam waktu, tempat, rezim, batas kelompok tertentu dimana harapan ditumbuhkan.
Oleh sebab itu, terlepas dari kenyataan bahwa interaksi terjadi hanya antar manusia, harapan
dapat terjadi tidak hanya pada antar manusia tetapi juga antar aksi dan reaksi yang terjadi
diantara manusia tersebut. Dimana pun lokasinya, dukungan yang berupa legitimasi lebih
bersifat fleksibel dari pada dukungan yang berdasarkan paksaan. Ketika suatu peran atau
fungsi dalam sistem didukung oleh adanya legitimasi, maka kemampuan aktor tersebut untuk
membuat keputusan yang mengikat disebut “consensual power”, sedangkan kekuatan
lawannya (dalam hal ini yang menentang kekuasaan tersebut) yang bersifat adanya paksaan
disebut “opposed power”.
Contoh dari penerapan adanya legitimasi dan coercion (paksaan), dijelaskan dari kasus yang
dikemukakan oleh Cohen dan Friedrich. Cohen mengemukakan tentang kelompok Ibadan
Hausa di Nigeria yang merupakan salah contoh yang baik dalam penerapan legitimasi sebagai
basis kekuatan dan proses politik lainnya. Selain itu dalam kasus ini juga dijelaskan dua tipe
dukungan legitimasi dan paksaan dan membantu menjelaskan keuntungan dari harapan-
harapan yang diajukan. Komunitas Hausa menempati seperempat bagian kota di Negara
Nigeria dan memiliki pemimpin yang ditunjuk oleh pemerintah kolonial. Anggota komunitas
ini memiliki status native stranger karena Ibadan merupakan bagian dari kota Yoruba.
Pemisahan komunitas ini dengan daerah sekelilingnya berdasarkan status spesial dari
masyarakatnya dan keistimewaan dalam kepemerintahannya, merupakan hal yang penting
bagi partisipasi komunitas dalam aktivitas utamanya: perdagangan jarak jauh yang dilakukan
antara kaum Hausa di wilayahnya dengan komunitasnya sendiri yang berada di wilayah lain.
Pemisahan ini serta peraturan yang dimiliki oleh kaum ini sangat penting mengingat kaum
Hausa hanya mau berdagang dengan kaum sesamanya.
Ketika kemerdakaan tercapai, pemerintah Nigeria menghilangkan status spesial yang dimiliki
oleh Hausa. Pada saat yang sama, berkembangnya perkotaan di kawasan Yoruba
menyebabkan penduduk lokal Yoruba terdesak dan mengalami Islamisasi besar-besaran.
25
Juga pada saat yang sama, pemujaan Moslem, Tijaniyya, yang sudah terlebih dahulu ada di
wilayah Nigeria, memiliki kontrol pada kaum Hausa. Salah satu aspek dalam pemujaan atau
ritual ini adalah ketika setiap orang diprakarsai oleh seorang malam yang kemudian menjadi
penasehat dalam hidupnya. Ketika seseorang tidak mengikuti nasihat yang diberikan oleh
seorang malam, maka dia akan tertimpa suatu bencana namun jika dia mengikuti nasehat
malam maka kesejahteraan dan keberuntungan akan menimpa dirinya.
Ketika pemimpin kaum Hausa bergabung ke dalam pemujaan tersebut, rakyatnya pun dengan
sukarela ikut bergabung. Penasehat utama dari pemimpin tersebut juga menjadi ketua dari
seluruh malam. Walaupun pemimpin ini sudah kehilangan dukungan dari pemerintah,
kekuasaannya di wilayahnya tidak hilang. Walaupun kepemimpinannya sudah kehilangan
dukungan, tapi komunitas secara sukarela mengikuti pimpinannya didasarkan atas kesetiaan
pimpinan tersebut terhadap agamanya. Dalam tulisannya, Cohen tidak berfokus pada
kekuasaan yang digunakan oleh seorang pemimpin, namun sebaliknya pemimpin tersebut
dapat memperluas kekuasaannya ke daerah baru dan kekuasaan tersebut digunakan bilamana
malam menyetujuinya. Oleh sebab itu dengan kata lain, legitimasi yang dimiliki oleh
pemimpin tersebut memberikan fleksibilitas yang besar dalam hal penggunaan kekuasaan
yang dimilikinya terutama dengan adanya dukungan dari malam.
