lapks dewi preeklampsia
Post on 21-Oct-2015
7 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Preeklampsia-eklampsia tergolong kehamilan resiko tinggi, karena morbiditas
dan mortalitas maternal dan perinatalnya tinggi. Morbiditas dan mortalitas maternal
dan perinatal sering terjadi pada penderita yang keadaannya jelek yang terlambat
dirujuk ke rumah sakit.
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatidosa.
Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Kriteria Preeklampsia
ringan adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi :
- Tekanan sistolik ≥ 140 mmHg, tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.
- Peningkatan tekanan sistolik ≥ 30 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 15
mmHg.
2. Proteinuria :
- > 0,3 gram/liter (24 jam) atau 1 gram/liter (6 jam).
- Kualitatif.
Penyakit ini digolongkan berat apabila satu atau lebih tanda/gejala
dibawah ditemukan, yaitu:
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110
mmHg atau lebih;
2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4+ pada
pemeriksaan kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam;
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium;
5. Edema paru atau sianosis.
Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan umumnya berkisar antara 7-12 %.
Insiden preeklampsia pada pada umumnya dikutip sekitar 5 %, meskipun dilaporkan
adanya variasi yang sangat besar. Insiden dipengaruhi oleh paritas, predisposisi ras
dan dengan demikian dipengaruhi oleh genetik dan juga oleh faktor lingkungan.
Frekuensi untuk tiap negara berbeda, karena banyak faktor yang mempengaruhinya;
jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan kriteria dalam penentuan
diagnosis dan lain-lain. Di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou selama periode 1999-2000
insidensi eklampsia mencapai 0,5 %. Jika dibandingkan dengan frekuensi eklampsia
secara umum di negara berkembang yang berkisar antara 0,3-0,7 % dan di negara
maju yang berkisar antara 0,005-1 % maka nilai insidensi eklampsia di RSU Prof. Dr.
R. D. Kandou cukup tinggi.
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan
kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. Setiap kehamilan dengan faktor risiko
tinggi akan menghadapi morbiditas atau mortalitas terhadap ibu dan janin dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
Faktor non medis antara lain adalah: kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi,
kepercayaan dan sebagainya. Hal ini banyak terjadi terutama dinegara-negara
berkembang, yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas
dan mortalitas. Selain itu yang termasuk faktor non medis adalah: status gizi buruk,
soaial ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan
kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan.1
Faktor medis antara lain adalah: penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan
obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit
neonatus dan kalainan genetik.
Apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang
belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan penyebab penyakit
tersebut, akan tetapi belum ada hasil yang memuaskan.Beberapa teori yang dapat
menjelaskan tentang etiologi dari preeklampsia antara lain : teori genetik, teori
imunologik, teori iskemia plasenta, teori radikal bebas dan kerusakan sel endotel, teori
kerusakan sel endotel, teori trombosit dan teori diet.
Seksio sesarea merupakan salah satu cara yang digunakan untuk melakukan
terminasi kehamilan. Seksio sesarea merupakan pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding abdomen dan dinding uterus.
Di bawah ini dilaporkan sebuah kasus preklampsia berat yang disertai
kehamilan risiko tinggi dimana persalinan diakhiri dengan tindakan seksio sesarea.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny.M.T
Umur : 41 tahun
Pendidikan : Strata 1
Alamat : Calaca
Pekerjaan : Pegawai negeri sipil
Agama : Kristen Protestan
Suku : Minahasa
Bangsa : Indonesia
Nama suami : Tn. J.R
Pendidikan : Strata 1
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
MRS : 14 januari 2014 jam 18.00
ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama : pasien MRS dikirim oleh dokter spesialis ObsGin dengan diagnosa
G2P1A0 41 tahun hamil 35-36 minggu + PEB ? BB 103 kg
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri perut bagian bawah ingin belum dirasakan.
- Pelepasan lendir campur darah dari jalan lahir (-).
