kutai basin exploration

Post on 28-Dec-2015

153 Views

Category:

Documents

9 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Exploration of Kutai Basin, Indonesia

TRANSCRIPT

Kutai Basin

S1 TEKNIK GEOLOGI

STT MIGAS BALIKPAPAN

Kelompok 3: 1. RIZKY TEDDY AUDINNO

2. RENATO DIAN YACOB SIMANJUNTAK

3. RIZKI MEI TAURUSIANA

KUTAI BASIN

Potensi Hidrokarbon

Basin Evolution

Petroleum System

Stratigrafi

Struktur

Tektonik Batas

Introduction

• Introduction • Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan di Indonesia yang

menutupi daerah seluas ±60.000 km2 dan mengandung endapan berumur Tersier dengan ketebalan mencapai 14 km (Rose dan Hartono, 1971 op.cit. Mora dkk.,2001). Cekungan ini merupakan cekungan terbesar dan terdalam di Indonesia Bagian Timur. Cekungan Kutai terletak di tepi bagian timur dari Paparan Sunda, yang dihasilkan sebagai akibat dari gaya ekstensi di bagian selatan Lempeng Eurasia (Howes, 1977 op.cit. Allen & Chambers, 1998).

• Cekungan Kutai merupakan cekungan sedimen terluas dan terdalam di

Indonesia bagian timur (Satyana et al., 1999). Luasnya mencapai 65.000 km2 dan ketebalan sedimen 12-14 km. Cekungan Kutai merupakan salah satu penghasil minyak yang paling produktif di Indonesia dan merupakan cekungan ekonomis kedua setelah Cekungan Dumai.

• Batas-batas

Utara : Tinggian Mangkalihat,

Sesar Sangkulirang

Selatan : Cekungan Barito, Sesar

Adang

Barat : Tinggian Kuching

Timur : Delta Mahakam, Selat

Makassar

• Tektonik

• Struktur tektonik yang berkembang pada Cekungan Kutai berarah timur laut-barat daya (NE-SW) yang dibentuk oleh Antiklinorium Samarinda, yang berada di bagian timur – tenggara cekungan (Supriatna dkk., 1995). Antiklinorium Samarinda tersebut memiliki karakteristik terlipat kuat, antiklin asimetris dan dibatasi oleh sinklin-sinklin yang terisi oleh sedimen silisiklastik Miosen (Satyana dkk., 1999)

• Pulau Kalimantan merupakan tempat terjadinya kolisi dengan mikrokontinen, busur kepulauan, penjebakan lempeng oceanic dan intrusi granit, membentuk batuan menjadi dasar Cekungan Kutai selama Kapur Tengah sampai Eosen Awal (Moss, 1998 op.cit Chambers & Moss, 2000). Pada Eosen Tengah, Cekungan Kutai terbentuk oleh proses pemekaran yang melibatkan pemekaran selat Makasar bagian utara dan Laut Sulawesi (Chambers & Moss, 2000).

• Bentukan struktur Cekungan Kutai didominasi oleh perlipatan dan pensesaran. Secara umum, sumbu perlipatan dan pensesarannya berarah Timurlaut-Baratdaya dan subparalel terhadap garis pantai Timur pulau Kalimantan. Di daerah ini juga terdapat tiga jenis sesar, yaitu sesar naik, sesar turun dan sesar mendatar.

• Struktur

• Bentukan struktur Cekungan Kutai didominasi oleh perlipatan dan pensesaran. Secara umum, sumbu perlipatan dan pensesarannya berarah Timurlaut-Baratdaya dan subparalel terhadap garis pantai Timur pulau Kalimantan. Di daerah ini juga terdapat tiga jenis sesar, yaitu sesar naik, sesar turun dan sesar mendatar.

• Stratigrafi

• Menurut Allen dan Chambers (1998), Cekungan Kutai tersusun atas endapan-endapan sedimen berumur Tersier yang memperlihatkan endapan fase transgresi dan regresi laut, yaitu:

• Fase Transgresi Paleogen Fasa sedimentasi Paleogen dimulai ketika terjadi fasa tektonik ekstensional

dan pengisian rift pada kala Eosen. Pada masa ini, Cekungan Barito, Kutai, dan Tarakan merupakan zona subsidence, sedimentasi Paleogen mencapai puncak pada fasa pengisian pada saat yang saling terhubungkan (Chambers & Moss, 2000), kemudian cekungan tidak mengalami pergerakan yang signifikan, sehingga mengendapkan serpih laut dalam secara regional dan batuan karbonat pada Oligosen Akhir.

• Fase Regresi Neogen

Fase ini dimulai pada Miosen Awal hingga sekarang, yang menghasilkan progradasi delta (deltaic progradation) yang masih berlanjut hingga sekarang. Sedimen regresi ini terdiri dari lapisan-lapisan sedimen klastik delta hingga laut dangkal dengan progradasi dari barat kearah timur dan banyak dijumpai lapisan batubara (lignite).

