stamina dl fileta utama, laporan, berita, dan wawancara. tetapi mahasiswa bukanlah induk atau bidan...

1
Stamina REFORMASI telah menjadi pang lima dalam bahasa Indonesia saat ini. Status dan wibawanya dapat dibandingkan de- ngan istilah seperti pembangunan atau Pancasila dalam beberapa tahun lalu. Ti- dak mengherankan jika Presiden Habibie menamakan kabinet yang baru dibentuk- nya sebagai Kabinet Reformasi Pem- bangunan. Liku-liku perjalanan karir istilah refor- masi dalam sejarah politik Indonesia mu- takhir ini menarik. Pihak yang paling ber- jasa melambungkan gengsi istilah itu ke langit-Iangit cakrawala adalah para demonstran mahasiswa dalam empat bulan pertama tahun 1998. Istilah itu dipupuk dan dib esar- kan dalam spanduk, ikat kepala, poster; dan yel-yel demonstrasi. Para jurnalis memperb esar skala dan wibawa istilah itu dalam beri- ta utama, laporan, berita, dan wawancara. Tetapi mahasiswa bukanlah induk atau bidan yang paling awal mensponsori demam-reformasi saat ini. Pihak yang menendang bo- la pertama "reformasi" kalau tidak salah adalah para birokrat IMF (Dana Moneter Internasional). Tendangan awal itu ditujukan kepa- da para menteri Kabinet Pembangunan VII yang ambruk minggu lalu. Di tengah jalan bola itu sempat direbut dan dikuasai serta dire- mas-remas oleh mahasiswa sebelum ditembakkan ke gawang Orde Baru. Kisah di atas penting diingat untuk memahami irama perubahan sosial yang terjadi di Tanah Air saat ini, dan tantangan-tantangan kita berikutnya di tahun-tahun mendatang. Bahkan dalam bulan- bulan mendatang ini. Karena tendangan perdana bola reformasi di- lakukan IMF dan ditujukan kepada pemerintah Orde Baru, tidak- lah aneh jika perubahan sosial politik di Tanah Air saat ini berjaZan lamban dan lemah-gemulai. Reformasi merupakan sebuah istilah yang "jinak" untuk sebuah cita-cita, harapan, atau desakan yang sebenarnya tidak tanggung- tanggung. DaZam berbagai konteks lain, reformasi biasanya digu- nakan untuk menggambarkan sebuah proses perubahan sosial yang ogah-ogahan, kecil-kecilan, atau tambal-sulam. PadahaZ yang diminta IMF adalah pengganyangan korupsi, ko- Zusi, dan nepotisme (KKN). Istilah reformasi merupakan semacam eufemisme. Maklumlah bahasa birokrat IMF dan Menteri Kabinet negara harus dibungkus sopan-santun diplomasi. Pada masa atau konteks lain, tuntutan IMF (apalagi tuntutan mahasiswa) akan beri julukan lain yang lebih seram. Misalnya: demokratisasi, trans- paransi, transformasi, restrukturalisasi, atau suksesi. *** TENTU saja sebuah istilah tidak menentukan liku-liku sejarah bangsa kita . Apa pun istilahnya, proses perubahan yang barkan di Tanah Air saat ini dapat diamati dari berbagai segi lain. Satu hal yang menarik perhatian adalah pentingnya stamina. Stq- mina menuntut daya tahan dan daya juang berkesinambungan se- bagai modal dalam perjuangan macam apa pun. Dalam kisah-kisah perjuangan, seringkali unsur-unsur yang dl- tekankan adalah keberanian, tekad, kreativitas, atau pengorbanan. Pokoknya hal-hal yang serba meledak-Iedak. Hal-hal yang serb'a mencolok mata, mudah diamati dalam waktu segera. Semua ini co- cok dengan unsur-unsur yang dibutuhkan industri media massa un- tuk diramu dan dikemas menjadi komoditas informasi. . Yang lebih sulit diamati adalah kemampuan para pejuang dari kubu mana pun untuk bertahan dan terus melakukan desakan. Untuk mudahnya kita pakai istilah stamina. Hal ini menjadi sebuah persyaratan mutlak bagi siapa pun yang terlibat dalam sebuah per- juangan berjangka panjang atau menengah. Tidak seperti berita- berita jurnalistik yang sangat terbatas kolom-kolomnya karena di- himpit iklan. Di lapangan sepak bola atau bulu tangkis, stamina merupakan hal maha penting. Seorang olahragawan tidak cukup bermain dah- syat selama sepuluh atau dua puluh menit pertama, bila kemudian loyo. Musuhnya yang digunduli dengan skor nol dalam sepuluh menit pertama bisa-bisa menang di akhir pertandingan jika lebih unggul staminanya. Di samping sejumlah faktor pendukung eksternal, harus diakui para demonstran mahasiswa tahun 1998 unggul dalam stamina. Ki- ta tidak cukup hanya memperhitungkan bagaimana mereka masih saja terus bertahan sesudah digebug, digempur; diculik atau ditem- bak. Stamina para demonstran digempur juga oleh gerogotan wak- tu; keletihan, kejenuhan, kebosanan, atau apatisme biarpun sepak terjang mereka sepenuhnya dibiarkan aparat keamanan. Entah apa yang terjadi pada gerakan mahasiswa Indonesia jika Presiden Soeharto mundur bukan minggu lalu tetapi bulan depan. Itulah yang terjadi pada para mahasiswa di Tienanmen, Beijing pada tahun 1989. Berbulan-bulan mereka menguasai daerah terla- rang yang menjadi simbol perjuangan politik negeri RRC itu. Mirip mahasiswa kita menguasai Gedung DPR/MPR. Media banyak memberitakan pembantaian terhadap mereka. Sebelum ditembaki tentara, sebenarnya para demonstran itu sempat beberapa kali ko- car-kacir. Selama berbulan-bulan tuntutan mereka tidak digubris penguasa. Perlahan-Iahan sebagian dari mereka bosan, letih, lapar; danragu. Harus diakui, di samping aneka faktor eksternal, keunggulan sta- mina juga merupakan salah satu rahasia kejayaan pemerintah Orde Baru. Biar sudah dikritik habis-habisan, diejek, atau dihina dari da- lam dan luar negeri, pemerintah tersebut tetap kekar. Akhirnya ter- bukti Orde Baru merupakan negara kapitalis-otoriter dari genera- si Perang Dingin yang berusia paling panjang di dunia! Indonesia masih punya tokoh-tokoh dan kelompok dengan stami- na tinggi. Tetapi entah berapa banyak. Yang sering tampil adalah tokoh atau kelompok yang menjulang ke angkasa, meledak-Iedak sejenak lalu lenyap kehabisan tenaga. Padahal "reformasi" pasca- Orde Baru (atau apa pun istilahnya) merupakan sebuah pergulatan maraton. * * * Ariel Heryanto - -_ . __ . _- ._-- -- - - _. Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Upload: lamduong

