larangan membatalkan khitbah dalam tradisi …repository.uinsu.ac.id/6675/1/ahmad tamami.pdf ·...
Post on 05-Dec-2019
28 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LARANGAN MEMBATALKAN KHITBAH DALAM TRADISI
MASYARAKAT KELURAHAN PANGKALAN DODEK KECAMATAN
MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA
(Studi Analisis Berdasarkan Pendapat Mazhab Syafi’i)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana (S1) Dalam Ilmu Syari’ah Pada
Jurusan Ahwalus Syaksiyah
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Oleh:
AHMAD TAMAMI
NIM. 21144041
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019/1441H
IKHTISAR
Skripsi ini berjudul: ‚LARANGAN MEMBATALKAN KHITBAH DALAM
TRADISI MASYARAKAT KELURAHAN PANGKALAN DODEK
KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA (Studi
Analisis Berdasarkan Pendapat Mazhab Syafi’i)‛. Penelitian ini
dilakukan atas dasar fenomena yang terjadi didalam kehidupan masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek yang melarang membatalkan khitbah atau
pertunangan. Sedangkan menurut mazhab syafi’i khitbah adalah merupakan
upaya untuk saling mengenal atau ta’aruf bagi pasangan yang ingin menikah.
Apabila dalam proses perjalanannya ditemukan ketidak cocokan maka
khitbah boleh dibatalkan. Yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini
adalah: Pertama, Bagaimana bentuk larangan membatalkan khitbah dalam
tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara?. Kedua, Bagaimana larangan membatalkan khitbah
dalam tradisi masyarakat tersebut ditinjau berdasarkan pendapat mazhab
syafi’i?. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
sebuah penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap peristiwa data-
data yang ada dilapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan cara wawancara dan observasi. Setelah data terkumpul, maka
dilakukan analisis dengan metode analisis kualitatif. Berdasarkan data yang
diperoleh, bagi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek membatalkan
khitbah adalah perbuatan yang dilarang, bahkan memiliki konsekuensi bagi
yang melanggarnya. Disebabkan khitbah bukan merupakan upaya untuk
saling mengenal atau ta’aruf’. Melainkan upacara untuk menetapkan hari
pernikahan. Adapaun proses taa’ruf dilakukan pada tahap merintis, jamu
sukut, dan merisik. Jika dianalisis secara komprehensif, maka khitbah dalam
tradisi masyarakat Pangkalan Dodek meskipun telah melewati berbagai tahap
mulai merintis sampai meminang, akan tetapi peminangan tersebut bukanlah
merupakan suatu akad seperti pernikahan. Apabila pada masa khitbah salah
satu pihak menemukan ketidak cocokan, maka diperbolehkan untuk
memutuskan pertunangan tersebut. Akan tetapi, dalam kaitannya untuk
bertaa’ruf seperti merintis, jamu sukut, dan merisik, sangat sesuai dengan
ajaran Islam secara umum, maupun dalam pandangan mazhab Syafi’i secara
khusus. Bahkan dapat dikategorikan sebagai urf sahih yang mempunyai
kedudukan hukum yang patut dilestarikan.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ............................................................................ i
PENGESAHAN ............................................................................ ii
IKHTISAR................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
E. Penelitian Terdahulu .................................................................. 11
F. Kerangka Teori ............................................................................ 14
G. Metode Penelitian ....................................................................... 19
H. Sistematika Penulisan .................................................................. 24
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KHITBAH
A. Pengertian Khitbah dan Dasar Hukum Khitbah .......................... 26
1. Pengertian Khitbah ................................................................ 26
2. Dasar Hukum Khitbah ........................................................... 31
B. Tujuan dan Hikmah Khitbah ....................................................... 35
1. Tujuan Khitbah ...................................................................... 35
2. Hikmah Khitbah .................................................................... 36
C. Pelaksanaan dan Pembatalan Khitbah ........................................ 40
BAB III GAMBARAN UMUM KELURAHAN PANGKALAN DODEK
KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN
BATUBARA .............................................................. 53
A. Pemerintahan dan Penduduk ..................................................... 53
B. Agama dan Rumah Ibadah ......................................................... 59
C. Adat Istiadat ................................................................................ 61
BAB IV ANALISIS TERHADAP LARANGAN MEMBATALKAN
KHITBAH DALAM TRADISI MASYARAKAT KELURAHAN
PANGKALAN DODEK BERDASARKAN PENDAPAT
MAZHAB SYAFI’I ......................................................... 65
A. Mengenal Mazhab Syafi’i ............................................................ 65
B. Gambaran Tentang Larangan Membatalkan Khitbah Dalam Tradisi
Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang
Deras Kabupaten Batubara ......................................................... 80
C. Tinjauan Mazhab Syafi’i Terhadap Larangan Membatalkan
Khitbah Dalam Tradisi Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara ...................... 129
BAB V PENUTUP ..................................................................... 145
A. Kesimpulan ................................................................................ 145
B. Saran-Saran .............................................................................. 148
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 149
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu
akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap
tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi.1
Nilai-nilai yang dilahirkan dari kepercayan itu kemudian melembaga
dalam tradisi-tradisi yang diwariskan secara turun menurun yang mengikat
anggota masyarakat yang menerima tradisi tersebut sebagai kepercayaannya.
Adapun istilah tradisi berasal dari Bahasa Latin ‚tradition‛ yang
memiliki pengertian ‚diteruskan‛ atau ‚kebiasaan‛.2
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, tradisi mempunyai dua arti: Pertama, adat kebiasaan
turun temurun yang masih dijalankan masyarakat. Kedua, penilaian atau
anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik
dan benar.3
Tradisi dalam pengertian sederhana adalah sesuatu yang telah
dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat.4
1
Azhari Akmal Tarigan, Nilai-nilai Dasar Perjuangan Islam (Bandung : Simbiosa
Rekatama Media, 2018) h. 19
2
https://jalius12.wordpress.com/2009/10/06/tradisional/
3
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1998), h. 589
4
M Coomans, Manusia Daya: Dahulu Sekarang Masa Depan, ( Jakarta: PT.
Gramedia, 1987), h. 73
Pada kenyataannya tradisi yang dianut oleh masyarakat memiliki
kecenderungan untuk tetap dipertahankan oleh masyarakat tersebut. Di
sinilah didapati hal yang bersifat kontradiktif tentang kepercayaan diperlukan
sebagai sumber tata nilai guna menopang kehidupan manusia agar tetap
dijalan yang benar.
Dalam hal ini, fenomena yang terjadi pada masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, yang
mayoritas masyarakatnya merupakan suku melayu, sampai saat ini masih
mengembangkan dan melaksanakan tradisi yang telah diwariskan secara
turun menurun oleh para leluhur mereka. Salah satu tradisi yang masih dijaga
eksistensinya sampai saat ini adalah tentang masalah proses menuju
pernikahan yang termasuk diantaranya melakukan khitbah (peminangan).
Adapun istilah khitbah (peminangan) yang dijelaskan didalam KHI
pada Pasal 1 (a), sebagai berikut: ‚Peminangan ialah kegiatan upaya kearah
terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang
wanita‛5
Menurut Wahbah az-Zuhaily sebagai berikut:
الخطبة ىي اظهار الرغبة في الزوج بإمرأة وليها بذلك. وقد يتم ىذا االعالم مباشرة من 6الخاطب اوبوسطة أىلها. فإن وفقت المخطوبة أو أىلها فقد تمت الخطبة بينهما
Artinya: Khitbah adalah pernyataan keinginaan dari seorang laki laki untuk
menikah dengan wanita tertentu, lalu pihak wanita
memberitahukan hal tersebut pada walinya. Pernyataan ini bisa
disampaikan langsung atau melalui keluarga lelaki tersebut. Apabila
5
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:
Depag RI., 2003), h. 9
6
Wahbah az-Zuhaily, al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1997),
juz 9, h. 6492
wanita yang di khitbah atau keluarganya sepakat, maka
pertunangan tersebut dinyatakan sah.
Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa
khitbah merupakan proses awal yang harus dilakukan sebelum sampai pada
pernikahan. Hal ini dilakukan dengan harapan masing-masing pihak dapat
menyesuaikan karakter dan bertoleransi ketika telah terikat dalam hubungan
pernikahan.
Mengenai khitbah dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan
Dodek memiliki tata cara maupun aturan tersendiri.
Menurut bapak Ilham Abadi Ramadhan selaku tokoh adat dan
masyarakat kelurahan pangkalan dodek mengenai tradisi khitbah yang dianut
oleh masyarakat kelurahan pangkalan dodek sebagai berikut:
Kalau lah meminang dikampung ni udah diajakan (diajarkan) nenek
moyang awak dulu caranyo. Meintis, menyisek, dah tu bawa tepak lah
awak. Karena meminang tu upacara adat makonyo tak buleh lah
dibatalkan lagi, jadi kalau udah selosai betunagan dikio menikah lah
tu.7
Beliau menjelaskan bahwa peminangan adalah sesuatu hal yang
disakralkan, dan merupakan bagian dari upacara adat. Dan ada beberapa
tahap dan prosesi yang harus dilakukan. Untuk itu karena merupakan sesutu
yang dilaksanakan dengan ritus adat, maka menurut kepercayaan masyarakat
setempat pertunangan tidak boleh lagi dibatalkan. Bagi pasangan yang sudah
melaksanakan khitbah wajib melaksanakan pernikahan.
Namun Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluk
pemeluknya dalam menjalankan segala aspek kehidupan termasuk
7 Salah Seorang Tokoh Masyarakat atau Tokoh Adat Masyarakat Pangkalan Dodek
Yang diwawancarai Pada Tanggal 2 Juli 2018 di Kecamatan Medang Deras.
didalamnya tentang tata cara khitbah atau peminangan, agar para
pemeluknya terhindar dari tradisi tradisi yang bersumber pada kepercayaan
yang salah.
Terkait larangan pembatalan khitbah yang melembaga dalam tradisi
masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek menimbulkan permasalahan ketika
dihadapkan dengan hukum Islam.
Dalam hal ini, setelah terjadinya khitbah banyak hal yang akan
dihadapi oleh masing-masing pihak. Ini sesuai dengan fungsi khitbah itu
sendiri, yakni untuk menjadi media ta’aruf bagi pasangan yang ingin
menikah. Kedua calon pengantin akan mengenal perbedaan masing-masing
dalam berbagai hal, mulai dari karakter, budaya, keluarga dan termasuk visi
tentang pernikahan dan keluarga yang hendak dibangun. Jika dalam proses
pertunangan tersebut masing-masing pihak atau hanya salah satu pihak
menemukan ketidak cocokan, maka secara syara’ boleh meninggalkan
pasangannya tanpa implikasi hukum apapun. Dikarenakan khitbah dalam
pandangan syari’at bukanlah suatu akad seperti pernikahan.
Imam As-Syafi’i menjelaskan sebagai berikut:
قال الشافعي أخبرنا محمد بن اسماعيل عن إبن أبي ذئب عن مسلم الخياط عن ابن عمر أن أو يترك. قال النبي صلى اهلل عليو وسلم نهى أن يخطب الرجل على خطبة أخيو حتى ينكح
الشافعي: فكان الظاىر من ىذه اال حاديث ان من خطب امرءة لم يكن ألحد أن يخطبها 8حتى يأذن الخاطب أو يدع الخطبة
Artinya: Imam al-Syafii berkata: Muhammad bin Ismail telah menceritakan
kepada kami dari Ibn Abi Dzi'b dari Muslim al-Khayyat dari Ibn Umar:
Bahwa Nabi saw melarang seorang laki-laki meminang diatas
pinangan saudaranya sampai ia (yang meminangnya) menikah atau
meninggalkannya. Imam al-Syafii berkata: Hadis tersebut bahwa
8
Imam al-Syafii, al-Umm, (Bairut: Dar al –Ma’rifah, 1990), Juz V, h. 41
seorang yang melamar wanita, maka tidak diperbolehkan bagi seorang
untuk meminangnya sampai yang meminang merestui atau
meninggalkan lamarannya.
Pada kalimat ‚ الخطبة يدع أو الخاطب يأذن حتى ” yang artinya: sampai
yang meminang merestui atau ‚meninggalkan lamarannya‛, menunjukkan
bahwa setelah terjadinya khitbah maka kemungkinan untuk membatalkan
lamaran tersebut masih diperbolehkan.
Hal ini juga lebih lanjut dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pada
BAB III pasal 13 ayat 1 dan 2 sebagai berikut:
(1) Pinangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas
memutuskan hubungan peminangan.
(2) Kebebasan memutuskan hubungan peminangan dilakukan dengan
cara yang baik sesuai dengan tuntutan adat dan kebiasaan setempat,
sehingga tetap terbina kerukunan dan saling menghargai.9
Secara eksplisit dijelaskan bahwa memutuskan peminangan atau
khitbah merupakan kebebasan masing-masing pihak. Namun harus
dilaksanakan dengan tata cara yang baik.
Berdasarkan dari kenyataan diatas penulis berkeinginan untuk
menemukan deskripsi yang sahih dan valid tentang konsep Islam dalam
menyikapi larangan pembatalan khitbah atau peminangan yang mestinya
9 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:
Depag RI., 2003), h. 14
sesuai dengan tuntutan syar’i serta terlepas dari pengaruh budaya yang
diciptakan sendiri oleh manusia.
Dalam mencermati permasalahan tersebut, penulis sengaja memilih
sudut pandang dari mazhab syafi’ikarena mazhab (jalan, metode, cara) ini
tegas dan sangat berhati-hati dalam mengistinbathkan hukum.
Terlebih lagi mazhab ini adalah mazhab yang dianut oleh mayoritas
umat Islam Indonesia. Dan juga merupakan mazhab yang dianut oleh
mayoritas masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang
Deras Kabupaten Batubara. Karena dinilai sangat berpegang teguh pada al-
Quran dan as-Sunnah.
Berdasarkan fenomena yang diatas dan secara cermat memilih
mazhab syafi’i sebagai sudut pandang dari penilitian ini, maka skripsi ini
diberi judul: “LARANGAN MEMBATALKAN KHITBAH DALAM
TRADISI MASYARAKAT KELURAHAN PANGKALAN DODEK
KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATU BARA. (Studi
Analisis Berdasarkan Pendapat Mazhab Syafi’i)”.
B. Perumusan Masalah
Seperti yang kita ketahui ‚masalah merupakan problem dapat
diartikan sebagai perbedaan antara das sollen (yang seharusnya, yang kita
inginkan) dan das sein (yang nyata, yang terjadi)‛.10
10
Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi?, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1999), h. 55
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di identifikasikan
permasalahan yang akan dibahas pada skripsi ini adalah tentang: Larangan
pembatalan khitbah dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara. (Studi Analisis Berdasarkan
Pendapat Mazhab Syafi’i).
Agar masalah-masalah diatas lebih jelas dan sistematis, maka penulis
rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pendapat mazhab syafi’i tentang khitbah?
2. Bagaimana bentuk larangan pembatalan khitbah dalam tradisi
masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara?
3. Bagaimana larangan pembatalan khitbah dalam tradisi masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten
Batubara ditinjau dari pendapat mazhab syafi’i?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui pendapat mazhab Syafi’i tentang khitbah.
2. Mengetahuibentuk larangan pembatalan khitbah dalam tradisi
masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara.
3. Mengetahui tentang larangan pembatalan khitbah dalam tradisi
masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara ditinjau dari pendapat mazhab Syafi,i.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kegunaan
bagi:
1. Secara teoritis dapat menyumbangkan khazanah intellektual Islamyang
secara spesifik berkaitan dengan ‚larangan pembatalan khitbah‛ bagi
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
memecahkan masalah yang serupa.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
bagi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang
Deras Kabupaten Batubara agar terhindar dari tradisi-tradisi yang
bersumber pada kepercayaan yang salah. Dalam hal ini juga
termasuk tradisi yang bisa saja benar atau sesuai dengan syariat Islam
namun hanya bersifat kebetulan yang tidak berdasarkan dengan
pengetahuan
E. Penelitian Terdahulu
Review kajian terdahulu atau penelitian terdahulumerupakan
kesempatan bagi calon peneliti untuk mendemonstrasikan hasil bacaannya
yang ekstentif terhadap literatul literatul yang berkaitan dengan pokok
masalah yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar calon peneliti mampu
mengidentifikasi kemungkinan signifikansi dan kontribusi akademik dari
penelitiannya dalam konteks dan waktu tempat tertentu.11
Adapun penelitian mengenai larangan pembatalan khitbah dalam
tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara yang dianalisis menurut pendapat mazhab Syafi’i
sampai saat ini belum dibahas.Karena belum ditemukannya judul seperti
yang diangkat oleh penulis.Dan penulis optimis bahwa judul yang diangkat
adalah merupakan judul yang baru.
Namun ada beberapa karya ilmiah yang mempunyai korelasi dengan
permasalahan yang akan diangkat oleh penulis. Antara lain:
1. Skripsi hoirum kodriasih (102044225087) tahun 2007 dengan judul:
tradisi khitbah dikalangan masyarakat betawi menurut hukum islam (
studi kasus di kelurahan rawa jati kecamatan pancoran Jakarta
selatan) Skripsi ini membahas tentang kebiasaan adat betawi di
daerah pancoran yang melakukan peminangan (khitbah) dengan cara
11
Qadir Gassing, Pedoman karya Tulis Ilmiah (Makassar: Alauddin University Press,
2015), h. 13.
adat atau kebiasaan masyarakat setempat. Dalam skripsi ini hanya
menguraikan tentang pengertian khitbah dan kebiasaan masyarakat
betawi didaerah tersebut. Sedangkan tata cara khitbah yang sesuai
dengan hukum islam ditinjau menurut perspektif mazhab tertentu
kurang begitu dijelaskan.
2. Skripsi M. Irfan Julian Syah (104043101283) tahun 2011 dengan
judul: tata cara khitbah dan walimah pada masyarakat betawi
kembangan utara Jakarta barat menurut hukum islam. Skripsi ini
membahas tentang tata cara khitbah dan walimah pada masyarakat
betawi didaerah kembangan utara Jakarta barat yang ditinjau melalui
hukum Islam. Dalam pembahasannya skripsi ini menguraikan tentang
proses khitbah dan walimah yang melembaga dalam tradisi
masyarakat betawi setempat yang dianalisis melalui pendekatan
hukum islam secara umum. Sedangkan yang berkaitan dengan
larangan pembatalan khitbah belum dibahas.
3. Skripsi Siti nurhayati (106043201353) tahun 2011 dengan judul: ganti
rugi dalam pembatalan khitbah dalam tinjau sosiologis (studi kasus
masyarakat Desa Pulung Rejo Kecamatan Rimbo Ilir Jambi) Skripsi ini
membahas konteks pembebanan ganti rugi dalam pembatalan khitbah
yang ditinjau dari aspek sosiologis.Yang terjadi di desa pulung rejo
kecamatan rimbo ilir jambi.Yang mana penulisnya meninjau melalui
aspek sosiologis untuk mengantisipasi terhadap kegagalan pernikahan.
Secara umum karya tulis ilmiah diatas membahas tentang pengertian
dan tata cara khitbah secara singkat. Bahkan tidak menyinggung persolan
implikasi hukum dengan pembatalan khitbah.Dan sumber yang mereka
gunakan sebagai referensi adalah hukum Islam yang begitu luas
pemahamannya.
Untuk itu penulis bermaksud mendeskripsikan secara jelas dan
seksama bagaimana tinjauan syari’at dalam hal ini menggunakan pandangan
mazhab syafi’i terhadap larangan pembatalan khitbah dalam tradisi yang
melembaga pada masyarakat Pangkalan Dodek.
F. Kerangka Teori
Pada hakikatnya memecahkan masalah dengan menggunakan
pengetahuan ilmiah sebagai dasar argument dalam mengkaji persoalan agar
mendapat jawaban yang diandalkan, dalam hal ini menggunakan teori-teori
ilmiah sebagai alat bantu dalam menyelesaikan permasalahan.12
Dalam penelitian ilmiah eksistensi kajian teoritis sangat menentukan
ketajaman analisis sebuah penelitian. Sebab seluruh masalah dan kasus-kasus
yang diteliti harus punya landasan atau pijakan teori. Sehingga semakin baik
teori yang digunakan menjadikan hasil penelitian itu mendalam dan teruji.
Teori yang digunakan didalam penelitian ini adalah Teori Urf/ Adat
12
Yuyun S. Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan, 1998), h. 316
Adapun istilah ‘urf dapat difahami sebagai sesuatu yang telah biasa
diberlakukan, diterima dan dianggap baik dalam masyarakat, dinamakan
juga dengan adat.13
Para ilmuan dalam berbagai disiplin ilmu sangat memperhatikan
terhadap adat istiadat yang berlaku pada suatu masyarakat. Seperti fatwa-
fatwa Imam Abu Hanifah yang terdapat banyak perbedaan dengan fatwa-
fatwa dari murid-muridnya lantaran perbedaan kebiasaan mereka masing-
masing. Sama hal nya dengan Imam Syafi’I pasa saat sampai ke negeri Mesir
dan mengganti fatwanya sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku di
negara barunya. Sehingga fatwa-fatwa beliau itu dapat dibedakan sewaktu
masih berada di baghdad dengan fatwa beliau sesudah pindah ke Mesir.
Mengingat pentingnya keberadaan adat ini, maka lahirlah sebuah kaedah
dalam masyarakat: ‚adat kebiasaan itu ditetapkan sebagai hukum‛. Setiap
perbuatan yang diterima oleh mayoritas masyarakat, dikategorikan sebagai
perbuatan yang baik di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab tidak
mungkin orang banyak bersepakat dalam masalah keburukan atau
ketidakbaikan.14
13
Nispul Khoiri, Ushul Fikih, ( Bandung : Citapustaka Media, 2015), h. 119
Hukum adat dijalankan dengan berbagai cara melalui lembaga-
lembaga adat yang ada disetiap desa, sehingga hukum adat itu menjadi suatu
sarana untuk melakukan kontrol sosial yang berfungsi legal.15
Untuk itu
Negara Kesatuan Republik Indonesi meligitimasi setiap keberadaan hukum
adat yang dianut didalam kehidupan masyarakat.
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18 B ayat (2) berbunyi: bahwa
negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang.
Pada pasal 28 I ayat (3) UUD 1945 juga menerangkan bahwa
identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
Kemudian di diperkuat dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah pada satu romawi
(1.Umum) tentang Dasar Pemikiran huruf i (1) penyelenggaraan otonomi
daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan,
pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah.
Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan beberapa Undang-
undang yang mengatur tentang pemberdayaan masyarakat adat dalam pe
14
Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami,
(Bandung: Al Ma’arif, 1993), h. 518.
15
Pamusuk Harahap, Hukum Adat Adalah Ajaran dalam Kekerabatan Masyarakat
Kota Padangsidimpuan, (Padangsidimpuan: tp. 2004), h. 3.
nyelenggaraan pemilihan kepala daerah, termasuk dalam
penyelesaian sengketa yang timbul di dalamnya.16
Pasal 2 ayat (9) Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah secara tegas
menyebutkan bahwa negara hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembang masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik
Indonesia.
Setiap adat kebiasaan yang berlaku pada suatu masyarakat serta tidak
melanggar ketentuan syari’at, harus tetap dipelihara dan diamalkan.
Sebaliknya, adat kebiasaan yang menyimpang dari ketentuan syari’at,
walaupun banyak dikerjakan orang, tetap tidak boleh diamalkan, lantaran di
dalam hadist di atas diberi predikat hasanah, (baik), yang sudah barang tentu
menurut ukuran syari’at dan logika.
