khutbahjumat sm 01 12
Post on 13-Aug-2015
28 Views
Preview:
TRANSCRIPT
31SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 97 | 1 - 15 JANUARI 2012
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah.
Manusia adalah makhluk
sebagaimana langit, bumi, bulan,
bintang, dan matahari, juga aneka
flora dan fauna. Seluruh makhluk
sangat bergantung kepada Allah
SwT sebagai Sang Khalik, Tuhan
Pencipta, Penyedia rezeki, dan
Pemelihara mereka. Manusia sangat
membutuhktan Allah SwT, baik
untuk mendatangkan manfaat
maupun menolak bahaya; baik
untuk memperbaiki keagamaan
maupun keduniaan mereka.
Kesempurnaan manusia sebagai
makhluk terletak pada realisasi
peribadatannya kepada Allah SwT.
Hidup dan mati adalah ujian,
maka Allah SwT pun akan menguji
manusia dengan berbagai rintangan
dan godaan yang mendorong
mereka untuk meminta pertolongan
kepada-Nya. Ini merupakan bagian
MENGAPA KITA HARUS BERDOA?
dari kenikmatan yang dirasakan
ketika mengalami ujian dan cobaan
yang sesungguhnya. Allah SwT
berfirman dalam sebuah hadis
Qudsi:
Artinya: “Wahai hamba-Ku,
setiap kamu adalah orang yang
sesat kecuali orang yang saya beri
petunjuk. Oleh karena itu,
mintalah petunjuk kepada-Ku,
niscaya Kuberi kamu petunjuk..
Wahai hamba-Ku, setiap kamu
adalah orang yang lapar kecuali
orang yang saya beri makan. Oleh
karena itu, mintalah makan
kepada-Ku, niscaya Kuberi kamu
makan.. Wahai hamba-Ku, setiap
kamu adalah orang yang telanjang
kecuali orang yang saya beri
pakaian Oleh karena itu, mintalah
pakaian kepada-Ku, niscaya
Kuberi kamu pakaian.” (H.R.
Muslim dari Abu Dzar al-Ghifari).
Zumratal mukminin
rahimakumullah.
Allah SwT menjadikan sebab
bagi setiap kebahagiaan dan
kesengsaraan, serta menyusun
seluruh akibat berdasarkan sebab-
sebabnya. Karena itu, Allah SwT
menciptakan sebab-sebab berikut
akibat-akibatnya sekaligus. Tidak
ada sesuatu pun yang dapat
mengekang kehendak dan
keinginan-Nya. Sebagaimana
firman-Nya:
Artinya: “Yang sangat
berkuasa membuat sesuatu apa
pun yang Dia kehendaki.” (Q.S.
Al-Buruj: 16).
Artinya: “… Ketahuilah,
mencipta dan memerintah
hanyalah hak Allah, Mahasuci
Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S.
Al-A’raaf: 54).
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah.
Allah SwT mensyariatkan doa
untuk memperoleh kebaikan dan
menolak keburukan. Karena itu, doa
merupakan sebab yang agung
untuk meraih kebahagiaan atas
berbagai kebaikan dan keberkahan.
Sebaliknya, dapat menolak beragam
keburukan, kesulitan, dan hal-hal
yang tidak disukai. Allah Swt telah
memerintahkan para hamba-Nya
untuk berdoa, sebagaimana firman-
Nya:
Artinya: “Dan Tuhanmu
berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku,
niscaya Kuperkenankan doamu
….” (Q.S. Al-Mukmin [40]: 60).
Jamaah sidang Jum’ah
rahimakumullah.
Pada hakikatnya, doa merupakan
kegiatan menyampaikan keinginan
secara takzim kepada Allah SwT
SETYADI RAHMAN
Khutbah Jum'at
32 SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 97 | 6 - 20 SAFAR 1433 H
Khutbah Jum'atagar berkenan menyelesaikan segala
macam kebutuhan duniawi dan
ukhrowi, termasuk membukakan
berbagai kesulitan dan keburukan,
serta segala hal yang tidak disukai.
Doa juga mencerminkan adanya
keyakinan bahwa Allah SwT itu
Mahakuasa yang tidak ada sesuatu
pun dapat mengalahkan-Nya; Maha
Mengetahui yang tiada sesuatu pun
yang tersembunyi dari-Nya; Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang;
Mahahidup lagi Maha Mengurusi
hamba-Nya; dan Maha Pemurah lagi
Mahamulia. Allah SwT itu Maha
Berbuat baik lagi memiliki kebaikan
selamanya. Kemurahan dan
kemuliaan-Nya tidak terbatas.
Perbuatan baik dan kebaikan-Nya
tidak akan pernah berhenti, serta
khazanah keberkahan-Nya tidak
akan pernah habis.
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah.
Terdapat beberapa riwayat hadis
Rasulullah Saw yang isinya
menunjukkan keutamaan doa.
Rasulullah Saw juga pernah
bersabda: “Tiada seorang muslim
pun di muka bumi yang sedang
berdoa kepada Allah melainkan
Allah akan mengabulkan doanya,
atau menghindarkannya dari
keburukan yang setara dengan
doanya, sepanjang dia tidak
berdoa untuk melakukan
perbuatan dosa atau memutuskan
tali silaturahim….” (H.R. Tirmidzi).
