laporan pendahuluan nifas
Post on 23-Jan-2016
59 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
MASA NIFAS (PUERPERIUM)
A. Pengertian
Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut
puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan.
Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (puerperium)
adalah masa pulih kembali, dimulai dari persalinan selesai hingga alat-alat
kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu.
(Bahiyatun, 2009)
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi. ( Saifuddin,
2006 )
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru. (Mitayani, 2009)
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah
tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa
nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
B. Fisiologi
1. Sistem Reproduksi
a. Involusio Uterus
Setelah persalinan uterus akan mengalami involusio dengan cepat
selam 7-10 hari, kemudian berlanjut secara berangsur-angsur sampai
kembali seperti semula setelah 6 minggu berat uterus dari 1000 gram
menjadi 50 gram, dengan panjang ± 8 cm dan penurunan tinggi
fundus uteri ± 1cm setiap harinya.
Tabel 1. Penurunan Tinggi Fundus Uteri
Involusio Tinggi funus uteri Berat uterus
Placenta lahir
7 hari/1minggu
14 hari/2 minggu
42 hari/ 6 minggu
56 hari/ 8 minggu
Sepusat
½ pusat symphisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
Kembali normal
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
b. Kontraksi uterus
Setelah persalinan kontraksi uterus akan mengalami penurunan oleh
karena itu perlu diberi obat uterotonika agar kontraksi dapat
dipertahankan dan dapat menjepit pembuluh darah bekas perlakatan
placenta sehingga menurunkan perdarahan post partum
c. After pain
Rasa sakit yang mencengkeram perut bagian bawah sering terjadi
pada hari ke 7-10
d. Lochea
Pengeluaran secret/darah dan jaringan deciduas yang nekrosis dari
uterus selama masa nifas dengan jumlah dan warna yang progresif
menurun dan berkurang
1) Lochea rubra yaitu berisi darah segar dan sisa – sisa selaput
ketuban, sel – sel desidu, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium, selama 2 hari paska persalinan
2) Lochea Sanguinolenta yaitu berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir, hari ke 3 – 7 pasca persalinan
3) Lochea serosa yaitu berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan
4) Lochea alba yaitu cairan putih setelah 2 minggu
5) Lochea purulenta yaitu terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah dan berbau busuk
6) Lochea stasis yaitu lochea yang tidak lancar keluarnya
e. Cervik
Segmen bawah rahim (SBR) dan servik tampak oedem, tipis dan
terbuka pada beberapa jam setelah melahirkan, setelah 18 jam servik
akan memendek, konsistensinya agak mengeras, bentuknya akan
kembali seperti semula hanya sedikit terbuka dan melebar atau Fish
Mouth
f. Vulva dan Vagina
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan sebelum
hamil dalam vagina berangsur – angsur akan muncul kembali
sementara labil menjadi menonjol
g. Perineum
Perineum menjadi kendor dan bengkak karena persalinan. Pada hari
ke-5 sudah dapat kembbali mendapatkan tonusnya, relaksasi dasar
panggul dan otot abdomen di pertahankan
h. Payudara
Terjadi perubahan dengan maturitas selama masa nifas, menjadi lebih
besar, kencang dan rasa nyeri bila digerakkan hal ini karena produksi
ASI, semua ini atas pengaruh hormone prolaktin
2. Adaptasi fisiologis post parum terhadap Post partum
a. Suhu tubuh
Terjadi peningkatan suhu tubuh < 38 C akibat adanya dehidrasi
persalinan, peregangan muskuler dan perubahan hormon
b. System Cardiovaskuler
Tekanan darah systole turun > 20 mmHg, sering terjadi pada ibu dari
posisi telentang, miring atau duduk. Jika terjadi kenaikan tekanan
darah systole > 30 mmHg dan tekanan darah diastole > 15 mmHg
dalam post partum harus curiga adanya preeklampsia post partum
c. Tractus urinarius
Selama kehamilan kandung kencing mendapat trauma yang cukup
berat, sehinnga oedema dan tertekan akibatnya terjadi over distensi
dan pemenuhan kandung kencing tidak sempurna sampai 2 hari post
partum
d. Sistem endokrin
Terjadi penurunan progesterone dan estrogen secara berangsur-angsur
sampai tingkat yang normal pada minggu 1. pada wanita yang tidak
menyusui terjadi penurunan prolaktin secara drastis sehingga pada
minggu ke 12 sudah mendapatkan haid kembali