• Berdasarkan Peta Geologi Lembar Samarinda (Supriatna dkk., 1995, stratigrafi Cekungan Kutai dibagi menjadi (dari tua ke muda): Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan, Formasi Kampung Baru.

• Formasi Pamaluan • Batupasir kuarsa dengan Sisipan Batulempung, Serpih,

Batugamping dan Batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir Kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitaman – kecoklatan, berbutir halus – sedang, terpilah baik, butiran membulat – membulat tanggung, padat, karbonan dan gampingan. Setempat dijumpai struktur sedimen silang siur dan perlapisan sejajar. Tebal lapisan antara 1-2 m. Batulempung dengan ketebalan rata-rata 45 cm. Serpih, kelabu kehitaman - kelabu tua, padat, dengan ketebalan sisipan antara 10 – 20 cm. Batugamping berwarna kelabu, pejal, berbutir sedang-kasar, setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar. Batulanau berwarna kelabu tua-kehitaman. Tebal Formasi lebih kurang 2000 m.

• Formasi Bebuluh • Batugamping terumbu dengan sisipan batugamping

pasiran dan serpih, warna kelabu, padat, mengandung forameinifera besar berbutir sedang. setempat batugamping menghablur, tak beraturan. Serpih kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera besar yang jumpai antara lain : Lepidocycilina Sumatroenis, Myogipsina Sp, Operculina Sp, mununjukan umur Miosen Awal – Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Babuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulu Balang.

• Formasi Pulau Balang • Perselingan Batupasir Greywacke dan Batupasir Kuarsa Sisipan

Batugamping, Batulempung, Batubara dan Tuf Dasit. Batupasir Greywacke berwarna kelabu kehijauan , padat, tebal lapisan antara 50 – 100 cm. Batupasir Kuarsa berwarna kelabu kemerahan, setempat tufan dan gampingan, tebal lapisan antara 15 -60 cm. Batugamping berwarna coklat muda kekuningan, mengandung foraminifera besar. Batugamping ini terdapat sebagai sisipan atau lensa dalam Batupasir Kuarsa, ketebalan lapisan 10 - 40 cm. Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2 cm. Setempat berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa. Di sungai Loa Haur, mengandung Foraminifera besar antara lain Austrotrilina howhici, Brelis Sp, Lepidocycilina Sp, Myogipina Sp, menunjukan umur Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal.

• Formasi Balikpapan • Perselingan Batupasir dan Batulempung Sisipan Batulanau,

Serpih, Batugamping dan Batubara. Batupasir Kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 5 – 10 cm. Batupasir Gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan sejajar dan silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan tipis karbon. Batulempung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan, setempat mengandung lensa batupasir gampingan. Batulanau Gampingan, berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping Pasiran, mengandung foraminifera besar, moluska, menunjukkan umur Miosen Akhir bagian bawah - Miosen Tengah bagian atas, tebal formasi 1000 – 1500 m.

• Formasi Kampung Baru • Batupasir Kuarsa dengan Sisipan Batulempung, Serpih,

Batulanau dan Lignit, pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung lapisan tipis oksida besi atau kongkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter 0,5 – 1 cm, mudah lepas. Batulempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, kepingan batubara, koral. Batulanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1 – 2 m. Diduga berumur Miosen Akhir - Plioplistosen, lingkungan pengendapan delta - laut dangkal, tebal 4 m. Tufa lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan.

• Aluvium

• Kerikil, pasir dan lumpur diendapkan pada lingkungan sungai, rawa, delta, dan pantai.

• Evolusi Cekungan Kutai

• Cekungan Kutai dihasilkan oleh proses pemekaran (rift basin) yang terjadi pada Eosen Tengah yang melibatkan pemekaran selat Makasar bagian Utara dan Laut Sulawesi (Chambers & Moss, 2000 dalam Rienno Ismail, 2008). Selama Kapur Tengah sampai Eosen Awal, pulau Kalimantan merupakan tempat terjadinya kolisi dengan mikro-kontinen, busur kepulauan, penjebakan lempeng oceanic dan intrusi granit, membentuk batuan dasar yang menjadi dasar dari Cekungan Kutai. Sedimentasi di Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi dua yaitu, sedimen Paleogen yang secara umum bersifat transgresif dan fasa sedimentasi Neogen yang secara umum bersifat regresif (Allen dan Chambers, 1998 dalam Rienno Ismail, 2008).

• Petroleum System

• Batuan Induk (Source Rock) • Batuan induk utama terdiri dari Formasi Pamaluan, Pulau

Balang, dan Balikpapan.Yaitu dengan jenis batuan berupa batubara, batulempung serpih karbonan, batulempung serpih dari sedimen delta yang terbentuk pada cekungan kutai ini sendiri. Formasi Pamaluan, kandungan material organiknya cukup (1-2%), tetapi hanya terdapat di bagian utara dari Cekungan Kutai. Pada Formasi Bebulu terdapat kandungan material organik yang cukup dengan HI di atas 300. Formasi Balikpapan merupakan batuan induk yang terbaik di Cekungan Kutai karena kandungan material organiknya tinggi dengan HI lebih besar dari 400 dan matang. Formasi ini ketebalannya mencapai lebih dari 3000 m, sehingga diperkirakan mampu menghasilkan hidrokarbon dalam jumlah yang cukup banyak (Hadipandoyo, et al., 2007).

