konsentrasi perbankan syariah program studi...
Post on 08-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI BISNIS BMT AL FATH IKMI DALAM MEMANFAATKAN DANA PIHAK KETIGA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhin Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjanah Ekonomi Syariah ( SE.Sy )
Oleh :
Jamruddin Furqaan
NIM. 206046103834
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1432 H
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2010
Jamruddin Furqaan
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil ’alamiin, apa yang ada dan tiada adalah kehendak
Allah SWT yang Maha Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Hanya Allah
yang telah menyusupkan inspirasi ilmu kepada semua hambanya, dan hanya Allah
SWT saja yang boleh sombong terhadap IlmuNya. Berkat petunjuk dari yang Maha
Pemberi Petunjuk sajalah skripsi ini bisa diselesaikan oleh penulis. Shalawat dan
Salam kepada pemimpin peradaban dunia Nabi Besar Muhammad SAW sebagai
utusan Allah SWT untuk menyebarkan kitab yang terjaga keasliannya sepanjang
zaman yaitu Al-qur’an nulkarim. Dengan uswatun hasanahmu lah penulis dapat selalu
tegar dan pantang putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini, walaupun tidak sedikit
hambatan dan kendala yang penulis hadapi dalam menyelesaikan proses skripsi ini.
Hanya dengan rencana Allah SWT jualah skripsi ini selesai dengan tema ”Stategi
bisnis BMT dalam memanfaatkan dana pihak ketiga”.
Penulis hanya bisa berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan
kemanfaatan kepada pihak pihak yang terkait. Secara umum dapat memberikan
wacana terhadap masyarakat, dan secara khusus pertama kepada kalangan akademis
maupun praktisi yang berkosentrasi pada bidang ekonomi Islam atau Lembaga
keuangan mikro syariah khususnya BMT.
Dalam menjalankan proses penyelesaian skripsi ini penulis banyak dibantu
oleh pihak-pihak yang secara langsung maupun secara tidak langsung membantu
melancarkannya. Karena kalau tidak ada dukungan dan bantuan yang diberikan
penulis sangat menyakini skripsi ini tidak akan terselesaikan. Dengan segala
v
kerendahan hati izinkanlah penulis untuk memberikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bpk. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku Ketua
Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah
Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag selaku dosen pembimbing yang senantiasa
membimbing penulis dan senantiasa meluangkan waktunya kepada penulis
untuk memberikan masukan-masukannya, dan mengarahkan sehingga penulis
dapat meyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa
kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.
5. Pimpinan dan Staf BMT Al Fath IKMI, yang telah menerima penulis untuk
melakukan riset dan membantu data yang diperlukan guna penyelesaian skripsi
ini.
6. Seluruh staff karyawan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan hukum, staff dan
karyawan Perpustakaan Pusat UIN atas kerjasamanya dalam membarikan
pelayanan yang terbaik dalam pengumpulan materi skripsi yang diperlukan.
7. Orang tuaku, Ibunda Siti Isnanik dan Ayahanda Muhammad Zuhron . Ini
mungkin bukan apa-apa bagi ibunda dan ayahanda, Tetapi semua ini adalah
vi
karena jasa-jasamu ini semua adalah berkat do’amu dan tanpa ibunda dan
ayahanda aku bukanlah siapa-siapa.
8. Buat kakakku yang aku sayangi Alif Nur Aini terimakasi atas do’anya selama
ini.
9. Buat adiku yang aku sayangi Noer Zuhroro Rossida dan Muhammad Korik
Mufasir ukirlah prestasimu setinggi mungkin agar lebih baik dari kakakmu.
10. Buat sahabat-sahabatku angkatan 2006, khususnya PS-C ekstensi yaitu Zen,
Arif, Adang, Oca, Sofian dan seluruh keluarga besar SBC (Syariah Banking
Community) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
menggoreskan banyak kenangan manis, canda dan tawa selama menjalani
perkuliahan, semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin. Dan buat Semua
teman-teman Counter Putra, Akbar, Reha, Jodi, jajang dan lainnya.
Tiada suatu hal pun yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT saja. Oleh karena itu penulis sangat menyadari bahwa dalam
skripsi ini masih sangat banyak kekurangan-kekurangan sehingga masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik, saran dan koreksi sangat penulis
harapkan untuk menuju dan mendekati kesempurnaan. Akhir kalam penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak dan berguna untuk kebaikan. Semoga karya ini
dicatat sebagai amal baik. Amiin
Jakarta 10 Februari 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..
HALAMAN PEMBIMBING................................................................................ i
HALAMAN PENGUJI …………..…………………………………………….. ii
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR……………..…………………………………………… iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah……………………………………... 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………………..…………………………... 6
D. Tinjauan Pustaka…………………………………….……………………... 7
E. Objek Penelitian……………………………………..……………………... 7
F. Metode Penulisan ……………………………….……………………….. 9
G. Sistematika Penulisan……………………….………………..………… 10
BAB II LANDASAN TEORI.
A. Strategi Bisnis………...…………………………………………………… 12
A.1. Pengertian………………………………………………………… 12
A.2. Tujuan……………………………………………………………….. 12
B. BMT…………………………………………………..…..………………. 14
B.1. Regulasi BMT……………………………………………………… 14
viii
B.4. Tujuan ……………………………………………………………… 17
B.3. Badan Hukum…………………………………………………….. 19
B.4. Perkembangan BMT di Indonesia………………………….……. 22
C. Dana Pihak Ketiga ………………………..……………………….….… 30
C.1 Persepsi………………………………………………………….… 30
C.2 Jenis- Jenis Dana Pihak Ketiga………………………………….… 31
C.3 Manfaat…………………………………………………………..… 32
D. Analisis SWOT………………………………………………………….. 37
BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL FATH CIPUTAT.
A. Sejarah Berdirinya BMT AL FATH Ciputat………………..…………… 40
B. Visi Dan Misi BMT AL FATH Ciputat………..………………………... 42
C. Struktur Organisasi BMT AL FATH Ciputat ……..…………………….. 45
D. Produk-Produk BMT AL FATH Ciputat ………………………………. 49
BAB IV STRATEGI BISNIS BMT AL-FATH CIPUTAT DALAM
MEMANFAATKAN DANA PIHAK KETIGA.
A. Strategi BMT AL. FATH Dalam Menjaring Dana Pihak Ketiga………... 54
B. Strategi Bisnis BMT AL. FATH Dalam Pemanfaatan Dana Pihak Ketiga 59
C. Peluang Dan Tantangan BMT Dalam Memanfaatkan Dana Pihak Ketiga… 63
D. Analisis SWOT yang di gunakan oleh BMT Al- Fath……………...…… 65
BAB V PENUTUP.
A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 69
B. Saran-Saran………………..……………………………………………. 73
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT………………………………….. 38
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI............................... 46
1
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Setiap muslim/ muslimat yang terpelajar dan menaruh peduli terhadap
ajaran agama yang di peluknya (Islam), pasti mengetahui dan memang sudah
sepantasnya tahu, bahwa Islam tidak hannya mengatur perihal shalat di masjid
(Ibadah) saja dengan berbagai bentuknya, akan tetapi juga memberikan pedoman
yang jelas dan nyata tentang tata aturan mu’a malah dalam konteknya yang sangat
luas dan sekasigus luwas. Tata aturan mu’amalah ini di dalamnya’ termasuk dalam
bidang ekonomi bisnis dan keuangan yang menjadi salah satu pilar bagi kehidupan
umat manusia, kapan dan dimanapun selagi ia masih berada di dunia fana ini. 1
Salah satu cara mewujudkan pembangunan sebagaimana tertuang dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu tercapainya masyarakat yang adil dan
makmur baik materiil maupun spiritual adalah dengan berkoprasi. Undang-Undang
Dasar 1945 menegaskan didalam pembukaanyan bahwa salah satu tujuan Negara
Indonesia adalah untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Penegasan diatas tidak
terlepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan yaitu Negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh Indonesia.
Salah satu lembaga peekonomian adalah Baitul Maal wa Tamwil ( BMT).
Baitul Maal wa Tamwil ( BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya
berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha
1 Husain syahatah dan sidiyah muh-Amin Adalah, Transaksi dan etika bisnis dalam Islam (Jakarta: Visi Insani pubtishing, 2005) h.1-2
2
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha
kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan
menunjang kegiatan ekonominya. Selain itu Baitul Maal wa Tamwil ( BMT) juga
bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan
dan amanatnya.2
Sebenarnya bila menelaah praktek baitul Mal dimasa Rosulluah SAW dan
Khulafaur Rassidin fungsinya sangat penting dalam pengelolaan ekonomi
Negara.sebagai lembaga yang mengelola keuangan Negara, Baitul Mal tersebut
berperan menjalankan Fiskal seperti yang berlangsung dalam ekonomi sekarang.
Sebab Baitul Mal dimasa itu, sumber pendanaan tak hanya dana ZIS saja, juga
mencakup Kharaj, Khumus, Kaffarah dan yang lain seperti Jizyah. Maka
pemanfaatan dana Baitul Mal itu tidak hannya terbatas pada delapan asnaf melainkan
sudah melingkupi kebutuhan Negara.
Baitul Maal wa Tamwil ( BMT) adalah lembaga ekonomi atau keuangan
syariah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini
didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga
keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya.3 Dan Baitul Maal wa
Tamwil saat ini banyak muncul dan tenggelam di Indonesia. Sayangnya, munculnya
begitu banyak BMT di Indonesia tidak di dukung oleh faktor-faktor pendukung yang
memungkinkan BMT untuk terus berkembang dan berjalan dengan baik . Fakta yang
ada menunjukan banyaknya BMT yang tenggelam dan bubar yang disebabkan oleh
2 A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lemba perekonomian Umat, (Jakarta,Raja Grafindo persada,
2000)h.183 3 Ibid’
3
berbagai macam hal antara lain: management yang amburadul, pengelola yang tidak
amanah dan provisional, tidak dipercaya masyarakat, kekurangan modal dll.4
Oleh karena itu setiap perkumpulan atau organisasi dalam melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuannya memerlukan sejumlah dana. Sebagai badan
usaha, koperasi atau BMT memerlukan dana sesuai dengan lingkup dan jenis
usahanya. Dalam rangka mendirikan badan usaha koperasi, yang ditetapkan oleh
pembuat undang-undang sebagai syarat minimum untuk mendirikan sebuah koperasi
adalah jumlah anggota pendiri. Sedangkan besar modal minimum yang harus disetor
sebagai modal awal koperasi oleh para pendirinya tidak ditentukan; hal ini sesuai
dengan karakteristik koperasi yang mengedepankan jumlah anggota ketimbang besar
modal usaha.
Masalah yang dihadapi oleh koperasi atau BMT maupun Usaha Kecil
Menengah (UKM) di Indonesia dalam perkembangannya yang tingkat intensitas dan
sifatnya berbeda, namun masalah yang selalu timbul adalah pada cara mendapatkan
modal koperasi dan modal usaha yang cukup5.
Begitu pula dengan koperasi atau BMT , walaupun koperasi adalah
kumpulan dari orang- orang dan sekaligus sebagai sebuah organisasi badan usaha,6
maksud dari kata tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa koperasi itu bukanlah
kumpulan dari modal (pemodal), seperti halnya pada perseroan terbatas, dimana besar
kecilnya modal yang di berikan menentukan besar kecilnya hak suara seseorang
4 www. Tazkiaonline.com, h.1 5 Andjar Pachta w,Hukum Koperasi Indonnesia pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan modal
usaha (Jakarta:Kencana,2007)h.103 6 Ibid, h.101
4
anggota dalam kebijaksanaan dan dalam pengelolaan usaha perusahaan. Karena itu
meski Prof. R.S. Soeriaatmadja dalam memberikan devinisi penekananya pada
“kumpulan orang-orang” ini tidaklah berarti bahwa modal itu tidak penting bagi
koperasi atau hanya merupakan suatu subordinate part saja. Seperti pada perseroan
terbatas, modal bagi koperasi itu adalah bagaikan darah bagi tubuh manusia7.