Post on 08-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Stamina REFORMASI telah menjadi pang lima

dalam bahasa Indonesia saat ini. Status dan wibawanya dapat dibandingkan de­ngan istilah seperti pembangunan atau Pancasila dalam beberapa tahun lalu. Ti­dak mengherankan jika Presiden Habibie menamakan kabinet yang baru dibentuk­nya sebagai Kabinet Reformasi Pem­bangunan.

Liku-liku perjalanan karir istilah refor­masi dalam sejarah politik Indonesia mu­takhir ini menarik . Pihak yang paling ber­jasa melambungkan gengsi istilah itu ke langit-Iangit cakrawala adalah para demonstran mahasiswa dalam empat bulan pertama tahun 1998. Istilah itu dipupuk dan dibesar­kan dalam spanduk, ikat kepala, poster; dan yel-yel demonstrasi. Para jurnalis memperbesar skala dan wibawa istilah itu dalam beri­ta utama, laporan, berita, dan wawancara.

Tetapi mahasiswa bukanlah induk atau bidan yang paling awal mensponsori demam-reformasi saat ini. Pihak yang menendang bo­la pertama "reformasi" kalau tidak salah adalah para birokrat IMF (Dana Moneter Internasional). Tendangan awal itu ditujukan kepa­da para menteri Kabinet Pembangunan VII yang ambruk minggu lalu. Di tengah jalan bola itu sempat direbut dan dikuasai serta dire­mas-remas oleh mahasiswa sebelum ditembakkan ke gawang Orde Baru.

Kisah di atas penting diingat untuk memahami irama perubahan sosial yang terjadi di Tanah Air saat ini, dan tantangan-tantangan kita berikutnya di tahun-tahun mendatang. Bahkan dalam bulan­bulan mendatang ini. Karena tendangan perdana bola reformasi di­lakukan IMF dan ditujukan kepada pemerintah Orde Baru, tidak­lah aneh jika perubahan sosial politik di Tanah Air saat ini berjaZan lamban dan lemah-gemulai.

Reformasi merupakan sebuah istilah yang "jinak" untuk sebuah cita-cita, harapan, atau desakan yang sebenarnya tidak tanggung­tanggung. DaZam berbagai konteks lain, reformasi biasanya digu­nakan untuk menggambarkan sebuah proses perubahan sosial yang ogah-ogahan, kecil-kecilan, atau tambal-sulam.