Yang perlu diperhatikan ketika
berdoa adalah tidak menduakan Allah
SwT dalam doanya, apalagi berdoa
kepada makhluk selain Allah SwT,
yang wujudnya bisa berupa seorang
nabi, malaikat, wali, jin, maupun ma-
kam keramat. Allah SwT berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu
berdoa kepada sesuatu yang tidak
memberi manfaat dan tidak membe-
ri madharat kepadamu selain
Allah. Maka jikalau kamu berbuat
demikian itu, niscaya kamu terma-
suk orang-orang yang berbuat
zalim.” (Q.S. Yuunus [10]: 106).
Artinya: “Dan (ingatlah) pada
hari Dia mengumpulkan mereka
semuanya, kemudian Dia berkata
kepada para malaikat: ‘Mereka
inikah yang telah menyembah
kamu?’ (*) Mereka (para
malaikat) berkata: ’Mahasuci
Engkau. Engkaulah Pelindung
kami, bukan mereka, bahkan
mereka telah menyembah jin yang
kebanyakan mereka percayai.’”
(Q.S. Saba’ [34]: 40-41).
KHUTBAH II
Jamaah sidang Jum’ah
rahimakumullah.
Sebagai seorang muslim, sudah
sepatutnya kita memahami dan
mengikuti ajaran agama yang ber-
kaitan dengan etika berdoa. Selan-
jutnya, marilah kita akhiri pertemuan
yang agung ini dengan berdoa ke
hadirat Allah SwT, disertai harapan
semoga Allah SwT berkenan
mengabulkan doa-doa kita.l
33SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 97 | 1 - 15 JANUARI 2012
Khutbah Jum'at
Hadirin jamaah Jum’at yang
berbahagia.
Alhamdulillah kita panjatkan puji
syukur ke hadirat Allah SwT, karena
pada hari Jum’at ini kita masih
diberikan kesempatan berjamaah di
rumah Allah ini, sebagai kewajiban
rutin bagi umat Islam. Marilah kita
senantiasa berdoa kepada Allah
SwT. Doa yang disertai usaha yang
sungguh-sungguh adalah senjata
yang paling ampuh untuk menolak
segala kesukaran dan kemudlaratan.
Sebagai umat Islam, kita wajib
melaksanakan Rukun Islam yang
lima unsur, yaitu: mengucapkan dua
kalimah syahadah, mendirikan
shalat, melaksanakan puasa di bulan
Ramadlan, membayar zakat dan
fitrah, dan mengerjakan ibadah haji
bagi yang berkemampuan.
Kelima Rukun Islam itu adalah
sebagai amalan untuk meningkatkan
takwa, yang selalu kita pelihara dan
pupuk. Sebagai Muslim yang telah
beriman kepada adanya Allah,
malaikat, kitabullah, Rasul-rasul, hari
kiamat, qadla dan qodar Allah, kita
perlu berusaha untuk mengisi
kehidupan untuk mendapatkan
kebahagiaan yang diidamkan bukan
hanya di dunia ini, tapi berlanjut
supaya bahagia yang kekal di
akhirat. Untuk mencapai kehidupan
itulah kita perlu doa dan usaha amal
yang sungguh-sungguh dan ikhlas.
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Dalam ibadah shalat, sangat
banyak kita berdoa. Setelah
takbiratul ihram, berikrar dan
berdoa:
“Wahai Tuhanku! Jauhkanlah
antar aku dan antara kesalahan-
kesalahanku, sebagaimana
Engkau telah jauhkan antara
masyriq (tempat terbit matahari)
dengan maghrib (tempat terbenam
matahari). Wahai Tuhanku!
Bersihkanlah akan daku dari
segala kesalahan-kesalahanku.
Sebagaimana orang membersihkan
kain putih dari kecemaran. Wahai
Tuhanku! Basuhkanlah akan daku
dari kesalahan-kesalahanku
dengan air, dengan salju dan
dengan air batu dengan sebersih-
bersihnya.”
(Doa iftitah ini diriwayatkan oleh
al Bukhari Muslim dari Abi Hurairah
ra. Dari Nabi saw).
Itulah di antara doa tawajjuh
atau doa iftitah, sebelum membaca
surat Al-Fatihah.
HA KIKAT DOA DAN USAHA DALAM SHALAT
DRS. PONIRAN
Diharapkan, di kala membaca Al-
Fatihah dalam shalat, dibaca dengan
tertib. Jangan sekali-kali dicepatkan,
dengan memerhatikan benar-benar
kebaikan bacaan, dengan berhenti
di tiap-tiap pangkal ayat. Jangan
disambung-sambung, karena
merusakkan makna tertib yang
dikehendaki dari munjat
(permohonan kepada Allah).
Adalah Rasulullah saw,
menghentikan bacaannya di tiap-
tiap ayat. Beliau berhenti di Rabbil
‘alamin. Sesudah berhenti, beliau
teruskan membaca Ar-
Rahmanirrahim, dengan
memanjangkannya serta beliau
memperlambatkan bacaannya.