Pengertian modal dari beberapa segi, misalnya dari segi asalnya atau sumbernya atau
dari pemiliknya, seperti yang kita temukan pada Undang- undang No. 25/1992
tentang perkoperasian yang mengatakan bahwa modal koperasi itu terdiri dari modal
sendiri dan modal pinjaman, Namun demikian pengaruh modal dan penggunaannya
pada koperasi tidak boleh mengamburkan dan mengurangi makna koperasi.Di dalam
koperasi penekanan kepentingan kemanusiaan (humanitas) lebih diutamakan dari
pada kepentingan kebendaan.8
Sedikitnya ada tiga alasan koperasi atau BMT membutuhkan modal, antara
lain:
Pertama, untuk membiayai proses pendirian sebuah koperasi atau disebut biaya pra-
organisasi untuk keperluan: pembuatan akta pendirian atau anggaran dasar,
membayar biaya administrasi pengurusan izin yang diperlukan, sewa tempat bekerja,
ongkos transportasi, dan lain-lain. .
Kedua, untuk membeli barang-barang modal. Barang-barang modal ini dalam
perhitungan perusahaan digolongkan menjadi harta tetap atau barang modal jangka
7 Hendrojogi, Koperasi:Asas-asas, Teori, dan Praktik (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,
2007)h.189 8 Sutantya Rahardja Hadhikusuma: Hukum koperasi Indonesia (Jakarta:RajaGrafindo
Persada,2002)h.95
5
panjang.
Ketiga, untuk modal kerja. Modal kerja biasanya digunakan untuk membiayai
operasional koperasi dalam menjalankan usahanya.
Dalam praktiknya tidak semua badan usaha yang didirikan memperoleh
keuntungan seperti yang diharapkan, bahkan tidak sedikit badan uasaha yang mati
sebelum berkembang, akibat terus menerus menderita kerugian.9 Sebagai lembaga
dengan struktur organisasi yang jelas, Islam juga menekankan pentingnya Akhlak
atau etika. Merujuk pada cirri-ciri organisasi modern seperti: tranparansi dan
akuntabilitas, keterbukaan, profesionalisme dan pertanggung jawaban, juga mendapat
perhatian yang serius. Kesalahan mengelolah modal kerja maupun memanfaatkan
dana pihak ketiga mengakibatkan kegiatan usaha dapat terhambat atau terhenti sama
sekali.10 Tujuan utama dana pihak ketiga adalah jangan sampai perusahaan terhenti
dalam beraktifitas karena kekurangan dana sehingga dapat mengalami kerugian dan
juga dapat membuat ketidak percayaan masyarakat akan lembaga tersebut. Begitu
pula apabila terjadi kelebihan modal maupun dana dapat mengakibatkan kemampuan
memperoleh laba dari perusahaan yang bersangkutan dalam hal ini BMT dapat
menurun apabilah BMT tersebut tidak dapat memanfaatkan dana tersebut dengan
baik. Sedangkan kekurangan modal kerja akan membawa akibat hilangnya peluang
dalam memperoleh laba karena banyak permintaan yang tidak dapat dipenuhi.11
Dengan pentingnya dana pihak ketiga kerja yang dapat menyebabkan adanya
perubahan pada tingkat pendapatan BMT, maka penulis tertarik meneliti lebih lanjut
9 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada,2003), h. 1 10Faisal Arifin dan Utjup Supandi, Manajemen modal kerja 11 Ibid h. 15
6
dan menulisnya pada skripsi dengan judul “STRATEGI BISNIS BMT AL FATH
IKMI DALAM MEMANFAATKAN DANA PIHAK KE TIGA”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin menganalisa terhadap strategi
yang dilakukan Koperasi BMT AL. FATH dalam memanfaatkan dana pihak ketiga.
Adapun yang dimaksud dengan strategi dalam pembahasan ini adalah segalah bentuk
perencanaan, program-program dan usaha-usaha yang dilakukan oleh Koperasi BMT
AL. FATH.
Sedangkan perumusan masalah dalam skripsi ini, penulis merumuskan
masalahnya kedalam bentuk pertannyaan, yaitu sebagai beriku:
1. Bagaimana strategi yang dilakukan Koperasi BMT AL. FATH dalam
menjaring dana pihak ketiga?
2. Bagaimana strategi bisnis Koperasi BMT AL. FATH dalam pemanfaatan
dana pihak ketiga?
3. Bagaimana peluang dan tantangan dalam memanfaatkan dana pihak ketiga?
4. Bagaimana analisis SWOT yang di gunakan oleh BMT Al- Fath?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Tujuan dan manfaat yang hendak diperoleh oleh penulis dalam melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Tujuan penelitian.
7
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan Koperasi BMT AL.
FATH dalam menjaring dana pihak ketiga.
2. Untuk mengetahui Strategi bisnis Koperasi BMT AL. FATH dalam
pemanfaatan dana pihak ketiga.
3. Untuk mengetahui peluang dan tantangan dalam memanfaatkan dana pihak
ketiga.
4. Untuk mengetahui Analisis SWOT yang digunakan oleh BMT Al- Fath.
b) Manfaat Penelitian.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan pencerahan dan
daya guna manfaat yang baik bagi pihak-pihak yang berkaitan yakni sebagai
berikut.
1. Dapat menambah khususnya keilmuan dan pengalaman demi meningkatkan
kompetisi diri, kecerdasan intelektual dan ilmu pengetahuan terkait dengan
strategi bisnis Koperasi BMT AL. FATH dalam memanfaatkan dana pihak
ketiga.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan khususnya
bagi Koperasi BMT AL. FATH dalam upaya untuk memperoleh dana dari
pihak ketiga.
3. Penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan Usaha Kecil dan Menengah
dalam mengoptimalkan dana pinjaman.
4. Penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan akademisi ataupun khalayak
umum sebagai pedoman atau referensi untuk bahan perkuliahan atau sebagai
pertimbangan dalam pengelolaan Koperasi BMT AL. FATH.
8
D. Kajian Pustaka.
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, peneliti melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini
tampaknya masih kurang mendapat perhatian dari para peneliti, untuk tidak
mengatakan belum pernah diteliti sama sekali. Adapun penelitian yang sudah
pernah di bahas mengenai:
1. Analisa strategi Koperasi Pondok Pesantren dalam memberdayakan Pondok
Pesantren ( Siti Irma Fatima 2006)
Pembahasan yang dikemukakan oleh saudari Siti Irma Fatima sudah sangat
menyeluruh tetapi hanya tentang strategi koperasi dalam memberdayakan pandok
pesantren
2. Tinjauhan ekonomi islam terhadap sumber dana, pengguna dana koperasi (studi
pada koperasi pedagang pasar (KOPPAS) Karet Pedurenan.( Latip Wicaksono
2004)
Pembahasan yang dilakukan Latip Wicaksono sudah sangat menyeluruh tentang
tinjauhan ekonomi islam terhadap sumber dana, pengguna dana koperasi.
3. Analisa modal kerja dan hubungannya terhadap rentabilita pada BMT AL Karim
(Rusmiati 2006)
Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi di atas adalah pada
penulisan skripsi ini lebih difokuskan pada strategi bisnis koperasi BMT AL. FATH
dalam memanfaatkan dana pihak ketiga.
9
E. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan
1. Lokasi penelitian yaitu pada koperasi BMT AL. FATH dengan alamat JL.Aria
Putra No. I Kedaung- Pamulang.
2. Sumber Data
a. Primer, yaitu data diperoleh secara langsung dari sumber data atau hasil
penelitian lapangan. Untuk memproleh data primer ini, penulis langsung
mengadakan wawancara dengan Bapak Simin Pimpinan Bagian BMT
AL. FATH
3. Skender, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada
hubungannya dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis
melakukan studi kepustakaan (library research) yaitu dengan mempelajari
buku kepustakan, literature, majalah, serta materi kuliah yang berkaitan erat
dengan pembahasan masalah ini.
4. Teknis Pengambilan Data
a. Wawancara, berupa Tanya jawab dengan pihak Koperasi BMT AL. FATH
sebagai sumber data. yaitu wawancara dengan Bpk Marpudin, S.Pd selaku
Humas.
b. Dokumentasi, berupa data-data yang diperoleh melalui Laporan Rapat
Anggota Tahunan Koperasi BMT AL. FATH sebagai studi dokumentasi.
5. Metode dan Analisa Data
Metode Analisa Data yang digunakan adalah pendekatan Kualitatif
analitik-deskriptif ,yaitu pendekatan bahasa yang menceritakan gambaran
tentang sartegi yang dilakukan oleh Koperasi BMT AL. FATH.
10
6. Teknis penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku:Pedoman Penulisan
Sekripsi,Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2007.” Dengan pengecualian ayat-ayat Al-Qur’an dan
terjemah yang dikeluarkan oleh Departemen Agama. Al-Qur’an tidak
memakai catatan kaki,akan tetapi cukup di buatkan di akhir kutipan (dalam
kurung) nama atau nomor surah dan ayat serta dibuatkan terjemahannya.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini oleh penulis akan dibagi menjadi
lima bab pembahasan, yaitu:
Bab I Merupakan Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka,
Kerangka Teori dan Kerangka Konsep,Objek Penelitian, Metodelogi
Penelitian serta Sistematika penulisan .
Bab II Kerangka Teoritis Tentang Strategi Bisnis Koperasi BMT AL. FATH Dalam
Memanfaatkan dana pihak ketiga. Akan menerangkan kajian teori
berkenaan dengan judul Strategi Bisnis Koperasi BMT AL. FATH. Bagian
ini membahas tinjauan teoritis meliputi: Pengertian Strategi bisnis,
landasan hokum BMT, regulasinya serta pengertian dana pihak ketiga,
manfaatnya dan pengertian Analisis SWOT.
11
Bab III Gambaran Umum Koperasi BMT AL. FATH yang meliputi: Sejarah
Pendirian, Misi dan Visi, keangotaan, Struktur Organisasi dan
Perkembangan Koprasi BMT AL. FATH.
Bab IV Strategi Bisnis Koperasi BMT AL. FATH Dalam Memanfaatkan Dana
Pihak Ketiga meliputi trategi bisnis koperasi BMT AL. FATH dalam
menjaring dana pihak ketiga, Strategi Bisnis Koperasi BMT AL. FATH
Dalam pemanfaatan Dana Pihak Ketiga, Peluang dan tantangan BMT Al.
FATH dalam memanfaatkan dana pihak ketiga serta Strategi SWOT yang
diterapkan oleh BMT Al- Fath.
Bab V Penutup yang meliputi Kesimpulan dari hasil penelitian serta saran dari
penulis mengenai hal-hal yang telah di bahas dalam permasalahan tersebut.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian strategi bisnis
Pengertian bisnis adalah sebuah usaha, dimana setiap orang atau kelompok
harus siap untung & siap rugi. bisnis tidak hanya tergantung dengan modal uang,
tetapi banyak faktor yang mendukung terlaksananya sebuah bisnis, misalnya:
reputasi, keahlian, ilmu, sahabat & kerabat dapat menjadi modal bisnis.
Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang
berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau
upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Setiap unit bisnis harus
merancang strategi untuk pencapaian tujuannya. Ada empat tahapan dalam
menentukan keputusan strategis yaitu1 :
1. Menentukan perumusan unit usaha.
Maksudnya adalah untuk membagi-bagi kegiatan suatu badan usaha menjadi unit-
unit yang menjadikannya dari divisi produk. Unit usaha memberikan ketentuan
yang lebih sempit bagi analisis strategis terhadap pasar dan perencanaan.
2. Menentukan klasifikasi strategis atau variabel-variabel kunci.
Yakni membuat ukuran untuk menilai suatu strategis dan mengevaluasi kinerja
serta pada tahap ini pemilihan variabel kunci kesuksesan industri perusahaan.
3. Memilih strategi yang berperan yaitu industrial economy (yang merupakan
ekonomi mikro), maksudnya melihat industri sebagai sasaran.
1 Philip Kotler, Marketing Management (New Jersey: Prentice Hall. 2000), h. 76.
13
4. Mengevaluasi seluruh portofolio yang dimiliki.
Strategi biasanya digunakan untuk mengatasi rendahnya sumber daya insani
yang memahami pengelolaan lembaga keuangan berdasarkan prinsip syariah,
khususnya bagi yang baru berdiri dapat diatasi dengan proses magang pada BMT
lain yang sudah memiliki kredibilitas dalam operasionalnya. Di samping itu juga
dapat melalui partisipasi dalam program pelatihan ekonomi syariah yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga terkait.
Dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi, sektor hukum juga
mempunyai peran penting di dalamnya. Adapun untuk mencapai keberhasilan dalam
melaksanakan kegiatan pembiayaan kepada masyarakat, BMT dapat menerapkan
prinsip-prinsip berikut:
1. Prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam melaksanakan kegiatannya,
terutama dalam pemberian pembiayaan kepada masyarakat.
