laporan prof
Post on 04-Jul-2015
491 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima
simpanan uang dan memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Sebagaimana diatur
dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam simpanan dan menyalurkan
dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, menurut Suseno
dan Piter (2003) bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memilki fungsi
intermediasi yang menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana
atau kreditur) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur).
Adapun jenis-jenis bank di Indonesia adalah
1. Bank Sentral
Bank Sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan UU No13 Tahun 1968
yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana,
mengatur perbankan, mengatur pengkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan
pencetakan atau penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank Sentral hanya
ada satu sebagai pusat seluruh bank yang ada di Indonesia yaitu Bank Indonesia.
2. Bank Umum
Bank Umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan
produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara
langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, member kredit pinjaman kepada
masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing atau valas, menjual jasa asuransi,
jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga dan lainnya.
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan
wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti
memberikan kredit pinjaman dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan
masyarakat umum, menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan
1
dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat atau
surat berharga, tabungan dan lain sebagainya.
Persoalan Modal Usaha Bagi Usaha Kecil Dan Menengah di Indonesia semakin
mendapatkan titik terang dan menjadi angin segar bagi pelaku usaha kecil dan menengah.
Sejak digulirkannya Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai bagian dari upaya
memberdayakan Usaha Kecil Dan Menengah melalui pinjaman modal lunak, banyak
pelaku Usaha Kecil Dan Menengah berkesempatan meningkatkan usahanya. Peluncuran
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan upaya Pemerintah dalam mendorong Perbankan
menyalurkan kredit pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi. Secara langsung
diharapkan akan mendorong kemudahan bagi pengusaha kecil memperoleh modal usaha
dengan aman dan tidak memberatkan. Peluncuran tersebut merupakan tindak lanjut dari
ditandatanganinya Nota Kesepahaman Bersama (MoU) pada tanggal 9 Oktober 2007
tentang peminjaman kredit atau pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi antara
Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian,
Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, Perusahaan
Penjamin (perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT. Asuransi Kredit Indonesia) dan
Perbankan (BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri).
Kredit Usaha Rakyat ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia (Anonim, 2009a).
Jenis kredit yang disalurkan oleh bank-bank umum antara lain adalah kredit modal
kerja, kredit investasi, kredit konsumsi dan kredit channelling. Diantara kredit yang
diberikan ada yang mengalami peningkatan sangat tajam yaitu kredit modal kerja. Kredit
ini dianggap dapat memberikan penghasilan dalam keadaan ekonomi lesu, dimana kredit
ini bergerak pada perluasan usaha bukan menambah usaha baru (Suri, 2005).
Dari Beberapa Bank yang ditunjuk menjadi pelaksana Kredit Usaha Rakyat (KUR)
adalah Bank Tabungan Negara (BTN). Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BTN ini
diwujudkan dalam bentuk kredit modal kerja atau investasi kepada debitur yang bergerak
dalam bidang usaha yang menurut skalanya berstatus sebagai usaha mikro, kecil dan
menengah guna pembiayaan usaha produktif. Sektor usaha yang dapat dibiayai oleh KUR
BTN adalah industry, dagang dan jasa (Anonim, 2009b).
Pemberian kredit kepada konsumen atau calon nasabah atau calon debitur dengan
melewati prosedur pengajuan kredit dan melalui proses analisis pemberian kredit terhadap
2
kredit yang diajukan, setelah menyelesaikan prosedur administrsai. Analisis yang
digunakan dalam perbankan adalah Analisis 5C (The Five C’s of Credit Analysis) yaitu
Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition. Karakter yang dimaksud disini adalah
karakter debitur, yaitu bagaimana calon debitur dalam membayar hutang dagangnya, dalam
menabung dan bagaimana cara berdagangnya merugikan supplier atau tidak. Kapasitas
(capacity) adalah gambaran mengenai gambaran debitur untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya. Kapital (capital) yaitu modal usaha yang dimiliki oleh calon debitur baik itu
aktiva lancar, hutang lancar, modal jangka panjang, hutang jangka panjang, untuk
mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kolateral adalah jaminan tambahan
untuk pengajuan kredit dan mempertinggi kepercayaan bank. Kondisi adalah kegiatan
usaha debitur mampu mengikuti fluktuasi ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri
dan usaha mempunyai prospek kedepan selama kredit digunakan debitur.
Bank dapat mengabulkan permohonan kredit calon debitur apabila persyaratan
yang ditetapkan bank dapat terpenuhi. Terhadap kelengkapan data pendukung permohonan
kredit, bank juga melakukan penilaian kelengkapan dan kebenaran informasi dari calon
debitur dengan cara petugas bank melakukan wawancara dan kunjungan (on the spot) ke
tempat usaha debitur.
Kredit yang diberikan tanpa didahului oleh analisis kredit yang profesional dapat
diragukan mutunya. Tujuan analisis kredit adalah menilai mutu permintaan kredit baru
yang diajukan oleh calon kreditur ataupun permintaan tambahan kredit terhadap kredit
yang sudah pernah diberikan yang diajukan oleh debitur yang lama. Apabila bank
meluluskan permintaan kredit setelah penilaian mutu melalui analisis kredit, resiko
berkembangnya kredit yang diberikan menjadi kredit bermasalah dapat diperkecil.
Mutu kesediaan calon debitur melunasi kredit sesuai dengan isi perjanjian kredit.
Pengajuan kemampuan dan kesediaan calon debitur melunasi kredit dipengaruhi faktor
internal dan eksternal bank yang dicakup dalam The Five C’s of Credit Analysis, sehingga
proses analisis dengan pelaksanaan Analisis 5C ini merupakan tahap yang penting dalam
kualifikasi pemberian kredit. Analisis 5C ini merupakan tahap yang penting dalam
kualifikasi pemberian kredit (Anonim, 2009c)
Pada bank sendiri dalam memberikan kredit dilakukan penilaian penggunaan kredit
(3R):
3
1. Return : adalah menunjukan hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari penggunaan
kredit.
2. Repayment Capasity : adalah menilai kemampuan perusahaan pemohon kredit untuk
membayar kembali pinjaman pada saat harus dilunasi.
3. Risk Bearing Ability : adalah menilai apakah perusahaan pemohon kredit cukup
mampu menanggung resiko kegagalan dalam penggunaan kredit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Melatih mahasiswa untuk mendapatkan ketrampilan dan pengalaman praktik
dalam suatu kegiatan pertanian sesuai dengan bidangnya.
b. Melatih mahasiswa agar dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan di
perkuliahan dalam kegiatan di lapangan.
c. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan antara teori dan
penerapannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
d. Memberi bekal dan pengenalan praktik kepada mahasiswa untuk dapat
bekerja di lingkungan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan pengalaman kerja dan terlibat langsung dalam kegiatan
promosi dan pemasaran Kredit Usaha Rakyat di Bank BTN Cabang
Yogyakarta.
b. Mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan wawasan mengenai
kegiatan promosi dan pemasaran Kredit Usaha Rakyat di Bank BTN yang
dapat membantu permodalan pengembangan UMKM dan pengembangan
modal bank itu sendiri.
4
C. Kegunaan Kerja Lapangan
1. Memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana strata 1 (S1) Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Bagi mahasiswa dapat digunakan sebagai sarana latihan kerja di lapangan,
pengembangan pengetahuan dan wawasan, serta menambah pengalaman.
3. Bagi instansi yang bersangkutan, nantinya laporan hasil Kerja Lapangan dapat
dijadikan sebagai tambahan referensi mengenai mekanisme promosi dan pemasaran
Kredit Usaha Rakyat kepada UMKM.
D. Metode Pelaksanaan Kerja Lapangan
1. Metode Langsung atau Metode Partisipatif
Metode ini dilakukan dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan promosi dan
pemasaran Kredit Usaha Rakyat oleh BTN Cabang Yogyakarta.
2. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan
pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan.
3. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan membaca pustaka atau literatur yang terkait dengan
kegiatan yang dilakukan.
E. Lokasi dan Waktu Kerja Lapangan
1. Lokasi
Bank Tabungan Negara (BTN) Kantor Cabang Yogyakarta Jl. Jend. Sudirman
No. 71 Yogyakarta 55223
2. Waktu
Kerja lapangan akan dilaksanakan pada tanggal 25 Januari s.d 19 Februari 2010.
5
BAB II
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perkembangan Perusahaan
Sejarah berdirinya Bank BTN dimulai pada tahun 1987 yaitu pada zaman
pemerintahan Hindia Belanda. Dahulu perseroan bentukan pemerintah Hindia Belanda ini
bernama Postspaar Bank. Tujuan didirikannya Postspaar Bank adalah untuk mendidik
masyarakat agar gemar menabung.