Poin penting dari kasus yang dikemukakan oleh Cohen adalah benefit yang diperoleh dari
adanya legitimasi ada dua yaitu baik positif ataupun negatif. Hal ini dapat terlihat dari
kekuasaan yang dimiliki malam. Ketika seseorang mematuhi petunjuk malam maka hidupnya
akan sejahtera, tapi ketika petunjuk tersebut tidak dipatuhi maka bencana menimpanya. Jika
kita mempertimbangkan paksaan sebagai basis dari dukungan, keuntungan dan ekspektasi
yang ditimbulkan juga memiliki efek positif dan negatif. Hal ini dicontohkan oleh kasus
orang pedesaan di Meksiko yang dikemukakan oleh Friedrich.
Political Groups
Hubungan ‘local level politics’ dalam suatu komunitas adalah hubungan yang terdiri dari
berbagai element yang bersifat kompleks. Proses politik di dalam suatu komunitas lokal ,
yang berbeda dari ‘local politics’. Strategi yang digunakan oleh Swartz adalah peristiwa atau
keputusan yang diambil atau diputuskan berdasarkan:
26
1. Penentuan dan pelaksanaan tujuan publik atau kelompok.
2. Penggunaan kekuatan antar kelompok yang mempertimbangkan tujuan yang akan
dicapai.
Politik yang dimaksud dalam buku ‘local-level politics’ adalah mengacu pada peristiwa,
bukan pada struktur atau fungsi atau keputusan yang dibuat oleh pihak yang lebih berkuasa
dalam hal ini pemerintah. Semua aktifitas yang berhubungan dengan perumusan dan
pelaksanaan untuk mencapai keputusan masyarakat atau publik dan atau peristiwa yang
berkaitan dengan distribusi dan atau penggunaan kekuatan publik walau tidak berkaitan
dengan struktur pemerintah.
Politik pencapaian tujuan melalui proses melalui interaksi antar personel baik hubungan kuat-
lemah, pemimpin-masyarakat, pesaing-pendukung, untuk mecapai tujuan. Politik adalah
pencapaian tujuan bersama, bukan adanya satu pihak yang mendukung tujuan tertentu.
Proses yang berkaitan dengan usaha untuk menentukan dan mempengaruhi kepentingan
umum, artiannya adalah politik lebih dilihat sebagai suatu proses pengambilan keputisan,
proses mempengaruhi kepentingan umum, serta proses pembagian dan penggunaan
kekuasaan bagi yang mempunyai kepentingan dalam pencapaian tujuan tersebut.
Kepentingan umum dapat diartikan sebagai kelompok yang bermusyawarah untuk
menentukan kesepakatan.
Pencapaian tujuan bersama dalam satu kelompok lebih penting karena keberhasilan
pencapaian tujuan bersama lebih penting dibandingkan dengan pencapaian secara individu
dan setiap anggota dalam kelompok tersebut ikut andil dalam pencapaian tujuan. .
Hal yang ditekankan untuk memahami konsep aktifitas politik antara lain:
1. Proses pencapaian tujuan publik/kelompok. Proses ini dapat meliputi cara-cara
kompetisi,konflik, atau bertahan.
2. Penggunaan ‘public power’ untuk pencapaian tujuan. Kekuasaan kelompok dapat
berwujud simbolik, dalam artian dapat dikembangkan, dipertahankan, disamarkan
melalui makna simbolik dari bentuk-bentuk dan pola-pola tindakan simbolik.