2. Prinsip mengenal nasabah (know your customer principle), hal ini lebih
menekankan aspek karakter nasabah.
3. Secara internal perlu menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance, yang meliputi transparancy, accountability, responsibility,
independency, and fairness.
Kemudian dalam rangka pemasaran produk-produk BMT kepada masyarakat,
ada beberapa Strategi yang dapat ditempuh oleh pengelola BMT yang bersangkutan
antara lain yaitu:
14
1. Meluruskan niat, bahwa niat pengelola yang utama adalah berupa niat untuk
beribadah kepada Allah SWT. Dengan diniatkan ibadah, maka seorang
pengelola akan mendapatkan dua macam keutamaan yakni berupa pahala dan
keberhasilan dalam pengelolaan BMT.
2. Memperhatikan ulama. Ulama adalah tokoh yang berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat sehingga pengurus BMT dapat menjalin kerjasama
saling menguntungkan dengannya untuk kepentingan sosialisasi mengenai
lembaga keuangan yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dimaksud.
3. Memperluas jaringan kerjasama. BMT dapat menjalin kerjasama dengan
BMT lain, Bank Syariah, Pemerintah, dan siapa saja yang memiliki minat
dalam rangka mengembangkan sistem ekonomi Islam dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Metode jemput bola. Metode ini perlu ditempuh untuk mengakselerasi
perkembangan BMT, misalnya dengan pembentukan unit khusus yang
menawarkan produk BMT dari rumah ke rumah.
Strategi pemasaran tersebut sama-sama penting dan saling
menguatkan dalam rangka optimalisasi peran BMT.
B. BMT
B.1 Regulasi BMT
Baitul Mal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-
mal yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma’na lughawi) Baitul Mal
15
berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta.2 Adapun secara
terminologis Baitul mal wattamwil adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha
mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari
tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi
yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.3
BMT (Baitul Maal wat Tamwil) atau padanan kata Balai-usaha
Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan
prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam
rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir
miskin.
Kegiatan Baituttamwil adalah mengembangkan usaha-usaha produktif
dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil
dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan
ekonominya.
Kegiatan Baitul Maal adalah menerima titipan BAZIS dari dana zakat,
infaq dan sadaqah dan menjalankannya sesuai dengan peraturan dan
amanahnya. Dari segi kata baitul maal mempunyai arti yang sama, yang artinya
2 Muhammad,Lembaga Ekonomi Syariah,Graha ilmu,yogyakarta,2007 3 Rifqi muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah,P3EI press,yogyakarta,2008
16
rumah harta. Akan tetapi keduanya dbedakan atas dasar operasionalnya.
Terutama dari segi sumber dana dan pengguna dana.
Baitul maal sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah merupakan kepala negara yang pertama diperkenalkan konsep baru
di bidang keuangan negara di abad ke tujuh, semua hasil perhimpunan
kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan
sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat inilah yang disebut bait al-maal, yang
pada masa Rasulullah SAW sumber pemasukan bait al-maal adalah 4:
a. Kharaj, yaitu pajak tanah
b. Zakat yang dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan
hasil pertanian.
c. Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%
d. Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada non orang-orang non-muslim
sebagai pengganti layanan sosial ekonomi dan jaminan perlindungan
keamanan dari negara Islam.
e. Penerimaan lainya separti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak
memiliki ahli waris.
Setelah Rasullulah wafat, Abu bakar sebagai penggantinya. Setelah itu
dilanjutkan dengan Umar ra. Dalam masa Umar ra yang disebut baitul maal
adalah tempat mengumpulkan harta milik semua umat islam, yang
4 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005), h.16
17
memungkinkan dibawa, dipindahkan atau dijaga. Baitul maal sebagai lembaga
keuangan yang bertugas untuk menerima, menyimpan dan mendistribusikan
uang negara sesuai dengan aturan syariat Islam.5
B.2. Tujuan
Tujuan umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan
pendanaan yang berdasarkan prinsip syariah. Tujuannya sebagi berikut :
1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat
dan daerah kerjanya.
2. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan
islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan
global.
3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota. Setelah itu BMT dapat melakukan
penggalangan dan mobilisasi atas potensi tersebut sehingga mampu
melahirkan nilai tambah kepada anggota dan masyarakat sekitar.
4. Menjadi perantara keuangan antara aghniya sebagai shohibul maal
dengan dhu’afa sebagai mudharib, terutama untuk dana-dan sosial seperti
zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah dan lain-lain. BMT dalam fungsi ini
5 Jaribah bin Ahmad Al-Haristi, Fiqih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta: Khalifa, 2006),
h.644
18
bertindak sebagai amil yang bertugas untuk menerima dana zakat, infaq,
shadaqah, dan dana sosial lainnya dan untuk selanjutnya akan disalurkan
kembali kepada golongan-golongan yang membutuhkannya.
5. Menjadi perantara keuangan, antara pemilik dana, baik sebagai pemodal
maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha
produktif.
Peran ini menegaskan arti penting prinsi-prinsip syariah dalam
kehidupan ekonomi masyarakat, sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang
bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup
ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam
pengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu,
BMT diharapakan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki
kondisi ini. Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai
beberapa fungsi :
1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.
Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting
system ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan
mengenai cara-cara bertransaksi yang islami, misalnya supaya ada bukti
dalam transaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur terhadap
konsumen dan sebagainya.
19
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan
mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan,
dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.
3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir.
Masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu
memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera.
Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya
selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain
sebagainya.
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks
dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk
melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus
diperhatikan, misalnya masalah dalam pembiayaan, BMT harus
memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis
pembiayaan.
B.3. Badan Hukum
Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak memiliki badan
hukum resmi. BMT berkembang sebagai lembaga swadaya masyarakat atau
20
kelompok simpan pinjam. Namun mengantisipasi perkembangan ke depan,
status hukum menjadi kebutuhan yang mendesak.
Pengguna badan hukum kelompok swadaya masyarakat atau koperasi
untuk BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga formal
yang dijelaskan UU No. 7 tahun 1992 dan UU No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankan yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Menurut undang-undang pihak yang berhimpun dan menyalurkan
dana masyarakat adalah bank umum dan BPR, baik dioperasikan dengan cara
konvensional maupun prinsip bagi hasil.
Dalam peraturan per undang-undangan di Indonesia, yang
memungkinkan penerapan sistem operasi bagi hasil adalah perbankan dan
koperasi. Saat ini oleh pembina-pembina BMT yang ada, BMT diarahkan untuk
berbadan hukum koperasi mengingat BMT berkembang dari kelompok
swadaya masyarakat. Selain itu dengan terbentuk koperasi, BMT berkembang
ke berbagai sektor usaha seperti keuangan dan sektor riil.6 Bentuk ini juga
diharapkan dapat memenuhi tujuan memberdayakan ekonomi luas, sehingga
kepemilikan kolektif BMT sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenai
sasaran.
BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas
hukum yang bertahap, pertama dapat dimulai sebagai KSM atau LKM dan jika
telah mencapai modal dasar yang telah ditentukan barulah segera menyiapkan
6 Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung : Mizan, 19999), h.81.
21
diri ke dalam badan hukum koperasi, KSM/LKM dengan mendapat sertifikat
dari PINBUK.
Jika mencapai keadaan dimana para anggota dan pengurus telah siap,
maka BMT dapat dikembangkan menjadi badan hukum koperasi. BMT yang
telah memiliki kekayaan Rp. 75.000.000 atau lebih diminta atau diharuskan
untuk mempersiapkan proses administrasi untuk menjadi koperasi yang sehat
dan baik dilihat dari segi pengelolaan koperasi. Dianalisa dari ibadah yang
harus di pertanggungjawabkan kinerjanya tidak saja pada anggota dan
masyarakat, tetapi juga kepada Allah SWT, karena seharusnya BMT berbadan
hukum koperasi ini dikelola secara syariah islam yang syarat dengan nilai-nilai
etika dan islam.7
Badan hukum BMT yang sesuai dengan kondisi peraturan yang
berlaku adalah koperasi syariah, yaitu sebagai salah satu unit usaha yang
dikelola koperasi. Secara organisatoris BMT dibawah badan hukum koperasi.
Dalam hal ini pengelola BMT bertanggung jawab kepada pengurus koperasi.
Sedangkan pengurus koperasi bertanggung jawab kepada rapat anggota
tahunan.8
Adapun lebih singkatnya sebagai brikut :
1. BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM atau Koperasi :
7 Nuri Fahmi, “Respon Masyarakat Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Terhadap
BMT Darunnajah Jakarta”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h.22
8 Ahmad Sukamatjaya, “Baitul Maal Wat Tamwil”, 26-28 desember 2009, (Bogor: Yayasan Al-Amin Dharma Mulia), h.10.
22
KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat
Keterangan dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil)
2. Koperasi serba usaha atau koperasi syariah
3. Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-S)
4. BMT berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta
berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah,
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme .
Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistim
operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syariah sehingga produk-
produk yang berkembangdalam BMT seperti apa yang ada di Bank
Syariah. Oleh karena bebadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk
pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan
PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh
koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang
Koperasi Jasa keuangan syariah.
B.4. Perkembangan BMT di Indonesia
Bank syariah didirikan pertama kali pada tahun 1991 dengan
didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Saat perbankan nasional
mengalami krisis cukup parah tahun 1998, sistem bagi hasil perbankan syariah
23
yang diterapkan dalam produk-produk Bank Muamalat relatif mampu
mempertahankan kinerja bank.
Konversi sistm operasi perbankan dari konvensional ke system syariah
yang dimungkinkan UU No. 10 Tahun 1998, pertama kali dimanfaatkan oleh
Bank Susila Bhakti (BSB), kemudian Bank Syariah Mandiri (BSM), dan diikuti
berdirinya Bank Jabar Syariah. Bank BRI rupanya tidak mau ketinggalan oleh
bank BUMN lainya untuk membentuk perbankan syariah. Berdasarkan
perizinan dari Bank Indonesia, pada 10 Januari 2003 membentuk perbankan
syariah dengan nama Bank Rakyat Indonesia Syariah Bandung (BRI Syariah).
Selain sejumlah bank syariah tersebut, lembaga keuangan lainnya yakni BPR
Syariah (BPRS) di daerah-daerah ikut berperan dalam menegakan system
perekonomian syariah, misalnya BPRS Al-Ikhsan. Satu lagi bank BUMN yang
memiliki perbankan syariah adalah Bank BNI. Sesuai dengan UU No. 10 tahun
1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syariah,
bank BNI membuka layanan perbankan yang sesuai prinsip syariah dengan
konsep dual system banking.
Perbankan syariah dapat dikategorikan sebagai jenis industry baru
yang mempunyai daya tarik cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
peminat untuk menabung. Dalam cetak biru BI, diproyeksikan bahwa jumlah
asset, data yang dikelola, dan pembiayaan tumbuh rata-rata sebesar 74,79%,
68,71% dan 71,71% sejak tahun 1998 hingga 2001. Meskipun perkembangan
perbankan syariah cukup pesat belum semua bank syariah dapat menampung
24
sekaligus meningkatkan mobilisasi dana masyarakat muslim secara kuantitatif,
sehingga sangat dibutuhkan pengembangan dan pendirian bank-bank syariah
baru. Pembukaan kantor-kantor cabang bank syariah dimaksudkan untuk
menggerakkan sector riil dan menampung dana mandek (idle fund) masyarakat.
Perkembangan perbankan syariah telah memberikan kontribusi yang
cukup signifikan bagi perekonomian Indonesia. Tapi kenyataannya, tersedianya
bank syariah belum memenuhi atau belum dapat menjawab kebutuhan pasar
oleh karena itu perlu adanya lembaga keuangan mikro syariah yang
memberikan peminjaman dalam lingkup kecil yang salah satunya adalah BMT
(Baitul Maal Wat Tamwil) yang sekarang telah berkembang pesat dilihat dari
hasil seminar lembaga keuangan mikro syariah bahwa asset baitul maal wat
tamwil (BMT) se Indonesia diperkirakan sekitar Rp. 1,5 triliun. Asset tersebut
dikelola sekitar 3.307 unit BMT dengan nilai dan beragam tingkat
pertumbuhan.