Pada tahun 1897 ketika zaman pendudukan Jepang, pemerintahan Jepang
membekukan Postspaar Bank dan menggantinya dengan nama Chokin Kyoku. Tujuan
didirikannya Chokin Kyoku adalah untuk mendidik masyarakat agar gemar menabung.
Namun tujuan ini gagal karena masyarakat Indonesia melihat hal itu sebagai pemaksaan
dan pada waktu itu hanya membuka cabang di Yogyakarta.
Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, Chokin Kyoku diambil alih oleh
pemerintahan Republik Indonesia dan diberi nama Kantor Tabungan Pos yang memiliki
tujuan yang sama, yaitu untuk mendidik masyarakat agar gemar menabung. Tetapi pada
tahun 1948 aktivitas Kantor Tabungan Pos dilanjutkan kembali di Yogyakarta dengan
nama Bank Tabungan Pos RI yang hanya berlangsung hingga akhir tahun 1949 sebagai
akibat dilakukannya penyerahan kedaulatan NKRI dari Hindia Belanda. Kemudian pada
tahun 1950 berdasarkan Undang-undang Darurat No. 9 Tahun 1950, namanya diubah
menjadi Bank Tabungan Pos.
Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan No. 4 Tahun 1963 dan Undang-
undang No. 2 Tahun 1964, nama nama Bank Tabungan Pos berganti menjadi Bank
Tabungan Negara atau BTN. Pada tahun 1968 berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun
1968, BTN ditetapkan sebagai bank milik negara. Tugas Bank Tabungan Negara diarahkan
kepada perbaikan ekonomi rakyat dan pembangunan ekonomi nasional dengan jalan
menghimpun dana dari masyarakat terutama dalam bentuk tabungan. Pada tanggal 27
Januari 1974, melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. B-49/MK/I/1974
memberikan tambahan tugas kepada Bank Tabungan Negara untuk membiayai proyek
perumahan rakyat. Terhitung sejak tanggal 10 Desember 1969, Bank Tabungan Negara
mulai merealisasikan pembiayaan KPR yang terus berlangsung hingga tahun 2010.
6
Pada tahun 1989, Bank Tabungan Negara juga beroperasi sebagai bank umum dan
menerbitkan obligasi. Tahun 1992 terjadi perubahan dalam Hukum Bank Tabungan
Negara setelah diberlakukannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan.
Bentuk hukum Bank Tabungan Negara berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero),
yaitu dengan nama PT Bank Tabungan Negara (Persero).
Kesuksesan Bank Tabungan Negara dalam pembiayaan KPR meningkatkan ijin
perseroan menjadi Bank Devisa. Layanan bank dalam bentuk penerbitan Letter of Credit
(L/C), pembiayaan usaha dalam bentuk dollar, dan berbagai bentuk pelayanan yang
lainnya. Ketika terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998, 1999,
Bank Tabungan Negara membantu dalam proses rekapitalisasi, yaitu penambahan modal
oleh pemerintah bagi bank yang menderita sakit akibat pengaruh krisis ekonomi.
Berdasarkan Surat Menteri BUMN tertanggal 21 Agustus 2002 No. S-554M-
MBU/2002, menyatakan bahwa Bank Tabungan Negara sebagai Bank Umum dengan
fokus pada pinjaman tanpa subsidi untuk perumahan. Sehingga Bank Tabungan Negara
semakin mantap dalam pembiayaan KPR. Selanjutnya, berdasarkan Surat Menteri BUMN
No. S-584/M-MBU/2003 tertanggal 31 Maret 2003 dan Ketetapan Direksi Bank Tabungan
Negara No. 301/DIRAR-BTN-XII 2004 tertanggal 3 Desember 2004 perihal revisi RJP
Bank Tabungan Negara Tahun 2003-2007 terjadi restrukturisasi menyuluruh yang tertuang
dalam Persetujuan RJP Tahun 2003-2007.
Pada tahun 2008, Bank Tabungan Negara menjadi bank pertama di Indonesia yang
melakukan pendaftaran transaksi Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK
EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan perdana dan listing
transaksi tersebut di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009.
Semenjak Bank Tabungan Negara menjadi bank yang go public, maka Bank
Tabungan Negara menerapkan pola prima yang mendalami pelayanan bagi nasabah.
Adapun pola prima terdiri dari:
1. Pelayanan prima (Service Excellence)
2. Inovasi (Innovation)
3. Keteladanan (Role Model)
4. Profesionalisme (Professionalism)
5. Integritas (Integrity)
6. Kerjasama (Teamwork)
7
Bank Tabungan Negara juga memiliki nilai-nilai dasar budaya dan dua belas
perilaku utama, yaitu terdiri atas:
1. Pelayanan prima.
a) Ramah, sopan, dan bersahabat.
b) Peduli, proaktif, dan cepat tanggap.
2. Inovasi.
a) Berinisiatif melakukan penyempurnaan.
b) Berorientasi menciptakan nilai tambah.
3. Keteladanan.
a) Menjadi contoh dalam berperilaku baik dan benar.
b) Memotivasi penerapan nilai-nilai budaya kerja.
4. Profesionalisme.
a) Kompeten dan bertanggung jawab.
b) Bekerja cerdas dan tuntas.
5. Integritas.
a) Konsisten dan disiplin.
b) Jujur dan berdedikasi.
6. Kerjasama.
a) Tulus dan terbuka.
b) Saling percaya dan menghargai.
8
B. Visi dan Misi Bank BTN
1. Visi.
Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan.
2. Misi.
a) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri
terkait, pembiayaan konsumsi, dan usaha kecil menengah.
b) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk,
jasa, dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.
c) Menyiapkan dan mengembangkan human capital yang berkualitas, profesional,
dan memiliki integritas tinggi.
d) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian
dan good corporate governance untuk meningkatkan shareholder value.
e) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.
9
C. Struktur Organisasi Bank BTN
Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta merupakan kantor cabang utama bagi
wilayah DIY. Dalam struktur organisasi kantor cabang dipimpin oleh seorang pimpinan
cabang dan dibantu dengan seorang pembantu pimpinan cabang.
Gambar 1. Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta
10
D. Pekerjaan (Job Description) Masing - Masing Bagian
1. Front Office
a. Kepala Cabang (Branch Manager)
Kepala cabang (Branch Manager) mempunyai misi menjamin hubungan dan
pelayanan nasabah yang prima, membangun dan memelihara bisnis retail yang
menguntungkan dalam wilayah territorial cabang dan menjamin produktivitas,
serta kapabilitas staf dalam seluruh aspek operasional cabang, dengan fungsi
sebagai berikut :
1) Pengembangan bisnis cabang
a. Mengelola hubungan dengan nasabah prima
b. Menyiapkan rencana bisnis untuk cabang
c. Merencanakan kampanye dan promosi
2) Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan
a. Menetapkan kebijakan cabang sesuai dengan ketentuan dari kantor pusat
b. Menyusun target kinerja untuk seluruh unit kerja cabang
c. Melakukan perencanaan Sumber Daya Manusia
3) Pengawasan dan Persetujuan Transaksi Bisnis Cabang
a. Mengambil keputusan bisnis
b. Memberikan persetujuan terhadap transaksi yang tidak lazim
c. Memotivasi bawahan dan rekan kerja
b. Kepala Layanan Retail (DBM)
DBM (Deputy Branch Manager) bertugas merencanakan, mengorganisasikan,
melakukan, dan mengontrol semua aktifitas bidang retail secara efektif dan
efisien.
1) Layanan Teller (Teller Service)
Misi layanan teller adalah menetapkan standar pelayanan yang
tinggi untuk semua produk BTN, mengembangkan kemampuan menjual
dari staff front office, sehingga fungsi layanan Teller adalah :
a) Melayani setoran tunai, ansuran KPR cabang sendiri dan cabang lain,
penabungan, dan penarikan tabungan, dan setoran pembayaran deposito.
b) Mengelola proses kas cabang, dan melayani kebutuhan nasabah lainnya.
c) Menerima transaksi giro.
11
d) Melakukan transaksi penjemputan uang tunai.
e) Melakukan penjualan dana keluar.
2) Layanan Nasabah (Customer Service)
Tugas layanan nasabah (Customer Service) adalah :
a) Melayani proses pembukuan rekening rupiah dan valas.
b) Melayani proses penutupan dan perpanjangan rekening dan valas.
c) Memproses pembayaran bunga deposito.
d) Pelayanan nasabah lainnya.
e) Administrasi transaksi.
f) Memberikan pelayanan tabungan loket cabang dan tabungan Kantor Pos.
