local govt.assessment_unipa final report

Upload: gusty-aurieliano

Post on 31-Oct-2015

101 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR

    KAJIAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DELAPAN KABUPATEN TERPILIH

    DI PAPUA

    Oleh : TIM UNIPA

    KERJASAMA UNIVERSITAS NEGERI PAPUA

    DENGAN UNDP-PAPUA CAPACITY NEEDS

    ASSESSMENT 2005

  • Laporan ini merupakan hasil kajian terhadap kapasitas pemerintah daerah. Kajian tersebut dilakukan secara independen, namun demikian UNDP turut serta dalam memberikan pengarahan dan masukan kepada organisasi baik pada proses awal maupun pada proses persiapan laporan. Adapun data yang dikumpulkan, analisa dan isu-isu yang disampaikan tidak sepenuhnya mewakili pandangan dari UNDP.

    This report represents the result of an assessment local government capacity. The assessment was carried out independently of the UNDP, however UNDP advisors provided initial guidance to the organizations that conducted the assessments and gave feedback on the preparation of the report. As such, the information gathered has not been verified and the analysis and issues associated therewith do not necessarily represent the views of UNDP.

  • KATA PENGANTAR

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA i

    KATA PENGANTAR

    Sebagai tindak lanjut kerjasama antara Pusat Penelitian Pemberdayaan Fiskal dan

    Ekonomi Daerah (P3FED) Universitas Negeri Papua (UNIPA) dengan UNDP-Papua

    Capacity Needs Assessment, maka telah dilakukan kajian di 8 (delapan) Kabupaten

    terpilih di Papua. Tujuan utama kajian ini, adalah untuk: : (1) mengidentifikasi

    kapasitas sumberdaya pemerintah daerah. dan (2) mengianalisis terhadap pelayanan

    sosial dasar yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah.

    Dari kedelapan kabupaten tersebut empat (4) diantaranya merupakan kabupaten

    lama, yaitu Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong, Kabupaten Fakfak dan

    Kabupaten Yapen, sedangkan 4 (empat) kabupaten lainnya adalah kabupaten baru

    hasil pemekaran berdasarkan UU No. 26 Tahun 2002, yaitu : Kabupaten Teluk

    Wondama, Kabupaten Waropen, Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Kaimana.

    Laporan ini disusun berdasarkan hasil kajian dan analisis dari data-data, baik data

    sekunder yang diperoleh dari instansi terkait maupun data primer yang merupakan

    hasil pengamatan langsung dilapangan serta wawancara dengan beberapa stake

    holders.

    Laporan ini merupakan Laporan Akhir yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

    bagi Pemerintah Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota serta pemangku

    kepentingan (stake holders) dalam perencanaan dan implementasi serta upaya-upaya

    pembangunan di Tanah Papua.

    Pada kesempatan ini disampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-

    besarnya kepada UNDP-Papua Capacity Needs Assessment Project atas

    kepercayaannya kepada Pusat Penelitian Pemberdayaan Fiskal dan Ekonomi Daerah

    Universitas Negeri Papua (P3FED-UNIPA) untuk melaksanakan kegiatan ini.

    Terimakasih dan penghargaan disampaikan kepada 8 (delapan) Pemerintah Kabupaten

    yang menjadi target kegiatan, serta pihak-pihak lain yang ikut membantu kelancaran

    kegiatan ini. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Papua di masa

    mendatang diharapkan benar-benar menyatu dengan masyarakat.

    Manokwari, 03 Juni 2005 Kepala P3FED UNIPA

    Ir. Yan Pieter Karafir, M.Ec

    NIP. : 130 346 191

  • DAFTAR ISI

    LOCAL GOVERNMENT CAPACITY ASSESSMENT ii

    DAFTAR ISI

    No.

    Teks

    Halaman

    KATA PENGANTAR

    i

    DAFTAR ISI

    ii

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    R 1

    I.

    PENDAHULUAN

    I 1

    II.

    KABUPATEN MANOKWARI

    II 1

    III.

    KABUPATEN TELUK WONDAMA

    III 1

    IV.

    KABUPATEN SORONG

    IV 1

    V.

    KABUPATEN RAJA AMPAT

    V 1

    VI.

    KABUPATEN FAKFAK

    VI 1

    VII.

    KABUPATEN KAIMANA

    VII 1

    VIII

    KABUPATEN YAPEN

    VIII 1

    IX.

    KABUPATEN WAROPEN

    IX - 1

    LAMPIRAN

    L - 1

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 1

    RINGKASAN EKSEKUTIF 1. PENDAHULUAN

    Provinsi Papua (dulu Propinsi Irian Jaya) merupakan salah satu propinsi terluas di Indonesia, tetapi dengan jumlah kabupaten/kota yang terbatas. Untuk mengefektifkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah telah membentuk 3 kabupaten baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 45/1999, yaitu : Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, dan Kabupaten Puncak Jaya. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 5/2000, pemerintah mengukuhkan Kotamadya Administratif Sorong menjadi Kotamadya Sorong. Dengan demikian Provinsi Papua telah terdiri dari 12 kabupaten dan 2 kotamadya.

    Berdasarkan kondisi sosial-ekonomi yang sangat dinamis, pemerintah kembali menyadari pentingnya upaya untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelengaaraan pemerintahan dan pembangunan dengan membentuk 14 kabupaten baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 26/2002. Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah kabupaten/kota telah mengalami peningkatan 2 kali lipat. Namun penambahan jumlah kabupaten/kota sebesar ini bukanlah hal yang mudah, sehingga menimbulkan pertanyaan. Apakah benar pemerintah kabupaten induk telah meningkat kapasitasnya untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan ?. Sejauhmana kapasitas pemerintah kabupaten baru untuk menyelenggarakan pemerintahan, dan bila mungkin juga pembangunan ?. Dari segi inilah dipandang perlu untuk melakukan Kajian Kapasitas Pemerintah Daerah 8 Kabupaten Terpilih di Papua.

    Tujuan utama kajian ini, adalah untuk: : (1) mengidentifikasi kapasitas sumberdaya pemerintah daerah 8 kabupaten terpilih, dan (2) menganalisis pelayanan sosial dasar yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah 8 kabupaten terpilih.

    2. KARAKTERISTIK WILAYAH

    2.1. Fisik Wilayah

    Luas wilayah tiap kabupaten bervariasi cukup besar, mulai dari yang paling sempit sampai dengan yang paling luas. Kabupaten Yapen adalah yang paling sempit yakni 2 050 Km2, tetapi masih jauh lebih luas dibandingkan Kota Jayapura (940 Km2) maupun Kota Sorong (1.105 Km2). Kabupaten yang paling luas (46.108 Km2) adalah Kabupaten Raja Ampat, tetapi 40.108 Km2 (87 %) di antaranya merupakan perairan laut. Sisanya seluas 6.000 Km2 (13 %) saja yang merupakan daratan, namun masih lebih luas dibandingkan Kabupaten Yapen maupun Kabupaten Teluk Wondama (5.788 Km2).

    Bentuk wilayah kabupaten berbeda menjadi dua bentuk, yakni kabupaten kepulauan, kabupaten kombinasi dari daratan tanah besar Papua dan pulau-pulau kecil. Kabupaten Raja Ampat merupakan satu-satunya daerah kepulauan dengan 620 buah pulau, kabupaten lainnya merupakan bagian daratan tanah besar Papua dan beberapa pulau-pulau kecil.

    2.2. Pembagian Administratif Wilayah

    Setiap kabupaten terdiri dari beberapa distrik, dan setiap distrik terdiri dari beberapa kampung serta beberapa kelurahan. Jumlah distrik pada setiap

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 2

    kabupaten bervariasi dari 3 distrik (Kabupaten Waropen) sampai dengan 12 distrik (Kabupaten Sorong). Jumlah kampung pada setiap kabupaten juga bervariasi dengan variasi yang besar, mulai dari 61 kampung (Kabupaten Waropen) sampai dengan 409 kampung (Kabupaten Manokwari). Kelurahan telah dimiliki oleh kabupaten induk atau tidak terdapat di kabupaten pemekaran. Jumlah kelurahan terbanyak terdapat di Kabupaten Manokwari (9 Kelurahan), dan tersedikit di Kabupaten Sorong (1 Kelurahan). Ditinjau dari jumlah kampung maupun kelurahan yang terbesar, tampaknya Kabupaten Manokwari memiliki potensi untuk pemekaran Kota.

    2.3. Tataguna Wilayah

    Peruntukan wilayah dibedakan menjadi 2 peruntukan yang bersifat umum yakni kawasan lindung, dan kawasan budidaya. Namun kabupaten diperoleh data valid mengenai peruntukan wilayah terbatas pada Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Raja Ampat.

    Di Kabupaten Manokwari sebagian besar (68 %) wilayahnya diperuntukan sebagai kawasan lindung, dan sebagian kecil (32 %) lainnya diperuntukan sebagai kawasan budidaya. Luas kawasan lindung ini lebih besar lagi di Kabupaten Raja Ampat (71 %), tetapi sebaliknya luas kawasan budidaya menjadi lebih sempit (29 %). Namun hal ini tidak menjadi masalah dilihat dari proporsi penduduk yang sebagian besar tergantung pada usaha perikanan tangkap. Masalah akan muncul jika pertambangan digunakan sebgai salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi daerah.

    2.4. Kependudukan

    Variabel kependudukan penting mencakup jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan pertumbuhan penduduk. Selengkapnya keadaan kependudukan di setiap kabupaten dapat dilihat pada Tabel 3

    Jumlah penduduk ternyata bervariasi cukup besar antar kabupaten. Penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Manokwari (143 949 Jiwa), dan tersedikit di Kabupaten Waropen (23 072). Kepadatan penduduk tertinggi (34,40 Jiwa/Km2) terdapat di Kabupaten Yapen, dan terendah (1,04 Jiwa/Km2). Pertumbuhan penduduk yang berhasil diperoleh datanya adalah di 3 kabupaten induk yakni Kabupaten Sorong, Fakfak, dan Kabupaten Yapen. Pertumbuhan penduduk tertinggi (5,56 %) terjadi di Kabupaten Fakfak, dan terendah (2,75 %) di Kabupaten Yapen.

    2.5. Mata Pencaharian

    Ketergantungan ekonomi penduduk dibedakan menjadi 3 yakni sektor primer, sekunder, dan sektor tertier. Sebaran proporsi rumahtangga berdasarkan ketergantungannya pada setiap sektor dapat dilihat pada Lampiran 4. Proporsi penduduk terbesar tergantung pada sektor sekunder, dengan variasi 30 71 persen. Menyusul pada sektor sekunder, dengan variasi 8 51 persen. Proporsi terkecil pada sektor tertier, dengan variasi yang kecil yakni 9 24.

    Proporsi penduduk terbesar yang tergantung pada sektor primer terjadi di Kabupaten Raja Ampat (71 %), dan terkecil di Kabupaten Manokwari (50 %). Tingginya proporsi penduduk yang tergantung pada sektor primer di Kabupaten Raja Ampat sesuai kondisi wilayahnya yang sebagian besar (87 %) terdiri dari perairan laut yang potensial untuk biota bernilai pasar tinggi sehingga menarik penduduk untuk bekerja sebagai nelayan. Proporsi penduduk terbesar yang

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 3

    tergantung pada sektor sekunder terjadi di Kabupaten Sorong (40 %), sesuai jumlah industri pengolahan skala menengah dan besar di kabupaten ini yang cukup banyak seperti industri perkayuan, gas, dan minyak bumi. Proporsi penduduk terbesar yang tergantung pada sektor tertier terjadi di Kabupaten Fakfak (34 %), dan terendah di Kabupaten Sorong.