Musyawarah untuk mencapai mufakat pada kepentingan kelompok atau lebih akan selalu
menghadapi perbedaan, dan terjadi oposisi antara satu dengan yang lainnya. Hal ini
menimbulkan kelemahan karena egoisme suatu aktor atau kelompok akan muncul. Hambatan
27
ini dapat diatasi dengan adanya penengah yang tidak berkaitan dengan kepentingan dengan
kelompok atau aktor yang berbeda pendapat. Penengah ini tentunya mempunyai keterkaitan
dengan dua kelompok yang berbeda pendapat, tetapi tidak mempunyai pretensi untuk
memihak di dalam kelompok yang berkonflik, atau dapat disebut sebagai pihak yang lebih
berkuasa atau dituakan.
Skema kelompok politis di lapangan digambarkan pada penilaian relasi antar individu/aktor
dan grup tidak dibatasi oleh metode interpretasi dan analisis aspek-aspek pengetahuan
tentang manusia, budaya,perilaku dan pengalaman yang berfokus pada perbandingan
hubungan antara sistem konseptual yang berpola pada keragaman antar kelompok.
Komposisi kelompok politik ditentukan dengan keterlibatan dalam proses-proses tertentu
yang menuju pada kestabilan kelompok dalam berbagai macam proses, tetapi keterlibatan
kelompok tidak didasarkan pada asumsi keberadaan dan persamaan yang baik antar
hubungan individu.
Politik biasanya dilihat sebagai bagian dari konflik dan konflik adalah serangkaian proses
pencapaian kata sepakat untuk mendapatkan tujuan kelompok, maka formulasi dari politik
adalah struktur dari konflik kelompok.
Ada tiga cara untuk mendapatkan isu besar dalam organisasi kelompok politik, yaitu:
1. Pertanyaan mengenai hal-hal yang ada dalam kelompok atau organisasi (internal
organization).
2. Pertanyaan mengenai bidang yang menjadi ketertarikan dari kelompok atau organisasi
(field organization).
3. Pertanyaan mengenai aktor yang berperan dalam kelompok atau organisasi (arena
field).
1. Internal Organization
a. Aspek apa saja yang dapat menunjang keberlangsungan anggota untuk tetap
berada dalam suatu kelompok?
Isu ini penting karena adanya batasan keberlangsungan anggota dalam suatu
kelompok. Acuan apa saja yang menjadi daya tarik suatu anggota kelompok untuk
tetap tinggal dalam suatu kelompok, atau bagaimana mengeluarkan anggota
28
kelompok yang sudah tidak diperlukan atau tidak sejalan dengan tujuan yang akan
dicapai oleh kelompok, atau bagaimana mendapatkan anggota baru untuk masuk
dalam kelompok.
Aspek krusial dari pertanyaan ini adalah bahwa setiap kelompok mempunyai ciri
khas sendiri atau indentitas sendiri yang menyebabkan kelompok ini stabil dan
kesetiaan anggota kelompok terhadap kelompoknya.
b. Adakah ikatan materi, emosi, dan jural anta anggota kelompok?
Ikatan antar anggota dapat bersifat multi kompleks (multiplex) atau simpel
kompleks (simplex) merupakan satu dimensi dari permasalahan dan ikatan khusus
merupakan kekuatan antar anggota.Pertanyaan pertama menekankan keseluruhan
anggota kelompok
c. Adakah distribusi kekuasaan sumber daya dan anggota di dalam kelompok?
Pertanyaan ini berhubungan dengan status dan kontribusi antar anggota tergantung
dari posisi anggota dalam kelompok tersebut. Aspek yang penting dalam
pertanyaan ini adalah peran spesifik apa saja yang dimiliki anggota untuk
kemajuan kelompoknya. Hal ini berguna karena tiap anggota harus mempunyai
peran dalam tiap kelompok, dan peran tersebut harus sejalan dengan tujuan yang
akan dicapai oleh kelompok.
d. Adakah norma dan atau jural yang menyebabkan perilaku-perilaku antar anggota?
e. Adakah sumber daya yang dimiliki oleh kelompok dan berapa banyak sumber
daya tersebut dapat digunakan oleh anggota kelompok untuk menjalankan usaha
mencapai tujuan kelompok?