3) Layanan Kredit (Loan Service)
Tugas Layanan Kredit (Loan Service)
a) Memberikan pelayanan kepada nasabah mengenai kredit.
b) Memproses dan menganalisa permohonan kredit.
c) Membuat keputusan kredit.
d) Realisasi kredit.
e) Pelunasan kredit.
f) Memelihara buku pembantu (Subdiary Ledger).
2. Back Office
a. Kepala Operasional (Operation Head / Assistant Manager)
Kepala Operasional atau Assistant Manager bertugas untuk mengelola
operasional harian cabang dan menjamin kualitas dalam bidang pemrosesan
transaksi, administrasi kredit, dan administrasi umum cabang serta mengawasi
kegiatan karyawan bidang operasional. Selain itu juga mengganti kepala cabang
dalam acara resmi apabila kepala cabang sedang berhalangan hadir, atau tidak
ada di tempat.
1) Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing)
Misi proses transaksi adalah memproses transaksi secara efisien dan akurat,
menyediakan pelayanan administrasi yang tepat waktu denefisien kepada
cabang dan menetapkan standar yang tinggi dalam memproses volume dan
kecepatan proses transaksi serta meminimalkan kesalahan dalam proses
12
transaksi. Sedangkan tugas dan tanggung jawab dalam Transaction
Processing adalah :
a) Melakukan proses kliring.
b) Memproses transaksi angsuran KPR.
c) Mengadministrasikan transaksi tabungan Kantor Pos.
d) Memproses Nota Pembukuan Khusus (NPK) dan Nota Pembukuan
Umum (NPU).
e) Melakukan proses transaksi pemindahbukuan yang berkaitan dengan
kredit, dana, dan umum.
f) Merekonsolitasi subdiary ledger dengan general ledger unit
pemindahanbukuan.
g) Pembuatan laporan, antara lain surplus, tabungan Kantor Pos, Laporan
Likuidasi BI, RAK, dan pajak.
2) Administrasi Kredit (Loan Administration)
Administrasi Kredit (Loan Administration) mempunyai tugas, yaitu :
a) Memproses permohonan Kredit Ritel dan Kredit Umum.
b) Dokumen Kredit.
c) Pengadministrasian Kredit Umum.
d) Pemrosesan permohonan bantuan kredti BAPERTARUM.
3) Administrasi Umum Cabang (General Branch Administration)
Bagian GBA melakukan semua kegiatan yang berkaitan dengan Sumber
Daya Manusia, antara lain :
a) Menganalisis beban pegawai.
b) Penempatan, pendidikan, dan kesejahteraan pegawai.
c) Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan logisitik.
d) Melindungi penyetoran atau pengambilan kas dan dari BI, kantor
cabang lain, atau Bank lain.
b. Akuntansi dan Pengawasan (Accounting and Control / Assistant Manager)
Misi akuntansi dan pengawasan adalah memelihara integritas data dan
akuntabilitas catatan keuangan setiap saat, memastikan akurasi dan update
semua rekening nasabah dan catatan keuangan lainnya, memastikan agar
cabang mengikuti kebijakan dan prosedur Bank, dan menghindari kerugian
13
finansial melalui tindakan pencegahan. Tugas dan tanggung jawab unit
akuntansi dan pengawasan dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Pengawasan intern (Internal Control)
a) Melakukan control data transaksi harian.
b) Mengelola buku besar cabang.
c) Mengelola pembukuan transaksi.
d) Membuat nota jurnal transaksi.
e) Melakukan pencocokan buku besar (General Ledger) dan buku
pembantu (Subdiary Ledger).
2) Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)
a) Membuat laporan keuangan cabang.
b) Sistem informasi manajemen.
c) Mengadministrasi pelaporan keuangan.
c. Pembinaan dan Penyelamatan Kredit (Collection & WO / Loan Recovery)
Misi unit pembinaan dan penyelamatan kredit adalah meningkatkan penagihan,
membangun kualitas aktiva BTN, memantau dan menstrukturkan pinjaman
untuk meningkatkan kemungkinan pengembalian kredit secara penuh dan
mengelola resiko pinjaman BTN. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab
unti pembinaan dan penyelamatan kredit antara lain :
1) Pembinaan dan Penyelamatan
a) Mencetak Daftar Debitur Menunggak (DDM) dan Salinan Rekening
Koran (R/K).
b) Menerbitkan surat konfirmasi dan surat peringatan.
c) Menelpon dan mengunjungi debitur untuk menagih tunggakan.
d) Mengidentifikasi penyebab terjadinya tunggakan dan memberikan
alternatif penyelamatan.
e) Menyerahkan debitur yang sudah tidak dapat dibina lagi kepada petugas
hukum untuk penyelesaian.
f) Melakukan penjualan tunai agunan.
g) Menyelesaikan permasalahan hukum yang timbul.
h) Melakukan rekonsiliasi dengan unit Pembukuan dan Kontrol.
2) Administrasi Angsuran Kolektif
14
a) Melakukan pemeriksaan atas pembayaran angsuran kolektif.
b) Membuat master debitur kolektif.
c) Membuat bukti angsuran kolektif per debitur.
d) Melayani klaim kolektor.
E. Jenis Kredit di Bank Tabungan Negara
Kredit merupakan pinjaman yang diberikan kepada perorangan maupun kepada
badan usaha. Ada berbagai macam kredit yang ditawarkan oleh Bank Tabungan Negara,
dapat digolongkan menjadi :
1. Kredit Perorangan
a. KPR Bersubsidi
Kredit bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk pembelian rumah yang
dibeli dari pengembang. Jangka waktu maksimal 20 tahun. Sistem bunga anuitas.
Maksimal kredit tidak melebihi 1/3 kali gaji. Bagi masyarakat berpenghasilan
maksimal Rp. 2.500.000 baru pertama kali memiliki rumah dan menerima subsidi.
b. Kredit Griya Utama
Kredit dengan peruntukan pembelian rumah, baik rumah baru maupun rumah
lama. Jangka waktu maksimal 15 tahun. Sistem bunga anuitas. Maksimal kredit s/d
90 % untuk debitur kolektif dan 80% untuk debitur non kolektif, dari harga jual
setelah diskon atau harga pasar wajar berdasarkan taksasi appraisal. Maksimal
angsuran per bulan sebesar 70% dari penghasilan bersih setelah dipotong biaya
hidup.
c. KPR BTN Platinum
Kredit dengan peruntukan pembelian rumah, baik rumah baru maupun rumah
lama dengan maksimal kredit lebih dari Rp 150.000.000. Jangka waktu maksimal
15 tahun. Sistem bunga anuitas. Maksimal kredit s/d 90 % untuk debitur kolektif
dan 80% untuk debitur non kolektif, dari harga jual setelah diskon atau harga pasar
wajar berdasarkan taksasi appraisal. Maksimal angsuran per bulan sebesar 70% dari
penghasilan bersih setelah dipotong biaya hidup.
d. Kredit Pemilikan Apartemen
Kredit dengan peruntukan pembelian apartemen jadi (baru atau bekas),
apartemen indent dan pengambilan dari bank lain. Nilai kredit bebas. Jangka waktu
maksimal 15 tahun. Sistem bunga anuitas. Maksimal kredit s/d 90 % untuk debitur
15
kolektif dan 80% untuk debitur non kolektif, dari harga jual setelah diskon atau
harga pasar wajar berdasarkan taksasi appraisal. Maksimal angsuran per bulan
sebesar 70% dari penghasilan bersih setelah dipotong biaya hidup.
e. Kredit Griya Multi
Kredit untuk memenuhi segala kebutuhan debitur. Nilai kredit bebas. Jangka
waktu maksimal 10 tahun. Sistem bunga anuitas. Maksimal kredit 70 % untuk
rumah tinggal dan 60 % untuk rumah usaha dan apartemen, dari nilai taksasi pasar
wajar. Maksimal angsuran per bulan sebesar 70 % untuk debitur kolekti dan 50 %
untuk debitur non kolektif, dari penghasilan bersih setelah dipotong biaya hidup.
f. Kredit Ringan Batara
Kredit bagi karyawan dari perusahaan atau instansi penggunaan jasa payroll.
