laporan dl babi
Post on 24-Jun-2015
275 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN DISCOVERY LEARNING
GENETIKA POPULASI
SISTEM PENGGOLONGAN DARAH DAN SICKLE CELL ANEMIA
Pembimbing :
drg. Amilia Ramadhani
Disusun oleh:
Hasta Adin Nugraha
G1G009031
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Genetika adalah ilmu tentang ketyurunan yang mempelajari berbagai problematika
manusia seperti kesehatannya, cacat lahirnya jasmani maupun mental, pewarisan ciri-ciri,
kelainan bawaan, bahkan sampai merekayasanya.
Kita ketahui bahwa kehidupan manusia berawal dari pertemuan sel sperma dengan sel
telur (ovum) wanita dan menjadi sebuah bentuk yang telah dibuahi (zygot). Sperma dan
sel telur (ovum) disebut sel benih (germ cell), sel ini mengandung 46 kromosom yang
dibentuk menjadi 23 pasang, dalam setiap pasang terdiri satu kromosom dari pihak ayah
dan satu kromosom dari pihak ibu.
Semua orang ingin punya keturunan yang baik, sempurna jasmani maupun rohani,
sehingga bila seorang anak lahir, pertama mereka akan bertanya perempuan atau laki-laki,
setelah itu bertanya cacat atau tidak. Ada beberapa penyakit yang memang diwariskan
seperti Thalasemia, Polidaktili, kemampuan mengecap (nontaster), Anonychia
(kelainan kuku pada beberapa jari yang tidak ada atau tidak baik tumbuhnya), Retinal
aplasia (kelainan pada retina, buta), Katarak (gen dominan K), Cystic fibrosis (kelainan
fungsi metabolisme sehingga terjadi penurunan fungsi pankreas, infeksi pernapasan
kronis, paru-paru), albinisme (albino), kretinisme.
1.2. Batasan Masalah.
1. Pengolongan darah dan pewarisannya
2. Penyakit Genetika
3. Contoh penyakit genetika (Anemia Sickle cell)
4. Pewarisan/penurunan penyakit genetika dan probabilitas keturunan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Penggolongan Darah
Darah terdiri dari 2 komponen, yaitu sel (leukosi dan eritetrosit) dan plasma. Plasma
dikurangi fibrinogen(protein pembekuan darah) disebut serum.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung
dalam darahnya. Dalam sistem ini dikenal 4 macam golongan darah yaitu A, B, O, dan AB.
Sistem penggolongan darah ini pertama kali ditemukan oleh ilmuwan asal Austria Karl
Landsteiner pada tahun 1901, yang kemudian pada tahun 1930 memenangi penghargaan
Nobel di bidang fisiologi dan kedokteran. Keempat golongan darah ini ditentukan oleh 3
macam alel. Gen aslinya bersimbol I, singkatan dari singkatan isoagglutinogen, yaitu IA, IB
dan IO.
Tabel 2.1 Golongan darah dengan Genotip dan unsur pokok Aglutinigen serta
Aglutininnya.
Golongan darah Genotip Aglutinogen(antigen) Aglutinin(antibodi)
O IOIO - Anti A dan Anti B
A IAIA / IAIO A Anti B
B IBIB / IBIO B Anti A
AB IAIB A dan B -
Penjelasan tabel
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan
B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan
darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-
negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Sistem Rhesus
Rhesus ialah sejenis kera di India yang mulanya banyak dipakai para ahli untuk
menyelidiki reaksi serum darah orang. Manusia terdiri atas 2 kelompok menurut sistem
penggolongan darah ini yaitu Rh + dan golongan Rh -. Sistem ini dikemukakan oleh K.
Landsteiner dan A.S. Weiner pada tahun 1940.
Golongan Rh + adalah orang yang didalam eritrositnya memiliki antigen atau faktor
Rhesus. Golongan Rh – adalah orang yang di dalam eritrositnya tidak memiliki antigen
tersebut.
