koefisien distribusidistribusi

Post on 07-Nov-2015

60 Views

Category:

Documents

6 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

  • Koefisien distribusi

  • Ketika suatu senyawa (zat terlarut) ditambahkan ke dalam campuran pelarut yang tidak saling bercampur, zat terlarut tersebut akan mendistribusikan dirinya sendiri di antara kedua pelarut berdasarkan afinitasnya pada masing-masing fase.

  • Senyawa polar (gula, asam amino, atau obat-obat terion) akan cenderung menyukai fase berair atau fase polar, sedangkan senyawa-senyawa non polar (misalnya obat-obat yang tidak terion), akan menyukai fase organik atau fase non polar. Senyawa yang ditambahkan mendistribusikan dirinya sendiri di antara kedua pelarut yang tidak bercampur pada perbandingan konsentrasi yang tetap.

  • Perbandingan yang tetap ini dikenal dengan koefisien partisi senyawa tersebut dan dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:P = [organik][berair]Dimana:P = koefisien partisi senyawa;Organik = konsentrasi senyawa dalam fase organik atau fase minyakBerair = konsentrasi senyawa dalam fase air

  • Contoh: Distribusi 100 mg obat dalam 50 ml pelarut organik (mis, eter, kloroform, oktanol) dan 50 ml air. Obat tersebut ditambahkan ke dalam kedua pelarut yang saling tidak bercampur dalam sebuah corong pisah, dan dibiarkan mencapai kesetimbangan. Ketika lapisan air dianalisis, ditemukan mengandung 66,7 mg senyawa. Berdasarkan data ini koefisien partisi dan persentase obat yang terekstraksi ke dalam lapisan organik dapat dihitung

  • Massa obat di dalam fase Organik: 100-66,7 mg = 33,3 mg.Konsentrasi obat dalam fase air: 66,7/50 = 1,33 mg/mlKonsentrasi obat dalam fase organik: 33,3/50 = 0,67 mg/ml.Sehingga koefisien partisi did apatkan:P = [organik] = 1,33 mg/ml = 2[berair]0,67 mg/ml

  • Koefisien partisi merupakan suatu informasi penting karena dapat digunakan untuk emmperkirakan proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat di dalam tubuh. Pengetahuan tentang nilai P dapat digunakan untuk memperkirakan onset kerja obat atau durasi kerja obat, atau untuk mengetahui apakah obat akan bekerja secara aktif.

  • Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai P yaitu:Metode labu kocok,Penggunaan kromatografi lapis tipis,Kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik.

top related