Jangka waktu maksimal 5 tahun. Sistem bunga flat. Maksimal kredit Rp
500.000.000 tidak melebihi 50% dari penghasilan bersih. Pembayaran angsuran
secara kolektif dipotong gaji. Jaminan kredit adalah gaji dan penghasilan lainnya
dari debitur. Dokumen jaminan berupa SK Pegawai dan Surat Kuasa Potongan
Gaji.
g. Kredit Kepemilikan Rumah Toko
Kredit dengan peruntukan pembelian rumah toko, rumah usaha, rumah kantor
dan kios. Nilai kredit bebas. Jangka waktu maksimal 15 tahun. Sistem bunga
anuitas. Maksimal kredit s/d 70 % dari harga jual setelah diskon atau harga pasar
wajar berdasarkan taksasi appraisal. Maksimal angsuran per bulan sebesar 70% dari
penghasilan bersih setelah dipotong biaya hidup.
h. Kredit Swa Griya
Kredit untuk membangun rumah di atas tanah milik sendiri. Agunan berupa
tanah dan bangunan yang akan dibangun. Jangka waktu maksimal 10 tahun. Sistem
bunga anuitas. Maksimal kredit s/d 70 % dari RAB berdasarkan perhitungan bank.
i. Kredit Swadana
Kredit bagi nasabah yang memerlukan dana segera sementara nasabah tidak
menginginkan deposito atau tabungannya berkurang untuk jangka waktu tertentu
atau depositonya belum jatuh tempo. Agunan berupa deposito atau tabungan
Batara. Nilai kredit bebas. Jangka waktu minimal 1 bulan dan maksimal 1 tahun.
16
Sistem bunga anuitas. Maksimal kredit s/d 90 % dari agunan. Pokok kredit bisa
diangsur setiap bulan saat jatuh tempo.
j. Real Cash
Kredit yang dapat dicairkan sewaktu-waktu bila dibutuhkan (stand-by loan).
Debitur memiliki KPR atau kredit perorangan lain di Bank Tabungan
Negara.diberikan atas kelebihan agunan kredit, karena adanya penurunan
outsanding kredit.
2. Kredit Umum atau Korporasi
a. Kredit Yasa Griya/Kredit Konstruksi
Kredit Modal Kerja yang diberikan oleh Bank BTN kepada Developer untuk
membantu modal kerja pembiayaan pembangunan proyek perumahan mulai dari
biaya pembangunan konstruksi rumah sampai dengan finishing dan biaya prasarana
dan sarana. Pemohon adalah badan usaha yang berbadan hukum dalam bentuk
Perseroan Terbatas (PT., PT. Tbk.), atau Koperasi yang mempunyai tempat
kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam
Anggaran Dasar dan/atau perubahannya. Bagi pemohon KYG yang berstatus badan
usaha "Perorangan" dan/atau "CV", dapat mengajukan permohonan KYG ke Bank
BTN, dan akan diproses secara kasus per kasus dengan mengacu pada pemberian
kredit kepada usaha kecil dan menengah dengan maksimal plafond Rp 500 juta.
Telah memiliki semua perijinan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
pembangunan proyek perumahan. Telah menjadi pemegang rekening giro di Kantor
Cabang Bank Tabungan Negara. Maksimal kredit yang dapat diberikan 80% dari
kebutuhan modal kerja konstruksi. Jangka waktu maksimal 24 bulan dan dapat
diperpanjang dengan mempertimbangkan past performance debitur dan setelah
dianalisa kelayakannya oleh Bank. Provisi 1% dari maksimal kredit (eenmalig)
Biaya-biaya lain: biaya notaris, pengikatan barang agunan/jaminan, biaya asuransi.
Agunan berupa lokasi proyek yang dibiayai.
b. Kredit Modal Kerja-Kontraktor
Kredit Modal Kerja yang diberikan oleh Bank BTN kepada kontraktor atau
pemborong untuk membantu modal kerja di dalam menyelesaikan pekerjaan
borongan sesuai dengan kontrak kerja. Pemohon adalah badan usaha yang bergerak
17
di bidang jasa pemborongan dalam arti luas atas dasar kontrak kerja atau SPK.
Telah memiliki semua perijinan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan jasa
pemborongan. Telah menjadi pemegang rekening giro di Kantor Cabang Bank
Tabungan Negara. Melengkapi data perusahaan. Kredit yang dapat diberikan
maksimal 60% dari dari nilai kontrak Jangka waktu maksimal sama dengan jangka
waktu penyelesaian proyek sesuai SPK. Provisi 1% dari maksimal kredit (eenmalig)
Biaya-biaya lain: biaya notaris, pengikatan barang agunan/jaminan, biaya asuransi.
Agunan pokok berupa cessie atas tagihan termijn/pembayaran yang akan diterima
dari bouwheer sebesar nilai kontrak dan agunan tambahan yang dipersyaratkan oleh
bank.
c. Kredit Modal Kerja-Industri
Kredit Modal Kerja yang diberikan oleh Bank BTN dalam rangka
pembiayaan kebutuhan modal kerja khususnya bagi sektor-sektor industri.
Pemohon adalah badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas baik Tertutup/PT
maupun Terbuka/PT. Tbk., Koperasi, Perseroan Komanditer/CV, dan Perorangan.
Mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang
ditentukan dalam Anggaran Dasar dan/atau perubahannya. Memiliki perijinan yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan usaha/produksi, sesuai ketentuan yang
berlaku. Telah menjadi pemegang rekening giro di Kantor Cabang Bank Tabungan
Negara. Untuk Kredit Modal Kerja dapat diberikan maksimal sebesar 70% dari
kebutuhan Modal Kerja. Khusus untuk pemohon CV/Perorangan, maksimal kredit
yang dapat diberikan sebesar Rp 500 juta. Jangka waktu maksimal 18 bulan. Provisi
1% dari maksimal kredit (eenmalig). Biaya-biaya: biaya notaris, pengikatan barang
agunan/jaminan, biaya asuransi. Agunan pokok berupa proyek/usaha yang dibiayai
dengan Kredit Modal Kerja dan agunan tambahan yang ditentukan oleh bank.
d. Kredit Investasi
Kredit investasi yang disediakan oleh bank dalam rangka pembiayaan
investasi khususnya bagi sektor-sektor industri. Pemohon adalah badan usaha yang
berbentuk Perseroan Terbatas baik Tertutup/PT maupun Terbuka/PT. Tbk.,
Koperasi, Perseroan Komanditer/CV, dan Perorangan. Mempunyai tempat
kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam
Anggaran Dasar dan/atau perubahannya. Memiliki perijinan yang diperlukan untuk
18
melakukan kegiatan usaha/produksi, sesuai ketentuan yang berlaku. Telah menjadi
pemegang rekening giro di Kantor Cabang Bank Tabungan Negara. Maksimal
sebesar 60% dari dari total biaya investasi. Jangka waktu maksimal 5 tahun. Provisi
1% dari maksimal kredit (eenmalig) Biaya-biaya: biaya notaris, pengikatan barang
agunan/jaminan, biaya asuransi. Agunan pokok berupa proyek yang dibiayai
dengan Kredit Investasi dan agunan tambahan yang ditentukan oleh bank.
e. Kredit Investasi-Industri Terkait dengan Perumahan
Kredit Investasi yang disediakan oleh Bank dalam rangka pembiayaan
investasi khususnya bagi sektor-sektor industri yang terkait dengan perumahan dan
atau usaha-usaha yang dapat menunjang sektor-sektor dimaksud. Maksimal sebesar
60% dari dari total biaya investasi. Jangka waktu maksimal 5 tahun. Provisi 1% dari
maksimal kredit (eenmalig) Biaya-biaya: biaya notaris, pengikatan barang
agunan/jaminan, biaya asuransi. Agunan pokok berupa proyek yang dibiayai
dengan Kredit Investasi dan agunan tambahan yang ditentukan oleh bank.
f. Kredit Usaha Rakyat
Kredit modal keraja atau investasi kepada debitur yang bergerak dalam
bidang usaha yang menurut skalanya berstatus sebagai usaha mikro, kecil dan
menengah guna pembiayaan usaha produktif. Maksimal kredit sebesar Rp.
500.000.000. jangka waktu untuk KUR modal kerja maksimal 3 tahun dan
maksimal 5 tahun untuk KUR investasi. Agunan pokok adalah proyek yang dibiayai
oleh bank. Bank dapat meminta agunan tambahan bila diperlukan
g. Kredit Usaha Mikro dan Kecil
Kredit untuk meningkatkan akses usaha mikro dan kecil terhadap dana
pinjman guna pembiayaan investasi dan modal kerja dengan persyaratan ringan dan
terjangkau. Maksimal kredit untuk usaha mikro sebesar Rp. 50.000.000 dan usaha
kecil adalah Rp. 500.000.000. pembiayaan sendiri minimal 20 % dari kebutuhan
modal kerja untuk KUMK modal kerja dan 25 % dari total biaya investasi untuk
KUMK investasi. Jangka waktu maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang 2 kali
untuk KUMK modal kerja dan 1 kali untuk KUMK Investasi.
h. Non Cash Loan
Pemohon Garansi Bank adalah Badan Usaha yang berbadan hukum
Indonesia. Telah menjadi nasabah Bank BTN baik pemegang rekening
19
Giro/Tabungan/Deposito maupun sebagai nasabah kredit. Maksimal nilai Garansi
Bank: jumlah yang dibayarkan dikurangi kontra garansi (berupa setoran tunai /
deposito). Jangka waktu garansi bank paling lama 12 bulan, terhitung sejak tanggal
realisasi Garansi Bank. Provisi sebesar 1% dari nilai garansi (eenmalig).