e. Sistem gastrointestinal
Defekasi secara normal akan terhambat pada minggu 1 akibatnya dari
motilitas usus, akibatnya sering terjadi konstipasi
f. Sistem musculoskeletal
Berkurangnya tonus abdomen menjadi lembek dan lemah, senam nifas
akan membantu membentuk dan mengembalinya otot ke keadaan
normal
g. Sistem integument
Cloasma gravidarum, linea nigra dan strie belum hilang secara
sempurna, spider angioma, eritema palmar akan hilang secara
berangsur-angsur sesuai dengan penurunan estrogen
3. Aspek Psikologi pada post partum
Menjadi orang tua adalah masa kritis dan merupakan masa transisi,
kelahiran akan membawa perubahan yang mendasar terhadap hubungan
interaksi dalam keluarga sehingga timbul fase honey moon (dimana
setelah anak lahir terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ibu, anak
dan ayah)
C. Tujuan Perawatan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
3. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan ia
melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi, kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana
6. Mempercepat involusi alat kandungan
7. Melancarkan fungsi gastrointestinal atau perkemihan
8. Melancarkan pengeluaran lochea
9. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi
hati dan pengeluaran sisa metabolisme.
D. Perawatan Masa Nifas
1. Perhatian segera setelah melahirkan
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, uterus hendaknya dipalpasi
melalui dinding abdomen dengan interval yang sering setelah lengkap kala
tiga persalinan yaitu lahirnya plasenta.
2. Perawatan Vulva
Perawatn vulva dilakukan dengan cara genitalia eksterna dan pantat dicuci
dengan sabun dan air demikian rupa hingga cairan yang mengalir
darivulva dan perineum turun ke anus, jangan kearah sebaliknya.
3. Rasa sakit selanjutnya
Untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada jahitan perineum
dapat dilakukan pengompresan kantong es pada perinium.
4. Ambulasi dini
Ambulasi dini dilakukan untuk memulihkan kondisi. Ambulasi juga
banyak menurunkan frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas.
Untuk ambulasi pertama sekurang-kurangnya seorang petugas hendaknya
siap mmbantu mencegah cidera kalau wanita tersebut pingsan.
5. Senam nifas
Senam nifas diperlukan untuk membantu mengembalikan tonus pada
dinding abdomen. Boleh dimulai beberapa waktu setelah persalinan
pervaginam dan segera setalah sakit perut berkurang setelah seksio sesaria.
6. Diet
Diet ibu menyusui, dibandingkan dengan yang dikonsumsi selama hamil
hendaknya agak ditambah, khususnya kalori dan protein.
E. Periode Pada Masa Nifas
1. Puerpurium diri
Yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
2. Puerpurium intermedial
Yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerpurium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat secar sempurna
terutama selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
F. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi dan
pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19
minggu dan baru selesai ketika mulai menstruasi, d terbentuknya hormone
estrogen dan progesterone yang berfungsi untuk maturasi alveoli. Sedangkan
hormone prolaktin adalah hormone yang berfungsi untuk produksi ASI
disamping hormone lain seperti insulin,tiroksin dan sebagainya.
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi
ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang
tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan,kadar estrogen dan
progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominant dan
pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini,
terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,
sehingga sekresi ASI makin lancer. Dua reflek pada ibu yang sangat penting
dalam proses laktasi, reflek prolaktin dan reflek aliran timbul akibat
rangsangan puting susu oleh isapan bayi.
1. Reflek prolaktin
Seperti telah dijelaskan dimuka, dalam puting susu terdapat banyak ujung
saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul impuls ynag menuju
hipotalamus selanjutnya kekelenjar hipofisis bagian depan sehingga
kelenjar ini mengeluarkan hormone prolaktin. Hormon inilah yang
berperan dalam produksi ASI di tingkat Alveoli. Dngan demikian mudah
di pahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula
produksi ASI.