- Pelepasan air ketuban dari jalan lahir (-).
- Pergerakan janin masih dirasakan saat MRS.
- BAK/BAB biasa
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Penyakit jantung (-)
- Penyakit Paru (-)
- Penyakit ginjal (-)
- Penyakit hati (-)
- Penyakit kencing manis (-)
- Penyakit darah tinggi (-)
Anamnesis Kebidanan :
Riwayat Kehamilan Sekarang
Pemeriksaan Antenatal (PAN)
Jumlah PAN selama kehamilan 10 kali di dr. Ronny A.A Mewengkang,Sp.OG.
TT : (-)
Riwayat Haid
Menarche umur 11 tahun, siklus teratur, lamanya haid 7-8 hari.
HPHT : 10 Mei 2013
Taksiran partus : 17 Februari 2014
Riwayat Keluarga
Perkawinan 1 kali dengan suami sekarang 2 tahun.
Jumlah anak sekarang 1 orang.
Riwayat KB
Tidak pernah ikut KB
Riwayat Kehamilan Dahulu
- P1, 2012, cukup bulan, SC a.i sungsang, oleh dokter di RSUP prof kandou,
♂ BBL 3400, hidup.
Pemeriksaan Kebidanan
Status Praesens :
- Keadaan umum : cukup
- Kesadaran : compos mentis
- Tensi : 160/100 mmHg
- Nadi : 94x/mnt
- Respirasi : 16x/mnt
- Suhu badan : 36,7o C
- Tinggi Badan : 160 cm
- Berat Badan : 101 kg
- Gizi : cukup
- Kulit : Turgor N
- Kepala : simetris, deformitas (-)
- Mata : conj : an -/-, skl : ikt -/-
- Hidung : sekret -/-
- Mulut/gigi : caries (-)
- Dada : cor & pulmo tak
- Perut : sukar dievaluasi
- Kelamin : perempuan, TAK
- Anggota gerak : Oedema (+), varices (-), Refleks Fisiologis (+) N, Refleks
Patologis (-)
- Proteinuniria : (+++)
Status Obstetrik
- Tinggi Fundus uteri : 36 cm
- Letak anak : Letak kepala U Punggung kanan
- BJA : (+) 12-11-12
- His : (-)
- Gerakan Janin : (+)
- TBBA : 3720 gr (JT)
Resume Masuk :
G2P1A0, 41 tahun, MRS tanggal 14 Februari 2014 jam dengan Keluhan utama pasien
MRS dikirim oleh dokter spesialis ObsGin dengan diagnosa
G2P1A0 41 tahun hamil 35-36 minggu + PEB ? BB 103 kg
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala
Tanda inpartu (-), pelepasan air (-), pergerakan anak (+), riwayat hipertensi (-),
RPD(-).