Spiro dan Graham melakukan penelitian dengan kelompok yang mempunyai kesamaan kasus
dalam penyelesaian konflik. Dua kasus ini digunakan karena ketertarikan mereka terhadap
variasi yang sama dalam kelompok sehingga mudah dibandingkan.
Kelompok penelitian oleh Spiro, adalah sebuah desa di Myanmar. Desa ini terdiri dari
berbagai strata sosial. Pusat ‘pemerintah’ terdiri dari anggota-anggota kelompok yang lebih
tinggi strata sosialnya. Dukungan utama dari keanggotaan di desa ini adalah hubungan antara
ketua dengan pengikutnya yang tergantung pada ketertarikan pada satu hal yang spesifik.
Ketua kelompok yang menetapkan tujuan. Hubungan antara ketua kelompok dengan
pengikutnya relatif lemah karena hanya tergantung pada hal-hal yang umum, dan anggota
kelompok berpartisipasi hanya untuk hal-hal yang umum sehingga tidak ada keterikatan
29
mereka pada kelompok. Ketua kelompok harus membuat anggota kelompoknya ikut
berpartisipasi dalam pencapaian tujuan dengan membagi posisi kepada tiap anggota
kelompok sehingga anggota kelompok ikut berpartisipasi dalam segala kegiatan untuk
pencapaian tujuan kelompok.Pembagian posisi kepada anhgota kelompok dapat berupa
pemberian hak istimewa, pembagian keuntungan dan lain sebagainya. Ikatan semacam ini
lebih kuat dibandingkan hanya satu ketua kelompok yang menentukan arah dan tujuan
kelompok. Ikatan fisik, emosi, dan jural antar anggota bersifat heterogen, walaupun ada
beberapa anggota kelompok mempunyai kesamaan seperti kekerabatan, ketergantungan
ekonomi, atau ikatan emosional bukan merupakan karakteristik kelompok secara keseluruhan
karena hanya sedikit unit pengikat antar kelompok. Hubungan antar anggota lemah, dan
persaingan ekonomi antar anggota adalah hal yang biasa dan merupakan kerjasama antar
anggota kelompok. Norma dan peraturan dalam kelompok tidak jelas, dan pencapaian tujuan
kelompok adalah tujuan satu individu bukan kelompok. Kelompok yang diamati oleh Spiro
bukan kelompok kerjasama yang anggota kelompoknya memenuhi persyaratan ketua
kelompok dengan berbagai ragam prinsip.
Graham mengamati partai Congress di Uttar Pradesh bagian utara India dan menilai
perubahan mereka dari waktu ke waktu. Graham menemukan dua variasi dalam perekrutan
anggota kelompok. Satu variasi adalah kepatuhan anggota kelompok terhadap ketua
kelompok, variasi kedua adalah ketua kelompok merupakan asisten dari ketua kelompok
utama. Ketua kelompok utama mendapatkan kepatuhan dari ketua kelompok di bawahnya
dan pengikutnya. Anggota kelompok yang diamati oleh Graham sebenarnya dapat keluar dari
kelompoknya secara mudah tetapi karena norma dalam kelompok tidak membolehkan
mereka keluar masuk kelompok seperti kelompok yang diamati oleh Spiro. Jumlah Anggota
kelompok yang diamati oleh Graham dapat berubah, tetapi perubahan itu diganti oleh
anggota kelompok lain yang mempunyai keterkaitan dengan kelompok yang diikutinya dalam
hal ini adalah partai Congress. Graham mengamati perbedaan antar dua kelompok.
Kelompok pertama tetap eksis dan sukses dalam waktu yang lama, karena adanya
peningkatan sumberdaya dan personil. Kelompok lainnya tidak eksis lama karena kelompok
ini lebih banyak melakukan struktur birokrasi dengan batasan atas keterkaitan tiap anggota di
dalam kelompok tersebut.