    2.6. Kemiskinan

    Tingkat kemiskinan penduduk dinilai berdasarkan indeks kemiskinan manusia (IKM) menurut Laporan Pembangunan Manusia (2004). Selengkapnya indeks kemiskinan di 4 kabupaten induk dapat dilihat pada Tabel 5.

    Berdasarkan indeks kemiskinan manusia pada tahun 2002 ternyata Kabupaten Manokwari menempati rangking kemiskinan tertinggi dengan IKM sebesar 39,0. Menyusul Kabupaten Yapen dengan IKM sebesar 38,9 dan selanjutnya Kabupaten Sorong dengan IKM sebesar 28,3, terakhir Kabupaten Fakfak dengan IKM sebesar 26,9.

    3. KAPASITAS SUMBERDAYA PEMDA

    Jumlah pegawai yang tersedia pada masing-masing Kabupaten sangat bervariasi dan umumnya kabupaten induk memiliki jumlah pegawai yang sangat banyak dibandingkan dengan kabupaten pemekaran (Tabel 7). Hal ini dapat dibuktikan dari rata-rata proporsi pegawai pemda terhadap jumlah penduduk untuk kabupaten induk sebesar (3,83 0,92) % dan untuk kabupaten pemekaran sebesar (1,72 0,70)%. Artinya untuk kabupaten induk dalam setiap 100 penduduk rata-rata terdapat 4 pegawai negeri sedangkan untuk kabupaten pemekaran setiap 100 penduduk terdapat 2 pegawai, untuk itu penambahan pegawai pada kabupaten pemekaran masih layak untuk dilakukan. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa setiap pegawai negeri melayani 33 penduduk. Dari jumlah pegawai tersebut terdapat 44,42 % pegawai golongan II dan 39,55 % pegawai golongan III sedangkan sekitar 4 % dari golongan adalah pegawai I dan IV. Artinya pengambil keputusan dalam melakukan pelayanan kepada penduduk di kabupaten dilakukan oleh 4 % pegawai pemda, jika mengikuti daftar urutan kepangkatan.

    Saat ini telah dilakukan Kajian terhadap struktur organisasi perangkat daerah yang didasarkan pada pertimbangan rasional dan profesional melalui : UU 22 pasal 11 Kewenangan Wajib Ketentuan Umum PP 8 Tahun 2003 Kepress No. 34 Tahun 2003 SKB No. 01/SKB/M.PAN/4/2003 dan No. 17 Tahun 2003 Kajian terhadap struktur kelembagaan Daerah tersebut dilakukan dengan pertimbangan adanya Tumpang Tindih/duplikasi Tupoksi, Struktur yang lebih tinggi, Misi dan Visi daerah (Kedepan, Potensi), Potensi Daerah (komoditas unggulan), Kebutuhan Daerah dan Masyarakat dan Tingkat Nilai Ekonomis

    Kondisi struktur organisasi pemda saat ini belum mengacu pada ketentuan umum PP 8 tahun 2003. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Dinas, Badan yang sangat bervariasi, sehingga untuk memenuhi akan PP tersebut perlu di digunakan suatu visi dan misi daerah, keunggulan komparative pada masing-masing daerah, kebutuhan yang akan dipenuhi pada suatu daerah dan pelayanan terhadap masyarakat/penduduk dengan mempertimbangkan akan nilai ekonomis/pembiayaan terhadap pelayanan tersebut. Sehingga setiap institusi atau unit kerja harus memiliki tugas pokok dan fungsi.

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 4

    Dengan adanya Tupoksi pada masing-masing Bagian, Dinas, Badan, kantor dan Distrik, maka kegiatan pelayanan kepada masyarakat akan memberikan outcome yang dapat diukur baik dari sisi pembiayaan maupun dari sisi manfaat yang diterima.

    4. KEUANGAN DAERAH

    4.1. Penerimaan

    Penerimaan Kabupaten umumnya bersumber dari PAD (pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahan milik daerah dan lain-lain PAD yang sah), Dana Perimbangan ( bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus), dana Otsus, dan dana APBN

    Penerimaan dalam bentuk PAD maupun dana perimbangan tergantung dari bagaimana kelembagaan dalam Pemda melakukan pelayanan terhadap masyarakat luas dalam upaya menumbuhkan sektor-sektor ekonomi yang potensial pada masing-masing Daerah. Dari hasil pemantauan dan informasi yang diperoleh dari masyarakat bahkan para pengusaha dapat disimpulkan bahwa terhadap 4 Kabupaten induk maupun 4 Kabupaten Pemekaran yang memiliki banyak potensi-potensI Penerimaan Daerah yang belum di gali (diperdakan). Kondisi PAD masing masing Kabupaten rata-rata sangat bervariasi dan umumnya baru diperoleh pada kabupaten induk sedangkan kabupaten pemekaran belum semuanya tersedia. Rata-rata PAD tertinggi diperoleh pada tahun 2003 sedangkan dari sisi wilayah, Kabupaten Sorong dan Fak-Fak yang memiliki perolehan PAD tertinggi pada 2 tahun berjalan (Tabel 3). Perolehan PAD berdasarkan luas wilayah pada Tahun 2003, Kabupaten Yapen yang memperoleh PAD tertinggi yaitu pada setiap luasan 1 km2 diperoleh PAD sebesar Rp. 1,284,196.35 begitu pula pada tahun 2002 setiap 1 km2 diperoleh PAD sebesar RP. 1,415,662.38

    Penerimaan yang diperoleh dari dana perimbangan masing-masing kabupaten didasarkan pada Faktor penyeimbang (Alokasi minimum, Lumpsum, proporsi kebutuhan belanja pegawai tahun sebelumnya), Kebutuhan Fiskal (indeks penduduk, indeks luas wilayah, indeks kemiskinan relative, indeks harga bangunan) dan Potensi Fiskal (PAD, Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam). Rata rata perolehan dana perimbangan tertinggi adalah Kabupaten Manokwari hal ini disebabkan tingginya jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Manokwari, dan tingginya indeks kemiskinan yang indeksnya mencapai 332.

    Dana otsus yang berasal dari APBN dibagikan ke masing-masing kabupaten sebesar 40 % dan Provinsi Papua 60 % . Perolehan Dana Otsus berdasarkan perhitungan dari Provinsi Papua pada masing-masing kabupaten menunjukkan bahwa pada tahun 2002 dan 2003 terhadap 8 kabupaten masing-masing Rp. 155,753,573,000 dan Rp. 162,109,241,242. Kabupaten yang memperoleh dana otsus terbesar adalah Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Sorong.

    Perolehan dana dari pusat (APBN) dalam membiayai sektor ekonomi di masing-masing kabupaten rata-rata cenderung menurun dari selama 3 tahun terakhir

    4.2. Pengeluaran

    Pengeluaran untuk pembiayaan aparatur maupun untuk publik hanya diperoleh pada kabupaten induk sedangkan kabupaten pemekaran hanya pada kabupaten Teluk Wondama sedangkan kabupaten pemekaran lainnya masih ditangani oleh kabupaten induk. Berdasarkan besarnya pembiayaan aparatur Kabupaten Sorong

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 5

    memiliki pembiayaan aparatur terbesar yaitu mencapai Rp. 399,230,687,197 dengan rata terhadap setiap pegawai sebesar Rp 114,196,421 orang artinya rata-rata setiap pegawai memperoleh Rp 114,196,421 per tahun , sedanghkan yang terendah adalah Kabupaten Manokwari Rp 38,472,884 artinya rata-rata setiap pegawai memperoleh Rp 38,472,884 per tahun. Sedangkan untuk pembiayaan publik Kabupaten Yapen yang paling besar mengalokasikan pembiayaan pembangunan pada masing-masing sektor ekonomi yang ada.

    Perbandingan antara pembiayaan aparatur dan pembiayaan public setiap kabupaten menunjukkan bahwa Kabupaten Sorong memiliki pembiayaan aparatur tertinggi yang mencapai 89,19 % dari APBD sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Yapen Waropen dan untuk pembiayaan public terjadi sebaliknya yang terbesar adalah Kabupaten Yapen yang mencapai 50,88 %. Jadi rata-rata pengeluaran aparatur dari 4 kabupaten Induk sebesar 63,69% sedangkan pengeluaran public sebesar 36,31 %.

    Pembiayaan pembangunan pada masing-masing sektor menunjukkan bahwa sektor aparatur pemerintah memiliki proporsi pembiayaan pembangunan rata-rata mencapai 20,29 % diikuti oleh sektor transportasi sebesar 13,82 %, dan sektor pendidikan sebesar 12,51 %.

    5. PENGIKUTSERTAAN MASYARAKAT DALAM PEMERINTAHAN

    5.1. DPRD Periode 2004 - 2009

    Seluruh kabupaten terpilih jumlah anggota DPRD masing-masing 20 orang, kecuali Kabupaten Manokwari yang mempunyai anggota DPRD 25 orang. Partisipasi perempuan dalam keanggotaan DPRD masih sangat rendah, yaitu hanya 7,3%. Partisipasi perempuan paling tinggi di Kabupaten Kaimana (20%), kemudian Sorong (10%). Di Fakfak justru tidak ada anggota DPRD berjenis kelamin perempuan

    Dari seluruh anggota DPRD 61% diantaranya berasal dari Papua dan 39% dari luar Papua. Kendati terdapat variasi antar kabupaten, namun keterwakilan antar kelompok masyarakat cukup baik. Dari segi tingkat pendidikan, sebagian besar (66%) anggota DPRD berpendidikan setaraf SMU, dan hanya 40% berpendidikan perguruan tinggi baik Diploma maupun strata 1.

    Berdasarkan agama, sebagian besar (68,3%) beragama Kristen dan sisanya (31,7%) beragama Islam. Kecenderungan di atas terjadi di semua kabupaten terpilih, kecuali di Kaimana dan Fakfak yang didominir oleh anggota yang beragama Islam, yaitu berturut-turut 60% dan 55%.

    Keanggotaan DPRD didominir oleh partai-partai besar seperti GOLKAR dan PDIP. Kendati demikian, keanggotaan DPRD hasil PEMILU 2004 ini terlihat lebih beragam dari segi partai politik. Tidak kurang dari 19 partai politik yang memiliki anggota DPRD di kabupaten terpilih. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa asal partai politik tidak menunjukkan aspirasi politik anggota. Jadi keanggotaan DPRD terkesan bagi-bagi kursi. 5.2. Perwakilan Kampung/Masyarakat Adat

    Lembaga-lembaga sejenis perwakilan kampung telah dirintis sejak masa Pemerintah Orde Baru seperti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Introduksi LKMD merupakan salah satu wujud perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahaan dan pembangunan kampung yang menggunakan pendekatan

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 6

    partisipatif. Disamping itu, partisipasi masyarakat melalui Lembaga Musyawarah Adat (LMA), baik di tingkat distrik maupun kabupaten.

    Secara umum lembaga ini belum berfungsi efektif melakukan tugasnya dalam rangka merealisasikan tujuannya. Hal ini disebabkan pembinaan yang secara struktural menjadi tanggungjawab bupati dan camat/kepala distrik tidak terselenggara secara baik. Faktor-faktor utama penyebab lemahnya pembinaan adalah :

    1. Faktor isolasi kampung, sehingga akses dari pusat-pusat pemerintahan menjadi sulit;

    2. Lemahnya komitmen lembaga Pembina untuk melakukan pembinaan secara kontinu dan berkelanjutan;

    3. Terbatasnya pendidikan dan lemahnya pemahaman aparat di tingkat kampung/desa tentang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa.

    Lembaga ini sekarang telah berganti nama menjadi Badan Perencanaan Kampung (BAPERKAM). Namun fungsi dan peranannya masih tetap sama, dan masih belum efektif.