Syariat Islam sendiri memelihara adat kebiasaan orang Arab yang
dianggap baik, seperti mewajibkan membayar denda sebagai ganti hukuman
qishas, bila si pembunuh tidak dituntut oleh keluarga si terbunuh untuk
dijatuhi hukuman qishas atau menetapkan adanya kafa’ah dalam
perkawinan.
Dalam istilah Usul Fiqh pengertian ‘Urf atau adat kebiasaan ialah apa-
apa yang telah dibiasakan oleh masyarakat dan dijalankan terus menerus,
baik berupa perkataan maupun perbuatan.17
‘Urf itu berbeda dengan ijma’
disebabkan karena ‘urf itu dibentuk dari kebiasaan-kebiasaan orang-orang
yang berbeda-beda tingkatan mereka. Sedang ijma’ dibentuk dari
16
Ni’matul Huda, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembangan dan Problematika,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 182.
17
Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami,
(Bandung: Al Ma’arif, 1993), h. 109.
persesuaian pendapat khusus daripada mujtahidin. Orang-orang umum tidak
ikut dalam pembentukan ijma’ itu.
Adapun dalam kajian ilmu ushul fiqh‘urf itu ada 2 (dua) macam,
yakni:18
1. ‘Urf shahih adalah adat kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang
yang tidak bertentangan dengan dalil syara’, tiada menghalalkan yang
haram dan tidak membatalkan yang wajib. Misalnya adat kebiasaan
yang berlaku dalam dunia perdagangan, adat kebiasaan dalam
pembayaran mahar, secara kontan atau hutang, adat kebiasaan
seseorang yang melamar seorang wanita dengan memberikan sesuatu
sebagai hadiah, bukan sebagai mahar dan lain sebagainya.19
2. ‘Urf fasid adalah adat kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang
berlawanan dengan ketentuan syariat karena membawa kepada
menghalalkan yang haram atau membatalkan yang wajib. Misalnya
kebiasaan-kebiasaan dalam akad perjanjian yang bersifat riba,
kebiasaan-kebiasaan dalam mencari dana dengan mengadakan
macam-macam kupon berhadiah, menarik pajak hasil perjudian dan
18
Ibid., h. 110-111.
19
M. Hasbullah Thaib, Tajdid Reaktualisasi Elastisitas Hukum Islam, (Medan: USU
Press,2002) h. 33.
sebagainya.20
‘Urf fasidah tidak harus diperhatikan, karena
memeliharanya berarti menentang dalil syara’ dan membatalkan
hukum syara’.
G. Metode Penelitian
Metode adalah rumusan cara-cara tertentu secara sistematis yang
diperlukan dalam bahasa ilmiah, untuk itu agar pembahasan menjadi terarah,
sistematis dan obyektif, maka digunakan metode ilmiah.21
Untuk penelitian ini
penulis menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field resaech), yaitu
suatu penelitian yang meneliti obyek di lapangan untuk mendapatkan
data dan gambaran yang jelas dan konkrit tentang hal-hal yang
berhubungan dengan permasalahan yang di teliti dengan menggunakan
pendekatan sosial (sosial Oprouch).
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah larangan pembatalan khitbah
dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan
Medang Deras Kabupaten Batubara, selanjutnya di tinjau dari perspektif
Fiqh syafi’i.
2. Sumber Data
20
Ibid., h. 34.
21
Sutrisno Hadi, Metode Reseach (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Psikologi UGM,
1990), h. 4
Ada dua bentuk sumber data dalam penelitian ini yang akan dijadikan
penulis sebagai pusat informasi pendukung data yang dibutuhkan dalam
penelitian. Sumber data tersebut adalah:
a. Data Primer
Jenis data primer adalah data yang pokok yang berkaitan dan
diperoleh secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber
data primer adalah sumber data yang memberikan data penelitian
secara langsung.22
Data primer dalam penelitian ini adalah larangan
pembatalan khitbah dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan
Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara yang diperoleh
dengan cara observasi dan wawancara. Dalam melakukan observasi
penulis akan terjun langsung ke tempat penelitian, sedangkan
wawancara akan dilakukan kepada tokoh masyarakat/tokoh adat,
kepala lurah dan masyarakat kelurahan pangkalan dodek.
b. Data Sekunder
Jenis data sekunder adalah jenis data yang dapat dijadikan sebagai
pendukung data pokok, atau dapat pula didefinisikan sebagai sumber
yang mampu atau dapat memberikan informasi atau data tambahan
yang dapat memperkuat data primer.23
Data yang diambil penulis dalam skripsi ini adalah kitab-kitab fiqh
yang bermazhab Syafi’i seperti kitab al-Umm karya Imam Syafi’i, Raudatut
Talibin wa ‘Umdatul Muftin, Karya Imam An-Nawawi, Al-Aziz Syarah al-
Wajiz al-Ma’ruf bi al-Syarh al-Kabir, karya Abdul Karim ar-Rafii, al-Fiqhul
22
Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), h. 87-88
23
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta, Raja Grafindo, 1998), h. 85
Islam wa Adillatuhu, karya Wahbah az-Zuhaily, dan kitab –kitab fiqh mazhab
syafii lainnya. Serta KHI (Kompilasi Hukum Islam) Tahun1991.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Metode observasi adalah suatu bentuk penelitian dimana manusia
menyelidiki, mengamati terhadap obyek yang diselidiki, baik secara
langsung maupun tidak langsung.24
Observasi ini dilakukan pada
masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara.Dalam hal ini yang di observasi adalah larangan
pembatalan khitbah yang melembaga dalam tradisi masyarakat
setempat.
b. Wawancara / Interview
Interview adalah suatu metode penelitian untuk tujuan suatu tugas
tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara
lisan dari seorang informan, dengan bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut.25
Dalam hal ini peneliti menggunakan
metode wawancara guna mengumpulkan data secara lisan dari
masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal ini yang diwawancarai
adalah tokoh masyarakat/tokoh adat, kepala lurah dan sebagian
masyarakat pangkalan dodek.
c. Dokumentasi
24
Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Research (Bandung : CV. Tarsito, 1972), h.
155
25
Koentjoningrat, Metode-metode Penelitian masyarakat, (Jakarta:PT. Gramedia,
1997), h. 162.
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.26
Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan larangan pembatalan khitbah dalam tradisi masyarakat
Pangkalan Dodek.
4. Metode Analisis Data
Sebagai tindak lanjut pengumpulan data, maka analisis data menjadi
sangat signifikan untuk menuju penelitian ini.Data tersebut dinilai dan
diuji dengan ketentuan yang ada sesuai dengan hukum Islam. Hasil
penelitian dan pengujian tersebut akan disimpulkan dalam bentuk
deskripsi sebagai hasil pemecahan permasalahan yang ada. Analisis dan
pengolahan data penulis lakukan dengan cara Analisis deduktif yaitu
membuat suatu kesimpulan yang umum dari masalah yang khusus, dan
Analisis induktif yaitu membuat kesimpulan yang khusus dari maslah yang
umum.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah pembahasan dan lebih terarah pembahasannya
serta memperoleh gambaran penelitian secara keseluruhan, maka akan
penulis sampaikan sistematika penulisan skripsi ini secara global dan sesuai
dengan petunjuk penulisan skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Sumatera Utara.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima Bab, tiap bab
terdiri dari beberapa sub bab yaitu sebagai berikut:
26
Husaini Usman, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 73.
Bab pertama adalah pendahuluan yang mencakup aspek-aspek utama
dalam penelitian yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, kerangka teori, metode
penelitian, sistematika penulisan skripsi. Bab ini menjadi penting karena
merupakan pintu untuk memahami babbab selanjutnya.
Bab kedua, pada bab ini penulis menguraikan sekilas tinjauan umum
tentang pengertian khitbah, dasar hukum khitbah, tujuan dan hikmah
khitbah, pelaksanaan dan pembatalan khitbah. Bab ini merupakan kajian
teoritis yang dikaji dari kepustakaan.
Bab ketiga, lokasi penelitian. Yaitu: pemerintahan dan penduduk,
agama dan rumah ibadah, serta adat istiadat masyarakat setempat.
Bab keempat merupakan analisis terhadap larangan membatalkan
khitbah dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan
Medang Deras Kabupaten Batubara berdasarkan pendapat mazhab syafi’i.
Bab kelima merupakan hasil akhir dari penelitian penulis. Bab ini
meliputi: kesimpulan, dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KHITBAH
A. Pengertian Khitbah dan Dasar Hukum Khitbah
1. Pengertian Khitbah (Peminangan)
Kata khitbah adalah transliterasi dari bahasa arab yang artinya adalah
meminang atau melamar.27
Secara etimologis kata meminang atau melamar
artinya meminta wanita untuk dijadikan istri (bagi dirinya sendiri maupun
orang lain). Poerwadarminta menyatakan bahwa meminang berarti meminta
anak gadis supaya menjadi istrinya, pinangan permintaan hendak
memperistri, sedangkan orang yang meminang disebut peminang. Adapun
peminangan adalah perbuatan meminang.28
Secara sederhana kata khitbah
diartikan dengan penyampaian kehendak untuk melangsungkan pernikahan.
Khitbah merupakan bahasa arab standar yang terpakai dalam
pergaulan sehari-hari, yang terdapat dalam al-Quran. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat al-Baqarah (2) ayat 235:
Artinya : Dan tidak ada dosa bagi kalian meminang wanita-wanita itu
dengan sindiran.29
27
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Akademika
Pressindo, 1992), edisi pertama, h. 113
28
W. J. S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1993), h. 753
29
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, ( Bandung : PT. Syaamil
Cipta Media, 2005), h. 38
Adapun terminologi peminangan ialah kegiatan atau upaya kearah
terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dan wanita dengan
cara-cara yang umum berlaku ditengah tengah masyarakat.30
Peminangan
merupakan pendahuluan perkawinan, disyari’atkan sebelum ada ikatan
suami istri dengan tujuan agar setelah memasuki perkawinan didasarkan
kepada penelitian dan pengetahuan serta kesadaran masing masing.31
Menurut Wahbah az-Zuhaily sebagai berikut:
الخطبة ىي اظهار الرغبة في الزوج بإمرأة وليها بذلك. وقد يتم ىذا االعالم مباشرة من الخاطب اوبوسطة أىلها. فإن وفقت المخطوبة أو أىلها فقد تمت الخطبة
32بينهما
Artinya: Khitbah adalah pernyataan keinginaan dari seorang laki laki untuk
menikah dengan wanita tertentu, lalu pihak wanita
memberitahukan hal tersebut pada walinya. Pernyataan ini bisa
disampaikan langsung atau melalui keluarga lelaki tersebut. Apabila
wanita yang di khitbah atau keluarganya sepakat, maka
pertunangan tersebut dinyatakan sah.
Didalam KHI pada Pasal 1 (a), khitbah dijelaskan sebagai berikut:
‚Peminangan ialah kegiatan upaya kearah terjadinya hubungan perjodoh an
antara seorang pria dengan seorang wanita‛33
30
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.
24
31
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 74
32
Wahbah az-Zuhaily, al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1997),
juz 9, h. 6492
Menurut Selamet Abidin dan Aminuddin bahwa khitbah didalam
berbagai mazhab fiqh ‚disyari’atkan sebelum adanya ikatan suami istri
dengan tujuan agar ketika perkawinan dilaksanakan, hal tersebut
berdasarkan penelitian dan pengetahuan serta kesadaran masing-masing
pihak. Khitbah adalah media untuk berta’aruf antara pasangan yang ingin
menikah‛.34
Khitbah pada lazimnya memang dilakukan oleh laki-laki terhadap
wanita, tetapi tidak ada larangan wanita terhadap laki-laki.35
Sebagaimana di
bolehkan pula bagi wali wanita itu untuk menawarkan pernikahannya pada
laki- laki. Sama saja apakah laki-laki yang dipinang itu jejaka atau beristeri.
Sejarah telah mencatat adanya ‚seorang wanita yang menghibahkan
(menyerahkan diri untuk dinikahi) kepada Rasulullah SAW., dan Rasul SAW.
tidak mengingkari perbuatan itu‛.36
Seorang wanita boleh mengungkapkan sendiri keinginannya untuk
33
Undang-Undang RI Nomor 1/1974 Tentang Perkawinan & Kompilasi Hukum
Islam, (Bandung : Citra Umbara), h 227.
34 Selamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, Jilid I, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 19910, h. 41
35
Abu Al-Ghifari, Pacaran Yang Islami, Adakah?, (Bandung: Mujahid Press, 2003) h.
494
36
Abd Nashir Taufiq Al-Athar, Saat Anda Meminang, (Jakarta: Pustaka Azzam,2001),
h.25.
menikah dengan seorang laki laki namun harus tetap berpijak pada nilai nilai
yang berlaku ditengah masyarakat Islam dan tradisi yang dinggap baik untuk
memilihara kesucian dan kehormatan diri.37
Dikisahkan dalam hadist Rasulullah SAW.
ث نا مرحوم سمعت ثابتا أنو سمع أنسا رضي اللو عنو ي قول جاءت امر د حد ث نا مسد أة إلى حدالت اب نتو ما النبي صلى اللو عليو وسلم ت عرض عليو ن فسها ف قالت ىل لك حاجة في ف ق
ر منك عرضت على رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ن فسها 38أقل حياءىا ف قال ىي خي
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad,telah menceritakan
kepada kami Marhum, saya mendengar Tsabit,bahwa dia mendengar
Anas radliallahu 'anhu berkata; "Seorang wanita datang kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menawarkan dirinya, katanya; "Apakah
engkau membutuhkanku?" maka anak perempuan (Anas bin Malik)
berkata; "Alangkah sedikit malunya perempuan itu." Anas bin Malik
berkata; "Ia lebih baik darimu, dia tawarkan dirinya kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."
Dalam hal ini mengungkapkan keinginan bukan lah satu aib dalam
sudut pandang agama. Artinya bahwa seorang wanita diperbolehkan
37
Abu Al-Ghifari, Pacaran Yang Islami, Adakah?, (Bandung: Mujahid Press, 2003) h.
124.
38
Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Cet. II; Beirut: Dar Ibnu Kasir,
1987) Juz 6, h. 29.
menawarkan dirinya kepada seorang lelaki yang saleh karena ketertarikannya
dengan kesalehannya.39
Dari beberapa pengertian yang dikemukan diatas dapat disimpulkan
bahwa khitbah adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh masing
masing pihak (laki laki maupun perempuan) untuk menyampikan keinginan
menuju pernikahan berdasarkan tata cara yang belaku secara umum dengan
penuh kesadaran sebelum perkawinan. Hal tersebut dilakukan dengan
harapan mereka saling menyesuaikan karakter dan bertoleransi ketika telah
terikat perkawinan. Sehingga tujuan mulia perkawinan untuk membentuk
keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah dapat tercapai.
2. Dasar Hukum Khitbah (Peminangan)
Anjuran mengenai adanya khitbah sebelum melangkah kejenjang
pernikahan memang sangat dibenarkan dalam ajaran syari’at Islam, ini
terbukti dengan banyaknya ayat ayat al-Quran dan hadist Nabi Muhammad
SAW berkenaan dengan anjuran untuk melakukan khitbah.
Sebagaimana disebutkan dalam Qs. Al-Baqarah ayat: 235 sebagai
berikut:
39
Abdul Halim, Kebebasan Wanita, (Cet. II; Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h.
159.
Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kalian meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran atau kalian menyembunyikan (keinginan mengawini
mereka) dalam hati kalian. Allah mengetahui bahwa kalian akan
menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kalian
mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali
sekadar mengucapkan (kepada mereka) perkara yang makruf.
Janganlah kalian ber-'azam (bertetap hati) untuk berakad nikah,
sebelum habis idahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah
mengetahui apa yang ada dalam hati kalian; maka takutlah kepada-
Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun. (Qs. Al-Baqarah ayat : 235)40
Dalam hadist Rasul SAW.bersabda:
أة فإن عن جابر بن عبد اللو قال قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم إذا خطب أحدكم المر طبت جارية فكنت أتخبأ لها حتى استطاع أن ي نظر إلى ما يدعوه إلى نكاحها ف لي فعل قال فخ
زوجت ها ها ما دعاني إلى نكاحها وت زوجها ف ت 41رأيت من
Artinya: Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian
meminang seorang wanita, jika ia mampu untuk melihat sesuatu
yang mendorongannya untuk menikahinya hendaknya ia
melakukannya." Jabir berkata; kemudian aku meminang seorang
gadis dan aku bersembunyi untuk melihatnya hingga aku melihat
40
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, ( Bandung : PT. Syaamil
Cipta Media, 2005), h. 38
41
Sulaiman Ibn al-Asy’as Abu Daud al-Sajastani al-Azadi, Sunan Abu Daud, (t.p:
Dar al-Fikr, t.th), Juz 1, h. 228
darinya apa yang mendorongku untuk menikahinya, lalu aku pun
menikahinya.
Meskipun khitbah banyak ditemukan keteranganya didalam al-Quran
dan al-Hadist. Namun tidak ditemukan secara jelas dan terarah adanya
perintah atau larangan melakukan khitbah. Oleh karena mayoritas Ulama
berpendapat bahwa Khitbah bukan merupakan perbuatan yang wajib.
Namun merupakan pendahuluan yang hampir pasti dilakukan. Karena
didalamnya terdapat pesan moral dan tata krama untuk mengawali rencana
membangun rumah tangga yang diharapkan sakinah, mawaddah wa
rahmah.42
Dengan demikian hukum khitbah dikembalikan pada kaidah fiqh ‚al-
Aslu fi al-Asy’yal al-Ibahah, hatta Yadullu al-Dalilu ‘ala al-Tahrim‛ dalam arti
hukumnya adalah mubah.43
Syaikh Nada Abu Ahmad mengatakan bahwa pendapat yang
dipercaya oleh para pengikut syafi’i yaitu pendapat yang mengatakan bahwa
hukum khitbah adalah Sunnah, sesuai perbuatan Nabi Muhammad SAW.
ketika meminang Aisyah binti Abu Bakar. Namun ada beberapa ulama yang
lain berpendapat bahwa hukum khitbah sama dengan hukum pernikahan,
yaitu wajib, sunnah, makruh, haram dan mubah.44
42
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam DI Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada , 2013) h. 80
43
Jalaluddin Abd Rahman al-Suyutiy, al-Sybah wa al-Nazair; fil al-Furu’, (Surabaya:
Haramain, 2008), h. 44.
44
Nada Abu Ahmad, Kode Etik Melamar Calon Istri,Bagaimana Proses Meminang
Secara Islami, Ter. Nila Nur Fajariyah, al-Khitbah Ahkam wa Adab, (Solo : Kiswah Media,
2010), h. 15
Lebih lanjut Syaikh Nada Abu Ahmad menjelaskan bahwa khitbah
dihukumi sunnah apabila pria yang akan meminang termasuk pria yang
sunnah untuk menikah, makruh apabila pria akan meminang makruh untuk
menikah, dikarenakan hukum sarana mengikuti hukum tujuan. Khitbah
dihukumi haram apabila meminang wanita yang sudah menikah, meminang
wanita yang sedang ditalak raj’i sebelum habis masa iddahnya, dan
peminangan yang dilakukan oleh lelaki yang sudah mempunyai empat orang
istri. Khitbah menjadi wajib bagi orang yang khawatir dirinya terjerumus
dalam perzinahan jika tidak segera meminang dan menikah. Sedangkan
khitbah
dihukumi mubah jika wanita yang dipinang kosong dari pernikahan serta
tidak ada larangan hukum untuk melamar.45
Khitbah adalah suatu usaha yang dilakukan mendahului perkawinan,
baik pihak laki laki ataupun perempuan boleh saja membatalkan pinangan
tersebut. Hubungan antara laki laki dan perempuan dalam masa peminangan
adalah sebagaiman hubungan laki laki dan perempuan asing.46
B. Tujuan dan Hikmah Khitbah
1. Tujuan Khitbah (Peminangan)
Khitbah merupakan langkah awal sebelum menuju jenjang pernikahan
untuk mewujudkan tujuan yang sangat mempengaruhi keharmonisan
pernikahan dikemudian hari secara signifikan.
45
Ibid.,h. 15-16.
46
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2009), h. 89
Diantara tujuan khitbah adalah sebagai berikut47
:
a. Mempermudahkan jalan ta’aruf antara peminang dengan yang
dipinang serta keluarga kedua belah pihak. Untuk menumbuhkan
rasa kasih sayang (mawaddah) selama masa peminangan, setiap
salah satu dari kedua belah pihak akan memanfaatkan momen ini
secara maksimal dan penuh kehati hatian dalam mengenal pihak
lain, berusaha untuk menghargai dan berinteraksi dengannya.
b. Ketentraman jiwa, karena sudah merasa cocok dengan masing
masing calon pasangannya, maka memungkinkan bagi keduanya
merasa tentram dan yakin dengan calon pasangan hidupnya.
2. Hikmah Khitbah (peminangan)
Khitbah sebagaimana menjadi anjuran dalam syari’at Islam apabila
tidak ada faktor yang menghukuminya menjadi haram, karena memiliki
banyak hikmah dan keutamaan. Khitbah(peminangan) bukan lah hanya
sekedar gejala sosial dan sebatas ritual dalam masyarakat.Khitbahmemiliki
berbagai keutamaan yang membuat pernikahan mencapai tujuan mulianya,
yakni untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
47
Abd Nashir Taufiq Al-Athar, Saat Anda Meminang, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2001), h. 19-20.
Diantara hikmah yang terkandung dalam khitbah (peminangan)
adalah48
:
a. Untuk memudahkan jalan perkenalan.
Dengan pinangan, maka kedua belah pihak akan saling menjajaki
kepribadian masing-masing dengan mencoba melakukan pengenalan
secara mendalam. Tentu saja pengenalan ini berada dalam koridor
syari’ah, yaitu memperhatikan batas batas interaksi dengan lawan jenis
yang belum terikat oleh pernikahan. Demikian pula dapat saling
mengenal keluarga dari kedua belah pihak agar bisa menjadi awal
yang baik dalam mengikat hubungan persaudaraan dengan
pernikahan yang akan mereka lakukan.
b. Menguatkan tekat untuk melaksanakan pernikahan.
Pada awalnya laki laki atau perempuan berada dalam keadaan
bimbang untuk memutuskan melaksanakan pernikahan. Mereka masih
memikirkan dan mempertimbangkan banyak hal sebelum
melaksanakan keputusan besar untuk menikah. Dengan khitbah,
artinya proses menuju jenjang pernikahan telah dimulai. Mereka sudah
48
Cahayadi Takariawan, Izinkan Aku Meminangmu, (Solo: PT. Eraadicitra
Intermedia, 2009), h. 32
berada pada suatu jalan yang akan mengahantarkan mereka menuju
gerbang kehidupan berumah tangga.49
Sebelum melaksanakan khitbah
mereka belum memiliki ikatan moral apapun berkaitan dengan calon
pasangan hidupnya. Masing masing dari laki laki dan perempuan yang
masih lajang hidup ‚bebas‛, belum memiliki suatu beban moral dan
langkah pasti menuju pernikahan. Dengan adanya peminangan, mau
tidak mau kedua belah pihak akan merasa ada perasaan bertanggub
jawab dalam dirinya untuk segera menguatkan tekad dan keinginan
menuju pernikahan. Berbagai keraguan seharusnya sudah dihilangkan
pada masa setelah peminangan. Ibarat orang yang merasa bimbang
untuk menempuh sebuah perjalanan tugas, namun dengan mengawali
langkah membeli tiket pesawat, ada dorongan dan motivasi yang lebih
kuat untuk berangkat.
c. Menumbuhkan ketentraman jiwa
Dengan peminangan apalagi telah ada jawaban penerimaan akan
menimbulkan perasaan kepastian pada kedua belah pihak.