Orang dengan golongan darah Rh + dapat menerima tranfusi darah dari Rh+ karena di
dalam tubuhnya tidak terdapat antibody untuk antigen Rh. Orang dengan golongan darah Rh+
juga dapat menerima tranfusi darah dari Rh- , karena golngan darah Rh- tidak mengandung
antibodi. Orang dengan golongan darah Rh- mulanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan Rh+ karena dalam tubuhnya belum ada antibodi. Baru kemudian, setelah ia
menerima darah dengan Rh+ antibodi dalam tubuhnya mulai terbentuk. Sehingga kalau Rh-
ini menerima darah dari Rh+ kedua kalinya akan terjadi penggumpalan, karena antibodi yang
telah terbentuk menyerang antigen.
Pewarisan
Tabel pewarisan golongan darah kepada anak
Ibu/Ayah O A B AB
O O O, A O, B A, B
A O, A O, A O, A, B, AB A, B, AB
B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB
AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB
Sebagai contoh:
2.2 Kelainan Genetik
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam penyakit genetik:
1. Herediter, biasanya diturunkan melalui salah satu orang tua, sehingga sifatnya familial
2. Dan Familial
3. Kongenital, terjadi saat kelahiran,
Beberapa kelainan kongenital yang bukan kelainan genetik misalnya sifilis kongenital;
sedangkan semua penyakit genetik adalah penyakit kongenital, contoh: penyakit Huntington.
Berdasarkan saat terjadinya, kelainan genetik dapat:
1. Diturunkan (y.i. penyakit metabolik)
2. Timbul saat konsepsi atau embriogenesis (y.i. infeksi sifilis)
3. Timbul setelah dilahirkan (tumor/neoplasma)
Secara klinis, penyakit genetik terbagi atas 2 kelompok yang berhubungan dengan:
(1) Kelainan kromosom
(2) Defek pada gen dan tidak dapat dilihat pada analisis kromosom, tapi dapat dianalisis dari
family tree atau dengan pemeriksaan biokimia dan tes biologi molekuler. Golongan ini
dikenal sebagai penyakit akibat defek gen tunggal yang digolongkan sebagai mutasi gen baru
atau penyakit keturunan yang diturunkan seperti penyakit autosomal dominan, autosomal
resesif, X-linked dominan atau X-linked resesif.
2.2.1. KELOMPOK PENYAKIT GENETIK BERDASARKAN PENYEBABNYA
A. PENYAKIT KARENA MUTASI GEN TUNGGAL
Penyakit yang disebabkan oleh mutasi tunggal biasanya diturunkan secara hukum
Mendel dan mengikuti pola penurunannya sbb:
1. Penyakit autosomal resesif
Merupakan kelompok terbesar dalam penyakit yang diturunkan menurut hukum
Mendel. Penyakit ini muncul bila kedua allel pada lokus tertentu adalah mutan.
Berbagai penyakit yang tergolong dalam kategori ini misalnya kelainan autosomal
resesif yang mengenai berbagai sistem dapat dilihat pada tabel 1.
Pada kelompok penyaikit ini
1. Kelainan biasanya tidak mengenai orang tuanya, tapi keturunannya dapat terkena,
2. 25% keturunan mendapat terkena penyakit,
3. Bila gen yang termutasi hanya muncul dalam frekuensi yang rendah, maka
kemungkinannya, proband adalah hasil dari perkawinan sedarah.
Beberapa keadaan yang umumnya dijumpai pada penyakit autosomal resesif:
Ekspresi defek lebih uniform daripada autosomal dominan, complete
penetrance sangat umum,
Onset biasanya lebih dini,
Bila terjadi mutasi baru untuk penyakit autosomal resesif, biasanya jarang
terdeteksi secara klinis karena individu yang terkena adalah heterozigot dan
asimtomatik; sehingga keadaan ini dapat berlangsung beberapa generasi
sebelum keturunannya berpasangan dengan heterozigot lain dan mempunyai
keturunan yang terkena.