    5.3. Sistem Pengadilan

    Terdapat dua jenis sistem pengadilan yang berlaku, yaitu sistem pengadilan formal (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara) dan Pengadilan Adat. Pengadilan Negeri umumnya menangani permasalahan pidana dan perdata berat yang terjadi di masyarakat.

    Pengadilan Adat umumnya tidak melembaga dalam menyelesaikan permasa-lahan peradilan. Hal ini terjadi di setiap kesatuan adapt di semua kabupaten/kota yang menjadi sasaran penelitian. Permasalahan yang menonjol ditangani berdasarkan hukum adat adalah berbagai permasalahan yang berkaitan dengan hak-hak atas sumberdaya alam. Pelanggaran etika dan moral yang umum terjadi dalam kehidupan masyarakat juga cenderung diselesaikan berdasarkan hukum adat. Pengadilan ini dilaksanakan secara insidentil, yaitu apabila terjadi kasus yang menyangkut masyarakat adat.

    5.4. Keikutsertaan Masyarakat Di Perencanaan Pembangunan Daerah

    Perubahan paradigma ditandai dengan perlunya partisipasi masyarakat secara aktif dalam setiap proses pembangunan sejak dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Perform Project Regional Papua mengkampanyekan model pendekatan PDPP (Pola Dasar Pembangunan Partisipatif). Pendekatan ini diharapkan mengakomodasikan kepentingan pemerintah dan menyerap serta menyalurkan aspirasi masyarakat dengan mengedepankan partisipasi masyarakat dalam setiap tahap.

    PDPP menggunakan dua model, yaitu RPJMK (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung) dan perumusan Program Strategi. Pendekatan ini telah dilaksanakan di beberapa kabupaten, dengan diluncurkan dana PPK sebesar Rp. 1 milyar setiap distrik.

    5.5. Keikutsertaan Masyarakat Di Bidang Pelayanan Dasar

    Partisipasi yang paling menonjol dalam hal pelayanan dasar adalah di bidang pendidikan dan kesehatan.

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 7

    Di bidang pendidikan, setiap sekolah terdapat komite sekolah (dulu BP3) yang beranggotakan para orang tua murid dan donator. Kendati setiap sekolah mempunyai komite sekolah yang ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan pendidikan, namun peranan ini belum berkembang sesuai yang diharapkan. Hal ini di sebabkan rendahnya kemampuan, baik financial maupun intelektual, disamping kurangnya sosialisasi dan informasi yang sampai pada anggota komite sekolah.

    Di bidang kesehatan, keikutsertaan masyarakat dalam pelayanan dalam bentuk kader posyandu. Kader posyandu ditujukan untuk membantu tenaga medis yang jumlahnya terbatas, tetapi di daerah-daerah pedesaan justru kader posyandu menjadi tenaga inti dalam pelayanan kesehatan di pedesaan.

    6. KEADAAN EKONOMI, 2000 - 2003

    6.1. PDRB dan Struktur Perekonomian

    Perhitungan PDRB masih terbatas pada kabupaten lama, karena sampai dengan tahun 2004 penyerahan aset kepada kabupaten pemekaran secara penuh belum dilakukan. Dari segi jumlah, terdapat perbedaan PDRB yang cukup besar antar kabupaten. PDRB harga berlaku tahun 2002 di Kabupaten Sorong mencapai 373% lebih tinggi dari Kabupaten Fakfak dan 135% dari Kabupaten Manokwari .

    Struktur perekonomian masih didominasi oleh kelompok sektor primer (pertanian dan pertambangan/penggalian) dengan kontribusi rata-rata 53% terhadap produksi bruto atas harga berlaku atau 55,18% terhadap produksi bruto atas harga konstan tahun 1993.

    Laju pertumbuhan PDRB atas harga berlaku tahun 2001 rata-rata 10,35%, tahun 2002 meningkat menjadi 11,7%, dan tahun 2003 13,12%. Kendati PDRB Kabupaten Fakfak paling kecil dibandingkan yang lainnya, namun memiliki laju pertumbuhan paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perekonomian di Kabupaten Fakfak sudah mulai kondusif. Laju pertumbuhan PDRB riel yang dihitung berdasarkan harga konstan tahun 1993 rata-rata masih mencapai 5% pertahun, yaitu 3,5% pada tahun 2001, 5,12% pada tahun 2002 dan 6,42% pada tahun 2003. Kendati demikian terdapat beberapa sektor yang mengalami kemunduran secara riel.

    6.2. Ketenagakerjaan

    Kendati terdapat kesulitan di dalam menghitung komposisi tenaga kerja yang bekerja menurut jenis usaha karena keterbatasan data, namun berdasarkan perkiraan berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa lebih dari separoh tenaga kerja (53%) bekerja di kelompok sector primer, terutama di sektor pertanian. Kurang lebih 22,4% tenaga kerja bekerja di kelompok sektor tersier, yaitu pada bidang-bidang usaha perdagangan, hotel dan restoran, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa keuangan dan persewaan, jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Sektor sekunder, terutama industri pengolahan menyerap hampir seperempat dari jumlah tenaga kerja.

    Produktivitas kelompok sektor menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan yang berbeda antar kabupaten. Kelompok sektor primer di Manokwari dan Sorong menunjukkan produktivitas yang tinggi dibanding kelompok sektor sekunder, tetapi sebaliknya di Fakfak kelompok sector primer menunjukkan produktivitas yang rendah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur di masing-masing

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 8

    kelompok sektor. Di Sorong dan Manokwari, kelompok sektor primer didominir oleh sektor pertambangan dan penggalian, sementara di Fakfak didominir oleh sektor pertanian.

    6.3. Perdagangan, Koperasi dan Perbankan

    6.3.1. Perdagangan

    Kegiatan perdagangan di Kabupaten-Kabupaten terpilih berupa perdagangan lokal dan perdagangan antar pulau dan ekspor, mencakup barang-barang yang dihasilkan sendiri oleh daerah dan barang-barang yang didatangkan dari daerah lain.

    Barang-barang yang dihasilkan sendiri umumnya dihasilkan oleh kelompok sektor primer seperti hasil-hasil pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan. Hasil pertanian pangan, karena dihasilkan oleh kegiatan yang bersifat ekstensif dan tradisional menyebabkan tidak dapat bersaing di pasar lokal terutama untuk konsumsi masyarakat di perkotaan. Hasil-hasil dari perkebunan, perikanan dan kehutanan dalam bentuk bahan mentah diantar pulaukan atau diekspor.

    Sebagian besar barang-barang kebutuhan masyarakat di semua kabupaten yang menjadi sasaran penelitian masih dipenuhi dengan cara mendatangkan dari daerah lain. Barang-barang yang didatangkan dari luar daerah dalam jumlah cukup besar diantaranya : pangan, sandang, bahan bangunan, elektronik, BBM, dan otomotif. Kendati Papua memiliki potensi lahan pertanian yang luas, namun kebutuhan pangan, terutama ayam, telur, dan sayuran didatangkan dari daerah lain khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan.

    6.3.2. Koperasi

    Secara keseluruhan jumlah koperasi di kabupaten-kabupaten terpilih cukup banyak, baik koperasi produksi, konsumsi, simpan pinjam dan serba usaha.

    Sebagian besar koperasi adalah koperasi yang tidak aktif, terutama koperasi produksi dan koperasi serba usaha yang berada di daerah pedesaan. Jenis koperasi yang aktif umumnya yang berbentuk koperasi konsumsi dan simpan pinjam dan berada di perkotaan.

    6.3.3. Perbankan

    Di semua kabupaten sasaran penelitian sudah terdapat lenbaga perbankan, kendati masih terbatas pada bank-bank milik pemerintah, seperti Bank Mandiri, Bank Papua, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Danamon. Di kabupaten lama, status bank-bank tersebut adalah Kantor Cabang yang terdapat di ibukota kabupaten dengan sejumlah Kantor Unit dan Kantor Kas. Di beberapa daerah pedalaman terdapat beberapa Kantor Kas, kendati jumlahnya terbatas.

    Di kabupaten-kabupaten pemekaran keberadaan lembaga perbankan masih berstatus Kantor Unit sampai dengan Kantor Cabang Pembantu yang terdapat di ibukota kabupaten.

    Pelayanan perbankan di seluruh kabupaten sasaran sebagian besar dinikmati oleh masyarakat perkotaan

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 9

    6.4. Observasi dan Kesimpulan

    Kondisi perekonomian makro Kabupaten terpilih menunjukkan perkembangan yang lambat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai PDRB per kapita atas harga berlaku maupun atas harga konstan yang lebih kecil dari belanja daerah. Struktur perekonomian masih didominasi kelompok sektor primer terutama sektor pertanian. Kendati sektor pertanian menyerap lebih dari 50% tenaga kerja, namun hanya memberikan kontribusi pada PDRB sebesar 35,20%. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas sektor pertanian sangat rendah dibanding kelompok sektor lainnya.

    Kelompok sektor sekuder yang mencakup sector industri pengolahan, bangunan, listrik dan air minum juga belum berkembang. Satu-satunya sektor yang paling besar menyumbang terhadap PDRB adalah subsektor bangunan Sektor ini menyerap hampir 25% tenaga kerja dan menyumbang 22.3% PDRB.

    Kelompok sektor tersier, terutama perdagangan menunjukkan indikasi bahwa perekonomian sangat bergantung dari daerah lain, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok.

    7. PELAYANAN SOSIAL DASAR PEMDA

    7.1. Kesehatan

    7.1.1. Kebijaksanaan daerah

    Kebijaksanaan daerah bidang kesehatan di Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Teluk Wondama antara lain difokuskan pada ; Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan jumlah tenaga medis dan paramedis, serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia kesehatan. bidang kesehatan masih terfokus pada penyuluhan perbaikan perilaku sehat, lingkungan sehat, perbaikan gizi masyarakat, dan pengadaan fasilitas kesehatan.

    Kebijaksanaan daerah bidang kesehatan di Kabupaten Sorong dan Raja Ampat pada tahun terakhir difokuskan dalam rangka pengembangan sarana dan prasarana kesehatan yaitu peningkatan status rumah sakit, dan pelayanan kesehatan masyarakat terpadu.

    Di Kabupaten Fakfak dan Kaimana kebijaksanaan daerah bidang kesehatan antara lain; peningkatan pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, peningkatan mutu pelayanan sarana kesehatan, peningkatan jumlah sarana pendukung pelayanan kesehatan, dan pengawasan pengadaan dan distribusi obat-obatan.

    Kebijaksanaan daerah di bidang kesehatan di Kabupaten Yapen dan Waropen antara lain; Peningkatan kesehatan lingkungan, peningkatan kesehatan Ibu dan Anak dengan menurunkan angka kematian ibu dan anak, perbaikan gizi ibu hamil dan anak balita, dan pemberantasan penyakit menular khususnya Tuberclosis.

    Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kebijaksanaan kesehatan di daerah ditujukan pada pemberantasan penyakit menular, peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, peningkatan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi masyarakat, dan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan.

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 10

    7.1.2. Anggaran, Sumberdaya Manusia, Fasilitas, dan Indikator Sumberdaya Pelayanan

    Anggaran kesehatan dari APBD di 8 (delapan) kabupaten cenderung meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi dari persentase anggaran daerah masih dapat dikatakan rendah.

    Dana otonomi khusus di 8 kabupaten cenderung meningkat selama 2 (dua) tahun terakhir, mengingat bidang kesehatan merupakan prioritas dengan diberlakukannya UU No. 21 tahun 2001 tersebut. Dana ini diarahkan untuk pelayanan kesehatan, bukan untuk infrastruktur. Akan tetapi dalam kenyataan di lapangan, dana tersebut lebih diarahkan untuk pembangunan fisik kesehatan.