Perempuan merasa tenteram karena telah terkirim padanya pasangan
49
Ibid., h. 35
hidup yang sesuai harapan. Kekhawatiran bahwa dirinya bakal tidak
mendapatkan jodoh terjawab sudah. Sedang bagi laki laki yang
meminang, ia merasa tenteram karena perempuan ideal yang
diinginkan telah bersedia menerima pinangannya.50
d. Menjaga kesucian diri menjelang pernikahan
Dengan adanya pinangan, masing masing pihak akan lebih
menjaga kesucian diri. Mereka merasa tengah mulai menapaki
perjalanan menuju kehidupan rumah tangga, oleh karena itu mencoba
senantiasa menjaga diri agar terjauhkan dari hal hal merusak
kebahagiaan pernikahan nantinya. Kedua belah pihak masing masing
harus saling menjaga keperayaan. Allah telah memerintahkan agar
lelaki beriman bisa menjaga kesucian diri mereka.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S an-Nur: 30:
Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
50
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 6, (Bandung: Al-Ma’arif, 1990), h. 45
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat".
Selain itu, pinangan juga akan menjauhkan kedua belah pihak
dari gangguan orang lain yang bermaksud iseng.51
e. Melengkapi persiapan diri
Pinangan juga mengandung hikmah bahwa kedua belah pihak
untuk melengkapi persiapan diri guna menuju pernikahan. Masih ada
waktu yang bisa digunakan seoptimal mungkin oleh kedua belah pihak
untuk menyempurnakan persiapan dalam berbagai sisinya. Seorang
laki laki bisa bisa mengevaluasi kekurangan dirinya dalan proses
pernikahan, mungkin ia belum menguasai beberapa hukum berkaitan
dengan keluarga, untuk itu bisa mempelajari terlebih dahulu sebelum
terjadinya akad nikah.
C. Pelaksanaan dan Pembatalan Khitbah
1. Pelaksanaan Khitbah
Membicarakan tentang pelaksanaan khitbah (etika peminangan) perlu
diketahui dengan jelas tentang peminangan yang diperbolehkan dan yang
51
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 6, (Bandung: Al-Ma’arif, 1990), h. 38
tidak diperbolehkan. Pasal 12 KHI menjelaskan pada prinsipnya khitbah
(peminangan) dapat dilakukan terhadap wanita yang masih perawan atau
terhadap janda yang telah habis masa iddahnya. Selain itu terdapat pula
larangan pinangan terhadap wanita yang terdapat dalam pasal 12 ayat (2),
(3) dan (4). Yakni sebagai berikut52
:
a. Wanita yang ditalak suami yang masih berada dalam masa iddah
raj’ah, haram dan dilarang untuk dipinang.
b. Dilarang juga meminang seorang wanita yang sedang dipinang oleh
orang lain, selama pinangan pria tersebut belum putus atau belum ada
penolakan secara jelas dari pihak wanita.
c. Putus pinangan pihak pria, karena adanya pernyataan tentang
putusnya hubungan pinangan atau secara diam diam pria yang
meminang telah menjauhi dan meninggalkan wanita yang dipinang.
Dalam praktiknya, tidak ada aturan khusus yang mengatur tentang
khitbah. Akan tetapi ada beberapa hal yang biasanya dilakukan, diantaranya:
52
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam (KHI), (Bandung: CV. Nuansa
Aulia, 2012), h. 78.
a. Menyampaikan Pinangan Langsung
Cara ini adalah cara yang paling konvensional dan paling banyak
dikenal dalam masyarakat. Lelaki meminang perempuan lajang melalui
wali perempuan tersebut. Dalam Islam, perempuan yang masih lajang
apabali ingin menikah harus melalui persetujuan walinya. Seorang laki
laki tidak cukup menyampaikan pinangan kepada perempuan yang
hendak dipinang, sebab kalaupun perempuan tersebut menerima
pinangan, masih ada pihak lain yang menentukan yaitu walinya.53
Selain itu, orang tua, wali atau pihak keluarga laki laki juga dapat
melamar melalui keluarga perempuan yang hendak dijadikan istri. Hal
seperti ini juga dibenarkan dalam Islam, cara ini pernah dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Ketika meminang Aisyah melalui sahabatnya Abu
Bakar r.a.54
b. Meminang yang dilakukan oleh utusan
Meminang melalui utusan atau perentara untuk menghadapi keluarga
53
Cahyadi Takariawan, Izinkan Aku Meminangmu, (Solo: PT. Eradicitra Intermedia,
2009), h. 49
54
Ibid., h, 50
perempuan atau menghadapi langsung perempuan yang hendak
dijadikan istri adalah dibenarkan dalam Islam karena Rasulullah SAW.
sendiri pernah meminang Ummu Salamah dengan cara tersebut.55
c. Meminang dengan sindiran dimasa iddah wafat
Perempuan dalam masa iddah haram dinikahi sampai masa iddahnya
selesai. Akan tetapi hukum agama tidak melarang adanya khitbah yang
dilakukan laki laki kepada pihak perempuan yang sedang menjalani masa
iddah wafat. Namun laki laki yang melakukan khitbah tersebut harus
dengan cara sindiran (kinayah).
d. Ucapan dalam Peminangan
Cara menyampaikan ucapan khitbah dilakukan dengan dua cara,
yaitu: Pertama: menyampaikan pinangan dengan kata sarih atau ucapan
yang jelas dalam arti ucapan tersebut bertujuan meminang tidak untuk
makna yang lain, seperti ucapan ‚saya berkeinginan untuk meminang dan
mengawininya.‛ Kedua: menyampaikan pinangan dengan cara kinayah
atau sindiran dengan arti ucapan tersebut masih mencakup pada makna
lain selain peminangan seperti ucapan ‚tidak ada orang yang tidak
55
Ibid., h, 53
senang padamu‛.56
e. Melihat Wanita yang Dipinang
Dalam proses pelaksanaan khitbah sebelum melakukan akad
pernikahan, melihat wanita yang akan dinikahi dianjurkan oleh agama.
Melihat calon istri untuk mengetahui penampilan dan kecantikannya,
dipandang perlu untuk mewujudkan kehidupan berumah tangga yang
bahagia dan sekaligus menghindari penyesalan setelah menikah.57
Adapun dasar hukum melihat pinangan yang bersumber dari hadist
sebagai berikut:
أة عن جابر بن عبد اللو قال قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم إذا خطب أحدكم المر
فعل قال فخطبت جارية فكنت أتخب أ فإن استطاع أن ي نظر إلى ما يدعوه إلى نكاحها ف لي
زوجت ها ها ما دعاني إلى نكاحها وت زوجها ف ت 58لها حتى رأيت من
Artinya: Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian
meminang seorang wanita, jika ia mampu untuk melihat sesuatu
56
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat
dan UU Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 51
57
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Pernikahan dan Keluarga,(Jakarta: eISAS,
2008), Cet Ke-2, h. 11
58
Sulaiman Ibn al-Asy’as Abu Daud al-Sajastani al-Azadi, Sunan Abu Daud, (t.p:
Dar al-Fikr, t.th), Juz 1, h. 228
yang mendorongannya untuk menikahinya hendaknya ia
melakukannya." Jabir berkata; kemudian aku meminang seorang
gadis dan aku bersembunyi untuk melihatnya hingga aku melihat
darinya apa yang mendorongku untuk menikahinya, lalu aku
pun menikahinya.
Dengan hadist yang secara spesifik menunjukkan kearah lamaran yang
disertai melihat, sesungguhnya upaya perlindungan batin antara kedua
belah pihak. Pria dan wanita yang kemudian dihalalkan hubungan
keduanya melalui akad nikah, akan lebih baik berpengertian dengan
saling mengenal sebelum menikah. Dengan melihat calon istrinya akan
dapat diketahui identitas maupun pribadi wanita yang akan
dikawininya.59
Jumhur ulama berpendapat bahwa bagian badan yang boleh dilihat
hanya wajah dan telapak tangan. Dengan melihat wajahnya dapat
diketahui cantik/jeleknya dan dengan melihat telapak tangannya dapat
diketahui badannya subur atau tidak. Sedangkan Imam Daud Ad-Zahiri
membolehkan seluruh badan perempuan yang dipinang untuk
59
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada,2013), h. 82
dilihat.60
‘Abdurrahman al-Auza’i berpendapat boleh melihat daerah
daerah yang berdaging. Menurut ulama Mazhab Hambali bagian yang
boleh dilihat adalah muka, pundak, kedua telapak tangan, kedua kaki,
kepala (leher) dan betis.
Perbedaan pendapat diantar ahli fiqh ini terjadi karena hadist yang
menjadi dasar kebolehan melihat peminangan hanya membolehkan
secara mutlak, tanpa menentukan anggota tubuh mana yang boleh
dilihat. Ulama fiqh sepakat bahwa kebolehan melihat pinangan tidak
hanya berlaku bagi laki laki saja, akan tetapi wanita juga boleh melihat
lelaki yang meminangnya.61
Waktu melihat pinangan hendaklah pihak calon mempelai wanita
ditemani mahramnya, sebab agama melarang laki laki dan perempuan
yang bukan mahram berkhalwat, namun selama tujuan melihat itu untuk
meminang diperbolehkan.62
Melihat perempuan yang hendak dipinang
adalah ketika hendak menyampaikan pinangan, bukan setelahnya.
60
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 6, (Bandung: Al-Ma’arif, 1990), h. 41
61
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Vokume 3, (Jakarta: Ictisar Baru
Van Hoeve, 2006), Cet. 7, h. 930-931
62
Yusuf Qardawy, Alih Bahasa Muamal Hamidy, Halal Haram dalam Islam,
(Surabaya: Bina Ilmu, 2003), h.24
Karena jika ia telah melihat perempuan tersebut sebelum pinangan
disampaikan, ia dapat meninggalkan perempuan tersebut tanpa
menyakitinya jika ia ternyata tidak suka pada perempuan itu setelah
melihatnya.63
Adapun hal yang termasuk sebagai tambahan dalam pelaksannan
khitbah sebagai berikut:
a. Wanita yang akan dipinang itu hendaklah wanita yang jauh hubungan
darah dengan laki laki yang meminangnya. Sayyidina Umar bin
Khattab menyatakan bahwa perkawinan antara seorang laki laki yang
dekat hubungan darahnya akan melahirkan keturunan yang lemah
jasmani dan rohaninya.
b. Hendaklah mengetahui keadaan jasmani, budi pekerti dan sebagainya
dari wanita yang dipinang. Sebaliknya yang dipinang sendiri harus
mengetahui pula keadaan yang meminangnya.64
63
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat
dan UU Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 57
64
Ibid.,h. 29-30.
c. Mereka yang menginginkan kehidupan pernikahan yang lebih baik,
maka sebelumnya hendaklah ia mengetahui identitas calon
pendamping hidupnya secara komprehensif, menyangkut pendidikan,
nasab, keluarga, dan yang lebih penting adalah agama.65
2. Pembatalan Khitbah
Khitbah merupakan langkah pendahuluan sebelum akad nikah.
Setelah terjadinya khitbah banyak hal yang akan dihadapi oleh masing-
masing pihak. Hal ini sesuai dengan fungsi khitbah, yakni, kedua calon
pengantin akan mengenal perbedaan masing-masing dalam berbagai hal,
mulai dari karakter, budaya, keluarga dan termasuk visi tentang pernikahan
dan keluarga yang hendak dibangun. Jika dikemudian hari didapati ketidak
cocokan yang mengakibatkan berpalingnya satu pihak kepihak yang lain
maka diperbolehkan menurut syari’at, karena khitbah dalam pandangan
syari’at bukanlah suatu akad seperti pernikahan.
Pembatalan khitbah dapat terjadi disebabkan oleh salah satu pihak
atau kesepakatan antara keduanya. Peminangan juga usai jika salah satu
pasangan meninggal dunia. Apabila seorang perempuan membatalkan
pinangan karena ada lelaki lain yang meminangnya (tanpa seizin peminang
pertama), lalu ia menikah dengan peminang yang kedua, maka perbuatan
wanita tersebut haram namun tetap sah.66
Khitbah adalah komitmen untuk melakukan akad nikah. Menurut
mayoritas ulama komitmen tersebut tidak mengharuskan seseorang untuk
65
Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000) h. 43
66
Abdul Natsir Taufik al-Atar, Khithbatun Nisa fi Tasyriatil Islamiyyati wat Tasryatil
Arabiyyati lil Muslimin Ghaira Muslimin, (Kairo: Matba’ah as-Sa’adah, t.t), h. 141-143
melangsungkan akad nikah. Namun sebagian kecil ulama mengharuskan
komitmen itu dibuktikan dengan akad yang dijanjikan, karena menepati janji
hukumnya adalah wajib.
Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam Q.S. as-Saf ayat 3:
Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tidak kamu kerjakan
Dalam hal ini adanya perbedaan pandangan dari para ulama, yang
mana mayoritas ulama menghukumi pembatalan khitbah sebagai perbuatan
makruh, dan sebagian lain menghukuminya sebagai perbuatan yang haram.
Namun hal ini jika pembatalan khitbah dilakukan dengan tidak didasari oleh
sebab sebab yang jelas. Apabila pembatalan khitbah memiliki sebab atau
alasan yang jelas maka hukum nya adalah mubah.
Syaikh Nada Abu Ahmad mengatakan jika wali dari seorang wanita
melihat kemaslahatan dalam pembatalan peminangan, maka ia boleh
menarik kembali janji untuk menikahkan anaknya. Bahkan wanita itu sendiri
juga berhak untuk membatalkan pinangan jika tidak suka dengan peminang.
Pernikahan adalah ikatan seumur hidup, karena itu wanita yang akan
menikah harus berhati hati dalam menentukan keberuntungan dirinya
sendiri, termasuk dalam hal memilih pasangan yang sesuai dengan dirinya.67
Rasulullah SAW bersabda :
67
Nada Abu Ahmad, Kode Etik Melamar Calon Istri,Bagaimana Proses Meminang
Secara Islami, Ter. Nila Nur Fajariyah, al-Khitbah Ahkam wa Adab, (Solo : Kiswah Media,
2010), h.113
بي صلى اللو عليو وسلم قال إياكم والظن فإن عن األعرج قال قال أبو ىري رة يأث ر عن الن سوا وال ت باغضوا وكونوا إخوانا وال يخطب سوا وال تحس الظن أكذب الحديث وال تجس
ر 68كالرجل على خطبة أخيو حتى ي نكح أو ي ت
Artinya : Dari Al A’raj ia berkata; Abu Hurairah berkata; Satu warisan dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: ‚Jauhilah oleh
kalian perasangka, sebab perasangka itu adalah ungkapan yang
paling dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain,
jangan pula saling menebar kebencian dan jadilah kalian orang-
orang yang bersaudara. Janganlah seorang laki-laki meminang atas
pinangan saudaranya hingga ia menikahinya atau
meninggalkannya.‛ (H.R.Bukhari)
Hadist ini memberikan penjelasan bahwa pada ‚lafadz‛ yang
bermakna ‚hingga ia menikahinya atau meninggalkannya‛ menunjukkan
bahwa setelah terlaksananya khitbah masih ada dua kemungkinan yang
terjadi, yang pertama terjadinya pernikahan dan yang kedua kemungkinan
untuk membatalkan ikatan peminangan tersebut sehingga tidak sampai pada
pernikahan.
Wali atau tunangan yang menarik kembali janjinya tanpa suatu alasan
yang jelas hukumnya makruh, namun tidak sampai haram.
Perumpamaannya adalah seperti seorang pembeli yang menawar barang
68
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih Bukhari ( Beirut, Libanon :
Dar al-Fikr, 2000), Juz 10, h. 249-250
namun tidak jadi membelinya. Seorang peminang juga makruh untuk
membatalkan pinangan jika wanita tersebut telah tertarik pada dirinya.69
Salah satu pihak dalam peminangan terkadang memberikan sesuatu
pada pihak lainnya. Para ulama sepakat jika pemberian tersebut berupa
mahar, maka peminang boleh meminta itu secara mutlak, baik pembatalan
tersebut dari pihak wanita, laki laki maupun kedua belah pihak.Wanita tidak
bisa memiliki mahar sebelum akad dilaksanakan secara sempurna sehingga
peminang memintanya kembali dengan segala kondisi. Apabila mahar itu
masih ada, maka wajib dikembalikan. Apabila maharnya telah habis, maka
wajib diganti sesuai dengan nilai barang tersebut.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa ‚hadiah yang diberikan dalam
peminangan hukumnya sama dengan mubah. Peminang dapat menarik
kembali kecuali hadiah tersebut sudah rusak atau telah tidak ada‛.
Sedangkan Ulama Syafi’iyah menyatakaan bahwa ‚hadiah wajib
dikembalikan jika barangnya masih ada, atau dikembalikan persamaan atau
harganya jika barangnya telah rusak atau lebur, baik pemutusan pinangan itu
berasal dari pihak wanita maupun dari pihak laki laki‛. Adapun Ulama
69
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh
Munakahat khitbah, Nikah Talak dan Rujuk, Ter. Abdul Majid Khon, al-usrah wa Ahkamuha
fi Tasyri’I al-Islami, (Jakarta: Hamzah, 2014), Cet. III, h. 29-30
Malikiyah berpendapat bahwa ‚pihak yang memutuskan tidak boleh meminta
kembali pemberiannya, baik barangnya masih ada maupun tidak ada‛. Pihak
yang berhak meminta barangnya adalah pihak yang tidak menggagalkan
pinangan. Dia berhak menerima barangnya jika masih ada, atau menerima
harganya jika pemberiannya sudah tidak ada. Oleh sebahagian kalangan
menganggap bahwa pendapat ulama Malikiyah ini cukup logis. Karena tidak
selayaknya bagi wanita yang tidak menggagalkan mendapat dua beban, yaitu
beban ditinggalkan dan beban untuk mengembalikan hadiah, dan tidak
selayaknya pula bagi laki laki yang tidak meninggalkan mendapat dua
kerugian, yaitu ditinggalkan seorang wanita dan memberikan harta tanpa
imbalan.70
70
Ibid., h. 30-32
BAB III
GAMBARAN UMUM KELURAHAN PANGKALAN DODEK
KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA
A. Pemerintahan dan Penduduk
1. Pemerintahan
Secara geografis Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang
Deras Kabupaten Batubara memiliki luas 420 hektar, dan hanya 20 hektar
yang dijadikan pemukiman masyarakat. Dengan batas batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Selat Malaka
Sebelah Timur : Desa Nenasiam
Sebelah Selatan : Kelurahan Pangkalan Dodek Baru
Sebelah Barat : Desa Kayu Besar
Berdasarkan letaknya yang strategis, fasilitas transportasi di Kelurahan
Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara berjalan
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya angkutan umum yang
melintasi jalan kelurahan ini, yang menghubungkan langsung dengan pusat
pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.Selain itu, Pangkalan Dodek juga
memiliki keunggulan pada bidang pendidikan, baik pendidikan keagamaan
maupun pengetahuan umum. Hal ini dikarenakan Kelurahan Pangkalan
Dodek ditunjang dengan beberapa sekolah/madrasah yang terdapat
dikelurahan tersebut. Antara lain:Sekolah Dasar Negeri (SDN) sebanyak 3
buah, Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) sebanyak 1 buah, Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) sebanyak 1 buah, Madrasah Tsanawiyah
Swasta (MAS) sebanyak 1 buah, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
(SMKN) sebanyak 1 buah.
Adapun keadaan Demografis Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan
Medang Deras Kabupaten Batubara bahwa pada dasarnya pemerintahan
kelurahan atau desa telah diatur dalam bentuk perundang-undangan yang
tertuang dalam UU No. 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa atau
kelurahan dan penjabaran UU tersebut terutama dalam bidang tata kerja
Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara
telah diatur dalam bentuk peraturan daerah kabupaten batubara no 5 tahun
2009 tentang organisasi dan tata kerja kecamatan dan kelurahan kabupaten
Batubara.
Sistem administrasi Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang
Deras Kabupaten Batubara cukup baik dan teratur. Ini dapat dilihat dari
lengkapnya para staf kelurahan yang ada, hal ini terbukti dari ketertiban
pelayanan kepada masyarakat diKelurahan Pangkalan Dodek. Seperti dalam
pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Keterangan Miskin dan
Penyaluran bantuan berupa beras sejahtera.
Dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga pemerintah Kelurahan
Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara
mengadakan beberapa program seperti:
a. Pendataan secara maksimal tentang keluarga kategori miskin agar
tersalurnya bantuan sosial tepat sasaran.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui instansi yang
berwenang.
c. Memberikan bantuan modal usaha kepada masyarakat agar
terciptanya masyarakat yang mandiri secara ekonomi. Seperti bantuan
hewan ternak (ayam, kambing, ikan lele, dan bebek), benih padi dan
lain sebagainya.
d. Memberdayakan pasar yang ada diKelurahan Pangkalan Dodek
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara sebagai pusat
perekonomian masyarakat lokal.
e. Mengadakan kegiatan pemberdayaan perempuan seperti program
PKK.
f. Mengadakan kegitan pembinaan pemuda, seperti karang taruna dan
remaja masjid.
2. Penduduk
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Penduduk Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara secara kuantitas perlahan meningkat tiap tahunnya.
Menurut data yang peneliti terima jumlah penduduk secara keseluruhan
4468 jiwa. Yang terdiri dari 2216 jiwa berjenis kelamin laki laki, dan
2251 jiwa berjenis kelamin perempuan. Berikut table jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin menurut sensus tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
Tabel I
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2019
NO JENIS KELAMIN JUMLAH
1 Laki-laki 2216 Jiwa
2 Perempuan 2252 Jiwa
Total 4468 Jiwa
Sumber data monografi Kelurahan Pangkalan Dodek tahun 2019
Berdasarkan sumber diatas dapat diketahui bahwa penduduk
Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten
Batubara didominasi oleh wanita jika dibandingkan dengan jenis kelamin
pria.
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
Mata Pencarian masyarakat Pangkalan Dodek sangat dipengaruhi oleh
dimana mereka tinggal.Dalam hal ini Kelurahan Pangkalan Dodek
termasuk wilayah pesisir pantai, maka sebahagian besar penduduknya
adalah nelayan, baik nelayan tradisional maupun nelayan modern.
Adapun mata mata pencarian penduduk Kelurahan Pangkalan Dodek
pada umumnya dapat dilihat pada table berikut:
Tabel II
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencariannya
NO PEKERJAAN JUMLAH
1 Nelayan 1983 Orang
2 Buruh 112 Orang
3 Pedagang 58 Orang
4 Karyawan Swasta 32 Orang
5 Dokter 5 Orang
6 PNS 17 Orang
7 Pensiunan 11 Orang
8 Lain-lain 32 Orang
9 Tidak bekerja (termasuk ibu
rumah tangga dan anak-anak
2218 Orang
Total 4468 Orang
Sumber data monografi Kelurahan Pangkallan Dodek tahun 2019
c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan pada masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara cukup bervariasi. Lebih
lanjut dapat dilihat pada table berikut:
Tabel III
Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO PENDIDIKAN JUMLAH
1 Penduduk Tidak dan Belum Tamat
SD/Sederajat
1207 Orang
2 Penduduk Tamat SD/ Sederajat 832 Orang
3 Penduduk Tamat SLTP/Sederajat 1012 Orang
4 Penduduk Tamat SLTA/Sederajat 992 Orang
5 Penduduk Tamat Perguruan Tinggi 71 Orang
6 Yang Belum Sekolah 354 Orang
Jumlah Total 4468 Orang
Sumber data monografi Kelurahan Pangkalan Dodek tahun 2019
B. Agama dan Rumah Ibadah
1. Agama
Kehidupan di Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dibuktikan
sejak dahulu sampai sekarang belum pernah terjadi benturan benturan fisik
maupun konflik yang didasari latar belakang agama, dikarenakan pemerintah
yang selalu memberi pembinaan kepada warga agar hidup rukun dan damai.
