laporan bentuk asal marine daerah bengkulu
Post on 20-Aug-2015
751 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
GEOMORFOLOGI
ACARA: PETA BENTUK LAHAN MARINE
DISUSUN OLEH:
Nama : Oke Aflatun
NIM : 03071181320010
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
ACARA: PETA BENTUK LAHAN MARINE
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
PENYUSUN:
NAMA : Oke Aflatun
NIM : 03071181320010
HARI/JAM : Selasa/08:00-09.40 WIB.
INDRALAYA, 8 April 2014
PRAKTIKAN DISAHKAN OLEH
Oke aflatun Harnani S.T;M.T
BAB I
MAKSUD, TUJUAN DAN LATAR BELAKANG
I.1 Maksud dan Tujuan
1) Praktikan dapat mengenal, menganalisa serta menjelaskan morfologi
bentuk asal marine.
2) Praktikan dapat mengenal dan mampu menganalisa macam-macam bentuk
lahan marine beserta factor pengontrolnya.
I.2 Latar Belakang
Pantai merupakan daerah yang terletak dibagian tepi dari continental. Yang
sangat berpengaruh terhadap pembentukan model pantai adalah gelombang
(wave) dan arus (current), sedangkan gelombang pasaang surut (tides) kecil
pengaruhnya. Hal ini dapat memungkinkan terbentuknya bentang bentuk lahan
yang terjadi disekitar pantai karena disebabkan gaya-gaya yang dipengaruhinya
contohnya seperti gaya destruktif yang menyebabkan terbentuknya berbagai
bentuk lahan, hal ini terdapat dalam modul praktikum geomorfologi. Sedangkan
menurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah konfigurasi permukaan lahan yang
dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton (1984) menyatakan bahwa
bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai
hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan
permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas
karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang
bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing
bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses
geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun (Zmit, 2013).
Struktur geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul (genesa)
dari bentuklahan. Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau
pengikisan, sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan titik tertinggi dengan titik
terendah dan kemiringan lereng. Relief atau kesan topografi memberikan
informasi tentang konfigurasi permukaan bentuklahan yang ditentukan oleh
keadaan morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis dan karakteristik
batuan serta mineral penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan
bentuklahan (Zmit, 2013).
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan
pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine
berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine
dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya
beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi,
dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya.
Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya :
tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut
(transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
BAB II
BENTUK ASAL MARINE
II.1 Dasar Teori
Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh
proses laut seperti tenaga gelombang, pasang dan arus. Contohnya gisik pantai
(beach ridge), bura (spit), tombolo, laguna. Sedangkan Bentuk lahan asal aeolin,
merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses angin, contohnya gumiuk
pasir yang memiliki berbagai bentuk seperti barchan, parabolik, longitudinal,
transversal,bintang, hal ini dijelaskan oleh Reski didalam blognya (2013).
Gerakan air laut dapat mempengaruhi bentuk lahan di antaranya meliputi :
1. Pasang surut, naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga
interval naik turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang surut ini dapat
mengerosi pantai apalagi kalu bersama – sama dengan gelombang / ombak.
2. Arus, aliran air laut yang disebabkan oleh angin, perbedaan suhu air laut dll.
3. Ombak sesuai dengan arah angin dapat mengerosi pantai. (abrasi).
Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah
pantai juga dipengaruhi oleh:
1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah
sekitar pantai tersebut.
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan
oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang,
dan arus laut.
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan
bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme,
diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan
organisme yang ada di laut.
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya
bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat
proses terjadinya bentang alam di daerah pantai., dan Selain dipengaruhi oleh
kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi
oleh:
1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah
sekitar pantai tersebut atau kejadian-kejaian yang terjadi pada daerah tersbut .
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan
oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang,
dan arus laut.
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan
bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme,
diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan
organisme yang ada di laut.
Erosi atau abrasi yang terjadi dalam periode waktu yang panjang
berpengaruh terhadap pembentukan morfologi pantai. Kalau Anda yang pernah
lihat gua karst di pinggir pantai, gua-gua itu juga terbentuk oleh hasil erosi yang
terjadi di pantai. Beberapa kenampakan hasil erosi pantai, yaitu :
1. Daratan abrasi : yaitu suatu daratan hasil pengedapan dari abrasi gelombang
laut.