Meskipun assetnya masih kecil dibandingkan dengan asset bank
syariah, BMT sangat berperan dalam meningkatkan kehidupan umat , kata
ketua Pusat Inkubasi Bisnis Usaha (PINBUK), M. Amin Aziz. Sebagai
perbandingan asset bank syariah mencapai Rp. 18,8 triliun per September 2005,
apabila jika dibanding asset perbankan nasional yang sekitar Rp. 1.100 triliun.
Jika sebuah BMT memiliki nasabah sekitar 100 orang, maka total nasabah
BMT diseluruh Indonesia sekitar 3 juta orang. Padahal BMT yang memiliki
25
nasabah 100 orang hanyalah BMT dengan asset dibawah Rp. 100 juta. Untuk
yang assetnya lebih dari itu, jumlah nasabahnya bisa 2 kali lipat.
Menurut Amin Aziz BMT potensial untuk membantu masyarakat
ekonomi bawah karena selain berada didaerah pembiayaan yang diberikan pun
nilainya kecil mulai Rp. 250 ribu-Rp. 5 juta. Dari 3 ribu-an BMT, baru 10 unit
BMT yang menembus asset Rp.15 milyar. Diperkirakan BMT yang berasset
Rp.5-15 milyar berjumlah 150 dan 300 BMT memiliki asset dibawah Rp. 1
milyar. BMT punya kontribusi besar dalam perekonomian nasional, karena
segmen yang dibiayai adalah kelompok mikro dan kecil yang di Indonesia
mencakup 98%. Pemerintah dan lembaga internasional mengakui peran
lembaga keuangan mikro dalam mengentaskan kemiskinan melalui
pencanangan tahun keuangan mikro. Dengan adanya kenaikan BBM per
Oktober 2005, penduduk miskin di Indonesia bertambah jadi 25 juta dari 17
juta sebelumnya. Sementara usaha mikro berjumlah 40 juta unit.
Lembaga keuangan mikro termasuk mikro syariah berperan
menjembatani kelompok miskin dan usaha mikro. Mereka kelompok miskin ,
selama ini tidak terjangkau oleh dana perbankan sekitar Rp. 30 triliun dana
yang diserap dari pedesaan, hanya Rp. 15 triliun yang kembali kepada
masyarakat. Meski terdepan untuk urusan pengentasan kemiskinan
pengembangan BMT mengalami kendala, selain masalah teknis operasional,
kualifikasi SDM, masalah paling mendasar adalah status kelembagaan BMT.
Walaupun sebagian besar BMT berbadan hukum koperasi, fakta dilapangan
26
menunjukan ada keluhan dari beberapa pihak bahwa BMT tidak melaksanakan
secara total peraturan dan perundang-undangan perkoperasian. Dari
perkembangan BMT dan permasalahan teknis operasional dan SDM dapat
diselesaikan dengan pertukaran pengalaman dengan adanya sebuah induk
koperasi syariah bisa mengembangkan BMT koordinator untuk menata jaringan
kerja di daerah.9
Baitul Maal Wattamwil selanjutnya disingkat BMT adalah salah satu
lembaga keuangan mikro yang ada di Indonesia selain koperasi dan lembaga
keuangan mikro lainnya. Awal mula muunculnya BMT di Indonesia adalah
pada bulan Juni 1992 di Jakarta, oleh prakarsa beberapa orang mendirikan
lembaga keuangan tanpa bunga dengan nama BMT. Lembaga keuangan non
perbankan ini mengenalkan konsep bagi hasil dalam bentuk akad mudharobah
dan konsep jual beli yakni murabahah serta akad kerjasama bisnis dengan
musyarakah. Oleh karenanya, kedudukan BMT sangat strategis, apalagi pangsa
pasar di bidang permodalan usaha masih di dominasi oleh UKM yang
jumlahnya jutaan dibandingkan jumlah usaha-usaha besar.
Keberadaan BMT sebagai salah satu lembaga keuangan syariah
mengalami dinamika yang bagus seiring dengan dinamika dan perkembangan
lembaga ekonomi dan keuangan Islam lainnya di tanah air. Munculnya lembaga
keuangan mikro seperti BMT merupakan salah satu multiplier efect dari
9 Iman Hilman, Perbankan Syariah Masa Depan, (Jakarta: Senayan Abadi Publising , 2003),
hal. 38-40
27
pertumbuhan dan perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan bank syariah.
Lembaga ekonomi mikro ini lebih dekat dengan kalangan masyarakat bawah.
BMT adalah lembaga keuangan terpadu yang isinya berintikan bayt al-
mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil
dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonominya. Selain itu BMT juga bisa menerima titipan zakat, infaq,
shadaqah serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan syariah dan
amanahnya.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka BMT adalah suatu lembaga
yang didalamnya mencakup dua jenis kegiatan sekaligus yaitu, kegiatan
menumpulkan zakat, infaq dan shodaqoh serta lainnya yang dibagikan /
disalurkan kepada yang berhak dalam rangka mengatasi kemiskinan dan dari
kegiatan produktif dalam rangka nilai tambah baru dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang bersumber daya manusia.
Secara legal formal BMT sebagai lembaga keuangan mikro berbentuk
badan hukum koperasi. Sistem operasional BMT mengadaptasi sistem
perbankan syariah yang menganut sistem bagi hasil. Baitul maal dalam bahasa
Indonesia artinya rumah harta. Sebagai rumah harta, lembaga ini dapat
mengelola dana yang berasal dari zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Di sinilah
sebenarnya letak keunggulan dari BMT dalam hubungannya dengan pemberian
pinjaman kepada pihak yang tidak memiliki persyaratan/jaminan yang cukup.
28
Maka operasional BMT dibawah ketentuan UU. No. 20 thn 2008, UU. No. 21
thn 2008, dan UU. No. 38 thn 1999. Setidaknya pemerintah Indonesia sudah
sedikit membantu dengan membuat regulasi tentang perbankan syariah, UKM,
dan pengelolaan zakat.
Dalam operasionalnya BMT memiliki fungsi ganda, fungsi sosial
sebagai Bautul Maal (rumah harta) dan fungsi usaha sebagai Baitut Tamwil
(rumah pembiayaan). Funsi BMT sebagai Baitul Maal diwujudkan dengan
semacam jaminan/proteksi sosial melalui pengelolaan dana baitul maal berupa
dana ZIS ataupun berupa insentif sosial, yakni rasa kebersamaan melalui ikatan
kelompok simpan pinjam ataupun kelompok yang berorientasi sosial. Proteksi
sosial ini menjamin distribusi rasa kesejahteraan dari masyarakat yang tidak
punya kepada masyarakat yang punya. Dengan demikian, terjadi komunikasi
antara dua kelas yang berbeda yang akan memberikan dampak positif kepada
kehidupan sosial ekonomi komunitas masyarakat sekitar.
Sedangkan fungsi sebagai Baitul Tamwil diwujudkan dengan
transaksi-transaksi keuangan yang memiliki konsep pinjaman kebijakan
(qardhul hasan) yang diambil dari dana ZIS atau dana sosial. Dengan adanya
model pinjaman ini, BMT tidak memiliki risiko kerugian dari kredit macet yang
mungkin saja terjadi. Dalam konsep baitul tamwil, pembiayaan dilakukan
dengan konsep syariah (bagi hasil). Konsep bagi hasil untuk sebagian besar
rakyat Indonesia merupakan konsep yang telah sering dipraktikkan dan sudah
29
menjadi bagian dari proses pertukaran aktivitas ekonomi, terutama di pedesaan.
Contohnya, bagi hasil antara pemilik sawah dan penggarap sawah.
Kelebihan konsep bagi hasil adalah menyebabkan kedua belah pihak,
pengelola BMT dan peminjam saling melakukan kontrol. Di sisi lain pengelola
dituntut untuk menghasilkan untung bagi penabung dan pemodal. Produk yang
dikeluarkan oleh BMT meliputi produk pembiayaan (mudhorobah,
musyarakah), jual beli barang (BBA, murabahah, bai assalam), ijarah (leasing,
bai takjiri, musyarakah mutanaqisah), serta pembiayaan untuk sosial (qordhul
hasan). Produk tabungan meliputi tabungan mudharabah dan ZIS.
C Dana Pihak Ketiga
Salah satu kendala bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah
masalah kebutuhan dana. Hampir setiap perusahaaan memerlukan dana untuk
membiayai kegiatan usahanya,baik untuk biaya rutin maupun untuk keperluan
perluasan usaha. Pentingnya dana membuat setiap perusahaan berusaha keras untuk
mencari sumber-sumber dana yang tersedia, termasuk perusahaan lembaga keuangan
semacam bank10.
Bagi Bank, dana merupakan Faktor yang paling penting dalam operasional
kegiatan. Tanpa dana yang cukup, Bank tidak akan dapat berbuat apa- apa,atau
dengan kata lain Bank tidak berfungsi sama sekali11.
10 Kasmir, Dasar-Dasar perbankan (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2008),h.61. 11 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta:azkia Publisher,2009),h.57.
30
C.1 Persepsi
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh BMT dalam
bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segerah diubah menjadi uang
tunai.Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh BMT tidak hannya berasal dari
para anggota BMT itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan
dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu- waktu atau pada suatu saat tertentu
akan ditarik kembali, baik sekaligus maupun berangsur- angsur.12
Dana pihak ketiga adalah dana dari pihak luar yang di peroleh melalui
para nasabah atau para mitra baik dalam bentuk titipan, tabungan, maupun
deposito13
Secara garis besar sumber-sumber dana BMT adalah:
a. Dana yang bersumber dari BMT itu sendiri
b. Dana yang bersumber dari lembaga lain
c. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Dana yang berasal dari masyarakat luas adalah dana pihak ketiga yang
dititikan pada bank. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada
bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk
menarik kembali dananya dananya sewaktu-waktu.14
12 Ibid, h.57. 13 Saimin , Wawancara, Tgl 7 Oktober 2010 14 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 62.
31
C.2 Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga (DPK)
Setelah mendapatkan modal awal berupa simpanan pokok khusus,
simpanan pokok, dan simpanan wajib sebagai modal dasar BMT memobilisasi
dana dengan mengembangkan dalam aneka simpanan sukarela semacam
tabungan umum dengan berasaskan akad Mudarabah dan Untuk memperoleh
sumber dana dari masyarakat luas, BMT menawarkan berbagai jenis simpanan.
Pembagian jenis simpanan dimaksudkan agar para nasabah penyimpan
mempunyai beberapa pilihan sesuai tujuan masing-masing diantaranya:
a. Simpanan Biasa.
b. Simpanan Pendidikan.
c. Simpanan Haji.
d. Simpanan Umrah.
e. Simpanan Qurban.
f. Simpanan Idul Fitri.
g. Simpanan Walimah.
h. Simpanan Akikah.
i. Simpanan Perumahan ( pembangunan dan perbaikan ).
j. Simpanan kunjungan Wisata dan
k. Simpanan Mudarabah berjangka ( semacam deposito 1, 3, 6, dan 12 )
l. Simpanan Yad al- Amanah, titipan dana zakat, infak, dan sedekah untuk
disampaikan kepada yang berhak.
32
m. Simpanan Yad Ad- Damamah , giro yang sewaktu-waktu dapat diambil
oleh penyimpan.15
C.3 Manfaat Dana pihak Ketiga.
Secara konsep operasi lembaga keuangan syari’ah, baik bank Umum
syari’ah (BUS), Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS), Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) dari konsep oprasional dan konsep syari’ahnya tidaklah
berbeda. Yang membedakan bankUmum Syari’ah (BUS), Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) adalah pada skalanya saja,
misalnya bank Umum syari’ah (BUS) dalam menghimpun dana dan
menyalurkan dana dalam jumlah yang besar-besar, Bank Perkreditan Rakyat
Syari’ah (BPRS) pada jumlah yang sedang sedang saja, sedangkan Baitul Maal
wa Tamwil (BMT)pada jumlah yang kecil dan mikro.16
Dana dalam BMT mempunyai manfaat yang sanggat penting
diantaranya:
1. Sebagai sumber dana biaya Oprasional BMT
2. Sumber dana untuk investasi primer dan sekunder BMT
3. Sebagai penyangga dan penyerap kerugian BMT bersangkutan
4. Sebagai tolak ukur besar kecilnya BMT
5. Untuk menarik masyarakat yang kelebihan dana agar menabungkan
uangnya di BMT bersangkutan
15 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah , ( Jakarta: Kencana, 2009 ),h. 459 16 Sofian S.Harahap. dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, ( Jakarta, LPFE Usakti,2005),h.5
33
6. Untuk memperbesar solidaritas masyarakat terhadap BMT tersebut
7. Untuk memperbesar daya saing BMT bersangkutan
8. Untuk mempermudah penarikan dan peningkatan sumber daya
manusia
9. Untuk memperbanyak pembukaan kantor cabang
Selain itu dana juga digunakan pada unsur-unsur modal kerja, yaitu:
pembiayaan piutang dan peembiayaan persediaan.