20
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere” atau “credo” yang berarti
kepercayaan (trust atau faith). Oleh karena itu dasar dari kegiatan pemberian kredit dari
yang memberikan kredit kepada yang menerima kredit adalah kepercayaan. Transaksi
kredit timbul karena suatu pihak meminjam sejumlah uang atau sesuatu yang
dipersamakan dengan itu, di mana pihak peminjam wajib melunasi hutangnya atau
rekeningnya tersebut pada waktu yang telah ditentukan. Disamping itu kredit pun timbul
sebagai akibat adanya transaksi jual beli, dimana pembayarannya ditangguhkan, baik
sebagian maupun seluruhnya. Adapun pengertian kredit menurut UU Perbankan No.7
tahun 1992 yaitu kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara suatu
perusahaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah uang, imbalan atau pembagian
hasil keuntungan (Anonim, 2009d).
Bank Tabungan Negara memeliki berbagai macam produk kredit, baik kredit
perorangan maupun kredit umum, salah satu jenis dari kredit umum adalah Kredit Usaha
Rakyat (KUR). Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit yang diberikan oleh
bank kepada debitur yang menjalankan bidang usaha yang menurut skalanya berstatus
sebagai usaha mikro, kecil dan menengah guna pembiayaan usaha produktif. Dasar hukum
kredit usaha rakyat yaitu SE No. 54/DIR/DPKB/2007 dan SE No. 45/DIR/DPKB/2008.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Kredit Modal Kerja
Kredit Modal Kerja adalah jenis dari Kredit Usaha Rakyat yang merupakan kredit
jangka pendek untuk pembiayaan modal kerja dengan cara penarikan yang disepakati
oleh Bank dan debitur, sepanjang tersedia kelonggaran tarik dan tidak melampaui
plafond kredit dengan sifat kredit terdiri dari revolving dan non revolving, dimana
dimungkinkan penarikan secara sekaligus dimuka (alfopend), bertahap berdasarkan
termin ataupun bertahap berdasarkan kebutuhan. Minimal pengambilan kredit adalah
20% dari kebutuhan modal kerja. Maksimal KUR tidak boleh melampaui 80% dari
21
kebutuhan modal kerja. KUR Modal Kerja, jangka waktu maksimalnya adalah 3 (tiga)
tahun, atau sesuai ketentuan.
2. Kredit Investasi
Kredit Investasi adalah jenis dari Kredit Usaha Rakyat yang merupakan kredit
untuk pembiayaan investasi barang modal dengan tata cara penarikan dapat secara
bertahap atau sekaligus dimuka (alopend) sesuai kebutuhan dan kesepakatan Bank
dengan debitur dengan sifat kredit non revolving. KUR Investasi minimal
pengambilannya sebesar 30% dari kebutuhan investasi dan jangka waktu maksimalnya
adalah 5 (lima) tahun atau sesuai ketentuan. Maksimal KUR Investasi tidak
melampaui 70% total biaya investasi.
Kredit Usaha Rakyat dapat diberikan kepada usaha mikro, usaha kecil dan usaha
menengah. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, milik
keluarga, perorangan maupun badan usaha perorangan, sumber daya lokal dan teknologi
sederhana serta lapangan usaha mudah dimasuki dan keluar. Peluang usaha mikro memiliki
aset maksimal Rp 50 juta dan omsetnya maksimal Rp 300 juta/tahun, tenaga kerja kurang
dari 4 orang. Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Peluang
usaha kecil memiliki aset > Rp 50 juta-Rp 500 juta dengan omset > Rp 300 juta-Rp 2,5
miliar/tahun, tenaga kerja 5-19 orang.
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. Peluang usaha
menengah memiliki aset > Rp 500 juta-Rp 10 miliar dengan omset > Rp 2,5 miliar -Rp 50
miliar/tahun, tenaga kerja 20-99 orang.
Dari skala usaha tersebut terdapat kriteria usaha yang dapat dibiayai KUR yaitu :
1. Usaha produktif dalam kategori UMKM pada sektor ekonomi perindustrian,
perdagangan dan jasa yang dinilai oleh bank, diutamakan industri perumahan dan
terkait sektor perumahan.
22
2. Bukan merupakan usaha-usaha yang dilarang oleh ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan tidak terdapat informasi yang bersifat negatif.
3. UMKM yang sudah berjalan minimal 1 (satu) tahun serta memerlukan pengembangan
atau peningkatan usaha dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan.
4. Usaha dalam kategori feasible not bankable.
Tingkat suku bunga KUR sesuai ketentuan bank. Bunga ditagih pada tanggal 25
setiap bulannya, dengan tenggang waktu pembayaran satu hari kerja setelah tanggal
penagihan sampai dengan hari kerja pada akhir bulan yang bersangkutan. Keterlambatan
pembayaran bunga dan atau angsuran pokok dikenakan denda 2 % diatas suku bunga yang
berlaku dan diperhitungkan atas jumlah tunggakan tersebut, dengan tanggal perhitungan
denda dimulai 1 (satu) hari sejak batas akhir tenggang waktu. Agunan pokok KUR adalah
obyek yang dibiayai bank. Bank tidak mensyaratkan agunan tambahan, namun apabila
berdasarkan pertimbangan Bank dapat meminta agunan tambahan dengan nilai dibawah
100% dari plafond kredit.
Calon debitur dikenakan biaya pemrosesan KUR dan harus dibayar sekaligus dan
seketika pada saat ditagih oleh Bank yaitu biaya provisi, biaya notaries atau PPAT (legal
fee), biaya administrasi penjamin 0,1% dari plafond kredit dan bea materai sesuai
ketentuan dan biaya lain (jika ada).
B. Persyaratan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Bank Tabungan Negara memiliki persyaratan bagi pemohon Kredit Usaha Rakyat
berdasarkan skala perusahaan. Persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi pada saat
permohonan KUR antara lain adalah :
1. Usaha Mikro
a. Menyerahkan surat permohonan KUR yang ditandatangani pemohon dan istri atau
suami pemohon (apabila telah menikah).
b. Menyerahkan dokumen pendukung seperti KTP, KK, surat nikah (bila telah nikah),
perizinan usaha, misalnya surat ijin dari Dinas Pasar bila usahanya di pasar, surat
keterangan minimal Ketua RT atau RW untuk lokasi usaha di lingkungan
pemukiman dan sejenisnya.
c. Legalitas tempat usaha (IMB, bukti hak atas tanah, perjanjian sewa).
23
d. Rincian peruntukan kredit.
2. Usaha Kecil dan Menengah Perorangan
a. Menyerahkan surat permohonan KUR yang ditandatangani pemohon dan istri atau
suami pemohon (apabila telah menikah)
b. Menyerahkan dokumen pendukung seperti KTP, KK, surat nikah (bila telah
menikah), NPWP untuk kredit diatas Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah),
perijinan usaha sesuai bidang usaha sesuai bidang usaha seperti SIUP, TDP dan
sejenisnya atau sekurang – kurangnya memenuhi criteria perijinan usaha mikro.
c. Legalitas tempat usaha, bila ada seperti IMB, bukti hak atas tanah, perjanjian sewa.
d. Rincian peruntukan kredit.
e. Catatan keuangan usaha, antara lain berupa kuitansi, faktur, bon, pembukuan,
rekening Koran, dan sejenisnya.
3. Usaha Kecil dan Menengah yang Berbadan Usaha dan Koperasi
a. Menyerahkan surat permohonan KUR yang ditandatangani Direksi atau ketua
badan usaha.
b. Menyerahkan dokumen pendukung seperti akte pendirian perusahaan sampai
dengan perubahan terakhir, NPWP, perijinan usaha sesuai bidang usaha sesuai
bidang usaha seperti SIUP, TDP dan sejenisnya atau sekurang – kurangnya
memenuhi criteria perijinan usaha mikro.
c. Legalitas tempat usaha, bila ada seperti IMB, bukti hak atas tanah, perjanjian sewa.
d. Laporan keuangan terakhir atau minimal catatan keuangan usaha sebagaimana
persyaratan untuk Usaha Kecil dan Menengah Perorangan.
e. Rincian peruntukan kredit.