Pada banyak kasus, protein enzim terkena. Pada heterozigot, enzim normal
dan enzim yang defek disintesis dalam jumlah yang seimbang sehingga sel
dapat berfungsi normal.
Beberapa penyakit yang tergolong dalam kategori ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Penyakit autosomal resesif
Sistem Penyakit
Metabolik Cystic fibrosis
Phenylketonuria
Galaktosemia
Homosistinuria
Lysosomal storage diseases
Defisiensi α1-antitrypsin
Penyakit Wilson
Hemokromatosis
Penyakit glikogen
Hematopoetik Anemia “sickle cell”
Thalassemia
Endokrin Hiperplasia adrenal kongenital
Otot Sindrome Ehlers-Danlos (beberapa
variasi)
Alkaptonuria
Saraf Atrofi otot neurogenik
Ataksia Friedreich
Atrofi otot spinal
2. Penyakit autosomal dominan
Biasanya bermanifestasi dalam tingkat heterogen, jadi biasanya, salah satu orang tua
terkena, dan keduanya dapat menurunkan penyakit. Bila seorang yang membawa
penyakit menikah, 50% keturunan mempunyai kemungkinan mendapatkan penyakit.
Beberapa keadaan yang ditemukan pada penyakit autosomal dominan:
1. Beberapa pasien tidak mempunyai orang tua yang terkena.
Gambaran klinik dapat termodifikasi karena munurunnya daya penetrance dan
expressivity. Beberapa individu yang mempunyai gen termutasi dapat mempunyai
fenotip normal.
2. Pada berbagai keadaan, onset agak terlambat, muncul setelah usia dewasa.
Pengurangan produk gen normal sampai 50% berhubungan dengan gejala klinik.
Karena pengurangan aktifitas/menghilangnya enzim sampai 50% biasanya dapat
terkompensasi, gen yang terkena biasanya tidak mengkode protein/enzim.
Dikenal dua golongan protein non-enzim penting yang biasanya terkena pada
penyakit autosomal dominan:
(1) Yang terlibat dalam regulasi kompleks metabolik, biasanya berhubungan dengan
kontrol umpanbalik ( contoh: reseptor membran dan protein transport ),
(2) Protein struktur seperti kolagen dan komponen sitoskeletal membran sel darah
merah (contoh: spektrin)
Penyakit autosomal dominan dapat mengenai berbagai sistem dalam tubuh (Tabel 2).
Tabel 2. Penyakit autosomal dominan.
Sistem Penyakit
Saraf Penyakit Huntington
Neurofibromatosis
Distrofi miotonik
Sklerosis tuberosa
Saluran kemih Penyakit ginjal polikistik
Saluran cerna Familial polyposis coli
Hematopoetik Sferositosis herediter
Penyakit Von Willebrand
Otot Sindrom Marfan
Sindrom Ehlers-Danlos (beberapa tipe)
Osteogenesis imperfekta
Akondroplasia
Metabolik Hiperkolesterolemia familial
Acute intermitten porphyria
3. Penyakit X-linked
Sampai saat ini semua penyakit sex-linked adalah X-linked.
Hampir semua penyakit kelompok ini X-linked recessive dan ditandai dengan
berbagai gambaran.
1. Diturunkan oleh karier wanita (heterozigot), biasanya hanya pada anak laki-laki,
yang hanya mempunyai hemyzigous X.
2. Wanita heterozigot jarang sekali mengekspresikan perubahan fenotipe lengkap
jarena adanya pasangan alel yang normal, walaupun demikian karena adanya
inaktivasi kromosom X pada hampir semmua sel, ekepresi pada wanita
heterozigot dimungkinkan.
3. Laki-laki yang terkena tidak menurunkan ke anak laki-lakinya, tapi semua anak
perempuan adalah karier.
4. Anak laki-laki dari wanita heterozigot mempunyai kemungkinan 50% untuk
menerima gen mutan.