2. Field Organization
30
a. Adakah hubungan kelompok dengan pengambilan keputusan atau pencapaian
tujuan yang secara politis?
Pertanyaan ini memiliki 2 aspek , aspek pertama adalah apa yang kelompok
lakukan untuk mencapai tujuan?apakah dengan berkompetisi melawan kelompok
lain?apakah anggota di luar kelompok dapat menerima ide ini atau menolaknya?
Aspek kedua adalah bagaimana tujuan mempengaruhi perilaku kelompok?Apakah
anggota kelompok menggunakan pengaruh untuk mendapatkan sumberdaya atau
melalui advokasi?apakah efek tujuan mempengaruhi hubungan antar anggota?
Berdasarkan hal ini Bailey memperkirakan konsesus antar anggota dalam
kelompok sulit tercapai jika hanya memperhatikan sumberdaya dibandingkan
tujuan untuk mendapatkan sesuatu dari kelompok lain.
b. Jika ada beberapa kelompok dalam satu tempat yang sama , adakah hubungan
alami diantara kelompok tersebut?
Pertanyaan ini jelas untuk mendapatkan gambaran kompetisi/kerjasama antar
kelompok dalam satu tempat yang sama.
c. Adakah hubungan antar anggota kelompok tersebut sesuai norma dan peraturan
jika teryata dalam tempat tersebut mempunyai lebih dari 1 kelompok?
Bailey menunjukkan bahwa jika ada peraturan dan norma yang diikuti oleh
anggota suatu partai pada pemilihan umum, maka ada perbedaan ketika mereka
tidak lagi di dalam kelompo yang sama. Kelompok desa yang diamati Spiro
mengikuti norma yang sama walau mereka berlomba sebagai satu tanda
kepatuhan. Kelompok partai yang diamati oleh Graham juga memberikan hasil
yang sama , walau melalui periode yang panjang. Hal yang penting adalah adanya
batasan proses dalam tempat tersebut.
d. Adakah karakteristik perilaku kelompok atau diantara kelompok?
Pertanyaan ini detail pada apa yang dilakukan kelompok untuk mempertahankan
tujuan. Penelitian Nicholas mendiskusikan tentang inter alia, tipe moral, jural,
atau pragmatis untuk mencapai tujuan.Penelitian Bailey menilai konfrontasi dan
encounters antar kelompok. Spiro menggambarkan perhatian tentang penggunaan
sumberdaya untuk mencapai tujua.
e. Adakah rentang proses partisipasi yang dimiliki oleh kelompok?
Ada dua dimensi dari pertanyaan ini. Dimensi pertama adalah apa yang disebut
domain oleh Spiro yang menunjukkan kepatuhan untuk tujuan menarik
31
wisatawan.Graham menunjukkan kepatuhan pada satu kelompok dan menghargai
setiap kelompok yang mempunyai tujuan yang sama.
3. Arena-Field
a. Bagaimana sebuah kelompok dapat menggamnbarkan anggota kelompoknya?
Beberapa perbedaan yang spesifik dalam kelompok dan pelaksanaan yang dapat
dipantau apakah tiap kelompok memperlakukan anggota dalam kedudukan yang
sama dan penggunaan sumberdaya dari arena yang homogen antara lain ‘figure-
eight-arena (sebagai contoh sebuah komunitas pedesaan sebagai arena dan
pemerintahnya seperti desa dengan lurah atau bupati), atau tipe lainnya adalah
arena heterogen , yaitu memberikan satu personel untuk mengawasi partai
Congress di Uttar Pradesh, atau ritual inisiasi Turner atau ritual Wilson. Nicholas
melakukan hipotesis seperti dalam hubungan arena tipe ‘figure-eight’ dengan
sumberdaya ekonomi yang lemah dan terdiri dari petani atau masyarakat adat
(lokal) dengan perwakilan dari perkotaan, kumpulan industri di lain pihak,
menghasilkan konflik sementara. Kepatuhan sementara dari kelompok diarahkan
atau berdasarkan peraturan yang lemah dan ambigu di arena kompetisi atas
ketersediaan sumberdaya yang terbatas.
b. Asal sumberdaya arena dan bagaimana kelompok penggambaran anggota
kelompok?