2. Reflek aliran
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar
hipofisis depan, tetapi ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang
mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfungsi memaju kontraksi
otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI
di pompa keluar.
Tiga reflek yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah
1. Refleks menangkap (rooting reflex)
Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah
sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan
mencoba mulut dan berusaha untuk menangkap puting susu.
2. Refleks menghisap
Reflek ini timbul apabila langit – langit mulut bayi tersentuh, biasanya
oleh puting. Supaya puting mencapai bagian belakang palatum, maka
sebagian besar areola mamae harus tertangkap mulut bayi. Maka sinus
laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan antara gusi, lidah dan
palatum, sehingga ASI terperas keluar.
3. Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelan.
G. Tinjauan Asuhan keperwatan
1. Pengkajian
a. Keadaan umum : self esteem
b. BB, TB, LLA, tanda vital normal (RR konsisten, nadi cenderung
bradikardia, suhu 36°C, respirasi 16-24x/mnt)
c. Kepala : rambut, wajah, mata (konjungtiva), hidung, mulut, telinga
dan leher
d. Payudara : pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, aerola
mammae dan puting susu, kepenuhan atau pembengkakan, benjolan,
nyeri, produksi ASI
e. Abdomen : kontraksi uterus, nyeri, tinggi fundud uteri, strie, distensi
f. Ano-Genital : oedema vagina, hematom, nyeri
g. Perineum : keadaan luka episiotomi, edema, kemerahan
h. Lochia : warna, jumlah, bekuan darah 1-3 rubra, 4-10 hari serosa,
> 10 hari alba)
i. Muskuloskeletal : edema, tekstur kulit, nyeri bila di palpasi, kekuatan
otot
2. Rencana asuhan keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma
mekanis, kontraksi uterus sekunder terhadap involusio uteri.
Ditandai dengan :
1) Melaporkan adanya nyeri.
2) Sakit kepala
3) Ketidaknyamanan perineal
4) Nyeri tekan pada uterus
5) Wajah menyeringai
Kriteria hasil :
1) Mengidentisfikasi dan memepergunakan intervensi atau mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat
2) Mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan
Intervensi dan Rasional :
1) Beri kompres es pada perineum khusus pada 24 jam pertama
setelah kelahiran
R: Memberi anastesi local meningkatkan vasokontriksi dan
mengurangi oedema
2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi
R: Dapat menunjukkan trauma brlebihan pada jaringan perineal dan
terjadi komplikasi
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
R: Analgesik dapat mengurangi ambang nyeri
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
melalui perineum yang ditandai dengan adanya jahitan perineum
Ditandai dengan:
1) Luka perineum masih basah
2) Pengeluaran lochea
3) Kontraksi uterus (-)
Kriteria hasil :
1) Luka episiotomi kering
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi
3) Ada kontraksi
Intervensi dan Rasional :
1) Kaji kontraksi uterus dengan memperhatikan perubahan
involusional
R : Kegagalan meometrium untuk involusi pada percepatan ini
menandakan kemungkinan tertahannya jaringan atau infeksi
2) Catat jumlah dan bau rebas lochea atau kemajuan dari rubra
menjadi serosa
R : Lochea secara normal bau amis, rabas purulen dan bau busuk
mungkin gagal untuk menunjukkan kemajuan normal dari rubra
menjadi serisa sampai alba
3) Perhatikan frekuensi atau jumlah berkemih
R : Stasis urinarius meningkatakan resiko terhadap infeksi
4) Beri HE tentang perawatan luka perineum
R : Meningkatkan pengetahuan pasien dalam proses pencegahan
infeksi
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotika
R : Mencegah tanda-tanda dan gejala infeksi
c. Management laktasi berhubungan dengan produksi ASI yang tidak
lancar.