Sebelum Bank melakukan pencairan dana dilakukan akad kredit oleh pihak bank
dan pemohon beberapa persyaratan pada saat akad kredit yaitu :
1. Menyerahkan asli dokumen – dokumen agunan KUR apabila dipersyaratkan dalam
Surat Penegasan Persetujuan Kredit (SP2K) dari Bank.
2. Menyerahkan surat kuasa pendebetan rekening giro atau tabungan yang
bersangkutan di Bank untuk pembayaran biaya- biaya dan atau kewajiban KUR.
24
Selain itu ada beberapa persyaratan dalam pencairan kredit, antara lain :
1. Perjanjian KUR dan akta-akta lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalan Surat
Persetujuan Kredit (SP2K) telah ditandatangani.
2. Seluruh biaya pra realisasi KUR dipersyaratkan dalam Surat Persetujuan Kredit
(SP2K) telah ditandatangani.
Adanya surat permohonan pencairan KUR yang ditandatangani oleh debitur. Khusus untuk
badan usaha, penandatanganan dilakukan oleh pihak yang berwenang sesuai ketentuan
dalam Akte Pendirian Perusahaan dan perubahannya.
25
C. Proses Pengajuan KUR
Permohonan kredit
(layak diteruskan) tidak
Pengumpulan data usaha
dan peninjauan agunan
Analisa kredit
data kurang (layak diteruskan) tidak
Penyusunan proposal kredit
data kurang (disetujui) tidak
Pengumpulan data pelengkap
data kurang (ada masalah hukum) tidak
dapat diselesaikan
Perjanjian kredit dan perjanjian agunan
Administrasi kredit
Pembukuan fasilitas atau pencairan kredit
Gambar 2. Skema Proses Pengajuan dan Pencairan Kredit
26
T
O
L
A
K
P
E
R
M
O
H
O
N
A
N
K
R
E
D
I
T
D. Analisa Kredit
Bank Tabungan Negara akan terlebih dahulu melakukan analisa kredit untuk
setiap pengajuan kredit sebelum melakukan pencairan kredit. Analisis kredit yang
dilakukan oleh bagian AO berdasarkan kriteria-kriteria analisis 5 C (The Five C’s of Credit
Analysis) yaitu :
1. Character
Karakter yang dimaksud disini adalah karakter debitur, yaitu bagaimana calon debitur
dalam membayar hutang dagangnya, dalam menabung dan bagaimana cara
berdagangnya merugikan supplier atau tidak.
2. Capacity
Gambaran mengenai gambaran debitur untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.
3. Capital
Modal usaha yang dimiliki oleh calon debitur baik itu aktiva lancar, hutang lancar,
modal jangka panjang, hutang jangka panjang, untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan tersebut.
4. Collateral
Jaminan tambahan untuk pengajuan kredit dan mempertinggi kepercayaan bank.
5. Condition
Kegiatan usaha debitur mampu mengikuti fluktuasi ekonomi baik dalam negeri
maupun luar negeri dan usaha mempunyai prospek kedepan selama kredit digunakan
debitur.
Dimulai dari penyerahan berkas lengkap oleh calon debitur, maka pihak bank akan
memproses berkas tersebut dalam 14 (empat belas) hari kerja sampai dengan keputusan
diterima atau ditolak pengajuan kredit tersebut.
Bank menganalisis berdasarkan kriteria-kriteria tersebut dengan cara menganalisa
aspek keuangan, baik analisa laporan keuangan maupun analisa proyeksi keuangan. Dalam
analisa laporan keuangan menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1. Analisa Rasio Ikhtisar Keuangan
Ikhtisar rasio keuangan memberikan gambaran perkembangan ratio – ratio
kunci untuk beberapa periode laporan (3 tahun past performance, 1 tahun proyeksi)
27
baik ratio operasional maupun ratio likuiditas atau solvabilitas. Rasio – rasio keuangan
meliputi :
a. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunujukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
1) Current Ratio
Current Ratio menunjukkan sejauh mana Current Liabilities (kewajiban lancar)
dijamin pembayarannya oleh Current Asset (aktiva lancar).
Current Rasio = Aktiva Lancar x 1 kali Kewajiban Lancar
Secara umum CR yang lebih besar dapat dikatakan lebih likuid, namun Loan Officer juga harus memperhatikan kualitas dari aktiva lancar dan kewajiban lancar yang dimaksud.
2) Quick Ratio
Untuk dapat lebih melihat kualitas aktiva lancar maka persediaan atau inventory
yang sangat berpengaruh pada likuiditas perusahaan dikeluarkan.
Quick Rasio = (Aktiva Lancar – Persediaan) x 1 kali Kewajiban Lancar
b. Rasio Laverage
Rasio yang menunujukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang ( dana
pihak luar)
1) Debt Equity Ratio (DER)
Ratio ini menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang
perusahaan.
DER = Total Kewajiban x 1 kali Modal Sendiri
Secara umum dapat dikatan bahwa semakin tinggi rasio DER maka resiko kreditur
semakin besar, mengingat kemampuan untuk melunasi utang atau kewajibannya
dengan menggunakan modal sendiri lebih rendah.
2) Long Term Leverage (Long Term Debt/ Tangible Net Worth)
28
Untuk mengetahui komposisi utang jangka panjang (Long Term Debt) dengan
utang jangka pendek (Short Term Debt), maka digunakan rasio Long Term
Leverage, yaitu :
Long Term Leverage = Kewajiban Jangka Panjang x 1 kaliModal Sendiri
c. Rasio Aktivitas
Rasio yang menunjukkan kemampuan dan eektifitas manajemen dalam mengelola
sumber – sumber yang dimilikinya.
1) Inventory Turn Over
Rasio yang menunjukkan berapa kali persediaan barang perusahaan berputar
dalam setahun
Inventory Turn Over = Harga Pokok Penjualan x 1 kali Persediaan
Perputaran persediaan menunjukkan keberhasilan manajemen dalam mengelola
persediaan barang
2) Receivables Turn Over
Rasio yang menunujukkan berapa kali piutang dagang perusahaan berputar dalam
satu tahun.
Receivables Turn Over = Penjualan x 1 kali Piutang Dagang
d. Rasio Coverage
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban kreditnya dengan sumber daya yang diperoleh dari bisnis.
e. Rasio Rentabilitas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mencetak laba.
1) Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik
perusahaan atas modal yang disetorkan untuk bisnis tersebut.
ROE = Laba Bersih x 100 % Modal Sendiri
2) Net Profit Margin
Rasio yang menunujukkan tingkat keuntungan bersih yan diperoleh dari bisnis
setelah dikurangi dengan semua biaya.29
Net Profit Margin = Laba Bersih x 100 % Penjualan
2. Analisa Laba atau Rugi dan Neraca
Analisa ini ditujukan untuk menilai kemampuan atau kinerja debitur dalam
menghasilkan laba, potensi dan kondisi keuangan debitur dimasa yang lalu dan tahun
berjalan dan khususnya untuk menilai kemapuan debitur dalam memenuhi
likuiditasnya.
3. Analisa Rekonsiliasi Modal dan Harga Tetap
Rekonsiliasi modal dilakukan untuk mengetahui sebab – sebab perubahan
modal dalam satu atau beberapa periode tertentu, sedangkan rekonsiliasi harta tetap
dilakukan untuk mengetahui perubahan harta tetap bruto selama satu atau beberapa
periode tertentu.
4. Analisa Pernyataan Pengadaan Kas
Pernyataan pengadaan kas menyajikan analisa dinamis pada suatu periode
tertentu. Dari analisa ini dapat diketahui apakah pengadaan kas operasi netto cukup
untuk membiayai kebutuhan non operasional (miasalnya untuk penambahan harta
tetap, pembayaran dividen, pembayaran kredit bank). Bila kas operasional netto
tersebut tidak mencukupi, maka kekurangannya harus dipenuhi dari peningkatan
sumber dana non operasional (seperti penambahan pinjaman, penambahan modal atau
penjualan harta tetap). Dari analisa ini juga dapat diketahui apakah penggunaan dana
pinjaman dari Bank sesuai dengan tujuannya dan tidak melanggar syarat-syarat yang
sudah disepakati dalam perjanjian kredit.
Selain analisa laporan keuangan seperti yang telah dijelaskan di atas, Bank juga
menggunakan analisa proyeksi keuangan. Tujuan dari analisa proyeksi keuangan adalah
untuk memperkirakaan hal – hal di bawah ini :
Kebutuhan keuangan nasabah, yaitu jumlah dan waktunya, kelebihan atau kekurangan
dan atau kas serta sifat kebutuhan tersebut apakah sementara atau permanen.