Lewat usaha-usaha tokoh masyarakat dan pemerintah, yaitu:
a. Pemantapan dalam kegiatan majelis ta’lim yang ada disetiap
lingkungan.
b. Memberikan pengarahan tentang menjaga kerukunan oleh tokoh
tokoh agama pada setiap pengajian/khotbah pada rumah ibadah.
c. Mendirikan Forum Kerukunan Umar Beragama (FKUB).
Penduduk Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara mayoritas beragama Islam. Hal ini dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel IV
Jumlah Penduduk Menurut Agama
NO AGAMA JUMLAH
1 Islam 4402 Orang
2 Kristen 51 Orang
3 Budha 15 Orang
Jumlah Total 4468 Orang
Sumber data monografi Kelurahan Pangkalan Dodek tahun 2019
2. Rumah Ibadah
Untuk menunjang aktivitas keagamaan masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, maka
dibangun beberapa sarana Ibadah sebagai berikut:
Tabel V
Jumlah Rumah Ibadah
NO SARANA PERIBADATAN JUMLAH
1 Mesjid 1 Buah
2 Musholla 4 Buah
Sumber data monografi Kelurahan Pangkalan Dodek tahun 2019
C. Adat Istiadat
Adapun adat istiadat yang dianut oleh masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara adalah
adat yang dipakai dalam suku melayu. Hal ini disampaikan oleh salah satu
tokoh adat sekaligus tokoh masyarakat kelurahan pangkalan dodek, bapak
Ilham Abadi Ramadhan, menurut beliau semenjak dahulu masyarakat
kelurahan pangkalan dodek menjunjung tinggi adat resam melayu sebagai
pedoman dalam menjalankan tradisi yang mereka anut.
Beliau mengatakan: Dayi jaman nenek kenenek awak dulu kok
dikampung ni beadat melayu lah. Walaupun ado jugo suku lain tapi itu
karena keturunan nyo ajo. Tapi seayi-ayi udah macam uang melayu jugo.71
Melayu adalah sebuah bangsa (wangsa) yang agung dan besar.Ia
menyumbang peradaban kepada dunia ini, baik secara gagasan,
interaksional, atau artefak, yang dapat dibuktikan dengan berbagai
peninggalannya di masa kini. Istilah Melayu biasanya dipergunakan untuk
mengidentifikasikan semua orang dalam rumpun Austronesia yang meliputi
71
Hasil Wawancara dengan Bapak Ilham Abadi Ramadhan Selaku Tokoh Adat dan
Masyarakat Kelurahan Pangklan Dodek, Pada Tanggal 02 Januari 2019
wilayah Semenanjung Malaya, kepulauan Nusantara, kepulauan Filipina, dan
pulau-pulau di Lautan Pasifik Selatan. Dalam pengertian umum, orang
Melayu adalah mereka yang dapat dikelompokkan pada ras Melayu. Dengan
demikian, istilah Melayu sebagai ras ini mencakup orang-orang yang
merupakan campuran dari berbagai suku di kawasan Nusantara.72
Menurut Zein, yang dimaksud dengan Melayu adalah bangsa yang
menduduki sebagian besar pulau Sumatera serta pulau-pulau Riau-Lingga,
Bangka, Belitung, Semenanjung Melaka, dan Pantai Laut Kalimantan.
Banyak orang menyangka bahwa istilah Melayu itu artinya lari, yang berasal
dari bahasa Jawa yaitu lari dari bangsa sendiri dan menganut agama Islam.
Namun nyatanya secara budaya, nama Melayu sudah lama terpakai sebelum
agama Islam datang ke Nusantara ini. Jadi menurut Zein pernyataan di atas
adalah salah. Menurutnya, istilah Melayu itu adalah kependekan dari
Malayapura, yang artinya adalah kota di atas bukit Melayu, kemudian
dipendekkan menjadi Malaipur, kemudian menjadi Malaiur, dan akhirnya
menjadi Melayu (Zein, 1957:89).73
72
Muhammad Takari dkk, Amir Hamzah, (Medan: Bartong Jaya, 2016), h. 90
Selanjutnya adat melayu dikenal dengan konsep: adat bersendikan
syara’, syara’ bersendikan kitabullah.Syara’ mengata adat memakai. Artinya
adat istiadat melayu bersumber pada agama Islam. Dalam aplikasinya, adat
melayu ini terdiri dari empat stratifikasi yang saling berkaitan yaitu: pertama:
adat yang sebenarnya adat, kedua: adat yang diadatkan, ketiga adat yang
teradat, keempat adat istiadat.
Dalam strata keempat yang disebutkan diatas, yakni adat istiadat,
adalah berkaitan dengan upacara, seperti: pernikahan dengan tahapan
tahapannya, khitanan, melenggang perut, mandi syafar, melepas kancing,
tampung tawar, dan lain lain.74
Dalam hal ini bapak Muhammad Yusuf, selaku lurah kelurahan
pangkalan dodek mengatakan, bahwa semenjak awal pangkalan dodek ini
sudah menganut resam melayu dan sangat menjunjungnya. Dan dapat
disaksikan dalam kehidupan masyarakatnya sehari-hari.
73
Ibid, h. 92
74
http://mabmi.weebly.com/adart-po.html
Menurut bapak Muhammad Yusuf: Sejauh yang saya ketahui, ketika
masih berstatus desa hingga pada tahun 1981 menjadi kelurahan, pangkalan
dodek ini menganut tradisi, maupun adat istiadat resam melayu. Hal ini juga
dapat kita lihat sampai sekarang. Seperti pesta perkawinan, kematian,
berkhitan dan lain sebagainya.75
75
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Yusuf Lurah Pangkalan Dodek
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, Pada Tanggal 3 Januari 2019
BAB IV
ANALISIS TERHADAP LARANGAN MEMBATALKAN KHITBAH
DALAM TRADISI MASYARAKAT KELURAHAN PANGKALAN
DODEK BERDASARKAN PENDAPAT MAZHAB SYAFI’I
A. Mengenal Mazhab Syafi’i
1. Biografi Pendiri Mazhab Syafi’i (Muhammad Bin Idris As-Syafi’i)
Pendiri Mazhab Syafi’i adalah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin
‘Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin ‘Ubaid bin ‘Abdu Yazid bin Hasyim bin al-
Muthalib bin ‘Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Luay bin Ghalib, Abu Abdillah al-Qurasyi asy-Syafi’i al-Makki, keluarga dekat
Rasulullah dan putra pamannya. Ia sering juga dipanggil dengan nama Abu
Abdullah karena salah seorang putranya bernama Abdullah. Setelah menjadi
ulama besar dan mempunyai banyak pengikut, ia lebih dikenal dengan nama
Imam Syafi’i dan madzhabnya disebut Madzhab Syafi’i.76
Dalam kitab Manhaj ‘Aqidah Imam asy-Syafi’i disebutkan bahwa77
Al-
76
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Cet. IX; Jakarta: PT Ichtiar Van
Hoeve, 2001), H. 326
77
Muhammad Bin Abdul Wahab. Al-‘Aqil, Manhaj ‘Aqidah Imam Asy-Syafi’i (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’i, 2005), H. 15-17.
Muthalib adalah saudara Hasyim, yang merupakan ayah dari ‘Abdul
Muthalib, kakek Rasulullah dan Imam Syafi’i berkumpul (bertemu nasabnya)
dengan Rasulullah pada ‘Abdi Manaf bin Qushay, kakek Rasulullah yang
ketiga.
Imam an-Nawawi berkata: ‚Imam Syafi’i adalah Qurasyi (berasal dari
suku Quraisy) dan Muthalibi (keturunan Muthalib) berdasarkan ijma’ para
ahli riwayat dari semua golongan, sedangkan ibunya berasal dari suku
Azdiyah. Silsilah Imam Al-Syafi’i dari ayahnya bertemu dengan silsilah Nabi
Muhammad SAW., pada Abdu Manaf.Oleh karena itu, beliau termasuk Suku
Quraisy.Ibunya dari Suku al-Azdi di Yaman.
Imam Syafi’i memiliki gelar Hasbirul Hadits (pembela hadits).Beliau
mendapat gelar ini karena dikenal sebagai pembela hadits Rasulullah. Beliau
dilahirkan di Ghaza, salah satu kota di Palestina pada tahun 150 H. Ayahnya
meninggal ketika beliau masih bayi. Sehingga al-Syafi’i dibesarkan dalam
keadaan yatim dan fakir. Para sejarawan telah sepakat, bahwa Imam Syafi’i
lahir pada tahun 150 H, yang merupakan tahun wafatnya Imam Abu
Hanifah.
Imam al-Hakim berkata: ‚Saya tidak menemukan adanya perselisihan
pandapat, bahwa Imam Syafi’i lahir pada tahun 150 H,tahun wafatnya Imam
Abu Hanifah, yang mana hal ini mengisyaratkan, bahwa Imam Syafi’i
menggantikan Imam Abu Hanifah dalam bidang yang digelutinya.‛Ada
pendapat yang mengatakan, bahwa Imam Syafi’i lahir pada hari
meninggalnya Imam Abu Hanifah. Tetapi, pendapat ini dinyatakan tidak
benar dan juga pendapat ini bukan pendapat yang sangat lemah, karena Abul
Hasan Muhammad bin Husain bin Ibrahim dalam Munaqib asy-Syafi’i
meriwayatkan dengan sanad jayyid, bahwa Imam ar-Rabi’ bin Sulaiman
berkata: ‚Imam Syafi’i lahir pada hari wafatnya Abu Hanifah.‛ Namun kata
‚hari‛ pada kalimat ini dapat diartikan lain, karena kata ‚hari‛ secara umum
bisa diartikan ‚masa‛ atau ‚zaman.‛78
Dalam kitab Al-Imam Asyafi’I Ada banyak riwayat tentang tempat
kelahiran Imam Syafi’i.79
Yang paling populer adalah, beliau dilahirkan di
kota Ghazzah, pendapat lain mengatakan, di kota Asqalan sedangkan
pendapat yang lain mengatakan beliau dilahirkan diYaman.
Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, dari ‘Amr bin Sawad, ia berkata:
78
Muhammad Bin Abdul Wahab. Al-‘Aqil, Manhaj ‘Aqidah Imam Asy-Syafi’i (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’i, 2005), H. 15-17.
79
Al-Jundi-Abdulhalim, Al-Imam Asyafi’I (Kairo: Dar Al-Qolam, 1996), H. 51
‚Imam Syafi’i berkata kepadaku: ‚Aku dilahirkan di negeri ‘Asqalan. Ketika
aku berusia dua tahun, ibuku membawaku ke Makkah.‛
Sementara Imam Baihaqi menyebutkan dengan sanadnya, dari
Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdul Hakim, ia berkata: ‚Aku mendengar
Imam Syafi’i berkata: ‘Aku dilahirkan di negeri Ghazzah kemudian dibawa
oleh ibuku ke ‘Asqalan.’‛
Muhammad bin Idris ketika berumur kurang lebih 10 tahun dibawa
oleh ibunya ke Mekkah, ketika itu beliau telah hafal Al-Qur’an. Di Mekkah
beliau banyak mendapatkan Hadits dari ulama-ulama Hadits.Karena
kefakirannya sering memungut kertas-kertas yang telah dibuang kemudian
dipakainya untuk menulis. Ketika semangatnya untuk menuntut ilmu makin
kuat dan menyadari bahwa Al-Qur’an itu bahasanya sangat indah dan
maknanya sangat dalam, maka beliau pergi ke Kabilah Hudzail untuk
mempelajari dan mendalami sastra arab serta mengikuti saran hidup
Muhammad SAW., pada masa kecilnya. Disana beliau sampai hafal ‚sepuluh
ribu bait syair-syair arab‛.80
80
Ibid., H. 51
Di Mekkah Muhammad bin Idris berguru kepada Sofyan bin Uyainah
dan kepada Muslim bin Khalid. Setelah itu pergi ke Madinah untuk berguru
kepada Imam Malik.Sebelum ke Madinah beliau telah membaca dan hafal
kitab Al-Muwatha. Beliau membawa surat dari wali Mekkah ditujukan untuk
wali Madinah agar mudah bertemu dengan Imam Malik. Pada waktu itu
Muhammad bin Idris sudah berumur 20 tahun. Kemudian berguru kepada
Imam Malik selama 7 tahun.
Karena terdesak oleh kebutuhan hidupnya, Imam Syafi’i kemudian
bekerja di Yaman. Tragedi pernah menimpanya sewaktu bekerja di Yaman,
ia dituduh terlibat gerakan Syi’ah sehingga dihadapkan kepada Khalifah
Harun Al-Rasyid di Baghdad. Oleh karena ilmunya yang tinggi dan atas
bantuan Muhammad bin Hasan Asyaibani (murid Abu Hanifah), beliau tidak
dijatuhi hukuman dan bahkan berguru kepada Muhammad bin Hasan
Asyaibani serta bertempat tinggal di rumahnya.
Muhammad bin Hasan Asyaibani pernah belajar kepada Imam Abu
Hanifah selama 3 tahun. Dari Muhammad bin Hasan Asyaibani beliau
mendapat pelajaran Fiqh Imam Abu Hanifah selama dua tahun. Kemudian
kembali ke Mekkah.Pada kesempatan musim Haji beliau bertemu dengan
ulama-ulama yang pergi ke Mekkah untuk menunaikan Haji dari seluruh
dunia Islam.Dengan demikian Fiqh Imam Syafi’i menyebar diseluruh wilayah
Islam.
Beliau bermukim di Mekkah selama tujuh tahun. Kemudian pada
tahun 195 H, kembali lagi ke Baghdad dan sempat berziarah ke kuburan Abu
Hanifah ketika itu umurnya 45 tahun. Di Baghdad beliau memberikan
pelajaran kepada murid-muridnya yang sangat terkenal adalah Ahmad ibn
Hanbali yang sebelumnya bertemu dengan Imam al-Syafi’i di Mekkah.
Ahmad bin Ibn Hanbal sangat mengagumi kecerdasan dan kekuatan daya
ingat Imam al-Syafi’i serta kesederhanaan dan keikhlasannya dalam bersikap.
Setelah dua tahun di Baghdad, kembali ke Madinah tetapi tidak lama dan
pada tahun 198 H, belia kembali lagi ke baghdad, selanjutnya terus ke Mesir
dan sampai di Mesir tahun 199H.
Di Mesir beliau memberi pelajaran fatwa-fatwanya kemudian terkenal
dengan nama Qaul Jadid. Sedangkan fatwanya waktu di Baghdad disebut
Qaul Qadim. Imam Al-Syafi’i meninggal di Mesir pada tahun 204 H atau 822
M. Pada waktu meninggal Imam Al-Syafi’i, Gubernur Mesir ikut memandikan
dan menyalatkan jenazahnya.
Dari riwayat hidupnya tampak juga bahwa Imam Al-Syafi’i adalah
seorang ulama besar yang mampu mendalami serta menggabungkan antara
metode ijtihad Imam Malik dan metode Imam Abu Hanifah, sehingga
menemukan metode ijtihadnya sendiri yang mandiri. Beliau sangat hati-hati
dalam berfatwa, sehingga dalam fatwanya itu ada keseimbangan antara rasio
dan rasa.81
Bagi Imam Syafi’i ibadah itu harus membawa kepuasan dan
ketenangan dalam hati. Untuk itu diperlukan kehati-hatian. Oleh karena itu,
konsep ikhtiyat (prinsip kehati-hatian) mewarnai pemikiran Imam Syafi’i.
Di akhir hayatnya, Imam Syafi’i sibuk berdakwah, menyebarkan ilmu,
dan mengarang di Mesir, sampai hal itu memberikan mudharat pada
tubuhnya, maka beliau pun terkena penyakit wasir yang menyebabkan
keluarnya darah. Tetapi, karena kecintaannya terhadap ilmu, Imam Syafi’i
tetap melakukan pekerjaannya itu dengan tidak memperdulikan sakitnya82
,
sampai akhirnya beliau wafat di Mesir pada malam jum’at seusai sholat
81
H.A. Djazuli, Ilmu Fiqh (Jakarta: Kencana, 2006), H. 130
82
Muhammad Bin Abdul Wahab. Al-‘Aqil, Manhaj ‘Aqidah Imam Asy-Syafi’i (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’i, 2005), H. 39-40
Maghrib, yaitu pada hari terakhir di bulan Rajab. Beliau dimakamkan pada
hari jum’atnya di tahun 204 H, atau 819/820 M. Kuburannya berada di Kota
Kairo, di dekat Masjid Yazar, yang berada dalam lingkungan perumahan
yang bernama Imam Syafi’i.83
2. Pembentukan Mazhab Syafi’i
Berdasarkan sejarahnya, madzhab Syafi’i lahir setelah melalui
persiapan yang panjang. Pada awalnya, Imam Syafi’i tampil sebagai seorang
tokoh ahl al-hadits yang diperolehnya dari Imam Malik, kemudian ia juga
menjadi tokoh ahl al-ra'yi setelah bertemu dengan salah seorang ulama'
madzhab Hanafi yaitu Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani.
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan madzhab Syafi’i ini dibagi
menjadi empat periode, yaitu periode persiapan, periode pertumbuhan
yang ditandai dengan lahirnya madzhab al-Qadim, periode kematangan dan
kesempurnaan pada madzhab al-Jadid, dan periode pengembangan
danpengayaan.
a. Periode Persiapan
83
Muhammad Yasir Abdul Muthalib, Ringkasan Kitab Al-Umm, Juz I (Cet. IV; Jakarta:
Pustaka Azzam, 2007.), H. 9-10
Persiapan bagi lahirnya madzhab Syafi’i berlangsung sejak wafatnya
Imam Malik tahun 179 H, tepatnya ketika al-Syafi’i berangkat ke Yaman
untuk bekerja. Selama di Yaman, al-Syafi’i bertemu dengan beberapa
tokoh terkemuka, salah satunya adalah tokoh utama madzhab Hanafi (ahl
al-ra yi) yaitu Muhammad bin al-Hasanal-Syaibani.84
Setelah mengenal madzhab Maliki (ahl al-hadits) dan madzhab Hanafi
(ahl al-ra yi), Imam Syafi'i berusaha mengomparasikan berbagai pendapat
tokoh dari kedua aliran tersebut untuk mendapatkan sisi positif dan
kelebihan berbagai metode ijtihadnya, kaidah-kaidah terbaik yang
diperoleh dari perbandingan ini kemudian diolah dan dirumuskannya
dalam suatu tatanan baru yang kemudian diletakkan sebagai dasar
madzhabnya.85
b. Periode Pertumbuhan (Qaulal-Qadim)
Periode pertumbuhan madzhab Syafi'i ditandai oleh kedatangan Imam Syafi'i
ke Baghdad untuk memperkenalkan konsep fiqihnya secara utuh, lengkap
84
Lahmuddin Nasution, Pembaruan Hukum Islam Dalam Madzhab Syafi’i,
(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2001), H 48.
85
Cik Hasan Bisri, Kerangka Berfikir Dalam Penelitian Hukum Islam Dan Pranata
Sosial, (Bandung: IAIN SGD,1998), H. 22.
dengan kaidah-kaidah umum dan pokok-pokok pikiran yang siap untuk
dikembangkan.
Upaya untuk memperkenalkan madzhabnya ini dilakukan dengan cara
menggelar majelis pengajian. Banyak ulama dengan latar belakang dan keahlian
yang berbeda (ahli fiqih, hadis, bahasa dan sastra) hadir di majelis tersebut, dan
mereka merasa puas atas pernyataan yang disampaikan oleh Imam Syafi'i. Dari
sini tampaklah bahwa tingkat keilmuan Imam Syafi’i berada di atas mereka.
Dengan demikian, namanya menjadi harum dan tersohor ke seluruh penjuru,
pada akhirnya madzhabnya dapat diterima dan tersebar luas di tengah-tengah
masyarakat Baghdad.86
Pendapat dan fatwa-fatwa fiqih yang dikemukakannya pada periode ini
dikenal dengan sebutan qaul qadim. Selama kurang lebih dua tahun berada di
Baghdad, ia berhasil menyusun dan mendiktekan kitab ar- Risalah dalam bidang
ushul fiqih dan al-Hujjah dalam bidang fiqih. Kitab al-Hujjah inilah yang menjadi
rujukan bagi qaul qadim al-Syafi’i yang selanjutnya diriwayatkan oleh beberapa
murid yang belajar kepadanya di Baghdad.87
c. Periode Kematangan dan Kesempurnaan (Qaulal-Jadid)
Setelah berhasil memperkenalkan madzhabnya di Baghdad, kemudian
Imam Syafi’i pindah ke Mesir. Terdapat banyak pendapat yang berbeda-
beda terkait perpindahan Imam Syafi’i ke Mesir, namun yang lebih logis
adalah pendapat Abdul Halim al-Jundi bahwa Imam Syafi’i mendengar
kabar di Mesir terdapat dua kelompok yang pro-kontra, yaitu kelompok
86
Lahmuddin Nasution, Pembaruan Hukum Islam Dalam Madzhab Syafi’i, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2001), H. 49
87
Ibid., H. 50
madzhab Hanafi dan kelompok madzhab Maliki. Ketika itu Imam Syafi’i
berkata: ‚Saya berharap akan datang ke Mesir dan membawakan sesuatu
yang akan membuat mereka tertarik sehingga tidak mempersoalkan
kedua madzhab itu lagi.88
Kesimpulannya adalah Imam Syafi’i pindah ke Mesir karena
mempunyai kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai
seorang ulama besar, ia merasa terpanggil untuk mengembangkan ilmu
serta mempersatukan ahl al-ra’yi dan ahl al-hadits sekaligus
memperkenalkan madzhabnya yang merupakan sintesa dari kedua aliran
tersebut.
Selama di Mesir, Imam Syafi'i senantiasa sibuk dengan kegiatan-
kegiatan yang bersifat produktif dan inovatif tentang fiqih dan akhirnya
membuat kehujjahan serta kepribadian al-Syafi’i sebagai seorang imam
semakin riil. Karena berbagai alasan ilmiah, ia menyatakan ruju’, yaitu
meninggalkan beberapa pendapat lama yang telah dikemukakan di
Baghdad dan mengubahnya dengan fatwa-fatwa yang baru (qaul jadid).
88
Ibid., H. 52
d. Periode Pengembangan dan Pengayaan
Periode ini berlangsung sejak wafatnya Imam Syafi’i sampai dengan
abad ketujuh.Murid-murid Imam Syafi’i (thabaqat) yang telah mencapai
derajat ijtihad dalam keilmuannya terus melakukan istinbath hukum untuk
menghadapi masalah-masalah yang timbul pada masa mereka.
Mereka juga melakukan peninjauan kembali terhadap fatwa-fatwa
imamnya. Dalil-dalil yang mendukung setiap fatwa mereka diperiksa
kembali untuk menguatkan suatu hukum. Dalam setiap hal Imam Syafi’i
selalu memberikan dua atau lebih fatwa yang berbeda, kemudian mereka
melakukan tarjih setelah menelusuri dalilnya masing-masing untuk
mendapatkan pilihan terkuat.
Mereka inilah yang kemudian memainkan peran penting dalam
membela, melengkapi dan menyebarkan madzhab Syafi’i, sehingga
mereka dapat hidup berdampingan atau bersaing dengan madzhab-
madzhab lainnya di hampir semua wilayah Islam. Selain ramai dengan
kegiatan istinbath, kajian dan diskusi antar sesamanya atau antara mereka
dengan ulama dari madzhab lain, para ulama Syafi'iyah pada periode ini
juga banyak menghasilkan karya tulis.