Sesudah berhenti, beliau membaca
Malikiyaumiddin, dengan tidak
memanjangkan mim maliki, atau
dengan memanjangkannya.
Sesudah berhenti beliau membaca
'Iyyakanaa’bu wa iyaaka nasta’in.
Setelah beliau berhenti, beliau
membaca, Ihdinash shirathal
mustaqim. Sesudah berhenti, beliau
membaca shirathal ladzina
an’amta ‘alaihim, dan sesudah itu,
beliau membaca ghairil maghdlubi
‘alaihim waladldlallin. Berdiam
kadar bernapas, sesudah itu
berta’minlah, yaitu membaca:
( ) dengan merendahkan
suara dan memanjangkannya.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan
Allah.
Ditentukan Al-Fatihah untuk
dibaca dalam berdiri, adalah karena
Al-Fatihah itu doa yang Jami’ (yang
diturunkan Allah SwT kepada
hamba-Nya).
Doa ini mengajarkan betapa kita
memuji Allah SwT, betapa kita
34 SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 97 | 6 - 20 SAFAR 1433 H
Khutbah Jum'at
menyanjung-Nya, betapa kita
mengakui ke-Esaan-Nya dalam
menerima permohonan, dan dalam
memberikan pertolongan, betapa
kita berlindung dengan Dia dari
jalan orang-orang yang dibenci dan
sesat. Sesungguhnya, Al-Fatihah
itu, adalah sebaik-baik doa yang
banyak kandungannya.
Perlu tertib, memerhatikan
kebaikan bacaan, diperjelas dalam
Hadits Qudsi, riwayat Ahmad dan
Muslim: Allah SwT, berfirman: Aku
membagi shalat itu (sebagai
dialog) langsug antara Aku dan
hamba-Ku. Dan terserahlah bagi
hamba-Ku apa yang
dimohonkannya kepada-Ku.
Sewaktu hamba-Ku mengucap
“Alhamdulillahi rabbil‘alamin”,
maka aku menjawabnya: “Aku
sedang dipuja hamba-Ku”;
sewaktu hamba-Ku membaca,
“Arrahmanirrahim”, Aku
menyahut: “Aku disanjung oleh
hamba-Ku.” Sewaktu hamba-Ku
membaca, “Malikiyaumiddin”,
Aku menjawab: “Aku diagungkan
oleh hamba-Ku.” Sewaktu hamba-
Ku membaca, “Iyyaka na‘budu
waiyya kanasta ‘in”, Aku
menjawab: “Sebagian untuk-Ku,
sebagian untuk hamba-Ku”;
Sewaktu ia membaca,
“Ihdinashshirathal mustqim,
shiratholladzina an’amta ‘alaihim,
ghairil maghdu bi’alaihim
waladldlollin”, Aku menyahut:
“Aku akan memberi karunia
kepada hamba-Ku ini dan
terserahlah kepadanya apa yang
ia minta”.
Tempat berdoa selanjutnya
dalam shalat, ialah duduk antara dua
sujud. Di dalamnya kita
memohonkan:
“Ya Allah, ampunilah dosaku,
belas kasihanilah aku, cukupilah
aku, berilah petunjuk dan beri
rizki kepadaku” (HR. At-Tirmidzy)
Tempat berdoa selanjutnya da-
lam shalat, yaitu dalam duduk tahi-
yat akhir setelah membaca Hami-
dum majid, kita memohon perlin-
dungan Allah dari empat hal, yakni:
Alla-humma inni a’u-dzubika
min ‘adza-bi jahannama wa min
‘adzabil qabri wa min fitnatil
nahya-wamamati wa min syarri
fitnatil masihid dajjal.
“Ya Allah, aku berlindung
kepada Engkau dari siksa
jahannam dan dari siksa qubur.
Begitu juga, dari fitnah hidup dan
mati, serta dari jahatnya fitnah
dajjal (pengembara yang dusta)”.
Jamaah Jum’at yang mulia.
Shalat itu, menyuburkan pokok-
pokok dan azas-azas tauhid yang
ada di dalam jiwa kita, dan
menghaluskan budi pekerti insani
kita. Dzikir dan doa yang dibaca di
dalamnya, jika dibaca dengan
difahamkan makna-maknanya,
maksudnya, sungguhlah sangat
lekas berhasil yang kita harapkan.
Firman Allah dalam surah Al-
Ankabut ayat 45:
“Sesungguhnya, shalat itu
mencegah manusia mengerjakan
keji dan munkar”
Semoga dengan shalat, kita
dapat berbenah diri, meningkatkan
kebaikan di segala bidang
kehidupan.l
DOA KHUTBAH KEDUA
R A L A T
Dalam rubrik Khutbah Jum-
at nomor 22 tahun 2011
tertulis nama Penulis Agus
Sanarto Pengajar di Pe-
santren Al Islah Lamongan
adalah salah yang benar
adalah Agus Sanarto Gu-
ru SMK Muhammadiyah
Batang. Terimakasih.
Redaksi
top related