Status praesens : T : 160/100 mmHg, N : 94x/mnt, R : 16x/mnt Sb : 36,70C
Status obstetrik : TFU : 36 cm, let anak : let kep U puka, His (-), TBBA 3720 gr
Diagnosa : G2P1A0 41 tahun, hamil aterm belum inpartu + bekas SC + PEB +
HRP (101 kg)
Janin intauterin tunggal hidup letak kepala
Sikap : - IVFD
- MgSO4 sesuai protokol
- Pasang Kateter
Observasi
14 Januari 2014 18.00
Kes : CM, T : 160/100 mmHg, N : 94x/mnt, R : 16x/mnt, His (-), BJA : 12-11-12
Dx : G2P1A0, 41 tahun, hamil aterm, + bekas SC + PEB + HRP (101 kg)
Janin intrauterin tunggal hidup, letak kepala
Sikap : - MgSO4 sesuai protokol
MgSO4 40%, 4 gr IV bolus pelan-pelan
MgSO4 40%, 6 gr drips dalam RL 500cc 28 gtt/m
- Kateterisasi urine 100 cc
PD : Portio tebal lunak, arah axial, pembukaan (-), pp kep HI
Dx : G2P1A0, 41 tahun, hamil aterm, belum inpartu + bekas SC + PEB +
HRP (101 kg)
Janin intrauterin tunggal hidup, letak kepala
Sikap : - Secsio cesaria
- MgSO4 dilanjutkan sesuai protokol
- Dopamed 3x500mg tab
- Konseling, informed consent
- Konsul mata, interna
- EKG, Lab lengkap,USG
- Urinalisis
- Sedia donor, setuju operasi
- Lapor konsulen setuju SC
Jam 18.00-19.00
T : 160/100 mmHg, N : 92x/mnt, R : 16 x/mnt, His (-), BJA : 12-12-12,
Jam 19.00-20.00
T : 160/100 mmHg, N : 92x/mnt, R : 16 x/mnt, His (-), BJA 12-11-12
Jam 20.00-21.00
T: 150/100 mmHg, N : 88x/mnt, R : 16 x/mnt, His (-), BJA 12-11-12
Jam21.00-22.00
T : 160/100 mmHg, N : 88x/mnt, R : 16 x/mnt, His (-), BJA 12-11-12
Hasil Pemeriksaan Lab :
Hb : 11,9 gr%
Leukosit : 8.100/mm3
Trombosit : 231.000/mm3
Urinalisis : Protein ++
Jam 22.00
Penderita didorong ke OK Cito
Jam 22.50
Operasi dimulai dan dilakukan SCTP
Laporan operasi :
Penderita dibaringkan telentang di atas meja operasi kemudian dilakukan tindakan
antiseptik pada lapangan operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi dipersempit
dengan doek steril kecuali lapangan. Dalam keadaan spinal anastesi dilakukan insisi
pfannenstiel dan diperdalam lapis demi lapis sampai tampak peritoneum parietalis.
Peritoneum dijepit dengan 2 pinset, kemudian digunting kecil, lalu diperlebar ke atas
dan ke bawah, sampai tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika vesikouterina,
dilakukan insisi beberapa cm di atas, vesika urinaria disisihkan ke depan, dan
dilindungi dengan haak abdomen. Identifikasi dan dilakukan insisi SBR kemudian
diperlebar ke kanan dan ke kiri secara tumpul. Tampak bayi dalam letak kepala. Jam
23.20 WITA lahir bayi perempuan BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS : 3-5-7.
Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat diklem dengan 2 kocher, lalu digunting
diantaranya dan bayi diserahkan ke neonati untuk perawatan selanjutnya. Luka insisi
SBR dijepit dengan beberapa ring tang, plasenta dilahirkan secara manual. Luka insisi
SBR dijahit 2 lapis dengan chromic catgut, lapisan pertama secara simpul dan lapisan
kedua secara jelujur. Plika vesikouterina dijahit secara jelujur dengan chromic,
kontrol perdarahan (-). Dilakukan eksplorasi rongga abdomen, uterus bentuk normal,
tuba dan ovarium kiri dan kanan baik. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa
bekuan darah, kemudian dinding perut dijahit lapis demi lapis. Peritoneum dijahit
dengan chromic catgut secara jelujur, otot secara simpul, fascia secara jelujur dengan
dexon, lemak secara simpul dengan catgut, dan kulit dijahit dengan chrome catgut
secara subkutikuler. Jalan lahir dibersihkan dari sisa bekuan darah. Luka operasi
dibersihkan dan ditutup dengan gaas steril.