2. Geos : yaitu celah sempit dalam yang terdapat pada tepi pantai.
3. Stacks : lengkungan alamiah yang terpisah dari daratan karena runtuh.
4. Gua pantai : terbentuk karena hempasan gelombang air laut yang menghantam
zona-zona yang lemah pada tebing pantai.
Pengendapan oleh air lautbatuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen
marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam
hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang
pantai.
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri
dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi
tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi
perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke
laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan
material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas
permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit
terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach).
Terbentuknyasplit.
Apabila di sekitar spit terdapat pulau, biasanya spit akhirnya tersambung dengan
daratan, sehingga membentuk tombolo.
B. hasil bentukan lahan dan klasifikasinya menurut berpa ahli.
Bentang alam pantai dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan :
1. Genesa (Johnson, 1919)
2. Pendekatan genesa (Vallentine, 1951)
3. Faktor-faktor pembentukannya (Shepard, 1948)
4. Adanya gerak-gerak tektonik (Catton, 1952)
Adapun keterangannya berdasarkan pembagiannya bentang alam sebagai
berikut:
1) Klasifikasi pantai menurut Johnson (1919 Vide Thornbury, 1964),
berdasarkan genesa dibagi menjadi 4 macam pantai yaitu:
Pantai tenggelam (submergence coast), pantai tenggelam (submergence coast) ini
terjadi karena tenggelamnya daratan atau naiknya muka air laut.
Ciri-ciri pantai tenggelam:
Di muka pantai ada pulau
Garis pantai tidak teratur
Teluk dalam
Lembah-lembah turun
1. Pantai Fjord (terjadi akibat glasiasi)
Pantai naik (emergence coast), pantai ini terjadi akibat majunya garis pantai atau
turunnya muka air laut.
Ciri-ciri pantai naik:
Di muka pantai terbentuk undak-undak pantai dan gosong pasir atau tanggul-
tanggul.
Garis pantai relatif lurus
Relief relatif rendah.
Pantai netral, adalah pantai yang tidak mengalami penenggelaman atau penurunan.
Ciri-ciri pantai netral:
Garis pantai relatif lurus
Pantai landai, ombak tidak besar
Kadang-kadang terbentuk delta, bila suplai material melimpah
Pantai campuran (compound)
Ciri-ciri pantai campuran:
Pantai menunjukan undak pantai
Lembah tenggelam, akibat turun dan naiknya muka air laut
2. Klasifikasi pantai menurut Vallentine (1951, Vide Thornbury, 1964) yang
dibagi berdasarkan pendekatan genesa dan adanya perubahan-perubahan pantai
saat ini.
Pantai maju (prograding shore line) kemungkinan dapat terjadi karena,
Pantai naik (emergence coast), yaitu pantai yang terjadi karena adanya
pengangkatan dasar laut.
Pantai karena pengendapan dari laut (prograding).
Akibat organisme, terbentuk pantai koral atau pantai bakau.
Akibat bukan organisme, misal pengendapan oleh laut atau tanggul-tanggul
pantai (off shore bar) danlagoon.
Akibat pengendapan fluvial, misalnya : Pantai delta
Pantai mundur (retrograding shore line) kemungkinan dapat terjadi karena,
Pantai yang mengalmi erosi glasial atau erosi topografi, lama-lama menjadi
turun, contohnya: Pantai Fjord di daerah Boothbay Maine.
Pantai yang menggalami erosi fluvial, berupa pantai pegunungan perlipatan tua,
contohnya: Pantai Ria di New Zealand.
3. Klasifikasi pantai menurut Shepard (1948), dibagi berdasarkan faktor-faktor
pembentuknya, berdasarkan pendekatan secara genesa atau perbedaan bentuk-
bentuk awal (initial) dan juga bentuk-bentuk berikutnya (subquential).
a. Pantai primer, stadia muda
b. Pantai sekunder, stadia dewasa
Pantai primer, stadia muda ini dihasilkan oleh proses bukan asal laut
(nonmarineagencies).