    Rasio dokter terhadap penduduk masih relatif besar, yaitu 1: 2.035 hingga 1 : 23.0000. Rasio paramedis terhadap penduduk juga masih relatif rendah yaitu 1 : 217 hingga 1 : 517. Belum tampak peningkatan berarti dalam jumlah dokter, tenaga medis dan paramedis sebelum dan sesudah adanya otonomi khusus. Disamping jumlah tenaga medis yang belum mencukupi, penyebarannya juga tidak merata. Di semua kabupaten, sebagian besar tenaga medis berada didaerah perkotaan

    Sarana dan prasarana kesehatan relatif terbatas jumlahnya di setiap kabupaten. Kabupaten pemekaran belum mempunyai rumah sakit, terbatas pada puskesmas yang melayani rawat inap yang dimiliki sebelum terpisah dari kabupaten induk. Rata-rata tiap distrik sudah memiliki 1 (satu) unit Puskesmas. Belum tampak adanya peningkatan sarana dan prasarana kesehatan sebelum dan sesudah adanya otonomi khusus.

    7.1.3. Output/Hasil Kinerja (Indikator MDGs)

    Sampai saat ini jenis penyakit penduduk didominasi oleh penyakit malaria, penyakit menular tuberklosis, ISPA, diare, dan penyakit kulit. Terjadi kecenderungan penyakit menular seksual yaitu HIV/AIDS yang menjangkiti masyarakat terutama di Kabupaten Sorong dan Manokwari.

    Tidak terdapat data angka kematian bayi pada kabupaten-kabupaten pemekaran. Pada kabupaten induk, angka kematian bayi masih relatif tinggi dibandingkan dengan Propinsi Papua (51) maupun nasional (44) kecuali Kabupaten Fakfak dan Manokwari. Angka kematian balita relatif rendah kecuali Kabupaten Yapen, namun belum tampak penurunan angka yang berarti sebelum dan sesudah adanya Otonomi Khusus.

    7.2. Pendidikan

    7.2.1. Kebijaksanaan Daerah

    Kebijakan pendidikan di Kabupaten Manokwari ditujukan pada peningkatan kapasitas dan mutu pelayanan pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi, peningkatan pendidikan luar sekolah dan kedinasan. Sementara kebijakan pendidikan di Kabupaten Teluk Wondama ditujukan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pemerataan pendidikan, penyediaan sarana dan prasrana pendidikan.

    Kebijaksanaan di Kabupaten Sorong untuk bidang pendidikan ditujukan untuk peningkatan mutu pendidikan dengan Life Skill Education, wajib belajar 9 tahun, dan peningkatan sarana penunjang pendidikan. Di Kabupaten Raja Ampat

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 11

    kebijakan pendidikan lebih ditujukan peningkatan jumlah guru, jumlah sekolah baik dari tingkat dasar hingga tingkat menengah, dan perbaikan sarana prasarana sekolah yang kurang layak.

    Sementara itu kebijakan pendidikan di Kabupaten Fakfak dan Kaimana ditujukan pada kemampuan daya serap kurikulum nasional maupun lokal, peningkatan angka partisipasi murni dari sekolah dasar hingga tingkat sekolah menengah atas, peningkatan dan pemerataan guru.

    Kebijaksanaan dalam bidang pendidikan di Kabupaten Yapen terutama dalam hal wajib belajar 9 tahun bagi anak hingga usia 17 tahun. Di samping itu peningkatan sarana prasarana penunjang pendidikan, peningkatan kemampuan guru melalui penataran-penataran dan sekolah bagi guru-guru lebih lanjut, penghapusan iuran wajib sekolah bagi anak-anak kurang mampu (sumber : Sudin Dikmenjur P dan P). Kebijaksanaan di bidang pendidikan di Kabupaten Waropen diutamakan dalam peningkatan jumlah sekolah dari tingkat dasar hingga lanjutan, perbaikan sekolah yang rusak, peningkatan jumlah tenaga pengajar.

    Dari uraian kebijaksanaan diatas dapat disimpulkan bahwa kebijaksanaan daerah pada kabupaten induk lebih diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah atas, peningkatan angka partisipasi murni tingkat dasar hingga menengah atas, peningkatan dan pemerataan guru. Sementara itu kebijaksanaan pendidikan di kabupaten pemekaran pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, serta pengadaan guru-guru.

    7.2.2. Anggaran, Sumberdaya Manusia, dan Indikator Sumberdaya Pelayanan (Fasilitas)

    Anggaran pendidikan dari APBD di 8 (delapan) kabupaten cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Khusus Kabupaten Yapen anggaran pendidikan besar diarahkan dalam pembangunan fisik gedung SMU Unggulan.

    Disamping dana APBD masih terdapat dana propinsi yaitu Otonomi Khusus dan Dana Dekonsentrasi Sektoral yang diperuntukkan untuk pelayanan masyarakat bidang pendidikan. Belum terlihat hasil pelayanan publik dengan dana besar yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

    7.2.3. Output/Kinerja Output bidang pendidikan terbaik terdapat di Kabupaten Fak-fak, dimana rasio murid terhadap sekolah relatif rendah khususnya tingkat Sekolah Dasar, dimana setiap 1 sekolah menampung murid sebanyak 36 murid. Sementara itu rasio murid terbesar di Kabupaten Teluk Wondama. Dilihat dari rasio murid terhadap guru relatif telah memenuhi standar nasional yaitu di bawah 1 : 25. Tetapi di semua kabupaten tampak distribusi guru yang tidak merata. Di satu sisi lebih banyak guru yang mengajar di perkotaan, bahkan beberapa sekolah SD dan SMP kelebihan guru, di sisi lain di daerah pedesaan kekurangan guru. Kasus di Raja Ampat seorang penjaga sekolah SD ikut mengajar dikarenakan guru tetapnya hanya 2 orang

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 12

    Angka Partisipasi murni untuk tingkat SD relatif besar, artinya jumlah anak usia sekolah dasar relatif besar yang telah masuk sekolah dasar. Sementara itu angka partisipasi murni sekolah menengah pertama maupun atas masih relatif rendah. Dengan demikian indeks pembangunan milenium (MDGs) untuk tingkat SD telah tercapai.

    7.3. Pertanian

    7.3.1. Kebijaksanaan Daerah

    Dalam pengembangan sektor pertanian, ke 8 (delapan) kabupaten memiliki Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, dan Dinas Peternakan. Pemerintah menjalankan kebijaksanaan pengembangan pertanian di ke-empat sektor ini.

    Kebijakan daerah dalam bidang pertanian antara lain Pengembangan Agribisnis Hortikultura, Pengembangan Agribisnis Peternakan, Pengembangan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan, dan Pengembangan Karantina Pertanian.

    Di samping itu dinas lingkup pertanian juga membuat kebijakan lain yaitu pembinaan aparat melalui pendidikan formal maupun non formal yaitu dengan mengirimkan pegawai-pegawai untuk melanjutkan pendidikan maupun mengikuti pelatihan pertanian. Kebijakan pembinaan petani melalui pendidikan non formal yaitu melalui penyuluhan yang diberikan. Kebijakan mengembangkan pembinaan bagi kelompok-kelompok usaha agribisnis, dan kebijakan meningkatkan ketersediaan dan pemanfaatan sarana prasarana pertanian.

    7.3.2. Anggaran, Sumberdaya Manusia, dan Indikator Sumberdaya Pelayanan (Fasilitas)

    Kendati pertanian merupakan sector yang menjadi basis perekonomian rakyat di Papua, namun dari segi anggaran di 8 kabupaten menunjukkan belum mendapatkan prioritas yang layak.

    Dari sisi sumberdaya manusia, sebagian besar tenaga fungsional cenderung terjebak menangani masalah-masalah administrative di kantor, dan umumnya sebagian besar di perkotaan. Petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang menjadi ujung tombak pelayanan kepada petani/nelayan, jumlahnya sangat terbatas disamping kualitasnya juga terbatas. Disamping itu, fasilitas yang dapat menjangkau wilayah binaan yang umumnya terpencar sangat terbatas, sehingga sering PPL hanya melakukan pembinaan di 10% 25% dari wilayah binaan yang menjadi tanggungjawabnya. Di sisi lain, penghargaan terhadap sedikit PPL yang berhasil justru dengan mempromosikan pada jabatan-jabatan administrative di kantor.

    7.3.3. Output/Kinerja

    Produktivitas pertanian di 8 (delapan) kabupaten relatif rendah dibandingkan terhadap nasional. Pertanian yang diusahakan masyarakat bercorak subsisten dengan pola campuran dalam lahan relatif kecil dengan fragmen lebih dari 1 (satu). Sebagian besar penduduk masih bergantung pada matapencaharian sektor ini.

    Dilihat dari hasil pertanian diatas, belum tampak adanya peningkatan yang berarti dalam produksi pertanian. Dengan semakin berkembangnya sarana

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 13

    transportasi yang dapat menghubungkan Papua dengan daerah-daerah lain, menyebabkan sebagian besar kebutuhan pangan kawasan ini dan Papua umumnya didatangkan dari luar Papua. Hal ini menyebabkan Papua hanya menjadi pasar bagi produk-produk pertanian, sementara pertanian Papua tidak dapat bersaing, dan cenderung menurun produksinya.

    7.4. Prasarana dan sarana

    7.4.1. Kebijaksanaan Daerah

    Kebijaksanaan daerah bidang sarana dan prasarana di kabupaten induk ditujukan terutama pada pemeliharaan rusa jalan, perbaikan dermaga pelabuhan, peningkatan bandar udara, peningkatan status bandar udara, peningkatan jaringan listrik maupun telepon, dan pengelolaan daerah aliran sungai. Sementara itu pada kabupaten-kabupaten pemekaran diutamakan pada pembangunan pelabuhan laut, merintis pembuatan maupun mengembangkan luas bandar udara, pengadaan listrik dan air minum serta pengadaan jaringan telepon.

    7.4.2. Anggaran

    Dari segi anggaran, secara nominal di 8 kabupaten menunjukkan peningkatan yang sangat besar. Hal ini disebabkan prioritas pembangunan di semua kabupaten di Papua adalah untuk mengurangi isolasi daerah, sehingga fungsi pelayanan pemerintah menjadi efektif dan potensi ekonomi dapat dikembangkan. Anggaran untuk sarana dan prasarana bersumber dari APBD serta Dana Otsus Papua yang 40%-nya dibagikan ke kabupaten/kota di Papua.

    7.4.3. Output/Kinerja

    Bidang Perhubungan, pembangunan sarana jalan terbatas pada jalan menghubungkan sebagian daerah terutama di ibukota distrik, jalan-jalan yang menghubungkan antar kampung masih sangat terbatas dan terbuat dari pengerasan. Pada kabupaten pemekaran, sarana perhubungan utama masih menggunakan transportasi laut.

    Bidang Listrik, pembangunan sarana listrik di Kabupaten induk relatif meningkat, telah menjangkau sebagian besar distrik maupun kampung. Pada kabupaten pemekaran, jumlah pelanggan yang terpenuhi relatif terbatas, sehingga jumlah pelanggan maupun kualitas pelayan masih terbatas.

    Dalam Pelayanan telekomunikasi masih terbatas jumlah jaringan yang dikelola oleh P.T. Telekomunikasi. Di kabupaten induk telekomunikasi yang digunakan selain menggunakan telepon otomat juga dapat menggunakan telepon seluler. Sementara itu di kabupaten pemekaran yaitu Raja Ampat dan Waropen belum dapat menggunakan telepon seluler maupun otomat, komunikasi jarak jauh hanya dapat dilakukan dengan menggunakan SSB.