Menurut Muhammad, pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan
yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan,baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata
lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan.17
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syari’ah (pasal 1 ayat 25), yang dimaksud dengan pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan itu berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,dan istishna
4. Transaksi pijam meminjam dalam bentuk piutang qardh
17 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah ( Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),
h. 17.
34
5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Dalam pembiayaan dapat dialokasikan menjadi 2 bagian yaitu
a. Alokasi kepada pembiayaan piutang (account Receivable Financing)
Sebagai bagian penting dari aktivitas BMT, kemampuan dalam
menyalurkan dana sangat mempengaruhi tingkat performent lembaga.
hubungan antara tabungan dan pembiayaan dapat dilihat dari kemampuan
BMT untuk meraih dana sebanyak-banyaknya serta kemampuan menyalurkan
dana secara baik, sehingga tidak terjadi dua kondisi yang berlawanan yakni
idle money atau illikuid.18
Idle money, merupakan suatu kondisi dimana dana di BMT terlalu
bannyak yang menganggur, sehingga akan berdampak pada rendahnya tingkat
bagi hasil deposan. Illikuid merupakan lawan dari liquid. Liquid artinya
kemampuan BMT dalam mengembalikan dana dalam jangka pendek.19
Kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok
BMT, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi Kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan devicit unit, yang menurut sifat penggunanya,
pembiayaan dapat dibagi dalam:20
18 Adiwarman A, Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta, Raja Grafindo
Persada 2004). H. 222 19 Ibid 20 Zainul Arifin. Dasar-daasr Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta, Pustaka
Alvabet,2005),h.185
35
a) Memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai unuk
memenuhi kebutuhan .
b) Produksi dalam artian luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan maupun investasi
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi dalam:21
a) Pembiayaan Modal kerja, yaitu yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan (1) peningkatan produksi, yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kwalitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu
produksi; dan (2) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan
utility of place dari suatu barang.
b) Pembiaayaan investasi, diberikan kepada anggota untuk keperluan
investasi, yaitu untuk keperluan penambahan modal guna
mengngadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek
baru.22
b. Pembiayaan Persediaan
Baik bank Syari’ah maupun BMT mempunyai mekanisme tersendiri
untuk memenuhi kebutuan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain
mengunakan prinsip jual-beli (alba’i) dalam dua tahap. Pada tahap pertama,
bank mengadakan ( membeli dari pemasok secara tunai ) barang-barang yang
dibutukan oleh nasabah, dan pada tahap kedua bank menjual kepada nasabah
21 Ibid, h.186 22 Ibid, h.192
36
(pembeli) dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan
yang disepakati bersama antara bank dengan nasabah. Ada beberapa skema
jual-beli yang disepakati untuk menangani kebutuan tersebut, yaitu:23
a) Bai’al Murabahah yaitu pembiayaan untuk pembelian barang barang
investori, baik produksi maupun konsumsi. Dalam hal ini BMT
bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.24
b) Bai’as Salam yaitu pembiayaan pertanian untuk jangka pendek,
seperti tanaman padi, cabai, dan sebaginya. Disini BMT bertindak
sebagai pembeli, dan nasabah sebagai penjual. BMT lalu membayar
harga yang disepakati di awal kontrak, sementara nasabah akan
mengirim barang yang dipesan setelah jatuh tempo. Dan BMT akan
menjual kepada pihak lain dengan harga yang lebih tinggih agar dapat
keuntungan.25
c) Bai’ Istisna yaitu pembiayaan kontruksi manufaktur jangkah pendek.
Dalam hal ini BMT bertindak sebagai pemesan sedangkan nasabah
bertindak sebagai penjual (pembuat). Dan BMT menjual kepada
nasabah lain untuk mendapatkan keuntungan.26
23 Ibit, h.189 24 M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan, ( Jalarta, Tazkia
Institut,1999), h.250 25 Ibid 26 Ibid. h,251
37
D. Analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah identifikasih berbagai factor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan ( Strengths ) dan peluang ( Opportunities ), namun secara
bersamaan dapat meminimkan kelemahan ( Weknesses ) dan ancaman ( Threats ).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.Dengan demikian perencana strategis
harus menganalisis faktor- faktor strategis perusahaan ( kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman ) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan
Analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis
SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengtht dan Weaknesses
serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis.
Analisis SWOT membandingkan antara Faktor eksternal Peluang ( opportunities )
dan Ancaman ( threats ) dengan Faktor internal Kekuatan ( strengths ) dan
Kelemahan ( Weaknesses ).27
27 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, ( Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 1997), h. 18-19
38
Diagram Analisis SWOT
Gambar 2.1
3. Mendukung Strategi 1. Mendukung Strategi
Turnaround agresif
4. Mendukung Strategi 2. Mendukung Strategi
Devensif Diversifikasi
Keadaan 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus digunakan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif ( Growth oriented strategy )
Keadaan 2 : Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman,perusahaan ini
masih memiliki kekuatan dari segi Internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (
Produk/pasar )
Berbagai Peluang
Kelemahan Internal Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman
39
Keadaan 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi
dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal.Strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-
masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang
pasar yang lebih baik.
Keadaan 4 : Ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan Internal.
40
BAB III
TINJAUAN UMUM BMT AL-FATH IKMI
A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al-Fath IKMI
BMT al-fath ini didirikan pada tanggal 13 Oktober 1996 oleh 25 orang
pendiri dengan modal awal Rp 400.000,- per pendiri. Pada tahun 1998, BMT Al-
Fath IKMI resmi mendaftarkan diri pada departemen koperasi untuk mendapatkan
badan hukum. Maka BMT Al-Fath IKMI mendapat legal hukum dengan Nomor :
650/ BH/kwk. 10/VI/1998 dengan nama “ Koperasi Simpan pinjam Pamulang”
Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT
Al-Fath IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte perubahan
dengan nomor 518/BH/PAD/ Koperasi?2005 dengan nama “Koperasi BMT AL-
FATH IKMI”1
BMT AL-FATH IKMI merupakan sebuah lembaga keuangan mikro
syariah yan telah tumbuh dan berkembang pesat di Ciputat. BMT AL-FATH IKMI
terbentuk sebagai lembaga keuangan syariah dengan model yang mampu
melakukan fungsi intermediate antara pihak yang memiliki dana (shahibul maal)
dengan pemilik usaha(mudharib). Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
yaitu BMT AL-FATH IKMI mampu menjadi solusi alternatif bagi masyarakat
muslim, khususnya untuk kegiatan simpan pinjam dengan pola usaha syariah dan
bebas dari riba yang terdapat di lembaga keuangan konvensional.
1 Profil BMT Al-Fath IKMI
41
Dalam perkembangaanya BMT AL-FATH IKMI berupaya menempatkan
diri sebagai mitra yang terpercaya dalam menjaga amanah yang diberikan
masyarakat serta berusaha secara sungguh-sungguh memberikan pelayanan yang
terbaik. Saat ini BMT AL-FATH IKMI memiliki 2 kantor Unit Pelayanan Kas
yang bertempat di Kantor Pusat Jln. Aria Putra No. 1 Kedaung, Pamulang serta
Kantor cabang di Jln. Merpati Raya No. 27 A Sawah Baru Ciputat, Jombang yakni
18 karyawan, 7 orang pengurus, 2 orang Pembina manajemen, 3 orang dewan
pengawas syariah, 1orang internal auditor dan 1orang Pembina/penasihat.
Dengan melakukan perbaikan di segala bidang yang meliputi; penerapan
teknologi, sistem akuntansi, SDI yang handal, pemahaman Buku Profil KSU
Syariah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) AL-FATH IKMI konsep syariah dan
mengaplikasikannya, penerapan SOP yang baku dan tepat dengan visi manajemen
yang berorientasi pada prestasi, potensi pasar binaan yang jumlahnya 3 Pasar,
dengan jumlah nasabah lebih dari 1.000 anggota. lembaga yang menjadi mitra
kerja, serta citra dan nama baik yang sudah mulai tertanam di masyarakat, menjadi
pendorong dan kekuatan sendiri, sehingga harapan dan masa depan BMT AL-
FATH IKMI yang sudah menjadi asset di masyarakat terus berperan aktif untuk
kemajuan perekonomian umat Melalui kerja keras dan semangat kebersamaan
serta ridho Allah SWT.
Respon masyarakat mengenai keberadaan BMT Al-Fath Ikmi Pada tahun
1996 BMT masih kurang disosialisasikan karena BMT lahir sekitar tahun
42
1994/1995 setelah bank muamalat, dan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat
jadi masyarakat kurang begitu tahu menahu tentang BMT. Dalam kendala tersebut,
strategi kita terdiri dari berbagai unsur seperti pegawai, guru, pedagang. Nah dari
unsur pedagang inilah mereka mempunyai hubungan dengan teman-teman
pedagang diantara pasar ciputat khususnya.2
Sehingga ketika kami menawarkan program BMT ini tidak mengalami
kesulitan kepada teman-teman pedagang. Nah dari situlah kita terus
mengembangkan sosialisasi mereka kepada masyarakat dan dari mitra BMT yang
sudah bergabung dengan BMT ikut tertular dari mulut ke mulut sehingga tersebar
informasi BMT dan baru pada tahun 2000 keatas sudah mulai cukup bagus.
B. Visi, Misi dan Tujuan BMT Al-Fath IKMI
BMT AL-FATH IKMI memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi :
Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga
mampu berperan aktif sebagai khalifah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Misi :
Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi,
memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian
aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan
berkesinambungan.
2 Profil BMT Al-Fath IKMI
43
Fungsi :
Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui pemungutan
dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan
menunjang pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang
ekonomi lemah, pemberian bea siswa dan santunan bagi kaum dhu'afaa.
Tujuan :
1. Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar
(daya saing) anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui
kegiatan pendukung lainnya.
Budaya Kerja :
a. Kerja ikhlas, Kerja Cerdas dan Kerja Keras
b. Menjungjung tinggi sifat Amanah, Sidiq, Tabligh dan Fathonah
c. Selalu berupaya menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan.
d. Memberikan pelayanan dengan penuh perhatian dan professional.
2. Menjaukan massyarakat dari praktek yang non syari’ah,terutama dari para rentenir
di mana keberadaannya yang makin merajalela akan tetapi sistem yang digunakan
sangat merugian masyarakat.Dengan tambahan yang di tetepkan sangat tidak wajar
maka rentenir selalu di katakan identik dengan riba,sedangkan riba sangat di
larang dalam islam karena riba sering dikaitkan dengan al-bathil tertulis dalam
Al-quran Surat (An-Nisa : 29).
44
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.“
Selain itu juga tertulis dalam surat (Ali Imran:130)
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan." (Q.S. Ali Imran: 130).
Dan juga dalam surat (Al Baqarah: 278-279).
45
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya." (Al Baqarah: 278-279).
C. Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI
Struktur organisasi BMT .menunjukan adanya garis wewenang dan
tanggung jawab, garis komando serta cakupan bidang pekerjaan masing-masing.
Struktur ini menjadi sangat penting supaya tidak terjadi benturan pekerjaan serta
memperjelas fungsi dan perang masing-masing bagian dalam organisasi.