Jam 24.00. Operasi selesai
KU Postpartum, T : 140/90 mmHg, N : 88x/mnt, R : 16 x/mnt
Perdarahan : ± 1000cc
Diuresis : ± 100cc
Kontraksi Uterus baik
TFU 2 jari dibawah pusar
Sikap Post SCTP :
- Observasi T, N, R, S, diuresis, perdarahan
- Puasa sampai peristaltik (+), flatus (+)
- IVFD RL : D5% = 2:2 30gtt/m
- Ceftriaxone 3x1 gr IV
- Metronidazole inj 2x 0,5 gr drips
- Pitogin 3x1 amp drips
- Kaltrofen supp. 2x1
- As.Tranexamat 3x1 amp
- Vit C 1x1 amp
- Cek Hb 2 jam dan 6 jam post op bila Hb<10 gr/dl protransfusi
Follow-up Ruangan
15 Januari 2014
Keluhan: Nyeri luka (+)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,7 0C
Status Puerpuralis:
TFU : Setinggi pusat, kontraksi uterus baik
Payudara : Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen : Peristaltik (+), luka operasi terawat, tertutup kain gaas.
Lokia : Rubra
Terpasang infus dan kateter
Diagnosis:
P2A0, 41 tahun post SCTP + IUD post plasental Hr I a.i. bekas SC + PEB + HRP
Lahir bayi Perempuan, BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS 3-5-7
Sikap:
- IVFD RL : D5% 1:1
- Ceftriakson inj 3 x 1 gram IV
- Metronidazol 2 x 500 mg IV
- Sf 1x1 tab
- Vit c. 1 x 1 amp
- Diet TKTP
- Mobilisasi bertahap
16 Januari 2014
Keluhan: Nyeri luka (+)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 140/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,7 0C
Status Puerpuralis:
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara : Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen : Peristaltik (+), luka operasi terawat, tertutup kain gaas.
Lokia : Rubra
Diagnosis:
P2A0, 41 tahun post SCTP + IUD post plasental Hr II a.i. bekas SC + PEB + HRP
Lahir bayi Perempuan, BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS 3-5-7
Sikap:
- Aff Infus, aff kateter
- Cefadroxil 3x500gr
- Sf 1x1 tab
- Vit c. 3 x 1 tab
- Dopamed 3x500mg tab
- Diet TKTP
17 Januari 2014
Keluhan: Nyeri luka nyeri berkurang
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 140/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,7 0C
Status Puerpuralis:
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara : Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen : Peristaltik (+), luka operasi terawat, tertutup kain gaas.
Lokia : Rubra
Diagnosis:
P2A0, 41 tahun post SCTP + IUD post plasental Hr III a.i. bekas SC + PEB + HRP
Lahir bayi Perempuan, BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS 3-5-7
Sikap:
- Aff Infus, aff kateter
- Cefadroxil 3x500gr
- Sf 1x1 tab
- Vit c. 3 x 1 tab
- Dopamed 3x500mg tab
- Diet TKTP
18 Januari 2014
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 130/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,7 0C
Status Puerpuralis:
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara : Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen : Peristaltik (+), luka operasi terawat, tertutup kain gaas.
Lokia : Rubra
Diagnosis:
P2A0, 41 tahun post SCTP + IUD post plasental Hr IV a.i. bekas SC + PEB + HRP
Lahir bayi Perempuan, BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS 3-5-7
Sikap:
- Cefadroxil 3x500gr
- Sf 1x1 tab
- Vit c. 3 x 1 tab
- Dopamed 3x500mg tab
- Diet TKTP
- Rencana Pulang
PEMBAHASAN
Dalam diskusi ini akan dibahas mengenai:
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
4. Prognosis
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kebidanan serta
pemeriksaan laboratorium, penderita didiagnosis dengan G2P1A0, 41 tahun, hamil
aterm, belum inpartu dengan pre-eklampsia berat dengan kehamilan risiko tinggi.
Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita hamil yang kedua, pernah
melahirkan 1 kali dan abortus tidak pernah, hari pertama haid terakhir tidak diketahui
pasti oleh penderita, kira-kira awal bulan mei 2013. Saat datang, belum terlihat
adanya tanda-tanda inpartu seperti his tidak ada juga pelepasan lendir dan air tidak
ada. Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa penderita tidak pernah
mengalami hipertensi sebelumnya hipertensi diakui pasien hanya pada saat kehamilan
Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah penderita 160/100 mmHg, dan pada
pemeriksaan laboratorium urin kualitatif didapatkan proteinuria (+++). Hal ini sesuai
dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa diagnosis pre-eklampsia berat
ditegakkan jika didapatkan satu atau lebih gejala dan tanda: tekanan darah 160/110
mmHg diukur dalam keadaan rileks, proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam atau ≥
+2 pada pemeriksaan kualitatif, oliguria yaitu urine < 500 ml/ 24 jam.
Pada kasus ini faktor predisposisi dari pre-eklampsia adalah usia > 35 tahun
(41 tahun). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa faktor
predisposisi dari terjadinya pre-eklampsia antara lain adalah primigravida,
molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes melitus, hidrops foetalis, bayi besar, umur
lebih dari 35 tahun, penyakit ginjal dan hipertensi sebelum kehamilan serta obesitas.
Pada kasus ini juga terdapat faktor risiko berat badan yaitu 101 kg sehingga
pasien juga didiagnosis dengan kehamilan risiko tinggi.
Penanganan
Berdasarkan diagnosis maka diambil sikap:
- Secsio cesaria
- MgSO4 dilanjutkan sesuai protokol
- Dopamed 3x500mg tab
- Konseling, informed consent
- Konsul mata, interna
- EKG, Lab lengkap,USG
- Urinalisis
- Sedia donor, setuju operasi
- Lapor konsulen setuju SC
- Observasi T, N, R, S, BJA
Setelah diagnosis ditegakkan pada kasus ini maka penderita secepatnya ditangani
dengan pemberian MgSO4, hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
kejang (Eklampsi), disamping itu juga dapat menurunkan tekanan darah dan
menambah diuresis.
Cara pemberian:
Dosis awal 4 gram MgSO4 40 % (10 cc) IV, kecepatan 1 gram permenit disusul 6
gram MgSO4 40 % (15 cc) dalam RL 500 cc diberikan secra IV drips 28 gtt/mnt
Dosis pemeliharaan diberikan 4 gram IM setelah 6 jam pemberian dosis awal,
selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 6 jam.
Syarat-syarat pemberian:
1. Harus tersedia antidotum, yaitu calsium glukonac 10 % (1 gram dalam 10 cc)
diberikan IV pelan-pelan
2. Refleks patella (+) kuat
3. Frekuensi pernapasan > 16 kali permenit
4. Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya.
Konsul penyakit dalam dan mata dan EKG dimaksudkan untuk mengetahui
adanya gangguan di bidang tersebut sehubungan dengan PEB.
Penanganan aktif berupa seksio sesarea dilakukan berdasarkan indikasi umur
kehamilan aterm, dimana syarat untuk terminasi pervaginam tidak terpenuhi yaitu
belum ada tanda-tanda inpartu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa penanganan aktif dilakukan berdasarkan indikasi umur
kehamilan > 37 minggu dengan syarat indikasi lahir pervaginam tidak terpenuhi.6
Penanganan aktif berupa terminasi kehamilan.
Cara terminasi kehamilan:
a. Belum inpartu
1. Induksi persalinan
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 6
2. Seksio sesarea bila syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra
indikasi tetes oksitosin, atau bial 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin
belum masuk kedalam fase aktif.
b. Sudah inpartu
Kala I
Fase laten: Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 6
Fase aktif: Dilakukan amniotomi, bila his tidak adekuat diberikan tetes
oksitosin dan bial 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap, dilakukan seksio sesarea.
Kala II
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan skor bishop < 6 maka syarat induksi tidak
terpenuhi sehingga dilakukan seksio sesarea.