Hampir setiap ulama terkemuka menuangkan ilmunya dalam berbagai
tulisan, berupa kitab, risalah, ta’liq, matan, mukhtashar, ataupun syarh,
sesuai dengan metode penulisan yang berkembang pada
masanya.Dengan demikian, semakin lama semakin kayalah madzhab
tersebut dengankitab-kitab.89
Di bawah ini adalah kitab-kitab fiqih madzhab Syafi'i yang penting,
secara hirarki kitab-kitab tersebut antara lain:
1) Al-Umm, karya al-Syafi'i, Muhammad bin Idris (150-205H).
2) Mukhtasar, karya al-Muzani, Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al- Muzani
(264H).
3) Al-Muhadzab, karya al-Syirazi, Abi Ishak Ibrahim bin Ali (476H).
4) Al-Mathlab fi Dirasat al-Madzhab, karya al-Juwaini, Imam al-
Haramain Abd. Malik bin Abdullah (478H).
5) Al-Basith, al-Wasith dan al-Wajiz, karya al-Ghazali, Abu Hamid
Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (450-505H).
6) Al-Muharrar dan Fath al-Aziz, karya al-Rafi'i, Abi Qosim Abd. al-Karim
89
Ibid., H. 53
bin Muhammad (623H).
7) Al-Majmu' Syarah al-Muhadzab, karya al-Nawawi, Abu Zakaria
Muhyiddin bin Syaraf al-Nawawi (676H).
8) Raudhah al-Thalibin, karya al-Nawawi.
9) Tuhfah al-Muhtaj Syarah al-Minhaj, karya Ahmad bin Muhammad bin
Ali (974 H).
10) Mughni al-Muhtaj ila Ma'rifati Alfadz al-Minhaj, karya al-Khatib al-
Syarbini, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad (977H).
11) Nihayah al-Muhtaj Syarah al Minhaj, karya al-Ramli, Syamsuddin al-
Jamal, Muhammad bin Ah mad bin Hamzah (1004 H).
3. Kitab Rujukan Karangan Imam Syafi’i
Imam Abu Zahrah berpendapat bahwa kitab al-Umm merupakan al-
hujjah al-ula dalam aliran Syafi'iyah.Sedangkan kitab yang kedua adalah al-
Risalah, karena kitab inilah Imam Syafi’i dianggap sebagai bapak ushul al-
fiqh seperti nisbah Aristoteles terhadap ilmu mantiq dan nisbah al-Khalil Ibn
Ahmad terhadap ilmu‘arudh.90
90
Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam; Studi Tentang Qaul Qadim Dan Qaul Jadid,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), H. 44.
Namun perlu diketahui bahwa Imam Syafi’i tidak hanya ahli di bidang
ilmu fiqih, tetapi juga ahli di bidang hadis, tafsir, dan al-ra yi. Oleh karena itu
selain al-Umm dan al-Risalah, masih banyak lagi kitab-kitab yang ditulisnya,
secara komprehensif kitab-kitab tersebut adalah:91
a. Al-Risalah al-Qadimah (kitabal-Hujjah)
b. Al-Risalahal-Jadidah
c. Ikhtilafal-Hadits
d. Ikhtilafal-Istihsan
e. Ahkam al-Quran
f. Bayadhal-Fardh
g. Sifat al-Amr waNahyi
h. Ikhtilaf al-Malik waal-Syafi’i
i. Ikhtilafal-Iraqiyin
j. Ikhtilaf Muhammad binHusain
k. Fadha’ ilal-Quraisy
l. Al-Umm
m. Al-Sunan.
91
Muhammad Yasir Abd Al-Muthalib, Ringkasan Kitab Al-Umm, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007), H 9
B. Gambaran Tentang Larangan Membatalkan Khitbah Dalam
Tradisi Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan
Medang Deras Kabupaten Batubara
1. Tradisi Khitbah (Peminangan)
Upacara prapernikahan dalam Tradisi Masyarakat Keluarahan
Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara terdiri dari
subacara: merintis, jamu sukut, risik kecil, risik besar dan meminang.
a. Menurut Ibu Mahyuni:
Dai maso uang-uang tuwo dulupun samo ajo samo sekaang, kalau
awak sebelum menikah ado acara me-intis, jamu sukut, menyisek,
menyisek ni duo kali, satu menyisek kocik satu lagi menyisek bosa
habis tu bawulah meminang. 92
b. Menurut Bapak Ilham Abadi Ramadhan:
Kalau kito bagian sumatera timur ni ampe ampe samo adat
istiadatnyo, kok ondak menikah awak, me-intis dulu pakai telangkai,
tapi kok sekaang obay lah, tak ado lagi telangkai. Kok ado koba baik
dai telangkai atau obay tu ditontukan lah bilo sebolah jantan datang
keumah betino tu menyisek kocik lah dio. Habis tu menyisek bosa,
tapi sebolom menyisek tu, duo duo keluarga tu, dipanggilnyolah
keluarga bosa nyo dikumpulkan, musyawarah apo yang ondak dibuat
pas menyisek tu. Kadang ado pas menyisek bosa tu sekaliang
meminang towos. Kadang lain menyisek bosa lain meminang. 93
92
Hasil Wawancara Dengan Ibu Mahyuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
c. Menurut Bapak Muhyar atau biasa dipanggil bapak Koteb –beliau
adalah seorang obay atau penghulu telangkai:
Kalau selamo yang atok tahu dan atok bawakan kalau ado tugas
ondak meminang uang. Pertama disuwoh lah atok keumah betino tu,
merintis, kalau ado cannyo ditontukan lah bilo keluarga jantan datang.
Bejamu sukut lah duo keluarga ni. Bawwulah menyisek, habistulah
meminang.Itulah tradisi kito disini. 94
d. Menurut bapak Asmuni:95
Biasonyo nak kalau acara sebolum menikah tu ado tradisi menyisek,
merintis telangkai duluan. Kok cocok bau dibuat acara meminang.Tapi
kalau ditimo, kalau tidak balek awai lah.
Dari hasil keterangan diatas, peneliti akan menguraikan lebih lanjut
tentang upacara prapernikahan dari masyarakat kelurahan pangkalan dodek
tersebut yang terdiri dari beberapa subacara sebagai berikut:
a. Merintis
Kalau seorang anak muda ingin meminang seorang gadis, lebih
dahulu diutuslah seorang telangkai96
kerumah orang tua sigadis (calon
93
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ilham Abadi Ramadhan Selaku Tokoh Adat
Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
94
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muhyar Selaku Tokoh Adat Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
95
Hasil Wawancara Dengan Bapak Asmuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
96
Adapun Yang Dimaksudkan Dengan Telangkai Ialah Salah Seorang Dari Kerabat
Sipemuda Atau Orang Lain Yang Dipercaya, Yang Kenal Baik Dengan Keluarga Sigadis.
Dahulu Dizaman Kerajaan, Ditiap Kampong Sengaja Diadakan Seorang Penghulu Telangkai
.Tugas Penghulu Telangkai Ini Adalah Penghubung Antara Orang Tua Sipemuda Dan Orang
mempelai wanita). Bila maksud kedatangan telangkai ini mendapatkan
sambutan baik dari orang tua sigadis (calon mempelai wanita), maka
ditetapkanlah suatu hari dan tanggal buat menerima kedatangan utusan
dari pihak orang tua si pemuda untuk risik kecil. Ini merupakan pertanda
baik bagi kedua belah pihak.
Berikut hasil wawancara dengan bapak Ilham Abadi Ramadhan:
Mulo mulo bona mencai telangkai lah awak tapi sekaang obay
dipanggil uang, disuwoh lah telangkai tu keumah betino nak bejumpo
samo uang tuwo betino tu. Kalau dapat koba baik dai keluarga betino
tu, dibuatlah mufakat bilo bisa datang keluarga jantan keumah betino
tu.97
b. Jamu Sukut
Sebelum tiba hari risik kecil yang ditetapkan, kedua belah pihak
masing masing mengumpulkan kerabatnya terdekat untuk merundingkan
perkawinan anaknya itu.Tema rundingan biasanya mencakup bila
dilakukan risik kecil, siapa calonnya, persiapan-persiapan apa yang akan
dilakukan, dan hal-hal sejenis.
Biasanya dalam rangka persiapan risik kecil ini, dilakukan terlebih dahulu
kenduri keluarga.Kegiatan berupa jamuan makan seperti ini, lazim
dinamakan jamu sukut selepas itu, barulah orang tua sianak
menyampaikan maksudnya kepada hadirin.
Tua Sigadis Dalam Hal Perkawinan, Dari Awal Sampai Akhirnya Perkawinan.Namun Dimasa
Sekarang Penghulu Telangkai Ini Sudah Tiada, Dan Diganti Dengan Orang Yang Dianggap
Sebagai Tokoh Agama Dan Masyarakat Yang Diistilahkan Dengan Obai.Berikut Yang
Didapati Oleh Peneliti Pada Saat Mewawancara Bapak Ilham Abadi Ramadhan. Pada
Tanggal 2 Januari 2019
97
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ilham Abadi Ramadhan Selaku Tokoh Adat
Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
Berdasarkan keterangan bapak Asmuni:
Jamu Sukut ni ampe macam kenduwi, dan masing-masing keluarga tu
membuatnyo, baik jantan baik betino, makonyo dibuat supayo ado
persiapan waktu acara risek pertama tu. Setalah dijamu, bawulah
uang tuwo dai anak nyo yang ondak menikah tu menyampaikan
ajatnyo pado keluarga yang datang. Dimulai lah musyawarahnyo,
biasonyo yang dibahas cemano jantannyo, apo ajo yang ondak
disediokan pas acara tu98
c. Risik Kecil
Pada hari yang sudah ditetapkan itu maka dikirimlah oleh orang tua si
pemuda beberapa orang dari kerabatnya yang patut-patut kerumah
orang tua sigadis untuk merisik.Untuk merisik kecil ini cukup beberapa
orang saja, sekurang-kurangnya seorang laki-laki dan seorang
perempuan.
Bahkan yang dibawa untuk merisik ini cukup sebuah tepak sirih,
lengkap denhan sirih, pinang yang sudah dikacip, kapur, gambir dan
tembakau suntuil. Semua bahan-bahan tepak ini berada dalam combul,
kecuali sirih cukup disusun dengan rapi. Dan gagang sirih tersebut
dipotong dengan rapi. Kedatangan utusan dari orang tua sipemuda ini
sudah tentu dinanti oleh pihak orang tua sigadis dengan bahan-bahan
perundingan yang dikemukakannya dalam pertemuan itu. Kedatangan
tersebut telah diberitahukan melalui utusan dari pihak pemuda
98
Hasil Wawancara Dengan Bapak Asmuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
sebelumnya.
Setelah kedua belah pihak hadir, dibukalah pertemuan itu oleh utusan
pihak sipemuda dengan lebih dulu mempersembahkan tepak sirih yang
dibawannya tadi kepada orang tua sigadis, sambil mengemukakan hajat
dan maksud kedatangan mereka kepada orangtua sigadis. Bila hajat dan
maksud kedatangan utusan orangtua sipemuda itu disetujui oleh
orangtua sigadis, lalu dirundingkanlah syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh pihak pemuda.
Yang menjadi bahasan pokok perundingan dalam pertemuan ini
adalah sebagai berikut:
1) Mahar
2) Uang antaran atau uang hangus
3) Keperluan pengantin, dan
4) Kelangkahan
Kalau syarat-syarat yang diminta oleh pihak orangtua sigadis ini
terlalu berat, utusan dari pihak laki laki boleh menyatakan keberatannya.
Pendek kata dalam pertemuan tidak resmi ini, kedua belah pihak boleh
tawar menawar sampai mencapai titik temu. Dalam menetapkkan syarat
syarat ini, utusan dari pihak orangtua sipemuda sudah tentu berpedoman
atas amanah yang diterimanya.
Keputusan dan ketetapan yang sudah disetujui oleh kedua pihak
pada saat ‚risik kecil‛ ini akan menjadi dasar dan titik tolak bagi upacara
selanjutnya. Keputusan ini biasanya tidak boleh diubah lagi dalam
pertemuan ‚risik besar‛ nanti.
Setelah tercapai persetujuan bersama mengenai syarat-syarat
pinangan, maka ditetapkanlah hari tanggal untuk ‚risik besar‛.Ketetapan
hari dan tanggal tersebut biasanya berasas pada bulan dan hari baik
menurut ilmu yang diwariskan oleh nini moyang yang menjadi
kepercayaan masyarakat setempat.
Bapak Muhyar (Kotep) menjelaskan kepada peneliti tentang risik
kecil sebagai berikut: Risik kocik ni bisa dibilang menjadi jumpo yang
tidak resmi tapi hasilnyo sangat menontukan jadi atau tidaknyo jantan tu
kawin samo betino yang ondak dipinangnyo tu. Jadi, pado kesapakatan
hari pas merintis tu datanglah sedao sedao bolah jantan yang pas
keumah betino tu. Kalau merisik kocik ni tak polu banyak bona uangnyo,
paling tidak soang jantan, soang betino udah bisa. Kalau merisik petamo
ni tak pala banyak bona yang dibawa cukup tepak, siyeh, pinang udah
dikacipkan, kapo, gambe, dan tembakau untuk suntil tu. Kalau
menyusunnyo, semuo bahan tu masok dalam tepak tu, kecuali siyeh tu,
dio disusun ajo rapi, batangnyo dipotong.Jadi karena udah ado janji
sebolomnyo, bolah betino udah menunggulah. Pas udah jumpo dikasilah
tepak tu ke bolah betino buat bolah jantan tu. Sekalian dibilangnyo apo
hajat dio datang tu. Bekombo musyawarahlah duo bolah ni. Disitulah
dibilangkan apo apao ajo yang dipinta bolah betino tu. Biasonyo yang
dibahas, mahar, duit angus, apo yang dipolekan pengantin, dan kadang
kelangkahan dibahas jugo. Kalau memang bolah jantan kebowatan
syarat yang dipinta, boleh ditawa sampai samo samo meneimo.Dan
kalau udah sepakat tak buleh diubah lagi.Udah tu ditontukan pulak lah
bilo risik bosa nyo. Menintukan tanggal ni pakai ilmu uang tuwo jaman
dulu. Bilo ai yang topat ditanyo lah uang yang pandai.99
99
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muhyar Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
d. Risik Besar
Risik besar ini sebenarnya Cuma formaliteit saja.Hakikatnya tak lain
dari pada realisasi dari apa yang sudah diputuskan dalam risik kecil yang
lalu.
Untuk menghemat waktu dan belanja,biasa juga dibuat orang pada
hari risik besar peminangan sekaligus akad nikah.Hal ini tergantung pada
kesepakatan pada merisik sebelumnya.
Menurut keterangan Bapak Asmuni: menyisek keduo ni sebotolnyo
menjalankan adat ajo. Melanjutkan perjanjian menyisek kocil
sebolomnyo. Tapi sebolom jadi acaranyo disepakati dulu beapo uang
datang.Biak bolah betino besedio menyambutnyo. Pas menyisek bosa ni
buleh langsung akad nikah selain meminang ajo100
.
e. Meminang
Pada hari yang sudah ditetapkan, datanglah rombongan dari pihak
orang tua sipemuda kerumah orang tua sigadis. Jumlah rombongan yang
datang ini sudah lebih dipakatkan. Gunanya supaya pihak orang tua
sigadis tahu membuat persiapan pada hari menyambut kedatangan
rombongan dari pihak orang tua si pemuda.
Jika kedua pihak menyetujui pada tahap peminangan ini boleh
dilakukan sebagai berikut:
1) Tahap pertama terdiri dari risik besar, meminang, naik emas, tukar
tanda,dan ikat janji.
2) Tahap kedua, terdiri dari akad nikah dan bersanding.
100
Hasil Wawancara Dengan Bapak Asmuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
Pada tahap pertama perlu dibawa:
1) Satu tepak pembuka kata,
2) Satu tepak risik besar,
3) Satu tepak meminang.
4) Satu tepak naik emas(uang antaran)
5) Satu tepak tukar tanda
6) Satu tepak ikat janji
7) Satu tempat uang antaran,
8) Satu tepak tanda,dan
9) Beberapa tepak pengiring.
Pada tahap kedua dibawa:
1) Satu tepak pembuka kata
2) Satu tepak nikah
3) Satu tepak ikat janji,bila pengantin laki-laki diantar kerumah
pengantin perempuan,dan
4) Satu tempat mahar.
Pihak sigadis, pada saat menanti juga menyediakan perangkat-perangkat
upacara. Adapun pada tahap pertama sebagai berikut:
1) Satu tepak menanti,
2) Satu tepak tukar tanda,
3) Satu tepak ikat janji.
Dan pada tahap kedua sebagai berikut:
1) Satu tepak menanti
2) Satu tepak menikah,
3) Satu tepak janji.
Menurut bapak Muhyar:101
kalau udah ditimo dan udah sepakat keduo
bolah pihak tontang ayi datang lagi ondak meminang, pas ayi datanglah
bolah jantan keumah betino tu. Dan jumlah uang yang datangpun
kesepakatan jugo itu. Biak bisa besedio bolah betinonyo. Dan kalau
cocok aso pihak jantan dan betino, pas meminang tu bisa jugo langsung
akad. Kalau cuman menyisek bosa dan meminang bolah jantan bawa
tepak, buka cakap, nyisek bosa, meminang, naek duet, ikat janji, macam
mano ondak meminag lah.Tapi kalau jadi akad, ditambah tepak mahar
dan tepak menikah. Bolah betino besediolah pakai tepak menanti, tepak
menikah kalau jadi menikah, dan tepak ikat janji kalau meminang.
Adapun isi dari tepak tersebut adalah sirih, pinang, gambir, kapur,
dan tembakau suntil, ditambah dengan bunga-bunga, kecuali tepak
‚pembuka kata‛ cukup seperti biasa saja. Sedangkan kepala dari tepak-
tepak risik besar, meminang, naik emas, akad nikah dan ikat janji itu
ditandai dengan sekuntum bunga, umpamanya dengan bunga mawar,
supaya mudah bagi juru bicara menandai nya mana kepala dari
tepak,waktu memberikannya. Alasannya adalah karena menurut adat
masyarakat pangkalan dodek harus kepala dari tepak dihadapkan
kepada yang menerima. Akan tetapi ‚pembuka kata‛cukup dengan letak
pinang saja sebagai kepala nya.
101
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muhyar Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
Semua tepak-tepak dihiasi serta dibalut dengan kain,dengan kain
songket lebih manis dan lebih cantik kelihatan.begitu juga dengan tempat
mahar ,uang antaran dan kelangkahan dihiasi dengan rapi.
Sesampainya rombongan sipemuda di rumah orang tua sigadis,
semua tepak dan tempat uang antara diletakkan di tempat yang sudah
disediakan oleh pihak orang tua sigadis, lalu ditampung tawari oleh
kedua orang tua si gadis.
Sesudah ditampung tawari, semua tepak dan perlengkapan lainnya
tadi dikembalikan kepada rombongan yang datang untuk memulai
upacara. Dan upacara juga dilaksanakan ditempat yang sudah
disediakan oleh tuan rumah.
Menurut hukum adat masyarakat kelurahan pangkalan dodek,
peminangan memiliki akibat hukum bagi para pasangan yang sudah
resmi bertunangan. Oleh karena itu, jika pihak laki-laki memutuskan
pertunangan, apayang sudah diberikan kepada pihak perempuan tetap
menjadi milik pihak perempuan, tetapi kalau pihak perempuan yang
memutuskan, apa yang sudah diberkan pihak laki laki harus
dikembalikan dua kali lipat.
Berikut penjelasan dari bapak Ilham Abadi Ramadhan:102
tepak tu
isinyo siyeh, pinang, gambe, tembakau, ditambah ugo bungo bungo.
Selain tepak bukak cito, kepalonyo tu dikasi tando dengan setangkai
bungo.Biasonyo pakai bungo mawar. Supayo tando mano kepalonyo, itu
supayo tahu awak pas mengasinyo.Udah tu tepak tu dibalut pakai kain,
kok supayo tambah mantap pakai kain songket. Pas sampailah bolah
jantan keumah betino, dilotakkanlah tepak tadi ditompat yang udah
disediokan, ditampung tawa dulu. Bawulah mulai acaranyo, dan
duduknyopun udah disediokan samo tuan umah tu jugo. Kalau udah
tunangan, tak buleh lagi macam macam.Dibatalkan pun tak buleh.Kok
102
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ilham Abadi Ramadhan Selaku Tokoh Adat
Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
jantan Beulah, solosai apo yang dikasi, kok betinonyo pula, ganti duo kali
lipat.
Kalau kebetulan dalam bertunangan, tiba bulan puasa (ramadhan)
dan hari raya idil fitri, maka pada hari megang (motong daging sebelum
puasa) oleh pihak sipemuda diantarkanlah daging megang dicukupkan
dengan rempah-rempahnya dan kelapa kerumah sigadis. Daging dibawa
dengan talam bertutup sangai (tudung saji) dan sangai ditutup dengan
sahap bersulam. Yang lain boleh pakai keranjang. Sebagai balasannya
pada hari itu juga oleh pihak sigadis diantarkannya ke rumah sipemuda
sehidangan daging yang sudah masak.
Begitu juga pada hari bantai hari ‚id‛ oleh pihak si pemuda
diantarkannya daging megang cukup dengan rempah-rempah dan lain
sebagainya, ditambah dengan bahan-bahan untuk membuat kueh hari
raya. Sebagai balasannya diantar pula ke rumah sipemuda hidangan
daging yang sudah masak dengan beberapa macam kue hari raya dan air
ukup.Selain itu pihak si pemuda juga harus memberikan sekurang-
kurangnya sepasang pakaian untuk calon pengantin perempuan sebagai
hadiah lebaran.
Ibu Mahyuni menjelaskan:103
kalau udah jadi betunangan, pas ondak
puaso dianta jantan tulah daging mogang samo ompah keumah betino
tu. Dagingtu dibawak pakai talam dikasi tudong nyo pakai kain besulam.
Selain daging tu pakai keranjang tak papo. Habis masak tu dibalaslah
samo bolah betino pakai daging yang udak dimasak pula.Kalau ayi yayo
gitu jugo, cuman ditambah bahan kueh yayo, dah tu dikasi betino tu lagi
pas udah masak daging samo kuehnyo dan ae wangi lagi tambahnyo.
Dah tu dikasi jantan tu betino tu paling tidak baju sepasang.
Tata tertib upacara prapernikahan seperti peminangan, mulai
membuka kata sampai ikat janji dalam adat istiadat masyarakat
kelurahan pangkalan dodek sudah menjadi tradisi yang dilaksanakan
103
Hasil Wawancara Dengan Ibu Mahyuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
secara turun temurun dan dilakukan oleh setiap masyarakat. Namun
bagaimana cara mengungkap hajat dan maksud dari yang meminang,
serta bagaimana pula caranya menerima pinangan, sejauh yang peneliti
temukan tidak ada digariskan oleh adat. Tiap-tiap masyarakat bebas
membuat susunan kata dan gaya bahasanya sendiri, asalkan tidak
menyimpang dari saluran adat.
Bagi masyarakat kelurahan pangkalan dodek pinang-meminang ini
adalah acara yang sakral dikarenakan menjadi langkah awal untuk
beribadah dalam menjalankan pernikahan. Dan bukan menjadi suatu
gelanggang perdebatan untuk menang sendiri, bukan suatu majelis untuk
tempat singgung-menyinggung perasaan atau memberi malu, tetapi
adalah suatu gelanggang permainan antara yang meminang dengan yang
dipinang. Sebab apa yang diperbincangkan dalam majelis itu pada
hakekatnya tak lain daripada melaksanakan (merculiseer) yang sudah
disetujui dan diakui oleh kedua belah pihak dalam pertemuan risikkecil
sebelumnya.