46
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI
MANAGER TAMWIL
RAT
PENGURUS PENGAWAS
KANTOR KAS
KAB.OPERASIONAL
KABAG MARKETING
PEMBUKUAN
JASA MITRA
ACOUNT OFFICER
TELLER FUNDING OFFICER
KOLEKTOR
MANAGER MAAL
KEUANGAN PEMBUKUAN
Ket :
Garis Perintah
Garis Pengawasan
47
Dewan Pengurus dan Pengawas yang menjabat untuk periode 2009-2011
adalah sebagai berikut:
Nama : KJKS BMT Al Fath IKMI Jaksel
Pendirian : 13 Oktober 1996
Badan Hukum : 650/BH/KWK.10/VI/1998
Akte Perubahan : 518/BH/PAD/Koperasi/2005
NPWP : 02.021.735-2.411.000
SIUP : 1086/10-04/PK/XII/2000
Jumlah Pendiri : 31 Orang 1 Lembaga
Dewan Pengawas
Ketua : Drs Mustakim Kurdi
Anggota : Faridi Syahdana, SE
Didin Syaepuddin, SE
Dewan Pengurus
Ketua : Drs Budiyono
Bidang pendanaan : H. Husein Bin Ali
Bidang SDM dan Legal : Drs. Prastowo Sidhi, SH, MH
Bidang Pembinaan Mitra : H. Abdul Rahim
Bidang Pembiayaan : Opan Sopyan Sauri, S.Ag
Sekretaris : H. Z Arifin Listanto
Bendahara : Drs. H. Moh. Abduh Atmadiwirya
48
Pengelola Kantor Pusat
Manager Tamwil : Saimin
Manager Maal : H. Imam Turmudzi Ms
Kabag Operasional : H. Djaelani
Account Officer : Robi Sugara
Remedial Pembiayaan : Cecep Nurjaya
Dodi Kurniawan
Remedial Pendanaan : Suheri Junianto
Parjan
Naufal Safiq
Pembukuan : Neneng Syarifah
Adm Pembiayaan : Salahudin Arif
Head Teller : Harum Sulistio Rini
Teller : Nurmilati
Pengelola Kantor Kas
Kepala Kantor Kas : Supriyanto
Kabag Operasional : Suryadi
Account Officer : Hedi Rusmantoro
Teller : Aisyah
49
D. Produk-produk BMT Al-Fath IKMI
1. Penghimpunan Dana (Funding)
a) Prinsip Titipan (Wadiah)
1. TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath)
Merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah /titipan. Dalam
tabungan ini BMT AL FATH tidak wajib memberikan hasil kepada
penabung. BMT AL FATH boleh memberikan bonus setiap bulan
sesuai dengan kebijakan BMT AL FATH.
b) Prinsip Bagi Hasil
1. TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath)
Merupakan tabungan / investasi dengan menggunakan prinsip
mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai
dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang
dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT),
6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan
nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40%
(mitra): 60% (BMT).
2. SIDIK (Simpanan Pendidikan)
Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana
pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali
dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat
50
semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan
mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80%
(BMT).
3. Simpanan Idul Fitri
Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri.
Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20%
(mitra): 80% (BMT).
4. Simpanan Qurban
Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan
qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban.
Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga
akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20%
(mitra): 80% (BMT).
5. Simpanan Nikah
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan
pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang
pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah
sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan
nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
51
6. Simpanan Haji
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan
untuk menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20%
(mitra): 80% (BMT).
2. Penyaluran Dana (Lending)
a) Pembiayaan Mudharabah
Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul
Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk
mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak.
b) Pembiayaan Musyarakah
Yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan
mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak.
Sedangkan kerugian ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi
modal masing-masing.
c) Piutang Murabahah
Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT AL FATH
dengan menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah
keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT
52
membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi
kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra
atas nama BMT. Lalu barang tersebut dijual kepada mitra dengan
harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan
disepakati bersama dan diangsur selama jangka waktu tertentu.
d) Piutang Ijarah
Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT AL FATH
dan mitra. BMT AL FATH menyewakan jasa atau barang kepada
mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama
jangka waktu tertentu.
3. Simpanan Pendidikan
Simpanan merupakan investasi tidak terikat dari mitra/anggota yang
penarikannya hanya dapat dilakukan oleh mitra/anggota atau yang diberi kuasa
dengan persyaratan tertentu yang telah disepakati.3
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10
tahun 1998 adalah Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.4
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan
perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat antara bank dengan si penabung.
3BMT Al Fath IKMI, Laporan Tahunan 2009 (Jakarta: BMT Al Fath IKMI, 2010), h.36. 4 Kasmir, Manajemen Perbankan, Ed.1. Cet.4, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h.57.
53
Misalnya dalam hal frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap
hari atau mungkin setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian
sebelumnya antara bank dengan nasabah. Kemudian dalam hal sarana atau alat
penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara keduanya. 5
Jadi simpanan pendidikan dapat diartikan sebagai bentuk simpanan yang
alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan.6
Manfaat Menabung di BMT Al Fath IKMI
Ada banyak manfaat menabung di BMT Al Fath, diantaranya adalah :
a. Membantu program keuangan mitra
b. Aman dan menentramkan, karena berdasarkan syari’ah
c. Memperoleh bagi hasil (bonus) setiap bulan
d. Dapat dijadikan sebagai jaminan untuk pembiayaan
e. Ta'awun / saling tolong menolong, karena dana tersebut akan disalurkan
untuk pembiayaan kepada mitra lain.7
5 Ibid., h.58. 6 Wawancara Pribadi dengan Bp. Saimin: Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI. Jakarta, 25 Mei
2010. 7 Provil BMT Al-Fath IKMI
54
BAB IV
STRATEGI BISNIS BMT AL FATH CIPUTAT DALAM MEMANFAATKAN
DANA PIHAK KETIGA.
A. Strategi BMT Al-Fath dalam menjaring dana pihak ketiga.
BMT Al-Fath tampaknya tidak mau kalah dari lembaga keuangan syariah lain
dalam hal peningkatan kualitas SDM. Alasannya, juga wajib memberikan layanan
terbaik bagi mitranya. Selain itu, pengelolaan BMT bisnis juga harus dilaksanakan
dengan teratur dan terencana. Seperti yang dilakukan BMT Al Fath Ciputat dalam
mengelola bisnis keuangan mikro syariahnya.
Bagi BMT ini, SDM berkualitas menjadi faktor penting dalam mendorong
perkembangan bisnis lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) tersebut. ''Penting
sekali bagi kami untuk meningkatkan kualitas SDM, karena ini menyangkut masalah
layanan dan pengelolaan manajemen.1
Kinerja BMT Al-Fath sangat bergantung pada kualitas individu pengelola
BMT tersebut. Karena itu, BMT Al-Fath memprioritaskan penguatan kualitas SDM
sebagai salah satu bagian penting dalam mendorong perkembangan BMT tersebut.
Terutama dalam menjarig dana pihak ketiga.
Sebagai lembaga keuangan yang belum lama lahir, BMT membutuhkan
promosi dan sosialisasi secara lebih optimal di masyarakat. Keaktifan pengelola
dalam memasarkan produk BMT merupakan komponen terpenting diantara
komponen-komponen lainnya yang akan menentukan tingkat keberhasilan lembaga.
1 Wawancara Langsung Dengan Bpk. Saimin
55
Salah satu cara efektif yang dapat di lakukan untuk mencapai target-target pemasaran
produk BMT Al-Fath di awal operasionalnya adalah dengan melakukan pendekatan “
jemput bola “ pendekatan ini dilakukan dengan cara petugas langsung mendatangi
calon nasabah petugas leluasa menjelaskan mengenai konsep keuangan syariah serta
system dan dari perspektif syariah, jemput bola dapat pula dipahami sebagai upaya
BMT Al-Fath mengembangkan tradisi silatutahmi yang menurut Rosulullah SAW
dapat menambah rezeki, memanjangkan umur serta menjauhkan manusia dari
dendam dan kebencian. Setelah keempat pendekatan umur serta menjauhkan manusia
dari di atas dilalui, selanjutnya strategi yang dilakukan BMT Al-Fath dalam
menjaring dana pihak ketiga adalah dengan:
a. BMT Al-Fath selalu bertindak jujur, amanah, professional dibidangnya dengan
mewujudkan signifikasi transparansi dibidang manajemen. Keikhlasan menerima
kritik dan saran, bijaksana dalam mengambil segala keputusan, serta selalu
memberikan pelayanan terbaik kepada semua orang.
b. membuat produk penghimpunan dana yang tepat dengan ukuran sederhana (
mudah dalam pemasaran, pengelolaan, maupun penerapannya sesuai prinsip-
prinsip syariah ), tidak terlalu beresiko artinya dana tersebut dipercayakan
penyimpanannya untuk jangka waktu relatif lama 1 sampai 2 th atau lebih dan
besaran beban bagi hasil usaha ditentukan berdasarkan perhitungan yang wajar
namun tetap kompetitif. 2
Strategi selanjutnya yang di lakukan BMT Al-Fath yaitu Memperluas
Jaringan Kerjasama Langkah yang harus dilalui pengelola dalam menjaring dana 2 Profil BMT Al- Fath IKMI
56
pihak ketiga adalah dengan memperluas jaringan kerjasama saling menguntungkan
(simbiosis mutualisme ) dengan berbagai pihak, sepanjang tidak mengingkari prinsip-
prinsip syariah yang sejak awal ditetapkan sebagai landasan utama usaha BMT Al-
Fath. Kerjasama ini dimungkinkan sebagai upaya BMT semakin kukuh di
masyarakat, karena mengalirnya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dapat
mempercepat BMT AL fath dalam menjaring dana pihak ketiga, kerjasama yang
dilakukan BMT Al-Fath antara lain dengan ;
a. Para Aghniya yaitu orang-orang muslim yang memiliki kelebihan harta ( surplus
unit ).
b. Pengusaha muslim yang jujur dan memiliki komitmen kuat terhadap
pemberdayaan ekonomi umat.
c. Perbankan Syariah, lokal maupun nasional, lembaga-lembaga mikro keuangan
syariah lainnya.
Selain itu dana dari pihak ketiga BMT al Fath juga didapat dari berbgai
macam simpanan dari para mitra-mitra BMT AL-Fath yang berupa:
Simpanan
1) Al- Wadiah Yadh Adhomanah Simpanan dengan model titipan untuk anggota
yang kemudian bisa di ambil sewaktu-waktu dengan adanya bonus sesuai dengan
pendapatan BMT. keuntungannya; mendapat bonus dan otomatis akan
ditambahkan pada saldo simpanan pada tiap bulannya.
2) Mudharabah
Simpanan yang menggunakan akad mudharabah dengan ketentuan penabung
statusnya menjadi shahibul maal dengan menempatkan dana di BMT dan akan
57
dipergunakan untuk usaha produktif kepada anggota pembiayaan. Hasil usaha ini
akan dibagikan berdasarkan nisbah yang disepakati bila bank menggunakannya
untuk melakukan pembiayaan Mudharabah.3
a. Simpanan Pendidikan.
b. Simpanan Qurban.
c. Simpanan Walimah.
d. Simpanan Haji/Umrah.
3) Mudharabah Berjangka
Simpanan berdasarkan prinsip mudharabah Muthlaqah( Investasi Tidak Terikat).
Dengan prinsip ini penyimpan diperlakukan sebagai orang pihak ketiga (shahibul
mall) yakni dana investasi dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk
pembiayaan kepada masyarakat pengusaha kecil dan menengah perseorangan
maupun lembaga secara profesional dan memenuhi aspek syariah, yang
kemudian laba dari keuntungan dibagi antara shahibul maal dengan BMT sesuai
porsi yang ditetapkan oleh pihak Manajemen BMT Al-fath. Dengan pilihan
berjangka 3, 6 dan 12 bulan.
4) Mudharabah Muqoyyadah Simpanan berdasarkan prinsip mudharabah
muqoyyadah (InvestasiTerikat).
Dengan Prinsip ini shahibul Maal (pemilik dana) diperlakukan sebagai simpanan
piha kedua yakni dana investasi dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk
pembiayaan kepada anggota dan memenuhi aspek syariah, yang kemudian laba
dari keuntungan dibagi antara shahibul maal dengan BMT.
3 Heri sudarsono, Bank dan lembaga keuangan Syariah ( Jakarta: Ekonisia,2007 ), h.57
58
Dibawah ini adalah tabel jumlah penghimpunan dana yang didapat BMT Al-
Fath IKMI Tahun 2008-2009.
Tabel 4.1 Penghimpunan Dana
Dalam Jutaan
Jenis Produk 2008 2009 Selisih Prosentase
Kenaikan
Wadiah 2.505,6 3.616,3 1.110,7 44.33 %
Pendidikan 114,4 151,1 36.7 32.10%
Idul Fitri 24,1 62,6 38.5 159.75 %
Qurban 16,1 25,0 8.9 55.28 %
Haji 1,9 21,2 19.3 1.015,79 %
Tabah 3 Bulan 182 316,8 134.8 74.07 %
Tabah 6 Bulan 15.5 159,1 143.6 926.45 %
Tabah 12 Bulan 62.9 182,1 119.2 189.51 %
Sumber: laporan Tahunan BMT Al-Fath Tahun 2009
Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang
signifikan dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 itu menunjukkan bahwa tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap BMT Al-Fath IKMI sangat tinggi, sehingga apabila
BMT Al- Fath IKMI sudah di percaya masyarakat akan dapat meningkatkan peluang
BMT Al- Fath IKMI dalam memperoleh dana pihak ketiga.