Perawatan post operasi dilakukan dengan pemberian IVFD RL : Dextrosa 5 % =
2 : 2, Ceftriaxon 3 x 1 gr, i.v, Metronidazole drips 2 x 500 mg, i.v, Pitogin 3 x 1
ampul, i.v dan Vitamin C 3 x 1 ampul, i.v. Sedangkan untuk penatalaksanaan non
farmakologi dianjurkan untuk diet bubur saring setelah bising usus terdengar yang
kemudian dilanjutkan dengan diet tinggi karbohidrat tinggi protein, rawat luka dan
mobilisasi bertahap.
Pemberian antibiotika ceftriaxon adalah untuk profilaksis khususnya untuk
kuman gram-positif dengan waktu paruh 8 jam dan dikombinasikan dengan
metronidasol dimana metronidasol lebih spesifik untuk bakteri anaerob. Pemberian
oksitosin sendiri adalah untuk memperbaiki kontaksi uterus dan untuk profilaksis atau
terapi perdarahan sekunder. Vitamin C diberikan untuk proses penyembuhan luka dan
terapi perdarahan kapiler, dimana vitamin C berfungsi dalam sintesis kolagen
sehingga akan menyebabkan adhesi sel-sel endotel pembuluh darah yang lebih baik.21
Diet TKTP dan perawatan luka secara teratur juga merupakan langkah yang
dilakukan untuk mendukung proses penyembuhan luka dan pencegahan komplikasi
dan pada pasien ini tidak ditemukan adanya komplikasi seperti perdarahan atau
infeksi.
Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada pre-eklampsia berat adalah perdarahan
otak, solutio plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis, kelainan mata, edema paru,
nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan ginjal, lidah tergigit, trauma dan fraktur.
Pada kasus ini tidak ada komplikasi pada ibu maupun anak.
Prognosis
Pada kasus ini keadaan ibu dan anak setelah operasi baik, dimana tekanan
darah post operasi menurun dan apgar skore pada anak adalah 9-10, serta selama
perawatan di ruangan ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Maka prognosisnya adalah
dubia ad bonam.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
- Pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis preeklampsia berat dengan
kehamilan risiko tinggi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan laboratorium.
- Dasar diagnosis untuk kasus ini adalah ditemukan Tensi 160/100 mmHg,
Proteinuria kualitatif +++.
- Pada kasus ini penanganan untuk mencegah terjadinya kejang maka
penderita diberikan MgSO4 sesuai protokol.
- Kasus ini juga disertai dengan kehamilan risiko tinggi dimana berat badan
yaitu 101 kg merupakan faktornya.
Saran
- Pada penderita pre-eklampsia sebaiknya disarankan melakukan PAN yang
teratur untuk mendeteksi dan meminimalisasi kemungkinan yang akan
terjadi pada waktu persalinan.
- Edukasi secra khusus kepada pasien, mengingat pasien sebelumnya sudah
melakukan tindakan operasi secsio cesaria maka persalinan berikut harus
dilakukan di Rumah Sakit dengan jarak kehamilan minimal 2 tahun.
- Pada penderita ini perlu untuk pengawasan yang ketat sebelum dan
sesudah postpartum.
Daftar Pustaka
1. Wiknjosastro GH, Baslamah A. Iatrogenic obstetrics intervention and high caecarea section tare. In: Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH, editors. Womens health. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1995.p. 391-4
2. Quilingan EJ. Caesarean section: modern prospective in management of high risk pregnancy. 3th ed. Boston: Blackwell Scientific Publication, 1994.p. 520-3
3. Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH. Kehamilan dan persalinan dengan parut uterus. Dalam: Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002; 76-7
4. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT. Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi. Manado: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT, 1996
5. Pritchard JA, McDonald PC, Gant NF. Williams Obstetri, edisi 17. Surabaya: Airlangga University Press, 1991
6. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999
7. Pengurus Besar POGI. Gestosis. Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi, bagian I. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2000; 1-8.
8. Rachimhadi T. Pre-eklampsia dan eklampsia. Dalam: Ilmu kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 1997: 281-300
9. Hipertensi selama kehamilan. Dalam: Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC, 1994: 235-45.
10. Sofian A. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta. EGC. 2012
top related