Seperti yang dijelaskan oleh bapak Asmuni:104
acara meminang ni
acara suka ria, kan udah ado kesepakatan sebolumnyo, jadi tak buleh
menyinggung bolah jantan maupun bolah betino. Apo lagi sampai
membuat malu.Intinyo ini langkah awal untuk menguatkan silaturrahim
keduo bolah pihak.Tapi harus dijalankan dengan botul botul, supayo tak
ketulahan awak.
Adapun gambaran cara meminang dan menerima pinangan dalam
adat istiadat masyrakat kelurahan pangkalan dodek sebagai berikut:
a. Si ‚A‛ (yang menerima pinangan)
b. Si ‚B‛ (yang meminang)
104
Hasil Wawancara Dengan Bapak Asmuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
A dan B duduk berhadapan, siap dengan tepak sirih masing-
masing.Masing-masing diapit oleh 2 orang, seorang dikanan dan seorang
dikiri sebagai pembantu. Pertemuan dibuka oleh B sebagai tuan rumah.
A: ‚Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bapak-bapak, ibu-
ibu dan saudara-saudara yang kami hormati.Hari ini kita kedatangan
tamu. Nampak nya tamu kita ini:
Bukan jamu semabarang jamu,
Jamu bercampur telor banda,
Bukan tamu sembarang tamu,
Macam tamu ndak bersemenda.
Tetapi,
Susun kajang dua tiga,
Mari letakkan dalam perahu
Dalam lautan boleh diduga
Dalam hati siapa tahu.
Oleh sebab itu,
Ambil rokok tembakau cina,
Mari hisap sambil menari,
Minta maaf kami bertanya,
Apa kiranya hajat datang kemari,
B: ahli bait yang kami muliakan, Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Ketika perang datuk laksemana,
Laksamana pulang malapetakapun sirna
Memang begitu arif bijaksana,
Sudah gaharu cendana pula,
Memang begitu kayu tembaga,
Takkan sama kayu cendana,
Memang begitu adat lembaga,
Dulu sapa baru bertanya,
Tanam pauh tengah pematang,
Lomba-lomba timang gelombang,
Hanyut serantau ke Indragiri,
Dari jauh kami datang,
Hendak mencoba menanam mumbang,
Kalau tumbuh sunting negeri
Demikian lah bismillah kata dari kami.
A: Wahai tuan,kalau kami nasihatkan,
Lomba-lomba timang gelombang,
Hanyut seekor ketepian mandi,
Usahlah coba menanam mumbang,
Tampang layu tumbuh tak jadi
Walaupun,
Hanyut seekor ke tepian mandi,
Daun talas bungkus mengkudu,
Kalaupun lagu tumbuh tak jadi,
Hati tak puas sebelum diuji emas kebatu.
B: Baiklah,
Kalau sudah kain dipintu,
Jangan letakkan dalam perahu,
Kalau tuan sudah bertekat begitu,
Tanamlah, kuasa allah siapa tahu.
Pengapit kanan mengulurkan tepak ‚pembuka kata‛ kepada A. Dan A
membuka tepak, memeriksa mana kepalanya (kepala tepak harus
menghadap B) lalu menyorongkannya kehadapan B, sambil mengangkat
sembah lalu berpantun:
Tepak ku sorong menjunjung sembah,
Mohon restu allah ta’ala,
Mohon disantap budiman bertuah,
Sekapur sirih pembuka kata,
A: mengangkat sembah menyambut tepak: makan sirih sekapur lalu
mengedarkan tepak kepada pengapit kanan dan kiri , setelah makan
sirih B menyorongkan pula tepak kepada A,sambil berpantun:
Tepak tuan kayu jati,
Tepak kami kayu meranti,
Tepak datang,tepak menanti,
Mohon santap pula sirih kami.
B: Makan sirih sekapur, diedarkan kepada pengapit kanan dan kiri.
Setelah selesai makan sirih diberikan kembali kepada B sambil
berpantun:
Sirih tuan bercembul lima,
Indah berukir kepala naga,
Sirih tuan kami terima,
Sudah disantap sanak keluarga,
A: Karena sudah cocok gendang dengan tarinya,seirama lagu dengan
nyanyiannya,apa hajat sampai kan ke kami,supaya tuan puas di
hati.
B: Sebagai pembuka kata, ahli bait yang kami hormati, kami datang dari
simpang lemon, diutus oleh orang tua kami si fulan, membawa suatu
amanah yang hendak kami sembahkan kepada ahli bait sekeluarga.
Amanah ini bukanlah amanah biasa,yang boleh kami sampaikan
begitu saja, tetapi suatu amanah yang menghendaki saluran hukum,
yaitu menurut sepanjang adat yang berlaku bagi kita anak melayu.
Oleh karena amanah yang hendak kami sampaikan ini harus melalui
saluran adat, maka lebih dulu kami menyatakan, bahwa kedatangan
kami ini rasanya kurang sempurna sepanjang adat. Apalagi saya yang
ditugaskan sebagai ketua dari rombongan kami ini, adalah seumpama:
Sekarat akan bulu,
Tak ada rotan maka laku.
Lagipula alat yang ada pada saya tak lebih hanya sebuah biduk tiris,
sekerat pengayuh puntung. Tetapi oleh karena sudah mendesak
mudik malam, apa boleh buat, saya dayungkan jugalaah. Oleh sebab
itu kedatangan kami ini kurang sempurna sepanjang adat, lebih dulu
kami minta maaf.
A: Apa amanah yang saudara bawa itu ?sampaikanlah supaya
kami dengar.
B: (pengepit kanan mengeluarkan tepak perisik. Setelah A memeriksa
man kepalanya, lalu di sorongkannya ke B dengan angkat sembah,
sambil berkata):
‚Begini saudara, kami ada, mempunyai seekor kumbang bernama
Fulan bin Fulan, kumbang kami ini sungguhpun sudah bersayap,
tetapi baru pandai-pandai terbang, bahkan belumpun tahu
membedakan mana kembang mana kiambang. Rupanya suatu hari
saat ia belajar tebang kesana kemari, melintaslah dia dirumah bertuah
ini. Tiba-tiba terpandang olehnya sekuntum bunga dalam taman
saudara yang bernama Fulanah Binti Fulan. Rupanya pandangan
pertama itu cukup merasuk sukmanya.
Maklumlah bak kata pepatah:
Kalau sudah terkena panah asmara,
Makan tak sedap tidur tak lena,
Salah-salah obat badan merana
Menurut nujum pak belalang, kalau kena panah asmara, bunga mana
yang empunya panah, hanya bunga itu jualah yang mampu menjadi
penawarnya. Kami risau lalu mufakat antar keluarga. Bulat pakatputus
tekad, maka kami beranikan diri kami datang menghadap saudara,
hendak bertanya, sungguhkah ada bunga yang bernama fulanah itu
dalam taman saudara? Kalau ada, apakah sudah ada lawan saudara
berjanji yang akan memetiknya? Jika belum, maklumlah saudara
maksud kami ini.Sekian dulu.
A: Bunga yang saudara maksud itu ada dalam taman kami. Sampai hari
ini belum ada kumbang yang hinggap padanya. Namun begitu,
jangan pula tak kami bagi tahu. Bunga kami ini baru mulai kembang.
Belum pun tahu membedakan mana kumbang mana pianggang. Lagi
pula bunga kami ini bukan mawar bukan melati, hanya bunga labu,
sungguh kembang, tapi tak berbau. Sekianlah yang dapat saya jawab
pertanyaan saudara tadi.
B: Alhamdulillah terima kasih. Lega kami mendengar jawaban saudara
tadi. Kalau tadi saudara mengatakan, bahwa bunga saudara itu,
bunga labu, sungguh kembang tapi tak berbau, tidaklah membuat
kami bimbang ataupun ragu, karena memang itulah yang kami
tuju.Karena, biarpun semerbak wangi sibunga mawar, bunga pujaan,
kalau layu, gugur terbuang tak meninggalkan kesan.
Buruk buruk sibunga labu,
Kembang tak berbau,
Jangan keliru,
Karena,
Kalau harimau mati meninggalkan belang,
Ia gugur meninggalkan tampang,
Panjang kenangan.
A: Begini Saudara,
Kalau saudara hendak makan betik,
Kupas kulit buang biji,
Kalau bunga kami hendak dipetik,
Penuhi syarat, kita ikat janji
B: bagaimana syaratnya, cobalah saudara terangkan supaya kami
dengar.
A: syarat nya ialah,
Mahar Rp. 1000, seperangkat tempat tidur, satu lemari pakaian, satu
toilet, dan uang antaran Rp. 500
B: mengenai semua syarat yang saudara sebutkan tadi dapat kami
sanggupi, kecuali uang antaran Rp.500, kami bukan hendak
menawar, tapi kami mohon keputusan saudara tentang uang
hantaran itu ditinjau kembali, sebab tidak dapat terpikul oleh kami.
A: maaf saudara, mengenai syarat-syarat tadi, bukan sesuatu yang saya
buat-buat, tetapi sudah menjadi ketentuan bagi siapa saja yang akan
memetiknya, sekali kami tetapkan tidak dapat ditawar-tawar lagi.
B: baiklah saudara, jumlah Rp.500 kami setujui, tapi kami
sedikit permintaan dari kami.
A: apa itu, coba terangkan?
B: kami mohon kepada saudara supaya rupiah ditukar dengan ketip.
A: (pura-pura tidak mengerti maksud si A) Kalau sekedar itu permintaan
saudara, kami mohon berunding terlebih dahulu sebentar, sebab tak
putus disaya sendiri. B pura pura berunding, dengan pengapit kanan
dan kirinya. (karena Rp. 500 ketip sama dengan Rp. 50, sesuai
dengan janji dalam risik kecil), ‚baiklah permintaan tuan kami setujui‛.
B: pengapit kanan mengulurkan tepak pembayar hutang kepada si A.
kemudian si A menyorongkan kepada si B sambil mengangkat
sembah, lalu berkata, ‚kami membayar hutang sebahagian, yaitu uang
antaran Rp. 400. Kekurangan uang antaran sebesar Rp. 100 akan
kami lunasi pada waktu kami mengantar pengantin nanti. (uang
antaran konon pantang untuk dilunasi). Kemudian syarat syarat yang
lain akan kami antarkan sebelum waktunya digunakan.
A: permintaan saudara kami setujui dan kami siap sedia menerimanya.
B: (pengapit kanan mengulurkan tempat uang antaran, lalu diberikan si A
kepada si B)
A: hari ini kami naikkan dahulu sebagain uang hantaran sebanyak
Rp.400 dan kami terima apa. Permintaan saudara supaya sisa uang
antaran yang sebanyak Rp100 lagi dibayar pada waktu mengantar
pengantin nanti, kami setujui. (pengapit kanan menyerahkan tepak
akad janji dan si B melanjutkan pembicaraan). Kami telah terima
semua permintaan saudara, kami harap saudara mau menerima
permintaan kami yang terakhir untuk dipenuhi.
B: apa itu, mohon saudara menyampaikan.
A: kita tahu bahwa hajat saudara ini baik untuk mengawini anak kami,
tapi belum lah bisa ditunaikan sekarang. Seperti yang saudara
terangkan bahwa saudara akan datang kembali untuk mengantarkan
pengantin laki-laki kesini. Jadi untuk menjaga hubungan ini sampai
acara akad nikah nanti, kami berharap saudara mau mengikat janji
kepada kami. Karena, seperti yang saudara katakan tadi bahwa
kumbang saudara baru belajar terbang, jadi mungkinlah iya akan
menjumpai kembang lain diluar sana. Sedangkan anak kami hanya
berdiam diri dalam tanaman kami.
B: kami setuju dengan permintaan saudara, tapi agaknya tidak lah
mustahil juga juga kembang dalam tanaman saudara akan didatangi
oleh kumbang yang lain. Jadi kamipun berharap agar kita sama sama
menjaga ikatan ini samapai akad nikah nanti
A: pengapit kanan mengulurkan tepak janji kepada si B. kemudian si B
menyerahkannya kepada si A sambil mengangkat sembah. Dan
berkata:baiklah saudara, bagaimana, apakah saudara siap jika uang
antaran saudara yang telah naik senilai Rp.400 ini dikira habis jika
pihak saudara berbuat sesuatu yang merusak hubungan ini atau
berniat akan membatalkan ikatan ini sehingga akad nikah tidak jadi
dilaksanakan.
B: (berundingalah pihak si B dengan kanan dan kirinya): kami terima
usulan saudara. Tapi apakah saudara juga siap jika nanti kembang
saudara dipetik orang lain atau berbuat yang dapat merusak ikatan ini
atau ingin membatalkan ikatan ini, sehingga akad nikahpun tidak jadi
terlaksana, pihak saudara memulangkan uang antaran kami dengan
menggandakannya.
A: (pihak A pun berunding dengan kanan dan kirinya) demi menjaga
nama baik kedua belah pihak, kami bersedia menerima usulan
saudara.
B: akad janji sudah kita laksanakan, bila kiranya perkawinan adik kita ini
dilangsungkan
A: menurut rencana kami, perkawinan adik kita ini akan dilangsungkan
lepas hari raya haji yang akan datang ini. Hari dan tanggalnya pasti
akan kami beritahukan nanti kepada saudara.
B: rencana saudara itu kami setujui dengan permintaan, supaya
seminggu sebelum dilangsungkan, kami mendapat kepastian tentang
hari dan tanggalnya serta waktunya kami datang mengantar adik laki
laki kami.
Maka selesailah acara pinang-meminang dan keduanya pun berjabat
tangan.
2. Larangan Pembatalan Khitbah (Peminangan)
Khitbah adalah suatu usaha yang dilakukan mendahului perkawinan,
baik pihak laki laki ataupun perempuan boleh saja membatalkan pinangan
tersebut.Hubungan antara laki laki dan perempuan dalam masa peminangan
adalah sebagaiman hubungan laki laki dan perempuan asing.105
Khitbah dalam pandangan masyarakat kelurahan pangkalan dodek
merupakan tradisi yang sakral, sehingga apabila salah satu pihak baik laki-laki
maupun perempuan yang membatalkannya akan diberikan sangsi secara
adat. Adapun sangsi yang akan diberikan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa apabila pihak laki laki yang bermaksud untuk
membatalkan khitbah tersebut segala apa yang telah diberikan pada saat
proses khitbah sepenuhnya menjadi hak pihak wanita, sebaliknya jika pihak
wanita yang bermaksud membatalkan pertunangan tersebut, maka harta
benda yang telah diterimanya pada saat proses khitbah dikembalikan kepada
pihak laki-laki dengan dilipat gandakan sebagai dendanya.
Berikut ini alasan larangan pembatalan khitbah dalam tradisi
masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara:
105
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2009), H. 89
a. Bapak Mukhyar
Bapak Mukhyar adalah salah satu tokoh masyarakat kelurahan
pangkalan dodek, beliau juga merupakan seorang yang dipercaya sebagai
telangkai/obay oleh masyarakat setempat.
Beliau menjelaskan sebagai berikut: kalau lah kito tak jadi menikah
dengan tunangan kito dengan alasan tak cocok, tak elok udah
menyalah tu, kono mengapo?, bukan sonang ondak meminang tu. kok
tak elok, atau tak cocok kenapo dipinang dai awal, awak meminang tu
bukan langsong main pinang ajo, awak meintis dulu, menyisek dulu,
pas menyisek tukan udah tahu awak cemano model betinonyo,
keluarganyo. Bukan kojo sodap meminangtu, awak betepak, bejanji,
segalo mocam awak buat, tibo tibo main batalkan ajo udah menyalah
tu.106
Menurut Bapak Muhyar alasan terhadap larangan pembatalan khitbah
dalam tradisi masyarakat Pangkalan Dodek dikarenakan upacara yang
dilakukan dalam proses peminangan itu bukan suatu hal yang mudah.
Dan dalam proses peminangan tersebut juga sudah saling mengikat janji
106
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muhyar Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
menikah. Jika pembatalan tersebut dengan alasan menemukan ketidak
cocokan juga tidak dapat diterima, karena peminangan dilakukan pasca
merintis dan merisiksehingga masing masing pihak sudah mengenal
termasuk keluarganya masing masing.
b. Ibu Mahyuni
Ibu Mahyuni adalah salah satu tokoh adat dalam masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, saat ini beliau berumur 78 tahun yang
semenjak lahir beliau sudah berdomisili di Pangkalan Dodek sampai
sekarang, beliau adalah salah satu yang sering dijadikan sebagai
narasumber oleh masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek maupun
masyarakat diluar Pangkalan dodek untuk mendapatkan rujukan prihal
adat istiadat seperti, kelahiran, peminangan, pernikahan dan kematian.
Ibu Mahyuni mengemukan alasan sebagai berikut: Awak idop ni
saling menjago namo baik, kok sompat lah tak jadi menikah
pasangan tu, apo tanggapan masyarakat bagi yang ditinggalkan tu,
bilang lah jantan yang meninggalkan betino, sesudah ditinggalkan tu
kan masyarakat befike kalau ado keburukan di badan betino tu,
lagian kan tak jadi dinikahkan, kan mengasi malu betino tu. Begitu
jugo jantan tu, kok dio yang meninggal kan, bisa ajo uang befike
kalau dio ondak meminang lagi uang jadi takut menimonyo.
Sebaliknyo kalau betino yang meninggalkan jantan, jantan tu pulak
lah yang malu, dan mewugi ugo betino tu takutlah uang meminang
nyo lagi.Meminang tu artinyo tahap awal ondak menikah, biasonyo
kalau tak langsung menikah, menunggu duit, atau ai yang cocok.
Kalau ondak mengonal nyo, pas meintis dan menyisektu kan udah
dibuat. Kok tak cocok napo ditimo. Intinyo tak elok ditengok uang
laen, dan malu lah yang ditinggalkan.107
Menurut Ibu Mahyuni alasan peminangan harus sampai pada
pernikahan dikarenakan apabila salah satu pasangan membatalkan
peminangan maka akan merugikan bagi yang ditinggalkan. Seumpama
jika laki laki yang membatalkan pinangannya, maka akan memberikan
stigma bagi perempuan tersebut oleh masyarakat setempat. Masyarakat
akan berfikir tentang kekurangan perempuan tersebut. Sehingga
perempuan tersebut akan menanggung malu bahkan akan sulit untuk
dipinang kembali. Bagi Ibu Mahyuni dalam kehidupan ini harus
107
Hasil Wawancara Dengan Ibu Mahyuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
mengutamakan saling menjaga nama baik. Sebaliknya jika wanita yang
membatalkan peminangan tersebut maka laki laki yang ditinggalkan juga
mendapatkan pandangan negative seperti wanita yang ditinggalkan tadi.
Namun ibu Mahyuni menambahkan dampak negatifnya tidak hanya
pada pihak yang ditinggalkan, tapi juga pada pihak yang membatalkan,
karena setelah pembatalan itu dikhawatirkan akan sulit mendapatkan
pasangan lain. Dalam pandangan beliau peminangan adalah tahap awal
menuju pernikahan, adapun diberinya rentang waktu antara peminangan
sehingga tidak dilakukan pada hari yang bersamaan, dalam
kebiasaannya dikarenakan faktor mengumpulkan biaya pernikahan, atau
dikarenakan pemilihan hari yang baik dalam hitungan adat masyarakat
setempat.
c. Bapak Asmuni
Bapak Asmuni adalah termasuk tokoh adat masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, peran beliau dalam melestarikan tradisi dan adat
istiadat di pangkalan dodek secara tidak langsung dilegetimasi oleh
pemerintahan Kelurahan Pangkalan Dodek bahkan Kecamatan Medang
Deras.Hal ini karena seringnya beliau diundang sebagai pelaksana adat
istiadat yang dilaksanakan secara tahunan di Pangkalan Dodek, seperti,
ritual mempersembahkan kepala kerbau kelaut yang dipercaya agar laut
tetap menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat, dan juga seperti
penetapan hari baik terkait pelaksanaan acara-acara besar termasuk
didalam nya hari memulai membuka usaha, pernikahan dan lain
sebagainya.
Terkait larangan pembatalan khitbah beliau menjelaskan sebagai
berikut:
Tak lah layak dikato uang beradab kalau lah sompat dibatalkannyo
tunangan, yang udah dijanjikan sampai menikah, segalo mocam
acara udah dibuat, keluarga udah saling jumpo, masyarakat udah
tahu.Kalau udah ado niat baik, haruslah dituntaskan. Awak
meminang tu kan karena awak bermaksud baik, dan yang
menimopun diteyimo karena niat baik. Kalau udah diikat tibo tibo
diputuskan kan ado kesan main main, padahal pas meintis,
menyisek, sampai meminang tu kan udah Sali becakap dan
mengonalkan diyi dan udah tekad kalau pelaksanaantu
dimaksudkan karena serius awak ondak beumah tango. Kalau
sompat dimain-mainkan adat ketulahan lah awak. Adat itukan
warisan yang baik dari leluhur, jadi kalau masih ado tangung-
tanggung asonyo, napo tejadi pinangan tu. Kalau adat udah
dimain-mainkan bahayo idop awak.108
Dari keterangan beliau, peminangan yang sudah terlaksana sudah
melewati berbagai ritual atau upacara adat, yang bermula dari niat baik
dan tekad sampai kejenjang pernikahan.Artinya peminangan yang sudah
terlaksana tersebut adalah hasil keputusan adat dan didalamnya ada
beban yang mesti diselesaikan yaitu janji pernikahan.Maka bagi orang
yang membatalkan pinangan itu adalah orang yang mempermainkan
adat. Dalam kepercayaan beliau, bagi siapa saja yang melanggar
ketentuan adat maka akan mengalami kehidupan yang buruk.
d. Bapak Ilham Abadi Ramadhan
Bapak Ilham Abadi Ramadhan termasuk tokoh adat masyarakat
kelurahan Pangkalan Dodek.Beliau juga sering dijadikan sebagai
narasumber yang berkaitan dengan peminangan dan pernikahan serta
sekaligus ikut mengawal dan mengarahkan pelaksanaannya.
108
Hasil Wawancara Dengan Bapak Asmuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
Menurut bapak Ilham Abadi Ramadhan: memutuskan petunangan tu
dilaang, kan udah jolas napo dibuat janji duit angus, samo duit dilipat
tu. Itukan intinya supayo pasangan tu menikah towos.Malu lah
keluarga sompat awak yang ditinggalkan. Kok awak jantan, kan malu
keluarga awak, awak datang bawa tepak, tibo tibo dtinggalkan, kan
awak betino, awak sambut baik tibo tibo awak ditinggalkan. Intinyo
meminangtu macam musyawarah bilo pesta menikah.Itu ajo.Udah
sepakat, tibo tibo tak jadi.Apo kato uang.109
Bapak Ilham Ramadhan mengatakan bahwa dilarangnya membatalkan
ikatan pertunangan demi menjaga nama baik masing masing keluarga.
Beliau menambahkan, bahwa seharusnya larangan itu sudah bisa dilihat
pada saat berjanji tentang uang hangus apabila laki laki yang bersalah
dan uang dilipat ganda jika pihak perempuan yang melakukan
kesalahan. Demi menjaga nama baik masing masing pihak, menurut
beliau pernikahan harus dilaksanakan.
109
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ilham Abadi Ramadhan Selaku Tokoh Adat
Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
e. Bapak Muhammad Atan Amir
Bapak Muhammad Atan Amir adalah tokoh masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, beliah adalah lurah pertama yang sebelumnya
menjabat sebagai kepala Desa Pangkalan Dodek.Dan pada tahun 1981
Desa Pangkalan Dodek berubah setatus pemerintahannya menjadi
kelurahan yang secara otomatis beliau diangkat menjadi lurahnya.