    Bidang Air Minum, pengelolaan air minum di semua kabupaten induk dilakukan oleh Perusahaan Air Minum dengan memanfaatkan sumber air sungai yang ada, melayani terbatas pada penduduk perkotaan. Sementara itu di kabupaten

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 14

    pemekaran terbatas pada sumber air sumur masing-masing diusahakan oleh penduduk, dan sebagian memanfaatkan sungai secara langsung.

    8. LESSONS-LEARNED dan BEST PRACTICES

    8.1. Pembangunan Ekonomi

    Dalam Pengembangan ekonomi, proyek-proyek UNDP dinilai oleh masyarakat adalah proyek yang berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat di bidang pertanian luas. Proyek-proyek UNDP yang dinilai berhasil antara lain CCAD, dan PARUL (yaitu pembinaan nelayan). Proyek-proyek ini berhasil merumuskan metoda pembinaan ekonomi yang bertumpu pada aspek kelembagaan petani dan nelayan.

    PPK, Program Pengembangan Kecamatan yaitu pemberian dana lunak yang dikelola langsung oleh distrik untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di tingkat distrik. Program ini dianggap baik karena tersedianya dana untuk membiayai pembangunan ekonomi di tingkat pedesaan.

    HPH, sebagian masyarakat menilai kehadiran HPH lebih banyak merusak hutan daerah, akan tetapi tidak dapat dipungkiri, banyak masyarakat bergantung pada gaji dari bekerja di HPH. Disamping itu, kehadiran HPH meningkatkan kegiatan ekonomi melalui proses multiplier.

    Khusus di Kabupaten Manokwari dan Yapen, kehadiran Lembaga Swadaya masyarakat yaitu Yalhimo dan Papua Lestari telah mampu mengkritik kerusakan lingkungan hidup di daerah tersebut.

    8.2. Pemerintahan

    CLGI dan NDI yaitu program UNDP dalam meningkatkan kapasitas eksekutif daerah dan parlemen daerah dengan pemberian asistensi pada pihak-pihak tersebut. Program-program ini dianggap baik karena telah menularkan metode yang efektif dalam pemberian asistensi.

    8.3. Pendidikan dan Kesehatan

    Program pendidikan dan Kesehatan yang dinilai oleh masyarakat paling berhasil adalah program UNICEF, yaitu Manajemen Sekolah Berbasis Keluarga, dan peningkatan gizi anak sekolah, dan ibu-ibu hamil. Program ini dianggap baik karena dinilai cocok dengan kondisi wilayah dan sosial budaya masyarakat Papua.

    9. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil kajian data dan informasi yang diperoleh di lapangan dapatlah diturunkan 7 butir kesimpulan umum seperti di bawah ini. 9.1. Kabupaten Pemekaran.

    1. Pemerintah kabupaten memiliki kapasitas yang cukup baik untuk menyelenggarakan pemerintahan, ditinjau dari telah terlaksananya sebagian besar tugas pokok Pejabat Bupati yakni: (a) membentuk

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN TERPILIH DI PAPUA R - 15

    kelembagaan daerah, (b) menyelenggarakan PEMILU Legislatif dan Presidan, dan (c) pembentukan DPRD.

    2. Kapasitas pemerintah kabupaten masih bervariasi besar, mulai ri kurang baik sampai dengan baik dalam hal kemampuan Pejabat Bupati untuk melaksanakan tugas pokok dibidang pembangunan infrastruktur pemerintahan. Disamping itu masih bervariasi pula dalam hal domisili dan tempat penyelengga dilihat tugas pemerintahan, seperti adanya pejabat dan personil pemerintah kabupaten yang masih berdomisili dan menyelenggarakan tugas pokok pemerintahan di kabupaten induk baik secara terselubung maupun terang-terangan, tetapi ada pula yang telah tinggal menetap dan melaksanakan tugas pokok pemerintahan di masing-masing kabupaten pemekaran.

    3. Kapasitas pemerintah kabupaten untuk memberikan pelayanan sosial dasar belum direncanakan secara holistik dan belum memberi penekaran pada pendekatan partisipatif, sebagai dampak dari belum semua kabupaten memiliki Kerangka Umum Tata Ruang dan juga belum meliki Rencana Strategis.

    4. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah kabupaten dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan, dapat dilakukan melalui upaya-upaya nyata sebagai berikut: a. Mempercepat pembangunan perumahan pegawai dan perkantoran

    seluruh lembaga pemerintah kabupaten pada masing-masing kabupaten pemekaran.

    b. Merelokasi pusat-pusat industri pengolahan yang menggunakan bahan baku yang bersumber dari wilayah kabupaten pemekaran bersangkutan.

    c. Menyediakan data base yang valid dan mutakhir, serta mempercepat penyusunan Kerangka Umum Tata Ruang Wilayah, dan Rencana Strategis masing-masing kabupaten.

    9.2. Kabupaten Induk

    5. Pemerintah kabupaten memiliki kapasitas yang baik untuk menyelenggarakan tugas pokok pemerintahan ditinjau dari terlaksananya dengan baik sebagian tugas pokok bupati untuk: (a) menyelenggarakan PEMILU Legislatif dan Presiden, dan (b) membentuk DPRD.

    6. Kapasitas pemerintah kabupaten menjadi kurang efektif dan tidak efisien

    dalam hal penyelenngaraan pemerintahan dan pembangunan akibat lambannya upaya-upaya nyata untuk merasionalisasi kembali struktur pemerintah kabupaten disamping lambannya upaya-upaya nyata untuk melakukan revisi Rencana Strategis yang telah dimiliki.

    7. Peningkatan kapasitas pemerintah kabupaten untuk menyelenggarakan

    pemerintahan dan pembangunan secara efektif dan efisien dapat dilakukan melalui upaya-upaya nyata sebagai berikut: a. Merasionalisasi struktur pemerintah kabupaten, dan melakukan revisi

    dokumen Rencana Strategis kabupaten yang telah ada. b. Menyediakan data base yang valid dan mutakhir sebagai dasar

    perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan.

  • PENDAHULUAN

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA I - 1

    I. PENDAHULUAN

    Provinsi Papua (dulu Propinsi Irian Jaya) merupakan salah satu propinsi terluas di Indonesia, dengan jumlah kabupaten/kota yang terbatas. Masing-masing Kabupaten Jayapura, Jayawijaya, Merauke, Fakfak, Yapen-Waropen, Biak Numfor, Paniai, Manokwari, Kabupaten Sorong, dan Kota Madya Jayapura. Terbatasnya jumlah kabupaten/kota telah disadari oleh pemerintah sebagai salah satu faktor penentu rendahnya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

    Untuk mengefektifkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah telah membentuk 3 kabupaten baru. Masing-masing: (1) Kabupaten Mimika hasil pemekaran Kabupaten Fakfak, (2) Kabupaten Nabire, dan (3) Kabupaten Puncak Jaya hasil pemekaran Kabupaten Paniai. Ketiga kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 45/1999. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 5/2000, pemerintah mengukuhkan Kotamadya Administratif Sorong menjadi Kotamadya Sorong. Dengan demikian Provinsi Papua telah terdiri dari 12 kabupaten dan 2 kotamadya.

    Berdasarkan kondisi sosial-ekonomi yang sangat dinamis, pemerintah kembali menyadari pentingnya upaya untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelengaaraan pemerintahan dan pembangunan dengan membentuk 14 kabupaten baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 26/2002. Ke 14 kabupaten baru ini adalah (1) Kabupaten Sorong Selatan dan (2) Kabupaten Raja Ampat hasil pemekaran Kabupaten Sorong, (3) Kabupaten Pegunungan Bintang, (4) Kabupaten Yahukimo, (5) Kabupaten Tolikara hasil pemekaran Kabupaten Jayawijaya, (6) Kabupaten Waropen hasil pemekaran Kabupaten Yapen-Waropen, (7) Kabupaten Kaimana hasil pemekaran Kabupaten Fakfak, (8) Kabupaten Bovendigoel, (9) Kabupaten Asmat, (10) Kabupaten Mappi hasil pemekaran Kabupaten Merauke, (11) Kabupaten Teluk Bintuni, (!2) Kabupaten Teluk Wondama hasil pemekaran Kabupaten Manokwari, (13) Kabupaten Sarmi dan (14) Kabupaten Keerom hasil pemekaran Kabupaten Jayapura.

    Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah kabupaten/kota telah mengalami peningkatan 2 kali lipat. Namun penambahan jumlah kabupaten/kota sebesar ini bukanlah hal yang mudah, sehingga menimbulkan pertanyaan. Apakah benar pemerintah kabupaten induk telah meningkat kapasitasnya untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan ?. Sejauhmana kapasitas pemerintah kabupaten baru untuk menyelenggarakan pemerintahan, dan bila mungkin juga pembangunan ?. Dari segi inilah dipandang perlu untuk melakukan Kajian Kapasitas Pemerintah Daerah 8 Kabupaten Terpilih di Papua.

    Tujuan utama kajian ini, adalah untuk: : (1) mengidentifikasi kapasitas sumberdaya pemerintah daerah 8 kabupaten terpilih, dan (2) mengianalisis pelayanan sosial dasar yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah 8 kabupaten terpilih.

    Metode pengkajian yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data di lapangan.

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 1

    II. KABUPATEN MANOKWARI

    1. KARAKTERISTIK WILAYAH

    1.1. Keadaan Fisik Wilayah

    Wilayah Kabupaten Manokwari mempunyai topografi daerah pantai, dataran rendah hingga pegunungan dan menurut pencatatan Stasiun Mateorologi Rendani memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi yang berkisar antara 81% - 86%. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan April dan kelembaban udara terendah terjadi pada bulan September sedang menurut pencatatan Stasiun Metereologi Uncen Manokwari tingkat kelembaban udara relatif tinggi berkisar antara 93%-95% terjadi pada bulan Maret dan Oktober, kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Juni, Juli, September dan Nopember. Curah hujan tertinggi menurut stasiun pencatat Meteorologi Rendani terjadi pada bulan April yang mencapai 326 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September yang mencapai 50 mm. hari hujan tertinggi terjadi bulan Desember yang mencapai 24 hari, sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan September yang mencapai 10 hari.

    Dengan adanya pemekaran kabupaten maka berimbas pada pembagian fisik wilayah, yang berdasarkan peruntukan lahan untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya, menunjukkan bahwa peruntukan lahan untuk kawasan budidaya hanya 29,96 % dari luas wilayah kabupaten Manokwari, sedangan lebih dari 70 % merupakan kawasan lindung. Rincian luas wilayah berdasarkan Distrik (Tabel 1) menunjukan bahwa Distrik Kebar memiliki luasan terbesar di Kabupaten Manokwari, jumlah kampung terbanyak terdapat pada distrik Minyambouw, sedangkan sedangkan Distrik Manokwari merupakan satu-satunya Distrik yang memiliki Kelurahan.

    1.2. Pembagian Administratif wilayah

    Wilayah Kabupaten Manokwari setelah dilakukan pemekaran menjadi 3 kabupaten, (Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Bintuni dan kabupaten Teluk Wondama) maka luasnya menjadi 14655 km2 dan terletak antara 00 15 Lintang Utara - 30 15 Lintang Selatan, dan 1340 45 Bujur Timur -1320 35 Bujur Barat, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Samudera Pasifik, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bintuni, Sebelah Barat dengan Kabupaten Sorong Selatan dan Sebelah Timur dengan Kabupaten Teluk Wondama dan Kab Biak Numfor.