Tabel 3. Penyakit X-linked yang mengenai berbagai sistem
Sistem Penyakit
Muskuloskeletal Duchenne muscular dystrophy
Darah Hemofilia A dan B
Chronic granulomatous diseae
Glucose-6-phosphate dehidrogenase
deficiency
Sistem imun Agammagglobulinemia
Sindrom Wiskott-Aldrich
Metabolik Diabetes insipidus
Sindrom Lesch-Nyhan
Saraf Fragile X syndrome
B. PENYAKIT MULTIFAKTORIAL
Berbeda dengan penyakit mutasi tunggal gen yang diturunkan mengikuti hukum Mendel,
penyakit multifaktorial dipengaruhi oleh lebih dari satu gen (polygenic). Terjadinya penyakit
multifaktorial dipengaruhi oleh berbagai sifat fisiologik manusia misalnya umur, kelamin,
ras, tinggi, berat, tekanan darah, warna rambut,faktor sosial dan lingkungan. Diduga adanya
therhold effect yang menerangkan mengapa orangtua anak dengan gejala penyakit, tampak
normal. Penyakit multifaktorial juga mencerminkan keseimbangan antara alam dan makanan.
1. Risiko munculnya penyakit multifaktorial dipengaruhi oleh jumlah gen mutan yang
didapat. Risiko lebih besar pada saudara penderita.
2. Tingkat risiko pada saudara sekandung adalah 2-7%.
3. Kembar identik mempunyai risiko lebih tinggi (hampir 20-40%). Kembar non-identik
mempunyai risiko lebih rendah.
4. Kemungkinan anak akan terkena pada kehamilan berikutnya adalah sampai 7%, tapi
bila sudah 2 anak terkena, risiko meningkat menjadi 9%.
Berbagai penyakit multifaktorial yang mengenai berbagai sistem organ tubuh :
Penyakit arteri koroner / aterosklerosis
a. Hipertensi
b. Penyakit psikiatrik
c. Demensia ( penyakit Alzheimer )
d. Diabetes ( non-insulin dependent )
e. Kanker payudara
f. Mental retardation
g. Kelainan kongenital ( celah bibir/palatum )
h. Skizofrenia
i. Guot
j. Psoriasis
k. Stenosis pilorik
2.2.2. Anemia Sickle Cell
Sickle cell anemia (SCA) ialah penyakit turunan kurang darah(anemia). Penyakit ini
terjadi lantaran hemoglobin eritrosit memiliki kelainan, sehingga afinitas eritrosit itu kecil
untuk mengikat oksigen. Hal ini berakibat eritrosit tersebut melakukan imbangan dengan
memperluas permukaan, menggepengkan diri, yang menyebabkan eritrosit berbentuk
sabit. Hal ini berakibat eritrosit tersebut melakukan imbangan dengan memperluas
permukaan, menggepengkan diri, yang menyebabkan eritrosit berbentuk sabit.
Sickle cell anemia termasuk penyakit genetik yang resesif, artinya seseorang harus
mewarisi dua gen pembawa penyakit ini dari kedua orangtuanya. Hal inilah yang
menyebabkan penyakit SCA jarang terjadi. Seseorang yang hanya mewarisi satu gen tidak
akan menunjukkan gejala dan hanya berperan sebagai pembawa (carier). Jika satu pihak
orangtua mempunyai gen sickle cell anemia dan yang lain merupakan carier, maka
terdapat 50% kesempatan anaknya menderita sickle cell anemia dan 50% kesempatan
sebagai carier.