Kemampuan nasabah menghimpun dana dan atau menghasilkan keuntungan guna
mengetahui potensibya dalam mengembalikan atau melunaskan fasilitas kredit.
Posisi keuangan nasabah pada waktu yang akan datang.
Struktur fasilitas kredit yang sesuai dengan kebutuhan pembiayaannya yang meliputi
jenis kredit, syarat-syarat kredit dan jaminan yang diperlukan.30
Mengetahui jangka waktu grace period yang diperlukan oleh perushaan sebelum
sanggup mulai melakukan pembayaran cicilan pokok pinjaman.
Analisa proyeksi keuangan terdiri dari :
1. Proyeksi Arus Kas
a. Proyeksi arus kas harus dibuat oleh petugas atau pejabat di unit analisa kredit
untuk menilai kebutuhan keuangan debitur (jumlah, kapan digunakan dan berapa
lama) dan kemampuan debitur dalam membayar kembali hutang kepada Bank
(first way out).
b. Proyeksi keuangan, arus kas, proyeksi rasio ikhtar keuangan, laba atau rugi dan
proyeksi neraca harus dibuat untuk setiap permohonan kredit atau review kredit
(PAK Baru, PAK Periodik dan PAK Interim), berlaku baik untuk kredit jangka
panjang, jangka menengah, jangka pendek, kredit langsung maupun kredit tidak
langsung.
c. Proyeksi arus kas dibuat paling tidak selama jangka waktu fasilitas. Proyeksi
arus kas untuk tahun pertama dibuat dengan periode bulanan dan untuk tahun
selanjutnya dibuat per triwulan atau sesuai dengan periode angsuran kredit.
d. Proyeksi arus kas didasarkan pada asumsi yang lengkap dan realistis.
e. Kesimpulan yang berkenaan dengan proyeksi arus kas harus dikemukakan dalam
memorandum analisa kredit.
f. Kemampuan debitur dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membayar
kembali hutangnya kepada Bank (first way out) harus dijadikan dasar
pertimbangan utama dalam pemberian kredit.
g. Dalam membuat proyeksi arus kas digunakan formulir proyeksi keuangan.
h. Langkah yang harus ditempuh antara lain :
1) Menggunakan hasil analisa informasia umum dan informasi bisnis sebagai
dasar penyusunan asumsi dengan 1 (satu) skenario wajar.
2) Memproyeksi perubahan – perubahan yang terjadi dalam penjualan,
pembelian, biaya – biaya dan lain – lain.
3) Memproyeksi arus kas masuk, meliputi :
Penjualan tunai dan penerimaan kas lainnya.
Piutang yang dapat ditagih
Penjualan aktiva
31
Penjualan saham atau tambahan modal dan penarikan kredit
4) Memproyeksi arus kas keluar, meliputi :
Pembelian tunai dan hutang dagang
Pembayaran upah buruh dan biaya – biaya kas lainnya (publikasi,
penjualan, umum, administrasi)
Pembayaran bunga dan pajak
Pelunasan kredit (jangka pendek atau panjang)
Pembelian aktiva dan pembayaran deviden atau pengembalian prive.
5) Memproyeksi sampai kas cukup untuk melunasia kembali kreditnya.
6) Menentukan apakah kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya
kepada Bank adalah layak sebagai first way out.
2. Proyeksi Laba Rugi
Analisa proyeksi ikhtisar keuangan, laba atau rugi dan proyeksi neraca harus
dibuat oleh petugas atau pejabat di unit analisa kredit untuk menilai kemampuan atau
kinerja debitur dalam menghasilkan laba, potensi dan kondisi keuangan debitur dimasa
yang akan datang, khususnya untuk menilai kemampuan debitur dalam memenuhi
likuiditas dan financial covenant.
E. Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Tabel 1. Realisasi KUR di BTN per Sektor per 31 Maret 2010
32
No SEKTOR EKONOMIPlafon
(Rp Juta)
Outstanding (Rp Juta)
Total Debitur
1 Pertanian 2603 820 16
2 Pertambangan 0 0 0
3Industri
Pengolahan 6080 2395 32
4 Listrik, Gas & Air 40 40 1
5 Konstruksi 280809 87568 1232
6 Perdagangan, Restoran & Hotel
62908 24959 339
7Pengangkutan, Pergudangan &
Komunikasi1518 492 4
8Jasa-jasa Dunia
Usaha 7208 2944 32
9Jasa-jasa Sosial/
Masyarakat 50 0 1
10 Lain-lain 289667 134508 1240 Total 650883 253726 2897
Sumber: TNP2K, 2010
Tabel 2. Realisasi KUR di BTN Cabang Yogyakarta per 31 Maret 2010
Plafon (Rp Juta)
Outstanding (Rp Juta)
Total Debitur
8124 3535 40Sumber: TNP2K, 2010
Berdasarkan Tabel 1, Bank BTN secara nasional lebih memprioritaskan penyaluran
KUR di sektor konstruksi dibandingkan major sektor lainnya. Hal ini bisa dimaklumi
karena pendapatan utama BTN berasal dari pembiayaan Kredit Perumahan Rakyat (KPR)
yang berhubungan langsung dengan proses konstruksi perumahan oleh para developer
perumahan. Sedangkan untuk sektor pertanian menempati peringkat 5 di antara major
sektor lainnya. Hal ini disebabkan karena belum banyak pelaku usaha pertanian yang
mengetahui tentang pembiayaan usaha melalui KUR maupun karena persyaratan KUR
33
yang menurut mereka masih terlalu rumit. Tabel 2 menunjukkan realisasi KUR di BTN
cabang Yogyakarta bahwa rata-rata kredit per debitur sebesar Rp 203,1 juta/debitur.
BAB IV
PENGALAMAN KERJA LAPANGAN DI BTN CABANG YOGYAKARTA
34
Praktek kerja lapangan di Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta dimulai
pada tanggal 25 Januari 2010. Sebelum memulai kerja lapangan, maka pada tanggal 22
Januari 2010, penulis terlebih dahulu menemui Bapak Yuswanto Heri P. sebagai staf
personalia Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta untuk meminta penjelasan
mengenai peraturan kerja lapangan dan tugas-tugas selama penulis menempuh kerja
lapangan di Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta. Adapun peraturan bagi penulis
selama kerja lapangan di Bank Tabungan Negara antara lain:
1. Penulis diwajibkan hadir di Bank Tabungan Negara maksimal pada pukul 07.15 WIB.
2. Jam kerja dimulai pada pukul 07.30 WIB dan berakhir pada pukul 16.30 WIB.
3. Jam istirahat pukul 12.00-13.00 WIB.
4. Hari kerja selama 5 (lima) hari, yaitu hari Senin hingga Jumat.
5. Penulis diwajibkan mengenakan pakaian resmi, celana kain/rok berwarna gelap, jas
almamater, dan name tag sebagai tanda pengenal penulis selama menempuh kerja
lapangan di Bank Tabungan Negara.
Pada hari pertama kerja lapangan, penulis kembali menemui Bapak Yuswanto Heri
P. di Departemen GBA, melakukan yel-yel dengan seluruh karyawan Departemen GBA,
dan berdoa bersama. Selanjutnya penulis diperkenalkan dengan karyawan-karyawan di
masing-masing departemen. Setelah itu penulis ditempatkan di bagian Customer Service.
Di bagian customer service, penulis tidak berhubungan langsung dengan nasabah,
melainkan bertugas mensortasi, mendata, mengurutkan, serta memasukkan CIF atau data
nasabah Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta ke dalam lemari-lemari besi sesuai
dengan nomer rekening yang tertulis.
Hari kedua kerja lapangan, penulis menyelesaikan tugas sortasi, pendataan,
pengurutan, serta memasukkan CIF atau data nasabah Bank Tabungan Negara Cabang
Yogyakarta ke dalam lemari-lemari besi sesuai dengan nomer rekening yang tertulis.