Menurut bapak Muhammad Atan Amir: dai maso sayo jadi kepala
desa dulu ampe seluruh masyarakat memang memiliki pandangan
yang samo, kalau meminang tu tando jadi menikahlah, kalau tak
jadi artinyo ado lah cacat atau aib dai yang ditinggalkan tu.110
Bapak Muhammad Atan Amir Mengatakan: hampir seluruh
masyarakat memiliki pandangan yang sama tentang terlarangnya
membatalkan ikatan peminangan. Hal ini sudah beliau temukan
semenjak beliau menjadi kepala desa dulu dan sampai sekarang. Dan
masyarakat akan menganggap adanya keburukan, cacat atau aib pada
diri laki-laki atau perempuan yang ditinggalkan tunangannya.
110
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muhammad Atan Amir Selaku Tokoh
Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
f. Bapak Muhammad Yusuf
Bapak Muhammad Yusuf adalah lurah Pangkalan Dodek Kecamatan
Medang Deras Kabupaten Batubara.
Menurut beliau: secara adat kita akan menemui seperti itu, dan saya
pun mengetahui tentang beberapa kasus terkait larangan memutuskan
ikatan pertunangan ini. Maksud baik dari masyarakat agar
berlangsungnya pernikahan menjadi dasar kenapa pertunangan itu
dilarang untuk diputuskan atau dibatalkan.Namun sejauh temuan saya,
akibat dari pembatalan ini adalah sanksi moral dari masyarakat
sekitarnya.Dan perlu diketahui bahwa banyak masyarakat kita mematuhi
adat kebiasaan orang tua terdahulu daripada hukum positif yang berlaku
dinegara ini. Artinya dalam temuan saya terkait akibat hukum dari
peminangan ini masyarakat mematuhinya.111
Dari keterangan Bapak Muhammad Yusuf diatas, memberikan
gambaran bahwa akibat hukum dari pembatalan peminangan dalam
tradisi masyarakat kelurahan Pangkalan Dodek cukup dipatuhi oleh
masyarakat tersebut. Hal ini berdasarkan temuan beliau yang terjadi
111
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muhammad Yusuf Selaku Lurah Dari
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
diwilayah kelurahannya,
g. Bapak Muhammad Khaidir Ali Syah
Bapak Muhammad Khaidri Ali Syah adalah seorang nelayan yang
mengalami sanksi akibat pembatalan khitbah. Berdasarkan keterangan
narasumber, pada saat proses peminangan beliau telah menyerahkan
uang antaran dengan nominal Rp.18.000.000 dan cincin emas. Akibat
dari pembatalan yang beliau lakukan, uang dan cincin yang telah
diserahkan tidak dapat di ambil kembali.
Aku dulu meminang tu naik duetnyo lapan bolas juta, samo cincin
omas. Aku putuskan tunangan tu karena di hina keluarganyo keluarga
ku. Siapo pula yang menimo. Sebotolnyo sayang jugo awak duit tu.
Tapi cemano lagi udah begitu adat awak.112
Alasan bapak Muhammad Khaidir Ali Syah memutuskan tunangannya
adalah akibat konflik antara keluarga beliau dan keluarga pihak wanita.
Yang menurut pengakuan beliau adanya unsur penghinaan yang
dilakukan oleh keluarga wanita. Dalam hal ini beliau mengatakan
memang berat menerima kehilangan uang dan cincinnya, tapi beliau
112
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muhammad Khaidir Ali Syah Selaku Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
harus menerima karena merupakan ketentuan adat.
h. Bapak Rizky Alfian
Pada tahun 2013 bapak Rizky Alfian secara adat telah resmi
bertunangan dengan ibu Syahfitri. Dan pada tahun 2014 ibu Syahfitri
memutuskan untuk membatalkan pertunangan tersebut. Akibat dari
perbuatan pihak wanita tersebut maka bapak Rizky Alfian menerima uang
yang telah diberikannya pada saat peminagan tersebut dengan jumlah
yang dilipat gandakan.
Sekitar bulan onam dua ribu tigo bolas aku betunangan dengan
fitry.Aku minta tempo paling lamo setahun. Jadi pas awal duaribu
ompat bolastu datang keluarganyo membilangkan ondak
memulangkan duit. Tapi duit anta an awal ajo. Mano ondak aku tak
sesuai perjanjian. Jadi minta tempolah uang tu. Padahal udah tahu
samo tahu kalau udagh naik duet apopulak bisa dibatalkan lagi.113
Bapak Risky Alfian merupakan salah seorang narasumber yang menjadi
pihak yang ditinggalkan tunangannya. Menurut keterangan beliau diatas,
cara yang dipakai pihak perempuan untuk memutuskan ikatan
113
Hasil Wawancara Dengan Bapak Rizky Alfian Selaku Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
pertunangan tersebut dengan mendatangi kediaman beliau dan
menyampaikan ingin memulangkan uang antaran yang pernah beliau
berikan. Dalam hal ini beliau menolak dikarenakan uang yang ingin
dikembalikan tidak sesuai dengan perjanjian pada saat proses
peminangannya dulu. Untuk itu pihak keluarga wanita meminta tempo
untuk melunasi hutang mereka tersebut. Beliau menambahkan bahwa
seharusnya pihak wanita tidak melakukan pemutusan sepihak, karena
seharusnya sudah mengetahui bahwa pemutusan ikatan peminangan itu
dilarang.
i. Bapak Angga Gunawan
Bapak Angga Gunawan merupakan masyarakat Kelurahan Pangkalan
Dodek yang termasuk sebagai orang yang memutuskan pertunangannya
dengan alasan telah menemukan wanita lain yang lebih cocok.
Udah tahu aku memang tak buleh kato uwang tuwo awak kalau
udah tunangan tak jadi menikah. Duit aku naek, cincin aku kasi. Duit
ompat bolas juta. Tapi ponuhnyo ompat puloh jadi kuwang lagi. Jadi
mencaui duit kuwangnyo tu kojo aku dipakanbaru.Pas kojo tu lah
aku sor samo kawan kojo aku. Jadi karena aku yang membatalkan
duit aku tu samo cincin tu selosailah114
.
Berdasarkan keterangan bapak Angga Gunawan diatas, beliau sedari
awal sudah faham akan konsekuensi daripada pembatalan khitbah yang
dilakukannya. Namun pada saat bekerja di pekanbaru untuk memenuhi
jumlah uang antaran nya agar segera menikah, beliau tertarik pada
teman kerja wanitanya. Dan akhirnya beliau memutuskan tunangannya.
Akibat dari itu uang senilai Rp.14.000.000 beserta cincin emas yang
beliau berikan tidak dapat diambil kembali.
j. Ibu Syahfitri
Ibu Syahfitri ini adalah yang menjadi pasangan khitbah dari
narasumber bapak Rizky Alfian.Seperti keterangan diatas bahwa ibu
syahfitri yang memutuskan tunangannya.
Waktu duaribu ompat bolastu lah datang omak samo pakcik aku
kewumah dio. Ondak memulangkan duit antaran nyo. Karena udah
tahu awak kelakuan dio sebotolnyo.Ponah kedapatan samo aku dio
lagi mabok pas maghrib-maghrib minum tuak.Semulo kami tak tahu.
Omak ayahnyo baik, makonyo kami fike dio baik jugo.Jadi
114
Hasil Wawancara Dengan Bapak Angga Gunawan Selaku Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
dipulangkan omak aku lah duitnyo tu sebosa duopuloh tujuh juta.
Tapi memang bolom dengan dondonyo tu. Minta tempolah kami.Jadi
untuk melunasinyo tu, kojo aku dimalaysia. Alhamdulillah udah
lunas.Iyo awak takut jugo ondak memutuskannyo, tapi cemano pulak
lagi.Siapo pulak ondak samo pemabuk. Dan melunasinyo tu duo kali
baya. Sekitar setengah tahun awak dimalaysia, awak baya sepaoh.
Udah tu bawu awak lunaskan.115
Berdasarkan keterangan ibu syahfitri ini bahwa alasan dia memutuskan
pertunangannya adalah karena beliau pernah melihat langsung
tunangannya sedang minum minuman keras.Yang pada mulanya beliau
tidak mengetahui kebiasaan buruk laki laki tersebut. Hal itu juga
merupakan sesuatu yang tidak disangka oleh beliau karena laki-laki
tersebut adalah anak dari seorang ustadz diPangkalan Dodek.Dan akibat
nya bagi ibu syahfitri karena membatalkan pertunangannya adalah
mengembalikan uang yang diterimanya sebagai uang antaran dengan
jumlah yang dilipat gandakan.Yang akhirnya mengakibatkan beliau harus
berangkat kemalaysia untuk menjadi TKI. Adapun jumlah yang harus
115
Hasil Wawancara Dengan Ibu Syahfitri Selaku Masyarakat Kelurahan Pangkalan
Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
dibayar adalah Rp.54.000.000, dikarenakan pihak laki laki telah
menyerahkan uang antaran sebesar Rp.27.000.000. pada saat
pemulangan awal beliau memulangkan uang antaran tersebut secara
penuh. Dan dendanya dibayar dengan bertahap setelah beliau berangkat
kemalaysia.
k. Bapak Muklis dan Ibu Maimunah
Bapak Muklis dan Ibu Maimunah adalah pasangan suami istri yang
melangsungkan pernikahan, yang dipaksakan secara adat akibat telah
berlangsungnya pertunangan. Pada mulanya salah satu pasangan ini,
yaitu ibu maimunah ingin membatalkan pertunangan mereka dengan
alasan, bahwa pasangannya telah melakukan perbuatan yang melanggar
syariat Islam. Yang mana diketahui bahwa suami ibu maimunah ini sering
melakukan perjudian dan meminum minuman keras. Namun, ketika ibu
maimunah ingin memutuskan hubungan pertunangan tersebut sangat
ditentang oleh keluarga masing masing. Dalam hal ini, masing masing
keluarga menolak keinginan ibu maimunah tersebut, dan memaksa harus
dilaksanakan pernikahan.
Mulonyo dulu sebolum nikah ondak diudahkan petunangan kami
ni. Ponah aku donga dai kawan kalau tunangan aku ni mabok,
bejudi. Tapi tak pecayo aku. Jadi tepocok sekali. Ku bilang lah
samo omak aku, ondak putus ajo. Tapi tak dikasi. Karena udah
bejanji menikah. Katonyo udah menikah tu beubah lah jantan
tu.116
.
Berdasarkan keterangan ibu maimunah ini masing masing keluarga
tidak memperbolehkan membatalkan pertunagan tersebut. Adapaun
prilaku yang tidak baik dari pasangan ibu maimunah tersebut diyakini
akan segera hilang apabila setelah terlaksana nya pernikahan.
Berikut keterangan dari bapak mukhlis: memang ponah dulu ado
rencana dai sebolah betino ondak memutuskan petunangan ni, tapi
karena udah bejanji ondak menikah, tak bisa lah.117
Dalam wawancara ini bapak muklis membenarkan bahwa sebelum
terjadi pernikahan, pihak wanita pernah mencoba untuk memutuskan
116
Hasil Wawancara Dengan Ibu Maimunah Selaku Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 14 Maret 2019
117
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muklis Selaku Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 14 Maret 2019
pertunangannya. Namun tidak diperbolehkan karena sudah melakukan
kesepakatan pada saat pertunangan.
l. Bapak Muhammad Yatim dan Ibu Nur Syakdiah
Bapak Muhammad Yatim dan Ibu Nur Syakdiah juga merupakan
pasangan suami istri yang pernikaannya dipaksakan dengan alasan tradisi
dari adat. Pada saat masih bertunangan bapak Muhammad Yatim ingin
membatalkan pertunangan tersebut karena tertarik pada wanita lain.
Namun masing masing keluarga dari kedua belah pihak tidak mensetujui
keinginan tersebut.
Duo bulan betunangan sama diah, ado pulak sor aku samo kawan
lamo aku, rencananyo ondak udah ajo. Tapi tak dikasi omak ayah
aku. Cemano lagi menikah ugo lah. Tapi sekitar tigo bulan menikah
becowai lah kami.118
Menurut bapak Muhammad Yatim, dengan alasan tertarik pada
wanita lain, beliau ingin memutuskan pertunangannya, namun kedua
orang tua nya tidak memberikan izin kepada beliau. Dengan keadaan
terpaksa beliau menyetujui untuk melaksanakan pernikahan nya. Namun
118
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muklis Selaku Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 14 Maret 2019
setelah pernikahan tersebut berjlan tiga bulan, pernikahan tersebut
berakhir dengan perceraian.
Dari keterangan beberapa narasumber diatas, dapat diketahui
gambaran larangan membatalkan khitbah dalam tradisi masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten
Batubara cukup dipatuhi oleh masyarakat setempat. Adapun faktor yang
manjadi landasan kenapa adanya larangan tersebut, hasil daripada
kesimpulan peneliti sebagai berikut:
a. Masyarakat memiki kepercayaan bahwa peminangan itu merupakan
sesuatu yang sacral, sehingga segala macam keputusannya harus
dilaksanakan
b. Masyarakat memilki kepercayaan bahwa melanggar perjanjian dalam
peminangan sama hal nya dengan mempermainkan adat istiadat.
c. Menjaga nama baik keluarga yang mengikatkan anaknya dengan
pertunangan, yakni bagi pihak yang ditinggalkan akan mendapatkan
anggapan buruk dari masyarakat sekitarnya.
d. Menghindari stigma negative dari masyarakat terhadap laki-laki atau
wanita yang ditinggalkan, karena bagi pihak yang ditinggalkan
menandakan aib, atau keburukan ada padanya.
C. Tinjauan Mazhab Syafi’i Terhadap Larangan Membatalkan
Khitbah Dalam Tradisi Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara
Fenomena larangan membatalkan khitbah yang terjadi ditengah
masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara ketika ditinjau berdasarkan mazhab syafi’I akan
menimbulkan suatu permasalahan.
Pasca berlangsungnya khitbah, terdapat banyak hal yang akan
dihadapi oleh masing-masing pihak, baik laki-laki maupun perempuan,
seperti keadaan, karakter, sikap dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan
fungsinya khitbah, yaitu sebagai langkah awal menuju pernikahan yang
didalamnya masing-masing pihak akan saling mengenal (ta’aruf), diharapkan
sebelum berlangsungnya pernikahan maka masing-masing pihak akan
mengenal perbedaan masing-masing dalam berbagai hal, mulai dari karakter,
budaya, keluarga dan termasuk visi tentang pernikahan dan keluarga yang
hendak dibangun. Apabila salah satu pihak menilai dan mempertimbangkan
adanya ketidak cocokan antara dirinya dan pasangannya, ia berhak untuk
membatalkan khitbah tersebut.119
Membatalkan khitbah adalah suatu hal yang diperbolehkan menurut
syariat, dengan mempertimbangkan bahwa khitbah bukan lah merupakan
suatu akad, namun upaya untuk mempermudah pernikahan. Oleh sebab itu,
pembatalan khitbah tidak mengharuskan laki laki yang meminang dan
perempuan yang dipinang menjalani apa yang harus dijalani akibat
berakhirnya pernikahan.120
Menanggapi pembatalan khitbah secara berlebihan merupakan
perbuatan keliru. Terlebih lagi apabila ada anggapan bahwa pembatalan
khitbah terjadi karena adanya penilaian bahwa salah satu pihak memiliki
kekurangan, lantas berfikir bahwa pihak yang ditinggalkan tersebut sebagai
pihak yang tidak akan pernah mendapatkan pasangan yang lain pasca
ditinggalkan tersebut. Demikian itu adalah bentuk dari fikiran yang seifatnya
negative dan pesimistis yang muncul dalam diri karena lebih terdorong
emosional dan kelemahan iman.
119
Abu Sahla Dan Nurul Nazara, Buku Pintar Pernikahan, (Jakarta: Belanoor,
2011), H. 72
120
Syaikh Ahmad Jad Terj. Masturi Irham Dan Nurhadi, Fikih Sunnah Wanita,
(Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2008), H. 409
Pada suatu kondisi atau keadaan pembatalan khitbah seharusnya
memang dilakukan dengan alasan adanya unsur-unsur yang baru ditemukan
didalam diri pasangan yang bertentangan dengan nilai ajaran Islam. Seperti
gemar bermaksiat, memiliki kelainan seksual, berpenyakit menular yang bisa
membahayakan dan alasan alasan lainnya.
Bagi pihak yang ingin mebatalkan khitbah sangat dianjurkan dengan
cara cara yang ma’ruf. Sama halnya seperti mengawali khitbah tersebut.
Terkait membatalkan khitbah dalam tinjauan mazhab syafi’i, peneliti
menemukan sebagai berikut:
a. Imam As-Syafii
قال الشافعي أخبرنا محمد بن اسماعيل عن إبن أبي ذئب عن مسلم الخياط عن ابن عمر أن
النبي صلى اهلل عليو وسلم نهى أن يخطب الرجل على خطبة أخيو حتى ينكح أو يترك. قال
الشافعي: فكان الظاىر من ىذه اال حاديث ان من خطب امرءة لم يكن ألحد أن يخطبها
121ع الخطبةحتى يأذن الخاطب أو يد
Artinya: Imam al-Syafii berkata: Muhammad bin Ismail telah menceritakan
kepada kami dari Ibn Abi Dzi'b dari Muslim al-Khayyat dari Ibn
Umar: Bahwa Nabi saw melarang seorang laki-laki meminang
diatas pinangan saudaranya sampai ia (yang meminangnya)
121
Imam Al-Syafi’i, Al-Umm, (Bairut: Dar Al –Ma’rifah, 1990), Juz V, H. 41
menikah atau meninggalkannya. Imam al-Syafii berkata: Hadis
tersebut bahwa seorang yang melamar wanita, maka tidak
diperbolehkan bagi seorang untuk meminangnya sampai yang
meminang merestui atau meninggalkan lamarannya.
Adapun pada kalimat “ الخطبة يدع أو خاطبال يأذن حتى ” Yang artinya:
sampai yang meminang merestui atau ‚meninggalkan lamarannya‛. Hal ini
menunjukkan bahwa kemungkinan untuk membatalkan lamaran atau khitbah
tersebut masih dimungkinkan.
b. Imam An-Nawawi
122ابة اال إذا أذن الغير أو تركتحرم الخطبة على خطبة غيره بعد صريخ اإلج
Artinnya : Haram meminang seseorang yang sudah di pinang orang lain
setelah jelas perempuan tersebut menerimanya, kecuali ada izin
dari orang lain (Peminang) tersebut atau telah dibatalkannya
pinangan tersebut.
Pendapat Imam Nawawi ini juga memiliki pengertian yang sama
dengan pendapat sebelumnya, yakni pada kalimat ‛ إذا أذن الغري أو ترك ”
yang artinya: Ada izin dari orang lain (Peminang) tersebut atau telah
dibatalkannya pinangan tersebut. Disini yang dimaksudkan dengan kata‛ ترك‛
adalah membatalkan pinangan, yang kita ketahui tanpa ada larangan
sedikitpun untuk membatalkannya
122
Imam An-Nawawi, Raudatut Talibin Wa ‘Umdatul Muftin, (Beirut: Dar Al-Fikr,
2005) Juz VII, H. 25
c. Abdul Karim al-Rafii
احد ىما: تحرم الخطبة على خطبة الغير بعد صريخ اإلجابة اال إذا أذن ذلك الغير أو تركها
لى اهلل عليو وسلم قال "ال يخطب لما روي عن ابن عمر رضي اهلل عنو أن رسول اهلل ص
الرجل على خطبة أخيو". ويروى "اال بإذنو" وصريح اإلجابة أن يقول: اجبتك الى ذلك. أو
تأذن لوليها في التزويج منو وىي ممن يعتبر اذنها وإن لم تصرح باإلجابةولكن وجد ما يشعر
الخطبة التحرم أيضا الطالق بالرضا واإلجابة"مثل أن تقول ال رغبة عنك" فقوالن القديم: أن
الخبر ويحكي ىذا عن أبى حنيفة ومالك رحمهما اهلل. والحديد:المنع: ألن خطبة الثاني
123التبطل سيئا مقررا ولو ردت الخطبة فللغير خطبتها المحالة
Artinya: Haram meminang seseorang yang sudah di pinang orang lain setelah
jelas perempuan tersebut menerimanya, kecuali ada izin dari orang
lain tersebut atau ada izin untuk membatalkan atas keterangan
(alasan) yang telah diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, bahwasanya
Rasulullah Saw bersabda: seseorang tidak boleh meminang
seseorang yang sudah dipinang saudaranya. Diceritakan kecuali ada
izin yang dimaksud dengan jelasnya ijabah (penerimaan) yaitu
seseorang mengatakan saya melamarmu, atau wali setelah memberi
izin si perempuan untuk menikah walaupun ijabahnya tidak jelas,
akan tetapi ijabah disitu baik menunjukan ridha atau ijabah seperti
halnya seorang perempuan mengatakan saya tidak mencintaimu.
Dalam qaul qadim dijelaskan bahwasanya meminang itu tidak haram
karena ada suatu hadis yang diceritakan dari Abi Hanifah dan Imam
Malik. Sedangkan qaul jadid: Dilarang atau tidak boleh, karena
pinangan yang ke dua tidak membatalkan sesuatu yang telah
123
Imam Abi Al-Qasim Abdul Karim Bin Muhammad Bin Abdul Karim Ar-Rafi‛I Al-
Qazwini Al-Syafii, Tahqiq Ali Muhammad Muawwadz, Adil Ahmad Abd Al-Maujud, Al-Aziz
Syarah Al-Wajiz Al-Ma’ruf Bi Al-Syarh Al-Kabir, (Beirut: D’ru Al-Kut’b Al-Ilmiah, Juz VII, Cet.
Ke-I, 1997), H. 484-485.
ditetapkan, dan apabila pinangan itu dikembalikan maka bagi orang
lain boleh untuk meminangnya secara pasti.
Pada keterangan ini yakni ‚ juga sama seperti ‚ إذا أذن ذلك الغري أو تركها
keterangan pada pendapat Imam Nawawi. Yang memiliki pengertian bahwa
kebolehan seseorang membatalkan ikatan pertunangannya.
d. Wahbah al-Zuhaili
يحصل عقد. وأما حكم انفساخ الخطبة اوأثره. ال يترتب انفساخ الخطبة اي اثر ما دام ام
124ماقدمو الخاطب من مهر فلو أن يسترده
Artinya: membatalkan khitbah tidak menimbulkan pengaruh apapun selagi
belum terjadi akad. Adapun mahar yang sudah diberikan oleh
pengkhitbah, boleh ia minta kembali.
Keterangan Wahbah al-Zuhaili mengenai pembatalan khitbah ini
dterangkan secara eksplisit yakni:
‚ عقد يحصل ام دام ما اثر اي الخطبة انفساخ يترتب ال ‛
Artinya : membatalkan khitbah tidak menimbulkan pengaruh apapun selagi
belum terjadi akad.
Berdasarkan keterangan diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam
mazhab Syafi’i membatalkan khitbah adalah bukan merupakan suatu yang
124
Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqhul Islam Wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar Al-Fikr,
1997), Juz 9, H. 6509
terlarang, melainkan sesuatu yang memang menjadi bagian dari khitbah itu
sendiri apabila masing-masing pihak menemukan ketidak cocokan satu sama
lain.