Bentuk pantai yang tenggelam karena erosi dari daratan oleh sungai (glasial).
Pantai erosi fluvial yang tenggelam (Pantai Ria).
Pantai karena tenggelamnya lembah glacial (Pantai Frojd).
Pantai yang terbentuk oleh endapan asal darat.
Pantai hasil pengendapan fluvial.
Pantai pengendapan glasial, sebagai morena yang tenggelam.
Pantai maju karena pengendapan angin (prograding sand dunes).
Pantai yang terbentuk oleh meluasnya tumbuh-tumbuhan pada pantai (mangrove).
Pantai akibat aktivitas volkanik
Pantai yang dipengaruhi oleh aliran lava masa kini (recent lava flow), contoh: di
sekitar KepulauanHawaii.
Pantai amblesan volkanik dan pantai kaldera, contoh: Pantai yang terbentuk oleh
batuan vulkanik di Keanae, Hawaii.
Pantai yang terbentuk karena diastropisme atau tektonik yang bekerja.
Pantai yang terbentuk oleh tebing patahan atau gawir, pantai lurus dan dalam.
Pantai yang terbentuk oleh perlipatan. Bila pantai sejajar sumbu lipatan, terbentuk
tebing pantai yang curam.
1) Pantai sekunder, dengan stadia dewasa yang dihasilkan oleh proses asal laut
(marine agencies).
Bentuk pantai karena pengendapan laut:
Pantai yang lurus karena pengendapan gosong pasir atau bar yang memotong
teluk dengan ciri-ciri: kemiringan kecil dan ombak cukup besar.
Pantai maju karena pengendapan laut dengan ciri-ciri: kemiringan cukup besar,
ombak sangat kuat, daerah laut terbuka, contohnya: daerah Pantai Parangtritis.
Pantai dengan gosong pasir lepas pantai (off shore bar and long shore spits),
merupakan pantai yang terbentuk oleh sedimen-sedimen yang diendapkan arus
dan ombak di sepanjang pantai dengan ciri-ciri: daerahnya berrelief datar, slope
terhadap laut landai, ada teluk, laguna (off shore bar/spits)
Pantai terumbu koral
2) Terumbu tepi laut (fringing reef), terdapat di pantai, tertambat di daratan, bentuk
seperti sabuk dan mempunyai lebar beberapa feet.
3) Terumbu penghalang (barier reef), terdapat di lepas pantai (off shore) yang
dipisahkan dari daratan oleh laguna lebar 1/2-10 mil. Contoh terbesar Great
Barrier Reer di pantai Utara Australia.
4) Terumbu cincin (atoll), bentuknya seperti cincin yang mengurung laguna.
4. Klasifikasi pantai menurut Cotton (1952 Vide Bloom, 1979), dengan dasar
pembagian gerakan-gerakan tektonik yang terjadi.
(1) Daerah pantai stabil, dipengaruhi oleh peneggelam daratan masa kini (recent
submergence).
(2) Daerah pantai yang labil atau mobil, dipengaruhi oleh adanya pengangkatan atau
penurunan daratan masa kini.
BAB III
Pembahasan
III.1 Beting Gisik
Beiting gisik merupakan bentuk morfologi di pinggir pantai Pada peta bentuk
lahan marine daerah Bengkulu terdapat morfologi yang ditemukan adalah adanya
gambaran secara fisik dengan titik-titik kecil yang terdapat di daerah pesisir pantai.
Beting gisik terbentuk karena timbunan puing batuan di atas sepanjang daerah
yang terpotong gelombang yang sifatnya hanya sementara. Pada peta topografi
beting gisik di simbolkan dengan M4. material pada beting gisik penyusun berupa
pasir dengan ukuran yang halus bercampur dengan debu dan lempung.