Ditandai dengan :
1) ASI belum keluar atau tidak lancar
2) Payudara kencang
3) Puting susu menonjol
Kriteria Hasil :
1) Pasien dapat melakukan perawatan payudara
2) ASI keluar lancar
Intervensi dan Rasional :
1) Kaji penyebab ASI tidak lancar.
R: mengetahui sebab ketidak lancaran ASI sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut.
2) Lakukan perawatan payudara.
R : Untuk merangsang produksi ASI melalui kerja hormone
prolaktin.
3) Motivasi ibu untuk meneteki sesering mungkin.
R : Hisapan bayi merangsang hormone prolaktin berfungsi untuk
meningkatkan produksi ASI.
4) Motivasi ibu untuk makan nutrisi yang cukup selama menyusui.
R : untuk meningkatkan nutrisi dan memperlancar produksi ASI.
5) Berikan HE tentang perawatan payudara.
R : pasien dapat melakukan sendiri selama ASI belum keluar atau
tidak lancar.
6) Perhatikan posisi bayi selama menyusui.
R : posisi bayi yang tepat biasanya mencegah luka puting tanpa
memperhatikan lama menyusui.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen pendukung.
R : mencegah terjadinya anemia dan mempercepat proses
pemulihan.
d. Kurangnya pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi
berhubungan dengan kurangnya sumber-sumber infomasi
Ditandai dengan: Mengungkapkan masalah atau kesalahan konsep,
keraguan atau ketidakadekuatan melakukan aktivitas, ketidaktepatan
perilaku
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan pemahaman perubahan fisiologis kebutuhan
individu yang diharapkan
2) Melakukan aktivitas atau prosedur yang perlu dan menjelaskan alas
an-alasan tindakan
Intervensi dan Rasional :
1) Kaji kesiapan pasien dan motivasi untuk belajar
R : mengetahui kesiapan pasien untuk belajar
2) Mulai rencana penyuluhan tertulis dan menggunakan format yang
ada
R : Membantu menstandari informasi dan menurunkan
kebingungan
3) Beri informasi atau peran program latihan post partum progresif
R : Latihan membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasi dan
meningkatkan kesejahteraan
4) Berikan informasi tentang perawatan diri
R : membantu mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan
e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelelahan,
sinkop/pingsan
Tujuan : pasien dapat bermobilisasi dengan baik
Kriteria hasil :
1) Mengutarakan keinginan dan berpartisipasi dalam aktivitas
2) Mendemonstrasikan teknik / tingkah laku yang meningkatkan
kelangsungan / melakukan kembali aktivitas
3) Mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian-
bagian dari tubuh yang terpengaruh
Intervensi :
1) Tentukan kemampuan fungsional ( skala 0-4 ) dan alasan
ketidakseimbangan.
R : Mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang
dibutuhkan.
2) Catat respon emosional / tingkah laku untuk mengubah
kemampuan.
R : Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali
menciptakan perasaan marah, frustasi dan depresi.
3) Rencanakan aktivitas / kunjungan dengan periode istirahat adekuat
sesuai kebutuhan
R : Mencegah kepenatan, menghemat energi dan melanjutkan
partisipasi.
4) Bantu dalam memindahkan dan ambulasi bila dibutuhkan,
perlihatkan pada pasien / orang-orang yang berpengaruh pada
pasien bagaimana cara-cara bergerak aman.
R : Mencegah terjadinya kecelakaan seperti jatuh atau cedera.
5) Berikan kursi yang kuat dengan tempat duduk yang tinggi dengan
pegangan pada bagian kiri dan kanan.
R : Memudahkan bagi pasien untuk bangun dari posisi duduk.
6) Konsultasikan dengan ahli terapi fisik/ okupasi, spesialis
rehabilitasi.
R : Sangat membantu dalam membuat program latihan / aktivitas
individu dan menentukan alat bantu yang sesuai.
H. Evaluasi
1. Nyeri akan berkurang
2. Tidak terjadi infeksi
3. ASI keluar lancar
4. Mengungkapkan pemahaman perubahan fisiologis kebutuhan individu
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC
Pitriani, Risa dan Rika Andriyani. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas Normal. Yogyakarta: Deepublish
top related