Tugas yang sama dilaksanakan sampai dengan hari kedua belas, ditambah dengan tugas
tambahan dari teller yang berupa meminta persetujuan pencairan dana dari koordinator
teller, koordinator customer service, dan dari wakil pimpinan cabang, serta tugas dari para
costumer service untuk mencari CIF dari nasabah yang diperlukan, meng-fax CIF ke
kantor cabang pembantu, mengambil laporan dari bagian akuntansi, memfotocopy surat-
surat untuk Departemen Costumer Service, melakukan sortasi dan penyusunan laporan
35
harian ATM retrived, serta membantu proses pencarian slip pembayaran SPP mahasiswa
UNY yang melakukan pembayaran SPP di Kantor Cabang Pembantu Kadipiro. Pada waktu
jam istirahat, penulis berkonsultasi dengan karyawan, staf, maupun dengan manajer bagian
kredit mengenai kredit modal kerja yang ada di Bank Tabungan Negara Cabang
Yogyakarta, yaitu mengenai persyaratan apa saja yang harus dipenuhi calon debitur untuk
mengajukan permohonan kredit modal kerja dari Bank Tabungan Negara Cabang
Yogyakarta, lamanya waktu yang diperlukan dari pengajuan berkas lengkap hingga
diterbitkan surat keputusan dan hingga kredit tersebut cair, serta berdiskusi tentang jenis
kredit yang lain yang diberikan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta. Dalam
minggu pertama kerja lapangan, penulis banyak berdiskusi dengan karyawan, staf, dan
manajer bagian kredit mengenai kredit modal kerja serta membaca buku-buku pedoman
kredit yang dimiliki oleh Bank Tabungan Negara yang dijadikan acuan dalam pemrosesan
berkas permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur hingga proses pencairan kredit.
Pada tanggal 10 Februari 2010, penulis ditugaskan membantu teller untuk
penerimaan pembayaran SPP mahasiswa Universitas Terbuka Yogyakarta yang
dilaksanakan di SD Negeri Gentan, Sleman dari pukul 10.20 WIB hingga pukul 15.00
WIB. Penulis juga diminta membantu penerimaan slip pembayaran SPP, mensortasi slip
pembayaran, dan menghitung jumlah slip pembayaran tersebut untuk selanjutnya
dibuatkan laporan oleh teller. Penulis kembali ke kantor Bank Tabungan Negara Cabang
Yogyakarta pada pukul 15.00 WIB dan kembali melakukan tugas sortasi, pendataan,
pengurutan, serta memasukkan CIF atau data nasabah Bank Tabungan Negara Cabang
Yogyakarta ke dalam lemari-lemari besi sesuai dengan nomer rekening yang tertulis dan
meminta persetujuan dari wakil pimpinan cabang Bank Tabungan Negara Cabang
Yogyakarta guna kepentingan pencairan deposito berjangka milik nasabah Bank
Tabungan Negara Cabang Yogyakarta.
Hari Jumat, tanggal 12 Februari 2010, penulis kembali melakukan tugas sortasi,
pendataan, pengurutan, serta memasukkan CIF atau data nasabah Bank Tabungan Negara
Cabang Yogyakarta ke dalam lemari-lemari besi sesuai dengan nomer rekening yang
tertulis dan meminta persetujuan dari wakil pimpinan cabang Bank Tabungan Negara
Cabang Yogyakarta guna kepentingan pencairan deposito berjangka milik nasabah Bank
Tabungan Negara Cabang Yogyakarta.
36
Pada hari Senin, tanggal 15 Februari 2010, penulis bertugas untuk mengecek
kelengkapan berkas-berkas pemohon kredit perorangan Bank Tabungan Negara Cabang
Yogyakarta serta menyusun nama-nama debitur yang mengambil kredit umum di Bank
Tabungan Negara Cabang Yogyakarta.
Hari Selasa, tanggal 16 Februari 2010, penulis ditugaskan untuk mengecek
kelengkapan berkas permohonan KPR Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta,
kembali meneruskan tugas sortasi, pendataan, pengurutan, serta memasukkan CIF atau
data nasabah Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta ke dalam lemari-lemari besi
sesuai dengan nomer rekening yang tertulis, dan melakukan entry data personal kredit.
Pada hari Rabu, tanggal 17 Februari 2010, penulis ditugaskan untuk membuat
daftar pemohon BI checking yang akan mengambil KPR di Bank Tabungan Negara
Cabang Yogyakarta, mendata berkas-berkas debitur di brankas bawah tanah, yaitu dengan
mencatat setiap nama debitur yang mengambil kredit umum untuk periode tertentu di Bank
Tabungan Negara Cabang Yogyakarta, setelah jam istirahat, maka penulis kembali
melakukan tugas sortasi, pendataan, pengurutan, serta memasukkan CIF atau data nasabah
Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta ke dalam lemari-lemari besi sesuai dengan
nomer rekening yang tertulis.
Hari Kamis, tanggal 18 Februari 2010, penulis bertugas untuk melengkapi berkas
pemohon kredit umum dengan fotokopi buku tabungan dan mencatat nomer rekening milik
debitur, melakukan diskusi dengan manajer bagian kredit mengenai kredit modal kerja, dan
kembali melakukan tugas sortasi, pendataan, pengurutan, serta memasukkan CIF atau data
nasabah Bank Tabungan Negara Cabang Yogyakarta ke dalam lemari-lemari besi sesuai
dengan nomer rekening yang tertulis.
Hari terakhir penulis melaksanakan kerja lapangan di Bank Tabungan Negara
Cabang Yogyakarta, yaitu pada hari Jumat, tanggal 19 Februari 2010, penulis diminta
untuk mempersiapkan berkas pengajuan kredit perorangan yang disalurkan oleh Bank
Tabungan Negara Cabang Yogyakarta, mempersiapkan formulir penilaian rumah sebagai
syarat permohonan kredit yang harus dilengkapi oleh calon debitur, kembali melakukan
tugas sortasi, pendataan, pengurutan, serta memasukkan CIF atau data nasabah Bank
Tabungan Negara Cabang Yogyakarta ke dalam lemari-lemari besi sesuai dengan nomer
rekening yang tertulis, serta berpamitan kepada semua karyawan di Bank Tabungan
37
Negara (BTN) Cabang Yogyakarta karena telah diijinkan dan diterima baik selama penulis
melaksanakan kerja lapangan di Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Yogyakarta.
BAB V
38
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Praktek kerja lapangan sangat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Gadjah
Mada, yaitu untuk menambah pengalaman dan pengetahuan terhadap dunia kerja
yang sebenarnya di lapangan, khususnya mengenai analisa dan pemasaran kredit
usaha.
2. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit modal kerja atau investasi yang
diberikan oleh bank kepada debitur yang menjalankan bidang usaha yang menurut
skalanya berstatus sebagai usaha mikro, kecil dan menengah guna pembiayaan
usaha produktif.
3. Terdapat 2 (dua) jenis KUR yaitu KUR modal kerja dan KUR investasi.
4. Terbatasnya tenaga pemasar KUR menyebabkan dana KUR di BTN masih banyak
yang belum tersalurkan, terutama untuk penyaluran KUR di sektor pertanian.
B. Saran
1. Hendaknya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (karyawan) di Bank
Tabungan Negara Cabang Yogyakarta harus terus ditingkatkan agar dapat
melaksanakan pekerjaan seefektif dan seefisien mungkin dan untuk meningkatkan
kinerja sumber daya manusia sehingga Bank Tabungan Negara dapat memberi
keuntungan bagi Bank dan masyarakat.
2. Diperlukan penambahan kegiatan promosi dan pemasaran agar masyarakat
mengetahui apa saja produk yang ditawarkan oleh Bank Tabungan Negara
khususnya Kredit Usaha Rakyat (KUR).
3. Diperlukan analis kredit yang terampil agar kredit yang diberikan efektif dan
efisien bagi debitur maupun kreditur, dan tidak mengalami kemacetan kredit.
DAFTAR PUSTAKA
39
Anonim. 2009a. Kredit Usaha Rakyat (KUR). <http://galeriukm.web.id/permodalan/kredit-usaha-rakyat-kur>. Diakses tanggal 28 Desember 2009.
Anonim. 2009b. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BTN. <http://galeriukm.web.id/permodalan/kredit-usaha-rakyat-kur-bank-btn>. Diakses tanggal 28 Desember 2009.
Anonim. 2009c. Pengertian Manajemen Keuangan. <” http://corobirugroup.wordpress.com/2007/12/18/pengertianmanajemen- keuangan/feed/" >. Diakses tanggal 21 Januari 2010.
Anonim. 2009d. Pengertian Kredit. <http;//silapcity.com/pengertiankredit>. Diakses tanggal 5 April 2010.
Suri, D.A. 2005. Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Modal Bank (Studi Kasus Bank Permata Cabang Malang tahun 2002:1 – 2005:4). Universitas Brawijaya. Malang.
Suseno dan Piter A. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanjsentralan BI. Jakarta.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). 2010. Data Penyaluran KUR per 31 Maret 2010. <http://tnp2k.wapresri.go.id/data/penyaluran-kur.html>. Diakses tanggal 22 Februari 2011.
40
LAMPIRAN
41
top related