    Secara Administrasi Kabupaten Manokwari terdiri dari 11 Distrik, 405 Kampung dan 9 Kelurahan (Tabel 1). Distrik dalam wilayah Kabupaten Manokwari yang berada pada rencana lintas batas daerah adalah Distrik Amberbaken yang berbatasan dengan kabupaten Sorong, Distrik Kebar berbatasan dengan kabupaten Sorong selatan dan Kabupaten Teluk Bintuni, Distrik Minyambow Manokwari dan Susurei berbatasan langsung dengan kabupaten Bintuni dan Disterik Ransiki berbatasan dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama

    1.3. Keadaan Sosial Ekonomi

    Penduduk kabupaten Manokwari sejak tahun 2000 hingga 2004 cenderung menurun data populasinya hal ini disebabkan kerena telah terjadi pemekaran kabupaten pada tahun 2002 sehingga data penduduk di tahun 2003 dan 2004

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 2

    cenderung menurun (Tabel 2) disamping itu adanya mobilitas penduduk ke luar Manokwari khususnya pada daerah-daerah pemekaran.

    Kepadatan penduduk sebesar 9,82 Jiwa/km2 (Tabel 3), dan terkonsentrasi di Distrik Manokwari (46,87)%. Jumlah kampung terbanyak berada pada distrik Minyambou yang mencapai 103 kampung, dengan kepadatan penduduk sebesar 12,79 jiwa/km2. Dari jumlah kampung yang tersebar pada 11 distrik maka rata-rata setiap kampung terdapat 352 jiwa.

    Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2001 (Tabel 4) menunjukkan bahwa proporsi laki-laki lebih dominan (52,5%), pada setiap distrik dibanding perempuan.

    Dibandingkan dengan laporan BPS pusat (Tabel 5) menunjukkan bahwa kabupaten Manokwari memeiliki proporsi penduduk laki-laki terbesar bila dibandingkan dengan Provinsi Papua maupun secara Nasional.

    Tempat tinggal pada 10 Distrik di luar Distrik Manokwari menunjukkan bahwa dari 932 rumah tinggal yang disurvei terdapat 29,8 % rumah tinggal yang kurang layak berdasarkan kriteria BKKBN (Tabel 6) Jika dilihat dari Distrik menunjukkan bahwa Distrik Masni yang memiliki proporsi tempat tinggal yang kurang layak (59 %)

    Ketergantungan ekonomi penduduk pada 3 sektor utama yaitu primer, sekunder, dan sektor tertier (Tabel 7), menunjukkan bahwa 50% penduduk Manokwari masih mengandalkan akan sektor primer.

    Sedangkan dari sisi pengeluaran perkapita berdasarkan data susenas dari tahun ketahun cenderung bertambah (Tabel 8)

    1.4. Kemiskinan

    Menurut BPS penduduk miskin di kabupaten Manokwari sejak tahun 1999 sampai tahun 2003 cenderung bertambah (Tabel 9) yaitu pada kondisi sebelum pemekaran dan sesudah pemekaran (otonomi khusus).

    Berdasarkan kriteria keluarga pra sejahtera dan sejahtera menurut BKKBN di Kabupaten Manokwari umumnya keluarga pra sejahtera terkonsentrasi di desa yang mencapai 70,9 % dan yang terbanyak adalah kelompok pra sejahtera 66,8 %.(Tabel 10)

    Dengan membandinkan indeks kemiskinan manusia versi BPS menunjukkan bahwa indeks kemiskinan manusia secara Nasional maupun provinsi cenderung berkurang sedangkan di wilayah Manokwari indeksnya bertambah (Tabel 11). Hal ini mengindikasikan bahwa Indeks Kemiskinan Manusia di Kabupaten Manokwari cenderung bertambah.

    2. KAPASITAS SUMBERDAYA PEMDA

    Jumlah personil Pegawai Negeri yang berada di Kabupaten Manokwari yang bertugas pada Kantor/Dinas/Badan dan Sekeratriat Daerah kantor Distrik maupun pada instansi Vertikal berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa terdapat 51,39 % pegawai yang berpendidikan SMU, kemudian diikti dengan pendidikan S1 sebanyak 20,16 % (Tabel 12).

    Sedangkan yang bekerja pada instansi Pemda berdasarkan golongan (Tabel 13) menunjukkan bahwa terdapat 47,72 % pegawai negeri dengan Golongan II.

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 3

    Secara rinci jumlah personil Pemda Kabupaten yang ditempatkan pada masing-masing lembaga lingkup Pemda Kabupaten Manokwari berdasarkan jenis kelamin (Tabel 14) menunjukkan bahwa terdapat 78,81 pegawai dengan jenis kelamin laki-laki dan 21,2 % pegawai perempuan.

    Dibandingkan dengan data BPS (Tabel 15) menunjukkan bahwa jumlah pegawai negeri dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 72 % sedangkan perempuan sebanyak 28 %.

    Berdasarkan umur sekitar 23 % pegawi berumur 36-40 tahun sedangkan yang mendekati pensiun mendekati 15 % dari jumlah pegawai (Tabel 16)

    Berdasarkan profesi pegawai negeri yang ada di Kabupaten Manokwari menunjukkan bahwa terdapat 67,11 % yang berprofesi sebagai guru, paramedis sebanyak 16,36% (Tabel 17)

    Jumlah pegawai yang ditempatkan pada masing-masing distrik di Kabupaten Manokwari sebanyak 282 pegawai yang melayani masyarakat pada masing-masing Distrik, dan jumlah pegawainya terkonsentrasi di Kelurahan. Dari jumlah tersebut terdapat 19,86 % pegawai dengan jenis kelamin perempuan (Tabel 18)

    Jumlah pegawai pada Lembaga Teknis dan Sekertariat Daerah sebanyak 4.663 pegawai sedangkan lingkungan Distrik sebanyak 282 pegawai. Pegawai tersebut melayani seluruh anggota masyarakat yang jumlahnya 143.949 jiwa sehingga rationya 1:29 artinya rata-rata setiap pegawai pemda melayani 29 penduduk.

    Kelembagaan Pemda Kabupaten Manokwari hingga tahun 2004 terdiri dari Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Sekretaris Daerah Kabupaten serta di Bantu oleh 3 Asisten yaitu :

    Asisten .Tata Praja Asisten Kesejahteraan Rakyat Asisten Administrasi

    Asisten Tata Praja terdiri dari : bagian pemerintahan bagian hukum bagian pemerintahan Kampung bagian hubungan masyarakat dan protokol

    Asisten Kesejahteraan Rakyat terdiri dari : bagian perekonomian bagian kesejahteraan rakyat

    Asisten Administrasi terdiri dari : bagian Keuangan bagian Organisasi bagian Umum dan perlengkapan

    Dinas yang di bentuk sebanyak Dinas yang terdiri dari : Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Dinas Kesehatan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Pendaftaran Penduduk, KB dan Capil, Dinas Informasi dan Komunikasi, Dinas PU dan Pemukiman Wilayah Dinas Perhubungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 4

    Dinas Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pertanian tanaman pangan Dinas Peternakan Dinas Perikanan dan kelautan Dinas Kehutanan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Dinas kebersihan dan Pertamanan

    Badan yang dibentuk masing-masing : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Pengawasan Daerah. Badan Pemberdayaan Masyarakat Badan Kepegawaian Daerah Badan Kesatuan Bangsa

    Kantor yang dibentuk Kantor Pemberdayaan Perempuan Kantor PDE Kantor Pamong Praja Kantor Pemuda dan Olah Raga Kantor KSB

    Pada lembaga non pemda terdapat juga pegawai yang melaksanakan fungsi pada lembaga pendukung tersebut di kabupaten Manokwari berdasarkan golongan dan jenis kelamin (Tabel 19) menunjukkan bahwa terdapat 28,5 pegawai yang berjenis kelamin perempuan.

    Proporsi perempuan yang berkerja di lingkup setda dan instansi teknis sebanyak 21,2 %, di lingkup distrik sebanyak 19,86 % dan dilingkup non Pemda sebanyak 28,5 % dan jika di bandingan dengan perempuan pekerja profesional (Tabel 20) menunjukkan bahwa terjadi penambahan jumlah wanita sebagai pekerja profesioanal dari tahun 1999 sampai 2002 mengalami peningkatan, dan terdapat kecenderungan bahwa wanita pekerja profesional lebih memilih pada instansi non pemda. Kecenderungan proporsi perempuan pekerja profesional ini tidak terlalu berbeda dengan kondisi di Kabupaten Manokwari pada tahun 2004.

    3. KEUANGAN DAERAH

    3.1. Penerimaan

    Penerimaan Kabupaten bersumber dari PAD (pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahan milik daerah dan lain-lain PAD yang sah) dan Dana Perimbangan ( bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus) serta dana Otsus.

    Penerimaan Kabupaten Manokwari yang dialokasikan dari tahun 2002 sampai tahun 2004 menunjukkan bahwa penerimaan DAU merupakan sumber terbesar dalam pembiayaan pembangunan. Adanya penurunan DAU pada tahun 2004 tersebut disebabkan kerena pemekaran kabupaten sehingga indeks pengali untuk Kabupaten Manokwari berubah. Begitu halnya pula dengan penerimaan dana lainnya seperti DAK, OTSUS ( Tabel 21) mengalami penurunan.

    3.2. Pengeluaran

    Pengeluaran Pembangunan dari tahun 2003 dan 2004 untuk Kabupaten Manokwari terjadi penurunan disebabkan adanya pemekaran kabupaten

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 5

    Manokwari menjadi 3 kabupaten sehingga pembiayaan pembangunan bagi kabupaten induk nilainya menjadi lebih berkurang (Tabel 23). Berdasarkan laporan pertanggung jawaban dari pemda pengeluaran aparatur dari gaji pegawai yang terbesar, yaitu untuk membayar 4845 pegawai negeri yang sebaian besartersebar pada instansi teknis dan secretariat daerah. Pengeluaran pembangunan untuk belanja publik lebih didominasi oleh sektor pendidikan, transportasi komunikasi dan kesehatan.

    Pengeluaran pembanguan yang dibiayai dari provinsi dan merupakan dana Otsus (Tabel 24) proporsinya dari tahun 2002 dan 2003 sangat bervariasi yaitu pada tahun 2002 pengeluaran pembangunan didominasi oleh sektor pendidikan dan transportasi sedangan pada tahun 2003 pengeluarannya didominasi oleh sektor Kesehatan dan pendidikan.

    Sedangkan pengeluaran pembangunan yang dibiaya dari pusat (Tabel 15) pada dua tahun berturut-turut pembiayaan pembangunannya lebih difokuskan pada sektor transportasi dan komunikasi

    Dana Dekon dari Depdagri pada 4 sektor utama (Tabel 26) masih cenderung kepada sektor pendidikan dan keshatan

    Dana yang dialokasikan ke distrik berdasarkan laporan pertanggungjawaban Bupati pada bulan Desember 2004 lebih dominan di alokasikan untuk kegiatan Pendidikan, Kesehatan, Pertanian, Pemukiman dan Ekonomi Kerakyatan serta Industri Kecil.

    Pada masyarakat tingkat kampung dana yang diperuntukkan lebih dominan pada sektor Pertanian secara luas seperti pengadaan alat-alat pertanian, pengadaan bibit. Pelayanan dasar kesehatan pembangunan puskesmas, pendidikan pembangunan sekolah.

    3.3. Observasi, opini, kesimpulan

    Sistem pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Manokwari didasarkan pada pengalokasian anggaran pada masing-masing sektor yang kemudian ditangani olehg berbagai instansi teknis.

    Berdasarkan laporan pertanggungjawaban Bupati pada Bulan Desember 2004 menunjukkan itikad transporansi kepada publik tentang jenis-jenis penerimaan daerah yang dipakai dalam pelaksanaan pembangunan.

    Mengenai pemanfaatan secara baik pembiayaan pembangunan tersebut belum dapat disimpulkan karena pihak Bawasda tidak bersedia untuk menyampaikan beberapa hasil pemeriksaan terhadap pembiayaan pembangunan.