• Batuan Reservoir (Reservoir Rock) • Batuan reservoar terdapat pada formasi Kiham Haloq,

Balikpapan, dan Kampung Baru, tetapi yang produktif hanya Formasi Balikpapan dan Kampung Baru (Hadipandoyo, et al., 2007). Batuan reservoir disinin ditemuakn terdapat pada suatu batupasir yang dikenali sebagai endapan delta miosen. Batupasir yang termasuk ke dalam karakteristik reservoar secara umum termasuk ke dalam litik arenit yang memiliki sifat matrik, butiran berukuran halus sampai menengah . Komposisi batuan disominasi umumnya oleh batupasir dengan mineral kuarsa monikristalin , kuarsa polikristalin, fragmen batuan andesit dan quartzose, dan sangat sedikit sekali akan kandungan K Feldspar dan plagioklas. Porositas permukaan pasir literanitik berkisar <5% - 25% dengan permeabilitas <10 mD - 200 mD.

• Batuan Tudung (Cap Rock)

• Seal yang ada pada cekungan ini berasal dari serpih dan Batulanau yang mana dijumpai hampir di semua formasi yang berumur Miosen. Kelompok Balikpapan dan Formasi Kampung Baru memiliki serpih yang sangat potensial sebagai seal karena dapat memenuhi syarat-syarat sebagai seal yaitu memiliki permeabilitas dan porositas yang buruk., sehingga memungkinkan untuk menghentikan migrasi dari hidrokarbon.

• Migrasi (Migration)

• Migrasi vertikal dari dapur Paleogen matang terjadi melalui jaringan sesar-sesar ataupun rekah rekah minor pada batuan induk menuju ke reservoar yang berumur Miosen Tengah dan Atas. Migrasi lateral dari areal dapur matang oleh reservoar lapisan kemiringan ke timur menuju trap stratigrafi ataupun struktur.

• Perangkap (Trap)

• Jenis perangkap didominasi oleh perangkap struktur khususnya tutupan (closure) four-way yang diikat oleh sesar. Perangkap stratigrafi menjadi perangkap yang penting namun lebih sulit diidentifikasi keberadaannya bila dibandingkan dengan perangkap struktur. Kombinasi dari perangkap struktur dan stratigrafi lebih umum ditemukan pada Cekungan Kutai.

• Potensi Hidrokarbon

• Attaka Field

• Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Muara Bakau ditandatangani pada 30 Desember 2002. Lapangan Jangkrik sendiri ditemukan kemudian di tahun 2009. Lapangan ini berlokasi pada kedalaman air 450 meter dengan jarak 70 kilometer dari arah timur Balikpapan. Lokasi ini sangat ideal untuk pengembangan proyek gas karena dekat dengan sistem pemipaan Kalimantan Timur dan fasilitas LNG Bontang. Proyek ini dikembangkan oleh Eni Muara Bakau b.v. Plan of Development (POD) lapangan ini disetujui menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM) pada 29 November 2011. Lapangan Jangkrik diharapkan bisa berproduksi tahun 2015.

• Blok Telen berada di cekungan Kutai, di lepas pantai Provinsi Kalimantan Timur dengan luas 2.369 km2 dan kedalaman laut antara 300 hingga 1.000 meter.Telen berdekatan dengan wilayah Blok Offshore Mahakam yang merupakan blok penghasil gas terbesar di Indonesia yang juga dioperasikan Total.

• Blok Mahakam merupakan blok yang telah lama berproduksi yang di kelolla oleh Total E&P Indonesie.

• Lapangan Sangsan Trakan yang sekarang dikelola Oleh PT Pertaamina EP Alih kelola lapangan Sangasanga Tarakan dilakukan oleh Pertamina EP seiring dengan berakhirnya kontrak TAC Pertamina-Medco Kalimantan pada 14 Oktober 2008 yang lalu. Selanjutnya pengelolaan lapangan terhitung mulai 15 Oktober 2008 dilaksanakan oleh Pertamina EP melalui Unit Bisnis Pertamina EP (UBEP) Sangasanga Tarakan. Paska alih kelola, produksi lapangan tersebut menunjukkan trend peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2008 produksi minyak sebesar 4.300 barel per hari. Setelah alih kelola, Pertamina EP berhasil meningkatkan produksi menjadi 5.300 barel per hari, dan kini mencapai 7.243 barel per hari.

• Dicekungan Kutai juga terdapat Lapangan gas Laut dalam atau yang lebih dikenal dengan IDD ( Indonesia Deep Water Development ) Proyek IDD d=sendiri dikembangkan oleh Chevron Indonesia Company (Cico) di Cekungan Kutai, Kalimantan Timur.

top related