III.2 Dataran Banjir (dataran fluvial)
Dataran banjir adalah daerah luapan sungai. Dataran banjir yang terlihat
pada peta marine daerah Bengkulu memperlihatkan dengan garis kontur yang
kurang rapat. Hal ini membuktikan bahwa pada daerah ini litologi batuannya tidak
resisten dengan morfografi yang lebih landai. Daerah dataran banjir terlihat karena
adanya sungai dengan stadia tua. Pada peta daerah Bengkulu daerah dataran
banjir di simbolkan dengan F7. Morfostruktur aktif dataran banjir adalah dinamik
dan morfodinamiknya erosi.
III.3 Tanggul Alam
Pada peta marine daerah Bengkulu terdapat tanggul alam yang ditandai
dengan berada di daerah pesisir pantai dan didekat dengan teluk. Morfografi pada
daerah tanggul alam landai dan morfostruktur aktinya adalah dinamik. Terlihat dari
morfodinamiknya adalah erosi. Hal ini membuktikan bahwa pada daerah peta
marine untuk tanggul alam litologi batuannya sangat tidak resisten Karena tanggul
alam terbentuk karena adanya aktifitas dari proses sedimentasi dari pantai. Untuk
daerah dataran banjir pada peta di simbolkan dengan F8.
III.4 Gosong Pantai
Gosong pantai terlihat pada peta diantara daratan yaitu daerah dataran
alluvial dan daerah tanggul alam. Gosong pantai dapat terbentuk karena adanya
proses pengendapan yang terjadi. Untuk morfometri dari gosong sungai yaitu
landai. Morfostruktur aktifnya yaitu dinamik. Pada peta memperlihatkan dengan
garis memutar kecil yang mengitari air diantara pertemuan air laut dan air tawar
yang dibuktikan oleh adanya sungai yang mulai bertemu dengan pantai. Untuk
daerah gosong pantai disimbolkan pada peta yaitu M11.
III.5 Dataran Alluvial
Untuk daerah dataran alluvial didaerah Bengkulu memperlihatkan morfologi
pada peta dengan garis kontur yang kurang rapat. Selain itu terllihat adanya
pemukiman. Indeks kontur memperlihatkan daerah daratan alluvial dengan
kisaran ketinggian dari 54 sampai 16 meter diatas permukaan laut. Litologi batuan
yang terdapat didaerah dataran alluvial adalah tidak resisten dengan morfostruktur
aktifnya yaitu dinamik. Pada peta marine daerah Bengkulu dataran alluvial
disimbolkan dengan F1.
III.6 Rawa
Pada peta marine Bengkulu daerah rawa disimbolkan dengan garis
terputus-putus. Selain itu morfografi daerah rawa hanya berupa daratan.
Morfometrinya landai sehingga morfostruktur pasifnya adalah tidak resisten
karena litologi batuan pada umumnya untuk daerah rawa adalah lempung. Pada
peta marine Bengkulu di simbolkan dengan F4
III.7 Gosong Sungai
Gosong sungai terlihat pada peta diantara daratan yaitu daerah dataran alluvial
dan daerah tanggul alam. Gosong sungai dapat terbentuk karena adanya proses
pengendapan yang terjadi. Untuk morfometri dari gosong sungai yaitu landai.
Morfostruktur aktifnya yaitu dinamik. Gosong sungai pata peta daerah Bengkulu
dapat di lihat pada daerah sungai yang berkelok-kelok dan disimbolkan pada peta
yaitu F13.
BAB IV KESIMPULAN
1. Pada peta membuiktikan bahwa litologi batuannya tidak resisten.
2. Aliran gelombang pada pantai dapat membentuk beting gisik maupun
tanggul alam.
3. Indeks kontur tertinggi pada peta hanya sampai 54 meter diatas permukaan
laut.
4. Morfostruktur aktif dari peta daerah Bengkulu adalah dinamik.
5. Litologi batuannya tersusun atas pasir dan lempung
6. Terjadi pengendapan gosong sungai dan pengendapan gosong pantai
Daftar Pustaka
Boby, Hendrik. 2012. http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/sedimentologi-dan-s
Edimentasi.html. Diakses 5 April 2014.
Modul Praktikum Geomorfologi Universitas Sriwijaya
Reski. 2012. http://reskiayumagfira.blogspot.com/. Diakses 5 April 2014.
top related