Gambar 2.1 pola Pewarisan Sickle cell anemia
SCA disebabkan karena adanya mutasi pada rantai β-globin dari hemoglobin, yang
menyebabkan pertukaran asam glutamat (suatu asam amino) dengan asam amino
hidrofobik valin pada posisi 6. Gen yang bertanggung jawab menyebabkan SCA
merupakan gen autosom dan dapat ditemukan di kromosom nomor 11. Penggabungan dari
dua subunit α-globin normal dengan dua subunit β-globin mutan membentuk hemoglobin
S (HbS). Pada kondisi kadar oksigen rendah, ketidakhadiran asam amino polar pada posisi
6 dari rantai β-globin menyebabkan terbentuknya ikatan non-kovalen di hemoglobin yang
menyebabkan perubahan bentuk dari sel darah merah menjadi bentuk sabit dan
menurunkan elastisitasnya.
Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh J.B Heerick tahun 1910 pada orang negro
Amerika dan dinyatakan sebagai penyakit keturunan pada tahun 1928. Eritrosit berbentuk
sabit, rapuh, mudah menyumbat pembuluh darah kecil. Menyebabkan necrosis, matinya
suatu daerah alat tubuh dan lumpuh penderita dapat pula mengidap pneumonia karena
paru-parunya rusak; encok, karena otot dan sendi rusak, sakit jantung atau lemah, dan
ginjal tak beres. Terjadi pula inflamasi jaringan lunak pada tangan dan kaki. Secara
morfologis penderita kentara memiliki tulang-tulang tangan dan kaki yang luar biasa
panjang.
Penyakit ini termasuk penyakit anemia hemolytic yang parah. Kebanyakan penderita
mati, meski sewaktu-waktu ada juga yang bisa bertahan hidup samapi dewasa dan
memiliki keturunan. Carier dapat hidup normal namun bila kurang oksigen, eritrosit dapat
menjadi sabit semua. Carier mengandung eritrosit sabit sampai 40%.
Gambar 2.2 Perbandingan eritrosit normal dengan eritrosit sickle sel
Gejala Anemia Sickle Cell
Penderita selalu mengalami berbagai tingkat anemia dan sakit kuning (jaundice) yang
ringan, tetapi mereka hanya memiliki sedikit gejala lainnya.
Berbagai hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam darah,
(misalnya olah raga berat, mendaki gunung, terbang di ketinggian tanpa oksigen yang
cukup atau penyakit) bisa menyebabkan terjadinya krisis sel sabit,yang ditandai dengan:
a. semakin memburuknya anemia secara tiba-tiba
b. nyeri (seringkali dirasakan di perut atau tulang-tulang panjang)
c. demam
d. kadang sesak nafas.
Terapi dan Pengobatan Anemia Sickle Cell
Sickle cell anemia merupakan penyakit genetis yang tidak dapat disembuhkan. Selain
dengan transplantasi sumsum tulang, saat ini belum ditemukan pengobatan permanen
untuk penyakit ini. Namun transplantasi melibatkan prosedur yang rumit dan bukan
merupakan terapi pilihan. Untuk dapat melakukan transplantasi, penderita harus
mendapatkan donor yang cocok (biasanya diperoleh dari anggota keluarga yang tidak
menderita sickle cell anemia) dengan resiko rendah terjadinya reaksi penolakan oleh
tubuh. Walaupun demikian, terdapat resiko yang nyata dari prosedur ini dan selalu ada
kemungkinan terjadinya penolakan organ transplantasi oleh tubuh penerima.
Namun, tanpa pengobatan sekalipun seorang penderita SCA masih dapat hidup
normal. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengurangi rasa sakit dan penggunaan
antibiotik untuk mencegah infeksi berbahaya akibat bakteri (seperti sepsis/infeksi yang
terjadi di darah, meningitis, dan pneumonia) yang dapat menyebabkan kematian pada
penderita, terutama bayi. Hidroksiurea, yang telah dikenal sebagai obat antitumor ternyata
dapat pula digunakan untuk terapi bagi penderita, terutama pada bayi. Hidroksiurea
meningkatkan pembentukan sejenis hemoglobin (terutama ditemukan pada janin) yang
akan menurunkan jumlah sel darah merah yang berubah bentuknya menjadi sabit. Oleh
karena itu, obat ini mengurangi frekuensi terjadinya krisis sel sabit dan juga terbukti dapat
menekan rasa sakit serta mencegah komplikasi penyakit pada anak-anak dan orang
dewasa. Penelitian lebih lanjut masih dilakukan untuk mengetahui keamanan dan efek
jangka panjang penggunaannya.