    Mengenai accountablenya pembiayaan pembangunan dilihat dari program pembangunan yang dilaksanakan, menunjukkan bahwa secara umum belum mampu menggambarkan visi dan misi yang hendak dicapai karena visi dan misi yang hendak dicapai belum dijabarkan dalam Renstra yang di Perdakan.

    4. PENGIKUTSERTAAN MASYARAKAT DALAM PEMERINTAHAN

    4.1. DPRD Periode 2004 - 2009

    Jumlah anggota Dewan yang terpilih dalam periode 2004 -2009 sebanyak 25 orang diantaranya terdapat 1 perempuan. Berdasarkan latar belakang dan jenis kelamin (Tabel 27) menunjukkan bahwa terdapat 41,6 % berpendidikan

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 6

    sarjana dan 50 % berpendidikan SMU sisanya dalah Diploma. Terdapat 62,5 % yang Anggota Dewannya berasal dari Papua, terdapat 87,5 % yang beragama Kristen, umumnya 75% yang berumur diatas 30 tahun

    Sebagian besar anggota DPRD periode 2004-2009 merupakan anggota dewan yang baru, juga ada terpilih kembali periode ini, 25 orang anggota DPRD ini yang memiliki pekerjaan terakhir sebelum menjadi Anggota DPRD ada duduk di instansi pemerintah, ketua partai, karyawan perusahaan, wiraswasta, ketua klasis, kepala desa dan pengacara.

    Sistem pemilihan adalah langsung dipilih oleh masyarakat. Sebagai konsekuensinya ialah bahwa untuk menjalankan fungsi dewan mereka perlu mempelajari banyak hal terutama peraturan dan berbagai hal yang terkait dengan fungsi dan tugas dewan seperti fungsi dan tugas legislasi, fungsi dan tugas penganggaran, dan fungsi dan tugas pengawasan.

    Berdasarkan kinerja DPRD periode sebelumnya dapat disampaikan bahwa legislatif relatif sudah menjalankan fungsinya. Dalam kaitannya dengan fungsi legislasi, Dewan bersama dengan Pemda telah menghasilkan sejumlah perda. Terkait dengan fungsi penganggaran telah menyusun berbagai dokumen perencanaan dan Perda tentang RAPBD, serta membahas hasil pelaksanaan APBD berdasarkan laporan Pertanggungjawaban yang ditetapkan melalui perda, perda tentang pemekaran distrik , perda tentang kelembagaan dan perangkat daerah.

    Jenis pengaduan tahun 2004 dari hasil wawancara dengan wakil DPRD adalah pengaduan tentang pemekaran distrik dengan 18 perkara yang ditangani, Dewan juga menjalankan fungsi melalui kunjungan dalam daerah.

    Anggota Dewan tersebut sedang menjalankan fungsinya berupa membuat Perda, mengunjungi masyarakat, menyusun dan menetapkan APBD, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perundang-undangan, dan meminta pertanggungjawaban Bupati.

    Sampai tahun 2004 fungsi yang nyata dilakukan adalah meminta pertanggungjawaban Bupati atas pelaksanaan APBD Tahun 2004.

    4.2. Perwakilan Kampung/Masyarakat Adat

    Lembaga sejenis perwakilan kampung yang disebut sebagai Badan Perencanaan Kampung (BAPERKAM) merupakan salah satu wujud perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahaan, pembangunan kampung dengan menggunakan pendekatan partisipatif. Tugas pokok lembaga ini dalam rangka mencapai tujuan yaitu merencanakan pembangunan berdasarkan azas musyawarah; menggerakkan dan meningkatkan prakarsa serta partisipasi masyarakat untuk melakukan pembangunan secara terpadu; menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat untuk mengembangkan ketahanan di desa maupun kelurahan.

    Lembaga ini belum semuanya berfungsi secara efektif dalam melakukan tugasnya dalam rangka merealisasikan tujuannya. Hal ini disebabkan pembinaan yang secara struktural menjadi tanggungjawab bupati dan camat/kepala distrik tidak terselenggara secara baik. Namun dengan adanya perform project lembaga-lembaga ini dapat difungsikan namun hanya terbatas pada lokasi-lokasi yang menjadi wilayah kerja mereka.

    Disamping itu, partisipasi masyarakat melalui Lembaga Musyawarah Adat (LMA), terjadi pada tingkat distrik maupun kabupaten melalui aspirasi tentang

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 7

    keberadaan Papua maupun keterwakilan dalam Majelis Rakyat Papua. Sebagai wujud dalam menunjang aktivitas LMA, saat ini sedang direalisasikan gedung LMA.

    4.3. Sistem Pengadilan

    Terdapat dua jenis sistem pengadilan yang berlaku, yaitu sistem pengadilan formal (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara) dan Pengadilan Adat. Pengadilan Negeri umumnya menangani permasalahan pidana dan perdata berat yang terjadi di masyarakat. Ketersediaan aparat dalam sistem pengadilan formal (Tabel 28) menunjukkan bahwa sistem ini dapat berfungsi dengan baik.

    Jenis dan jumlah kasus yang ditangani terbanyak adalah kasus pidana (Tabel 29) kemudian perdata sedangkan masih terdapat daftar antri dari kasus pidana dan perdata.

    Pengadilan Adat umumnya belum melembaga dalam menyelesaikan permasalahan peradilan. Permasalahan yang menonjol ditangani berdasarkan hukum adat adalah berbagai permasalahan yang berkaitan dengan hak-hak atas sumberdaya alam. Pelanggaran etika dan moral yang umum terjadi dalam kehidupan masyarakat juga cenderung diselesaikan berdasarkan hukum adat.

    4.4. Keikutsertaan Masyarakat Di Perencanaan Pembangunan Daerah

    Model pendekatan Pola Dasar Pembangunan Partisipatif yang di perkenalkan oleh beberapa LSM seperti Perform Project, Yahilmo, Perdu dan beberapa LSM lainnya telah membangkitkan keikutsertaan masyarakat di dalam perencanaan pembangunan daerah. Pendekatan ini difokuskan untuk mengakomodasikan kepentingan pemerintah dan menyerap serta menyalurkan aspirasi masyarakat dengan mengedepankan partisipasi masyarakat dalam setiap tahap.

    Pada setiap distrik sasaran, masyarakat dibekali dengan merencanakan pembangunan dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitar masyarakat, kemudian terdapat beberapa program pendampingan yang memungkinkan untuk didanai, teruatama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.

    Umumnya terdapat dua model yang dipakai, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung dan perumusan Program Strategi dan telah dilaksanakan di beberapa Distrik Kabupaten Manokwari.

    4.5. Keikutsertaan Masyarakat Di Bidang Pelayanan Dasar

    Partisipasi yang paling menonjol dalam hal pelayanan dasar adalah di bidang pendidikan dan kesehatan.

    Bidang pendidikan, setiap sekolah terdapat komite sekolah yang beranggotakan para orang tua murid dan donator. Komite sekolah ini ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan pendidikan, namun peranannya belum berkembang sesuai yang diharapkan. Hal ini di sebabkan rendahnya kemampuan, baik financial maupun intelektual, disamping kurangnya sosialisasi dan informasi yang sampai pada anggota komite sekolah.

    Bidang kesehatan, keikutsertaan masyarakat dalam pelayanan dalam bentuk kader posyandu, yang membantu tenaga medis karena di daerah-daerah

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 8

    pedesaan justru kader posyandu menjadi tenaga inti dalam pelayanan kesehatan di pedesaan karena keterbatasan tenaga medis.

    5. KEADAAN EKONOMI, 2000-2003

    5.1. PDRB dan Struktur Perekonomian

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik harga berlaku maupun harga konstan mengalami pertumbuhan (Tabel 30). Data tahun 2003 menurut BPS Manokwari masih disempurnakan di Jayapura .

    Struktur perekonomian masih didominasi oleh kelompok sektor primer (pertanian dan pertambangan/penggalian) dengan kontribusi rata-rata 58,34% terhadap produksi bruto atas harga berlaku atau 59.79 % terhadap produksi bruto atas harga konstan tahun 1993 (Tabel 21 dan 22). Rata-rata pertumbuhan selama 2 tahun didominasi oleh sector tersier yang mencapai 69,4 untuk harga berlaku dan 22,99 untuk harga konstan.

    5.2. Ketenagakerjaan

    Hasil wawancara dengan Dinas Tenaga kerja menunjukkkan bahwa jumlah pencari kerja yang terpakai untuk bekerja berkisar 55% adalah tamatan SLTA sementara yang menamatkan pendidikan sarjana muda, pendidikan sarjana berkisar 27%. Sedangkan perusahaan- perusahaan yang terdaftar memiliki jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebagian besar adalah laki-laki berkisar 85%, perempuan 15 %. Berdasarkan umur, jumlah tenaga kerja yang terdaftar memiliki umur diatas sembilan belas tahun yang telah tamat pendidikannya.

    Komposisi tenaga kerja dari tahun 2000 hingga 2002 mengalami perubahan pada masing-masing sektor, terutama pada sektor sekunder dan tersier, sedangkan pada sektor primer relatif stabil. Berdasarkan sektor-sektor yang ada, jumlah komposisi tenaga kerja menunjukkan bahwa sektor pertanian yang lebih banyak proporsinya (Tabel 33).

    Kendati terdapat kesulitan di dalam menghitung komposisi tenaga kerja yang bekerja menurut jenis usaha karena keterbatasan data, namun berdasarkan perkiraan berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa terdapat 50 % pekerja di kelompok sector primer, terutama di sektor pertanian, 26 % pada sector sekunder dan 24 % pada sector tersier , yaitu pada bidang-bidang usaha perdagangan, hotel dan restoran, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa keuangan dan persewaan, jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Sektor sekunder, terutama industri pengolahan menyerap hampir seperempat dari jumlah tenaga kerja.

    Selama tahun 1999 sampai tahun 2003 berdasarkan data BPS Pusat, angkatan kerja dan yang bekerja cenderung menurun, setelah mengalami kenaikan pada tahun 2001, sedangkan jumlah pengangguran cenderung menurun ( Tabel 34)

    5.3. Perdagangan, Koperasi dan Perbankan

    5.3.1. Perdagangan

    Aktivitas perdagangan berupa perdagangan lokal dan perdagangan antar pulau dan ekspor, mencakup barang-barang yang dihasilkan sendiri oleh daerah dan barang-barang yang didatangkan dari daerah lain.

    Nilai dari barang dan jasa yang masuk dan keluar di wilayah Manokwari (Tabel 35) menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang masuk ke Manokwari berasal dari

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 9

    sektor tersier dan sekunder sedangkan yang keluar manokwari adalah sector primer dan sekunder.

    Barang-barang yang dihasilkan sendiri umumnya berasal dari kelompok sektor primer seperti hasil-hasil pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan. Kegiatan hasil pertanian pangan bersifat ekstensif dan tradisional sehingga belum mampu bersaing di pasar lokal terutama untuk konsumsi masyarakat di perkotaan, sedangkan dari perkebunan, perikanan dan kehutanan dalam bentuk bahan mentah diantar pulaukan atau diekspor.

    Barang-barang yang didatangkan dari luar daerah dalam jumlah cukup besar diantaranya : pangan, sandang, bahan bangunan, elektronik, BBM, dan otomotif. Kendati Papua memiliki potensi lahan pertanian yang luas, namun kebutuhan pangan, terutama ayam, telur, dan sayuran didatangkan dari daerah lain khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan.

    5.3.2. Koperasi

    Berdasarkan hasil Raker wilayah provinsi Papua Tahun 2003 menunjukkan bahwa perkembangan koperasi sampai dengan tahun 2003 mencapai 2211 koperasi yang berbadan hukum. Dari jumlah tersebut, terdapat 289 Koperasi di Kabupaten Manokwari (Tabel 36).