59
B. Strategi BMT Al-Fath dalam memanfaatkan dana pihak ketiga.
Pemanfaatan dana pihak ketiga merupakan salah satu dari tujuan yang
dilakukan oleh BMT Al-Fath. Dana yang dihimpun dari mitra BMT Al-Fath harus
segerah digunakan ke bidang usaha yang produktif agar BMT al-Fath terus bisa
berkembang, selain itu adanya tuntutan bagi hasil dari dana – dana para mitra yang di
titipkan ke BMT Al-Fath yang membuat BMT AL-Fath harus jeli dalam membaca
peluang usaha.
pembiayaan yang di lakukan oleh BMT Al-Fath di antaranya:
1) Pembiayaan Mudharabah
Adalah Pembiayaan modal usaha dimana BMT Al-Fath menyediakan
100% modal yang dibutuhkan anggota. Selanjutnya bagi hasil dilakukan
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama.
2) Pembiayaan Musyarakah
Adalah Pembiayaan dalam bentuk kerjasama usaha. Anggota beserta
BMT sepakat menyediakan modal sesuai proporsi (40;60,50;50…),
pembagian hasil dilakukan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati
bersama berdasarkan pada proporsi pendapatan ( revenue sharing)
3) Pembiayaan Murabahah
Adalah Pembiayan dengan sistem jual beli. BMT menyediakan barang
sesuai dengan permintaan anggota kemudian menjual kepada anggota dengan
harga yang telah disepakati bersama untuk jangka waktu tertentu.
60
4) Pembiayaan Ijarah
Adalah Pembiayan dengan sistem sewa. BMT menyediakan barang
sesuai dengan permintaan anggota selanjutnya disewakan kepada anggota
Setiap bualan, anggota mengangsur sesuai kesepakatan selama waktu yang
juga disepakati, di akhir masa sewa, barang akan menjadi milik anggota
sepenuhnya.
5) Pembiayaan Al-Qardh
Adalah Suatu pinjaman kebajikan yang diberikan atas dasar
kewajiban social semata dimana si peminjam tidak dibebani bagi hasil dan
pengembalian hanya pokoknya saja dengan hanya dibebani biaya administrasi
saja
Akan tetapi dalam memanfaatkan dananya BMT Al-Fath lebih cenderung
memanfaatkan dananya di sektor pembiayaan Murabahah, karena sektor ini dianggap
paling produktif dalam mendapatkan keuntunga, itu semua dapat dilihat dari jumlah
pembiayaan yang disalurkan BMT AL-Fath IKMI pada tahun 2009 terdiri dari:
Tabel 4.2 Pennyaluran Dana
Dalam Jutaan
Jenis
Pembiayaan
2009 Prosentase (%)
Murabahah 5.436 82.72 %
Mudharabah 26 0.40 %
Musyarakah 9,6 0.16 %
61
Ijarah 1.099 16.72 %
Total 6.572 100 %
Sumber: laporan Tahunan BMT Al-Fath Tahun 2009
Dari tabel 4.2 di atas dapat simpulakan bahwa pembiayaan murabahah paling
diminati oleh nasabah dengan prosentase sebesar 82.72 % , Ijarah sebesar 16 %,
Musyarakah 0.16% dan Mudharabah sebesar 0.4 %
Adapun syarat umum pengajuan pembiayaan adalah:
1) Memiliki identitas sah (KTP/SIM).
2) Mempunyai usaha atau karyawan atau professional.
3) Lama usaha minimal 3 bulan sedangkan karyawan selama 6 bulan, lokasi di
wilayah Ciputat.
4) Jujur, amanah dan bertanggung jawab.
5) Mengisi formulir pengajuan pembiayaan.
6) Bersedia dilakukan survei ke tempat usaha atau ke tempat tinggal.
Dalam memberikan pembiayaan BMT AL-Fath tidak begitu saja memberikan
pembiayaan kepada nasabanya, akan tetapi dengan menetapkan syarat peminjam
juga harus membuka rekening di BMT AL-Fath yang menjadi sumber dana. Selain
itu BMT AL-Fath tetap akan melakukan analisis melalui prinsip 5 C, guna
meminimalkan risiko bermasalahnya atau tidak kembalinya Pembiayaan. Kelima
prinsip tersebut meliputi :
62
1. Character
Keyakinan pihak BMT bahwa si peminjam mempunyai moral, watak,
ataupun sifat-sifat pribadi yang positip dan koperatip dan juga mempunyai
rasa tanggung jawab baik dari kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan
sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.
2. Capacity
Suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi
kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan
usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan Pembiayaan
dari BMT. Jadi jelaslah maksud dari penilaian terhadap capacity ini untuk
menilai sampai dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan
mampu untuk melunasinya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakatinya.
3. Capital
Penilaian terhadap jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh
mitra BMT AL-Fath . Hal ini kelihatannya kontradiktip dengan tujuan
Pembiayaan yang berfungsi sebagai penyedia dana. Namun memang
demikianlah halnya dalam kaitan bisnis murni, semakin kaya seseorang ia
akan dipercaya untuk memperoleh Pembiayaan.
4. Collateral
Suatu penilaian terhadap barang-barang jaminan yang diserahkan oleh
peminjam atau debitur sebagai jaminan atas Pembiayaan yang diterimanya.
Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengamanan apabila uasaha yang
63
dibiayai dengan Pembiayaan tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur
tidak mampu melunasi Pembiayaannya dari hasil usahanya yang normal.
5. Condition of economy
Condition of economy yaitu adalah situasi dan kondisi politik, sosial,
ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi kondisi perekonomian
pada suatu saat.
C. Peluang dan tantangan.
Peluang BMT dalam menjaring dana pihak ke tiga ini sangat terbuka lebar itu
karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam dan lebih kurang 40 juta
UKM yang perlu dilayani dalam pembiayaan permodalan untuk pengembangan
usahanya. Di samping itu sistem bunga masih dalam perdebatan khilafiyah, banyak
kaum muslim yang tidak menyimpan uangnya di perbankan karena tidak mau dengan
sistem bunga. karena kedua alasan tersebutlah yang menjadikan peluang BMT Al-
Fath dalam menjaring dana pihak ketiga sangat terbuka lebar.
Sementara peluang dalam penyaluran pembiayaan bagi BMT Al-Fath juga
terbuka lebar itu dikarenakan banyaknya usaha kecil menengah yang masih
menggunakan jasa rentenir dalam memenuhi kebutuhan mereka baik untuk keperluan
rumah tangga maupun untuk tambahan modal usaha, padahal sistem yang di gunakan
para rentenir ini jelas-jelas merugikan masyarakat dengan tingginya tambahan yang
di berikan oleh pihak rentenir kepada sipeminja, apalagi bunga yang di tetapkan
bersifat berlipat-lipat apabila peminjam tidak mampu membayar tepat pada
waktunya.
64
Oleh karana itu BMT Al-Fath berusaha memanfaatkan kondisi tersebut untuk
menjalankan tujuannya yaitu penyaluran pembiayaan dengan system syariah yang
diharapkan masyarakat mau untuk beralih dalam melakukan pinjaman dari rentenir ke
BMT Al-Fath.
Tantangan yang dihadapi oleh BMT Al-fath yaitu Tantangan yang dihadapi
dalam pengembangan sistem syariah BMT adalah kesiapan masyarakat dalam
menerima dan memahaminya sebab masih ada masyarakat yang menganggap pola
syariah identik dengan zakat-infak atau gratis sebab bernuansa keagamaan. Selain itu
yang tidak kalah pentingnya adalah kejujuran nasabah dalam memberi data keuangan
atau keuntungannya setiap bulan dalam rangka menentukan bagi hasil keuntungan
tersebut.Demi menghindari bagi hasil kadangkala seharusnya untung dilaporkan rugi
sehingga dapat membuat BMT Al-Fath mendapat keuntungan yang tidak sebenarnya
atau bahkan merugi.
Selain itu pelayanan sangat cepat dan mudah para rentenir merupakan
tantangan bagi BMT guna memenangkan persaingan. BMT merupakan alternatif
sumber permodalan yang harus dikembangkan di tengah-tengah masyarakat muslim
pada khususnya guna ketenangan berusaha bagi UKM pada umumnya. Untuk itu
perlu langkah-langkah strategis untuk mencapai hal tersebut antara lain:
a. Perlu sosialisasi kepada ummat muslim oleh ustad atau petugas BMT Al-Fath
melalui majelis taklim atau pengajian secara intensif sehingga sistem bagi
hasil benar-benar dipahami masyarakat/diterima dan dipercaya masyarakat.
b. Hendaknya setiap mesjid, para jamaahnya mampu membentuk BMT guna
membiayai UKM yang merupakan jamaahnya sehingga fungsi masjid tidak
65
hanya dibuat ibadah saja tapi berfungsi dalam melayani kepentingan ekonomi
ummat.
c. BMT Al-Fath perlu melayani nasabah dengan meniru cara para rentenir
memberi pelayanan yaitu mendatangi para UKM di pasar-pasar tradisional
dengan memakai identitas BMT Al-Fath yang jelas demi merebut hati para
UKM. UKM dikelompok berdasarkan domisili dan diadakan pengajian dan
majelis taklim antar nasabah sehingga kepentingan dunia dibarengi dengan
kepentingan akhirat
d. BMT Al-Fath dapat memanfaatkan lulusan madrasah, pondok pesantren,
sarjana ekonomi syariah sebagai petugas lapangan atau salesman
BMT sekaligus sebagai penceramah agama pada majelis taklim atau
pengajian nasabah BMT.
perkembangan BMT tergantung kepada masyarakat muslim pada khususnya,
dengan merubah pola pikir dan tindakan nyata di lapangan dalam melayani kebutuhan
UKM sehingga manfaat BMT dirasakan UKM dengan prinsip sederhana, mudah,
murah dan cepat dan tepat.
D. Strategi SWOT
Dalam menghadapi persaingan usaha yang begitu keras BMT AL-Fath selalu
berupaya menerapkan strategi baru dan baik guna terus dapat bersaing dengan para
pesaingnya. BMT AL-Fath menerapkan strategi SWOT dalam menjalankan
usahanya, strategi ini sangat penting dalam setiap usaha, karena strategi ini secara
tidak langsung dapat memaksimalkan kekuatan ( Strengths ) dan peluang (
66
Opportunities ), namun secara bersamaan dapat meminimkan kelemahan ( Weknesses
) dan ancaman ( Threats ). Strategi SWOT yang di gunakan BMT AL-_Fath adalah
dengan memahami dan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam
lembaga ini sendiri dan juga harus mampu membaca peluang dan ancaman yang ada
dari luar lembaga ini. Berikut ini adalah analisis SWOT yang ada dalam BMT AL-
Fath:
a. Kekuatan :
Adanya reputasi yang baik di bidang pelayanan,
Memiliki sumber daya manusia yang telah berpengalaman baik dibidang
wirausaha maupun Agama.
Banyak menciptakan produk pilihan yang dapat memudakan nasabah
dalam memilih produk yang di inginkan
Memiliki kerjasama dengan bannyak pihak.
b. Kelemahan :
Sistem Oprasional yang digunakan kurang canggih.
Kurangnya jumlah karyawan, karena keterbatasan modal dan tempat.
Besarnya nisbah bagi hasil untuk pembiayaan masih lebih tinggi
disbanding bunga Bank.
c. Peluang :
Meningkatnya jumlah nasabah yang harus dilayani dari tahun ke tahun.
Sistem yang digunakan bagi hasil bukan bunga.
Mayoritas penduduk sekitar BMT AL-Fath adalah Muslim dan para
pengusaha dipasar Ciputat.
67
Kebiasaan Masyarakat yang selama ini lebih memilih membeli barang
dengan cicilan atau kredit dari pada harus membeli secara langsung.
d. Ancaman :
Kejujuran Nasabah dalam memberikan laporan keuangan.
Bannyaknya pesaing yang ada di pasar terutama para rentenir yang
dianggap cepat dan mudah dalam memberikan pinjaman.
Kurangnya Pengetahuan masyarakat tentang ilmu Agama.
E. Analisis Strategi bisnis BMT AL-Fath dalam memanfaatkan dana pihak
ketiga.