Saat ini sedang dikembangkan teknik pengobatan baru untuk SCA, yaitu dengan
terapi gen. Terapi genetik merupakan teknik penanaman gen normal ke dalam sel-sel
prekursor (sel yang menghasilkan sel darah). Namun, teknik ini masih dalam tahap
penelitian dan baru diujicobakan pada tikus. Walaupun para peneliti khawatir akan
sulitnya menerapkan terapi gen pada manusia, mereka yakin bahwa terapi baru ini akan
menjadi pengobatan yang penting untuk penyakit sickle cell anemia.
Pohon Keluarga Penderita Sickle Cell Anemia
2.4 Pohon Keluarga Penderita Anemia Sickle Cell
I
II
III
IV
V
Gambar 2.4.1 Pohon keluarga penderita anemia sickle cell
KETERANGAN : = marriage
= female
= a father and
= male mother with one
daughter
= recessive gene carrier
2.5 Probabilitas F1 dan F2 Penderita (Generasi III)
Probabilitas F1 dengan alel HbSHbS jika dikawinkan dengan alel HbAHbA
F1 ♀ >< ♂
genotipe : HbSHbS HbAHbA
Fenotipe : Sickle cell Normal
♀ ♂ HbA HbA
HbS HbAHbS HbAHbS
HbS HbAHbS HbAHbS
F2 genotipe : HbAHbS = carrier Sickle cell (100%)
Probabilitas F1 dengan alel HbSHbS jika dikawinkan dengan alel HbAHbS
F1 ♀ >< ♂
genotipe : HbSHbS HbAHbS
Fenotipe : Sickle cell Carrier
♀ ♂ HbA HbS
HbS HbAHbS HbSHbS
HbS HbAHbS HbSHbS
F2 genotipe : HbAHbS = carrier Sickle cell (50%)
HbSHbS = Sickle cell (50%)
Probabilitas F1 dengan alel HbSHbS jika dikawinkan dengan alel HbSHbS
F1 ♀ >< ♂
genotipe : HbSHbS HbSHbS
Fenotipe : Sickle cell Carrier
♀ ♂ HbS HbS
HbS HbSHbS HbSHbS
HbS HbSHbS HbSHbS
F2 genotipe : HbSHbs = Sickle cell (100%)
Probabilitas jika Generasi IV dengan alel HbAHbS jika dikawinkan dengan alel HbAHbA
F2 ♀ >< ♂
genotipe : HbAHbS HbAHbA
Fenotipe : Carrier Normal
♀ ♂ HbA HbA
HbA HbAHbA HbAHbA
HbS HbAHbS HbAHbS
Rasio genotipe F2 = HbAHbA : HbAHbS
2 : 1
Jadi jika Generasi IV dengan alel HbAHbS jika dikawinkan dengan alel HbAHbA
kemungkinan keturunan yang terkena Sickle cell cell 0%, keturunan yang Normal 100%
dengan 25% dari keturunan yang normal tersebut karrier.
Daftar Pustaka
Pringgoutomo, Sudarto,dkk. 2002. Buku Ajar Patologi I (Umum) Edisi 1 .Jakarta:
Sagung Seto.
Suryo, Ir. 1989. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Yatim, Wildam. 1983. Genetika edisi ke-3. Bandung: Tarsito.
http://id.wikipedia.org/wiki/Genetika
http://id.wikipedia.org/wiki/Genetika_populasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Golongan_darah
http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/05/712/
www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-prevention/genetic-disorders/sickle-cell/
What-Is-The-Treatment-Of-Sickle-Cell-Anemia.html
top related