    Secara keseluruhan jumlah koperasi di kabupaten Manokwar cukup banyak, baik koperasi produksi, konsumsi, simpan pinjam dan serba usaha.

    Sebagian besar koperasi adalah koperasi yang tidak aktif, terutama koperasi produksi dan koperasi serba usaha yang berada di daerah pedesaan. Jenis koperasi yang aktif umumnya yang berbentuk koperasi konsumsi dan simpan pinjam dan berada di perkotaan.

    Upaya menumbuhkan koperasi tersebut telah delakukan dengan program kompensasi BBM tahun 2003 namun dari Evaluasi Tim Unipa upaya tersebut kurang berhasil.

    5.3.3. Perbankan

    Peranan perbankan masih terbatas dalam menggerakkan roda perekonomian di kabupaten-kabupaten terpilih, terutama yang menyangkut pengembangan ekonomi pedesaan. Pemerintah Provinsi Papua telah mengalokasikan dana kredit untuk usaha ekonomi masyarakat sebesar 15 miliar rupiah pada Bank Papua untuk dibagikan ke masing-masing cabang Bank Papua di Papua. Bank Papua tetap mempunyai komitmen membantu pengusaha UKM dalam rangka ikut membantu perkembangan perekonomian daerah.

    Disamping Bangk Papua terdapat bank swasta lainnnya yang menunjang roda perekonomian di Manokwari yaitu : Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Danamon dan Bank BNI.

    5.4. Observasi dan Kesimpulan

    Kondisi perekonomian makro Kabupaten Manokwari menunjukkan perkembangan yang lambat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai PDRB per kapita atas harga berlaku maupun atas harga konstan yang lebih kecil dari belanja daerah. Struktur perekonomian masih didominasi kelompok sektor primer terutama sektor pertanian, yang menyerap 50% tenaga kerja dengan kontribusi pada PDRB sebesar 58,34 %. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas sektor pertanian cukup tinggi daripaa kelompok sector lainnya.

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 10

    Kelompok sektor sekuder yang mencakup sector industri pengolahan, bangunan, listrik dan air minum juga menyumbang terhadap PDRB sebesar 15,52 % dan menyerap 26 % tenaga kerja sedangkan sector tersier dengan PDRB sebesar 26,14 % meneyerap tenaga kerja sebesar 26 %.

    Penyaluran kredit oleh bank tidak disertai dengan pendampingan yang baik sehingga sector pertanian, perikanan yang merupakan andalan bagi masyarakat kurang mampu berkembang dan berkompetisi dengan produk-produk yang dating dari luar.

    Ketersedian Lembaga koperasi bagi masyarakat yang akan mengembangan usahanya kurang dapat berkembang dengan baik karena pendampingan teknis maupun administrasi yang tidak dilakukan secara professional oleh instansi teknis maupun lembaga kredit.

    Pengkreditan seperti BPR adalah hanya untuk memberikan pinjaman untuk nasabah berupa uang dengan jaminan atas barang dengan jangka waktu tertentu, sementara untuk instansi lain membuka pelayanan jasa dengan meminjamkan uang dan barang untuk karyawan diinstansi tersebut dengan jangka waktu tertentu.

    6. PELAYANAN SOSIAL DASAR PEMDA

    6.1. Kesehatan

    6.1.1. Kebijaksanaan daerah Kebijaksanaan daerah bidang kesehatan di Kabupaten Manokwari antara lain; Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan jumlah tenaga medis dan paramedis, serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

    6.1.2. Fasilitas, Sumberdaya Manusia, Anggaran, dan Indikator Sumberdaya Pelayanan

    Sarana kesehatan yang tersedia di Wilayah Kabupaten Manokwari berupa Rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (PUSTU) yang digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat (Tabel 37) meliputi : Rumah sakit yang dikelola Pemerintah Daerah adalah Rumah Sakit Umum Manokwari, yang dikelola Angkatan Darat adalah Rumah Sakit Korem, yang dikelola Angkatan Laut adalah RS Angkatan Laut dan yang dikelola Kepolisian adalah Poliklinik Polres, serta yang dikelola Yayasan Katholik adalah Klinik Misi.

    Tenaga Kesehatan yang tersedia dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat (Tabel 38) menunjukkan bahwa tenaga dokter masih dibutuhkan terutama untuk dokter spesialis seperti mata, kulit, THT, begitu juga pada masing-masing Distrik karena penyebaran tenaga dokter masih terkonsentrasi di pusat kabupaten.

    Dalam menjalankan fungsi pelayanan, dibantu pula tenaga-tenaga perawat dengan bebagai jenjang pendidikan (Tabel 39) yang jumlah nya mencapai 345 juru rawat.

    Dengan jumlah penduduk Kabupaten Manokwari sebanyak 143.949 jiwa dan jumlah dokter sebanyak 23 orang maka, rasio dokter terhadap penduduk

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 11

    masih relatif besar, yaitu 1: 6.258. Artinya rata-rata seorang dokter menangani 6.258 jiwa penduduk.

    Rasio paramedis terhadap penduduk juga masih relatif rendah yaitu 1 : 615 artinya seorang perawat rata-rata menangani penduduk sebanyak 615 orang.

    Jadi dengan adanya penambahan tenaga medis baik Dokter maupun juru rawat rasionya masih terlalu tinggi. Terlebih pada daerah-daerah yang jauh dari pusat Kabupaten atau pada Distrik yang tidak tersedia Sarana dan prasarana kesehatan, kondisi ini akan semakin memperburuk pelayanan kepada masyarakat.

    Dengan membandingkan kondisi kesehatan penduduk Kabupaten Manokwari dengan Provinsi dan secara Nasional (Tabel 40), menunjukkan bahwa angka kematian bayi lebih tinggi dari secara Nasional artinya dari 1000 kelahitan bayi terdapat 47 bayi yang meninggal. Penduduk dengan keluhan kesehatan lebih rendah proporsinya dibandingkan dengan provinsi maupun secara nasional hal ini disebabkan karena kurang tersedianya sarana dan prasarana kesehatan. Penduduk yang melakukan pengobatan sendiri proporsinya berada di bawah provinsi maupun nasional artinya inisiatif dari penduduk untuk berobat sangat kurang, sedangkan kelahiran yang ditolong tenaga medis berada dibawah rata-rata nasioanl walaupun lebih tinggi dari rata-rata provinsi

    Sumber Pembiayaan berasal dari APBD, Dana Otsus dan dana dari pusat (Tabel 23 s/d Tabel 26) menunjukkan bahwa selama 3 tahun berturut-turut pembiayaan kesehatan mengalami peningkatan.

    6.1.3. Output/Hasil Kinerja (Indikator MDGs)

    Sampai saat ini jenis penyakit penduduk didominasi oleh penyakit malaria, penyakit menular tuberklosis, ISPA, diare, dan penyakit kulit(Tabel 41).Terjadi kecenderungan penyakit menular seksual yaitu HIV/AIDS yang menjangkiti masyarakat terutama yang menurut beberapa LSM total penderita HIV/AIDS di Manokwarai telah mencapai 17 orang.

    Angka kematian bayi mengalami penurunan yaitu dari 85 bayi pada tahun 2000 menjadi 45 bayi pad atahun 2003 begitu pula dengan anhka kematian balita dari 60 balita menjadi 21 balita (Tabel 42).

    Kondisi Kesehatan penduduk Manokwari berdasarkan angka kematian bayi masih lebih baik dibandingkan wilayah Papua walaupun secara nasional masih lebih tinggi, sedangkan penduduk dengan keluhan sakit proporsinya masih berada dibawah Papua maupun Nasional begitu pula dengan angka morbiditas dan penduduk yang melakukan pengobatan sendiri. Sedangkan rata-rata lama sakit lebih tinggi dari Papua dan lebih rendah dari Nasional dan kelahiran ditolong tenaga medis secara nasional masih lebih rendah namun lebih tinggi dari wilayah Papua.

    6.2. Pendidikan

    6.2.1. Kebijaksanaan Daerah

    Kebijakan pendidikan di daerah ini ditujukan pada peningkatan kapasitas dan mutu pelayanan pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi, peningkatan pendidikan luar sekolah dan kedinasan.

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 12

    6.2.2. Fasilitas, Sumberdaya Manusia, Anggaran, dan Indikator Sumberdaya Pelayanan

    Fasilitas yang menunjang pelaksanaan kebijan pendidikan sekolah mulai dari TK hingga perguruan tinggi (Tabel 44). Yang ditangani langsung oleh pemerintah daerah mulai dari jenjang pendidikan TK sampai SMU sedangkan PT hanya sebatas bantuan kontribusi pembiayaan.

    Jumlah sekolah tersebut tersebar pada 11 distrik yang ada di Manokwari, dan yang paling banyak terkonsentrasi di pusat Kabupaten terutama untuk SMP dan SMU.

    Disamping itu terdapat beberapa perguruan Tinggi yang menampung akan lulusan-lulusan SMU antara lain Universitas Negeri Papua, Sekolah Tinggi Theologia, Sekolah Tiunggi Ilmu Hukum, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Sekolah Tinggi Pertanian.

    Untuk mendukung proses belajar mengajar pada masing-masing sekolah terdapat murid dan guru pada setiap sekolah (Tabel 45) dengan jumlah murid sebanyak 47.777 orang dan jumlah guru sebanyak 2272 orang.

    Berdasarkan jenis kelamin maka murid dengan jenis kelamin laki-laki lebih dominan dibandingkan perempuan pada setiap jenjang pendidikan(Tabel 46)

    Sedangkan jumlah guru berdasarkan jenis kelamin masih masih lebih banyak guru laki-laki kecuali jenjang TK semua guru perempuan (Tabel 47)

    Pembiayaan untuk sektor pendidikan bersumber dari APBD, Provinsi dan Pusat (Tabel 23 sampai Tabel 26), menunjukkan bahwa besarnya pembiayaan pendidikan selama 3 tahun terakhir cenderung meningkat.

    6.2.3. Output/Kinerja

    Outputs sektor pendidikan berupa pembangunan Kantor Dinas P dan P, Pembangunan gedung SD dan rumah guru, Pembangunan gedung SLTP dan rumah guru, Pembangunan SLTA dan rumah guru yang diperuntukan untuk menunjang proses belajar mengajar.

    Sekolah yang dibangun tentunya diperuntukan untuk aktivitas belajar mengajar, dimana ratio sekolah dengan murid tertinggi adalah SMU Negeri yang mencapai 615 murid begitu pula ratio sekolah dengan guru yang terbesar adalah SMU Negeri. Mengenai penggunaan ruang belajar yang tertinggi adalah SLTP Swasta yang mencapai 58 murid setiap ruang. Ketersediaan ruang belajar masing-masing sekolah untuk SMU dan SMK masing-masing 14 ruang belajar. Sedangkan ratio murid dengan guru yang tertinggi adalah SMU swasta yaitu 1 guru menangani 52 murid (Tabel 48).

    Partisipasi sekolah untuk anak sekolah baik SD, SMP di Kabupaten Manokwari masih berada di bawah standar Provinsi maupun Nasional sedangkan SMU sudah berada diatas standar nasional walaupun masih berada di bawah standar Papua(Tabel 49)

    Angka Putus sekolah anak SD dan SMP berada dibawah Nasional dan provinsi, artinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan skala nasional begitu pula dengan tingkat SMU. Pada tingkat usia mahasiswa angka putus sekolah lebih tinggi dari skala nasional namun lebih rendah dari skala provinsi. (Tabel 50).

  • KABUPATEN MANOKWARI

    KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH 8 KABUPATEN DI PAPUA II - 13

    6.3. Pertanian

    6.3.1. Kebijaksanaan Daerah

    Dalam pengembangan sektor pertanian, yang terdiri dari Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah menjalankan