Tingkat keberhasilan BMT AL-Fath dalam menghimpun dana pihak ketiga
dari tahun ke tahun perkembangannya cukup meningkat tajam, dengan
meningkatnya dana dari pihak ketiga yang dititip oleh para mitra BMT Al-Fath itu
menunjukan bahwa keberadaan BMT AL-Fath ini di terima masyarakat sekitar dan
juga menunjukan tingkat kepercayaan masyarakat kepada BMT Al-Fath ini. Karena
semakin banyak dana dari mitra yang di titipkan di lembaga ini berarti semakin
besar tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga mikro ini.
Dalam memanfaatkan dana pihak ketiga yang di himpun dari para mitra BMT
AL-Fath pihak BMT AL Fath langsung memanfaatkan dana tersebut untuk
melakukan kegiatan bisnis, itu semua di lakukan agar dana yang telah di himpun
dari para mitra BMT AL-Fath tidak menumpuk di kas BMT AL-Fath, karena itu
akan mengakibatkan adanya Idle money (kondisi dimana dana di BMT AL-Fath
terlalu banyak yang menganggur) segingga dapat mengakibatkan pada rendahnya
68
tingkat bagi hasil yang di terima oleh para mitra BMT Al-Fath, apabila hal ini
terjadi maka akan juga mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
BMT AL-Fath menurun sehingga mereka enggan menitipkan dananya ke lembaga
tersebut.
Dalam memanfaatkan dana pihak ketiga BMT AL-Fath lebih cenderung
menyalurkan dananya ke sektor pembiayaan Murabahah karena Sektor ini paling
diminati masyarakat, tetapi bukan hannya pembiayaan murabahah saja ada juga
pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah dan pembiayaan Ijarah, karena
sektor ini juga dianggap produktif dalam mendatangkan keuntungan selain itu di
lihat dari kondisi sekitar lingkungan BMT AL-Fath yang mayoritas adalah para
pedagang di pasar Ciputat yang kebanyakan dari mereka masih memerlukan
tambahan dana untuk menjalankan usahanya atau memperbesar usahanya sehingga
mereka memerlukan pembiayaan tersebut.
Tantangan yang dihadapi oleh BMT Al-fath yaitu kejujuran
nasabah dalam memberi data keuangan atau keuntungannya setiap
bulan dalam rangka menentukan bagi hasil keuntungan tersebut. Demi menghindari
bagi hasil kadangkala seharusnya untung dilaporkan rugi sehingga dapat membuat
BMT Al-Fath mendapat keuntungan yang tidak sebenarnya atau bahkan merugi.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Strategi bisnis yang digunakan oleh BMT Al-Fath dalam menjaring dana pihak
ketiga adalah dengan menggunakan strategi mendatangi nasabah satu persatu baik
nasabah yang mau melakukan penabungan maupun nasabah yang mau melakukan
setoran pembiayaan, pendekatan ini dilakukan dengan cara petugas langsung
mendatangi calon nasabah, petugas leluasa menjelaskan mengenai konsep
keuangan syariah serta sistem syariah selain itu strategi jemput bola juga
digunakan untuk melawan strategi yang di gunakan oleh para rentenir.
Selain itu BMT Al-Fath dalam menjaring dana pihak ketiga juga bekerjasama
dengan :
a. Para Aghniya yaitu orang-orang muslim yang memiliki kelebihan harta (
surplus unit ).
b. Pengusaha muslim yang jujur dan memiliki komitmen kuat terhadap
pemberdayaan ekonomi umat.
c. Perbankan Syariah, lokal maupun nasional, lembaga-lembaga mikro keuangan
syariah lainnya.
2. Sedangkan dalam memanfaatkan dananya BMT Al-Fath lebih cenderung
memanfaatkan dananya di sektor pembiayaan Murabahah, karena sektor ini
dianggap paling produktif dalam mendapatkan keuntungan, itu semua dapat
70
dilihat dari jumlah pembiayaan yang disalurkan BMT AL-Fath IKMI pada tahun
2009 terdiri dari:
Tabel Pennyaluran Dana
Dalam Jutaan
Jenis
Pembiayaan
2009 Prosentase (%)
Murabahah 5.436 82.72 %
Mudharabah 26 0.40 %
Musyarakah 9,6 0.16 %
Ijarah 1.099 16.72 %
Total 6.572 100 %
Dari bagan di atas dapat simpulakan bahwa pembiayaan murabaha
paling diminati oleh nasabah dengan prosentase sebesar 82.72 % , Ijarah sebesar
16 %, Musyarakah 0.16% dan Mudharabah sebesar 0.4 %
3. Peluang BMT dalam menjaring dana pihak ke tiga ini sangat terbuka lebar itu
karena sebagian besar mitra BMT Al-Fath ini adalah para pengusaha mikro yang
ada di pasar Ciputat. Dalam salah satu sarat yang di tetapkan oleh BMT AL_Fath
yaitu setiap orang yang ingin melakukan pembiayaan harus menjadi mitra BMT
terlebih dahulu dan harus punya buku tabungan, itu diharapkan agar para mitra
BMT tersebut akan secara langsung melakukan kegiatan penabungan apabila ada
kelebihan dana dan bahkan setelah pembiayaan yang di berikan oleh BMT Al-Fath
71
selesai para mitra tersebut di harapkan tetap bergabung menjadi mitra BMT Al-
Fath dengan melakukan kegiatan tabungan yang dapat di jadikan sumber dana bagi
pihak BMT Al- Fath tersebut.
Tabel Penghimpunan Dana
Dalam Jutaan
Jenis Produk 2008 2009 Selisih Prosentase
Kenaikan
Wadiah 2.505,6 3.616,3 1.110,7 44.33 %
Pendidikan 114,4 151,1 36.7 32.10%
Idul Fitri 24,1 62,6 38.5 159.75 %
Qurban 16,1 25,0 8.9 55.28 %
Haji 1,9 21,2 19.3 1.015,79 %
Tabah 3 Bulan 182 316,8 134.8 74.07 %
Tabah 6 Bulan 15.5 159,1 143.6 926.45 %
Tabah 12 Bulan 62.9 182,1 119.2 189.51 %
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan
dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 itu menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap BMT Al-Fath IKMI sangat tinggi, sehingga apabila BMT Al-
Fath IKMI sudah di percaya masyarakat akan dapat meningkatkan peluang BMT Al-
Fath IKMI dalam memperoleh dana pihak ketiga.
72
Tantangan yang harus dihadapi oleh BMT Al-Fath IKMI ialah tentang
kejujuran nasabah dalam memberi data keuangan atau keuntungannya setiap
bulan dalam rangka menentukan bagi hasil keuntungan tersebut kurang adanya
pengawasan sehingga demi menghindari bagi hasil kadang kala seharusnya untung
tetapi oleh nasabah dilaporkannya rugi, sehingga BMT Al-Fath mendapat keuntungan
yang tidak sebenarnya atau bahkan merugi. Selain itu pelayanan sangat cepat dan
mudah para rentenir merupakan tantangan bagi BMT Al-Fath guna memenangkan
persaingan.
Analisis SWOT adalah strategi yang digunakan BMT Al-Fath dalam
menjalankan strategi usaha yaitu dengan mengetahui:
a. Kekuatan :
Adanya reputasi yang baik di bidang pelayanan,
Memiliki sumber daya manusia yang telah berpengalaman baik dibidang
wirausaha maupun Agama.
Banyak menciptakan produk pilihan yang dapat memudakan nasabah
dalam memilih produk yang di inginkan
Memiliki kerjasama dengan bannyak pihak.
b. Kelemahan :
Sistem Oprasional yang digunakan kurang canggih.
Kurangnya jumlah karyawan, karena keterbatasan modal dan tempat.
Besarnya nisbah bagi hasil untuk pembiayaan masih lebih tinggi
disbanding bunga Bank.
73
c. Peluang :
Meningkatnya jumlah nasabah yang harus dilayani dari tahun ke tahun.
Sistem yang digunakan bagi hasil bukan bunga.
Mayoritas penduduk sekitar BMT AL-Fath adalah Muslim dan para
pengusaha dipasar Ciputat.
Kebiasaan Masyarakat yang selama ini lebih memilih membeli barang
dengan cicilan atau kredit dari pada harus membeli secara langsung.
d. Ancaman :
Kejujuran Nasabah dalam memberikan laporan keuangan.
Bannyaknya pesaing yang ada di pasar terutama para rentenir yang
dianggap cepat dan mudah dalam memberikan pinjaman.
Kurangnya Pengetahuan masyarakat tentang ilmu Agama.
B. Saran
Berdasarkan data dan informasi yang telah didapat oleh penulis, maka penulis
hendak memberikan saran-saran kepada pihak-pihak yang terkait yaitu :
1. Bagi masyarakat wilayah Ciputat hendaknya mau bergabung dengan BMT Al-
Fath IKMI, karena sistem yang digunakan sangat menguntungkan dan
mencerminkan adanya keadilan dalam berekonomi. Selain itu masyarakat sekitar
BMT Al- Fath seharusnya meninggalkan para rentenir karena sistem yang
digunakan yaitu berupa tambahan yang sangat tinggi jumlahnya dapat merugikan
peminjam dan juga tidak diperbolehkan.
74
2. Dalam upaya meningkatkan eksistensi BMT, BMT Al-Fath hendaknya
memperbaiki strategi pemasaran agar lebih baik dan kompeten BMT AL-Fath
harus berani membuka bisnis baru, jadi dana yang terhimpun dari masyarakat
tidak hannya digunakan untuk sektor pembiyaan saja mungkin dengan
berwirausaha seperti membuka super market dengan sistem Syariah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar dengan harga yang lebih terjangkau.
3. Untuk akademik penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti lain
dengan objek dan sudut pendang yang berbeda sehingga dapat memperkaya
khasanah kajian ekonomi Islam.
4. Bagi Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan lembaga keuangan seperti
BMT maupun Koperasi, karena lembaga seperti ini sangat berpengaruh bagi
tumbuhnya UKM yang dapat menciptakan lapangan kerja, selain itu bukankah
untuk menjadi suatu negarah yang maju itu tergantung pada jumlah Wirausaha
yang sangat bannyak dan handal. Dan hanya lembaga seperti BMT maupun
Koperasi yang dapat di jangkau oleh Usaha kecil yang kekurangan dana karena
lebih muda dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an nul al-Karim, Antonio, Syafi’i Muhammad, Bank syariah dan Teori kepraktekan , Gema
Insani,cet ke 2, 2002 Amalia, Euis, Sejarah pemikiran ekonomi islam,Jakarta:Pustaka Asasstrus.2005
Arifin, Zainal, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,Jakarta, Pusak Alvabet, 2005
Ahmad, jariban Al haristi, Fiqih ekonomi umar bin Al, khothob, Jakarta: Khalifa,
2006. BMT AL_FATH, Profil BMT AL_FATH
Fahmi, nuri Respon masyarakat pesantren Darunmajah ulujamik pesanggrahan terhadap BMT darunmaja, Jakarta: UIN, 2005
Hendrojogi,Koperasi,Asas-asas,Teori,dan Praktik, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,1997. Sudarsono, Heri, Bank dan lembaga keuangan Syariah Jakarta: Ekonisia,2007
Hilman, Imam, Perbankan syariah masa depan, Jakarta: Senayan Aba dipublicing, 2003
Harahap, Sofian dkk, Akuntansi perbankan Syari’ah, Jakarta: LPFE Usakti,2005
Jafar, M. hafsah, kemitraan koperasi dan strategi, Jakarta,PT. Peneb Swadaya, 2002
Kotler, Philip, Marketing Managemen, new jersey prentice hall, 2000
Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Naunat Fatah Nasir, etos kerja wirausahawan Muslim, Bandung: Gunung Djuti pross,1999
Pachta, Andjar, Hukum Koperasi Indonesia, Pemahaman, Regulasi, Pendidikan,
Dan Modal Usaha,Jakarta: Kencana, 2007,cet Ke-2 Syahatah, Husain dan Sidiyah Muh-Amin Adalah, Transaksi dan Etika Bisnis
dalam Islam, Jakarta: Visi Insani Pubtishing, 2005.
Sutrisno, Noer, Ekonomi rakyat usaha mikro dan UKM: Dalam perekonomian Indonesia, Jakarta, STEKPI,2005
Sinungan,Muchdarsyah,Manajemen dana bank,Jakarta: PT Bumi Aksara,1997
Widodo, hendro, Panduan praktis oprasional BMT, Bandung: Mizan, 1999
Wawancara langsung dengan Bpk saimin pimpinan BMT Al-Fath
top related