PadahaZ yang diminta IMF adalah pengganyangan korupsi, ko­Zusi, dan nepotisme (KKN). Istilah reformasi merupakan semacam eufemisme. Maklumlah bahasa birokrat IMF dan Menteri Kabinet negara harus dibungkus sopan-santun diplomasi. Pada masa atau konteks lain, tuntutan IMF (apalagi tuntutan mahasiswa) akan di~ beri julukan lain yang lebih seram. Misalnya: demokratisasi, trans­paransi, transformasi, restrukturalisasi, atau suksesi.

*** TENTU saja sebuah istilah tidak menentukan liku-liku sejarah

bangsa kita. Apa pun istilahnya, proses perubahan yang mend~­barkan di Tanah Air saat ini dapat diamati dari berbagai segi lain. Satu hal yang menarik perhatian adalah pentingnya stamina. Stq­mina menuntut daya tahan dan daya juang berkesinambungan se­bagai modal dalam perjuangan macam apa pun.

Dalam kisah-kisah perjuangan, seringkali unsur-unsur yang dl­tekankan adalah keberanian, tekad, kreativitas, atau pengorbanan. Pokoknya hal-hal yang serba meledak-Iedak. Hal-hal yang serb'a mencolok mata, mudah diamati dalam waktu segera. Semua ini co­cok dengan unsur-unsur yang dibutuhkan industri media massa un-tuk diramu dan dikemas menjadi komoditas informasi. .

Yang lebih sulit diamati adalah kemampuan para pejuang dari kubu mana pun untuk bertahan dan terus melakukan desakan. Untuk mudahnya kita pakai istilah stamina. Hal ini menjadi sebuah persyaratan mutlak bagi siapa pun yang terlibat dalam sebuah per­juangan berjangka panjang atau menengah. Tidak seperti berita­berita jurnalistik yang sangat terbatas kolom-kolomnya karena di­himpit iklan.

Di lapangan sepak bola atau bulu tangkis, stamina merupakan hal maha penting. Seorang olahragawan tidak cukup bermain dah­syat selama sepuluh atau dua puluh menit pertama, bila kemudian loyo. Musuhnya yang digunduli dengan skor nol dalam sepuluh menit pertama bisa-bisa menang di akhir pertandingan jika lebih unggul staminanya.

Di samping sejumlah faktor pendukung eksternal, harus diakui para demonstran mahasiswa tahun 1998 unggul dalam stamina. Ki­ta tidak cukup hanya memperhitungkan bagaimana mereka masih saja terus bertahan sesudah digebug, digempur; diculik atau ditem­bak. Stamina para demonstran digempur juga oleh gerogotan wak­tu; keletihan, kejenuhan, kebosanan, atau apatisme biarpun sepak terjang mereka sepenuhnya dibiarkan aparat keamanan. Entah apa yang terjadi pada gerakan mahasiswa Indonesia jika Presiden Soeharto mundur bukan minggu lalu tetapi bulan depan.

Itulah yang terjadi pada para mahasiswa di Tienanmen, Beijing pada tahun 1989. Berbulan-bulan mereka menguasai daerah terla­rang yang menjadi simbol perjuangan politik negeri RRC itu. Mirip mahasiswa kita menguasai Gedung DPR/MPR. Media banyak memberitakan pembantaian terhadap mereka. Sebelum ditembaki tentara, sebenarnya para demonstran itu sempat beberapa kali ko­car-kacir. Selama berbulan-bulan tuntutan mereka tidak digubris penguasa. Perlahan-Iahan sebagian dari mereka bosan, letih, lapar; danragu.

Harus diakui, di samping aneka faktor eksternal, keunggulan sta­mina juga merupakan salah satu rahasia kejayaan pemerintah Orde Baru. Biar sudah dikritik habis-habisan, diejek, atau dihina dari da­lam dan luar negeri, pemerintah tersebut tetap kekar. Akhirnya ter­bukti Orde Baru merupakan negara kapitalis-otoriter dari genera­si Perang Dingin yang berusia paling panjang di dunia!

Indonesia masih punya tokoh-tokoh dan kelompok dengan stami­na tinggi. Tetapi entah berapa banyak. Yang sering tampil adalah tokoh atau kelompok yang menjulang ke angkasa, meledak-Iedak sejenak lalu lenyap kehabisan tenaga. Padahal "reformasi" pasca­Orde Baru (atau apa pun istilahnya) merupakan sebuah pergulatan mara ton. * * *

Ariel Heryanto

- -_. __ ._- ._-- --- - _.

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>