Dalam kitab-kitab yang bermazhab syafi’i tidak adapun peneliti
temukan bahwa membatalkan khitbah itu adalah perbuatan yang
diharamkan oleh syarak. Hal ini juga didukung dalil hadist sebagai berikut:
لظن فإن عن األعرج قال قال أبو ىري رة يأث ر عن النبي صلى اللو عليو وسلم قال إياكم وا
سوا وال ت باغضوا وكونوا إخوانا وال يخط سوا وال تحس ب الظن أكذب الحديث وال تجس
رك 125الرجل على خطبة أخيو حتى ي نكح أو ي ت
Artinya : Dari Al A’raj ia berkata; Abu Hurairah berkata; Satu warisan dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: ‚Jauhilah oleh
kalian perasangka, sebab perasangka itu adalah ungkapan yang
paling dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain,
jangan pula saling menebar kebencian dan jadilah kalian orang-
orang yang bersaudara. Janganlah seorang laki-laki meminang atas
pinangan saudaranya hingga ia menikahinya atau
meninggalkannya (H.R. Al-Bukhari)
Hadist ini memberikan penjelasan bahwa pada ‚lafadz‛ yang
bermakna ‚hingga ia menikahinya atau meninggalkannya‛ menunjukkan
bahwa setelah terlaksananya peminangan (khitbah) masih ada dua
125
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fath Al-Bari Bi Syarh Shahih Bukhari ( Beirut, Libanon :
Dar Al-Fikr, 2000), Juz 10, H. 249-250
kemungkinan yang terjadi, yang pertama terjadinya pernikahan dan yang
kedua kemungkinan untuk membatalkan ikatan peminangan tersebut
sehingga tidak sampai pada pernikahan.
ثني قال الزىري عن ن مخرمة بن المسور أن حسين بن علي حد أبي نت ب خطب عليا قاإل
أنك ق ومك ي زعم ف قالت وسلم عليو اللو صلى اللو رسول فأتت فاطمة بذلك فسمعت جهل
ناتك ت غضب ال وسلم و علي اللو صلى اللو رسول ف قام جهل أبي بنت ناكح علي وىذا لب
د حين فسمعتو ثني الربيع بن العاص أبا أنكحت ب عد أما ي قول تشه فاطمة وإن وصدقني فحد
وبنت وسلم عليو للو ا صلى اللو رسول بنت تجتمع ال واللو يسوءىا أن أكره وإني مني بضعة
رك واحد رجل عند اللو عدو 126الخطبة علي ف ت
Artinya: Dari Az Zuhriy berkata, telah bercerita kepadaku ‘Ali bin Husain
bahwa Al Miswar bin Makhramah berkata; ‚‘Ali pernah meminang
putri Abu Jahal, lalu hal itu didengar oleh Fathimah. Maka
Fathimah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata; ‚Kaummu berkata bahwa baginda tidak marah demi putri
baginda. Sekarang ‘Ali hendak menikahi putri Abu Jahal‛. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan aku mendengar
ketika beliau bersyahadat bersabda: ‚Hadirin, aku telah
menikahkan Abu Al ‘Ash bin ar-Rabi’ lalu dia berkomitmen
kepadaku dan konnsisten dengan komitmennya kepadaku. Dan
sesungguhnya Fathimah adalah bagian dari diriku dan sungguh aku
tidak suka bila ada orang yang menyusahkannya. Demi Allah, tidak
akan berkumpul putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
putri dari musuh Allah pada satu orang laki-laki‛. Maka ‘Ali
membatalkan pinangannya. (H.R.Bukhari)
126
Imam Bukhari, Sahih Al-Bukhari, ( Maktabah Syamilah) Juz XII H. 69
Secara eksplisit hadist ini menerangkan bahwa Sayyidina Ali pernah
membatalkan pinangannya terhadap putri abu jahal.
Selanjutnya keterangan tentang bahwa membatalkan khitbah itu
adalah merupakan fenomena yang lazim dalam proses menuju pernikahan
dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pada BAB III pasal 13 ayat 1 dan 2
sebagai berikut:
(3) Pinangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas
memutuskan hubungan peminangan.
(4) Kebebasan memutuskan hubungan peminangan dilakukan dengan
cara yang baik sesuai dengan tuntutan adat dan kebiasaan setempat,
sehingga tetap terbina kerukunan dan saling menghargai.127
Namun jika melihat konsep khitbah dalam ajaran Islam memiliki
perbedaan dengan apa yang diterapkan dalam tradisi masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
Jika didalam Islam bahwa khitbah adalah upaya untuk saling mengenal
ta’aruf, seperti yang dikutip dari Selamet Abidin dan Aminuddin bahwa
khitbah didalam berbagai mazhab fiqh ‚disyari’atkan sebelum adanya ikatan
suami istri dengan tujuan agar ketika perkawinan dilaksanakan, hal tersebut
berdasarkan penelitian dan pengetahuan serta kesadaran masing-masing
pihak. Khitbah adalah media untuk berta’aruf antara pasangan yang ingin
menikah‛.128
127
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:
Depag RI., 2003), H. 14
128 Selamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, Jilid I, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 19910, h. 41
Dalam hal ini dapat difahami bahwa khitbah itu memiliki tujuan
saling mengenal atau ta’ruf. Untuk itu, bagi pasangan yang sudah resmi
melakukan khitbah, dan dalam tahap menuju pernikahannya menemukan
ketidak cocokan diperbolehkan untuk membatalkan khitbah tersebut.
Selanjutnya, upaya untuk saling mengenal dalam tradisi masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek sudah lebih dahulu dilewati pada tahap
merintis, jamu sukut, dan merisik. Sedangkan peminangan adalah tahap
selanjutnya setelah masing masing pihak salling kenal. Dan merupakan acara
untuk memastikan waktu atau hari pernikahan. Demikianlah yang menjadi
alasan dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek ini melarang
untuk membatalkan khitbah atau pertunangan.
Adapun menurut hemat peneliti, meskipun khitbah dalam tradisi
masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek tersebut telah melewati berbagai
tahap mulai merintis sampai meminang, akan tetapi peminangan tersebut
bukan lah merupakan akad seperti pernikahan. Seperti pendapat dari
Wahbah al-Zuhayli diatas. Bahwa khitbah tidaklah menimbulkan pengaruh
apapun.
حكم انفساخ الخطبة اوأثره. ال يترتب انفساخ الخطبة اي اثر ما دام ام يحصل عقد. وأما
129ماقدمو الخاطب من مهر فلو أن يسترده
Artinya: Membatalkan khitbah tidak menimbulkan pengaruh apapun selagi
belum terjadi akad. Adapun mahar yang sudah diberikan oleh
pengkhitbah, boleh ia minta kembali.
129
Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqhul Islam Wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar Al-Fikr,
1997), Juz 9, H. 6509
Hal ini memberikan penjelasan bahwa dalam hubungan pertunangan, jika
didalam perjalanannya ditemukan ketidak cocokan, maka diperbolehkan
untuk memutuskannya.
Meskipun larangan membatalkan khitbah serta akibat hukum terhadap
pembatalan tersebut tidak sejalan dengan pendapat mazhab syafi’i, bukan
berarti khitbah dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek itu
secara keseluruhan tidak diperbolehkan. Dalam kaitannya sebagai media
untuk saling mengenal masing-masing pasangan, seperti merintis, jamu sukut,
merisik dan meminang bahkan sangat dianjurkan dan perlu untuk tetap
dilestarikan. Karena pada dasarnya khitbah memang bertujuan untuk
mempermudah jalan ta’aruf antara peminang dan yang dipinang serta
kelurga kedua belah pihak. Setiap salah satu dari kedua belah pihak akan
menjadikan moment ini secara maksimal dan penuh kehati hatian dalam
mengenal pihak lain. sehingga pada akhirnya nanti pernikahan yang terjadi
mampu mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Jika dianalisis secara komprehensif maka tradisi peminangan atau
khitbah masyarakat Pangkalan Dodek dalam kaitannya sebagai media untuk
saling mengenal masing-masing pasangan atau ta’aruf, seperti merintis, jamu
sukut, merisik dan meminang sangat sesuai dengan dengan ajaran Islam
secara umum, maupun dalam pandangan mazhab Syafi’i secara khusus.
Dikarenakan tradisi ini tidak menyalahi dalil syara’. Bahkan tradisi
peminangan atau khitbah masyarakat Pangkalan Dodek dalam kaitannya
sebagai media untuk ta’aruf tersebut dapat dikategorikan sebagai urf sahih
yang mempunyai kedudukan hukum yang patut dilestarikan. Dikarenakan
tradisi khitbah masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek ini telah memenuhi
syarat urf untuk dapat dijadilan sebagai landasan hukum. Adapun syarat urf
agar dapat dijadikan landasan hukum adalah sebagai berikut:130
130
Nispul Khoiri, Ushul Fikih, (Bandung: Citapustaka Media, 2015) H. 122
a. Urf itu bernilai maslahat dan dapat diterima oleh akal sehat. Syarat ini
merupakan kelaziman bagi urf yang shahih sebagai persyaratan untuk
diterima secara umum.
b. Urf itu berlaku umum dan merata dikalangan orang-orang yang
berada dalam lingkungan dalam lingkungan adat itu, atau dikalangan
sebagian besar warganya.
c. Urf yang dijadikan sandaran penetapan hukum itu telah ada (berlaku)
pada saat itu, bukan urf yang muncul kemudian. Sebagaiman kaidah
mengatakan:
ر العرف الذى تحمل عليو األلفاظ إنما ىو المقارن السابق دون متأخ
Artinya: urf yang diberlakukan padanya suatu lafaz (ketentuan hukum)
hanyalah yang datang beriringan atau mendahului dan bukan yang
datang kemudian.
d. Urf tidak bertentangan dan melalaikan dalil syara’ yang ada atau
bertentangan dengan prinsip yang pasti.
Adapun terkait fenomena larangan membatalkan khitbah dalam tradisi
masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek tersebut perlu untuk dikaji ulang.
Masyarakat Pangkalan Dodek seharusnya diberikan pemahaman kembali
tentang pemaknaan khitbah tersebut. Karena tradisi yang melarang untuk
memutuskan pertunangan atau khitbah tersebut tidak sesuai dengan tujuan
khitbah itu sendiri, yakni untuk saling mengenal. Untuk itu jika ditemukan
ketidak cocokan maka diperbolehkan untuk dibatalkan. Apabila dalam masa
khitbah tersebut salah satu pasangan maupun kedua pasangan tersebut
menemukan ketidak cocokan satu sama lain, akan tetapi pernikahan tetap
dipaksa untuk dilakukan, maka kemungkinan besar pernikahan tersebut akan
sulit untuk membangun keluarga yang ideal, yakni keluarga yang sakinah,
mawaddah dan rahmah.
Apabila tradisi larangan membatalkan khitbah ini tetap dipertahankan,
maka tradisi tersebut akan menjadi urf fasid. Karena tradisi ini merupakan
kebiasaan yang memiliki dampak negatif atau kemudratan bagi pasangan
yang melakukan khitbah tersebut. Dalam konteks ini kaidah ushul fiqh
mengemukakan sebagai berikut:
الضراريزال
Artinya: kemudhratan itu harus dihilangkan.131
Oleh karenanya, bagi masyarakat Pangkalan dodek perlu untuk memilah
tradisi yang harus dilestarikan. Jika tradisi tersebut memberikan dampak yang
positif bagi masyarakat, yang membawa kebaikan dan menghindarkan
kerusakan, maka barang tentu akan menjadi acuan dalam konstruksi hukum
Islam yang harus ditaati. Inilah yang dinamakan dengan Urf Sahih.
Adapun jika tradisi tersebut membawa dampak yang buruk bagi
kehidupan masyarakat bahkan bertentangan dengan dalil syara’, maka harus
lah diperbaiki atau ditinggalkan. Karena hal tersebut merupakan urf fasid,
yakni tradisi atau kebiasaan yang tidak menjadi acuan dalam menjalankan
hukum Islam.
131
Imam Muskibin, Qowa’id Al-Fiqhiyah, Cet. Ke I (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), H. 67
BAB V
PENUTUP
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Khitbah adalah pernyataan keinginaan dari seorang laki laki untuk
menikah dengan wanita tertentu, lalu pihak wanita memberitahukan
hal tersebut pada walinya. Pernyataan ini bisa disampaikan langsung
atau melalui keluarga lelaki tersebut. Apabila wanita yang dikhitbah
atau keluarganya sepakat, maka pertunangan tersebut dinyatakan sah.
Khitbah merupakan pendahuluan dari perkawinan dan Allah telah
mensyari’atkan kepada pasangan yang akan menikah untuk saling
mengenal atau ta’aruf. Khitbah bertujuan untuk mempermudah jalan
ta’aruf antara peminang dan yang dipinang serta kelurga kedua belah
pihak. Setiap salah satu dari kedua belah pihak akan menjadikan
moment ini secara maksimal dan penuh kehati hatian dalam mengenal
pihak lain. Sehingga pada akhirnya nanti pernikahan yang terjadi
mampu mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
2. Dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek membatalkan
khitbah merupakan perbuatan yang dilarang dan memiliki
konsekuensi bagi yang melanggarnya. Dalam tradisi ini peminangan
bukan lagi sebagai upaya untuk saling mengenal atau ta’ruf bagi
pasangan yang ingin menikah. Tahap untuk saling mengenal sudah
lebih dahulu dilewati pada tahap merintis, jamu sukut, dan merisik.
Sedangkan peminangan adalah tahap selanjutnya setelah masing
masing pihak saling kenal. Dan merupakan acara untuk memastikan
waktu atau hari pernikahan. Dikarenakan tahap untuk saling
mengenal telah lebih dahulu dilakukan sebelum masuk tahap
peminangan, yaitu pada tahap merintis, jamu sukut dan merisik, maka
dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek membatalkan
khitbah atau memutuskan pertunangan itu dilarang.
3. Jika dianalisis secara komprehensif maka tradisi peminangan atau
khitbah masyarakat Pangkalan Dodek dalam kaitannya sebagai media
untuk saling mengenal masing-masing pasangan, seperti merintis,
jamu sukut, merisik dan meminang sangat sesuai dengan ajaran Islam
secara umum, maupun dalam pandangan mazhab Syafi’i secara
khusus. Dikarenakan tradisi ini tidak menyalahi dalil syara’. Bahkan
tradisi peminangan atau khitbah masyarakat Pangkalan Dodek dalam
kaitannya sebagai media untuk ta’aruf tersebut dapat dikategorikan
sebagai urf sahih yang mempunyai kedudukan hukum yang patut
dilestarikan. Adapun terkait fenomena larangan membatalkan khitbah
dalam tradisi masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek tersebut perlu
untuk dikaji ulang. Masyarakat Pangkalan Dodek seharusnya diberikan
pemahaman kembali tentang pemaknaan khitbah tersebut. Karena
tradisi yang melarang untuk memutuskan pertunangan atau khitbah
tersebut tidak sesuai dengan tujuan khitbah itu sendiri, yakni untuk
saling mengenal. Untuk itu jika ditemukan ketidak cocokan maka
diperbolehkan untuk dibatalkan. Apabila dalam masa khitbah tersebut
salah satu pasangan maupun kedua pasangan tersebut menemukan
ketidak cocokan satu sama lain, akan tetapi pernikahan tetap dipaksa
untuk dilakukan, maka kemungkinan besar pernikahan tersebut akan
sulit untuk membangun keluarga yang ideal, yakni keluarga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah. Apabila tradisi larangan
membatalkan khitbah ini tetap dipertahankan, maka tradisi tersebut
akan menjadi urf fasid yakni tradisi atau kebiasaan yang tidak menjadi
acuan dalam menjalankan hukum Islam.
E. Saran
Setelah selesai melakukan penelitian, maka peneliti memberikan
beberapa saran, sebagai bagian dari upaya perbaikan kedepannya. Sebagai
berikut:
1. Perlu adanya sosialisasi dari tokoh agama setempat untuk
mengedukasi masyarakat bahwa fenomena larangan membatalkan
khitbah dalam masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek tersebut tidak
sesuai dengan tujuan khitbah itu sendiri, yakni untuk saling mengenal.
Untuk itu jika ditemukan ketidak cocokan maka diperbolehkan untuk
dibatalkan.
2. Setelah mengetahui bahwa tradisi larangan membatalkan khitbah
tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam dan pendapat mazhab syafi’i
secara khusus, maka disarankan bagi masyarakat Pangkalan Dodek
meninggalkan tradisi yang melarang membatalkan khitbah tersebut.
Karena memiliki kemudhratan atau dampak negatif yang menjadi
penghambat tercapainya tujuan pernikahan. Yakni, sakinah,
mawaddah dan rahmah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, , Bandung: PT.
Syaamil Cipta Media, 2005
Abdulhalim, Al-Jundi, Al-Imam Asyafi’I, Kairo: Dar Al-Qolam, 1996
Ahmad, Nada Abu, Kode Etik Melamar Calon Istri, Bagaimana Proses
Meminang Secara Islami, Ter. Nila Nur Fajariyah, al-Khitbah
Ahkam wa Adab, Solo : Kiswah Media, 2010
Al-Atar, Abdul Natsir Taufik, Khithbatun Nisa fi Tasyriatil Islamiyyati wat
Tasryatil Arabiyyati lil Muslimin Ghaira Muslimin, Kairo: Matba’ah
as-Sa’adah, t.t
Al-Azadi, Sulaiman Ibn al-Asy’as Abu Daud al-Sajastani, Sunan Abu Daud,
Juz 1, t.p: Dar al-Fikr, t.th
Al-Bukhari, Muhammad Ibn Ismail, Sahih al-Bukhari, Cet. II, Juz, Beirut: Dar
Ibnu Kasir, 1987
Al-‘Aqil, Muhammad bin Abdul Wahab, Manhaj ‘Aqidah Imam asy-Syafi’i,
Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2005
Al-Ghifari, Abu Pacaran Yang Islami, Adakah?, Bandung: Mujahid Press,
2003
Al-Suyutiy, Jalaluddin Abd Rahman al-Sybah wa al-Nazair; fil al-Furu’,
Surabaya: Haramain, 2008
Ar-Rafi‛i Imam Abi al-Qasim Abdul bin Muhammad bin Abdul Karim al-
Qazwini al-Syafii, Tahqiq Ali Muhammad Muawwadz, Adil Ahmad
Abd al-Maujud, Al-Aziz Syarah al-Wajiz al-Ma’ruf bi al-Syarh al-
Kabir, Beirut: D’ru al-Kut’b al-Ilmiah, Juz VII, Cet. Ke-I, 1997
Aulia, Tim Redaksi Nuansa, Kompilasi Hukum Islam (KHI), Bandung: CV.
Nuansa Aulia, 2012
An-Nawawi, Imam, Raudatut Talibin wa ‘Umdatul Muftin, Juz VII, Beirut: Dar
al-fikr, 2005
Asy-Syafi’i, Al-Imam Muhammad Abi Abbas bin Idris, Al-Umm, Juz V,
Beirut: Darul Kutub, 1990
Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh
Munakahat khitbah, Nikah Talak dan Rujuk, Ter. Abdul Majid
Khon, al-usrah wa Ahkamuha fi Tasyri’I al-Islami, Cet. III, Jakarta:
Hamzah, 2014
Az-Zuhaily, Wahbah al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu, Juz 9, Damaskus: Dar al-
Fikr, 1997,
Bisri, Cik Hasan, Kerangka Berfikir Dalam Penelitian Hukum Islam dan
Pranata Sosial, Bandung: IAIN SGD, 1998
Coomans, M, Manusia Daya: Dahulu Sekarang Masa Depan, Jakarta: PT.
Gramedia, 1987
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Vokume 3, Cet. 7, Jakarta:
Ictisar Baru Van Hoeve, 2006
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet. IX, Jakarta: PT
Ichtiar Van Hoeve, 2001
Djazuli, H.A. Ilmu Fiqh, Jakarta: Kencana, 2006
Gassing, Qadir, Pedoman karya Tulis Ilmiah, Makassar: Alauddin University
Press, 2015
Hadi, Sutrisno, Metode Reseach, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Psikologi
UGM, 1990
Harahap, Pamusuk, Hukum Adat Adalah Ajaran dalam Kekerabatan
Masyarakat Kota Padangsidimpuan, Padangsidimpuan: tp. 2004
Huda, Ni’matul, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembangan dan
Problematika, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Halim, Abdul Kebebasan Wanita, Cet. II; Jakarta: Gema Insani Press, 1999
Hakim, Rahmat, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000
Http://mabmi.weebly.com/adart-po.html
Https://jalius12.wordpress.com/2009/10/06/tradisional/
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih Bukhari, Juz 10, Beirut,
Libanon : Dar al-Fikr, 2000
Jad, Syaikh Ahmad terj. Masturi Irham dan Nurhadi, Fikih Sunnah Wanita,
Jakarta: Pustaka Al-kausar, 2008
Khoiri, Nispul, Ushul Fikih, Bandung: Citapustaka Media, 2015
Koentjoningrat, Metode-metode Penelitian masyarakat, Jakarta: PT.
Gramedia, 1997
Muhammad Yasir Abdul Muthalib, Ringkasan Kitab Al-Umm, Juz I, Cet. IV,
Jakarta: Pustaka Azzam, 2007
Mubarok, Jaih, Modifikasi Hukum Islam; Studi Tentang Qaul Qadim dan
Qaul Jadid, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Nasution, Lahmuddin Pembaruan Hukum Islam dalam Madzhab Syafi’i,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001
Qardawy, Yusuf Alih Bahasa Muamal Hamidy, Halal Haram dalam Islam,
Surabaya: Bina Ilmu, 2003
Rofiq, Ahmad, Hukum Perdata Islam DI Indonesia, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada , 2013
Rakhmat, Jalaluddin, Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi?, Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 1999
Sulaiman Ibn al-Asy’as Abu Daud al-Sajastani al-Azadi, Sunan Abu Daud Juz
1, t.p: Dar al-Fikr, t.th
Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana,
2009
Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh
Munakahat dan UU Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2006
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 6, Bandung: Al-Ma’arif, 1990
Sholeh, Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Pernikahan dan Keluarga,Cet Ke-2,
Jakarta: eISAS, 2008
Sahla, Abu dan Nurul Nazara, Buku Pintar Pernikahan, Jakarta: Belanoor,
2011
Sunan, Abi Isa Muhammad bin Isa bi, Jami’u shani at Tirmidzi, Juz 3,
Beirut:Darul kutub ‘alamiyah, t.th
Subagyo, Joko P., Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1991
Sumantri, Yuyun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1998
Surahmad, Winarno, Dasar dan Teknik Research, Bandung: CV. Tarsito,
1972
Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo, 1998
Takari, Muhammad dkk, Amir Hamzah, Medan: Bartong Jaya, 2016
Tarigan, Azhari Akmal, Nilai-nilai Dasar Perjuangan Islam, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2018
Thaib, M. Hasbullah, Tajdid Reaktualisasi Elastisitas Hukum Islam, Medan:
USU Press, 2002
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998
Takariawan, Cahayadi, Izinkan Aku Meminangmu, Solo: PT. Eraadicitra
Intermedia, 2009
Usman, Husaini, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Wawancara Dengan Bapak Muhammad Yusuf Lurah Pangkalan Dodek
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, Pada Tanggal 3
Januari 2019
Wawancara Dengan Ibu Mahyuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
Wawancara Dengan Bapak Ilham Abadi Ramadhan Selaku Tokoh Adat
Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
Wawancara Dengan Bapak Muhyar Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
Wawancara Dengan Bapak Asmuni Selaku Tokoh Adat Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 2 Januari 2019
Wawancara Dengan Bapak Muhammad Atan Amir Selaku Tokoh
Masyarakat Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
Wawancara Dengan Bapak Muhammad Khaidir Ali Syah Selaku Masyarakat
Kelurahan Pangkalan Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
Wawancara Dengan Bapak Rizky Alfian Selaku Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
Wawancara Dengan Bapak Angga Gunawan Selaku Masyarakat Kelurahan
Pangkalan Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
Wawancara Dengan Ibu Syahfitri Selaku Masyarakat Kelurahan Pangkalan
Dodek, Tanggal 3 Januari 2019
Wawancara Dengan Ibu Maimunah Selaku Masyarakat Kelurahan Pangkalan
Dodek, Tanggal 14 Maret 2019
Wawancara Dengan Bapak Muklis Selaku Masyarakat Kelurahan Pangkalan
Dodek, Tanggal 14 Maret 2019
Yahya, Mukhtar Dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh
Islami, Bandung: Al Ma’arif, 1993
top related