Pertanyaan ini berhubungan erat dengan perbedaan komposisi anggota kelompok
antar kelompok dalam satu arena. Bidang-bidang antara anggota kelompok terdiri
dari kelompok lainnya.
c. Hubungan apa yang terjadi antara kelompok-kelompok dengan konstituen yang
menggambarkan ciri khas anggota kelompoknya?
Isu spesifik yang ditonjolkan dari pertanyaan ini adalah keberadaan atau ketiadaan
keberpihakan abadi, kebiasaan, atau perbedaan kepentingan, dan pembagian
kekuasaan antar anggota kelompok. Diskusi Graham mengenai kepatuhan dan
kecenderungan untuk berfraksi contohnya adalah penyelesaian konflik antara
partai Kongres di Uttar Pradesh. Kepatuhan partai Kongres yang dipimpin oleh
berbagai macam tipe pemimpin kelompok. Graham menunjukkan bahwa variasi
kelompok bergantung pada tipe dan tingkat pemerintah yang dapat mengontrol
32
perubahan sumberdaya dan variasi bidamg dalam kelompok, dan bukan
didasarkan atas asas kepatuhan.
Penelitian Spiro menunjukkan pengaruh kekuatan,keberpihakan abadi dan
persamaan ketertarikan dalam arena dibentuk dari terbatasnya konflik di daerah
penelitiannya di Myanmar. Kepatuhan antar kelompok lebih mengdepankan
kompetisi domain yang terbatas yaitu hanya unjuk gigi dalam domain parawisata,
dan keberadaan mereka hanya terdiri dari ancaman pihak di luar daerah tersebut.
d. Adakah norma, nilai dan atau aturan jural yang dapat diaplikasikan pada
kelompok?
Graham menunjukkan kepatuhan bukan merupakan hal yang utama pada tahap
pertama pembentukan kelompok partai kongres. Perilaku kepatuhan tersembunyi
dan keanggotaan kelompok dengan asas kepatuhan seperti ini biasanya tidak
dalam keadaan stabil. Hal ini disebabkan karena perilaku anggota tidak dapat
digambarkan arahnya dan tidak terbuka dalam suatu kelompok. Lain dengan
perilaku desa di Myanmar yang merupakan objek dari Spiro, yang memiliki
norma mengedepankan perdamaian, persatuan, dan persahabatan. Perilaku ini
tidak mengedapankan kepatuhan dalam kasus yang diteliti oleh Spiro, tetapi
menunjukkan konflik kepatuhan tersembunyi dibandingkan konflik terbuka.
e. Adakah peraturan dan teknik untuk menggerakan sumberdaya di arena yang
digunakan dalam bidang yang terbatas untuk menggerakan sumberdaya?
Graham mencatat bahwa hal yang menjadi perhatian antara pemimpin partai untuk
menjaga kepatuhan antar kelompok yang sangat menghabiskan sumberdaya
kelompok yang pada akhirnya membahayakan keberadaan kelompok itu sendiri.
Penelitian mengenai kepatuhan tersembunyi pada kasus Myanmar dan penolakan
anggota kelompok untuk meminta pertolongan pemerintah daerah untuk
menghadapi konflik dengan ‘lawan’ mereka dan ketiadaan kemampuan mereka
untuk mengumpulkan energi dan ikatan sosial untuk mendapatkan sumberdaya
dalam pencapaian tujuan. Spiro mencatat bahwa keterbatasan menentukan aspek
variasi dalam aspek kelompok, kebudayaan, dan kepribadian di Myanmar.
Peraturan dan teknik merupakan jalan keluar untuk mendapatkan sumberdaya
muncul di bidang dan keterbatasan untuk mendapatkan sumberdaya itu sendiri.
33
top related